Download - Typhoid Abdominalis Di Ruang Tropik Laki
Laporan Pendahuluan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN THYPUS ABDOMINALIS
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Penyakit infeksi akut pada saluran cerna (usus halus) denagn gejala demam > 1 minggu, gangguan saluran cera dan gangguan kesadaran.
2. Penyebab
Basil/kuman salmonella Typhosa, Salmonela paratyphosa.
3. Patofisiologi
Infeksi
Usus halus
Pembuluh limfe
Peredaran darah
Zat pirogen
Organ organ (hati, limpha)
Hypertermia (panas meningkat)
Berkembang biak
Peredaran darah/bakterimia Ggn pemenuhan nutrisi
Lidah kotor Kelenjar limphoid usus halus
Diare (tukak pd mukosa usus/plak)
Bibir kering
Mual/muntah Ggn kebutuhan cairan
Bedrest Perdarahan (perforasi peritonitis) Ggn ADL Kelemahan
Sumber: Depkes RI, 1993
4. Tanda dan gejala
a. Minggu I: infeksi akut (demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, mual, diare)
b. Minggu II : Gejala lebih jelas (demam, bradikardia relatif, lidah kotor, nafsu makan menurun, hepatomegali, ggn kesadaran).
5. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan leukosit
b. Pemeriksaan SGPT/SGOT
c. Biakan darah
d. Widal
6. Komplikasi
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
7. Penatalaksanaan
a. Perawatan ( bedrest
b. Diet (pemberian makanan padat dini dengan lauk pauk rendah selulosa).
c. Obat/terapi
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Pasien mengeluh mual muntah, kepala pusing, badan lemas, nafsu makan berkurang.
2) Pasien mengeluh ngilu, nyeri otot.
b. Data Obyektif
1) Lidah kotor, BB menurun, porsi makan tidak habis, ggn sensasi pengecapan.
2) Gelisah, terdapat penurunan kesadaran, delirium.
3) Immobilisasi.
4) Pembesaran hepar (hepatomegali).
5) Diare, kadang disertai konstipasi.
6) S: hypertermia (> 37,50C), bradikardia relatif.
c. Pemeriksaan penunjang
1) Peningaktan titer uji widal 4x selama 2-3 minggu ( demam typhoid.
2) Reaksi widal dengan titer 0 ( 1: 320, reaksi widal dengan titer H ( 1: 640
2. Diagnosa Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) b/d proses infeksi salmonella typhi.
b. Resiko tinggi kurang cairan b/d pemasukan cairan kurang, kehlangan cairan berlebihan melalui muntah dan diare.
c. Resiko tinggi ggn pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat, mual muntah, anoreksia.
d. Gan pemenuhan kebutuhan sehari hari (ADL) b/d kelemahan, immobilisasi.
3. Rencana Tindakan/Rasional
a. Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) b/d proses infeksi salmonella typhi.
1. IntervensiRasional
Mandiri:
1) Observasi suhu, N, TD, RR tiap 2-3 jam
2) Catat intake dan output cairan dlm 24 jam
3) Kaji sejauhmana pengetahuan keluarga dan pasien tentang hypertermia
4) Jelaskan upaya upaya untuk mengatasi hypertermia dan bantu klien/keluarga dlm upaya tersebut:
Tirah baring dan kurangi aktifitas
Banyak minum
Beri kompres hangat
Pakaian tipis dan menyerap keringat
Ganti pakaian, seprei bila basah
Lingkungan tenang, sirkulasi cukup.
5) Anjurkan klien/klg untuk melaporkan bila tubuh terasa panas dan keluhan lain.
Kolaborasi:
6) Kolaborasi pengobatan: antipiretik, cairan dan pemeriksaan kultur darah.
Sebagai pengawasan terhadap adanya perubahan keadaan umum pasien sehingga dapat diakukan penanganan dan perawatan secara cepat dan tepat.
Mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh pasien untuk membuat perencanaan kebutuhan cairan yang masuk.
Mengetahui kebutuhan infomasi dari pasien dan keluarga mengenai perawatan pasien dengan hypertemia.
