1
ANALISA KARAKTERISTIK KETEBALAN SEDIMEN
DI DASAR PERAIRAN SENGGARANG KELURAHAN SENGGARANG
KOTA TANJUNGPINANG
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Sarjana Perikanan (S.Pi.)
Oleh:
BENNI SUHARIANTO
NIM. 100254241045
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
2
ABSTRAK
Suharianto, Benni. 2016. Analisa Karakteristik Ketebalan Sedimen Di Dasar
Perairan Senggarang Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang.
Skripsi. Tanjungpinang : Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Pembimbing I : Risandi Dwirama Putra, ST, M.Eng. Pembimbing II
: Chandra J Koenawan, S.Pi, M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik ketebalan
sedimen yang berada di dasar perairan Senggarang Kelurahan Senggarang Kota
Tanjungpinang dengan melihat dari jenis sedimen.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai dengan Mei
2016 dengan 3 (tiga) kali pengamatan sedimen menggunakan sediment core
sampler dan pengambilan dampel sedimen di 3 (tiga) titik tiap stasiun
pengamatan. Metode yang digunakan adalah meode survey. Pengukuran
parameter kualitas perairan secara in situ dan sampel penelitian di analisis
menggunakan metode pengayakan basah di laboratorium.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh bahwa ketebalan sedimen di dasar
perairan Senggarang Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang pada ketebalan
0 sampai 1 meter yang dibagi menjadi 4 (empat) ketebalan yaitu (0 cm – 25 cm),
(25 cm – 50 cm), (50 cm – 75 cm), (75 cm – 100 cm) memiliki jenis sedimen
yang di dominasi oleh jenis pasir pada setiap ketebalannya dan setiap stasiun.
Kata kunci : Sedimen, Sediment core sampler, Senggarang
3
ABSTRACT
Suharianto, Benni. 2016. Analisys of the characteristics of sediment thickness in
bottom waters Senggarang village Senggarang city Tanjungpinang.
Essay. Tanjungpinang : Marine Science Departement, Faculty of
Marine Science and Fisheries, University of Raja Ali Haji Maritime.
Advisor : Risandi Dwirama Putra, ST, M.Eng. Co-advisor : Chandra
J Koenawan, S.Pi, M.Si.
This sudy aims investigate the characteristics of the sediment in the
Senggarang river Tanjungpinang city by looking at the fraction of the sediment
type.
The study was conducted on December 2015 until Mei 2016 at three time
the observations of sediment using Sediment Core Sampler and surface sediment
sampling at three points each observation station. The method used was a survey
method. Measurement of water quality parameters in situ and surface sediment
samples were analyzed using a wet sieving method in the laboratory.
Based on the analysis found that the sediment in the water of the
Senggarang river Tanjungpinang city on the thickness of the 0 until 1 in which are
divided into four thickness is (0cm - 25cm), (25cm - 50cm), (50cm - 75cm),
(75cm - 100cm) has sediment type which dominated by the kind of sand on each
snd every one of its stations.
Keyword : Sediment, Sediment Core Sampler, Senggarang
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesatnya perkembangan wilayah
pesisir Senggarang dalam hal pengembangan
kegiatan pemukiman penduduk, jalur
pelayaran dan perhubungan, pelabuhan, telah
memberikan dampak terhadap ekosistem
pesisir, kualitas perairan yang berdampak
akan terjadi salahsatunya berupa
penumpukan material-material yang akan
mengendap di dasar perairan.
Proses pelapukan dan erosi
menghasilkan materi yang bias terangkut
oleh aliran air maupun kekuatan angin.
Material tersebut dapat berupa pasir, lumpur,
maupun tanah. Materi yang terangkut
tersebut akan mengendap di suatu tempat
sesuai dengan karakteristik media
pengangkutnya. Apabila aliran air deras,
ataupun kekuatan angin sangat kencang, maka
materialkan terendapkan di tempat yang jauh
dari tempat asal terjadinya erosi maupun
pelapukan. Pengen dapan berlangsung secara
bertahap sehingga membentuk sedimen yang
berlapis-lapis. Proses seperti inilah yang turut
membentuk muka Bumi.
Nybakken (1992) menyatakan bahwa
perairan laut banyak menerima bahan organic
dari daratan. Jika hal ini berlangsung secara
terus menerus maka terjadi pendangkalan
akibat proses sedimentasi yang berdampak
terhadap berbagai aspek dalam perairan baik
dari aspek biologis maupun ekologis.
Karakteristik sedimentasi terkait
dengan fisika, kimia sedimen, penggolongan
dalam parameter sedimen dapat
menggambarkan kondi silingkungan perairan
dari beberapa faktor oseanografi yang
mempengaruhi oleh proses sedimentasi yang
ada di sekitarnya.
Melihat pengaruh sedimen begitu
besar terhadap proses pendangkalan dan
kualitas perairan, maka penulis merasa
tertarik untuk melakukan penelitian terhadap
Analisa Karakteristik Ketebalan Sedimen di
Dasar Perairan Senggarang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sumber Sedimen
Sedimen adalah partikel - partikel
yang berasal dari hasil pembongkaran batuan
- batuan dari daratan dan potongan - potongan
kulit (shell) serta sisa-sisa rangka - rangka
organisme laut. Rifardi (2012) menyatakan
pergerakan sedimen pantai atau transport
sedimen pantai adalah gerakan sedimen yang
disebabkan oleh gelombang dan arus yang
dibangkitkan. Di kawasan pantai terdapat dua
arah transport sedimen yaitu, pertama
pergerakan sedimen tegak lurus pantai (cross-
shore transport) dan pergerakan sedimen
sepanjang pantai atau sejajar pantai.
B. Definisi Sedimen
Sedimen didefinisikan sebagai
material - material yang berasal dari
perombakan batuan yang lebih tua atau
material yang berasal dari proses weathering
batuan dan ditransportasikan oleh air, udara
dan es, atau material yang diendapkan oleh
proses - proses yang terjadi secara alami
seperti precitipasi secara kimia atau sekresi
oleh organisme, kemudian membentuk suatu
lapisan pada permukaan bumi, Rifardi (2008).
Pengendapan sedimen tergantung kepada
medium angkut, dimana bila kecepatan
berkurang medium tersebut tidak mampu
mengangkut sedimen ini sehingga terjadi
penumpukan (Ompi et al, dalam Tampubolon
2010).
C. Tekstur Sedimen
Tekstur adalah kenampakan sedimen
yang berkaitan dengan ukuran, bentuk, dan
susunan butir sedimen. Suatu endapan
sedimen disusun dari berbagai ukuran partikel
sedimen yang berasal dari sumber yang
berbeda - beda, dan percampuran ukuran ini
disebut dengan istilah Populasi. Ada tiga
kelompok populasi sedimen yaitu: 1.Gravel
(kerikil), terdiri dari partikel individual:
boulder, cobble dan pebble. 2. Sand (pasir),
terdiri dari: pasir sangat kasar, kasar, medium,
halus dan sangat halus. 3. Mud (lumpur),
terdiri dari clay dan silt (Rifardi 2012).
2
D. Morfologi Sedimen
Berdasarkan diameter butiran,
Wentworth dalam Rifardi (2008) membagi
sedimen sebagai berikut ini: boulders (batuan)
dengan diameter butiran lebih besar dari 256
mm, gravel (kerikil) diameter 2 sampai 256
mm, very coarse sand (pasir sangat kasar)
diameter 1 sampai 2 mm, coarse sand (pasir
kasar) 0,5 sampai 1 mm, fine sand (pasir
halus) diameter 0,125 sampai 0,5 mm, very
fine sand (pasir sangat halus) diameter 0,0625
sampai 0,125 mm, silt (lumpur) diameter
0,002 sampai 0,0625 mm, dan dissolved
material (bahan - bahan terlarut) diameter
lebih kecil dari 0,0005 mm.
