analisis peranan subsektor pertanian dan...

21
2 ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEMBANGUNAN KAWASAN EKONOMI PROPINSI JAWA BARAT: Pendekatan Analisis IRIO Mohammad Abdul Mukhyi Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma Jakarta ([email protected] ) ABSTRAK Pengembangan sektor pertanian merupakan salah satu strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Agroindustri sebagai subsistem agribisnis mempunyai potensi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, karena memiliki peluang pasar dan nilai tambah yang besar. Pengembangan agroindustri dapat menjadi pintu masuk proses transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri. Penelitian ini menggunakan pendekatan IRIO, dengan tujuan penelitian: (1) menetapkan subsektor unggulan yang potensial untuk dikembangkan Propinsi Jawa Barat, (2) menganalisis sektor-sektor yang bisa memberikan efek multiplier yang besar dan (3) mengukur tingkat kontribusi sektor pertanian dan sektor-sektor unggulan dalam pembangunan daerah dan yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mengembangkan daerahnya. Tingkat kontribusi margin Propinsi Jawa Barat dan Nasional unggul dalam sektor industri pengolahan; sektor perdagangan; hotel dan restoran; serta sektor pertanian. Dalam analisis shift-share, sumbangan terhadap Propinsi Jawa Barat pada sektor pertambangan dan penggalian; sektor bangunan; dan sektor jasa-jasa, sedang sektor pertanian dalam subsektor tanaman perkebunan; Subsektor peternakan dan hasil-hasilnya; subsektor kehutanan; dan subsektor perikanan. Dengan pendekatan Location Quotient (LQ), mempunyai keunggulan di sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; serta sektor perdagangan, hotel dan restoran, sedang di sektor pertanian hanya subsektor tanaman bahan makanan. Propinsi Jawa Barat unggul dalam sektor industri dan pengolahan; sektor bangunan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap Nasional baik keterkaitan ke belakang maupun ke depan. Sedang terhadap dirinya sendiri mempunyai keunggulan di sektor industri dan pengolahan; sektor bangunan; dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kata Kunci: Interregional Input-Output, keterkaitan sektor dan subsektor, shift-share, efek multiplier, kontribusi margin. PENDAHULUAN: Ekonomi pertanian merupakan salah satu disiplin dalam ilmu ekonomi yang menerangkan dan mempelajari masalah-masalah pembangunan pertanian, dan diharapkan dapat memberikan alternatif-alternatif baru baik untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang timbul maupun untuk mewujudkan cita-cita bangsa, guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat petani khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Sampai dengan tahun 1991 sektor pertanian masih merupakan sektor unggulan Indonesia dalam penciptaan PDB, namun sejak tahun 1992 peran sektor ini mulai tergeser oleh sektor industri dan terus menurun peranannya, walaupun besaran absolut sektor pertanian meningkat. PDB pada triwulan pertama tahun 2006 meningkat sebesar 2,14 dibandingkan tahun 2005 pada triwulan empat. Pertumbuhan PDB triwulan empat tahun 2005 dan triwulan pertama tahun 2006 ini terjadi pada sektor pertanian 3,21%, konstruksi 3,14%, pengangkutan dan komunikasi 5,03%, keuangan-real estate-jasa perusahaan 1,84%, pertambangan dan penggalian 2,23%, industri pengolahan 1,10%, listrik, gas dan air bersih 3,48% dan sektor jasa- jasa 1,55%. Kenaikan sektor pertanian tersebut disebabkan oleh subsektor tanaman bahan makanan 64,11%, subsektor peternakan 0,64%, subsektor tanaman perkebunan -32,47%, subsektor kehutanan -17,64% dan subsektor perikanan -8,76%, (http://www.bps.go.id) Peran sektor pertanian di samping sebagai sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dan bila dilihat dari jumlah orang yang bekerja, maka sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja yang pada umumnya adalah tenaga kerja tidak terdidik, tidak memiliki ketrampilan dan pemerataan

Upload: lehanh

Post on 14-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

2

ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEMBANGUNAN KAWASAN EKONOMI

PROPINSI JAWA BARAT: Pendekatan Analisis IRIO

Mohammad Abdul Mukhyi Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma Jakarta

([email protected])

ABSTRAK Pengembangan sektor pertanian merupakan salah satu strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Agroindustri sebagai subsistem agribisnis mempunyai potensi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, karena memiliki peluang pasar dan nilai tambah yang besar. Pengembangan agroindustri dapat menjadi pintu masuk proses transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri. Penelitian ini menggunakan pendekatan IRIO, dengan tujuan penelitian: (1) menetapkan subsektor unggulan yang potensial untuk dikembangkan Propinsi Jawa Barat, (2) menganalisis sektor-sektor yang bisa memberikan efek multiplier yang besar dan (3) mengukur tingkat kontribusi sektor pertanian dan sektor-sektor unggulan dalam pembangunan daerah dan yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mengembangkan daerahnya. Tingkat kontribusi margin Propinsi Jawa Barat dan Nasional unggul dalam sektor industri pengolahan; sektor perdagangan; hotel dan restoran; serta sektor pertanian. Dalam analisis shift-share, sumbangan terhadap Propinsi Jawa Barat pada sektor pertambangan dan penggalian; sektor bangunan; dan sektor jasa-jasa, sedang sektor pertanian dalam subsektor tanaman perkebunan; Subsektor peternakan dan hasil-hasilnya; subsektor kehutanan; dan subsektor perikanan. Dengan pendekatan Location Quotient (LQ), mempunyai keunggulan di sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; serta sektor perdagangan, hotel dan restoran, sedang di sektor pertanian hanya subsektor tanaman bahan makanan. Propinsi Jawa Barat unggul dalam sektor industri dan pengolahan; sektor bangunan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap Nasional baik keterkaitan ke belakang maupun ke depan. Sedang terhadap dirinya sendiri mempunyai keunggulan di sektor industri dan pengolahan; sektor bangunan; dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kata Kunci: Interregional Input-Output, keterkaitan sektor dan subsektor, shift-share, efek

multiplier, kontribusi margin. PENDAHULUAN: Ekonomi pertanian merupakan salah satu disiplin dalam ilmu ekonomi yang menerangkan dan mempelajari masalah-masalah pembangunan pertanian, dan diharapkan dapat memberikan alternatif-alternatif baru baik untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang timbul maupun untuk mewujudkan cita-cita bangsa, guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat petani khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Sampai dengan tahun 1991 sektor pertanian masih merupakan sektor unggulan Indonesia dalam penciptaan PDB, namun sejak tahun 1992 peran sektor ini mulai tergeser oleh sektor industri dan terus menurun peranannya, walaupun besaran absolut sektor pertanian meningkat. PDB pada triwulan pertama tahun 2006 meningkat sebesar 2,14 dibandingkan tahun 2005 pada triwulan empat. Pertumbuhan PDB triwulan empat tahun 2005 dan triwulan pertama tahun 2006 ini terjadi pada sektor pertanian 3,21%, konstruksi 3,14%, pengangkutan dan komunikasi 5,03%, keuangan-real estate-jasa perusahaan 1,84%, pertambangan dan penggalian 2,23%, industri pengolahan 1,10%, listrik, gas dan air bersih 3,48% dan sektor jasa-jasa 1,55%. Kenaikan sektor pertanian tersebut disebabkan oleh subsektor tanaman bahan makanan 64,11%, subsektor peternakan 0,64%, subsektor tanaman perkebunan -32,47%, subsektor kehutanan -17,64% dan subsektor perikanan -8,76%, (http://www.bps.go.id) Peran sektor pertanian di samping sebagai sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dan bila dilihat dari jumlah orang yang bekerja, maka sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja yang pada umumnya adalah tenaga kerja tidak terdidik, tidak memiliki ketrampilan dan pemerataan