Upaya upaya tersebut dapat membantu menurunkan suhu tubuh pasien serta meningkatkan kenyamanan pasien.
Penanganan perawatan dan pengobatan yang tepat diperlukan untuk megurangi keluhan dan gejala penyakit pasien sehingga kebutuhan pasien akan kenyamanan terpenuhi.
Antipiretik dan pemberian cairan menurunkan suhu tubuh pasien serta pemeirksaan kultur darah membantu penegakan diagnosis typhoid.
b. Resiko tinggi kurang cairan b/d pemasukan cairan kurang, kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare.
2. IntervensiRasional
Mandiri:
1) Awasi masukan dan keluaran, bandingkan dengan BB harian. Catat kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare.
2) Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
Kolaborasi:
3) Awasi nilai laboratorium: HB, HT, Na albumin.
4) Berikan cairan II seperti glukosa dan Ringer laktat.
Memberikan informasi tentang kebutuhan cairan/elektrolit yang hilang.
Indikator volume sirkulasi/perfusi.
Menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium/kadar protein akibat muntah dan diare berlebihan.
Memberikan cairan dan penggantian elektrolit.
c. Resiko tinggi ggn pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat, mual muntah, anoreksia.
3. IntervensiRasional
Mandiri:
1) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan porsi kecil tapi sering dan awarkan makan pagi dengan porsi paling besar.
2) Berikan perawatan mulut sebelum makan.
3) Anjurkan makan dlm posisi duduk tegak.
4) Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen sepanjang hari.
Kolaborasi:
5) Konsul ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien.
6) Awasi glukosa darah.
7) Berikan obat sesuai indikasi: antasida, antiemetik, vitamin B kompleks.
Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksi, anoreksi juga paling buruk selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari.
Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan.
Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna/ditoleran bila makanan lain tidak.
Berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan klien.
Hiperglikemia/hipoglikemia dapat terjadi pada klien dengan anoreksi.
Antiemetik diberikan jam sebelum makan dapat menurunkan mual dan meningkatkan toleransi pada makanan.
Antasida bekerja pada asam gaster dapat menurunkan iritasi/resiko perdarahan. Vitamin B kompleks memperbaiki kekurangan dan membantu proses penyembuhan.
d. Ggn pemenuhan kebutuhan sehari hari (ADL) b/d kelemahan, immobilisasi.
4. IntervensiRasional
Mandiri:
1) Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung sesuai keperluan.
2) Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
3) Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
4) Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif.
5) Dorong penggunaan teknik manajemen stres, contoh: relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi. Berikan aktifitas hiburan yang tepat contoh: menonton TV, radio, membaca.
6) Awasi terulangnya anoreksia.
Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan. Aktifitas dan posisi duduk tegak diyakini meurunkan aliran darah ke kaki, yang mencegah sirkulasi optimal ke organ pencernaan.
Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
Memungkinkan perode tambahan istirahat tanpa gangguan.
Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktifitas yang mengganggu periode istirahat.
Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping.
Menunjukkan kurangnya resolusi/eksaserbasi penyakit, memerlukan istirahat lanjut dan memerlukan penggantian program terapi.
Daftar Pustaka
1. Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
2. Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
3. Donna D. Igatavicius, Kathy A. Hausman ( 1995), Medical Surgical Nursing: Pocket Companoin For 2 nd Edition, W. B. Saunders Company, Philadelphia
4. Lynda Juall Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
5. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
6. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI (1993), Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga Cetakan II, Depkes RI, Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN:
TYPHOID ABDOMINALIS
DI RUANG TROPIK LAKI, RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 14 17 JANUARI 2002
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 14 Januari 2002 pukul 09.00 WIB terhadap klien Tn. Edy Santoso dan keluarga.
1. Identitas
Nama
: Tn. Edy Santoso
Tgl MRS : 13-1-2002
Umur
: 51 tahun
Register : 660906
Jenis kelamin: Laki - laki
Diagnose :Thyphoid Abdominalis
Suku Bangsa: Jawa
Agama
: Kristen
Pekerjaan: Sopir
Pendidikan: SLTP
Alamat
: Semolowaru, Surabaya
Alasan di rawat: Panas badan sejak 10 hari yll.