E. Proses Sedimentasi
Proses sedimentasi meliputi proses
transportasi dan pengendapan sedimen,
termasuk dalam hal ini semua sumber energi
yang mampu mentranspor dan mengendapkan
seperti angin, air, es, dan gravitasi Selly,
(1976) dalam Rifardi (2012). Ada tiga proses
yang mempengaruhi sedimen yaitu proses
fisika, biologi dan kimia Friedman dan
Sander, (1978) dalam Rifardi (2012).
Proses fisika berperan dalam
mentranspor dan mengendapkan sedimen,
terutama hubungan antara proses dan produk.
Transportasi dan pengendapan sedimen
dipengaruhi oleh hukum-hukum fisika,
terutama sekali peranan fluida dalam transpor
sedimen yaitu fluida mentransfer energi untuk
partikel partikel dan bagaimana metode
transpor, suspensi dan traksi sedimen.
F. Mekanisme Teranspor Sedimen
Rifardi (2012) Mekanisme transpor
sedimen mengontrol keberadaan,karakteristik
dan sebaran sedimen pada suatu lingkungan.
Adadua mekanisme transpor sedimen
berlawanan yang di dasarkanatas dua jenis
muatan yaitu :
1) Muatan tersuspensi, pada mekanisme
ini kekuatan arus dari air atau udara
menyebarkan partikel - partikel
sedimen halus seperti lanau, lempung
dan ukuran pasir, kemudian
memindahkannya dalam aliran.
Dengan kata lain partikel-partikel
tersebut berada dalam kolom air.
2) Muatan pada lapisan dasar perairan
atau muatan yang tidak secara terus
menerus berada dalam bentuk
suspensi dalam kolom air, seperti
partikel-partikel yang lebih besar dan
berat (boulder, pebbles dan gravel),
dirollingkan (transport) sepanjang
dasar perairan.
G. Ukuran Butiran Sedimen
1. Mesh Size (Mz)
Diameter rata-rata (Mz) adalah
ukuran partikel sedimen yang berguna
untuk menggambarkan :
a. Perbedaan jenis.
b. Ketahanan partikel terhadap
weathering, erosi dan abrasi.
c. Proses transportasi dan
pengendapan.
Distribusi ukuran dalam
endapan sedimen terjadi disebab oleh
beberapa faktor diantaranya : 1)
Adanya perbedaan ukuran dalam
material induk, dan 2) Proses yang
terjadi dalam endapan sedimen
tersebut, khusunya kemampuan aliran.
Jika dalam suatu endapan sedimen
didominasi oleh ukuran butir sedimen
kasar, maka hal ini mengindikasikan
kekuatan aliran mentransfor sedimen
tersebut cukup besar, sebaliknya
ukuran butiran halus menggambarkan
lemahnya kekuatan atau energi yang
mentransfor sedimen , Rifardi (2012).
2. Skewness (Skw)
Nilai skewness dipengaruhi
oleh karakteristik gelombang dan arus
sehingga nilai ini sering digunakan
oleh sedimentologis untuk
menggambarkan kekuatan gelombang
dan arus yang berperan dalam proses
pengendapan. Menurut Rifardi (2012)
nilai skewness dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa kelompok berikut :
1. SK1 : 1,0-0,3 = very fine-skewed
2. SK1 : 0,3-0,1 = fine-skewed
3
3. SK1 : 0,1- ˗0,1 = near–skewed
4. SK1 : 0,1- -0,3 = coarse–skewed
5. SK1 : -0,3- -1,0 = very coarse-
skewed
3. Sorting (So)
Sorting adalah pemilihan
partikel sedimen yang
menggambarkan tingkat keseragaman
butiran. Menurut Rifardi (2012)
kelompok utama sorting dapat
diklasifikasikan secara lebih rinci
berdasarkan nilai sorting sebagai
berikut :
a. Very well sorted (terpilah sangat
baik): besar butir hamper sama:
δ 1 = < 0, 25Ø.
b. Well sorted (terpilah agak baik):
besar butir relatif sama: δ 1 =
0,50- 0,25Ø.
c. Moderately well sorted (terpilah
agak baik): besar butir agak
berbeda: δ 1 = 0,50-0,71Ø.
d. Moderately sorted (terpilah
sedang): besar butir tidak begitu
sama: δ 1 = 0,71-1,0Ø.
e. Poorly sorted (terpilah buruk):
perbedaan besar butir cukup
mencolok: δ 1 = 1,0-2,0Ø.
f. Very poor sorted (terpilah sangat
buruk): δ 1 = 2,0-4,0Ø.
g. Extremely sorted (terpilah amat
sangat buruk): δ 1b >4,00.
4. Kurtosis (KG)
Kurtosis mengukur puncak
dari kurva dan berhubungan dengan
penyebaran distribusi normal. Bila
kurva distribusi normal tidak terlalu
runcing atau tidak terlalu datar disebut
mesokurtic. Kurva yang runcing
disebut leptokurtic, menandakan
adanya ukuran sedimen tertentu yang
mendominansi pada distribusi sedimen
di daerah tersebut. Sedangkan untuk
kurva yang datar disebut platikurtic,
artinya distribusi ukuran sedimen pada
daerah tersebut sama.
Menurut Rifardi (2012) nilai
skewness dapat di klasifikasikan
menjadi beberapa kelompok berikut:
a. Kg < 0,67 = very platikurtic
b. Kg : 0,67 – 0,90 = platikurtic
c. Kg : 0,90 – 1,11 = mesokurtic
d. Kg : 1,11 – 1,50 = leptokurtic
e. Kg : 1,50 – 3,00 = very
leptokurtic
f. Kg > 3,00 = extremely
leptokurtic
H. Parameter Perairan Yang
Mempengaruhi Sedimentasi
1. Kecepatan Arus
Arus adalah suatu gerakan air
yang mengakibatkan perpindahan
horizontal massa air Uktolseya dalam
Tampubolon (2010), yang
sebelumnya telah dinyatakan bahwa
arus disebabkan oleh angin yang
bertiup melintasi permukaan
Nyabakken (1988), perbedaan
densitas air laut Sidjabat dalam
Tampubolon (2010), dan terjadinya
pasang surut terutama di daerah
intertidal dan muara sungai.
Adanya sedimen kerikil
menunjukan bahwa arus pada daerah
itu relative kuat sehingga sedimen
kerikil umumnya ditemukan pada
daerah terbuka, sedangkan sedimen
lumpur terjadi akibat arus yang
tenang dan dijumpai pada daerah
dimana arus terhalang oleh pulau
Ompi et. al., dalam Mukminin (2009).
Thruman dalam Tampubolon
(2010) menyatakan bahwa pergerakan
sedimen dipengaruhi oleh kecepatan
arus dan ukuran butiran sedimen.
Semakin besar ukuran butiran sedimen
tersebut maka kecepatan arus yang
dibutuhkan juga akan semakin besar
untuk mengangkut partikel sedimen
tersebut.
Arus juga merupakan kekuatan
yang menentukan arah dan sebaran
sedimen. Kekuatan ini juga yang
menyebabkan karakteristik sedimen
4
berbeda sehingga pada dasar perairan
disusun oleh berbagai kelompok
populasi sedimen. Secara umum
partikel berukuran kasar akan
diendapkan pada lokasi yang tidak
jauh dari sumbernya, sebaliknya jika
halus akan lebih jauh dari sumbernya
(Rifardi, 2008).
2. Pasang Surut
Pasang surut adalah proses
naik turunya permukaan laut secara
hampir periodik karena gaya tarik
benda - benda angkasa terutama bulan
dan matahari (Dahuri et. al., 1996).
