draft acara iv ekstraksi kafein(sudah)

Upload: nurlailifalasifa

Post on 08-Jan-2016

236 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Draft Acara IV Ekstraksi Kafein(SUDAH)

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA ORGANIKACARA IV EKSTRAKSI KAFEIN

Disusun Oleh : Kelompok 81. Lusia Ardianti(H0914054)2. Miracle Pulung S. S.(H0914061)3. Nurlaili Falasifa(H0914070)4. Rifqi Yusuf(H0914078)5. Shindy Ambarwati(H0914084)6. Wanda Marisa Hartanto(H0914089)7. Yoshefina(H0914094)8. Dhitra Cahya P.(H1914002)9. Febriana Risnasari V.(H1914006)

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2015

ACARA IVEKSTRAKSI KAFEIN

1. Tujuan PraktikumTujuan dari praktikum acara IV Ekstraksi Kafein adalah:0. Mendapatkan kafein yang tekandung dalam bahan pangan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut benzene.0. Menghitung kadar kafein dalam bahan pangan.1. Tinjauan Pustaka1. Tinjauan BahanTeh merupakan minuman yang sudah dikenal dengan luas di Indonesia dan di dunia. Minuman berwarna coklat ini umum menjadi minuman penjamu tamu. Aromanya yang harum serta rasanya yang khas membuat minuman ini banyak dikonsumsi. Di samping itu, ada banyak zat yang memiliki banyak manfaat yang sangat berguna bagi kesehatan tubuh seperti polifenol, theofilin, flavonoid/metilxantin,tanin, vitamin C dan E, catechin, serta sejumlah mineral seperti Zn, Se, Mo, Ge, Mg. Selain manfaat teh, ada juga zat yang terkandung dalam teh yang berakibat kurang baik untuk tubuh. Zat itu adalah kafein. Meskipun kafein aman dikonsumsi, zat ini dapat menimbulkan reaksi yang tidak dikehendaki seperti insomnia, gelisah, merangsang, delirium, takikardia, ekstrasistole, pernapasan meningkat, tremor otot, dan diuresis (Misra et al, 2008).Teh, kopi, karbonat dan coklat adalah minuman yang mengandung kafein, dan hasil perbandingan dalam masa dari ukuran yang sesuai. Perbandingan yang signifikan dalam level kafein ditemukan untuk hasil dari metode preparasi dari kopi atau waktu menyeduh teh. Hal itu memungkinkan dari secangkir teh, kopi instan atau sebotol minuman cola mempunyai isi kafein yang hampir sama (55 atau 65 mg), namun nilai rata-rata per secangkir teh hitam (28 sampai 46 mg) jauh lebih rendah dari seduhan kopi (107-151 mg). Kafein mudah diserap dan dapat mempunyai efek pharmacologic bagi orang dewasa, anak-anak dan siapapun yang mengkonsumsi nya dari minuman cola atau coklat. Kedua metode preparasi dan jumlah dari konsumsi minuman harus dipertimbangkan dalam mengambil riwayat diet atau memperikirakan asupan kafein (Barone and Robert, 1996).Daun teh mengandung zat-zat yang larut dalam air, seperti katekin, kafein, asam amino, dan berbagai gula. Setiap 100 gram daun teh mempunyai kalori 17 kJ dan mengandung 75-80% air, 16-30% katekin, 20% protein, 4% karbohidrat, 2,5-4,5% kafein, 27% serat, dan 6% pektin (Widyaningrum, 2013).Ekstrak teh merupakan hasil ekstraksi daun teh yang dapat digunakan untuk mencegah proses oksidasi yang terjadi di dalam tubuh manusia maupun di dalam bahan makanan yang mengalami kerusakan (Sudjatini, 2003).Kopi adalah salah satu komoditi andalan indonesia. Hasil komoditi ini menempati urutan ketiga setelah karet dan lada. Kopi banyak digemari masyarakat karena citarasanya yang khas, kopi memiliki manfaat sebagai antioksidan karena memiliki polifenol dan merangsang kinerja otak. Kopi juga memiliki banyak kekurangan. Masalah utama dari pengkonsumsian kopi adalah nilai kafein yang terkandung dalam kopi. Kafein apabila dikonsumsi berlebihan dapat meningkatkan ketegangan otot, merangsang kerja jantung, dan meningkatkan sekresi asam lambung (Mulato, 2001).Kloroform merupakan obat anestetik tertua, berupa cairan dengan bau spesifik, rasanya kemanis-manisan pedas, tak dapat terbakar atau eksplosif. Khasiat anastetiknya sangat kuat. Tetapi karena terlalu toksik bagi hati dan jantung, kini kloroform hampir tidak digunakan lagi (Fessenden, 1995).Kafein, kofein atau tein