Keluhan utama: Panas badan sejak 10 hari yll disertai mual muntah dan nyeri kepala.
Sebelumnya: Klien mengeluh badan panas sejak 10 hari yang lalu, disertai mual dan muntah lebih kurang 50 cc setiap kali muntah, nafsu makan menurun. Nyeri kepala dirasakan juga oleh klien apabila badan panas sehingga klien mengalami kesulitan istirahat. Sejak 5 hari terakhir, BAB dirasakan sulit, feces merongkol padat berwarna cokelat, BAK taa normal. Riwayat keluar Jawa dalam 6 tahun terakhir (-), sering haus (-). Sering kencing (-), penurunan BB (-). Sebelum dibawa ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya, klien sempat periksa di RS Adi Husada dan dinyatakan positif mengidap Typhoid dan disarankan untuk opname, akhirnya klien dirujuk ke IRD RSUD Dr. Soetomo pada tanggal 13 januari 2002 atas permintaan klien.
Upaya yang telah dilakukan: Periksa kesehatan sekaligus periksa laboratorium di RS Adi Husada Surabaya pada tanggal 13 Januari 2002.
Therapi/operasi yang pernah dilakukan: --
II Riwayat Keperawatan
2.1 Riwayat penyakit sebelumnya: Typhoid (-), HT (-), DM (-).
2.2 Riwayat penyakit sekarang: Sejak kemarin (13 1 2002), panas badan mulai menurun, mual muntah (-), nyeri kepala (+), nafsu makan membaik.
2.3 Riwayat kesehatan keluarga: Di dalam keluarga belum ada yang menderita penyakit typhoid sebelumnya.
Genogram:
Keterangan: = laki-laki = perempuan = tinggal satu rumah
= meninggal = klien Tn. Edy santoso
2.4 Keadaan kesehatan lingkungan: Menurut keluarga, lingkungan rumah dalam keadaan bersih dan istri Tn Edy Santoso adalah ibu rumah tangga, sehingga punya waktu cukup untuk menjaga kebersihan rumah.
2.5 Riwayat kesehatan lainnya: Keluarga riwayat HT (-), DM (-).
2.6 Alat bantu yang dipakai
Gigi palsu: taa
Kaca mata: taa
Pendengaran: taa
Lain-lain: taa
III. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: Kesadaran Compos mentis, E4 V5 M6.
2. Tanda vital
: T: 110/70 mmHg, S: 380C, N: 88 x/mnt, RR: 20 x/mnt.
3. Body System 3.1 Pernafasan
Hidung
: taa
Trachea
: taa
Dada
:
- Bentuk
: simetris
- Gerakan
: simetris
Suara nafas dan lokasi: teratur, suara nafas tambahan (-)
Jenis nafas
: nafas hidung.
Batuk
: taa
Sputum
: taa
Cyanosis
: taa
Frekwensi nafas: 20 x/mnt
3.2 Kardiovaskuler
Nyeri dada
:taa
Pusing
:(+), bila berdiri terasa sempoyongan.
Kram kaki
: taa
Sakit kepala
: taa
Palpitasi
: taa
Clubing finger
: taa
Suara jantung
: SR, teratur
Edema
: taa
Kapilari refill
: dbn ( 2 dtk)
Lainnya
:taa
3.3 Persarafan
Kesadaran
: CM
GCS
: E4 V5 M6
Kepala dan wajah:
Mata
: taa
Sklera
: putih
Konjunctiva
: merah muda
Pupil
: isokor
Leher
: taa
Reflek fisiologis
: normal
Reflek patologis
: taa
Pendengaran
: normal
Penciuman
: normal
Pengecapan
: normal, perubahan sensasi pengecapan (-)
Penglihatan
: taa
Perabaan
: taa
Lainnya
: taa
3.4 Perkemihan Eliminasi Urine
Produksi urine
: lk 600-88 cc/hari ( 7-8 x/hari)
Warna urine
: kuning jernih
Gangguan saat kencing: taa
Lainnya
: taa
3.5 Pencernaan - Eliminasi Alvi
Mulut
: lidah putih kotor, sulit menelan (-)
Tenggorokan: taa
Abdomen
: taa, nyeri tekan(-), mal muntah (-)
Rectum
: taa
Bab
: mulas (-), peristaltik usus baik
Obat pencahar: taa
Lavement:taa
Lain-lain
:taa
3.6 Tulang Otot Integumen
Kemampuan pergerakan sendi: normal 5 5
55
Extremitas:
- Atas
: terpasang infus, pergerakan normal.
