66
BAB IV
PENUTUP
Dalam penciptaan sebuah karya komposisi karawitan perlu memperhatikan
beberapa hal, yang paling utama yaitu mengenai ide penciptaan. Dari ide penciptaan,
maka muncul konsep yang diolah menjadi sebuah karya yang beragam. Dengan
mengolah medium dan idium yang ada, penulis bereksperimen untuk menemukan
sesuatu yang baru dalam menciptakan karya komposisi karawitan.
Proses penciptaan ini merupakan aplikasi dari teori yang ada pada sebuah
konsep. Penciptaan komposisi “OR” berangkat dari sebuah ide penciptaan mengenai
konsep demonstrasi. Konsep ini diaplikasikan ke dalam bentuk analogi musikal yang
dikemas sedemikian rupa sehingga muncul sebuah karya baru yang bisa diterima oleh
telinga masyarakat. Komposisi “OR” ini merupakan hasil eksplorasi sebagai upaya
pengembangan kreativitas. Penulis berharap agar karya ini dapat menambah inspirasi
dan kreativitas dalam upaya pengembangan dan pelestarian seni-budaya Jawa pada
umumnya dan karawitan pada khususnya.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
66
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Tercetak
Amijoyo, Purwono Sastro, Robert K. Cunningham. Kamus Inggris. Semarang: Widya
Karya, 2007.
Guntur. Metodologi Penciptaan Seni: Dari Paradigma Hingga Metode. Surakarta:
Institut Seni Indonesia Surakarta, 2007.
Khan, Hazrat Inayat. Dimensi Mistik Musik Dan Bunyi. Yogyakarta: Pustaka Sufi,
2002.
Katomi, Margaret J. Gamelan Digul Dibalik Sosok Seorang Pejuang: Hubungan
Antara Indonesia dengan Australia. Ed.1.Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia,2002.
Martopangrawit. Pengetahuan Karawitan 1. Surakarta: ASKI, 1975.
_____________. “Pengetahuan Karawitan 2”. Diklat Kuliah ISI Surakarta,1975.
Murgiyanto, Sal. Tradisi dan Inovasi Beberapa Masalah Tari di Indonesia. Jakarta:
Wedatama Widya Sastra, 2004.
Poerwadarminta, W. J. S. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
2007.
Prier, Karl-Edmund S.J. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1996.
Setya R.K.J, “Saphala Santacita,” (Pertanggungjawaban Karya Komposisi Karawitan
mencapai derajad Sarjan S- 1 Seni Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Indonesia Yogyakarta), 2014.
Supanggah, Rahayu. Bothekan Karawitan 2: Garap. Surakarta: ISI Surakarta Press,
2007.
Soe Hok Gie. Catatan Seorang Demonstran . Jakarta: Pustaka LP3ES
Indonesia,1983).
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
67
67
Soeroso. Menuju ke Garapan Komposisi. Yogyakarta: Akademi Musik Indonesia,
1983.
_______. Pengetahuan Karawitan. Departemen pendidikan dan kebudayaan: Institut
seni Indonesia Yogyakarta, 1985/1986.
Welly Hendratmoko, Agustinus. “Climentalia,” (Pertanggungjawaban Karya
Komposisi Karawitan mencapai derajad Sarjan S- 1 Seni Karawitan
Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta), 2011.
Diskografi
n. s. Gebyar Jawa, I Ketut Ardana, n. pimp. Yogyakarta, 2010.
n. s. Lima Siji, Setya Rahdiyatmi Kurnia Jatilinuar. n.pimp. Yogyakarta, 2013.
n. s. Gender of Gender, Teteh Dayatami. n. pimp. Yogyakarta, 2015.
n. s. Ibu, Uyau Moris. n. pimp. Yogyakarta.
n. s. Dag…dig…dug, Agung Hero Hernanda. n. pimp. Sumatra Barat, 2014.
n. s. Anti Teluk Benoa, M. A. Nur Holis. n. pimp. Lombok, 2014.
Sumber Lisan
Ahmad Matin Fauzy, 27 tahun, Mahasiswa, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
I Ketut Ardana, 36 tahun, Dosen ISI Yogyakarta, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
69
DAFTAR ISTILAH
Balungan :kerangka gending, kelompok instrumen yang terdiri saron
barung saron demung, dan saron penerus
Bonang :instrumen gamelan yang terdiri dari 10 hingga 14 bentuk
pencon menyerupai gong horizontal kecil diletakkan di atastali
yang direntangkan di atas bingkai kayu.
Cakepan :istilah yang digunakan untuk menyebut teks atau lirik vokal
dalam karawitan Jawa.
Dhadha :istilah untuk menyebut nada 3 dalam laras slendro dan pelog
dalam karawitan Jawa.
Demokrasi :pemerintahan rakyat, pemerintah yang segenap rakyat turut
serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya.
Eksplorasi :penjelajahan, penyelidikan, dan penjajakan.
Gambang :salah satu jenis instrumen gamelan Jawa dengan bentuk
memanjang berbilah kayu.
Garap :tindakan kreatif seniman untuk mewujudkan gending dalam
bentuk penyajian yang dapat dinikmati, kreatifitas dalam
kesenian tradisi atau cara memainkan suatu bentuk lagu atau
gending dengan benar sesuai dengan ketentuan.
Gender :instrumen gamelan terdiri 13 hingga 14 bilah perunggu, besi
atau kuningan yang digantung dengan tali direntangkan pada
bingkai kayu di atas resonator terbuat dari ruas-ruas banbu atau
seng yang dibuat menyerupai bambu.
Gong :instrumen pencon dengan bentuk dan ukuran besar.
Idiom :berhubungan dengan ungkapan
Irama :pelebaran dan penyempitan gatra dalam gending, lagu, dan
kecepatan ketukan instrumen pembawanya.
Instrumen :alat musik.
Interlocking :permainan tanya-jawab antar instrumen.
Introduksi :pengantar, pembukaan.
Kempul :gong gantung yang berukuran kecil.
Kendang :kendang dengan dua sisi yang diletakkan secara horizontal di
atas bingkai kayu (plangkan) dimainkan dengan cara dikebuk.
Komposisi :mempelajari kecakapan bagaimana menyusun.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
70
Laras :tata nada atau tangga nada dalam gamelan, pada dasarnya ada
dua macam, laras slendro dan pelog.
Laya :cepat lambatnya ketukan dalam irama yang terdiri dari cepat,
sedang, lambat.
Lima :lima
Langgam :lagu (irama) yang iramanya seperti lagu-lagu barat popular.
Melodi :serangkaian nada
Modus :cara; jalan.
Nem :enam.
Pelog :nama salah satu laras dalam gamelan Jawa.
Rancakan :bagian alat gamelan, rupanya seperti para-para yang dibuat dari
kayu untuk menaruh bonang.
Rasional :menurut pikiran yang sehat.
Rebab :instrumen jenis gesek dalam gamelan.
Saron :instrumen yang terdiri dari 6-7 bilah, diletakkan di atas bingkai
kotak yang juga berfungsi sebagai resonator.
Stakato :suara patah-patah
Tabuhan :teknik memainkan instrumen
Tempo :di jawa laya, pengaruh irama dari cepat ke lambat atau
mendadak.
Ulihan :pengulangan sajian gending
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA