draf - biro hukum · web viewpemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas...

74
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NAGEKEO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NAGEKEO, Menimbang : a. bahwa keberhasilan pembangunan salah satunya ditentukan oleh partisipasi masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan di desa/kelurahan, maka perlu dilakukan penataan kembali peran pemerintah daerah dan masyarakat terhadap mekanisme partisipatif dalam proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian hasil pembangunan di daerah; b. bahwa untuk menyelaraskan dan keberlanjutan pelaksanaan program- program pemberdayaan yang partisipatif diperlukan suatu prosedur perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pengawasan dan pelestarian hasil-hasil pembangunan serta penganggarannya di daerah yang disusun secara sistematis, terarah, terpadu dan menyeluruh sehingga dapat dijadikan acuan oleh masyarakat dan pemerintah daerah secara konsisten; c. bahwa partisipasi masyarakat dapat menjamin tercapainya tujuan pembangunan daerah sebagai bagian integral dari 1

Upload: lamque

Post on 11-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NAGEKEONOMOR 5 TAHUN 2011

TENTANGSISTEM PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI NAGEKEO,

Menimbang : a. bahwa keberhasilan pembangunan salah satunya ditentukan oleh partisipasi masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan di desa/kelurahan, maka perlu dilakukan penataan kembali peran pemerintah daerah dan masyarakat terhadap mekanisme partisipatif dalam proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian hasil pembangunan di daerah;

b. bahwa untuk menyelaraskan dan keberlanjutan pelaksanaan program-program pemberdayaan yang partisipatif diperlukan suatu prosedur perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pengawasan dan pelestarian hasil-hasil pembangunan serta penganggarannya di daerah yang disusun secara sistematis, terarah, terpadu dan menyeluruh sehingga dapat dijadikan acuan oleh masyarakat dan pemerintah daerah secara konsisten;

c. bahwa partisipasi masyarakat dapat menjamin tercapainya tujuan pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Sistem Pembangunan Partisipatif Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

1

Page 2: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Nagekeo di Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4678);

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3867);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

2

Page 3: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

14. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025;

15. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah;

16. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan.

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

3

Page 4: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Pengelolaan Keuangan Daerah;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa;

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 58 Tahun 2007 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat;

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa;

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2007 tentang Pendataan Program Pembangunan Desa/Kelurahan;

22. Peraturan Daerah Kabupaten Nagekeo Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Nagekeo (Lembaran Daerah Kabupaten Nagekeo Tahun 2008 Nomor 3 Seri D Nomor 3) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Nagekeo Nomor 8 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Nagekeo Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Nagekeo (Lembaran Daerah Kabupaten Nagekeo Tahun 2009 Nomor 8);

23. Peraturan Daerah Kabupaten Nagekeo Nomor 3 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Nagekeo Tahun 2009 – 2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Nagekeo Tahun 2009 Nomor 3);

24. Peraturan Daerah Kabupaten Nagekeo Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Nagekeo Tahun 2009–2013 (Lembaran Daerah Kabupaten Nagekeo Tahun 2009 Nomor 4);

25. Peraturan Daerah Kabupaten Nagekeo Nomor 5 Tahun 2009 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Nagekeo (Lembaran Daerah Kabupaten Nagekeo Tahun 2009 Nomor 5);

26. Peraturan Daerah Kabupaten Nagekeo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok

4

Page 5: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Nagekeo Tahun 2009 Nomor 10);

27. Peraturan Daerah Kabupaten Nagekeo Nomor 12 Tahun 2009 tentang Badan Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Nagekeo Tahun 2009 Nomor 12);

28. Peraturan Daerah Kabupaten Nagekeo Nomor 18 Tahun 2009 tentang Keuangan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Nagekeo Tahun 2009 Nomor 18);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NAGEKEOdan

BUPATI NAGEKEO

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG SISTEM

PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Nagekeo.2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Nagekeo.3. Bupati adalah Bupati Nagekeo.4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD

adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nagekeo.

5. Kecamatan atau sebutan lain adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten.

6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

7. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dalam wilayah kerja kecamatan.

5

Page 6: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

8. Dusun atau yang disebut dengan nama lain adalah merupakan bagian wilayah kerja pemerintahan desa yang pembentukannya ditetapkan dengan Peraturan Desa.

9. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Nagekeo.

10. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Statistik yang selanjutnya disingkat BAPPEDAS adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Statistik Kabupaten Nagekeo.

11. Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa yang selanjutnya disingkat BPMD adalah Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Nagekeo.

12. Pemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait dengan upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya.

13. Partisipatif adalah pelibatan masyarakat dan semua pihak yang berkepentingan terhadap kegiatan secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, monitoring dan evaluasi serta pelestarian hasil kegiatan secara berkelanjutan dan menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap semua hasil pembangunan yang ada.

14. Pembangunan Partisipatif adalah suatu sistem pengelolaan pembangunan di desa dan kelurahan yang dilakukan bersama-sama secara musyawarah, mufakat, dan gotong-royong.

15. Sistem Pembangunan Partisipatif Daerah yang selanjutnya disingkat SIPPADA adalah usaha sistematis, untuk merumuskan strategi pembangunan dan pengelolaan anggaran pembangunan bersama-sama masyarakat melalui pelaksanaan forum SKPD, musyawarah perencanaan pembangunan secara berjenjang mulai dari penggalian gagasan/pengkajian keadaan desa tingkat dusun/lingkungan, Musyawarah Khusus Perempuan, Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa/Kelurahan, Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten.

16. Penganggaran adalah suatu proses menyusun kerangka kebijakan publik yang memuat hak dan kewajiban Pemerintah Daerah yang

6

Page 7: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

tercermin dalam pendapatan belanja dan pembiayaan yang menggunakan prinsip partisipasi, transparansi, akuntabilitas, disiplin, keadilan, efisiensi dan efektifitas anggaran.

17. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat MUSRENBANG adalah forum musyawarah antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan nasional dan daerah yang dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi sampai tingkat nasional.

18. Musyawarah Khusus Perempuan yang selanjutnya disingkat MKP adalah suatu forum musyawarah perencanaan pembangunan yang pesertanya adalah perempuan di desa/kelurahan.

19. Penggalian Gagasan yang selanjutnya disingkat PAGAS / Pengkajian Keadaan Desa adalah suatu forum pertemuan di tingkat dusun/lingkungan untuk mengidentifikasi potensi dan masalah serta usulan-usulan aspiratif dari masyarakat tingkat dusun/ lingkungan di desa/ kelurahan.

20. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Nagekeo.

21. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Nagekeo.

22. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang selanjutnya disebut RPJM Desa adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat arah kebijakan pembangunan desa, arah kebijakan keuangan desa, kebijakan umum dan program serta program dari Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah dan program prioritas kewilayahan disertai dengan rencana kerja.

23. Rencana Kerja Pembangunan Desa/Kelurahan yang selanjutnya disebut RKP Desa/Kelurahan adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun merupakan penjabaran dari RPJM Desa/Renstra Kelurahan yang memuat rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutakhirkan, program prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan serta perkiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh

7

Page 8: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada RKPD dan RPJM Desa.

24. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat MUSRENBANG adalah forum musyawarah antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan nasional dan daerah yang dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi sampai tingkat nasional.

25. Pra Musrenbang Desa adalah forum persiapan yang terkait dengan pengorganisasian Musrenbang Desa, pengkajian keadaan desa secara partisipatif di tingkat kelompok/dusun, Musyawarah Khusus Perempuan dan penyusunan Rancangan Awal RKP-Desa/Kelurahan yang bersumber dari RPJM-Des, Keadaan Darurat dan Program Supra Desa.

26. Musrenbang Desa/Kelurahan adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan untuk menyepakati RKP Desa/Kelurahan tahun anggaran yang direncanakan dalam rangka menyatupadukan dan menetapkan usulan-usulan desa atau kelurahan yang akan diusulkan ke musrenbang Kecamatan dan usulan–usulan yang dapat dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan atau Bantuan Langsung Masyarakat Desa/Kelurahan tahun berikutnya.

27. Musrenbang Kecamatan adalah adalah Forum antar pelaku atau stakeholder / pemangku kepentingan kecamatan untuk mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari desa / kelurahan serta menyepakati kegiatan lintas desa / kelurahan di Kecamatan sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja SKPD Kecamatan yang dibiayai dengan Bantuan Langsung Masyarakat dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten / Kota yang akan dibahas lebih lanjut pada Forum SKPD atau Gabungan SKPD dan forum musyawarah perencanaan pembangunan kabupaten.

28. Forum SKPD atau gabungan SKPD adalah forum musyawarah yang membahas rencana program dan kegiatan sesuai dengan fungsi dan sub fungsi pemerintahan serta kegiatan lintas sektor, forum ini yang dilaksanakan oleh SKPD dalam rangka menyusun dan menjabarkan rencana kerja SKPD kedalam berbagai kegiatan terfokus menjadi rencana kerja (renja) SKPD bersangkutan yang berdasarkan urusan.

29. Musrenbang Kabupaten/Kota adalah musyawarah pemangku kepentingan di tingkat kabupaten/kota untuk mematangkan

8

Page 9: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Rancangan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) kabupaten/kota yang disusun berdasarkan kompilasi seluruh Rancangan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) yang hasilnya digunakan untuk pemutakhiran Rancangan RKPD dengan merujuk kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

30. Fasilitasi adalah upaya mengkoordinasikan dan melakukan pendampingan pelaksanaan program dan kegiatan sebagai penjabaran dari Sistem Pembangunan Partisipatif Daerah.

31. Fasilitator adalah seseorang atau sekelompok orang yang memerankan diri baik karena posisi maupun profesionalismenya ditugaskan atau diminta atau secara sukarela mendorong, mengajak, membina dan membimbing pihak terkait agar melibatkan diri secara aktif dalam setiap tahapan pembangunan.

32. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disingkat LPM adalah kelembagaan masyarakat di tingkat desa/kelurahan yang membertugas untuk memfasilitasi proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan desa/kelurahan, sesuai dengan asas, prinsip dan mekanisme program dan kegiatan sebagai penjabaran dari sistem pembangunan partisipatif daerah yang diangkat dan diberhentikan oleh Bupati.

33. Setrawan adalah pegawai negeri sipil yang dibekali kemampuan khusus untuk dapat melaksanakan tugas percepatan perubahan sikap mental dikalangan lingkungan pemerintah daerah dan perubahan tata kepemerintahan serta mendampingi masyarakat, khususnya dalam manajemen pembangunan partisipatif.

34. Badan Kerjasama Antar Desa yang selanjutnya disingkat BKAD adalah lembaga representatif masyarakat yang berkedudukan ditingkat kecamatan untuk memfasilitasi forum Musrenbang Kecamatan.

35. Unit Pengelola Kegiatan yang selanjutnya disingkat UPK adalah wadah masyarakat pada wilayah kecamatan yang berperan sebagai pengelola kegiatan program yang diangkat dan diberhentikan oleh forum musyawarah antar desa.

36. Unit Pengelola Keuangan Desa/Kelurahan yang selanjutnya disingkat UPKD/UPKK adalah wadah masyarakat pada wilayah desa/kelurahan yang berperan sebagai pengelola keuangan program yang diangkat dan diberhentikan oleh forum musyawarah desa/kelurahan.

37. Tim Pengelola Kegiatan yang selanjutnya disingkat TPK adalah Tim pengelola kegiatan pembangunan di tingkat desa / kelurahan yang diangkat dan diberhentikan oleh forum musyawarah desa/kelurahan.

