Download - Tugas Pak Gunawan Kontijensi
BAB I
GAMBARAN UMUM
A. Topografi
Kabupaten Sleman keadaan tanahnya dibagian selatan relatif datar kecuali daerah
perbukitan dibagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di Kecamatan
Gamping.Makin ke utara relatif miring dan dibagian utara sekitar Lereng Merapi relatif
terjal serta terdapat sekitar 100 sumber mata air.Hampir setengah dari luas wilayah
merupakan tanah pertanian yang subur dengan didukung irigasi teknis di bagian barat dan
selatan.Topografi dapat dibedakan atas dasar ketinggian tempat dan kemiringan lahan
(lereng).
Ketinggian
Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara < 100 sd>1000 m dari permukaan
laut. Ketinggian tanahnya dapat dibagi menjadi tiga kelas yaitu ketinggian < 100 m, 100
– 499 m, 500 – 999 m dan > 1000 m dari permukaan laut. Ketinggian < 100 m dari
permukaan laut seluas 6.203 ha atau 10,79 % dari luas wilayah terdapat di Kecamatan
Moyudan, Minggir, Godean, Prambanan, Gamping dan Berbah. Ketinggian > 100 – 499
m dari permukaan laut seluas 43.246 ha atau 75,32 % dari luas wilayah, terdapat di 17
Kecamatan. Ketinggian > 500 – 999 m dari permukaan laut meliputi luas 6.538 ha atau
11,38 % dari luas wilayah, meliputi Kecamatan Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan.
Ketinggian > 1000 m dari permukaan laut seluas 1.495 ha atau 2,60 % dari luas wilayah
meliputi Kecamatan Turi, Pakem, dan Cangkringan.
Kemiringan Lahan ( Lereng)
Dari Peta topografi skala 1 : 50.000 dapat dilihat ketinggian dan jarak horisontal untuk
menghitung kemiringan (Lereng).Hasil analisa peta yang berupa data kemiringan lahan
dogolongkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu lereng 0 – 2 %; > 2 – 15 %; > 15 – 40 %; dan
> 40 %. Kemiringan 0 – 2 % terdapat di 15 (lima belas ) Kecamatan meliputi luas 34.128
ha atau 59,32 % dari seluruh wilayah lereng, > 2 – 15 % terdapat di 13 (tiga belas )
1
Kecamatan dengan luas lereng 18.192 atau 31,65 % dari luas total wilayah. Kemiringan
lahan > 15 – 40 % terdapat di 12 ( dua belas ) Kecamatan luas lereng ini sebesar 3.546 ha
atau 6,17 % , lereng > 40 % terdapat di Kecamatan Godean, Gamping, Berbah,
Prambanan, Turi, Pakem dan Cangkringan dengan luas 1.616 ha atau 2,81 %.
B. Letak koordinat
Kabupaten sleman terletak antara 07° 44′ 04″ – 08° 00′ 27″ Lintang Selatan dan 110° 12′
34″ – 110° 31′ 08″ Bujur Timur. Luas wilayah kabupaten sleman 508,85 Km2 (15,90 5
dari Luas wilayah Propinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran rendah 140% dan
lebih dari separonya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis besar
terdiri dari : Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang
membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh wilayah).
Wilayah Kabupaten Sleman meliputi 17 kecamatan terdiri atas 86 desa sebagian besar
berada pada kawasan rawan bencana baik yang berasal dari Gunung Merapi, gempa
bumi, banjir lahar maupun oleh angin ribut. Kawasan rawan bencana Gunung Merapi
meliputi 7 kecamatan, baik bahaya primer (erupsi Merapi) maupun sekunder (banjir lahar
dingin).Gunung Merapi adalah salah satu gunung api yang teraktif di dunia. Periode
ulang aktivitas erupsi berkisar antara 2–7 tahun.Aktivitas erupsi gunung Merapi dengan
ciri khas mengeluarkan lava pijar dan awan panas, tanpa membentuk kaldera
(kawah).Arah letusan Merapi selalu berubah-ubah.Sejak tahun 1961arah letusan Merapi
mengarah ke baratdaya menuju hulu Kali Batangdan Kali Senowo. Puncak letusan terjadi
pada tanggal 8 Mei 1961membuat bukaan kawah mengarah ke baratdaya dan
memuntahkanmaterial sebanyak 42,4 juta m3. Letusan selanjutnya terjadi pada tahun
1967, 1968 dan 1969 arah letusan ke hulu Batang, Bebeng dan Krasakdengan jarak
luncur 9-12 km. Selanjutnya letusan tahun 1984 terjaditanggal 15 Juni 1984 yang disertai
awan panas mengarah ke huluSungai Blongkeng, Putih, batang dan krasak. Material
yangdimuntahkan sebesar 4,5 juta m3. Letusan terjadi kembali pada tahun1986, 1992,
1994, 1997, 2001, dan 2005.