Pasang surut laut merupakan suatu
fenomena pergerakan naik turunnya
permukaan air laut secara berkala
yang diakibatkan oleh kombinasi gaya
gravitasi dan gaya tarik menarik dari
benda - benda astronomi terutama oleh
matahari, bumi dan bulan. Pengaruh
benda angkasa lainnya dapat
diabaikan karena jaraknya lebih jauh
atau ukurannya lebih kecil.
Selain tipe pasang surut,
perbedaan lama waktu antara pasang
dan surut juga mempengaruhi
peristiwa abrasi sedimentasi.
Kawasan yang mengalami proses
pasang yang cenderung lebih lama
dari waktu surut, akan berakibat
memberikan peluang waktu yang lebih
banyak bagi untuk mengabrasi
wilayah daratan.
Pengaruh gaya pasang surut
mempengaruhi peristiwa abrasi dan
sedimentasi. Wilayah yang mengalami
peristiwa pasang surut harian ganda
atau pasut surut tipe campuran
condong ke ganda memiliki pengaruh
yang berbeda dengan wilayah yang
hanya mengalami pasang surut harian
tunggal, dimana wilayah yang
memiliki pasang surut tipe harian
ganda dan campuran condong ke
ganda mengalami proses transportasi
sedimen yang lebih dinamis jika
dibandingkan dengan pasang surut
harian tunggal.
Mc Dowell dan O’Connor
dalam Tampubolon (2010), sebaran
dan ukuran partikel yang mengendap
tergantung dari kekuatan arus pasang
surut dalam menggerakkan dan
mendistribusikan sedimen tersebut.
Pasang surut tidak hanya
mempengaruhi lapisan di bagian
teratas saja, melainkan seluruh massa
air.
3. Kekeruhan
Kekeruhan adalah suatu
ukuran biasan cahaya di dalam air
yang disebabkan oleh adanya partikel
koloid dan suspensi dari suatu polutan
yang terkandung dalam air. Kekeruhan
air juga biasanya disebabkan oleh
adanya zat zat koloid yaitu zat yang
terapung serta zat yang terurai secara
halus sekali, jasad-jasad renik, lumpur,
tanah liat,dan zat-zat koloid yang
dapat dihubungkan dengan
kemungkinan hadirnya pencemaran
melalui buangan (Suriawiria dalam
Puspitasari, 2012).
Kekeruhan (Turbidity)
menggambarkan sifat optik air yang
ditentukan berdasarkan banyaknya
cahaya yang diserap dan dipancarkan
oleh bahan-bahan yang terdapat di
dalam air. Kekeruhan disebabkan
oleh adanya bahan organik dan
anorganik yang tersuspensi dan
terlarut (misalnya lumpur dan pasir
halus). Air yang memiliki nilai
kekeruhan rendah biasanya memiliki
nilai warna tampak dan warna
sesungguhnya yang sama dengan
warna standard. Kekeruhan di
perairan tinggi maka, tingkat
sedimentasi juga akan tinggi. Adanya
sedimentasi dapat membuat perairan
akan menjadi keruh ditambah lagi
adanya pengaruh arus dan gelombang
yang mengakibatkan sedimen dengan
ukuran partikel yang kecil dan halus
5
akan susah mengendap
(Wibisono,2005).
III. METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di
Perairan Senggarang Kelurahan Senggarang
Kota Tanjungpinang. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Desember 2015
sampai dengan Mei 2016.
Prosedur Penelitian
1. Sumber Data
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survei. Data
primer diperoleh di lapangan, kemudian
dianalisis di laboratorium Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Sedangkan titik stasiun telah ditetapkan
sebelumnya, yang dianggap dapat mewakili
daerah perairan Senggarang Kelurahan
Senggarang Kota Tanjungpinang. Data
sekunder diperoleh dari instansi terkait
dengan lokasi wilayah penelitian. Untuk
selanjutnya data diolah dan dibahas secara
deskriptif.
2. Penentuan Stasiun Penelitian
Penentuan titik pengamatan berdasarkan
metode systematic random sampling (SRS)
dengan melihat panjang garis pantai
kemudian tetapkan 3 (tiga) titik sampling
yang di anggap dapat mewakili daerah
penelitian tersebut. Gambar penentu titik
stasiun pada peta :
3. Pengambilan Sampel Sedimen
Sampel sedimen diambil pada lokasi
atau titik yang sudah ditentukan dan
diplotkan pada peta dasar, secara umum
pelaksanaan pengambilan sampel dilakukan
secara sistematis sesuai dengan ketersediaan
waktu. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan sediment core sampler sebagai
alat sampling.
Tahapan pengambilan sampel sebagai
berikut :
1) Tentukan lokasi atau titik sampling
pada peta dasar.
2) Buat identitas titik sampling pada peta
dasar dengan sistem penomoran.
3) Masing - masing nomor dilengkapi
dengan posisi letak lintang dan bujur
dalam lembaran terpisah dalam bentuk
tabel.
4) Titik sampling dibuat dengan
mempertimbangkan efisiensi waktu
sampling dan kondisi lapangan agar
pengambilan sampel dapat berjalan
dengan lancar.
5) Menentukan titik pengambilan sampel
prioritas yang akan menjadi alur
pertama dan seterusnya ke titik
pengambilan sampel lainnya.
6) Siapkan kantong untuk menyimpan
sampel.
7) Semua kantong sampel diberi label
yang berisi nomor titik sampling dan
waktu pengambilan .
8) Untuk mencegah hilangnya identitas
sampel, gunakan label yang tahan air.
9) Apabila identitas sampel terhapus dan
tidak bisa diidentifikasi lagi, jangan
menggunakan sampel tersebut untuk
kepentingan penelitian.
10) Jika semua persiapan telah selesai
proses pengambilan sampel bisa
dilakukan, dimana kapal penelitian
dapat bergerak menuju titik sampling
pertama sesuai titik sampling yang
telah dibuat.
11) Kapal penelitian harus berhenti pada
titik sampling yang diinginkan, jika
alat untuk mengambil sampel
menggunakan sediment core sampler.
12) Sediment core sampler, diturunkan
dengan kondisi tegak lurus dan
ditanamkan dari dasar perairan sampai
kedalaman ±1 m tergantung tingkat
kesulitan penancapan Sediment core
sampler.
13) Tutup bagian bawah pipa tersebut
dengan tangan atau alat bantu untuk
menutup dengan cara memiringkan
Sediment core sampler untuk
memudahkannya.
6
14) Kemudian sampling di dalam pipa
angkat dari dasar perairan, lanjutkan
dengan membaringkan Sediment core
sampler di wadah datar.
15) Ukur sedimen yang sudah keluar dari
Sediment core sampler dengan
meteran, kemudian di bagi menjadi 4
(empat) bagian dengan ukuran ± 25
cm.
16) Setelah semua sampling di peroleh,
simpan sedimen di kantong plastik
yang sudah di tandai kertas label.
17) Proses pengambilan sampel selesai
dan siap dibawa ke laboratorim untuk
dianalisis sesuai dari tujuan penelitian.
18) Setelah sampling dilakukan semua alat
harus dibersihkan agar tidak terjadi
korosi akibat pengaruh air laut.
4. Prosedur Pengayakan Butiran Sedimen
Kering
a) Sampel sedimen yang diambil
dilapangan, dikeringkan di oven hingga
mencapai berat konstan.
b) Timbang sedimen dengan timbangan
analitik sebanyak 100 gr, dan gerus
dengan alu serta lumpang hingga
gumpalan terpisah.
c) Siapkan ayakan dengan ukuran 2 mm (Ø-
1), diayakan dengan mesh size terbesar
pada tingkat teratas dan seterusnya.
d) Masukan sampel tersebut dengan ayakan
ukuran 2 mm (Ø- 1), kemudian ayakan
digoyang sampai semua partikel dalam
ayakan terayak secar sempurna. Timbang
sampel paada masing - masing ayakan.
e) Bersihkan screen ayakan dengan
menggunakan brush/sikat. Susunlah
ayakan berdasarkan mesh size yang ada
dalam populasi pasir, dimana ayakan
dengan mesh size terbesar berada pada
tingkat teratas dan seterusnya. Urutan
mesh size dari atas kebawah sebagai
berikut : 1mm (0Ø), 0,5 mm (1 Ø; 500
um), 0,25mm (2Ø: 250 um), 1/8 mm
(3Ø:125 um), 1/16 mm (4 Ø; 63um).
f) Masukan sampel yang diperoleh di
ayakan paling atas, kemudian ayakan
digoyang sampai semua partikel dalam
populasi ini terayak secara
sempurna.Timbang sedimen yang
tertahan pada masing -masing ayakan dan
catat beratnya.
g) Hitung presentase masing - masing kelas
ukuran. Nilai presentase ini selanjutnya
dipakai untuk menentukan presentas
komulatif guna menghitung berbagai
parameter statistika sedimen (diameter
rata -rata, sorting, koefisien, skewness,
kurtosis).
5. Prosedur Pemipetan Sedimen
a) Sedimen yang lolos dari ayakan 1/16
mm(4Ø; 63 um) ditampung dalam sebuah
cawan, kemudian dimasukan dalam
tabung silinder atau tabung ukur yang
mempunyai volume 1.000 ml.
b) Tambahkan air sehingga volume persis
1.000 ml. Aduk larutan tersebut dengan
menggunakan sebatang stik dan biarkan
selama 4 menit supaya partikel-partikel
lengket satu sama lain.
c) Setelah selesai diaduk selama 4 menit,
letakan silinder pada meja datar dan
langsung hidupkan stopwatch.
d) Ambil larutan dari tabung silinder dengan
menggunakan pipet yang bervolume 20
ml. Pada pipet harus diberi tanda sesuai
kedalaman pengambilan pada tabung
silinde (10 dan 20 cm).
e) Ambil larutan dari tabung silinder setelah
4 menit sebanyak 20 ml pada kedalaman
10 cm untuk partikel lumpur Ø5.
f) Setelah 15 menit ambil larutan dari
tabung silinder dengan kedalaman 10 cm
sebanyak 20 ml untuk Ø6.
g) Ambil sebanyak 20 ml pada kedalaman
20 cm setelah 30 menit untuk ukuran Ø7.
h) Tunggu selama 2 jam, ambil sebanyak 20
ml pada kedalaman 20 cmuntuk partikel
lumpur Ø > 7.
i) Keringkan sampel dari hasil pemipetan
dengan suhu 105 0C selama 24 jam.
Timbang cawan yang telah kering
bersama dengan residu sedimennya.
7
F. Pengukuran Parameter Oseanografi
1. Kecepatan Arus
Kecepatan arus diukur dengan
menggunakan tali pada Current drouge dan
diletakkan pada permukaan perairan
kemudian diukur jarak tempuh Current
drouge tersebut dalam satuan waktu yaitu
meter per detik (m/dtk) dari jarak awal
diletakkan. Nilai kecepatan arus diperoleh
dengan rumus :
Keterangan :
v : Kecepatan arus (m/det)
s : Jarak (m)
t : Waktu (det)
2. Pasang Surut Pada Penelitian ini data pasang surut
tidak dihitung langsung pada saat penelitian,
data pasut tersebut diperoleh dari instansi
terkait yaitu Dinas Hidro-Oseanografi TNI-
AL. Data pasut tersebut dipergunakan sebagai
data penunjang hasil penelitian yang berkaitan
dengan proses sedimentasi terjadi.
3. Kekeruhan
Pengukuran kekeruhan perairan diukur
dengan menggunakan Turbidity meter model
(TU 2010) dengan satuan NTU
(Nephelometrik Turbidity Unit). Sebelum
melakukan pengukuran dilakukan kalibrasi
pada alat Turbidity Meter agar dapat
menunjukkan angka yang sesuai. Untuk
memulai kalibrasi, tombol “POWER” ditekan
dan NTU solution (0 NTU dan 100 NTU)
secara bergantian dimasukkan ke dalam alat
sejajar dengan tanda titik yang tertera pada
alat dan botol NTU solution. Tombol
“TEST/CAL” ditekan untuk memulai proses
kalibrasi, jika angka yang ditunjukkan pada
alat sesuai dengan NTU solution yang
dimasukkan, maka pengukuran kekeruhan
dapat dilakukan. Sampel yang telah disiapkan
digoncangkan, lalu dimasukkan kedalam
botol uji kekeruhan sebatas tanda tera pada
botol (10 ml). Tombol “TEST/CAL” ditekan,
ditunggu hingga layar alat menunjukkan
angka tetap.
G. Pengolahan dan Analisis Karakterisasi
Sedimen
Gambaran lingkungan pengendapan
dapat diperoleh dengan beberapa metode
diantaranya dengan cara menghitung
parameter statistika sedimen sebagai berikut :
1. Diameter rata-rata (Mz)
Mean Size =
2. Skewness (SK 1)
Sk1 = (5)
3. Koefisien (δ1)
δ1 =
4. Kurtosis (KG)
KG =
H. Analisis Data
Sampel sedimen dianalisis untuk
memperoleh data ukuran butir sedimen
berdasarkan ketebalannya, Dimana data ini
dianalisis untuk menentukan parameter
statistik sedimen. Hasil analisis ukuran butir
juga digunakan untuk menentukan tipe
sedimen di daerah studi berdasarkan Shepard
Triangle (Shepard dalam Rifardi, 2008).
Hasil analisis ukuran butir tersebut digunakan
untuk menentukan kelas ukuran masing -
masing sub-populasi sedimen berdasarkan
(skala Wentworth dalam Rifardi, 2008).
Sempel sedimen dibahas secara
deskriptif dan kecenderungan sebaran
dibandingkan dengan karakteristik lingkungan
perairan dan dianalisis di laboratorium.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Geografis
Letak dan Luas Wilayah
Kelurahan Senggarang merupakan
bagian dari Kecamatan Tanjungpinang Timur,
Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepualaun
Riau dengan memiliki luas wilayah 23
km2dimana Kelurahan Senggarang memiliki
batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Pemerintah Kabupaten
Bintan
8
Sebelah Selatan : Kelurahan Kabupaten
Kota
Sebelah Barat : Kelurahan Penyengat
Sebelah Timur : Kelurahan Kampong
Bugis
Fisiografis
Kelurahan Senggarang Kecamatan
Tanjungpinang Kota memiliki fisiografis
terdiri dari 35% laut dan 65% daratan
termasuk pantai dan rawa yang banyak.
Ditumbuhi oleh hutan mangrove terutama
sekitar pantai senggrang besar, Tanjung
Sebauk dan Kampung Bebek dimana sampai
saat ini kelestariannya tetap terjaga dengan
baik.
B. Karakteristik Ketebalan Sedimen di
Dasar Perairan Karakteristik ketebalan sedimen di
bedakan dalam 3 stasiun. Setiap stasiun
memiliki ketebalan 1 meter dan dibagi
menjadi empat lapisan yang digunakan untuk
melihat perbandingan antara setiap lapisan
dalam ketebalan 1 meter yaitu untuk lapisan
pertama memiliki ketebalan (0 – 25 cm),
untuk lapisan kedua memiliki ketebalan
sedimen (25 – 50 cm), untuk lapisan sedimen
ketiga memiliki (50 cm – 75 cm) sedangakn
lapisan terakhir yang paling bawah memiliki
ketebalan dari (75 cm – 100 cm) dari
permukaan tanah. Karakteristik sedimen
menunjukkan persentase fraksi sedimen dasar
yang dikelompokan menjadi tiga tekstur
sedimen (tekstur kerikil, tekstur pasir, tekstur
lumpur). Untuk menentukan tekstur sedimen
dasar perairan menggunakan skala butiran
sedimen (Skala Wentworth) dan pengukuran
diameter rata-rata (Mz).