Page 2: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

3

pendapatan yang tidak merata. Atas kondisi ini sehingga bargaining power yang dimiliki oleh para petani kita sangat lemah, sehingga nilai jual dari produk juga sangat berpengaruh terhadap kondisi ini. Agroindustri sebagai subsistem pertanian mempunyai potensi sebagai pendorong pertumbuhan kawasan ekonomi, karena memiliki peluang pasar yang lebih luas dan nilai tambah (value added) yang besar. Disamping itu pengembangan agroindustri dapat menjadi “pintu masuk” (entry point) proses transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri. Kegiatan pertanian menghasilkan produk-produk yang sangat strategis bagi pemenuhan kebutuhan pokok rakyat seperti pangan, pakaian dan perumahan. Pemenuhan kebutuhan seperti pangan apabila mengandalkan dari negara lain atau impor tentu akan sangat riskan, karena dapat menimbulkan masalah yang rumit dan biaya mahal dikemudian hari (Habibie, Nono dan Wardani,1995). Pembangunan kawasan (regional development) secara konvensional lebih cenderung berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, dengan asumsi dasar bahwa proses pembangunan berlangsung dalam suatu keseimbangan matrik lokasi yang terdiri dari beberapa pusat pertumbuhan (growth poles) dan kawasan penyangga atau hinterland (Tjokrowinoto; 1995). Penelitian yang penulis lakukan adalah dengan pendekatan IRIO dengan fokus pada satu propinsi dari beberapa kabupaten yang dibandingkan dengan tingkat nasional pada 30 subsektor dari sembilan sektor utama PDB. Tujuan Penelitian 1. seberapa besar tingkat kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian daerah dan apa

yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mengembangkan daerahnya. 2. menganalisis sektor-sektor mana yang bisa memberikan efek multiplier yang besar. 3. menetapkan subsektor unggulan mana yang potensial untuk dikembangkan Propinsi Jawa

Barat. TINJAUAN PUSTAKA Konsep kawasan sebagai suatu pendekatan kebijakan baru dalam pembangunan daerah telah semakin luas digunakan di berbagai negara baik negara maju maupun negara berkembang, terutama dikaitkan dengan kesiapan suatu kawasan meningkatkan daya saingnya dalam menghadapi kawasanisasi dan globalisasi. Kawasan secara signifikan mampu untuk meningkatkan kemampuan ekonomi daerah untuk membangun kekayaan masyarakat. Kawasan juga mampu bertindak sebagai pendorong inovasi, di mana keberadaan unsur-unsur dalam kawasan diperlukan untuk mengubah gagasan menjadi kekayaan. (Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Bappenas, 2004). Konsep, prinsip, dan instrumen kebijakan di dalam model pada perencanaan ekonomi kawasan adalah konsep kutub pertumbuhan, yang pada awalnya dirumuskan oleh Perroux (1955) dengan pertumbuhan yang dirangsang oleh suatu kombinasi dari inter-industrial. Kawasan unggulan merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai penggerak perekonomian kawasan (prime mover) yang memiliki kriteria sebagai kawasan yang cepat tumbuh, mempunyai sektor unggulan dan memiliki keterkaitan dengan kawasan sekitar (hinterland) (Royat, 1996). Penetapan suatu daerah menjadi kawasan unggulan karena diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan suatu daerah. Ada tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Todaro, 2000). Pengembangan kawasan komoditi unggulan tidak lepas dari pengembangan kawasan agropolitan. Suatu kawasan agropolitan yang sudah berjalan dan berkembang mempunyai ciri-ciri: a. sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut memperoleh pendapatan dari kegiatan

pertanian; b. kegiatan di kawasan tersebut sebagian besar di dominasi oleh kegiatan pertanian,

termasuk di dalamnya usaha industri (pengolahan) pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian, perdagangan pertanian hulu, agrowisata dan jasa pelayanan; dan

c. hubungan antara kota dan daerah hinterland di kawasan agropolitan bersifat interdependensi yang harmonis, dan saling membutuhkan;

Page 3: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

4

Aswandi dan Kuncoro (2002) mengatakan bahwa keterkaitan perekonomian kawasan unggulan dengan daerah sekitar sebagai salah satu kriteria penetapannya relevan dengan konsep spesialisasi. Adanya spesialisasi komoditi sesuai dengan sektor dan atau subsektor unggulan yang dimiliki masing-masing daerah, hal ini sejalan dengan pemikiran dari Samuelson dan Nordhaus (1996) bahwa masyarakat dapat lebih efektif dan efisien jika terdapat pembagian kerja, yang membagi keseluruhan proses produksi menjadi unit-unit khusus yang terspesialisasi. METODE PENELITIAN

Penelitian ini membahas permasalahan sektor pertanian di Propinsi Jawa Barat dan sektor-sektor unggulan yang ada di Propinsi Jawa Barat kaiannya dengan pembangunan kawasan ekonomi, dengan menggunakan pendekatan IRIO (Interregional Input-Output) yang merupakan metode pengembangan dari Input-Output Analysis. Metode Analisis 1. Analisis deskriptif dan atau tabulasi dengan melalui tabel-tabel, grafik, dan diagram, seperti

data-data dari BPS, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Depatemen Pertanian, serta dinas-dinas terkait.

2. Analisis kuantitatif meliputi metode penentuan kawasan adalah: Location Quotient (LQ), Analisis Shift-share, Analisis IO (input-output) dan Analisis IRIO (interregional input-output),

Studi Penetapan Kawasan yang pernah dilakukan dan digunakan oleh beberapa ahli baik dari dalam maupun luar negeri adalah: pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (Tipologi Klassen); sub sektor unggulan; spesialisasi daerah (Sukkoo Kim); keunggulan komparatif kawasan; pangsa pasar; tingkat pertumbuhan (Tipologi Klassen); produktivitas perdagangan (S. Chand); pengembangan kawasan; struktur industri; kontribusi margin terhadap PDB dan sektor; dan daya saing. Sedang pengklasifikasian daerah unggulan yang didapat dan menjadi dasar dalam penetapan kawasan unggulan ini yang dilakukan oleh beberapa penulis dalam bidang ini adalah: keunggulan komparatif dan kompetitif daerah atau kawasan; spesialisasi daerah; daerah cepat maju (Syafrizal dan Kuncoro); daerah maju tertekan (Syafrizal dan Kuncoro); daerah berkembang (Syafrizal dan Kuncoro); daerah tertinggal (Syafrizal dan Kuncoro); daerah penyanggah; dan kawasan unggulan dan bukan unggulan (Soepono, Hoover). HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebijakan yang diambil oleh pemerintah propinsi Jawa Barat sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat. Demikian juga untuk bidang yang berada di bawah sektor pertanian juga sama seperti kebijakan nasional. Akan tetapi kondisi Propinsi Jawa Barat lebih baik di bidang sektor pertanian, karena dari enam subsektor pertanian, subsektor tanaman bahan makanan lainnya merupakan subsektor yang tergolong dalam tahap menujuk proses industrialisasi. Laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat relatif berfluktuasi, yang pada umumnya turun kecuali yang sedang bergeliat untuk meningkat adalah sektor bangunan, yang pada masa krisis sektor ini relatif laju pertumbuhannya sangat rendah, subsektor kehutanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan dan hasil-hasilnya, sektor pengangkutan dan komunikasi serta jasa-jasa. Secara nasional sektor pertanian cenderung tumbuh beserta subsektor pertaniannya yang relatif tumbuh, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pembangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa lainnya. Berdasarkan analisis shift-share, bahwa sumbangan utama pada propinsi Jawa Barat adalah pada sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa, sedang dalam sektor pertanian yang memberikan sumbangan terbesar atas analisis shift-share adalah subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan dan hasil-hasilnya, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Strategi pembangunan di Propinsi Jawa Barat hampir sama dengan strategi pembangunan Indonesia. Tingkat pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Barat relatif lebih rendah dari tingkat pertumbuhan nasional.