2
Letusan 1994 mengarah menuju ke hulu Kali Krasak, Bebengdan Boyong dengan jarak
luncur mencapai 5 km di hulu Kali Boyong.Erupsi Merapi yang disertai luncuran awan
panas menelan korbanmanusia sebanyak 63 orang di Dsn Turgo Desa
PurwobinangunPakem, memporakporandakan harta benda masyarakat, fasilitas
dansarana serta prasarana umum, kawasan wisata, hutan lindung danbeban psikologis
masyarakat yang masih dirasakan sampai sekarang.Sementara itu sejak aktivitas erupsi
Merapi tahun 2006 bukaankawah berubah ke arah tenggara dan timur, sehingga arah
aliran laharpanas dan awan panas menuju ke hulu Kali Gendol dan Opak diwilayah
Sleman serta Kali Woro di wilayah Klaten. Setelah runtuhnya“geger boyo” pasca erupsi
14 Juni 2006 yang selama ini berfungsimenahan aliran lahar panas maka ancaman bahaya
luncuran laharpanas yang disertai awan panas menuju hulu Kali Gendol dan Kali
Opak semakin besar,
3
BAB II
PENILAIAN BAHAYA DAN PENENTUAN KEJADIAN
A. Ancaman bencana yang mungkin terjadi di kabupaten sleman
Sleman merupakan kawasan paling rentan untuk terjadinya bencana, daerah daerah yang
berada disana sebagian besar berada pada kawasan rawan bencana baik yang berasal dari
Gunung Merapi, gempa bumi, banjir lahar maupun oleh angin ribut. Kawasan rawan
bencana Gunung Merapi meliputi 7 kecamatan, baik bahaya primer (erupsi Merapi)
maupun sekunder (banjir lahar dingin).
Erupsi Merapi yang disertai luncuran awan panas menelan korban manusia sebanyak 63
orang di Dsn Turgo Desa Purwobinangun Pakem, memporak-porandakan harta benda
masyarakat, fasilitas dan sarana serta prasarana umum, kawasan wisata, hutan lindung
dan beban psikologis masyarakat yang masih dirasakan sampai sekarang. Sementara itu
sejak aktivitas erupsi Merapi tahun 2006 bukaan kawah berubah tableh tenggara dan
timur, sehingga arah aliran lahar panas dan awan panas menuju ke hulu Kali Gendol dan
Opak di wilayah Sleman serta Kali Woro di wilayah Klaten. Setelah runtuhnya “geger
boyo” pasca erupsi 14 Juni 2006 yang selama ini berfungsi menahan aliran lahar panas
maka ancaman bahaya luncuran lahar panas yang disertai awan panas menuju hulu Kali
Gendol dan Kali Opak semakin besar,
B. Penilaian tingkat ancaman bencana
Melihat bencana yang terjadi di kecamatan sleman ini seperti gunung berapi, banjir lahar,
angin ribut maka dapat di golongkan kecamatan sleman yang rentan akan bencana ini
tergolong dalam bencana dengan tingkat ancaman yang besar karena dampak yang
dihasilkan dari bencana bencana ini tidak hanya berupa perumahan atau pedesaan sekitar
bahkan Erupsi Merapi yang disertai luncuran awan panas menelan korban manusia
sebanyak 63 orang.