- Bawah
: taa
- Tulang belakang: taa
Kulit:
- Warna kulit: putih kekuningan
- Akral
: hangat
- Turgor
: baik
3.7 Sistem Endokrin
Terapi hormon: (-)
Karakteristik seks sekunder: normal
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik: merasa lemah, pusing bila berdiri (postural hipotensi)
3.8 Sistem Hematopoietik
Diagnosis penyakit hematopoietik yang lalu: taa
Type darah: O
3.9 Reproduksi
Laki laki: normal
Perempuan: --
4.0 Psikososial
Konsep diri:
Citra diri:
Tanggapan tentang tubuh: biasa saja
Bagian tubuh yang disukai: tidak ada
Bagian tubuh yang tidak disukai: tidak ada, semua sama
Persepsi thd kehilangan bagian tubuh: taa
Lainnya, sebutkan: taa
Identitas:
Status klien dalam keluarga: kepala rumah tangga
Kepuasan klien thd status dan posisi dlm keluarga: puas
Kepuasan klie thd jenis kelamin: puas
Lainnya, sebutkan:taa
Peran:
tanggapan klien thd perannya: senang
Kemampuan/kesanggupan klien melaksanakan perannya: sanggup
Kepuasan klien melaksanakan perannya: puas
Ideal diri/harapan:
harapan klien thd:
= Tubuh: cepat sembuh sehingga dapat cepat bekerja seperti semula.
= Posisi (dlm pekerjaan): taa, supaya pelanggan tetap lancar.
= Status dlm keluarga: taa
= Tugas/pekerjaan: taa
Harapan klien thd lingkungan: taa
Harapan klien thd penyakit yg diderita: ingin cepat sembuh dan segera pulang ke rumah.
Harga diri:
Tanggapan klien thd harga dirinya: tinggi.
Lainnya, sebutkan: taa
Sosial/interaksi:
Hubungan dengan klien: masyarakat cukup kenal dengan klien.
Dukungan keluarga: aktif.
Dukungan kelompok/teman/masyarakat: aktif
Reaksi saat interaksi: kooperatif.
Konflik yang terjadi terhadap: taa
3.11 Spiritual:
Konsep tentang penguasa kehidupan: Allah
Sumber kekuatan/harapan saat sakit: Allah
Ritual agama yg berarti/diharapkan saat ini: Membaca kitab suci.
Sarana/peralatan/orang yg diperlukan dlm melaksanakan ritual agama yg diharapkan saat ini: Lewat ibadah.
Upaya kesehatan yang bertentangan dgn keyakinan agama: taa
Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dlm menghadapi situasi sakit saat ini: ya
Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: ya
Persepsi thd penyebab penyakit: karena makan tidak teratur dan terlalu lelah.
Pemeriksaan penunjang: tanggal 13 Januari 2002: DL, serologi/imunokimia, sedimen urine.
Hasil: Leukosit: 11,4 x 109/L
n: 4-11
Trombo: 385 x 109/L
n: 150-350
S thypi O: 1/640
S thypi H: 1/640
Eritrosit: 0-1/ 1 Lp, leukosit: 1-3/1 Lp, sel epitel: (+).
Terapi: IVFD D5%: RL: 1:1; bedrest, diet rendah serat.
Paracetamol 3x500 mg; Chlorampenicol 4x500 mg; Metoclopramid inj (PRN: b/p).
