draf 12 mei 2009 · 13.peraturan presiden nomor 47 tahun 2009 ... dinas pertanian adalah unsur...
TRANSCRIPT
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR : 51/Permentan/OT.140/9/2010 /Permentan/SR.130/8/2010 man/OT. /..../2009
TENTANG
PEDOMAN UMUM PEMULIHAN KESUBURAN LAHAN TAHUN ANGGARAN 2010
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERTANIAN,
Menimbang : a. bahwa fenomena penurunan produktivitas lahan sawah akibat eksploitasi sumberdaya lahan harus diminimalkan karena keberadaan bahan organik tanah sangat berpengaruh dalam mempertahankan kelestarian dan produktivitas serta kualitas tanah;
b. bahwa untuk meningkatkan efektifitas pemupukan terutama di lahan sawah, perlu dilaksanakan kegiatan Pemulihan kesuburan lahan melalui optimalisasi pengembalian bahan organik/limbah tanaman terutama jerami padi dengan teknologi pengomposan yang cepat, tepat, berdaya guna dan berhasil guna;
c. bahwa atas dasar hal-hal di atas dan agar pelaksanaan Pemulihan Kesuburan Lahan dapat berjalan lancar sesuai dengan sasaran, perlu menetapkan Pedoman Umum Pemulihan Kesuburan Lahan Tahun Anggaran 2010;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821);
3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4297);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2010 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun Anggaran 2010 Nomor 69, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5132);
Draf 12 Mei 2009
2
7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pupuk Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4079);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4406);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4556)
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 tentang Usaha Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5106);
12. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;
13. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;
14. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
15. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 634/MPP/Kep/9/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang dan/atau Jasa yang Beredar di Pasar;
16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/OT.140/7/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11/Permentan/ OT.140/2/2007;
17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/OT.140/9/2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 12/Permentan/OT.140/2/2007;
18. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 456/Kpts/OT.160/7/2006 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Khusus Pengkajian Kebijakan Pupuk Dalam Mendukung Ketahanan Pangan;
19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/OT.140/4 /2007 tentang Rekomendasi Pemupukan N, P dan K pada Padi Sawah Spesifik Lokasi;
20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 28/Permentan/ SR.130/5/2009 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah;
Memperhatikan : 1. Hasil Rapat Kerja Komisi IV DPR RI dengan Menteri Pertanian,
tanggal 8 Juni 2010;
2. Lembar Pengesahan RKA-KL APBN Perubahan Tahun Anggaran 2010 Bantuan Langsung Pupuk dan Saprotan antara Komisi IV DPR RI dengan Direktur Utama PT Berdikari (Persero), Juni 2010;
3. Surat Wakil Ketua DPR RI kepada Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor AG/5559/DPR RI/VII/2010 perihal Persetujuan Alokasi RAPBNP TA.2010 Kementerian Pertanian RI;
3
4. Surat Menteri Badan Usaha Milik Negara kepada Menteri Pertanian Nomor S-488/MBU/2010, perihal Persetujuan atas Penugasan PSO PT Berdikari (Persero) dan Rekomendasi atas Perkiraan HPP Bio Dekomposer;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN UMUM PEMULIHAN KESUBURAN LAHAN TAHUN ANGGARAN 2010
Pasal 1
Pedoman Umum Pemulihan Kesuburan Lahan Tahun Anggaran 2010 seperti tercantum
pada lampiran sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.
Pasal 2
Pedoman Umum Pemulihan Kesuburan Lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1,
dimaksudkan sebagai landasan pelaksanaan kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan Tahun
Anggaran 2010 bagi aparat Pusat dan Daerah, dengan tujuan untuk meningkatkan
efisiensi penggunaan pupuk an organik serta keberlanjutan pemanfaatan lahan sawah
dalam mewujudkan ketahanan pangan.
Pasal 3
(1) Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan Tahun Anggaran
2010 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, Direktur Jenderal Tanaman Pangan
sebagai Pembina Teknis.
(2) Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku Pembina Teknis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dalam melakukan pembinaan dapat menerbitkan petunjuk teknis
pelaksanaan Pemulihan Kesuburan Lahan Tahun Anggaran 2010.
Pasal 4
Peraturan ini berlaku pada tanggal ditetapkan dan berlaku surut sejak tanggal 1 Juni 2010.
Salinan Peraturan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 2. Menteri Keuangan; 3. Menteri Badan Usaha Milik Negara; 4. Menteri Perencanaan Pembangunan/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; 5. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; 6. Gubernur Provinsi Pelaksana Kegiatan PKLSB; 7. Pimpinan Unit Kerja Eselon I Lingkup Kementerian Pertanian 8. Direktur Utama PT Berdikari (Persero).
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 8 September 2010
MENTERI PERTANIAN,
TTD
SUSWONO
4
LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 51/Permentan/OT.140/9/2010/Permentan/SR.130/8/2010 TANGGAL : 8 September 2010 Agustus 2010
PEDOMAN UMUM PEMULIHAN KESUBURAN LAHAN TAHUN ANGGARAN 2010
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kesehatan dan pelestarian lingkungan, inovasi teknologi peningkatan produktivitas tanah dan tanaman harus ramah lingkungan agar lahan dapat digunakan secara lestari dalam jangka panjang. Oleh karena itu, praktek eksploitasi sumberdaya lahan secara kimiawi harus diminimalkan, sebaliknya upaya-upaya meningkatkan penggunaan bahan organik untuk mendorong keragaman hayati tanah harus ditingkatkan.
Fenomena penurunan produktivitas lahan-lahan pertanian tidak saja terjadi di Indonesia, namun juga berlangsung di beberapa negara lain di Asia. Dilaporkan telah terjadi penurunan hasil padi di beberapa negara Asia dari lahan sawah yang ditanami padi dua hingga tiga kali per tahun, meskipun dengan tingkat pengelolaan optimal sesuai rekomendasi. Faktor utama yang menyebabkan penurunan hasil ini diduga adalah menurunnya kadar bahan organik tanah dan hara P, K, S dan Zn, serta akumulasi bahan beracun dalam tanah yang berasal dari pupuk, pestisida atau polutan lain (Setyorini et al., 2003).