38. Tim Pengelola dan Pemelihara Prasarana yang selanjutnya disingkat TP3 adalah wadah masyarakat yang berperan sebagai pengelola pemelihara dan pelestarian hasil-hasil pembangunan di desa/kelurahan secara berkelanjutan yang diangkat dan diberhentikan oleh forum musyawarah desa/kelurahan.

9

Page 10: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

39. Tim Pelaksana Musrenbang yang selanjutnya disingkat TPM adalah tim yang beranggotakan wakil masyarakat untuk memfasilitasi pelaksanaan forum musyawarah perencanaan pembangunan desa/kelurahan dan forum musyawarah kecamatan.

40. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan yang selanjutnya disingkat KPMD/K adalah Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan yang bertugas untuk menggerakan masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipasi yang diangkat dan diberhentikan oleh forum musyawarah desa/kelurahan.

41. Swakelola adalah pengadaan barang/jasa dimana pekerjaannya, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh kementerian/lembaga/departemen/instansi sebagai penanggungjawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.

42. Bantuan Langsung Masyarakat yang selanjutnya disingkat BLM adalah bantuan dana hibah kepada masyarakat dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten kepada desa/kelurahan/kelompok masyarakat dalam mendukung kegiatan pembangunan di desa/kelurahan yang perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, pengawasan dan pelestarian oleh masyarakat sendiri dalam rangka meningkatkan sarana prasarana perdesaan dan ekonomi masyarakat.

43. Petunjuk Teknis Operasional yang selanjutnya disingkat PTO adalah penjelasan dan rincian lebih lanjut tentang pelaksanaan SIPPADA.

44. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disingkat PNPM atau sebutan lainnya adalah salah satu program pemerintah dengan mekanisme swakelola secara partisipatif oleh masyarakat dalam rangka peningkatan sarana prasarana perdesaan, peningkatan ekonomi masyarakat dan penguatan kapasitas lembaga dan masyarakat.

45. Lembaga Swadaya Masyarakat yang selanjutnya disingkat LSM adalah lembaga atau organisasi yang berbadan hukum yang dibentuk oleh sekelompok masyarakat yang bertujuan mengembangkan kegiatan-kegiatan sosial, perbaikan taraf hidup dan meningkatkan ekonomi masyarakat pada suatu wilayah tertentu.

46. Efisien dan efektif adalah pelaksanaan dan pemanfaatan kegiatan pembangunan harus sesuai dengan sumber daya alam yang tersedia dan kebutuhan yang telah ditetapkan serta dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk mencapai tujuan dan sasaran.

47. Sanksi adalah bentuk-bentuk pelaksanan peraturan yang diberlakukan terhadap pelanggaran kesepakatan dan peraturan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan SIPPADA, untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab berbagai pihak terkait dalam pelaksanaan SIPPADA.

10

Page 11: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

BAB II

ASAS, PRINSIP DAN TUJUAN SIPPADA

Bagian Kesatu

Asas

Pasal 2

(1)SIPPADA diselenggarakan berasaskan otonomi, partisipatif, demokrasi dan kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan serta kemandirian dengan mendayagunakan potensi dan sumber daya lokal;

(2)SIPPADA disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan tanggap terhadap perubahan, yang ditempuh melalui pendekatan dan asas partisipatif dengan melibatkan masyarakat dalam setiap tahapan pengambilan keputusan terhadap kebijakan pemerintah daerah, kecamatan dan pemerintah desa/kelurahan.

Bagian Kedua

Prinsip

Pasal 3

(1) Setiap bentuk Agenda Pembangunan Daerah mengarah pada pemecahan terhadap berbagai permasalahan masyarakat yang diusulkan oleh masyarakat dan dilaksanakan bersama-sama dengan masyarakat sesuai proses dan mekanisme sistem pembangunan partisipatif daerah.

(2) Setiap penyampaian aspirasi untuk menjadi agenda pembangunan daerah harus memenuhi kriteria bermanfaat bagi masyarakat banyak terutama bagi masyarakat miskin dan usulan dengan pola partisipasi masyarakat harus dapat dilaksanakan oleh, dan/ atau bersama masyarakat, kecuali kegiatan pembangunan yang membutuhkan teknologi tinggi dan yang tidak dapat dilaksanakan oleh masyarakat.

(3) Proses dan mekanisme SIPPADA adalah standar prosedur operasional pembangunan daerah yang memenuhi kaidah-kaidah partisipatif, otonomi, desentralisasi, demokratis, bottom up - top down, keterpaduan, efisiensi dan efektifitas, prioritas, berorientasi pada masyarakat miskin, kesetaraan dan keadilan gender, tranparansi dan akuntabel, serta keberlanjutan.

11

Page 12: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

(4) Kaidah-kaidah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didasarkan pada kebutuhan penyelenggaraan tata pengelolaan pemerintahan dan pembangunan daerah yang baik sejak tahapan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan, pemantauan dan evaluasi sampai dengan pelestarian yang demokratis.

Pasal 4

Setiap agenda pembangunan daerah hasil proses pembangunan partisipatif harus menjadi obyek kegiatan setiap orang, atau sekumpulan orang, LSM dan/atau badan hukum lainnya, di dalam negeri maupun luar negeri yang memiliki agenda pembangunan dan misi untuk memecahkan masalah yang sama di daerah.

Pasal 5

Setiap data dan informasi agenda pembangunan harus tersedia dan dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh masyarakat atau kelompok masyarakat, LSM dan/atau badan hukum lainnya yang membutuhkan.

Bagian Ketiga

Tujuan

Pasal 6

SIPPADA ini bertujuan untuk :a. mengintegrasikan pendekatan perencanan pembangunan daerah

antara pendekatan politis, teknokratis dan partisipatif dengan mengutamakan pelibatan masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan;

b. meningkatkan integrasi, sinkronisasi dan sinergisitas antar program/kegiatan dan pelaku pembangunan di daerah;

c. meningkatkan keterkaitan dan konsistensi pembangunan antara aspek perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan serta pelestarian oleh masyarakat dan pemerintah daerah;

d. meningkatkan keterlibatan serta penguatan kapasitas masyarakat, terutama kelompok miskin dalam pengelolaan pembangunan partisipatif daerah;

12

Page 13: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

e. meningkatkan kapasitas lembaga kemasyarakatan dan pemerintahan desa/kelurahan dalam pengelolaan pembangunan berkelanjutan dengan mendayagunakan potensi dan sumber daya lokal;

f. mengintegrasikan model pembiayaan bantuan langsung masyarakat ke dalam sistem penganggaran pemerintah daerah ke desa/kelurahan;

g. meningkatkan pendampingan masyarakat oleh aparatur pemerintah daerah melalui pendayagunaan setrawan;

h. meningkatkan pendampingan masyarakat melalui fasilitator kabupaten, fasilitator kecamatan, pendamping lokal, FP2MD dan KPMD; dan

i. melembagakan pengelolaan perencanaan pembangunan partisipatif melalui TPM, BKAD, dan UPK di tingkat kecamatan dan UPKD/ UPKK, TPK,TP3 serta unit kegiatan lainnya di tingkat desa dan kelurahan dalam mengelola pembangunan secara partisipatif.

BAB IIIRUANG LINGKUP

Pasal 7

(1) Pengelolaan SIPPADA mencakup penyelenggaraan fungsi pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan yang meliputi segala bidang kehidupan secara terpadu dengan melibatkan masyarakat secara aktif.

(2) Pengelolaan SIPPADA merupakan upaya untuk mengintegrasikan pendekatan perencanaan politis, perencanaan teknokratis, perencanaan partisipatif dan bottom up - top down sebagai penjabaran dari RPJPD, RPJMD dan RKPD.

Pasal 8

(1) Pengelolaan SIPPADA di desa/kelurahan melalui proses pembangunan dengan prinsip desentralisasi kewenangan kepada masyarakat untuk menentukan kebutuhan dan usulan kegiatan.

(2) Pengelolaan SIPPADA di desa menghasilkan RPJM-Desa dan RKP-Desa yang memuat visi, misi, program dan kegiatan indikatif yang disusun bersama kepala desa, Badan Permusyawaratan Desa dan masyarakat.

(3) Pengelolaan SIPPADA di kelurahan menghasilkan Rencana Strategis dan Rencana Kerja yang memuat visi, misi, program dan kegiatan

13

Page 14: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

indikatif yang disusun bersama lurah, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) dan masyarakat.

Pasal 9

(1) Camat bersama TPM dan atau BKAD melalui forum musrenbang kecamatan menyusun rencana program dan kegiatan prioritas lintas wilayah desa/kelurahan di kecamatan.

(2) Pelaksanaan kegiatan indikatif dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat, pendidikan, kesehatan, sarana prasarana dan peningkatan kapasitas kelembagaan dan masyarakat dengan pembiayaan yang bersumber dari dana hibah / BLM dari pemerintah dan dikerjakan secara swakelola oleh masyarakat.

Pasal 10

(1) SKPD menyusun Rencana Kerja SKPD bersumber pada RPJPD, RPJMD, RKPD, Rencana Strategis SKPD, Rencana Kerja Kecamatan, RKP Desa, Rencana Kerja kelurahan dan hasil prioritas usulan pembangunan yang belum terdanai pada forum musrenbang melalui dana BLM.

(2) DPRD melakukan Penjaringan Aspirasi Masyarakat berdasarkan hasil-hasil usulan mulai dari desa/kelurahan yang termuat dalam RPJM Desa, RKP Desa atau Rencana Strategis kelurahan dan Rencana Strategis kecamatan dalam rangka penyusunan pokok-pokok pikiran DPRD.

Pasal 11

(1) SIPPADA di tingkat kabupaten merupakan penjabaran dari RPJPD, RPJMD dan perencanaan pembangunan daerah lainnya dengan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif, baik yang dikelola oleh pemerintah daerah maupun yang dilaksanakan oleh masyarakat.

(2) RKPD dalam kerangka SIPPADA dirumuskan melalui kebijakan program-program pemberdayaan masyarakat dalam Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) melalui Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima Kabupaten

14

Page 15: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

dalam bentuk dana hibah / BLM dari pemerintah daerah kepada masyarakat desa/kelurahan.

BAB IV

KELEMBAGAAN DALAM SIPPADA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 12

Kelembagaan yang berperan secara aktif dan bertanggung jawab dalam SIPPADA adalah :a. masyarakat, kelompok masyarakat dan kelembagaan masyarakat di

tingkat desa/kelurahan;b. pemerintah desa/kelurahan dan camat; c. BKAD sebagai lembaga representatif masyarakat dalam pelaksanaan

pembangunan partisipatif antar desa yang berkedudukan di kecamatan;

d. TPM sebagai unsur yang bersifat sementara yang diangkat dan diberhentikan oleh masyarakat yang bertugas menyelenggarakan Musrenbang .

e. organisasi politik, LSM, perguruan tinggi, organisasi profesi, dan organisasi kemasyarakatan lainnya;

f. DPRD sebagai lembaga legislatif daerah Kabupaten Nagekeo; dang. pemerintah daerah adalah bupati dan perangkat daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Bagian Kedua

Hak dan Kewajiban Masyarakat dan Kelembagaan Dalam SIPPADA

Pasal 13

Anggota masyarakat, kelompok masyarakat, lembaga kemasyarakatan, organisasi politik, perguruan tinggi, dan organisasi profesi serta organisasi kemasyarakatan lainnya berhak:

15

Page 16: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

a. berperan secara aktif dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu rencana pembangunan daerah sesuai dengan peraturan daerah ini; dan

b. menyampaikan masalah-masalah yang dihadapi, atau dirasakan sesuai etika komunikasi publik, dalam forum-forum musyawarah pembangunan untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pembangunan daerah berikutnya.

