dr. ayatullah humaeni, ma.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/buku mitos dan taboo.pdf · 2019. 8....

33

Upload: others

Post on 20-Dec-2020

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M
Page 2: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

Dr. Ayatullah Humaeni, MA.

MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA

MASYARAKAT BANTEN

LP2M UIN Sultan Maulana Hasanuddin

Banten 2016

i

Page 3: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

ii

MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN

Penulis: Dr. Ayatullah Humaeni, MA. Editor: Dr. Helmy F.B. Ulumi, M.Hum

Desain Cover: Dr. Helmy F.B. Ulumi, M.Hum Cetakan: Pertama, Desember 2016

Ukr. 14,8 x 21 Cm --- viii + 184 Hlm

ISBN 978-602-72212-7-7 Diterbitkan Oleh:

LP2M IAIN SMH Banten Jl. Jendral Sudirman No. 30 Ciceri Serang Banten

Telp./Faks. (0254) 200323/ (0254) 200022 Email: [email protected]

© Hak Cipta dilindungi Undang-undang (All Right Reserved)

Page 4: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

iii

SAMBUTAN KETUA LP2M UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi muhammad SAW serta keluarga, sahabat dan pengikutnya.

Meneliti dan menulis adalah merupakan pekerjaan yang melekat pada diri dosen sebagai wujud dari Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penulisan dan pengabdian. Lembaga Penulisan dan Pengabdian kepada Masyarakat UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten melalui Pusat Penulisan dan Penerbitan selama ini telah memfasilitasi, menyeleksi dan membantu pembiayaan penulisan untuk para dosen baik penulisan individu maupun kelompok. Jumlah proposal penulisan yang diajukan setiap tahun terus meningkat dari berbagai disiplin ilmu, namun karena bantuan dana penulisan yang masih terbatas, sehingga tidak semua proposal penulisan yang diajukan dapat diterima.

Selama ini laporan hasil akhir penulisan dosen belum banyak yang terbaca dan dimanfaatkan oleh mahasiswa maupun masyarakat umum, karena keterbatasan dalam penerbitan dan publikasi. Oleh

Page 5: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

iv

karena itu, dengan dana yang tersedia, pada tahun 2019 kami menyeleksi beberapa hasil penulisan dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten untuk diterbitkan walaupun dengan jumlah yang terbatas. Buku ini merupakan salah satu dari sekian banyak hasil penulisan yang dapat diterbitkan pada tahun 2019.

Akhirnya, kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, terutama Rektor UIN SMH Banten, Prof. Dr. H. Fauzul Iman, MA., yang telah menyetujui dan mendukung penerbitan buku - buku ini, Ketua Pusat Penulisan dan Penerbitan, Dr. Ayatullah Humaeni, MA, beserta para stafnya yang telah berupaya untuk menyeleksi dan mengedit, sehingga buku ini layak untuk diterbitkan, juga kepada para penulis yang telah mengizinkan bukunya untuk diterbitkan. Semoga buku ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Serang, Februari 2016 Ketua LP2M UIN SMH Banten

Dr. Wazin, M.SI.

Page 6: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

v

KATA PENGANTAR

Informasi dan tulisan ilmiah tentang tradisi dan budaya Banten masih jarang sekali ditemukan. Hal ini barangkali disebabkan karena sangat minimnya informasi dan data dari sumber-sumber sejarah tentang tradisi dan budaya Banten, sehingga mungkin penulis atau penulis enggan untuk menyentuh aspek ini sebagai topik penulisan karena kekhawatiran akan hasil yang kurang ilmiah karena kurangnya data yang bisa diambil sebagai rujukan. Padahal sebenarnya, kita bisa menggali informasi sendiri ke lapangan untuk mendapatkan informasi sedetil-detilnya dari sumber primer yang terpercaya dengan melakukan penelitian berbasis etnografi atau dengan menggunakan pendekatan antropologis dengan cara melihat langsung fenomena sosial yang terjadi dalam aktifitas keseharian masyarakat Banten.

Penulis menyadari bahwa penulisan buku ini tidak akan dapat dilaksanakan secara baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak. Karena itu sudah sepatutnya penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala

taufik dan inayah-Nya, yang telah memberikan kekuatan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan buku ini.

Ungkapan terima kasih yang tak terhingga, pertama-tama patut penulis anugerahkan kepada kedua

Page 7: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

vi

orang tua dan para guru yang sudah mendidik, membimbing, dan mengajarkan berbagai hal tentang banyak hal, terutama bagaimana penulis harus tetap semangat dalam menuntut ilmu serta bagaimana membuat ilmu itu bermanfaat buat banyak orang. Support dan do’a mereka yang telah mengantarkan penulis pada cakrawala dunia pengetahuan yang luar biasa luas. Do’a dan support istri dan keluarga juga menjadi pemicu semangat penulis dalam berkarya.