Adapun gambaran karakteristik sedimen
berdasarkan ketebalan setiap stasiun
dijelaskan seperti pada sebagai berikut.
Tabel 5.
Deskripsi Persentase diameter butir per
ketebalan stasiun 1
Ketebalan Kerikil
(%)
Pasir
(%)
Lumpur
(%) Mz
0 – 25
(cm) 9.36 85.96 0.13 2.703
25 – 50
(cm) 8.22 82.77 0.06 2.343
50 – 75
(cm) 6.34 82.49 0.66 2.221
75 – 100
(cm) 8.95 78.6 0.13 2.342
Gambar 4.
Karakteristik sedimen berdasarkan ketebalan
pada Stasiun 1
Dapat dilihat secara rinci bahwa nilai
jenis fraksi berbedasetiap ketebalannya yaitu
jenis fraksi krikil9.8119% untuk ketebalan 0 –
25cm, 9.0299% untuk ketebalan 25 – 50cm,
7.0893% untuk ketebalan 50 – 75cm,
10.2138% untuk ketebalan 75 – 100cm. Jenis
fraksi pasir yaitu 90.0462% untuk ketebalan 0
– 25cm, 90.8951% untuk ketebalan 25 –
50cm, 92.1666% untuk ketebalan 50 – 75cm,
89.6378% untuk ketebalan 75 – 100cm. Dan
jenis fraksi lumpur yaitu 0.14183% untuk
ketebalan 0 – 25cm, , 0.07511% untuk
ketebalan 25 – 50cm, 0.7441% untuk
ketebalan 50 – 75cm, 0.14837% untuk
ketebalan 75-100cm.
Maka dapat disimpulkan pada stasiun
1 nilai tertinggi terdapat pada jenis fraksi
pasir dibandingkan dari fraksi krikil dan
lumpur.Perbedaan nilai fraksi ini sangat
menonjol disetiap ketebalannya. Namun,
berdasarkan ketebalannya nilai tertinggi fraksi
pasir terletak diketebalan 50 – 75cm dan nilai
terendah pada ketebalan 75 – 100cm. Nilai
-
25c
m -
505c
m -
75c
m -
100c
m
9
Diameter rata-rata (Mz) pada stasiun 1 nilai
tertinggi pada ketebalan pertama yaitu (0 - 25)
dan semakin menurun pada setiap
kedalamannya.
Tabel 6.
Deskripsi Persentase diameter butir per
ketebalan stasiun 2
Ketebalan Kerikil
(%)
Pasir
(%)
Lumpur
(%) Mz
0 – 25
(cm) 4.89 88.03 0.31 2.516
25 – 50
(cm) 3.91 86.39 0.2 2.357
50 – 75
(cm) 8.93 75.38 0.16 2.267
75 – 100
(cm) 9.81 79.51 0.23 2.221
Gambar 5.
Karakteristik sedimen berdasarkan ketebalan
pada Stasiun 2
Dapat dilihat secara rinci bahwa nilai
jenis fraksi berbeda setiap ketebalannya yaitu
jenis fraksi krikil 5.2515% untuk ketebalan 0
– 25cm, 4.3236% untuk ketebalan 25 – 50cm,
10.5746% untuk ketebalan 50 – 75cm,
10.9591% untuk ketebalan 75 – 100cm. Jenis
fraksi pasir yaitu 94.4086% untuk ketebalan 0
– 25cm, 95.4509% untuk ketebalan 25 –
50cm, 89.2258% untuk ketebalan 50 – 75cm,
88.7807% untuk ketebalan 75 – 100cm. Dan
jenis fraksi lumpur yaitu 0.3398% untuk
ketebalan 0 – 25cm, 0.2255% untuk ketebalan
25 – 50cm, 0.1996% untuk ketebalan 50 –
75cm, 0.2601% untuk ketebalan 75-100cm.
Maka dapat disimpulkan pada stasiun
2 nilai tertinggi terdapat pada jenis fraksi
pasir dibandingkan dari fraksi krikil dan
lumpur.Perbedaan nilai fraksi ini sangat
menonjol disetiap ketebalannya.Namun,
berdasarkan ketebalannya nilai tertinggi fraksi
pasir terletak diketebalan 25 – 50cm dan nilai
terendah pada ketebalan 75 – 100cm.Nilai
diameter (Mz) tertinggi pada ketebalan (0-25)
dan semakin menurun pada stiap
ketebalannya.
Tabel 7.
Deskripsi Persentase diameter butir per
ketebalan stasiun 3
Ketebal
an
Kerik
il (%)
Pasi
r
(%)
Lump
ur (%) Mz
0 – 25
(cm) 10.96 75.1 0.25
2.21
6
25 – 50
(cm) 5.45
83.1
5 0.12
2.46
9
50 – 75
(cm) 6.93
82.9
7 0.2
2.27
1
75 – 100
(cm) 4.19 90.8 0.31
2.55
5
Gambar 6.
Karakteristik sedimen berdasarkan ketebalan
pada Stasiun 3
Dapat dilihat secara rinci bahwa nilai
jenis fraksi berbeda setiap ketebalannya yaitu
jenis fraksi krikil 12.7066% untuk ketebalan
0-25cm, 6.1519% untuk ketebalan 25 – 50cm,
7.6914% untuk ketebalan 50 – 75cm,
4.4054% untuk ketebalan 75 – 100cm. Jenis
fraksi pasir yaitu 86.9982% untuk ketebalan 0
– 25cm, 93.7022% untuk ketebalan 25 –
50cm, 92.078% untuk ketebalan 50 – 75cm,
95.2621% untuk ketebalan 75 – 100cm. Dan
0cm-
25cm
25cm
-
505c
m
50cm
-
75cm 75cm
-
100c
m
P
a
sir
K
e
ri
kil
Lu
m
p
ur
0cm-
25cm
25cm-
50cm
50cm-
75cm
75cm-
100c
m
P
as
ir
K
er
iki
l
Lu
m
pu
r
10
jenis fraksi lumpur yaitu 0.2951% untuk
ketebalan 0 – 25cm, 0.1458% untuk ketebalan
25 – 50cm, 0.2296% untuk ketebalan 50 –
75cm, 0.3324% untuk ketebalan 75 – 100cm.
Maka dapat disimpulkan pada stasiun
3 nilai tertinggi terdapat pada jenis fraksi
pasir dibandingkan dari fraksi krikil dan
lumpur. Perbedaan nilai fraksi ini sangat
menonjol disetiap ketebalannya. Namun,
berdasarkan ketebalannya nilai tertinggi fraksi
pasir terletak diketebalan 75 – 100cm dan
nilai terendah pada ketebalan 0 – 25cm.
Nilai diameter rata-rata (Mz) tertinggi pada
ketebalan (75 - 100) dan (25 - 50) berbeda
pada stasiun 1 dan stasiun 2.
Pada pengamatan di atas setiap stasiun
memiliki ketebalan jenis butiran sand (pasir)
yang menggambarkan berdominan pada
setiap stasiun dan ketebalannya. Ukuran
butiran sedimen penting diketahui dalam
suatu lingkungan pengendapan karena ukuran
butiran dapat menjelaskan hal-hal berikut: 1)
menggambarkan daerah asal sedimen, 2)
perbedaan jenis partikel sedimen, 3)
ketahanan partikel dari bermacam-macam
komposisi terhadap proses kerusakan selama
terjadinya proses weathering, erosi, abrasi,
dan transportasi, 4) jenis proses yang berperan
dalam transportasi dan deposisi sedimen.