terdapat dalam biji-biji kopi dan daun teh. Kristal kafein berbentuk jarum-jarum, berwarna putih, tidak berbau, dan berasa pahit. Kafein tidak mengandung air kristal mencair pada suhu 238C. Kafein larut dalam larutan pirol dan tetrahidrofuran. Kelarutan kafein dalam air berkurang dengan adanya asam-asam organik. Kafein meningkatkan kerja sistem saraf pusat dan kekuatan jantung. Khasiat lainnya sebagai diuretik (Sumardjo, 2008).Kafein mempunyai efek yang kuat terhadap otak dan otot yang ditunjukkan dengan dorongan mental sesaat setelah mengonsumsi kafein dalam minuman. Kafein dapat merangsang banyak daerah dalam otak yang dapat mengatur supaya tetap terjaga (tidak ngantuk) dan konsentrasi (Rossi, 2010).Manfaat kafein sangat banyak, di antaranya meningkatkan kualitas tidur sebagaimana kafein mengatasi keletihan, menghilangkan jet lag, meningkatkan intelegensi dan kapasitas daya ingat, meningkatkan kreativitas, memperbaiki emosi dan melepas kebosanan, meningkatkan keterbukaan diri dalam bersosialisasi, meningkatkan kinerja dan ketahanan fisik, membantu pengaturan pola makan dan mencegah penuaan dan penyakit (Weinberg and Bonnie, 2009).Kopi (Coffea sp) merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh di Indonesia. Beberapa varietas kopi diantaranya kopi arabika, kopi robusta dan kopi liberika. Kopi berasal dari benua Afrika. Pada era tahun 1990an Indonesia pernah menjadi negara pengekspor kopi 3 terbesar didunia setelah Brazil dan Columbia. Mengingat kopi di Indonesia menjadi komoditas ekspor terbesar dari hasil perkebunan (Oktadina, dkk. 2013).Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji kopi, daun teh, dan biji coklat. Kafein memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara klinis, seperti menstimulasi susunan syaraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus dan stimulasi otot jantung. Efek berlebihan mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan gugup, gelisah, tremor, insomnia, hipertensi, mual, dan kejang. Berdasarkan FDA (Food Drug Administration), dosis kafein yang diizinkan 100-200 mg/hari, sedangkan menurut SNI 01-7152-2006 batas maksimum kafein dalam makanan dan minuman adalah 150 mg/hari dan 50 mg/sajian (Maramis, dkk. 2013).Kafein merupakan suatu alkaloid dari metal xantin yaitu 1,3,7 trimetil xantin. Kafein murni berupa kristal berwarna putih atau berbentuk seperti benang sutra yang panjang dan kusut. Kafein akan mencair pada suhu 235-237,5C dan akan menyublim pada suhu 176C di ruang terbuka (Aziz dkk., 2009).Natrium Hidroksida (NaOH) berupa massa melebur, berbentuk pellet, serpihan, batang atau bentuk lain, berwarna putih, keras, rapuh, dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap CO2 dan lembab (Natalia, 2012).Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma yang khas. Ia terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa. Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap daripada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama. Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilen glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena (Gamse, 2002). Etanol memiliki titik didih 78,32C (Munawaroh dan Prima, 2010).Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam kuat yang tidak berwarna dan bersifat korosif. Dalam industri, asam sulfat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat pupuk, pigman dan cat, pembuatan besi dan baja, pembuatan pulp didalam proses industri, pendehidrasi, serta pembuatan produk-produk kimia lainnya seperti amonium sulfat dan kalium hidroposfat (Riawan, 1990).1. Tinjauan TeoriPrinsip soxhletasi yaitu proses penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi ketas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif didalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika dilihat slongsong yang digunakan, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Purba, 2006).Soxhletasi merupakan suatu teknik