Pasal 14

Anggota masyarakat, kelompok masyarakat, lembaga kemasyarakatan, organisasi politik, perguruan tinggi dan organisasi profesi serta organisasi kemasyarakatan lainnya berkewajiban :a. mengajukan usulan atau aspirasi, wajib menyertakan alasan-alasan

yang mendasar bahwa substansi usulan program dan kegiatan yang disampaikan tersebut memiliki kepentingan strategis bagi kepentingan masyarakat luas sehingga dapat dipertimbangkan menjadi prioritas pembangunan daerah;

b. mengikuti seluruh proses dan tahapan pembangunan daerah, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan

c. melakukan pemantauan, monitoring dan evaluasi dan penilaian terhadap semua pelaksanaan kegiatan dan sumber dananya, yang disampaikan dalam forum musyawarah desa/kelurahan, forum musyawarah kecamatan, dan forum musyawarah kabupaten.

Pasal 15

(1) BKAD berhak untuk:a. mengetahui proses pengelolaan anggaran dari dana hibah

BLM yang diberikan kepada desa melalui UPK kecamatan dan UPKD/UPKK yang ditetapkan melalui mekanisme swakelola;

b. BKAD mengelola dana-dana tugas pembantuan dan atau berasal dari setiap SKPD dalam membiayai kegiatan yang berskala kecil yang dapat dikerjakan oleh masyarakat; dan

c. menyalurkan maupun mengelola program/kegiatan antar desa/kelurahan.

(2) TPM berhak untuk :a. mengelola dan memimpin penyelenggaraan forum Musrenbang; b. menanda tangani seluruh dokumen hasil Musrenbang; dan

16

Page 17: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

c. bersama utusan desa lainnya mewakili masyarakat untuk mengikuti proses Musrenbang .

Pasal 16

1. BKAD berkewajiban untuk:a. mengkoordinasikan dan memfasilitasi masyarakat dan LPM untuk

memelihara dan melestariakan hasil-hasil kegiatan fisik sarana prasarana yang dibangun dengan mekanisme swakelola; dan

b. bersama UPK dan unit kegiatan lainnya melaksanakan hasil keputusan forum dalam memelihara, mengembangkan dan melestarikan sarana prasarana dan aset produktif berupa pinjaman dana bergulir kepada masyarakat miskin serta meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat perdesaan.

2. TPM berkewajiban untuk :a. mengkoordinasikan dan memfasilitasi masyarakat dalam proses

musrenbang;b. mengikuti proses musrenbang kabupaten dan seluruh forum

pengambilan keputusan di tingkat kabupaten; danc. mensosialisasikan seluruh hasil keputusan forum di tingkat

kabupaten kepada masyarakat desa. melalui forum musyawarah kecamatan.

Pasal 17

(1)Guna menjamin kualitas proses dan tahapan SIPPADA yang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan dibutuhkan pendamping atau fasilitator yaitu Fasilitator Kecamatan, setrawan, FP2MD dan KPMD.

(2)Tugas dan fungsi pendamping adalah memfasilitasi dan meningkatkan peran masyarakat, lembaga kemasyarakatan dan pemerintahan lokal dalam mengelola pembangunan sesuai dengan sistem pembangunan partisipatif daerah.

Pasal 18

SKPD berhak untuk:a. membatalkan usulan-usulan yang tidak sesuai dengan agenda

pembangunan daerah;

17

Page 18: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

b. tidak menerima atau tidak mengakomodir usulan-usulan yang tidak melalui proses dan mekanisme SIPPADA yang dimulai dari musrenbang desa atau kelurahan dan musrenbang kecamatan; dan

c. membatalkan sebagian dan atau keseluruhan kegiatan pembangunan yang diserahkan kepada masyarakat melalui BKAD dan atau lembaga kemasyarakatan lainnya jika dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan prinsip, prosedur dan mekanisme yang diatur dalam peraturan daerah ini.

Pasal 19

SKPD Berkewajiban :a. memberikan kesempatan bagi setiap anggota masyarakat, kelompok

masyarakat, lembaga kemasyarakatan, organisasi politik, LSM, perguruan tinggi, dan organisasi profesi serta organisasi kemasyarakatan lainnya untuk terlibat dan berpartisipasi secara aktif dalam setiap tahapan proses pembangunan daerah;

b. untuk menjadi peserta dan narasumber dalam forum musyawarah pembangunan di tingkat desa atau kelurahan, kecamatan dan tingkat kabupaten;

c. melakukan penilaian atas hasil usulan dari forum musyawarah perencanaan pembangunan tingkat kecamatan untuk selanjutnya diakomodir menjadi usulan program masing-masing SKPD pada forum musyawarah perencanaan pembangunan di tingkat kabupaten;

d. tidak boleh mengusulkan program dan atau kegiatan yang bukan merupakan hasil proses musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan menjadi agenda pembangunan SKPD, kecuali program dan kegiatan teknokratis atau untuk kepentingan lain yang berhubungan langsung dengan upaya pencapaian visi dan misi pembangunan daerah dan disepakati pemangku kepentingan dalam forum yang dilakukan khusus untuk membahas program tersebut;

e. melakukan harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan program-program yang berbasis pemberdayaan masyarakat, diantaranya pemilihan sasaran, prinsip dasar, strategi, pendekatan, mekanisme, dan prosedur yang diperlukan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja; dan

f. melimpahkan kewenangan kepada masyarakat dalam pengelolaan dana, program dan kegiatan yang berskala kecil yang dapat dikerjakan oleh masyarakat secara langsung.

18

Page 19: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Pasal 20

(1)DPRD wajib mengikuti tahapan dan proses SIPPADA. (2)DPRD berhak mengajukan usulan program dan kegiatan berdasarkan

hasil proses jaring aspirasi masyarakat yang berasal dari hasil musyawarah perencanaan pembangunan desa dan kecamatan pada forum SKPD atau gabungan SKPD dan musyawarah perencanaan pembangunan kabupaten.

Pasal 21

(1)Bupati bertanggungjawab atas penyelenggaraan SIPPADA.(2)Dalam perumusan kebijakan, pelaksanaan koordinasi dan

pengendalian SIPPADA terhadap semua SKPD dan pemangku kepentingan di tingkat kabupaten dilakukan oleh BAPPEDAS.

(3)Pelaksanaan teknis operasional SIPPADA dilaksanakan oleh BPMD dan SKPD terkait yang memiliki program dan kegiatan sebagai penjabaran SIPPADA.

(4)Camat melakukan koordinasi pelaksanaan program/kegiatan sebagai penjabaran SIPPADA di tingkat kecamatan.

(5)Kepala desa/lurah melakukan koordinasi pelaksanaan program/kegiatan sebagai penjabaran SIPPADA di tingkat desa/kelurahan.

BAB V

PARTISIPASI PELAKU DALAM SIPPADA

Bagian Kesatu

Partisipasi Pelaku Dalam Perencanaan Pembangunan

Pasal 22

(1) Setiap orang baik individu maupun kelompok dan lembaga dalam masyarakat berkewajiban berpartisipasi dalam proses perencanaan pembangunan.

(2) Partisipasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

19

Page 20: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

a. menyampaikan potensi dan masalah-masalah yang dihadapi dan dialami masyarakat untuk dikaji lebih lanjut menjadi agenda prioritas pembangunan daerah;

b. menyampaikan usul saran atau aspirasi untuk diproses menjadi kebijakan dalam agenda pembangunan daerah; dan

c. terlibat secara aktif dalam proses pengambilan keputusan tentang rencana pembangunan.

(3)Penyampaian masalah-masalah dan usul saran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disertai dengan alasan-alasan yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan mekanisme penyaluran aspirasi publik melalui proses musrenbang secara berjenjang.

(4)Partisipasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui :a. forum sosialisasi tingkat kabupaten; b. forum musrenbang sosialisasi tingkat kecamatan;c. forum musrenbang sosialisasi tingkat desa/kelurahan;d. forum PAGAS tingkat dusun/lingkungan;e. forum musyawarah khusus perempuan tingkat desa/kelurahan;f. forum Pra Musrenbang Desa g. forum musrenbang dan penetapan usulan tingkat desa/kelurahan;h. forum musrenbang prioritas dan penetapan usulan tingkat

kecamatan;i. forum SKPD tingkat kabupaten;j. forum diskusi SKPD dan DPRD;k. forum musrenbang kabupaten;l. memberikan masukan dalam penyusunan Rencana Kerja

Pembangunan Daerah (RKPD); danm. memberikan transformasi pengetahuan tentang seluruh

proses perencanaan pembangunan dan penganggaran serta pengetahuan lainnya kepada masyarakat yang difasilitasi oleh BKAD.

(5) Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d,huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, huruf j, huruf k,huruf l, dan huruf m, akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 23

20

Page 21: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

(1)Pemerintah daerah melalui SKPD, berkewajiban memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam setiap tahapan perencanaan pembangunan.

(2)Pemberian kesempatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui cara:

a. merespon, menilai dan mengevaluasi agenda pembangunan yang diusulkan masyarakat melalui forum musyawarah tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten sesuai dengan dokumen RPJM – Desa/Renstra Kelurahan dan RKP-Desa/Renja Kelurahan tahun berkenan;

b. mengakomodir kebutuhan prioritas masyarakat hasil musrenbangcam untuk menjadi usulan program prioritas masing-masing SKPD pada forum musrenbang kabupaten sesuai dengan persyaratan teknis dan tugas pokok serta fungsi SKPD; dan

c. menetapkan usulan program prioritas masyarakat untuk menjadi agenda prioritas pembangunan daerah pada forum musrenbang kabupaten.

(3)Penetapan usulan program prioritas masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diikuti dengan pengalokasian dana oleh SKPD.

(4) Camat melakukan koordinasi pelaksanaan musrenbangcam sebagai penjabaran SIPPADA di tingkat kecamatan.

(5) Kepala desa/lurah melakukan koordinasi pelaksanaan musrenbangdes/kel sebagai penjabaran SIPPADA di tingkat desa/kelurahan.

Bagian Kedua

Partisipasi Pelaku Dalam Pelaksanaan Pembangunan

Pasal 24

(1) Setiap orang baik individu maupun kelompok dan lembaga dalam masyarakat dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan.

(2) Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untuk menjamin efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pembangunan daerah.

(3) Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan yang dikerjakan oleh masyarakat dengan swakelola dapat berbentuk

21

Page 22: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

tenaga, pikiran, material dan non material yang dibutuhkan dalam menyukseskan pelaksanaan pembangunan di desa/kelurahan.

(4) Besaran nilai partisipasi dalam bentuk tenaga dan material sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disesuaikan dengan kemampuan nyata masyarakat yang dihibahkan untuk pelaksanaan pembangunan.

Pasal 25

(1) Pemerintah daerah melalui SKPD berkewajiban mendorong partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan daerah.

(2) Pemerintah daerah melalui SKPD menyerahkan pengelolaan kegiatan program berupa hibah dana bantuan langsung kepada masyarakat desa dan kelurahan.

