Download - Tumor Wilms
A. Definisi
Tumor Wilms merupakan keganasan genitourinarius yang paling sering pada anak-anak,
tumor ini adalah neoplasma embryonal triphasic yang mengandung berbagai proporsi dari
blastema, stroma dan epithelium. Nama wilms diambil dari nama penemunya yaitu Dr. Max
Wilms pada tahun 1899.
B. Anatomi Ginjal
1. Ukuran ginjal
Ginjal kanan yang normal biasanya berukuran sedikit lebih kecil dari ginjal kiri.
Pada laki-laki dan perempuan, ginjal mencapai ukuran maksimal pada usia 25 tahun,
yaitu kira-kira 13 cm pada laki-laki dan 13,5 cm pada perempuan. Ukuran ini bertahan
sampai kira-kira usia 50 pada laki-laki dan 35 - 40 tahun pada perempuan, dimana ginjal
kemudian mulai menyusut, dengan penyusutan maksimal 1 - 1,5 cm pada laki-laki usia
80 tahun dan 1 cm pada usia 70 tahun.
2. Posisi normal
Ginjal terletak retroperitoneal, di kedua sisi vertebrae. Ujung atas terletak kira-
kira 1 cm lebih dekat ke vertebrae bila dibandingkan dengan ujung bawah. Ginjal kanan
terletak sedikit lebih rendah daripada ginjal kiri, tetapi pada 15% populasi, ginjal kiri
yang terletak lebih rendah.
Pada posisi anatomis, ginjal terletak di antara tulang rusuk terakhir dan vertebrae
lumbalis III. Terdapat perbedaan lokasi antara 5 - 1,5 cm antara posisi tidur dan berdiri.
Ginjal mengalami mobilitas yang cukup banyak pada saat seseorang bernapas.
Umumnya, dapat terjadi pergeseran ke bawah sebesar 3 cm pada saat inspirasi, dan
pergeseran lebih besar pada perempuan.
Formasi lobus ginjal yang paling sering dijumpai adalah bentuk fetus. Biasanya
terdapat 3 bentuk yang paling sering dijumpai, yaitu:
a. Mungkin terdapat tonjolan lokal pada batas lateral ginjal kiri atau permukaan ujung
superior yang lebih rata yang disebabkan oleh tekanan lien. Bentuk ini disebut
“pseudotumor” atau “tumor palsu”.
b. Mungkin didapatkan ginjal kiri yang lebih besar dan berbentuk lebih menyerupai
segitiga.
c. Mungkin ditemukan bentuk multi-lobus yang difus yang dapat terjadi unilateral
maupun bilateral. Pada bentuk ini, batas antar lobus dapat terlihat seperti jaringan
parut, tetapi dapat dibedakan dengan jaringan parut dengan adanya fakta bahwa
“jaringan parut” yang terlihat terletak persis di antara calix.
Permukaan ginjal diliputi oleh capsula fibrosa renis yang tipis, tetapi kuat. Di
luar capsula fibrosa renis, ginjal ditutupi jaringan lemak yang cukup tebal yang disebut
capsula adiposa renis. Terdapat pula jaringan lemak yang lebih tipis di dalam hilus
renalis yang terletak di antara calix renalis dan cortex yang disebut corpus adiposum
sinus renalis. Corpus adiposum sinus renalis terkadang menjulur keluar hilus renalis dan
meliputi a.renalis, v.renalis dan ureter.
3. Struktur ginjal
a. Cortex Renis
Cortex renis mempunyai ketebalan kira-kira 12 mm dan mengandung
berbagai corpora renalis, tubuli yang meliuk-liuk, dan berbagai pembuluh darah
kecil.
b. Medulla Renis
Mendulla renis mengandung kurang lebih 8 struktur yang disebut pyramides renales.
Dasar medulla renis berbatasan dengan cortex renis dan puncaknya menjorok
kedalam hilus renalis, yang disebut papillae renales. Setiap struktur pyramides
renales dibatasi satu dengan lainnya oleh columna renalis. Columna
renalis mengandung aa. interlobares yang besar. Arteri-arteri ini berbelok tajam pada
dasar pyramides renales menjadi a.arcuata, dan membentuk garis batas antara cortex
dan medulla. A.arcuata kemudian bercabang-cabang secara tegak lurus menjadi aa.
lobulares yang masuk ke dalam cortex renis.
c. Pelvis Renalis
Pelvis renalis adalah awal dari sistem pengumpulan urine yang pada akhirnya
berakhir di vesica urinaria. Pelvis renalis adalah ureter yang melebar dan membentuk
corong. Sebagian pelvis renalis teletak di dalam hilus renalis, dan sisanya terletak
diluar. Pelvis renalis bercabang-cabang menjadi calix renalis major, yang kemudian
bercabang kembali menjadi calices renales minores, yang berakhir di foramina
papillaria. Calices renales minores adalah reseptor urine yang diekskresikan
pyramides renales, dan batas antara satu dengan lainnya pada umumnya berjauhan.