Keberadaan bahan organik tanah sangat berpengaruh dalam mempertahankan kelestarian dan produktivitas tanah serta kualitas tanah. Tanah yang memiliki kadar bahan organik tinggi yang dicirikan dengan tingginya populasi dan aktivitas mikroba tanah secara langsung maupun tidak langsung dapat memperbaiki sifat fisik tanah sehingga penyediaan hara lebih optimum. Dapat dikatakan bahwa tanah yang kandungan bahan organiknya rendah, akan berkurang daya sangganya terhadap segala aktivitas kimia, fisik dan biologis tanahnya. Untuk memperbaiki kondisi tersebut perlu diupayakan peningkatan kualitas dan kuantitas bahan organik dalam tanah.
Hasil penelitian Badan Litbang Pertanian menunjukkan bahwa tingkat kesuburan lahan sawah di Indonesia semakin menurun. Dari luas lahan sawah irigasi + 7,5 juta Ha di Indonesia, sekitar 65%nya mempunyai kandungan bahan organik rendah sampai sedang (kurang dari 2%), dimana dalam kondisi normal lahan sawah subur mengandung bahan organik minimal 3%.
Menurunnya kesuburan dan kualitas lahan sawah antara lain dicirikan dengan rendahnya kandungan bahan organik tanah, lapisan olah tanah dangkal, tanah menjadi keras dan sulit diolah, tanah menjadi lebih masam, kemampuan mengikat air rendah sehingga tanah mudah mengalami kekeringan. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu dan efisiensi pemupukan rendah.
Dalam memulai budidaya padi sawah, kebanyakan petani melakukan pembakaran jerami sebelum pengolahan tanah. Hal ini disebabkan jerami padi sulit terdekomposisi sehingga menyulitkan mesin pengolah tanah. Akibatnya, lahan sawah hampir tidak pernah mendapatkan tambahan bahan organik dari luar. Dilihat dari sisi lingkungan, pembakaran jerami menyumbang emisi CO2 yang cukup nyata. Permasalahan ini harus dipecahkan melalui inovasi teknologi pengomposan limbah tanaman terutama jerami padi yang cepat,tepat, berdaya guna, berhasil guna dan ramah lingkungan.
5
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan
1. Pemberdayaan petani untuk memanfaatkan limbah tanaman terutama jerami padi dalam penyediaan pupuk organik insitu
2. Meningkatkan produktivitas lahan sawah yang berkelanjutan melalui penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati
3. Meningkatkan efesiensi penggunaan pupuk an organik
4. Secara bertahap mengurangi beban anggaran subsidi pupuk.
Sasaran :
1. Meningkatnya kepedulian petani terhadap pemanfaatan limbah tanaman terutama jerami padi sebagai bahan baku pupuk organik insitu;
2. Tersosialisasinya teknologi pengomposan melalui penggunaan perombak bahan organik dan pupuk hayati;
3. Meningkatnya efesiensi penggunaan pupuk an organik;
4. Meningkatnya produktivitas lahan sawah yang berkelanjutan.
C. Indikator Keberhasilan
1. Meningkatnya pengetahuan petani dalam pemanfaatan limbah tanaman terutama jerami padi sebagai bahan baku pupuk organik insitu;
2. Meningkatnya efisiensi dan efektivitas penggunaan pupuk anorganik;
3. Meningkatnya produktivitas lahan sawah secara berkelanjutan.
D. Pengertian
1. Pemulihan Kesuburan Lahan merupakan kegiatan penerapan teknologi pengomposan sisa tanaman dilahan pertanian secara cepat dan tepat dengan menggunakan dekomposer dan pupuk hayati. Untuk efektifitasnya pemulihan kesuburan lahan ini, maka kegiatan tersebut dilaksanakan secara terus-menerus selama 3-4 musim tanam (berkelanjutan), sehingga pemahaman kegiatan pemulihan kesuburan Lahan merupakan kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan Sawah Berkelanjutan (PKLSB); baik dengan dukungan APBN maupun dukungan APBD dengan peran serta Pemerintah Daerah untuk kelanjutan pelaksanaan PKLSB dimaksud.
2. Kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan/PKLSB dilaksanakan dengan memberikan bantuan sarana produksi kepada petani secara gratis berupa dekomposer dan pupuk hayati seta plastik penutup yang akan dipakai dalam pengomposan limbah tanamannya terutama jerami padi.
3. Calon Petani dan Calon Lokasi yang selanjutnya disebut CPCL adalah petani/kelompok tani yang akan menerima bantuan sarana produksi sesuai dengan luas lahan yang diusahakan dalam kelompok hamparan di lokasi yang telah ditetapkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Dinas Pertanian Provinsi dengan berpedoman pada Peta Indikatif Sebaran Lahan Sawah Terdegradasi Kesuburan dari Balai Penelitian Tanah, Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementarian Pertanian.
4. Kelompok tani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha tani kelompok).
6
5. Kelompok tani penerima bantuan sarana produksi adalah kelompok tani yang telah diseleksi dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan diusulkan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota serta disetujui/ditetapkan oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi untuk melaksanakan kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan/PKLSB.
6. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya yang bergerak di bidang budidaya tanaman pangan
7. Pembinaan adalah rangkaian kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan yang meliputi kegiatan sosialisasi, penyiapan calon petani dan calon lokasi, pelatihan, koordinasi dengan instansi terkait, verifikasi, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan.
8. Pendampingan adalah rangkaian kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan/PKLSB yang meliputi kegiatan perencanaan, bimbingan teknis produksi, penyaluran dan penggunaan sarana produksi pada kegiatan pemulihan kesuburan lahan, analisa mutu sarana produksi (dekomposer dan pupuk hayati) serta analisa tanah.