(3) Pengelolaan kegiatan program sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus memperhatikan aspek konstruksi, kemampuan sumber daya lokal dan aspek teknis lainnya yang dilakukan oleh tenaga teknis program dan/atau TPK.

(4) Untuk menyukseskan pelaksanaan program, pemerintah daerah menempatkan fasilitator program berupa FK, FP2MD dan setrawan dalam mengawal teknis pelaksanaan program di desa.

(5) Camat melakukan koordinasi pelaksanaan program/kegiatan sebagai penjabaran SIPPADA di tingkat kecamatan.

(6) Kepala desa/lurah melakukan koordinasi pelaksanaan program/kegiatan sebagai penjabaran SIPPADA di tingkat desa/kelurahan.

Bagian Ketiga

Partisipasi Pelaku Dalam Pengawasan Pembangunan

Pasal 26(1) Setiap orang baik individu maupun kelompok dan lembaga dalam

masyarakat berkewajiban berpartisipasi dalam kegiatan pengawasan pembangunan desa/kelurahan.

(2) Pengawasan pembangunan desa/kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan desa/kelurahan yang meliputi kepala desa/lurah, aparat desa/kelurahan, ketua dan anggota BPD, ketua dan anggota LPMK, LPM, pengurus UPKD/Badan Usaha Milik Desa (BUMDES), TPK,

22

Page 23: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

KPMD/KPMK, TP3 dan kader-kader lainnya dan secara sukarela dilakukan oleh tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat umum.

(3) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh SKPD dan masyarakat penerima hibah dan hasilnya dilaporkan baik secara lisan maupun secara tertulis baik dalam forum pertemuan masyarakat maupun dalam forum musrenbang secara berjenjang dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten.

Pasal 27

(1)Pemerintah daerah berkewajiban melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan pembangunan.

(2)Pelaksanaan kegiatan pengawasan, evaluasi pencapaian kinerja pelaksanaan program dan/atau kegiatan pada SKPD secara internal oleh SKPD yang bersangkutan dan secara eksternal dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten, serta lembaga pengawasan dan pemeriksa lainnya yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(3)Camat melakukan koordinasi pelaksanaan pengawasan internal terhadap pelaksanaan program/kegiatan sebagai penjabaran SIPPADA di tingkat kecamatan.

(4)Kepala desa/lurah melakukan koordinasi pelaksanaan pengawasan internal pelaksanaan program/kegiatan sebagai penjabaran SIPPADA di tingkat desa/kelurahan.

Bagian Keempat

Partisipasi Pelaku Dalam Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

Pasal 28(1)Setiap orang baik individu maupun kelompok dan lembaga dalam

masyarakat berkewajiban berpartisipasi dalam kegiatan monitoring dan evaluasi pembangunan.

(2)Partisipasi masyarakat dalam monitoring dan evaluasi hasil pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan membentuk tim monitoring dan evaluasi di tingkat desa/kelurahan.

(3)Tim monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berkewajiban menyampaikan hasil monitoring dan evaluasi pada forum musyawarah di tingkat desa/ kelurahan.

23

Page 24: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

(4)Pemerintah desa/kelurahan dan/atau TPK sebagai pengelola dana hibah wajib membuat laporan pertanggungjawaban pengelolaan dana hibah kepada masyarakat maupun kepada SKPD yang menangani program/kegiatan.

Pasal 29

(1)Pemerintah daerah berkewajiban melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan pembangunan secara berjenjang dari desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten.

(2)Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh BAPPEDAS dan pimpinan SKPD yang menangani program/kegiatan yang pengelolaannya diserahkan kepada masyarakat.

(3)Pelaksanaan monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara periodik dan insidentiil yang hasilnya diketahui masyarakat.

(4)Camat melakukan koordinasi pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program/kegiatan sebagai penjabaran SIPPADA di tingkat kecamatan.

(5)Kepala desa/lurah melakukan koordinasi pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program/kegiatan sebagai penjabaran SIPPADA di tingkat desa/kelurahan.

Bagian Kelima

Partisipasi Pelaku Dalam Pemeliharaan Dan

Pelestarian Hasil Pembangunan

Pasal 30

(1)Setiap orang baik individu maupun kelompok dan lembaga dalam masyarakat berkewajiban berpartisipasi dalam kegiatan pemeliharaan dan pelestarian hasil pembangunan.

(2)Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan dan pelestarian hasil pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

24

Page 25: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

dengan membentuk tim pemeliharaan dan pelestarian di tingkat desa/kelurahan.

(3)Bentuk partisipasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk tenaga, pikiran, dan material sesuai dengan kemampuan masyarakat yang dapat disumbangkan untuk perbaikan dan pengembangan hasil pembangunan yang telah dikerjakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah.

Pasal 31

(1) Pemerintah daerah berkewajiban mendorong masyarakat agar melakukan pemeliharaan dan pelestarian hasil pembangunan baik yang bersumber dari dana hibah yang diserahkan kepada masyarakat desa/kelurahan maupun non hibah yang dikelola oleh SKPD terkait.

(2) Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan pelestarian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh SKPD dan masyarakat penerima hibah dengan membentuk tim pemelihara dan pelestarian dalam forum pertemuan setingkat forum musrenbang secara berjenjang dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten.

(3) SKPD terkait berkewajiban melakukan monitoring dan evaluasi proses pemeliharaan dan pelestarian hasil pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat.

(4) Camat melakukan koordinasi pelaksanaan pemeliharaan dan pelestarian hasil pembangunan dari program/kegiatan sebagai penjabaran SIPPADA di tingkat kecamatan.

(5) Kepala desa/lurah melakukan koordinasi pelaksanaan pemeliharaan dan pelestarian hasil pembangunan dari program/kegiatan sebagai penjabaran SIPPADA di tingkat desa/kelurahan.

BAB VI

PENDEKATAN DAN TAHAPAN SIPPADA

Bagian Kesatu

Pendekatan SIPPADA

25

Page 26: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Pasal 32

(1)Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan SIPPADA adalah pendekatan partisipatif, pemberdayaan masyarakat, dialogis, komunikatif dan persuasif.

(2)Untuk menjamin terselenggaranya forum musyawarah pembangunan berbasis masyarakat harus dilakukan secara demokratis dan berupaya mendorong efektivitas fungsi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta pelestarian dan pemeliharaan pembangunan yang ada pada masyarakat.

(3)Proses pelaksanaan SIPPADA secara operasional wajib dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah partisipatif, otonomi, desentralisasi, demokratis, bottom up - top down, keterpaduan, efisiensi dan efektifitas, prioritas, berorientasi pada masyarakat miskin, kesetaraan dan keadilan gender, transparansi, akuntabel, serta berkelanjutan.

Bagian Kedua

Tahapan SIPPADA

Pasal 33

Tahapan atau alur kegiatan dalam SIPPADA meliputi : tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan, tahapan pemantauan, monitoring dan evaluasi, serta tahapan pelestarian dan pemeliharaan hasil kegiatan.

Paragraf 1

Tahapan Perencanaan

Pasal 34

(1)Kegiatan Perencanaan meliputi persiapan dan sosialisasi, serta perencanaan di desa/kelurahan, di kecamatan, dan di kabupaten.

(2)Tahapan persiapan dan sosialisasi dimulai dari musrenbangkab sosialisasi, musrenbancam sosialisasi sampai dengan musrenbang desa/kelurahan sosialisasi dan penguatan kapasitas pemerintahan dan kelembagaan masyarakat sebagai unsur perencana.

26

Page 27: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

(3)Tahapan perencanaan di desa/kelurahan dimulai dari tahapan penggalian gagasan dan musyawarah khusus perempuan sampai dengan musyawarah perencanaan pembangunan dan penetapan prioritas usulan desa/kelurahan.

(4)Tahapan perencanaan di kecamatan dimulai dengan musrenbangcam sosialisasi sampai dengan musyawarah perencanaan pembangunan dan penetapan prioritas usulan kecamatan.

(5)Tahapan perencanaan di kabupaten adalah meliputi : forum SKPD atau gabungan SKPD dan musyawarah perencanaan pembangunan kabupaten.

(6)Tahapan – tahapan perencanaan sebagaimanan dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) dilaksanakan secara berjenjang.

Pasal 35

Musyawarah Kecamatan Sosialisasi dilakukan melalui kegiatan:a. forum musyawarah di tingkat kecamatan dalam rangka

mensosialisasikan materi-materi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (4), dan Rencana Strategis (Renstra) SKPD, serta Rencana Kerja (Renja) SKPD, dan hal-hal lain yang disepakati pada forum musyawarah kabupaten;

b. forum musyawarah dihadiri para kepala desa, lurah dan perangkatnya, utusan masyarakat desa atau kelurahan termasuk didalamnya unsur perempuan, anggota DPRD dari daerah pemilihan masing – masing kecamatan, pimpinan atau ketua partai politik di kecamatan, lembaga sosial masyarakat, dan badan hukum lainnya, serta pimpinan SKPD yang disesuaikan dengan potensi wilayah kecamatan;

c. nara sumber sosialisasi terdiri dari camat, DPRD, BAPPEDAS, BPMD, dan SKPD terkait lainnya; dan

d. sosialisasi RPJP-Daerah, RPJM-Daerah, RKP-Daerah, dan agenda prioritas pembangunan daerah, Renstra SKPD dan Renja SKPD.

Pasal 36

Musyawarah desa atau kelurahan sosialisasi dilakukan melalui kegiatan:a. forum musyawarah di tingkat desa atau kelurahan dalam rangka

mensosialisasikan materi - materi sebagaimana yang dimaksud dalam

27

Page 28: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Pasal 35, dan hal-hal lain yang disepakati dalam forum musyawarah kecamatan sosialisasi;

b. forum musyawarah dihadiri aparat desa atau kelurahan, kepala dusun atau kepala lingkungan, ketua Rukun Tetangga (RT), utusan masyarakat dusun atau lingkungan dan/atau utusan warga masyarakat termasuk dari unsur perempuan, anggota DPRD dari daerah pemilihan kecamatan masing-masing, pimpinan partai politik tingkat desa atau kelurahan, unsur lembaga kemasyarakatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, kepala sekolah, bidan desa, dan pelaksana dinas atau badan (SKPD) dan satuan organisasi lainnya yang ada di wilayah desa atau kelurahan yang bersangkutan, serta masyarakat luas yang berkepentingan untuk hadir;

c. nara sumber sosialisasi terdiri dari camat , DPRD, BAPPEDAS, BPMD dan SKPD terkait lainnya sesuai dengan potensi wilayah desa atau kelurahan; dan

d. sosialisasi RPJPD, RPJMD, RKPD dan agenda prioritas pembangunan daerah, Renstra dan Renja SKPD.

Pasal 37

PAGAS dilakukan melalui kegiatan:a. forum musyawarah di tingkat dusun/lingkungan yang bertujuan untuk

menemukenali gagasan-gagasan kegiatan atau kebutuhan masyarakat dalam upaya mengatasi permasalahan yang dihadapi dan potensi yang dapat dikembangkan oleh masyarakat; dan

b. pendekatan Pengkajian Keadaan Desa (PKD) yang diputuskan melalui forum musyawarah dusun untuk menghasilkan draf visi desa serta urutan prioritas gagasan.

Pasal 38

MKP dilakukan melalui kegiatan:a. forum musyawarah kelompok khusus perempuan dalam rangka

membahas gagasan dari kelompok-kelompok perempuan dan menetapkan usulan kegiatan yang merupakan kebutuhan desa/kelurahan; dan

b. pelaporan ke forum musyawarah desa/kelurahan perencanaan untuk ditetapkan sebagai bagian dari usulan desa/kelurahan.