Page 4: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

5

Berdasarkan pada hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan LQ bahwa Propinsi Jawa Barat mempunyai keunggulan di sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran, hasil ini akan ditelusuri lebih lanjut dengan pendekatan IRIO. Sedang disektor pertanian (Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan) hanya terdapat satu subsektor saja yang mempunyai sektor unggulan yaitu subsektor tanaman bahan makanan, dalam hal ini dalam bentuk tanaman padi, tanaman jagung, tanaman singkong, tanaman palawija, sayuran dan buah-buahan. Berdasarkan kajian dari penilaian kontribusi margin, maka di peroleh bahwa untuk sektor pertanian masih tergolong dalam katagori non-industrialisasi, yang artinya bahwa subsektor ini belum diolah dan dimanfaatkan serta dikelola secara efektif dan efisien, artinya bahwa subsektor ini masih digarap secara tradisional, dengan tenaga kerja yang tidak terdidik, menggunakan metode dan pengolahan yang masih sederhana, tingkat ketergantungan tenaga kerja masih tinggi, kemiskinan yang masih tinggi dan mental bisnis belum terbangunkan. Propinsi Jawa Barat mempunyai keunggulan dalam sektor industri dan pengolahan, sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran posisi terhadap nasional baik keterkaitan ke belakanga maupun ke depan. Sedang terhadap dirinya sendiri mempunyai keunggulan dalam sektor industri dan pengolahan, sekstor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, Dari dua jenis dan macam keunggulan ini maka ditarik kesimpulan bahwa Propinsi Jawa Barat mempunyai keunggulan untuk sektor industri dan pengolahan, bangunan serta perdagangan, hotel dan restoran. Bila dilihat lebih renci berdasarkan pada subsektornya maka mempunyai keunggulan di subsektor industri makanan, minuman dan tembakau, subsektor industri kertas dan barang dari cetakan, subsektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet dan mineral bukan logam, subsektor bangunan dan subsektor perdaganan, hotel dan restoran. Hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan IRIO sektor-sektor 10 terbesar yang memiliki nilai multiplier terbesar terhadap perekonomian secara nasional, yaitu: industri makanan, minuman dan tembakau; industri kertas dan barang dari cetakan, listrik, gas dan air bersih, bangunan, angkutan udara, industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, industri semen, industri barang dan logam, industri hotel dan restoran dan industri lainnya Nilai multiplier dari Propinsi Jawa Barat terdiri atas sektor-sektor industri kertas dan barang dari cetakan, industri makanan, minuman dan tembakau, industri semen, listrik, gas dan air bersih, hotel dan restoran, angkutan udara, angkutan air, industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya, bangunan serta sektor industri lainnya Kontribusi sektor-sektor yang ada di Propinsi Jawa Barat terhadap kenaikan kesejahteraan penduduk dan pendapatan regional masih sangat rendah di bawah 1%, yang berarti bahwa pembangunan yang dilaksanakan oleh Propinsi Jawa Barat belum menyentuh sampai ke masyarakat, hanya ada beberapa subsektor yang memberikan nilai terbesar diantara 30 sektor, yaitu industri makanan, minuman dan tembakau, industri kertas dan barang dari cetakan, industri semen, industri dasar besi dan baja dan logam dasar bukan besi, listrik, gas dan air bersih serta angkutan air. Kontribusi sektor pertanian di Jawa Barat masih bersifat tradisional, maka ini perlu ada dukungan, dorongan dan upaya-upaya dari pemerintah daerah untuk mengembangkan sektor pertanian ini menjadi sektor unggulan, karena dilihat dari sudut alam dan kondisi masyarakat yang masih agraris adalah sangat mendukung, walaupun secara analisis bahwa sektor pertanian ini bukan sektor unggulan di Propinsi Jawa Barat. Akan tetapi bahwa produk-produk sekunder atau produk-produk lanjutan dari produk primer pertanian adalah pendukung dari sektor-sektor unggulan Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan kajian dan analisis dari Bappeda Jawa Barat tahun 2000, 2001 dan berdasarkan pada laporan-laporan keuangan dalam bentuk kabupaten dalam angka tahun 2002 ada beberapa potensi dan rencana pengembangan komoditi unggulan. Tentunya tinggal sekarang mengkaitkan dengan hasil analisis yang dilakukan oleh Bappeda tentang aktivitas dasar pengembangan kawasan berdasarkan kota dan atau kabupaten yang hampir sebagaian besar kawasan kota dan kabupaten se Jawa Barat difokuskan dalam sektor pertanian. Kebijakan pembangunan Jawa Barat didasarkan pada pencapaian visi dan misi Jawa Barat 2010, dengan prioritas pengembangan pada 6 (enam) kegiatan tama (pengembangan SDM, Industri Manufaktur, Industri Jasa, Pertanian, Bisnis Kelautan dan Pariwisata) dan 14 indikator keberhasilan pembangunan diterjemahkan dalam dimensi ruang yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampungnya.

Page 5: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

6

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan 1. Tingkat kotribusi margin sektor di Propinsi Jawa Barat adalah sektor industri pengolahan,

sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pertanian (pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan) yang mempunyai nilai di atas 10% dari total PDRBnya. Sektor industri pengolahan masuk dalam tahap semi industrialisasi karena nilainya di atas 20% dari total PDRB Jawa Barat. Dalam sektor pertanian ada satu subsektor tanaman bahan makanan masuk dalam tahap menuju proses industrialisasi. Sektor dan subsektor lainnya masih dalam tahap non industrialiasi. Secara nasional tingkat kontribusi margin sektor adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertanian (pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan) yang mempunyai nilai di atas 10% dari total PDB nasional. Sektor industri pengolahan masuk dalam tahap semi industrialisasi karena nilainya di atas 20% dari total PDB nasional. Produk-produk sekunder atau produk-produk lanjutan dari produk primer pertanian adalah pendukung dari sektor-sektor unggulan Propinsi Jawa Barat. Serta sektor dan subsektor lainnya selain sektor pertanian yang dalam golongan non industrialisasi.

2. Sektor yang memiliki nilai multiplier besar terhadap perekonomian secara nasional sesuai dengan sektor unggulan Propinsi Jawa Barat, yaitu subsektor peternakan dan hasil-hasilnya; subsektor industri makanan, minuman dan tembakau; subsektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya; subsektor industri kertas dan barang dari cetakan, subsektor industri semen; subsektor industri dasar besi dan baja dan logam dasar bukan besi; subsektor industri barang dari logam, subsektor industri lainnya; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan; subsektor hotel dan restoran; subsektor angkutan darat, subsektor angkutan air dan subsektor angkutan udara.

3. Sektor dan subsektor unggulan Propinsi Jawa Barat berdasarkan analisis IRIO adalah sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Bila dilihat dari subsektornya adalah subsektor industri pengilangan minyak bumi; subsektor makanan, minuman dan tembakau; subsektor industri kertas dan barang dari cetakan; subsektor industri pupuk kimia dan barang dari karet dan mineral bukan logam; sektor bangunan dan subsektor hotel dan restoran. Tetapi dibandingkan dengan sektor dan subsektor unggulan secara nasional, maka sektor dan subsektor unggulan Propinsi Jawa Barat adalah subsektor makanan, minuman dan tembakau; subsektor industri kertas dan barang dari cetakan; subsektor industri pupuk kimia dan barang dari karet dan mineral bukan logam; sektor bangunan dan subsektor hotel dan restoran. Walaupun sektor pertanian bukan sektor unggulan akan tetapi menjadi pendorong dari sektor-sektor unggulan, yang merupakan proses lebih lanjut dari hasil produk-produk pertanian yang dilakukan proses produksi lagi yang bisa memberikan nilai tambah yang besar terhadap pendapatan daerah.

2. Saran 1. Sektor pertanian bukan sektor unggulan Propinsi Jawa Barat, maka perlu bersama-sama

mengkaji dan mengambil keputusan serta kebijakan yang mengarah pada program pengembangan sektor unggulan. Hal ini menunjukkan belum adanya keterpaduan perencanaan pembangunan dan informasi dalam melakukan prioritas pembangunan. Dalam aspek pengendalian pemanfaatan ruang, perlu dibentuk lembaga dengan tugas dan fungsi khusus dalam pengendalian pemanfaatan ruang, permasalahan yang dihadapi saat ini adalah belum adanya lembaga yang menangani pengendalian pemanfaatan ruang, sehingga kegiatan pemanfaatan ruang yang cenderung tidak sesuai dengan RTRWP sulit untuk dikendalikan. Keunggulan komparatif pertanian pada setiap daerah ditranformasi menjadi keunggulan bersaing (competitive advantage) melalui pengembangan mutu sumber daya manusia, teknologi, kelembagaan dan organisasi ekonomi lokal yang telah ada pada masyarakat setiap daerah (bukan menggantikannya dengan sesuatu yang benar-benar baru).

2. Prioritas adalah menumbuhkan daya saing agar masyarakat kita tetap memperoleh manfaat ekonomi yang sebesar-besarnya dengan adanya era globalisasi sekarang ini. Upaya

Page 6: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

7

menembus pasar dan memenangkan persaingan harus menjadi gerakan bersama dan tekanannya bukan hanya dari sisi produksi saja, tetapi seluruh sistem pendukungnya.