9. Dinas Pertanian adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah yang tugas pokok dan fungsinya membidangi subsektor tanaman pangan.
BAB II PERENCANAAN DAN PENGORGANISASIAN
A. Perencanaan
1. Penetapan Lokasi Kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan
a. Persyaratan Lokasi Kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan
Lokasi kegiatan yaitu daerah sentra produksi padi di 8 (delapan) provinsi yaitu Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan, yang mengalami degradasi kesuburan lahan sawah sebagaimana Peta Indikatif Sebaran Lahan Sawah Terdegradasi dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, yang ditetapkan oleh Dinas Pertanian Provinsi dengan mempertimbangkan usulan CPCL dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
b. Penyaluran Bantuan Sarana Produksi Kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan
Bantuan sarana produksi kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan disalurkan ke 8 (delapan) provinsi dimaksud sampai ke titik bagi (di kelompok tani) sebelum musim panen di daerah tersebut.
c. Penetapan Kelompok Tani Penerima Sarana Produksi Pada Kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan
Kelompok tani penerima adalah kelompok tani tanaman pangan yang sawahnya mengalami degradasi kesuburan lahan dan bersedia menerapkan teknologi pemulihan kesuburan lahan melalui pengomposan dengan memanfaatkan sisa tanaman padi (jerami) sebagai bahan baku pupuk organik insitu.
d. Prosedur Penetapan Kelompok Tani Penerima PKLSB
1) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melakukan sosialisasi program Pemulihan Kesuburan Lahan kepada Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota serta pelaksana PSO, selanjutnya Dinas Pertanian Kabupaten/Kota melakukan sosialisasi kepada kelompok tani.
2) Kelompok tani mengajukan permohonan kebutuhan sarana produksi kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan/PKLSB yang ditanda tangani oleh Ketua/Pengurus Kelompok Tani kepada Mantri Tani/Kepala Cabang Dinas (KCD)/Petugas Penyuluh Pertanian setempat, disertai daftar nama petani
7
anggota kelompok, luas lahan dan kebutuhan, jadwal panen serta alokasi (Formulir-2).
3) Permohonan kelompok tani tersebut selanjutnya diseleksi dan diverifikasi oleh Mantri Tani/Kepala Cabang Dinas (KCD)/Petugas Penyuluh Pertanian setempat.
4) Permohonan yang telah memenuhi persyaratan dan lulus seleksi serta verifikasi, selanjutnya oleh Mantri Tani/Kepala Cabang Dinas (KCD)/Petugas Penyuluh Pertanian dilakukan rekapitulasi dan ditandatangani untuk disampaikan ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota (Formulir-3).
5) Rekapitulasi data kelompok tani (CPCL) dari Kecamatan, selanjutnya diseleksi, diverifikasi dan diusulkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sebagai kelompok tani calon penerima Pemulihan Kesuburan Lahan (Formulir-4 dan Formulir-5) dan selanjutnya disampaikan kepada Dinas Pertanian Provinsi.
6) Dinas Pertanian Provinsi memverifikasi dan merekapitulasi kelompok tani penerima sarana produksi pada kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan dari Kabupaten/Kota di wilayahnya dan selanjutnya mengusulkan kebutuhan sarana produksi tersebut kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan.
7) Berdasarkan usulan kebutuhan dari Dinas Pertanian Provinsi dan memperhatikan ketersediaan anggaran untuk kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan Tahun Anggaran 2010, Direktur Jenderal Tanaman Pangan menyiapkan alokasi per provinsi untuk ditetapkan oleh Menteri Pertanian.
8) Menteri Pertanian menetapkan alokasi paket bantuan sarana produksi kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan per propinsi seperti tercantum pada Formulir-1 Peraturan Menteri Pertanian sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri Pertanian ini.
9) Berdasarkan alokasi pada angka 8), Kepala Dinas Pertanian Provinsi menetapkan alokasi bantuan sarana produksi kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan untuk masing-masing kabupaten/kota di wilayahnya dalam bentuk Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan ditembuskan kepada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Formulir-6).
10) Berdasarkan alokasi paket bantuan Pemulihan Kesuburan Lahan per kabupaten/kota tersebut, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota menetapkan Surat Keputusan tentang alokasi paket bantuan Pemulihan Kesuburan Lahan diwilayahnya dengan memperhatikan hasil verifikasi CPCL penerima paket bantuan sarana produksi kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan dengan skala prioritas.
2. Volume dan Harga, Spesifikasi Mutu, serta Kemasan
a. Volume dan Harga Sarana Produksi Pada Kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan
1) Perhitungan volume paket bantuan sarana produksi berdasarkan ketersediaan pagu anggaran subsidi Bantuan Langsung Pupuk dan Sarana Produksi tahun 2010.
Harga paket bantuan sarana produksi kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atas saran dan pertimbangan Tim Referensi Harga dengan memperhatikan rekomendasi Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara mengenai Harga Pokok Penjualan (HPP) PT Berdikari (Persero).
Jumlah volume paket bantuan sarana produksi kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan untuk Dekomposer sebanyak 1.710.000 kg dan Pupuk Hayati 342.000 kg. Rincian alokasi bantuan sarana produksi per provinsi sebagaimana tercantum pada Formulir-1.
8
2) Paket Bantuan Sarana Produksi kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan
Paket bantuan sarana produksi kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan per hektar terdiri dari dekomposer 2 kg dan pupuk hayati 400 gram serta
tambahan plastik penutup guna membantu proses pengomposan.
b. Spesifikasi Mutu Pemulihan Kesuburan Lahan
1). Dekomposer
Merek : Vitadegra
Nomor Pendaftaran : P 311/HAYATI/DEPTAN-PPI/III/2009
Jenis/bentuk formula : hayati (padat tepung)
Tabel . Spesifikasi Mutu Dekomposer
Persyaratan Teknis
No Parameter Syarat Teknis Metoda Pengujian
1 Total Sel Hidup
Cytophaga sp.