Analisa data:
5. DataEtiologiPatofisiologiMasalah
S: Klien mengeluh pusing, badan terasa panas, sulit istirahat.
O: S: 380C, N: 88 x/mnt, TD: 110/70 mmHg, lidah putih kotor, Px lab: titer O: 1/640, titer H: 1/640.Proses infeksi S. Thypi.S. Thypi ( melepas endotoksin ( ikut peredaran darah sistemik ( merangsang termoregulator ( peningkatan suhu tubuh.Peningkatan suhu tubuh (hypertermi).
S: Klien mengeluh badan terasa lemah, pusing saat berdiri.
O: klien bedrest, N: 88 x/mnt, TD: 110/70 mmHg, S: 380C, titer O: 1/640, titer H: 1/640, kebutuhan mandi, eliminasi, makan minum, berpakaian klien dibantu oleh keluarga dan petugas.Kelemahan fisik dan immobilisasi.Kelemahan fisik/immobilisasi ( penurunan permeabilitas pembuluh darah ( sirkulasi darah ke otak menurun ( lemah, pusing ( gangguan pemenuhan ADL.Gangguan pemenuhan ADL.
S: Klien banyak bertanya tentang pengobatan dan perawatan penyakitnya. Klien mengatakan belum mengetahui bagaimana proses penularan penyakitnya.
O: Klien bertanya kepada mahasiswa dan petugas.Kurang informasi tentang regimen teraupetik, perawatan dan poses penyakit.Kurang informasi ( klien kurang dapat mengenal penyakit dan perawatannya ( defisit knowledge ( kurang kooperatif dalam mengikuti regimen terapeutik dan perawatan ( menghambat proses penyembuhan.Defisit knowledge.
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan prioritas:
1. Peningkatan suhu tubuh b/d proses infeksi S. Thypi.
Data penunjang: S: Klien mengeluh pusing, badan terasa panas, sulit istirahat.
O: S: 380C, N: 88 x/mnt, TD: 110/70 mmHg, lidah putih kotor, Px lab: titer O: 1/640, titer H: 1/640.
2. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan fisik, immobilisasi.
Data penunjang: S: Klien mengeluh badan terasa lemah, pusing saat berdiri.
O: klien bedrest, N: 88 x/mnt, TD: 110/70 mmHg, S: 380C, titer O: 1/640, titer H: 1/640, kebutuhan mandi, eliminasi, makan minum, berpakaian klien dibantu oleh keluarga dan petugas.
3. Defisit knowledge b/d kurang informasi tentang regimen teraupetik, perawatan dan poses penyakit.
Data penunjang: S: Klien banyak bertanya tentang pengobatan dan perawatan penyakitnya. Klien mengatakan belum mengetahui bagaimana proses penularan penyakitnya.
O: Klien bertanya kepada mahasiswa dan petugas.
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Peningkatan suhu tubuh b/d proses infeksi S. Thypi.
Data penunjang: S: Klien mengeluh pusing, badan terasa panas, sulit istirahat.
O: S: 380C, N: 88 x/mnt, TD: 110/70 mmHg, lidah putih kotor, Px lab: titer O: 1/640, titer H: 1/640.
Tujuan jangka pendek: Klien dapat mengontrol suhu tubuh secara mandiri.
Tujuan jangka panjang: Suhu tubuh normal, 36 37 0C, setelah diberikan asuhan keperawatan selama 7 hari maka proses infeksi S. Thypi dapat berhenti.
Kriteria hasil: S: 36-370C, N: 60-70 x/mnt, klien nyaman, istirahat tidur tercukupi 6-8 jam/hari.
IntervensiRasional
Mandiri:
1) Observasi suhu, N, TD, RR tiap 4 jam
2) Catat intake dan output cairan dlm 24 jam
3) Kaji sejauhmana pengetahuan keluarga dan pasien tentang hypertermia
4) Jelaskan upaya upaya untuk mengatasi hypertermia dan bantu klien/keluarga dlm upaya tersebut:
Tirah baring dan kurangi aktifitas
Banyak minum
Beri kompres hangat
Pakaian tipis dan menyerap keringat
Ganti pakaian, seprei bila basah
Lingkungan tenang, sirkulasi cukup.