3. Karena sebagian besar sektor yang ada adalah bersifat non industrialisasi, maka perlu ada pemberdayaan aparatur, para penyuluh, dan perlu ada dorongan politik untuk meningkatkan apa yang ,menjadi visi dan misi Propinsi Jawa Barat. Di masa yang akan datang, para petani harus diikutsertakan untuk menikmati nilai tambah pada subsistem pertanian hulu dan hilir melalui pengembangan koperasi pertanian yang ikut mengelola subsistem pertanian hulu dan hilir melalui usaha patungan (joint venture) dengan pengusaha swasta atau BUMN/BUMD yang saat ini telah eksis pada subsistem tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Pieter., 2002, Daya Saing Daerah, BPFE Yogyakarta,

Abidin, Zainal dan Ismoyo, Hanung., 2004, Impact of Goverment Policy On The Competitiveness of Sugarcane Farming In Lampung Provincies., Universitas Lampung.

Adam, Latif., 1994, Aplikasi Model Shift-Share Analisis, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Vol II, no. 1 Puslitbang Ekonomi dan Pembangunan, LIPI, Jakarta.

Anonimous., 1989, Undang-undang No. 5 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah dan Undang-undang No. 5 tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

---------------, 2000, Models of Development, www.bized.ac.uk dan http://www.sxc.hu/

---------------, 2000, Undang-undang No. 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, CV Pustaka Mandiri, Jakarta.

---------------, 2000, Undang-undang No. 25 tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, CV Pustaka Mandiri, Jakarta.

---------------, 2004, Undang-undang No. 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, CV. Tamita Utama, Jakarta.

Aswandi, Hairul & Kuncoro, Mudrajat., 2002. Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan: Studi Empiris di Kalimantan Selatan, 1993-1999, Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia, Volume 11, No. 1, Januari 2002, ISSN: 0215-2487, Fakultas Ekonomi, Universitas Gajahmada, Yogyakarta.

Azis, Iwan Jaya., 1994, Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Badan Pusat Statistik., 1999, Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output, BPS, Jakarta.

BPS, 2006, Beberapa Indikator Penting Sosial – Ekonomi Indonesia,Edisi Juli, 2006, BPS-Jakarta.

----------------, 1999 sampai 2006, Statistik Indonesia, BPS, Jakarta.

----------------, 2006, Berita Resmi Statistik, No. 24/IX/15/Mei 2006, Jakarta.

(http://www.bps.go.id/releases/files/pdb-14aug06.pdf?)

----------------, 2006, Selected Macro Indicators of Indonesia, BPS, Jakarta.

(http://www.bps.go.id/leaflet/leaflet-jul-06-ind.pdf?, update 19 Juli 2006).

----------------, 2005, Data dan Informasi Kemiskinan, Buku 1 Propinsi. tahun 2002 sampai 2004

----------------, 1999, Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output, BPS, Jakarta.

----------------, 2000 sampai 2004, Jawa Barat Dalam Angka, BPS Propinsi Jawa Barat, Bandung.

Page 7: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

8

Balitbang, Jabar., 2000, Pengkajian Sumber-sumber Potensi Ekonomi Di Jawa Barat, Kerjasama antara Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Jawa Barat dan LP3E Fakultas Ekonomi Universitas Pejajaran, November, Bandung.

David, J dan Golberg, R., 1984, Concept of Agribusiness, Dalam Entang Sastraatmadja, Ekonomi Pertanian Indonesia: Masalah, Gagasan dan Strategi., Angkasa, Bandung.

Deliarnov., 1995, Perkembangan Pemikiran Ekonomi., Raja Grofindo Persada, Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional., 2003, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta.

Direktorat Kewilayahan II Bappenas., 2005, Loka Karya: Pengembangan Pengembangan Kawasan Kawasan Andalan Andalan Terpadu Terpadu Berbasis Berbasis Agribisnis Agribisnis Produk Produk Unggulan Unggulan melalui melalui Kegiatan Kegiatan Fasilitasi Fasilitasi Pendampingan Pendampingan Pengembangan Pengembangan Kawasan. Jakarta, 21-22 Desember 2005.

Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan tertinggal., 2004., Tataa cara Perencanaan Pengembangan Kawasan: Untuk Percepatan Pembangunan Daerah, Bappenas, p1, 2004., www.kawasan.or.id

Direktorat Pengembangan Kawasaan Khusus dan Tertinggal, Bappenas., 2004, Kajian Strategis Pengembangaan Kawasan Dalam Rangka Mendukung Akselerasi Peningkataan Daya Saing Daerah :Sudi kasus kelompok industri rotan-Cirebon, Logam-Tegal, Batik-Pekalongan, Bappenas, Jakarta.

Friedman, John and William Alonso (1975), Regional Policy Reading and Application, MIT Press, Canbridge.

-----------------, and Douglas, Mike., 1995, Agropolitan Development: Towards A New Strategy For Regional Planning in Asia, Dalam Buku UNCRD op cit Nagoya UNCRD.

-----------------, dan Wever, Cleyde., 1979, Territory and Function: The Evaluation of Regional Planning,. MIT Press, Canbridge.

Ghalib, Rusli., 2005, Ekonomi Regional, Pustaka Ramadhan, Jakarta

Goeltom, Miranda S., 1994, Prospektif Bisnis Indonesia Pasca Putaran Uruguay, Jurnal Kelola No, 7/III/1994 ISSN: 0853-7046, Universitas Gajahmada, Yogyakarta.

Godin, Benoit., 2005, Science, Accounting and Statistics:The inpu- output framework

Hadi, Suprayoga., 1995, Konsepsi Dasar Pengembangan Wilayah dan Kawasan Terpadu, Makalah Seminar Nasional Liberalisasi Ekonomi, Pemerataan dan Pengentasan Kemiskinan, Penyelenggara CIDES dan Pusat Penelitian Pembangunan Pedesaan dan Kawasan (P3PK) Universitas Gajahmada, Penerbit Tiara Wacana Yogyakarta.

Hoover, EM., 1971, An Introduction to Regional Economics (1st-ed), New York, Alfred A Knopt. Inc.

http://pse.litbang.deptan.go.id/publikasi/ FAE_21_2_2003_4.pdf#search=%22program%20pertanian%20bimas%20dan%20inmas%22

Isard, Walter (1971), Methode of Regional Analysis, An Introduction to Regional Science, MIT Press, London.

Isard, Walter (1951), International and Regional Input-Output Analysis: A Model of Space Economy, Review of Economics and Statistics.

Kartika, Pratiwi, Indah N, Rachma dan Pakpahan, Yus Medina., 2005: Analisis IRIO Dalam Pengembangan Industri Pada Era Otonomi Daerah, Jurnal Ekonomi dan

Page 8: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

9

Pembangunan Indonesia, vol V No. 2 Januari 2005, Departemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Kemitraan Bagi Pengembangan Ekonomi Lokal 2003, Strategi Kerjasama & Keterpaduan Program KPEL Dalam Pengembangan Wilayah Untuk Kawasan Terpadu, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), United Nations Development Programme (UNDP) dan United Nations for Human Settlement Programme (UNHABITAT), e-mail: [email protected] Website: www.kpel.or.id p.1, 2003

Mangiri, Komet, 2000, Perencanaan Terpadu Pembangunan Ekonomi Daerah Otonomi (Pendekatan Model Input-Output), BPS, Jakarta.

Miller, R. E. and Blair, P. D. 1985., Input-Output Analysis: Foundations and Extensions. New Jersey: Prentice Hall,

Piter, Abdullah et.al, 2002, Daya Saing Daerah, BPFE Yogyakarta. BPPT, 2003, Panduan Pengembangan Klaster Industri Unggulan Daerah, 2003

Richardson, HW. ,1969, Regional Economic, Praeger Publisher, New York.

Rivai, Deddy Effendi 2003, Pengembangan Kawasan Agropolitan Sebagai Pendekatan Wilayan dan Pemberdayaan Masyarakat Pertanian., Makalah Pengantar Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana (S3), Institut Pertanian Bogor, Dosen Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng, email: [email protected]

Royat, Sujana., 1996, Pembangunan Ekonomi Regional dan Upaya Menunjang Pertumbuhan KAPET Dalam Kaitannya Dengan Kemitraan Antara Pemerintah, Swasta dan Masyarakat, Manajemen Usahawan Indonesia, No, 12 Tahun XXV, 14-17.