Streptomyces sp.
Sacharomyces sp.
Bacillus sp.
Min. 2.8 x 106
Min. 5,7 x 106
Min. 4,8 x 106
Min. 1,5 x 106
TPC NA
TPC-SCNA
PDA
2 Paktogenisitas negatif Infeksi ke daun tembakau
3 Kontaminan E. Coli dan Salmonella sp.
Nol pada pengenceran 10-3
MPN-Durham
4 Kadar Air (%) Maks. 35 ADBB
5 pH 5 - 8 pH-meter
Persyaratan Khusus (fungsi perombak bahan organik/dekomposer) :
No Parameter Uji Kriteria Metode
Pengujian
1 Aktifitas Selulase Positif Plating
a) Terbentuknya terang pada media agar CMC
Spektrofotometer
b) Min. 0,3 unit Fp-ase per ml
2 Aktifitas Ligninase Positif Plating
a) Terbentuk koloni merah pada media agar Indulin
Spektrofotometer
b) Min. 1,0 unit lakase per ml, atau
Min. 0,05 unit mangan peroksidase per ml, atau
Min. 0,01 unit lignin peroksidase per ml, atau
9
2). Pupuk Hayati
Merek : Vitabio
Nomor Pendaftaran : P 312/HAYATI/DEPTAN-PPI/III/2009
Jenis/Bentuk Formula : Hayati/Padat Tepung
Tabel . Spesifikasi Mutu Pupuk Hayati
Persyaratan Teknis
No Parameter Syarat Teknis Metoda Pengujian
1 Total Sel Hidup
Azotobacter sp.
Azospirilium sp.
Bacillus sp.
Pseudomonas sp.
Min. 3.8 x 107
Min. 9,0 x 107
Min. 9,6 x 107
Min. 1,7 x 107
TPC NA
TPC-SCNA
PDA
2 Paktogenisitas negatif Infeksi ke daun tembakau
3 Kontaminan E. Coli dan Salmonella sp.
Nol pada pengenceran 10-3
MPN-Durham
4 Kadar Air (%) Maks. 35 ADBB
5 pH 5 - 8 pH-meter
Persyaratan Khusus
No Fungsi Parameter Uji Kriteria Metode
Pengujian
1 Penambat N2 Terbentuknya lendir eksopolisakharida pada medium karbohidrat
Positif Plating
2 Pelarut P dan Fasilitator P a) Zona Pelarutan P Positif Plating
Membentuk zona terang pada Agar Pikovskaya
b) Pelarutan P Positif Spektrofotometer
Min 10 %, selisih P tersedia pada 0-48 jam
c) % infeksi/kolonisasi
tanaman Positif Pewarnaan fuchsin
Inang min 50%
10
c. Spesifikasi Kemasan
Spesifikasi kemasan Dekomposer dan Pupuk Hayati sebagai berikut :
1). Dekomposer
a) Metalized Bag @ 500 gram/bag
b) Pada kemasan harus bertuliskan “Bantuan Pemerintah Tahun 2010 Tidak Diperjualbelikan”. Komponen label sebagaimana ketentuan yang berlaku yang dapat dibaca dan tidak mudah terhapus.
2). Pupuk Hayati Padat
a) Sachet @ 100 gram/sachet
b) Pada kemasan harus bertuliskan “Bantuan Pemerintah Tahun 2010 Tidak Diperjualbelikan”. Komponen label sebagaimana ketentuan yang berlaku yang dapat dibaca dan tidak mudah terhapus.
3) Kedua produk tersebut dibundling, setiap bundlingnya terdiri dari 1 bag dekomposer padat @ 500 gram dan 1 sachet pupuk hayati padat @ 100 gram. Selanjutnya bundling dimasukkan ke dalam karton box yang setiap kartonnya berisi 4 bundling sehingga setiap karton berisi 2 kg Dekomposer dan 400 gram Pupuk hayati .
B. Pengorganisasian
Untuk mengefektifkan pelaksanaan kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan tahun 2010, perlu dibentuk Tim Referensi Harga, Tim Pemeriksa Barang, Tim Verifikasi dan Tim Pengelola Administrasi di tingkat pusat. Tim monitoring dan pembinaan kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan serta penanggungjawab teknis di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota; untuk tingkat pusat ditetapkan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku Kuasa Pengguna Anggaran, tingkat provinsi dan kabupaten/kota oleh Kepala Dinas.
BAB III PELAKSANAAN
A. Pengadaan
Paket bantuan sarana produksi yang digunakan dalam kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan yaitu dekomposer dan pupuk hayati yang telah terdaftar dan memenuhi standar mutu berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan. Bantuan dekomposer dan pupuk hayati diproduksi dan atau diadakan PT Berdikari (Persero) berdasarkan surat penugasan khusus/Public Services Obligation (PSO) yang diberikan pemerintah.
B. Penyaluran
1. Berdasarkan alokasi paket bantuan sarana produksi kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan yang ditetapkan Menteri Pertanian, Kepala Dinas Pertanian Provinsi menugaskan PT Berdikari (Persero) untuk menyalurkan kepada kelompok tani penerima di masing-masing wilayah tanggung jawabnya dan ditembuskan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan.
2. PT Berdikari (Persero) menyalurkan paket bantuan sarana produksi tersebut kepada kelompok tani penerima di masing-masing wilayah tanggung jawabnya dengan memperhatikan jumlah dan waktu kebutuhan pupuk sesuai daftar CPCL serta jadwal panen yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
3. Untuk menjamin mutu dekomposer dan pupuk hayati yang diterima oleh kelompok tani sebelum didistribusikan oleh PT Berdikari (Persero), akan dilakukan pemeriksaan barang dan pengambilan contoh oleh petugas pengambil contoh (superintendent) yang disaksikan Tim Pemeriksa Barang dengan Berita Acara Pemeriksaan Barang sebagaimana formulir-7. Selanjutnya dilakukan pengujian mutu dekomposer dan pupuk hayati di laboratorium.