2. Fungsi Ginjal
Fungsi utama ginjal adalah filtrasi plasma darah dan pembuangan beberapa zat yang
terlarut didalamnya, yang diantaranya adalah natrium, klorida, sulfat,kalium, urea,
glukosa, asam amino, dan lain-lain. Fungsi lain ginjal adalah:
a. Reabsorbsi selektif oleh tubulus
b. Sintesa dan ekskresi oleh tubulus
c. Pengaturan asam-basa
d. Pengaturan cairan tubuh
e. Pengaturan osmosis yang berhubungan dengan molalitas
f. Pemeliharaan tekanan darah normal
g. Erythropoiesis
C. Etiologi Willms Tumor
Ada 3 hipotesis yang diajukan sebagai etiologi tumor wilms yaitu:
1. Tumor wilms terjadi sporadic, tidak diketahui penyebabnya sebagai kelainan
kongenital yang dihubungkan dengan kelainan metanefrik blastema.
2. Berhubungan dengan syndrome malformasi genetik lainnya seperti Beckwith-
Wiedemann syndrome (makroglosi, gigantisme, dan hernia umbilikal), 20% aniridia
kongenital WAGR syndrome (Wilm’s Tumor, Aniridia, Genitourinary malformation,
Mental retardation), 30% Denys-Drash syndrome (Wilms tumor,
pseudohermaphroditism, glomerulopathy), 1% Mutasi trisomi 18, Perlman’s syndrome,
Simpson-Golabi-Behmel syndrome.
3. Familial
Gen WT1 (kromosom 11p13) diduga sebagai onkogen dominant terjadinya tumor wilms,
gen spesifik jaringan dari sel blastemal ginjal. Gen WT2 (kromosom 11p15). Hilangnya
heterozygositas kromosom 1p dan 16q meningkatkan mortalitas dan relaps tumor wilms.
Tumor lokus FWT 1 dan FWT2 (kromosom 17q dan 19q). Alterasi p53 pada kromosom
17p anaplastik.
D. Berdasarkan Gambaran Histologi
Meskipun sebagian besar pasien dengan diagnosis histologis tumor Wilms mendapat
kesembuhan melalui terapi yang ada saat ini, tetapi sekitar 10% pasien mempunyai gambaran
histopatologis yang menghasilkan prognosis yang lebih buruk, dan pada beberapa tipe
dengan insidens kekambuhan dan kematian yang tinggi. Tumor wilms dapat dibedakan
menjadi dua kelompok prognostik dengan dasar histopatologinya, yaitu:
1. Histologi baik (favorable histology)
Secara histologis, tumor menyerupai perkembangan ginjal normal dengan tiga tipe sel,
yaitu blastemal, epitelial (tubulus), dan stromal. Tidak semua tumor mengandung ketiga
jenis sel secara bersamaan, dapat pula ditemukan tumor yang hanya mengandung satu
jenis sel yang membuat diagnosis menjadi sulit.
2. Histologi anaplastik (anaplastic histology)
Terdapat pleomorfisme dan atipia yang hebat pada sel-sel tumor yang dapat fokal
maupun difus. Anaplasia fokal tidak selalu berhubungan dengan prognosis yang buruk,
tetapi anaplasia difus selalu mempunyai prognosis yang buruk (kecuali pada stadium I).
Anaplasia berhubungan pula dengan resistensi terhadap kemoterapi dan masih dapat
terdeteksi setelah kemoterapi preoperatif.