Samuelson, Paul A. dan Nordhaus, William D., 1996, Economics, McGraw Hill, Inc., New York.Makroekonomi, terjemahan oleh Haris Munandar, dkk, Erlangga, Jakarta

-------------------, dan Nordhaus, William D., 2001, Economics, 17th Edition, McGraw Hill, Inc., New York.

Saragih, Bungaran., 2003, Pembangunan Sistem Agribisnis Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional, Deptan RI, www.deptan.go.id/konsep/amanat.

Soepono, Prasetyo 2001, Teori Pertumbuhan Berbasis Ekonomi (Ekspor): Posisi dan Sumbangannya Bagi Perbendaharaan Alat-alat Analisisi Regional, Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia, Volume 16, No. 1, Januari 2001, ISSN: 0215-2487, Fakultas Ekonomi, Universitas Gajahmada, Yogyakarta.

Suprapto, Ato 1998, Komoditas-komoditas Agroindustri Unggulan dan Prasyarat Kesiapan Sumberdaya Manusia dan Iptek Yang Diperlukan Dalam Rangka Penguasaan Pasar Global, Badan Agribisnis Departeman Pertanian Republik Indonesia, Jakarta.

------------------, 1999, Komoditas Unggulan Ekspor Agribisnis Indonesia, Jurnal Agrimedia, Vol. 5 No. 2 Juli 1999, Bogor.

Wibisono, C., Suryadi, R., & Rayer, R. S. L. (Eds.). 1992. Indonesian Regional Profile. Jakarta: Indonesian Business Data Centre (PDBI)

Wibowo, Dradjat H. 2000, Agribisnis Sebagai Soko Guru Perekonomian Daerah: Tantangan di Tengah Upaya Pemulihan Ekonomi dan Euforia Desentralisasi, Jurnal Agrimedia, Vol 6 No. 2, September 2000, Bogor.

Page 9: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

10

LAMPIRAN:

Tabel 1. Distribusi Tingkat PDRB Propinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000,

Dari Tahun 2000-2004 (Dalam Persentase) LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 2004 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 14.70 14.53 13.81 13.20 13.31

a. Tanaman bahan makanan 10.99 10.92 10.03 9.40 9.39 b. Tanaman perkebunan 0.80 0.80 0.84 0.84 0.84 c. Peternakan & hasil-hasilnya 2.00 1.87 1.99 2.03 2.21 d. Kehutanan 0.14 0.15 0.12 0.12 0.15 e. Perikanan 0.74 0.79 0.82 0.81 0.73 Pertambangan & Penggalian 8.96 8.24 8.00 7.70 7.06 Industri Pengolahan 40.84 40.81 40.70 41.34 40.39 Listrik, Gas & Air Bersih 1.98 2.05 2.08 2.01 2.08 Bangunan 2.68 2.53 2.64 2.71 2.84 Perdagangan, Hotel & Restoran 18.17 17.90 18.28 17.74 18.00 Pengangkutan & Komunikasi 3.74 3.90 4.01 4.22 4.42 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2.73 2.89 3.07 3.20 3.12

Jasa-jasa 6.59 7.15 7.41 7.89 8.76 Produk Domestik Bruto 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Produk Domestik Bruto tanpa Migas 89.73 90.63 90.80 91.31 92.06

Page 10: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

11

Jumlah Migas dan Hasil-hasilnya 10.27 9.37 9.20 8.69 7.94

Tabel 2.

Distribusi Tingkat PDB Nasional Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, Dari Tahun 2000-2004, (Dalam Persentase)

LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 2004 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 16.63 15.64 15.47 15.39 17.06

a. Tanaman bahan makanan 8.68 7.83 7.70 7.61 8.27 b. Tanaman perkebunan 2.69 2.41 2.43 2.42 2.65 c. Peternakan & hasil-hasilnya 1.77 1.92 1.95 1.95 2.14 d. Kehutanan 1.61 1.22 1.19 1.15 1.22 e. Perikanan 1.89 2.25 2.20 2.27 2.52 Pertambangan & Penggalian 9.77 11.66 11.28 10.66 10.67 Industri Pengolahan 26.38 27.60 27.85 27.97 31.15 Listrik, Gas & Air Bersih 1.65 0.63 0.66 0.66 0.73 Bangunan 5.85 5.55 5.61 5.70 6.47 Perdagangan, Hotel & Restoran 15.95 16.24 16.16 16.22 18.00

Pengangkutan & Komunikasi 7.30 4.87 5.06 5.38 6.36 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.90 8.53 8.69 8.87 10.02

Jasa-jasa 9.56 9.28 9.23 9.14 10.05 Produk Domestik Bruto 100.00 100.00 100.00 100.00 110.26 Produk Domestik Bruto tanpa Migas 91.39 88.75 89.36 90.14 100.37

Tabel 3

Distribusi Tingkat PDRB Propinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000, Dari Tahun 2000-2004 (dalam persentase)

LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 2004 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 9.60 14.45 14.75 13.43 13.15

a. Tanaman bahan makanan 10.99 11.00 10.95 9.64 9.13 b. Tanaman perkebunan 0.80 0.84 0.88 0.84 0.92 c. Peternakan & hasil-hasilnya 2.04 1.75 1.87 1.82 1.89 d. Kehutanan 0.14 0.16 0.13 0.13 0.15 e. Perikanan 0.74 0.70 0.92 1.00 1.06 Pertambangan & Penggalian 8.96 7.91 6 .17 5.91 6.80 Industri Pengolahan 40.84 40.71 40.60 42.58 40.44 Listrik, Gas & Air Bersih 1.98 2.26 2.32 2.32 2.60 Bangunan 2.68 2.68 2.71 2.64 2.78 Perdagangan, Hotel & Restoran 18.17 17.79 18.50 17.32 17.64 Pengangkutan & Komunikasi 3.74 3.97 4.42 4.97 5.28 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2.73 2.89 2.94 2.98 2.86

Jasa-jasa 6.18 7.33 7.59 7.85 8.44 Produk Domestik Bruto 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Produk Domestik Bruto tanpa Migas 89.73 91.05 92.57 93.11 92.28

Jumlah Migas dan Hasil-hasilnya 10.27 8.95 7.43 6.89 7.72

Page 11: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

12

Tabel 4

Distribusi Tingkat PDB Nasional Atas Dasar Harga Berlaku, Dari Tahun 2000-2004, (dalam persentase)

LAPANGAN USAHA 2000 20001 2002 2003 2004 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 17.23 15.63 16.04 15.92 15.39

a. Tanaman bahan makanan 8.91 8.18 8.25 8.01 7.42 b. Tanaman perkebunan 2.67 2.18 2.36 2.39 2.49 c. Peternakan & hasil-hasilnya 2.14 2.04 2.22 2.18 2.13 d. Kehutanan 1.18 1.04 1.01 0.99 0.94 e. Perikanan 2.33 2.19 2.20 2.36 2.40 Pertambangan & Penggalian 13.86 10.80 8.64 8.29 8.55 Industri Pengolahan 24.90 30.06 29.72 28.84 28.34 Listrik, Gas & Air Bersih 1.31 0.64 0.83 0.96 0.99 Bangunan 6.05 5.30 5.45 5.50 5.84 Perdagangan, Hotel & Restoran 15.74 15.89 16.89 16.51 16.17 Pengangkutan & Komunikasi 4.93 4.58 5.26 5.78 6.11 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.36 8.04 8.29 8.52 8.45

Jasa-jasa 9.63 9.04 8.89 9.68 10.17 Produk Domestik Bruto 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Produk Domestik Bruto tanpa Migas 85.49 89.38 91.27 91.52 90.98

Tabel 5

Laju Pertumbuhan Tingkat PDRB Propinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, Dari Tahun 2000-2004 (dalam persentase)

LAPANGAN USAHA 2001 2002 2003 2004 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 2.68 (1.24) (0.09) 5.98

a. Tanaman bahan makanan 3.23 (4.53) (2.03) 4.93 b. Tanaman perkebunan 4.53 8.87 3.68 5.65 c. Peternakan & hasil-hasilnya (2.87) 10.99 6.53 14.00 d. Kehutanan 15.84 (17.11) 4.65 29.58 e. Perikanan 10.69 8.05 3.10 (5.23) Pertambangan & Penggalian (4.49) 0.94 0.59 (3.71) Industri Pengolahan 3.81 3.66 6.17 2.69 Listrik, Gas & Air Bersih 7.38 5.50 1.11 8.65 Bangunan (2.10) 8.49 7.25 10.28 Perdagangan, Hotel & Restoran 2.35 6.16 1.43 6.63 Pengangkutan & Komunikasi 8.36 6.97 9.97 10.17 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9.98 10.29 8.89 2.54

Jasa-jasa 12.57 7.76 11.27 16.75 Produk Domestik Bruto 3.89 3.94 4.53 5.08 Produk Domestik Bruto tanpa Migas 4.93 4.14 5.12 5.94 Jumlah Migas dan Hasil-hasilnya (5.19) 2.05 (1.34) (3.95)

Tabel 6.