11
4. Sebelum paket bantuan sarana produksi didistribusikan kepada kelompok tani, dilakukan pemeriksaan oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan dibuktikan dengan Berita Acara Pemeriksaan paket bantuan sarana produksi kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan (BA PPKL). (Formulir -8).
5. Sebagai bukti telah diterimanya paket bantuan sarana produksi oleh kelompok tani yaitu Berita Acara Penerimaan (BAP) yang ditandatangani PT Berdikari (Persero), ketua/sekretaris/pengurus kelompok tani penerima paket bantuan Pemulihan Kesuburan Lahan dan diketahui/disetujui oleh Petugas Penyuluh Pertanian/Mantri Tani/Kepala Cabang Dinas (KCD) setempat. (Formulir -9).
6. Rekapitulasi BAP dimaksud di kabupaten/kota, ditandatangani oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota setempat. (Formulir -10).
7. Rekapitulasi BAP di provinsi, ditandatangani oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi setempat. (Formulir -11).
8. Rekapitulasi BAP sarana produksi yang telah disahkan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Kepala Dinas Pertanian Provinsi disampaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen sebagai bahan untuk proses persetujuan pembayaran tagihan yang diajukan oleh PT Berdikari (Persero).
C. Perubahan Alokasi
Apabila terjadi perubahan alokasi paket bantuan sarana produksi kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan karena alasan teknis maupun administrasi, maka :
1. Alokasi paket bantuan sarana produksi per provinsi ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Tanaman
2. Realokasi dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Realokasi paket bantuan sarana produksi antar kecamatan dalam satu kabupaten/kota dilaksanakan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
b. Realokasi paket bantuan sarana produksi antar kabupaten/kota dalam satu provinsi dilaksanakan oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi.
c. Realokasi paket bantuan sarana produksi antar provinsi dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan.
3. Perubahan alokasi paket bantuan sarana produksi di daerah harus disertai dengan perubahan CPCL yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dengan mekanisme penyaluran sebagaimana BAB III huruf B dan dilaporkan secara berjenjang sampai kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan.
D. Pembiayaan
Pelaksanaan kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan bersumber pada Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010. Pemanfaatan anggaran kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan mengacu kepada ketentuan peraturan perundang-undangan.
E. Pembinaan dan Pendampingan
1. Pembinaan dan pendampingan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari desa, kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Dinas Pertanian Provinsi, serta Direktorat Jenderal Tanaman Pangan bersama PT Berdikari (Persero) sehingga pemanfaatan paket bantuan sarana produksi kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan dapat terlaksana dengan efektif, efisien dan tepat sasaran.
2. PT Berdikari (Persero) wajib melaksanakan demonstrasi areal dalam penerapan teknologi anjuran memanfaatkan sisa tanaman padi (jerami) dalam penyediaan pupuk organik insitu, serta melalui uji mutu.
F. Pertanggungjawaban
1. Pelaksanaan pengadaan dan penyaluran paket bantuan sarana produksi kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan sampai kepada kelompok tani penerima menjadi tanggung jawab PT Berdikari (Persero).
12
2. PT Berdikari (Persero) bertanggungjawab atas kebenaran dokumen penyaluran paket bantuan sarana produksi dan dokumen pendukung lainnya dalam pelaksanaan kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan.
3. PT Berdikari (Persero) bertanggung jawab atas pemanfaatan anggaran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Dalam pelaksanaan pengadaan dan penyaluran serta pemanfaatan anggaran kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan oleh PT Berdikari (Persero) diaudit oleh auditor yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Pertanggungjawaban hasil audit oleh PT Berdikari (Persero) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IV MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Monitoring dan Evaluasi
1. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota pelaksana kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan PT Berdikari (Persero) secara bersama-sama atau sendiri pada lokasi pelaksanaan.
2. Aspek yang dimonitor dan dievaluasi meliputi :
a. Realisasi pengadaan dan penyaluran paket bantuan sarana produksi kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan.
b. Kuantitas dan kualitas paket bantuan sarana produksi kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan.
c. Dokumen penyaluran dan dokumen pendukung pelaksanaan kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan.
d. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan.
B. Pelaporan
1. Pelaporan pelaksanaan kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan meliputi laporan awal yaitu perencanaan kebutuhan/CPCL, laporan pelaksanaan dan laporan akhir yang disampaikan secara berjenjang dari tingkat desa/kecamatan, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Dinas Pertanian Provinsi serta oleh PT Berdikari (Persero) kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan.
2. Format pelaporan seperti pada Formulir 12 s/d 14.
3. Jadwal Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan dengan ketentuan :
a. Laporan rencana kebutuhan paket bantuan sarana produksi kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan dan jadwal panen disampaikan minimal 1 (satu) bulan sebelum musim panen secara berjenjang dari tingkat desa/kecamatan, kabupaten/kota, provinsi sampai ke pusat.
b. Laporan rekapitulasi pelaksanaan penyaluran paket bantuan sarana produksi kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan disampaikan paling lambat 2 (dua) minggu setelah diterima oleh kelompok tani.
c. Laporan akhir disampaikan paling lambat akhir Desember 2010.
13
BAB V
PENUTUP
Pedoman Umum ini sebagai dasar pelaksanaan kegiatan Program Pemulihan Kesuburan Lahan tahun 2010 yang harus diikuti oleh aparat Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian Provinsi beserta Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, dan PT Berdikari (Persero).
Keberhasilan kegiatan Program Pemulihan Kesuburan Lahan tidak terlepas dari peran aktif Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan teknis maupun kesiapan administrasi pelaksanaan kegiatan Program Pemulihan Kesuburan Lahan/PKLSB di masing-masing wilayah.