E. Berdasarkan Stadium Penyakit
Stadium tumor wilms ditentukan oleh hasil-hasil pemeriksaan pencitraan, dan hasil-hasil
operatif dan patologis yang didapatkan saat nefrektomi. Stadium penyakit adalah sama, baik
untuk tumor dengan histologi baik dan histologi anaplastik, sehingga diagnosis harus
menyebutkan kedua kriteria klasifikasi (misalnya: stadium II, dengan histologi baik, atau
stadium II dengan histologi anaplastik). Sistem klasifikasi berdasarkan stadium penyakit ini
dibuat oleh National Wilms’ Tumor Study Group yang ke-V (NWTSG-V), sebagai berikut
1. Stage I (43% pasien)
Untuk tumor wilms Stage I, harus didapatkan satu atau lebih kriteria di bawah ini:
a. Tumor terbatas pada ginjal dan telah dieksisi seluruhnya
b. Permukaan capsula renalis intak
c. Tumor tidak ruptur atau telah dibiopsi (biopsi terbuka atau biopsi jarum) sebelum
pengangkatan
d. Tidak ada keterlibatan pembuluh-pembuluh darah sinus renalis
e. Tidak ada sisa tumor yang terlihat dibelakang batas-batas eksisi
2. Stage II (23% pasien)
Untuk tumor wilms Stage II, harus didapatkan satu atau lebih kriteria di bawah ini:
a. Tumor meluas ke belakang ginjal tetapi telah dieksisi seluruhnya
b. Terdapat ekstensi regional tumor (misalnya penetrasi ke kapsula renalis atau invasi
ekstensif ke sinus renalis)
c. Pembuluh-pembuluh darah sinus renalis dan/atau di luar parenkim ginjal
mengandung tumor
d. Tumor sudah pernah dibiopsi sebelum pengangkatan atau terdapat bagian tumor yang
pecah selama operasi yang mengalir ke pinggang, tetapi tidak melibatkan peritoneum.
e. Tidak ada tumor pada atau dibelakang batas-batas reseksi.
3. Stage III (23% pasien)
Terdapat tumor residual non hematogen dan melibatkan abdomen. Satu atau lebih kriteria
di bawah ini dapat ditemukan:
a. Tumor primer tidak dapat direseksi karena infiltrasi lokal ke struktur-struktur vital.
b. Metastasis ke kelenjar getah bening abdominal atau pelvis (hilus renalis, paraaorta,
atau dibelakangnya)
c. Tumor telah berpenetrasi ke permukaan peritoneum
d. Dapat ditemukan implan-implan tumor di permukaan peritoneum
e. Pasca operasi tetap ditemukan tumor baik secara makroskopis maupun mikroskopis.
f. Pecahnya tumor yang melibatkan permukaan peritoneum baik sebelum atau saat
operasi, atau trombus tumor yang transeksi
4. Stage IV (10% pasien)
Tumor wilms Stage IV didefinisikan sebagai adanya metastasis hematogen (paru-paru,
hepar, tulang atau otak), atau metastasis kelenjar getah bening di luar regio
abdomenopelvis.
5. Stage V (5% pasien)
Tumor wilms Stage V didefinisikan sebagai keterlibatan ginjal bilateral saat dibuatnya
diagnosis yang pertama kali. Untuk pasien-pasien dengan tumor Wilms bilateral, harus
ditentukan stadium untuk masing-masing ginjal sesuai dengan kriteria diatas (Stage I –
III) berdasarkan luasnya penyakit sebelum biopsi dilakukan.
Setelah keluar dari kapsul ginjal tumor akan mengadakan invasi ke organ di sekitarnya dan
menyebar secara limfogen melalui kelenjar limfe para aorta. Penyebaran secara hematogen
melalui vena renalis ke vena kava kemudian mengadakan metastasis ke paru (85%), hati
(10%) dan bahkan pada stadium lanjut menyebar ke ginjal kontralateral.
Stadium penyebaran tumor menurut TNM
T Tumor primer
T1 Tumor <7 cm terbatas pada ginjal
T2 Tumor >7 cm terbatas pada ginjal
T3 Tumor meluas sampai vena mayor, adrenal atau lemak perirenal
T3a Tumor menginvasi adrenal atau lemak perirenal tetapi masih dalam fascia gerota
T3b Tumor sampai vena renal atau vena cava
T3c Tumor mencapai vena cava abdomen diafragma
T4 Tumor menginvasi fascia Gerota
N Metastasis limf
N0 Tidak ditemukan metastasis
N1 Ada metastasis limf
M Metastasis jauh
M0 Tidak ditemukan
M+ Ada metastasis jauh.