Pertumbuhan Distribusi Tingkat PDB Nasional Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, Dari Tahun 2000-2004 (dalam persentase)

LAPANGAN USAHA 2001 2002 2003 2004 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 1.68 2.01 2.48 5.71

Page 12: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

13

a. Tanaman bahan makanan (0.79) 0.80 1.55 3.70 b. Tanaman perkebunan 5.69 4.20 5.16 4.53 c. Peternakan & hasil-hasilnya 3.56 2.36 3.47 4.66 d. Kehutanan 2.62 1.92 (0.35) 1.53 e. Perikanan 4.73 3.86 3.95 5.57 Pertambangan & Penggalian 1.30 2.55 0.46 (4.61) Industri Pengolahan 3.13 3.43 3.50 6.19 Listrik, Gas & Air Bersih 8.17 6.00 6.82 5.91 Bangunan 4.42 4.85 6.70 8.17 Perdagangan, Hotel & Restoran 3.66 3.81 3.74 5.85 Pengangkutan & Komunikasi 7.80 8.03 10.69 12.70 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5.40 5.73 6.28 7.72 Jasa-jasa 3.17 2.13 3.44 4.91 Produk Domestik Bruto 3.45 3.69 4.10 5.13 Produk Domestik Bruto tanpa Migas 4.20 4.09 4.60 6.17

Tabel 7 Perbandingan Pertumbuhan PDRB Propinsi Jawa Barat

dan PDB Nasional Sektor Pertanian (Dalam Persentase) LAPANGAN USAHA 2001 2002 2003 2004 Propinsi Jawa Barat: Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 2.68 (1.24) (0.09) 5.98

a. Tanaman bahan makanan 3.23 (4.53) (2.03) 4.93 b. Tanaman perkebunan 4.53 8.87 3.68 5.65 c. Peternakan & hasil-hasilnya (2.87) 10.99 6.53 14.00 d. Kehutanan 15.84 (17.11) 4.65 29.58 e. Perikanan 10.69 8.05 3.10 (5.23) Nasional: Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 1.68 2.01 2.48 5.71

a. Tanaman bahan makanan (0.79) 0.80 1.55 3.70 b. Tanaman perkebunan 5.69 4.20 5.16 4.53 c. Peternakan & hasil-hasilnya 3.56 2.36 3.47 4.66 d. Kehutanan 2.62 1.92 (0.35) 1.53 e. Perikanan 4.73 3.86 3.95 5.57

Tabel 8

Hasil Perhitungan Analisis Tabel IRIO terhadap 30 Subsektor Propinsi Jawa Barat Sektor TKD TKB PM ITKD ITKB IPM

1 1.697946 1.174756 1.16757 1.174248 0.812425 0.02478 2 1.409459 1.084915 1.08296 0.974739 0.750294 0.02298 3 1.014417 1.250029 1.15459 0.701540 0.864481 0.02450 4 1.296767 1.529832 1.58459 0.896804 1.057985 0.03363 5 1.014991 1.147994 1.12922 0.701937 0.793918 0.02396 6 1.093012 1.254853 1.22076 0.755894 0.867818 0.02591

Page 13: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

14

7 1.718762 1.045593 1.13109 1.188643 0.723100 0.02400 8 1.032141 1.302708 1.17706 0.713797 0.900913 0.02498 9 1.645431 1.472047 1.42280 1.137930 1.018023 0.03019 10 1.967638 1.751911 1.97601 1.360759 1.211568 0.04193 11 1.164822 1.474667 1.51089 0.805555 1.019834 0.03206 12 1.029955 1.614137 1.78561 0.712286 1.116288 0.03789 13 1.916343 1.987329 2.37326 1.325284 1.374376 0.05036 14 1.776996 1.532659 1.61985 1.228916 1.059940 0.03437 15 1.046959 1.697963 1.97574 0.724045 1.174259 0.04193 16 1.055178 1.539259 2.11815 0.729729 1.064504 0.04495 17 1.975764 1.409611 1.44408 1.366378 0.974844 0.03064 18 1.157608 1.544596 1.67938 0.800566 1.068195 0.03564 19 1.004930 1.565695 1.61095 0.694979 1.082787 0.03419 20 1.068749 1.650530 1.98086 0.739114 1.141456 0.04203 21 2.153437 1.592087 1.53093 1.489251 1.101038 0.03249 22 2.547519 1.373117 1.42476 1.761786 0.949606 0.03023 23 1.775426 1.625382 1.58424 1.227830 1.124064 0.03362

Lanjutan table 8

24 1.257299 1.555414 1.69110 0.869510 1.075677 0.03589 25 1.166166 1.622381 2.11299 0.806485 1.121989 0.04484 26 1.168655 1.625380 2.99718 0.808206 1.124063 0.06360 27 1.099031 1.332190 1.24619 0.760056 0.921302 0.02644 28 1.202010 1.242233 1.12704 0.831273 0.859091 0.02392 29 1.000000 1.000000 1.00000 0.691569 0.691569 0.02122 30 2.922183 1.380326 1.26448 2.020892 0.954591 0.02683

Tabel 9 Keterkaitan Ke depan dan Ke belakang Terhadap Nasional dan Dirinya Sendiri Hasil Analisis

Dari IRIO

Sektor Backward Nasional

Forward Nasional

Backward Regional

Forward Regional Keterangan

1 0.74733 1.10700 0.81243 1.17425 2 0.67308 0.88351 0.75029 0.97474 3 0.81451 0.60223 0.86448 0.70154 4 1.06735 0.78258 1.05799 0.89680 5 0.72780 0.59051 0.79392 0.70194 6 0.82790 0.70038 0.86782 0.75589 7 0.63817 2.34191 0.72310 1.18864 8 0.85673 0.63220 0.90091 0.71380 9 0.93329 1.10658 1.01802 1.13793 10 1.15084 1.22693 1.21157 1.36076 BASIS 11 1.22777 1.75048 1.01983 0.80556 12 1.13759 0.67081 1.11629 0.71229 13 1.34531 1.22374 1.37438 1.32528 BASIS 14 1.09838 1.25183 1.05994 1.22892 BASIS 15 1.18902 0.64773 1.17426 0.72404 16 1.13536 0.68393 1.06450 0.72973

Page 14: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

15

17 0.99249 1.45410 0.97484 1.36638 18 1.19640 0.68773 1.06820 0.80057 19 1.16531 0.59524 1.08279 0.69498 20 1.16745 0.62047 1.14146 0.73911 21 1.23036 1.31910 1.10104 1.48925 BASIS 22 0.90909 1.85531 0.94961 1.76179 23 1.14491 1.15263 1.12406 1.22783 BASIS 24 1.07202 0.83266 1.07568 0.86951 25 1.13489 0.70583 1.12199 0.80648 26 1.20346 0.68209 1.12406 0.80821 27 0.87766 0.68615 0.92130 0.76006 28 0.80653 0.74131 0.85909 0.83127 29 0.60072 0.57452 0.69157 0.69157 30 0.92832 1.89051 0.95459 2.02089

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

1 2 3 4 5

tahun

Nila

i

Pertanian, Peternakan,Kehutanan & PerikananPertambangan & Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas & Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel & Restoran