Pasal 39

28

Page 29: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa/Kelurahan dilakukan melalui kegiatan:a. forum pertemuan masyarakat di desa/kelurahan yang bertujuan untuk

membahas seluruh hasil penggalian gagasan dari kelompok-kelompok dan atau dusun/lingkungan serta menetapkan lembaga kemasyarakatan dan unit kegiatan lainnya di tingkat desa/kelurahan;

b. pengusulan prioritas usulan kegiatan yang akan terdokumentasi dalam RPJM-Des untuk 5 (lima) tahun, dan RKP-Des yang bisa didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) atau bantuan kelurahan serta swadaya masyarakat atau pihak lain yang tidak mengikat;

c. usulan kegiatan desa/kelurahan yang tidak dapat didanai dengan APBDes atau bantuan kelurahan dan atau swadaya masyarakat, diusulkan pada forum musrenbang kecamatan dalam bentuk dokumen usulan desa/kelurahan; dan

d. usulan kegiatan desa/kelurahan yang akan didanai BLM kecamatan dan setiap desa/kelurahan berhak mengusulkan usulan kegiatan yang dipisahkan tersendiri untuk usulan reguler.

Pasal 40

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan Penetapan Usulan dilakukan melalui kegiatan:a. forum musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan dalam

rangka mengkompilasikan usulan-usulan dan penentuan prioritas usulan dari desa atau kelurahan berdasarkan dokumen usulan masing-masing desa atau kelurahan, serta membahas dan menetapkan lembaga kemasyarakatan dan unit kegiatan lainnya di tingkat kecamatan;

b. memembahas dan menetapkan urusan prioritas atau perangkingan dari usulan masing-masing desa untuk didanai dengan dana BLM kecamatan; dan

c. usulan kegiatan yang tidak didanai dengan dana BLM serta seluruh dokumen usulan desa yang diajukan pada forum musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan, akan diusulkan pada forum SKPD dan forum musyawarah perencanaan pembangunan kabupaten;

Pasal 41

29

Page 30: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten dilakukan melalui kegiatan:a. forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau gabungan Satuan

Kerja Perangkat Daerah (gabungan SKPD) dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten; dan

b. forum SKPD atau gabungan SKPD dan Musrenbangkab seperti yang dimaksud dalam point a adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan untuk membahas prioritas kegiatan pembangunan hasil musrenbang kecamatan dengan SKPD atau gabungan SKPD sebagai upaya mengisi Rencana Kerja SKPD yang tata cara penyelenggaraannya difasilitasi oleh SKPD terkait menjadi Rencana Kerja (Renja ) SKPD tahun berikutnya;

Paragraf 2

Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

Pasal 42

(1)Pelaksanaan kegiatan adalah kegiatan – kegiatan tertentu yang menjadi kewenangan masyarakat dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat, dan kegiatan – kegiatan SKPD serta dunia usaha dan pihak lain yang dengan kebijakan sendiri melalui mekanisme proyek maupun yang diserahkan kepada masyarakat yang berbasis pemberdayaan baik penyaluran maupun pengelolaannya melalui kelembagaan BKAD di tingkat kecamatan dan/atau pemerintah desa/kelurahan dan TPK di tingkat desa/kelurahan.

(2)Untuk menjamin kualitas pelaksanaan kegiatan, perlu diadakan rapat – rapat persiapan pelaksanaan.

(3)Rapat persiapan dimaksud lebih ditujukan kepada persiapan aspek sumber daya manusia termasuk kelembagaan masyarakat sebagai unit pelaksana kegiatan.

(4)Persiapan pelaksanaan dimulai dengan rapat koordinasi awal di tingkat kecamatan, rapat persiapan pelaksanaan di tingkat desa/kelurahan dan diadakan sesuai kebutuhan.

30

Page 31: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

(5)Akhir dari seluruh proses pelaksanaan kegiatan wajib melakukan musyawarah pertanggungjawaban dan serah terima dari pelaksana kegiatan kepada masyarakat dan pemilik program.

(6)Tata cara pelaksanaan swakelola oleh masyarakat diatur dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 3

Tahapan Pemantauan Kegiatan

Pasal 43

(1)Masyarakat dan pemangku kepentingan wajib melakukan pemantauan kegiatan pembangunan daerah, kecamatan dan desa/kelurahan serta penggunaan dananya.

(2)Pemantauan dilakukan sepanjang tahapan pelaksanaan program dan kegiatan yang bertujuan untuk memastikan suatu program dan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan.

(3)Hasil pemantauan disampaikan secara berjenjang melalui forum musyawarah pembangunan dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten.

Paragraf 4

Tahapan Monitoring dan Evaluasi

Pasal 44

(1)Masyarakat dan pemangku kepentingan perlu melakukan monitoring terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan yang ada di wilayah melalui kegiatan pengumpulan atau penyediaan data dan informasi bagi pengelola program untuk melihat kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai rencana.

(2)Masyarakat dan pemangku kepentingan perlu melakukan evaluasi dengan cara menilai semua tahapan kegiatan baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan serta dampak yang timbul setelah program dan kegiatan dilaksanakan baik secara positif maupun negatif.

(3)Penyampaian hasil monitoring dan evaluasi oleh masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya disampaikan melalui forum musyawarah secara berjenjang mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten.

31

Page 32: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Paragraf 5

Tahapan Pelestarian dan Pemeliharaan

Pasal 45

(1)Untuk menjamin dan memberikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan dari hasil-hasil pembangunan setelah pelaksanaan perlu dilakukan pelestarian dan pemeliharaan oleh masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya yang berada pada wilayah yang bersangkutan.

(2)Sistem pelestarian dan pemeliharaan diarahkan kepada adanya perawatan dan pengembangan sarana dan prasarana yang ada.

BAB VIIPENGANGGARAN

Pasal 46

(1) Penganggaran SIPPADA bersumber dari :a. swadaya masyarakat;b. anggaran pendapatan dan belanja desa;c. anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten;d. anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi;e. anggaran pendapatan dan belanja negara; danf. sumber lain yang sah.

(2) Penganggaran SIPPADA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk membiayai program dan kegiatan yang ditentukan berdasarkan mekanisme partisipatif melalui musrenbang.

(3) Penganggaran yang membiayai program dan kegiatan yang dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat berupa BLM dan pekerjaan yang diserahkan oleh SKPD sebagai penanggung jawab anggaran.

(4) BLM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersifat hibah kepada kecamatan, desa/kelurahan dan kelompok masyarakat.

32

Page 33: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

(5) Pemerintah Daerah mengalokasikan BLM sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dalam bentuk Alokasi Dana Desa, Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan, PNPM, P2SPP atau sebutan lainnya dan program daerah lainnya.

(6) Besaran pagu dana BLM bagi setiap kecamatan, desa/kelurahan dan kelompok masyarakat dihitung secara proporsional sesuai bobot kecamatan, desa/kelurahan dan kelompok masyarakat bersangkutan.

(7) Penetapan besaran BLM bagi kecamatan, desa/kelurahan dan kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) lebih lanjut akan diatur dengan peraturan bupati.

BAB VIII

KOORDINASI PELAKSANAAN SIPPADA

Bagian Kesatu

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Statistik

Pasal 47

Untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini, BAPPEDAS wajib melakukan perumusan kebijakan, melaksanakan koordinasi dan pengendalian SIPPADA dengan semua SKPD dan pemangku kepentingan lainnya di tingkat kabupaten.

Pasal 48

Dalam pelaksanaan SIPPADA, BAPPEDAS bertugas:a. melakukan perumusan kebijakan dan koordinasi dengan semua SKPD

dan pemangku kepentingan lainnya di tingkat kabupaten untuk melaksanakan SIPPADA, sesuai dengan perencanaan pembangunan daerah;

33

Page 34: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

b. melakukan pengendalian, menghimpun, menganalisis dan menyusun hasil evaluasi terhadap SKPD secara keseluruhan dalam pelaksanaan Peraturan Daerah ini dalam rangka pencapaian perencanaan pembangunan daerah;

c. menyelaraskan program dan kegiatan SIPPADA dengan RPJPD, RPJMD dan RKPD serta melakukan evaluasi proses perencanaan, pelaksanaan dan hasil-hasil pelaksanaan SIPPADA sesuai dengan perencanaan pembangunan daerah; dan

d. melakukan koordinasi pelaksanaan musrenbang tingkat kecamatan, forum SKPD dan musrenbang kabupaten sesuai dengan proses dan mekanisme yang berlaku.

Pasal 49

Dalam melaksanakan tugasnya, BAPPEDAS berfungsi sebagai:a. perumus kebijakan dan pengkoordinasian berbagai aspek yang terkait

dengan efektivitas pelaksanaan peraturan daerah ini;b. sebagai koordinator semua pemangku kepentingan pembangunan

dalam pelaksanaan peraturan daerah ini sesuai perencanaan umum pembangunan daerah;

c. sebagai pengendali dan pemantauan pelaksanaan program dan/atau kegiatan oleh SKPD dan pemangku kepentingan lainnya meliputi evaluasi pencapaian target, penyerapan dana dan kendala yang dihadapi dalam melaksanakan SIPPADA sesuai dengan perencanaan umum pembangunan daerah;

d. perumus berbagai aspirasi masyarakat dalam rangka penyempurnaan aturan pelaksanaan Peraturan Daerah ini; dan

e. penyebarluasan informasi publik kepada pemangku kepentingan pembangunan di tingkat kabupaten yang berkaitan dengan SIPPADA dan perencanaan umum daerah.

Pasal 50

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BAPPEDAS memiliki wewenang untuk:a. menyampaikan hasil rumusan kebijakan yang ditetapkan oleh

pemerintah daerah untuk dilaksanakan oleh semua SKPD dan pemangku kepentingan lainnya sebagai penjabaran peraturan daerah ini dan melaporkan hasil pemantauan dan supervisi pelaksanaan

34

Page 35: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

SIPPADA kepada Kepala Daerah, disertai rekomendasi dan langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka pencapaian perencanaan pembangunan daerah;

b. meminta data dan informasi dari semua SKPD dan pemangku kepentingan lainnya; dan

c. membatalkan program dan kegiatan yang tidak sesuai dengan kebijakan umum daerah dalam RPJMD dan RPJPD.

Bagian Kedua

Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa

Pasal 51

Untuk melaksanakan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini, BPMD melakukan konsultasi dengan BAPPEDAS yang berkaitan dengan pelaksanaan dan teknis operasional SIPPADA di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa/ kelurahan.

Pasal 52

Dalam pelaksanaan SIPPADA, BPMD mempunyai tugas:

a. melakukan koordinasi teknis pelaksanaan dengan semua SKPD dan

pemangku kepentingan lainnya untuk melaksanakan SIPPADA di

tingkat desa/kelurahan;

b. menyiapkan standarisasi pemberdayaan masyarakat dalam rangka

penyelenggaraan pembangunan daerah, untuk dipedomani oleh

seluruh pemangku kepentingan;

c. mengkaji dan mengembangkan kapasitas serta membina pelaku

program dan pemangku kepentingan lainnya di tingkat desa/kelurahan

dan kecamatan dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan, monitoring

dan evaluasi, pelestarian dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan

daerah; dan

d. bersama BAPPEDAS melakukan koordinasi pelaksanaan musrenbang

sosialisasi di tingkat kabupaten, musrenbang sosialisasi di kecamatan,

35

Page 36: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

musrenbang sosialisasi di desa/kelurahan dan musrenbang penetapan

usulan tingkat desa/kelurahan sesuai dengan prosedur dan mekanisme

yang ditetapkan.