Selajutnya penulis juga menghaturkan terima kasih kepada segenap pimpinan Institut Agama Islam Banten, terutama Prof.Dr.H. Fauzul Iman, MA, selaku rektor UIN “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten yang telah memberi kepercayaan kepada penulis untuk menerbitkan buku ini.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga patut penulis anugerahkan kepada Prof.Dr. H.M.A. Tihami, MA.,MM, selaku orang tua dan guru yang tiada henti-hentinya memotivasi penulis untuk terus melakukan penelitian, menulis, dan menghasilkan karya. Nasihat dan bimbingan beliau menjadi penyemangat penulis untuk meneliti dan menghasilkan karya terbaik yang bisa bermanfaat untuk ilmu pengetahuan.

Selanjutnya, ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada LP2M, khususnya Dr. Wazin, M.SI dan Drs. H.S. Suhaedi, M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris

Page 8: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

vii

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) yang sudah mempercayakan kepada penulis untuk menerbitkan ulang buku ini.

Selanjutnya, penulis juga mengucapkan terima kasih secara khusus kepada Andri, Erni, Rukoyah, Fatmawati, dan seluruh relawan Bantenologi serta informan di lapangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam tulisan ini, yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data. Bantuan dan kerjasamanya yang baik telah memudahkan penulis untuk mengeksplorasi dan menggali data-data dan informasi yang diperlukan.

Akan tetapi, apapun hasil penulisan yang tertulis dalam buku ini tidak menjadi tanggung jawab orang-orang yang sudah membantu terlaksananya hasil penulisan ini. Apapun isi tulisan dan bentuk laporan dan tanggung jawab intelektual buku ini sepenuhnya berada pada penulis. Semoga buku ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan akan budaya Banten.

Yang terakhir, ucapan terima kasih kepada kawan-kawan di Bantenology (Helmy, Ibnu, Rohman, Arif, Mufti, Yadi, Yanuar, dan seluruh pengurus dan relawan Bantenologi), juga kawan-kawan dosen di UIN “SMH” Banten yang sudah membantu mengasah dan

Page 9: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

viii

mempertajam imaginasi intelektual penulis dalam diskusi-diskusi informal di sela-sela aktifitas mengajar.

Allahu ‘alam bi al-shawab Serang, Februari 2016 Penulis

Page 10: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

ix

DAFTAR ISI

Sambutan Ketua LP2M UIN SMH Banten_ i Kata Pengantar_ iii Daftar Isi_ vii

BAB I PENDAHULUAN_ 1 A. Latar Belakang Masalah_ 1B. Rumusan Masalah_ 6C. Tujuan Penulisan_ 7D. Signifikansi Penulisan_ 7E. Kerangka Konseptual_ 9F. Telaah Pustaka_ 13G. Metode Penulisan_ 17H. Sistematika Penulisan_ 21

BAB II KONSEP TEORITIS TENTANG MITOS_ 23 A. Deskripsi tentang Mitos_ 23B. Makna dan Kegunaan Mitos_ 41C. Ragam dan Jenis Mitos_ 48

BAB III TABOO: KONSEP TEORITIS_ 58 A. Deskripsi tentang Taboo_ 59B. Makna dan Kegunaan Taboo_ 71C. Jenis-Jenis Taboo_ 83

Page 11: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

x

BAB IV MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA BANTEN_ 95

A. Jenis-Jenis Mitos di Banten_ 95B. Jenis-Jenis Taboo di Banten_ 123C. Orang Banten Memaknai Mitos dan Taboo_ 136D. Analisis Fungsi dan Peran Mitos dan Taboo di

Banten_ 1391. Fungsi dan Peran Mitos bagi Masyarakat

Banten_ 1392. Fungsi dan Peran Taboo bagi Masyarakat

Banten_ 143

BAB V PENUTUP_ 150

DAFTAR PUSTAKA_ 153 LAMPIRAN_ 157

Page 12: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahMitos dan taboo merupakan dua hal yang hampir

selalu muncul dalam budaya masyarakat dimanapun, terutama budaya masyarakat primitif. Berbagai penelitian, terutama yang dilakukan oleh orang-orang Barat, menunjukan betapa mitos dan taboo muncul dalam berbagai aktifitas sosial keagamaan masyarakat. Dalam melakukan beragam aktifitas sosial mereka, orang-orang primitif khususnya selalu memperhatikan apakah ada mitos atau taboo berkaitan dengan aktifitas mereka untuk menghindari hal-hal yang mungkin dilarang dalam mitos dan taboo yang ada dalam budaya mereka. Mitos dan taboo ini dianggap bisa menjadi/mengandung pesan-pesan moral bagi masyarakat yang meyakininya sehingga seringkali seseorang yang ingin melakukan sesuatu terpaksa membatalkannya ketika hal itu dianggap bertentangan atau dilarang dalam mitos dan taboo yang mereka yakini.

