Download - Tugas Met Pen
Penentuan Parasetamol Secara Spektrofotometri Menggunakan Sodium Bismutat
Sebagai Kromogen
1. Pendahuluan
Parasetamol merupakan senyawa farmasetika yang digunakan secara luas
sebagai analgesik dan antipiretik. Parasetamol termasuk kelompok dalam obat-obatan
yang dikenal sebagai analgesik anilin. Parasetamol atau asetominophen umumnya
digunakan untuk meringankan sakit kepala, sakit ringan lainnya, inflamasi dan
merupakan komponen utama dalam sejumlah obat pilek dan flu. Meskipun pada
umumnya aman untuk penggunaan pada dosis yang direkomendasikan, toksisitas
parasetamol merupakan penyebab utama pada masalah gastrointestinal akut. Obat ini
dikelompokkan ke dalam salah satu Obat Antiinflamatori Non Steroid (NSAID). Efek
analgesic ini terjadi pada sekitar 11 menit setelah masuknya parasetamol secara oral
dan waktu paruhnya adalah1-4 jam.
Parasetamol mengandung cincin benzene yang tersubsitusi dengan grup alkohol
dan adanya atom nitrogen pada gugus amida yang terletak pada posisi para. Grup
amida ini adalah asetamida (etanamida). Strukturnya dapat terlihat pada gambar di
bawah ini:
Untuk kereaktifan dari parasetamol ini tentunya disebabkan karena strukturnya.
Adanya system konjugasi secara ekstensif akibat adanya pasangan electron bebas pada
grup hidroksil, pasangan electron bebas dari nitrogen, orbital p pada karbon karbonil,
pasangan electron bebas pada karbon electron, adanya awan electron pada system
benzene. Semuanya berkonjugasi. Parasetamol dimetabolisme secara primer di hati
menjadi senyawa yang non-toxic. Jalur metabolismenya melalui tiga jalur yaitu
glucorunidation, sulfation. N-hydroxylation dan rearregement.
Metode penentuan parasetamol telah banyak dijelaskan di literatur, meliputi
kromatografi, spektrofotometri dan elektrokimia. Dalam metode standar (IP dan BP),
parasetamol ditentukan secara titrasi dengan Ce (IV) dalam media asam,
1
menggunakan ferroin sebagai indikator. Titrasi tersebut dilaksanakan pada kondisi
dingin dan oleh karena itu penentuannya memakan waktu yang lama dan akurasinya
terbatas. Oleh karena itu perlu dikembangkan metode penentuan parasetamol yang
lebih cepat dan akurat. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan metode spektrofotometri UV-VIS, namun dengan reagent spesifik
sehingga dapat memberikan hasil yang relevan untuk akurasi, simplisitas dan
spesifisitas, dan dapat ditemukan dalam berbagai penerapan penentuan yang cepat.
Salah satu reagen pewarnaan spesifik untuk parasetamol adalah sodium
bismutat. Sodium bismutat adalah padatan berwarna cokelat terang, tidak terlarut di
dalam air dengan rumus molekul NaBiO3. Sodium bismutat adalah satu-satunya
senyawa sodium yang tidak larut dalam air. Dia bereaksi dalam air panas untuk
membuat sodium hidroksida, bismuth (III) oksida dan gas oksigen, bereaksi dengan
asam untuk membuat garam bismuth (III), garam sodium, dan gas oksigen. Dia
termasuk agen pengoksidasi yang kuat.
Larutan parasetamol menghasilkan produk berwarna ungu kebiruan yang stabil
dengan 10,0 mg sodium bismutat dalam larutan asam klorida 1M dan juga asam asetat
1M. Overdosis dari obat ini dapat menginduksi toksisitas, selain itu diperlukan uji
kualitatif untuk menentukan kemurniannya.
2. Metode Standar Penentuan Parasetamol Secara Spektrofotometri
Menggunakan Sodium Bismutat Sebagai Kromogen
a. Prinsip
Larutan parasetamol (2,0 mL) akan memberikan produk warna yang stabil (ungu-
kebiruan) dengan 10,0 mg sodium bismutat dengan adanya 1mL asam klorida
(1M) dan 1 mL asam asetat (1M). Warna produk ditunjukkan pada panjang
gelombang (λmaks 550 nm) dengan spektrofotometer visible.
b. Peralatan yang digunakan
Spektrofotometer visible dengan unit recording
Kuvet (glass/quartz)
Neraca analitis
pH meter
2
c. Reagen
Bentuk murni parasetamol: Bentuk murni parasetamol dipersiapkan di
laboratorium melalui asetilasi p-amino fenol dan selanjutnya dilakukan
rekristalisasi. Produk kristalin murni dari parasetamol tersebut selanjutnya
distandarisasi. Reaksi sintesis parasetamol yaitu sebagai berikut:
Tablet Parasetamol: Sepuluh tablet parasetamol dari tiap perusahaan
farmasetika yang berbeda ditimbang dan digerus hingga menjadi serbuk. Dari
serbuk tersebut, sampel parasetamol ditimbang sebanyak 500 mg, dicampur
dengan sekitar 40 mL asam sulfat 4M dan 50 mL air distilasi, dipanaskan
pada temperatur 80oC selama 90 menit. Setelah pelarutan terjadi dengan
sempurna, larutan yang telah dingin disaring menggunakan kertas saring
Whatman No 40. Larutan tersebut diencerkan hingga tanda batas di dalam
labu ukur 100 mL dan distandarisasi.
d. Prosedur Metode Standar untuk penentuan parasetamol menggunakan sodium
bismutat
Sebanyak 2,0 mL larutan parasetamol dicampur dengan 1,0 mL asam klorida
1M dan 10,0 mg sodium bismutat hingga memberikan produk berwarna ungu
kebiruan yang stabil. Campuran tersebut dibuat hingga 25 mL dalam labu
ukur, selanjutnya disaring menggunakan kertas saring Whatman No 41 dan
spektra diukur untuk larutan filtrat. Produk berwarna menunjukkan λmax pada
550 nm (Gambar 1). Pengukuran absorbansi dilakukan setelah 45 menit
(sampel dalam medium asam klorida) dan (gambar 5).