Pasal 53

Dalam melaksanakan tugasnya, BPMD berfungsi sebagai:a. koordinator teknis yang berkaitan dengan efektivitas pelaksanaan

SIPPADA di desa/keluarahan;b. bersama SKPD melakukan koordinasi teknis dalam pemantauan dan

evaluasi terhadap pelaksanaan program/kegiatan sebagai penjabaran Peraturan Daerah ini;

c. mengkoordinir SKPD dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengembangkan kapasitas perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta pelestarian pembangunan daerah secara internal dan eksternal maupun proporsional melalui pelatihan mulai dari tingkat desa/kelurahan dan kecamatan;

d. perumus standarisasi pemberdayaan masyarakat dan mengajukan berbagai masukan yang merupakan aspirasi masyarakat dalam rangka penyempurnaan berbagai aturan pelaksanaan sebagai penjabaran Peraturan Daerah ini; dan

e. penyebarluasan informasi publik secara berkala kepada SKPD, dan pemangku kepentingan lainnya tentang pelaksanaan SIPPADA di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan.

Pasal 54

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BPMD memiliki wewenang untuk:a. meminta data dan informasi dari semua SKPD dan pemangku

kepentingan lainnya dalam kaitan dengan penyediaan dan pelayanan informasi program dan kegiatan pembangunan berbasis pemberdayaan;

b. menghadirkan berbagai pihak terkait, dalam koordinasi khusus maupun pertemuan teknis pelaksanaan SIPPADA; dan

c. menyusun aspek teknis pemberdayaan masyarakat di bidang perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta pelestarian dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan oleh masyarakat ke arah kosistensi pelaksanaan SIPPADA.

36

Page 37: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

BAB IX

PENGAWASAN KOSISTENSI SIPPADA

Pasal 55

(1) Untuk melaksanakan ketentuan peraturan daerah ini, pengawasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan yang dilakukan oleh semua pihak baik pemerintah daerah, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnnya.

(2) Tata Cara pengawasan terhadap konsistensi pelaksanaan SIPPADA ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 56

Pengawasan pelaksanaan terdiri dari unsur-unsur:a. Lembaga Pengawasan Pemerintahan Daerah, terdiri dari :

1) DPRD; 2) pemerintah daerah melalui lembaga Inspektorat Kabupaten;

b. pimpinan SKPD sebagai pengawas internal pelaksana program;c. pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa;d. LSM, perguruan tinggi dan media massa;e. unsur perempuan; dan f. masyarakat, kelompok masyarakat dan kelembagaan masyarakat di

tingkat desa/kelurahan dan kecamatan.

Pasal 57

Hasil-hasil pengawasan oleh unsur pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56, yang terkait tentang kosistensi pelaksanaan SIPPADA harus disampaikan kepada bupati, DPRD, pemangku kepentingan dan masyarakat dalam forum Musrenbang dan forum lainnya dalam rangka untuk kepentingan penyempurnaan proses dan mekanisme pelaksanaan SIPPADA berikutnya.

Pasal 58

Lembaga pengawas Pemerintahan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 mempunyai tugas sebagai berikut:a. memantau efektifitas pelaksanaan SIPPADA;

37

Page 38: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

b. melakukan evaluasi pelaksanaan SIPPADA dalam forum Musrenbang dan forum lainnya;

c. melakukan konsultasi dengan bupati dalam kaitan dengan hasil - hasil pengawasan; dan

d. menerima aspirasi masyarakat dan mengajukan kepada pemerintah daerah dan DPRD.

Pasal 59

Lembaga pengawas Pemerintahan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56, memiliki fungsi: a. melakukan pengawasan terhadap SKPD dan pemangku kepentingan

lainnya dalam melaksanakan proses dan dampak SIPPADA; b. pemerintah daerah melalui lembaga Inspektorat Kabupaten mengkaji

dan mengembangkan kapasitas aparatur pengawas;c. pemerintah daerah melalui Inspektorat Kabupaten dan unsur

pengawas lainnya melakukan pengawasan terhadap penjabaran SIPPADA; dan

d. memberikan masukan bagi pimpinan SKPD dalam kaitan dengan pelaksanaan SIPPADA.

Pasal 60

Lembaga pengawasan Pemerintahan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 berwewenang untuk:a. meminta laporan, data dan informasi dari SKPD dan pemangku

kepentingan lainnya; danb. menghadirkan berbagai pihak terkait dalam pertemuan khusus

maupun pertemuan lainnya yang berkaitan dengan hasil pengawasan.

BAB X

SANKSI

Pasal 61

(1)Masyarakat, kelompok masyarakat, lembaga kemasyarakatan, desa/kelurahan dan kecamatan yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi.

(2)Pengenaan Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa :

38

Page 39: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

a. sanksi masyarakat, yakni sanksi yang ditetapkan melalui kesepakatan dalam musyawarah masyarakat, yang dituangkan secara tertulis dan dicantumkan dalam Berita Acara Musyawarah;

b. sanksi program, adalah pembatasan pendanaan maksimal dengan nilai tertentu, penundaan dan/atau pemberhentian program dan kegiatan serta bantuan yang dikenakan kepada masyarakat, kelompok masyarakat, desa/ kelurahan dan lembaga sebagai pengelola program dan kegiatan apabila tidak dapat mengelola program secara baik; dan

c. sanksi hukum yaitu sanksi yang diberikan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

(3)Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dikenakan apabila menyalahgunakan dana dan wewenang, menyalahi prinsip-prinsip SIPPADA, penyimpangan prosedur dan mekanisme, keterlambatan penyelesaian pekerjaan, hasil kegiatan tidak terpelihara dengan baik, keterlambatan penyampaian pertanggungjawaban dan hasil kegiatan tidak dimanfaatkan.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 62

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Nagekeo.

Ditetapkan di Mbay, pada tanggal 27 September 2011

BUPATI NAGEKEO,

JOHANES SAMPING AOH

39

Page 40: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Diundangkan di Mbay,pada tanggal 27 September 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NAGEKEO,

JULIUS LAWOTAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NAGEKEO TAHUN 2011 NOMOR 5

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NAGEKEO

NOMOR 5 TAHUN 2011

TENTANG

SISTEM PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

I. UMUM

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, membawa konsekuensi bagi daerah kabupaten untuk melaksanakan fungsi pemerintahan dengan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Kewenangan

40

Page 41: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

tersebut memerlukan koordinasi dan pengaturan untuk lebih mengharmonisasikan dan menyelaraskan pembangunan yang berskala nasional dan daerah.

Apabila pembangunan dimaknai sebagai upaya sadar untuk mewujudkan keadaan yang lebih baik maka diperlukan perencanaan yang lebih terarah, terpadu, sistematis dan berkelanjutan serta partisipatif. Dengan demikian sistem perencanaan pembangunan partisipatif adalah satu kesatuan perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan, baik dalam rencana jangka panjang, menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh seluruh unsur pemerintahan daerah dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat.

Dalam konteks pembangunan daerah, sesuai ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional maka diperlukan rangkaian tata cara penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD), dan pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten (Musrenbangkab).

UU Nomor 25 Tahun 2004 juga menekankan pada pengaturan mengenai Partisipasi Masyarakat dalam proses Musrenbang dan penyusunan RPJM (termasuk RPJMD) dan RPJP (termasuk RPJPD) yaitu :

1. Pasal 2 yang mengatur asas dan tujuan sebagai berikut :

(1) Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional.

(2) Perencanaan pembangunan nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan.

41

Page 42: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

(3) Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan Asas Umum Penyelenggaraan Negara.

(4) Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk:

a. mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan;

b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah;

c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan;

d. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dane. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya

secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.2. Pasal 5 yang mengatur mengenai ruang lingkup sebagai berikut :

(1) RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional.

(2) RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pernbangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

(3) RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pernerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

3. Pasal 6 (yang mengatur mengenai ruang lingkup sebagai berikut) :

42

Page 43: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

(1) Renstra-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional dan bersifat indikatif.

(2) Renja-KL disusun dengan berpedoman pada Renstra-KL dan mengacu pada prioritas pembangunan Nasional dan pagu indikatif, serta memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pernerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

4. Pasal 7 (yang mengatur mengenai ruang lingkup sebagai berikuit) :(1) Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,

program, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.

(2) Renja-SKPD disusun dengan berpedoman kepada Renstra SKPD dan mengacu kepada RKP, memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

5. Pasal 11 (yang mengatur mengenai Penyusunan dan Penetapan Rencana sebagai berikuit) :(1) Musrenbang diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJP

dan diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara negara dengan mengikutsertakan masyarakat.

(2) Menteri menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Nasional.

(3) Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Daerah.

(4) Musrenbang Jangka Panjang Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan Musrenbang Jangka Panjang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhimya periode RPJP yang sedang berjalan.

6. Pasal 16 (yang mengatur mengenai Penyusunan dan Penetapan Rencana sebagai berikuit) :

43

Page 44: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

(1) Rancangan RPJM Nasional sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 15 ayat (2) dan rancangan RPJM Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4) menjadi bahan bagi Musrenbang Jangka Menengah.

(2) Musrenbang Jangka Menengah diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJM diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara negara dan mengikutsertakan masyarakat.

(3) Menteri menyelenggarakan Musrenbang Jangka Menengah Nasional.

(4) Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka Menengah Daerah.

Sesuai amanah UU Nomor 25 Tahun 2004 pada Pasal (5) dan Pasal (6) yang mengamanatkan bahwa pada proses penyusunan dan penetapan RPJP dan RPJM diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara negara dan mengikutsertakan masyarakat, maka konskuensi akibat dasar hukum dimaksud pada tataran pemerintah pusat yang melaksanakan demikian, maka di daerah pada saat penyusunan dan penetapan RPJPD dan RPJMD juga dikuti oleh penyelenggara pemerintah daerah dan mengikutsertakan masyarakat.

Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah menekankan bahwa BAPPEDAS melakukan koordinasi Penyusunan RPJPD, RPJMD dan RKPD.

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 menekankan pada proses Musrenbang dan penyusunan Renja, RKPD, RPJMD dan RPJPD dengan melibatkan pemangku kepentingan dan masyarakat antara lain :

1. Pasal 5

Ayat (4) : RPJPD kabupaten/kota memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah dengan mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD provinsi.

Ayat (5) : Dalam menyusun rancangan awal RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bappeda meminta masukan dari SKPD dan pemangku kepentingan.

2. Pasal 6

44

Page 45: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Ayat (2) : Musrenbang dilaksanakan oleh Bappeda dengan mengikutsertakan pemangku kepentingan.

Ayat (3) : Musrenbang dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan penyampaian, pembahasan dan penyepakatan rancangan awal RPJPD.

3. Pasal 13

Ayat (2) : Musrenbang dilaksanakan oleh Bappeda dengan mengikutsertakan pemangku kepentingan.

Ayat (3) : Musrenbang dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan penyampaian, pembahasan dan penyepakatan rancangan RPJMD.

4. Pasal 17

Ayat (1) : Bappeda menyusun rancangan awal RKPD.Ayat (2) : RKPD merupakan penjabaran dari RPJMD.Ayat (3) : Kepala Bappeda mengkoordinasikan penyusunan

rancangan RKPD menggunakan rancangan Renja-SKPD dengan Kepala SKPD.