5) Beri kompres hangat, banyak minum (2-3 lt/hr) apabila klien panas.
6) Anjurkan klien/klg untuk melaporkan bila tubuh terasa panas dan keluhan lain.
Kolaborasi:
7) Kolaborasi pengobatan: antipiretik (paracetamol 3x500 mg), cairan (Dextrose 5% dan Ringer Laktat maintenance 20 tts/mnt) dan pemeriksaan kultur darah (gaal darah).
Sebagai pengawasan terhadap adanya perubahan keadaan umum pasien sehingga dapat diakukan penanganan dan perawatan secara cepat dan tepat.
Mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh pasien untuk membuat perencanaan kebutuhan cairan yang masuk.
Mengetahui kebutuhan infomasi dari pasien dan keluarga mengenai perawatan pasien dengan hypertemia.
Upaya upaya tersebut dapat membantu menurunkan suhu tubuh pasien serta meningkatkan kenyamanan pasien.
Mempercepat penurunan suhu tubuh.
Penanganan perawatan dan pengobatan yang tepat diperlukan untuk megurangi keluhan dan gejala penyakit pasien sehingga kebutuhan pasien akan kenyamanan terpenuhi.
Antipiretik dan pemberian cairan menurunkan suhu tubuh pasien serta pemeirksaan kultur darah membantu penegakan diagnosis typhoid.
2. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan fisik, immobilisasi.
Data penunjang: S: Klien mengeluh badan terasa lemah, pusing saat berdiri.
O: klien bedrest, N: 88 x/mnt, TD: 110/70 mmHg, S: 380C, titer O: 1/640, titer H: 1/640, kebutuhan mandi, eliminasi, makan minum, berpakaian klien dibantu oleh keluarga dan petugas.
Tujuan jangka pendek: Kebutuhan ADL klien terpenuhi.
Tujuan jangka penjang: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 7 hari, klien dapat memenuhi kebutuhan ADL secara mandiri.
Kriteria hasil: lemah (-), pusing (-), mobilisasi aktif, N: 60-70 x/mnt, TD: 120/80 mmHg, ADL terpenuhi secara mandiri.
IntervensiRasional
Mandiri:
8) Bantu pemenuhan kebutuhan ADL klien seperti makan, mandi, berpakaian, eliminasi.
9) Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung sesuai keperluan.
10) Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
11) Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.12) Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif.13) Dorong penggunaan teknik manajemen stres, contoh: relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi. Berikan aktifitas hiburan yang tepat contoh: menonton tv, radio, membaca.14) Awasi terulangnya anoreksia.
Membantu memenuhi kebutuhan ADL klien sehingga klien merasa nyaman dan kebutuhan perawatannya terpenuhi.
Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan. Aktifitas dan posisi duduk tegak diyakini meurunkan aliran darah ke kaki, yang mencegah sirkulasi optimal ke organ pencernaan.
Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
Memungkinkan perode tambahan istirahat tanpa gangguan.
Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktifitas yang mengganggu periode istirahat.
Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping.
Menunjukkan kurangnya resolusi/eksaserbasi penyakit, memerlukan istirahat lanjut dan memerlukan penggantian program terapi.
3. Defisit knowledge b/d kurang informasi tentang regimen teraupetik, perawatan dan poses penyakit.
Data penunjang: S: Klien banyak bertanya tentang pengobatan dan perawatan penyakitnya. Klien mengatakan belum mengetahui bagaimana proses penularan penyakitnya.
O: Klien bertanya kepada mahasiswa dan petugas.
Tujuan jangka pendek: Kebutuhan klien akan pengetahuan tentang penyakitnya terpenuhi.
Tujuan jangka panjang: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x15 menit, klien memahami proses penyakit serta regimen terapeutik, pengobatan dan perawatan terhadap penyakitnya sehingga klien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri.