penyaringan simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Keuntungan metode ini adalah dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung, digunakan pelarut yang lebih sedikit, pemanasannya dapat diatur. Kerugian dari metode ini yaitu pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada waktu wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas, jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya, bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah kondensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif (Sudjadi, 1986).Teknik ekstraksi soxhlet digunakan untuk ekstraksi dan pemisahan unsur kimia dalam tanaman. Tujuan utama dari penelitian analitis ini difokuskan pada senyawa yang diekstrak dan ekstraksi itu sendiri. Ekstraksi soxhlet bisa dilakukan pada tiga sirkulasi (6, 9, dan 12 sirkulasi) dan dengan dua pelarut (n-heksana dan metanol) (Ahmad et al., 2010).Ada dua jenis ekstraktor yang lazim digunakan pada skala laboratorium, yaitu ekstraktor Soxhlet dan ekstraktor Butt. Pada ekstraktor Soxhlet, pelarut dipanaskan dlam labu didih sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam fasa cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong berisi padatan. Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di dalam selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifon sama dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan menggerojok masuk kembali ke dalam labu didih dan begitu seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek sifon (Utami, 2009).Ekstraksi biasanya mengggunakan pelarut organik, karena pelarut organik akan melarutkan semua senyawa bioaktif dan senyawa yang berpotensi lainnya dalam bahan tersebut bila ingin dikembangkan secara komersial. Metode ekstraksi dan ukuran partikel dalam proses ekstraksi akan mempengaruhi rendemen ekstrak yang dihasilkan, karena ukuran partikel sangat mempengaruhi internal difusi dari pelarut ke dalam padatan (Hermani, 2009).Kadar kafein dalam biji kopi (Coffea sp) ialah 0,2-2,2%. Untuk bermacam-macam kopi kadar kafeinnya berbeda-beda. Misalnya kadar kafein pada kopi robusta 1,5-2,5%; kopi arabika 1,0-1,2%; kopi liberia 1,4-1,6% dan kopi moca 1,4-1%. Pada prinsipnya pembuatan kopi dekafein ialah dengan melarutkan kafein dengan suatu pelarut tertentu. Pada suhu 25C kafein larut dalam campuran 45,6 bagian air., yang kelarutannya meningkat dengan makin tingginya suhu air, misalnya pada suhu 25C dapat larut 2,13 g kafein/100 g air sedangkan pada suhu 100C pelarutannya 50,0 g kafein/100 g air (Koswara,2006).Sejumlah besar penelitian telah menunjukkan bahwa konsumsi kafein menyebabkan meningkatnya kewaspadaan (atau mengurangi kelelahan). Efek tersebut sering ditunjukkan menggunakan paradigma yang melibatkan situasi kewaspadaan rendah (Smith, 2002).Ekstraksi pelarut dari bahan-bahan sumber memberikan hasil lemak tertinggi. Pelarut yang digunakan antara lain hidrokarbon, alkohol, aseton, karbondisulfida, pelarut yang berhalogen. Ekstraksi pelarut terutama terpenting jika diharapkan sisa yang berkandung lemak rendah misalnya tepung kedelai auntuk pembutan tekstur protein nabati (Buckle, 1985).Ekstraksi dengan menggunakan pelarut seperti etanol, metanol, etil asetat, heksana dan air mampu memisahkan senyawa-senyawa yang penting dalam suatu bahan. Pemilihan pelarut yang akan dipakai dalam proses ekstraksi harus memperhatikan sifat kandungan senyawa yang akan diisolasi. Sifat yang penting adalah polaritas dan gugus polar dari suatu senyawa. Pada prinsipnya suatu bahan akan mudah terlarut dalam pelarut yang sama polaritasnya sehingga akan mempengaruhi sifat fisikokimia ekstrak yang dihasilkan (Septiana dan Ari, 2012).1. Metodologi1. Alat Gelas beker Timbangan analitik Alat ekstraksi soxhletasi Hot plate Corong pemisah Pendingin balik Gelas ukur Pipet volume1. Bahan 8 g Kopi 8 g Teh 200 ml Benzene 2,5 g MgCl 1,5 ml H2SO4 40 ml Kloroform 1,5 ml NaOH1. Cara kerja