Mitos, menurut Tihami adalah cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, yang mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa itu sendiri yang mengandung arti

Page 13: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

2

mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib.1 Dari penafsiran ini, kita bisa menganggap bahwa mitos itu berupa cerita-cerita rakyat yang dianggap sacral dan punya nilai magis. Dari penafsiran ini juga kita bisa menyimpulkan bahwa asal-usul suatu masyarakat bahkan mungkin suatu bangsa bisa diungkapkan lewat cerita-cerita mitos yang ada dalam masyarakat itu.

Kita bisa tahu sejarah suatu masyarakat tertentu dari cerita-cerita mitos tersebut, walaupun tentunya cerita mitos akan menghasilkan fakta sejarah yang berbeda dengan fakta sejarah yang terungkap lewat penelitian sejarah melalui data-data sejarah yang bernilai ilmiah. Hal ini dikarenakan cerita-cerita mitos pada umumnya diungkapkan secara lisan dan serigkali diungkapkan dengan cara atau hal-hal yang berbau magis, sehingga kandungan ceritanya pun tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam hal ini Hunter, sebagaimana dikutip oleh Tihami, berpendapat

bahwa mitos adalah “a sacred narrative explaining how the

World and people came to be in their present form”2. Pengertian yang diungkapkan oleh Hunter ini pada

1 Gandung Ismanto (ed.), Menemukan Kembali Jatidiri dan Kearifan Lokal Banten (Bunga Rampai Pemikiran Prof.Dr.HMA.Tihami,MA.,MM), Serang:Biroh Humas Setda Prov.Banten, 2006,hlm.36

2 Ibid

Page 14: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

3

intinya hampir mirip dengan penafsiran Tihami di atas, yang menekankan bahwa mitos merupakan cerita-cerita rakyat yang sakral tentang bagaimana dunia dan masyarakat sampai pada bentuknya yang sekarang.

Antara satu daerah dengan daerah lainnya tentu saja memiliki karakteristik dan keunikan mitosnya sendiri-sendiri. Di Minangkabau misalnya punya mitos tentang Malin Kundang, di Jawa Barat punya mitos tentang Sangkuriang, di Banten punya mitos Nyi Buyut Rintik dan Dampu Awang nya. Beragam mitos-mitos lokal ini jika diteliti secara ilmiah akan menghasilkan khazanah kebudayaan yang lebih komplit tentang mitos-mitos di seluruh nusantara. Karena mitos-mitos Indonesia tidak akan pernah ada tanpa ada explorasi tentang mitos-mitos lokal dari berbagai daerah.

Selain mitos, masyarakat dimanapun juga mengenal beragam taboo (pantangan / larangan / batasan), tak terkecuali di Banten. Seringkali orang tua-orang tua kita melarang anak-anaknya melakukan sesuatu

yang secara logika kadang ga logis, seperti: “aja dodok ning

meja, matak akeh utange…aja dodok ning lawang, matak dilamar balik jalan…aja seserit atawa susuri bengi-bengi, matak seret rizkine…wong meteng mah aja ilok lulungaan bengi, matak digawa kuntilanak”. Masih banyak taboo-taboo lain dalam budaya Banten yang mungkin tak terhitung jumlahnya. Taboo-taboo tersebut meskipun secara makna kita tidak

Page 15: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

4

memahaminya, tapi karena hal ini di anggap taboo dan sacral oleh masyarakat Banten, masyarakat sebisa mungkin akan menghindari melakukan hal-hal yang dilarang dalam taboo tersebut, karena khawatir kata-kata

itu nenggel. Kita belum mengetahui, siapa yang membawa atau

menyampaikan taboo-taboo ini hingga sampai pada masyarakat modern saat ini. Karena taboo-taboo ini selalu diwariskan secara lisan kepada generasi-generasi berikutnya, dan hampir disetiap daerah memiliki taboo-taboo semacam itu, terutama tersebar pada masyarakat pedesaan dan paling sering digunakan oleh orang-orang yang usianya sudah tergolong sepuh (tua). Dalam hal ini pendapat Wundt tentang taboo barangkali ada benarnya bahwa taboo adalah suatu kode tak tertulis dari hukum kemanusiaan. Ia juga berpendapat bahwa gagasan tabu memasukan semua adat atau kebiasaan yang mengungkapkan perasaan takut atas objek-objek tertentu yang berhubungan dengan ide-ide pemujaan atau tindakan-tindakan yang merujuk padanya.3

Menurut Northcote W.Thomas dalam Encyclopedia Britannica, taboo memiliki banyak tujuan, yaitu:1) melindungi orang-orang penting seperti kepala-kepala suku, kepala-kepala adat, pemimpin masyarakat