C. Parameter Statistika Sedimen
1. Skewness (SK)
Nilai skewness dipengaruhi oleh
karakteristik gelombang dan arus sehingga
nilai ini sering digunakan oleh sedimentologis
untuk menggambarkan kekuatan gelombang
dan arus yang berperan dalam proses
pengendapan. Nilai skewness dapat dilihat
secara lengkap pada tabel 8.
Tabel 8. Perhitungan hasil nilai skewness (SK)
Stasiun Long. Lat. Ketebalan SK Kategori
1 0,5634.88 104,264.86
0-25cm -0.667
Very
coarse
skewed
25-50cm -0.723
Very
coarse
skewed
50-75cm -0.738
Very
coarse
skewed
75-100cm -0.725 Very
coarse
skewed
Rata-rata -0.713
Very
coarse
skewed
2 0,5634.42 104,269.41
0-25cm -0.696
Very
coarse
skewed
25-50cm -0.715
Very
coarse
skewed
50-75cm -0.733
Very
coarse
skewed
75-100cm -0.738
Very
coarse
skewed
Rata-rata -0.721
Very
coarse
skewed
3 0,5631.37 104,262.34
0-25cm -0.739
Very
coarse
skewed
25-50cm -0.700
Very
coarse
skewed
50-75cm -0.730
Very
coarse
skewed
75-100cm -0.687
Very
coarse
skewed
Rata-rata -0.714
Very
coarse
skewed
Sumber : Data Primer
Skewness mencirikan ke arah mana
dominan ukuran butir dari suatu populasi
tersebut, mungkin simetri, condong ke arah
sedimen berbutir kasar atau condong ke arah
berbutir halus. Sehingga skewness dapat
digunakan untuk mengetahui dinamika
sedimentasi. Nilai skewness positif
menunjukkan suatu populasi sedimen
condong berbutir halus, sebaliknya skewness
negatif menunjukkan populasi sedimen
condong berbutir kasar (Supriadi, 2015).
Dengan demikian pada penilain
Skewness menunjukan stiap stasiun dan
ketebalannya memiliki sedimen jenis Very
coarse skewed dilihat dari nilai Skewness
yang dominan bernilai negatif. Diduga
kekuatan arus dan gelombang dilokasi
tersebut tidak stabil, dimana pada suatu massa
tertentu mengalami kuat arus dan gelombang
dan pada masa yang lain mengalami arus
yang lemah. Perhitungan nilai Skewness (SK)
setiap titik nya dapat di lihat pada gambar 7.
11
Sumber : Data Primer
Dari gambar diatas di ambil dari ketebalan
pada setiap stasiun mengkategorikan nilai
tertinggi Sk terletak pada stasiun 3 ketebalan
(0 - 25cm) dan Sk terendah pada stasiun 1
ketebalan (0 - 25cm).
2. Sorting (δ1)
Sorting adalah pemilihan partikel
sedimen yang menggambarkan tingkat
keseragaman butiran.
Tabel 9. Perhitungan nilai Sorting
stasiun Long. Lat. Ketebalan So Kategori
1 0,5634.88 104,264.86
0-25cm 1.397
Poorly
sorted
25-50cm 1.664
Poorly
sorted
50-75cm 1.766
Poorly
sorted
75-100cm 1.672
Poorly
sorted
Rata-rata 1.625
Poorly
sorted
2 0,5634.42 104,269.41
0-25cm 1.507
Poorly
sorted
25-50cm 1.621
Poorly
sorted
50-75cm 1.730
Poorly
sorted
75-100cm 1.766
Poorly
sorted
Rata-rata 1.656
Poorly
sorted
3 0,5631.37 104,262.34
0-25cm 1.774
Poorly
sorted
25-50cm 1.530
Poorly
sorted
50-75cm 1.713
Poorly
sorted
75-100cm 1.467
Poorly
sorted
Rata-rata 1.621
Poorly
sorted
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil table 9 diatas,
menunjukan bahwa dominan nilai sorting di
deskripsikan dengan Poorly sorted yaitu
terpilih buruk, berdasarkan hasil pengayakan,
diketahui bahwa berat ukuran sedimen yang
kasar lebih dominan dengan jenis sedimen
halus dengan berbedaan berat yang cukup
jauh rentangnya, inilah yang mencirikan
bahwa sedimen halus tidak dominan pada
perairan Senggarang dan didominan dengan
jenis pasir kasar (coarse sand).
Menurut Daulay (2014) Sorting adalah
metode pemilahan keseragaman distribusi
ukuran butir yakni peyortirannya. Penyortiran
dapat menunjukkan batas ukuran butir, tipe
pengendapan, karakteristik arus pengendapan,
serta lamanya waktu pengendapan dari suatu
populasi sedimen. Secara umum ada 2
kelompok utama yaitu Well sorted sediment
(terpilah baik) adalah suatu lingkungan
pengendapan sedimen disusun oleh besar
butir relatif sama, mengidentifikasikan tingkat
kestabilan arus pada perairan tersebut cukup
stabil. Sebaliknya jika Poorly sorted sediment
(terpilah buruk), maka kekuatan arus pada
perairan tersebut tidak stabil, artinya pada
kondisi waktu tertentu terjadi arus dengan
kekuatan yang besar dan berubah dalam
kondisi lain melemah kembali.
Dengan demikian didapatkan bahwa
kondisi arus pada perairan Senggarang,
tergolong kurang stabil sehingga dominan
dengan klasifikasi Poorly sorted sediment.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
kondisi sedimen perairan Senggarang
tergolong kurang stabil yang mencirikan
terjadinya dinamika energi yang dihasilkan
oleh alam yaitu gelombang, pasang surut, arus
tidak stabil. Jika kondisi arus kuat dan stabil,
maka sedimen yang berukuran halus akan
terbawa oleh arus dan bermuara pada suatu
titik sesuai arah arus, sehingga sedimen yang
lebih kasar ukurannya akan tertinggal
menyebabkan kelas ukuran sedimennya
seragam. Namun sebaliknya jika kondisi arus
lemah, maka ada sebagian ukuran sedimen
halus yang terbawa arus, namun sebagian
lainnya akan tertinggal sehingga
menyebabkan perbedaan kelas ukuran butiran
12
sedimen yang mencolok, cenderung dominan
pada sedimen kasar. Perhitungan nilai sorting
(So) dapat di lihat pada gambar 8.
Sumber : Data Primer
Dari gambar diatas di ambil dari ketebalan
pada setiap stasiun mengkategorikan nilai
tertinggi So terletak pada stasiun 3 ketebalan
(0 – 25cm) dan Mz terendah pada stasiun 1
ketebalan (0 – 25cm).
3. Kurtosis
Tabel 10 . Perhitungan hasil nilai Kurtosis (KG)
stasiun Long. Lat. Ketebalan KG Kategori
1 0,5634.88 104,264.86
0-25cm 1.001 Mesokurtic
25-50cm 0.735 Platikurtic
50-75cm 0.660
Very Platikurtic
75-100cm 0.702 Platikurtic
Rata-rata 0.775 Platikurtic
2 0,5634.42 104,269.41
0-25cm 0.960 Mesokurtic
25-50cm 0.635
Very Platikurtic
50-75cm 0.665
Very
Platikurtic
75-100cm 0.660
Very Platikurtic
Rata-rata 0.730 Platikurtic
3 0,5631.37 104,262.34
0-25cm 0.675 Platikurtic
25-50cm 0.766 Platikurtic
50-75cm 0.717 Platikurtic
75-100cm 1.000 Mesokurtic
Rata-rata 0.789 Platikurtic
Sumber : Data Primer
Pada table 10, dapat dilihat nilai
Kurtosis terkategori Very Platikurtic,
Platikurtic, Mesokurtic. Untuk jenis sedimen
Very Platikurtic terdapat di stasiun 1
ketebalan (50-75cm) dan stasiun 2 ketebalan
(25 – 50cm, 50 – 75cm, 75 – 100cm), untuk
jenis sedimen Platikurtic terdapat di stasiun 1
ketebalan (25 – 50cm dan 75 – 100cm), dan
stasiun 3 ketebalan (25 – 50cm, 50 – 75cm
dan 75 – 100cm) dan yang terakhir jenis
Mesokurtic terdapat di stasiun 1 ketebalan (0
– 25cm), stasiun 2 ketebalan (0 - 25cm) dan
stasiun 3 ketebalan (75 – 100cm).