Dengan pelaksanaan kegiatan Program Pemulihan Kesuburan Lahan/PKLSB diharapkan dapat mendukung pengurangan penggunaan pupuk an organik melalui pemanfaatan sisa tanaman padi (jerami) sebagai bahan baku pupuk organik insitu untuk keberlanjutan pemanfaatan lahan sawah sebagai upaya mendukung ketahanan pangan nasional.
MENTERI PERTANIAN,
TTD
SUSWONO
Formulir – 1.
ALOKASI PAKET BANTUAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMULIHAN LAHAN SAWAH BERKELANJUTAN TAHUN ANGGARAN 2010
Dekomposer (kg) Pupuk Hayati (kg)
1 Banten 1 Lebak 21.650 43.300 8.660
2 Pandeglang 19.805 39.610 7.922
3 Serang 33.172 66.344 13.269
4 Tangerang 14.123 28.246 5.649
Total Banten 88.750 177.500 35.500
2 DI Yogyakarta 1 Bantul 1.727 3.454 691
2 Gunung Kidul 1.316 2.632 526
3 Kulon Progo 2.345 4.690 938
Total DI Yogyakarta 5.388 10.776 2.155
3 Jawa Barat 1 Bandung 17.133 34.266 6.853
2 Bekasi 2.814 5.628 1.126
3 Bogor 15.158 30.316 6.063
4 Ciamis 11.171 22.342 4.468
5 Cianjur 11.982 23.964 4.793
6 Cirebon 6.268 12.536 2.507
7 Garut 10.690 21.380 4.276
8 Majalengka 12.955 25.910 5.182
9 Purwakarta 4.394 8.788 1.758
10 Subang 22.213 44.426 8.885
11 Sukabumi 12.016 24.032 4.806
12 Sumedang 8.275 16.550 3.310
13 Tasikmalaya 15.580 31.160 6.232
Total Jawa Barat 150.649 301.298 60.260
4 Jawa Tengah 1 Banyumas 9.603 19.206 3.841
2 Batang 7.736 15.472 3.094
3 Blora 10.785 21.570 4.314
4 Cilacap 12.031 24.062 4.812
5 Grobogan/purwodadi 15.081 30.162 6.032
6 Jepara 8.220 16.440 3.288
7 Karanganyar 12.782 25.564 5.113
8 Kebumen 12.379 24.758 4.952
9 Kendal 8.764 17.528 3.506
10 Klaten 8.266 16.532 3.306
11 Magelang 7.316 14.632 2.926
12 Pati 9.298 18.596 3.719
13 Pekalongan 9.247 18.494 3.699
14 Pemalang 7.189 14.378 2.876
15 Purworejo 11.528 23.056 4.611
16 Rembang 13.358 26.716 5.343
17 Sragen 22.717 45.434 9.087
18 Sukoharjo 16.254 32.508 6.502
19 Wonogiri 16.614 33.228 6.646
Total Jawa Tengah 219.168 438.336 87.667
5 Jawa Timur 1 Bangkalan 11.935 23.870 4.774
2 Banyuwangi 13.941 27.882 5.576
3 Blitar 11.714 23.428 4.686
4 Bojonegoro 12.857 25.714 5.143
5 Jember 19.978 39.956 7.991
6 Kediri 8.938 17.876 3.575
7 Lamongan 16.336 32.672 6.534
8 Lumajang 9.925 19.850 3.970
9 Madiun 9.631 19.262 3.852
10 Magetan 11.612 23.224 4.645
11 Malang 9.880 19.760 3.952
12 Ngawi 20.001 40.002 8.000
13 Pamekasan 5.425 10.850 2.170
14 Ponorogo 11.358 22.716 4.543
15 Probolinggo 5.912 11.824 2.365
16 Sampang 10.771 21.542 4.308
17 Trenggalek 7.208 14.416 2.883
18 Tuban 21.256 42.512 8.502
19 Tulungagung 10.436 20.872 4.174
Total Jawa Timur 229.114 458.228 91.646
6 Sulawesi Selatan 1 Bone 13.249 26.498 5.300
2 Enrekang 3.325 6.650 1.330
3 Luwu 2.344 4.688 938
4 Luwu Utara 14.584 29.168 5.834
5 Pangkajene Kepulauan 6.707 13.414 2.683
6 Pinrang 14.842 29.684 5.937
7 Sidenreng Rappang 5.075 10.150 2.030
8 Wajo 12.585 25.170 5.034
Total Sulawesi Selatan 72.711 145.422 29.084
7 Sumatera Barat 1 Kota Padang 2.697 5.394 1.079
2 Kota Pariaman 2.746 5.492 1.098
3 Kota Payakumbuh 5.708 11.416 2.283
4 Lima Puluh Koto 13.145 26.290 5.258
5 Padang Pariaman 13.868 27.736 5.547
6 Pasaman 12.258 24.516 4.903
7 Pesisir Selatan 3.871 7.742 1.548
8 Sawahlunto/Sijunjung 5.290 10.580 2.116
9 Solok 2.770 5.540 1.108
10 Tanah Datar 2.899 5.798 1.160
Total Sumatera Barat 65.252 130.504 26.101
8 Sumatera Selatan 1 Kota Lubuk Linggau 6.859 13.718 2.744
2 Lahat 1.651 3.302 660
3 MURA 2.533 5.066 1.013
4 OKU 12.925 25.850 5.170
Total Sumatera Selatan 23.968 47.936 9.587
80 Kab/Kota 855.000 1.710.000 342.000
Paket Bantuan PKLSBProvinsi Kabupaten
Luasan
(Ha)
Total 8 provinsi
Catatan : Alokasi Paket PKLSB Per Ha : Dekomposer 2 kg, dan Pupuk Hayati 400 gram
Formulir - 2. Blanko Rencana Kebutuhan Pelaksanaan Kegiatan PKLSB
RENCANA KEBUTUHAN DEKOMPOSER DAN PUPUK HAYATI BAGI KELOMPOK TANI
TAHUN ANGGARAN 2010
DEKOMPOSER (Kg) PUPUK HAYATI (Gram)
1.