4
Table 1
Table Penilaian Bencana
No. Jenis ancaman bahaya P D
1 Gunung merapi 5
2 Gempa bumi 3
3 Banjir lahar 4
4 Angin rebut 4
P = probabllitas (kemungkinan terjadi bencana)
D = dampak (kerugian / kerusakan yang ditimbulkan)
Keterangan :
Skala probabilitas
5 pasti (hampir dipastikan 80%-90%)
4 kemungkinan besar (60%-80 % terjadi atau sekali dalam 10 tahun mendatang )
3 kemungkinan terjadi (40%-60% terjadi atau sekali dalam 100 tahun)
2 kemungkinan kecil ( 20%-40% atau kemungkinan lebih dari 100 tahun )
1 kemungkinan sangat kecil (hingga 20%)
Dampak kerugian yang ditimbulkan
5 Sangat Parah (80%-99% wilayah hancur dan lumpuh total )
4 Parah (60%-80% wilayah hancur)
3 Sedang (40%-60% wilayah rusak )
2 Ringan (20%-40% wilayah rusak )
1 Sangat Ringan (kurang dari 20% wilayah rusak )
5
II. Aspek yang mungkin terkena dampak bencana
a. Aspek kehidupan/penduduk
Dari hasil skenario diatas diperkirakan gambaran kondisi penduduksaat terjadi
erupsi Gunung merapi terjadi gelombang pengungsian yangfluktuatif setiap harinya
selama 4 bulan.Berdasarkan pengalaman tahun2006bahwa kisaran pengungsi yang
berada di barak adalah 30% yangkebanyakanterdiri dari lansia, ibu-ibu, anak-anak
dan difabel. Kebanyakan laki-laki dewasatetap melakukan aktifitas mencari nafkah
dan melakukan pengamanan dikampungnya, tetapi pada tabel perkiraan dampak,
disepakati bahwa pendudukdi 23 dusun (tabel 3) 100% menjadi pengungsi
b. Aspek sarana/prasarana
Bencana Erupsi Gunung Merapi diperkirakan juga akan mengancan fasilitas atau
prasarana serta aset yang berada di wilayah kawasan rawan bahaya
c. Aspek ekonomi
Dari sektor ekonomi diperkirakan bencana erupsi Gunung merapi yang terjadi
selama 2 bulan akan mempunyai dampak berupa :
Kerusakan Kegiatan ekonomi Kelumpuhan
Kecamatan pakem 2 kegiatan perekonomian
(tlogoputri & kaliurang)
2 bulan
Kecamatan turi 1 kegiatan ekonomi
masyarakat (desa wisata)
2 bulan
Kecamatan cangkringan 1 kegiatan ekonomi masy
(lava tour kali adem)
2 bulan
6
d. Aspek pemerintahan
Dampak bencana yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap pemerintahan,
terutama terganggunya fungsi administrasi karena sebagian besar aparat pemerintah
menyelenggarakan tanggap darurat dan lokasi kantor untuk pengungsian
e. Aspek lingkungan
Dampak bencana juga diperkirakan akan berpengaruh terhadap lingkungan berupa
Hutan, kebun, peternakan dan Pertanian.
7
BAB IV
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Dalam rencana kontijensi bencana Erupsi Gunung merapi PemerintahKabupaten Sleman
mengambil beberapa kebijakan yang merupakanpenetapan landasan kegiatan untuk
mencapai penanggulanagan bencanayang efektif dan strategi untuk dikoordinasikan ke
segenap jajaran yang terkait,dengan perincian sebagai berikut :
a. Kebijakan
1. Minimalisasi korban meninggal ( road to zero victim)
2. Penanganan bencana alam berbasiskan komunitas masyarakat.
3. Titik berat kegiatan penanganan bencana banyak dilakukan pada fase pra bencana
(pengurangan resiko bencana)
4. Memadukan mitigasi fisik dan mitigasi non fisik
5. Memberikan perlindungan perhatian khususnya kelompok rentan, serta memenuhi
kebutuhan dasar secara realistis
6. Memberikan penyelamatan dan perlindungan kepada masyarakat sesuai skala
prioritas tanpa diskriminasi
7. Memberdayakan segenap potensi yang ada dan menghindari terjadinya ego sector
8. Melakukan kerjasama dengan berbagai elemen masyarakat dan anatar negara
dalam menggalang bantuan, dengan tetap memperhatikan etika kebangsaan
b. Strategi
1. Membentuk Posko Utama di Pakem sebagai fungsi manajemen dan koordinasi
penanganan bencana.
a. Memenuhi pelayanan logistik dengan mendirikan posko-posko,tenda pengungsian
dilengkapi dapur umum dengan tetap memperhatikan kelompok rentan.
b. Memenuhi pelayanan kesehatan dengan menyelenggarakan posko kesehatan di
setiap barak pengungsian dan balai kesehatan lain.