Untuk penentuan parasetamol, sejumlah volume parasetamol (2,0 mL larutan
parasetamol dicampur dengan 1,0 mL asam klorida 1M dan 10,0 mg sodium
3
bismutat hingga memberikan produk berwarna ungu kebiruan yang stabil dan
campuran diencerkan hingga tanda batas). Larutan tersebut dituangkan ke
dalam kuvet dari spektrofotometer dan absorbansinya diukur pada 550 nm.
Absorbansi dibandingkan dengan kurva standar (Gambar 3). Hukum Beer
teramati sesuai pada kisaran 100-300 μg mL-1 parasetamol (Gambar 3).
Prosedur yang sama direkomendasikan untuk penentuan parasetamol dengan
sodium bismutat dalam asam asetat 1M, produk berwarna menunjukkan λmax
pada 550 nm (Gambar 2), hukum Beer teramati sesuai pada kisaran 300-800
μg mL-1 dalam media asam asetat (Gambar 4). Pengukuran absorbansi
dilakukan setelah 60 menit (sampel dalam medium asam klorida) dan
(gambar 6).
4
5
e. Penjelasan
Reaksi pembentukan warna spesifik antara parasetamol dan bismut (V)
atau sodium bismutat dipelajari pada berbagai kisaran konsentrasi dari reagen
dan pada media asam yang berbeda-beda. Pada konsentrasi asam yang sangat
rendah yaitu 1M warna yang terbentuk stabil. Pada konsentrasi asam yang lebih
tinggi warna tersebut muncul, namun dengan cepat pudar kembali. Oleh karena
itu, konsentrasi asam ditetapkan dan direkomendasikan yaitu 1M baik untuk HCl
maupun asam asetat.
Warna reaksi antara parasetamol dengan asam-asam yang berbeda seperti
asam klorida, asam sulfat, dan asam fosfat juga dipelajari. Ditemukan bahwa
warna yang stabil tidak dihasilkan dari reaksi antara sampel obat tersebut dan
sodium bismutat dalam berbagai konsentrasi asam sulfat dan asam fosfat. Warna
yang dihasilkan dari reaksi antara sampel obat tersebut dan sodium bismutat
stabil baik dalam asam klorida maupun asam asetat pada konsentrasi 1M.
Pengukuran absorbansi dilakukan setelah 45 menit pada medium asam
klorida (Gambar 5) dan 60 menit pada medium asam asetat (Gambar 6) teramati
stabil. Warna ungu kebiruan yang diperoleh teramati stabil selama 12 jam.
Konsentrasi reagen juga memiliki pengaruh yang besar pada warna yang
terbentuk. Sebanyak 10 mg dari reagen tersebut memberikan warna yang stabil.
Warna yang dihasilkan dengan jumlah yang lebih besar daripada 10 mg teramati
pudar dengan cepat dan ditemukan memiliki perubahan yang cukup besar pada
6
pengukuran absorbansi terhadap waktu. Oleh karena itu jumlah reagen ditentukan
pada 10 mg.
Panjang gelombang (λmax) produk berwarna ungu kebiruan tersebut adalah
550 nm (Gambar 1), dengan absorptivitas molar, ɛ = 77,27 M -1 cm-1 pada 550 nm
dalam medium larutan asam asetat 1M dan 100,0 M-1 cm-1 pada 550 nm dalam
medium asam asetat 1M. Tidak terdapat tumpang tindih spektra dari produk
bismut (V) berwarna ungu kebiruan tersebut dengan spesies lain yang terdapat
dalam larutan. Tidak teramati adanya pengganggu. Hukum Beer teramati sesuai
pada kisaran 100-300 μg mL-1 parasetamol dalam medium asam klorida 1M dan
300-800 μg mL-1 dalam medium asam asetat. Pengukuran optikal dan statistika
disajikan pada Tabel 1. Koefisien korelasi dalam medium asam klorida 1M
adalah 0,9678, LOD 0,03 μg mL-1, LOQ 0,09 μg mL-1 dan RSD 1,7%. Koefisien
korelasi dalam medium asam asetat 1M adalah 0,9958, LOD 0,05 μg mL -1 dan
RSD 1,8%. Semua pengukuran statistika berada pada batas yang telah ditentukan.
3. Kesimpulan
Larutan parasetamol memberikan produk berwarna ungu kebiruan yang stabil
dengan 10 mg sodium bismutat dalam medium asam klorida 1M dan asam asetat 1M.
Harga λmax produk berwarna ungu kebiruan tersebut adalah 550 nm dengan absorptivitas
molar, ɛ = 77,27 M-1 cm-1 pada 550 nm dalam medium asam klorida 1M dan 100,0 M-1
cm-1 dalam medium asam asetat 1M. Hukum Beer sesuai pada kisaran konsentrasi
parasetamol 100-300 μg mL-1 dalam medium asam klorida 1M dan 300-800 μg mL-1
dalam medium asam asetat 1M. Metode penentuan parasetamol ini teramati sebagai
metode yang cepat dan akurat.
7