3 Sigmund Freud, Totem and Taboo, Charleston:Bibliolife, 1950, hlm.38

Page 16: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

5

dsb dan juga hal-hal yang menentang bahaya; 2)melindungi orang-orang yang dianggap lemah, seperti perempuan, anak-anak, dan orang-orang awam pada

umumnya dari kekuatan mana atau pengaruh magic yang dimiliki oleh kepala-kepala suku, adat dan pemimpin masyarakat; 3) memberikan penjagaan atas bahaya yang terjadi karena menangani atau melukukan kontak dengan mayit, karena memakan makanan tertentu, dsb; 4) menjaga aktifitas-aktfitas para kepala suku seperti dalam proses kelahiran, proses inisiasi, pernikahan dan hubungan seksual; 5) menjaga manusia dari kemurkaan dan kemarahan dewa dan ruh-ruh; 6)mengamankan bayi-bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil yang memilki hubungan simpatetik dengan orang tuanya, dari konsekwensi atas tindakan-tindakan tertentu dan lebih spesifik lagi yang berasal dari komunikasi kualitas yang berasal dari makanan tertentu. Taboo juga diadakan untuk mengamankan masyarakat dari para pencuri yang akan mengambil harta bendanya.4

Jika kita menganalisis beberapa penafsiran tentang taboo dan mitos diatas, bisa disimpulkan bahwa baik mitos maupun taboo hampir semuanya mengandung pesan atau nilai moral yang harus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat, agar mereka bisa mengontrol tindakan

4 Ibid.,,hlm.31-33

Page 17: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

6

dan sikap mereka supaya sesuai dengan budaya dan moral masyarakat setempat.

Berdasarkan penjelasan di atas, berbicara tentang mitos dan taboo dalam budaya Banten menjadi subjek yang menarik untuk dikaji karena beberapa alasan. Pertama, Banten sebagai sebuah daerah yang multikultural, yang mayoritas penduduknya berbahasa sunda dan jawa Banten, tentu memilki keanekaragaman mitos dan taboo. Kedua, banyak mitos-mitos dan taboo tersebar dalam budaya masyarakat Banten hanya tersimpan dalam memori orang-orang tua yang usianya sudah lanjut, hal ini dikhawatirkan akan punah oleh arus modernisasi yang lebih dominan, sehingga budaya lisan ini kalau tidak segera ditulis dan didokumentasikan niscaya akan hilang dan tidak berbekas. Ketiga, beragam mitos dan taboo kadangkala diungkapkan dalam bentuk nyanyian, pantun atau lirik, hal ini bisa digunakan sebagai karya sastra lokal Banten untuk bisa dikenang, dipelajari dan dipahami oleh generasi-generasi Banten yang akan datang.

B. Rumusan Masalah 1. Mitos dan Taboo apa saja yang berkembang dalam

budaya Banten?

Page 18: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

7

2. Bagaimana masyarakat Banten memahami dan memaknai mitos dan taboo dalam Budaya mereka?

3. Apa pengaruh mitos dan taboo dalam aktifitas sosial keagamaan masyarakat Banten?

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan,

mengklasifikasikan, menganalisis, dan menafsirkan mitos dan taboo dalam budaya Banten. Mengumpulkan yang dimaksud di sini adalah menginventarisasi berbagai jenis mitos dan taboo yang berkembang dalam masyarakat Banten, untuk kemudian di klasifikasikan sesuai dengan kategori yang akan peneliti buat dalam laporan nanti, untuk selanjutnya di analisis berdasarkan penafsiran masyarakat yang diperoleh melalui interview untuk kemudian dianalisis dengan teori-teori tentang mitos dan taboo sehingga akan menghasilkan makna dari mitos dan taboo tersebut berdasarkan hasil penafsiran dan analisis teori tersebut.

D. Signifikansi Penelitian

Penelitian ini setidaknya memiliki signifikansi sebagai berikut:

1. Memberikan gambaran seputar mitos dan taboo yang berkembang dalam masyarakat Banten

Page 19: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

8

sebagai salah satu bentuk budaya Banten yang sudah ada sejak zaman dulu, sehingga bisa menjadi salah satu bahan rujukan dan referensi bagi mahasiswa dan juga peneliti yang tertarik mengkaji tentang budaya Banten khususnya yang berkaitan dengan mitos dan taboo di Banten.

2. Memberikan sumbangan nyata bagi ilmu pengetahuan, khususnya di bidang antropologi, yang berkaitan dengan mitos dan taboo dalam

budaya lokal di Banten. Dengan meng-explore salah satu bentuk budaya banten, diharapkan bisa menambah khazanah kebudayaan Banten yang

selama ini masih belum banyak ter-explore. Dengan

demikian, tentu saja diharapkan bisa memicu the

curiousity para peneliti untuk melakukan penelitian-penelitian sejenis sehingga berbagai kondisi sosial budaya masyarakat Banten, baik masa lalu maupun masa sekarang, bisa di akses oleh masyarakat luas melalui hasil-hasil penelitian mereka.

3. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti pada khususnya, dan bagi masyarakat luas yang ingin mengenal lebih jauh budaya Banten, khususnya yang berkaitan dengan mitos-mitos dan taboo dalam budaya Banten. Penelitian ini juga diharapkan bisa mengumpulkan beragam syair,

Page 20: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

9

pantun, lirik dan sejenisnya yang berkaitan dengan mitos dan taboo yang bisa digunakan dalam meneliti tentang karya sastra lokal Banten.