Pengangkutan & Komunikasi

Keuangan, Persewaan & JasaPerusahaanJasa-jasa

Sumber : data sekunder BPS diolah

Gambar 2. Pendekatan LQ Untuk Sembilan Sektor Propinsi Jawa Barat

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1 2 3 4 5

tahun

Nila

i

Pertanian, Peternakan,Kehutanan & Perikanana. Tanaman bahan makanan

b. Tanaman perkebunan

c. Peternakan & hasil-hasilnya

d. Kehutanan

e. Perikanan

Sumber: data sekunder BPS diolah

Gambar 3. Pendekatan LQ Untuk Sektor dan Subsektor Pertanian Propinsi Jawa Barat

Tabel 10

Nilai Pengganda Ouput Berdasarkan Tabel IRIO Propinsi Jawa Barat Nasional Regional

Sektor OM Intra Inter OM Intra Inter 1 0.157356 0.128405 0.028951 1.17476 0.04219 0.13256 2 0.088521 0.067813 0.020707 1.08492 0.04290 0.04201 3 0.196482 0.164936 0.031546 1.25003 0.00165 0.24838

Page 15: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

16

4 0.434163 0.324459 0.109705 1.52983 0.04136 0.48848 5 0.119095 0.098461 0.020635 1.14799 0.00021 0.14778 6 0.213551 0.163415 0.050136 1.25485 0.01259 0.24227 7 0.041352 0.034915 0.006436 1.04559 0.01447 0.03112 8 0.236551 0.197939 0.038612 1.30271 0.00057 0.30214 9 0.467755 0.423485 0.044270 1.47205 0.01261 0.45944 10 0.652434 0.584811 0.067623 1.75191 0.07709 0.67482 11 0.550398 0.313683 0.236715 1.47467 0.10079 0.37388 12 0.532284 0.420503 0.111781 1.61414 0.00184 0.61230 13 0.636498 0.558978 0.077520 1.98733 0.50796 0.47937 14 0.476094 0.355720 0.120374 1.53266 0.16542 0.36723 15 0.542667 0.435768 0.106899 1.69796 0.00882 0.68915

Lanjutan table 10 16 0.526290 0.371967 0.154324 1.53926 0.00791 0.53135 17 0.380580 0.286890 0.093690 1.40961 0.23656 0.17305 18 0.541530 0.367648 0.173882 1.54460 0.01387 0.53073 19 0.534454 0.384311 0.150143 1.56569 0.00384 0.56185 20 0.592558 0.464692 0.127865 1.65053 0.00467 0.64586 21 0.582948 0.398931 0.184017 1.59209 0.05637 0.53572 22 0.294896 0.248860 0.046036 1.37312 0.01172 0.36140 23 0.539936 0.406160 0.133776 1.62538 0.00531 0.62007 24 0.482082 0.389844 0.092238 1.55541 0.00638 0.54903 25 0.526193 0.425649 0.100543 1.62238 0.02461 0.59777 26 0.571226 0.417511 0.153715 1.62538 0.08094 0.54444 27 0.251019 0.217013 0.034006 1.33219 0.02572 0.30647 28 0.197778 0.162032 0.035745 1.24223 0.02944 0.21280 29 0.000000 0.000000 0.000000 1.00000 0.00000 0.00000 30 0.304013 0.253200 0.050812 1.38033 0.06738 0.31295

Matrik Koefisien Langsung

Tabel 11 Matrik Koefisien Langsung-Kaitan dan Penyebaran Ke Belakang Langsung

SEKTOR Kaitan kebelakang

Penyebaran kebelakang

SEKTOR Kaitan kebelakang

Penyebaran kebelakang

1 0.42481 1.03528 17 0.94913 1.47049 2 0.22435 1.35146 18 1.21630 0.71573 3 0.54566 1.10349 19 1.27143 0.67273 4 1.07342 1.51379 20 1.53736 0.77156 5 0.32574 0.88569 21 1.31980 0.66760 6 0.54063 0.84588 22 0.82331 1.11124 7 0.11551 0.97086 23 1.34371 1.27658 8 0.65485 0.85321 24 1.28974 1.44142 9 1.40103 1.87128 25 1.40819 1.14192 10 1.93475 1.22136 26 1.38127 0.82384 11 1.03777 0.82455 27 0.71795 1.14690 12 1.39117 0.78550 28 0.53606 0.87034 13 1.84929 1.37374 29 0.00000 0.00000 14 1.17684 0.98355 30 0.83767 0.84224

Page 16: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

17

15 1.44167 0.65524 total 30.00000 30.00000 16 1.23059 0.77255 rata-rata 1.00000 1.00000

Tabel 12

Matrik Koefisien Langsung-Kaitan dan Penyebaran Ke Depan Langsung

SEKTOR Kaitan Ke depan

Penyebaran Ke depan

SEKTOR

Kaitan Ke depan

Penyebaran Ke depan

1 1.20007 1.83051 17 2.02468 0.68473 2 0.78595 1.05995 18 0.26400 1.72125 3 0.03593 1.06221 19 0.01457 1.81527 4 0.63093 1.01627 20 0.16818 0.45991 5 0.04478 1.76845 21 2.75311 0.39106 6 0.18330 1.15123 22 3.62726 0.43039 7 1.54983 1.64998 23 1.75658 0.49188 8 0.07482 0.98913 24 0.61846 0.40653 9 1.70042 0.58125 25 0.45466 0.56708 10 2.11976 1.02331 26 0.41708 1.21567 11 0.45757 1.43469 27 0.23505 0.72058 12 0.04801 1.93606 28 0.48453 0.46944 13 1.81428 1.29669 29 0.00000 0.00000 14 1.80684 0.60877 30 4.52100 0.49318 15 0.08539 1.52821 total 30.00000 30.00000 16 0.12294 1.19631 rata-ata 0.92492 0.44707

Tabel 13 Matrik Koefisien Kasus Terbuka-Kaitan dan Penyebaran Ke Belakang Langsung

SEKTOR Kaitan Kebelakang

Penyebaran Kebelakang

SEKTOR Kaitan Kebelakang

Penyebaran Kebelakang

1 0.81243 1.18900 17 0.97484 1.174962 0.75029 1.29030 18 1.06820 0.877343 0.86448 1.07253 19 1.08279 0.854124 1.05799 0.92819 20 1.14146 0.817075 0.79392 1.16636 21 1.10104 0.885386 0.86782 1.07848 22 0.94961 0.987467 0.72310 1.30270 23 1.12406 0.844938 0.90091 1.02570 24 1.07568 0.886349 1.01802 0.97025 25 1.12199 0.8574710 1.21157 0.85457 26 1.12406 0.8902111 1.01983 0.99701 27 0.92130 1.0322912 1.11629 0.83071 28 0.85909 1.1085513 1.37438 1.01727 29 0.69157 1.3440114 1.05994 1.01618 30 0.95459 1.0339915 1.17426 0.79235 total 30.00000 30.00000

Page 17: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

18

16 1.06450 0.87427 rata-rata 0.12907 0.12349

Tabel 14 . Matrik Koefisien Kasus Terbuka-Kaitan dan Penyebaran Ke Depan Langsung

SEKTOR Kaitan Ke depan

Penyebaran Ke depan

SEKTOR

Kaitan Ke depan

Penyebaran Ke depan

1 1.17425 0.80698 17 1.36638 0.78142 2 0.97474 0.93461 18 0.80057 1.10675 3 0.70154 1.25057 19 0.69498 1.26563 4 0.89680 1.01396 20 0.73911 1.18855 5 0.70194 1.24804 21 1.48925 0.60740 6 0.75589 1.17125 22 1.76179 0.49530 7 1.18864 0.78167 23 1.22783 0.70519 8 0.71380 1.22702 24 0.86951 1.00631 9 1.13793 0.77163 25 0.80648 1.10855 10 1.36076 0.70726 26 0.80821 1.16874 11 0.80556 1.19555 27 0.76006 1.17967 12 0.71229 1.23138 28 0.83127 1.07916 13 1.32528 0.99105 29 0.69157 1.26705 14 1.22892 0.82038 30 2.02089 0.46083 15 0.72404 1.21949 total 30.00000 30.00000 16 0.72973 1.20860 rata-rata 1.00000 1.00000