2.
3.
Dst
LUAS TANAM PADI
(Ha)NAMA PETANINO
KEBUTUHAN PKLSB TANGGAL
PANEN
Mengetahui
PPL/Mantan/KCD,
Mengetahui
Kepala Desa,
............ , ......................
Ketua/Sekretaris/Pengurus
Kelompok Tani,
(......Nama.........)
NIP.
(............Nama.........)
(.......Nama.........)
Catatan :
Nama jabatan pada kelompok tani penerima disesuaikan dengan nama pada saat
penandatanganan.
PROVINSI :
KABUPATEN/KOTA :
KECAMATAN :
DESA :
NAMA KELOMPOK TANI :
KETUA KELOMPOK TANI :
2
Formulir - 3. Blanko Rencana Rekapitulasi Kebutuhan PKLSB Kelompok Tani
REKAPITULASI KEBUTUHAN
DEKOMPOSER DAN PUPUK HAYATI BAGI KELOMPOK TANI
TAHUN ANGGARAN 2010
PROVINSI :
KABUPATEN/KOTA :
KECAMATAN :
NAMA
KEL TANI DEKOMPOSER (Kg) PUPUK HAYATI (Gram)
1. Yyy 1.
2.
Dst
2. Vvv 1.
2.
Dst
TANGGAL
PANENDESA
JUMLAH
NOJUMLAH
ANGGOTA
LUAS TANAM PADI
(Ha)
KEBUTUHAN PKLSB
............ , ......................
Mengetahui,
PPL/Mantan/KCD,
(...........Nama.............)
NIP.
3
Formulir - 4. Blanko Rencana Kebutuhan PKLSB Kelompok Tani (Tingkat Kab/Kota)
REKAPITULASI KEBUTUHAN
DEKOMPOSER DAN PUPUK HAYATI BAGI KELOMPOK TANI
TAHUN ANGGARAN 2010
PROVINSI :
KABUPATEN/KOTA :
JUMLAH
KEL TANI DEKOMPOSER (Kg) PUPUK HAYATI (Gram)
1.
2.
JUMLAH
TANGGAL
PANENDESANO
JUMLAH
ANGGOTA
LUAS TANAM PADI
(Ha)
KEBUTUHAN PKLSBKECAMATAN
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota,
........................................................,
(......Nama.........)
NIP.
5
Formulir - 5: Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota tentang
Penetapan Calon Kelompok Tani Penerima s TA 2010
Nomor :
Perihal : Calon Kelompok Tani Penerima Paket Bantuan Kegiatan PKLSB TA 2010
(Dekomposer, dan Pupuk Hayati)
Rekap Daftar Kelompok Tani Calon Penerima Paket Bantuan Kegiatan PKLSB
Kabupaten/Kota :
NAMA
KETUA DEKOMPOSER (Kg) PUPUK HAYATI (Gram)
1.
2.
3.
Dst
JUMLAH
NONAMA
KEL TANIALAMAT *)
LUAS PANEN PADI
(Ha)
BANTUAN PAKET PKLSB
Keterangan :
*) Sebutkan Nama Desa dan Kecamatan
Ditetapkan, tanggal ...........
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
...................................,
(....... Nama .......)
NIP
6
Formulir - 6. Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Provinsi tentang Penetapan Calon
Kelompok Tani Penerima Paket Bantuan Kegiatan PKLSB TA 2010
Nomor :
Perihal : Lokasi Kelompok Tani Penerima Paket Bantuan Kegiatan PKLSB TA 2010
(Dekomposer, dan Pupuk Hayati)
Rekap Daftar Kelompok Tani Calon Penerima Paket Bantuan Kegiatan PKLSB
Provinsi :
KAB/ JUMLAH
KOTA DESA DEKOMPOSER (Kg) PUPUK HAYATI (Gram)
1.
2.
3.
Dst
JUMLAH
TANGGAL
PANENKECAMATANNO
JUMLAH
KEL TANI
LUAS PANEN PADI
(Ha)
BANTUAN PAKET PKLSB
Disetujui, tanggal .........
Kepala Dinas Pertanian Provinsi
………………....,
(....... Nama .......)
NIP
Lampirkan daftar lokasi dan calon penerima BLP sesuai Surat Keputusan Kepala Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota.
7
Formulir - 7. Berita Acara Pemeriksaan dan Pengambilan Contoh Kegiatan PKLSB
Berita Acara
Pemeriksaan Barang dan Pengambilan Contoh Dekomposer
Dan Pupuk Hayati Kegiatan PKLSB
No. ...........................................
Pada hari ini ............. tanggal ............... bulan...... tahun......telah dilaksanakan
pemeriksaan Dekomposer/Pupuk Hayati Kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan Sawah
Berkelanjutan di Pabrik ........ Kabupaten.... Provinsi......kami yang bertanda tangan di
bawah ini :
1. Nama : ..............
Jabatan : ..............
Alamat : ..............
Yang selanjutnya disebut sebagai pihak PERTAMA *)
2. Nama : ..............
Jabatan : ..............
Alamat : ..............
Yang selanjutnya disebut sebagai pihak KEDUA **)
3. Nama : ..............
Jabatan : ..............
Alamat : ..............
Yang selanjutnya disebut sebagai pihak KETIGA ***)
Sesuai perjanjian antara Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Nomor ….. dan Nomor :
……. tanggal…, maka pihak PERTAMA dan pihak KETIGA telah melakukan
pemeriksaaan dan pengambilan sampel Dekomposer/Pupuk Hayati terhadap pihak
KEDUA dengan hasil sebagai berikut :
JENIS JUMLAH
STOK KEMASAN
JUMLAH
SAMPEL KETERANGAN
Dekomposer
Pupuk Hayati
Demikian berita acara pemeriksaan barang dan pengambilan sampel dibuat, kemudian
agar dipergunakan sebagaimana mestinya.
PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA ,
(............................) (............................) (.............................)