8
c. Memenuhi pelayanan sarana-prasarana kehidupan (transport,tempat tinggal
sementara, sanitasi) di barak/tenda pengungsian (MCK, air bersih), dengan tetap
memperhatikan kelompok rentan.
d. Mengidentifkasi jenis-jenis bantuan, menghimpun bantuan
sertamendistribuikannya
e. Memberikan informasi yang jelas kepada pihak yang membutuhkan
f. Memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal dan nilai-nilai kebajikandalam
penanganan bencana
g. Evakuasi korban, meninggal dunia dan yang masih hidup melalui relawan, tim
SAR, LSM, dll
h. Penanganan Pengungsi (tenda, logistik, sarana dan prasarana lainnya), lembaga
terkait
i. Mengidentifikasi negara-negara yang memungkinkan memberikan bantuan secara
sukarela
j. Menyebarluaskan informasi tentang bencana yang terjadi melalui, media cetak,
elektronik dan telematika Rencana
9
BAB V
PERENCANAAN SEKTORAL
Perencanaan sektoral ditujukan untuk mencapai penanganan bencanaalam yang dapat
melindungi segenap masyarakat. Perencanaan sektoraldilakukan sebagai fungsi manajemen
penanganan bencana yang telahmelakukan evaluasi terhadap tingkatan ancaman yang terjadi,
prinsip evakuasipengungsian untuk perlindungan masyarakat sementara, dan akan menata
kembali kehidupan setelah pasca bencana. Perencanaan sektoral terdiri atas:
1. Sektor manajemen dan koordinasi
2. Sektor kesehatan
3. Sektor sarana prasarana
4. Sektor logistic
1. Sektor Manajemen dan Koordinasi
a. Situasi
Bencana erupsi Gunung Merapi, diperkirakan akan membuat keadaandan situasi daerah tidak
terkendali sehingga memerlukan penangananabencana alam yang efisien dan terpadu. Dalam
simulasi dampak diperkirakanterjadi gelombang pengungsian sebanyak 12660 orang yang terdiri
atas 4144kelompok rentan dan 8516 kelompok usia produktif.
Beberapa mekanisme penanggulangan harus diperhitungkan, karenaadanya sistem yang tidak
berfungsi akibat bencana.Oleh karena itu harus adaupaya untuk mengendalikan, mengatur dan
mengkoordinasikan semuakegiatan penanggulangan.
2. Sektor Kesehatan
Apabila terjadi bencana erupsi Gunung Merapi, diperkirakan akanterdapat penduduk yang
menderita luka bakar, penyakit ISPA, Conjuctivitis,Diare , diperkirakan jumlah pasien 10% dari
jumlah pengungsi, yaitu sekitar1266 orangDi samping korban, bencana juga akan mengakibatkan
prasarana dansarana pelayanan kesehatan yang hancur atau rusak, sehingga pelayanankesehatan
tidak dapat dilakukan secara optimal.
10
Sasaran
Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi korban
Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi pengungsi
Terlaksananya rujukan kesehatan secara optimal
3. Sektor Sarana Prasarana
a. Situasi
Apabila terjadi erupsi Gunung merapi akibatnya adalah terjadinyagelombang pengungsian
karena kepadatan penduduk di kawasan lerengMerapi. Pengungsi sejumlah 12660 orang dengan
perincian 4144 termasukkelompok rentan, dan 8516 usia produktif harus dicakup dalam operasi
transpor evakuasi.
Berdasarkan beberapa kejadian sebelumnya erupsi Gunung Merapiterjadi dalam selang waktu
bulanan, dan menyebabkan bangunan, jalan,jembatan, serta fasilitas umum lainnya menjadi
rusak tertutup material vulkanik.Evakuasi warga juga merupakan kegiatan utama dalam tanggap
darurat, dan selanjutnya menyediakan barak pengungsian yang dapatmemenuhi syarat minimal.