E. Kerangka Konseptual Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mitos

diartikan sebagai ‗cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu yang mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa itu sendiri yang mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib‘.5 Definisi ini senada

dengan definisi yang dijelaskan dalam Dictionary of

Religious, dalam kamus ini mitos didefinisikan sebagai,

Narrative, usually traditional, in which, events are described as deeds of god, heroes, or other super-human beings; i.e. events in the realm of nature or history are attributed to causes not acceptable in current scientific or historical explanation”.6 (cerita-cerita yang bersifat tradisional dimana kejadian-kejadian dijelaskan sebagai perbuatan-perbuatan dewa, pahlawan, ataupun manusia-manusia hebat lainnya; yakni kejadian-kejadian dalam realm alam atau sejarah dihubungkan dengan sebab-sebab yang tidak

5 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet.10,

Jakarta: Balai Pustaka, 1998, hlm.660-1 6 John R. Hinnells, (ed.), The Dictionary of Religious, London:

Penguin Books Ltd.,1984, hlm.225

Page 21: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

10

bisa diterima dalam penjelasan ilmiah maupun penjelasan sejarah). Salomon Reinach dalam Orpheus: A History of

Religions juga mendefinisikan mitos dalam nada serupa yaitu kumpulan cerita yang tidak ditemukan secara tepat, tetapi terkombinasi dan dibumbui oleh actor-aktor yang tidak bisa diperlakukan untuk mengecek kebenaran dari sebuah sejarah.7

Dari penjelasan tentang mitos di atas, dapat disimpulkan bahwa mitos adalah cerita-cerita tentang dewa, alam, orang atau objek-objek tertentu yang tidak bisa dicek kebenarannya secara ilmiah, dan tidak bisa diterima kebenarannya untuk menguji sejarah suatu bangsa, karena cerita-cerita itu hanya cerita fiksi yang seringkali mengandung hal-hal gaib, sacral dan sulit dipahami oleh nalar logis.

Sedangkan taboo dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia diartikan sebagai ‗yang dilarang atau dianggap suci (tidak boleh disentuh, diucapkan, dsb): pantangan; larangan.‘8 Dictionary of Religious juga memberikan definisi yang hampir sama untuk istilah taboo, yaitu ―a restriction or ban on potent and sacred things‘.9

7 Salomon Reinach, Orpheus: A History of Religions,

London: George Routledge & Sons Ltd, 1931, hlm. 1 8 Tim Penyusun, Kamus…, hlm.987 9 John R. Hinnells,The Dictionary…, hlm. 319

Page 22: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

11

Taboo berasal dari bahasa Polynesia yang

bermakna prohibition (pantangan/larangan) atau batasan (restriction). Antonym taboo dalam bahasa Polynesia ini

adalah ‗noa‟ yang bermakna sesuatu yang biasa dan umumnya bisa di akses. Dalam bahasa-bahasa lain, ada beberapa istilah lain yang intinya menunjuk pada makna yang sama, seperti ‗sacer‘ dalam bahasa Romawi Kuno,

„ayos‟ dalam bahasa Yunani, „kodaush‟ dari bahasa Hebrew. Dan istilah taboo juga digunakan di berbagai Negara lain seperti Amerika, America, Africa (Madagascar), North and Central Asia yang semuanya memiliki makna yang sama; pantangan, larangan dan batasan.10

Freud mengklasifikasikan makna taboo dalam dua makna yang saling berlawanan; disatu sisi taboo dimaknakan sebagai sesuatu yang sacral dan luar biasa, disisi lain ia dimaknakan sebagai sesuatu yang gaib, berbahaya, terlarang dan kotor/najis.11 Senada dengan pengertian dalam istilah-istilah di atas, Freud juga memaknai taboo sebagai sesuatu yang pada esensinya berupa pantangan dan batasan.

Wundt menyebut taboo sebagai kode tak tertulis dari hukum kemanusiaan. Taboo pada umumnya diasumsikan berusia lebih tua atau lebih kuno dari dewa-

10 Sigmund Freud, Totem…, hlm.30 11 Ibid, hlm.31

Page 23: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

12

dewa dan merujuk ke masa pra-agama.12 Pendapat Wundt tersebut diatas menunjukan bahwa keberadaan taboo dalam budaya masyarakat sudah ada sejak dahulu, bahkan sebelum manusia itu mengenal agama.