Rifardi (2012) mengatakan bahwa
Kurtosis mengukur puncak dari kurva dan
berhubungan dengan penyebaran distribusi
normal. Bila kurva distribusi normal tidak
terlalu runcing atau tidak terlalu datar disebut
mesokurtic. Kurva yang runcing disebut
leptokurtic, menandakan adanya ukuran
sedimen tertentu yang mendominansi pada
distribusi sedimen di daerah tersebut.
Sedangkan untuk kurva yang datar disebut
platikurtic, artinya distribusi ukuran sedimen
pada daerah tersebut sama. Perhitungan nilai
kurtosis dapat di lihat pada gambar 9 :
Sumber : Data Primer
Melihat dari nilai Kurtosis yang
dominan pada kelas jenis kurva datar
(platikurtic) dengan demikian distribusi
ukuran sedimen pada titik sampling yang
diambil cenderung sama. Seperti kita ketahui
bahwa jenis kelas ukuran sedimen dari titik
sampling hampir sama, jika dilihat dari
diameter rata - rata sedimen yang ada yaitu
berjenis Medium sand (pasir sedang).
D. Parameter Lingkungan Perairan
1. Kecepatan Arus
Arah arus di tunjukan dalam besaran
derajat, dimana 0º berarti mengarah ke utara
dan besarnya kecepatan arus ditunjukan
dengan besaran meter/detik (Wibisono, 2005).
Nilai Kecepatan Arus dapat dilihat pada Tabel
11 .
13
Tabel 11.
Hasil Pengukuran Kecepatan Arus Perairan
Senggarang
Ulangan
Kecepatan arus
(cm/det) Kondisi
Rata-rata
Pasang Surut
1 I 2.21 2.04
Cerah
II 1.76 2.65
2 I 1.44 1.74
II 1.65 1.98
3 I 2.54 2.11
II 1.87 1.96
Rata-rata 1.91 2.08
sumber Data : Data Primer
Kecepatan arus pada saat pasang rata-
rata pada saat pasang 1.91(cm/det) dan saat
surut rata-rata 2.08 (cm/det), hal ini
menunjukan bahwa kecepatan arus pada saat
pasang lebih cepat di bandingkan saat surut.
Keadaan angin sangat mempengaruhi
kecepatan arus selain itu kecepatan arus di
Perairan Senggarang juga di pengaruhi oleh
suhu permukaan laut yang berubah – ubah
gaya coriolis. Dan dapat dilihat juga pada
gambar 10 perbandingan kecepatan arus pada
saat pasang dan surut :
Sumber : Data Primer
Arus juga merupakan kekuatan yang
menentukan arah dan sebaran sedimen.
Kekuatan ini juga yang menyebabkan
karakteristik sedimen berbeda sehingga pada
dasar perairan disusun oleh berbagai
kelompok populasi sedimen. Secara umum
partikel berukuran kasar akan diendapkan
pada lokasi yang tidak jauh dari
sumbernya,sebaliknya jika halus akan lebih
jauh dari sumbernya (Rifardi, 2008). Selain
faktor diatas hal yang sangat berperan dalam
pengendapan sedimen adalah arus dan bentuk
dasar dari perairan tersebut. Arus yang deras
akan mengendapkan butiran sedimen yang
kasar dan arus yang lemah akan
mengendapakan sedimen berbutir halus.
Sedangkan bentuk dasar perairan akan
berpengaruh terhadap letak sedimen.
2. Pasang Surut
Data pasang surut mengacu pada tabel
Pasut Dinas Hindro-Oseonografi TNI-AL
2016 dan digambarkan pada grafik pada
satuan meter (m).
Grafik 11.
Pasang surut Perairan Senggarang
Sumber : Data Skunder
Tinggi pasang surut dari hari ke hari
pada perairan ini tidak sama, hal ini terutama
dipengaruhi kedalaman perairan dan topografi
pantai. Sesuai dengan pendapat Mukminin
(2008) yang menyatakan bahwa tinggi pasang
dari hari kehari pada setiap perairan tidak
selalu sama, karena selain dipengaruhi oleh
posisi dan jarak matahari dengan bulan,
pasang surut juga dipengaruhi kedalaman
perairan, bentuk garis pantai, teluk pulau dan
benua.
14
Dari pengukuran data menggunakan
data dehidros pada bulan april 2016 untuk
lokasi di wilayah Perairan Senggarang dengan
menggunakan metode least square didapat
nilai formzhal (F) sebesar 0.62. Besar nilai
Formzhal tersebut menandakan bahwa jenis
pasang surut yang terdapat di daerah perairan
senggarang pada bulan April 2016 merupakan
jenis pasang surut Mixed, predominantly
diurnal tide, yaitu terjadi dua kali pasang dan
satu kali surut. Dari analisa menggunakan
metode leastsquare di dapat tinggi muka air
rata-rata sebesar 1,69 m.
Tabel 12.
Pengukuran Pasang Surut Higher High Water Level HHWL 3.104929
Mean High Water Level MHWL 2.743607
Mean Sea Level MSL 1.692632
Mean Low Water Level MLWL 0.641658
Chart Datum Level CDL 0.452701
Lower Low Water Level LLWL 0.280335
Lowest Astronomical Tide LAT 0.085131
Pasang surut juga dapat
mempengaruhi komposisi sedimen dasar
perairan melalui fluktuasi tinggi permukaan
perairan yang disebabkan oleh energi pasang
surut sehingga menimbulkan pengadukan
perairan. Menurut Maznuraini dalam
Tampubolon (2010), bahwa pasang surut
merupakan faktor lingkungan yang sangat
penting yang mempengaruhi zona intertidal.
Tenaga pasang surut dan arus merupakan
sumber energi utama terjadinya proses
turbulensi dan percampuran air di perairan
pantai dan muara. Sumber ini memegang
peranan penting dalam membawa benda -
benda terlarut dan tersuspensi yang
menyebabkan perubahan fisika.
3. Kekeruhan
Hasil pengukuran dilakukan di Labor
FIKP UMRAH, dengan mengambil sampel
menggunakan botol. Dan terdapat perbedaan
saat pasang dan surut. Kekeruhan Perairan
Senggarang dapat dilihat pada tabel 13 :
Tabel 13. Hasil Pengukuran Kekeruhan Perairan
Senggarang
Stasiun Ulangan
Kekeruhan (NTU)
Kondisi Rata-rata
Pasang Surut
1 I 10.67 10.11
Cerah
II 9.89 12.22
2 I 17.03 17.32
II 15.03 16.43
3 I 16.02 14.95
II 14.56 13.33
Rata-rata 13.86 14.06
Sumber : Data Primer
Dari data yang ada di atas terdapat perbedaan
kisaran antara pasang dan surut yaitu pada
saat pasang rata-ratanya 13.86 NTU dan pada
saat surut rata-ratanya 14.06 NTU dapat di
katakan kekeruhan yang terjadi di perairan
Senggarang merupakan kekeruhan yang
tinggi. Seperti dalam Kep Men LH No. 51
(2004) menyebutkan bahwa kekeruhan
perairan lebih baik berada pada nilai < 5
NTU. Dapat dilihat jelas perbandingan
kekeruhan pada stiap stasiun pada gambar 12:
15
E. UJI ASUMSI
1. Uji Asumsi Homogenitas dan
Normalitas
0 20 40 60 80
-4-2
02
46
Fitted values
Re
sid
ua
ls
aov(stasiun_1 ~ stasiun_2 + stasiun_3)
Residuals vs Fitted
8
11
4
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5
-2-1
01
2
Theoretical Quantiles
Sta
nd
ard
ize
d r
esid
ua
ls
aov(stasiun_1 ~ stasiun_2 + stasiun_3)
Normal Q-Q
8
11
4
Gambar 13.