E. Diagnosis Banding
Benjolan pada perut sebelah atas yang terdapat pada anak-anak dapat disebabkan oleh
karena: (1) hidronefrosis/ kista ginjal yang keduanya merupakan massa yang mempunyai
konsistensi kistus, (2) neuroblastoma intrarenal biasanya keadaan pasien lebih buruk dan
pada pemeriksaan laboratorium kadar VMA (Vanyl Mandelic Acid) dalam urin mengalami
peningkatan (3) teratoma retroperitonium (4) hamartoma (5) mesoblastic nephromas
F. Gejala Klinis
Presentasi klinis yang sering adalah ditemukan adanya massa dalam abdomen (90% dari
seluruh gejala yang muncul). Biasanya pasien dibawa ke dokter oleh orang tuanya karena
diketahui perutnya membuncit, ada benjolan di perut sebelah atas atau daerah lumbal.
Gambar 1. Massa pada abdomen
Pada sepertiga dari penderita terdapat keluhan nyeri perut yang sifatnya tidak spesifik. Nyeri
ini biasanya disebabkan terjadinya perdarahan intra tumoral. Pada 12-25% penderita
didapatkan hematuria. Ketiga gejala yaitu massa di abdomen, nyeri abdomen, dan hematuria
adalah trias klasik dari tumor ginjal. Trias klasik tersebut disebut sebagai gejala utama.
Gejala lain yang mungkin didapatkan adalah akut abdomen karena ruptura tumor intra
peritoneal, febris, anemia, hipertensi, varicocele, syndroma Curshing. Hipertensi didapatkan
25-63% dari penderita, ini dapat disebabkan oleh ischemia ginjal karena desakan tumor atau
karena tumor memproduksi renin. Pada sebagian besar penderita di abdomennya teraba
massa yang padat, permukaan rata, tidak nyeri tekan, unilateral. Massa dapat sangat besar,
melewati garis tengah, dan sulit digerakkan. Pada keadaan seperti ini dinilai sebagai
"inoperable". Pada lebih kurang 15% penderita dijumpai kelainan yang lain seperti aniridia
(satu dan setiap 70 penderita tumor wlims), kelainan genitalia seperti kriptorkismus,
hipospadi , varicocele, kelainan traktus urinarius seperti duplikasi, ginjal tapak kuda, ginjal
ektopik dan lain-lain, hemihipertrofi (2,9%), sindroma Beckwith-Wiedemann (hipertropi
visceral).
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urinalisis dan sitologi urin sebaiknya dilakukan untuk menemukan sisa-sisa
sel tumor yang ikut dalam urin. Pemeriksaan ureum kreatinin dilakukan untuk mengetahui
apakah fungsi ginjal masih baik.
Pemeriksaan rontgen dengan IVP ginjal, tumor wilms menunjukkan adanya distorsi
dan pendesakan dari sistem pelvikalis dan arah sumbu ginjal biasanya tidak berubah, atau
mungkin didapatkan ginjal non visualized (apabila tumor sudah meluas), seringkali tampak
dilatasi dari kaliks karena tumor menyebabkan obstruksi. Bila massa tumor sangat besar
seringkali tidak tampak kontras pada ginjal yang bersangkutan. Keadaan "non vizualized" ini
dijumpai pada 7-30% kasus. Sedangkan pada neuroblastoma terjadi pendesakan sistem kaliks
ginjal ke kaudo-lateral. Pielogram intravena juga dapat menunjukkan perubahan bayangan ginjal
dan gambaran pelviokaliks dan sekaligus memberi kesan mengenai faal ginjal. Pemeriksaan IVP
merupakan diagnostik awal untuk menentukan adanya massa pada ginjal.
Foto thoraks merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya metastasis ke
paru-paru. Pada foto polos abdomen diperiksa adanya bayangan massa diukur penampangnya
dan diperhatikan melewati garis tengah atau tidak dan bayangan kalsifikasi. Pada tumor wilms
kalsifikasi biasanya berbentuk cincin atau kulit telor, sedangkan pada neuroblastoma biasanya
berbentuk bercak-bercak.
Pemeriksaan USG pada tumor ini memperlihatkan massa solid yang dominan dengan
gambaran hipoekhoik karena fokus-fokus nekrosis di dalamnya. Potongan sagital bagian ginjal
yang terdapat tumor akan tampak mengalami pembesaran, lebih predominan sebagai massa
hiperechoic dan menampakkan area yang echotekstur heterogenus. Dengan USG, dapat
dibedakan antara massa ginjal dan massa non-ginjal, dan dapat mengidentifikasi antara
Hydronephrosis dan Multicystic Kidney atau Abdo- minal mass.