Tabel 15 . Hasil Analisis Shift-share Propinsi Jawa Barat Tahun 2000 dan 2001

(dalam milyar rupiah) LAPANGAN USAHA G R Sp Sd

Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 770.28 4,052.02 (3,023.26) (258.48)

a. Tanaman bahan makanan 695.36 3,029.42 (2,960.96) 626.91b. Tanaman perkebunan 70.92 220.19 (169.18) 19.91c. Peternakan & hasil-hasilnya (112.37) 550.58 (444.18) (218.78)d. Kehutanan 42.18 37.49 9.94 (5.24)e. Perikanan 154.18 203.08 (59.78) 10.88Pertambangan & Penggalian (787.61) 2,470.38 (3,173.10) (84.89)Industri Pengolahan 3,043.51 11,254.75 9,919.82 (18,131.06)Listrik, Gas & Air Bersih 286.50 546.57 (2,300.19) 2,040.11Bangunan (110.58) 739.69 (499.04) (351.23)Perdagangan, Hotel & Restoran 835.43 5,006.97 1,274.25 (5,445.79)Pengangkutan & Komunikasi 611.46 1,029.65 (93.96) (324.22)Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 533.87 753.29 2,081.61 (2,301.04)

Jasa-jasa 2,433.10 1,703.32 (503.38) 1,233.16Produk Domestik Bruto 7,615.97 27,556.65 3,682.75 (23,623.43)

Page 18: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

19

Tabel 16 Hasil Analisis Shift-share Propinsi Jawa Barat Tahun 2000 dan 2004

(dalam milyar rupiah) LAPANGAN USAHA G R Sp Sd

Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 2,122.20 9,094.56 (3,935.42) (3,036.94)

a. Tanaman bahan makanan 283.27 6,799.38 (4,522.93) (1,993.19)b. Tanaman perkebunan 385.75 494.21 (207.95) 99.50 c. Peternakan & hasil-hasilnya 1,209.58 1,235.76 (494.60) 468.42 d. Kehutanan 80.44 84.14 (22.71) 19.01 e. Perikanan 243.15 455.80 (45.63) (167.01)Pertambangan & Penggalian (1,160.83) 5,544.64 (7,007.24) 301.77 Industri Pengolahan 13,840.97 25,260.73 13,886.74 (25,306.50)Listrik, Gas & Air Bersih 949.14 1,226.75 (2,508.46) 2,230.85 Bangunan 1,345.65 1,660.20 (226.50) (88.06)Perdagangan, Hotel & Restoran 6,230.98 11,237.90 1,635.57 (6,642.49)Pengangkutan & Komunikasi 2,957.78 2,310.99 1,617.75 (970.96)Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1,895.85 1,690.73 2,996.41 (2,791.29)

Jasa-jasa 7,435.03 4,078.95 (947.27) 4,303.36 Produk Domestik Bruto 35,616.78 62,105.46 5,511.58 (32,000.26)

Tabel 17 Hasil Analisis Shift-share Propinsi Jawa Barat Sektor Pertanian Tahun 2000 dan 2004 (dalam

milyar rupiah) LAPANGAN USAHA G R Sp Sd

a. Tanaman bahan makanan 283.27 3,462.08 (1,185.62) (1,993.19) b. Tanaman perkebunan 385.75 251.64 34.61 99.50 c. Peternakan & hasil-hasilnya 1,209.58 629.22 111.94 468.42 d. Kehutanan 80.44 42.84 18.59 19.01 e. Perikanan 243.15 232.08 178.08 (167.01) Produk Domestik Bruto 2,202.20 4,617.86 (842.39) (1,573.26)

Tabel 18 Perengkingan Sektor-sektor yang Memberikan Tingkat Input dan Output Terbesar Secara

Nasional No Sektor Jumlah Rangking

Page 19: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

20

13 industri kertas dan barang dari cetakan 2.23951 1 21 bangunan 2.04815 2 11 industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki 2.04384 3 26 angkutan udara 2.00337 4 18 industri barang dari logam 1.99163 5 15 industri semen 1.97933 6 20 listrik, gas dan air bersih 1.94342 7 19 industri lainnya 1.93986 8 10 industri makanan, minuman dan tembakau 1.91578 9 23 hotel dan restoran 1.90590 10 12 industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya 1.89372 11 16 industri dasar besi dan baja dan logam dasar bukan

besi 1.89001 12

25 angkutan air 1.88923 13 14 industri pupuk, kimia dan barang dari karet dan

mineral logam 1.82845 14

24 angkutan darat 1.78456 15 4 peternakan dan hasil-hasilnya 1.77680 16 17 industri alat angkut, mesin dan peralatannya 1.65217 17 9 industri pengilangan minyak bumi 1.55363 18 30 jasa-jasa liannya 1.54535 19 22 perdagangan 1.51334 20 27 komunikasi 1.46101 21 8 pertambangan batu bara, biji logam dan penggalian

lainnya 1.42618 22

6 perikanan 1.37818 23 3 tanaman perkebunan 1.35589 24 28 lembaga keuangan 1.34262 25 1 padi 1.24406 26 5 kehutanan 1.21156 27 2 tanaman bahan makanan 1.12047 28 7 pertambangan minyak, gas dan panas bumi 1.06235 29 29 pemerintahan umum dan pertahanan 1.00000 30

Tabel 19 Kontribusi Daerah Se Indonesia dan Subsektor pada Propinsi Jawa Barat Dengan Pendekatan

IRIO, No Dearah 10 11 13 15 18 2 sumut 2.582E-03 9.015E-03 4.879E-03 4.385E-03 5.653E-03 6 Sumsel 3.990E-03 1.292E-02 8.776E-03 1.492E-02 9.504E-03 9 Lampung 5.308E-03 2.427E-03 3.347E-03 2.912E-03 3.067E-03 10 DKI Jakarta 3.141E-02 1.666E-01 1.017E-01 7.196E-02 1.294E-01 11 Jabar 1.754E+00 1.519E+00 1.998E+00 1.715E+00 1.556E+00 12 Banten 5.541E-03 4.307E-02 1.265E-02 2.002E-02 1.904E-01

Page 20: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

21

13 Jateng 3.736E-02 1.871E-01 4.828E-02 6.281E-02 2.946E-02 14 DIY 1.983E-03 9.087E-03 3.407E-03 4.001E-03 3.241E-03 15 Jatim 5.612E-02 6.892E-02 3.220E-02 4.028E-02 3.639E-02 19 Kaltim 3.014E-03 8.385E-03 9.653E-03 2.095E-02 1.220E-02

Lanjutan tabel 4.23

No Dearah 19 20 21 23 26 2 sumut 9.701E-03 2.950E-03 4.811E-03 3.083E-03 5.599E-03 6 Sumsel 1.116E-02 8.451E-03 1.822E-02 3.844E-03 4.096E-03 9 Lampung 3.915E-03 1.630E-03 3.004E-03 9.020E-03 2.089E-03 10 DKI Jakarta 1.267E-01 7.539E-02 1.061E-01 4.169E-02 9.343E-02 11 Jabar 1.584E+00 1.680E+00 1.608E+00 1.630E+00 1.651E+00 12 Banten 3.049E-02 2.809E-02 1.606E-01 5.504E-03 5.757E-02 13 Jateng 8.351E-02 8.836E-02 4.905E-02 7.627E-02 8.343E-02 14 DIY 5.642E-03 1.347E-03 2.484E-03 2.982E-03 4.224E-03 15 Jatim 5.517E-02 2.569E-02 4.881E-02 1.117E-01 3.966E-02 19 Kaltim 8.404E-03 1.835E-02 2.345E-02 4.590E-03 1.838E-02

B I O D A T A P E M A K A L A H Nama : Mohammad Abdul Mukhyi

Tempat/Tgl Lahir : Tegal, 12 Pebruari 1964

Alamat Rumah : Perumahan Puri Bojong Lestari II Blok CD 10

RT: 01/17 Pabuaran, Cibinong

Telpon : 021-87987739

Email : [email protected]

Institusi/Kantor : Universitas Gunadarma

Jabatan : Kepala Pusat Studi Ekonomi Industri

Alamat Kantor : Jl. Margonda Raya 100 Pondok Cina, Depok

Page 21: ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/552/1/MA_Mukhyi.pdf · ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP

22

Pendidikan :

Bidang Studi Perguruan Tinggi Kota Negara

S1

Manajemen Perusahaan Universitas Jenderal

Soedirman,

Purwokerto Indonesia

S2

Magister Manajemen

Agribisnis

Institut Pertanian

Bogor

Bogor Indonesia

S3

Ilmu Ekonomi Universitas

Gunadarma

Jakarta Indonesia