8 gram kopi / 8 gram teh

Penimbangan dan pemasukan ke dalam soxhlet

200 ml benzene

pemasukan ke dalam labu pada soxhlet

Pemanasan dengan pendingin balik selama 12 sirkulasi

2,5 g MgCl

Pemanasan diatas bunsen

aquades

penyaringan

Isi labu dan pindahkan ke gelas beker

Didapat cruide kafein

1. Hasil dan PembahasanTabel 4.1 Hasil Percobaan Ekstraksi Kafein pada Kopi dan TehNo.Kel.Nama BahanWarna AwalWarna AkhirMassa AwalMassa Kafein% Kafein

11-6KopiCoklat beningCoklat pekat8 g0,295 g3,687%

27-8TehHijau mudaHijau kehitaman8 g0,100 g1,250%

Sumber: Laporan sementaraBerdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kelompok 1-6 melakukan percobadaan menggunakan sampel kopi dengan warna pada awal percobaan coklat bening, kemudian setelah diekstraksi warnanya menjadi coklat pekat. Sedangkan kelompok 7-8 menggunakan sampel teh dengan warna awal pada percobaan hijau muda, kemudian setelah diekstraksi warnanya menjadi hijau kehitaman. Dari ekstraksi kedua sampel didapat massa kafein pada kopi sebesar 0,295 g dan pada teh sebesar 0,100 g. Selanjutnya pada pengujian kadar kafein didapatkan hasil kadar kafein pada teh sebesar 1,250% dan kadar kafein pada kopi sebesar 3,687%. Sedangkan menurut Widyaningrum (2013) dalam setiap 100 gram daun teh mengandung 2,5-4,5% kafein. Daun yang termuda misalnya mengandung kafein yang terbanyak, yaitu 3-4%, daun kelima dan keenam 1%, sedang dalam tangkai hanya terdapat 0,5% kafein. Dalam bulu daun peko terdapat 2% kafein. Dan menurut Koswara (2006) secara umum kadar kafein dalam biji kopi (Coffea sp) ialah 0,2-2,2%. Dapat kita ketahui bahwa kadar kafein antara teh dan kopi lebih besar kadar kafein pada teh (2,5-4,5%) daripada kadar kafein pada kopi (0,2-2,2%). Pada prinsipnya pembuatan kopi dekafein ialah melarutkan kafein dengan suatu pelarut tertentu. Berdasarkan teori tersebut, kandungan kafein dalam teh relatif lebih besar daripada kandungan kafein yang terdapat dalam kopi, namun pemakaian teh dalam minuman lebih encer dibandingkan dengan kopi. Hal ini menyebabkan kadar kafein yang terdapat dalam teh berkurang sehingga jika dibandingkan dengan kopi kadar kafeinnya lebih rendah.Ekstraksi merupakan salah satu proses pemisahan suatu komponen dari campurannya, atau sering disebut dengan proses pengambilan suatu komponen, yang sering dijumpai di dalam industri pengolahan pangan. Berdasarkan fase yang terlibat, ekstraksi dibagi menjadi 2 macam, yaitu: ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Ekstraksi padat-cair banyak digunakan pada pengambilan suatu zat dari padatan, misalnya pengambilan minyak dari biji-bijian, daun, maupun akar tanaman. Sedangkan ekstraksi cair-cair banyak digunakan dalam industri pengilangan minyak bumi (Siswani dan Susila, 2006).Ekstraksi adalah langkah pertama dari setiap studi tanaman obat. Ekstraksi memiliki peran penting dan krusial pada hasil akhir dan pengeluaran. Terkadang metode ekstraksi disebut juga sample preparation techniques (Azmir et al., 2013). Metode ekstraksi soxhletasi yaitu suatu metode untuk memisahkan satu atau beberapa komponen dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut yang disebut ekstraksi. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran (Aziz dkk., 2009). Prinsip soxhletasi yaitu proses penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi ketas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif didalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika dilihat slongsong yang digunakan, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Purba, 2006).Pelarut yang banyak digunakan dalam proses ekstraksi adalah aseton, etanol, dan n-heksana (Arlene, 2013).Ada beberapa variabel yang mempengaruhi dalam proses ekstraksi soxhletasi, diantaranya adalah jumlah solvent, suhu ekstraksi, jenis solvent, ukuran partikel solid, waktu ekstraksi, jumlah tahap (stage), viskositas pelarut, dan laju alir pelarut (Aziz dkk., 2009). Selain itu, menurut Senja dkk (2014) konsentrasi pelarut juga mempengaruhi kandungan senyawa hasil ekstraksi.Menurut Rais (2014) ekstraksi menggunakan soxhlet dengan pelarut cair merupakan salah satu metode yang paling baik digunakan dalam memisahkan senyawa bioaktif dari alam. Cara ini memiliki beberapa kelebihan dibanding yang lain, antara lain sampel kontak dengan pelarut yang murni secara berulang, kemampuan mengekstraksi sampel lebih tanpa tergantung jumlah pelarut yang banyak. Keuntungan lain dari ekstraksi soxhletasi adalah banyaknya bagian tanaman yang terlarut dengan kondisi pemanasan. Namun dari keuntungan yang telah di sebutkan tersebut terdapat beberapa kelemahan dari ekstraksi soxhletasi, antara lain tidak dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan pemanasan karena pemanasan yang berkepanjangan dapat menyebabkan degradasi senyawa aktif (Erawati, 2012). Kafein memiliki karakteristik berbentuk jarum-jaruman, berwarna putih, tidak berbau, dan berasa pahit. Kafein tidak mengandung air kristal dan mencair pada suhu 238C(Sumardjo, 2008). Dalam ekstraksi soxhlet, terdapat beberapa larutan solvent yang mempunyai fungsi masing masing. Antara lain adalah MgCl2, H2SO4, khloroform, dan NaOH. Fungsi penambahan MgCl2 adalah untuk menaikkan polaritas air berarti menurunkan kelarutannya dalam pelarut organik.Magnesium klorida larut dalam air menghasilkan larutan asam lemah (pH = kira-kira 6).Pemberian H2SO4 pada larutan berkafein yang dimana kafein mengandung alkaloid yang merupakan basa organik, maka ini adalah cara pengambilan kafein (alkaloid) yang efektif karena pH nya dapat stabil dengan adanya H2SO4 ini sehingga lebih terpisah lagi antara zat yang kita butuhkan yakni kafein dan melepaskan dari pengotor- pengotornya.Selain itu juga larutan ditambah 1,5 ml NaOH setelah ditambah kloroform. Penambahan NaOH ini agar pH semakin tinggi sehingga kemampuan ekstraksi atau pemisahan larutan kafein dengan pelarut kloroform semakin besar. Kafein yang terekstraksi dalam kloroform dicuci dengan NaOH untuk menghilangkan warna alaminya juga untuk menetralkan kelebihan H2SO4.Dalam praktikum ini digunakan pelarut berupa etanol dan kloroform. Ketiga pelarut tersebut merupakan bahan pelarut organik yang biasa digunakan sebagai zat cair ekstraksi. Dalam praktikum ini tujuan digunakannya kloroform adalah sebagai pelarut yang efektif untuk alkaloid (kafein). Karena berdasarkan referensi, kloroform adalah pelarut yang umum di laboratorium karena relatif tidak reaktif, larut dengan cairan organik.Pada praktikum ini digunakan pelarut benzene. Titik didih benzena adalah 80,1C (Irawan, 2010). Menurut Irawan (2010) benzena adalah pelarut yang baik setelah eter. Benzena tidak hanya melarutkan minyak hasil ekstraksi tapi juga melarutkan lilin, albumin, dan zat warna sehingga minyak hasil ekstraksi dengan benzene berwarna gelap dan lebih kental. Pada percobaan ekstraksi kopi dan teh, pelarut benzena lebih cepat mengekstraksi karena titik didihnya lebih tinggi daripada etanol. Sehingga proses ekstraksi lebih efisien jika menggunakan pelarut benzena.Kafein mempunyai efek yang kuat terhadap otak dan otot yang ditunjukkan dengan dorongan mental sesaat setelah mengonsumsi kafein dalam minuman. Kafein dapat merangsang banyak daerah dalam otak yang dapat mengatur