Keterangan :
*) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
**) BUMN
***) Petugas Pengambil Contoh (Superintendent)
8
Formulir - 8. Berita Acara Pemeriksaan Paket Bantuan Kegiatan PKLSB
Berita Acara
Pemeriksaan Paket Bantuan Kegiatan PKLSB
No. ...........................................
Pada hari ini ............. tanggal ............... di Kabupaten/Kota ..............
Provinsi................ kami yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : ..............
Jabatan : ..............
Alamat : ..............
Yang selanjutnya disebut sebagai pihak PERTAMA
2. Nama : ..............
Jabatan : ..............
Alamat : ..............
Yang selanjutnya disebut sebagai pihak KEDUA
Telah dilakukan pemeriksaaan terhadap Paket Bantuan Kegiatan PKLSB dengan
keterangan sebagai berikut :
JENIS JUMLAH KEMASAN KETERANGAN
Dekomposer
Pupuk Hayati
Demikian berita acara pemeriksaan ini dibuat, kemudian agar dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Yang Memeriksa Yang Diperiksa
Pihak KEDUA, Pihak PERTAMA,
(............................) (.............................)
Mengetahui,
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota,
( .......Nama............)
NIP.
Catatan :
- Pihak Pertama adalah BUMN pelaksana
- Pihak Kedua adalah Petugas Dinas Pertanian yang menangani bidang sarana
9
Formulir - 9. Berita Acara Penerimaan Paket Bantuan Kegiatan PKLSB
Berita Acara
Penerimaan Paket Bantuan Kegiatan PKLSB
No. ...........................................
Pada hari ini ............. tanggal ............... di Desa .........Kecamatan ...........
Kabupaten/Kota .............. Provinsi ................ kami yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : ..............
Jabatan : ..............
Alamat : ..............
Yang selanjutnya disebut sebagai pihak PERTAMA
2. Nama : ..............
Jabatan : ..............
Kelompok tani: ...............
Alamat : ..............
Yang selanjutnya disebut sebagai pihak KEDUA
Sesuai dengan Perjanjian nomor ........... dan nomor…….. tanggal ............ maka pihak
PERTAMA menyerahkan kepada pihak KEDUA Paket Bantuan Kegiatan PKLSB
sebagai berikut :
JENIS JUMLAH KEMASAN KETERANGAN
PUPUK
Dekomposer
Pupuk Hayati
Demikian berita acara penerimaan bantuan pupuk ini dibuat, kemudian agar
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Yang Menerima Yang Menyerahkan
Pihak KEDUA/ Pihak PERTAMA,
Ketua/Sekretaris/Pengurus
Kelompok Tani,
(............................) (.............................)
Mengetahui,
PPL/Mantan/KCD,
( .......Nama............)
NIP.
Catatan :
- Pihak Pertama adalah BUMN pelaksana
- Pihak Kedua adalah pengurus kelompok tani penerima BLP
10
Formulir - 10. Rekapitulasi Berita Acara Penerimaan Paket Bantuan Kegiatan PKLSB
JUMLAH
DESA DEKOMPOSER (Kg) PUPUK HAYATI (Gram)
1.
2.
3.
Dst
JUMLAH
NO KECAMATANJUMLAH
KEL TANI
BANTUAN PAKET PKLSBKETERANGAN
TANGGAL
PENERIMAAN
Tempat, Tanggal Bulan Tahun
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota,
(.........Nama..........)
NIP.
*) Keterangan Kondisi pupuk yang diterima
Formulir - 11. Rekapitulasi Berita Acara Penerimaan Bantuan Langsung Pupuk
JUMLAH JUMLAH JUMLAH
KAB/KOTA KECAMATAN DESA DEKOMPOSER (KG) PUPUK HAYATI (Gram)
1.
2.
3.
Dst
TOTAL
NOJUMLAH
KEL TANI
LUAS PANEN PADI
(Ha)
JUMLAH BANTUAN KETERANGAN
*)
TANGGAL
PANEN
Tempat, Tanggal Bulan Tahun
Kepala Dinas Pertanian Provinsi,
(.........Nama..........)
NIP.
*) Keterangan
Kondisi pupuk yang diterima
11
Formulir - 12. Pelaporan Awal Pelaksanaan Kegiatan PKLSB
FORM PELAPORAN AWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PKLSB
TAHUN 2010
Bulan : ..............
LOKASI NAMA JUMLAH
DESA/KEC KEL TANI ANGGOTA DEKOMPOSER (Kg) PUPUK HAYATI (Gram) DEKOMPOSER PUPUK HAYATI
1.
2.
3.
Dst
NOLUASAN PANEN
(Ha)
JUMLAH BANTUAN TANGGAL
PANEN
WAKTU APLIKASI
Keterangan :
Lampirkan data : nama-nama anggota kelompok tani dan data lokasi titik bagi
pendistribusian pupuk
Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota,
............................................
(..........................)
12
Formulir - 13. Pelaporan Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan PKLSB
FORM PELAPORAN PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PKLSB
TAHUN 2010
Bulan : .......
LOKASI NAMA JUMLAH
DESA/KEC KEL TANI ANGGOTA DEKOMPOSER PUPUK HAYATI
1.
2.
3.
Dst
NOWAKTU APLIKASI
TANGGAL PANENPERMASALAHAN
DAN UPAYA
Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota,
........................................
(..........................)
Formulir - 14. Pelaporan Akhir Pelaksanaan Kegiatan PKLSB
FORM PELAPORAN AKHIR PELAKSANAAN KEGIATAN PKLSB
TAHUN 2010
LOKASI NAMA JUMLAH
DESA/KEC KEL TANI ANGGOTA DEKOMPOSER PUPUK HAYATI TANAM KEMBALI
1.
2.
3.
Dst
NOTANGGAL
PANEN
PERMASALAHAN
DAN UPAYA
WAKTU APLIKASI
Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota
...................................,
(..........................)