CT scan dapat memberi gambaran pembesaran ginjal dan sekaligus menunjukkan
pembesaran kelenjar regional atau infiltrasi tumor ke jaringan sekitar. Pemeriksaan untuk
mencari metastasis biasanya dengan CT scan otak. Konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal,
yang biasanya menyingkirkan neuroblastoma, deteksi massa multiple, penentuan perluasan
tumor termasuk keterlibatan pembuluh darah besar dan evaluasi dari ginjal yang lain. Pada
pemeriksaan CT tanpa penguatan (enhancement), tumor wilms khas timbul dari ginjal sebagai
massa yang tidak homogen dengan daerah densitas rendah yang menunjukkan nekrosis. dapat
memberi gambaran pembesaran ginjal dan pembesaran kelenjar regional atau tumor ke jaringan
sekitarnya.
Pemeriksaan MRI tidak menambah banyak keterangan untuk tumor wilms. Pada
umumnya hasil pencitraan menggunakan gadolinium-enhanced MRI tumor wilms tampak tidak
homogen. MRI juga bermanfaat untuk magnetic resonance venography untuk membantu
diagnosis trombus pada vena renalis. MRI dapat menunjukkan informasi penting untuk
menentukan perluasan tumor di dalam vena cava inferior termasuk perluasan ke daerah
intarkardial.
Pemeriksaan penunjang lain ialah biopsi jarum yang hanya dibenarkan apabila tumor
sangat besar sehingga diperkirakan akan sukar untuk mengangkat seluruh tumor. Pungsi
dilakukan sekadar untuk mendapatkan sediaan patologik untuk kepastian diagnosis dan
menentukan radiasi atau terapi sitostatika prabedah untuk mengecilkan tumor.
Pemeriksaan histopatologis jaringan tumor merupakan diagnosis pasti, sekaligus berguna
menentukan stadium dan prognosis dari tumor wilms.
Gambar 8. Gambaran trifasik pada tumor wilms, adanya epithel, blastema dan strom
Gambar 9. Gambaran tumor wilms dengan unfavorable histology
H. Terapi Operatif
Menurut protokol NWTSG, langkah pertama dalam terapi tumor Wilms adalah
menentukan stadium penyakitnya, diikuti dengan nefrektomi radikal, jika memungkinkan.
Preoperasi
Dalam penatalaksanaan tumor Wilms, kunci kesuksesan terletak pada terapi secara multimodal,
yang terdiri dari operasi, radiasi, dan kemoterapi. NWTSG merekomendasikan kemoterapi
preoperatif dalam situasi-situasi berikut ini.
1. Perluasan tumor ke dalam vena cava
Hal ini didapatkan pada 5% kasus tumor Wilms, dan berhubungan dengan komplikasi-
komplikasi bedah (40% kasus), meskipun di tangan ahli bedah yang berpengalaman.
Dimulainya kemoterapi setelah menentukan stadium penyakit dan biopsi dapat menurunkan
ukuran tumor dan trombus, dan menurunkan pula insidens komplikasi bedah hingga 25%.
2. Tumor-tumor yang inoperable
Tumor-tumor yang besar yang melibatkan struktur-struktur vital membuat reseksi menjadi
sulit, insidens komplikasinya tinggi dan insidens pecahnya tumor juga tinggi. Dengan
kemoterapi ukuran tumor dapat diperkecil sehingga insidens pecahnya tumor dapat
diturunkan hingga 50%.
3. Tumor Wilms bilateral
Intraoperasi
Dibuat insisi abdominal transversa dan dilakukan eksplorasi abdominal. Eksplorasi harus
mencakup ginjal kontralateral dengan memobilisasi colon ipsilateral dan membuka fascia
Gerota. Jika terdapat tumor bilateral, nefrektomi tidak dilakukan tetapi diambil spesimen-
spesimen biopsi. Jika terdapat tumor unilateral, dilakukan nefrektomi dan diseksi atau
pengambilan sampel nodul getah bening regional. Jika tumor tidak dapat direseksi, dilakukan
biopsi-biopsi dan nefrektomi ditunda hingga kemoterapi, yang pada sebagian besar kasus dapat
mengecilkan ukuran tumor.