Selanjutnya dalam Encyclopedia Britannica yang ditulis oleh Northcote W.Thomas, seorang antropologis, dinyatakan bahwa taboo mencakup 3 hal berikut ini: 1) ia adalah karakter sakral (kotor/najis) dari manusia atau benda; 2) jenis larangan yang dihasilkan dari karakter ini, dan 3)kesucian (atau kekotoran) yang dihasilkan dari pelanggaran atas larangan/pantangan.13

Dalam proposal penelitian ini, mitos dan taboo yang peneliti maksud adalah sebagaimana penjelasan dari para ahli diatas. Mitos dalam konsep penelitian ini adalah semua cerita yang berkaitan dengan tuhan, alam, manusia maupun objek-objek lainnya yang dianggap sacral dan diungkapkan dalam bahasa yang mengandung makna magis dan seringkali tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya dan seringkali tidak bisa dijadikan sebagai fakta sejarah. Sedangkan taboo yang peneliti maksu adalah semua jenis pantangan, larangan atau batasan yang mengandung makna sacral dan umumnya diungkapkan secara lisan dari generasi ke generasi yang dipercayai memiliki nilai magis. Taboo yang disini tidak

12 Ibid. 13 Ibid. hlm.31-32

Page 24: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

13

dimaksudkan sebagai larangan-larangan sebagaimana larangan yang ada dalam ajaran agama atau hukum positif dan hukum adat. Karena taboo berbeda dengan larangan atau pantangan dalam agama maupun dalam hukum.

F. Telaah Pustaka

Kajian tentang mitos dan taboo dalam bentuk penelitian ilmiah, masih jarang ditemukan ditulis oleh peneliti-peneliti Indonesia. Karya-karya tentang mitos lebih banyak ditulis dalam bentuk fiksi, berupa cerita rakyat seperti legenda yang lebih banyak digunakan sebagai bentuk tulisan dengan tujuan hiburan atau karangan dalam bentuk buku yang ditulis untuk anak-anak sebagai pengantar tidur, walaupun sebagian dijadikan sebagai karya sastra yang seringkali menjadi bagian dalam pelajaran mengenai sastra.

Sama halnya dengan mitos dan taboo di Indonesia, karya-karya tentang mitos dan taboo di Banten pun masih sangat jarang ditemukan. Penelitian tentang mitos pernah ditulis oleh Hudaeri dalam

penelitian tahun 2005 berjudul Mata Air Kehidupan: Studi

tentang Syaikh Mansyur dan Mitos Air di Cimanuk Pandeglang-Banten.14 Dalam laporan penelitiannya ini,

14 Moh. Hudaeri, Mata Air Kehidupan: Studi tentang Syaikh

Mansyur dan Mitos Air di Cimanuk Pandeglang-Banten, Laporan Akhir Penelitian Kompetitif Lembaga Penelitian IAIN ‗SMH‘ Banten, 2005

Page 25: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

14

Hudaeri melihat bahwa seseorang yang sudah dianggap

wali, dalam hal ini Syaikh Mansyur, yang menjadi subjek penelitiannya, dianggap memiliki karomah, sehingga ketika dia sudah meninggal, makamnya, tempat-tempat yang pernah disinggahinya, dan juga air yang ada di daerah Pandeglang, seperti Sumur Tujuh, Sumur Domas, Air Cibulakan sebagai tempat-tempat yang punya kaitan erat dengan kemunculan tokoh ini dianggap sakral dan membawa barokah oleh masyarakat sekitar. Karya ilmiah ini menjelaskan salah satu bentuk mitos di Banten dengan cukup mendalam dan komprehensif, akan tetapi masih banyak mitos-mitos lain yang belum terexplore dalam penelitian ini. Bahkan dalam karya ini, tidak ada kajian tentang taboo dalam budaya Banten yang diungkap.

Selanjutnya buku Bunga Rampai Pemikiran

Prof.Dr.HMA. Tihami,MA.,MM, MM, yang diedit oleh Ismanto, Tihami sekilas membahas tentang mitos lokal yang dikaitkan dengan sastra dan sejarah. Dalam tulisan singkat ini, Tihami juga memberikan beberapa cerita tentang mitos lokal seperti mitos tentang Nyi Buyut

Rintik (Mitos asal Baduy) dan mitos tentang Dampo

Awang(Kramat Watu- Serang). Menurutnya, mitos merupakan suatu ungkapan sejarah (asal-usul), yang jalan ceritanya dirangkai dalam bahasa yang mendalam dan sakral sehingga bisa memberi warna bagi kesusatraan

Page 26: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

15

masyarakat setempat.15 Tulisan tentang mitos dalam karya Tihami ini, selain terlalu simpel dan kurang menganalisis makna dari mitos-mitos tersebut, karya ini juga tidak banyak meng-explore berbagai mitos lainnya dalam budaya Banten, bahkan juga tidak membahas taboo dalam budaya Banten sama sekali.