Kriteria hasil: Klien tenang, kooperatif, klien mau mengikuti petunjuk yang diberikan.
IntervensiRasional
Mandiri:
1) kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang:
Proses penyakit.
Pengobatan
Perawatan Typhoid.
2) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang:
Diet yang harus ditepati.
Immobilisasi.
Kebutuhan cairan yang harus dipenuhi.
Pentingnya mengontrol jumlah cairan yang masuk dan keluar.
Keteraturan minum obat.
3) Beri kesempatan klien dan keluarga bertanya mengenai penyakit, pengobatan dan perawatan yang diberikan.
4) Libatkan keluarga dalam perawatan klien dan beri kesempatan keluarga untuk melakukan perawatan secara mandiri.
5) Berikan pujian atas tindakan dan jawaban yang tepat.Mengetahui tingkat pengetahuan kleind an keluarga adalah masukan bagi petugas dalam menentukan kebutuhan informasi yang diperlukan oleh klien dan keluarga.
Klien dan keluarga harus mengetahui perawatan serta pengobatan penyakit klien sehingga klien kooperatif dalam perawatan dan pengobatan yang diberikan.
Memberikan kesempatan klien dan kleuarga menanyakan hal hal yang belum dipahami dalam diskusi yang terbuka dengan petugas.
Meningkatkan harga diri dan rasa mandiri klein dan keluarga salah satunya adalah dengan cara melibatkan klien dan kelaurga secara aktif dalam perawatan dan pengobatan kepada klien.
Membantu meningkatkan harga diri klien dan keluarga serta menumbuhkan rasa percaya pada petugas.
Implementasi Keperawatan:
Implementasi keperawatan terhadap intervensi yang dibuat dilaksanakan mulai tanggal 14 16 Januari 2002.
Tanggal/jamNo Dx.KepImplementasi Evaluasi
14-1-2002
08.00
08.30
08.45
11.00
12.00
12.30
13.00
13.30
1
1
1
1
1,2,3
1
1
1
2
1
Memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga.
Mengadakan kontrak kerja dengan klien dan keluarga. Mengukur vital sign. Mengatur tetesan infus. Memberi kompres hangat Mengganti pakaian klien dengan pakaian yang lebih tipis. Memberikan penjelasan tentang: Proses penyakit dan penularannya. Perawatan yang harus dilakukan oleh klien. Pentingnya immobilisasi, diet yang teratur, minum obat secara teratur. Perlunya minum banyak. Menyiapkan makan siang klien. Mendampingi klien makan siang. Memberikan obat oral:
Chlorampenicol 2 caps. Paracetamol 1 tab. Memberikan bahan bacaan kepada klien (koran). Mencatat intake dan output klien.
Klien dan keluarga kooperatif. Klien dan keluarga mau menerima kehadiran mahasiswa. S: 380c, n: 88 x/mnt, td: 110/70 mmhg, rr: 20 x/mnt. Infus netes lancar, 35 tts/mnt. Klien merasa nyaman. Klien kooperatif. Klien dan keluarga tampak tertarik dan banyak bertanya kepada mahasiswa. Makan habis 1 porsi, minum 200 cc, mual (-), muntah (-). Obat oral sudah diminum, mual (-), muntah (-), pusing (+). Klien tenang. Cm: 600 cc, ck: 400 cc.
15-1-2002
08.00
08.30
10.00
10.30
12.00
13.00
13.30
1
1,2
1,2,3
1,2
1
1
1,2
Mengukur vital sign. Mengkaji istirahat klien. Memberikan penjelasan tentang: Pentingnya mobilisasi aktif di tt. Perlunya minum banyak. Kolaborasi dokter: Pemberian analgetik. Pemeriksaan gaal cultur. Mendampingi klien makan siang. Memberikan obat oral:
Mefenamic acid 1tab. Chlorampenicol 2 caps. Membatasi pengunjung.
Mencatat intake dan output.