Pada tumor Wilms bilateral (5% kasus), dilakukan eksplorasi bedah, biopsi-biopsi dari
kedua sisi, dan penentuan stadium penyakit yang akurat. Tindakan ini diikuti dengan kemoterapi
selama 6 minggu yang sesuai dengan stadium penyakit dan histologi tumor. Kemudian,
dilakukan pemeriksaan ulang menggunakan pemeriksaan pencitraan, diikuti dengan operasi
definitif berupa:
1. Nefrektomi radikal unilateral dan nefrektomi parsial pada sisi kontralateral
2. Nefrektomi parsial bilateral
3. Hanya nefrektomi unilateral saja, jika terdapat respons yang sempurna pada sisi kontralateral
Pasca operasi
Protokol-protokol kemoterapi dan radioterapi pasca operasi didasarkan pada penentuan stadium
saat operasi dan mengikuti pedoman yang dikeluarkan oleh NWTSG, sebagai berikut:
1. Stage I histologi baik dan histologi anaplasia atau stage II histologi baik
a. Nefrektomi
b. Vincristine dan actinomycin D (18 minggu) pasca operasi
2. Stage II anaplasia fokal atau stage III histologi baik dan anaplasia fokal
a. Nefrektomi
b. Iradiasi abdominal (1000 rad)
c. Vincristine, actinomycin D, dan doxorubicin (24 minggu)
3. Stage IV histologi baik atau anaplasia fokal
a. Nefrektomi
b. Iradiasi abdominal berdasarkan stadium lokal
c. Iradiasi pulmoner bilateral (1200 rad) dengan antibiotika profilaksis untuk q
Pneumocystis carinii
d. Kemoterapi dengan vincristine, actinomycin D, dan doxorubicin
4. Stage II dan stage IV anaplasia difus
a. Nefrektomi
b. Iradiasi abdominal
c. Iradiasi seluruh paru-paru untuk stage IV
d. Kemoterapi 24 bulan dengan vincristine, actinomycin D, doxorubicin, etoposide, dan
cyclophosphamide
Follow-up
Perawatan follow-up setelah terapi harus lama (jika mungkin, seumur hidup) karena
tumor Wilms dapat kambuh setelah beberapa tahun. Follow-up mencakup x-foto thorax dan
USG abdomen setiap 3 bulan selama 2 tahun pertama, setiap 6 bulan selama 2 tahun berikutnya,
dan selanjutnya 2 tahun.
I. Komplikasi
1. Obstruksi usus (7%)
2. Perdarahan (6%)
3. Infeksi, hernia (4%)
4. Komplikasi-komplikasi vaskuler (2%)
5. Cedera lien dan intestinal (1,5%)
Komplikasi jangka panjang
Komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi pada pasien-pasien dengan tumor Wilms baik
sebagai akibat dari tumor itu sendiri maupun akibat efek samping terapi antara lain ;
1. Fungsi ginjal
Kejadian gagal ginjal kronis adalah 1% dari seluruh kasus. Dari kasus-kasus gagal ginjal
kronis ini, 70%-nya terjadi pada anak-anak dengan tumor Wilms bilateral. Pada tumor
Wilms unilateral, kejadiannya 0,25%. Nefrektomi bilateral merupakan penyebab utama
gagal ginjal kronis, diikuti oleh penyebab-penyebab yang berhubungan dengan terapi,
seperti radiasi atau komplikasi-komplikasi operasi.
2. Fungsi jantung
Anthracyclines seperti doxorubicin dapat menyebabkan gangguan jantung pada 5%
pasien yang menerima dosis kumulatif 400 mg/m2. Rata-rata kerusakan jantung adalah is
25% pada mereka yang diterapi dengan anthracycline. Insidens gagal jantung secara
keseluruhan adalah 1,7%. Jika ditambah dengan iradiasi paru-paru, insidens gagal
jantung adalah 5,4%.
3. Fungsi paru-paru
Pneumonitis radiasi terjadi pada 20% kasus yang mendapatkan radiasi paru-paru total.
4. Fungsi hepar
Actinomycin D dan radiasi dapat merusak hepar, dengan insidens keseluruhan sebesar
10%. Penyakit venooklusif hepar merupakan sindroma klinis hepatotoksisitas dan
mempunyai gejala berupa ikterus, hepatomegali dengan asites, dan peningkatan berat
badan. Insidens rata-rata kerusakan hepar adalah 8%.