Uji Asumsi Homogenitas dan Normalitas
Dari data diatas yang dilakukan pada
uji asumsi homogenitas dan normalitas,
dimana data sampel pengambilan analisan
sedimen per ketebalan cendrung homogen dan
bersifat normal dinyatakan dengan hasil dari
penelitian di senggarang didapat data sampel
sedimen cendrung sama. Dari hasil uji asumsi
tersebut data dapat diambil untuk dilakukan
analisa selanjutnya yaitu analisa of variance
(ANOVA) yanag akan digunakan unutk
melakukan perbandingan persentase diameter
butir sediemen per ketebalan dan untuk
membandingkan nilai Mz dari sedimen per
ketebalan sedimen untuk semua stasiun.
2. Uji Analisa Anova Setiap Stasiun
One-way ANOVA displaying 3 groups
12
12
12
sta
siu
n_2
sta
siu
n_3
sta
siu
n_1
Group Sizes:
| | |
-0.2
4
-0.0
2
0.2
5
0
30
.10
.19
0.8
29.830.030.3
-9.0
69.1
gm
-sdw
gm
+sdw
Contrast coefficients based on group means and sizesD
ep
en
de
nt va
ria
ble
(re
sp
on
se
)
Group Means
Grand Mean
MS-withinMS-between
F-statistic = 0
Gambar 14.
Uji Analisa Anova setiap stasiun
Dilihat dari grafik anova diatas dengan
menggunakan analisa stastistik untuk
menentukan presentasi berat sedimen. Dari
analisa uji asumsi dinyatakan bahwa jenis
fraksi sedimen memiliki jenis fraksi pasir
setiap stasiunnya. Bahwa untuk ketiga stasiun
tidak memiliki perbedaan yang nyata terhadap
presentasi diameter butir sedimen. Kita bisa
lihat dari nilai min rat-rata setiap grafik anova
yang memiliki nilai min yang hampir sama,
ini membuktikan bahwa stasiun1, satsiun 2
dan stasiun 3 , pengaruh external tidak
mempengaruh pada butiran sedimen dan arus
yang mempengaruhi setiap stasiunnya.
16
3. Analisa ANOVA setiap ketebalan One-way ANOVA displaying 4 groups3 3 3 3
kedala
man_3
kedala
man_4
kedala
man_2
kedala
man_1
Group Sizes:
| | | |
-0.1
2
0.0
0
0.0
2
0.1
0
0
2.4
2.2
2.7
2.3
2.42.4
2.5
2.2
2.5
gm
-sdw
gm
+sdw
Contrast coefficients based on group means and sizes
De
pe
nd
en
t va
ria
ble
(re
sp
on
se
)
Group Means
Grand Mean
MS-withinMS-between
F-statistic = 1.09
Gambar 15.
Uji Analisa Anova setiap ketebalan
Dari grafik analisa ANOVA dapat dilihat
bahwa jenis butiran pada setiap ketebalan
tidak memiliki perbedaan yang signifikan,
dilihat dari nilai mean unutk setiap diameter
butiran per ketebalan masih di dalam nilai MS
– within, ini menandakan bahwa setiap
ketebalan sedimen di perairan senggarang
memiliki diameter butir yang hampir sama
yaitu pasir, walaupun dari analisa grafik
anova didapat bahwa semakin menuju
ketebalan yang paling dalam, diameter butir
semakin kecil, ini didukung dari sebaran
frekwensi ukuran butiran sedimen dapat
memberi gambaran tentang kondisi hidrologi
suatu daerah tempat sekitar lingkungan
pengendapan itu terjadi.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian
karakteristik ketebalan sedimen di dasar
perairan Senggarang pada ketebalan 0 sampai
1 meter yang dibagi menjadi empat ketebalan
yaitu (0 – 25 cm), (25 – 50 cm), (50 – 75 cm),
(75 – 100 cm). dapat dilihat jenis butiran pada
setiap ketebalan tidak memiliki perbedaan
yang signifikan, dilihat dari nilai Mean untuk
setiap diameter butiran per ketebalan masih di
dalam nilai MS-within, ini menandakan
bahwa setiap ketebalan sedimen di perairan
senggarang memiliki diameter butiran yang
hampir sama yaitu pasir, walaupun dari
analisa grafik anova di dapat bahwasemakin
menuju ketebalan yang paling dalam,
diameter butiran semakin kecil, ini di dukung
dari sebaran frekuensi ukuran butiran sedimen
dapat memberi gambaran tentang kondisi
hidrologi suatu daerah sekitar lingkungan
pengendapan terjadi.
B. Saran
Penelitian ini memiliki keterbatasan
sehingga di butuhkan penelitian lebih lanjutan
untuk menganalisa karakteristik ketebalan
sedimen. Agar nantinya di dapatkan data
yang lebih lengkap dan akurat, sehingga di
harapkan bias memberikan informasi kepada
berbagai pihak terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Amrul. N, Z, M, H. 2004. Kualitas Fisika
Kimia Sedimen serta hubunganya
terhadap Struktur Makrozoobentos di
Estuaria Percut Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang. Institud Pertanian Bogor
2004.
Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting dan M. J.
Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.
305 hal.
Daulay.A. B. 2014. Karakteristik Sedimen Di
Perairan Sungai Carang Kota Rebah
Kota Tanjungpinang Provinsi
Kepulauan Riau. Skripsi. Universitas
Maritim Raja Ali Haji: Tanjungpinang.
Dinas Hidrologi dan Oseanografi TNI - AL.
2016. Data Pasang Surut Perairan.
Tanjungpinang.
Friedman, G. M. dan Sanders, J. E. 1978.
Principles od Sedimentology. John
wiley & Sons, Inc, 792pp.
Hutabarat dan Evans. 1985. Pengantar
Oseanografi. UI. Jakarta.
17
Hutabarat, S. dan S. M. Evans.
1986.Pengantar Oseanografi. Jakarta:
Djambatan. Mukminin. A. 2008. Proses Sedimentasi di
perairan pantai Dompak Kecamatan
Bukit Bestari Provinsi Kepulauan Riau.
Universitas Riau 2009.
Nybakken. J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu
Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan
oleh M. Ediman, D. G. Bangen, M.
Hutomo dan S.
Sukarjo.Gramedia. Jakarta.
Puspitasari, N. 2012. Keanekaragaman
Makrozoobenthos Di Perairan Desa
Malang Rapat Kecamatan Gunung
Kijang Kabupaten Bintan Provinsi
Kepulauan Riau. Skripsi Universitas
Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang
Rifardi, 2008. Tekstur Sedimen:Sampling dan
Analisis.Pekanbaru.UNRI Press.
Rifardi, 2012. Ekologi Sedimen Laut Modern
Edisi Revisi. Pekanbaru. UNRI Press.
Sidjabat, C,1976, Hidrologi dan Pengelolaan
Aliran sungai, Gadjah Mada, University
Press. Yogyakarta, 618, Hal
Tampubolon,S.2010.Sedimen di Muara Aek
Tolang Pandan Sumatra Utara.Skripsi
Ilmu Kelautan UNRI Pekanbaru.115
Halaman (Tidak diTerbitkan)
Wahid. A. 2007. Analisis Karakteristik
Sedimentasi Di Waduk Plta Bakaru.
Jurnal Hutan dan Masyarakat, 2(2):
229-236.
Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu
Kelautan. Penerbit PT. Grasindo.
Jakarta.