S: 370c, n: 76 x/mnt, td: 110/80 mmhg, rr: 20 x/mnt. Klien mengatakan dapat istirahat dengan baik (lk. 6 jam), klien mengeluh kepala terasa pusing, jika berdiri terasa sempoyongan. Klien menagtakan paham dengan penjelasan yang diberikan dan berjanji akan melaksanakan. Dokter acc pemberian analgetik dan pemeriksaan gaal cultur. Makan siang habis 1 porsi, mual muntah (-).
Obat oral sudah diminum. Klien istirahat. Cm: 700 cc, cm: 400 cc.
16-1-2002
07.30
08.00
08.30
09.00
10.00
10.00
11.00
12.00
1
1
1
1
1,2
1,2,3
2
3
Membersihkan ruangan klien Mengukur vital sign. Mendampingi klien makan pagi. Memberikan obat oral:
Chlorampenicol 2 caps. Mefenamic acid 1 tab.
Mengkaji keadaan istirahat klien. Mengkaji pemahaman klien tentang: Proses penyakit dan penularan yang telah dijelaskan. Perawatan yang harus dilakukan di rumah. Mempersiapkan klien pulang: Administrasi pulang. Resume keperawatan. Memberikan advis kepada klien tentang: Keteraturan kontrol. Keteraturan minum obat. Diet serta kebutuhan cairan yang memadai. Pembatasan aktifitas sementara.
Ruangan klien bersih.
S: 36,40c, td: 120/80 mmhg, n: 76 x/mnt, rr: 16 x/mnt. Makan pagi habis 1 porsi, mual muntah (-).
Obat oral sudah diminum. Klien mengatakan dapat istirahat lk. 7 jam, pusing berkurang. Klien mengatakan paham dengan penjelasan yang diberikan. Administrasi dan resume keperawatan lengkap. Klien berjanji akan menepati ajuran yang diberikan oleh mahasiswa.
Evaluasi Keperawatan:
Diagnosa KeperawatanEvaluasi
Tgl. 16 Januari 2002, pk.08.00 WIB.
1. Peningkatan suhu tubuh b/d proses infeksi S. Thypi.
Data penunjang: S: Klien mengeluh pusing, badan terasa panas, sulit istirahat.
O: S: 380C, N: 88 x/mnt, TD: 110/70 mmHg, lidah putih kotor, Px lab: titer O: 1/640, titer H: 1/640.
S: klien mengatakan badan terasa nyaman (+), pusing (-), istirahat bisa (lk. 7 jam).O: s: 36,40c, n: 76 x/mnt, td: 120/80 mmhg, rr: 16 x/mnt, pucat (-), lidah tidak kotor, nafsu makan baik, mual (-), muntah (-).A: masalah teratasi.P: --
Tgl. 16 Januari 2002, pk.10.00 WIB.
2. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan fisik, immobilisasi.
Data penunjang: S: Klien mengeluh badan terasa lemah, pusing saat berdiri.
O: klien bedrest, N: 88 x/mnt, TD: 110/70 mmHg, S: 380C, titer O: 1/640, titer H: 1/640.
S: klien mengatakan badan terasa nyaman, lemah (-), pusing (-).O: klien sudah dapat berjalan ke kamar mandi sendiri tanpa bantuan, klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri (makan, mandi, eliminasi tanpa dibantu), td: 120/80 mmhg, n: 76 x/mnt, s: 36,40c, rr: 16 x/mnt.A: masalah teratasi.P: --
Tgl.15 Januari 2002, pk. 10.00 WIB
3. Defisit knowledge b/d kurang informasi tentang regimen teraupetik, perawatan dan poses penyakit.
Data penunjang: S: Klien banyak bertanya tentang pengobatan dan perawatan penyakitnya. Klien mengatakan belum mengetahui bagaimana proses penularan penyakitnya.
O: Klien bertanya kepada mahasiswa dan petugas.S: klien mengatakan mengerti dengan penjelasan petugas dan mahasiswa, klien berjanji akan mentaati semua petunjuk yang diberikan di rumah.O: klien tenang, kooperatif, klien mau mentaati petunjuk yang diberikan.A: masalah teratasi.P: --
PAGE 20