supaya tetap terjaga (tidak ngantuk) dan konsentrasi (Rossi, 2010). Manfaat kafein sangat banyak, di antaranya meningkatkan kualitas tidur sebagaimana kafein mengatasi keletihan, menghilangkan jet lag, meningkatkan intelegensi dan kapasitas daya ingat, meningkatkan kreativitas, memperbaiki emosi dan melepas kebosanan, meningkatkan keterbukaan diri dalam bersosialisasi, meningkatkan kinerja dan ketahanan fisik, membantu pengaturan pola makan dan mencegah penuaan dan penyakit (Weinberg and Bonnie, 2009).1. KesimpulanBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan:0. Prinsip soxhletasi adalah salah satu model ekstraksi yang menggunakan pelarut selalu baru dalam mengekstraknya sehingga terjadi ekstraksi yang kontinyu dengan adanya jumlah pelarut yang konstan yang juga dibantu dengan pendingin balik (kondensor).0. Pada proses ekstraksi, MgCl2 digunakan untuk menaikkan polaritas cairan ekstrak. Pemberian H2SO4 adalah cara pengambilan kafein (alkaloid) yang efektif karena pH nya dapat stabil dengan adanya H2SO4 ini sehingga lebih terpisah lagi antara zat yang kita butuhkan yakni kafein dan melepaskan dari pengotor- pengotornya. NaOH digunakan untuk mencuci ekstrak kafein yang sudah tercampur dengan khloroform dan H2SO4. Dan kloroform digunakan sebagai pelarut kafein yang efektif karena tidak reaktif dan larut dalam senyawa organik.0. Menurut teori kadar kafein pada teh sebesar 2,5-4,5% dan pada kopi sebesar 0,2 2,2 %. Sedangkan data yang diperoleh kadar kafein pada teh sebesar 1,250% dan pada kopi sebesar 3,687%. Pemakaian teh dalam minuman lebih encer dibandingkan dengan kopi. Hal ini menyebabkan kadar kafein yang terdapat dalam teh berkurang sehingga jika dibandingkan dengan kopi kadar kafeinnya lebih rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Anees., Abbas F. M. A., Sufia Hena., Bazlul M. S., and Khoo Wai Dur. 2010 .Optimization of Soxhlet Extraction of Herba Leonuri Using Factorial Design of Experiment. International Journal of Chemistry. Vol. 2, No. 1 (198-205).Arlene, Ariestya. 2013. Ekstraksi Kemiri dengan Metode Soxhlet dan Karakteristik Minyak Kemiri. Jurnal Teknik Kimia USU. Vol. 2, No. 2 (6-10).Aziz, Tamzil., Ratih Cindo K. N. dan Asima Fresca. 2009. Pengaruh Pelarut Heksana dan Etanol, Volume Pelarut, dan Waktu Ekstraksi terhadap Hasil Ekstraksi Minyak Kopi. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 16, No. 1 (1-8).Azmir, J., I. S. M. Zaidul., M. M. Rahman., K. M. Sharif., A, Mohamed., F. Sahena., M. H. A. Jahurul., K. Ghafoor., N. A. N. Norulaini., and A. K. M. Omar. 2013. Techniques for Extraction of Bioactive Compounds from Plant Materials. Journal of Food Engineering. Vol. 117 (426-436).Barone, J. J. and H. R. Roberts. 1996. Caffeine Comsumption. Journal International Food and Chemical Toxicology. Vol. 34, No. 1 (119-129).Buckle, K. A. 1985. Ilmu Pangan. Jakarta: UI Press.Erawati. 2012. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Garciniadaedalanthera Piere dengan metode DPPH (1,1-Difenil Pikrilhidrazil) dan Identifikasi Golongan Senyawa Kimia dari Fraksi Paling Aktif. Skripsi Strata I pada FMIPA UI Depok: Tidak DiterbitkanFessenden. 1995. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.Gamse, T. 2002. Liquid-liquid Extraction and Solid-Liquid Extraction. Institute of Thermal Process and Environment Engineerin. Graz University of Technology (2-24).Hernani., Christina W., dan Tri Marwati. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Belimbing Wuluh terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Hewan Uji. Jurnal Pascapanen. Vol. 6, No. 1 (54-61).Irawan, T. A. Bambang. 2010. Peningkatan Mutu Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan Destilasi pada Berbagai Komposisi Pelarut. Tesis Magister pada Fakultas Teknik Kimia UNDIP Semarang: Tidak Diterbitkan.Koswara, Sutrisno. 2006. Kopi Rendah Kafein. http://www.e-bookpangan.com/. Diakses pada tanggal 15 April 2015 pukul 20.15 WIB.Maramis, R. Kesia., Gayatri Citraningtyas., and frenly Wehantouw. 2013. Analisis Kafein dalam Kopi Bubuk di Kota Manado menggunakan Spektofotometri UV-VIS. Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT. Vol. 2, No. 4 (122-128).Misra H. D. Mehta., B. K. Mehta., M. Soni., and D. C. Jain. 2008. Study of Extraction and HPTLC-UV Method for Estimation of Caffeine in Marketed Tea (Camellia sinensis) Granules. International Journal of Green Pharmacy (47-51).Mulato, S. 2001. Pelarutan Kafein Biji Robusta dengan Kolom Tetap Menggunakan Pelarut Air. Jakarta: Pelita Perkebunan Munawaroh, Safaatul dan Prima A. Handayani. 2010. Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D. C.) dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. Jurnal Kompetensi Teknik. Vol. 2, No. 2 (73-78).Natalia, merrie. 2012. Uji Stabilitas Fisik dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Jintan Hitam (Nigella Sativa L.) yang Diformulasikan sebagai Sediaan Nanoemulsi Gel (Nanoemulgel). Skripsi Strata I pada FMIPA UI Depok: Tidak Diterbitkan.Oktadina, F. Drefin., Bambang D. Argo., dan M. Bagus Hermanto. 2013. Pemanfaatan Nanas (Ananas Comosus L. Merr) untuk Penurunan Kadar Kafein dan Perbaikan Citarasa Kopi (Coffea sp) dalam Pembuatan Kopi Bubuk. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. Vol. 1, No. 3 (265-273).Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga.Rais, Ichwan Ridwan. 2014. Ekstraksi Andrografolid dari Andhrographis Paniculata (Burm.f) Nees Menggunakan Ekstraktor Soxhlet. Jurnal Pharmaciana. Vol. 4, No. 1 (85-92).Rossi, Are. 2010. 1001 Teh dari Asal Usul, Tradisi, Khasiat Hingga Racikan Teh. Yogyakarta: Bestbook.Senja, R. Yulia., Elisa Issusilaningtyas, Akhmad K. Nugroho., and Erna P. Setyowati. 2014. Perbandingan Metode Ekstraksi dan Variasi Pelarut terhadap Rendemen dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kubis Ungu. Traditional Medicine Journal. Vol. 19, No. 1 (43-48).Septiana, A. Tri dan Ari Asnani. 2012. Kajian Sifat Fisiokimia Ekstrak Rumput Laut Coklat Sargassum Duplicatum Menggunakan Berbagai Pelarut dan Metode Ekstraksi. Jurnal Agrointek. Vol. 6, No. 1 (22-28).Siswani, E. Dwi dan Susila Kristianingrum. 2006. Penentuan koefisien Perpindahan Massa pada Ekstraksi Minyak Kemiri (Lewat Model Matematika). Jurnal Kimia. Vol. 1, No. 5 (40-49).Smith, A. 2002. Effects of Caffeine on Human Behavior. Journal Food and Chemical Toxicology. Vol. 40 (1243-1255).Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press.Sudjatini. 2003. Studi Pengaruh Waktu Ekstraksi terhadap Rendemen Ekstrak Kering Teh Hijau dan Teh Hitam. Jurnal Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Widya Mataram Yogyakarta.Sumardjo, Darmin. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksata. Jakarta: EGC.Utami, Nurul. 2008. Identifikasi Senyawa Alkohol dan Heksana Daun. FMIPA UNILA, Lampung (136).Weinberg, B. Alan. and Bonnie K. Bealer. 2009. The Miracle Of Caffeine: Manfaat Tak Terduga Kafein berdasarkan Penelitian Paling Mutakhir. Bandung: Qanita.Widyaningrum, Naniek. 2013. Epigallocatechin-3-Gallate (EGCG) pada Daun Teh Hijau sebagai Anti Jerawat. Jurnal Farmasi dan Farmakologi, Vol. 17, No. 3 (95-98).

LAMPIRAN

Analisis Hasil PercobaanRumus : Kadar kafein =a. Sampel tehKadar kafein = b. Sampel kopiKadar kafein =