Ayat (4) : Rancangan RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif, baik yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Ayat (5) : Penetapan program prioritas berorientasi pada pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dan pencapaian keadilan yang berkesinambungan dan berkelanjutan.

Ayat (6) : Rancangan RKPD menjadi bahan Musrenbang RKPD.

5. Pasal 18

Ayat (1) : Musrenbang RKPD merupakan wahana partisipasi masyarakat di daerah.

Ayat (2) : Musrenbang RKPD dilaksanakan oleh Bappeda setiap tahun dalam rangka membahas Rancangan RKPD tahun berikutnya.

Ayat (3) : Musrenbang RKPD provinsi dilaksanakan untuk keterpaduan antar-Rancangan Renja SKPD dan antar-RKPD kabupaten/kota dalam dan antar provinsi.

Ayat (4) : Musrenbang RKPD kabupaten/kota dilaksanakan untuk keterpaduan Rancangan Renja antar-SKPD dan antar-Rencana Pembangunan Kecamatan.

6. Pasal 27

Ayat (1) : SKPD menyusun Renja-SKPD.Ayat (2) : Rancangan Renja-SKPD disusun dengan mengacu

pada rancangan awal RKPD, Renstra-SKPD, hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan

45

Page 46: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

periode sebelumnya, masalah yang dihadapi, dan usulan program serta kegiatan yang berasal dari masyarakat.

Ayat (3) : Rancangan Renja-SKPD memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Ayat (4) : Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi program dan kegiatan yang sedang berjalan, kegiatan alternatif atau baru, indikator kinerja, dan kelompok sasaran yang menjadi bahan utama RKPD, serta menunjukkan prakiraan maju.

Ayat (5) : Rancangan Renja-SKPD dibahas dalam forum SKPD yang diselenggarakan bersama antarpemangku kepentingan untuk menentukan prioritas kegiatan pembangunan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, pada Pasal 8 menegaskan bahwa urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa adalah urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan, Presiden menginstruksikan kepada semua Pejabat Negara termasuk Gubernur dan Bupati/Walikota se-Indonesia untuk melaksanakan Program-program yang berkeadilan, meliputi :1. Program yang pro rakyat , yang berfokus pada :

a. Program Penanggulangan Kemiskinan berbasis keluarga.b. Program Penanggulangan Kemiskinan berbasis

Pemberdayaan Masyarakat.c. Program Penanggulangan Kemiskinan berbasis Pemberdayaan

Usaha Mikro dan Kecil.2. Program yang berkeadilan untuk semua (justice for all), yang

salah satu fokusnya adalah Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan.

3. Program pencapaian tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals – MDGs) yang salah satu fokusnya adalah Program Pencapaian Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan.

Regulasi berikutnya adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Di dalamnya mengatur hal-hal sebagai berikut :1. Ruang lingkup perencanaan pembangunan daerah meliputi

tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah terdiri atas: RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, RKPD dan Renja SKPD.

2. Prinsip-prinsip perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing, mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah, dan dilaksanakan berdasarkan kondisi dan

46

Page 47: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional.

3. Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara: transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berwawasan lingkungan.

4. Partisipatif dimaksud adalah merupakan hak masyarakat untuk terlibat dalam setiap proses tahapan perencanaan pembangunan daerah dan bersifat inklusif terhadap kelompok masyarakat rentan termarginalkan, melalui jalur khusus komunikasi untuk mengakomodasi aspirasi kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses dalam pengambilan kebijakan.

5. Perencanaan pembangunan daerah menggunakan pendekatan: teknokratis, partisipatif, politis dan top-down dan bottom-up.

6. Pendekatan teknokratis dalam perencanaan pembangunan daerah maksudnya adalah pendekatan dengan menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah.

7. Pendekatan partisipatif maksudnya dilaksanakan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders) dengan mempertimbangkan:a. Relevansi pemangku kepentingan yang dilibatkan dalam

proses pengambilan keputusan, di setiap tahapan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah.

b. Kesetaraan antara para pemangku kepentingan dari unsur pemerintahan dan non pemerintahan dalam pengambilan keputusan.

c. Adanya transparasi dan akuntabilitas dalam proses perencanaan serta melibatkan media massa.

d. Keterwakilan seluruh segmen masyarakat, termasuk kelompok masyarakat rentan termarjinalkan dan pengarusutamaan gender.

e. Terciptanya rasa memiliki terhadap dokumen perencanaan pembangunan daerah dan terciptanya konsensus atau kesepakatan pada semua tahapan penting pengambilan keputusan, seperti perumusan prioritas isu dan permasalahan, perumusan tujuan, strategi, kebijakan dan prioritas program.

8. Pendekatan politis dimaksud bahwa program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih pada saat kampanye, disusun ke dalam rancangan RPJMD, melalui : a. Penerjemahan yang tepat dan sistematis atas visi, misi, dan

program kepala daerah dan wakil kepala daerah ke dalam tujuan, strategi, kebijakan, dan program pembangunan daerah selama masa jabatan.

b. Konsultasi pertimbangan dari landasan hukum, teknis penyusunan, sinkronisasi dan sinergi pencapaian sasaran pembangunan nasional dan pembangunan daerah dan

c. Pembahasan dengan DPRD dan konsultasi dengan pemerintah untuk penetapan produk hukum yang mengikat semua pemangku kepentingan.

9. Pendekatan perencanaan pembangunan daerah bawah-atas (bottom-up) dan atas-bawah (top-down) dimaksud adalah hasilnya diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan mulai dari desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional, sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergi pencapaian sasaran rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.

10. Program, kegiatan, alokasi dana indikatif dan sumber pendanaan yang dirumuskan dalam RPJMD, RKPD, Renstra SKPD dan Renja SKPD disusun berdasarkan:

47

Page 48: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

a. Pendekatan kinerja, kerangka pengeluaran jangka menengah serta perencanaan dan penganggaran terpadu.

b. Kerangka pendanaan dan pagu indikatif dan urusan wajib yang mengacu pada SPM sesuai dengan kondisi nyata daerah, dan

c. Kebutuhan masyarakat, atau urusan pilihan yang menjadi tanggungjawab SKPD.

11. Pagu indikatif dimaksud adalah merupakan jumlah dana yang tersedia untuk mendanai program dan kegiatan tahunan yang penghitungannya berdasarkan standar satuan harga yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dapat disimpulkan bahwa Peraturan Daerah “Sistem Pembangunan Partisipatif Daerah” Kabupaten Nagekeo sebagai suplemen untuk memperkuat proses pelaksanaan di daerah dan masyarakat sebagai penjabaran dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, PP Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, RPJPN, RPJMN, RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, RKPD dan Renja SKPD serta memperjelas proses pelaksanaan Musrenbang dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten, memperkuat kelembagaan masyarakat desa/kelurahan dan memperjelas peranan masyarakat pada setiap tahapan pembangunan di daerah, desa dan kelompok masyarakat.

Program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, kelompok miskin dan terpinggirkan dan pemberdayaan perempuan sesuai amanah Inpres Nomor 3 Tahun 2010 dimaksud, telah dijalankan oleh BPMD dan berbagai SKPD di daerah dengan mekanisme penganggaran Bantuan Langsung Masyarakat, maka Pemerintahan Daerah harus membuat regulasi dalam bentuk Perda yang mengatur mekanisme dimaksud yang dijalankan oleh pemerintah daerah dan masyarakat dan sesuai dengan aturan perundang-undangan yang lebih tinggi sebagaimana tersebut diatas.Muatan materi dalam Sistem Pembangunan Partisipatif Daerah yang disingkat SIPPADA, lebih mengedepankan substansi partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dan pelestarian yang dilakukan masyarakat terhadap program dan/atau kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri. Materi lainnya adalah kelembagaan, baik kelembagaan masyarakat maupun kelembagaan pemerintah daerah dan DPRD. Kelembagaan masyarakat dalam kaitan dengan pengaturan peran dan tanggung jawab terhadap program dan/atau pada setiap tahapan kegiatan di masyarakat. Sedangkan lembaga pemerintah daerah dan DPRD lebih pada aspek kebijakan dan pengganggaran yang mendukung pembangunan dengan pola dan mekanisme partisipatif. Pelaksanaan program dan/atau kegiatan sebagai penjabaran SIPPADA tetap berpedoman pada RPJPD, RPJMD dan RKPD, dikoordinasikan oleh BAPPEDAS dan teknis pelaksanaannya oleh BPMD dan SKPD lainnya.

48

Page 49: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Untuk memenuhi maksud tersebut dibutuhkan regulasi yang dapat memberi arah atau pedoman bagi pemerintah dan masyarakat untuk dapat mensukseskan pembangunan daerah melalui pendekatan partisipatif dengan mengoptimalkan hasil perencanaan masyarakat desa dalam dokumen RPJMDesa/Rentra kelurahan dan RKPDes/Renja kelurahan serta melibatkan masyarakat dalam proses pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian/pemeliharaan hasil-hasil pembangunan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas

Pasal 2 Ayat (1)

Otonomi adalah hak, wewenang dan kewajiban (daerah otonom) untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Partisipatif maksudnya merupakan hak masyarakat untuk terlibat dalam setiap proses tahapan perencanaan pembangunan daerah dan bersifat inklusif terhadap kelompok yang termarginalkan melalui jalur khusus komunikasi untuk mengakomodasi aspirasi kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses dalam pengambilan kebijakan. Demokrasi dan kebersamaan maksudnya keputusan yang ditempuh berdasarkan kesepakatan bersama atau suara terbanyak namun dalam suasana kebersamaan dan kekeluargaan terhadap suatu keputusan yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Berkeadilan maksudnya pengalokasian segala sumber daya kepada masyarakat yang tidak diskriminatif dan dapat diterima oleh semua pihak yang berkepentingan terhadap suatu kegiatan pembangunan.Berkelanjutan maksudnya suatu dorongan untuk menumbuhkan rasa memiliki sehingga lahir tanggung jawab untuk menjaga, mendayagunakan, mempertahankan dan mengembangkan kelangsungan sistem.Berwawasan lingkungan maksudnya pelaksanaan pembangunan yang tidak merusak lingkungan dan alam sekitarnya serta dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk kelangsungan hidup masyarakat.Kemadirian dengan mendayagunakan potensi dan sumber daya lokal maksudnya pembangunan dalam SIPPADA harus dapat memanfaatkan semua potensi dan sumber daya yang ada pada masyarakat dan tidak menciptakan ketergantungan pada sumber daya yang datang dari luar.

Ayat (2)

SIPPADA disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan tanggap terhadap perubahan, yang ditempuh melalui pendekatan dan asas partisipatif maksudnya SIPPADA

49

Page 50: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

disusun berdasarkan aturan hukum yang berlaku, terarah sesuai tujuan, melibatkan semua komponen terkait dan sesuai perkembangan perubahan yang terjadi pada masyarakat terhadap pola-pola pembangunan yang lebih diarahkan pada pelibatan masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan.