5. Fungsi gonad
Kemoterapi dapat mengganggu fungsi gonad pada laki-laki tetapi jarang mengganggu
fungsi ovarium. Iradiasi abdomen dapat memicu gagal ovarium jika ovarium berada
dalam daerah target penyinaran.
6. Fungsi muskuloskeletal
Gangguan-gangguan skeletal, yang mencakup scoliosis atau kyphosis, dapat merupakan
akibat dari ketidakseimbangan pertumbuhan pada corpus vertebrae yang pernah diradiasi
secara unilateral dengan dosis lebih dari 2000 rad.
7. Neoplasma maligna sekunder
Neoplasma maligna sekunder dapat merupakan akibat dari radioterapi dan kemoterapi.
Oleh karena itu radioterapi dan kemoterapi harus dibatasi untuk kasus-kasus stadium
lanjut dan kasus-kasus dengan histologi anaplastik saja.
J. Prognosis
Prognosa dari penderita tumor wilms ditentukan oleh banyak faktor-faktor penyakit,
tetapi pada umumnya dapat dibedakan dalam faktor pembedahan dan faktor non pembedahan.
Faktor pembedahan sudah jelas tercermin dalam pembagian tumor menurut stadiumnya, semakin
tinggi stadium dari tumor semakin jelek prognosanya. Faktor non pembedahan adalah sifat
natural dari tumor itu sendiri. Yang digolongkan dalam faktor ini adalah :
1. Histologi Tumor.
Penentuan prognosa yang paling penting. Data dari NWTS mendapatkan 2 years Survival
rate untuk Favourable dan Unfavourable histologi adalah 90% dan 54%. Ddata dari NWTS
menunjukkan bahwa 63% dari penderita yang meninggal adalah penderita dengan jenis
unfavourable histologi. Pasien-pasien dengan tumor Wilms histologi baik mempunyai paling
sedikit 80% harapan hidup dalam 4 tahun setelah diagnosis, bahkan pada pasien-pasien
dengan penyakit stadium IV
2. Metastase Hematogen.
Metastase hematogen dari tumor Wilms adalah ke paru, hepar, tulang dan otak. Metastase ke
paru prognosanya lebih baik dari pada metastase ke hepar.
3. Invasi ke kelenjar getah bening
Data dari NWTS 2, penderita dengan tumor tanpa invasi ke kelenjar getah bening, survival
ratenya mencapai 83%, sedangkan penderita dengan invasi ke kelenjar getah bening hanya
mencapai 54%. Metastase dan kambuhnya tumor pasca operasi dari penderita dengan
kelenjar getah bening positive 3 kali lebih sering dibanding penderita dengan kelenjar getah
bening negative.
Ketiga faktor diatas tersebut sebagai faktor utama atau mayor. Faktor non pembedahan lain yang
juga mempengaruhi, dan disebut sebagai faktor minor yaitu :
1. Umur penderita
Makin muda penderita, 2 tahun atau kurang, prognosa lebih baik. Hal Ini berdasarkan
kenyataan dari data NWTS 1, penderita yang lebih muda, jenis hematologinya biasanya
favourable dan tumornya sendiri kurang ekstensive. Tetapi dari data NWTS 2 membuktikan
bahwa umur tidak berpengaruh pada prognosa.
2. Berat dan besarnya tumor
Faktor ini masih merupakan tanda tanya. Data dari NWTS 1 membuktikan bahwa tumor
yang kecil, kurang dari 250 gram, jarang sekali kambuh. Tetapi penelitian dari NWTS 2
ternyata faktor ini kurang pengaruhnya. Pembagian stadium menurut sistem TNM,
mencerminkan bahwa faktor ini masih dianggap penting.
3. Ekstensi tumor ke vena renalis, vena cava dan organ intra abdominal
Adanya thrombus tumor dalam vena renalis dan vena cava menyebabkan lebih sering terjadi
kekambuhan. Sekitar 80 – 90% anak-anak yang didiagnosis tumor Wilms dapat bertahan hidup
dengan terapi yang ada saat ini. Histologi tumor dan stadium penyakit merupakan faktor-faktor
prognostik yang paling penting dalam kasus-kasus tumor unilateral. Tumor-tumor bilateral
dengan stadium tinggi berhubungan dengan prognosis yang buruk. Prognosis untuk pasien-
pasien yang mengalami kekambuhan adalah buruk, dengan kemungkinan hidup rata-rata hanya
30 – 40% setelah terapi ulang.