Kondisi tersebut menyebabkan masyarakat danrelawan harus bahu membahu melakukan
penanggulangan bencana
b. Sasaran
Terangkutnya semua pengungsi ke lokasi penampungan sementara yangtelah disiapkan.
Terangkut/terdistribusikannya bantuan pangan dan non pangan untuk
pengungsi sampai ke lokasi penanmpungan sementara.
Terpulihkannya Sarana dan Prasarana seperti :
o Transportasi
o Kesehatan
o Gedung Pemerintahan / Sekolah
o MCK
11
Dukungan sarana-prasaran pada areal pengungsian yang memadaiseperti :
o Air Bersih
o Sandang dan Pangan
o Sanitasi Lingkungan
c. Kegiatan
4 . Sektor Logistik
a. Situasi
Terjadi erupsi Gunung merapi akibatnya adalah mengakibatkan banyaknya pengungsian
masyarakat.Untuk mengantisipasi kondisi tersebutperlu didirikan posko-posko pengungsian.Pada
kondisi tersebut masyarakat sangat membutuhkan bantuan berupa pangan, sandang, dan papan,
serta kebutuhan harian lainnya. Rencana kontijensi ini berupaya menghitung
kebutuhan pangan dan non pangan.
b. Sasaran
Terlayaninya semua kebutuhan dasar pengungsi, mulai dari balita
sampai kepada orang tua dan petugas.
Terlaksananya penerimaan, penyortiran dan pendistribusian logistik
dengan baik.
12
BAB VI
RENCANA TINDAK LANJUT
LEMBAR KOMITMEN RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)
No
.
Kegiatan Penanggung
jawab/kordinator
Pelaku/pelaksana Waktu
pelaksanaan
kegiatan
1 Membentuk Posko Utama DINAS P3BA DINAS P3BA Segera setelah
mendapatkan
informasi
bencana dari
BMKG.
2 Memenuhi pelayanan
logistik dengan mendirikan
posko-posko,tenda
pengungsian dilengkapi
dapur umum dengan tetap
memperhatikan kelompok
rentan.
DINAS P3BA dan Bupati Sleman
DINAS P3BA,TNI,POLRI,POLPP,Kesehatan, Telematika,Kimpraswil,Nakersos
Setiap Hari
3 menyelenggarakan posko
kesehatan di setiap barak
pengungsian dan balai
kesehatan lain.
DINAS P3BA DINAS P3BA,TNI,POLRI,POLPP,Kesehatan, Telematika,Kimpraswil,Nakersos
Setiap Hari
4 Mengidentifkasi jenis-jenis
bantuan, menghimpun
bantuan serta
mendistribuikannya
DINAS P3BA DINAS P3BA,TNI,POLRI,POLPP,Kesehatan, Telematika,Kimpraswil,Nakersos
Setiap Hari
5 Latihan simulasi Evakuasi DINAS P3BA DINAS P3BA, Setiap saat
13
korban, meninggal dunia
dan yang masih hidup
TNI,POLRI,POLPP,Kesehatan, Telematika,Kimpraswil,Nakersos
6 Menyebarluaskan informasi
tentang bencana yang terjadi
DINAS P3BA DINAS P3BA,TNI,POLRI,POLPP,Kesehatan, Telematika,Kimpraswil,Nakersos
Setiap saat
14
BAB VII
PENUTUP
KESIMPULAN
Untuk menanggulangi bencana alam dengan tingkat penggolongan yang bermacam macam
diperlukan kesigapan dan tindakan yang efektif dan efisien. Di daerah rawan kedaruratan dan
bencana sangat diperlukan upaya kegitan koordinasi dan peningkatan kualitas kepemimpinan
untuk penanggulangan masalah kesehatan terutam pada tahap tanggap darurat, dimana
kelangkaan sumber daya sering menjadi faktor penghambat, penyulit dan kendala koordinasi.
Dengan adanya acuan dan pedoman bagi petugas kesehatan dan petugas lain yang terkait maka
hasil penanggulangan masalah kesehatan diharapkan menjadi lebih efektif dan efisien.
15