Sejauh ini, peneliti hanya menemukan dua tulisan diatas yang berkaitan dengan mitos di Banten. Sedangkan kajian tentang mitos dan taboo, baik secara teoritis maupun prakteknya dalam berbagai budaya masyarakat diberbagai belahan dunia bisa ditemukan dalam beberapa referensi yang ditulis oleh peneliti-peneliti atau penulis-penulis luar, seperti Sigmund Freud yang menulis tentang

Totem and Taboo16, Hutton Webster dalam karyanya

Taboo. A Sociological Study, 17Frazer dalam karyanya The

Golden Bough: A Study in Magic and Religion membahas tentang berbagai taboo dalam berbagai masyarakat di

dunia18, dan Malinowski dalam Magic, Science and Religion, juga menganalisis berbagai mitos dan taboo di daerah

15 Gandung Ismanto (ed.), Menemukan Kembali …,2006,

hlm.36-37 16 Sigmund Freud, Totem and Taboo, Charleston:Bibliolife,

1950 17 Hutton Webster, Taboo. A Sociological Study, California:

Stanford University Press, 1942 18 Sir James Frazer, The Golden Bough: A Study in Magic and

Religion, Hertfordshire, 1993

Page 27: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

16

Malaynesia dan dikonsepsikan secara teoritis.19 Selanjutnya, Malcolm Hamilton pada salah satu bagian

dalam karyanya The Sociology of Religion. Theoritical and

Comparative Perspectives20, dan Annemarie de Waal

Malefijt, pada salah satu bab dalam karya nya Religion and

Culture. An Introduction to Anthropology of Religion,21 juga membahas konsep teoritis tentang Mitos. Tentu saja, tulisan mereka tentang mitos dan taboo di berbagai masyarakat di dunia tidak akan sama dengan penelitian ini, karena setiap masyarakat, setiap budaya memiliki karakteristik mitos dan taboo nya sendiri-sendiri yang unik, dan berbeda dengan budaya mitos dan taboo di tempat lainnya. Akan tetapi, sebagai pisau pembedah atau basis teori untuk keperluan penelitian ini, tentu saja karya mereka tidak bisa diabaikan. Karya-karya mereka akan dijadikan sebagai rujukan utama sebagai konsep dasar untuk memahami teori tentang mitos dan taboo yang barangkali bisa relevan jika diaplikasikan pada mitos dan taboo dalam budaya Banten.

19 Bronislaw Malinowski, Magic, Science and Religion, New

York: Doubleday Anchor Books, 1955 20 Malcolm Hamilton, The Sociology of Religion. Theoritical

and Comparative Perspectives, 2nd ed., N.Y.:Routledge, 2001 21 Annemarie de Waal Malefijt, Religion and Culture. An

Introduction to Anthropology of Religion, N.Y: The Macmillan Company, 1968

Page 28: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

17

G. Metode Penelitian Ditinjau dari topik penelitian ini, kajian ini

merupakan salah satu kajian dalam bidang antroplogi agama. Imam Suprayogo dan Tobroni dalam karyanya

Metodologi Penelitian Sosial-Agama menyatakan bahwa berbagai prilaku bentuk-bentuk agama dari masyarakat yang mengedepankan magic, mitos, animisme, totemisme, paganisme, pemujaan terhadap roh dan polyteisme sampai ke masyarakat yang lebih mengedepankan rasionalisme dan keyakinan monotoeisme merupakan bidang-bidang kajian yang menjadi fokus penelitian agama secara umum.22 Berdasarkan penjelasan tersebut, mitos dan taboo merupakan salah satu bentuk kepercayaan masyarakat yang menunjukan bagaimana masyarakat berprilaku dan berfikir berdasarkan apa-apa yang mereka yakini dalam kehidupan mereka.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti akan menggunakan metode penelitian ethnografi yang bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan antropologis-fenomenologis. Ethnografi, menurut James P. Spradley, merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama etnografi ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli, sebagaimana dikemukakan oleh Bronislaw

22 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), 62-63.

Page 29: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

18

Malinowski, bahwa tujuan etnografi adalah ‗memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya‖.23 Selanjutnya, Spradley berpendapat bahwa etnografi bermakna untuk membangun suatu pengertian yang sistemik mengenai semua kebudayaan manusia dari perspektif orang yang telah mempelajari kebudayaan itu.24 Oleh karena itu, peneliti akan mencoba menggunakan ethnografi ini sebagai metode penelitian tentang kajian mitos dan taboo, karena penelitian ini akan mencoba menggambarkan gejala kebudayaan dan gejala-gejala keagamaan serta kaitan keduanya, juga mencoba menafsirkan apa yang terjadi dalam fenomena sosial keagamaan ini tanpa mengabaikan motivasi dibalik gejala dan tindakan.25

Dalam menganalisa data, peneliti akan

menggunakan pendekatan fungsional-struktural (structural-

functional approach). Ini merupakan suatu pandangan tentang sistem sosio-kultural yang menekankan bahwa struktur-struktur yang diamati menunjukan fungsi-fungsi dalam struktur tertentu atau struktur itu menunjukan

23 James P. Spradley, Metode Etnografi 2nd ed., terj. Misbah Zulfa Elizabeth, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2007), 3-4.