Pasal 3Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan kaidah – kaidah partisipatif adalah keikut sertaan masyarakat secara utuh dalam proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi monitoring dan pemeliharaan dan pelestarian hasil pembangunan.Otonomi maksudnya hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Desentralisasi maksudnya penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia.Keterpaduan maksudnya keselarasan dan kesatupaduan kebijakan, arah dan atau tindakan dari berbagai aspek kegiatan.Efisien maksudnya memanfaatkan atau mendayagunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada secara utuh.Efektif maksudnya langkah dan tata cara kerja yang dapat membuahkan hasil sesuai kebutuhan masyarakat.Prioritas maksudnya upaya untuk mengelompokan, menganalisa dan menetapkan program dan kegiatan merupakan kebutuhan masyarakat yang mendesak untuk dilaksanakan. Orientasi pada masyarakat miskin maksudnya penetapan program dan kegiatan menjawab yang merupakan kebutuhan masyarakat sehingga akan berdampak pada perubahan pola sikap dan pola tindak masyarakat.Kesetaraan gender maksudnya keberpihakan dan upaya untuk memberikan kesempatan kepada peremuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, ekonomi dan politik. Transparansi maksudnya masyarakat memiliki akses yang terbuka terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan.Akuntabel maksudnya pengelolaan kegiatan dapat dipantau dan dapat dipertangungjawabkan baik secara moral, administrasi maupun menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

50

Page 51: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Berkelanjutan maksudnya mendorong tumbuhnya rasa memiliki sehingga lahir tanggungjawab untuk menjaga, mendayagunakan, mempertahankan dan mengembangkan kelanjutan system.

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 4Cukup jelas

Pasal 5Cukup jelas

Pasal 6Cukup jelas

Pasal 7Ayat (1)

Yang dimaksud fungsi pemerintahan adalah fungsi yang berhubungan dengan kepemimpinan, penataan dan pengaturan kehidupan masyarakat sesuai aturan perundang-undangan demi kesejahteraan masyarakat secara bersama-sama.Yang dimaksud dengan fungsi pembangunan adalah fungsi yang berhubungan dengan penyediaan sarana dan prasarana fasilitas umum yang digunakan oleh semua warga masyarakat dalam mencapai kesejahteraan bersama.Yang dimaksud dengan fungsi pemberdayaan adalah urusan kemasyarakatan melalui kehidupan bersama sosial budaya masyarakat seperti bidang pendidikan, kesehatan dan sosial budaya.

Ayat (2)

Pendekatan perencanaan politis maksudnya perencanaan yang dilakukan oleh pejabat politik dalam memenuhi visi melalui kebijakan politis kepada masyarakat pemilih.Pendekatan perencanaan teknokratis maksudnya perencanaan yang dilakukan oleh para teknokrat berdasarkan kajian-kajian terhadap suatu kegiatan yang menguntungkan pemerintah dan masyarakat.Pendekatan perencanaan partisipatif maksudnya perencanaan yang dilakukan berdasarkan usulan dan dikerjakan sendiri secara swakelola oleh masyarakat.Pendekatan bottom up – top down maksudnya perencanaan yang dilakukan berdasarkan proses usulan masyarakat dalam musrenbang dan dinilai sangat dibutuhkan oleh masyarakat dari pengambil kebijakan sehingga layak untuk dilaksanakan.

51

Page 52: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Pasal 8

Cukup jelasPasal 9

Cukup jelasPasal 10

Cukup jelasPasal 11

Cukup jelas

Pasal 12Cukup jelas

Pasal 13Cukup jelas

Pasal 14Cukup jelas

Pasal 15Cukup jelas

Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Cukup jelas

Pasal 18Cukup jelas

Pasal 19Cukup jelas

Pasal 20Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Program dan kegiatan berdasarkan hasil proses jaring aspirasi masyarakat yang berasal dari hasil musyawarah perencanaan pembangunan desa dan kecamatan pada forum SKPD atau gabungan SKPD dan musyawarah perencanaan pembangunan kabupaten maksudnya usulan-usulan kegiatan dalam proses

52

Page 53: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

jaring aspirasi masyarakat harus termuat dalam dokumen RPJMDes/Renstra kelurahan dan RKPDes/Renja kelurahan dan diusulkan dalam forum musrenbang dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten.

Pasal 21Cukup jelas

Pasal 22Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

huruf a

Cukup jelas

huruf b

Cukup jelas

huruf c

Cukup jelas

huruf d

Cukup jelas

huruf e

Cukup jelas

Huruf f

Cukup jelas

huruf g

53

Page 54: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Cukup jelas

huruf h

Cukup jelas

huruf i

Cukup jelas

huruf j

Cukup jelas

huruf k

Cukup jelas

huruf l

Cukup jelas

huruf m

memberikan transformasi pengetahuan maksudnya utusan masyarakat sebagai peserta musrenbang baik di kecamatan maupun kabupaten harus dapat menjelaskan kepada masyarakat tentang proses perencanaan, pengganggaran dan tahapan pelaksanaan pembangunan serta berbagai pengetahuan lainnya yang didapat dalam forum musrenbang.

Ayat (5)

Cukup jelas

Pasal 23Cukup jelas

Pasal 24Cukup jelas

Pasal 25Cukup jelas

Pasal 26Cukup jelas

Pasal 27

54

Page 55: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Cukup jelasPasal 28

Cukup jelas Pasal 29

Cukup jelas Pasal 30 Cukup jelas

Pasal 31 Cukup jelas

Pasal 32Ayat (1)Pendekatan partisipatif maksudnya membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi sebanyak-banyaknya pihak yang dapat memberikan kontribusi tenaga, pikiran dan material terutama untuk mencapai suatu tujuan atau hasil yang telahditetapkan. Pendekatan pemberdayaan masyarakat maksudnya urusan kemasyarakatan melalui pendekatan kehidupan bersama sosial budaya masyarakat seperti bidang pendidikan, kesehatan dan sosial budaya dalam mendorong pembangunan dengan mekanisme partisipatif.Pendekatan dialogis maksudnya pendekatan berdasarkan komunikasi yang dilakukan oleh berbagai pemangku kepentingan terhadap suatu program dan/atau kegiatan dalam mendorong meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Pendekatan komunikatif dan persuasif maksudnya pendekatan dialogis dan bersifat ajakan kepada masyarakat dalam mendorong peningkatan pola proses pembangunan partisipatif.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan kaidah – kaidah partisipatif adalah keikut sertaan masyarakat secara utuh dalam proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi monitoring dan pemeliharaan dan pelestarian hasil pembangunan.Otonomi maksudnya hak,wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Desentralisasi maksudnya penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia.

55

Page 56: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Keterpaduan maksudnya keselarasan dan kesatupaduan kebijakan, arah dan atau tindakan dari berbagai aspek kegiatan.Efisien maksudnya memanfaatkan atau mendayagunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada secara utuh.Efektif maksudnya langkah dan tata cara kerja yang dapat membuahkan hasil sesuai kebutuhan masyarakat.Prioritas maksudnya upaya untuk mengelompokan, menganalisa dan menetapkan program dan kegiatan yang merupakan kebutuhan masyarakat yang mendesak untuk dilaksanakan. Orientasi pada masyarakat miskin maksudnya penetapan program dan kegiatan menjawab yang merupakan kebutuhan masyarakat sehingga akan berdampak pada perubahan pola sikap dan pola tindak masyarakat.Kesetaraan gender maksudnya keberpihakan dan upaya untuk memberikan kesempatan kepada peremuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, ekonomi dan politik. Transparansi maksudnya masyarakat memiliki akses yang terbuka terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan.Akuntabel maksudnya pengelolaan kegiatan dapat dipantau dan dapat dipertangungjawabkan baik secara moral, administrasi maupun menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berkelanjutan maksudnya mendorong tumbuhnya rasa memiliki sehingga lahir tanggungjawab untuk menjaga, mendayagunakan, mempertahankan dan mengembangkan kelanjutan sistem.

Pasal 33Cukup jelas

Pasal 34Cukup jelas

Pasal 35Cukup jelas

Pasal 36Cukup jelas

Pasal 37Cukup jelas

Pasal 38Cukup jelas

Pasal 39Cukup jelas

Pasal 40

56

Page 57: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Cukup jelasPasal 41

Cukup jelasPasal 42

Cukup jelas Pasal 43

Cukup jelas Pasal 44 Cukup jelas Pasal 45 Cukup jelas

Pasal 46Ayat (1)

huruf a

Yang dimaksud swadaya masyarakat adalah kontribusi atau sumbangan dari masyarakat, baik berupa pikiran, tenaga, materi dan biaya dalam mendukung pelaksanaan pembangunan.

huruf b

Cukup jelas

huruf c

Cukup jelas

huruf d

Cukup jelas

huruf e

Cukup jelas

huruf f

Yang dimaksud sumber lain yang sah adalah sumber pendapatan yang diperoleh dari sumbangan pihak ketiga dapat berbentuk hadiah, donasi, wakaf dan lain-lain sumbangan serta pemberian sumbangan dimaksud tidak mengurangi kewajiban pihak penyumbang.

Ayat (2)Cukup jelas

57

Page 58: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten Nagekeo untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten.Yang dimaksud Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten Nagekeo untuk pemberdayaan masyarakat kelurahan, yang bersumber dari APBD.Yang dimaksud dengan PNPM dan P2SPP adalah program pemerintah dengan mekanisme swakelola secara partisipatif oleh masyarakat dalam rangka peningkatan sarana prasarana perdesaan, peningkatan ekonomi masyarakat dan penguatan kapasitas lembaga dan masyarakat.Yang dimaksud dengan sebutan lainnya adalah program-program lokal yang didanai dari APBD Kabupaten yang penganggarannya dengan pola BLM dan pelaksanaannya dengan mekanisme partisipatif seperti program Otonomi Daerah Air Bersih, Program Pengembangan Kecamatan Mandiri, Program Pembangunan/Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa Terpadu dan program lokal lainnya, yang mana semua program dimaksud disiapkan biaya Pembinaan, Administrasi dan Pelaporan minimal 5 (lima) persen dari pagu BLM untuk biaya operasional pelaku di desa/kelurahan dan kecamatan. BLM untuk semua program termasuk PNPM pasca program harus dialokasikan minimal sama dengan jumlah yang dialokasikan pemerintah pada tahun terakhir.

Ayat (6)

Yang dimaksud dengan proporsional sesuai bobot adalah pemberian pagu BLM berdasarkan bobot wilayah yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan jumlah desa/kelurahan, luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga miskin, keterisolasian, jarak dari ibukota kabupaten, jumlah komunitas dan sebagainya.

Ayat (7)Cukup jelas

Pasal 47Cukup jelas

Pasal 48Cukup jelas

58

Page 59: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Pasal 49Cukup jelas

Pasal 50Cukup jelas

Pasal 51Cukup jelas

Pasal 52huruf a

Cukup jelas

huruf b

yang dimaksud dengan standarisasi pemberdayaan masyarakat adalah standar pemberdayaan masyarakat yang memenuhi persyaratan minimal dalam proses dan mekanisme partisipatif yang dapat memberi ruang kepada masyarakat menjadi mandiri dan sejahtera.

Huruf c

Yang dimaksud dengan mengkaji dan mengembangkan kapasitas adalah kegiatan mengidentifikasi kebutuhan pelatihan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi pelaku dan masyarakat.

Pasal 53Cukup jelas

Pasal 54Cukup jelas

Pasal 55Cukup jelas

Pasal 56Cukup jelas

Pasal 57Cukup jelas

Pasal 58 Cukup jelas Pasal 59 Cukup jelas

Pasal 60

59

Page 60: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

Cukup jelasPasal 61

Cukup jelas Pasal 62

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NAGEKEO NOMOR 5

60

Page 61: Draf - Biro Hukum · Web viewPemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan

61