24 Spradley, 13. 25 Hidayat, Akulturasi Islam dan Budaya Melayu. Studi tentang

Ritus Siklus Kehidupan Orang Melayu di Pelalawan Provinsi Riau (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Depag RI, 2006), 32.

Page 30: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

19

fungsi dalam sistem yang lebih luas. Berkaitan dengan hal ini, Sills berargumen bahwa pendekatan fungsional–struktural sebenarnya digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai: Struktur apa saja yang muncul? Fungsi-fungsi apa saja yang bisa ditunjukkan oleh struktur tersebut? Dan fungsi-fungsi apa saja yang bisa berkontribusi pada struktur tersebut?

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan menggunakan teknik – teknik berikut ini:

a. Kajian Pustaka Kajian pustaka digunakan untuk mengumpulkan

teori –teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam mengkaji penelitian ini, juga untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang fenomena-fenomena yang relevan dengan fokus kajian ini untuk menjadi bahan rujukan dan sebagai bahan perbandingan.

b. Observasi Observasi atau pengamatan dilakukan untuk

melihat fenomena sosial yang terjadi pada kehidupan sehari-hari dari masyarakat, terutama objek yang akan diteliti. Dalam hal ini, peneliti akan mencoba mengamati bagaimana prilaku dan sikap masyarakat terhadap mitos dan taboo dan bagaimana mereka memaknai dan mempraktekan apa yang mereka yakini sebagai sesuatu yang sudah menjadi tradisi.

Page 31: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

20

c. Wawancara. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan

informasi yang dibutuhkan untuk melengkapi hasil pengamatan. Apabila dari hasil pengamatan tidak terlalu banyak didapatkan informasi, maka wawancara tidak

terencana (unstandarized interview) dilakukan agar penggalian informasi bersifat rilex dan informan bisa memberikan informasi sebanyak-banyaknya secara bebas.

Wawancara utamanya dilakukan kepada informan kunci, yaitu para sesepuh dan orang-orang yang sudah lanjut usia, baik perempuan maupun laki-laki, dan utamanya yang tinggal di pedesaan, karena pada orang-orang tipe inilah biasanya memory tentang mitos dan taboo masih terekam dan dipraktikan dengan baik. Sedangkan untuk informasi tambahan, dilakukan wawancara kepada siapa saja yang menurut peneliti bisa memberikan informasi yang berguna bagi penelitian ini. Karena baaimanapun, peneliti meyakini hampir setiap orang Banten mengetahui paling tidak satu atau dua mitos dan taboo yang pernah mereka dengar dari orang tua, keluarga, atau dari lingkungan masyarakat mereka. Karena nya, pengumpulan ceriat mitos dan taboo dalam penelitian ini, nampaknya tidak terlalu sulit dilakukan karena bisa ditemukan dimana saja, dan pada siapa saja.

Populasi yang digunakan adalah masyarakat Banten yang tinggal diwilayah Serang, Pandeglang, dan

Page 32: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

21

Lebak secara umum. Pengambilan tiga kabupaten ini karena peneliti menganggap masyarakat di tiga kabupaten ini mewakili dua budaya dominan di Banten, yaitu Jawa dan Sunda. Dari populasi tersebut, tehnik pengambilan

sampel di ambil dengan cara Snawball Sampling dan sampel di ambil dari beberapa orang di beberapa desa di masing-masing kabupaten, yang mewakili kedua kebudayaan dominan itu..

Selanjutnya data yang terkumpul akan dianalisis dengan teknik analisis induktif sehingga menghasilkan

suatu laporan yang reliable.

H. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dan memperjelas

pembahasan, laporan penelitian ini dibagi dalam beberapa bab dan tiap-tiap bab terbagi dalam beberapa sub bab. Bab pertama adalah pendahuluan berisi, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, kerangka konseptual, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab dua membahas tentang konsep teoritis tentang mitos yang terdiri dari deskripsi tentang mitos, makna dan kegunaan mitos, dan jenis-jenis mitos. Bab tiga mengkaji konsep teoritis tentang taboo, makna dan kegunaan taboo, dan jenis-jenis taboo.

Page 33: Dr. Ayatullah Humaeni, MA.repository.uinbanten.ac.id/4237/1/Buku Mitos dan Taboo.pdf · 2019. 8. 2. · Dr. Ayatullah Humaeni, MA. MITOS DAN TABOO DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANTEN LP2M

22

Selanjutnya, topik inti tentang mitos dan taboo dalam budaya Banten akan dibahas secara khusus dalam bab empat. Pada bab ini, jenis-jenis mitos di Banten, jenis-jenis taboo di Banten, orang Banten memaknai mitos dan taboo, dan analisis fungsi dan peran mitos dan taboo di Banten akan di bahas secara tuntas dan detail.

Bab terakhir adalah penutup yang berisi kesimpulan dari semua pembahasan yang sudah peneliti bahas dengan mengacu pada rumusan masalah yang menjadi inti masalah yang dibahas dalam penelitian ini, dan di akhiri dengan saran-saran.