TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Oleh:
Birgitta Fajarai
04111001090
Pembimbing :
drg. Billy Sujatmiko, SpKG
F A K U L T A S K E D O K T E R A N
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
1. White spot lession
Tanda-tanda awal karies secara umum adalah timbulnya white spot pada permukaan gigi.
White spot merupakan bercak-bercak putih pada permukaan gigi yang merupakan awal
terbentuknya karies.
Pada tahap awal, karies terlihat sebagai gambaran bercak putih kapur di permukaan gigi
(white spot). Daerah white spot ini akan terlihat jelas pada gigi karena gigi yang asli
berwarna putih transparan dan mengkilat serta dilapisi pelikel (lapisan tipis bening dan
tipis pada gigi). white spot lesion ini menandakan mulai terjadi proses karies awal (early
decay), namun belum terbentuk lubang gigi (kavitas). Biasanya white spot terlihat di
bagian gigi yang dekat dengan gusi (leher gigi). Pada keadaan ini bila didiamkan akan
menjadi lubang atau kavitas (moderate decay) atau bahkan proses karies yang lebih parah
(advanced decay).
2. Apa yang dimaksud lesi D1-D6 ?
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies gigi adalah
suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat
terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh
pembentukan asam microbial dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-
komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas.
Lesi D1-D6 merupakan klasifikasi dari karies gigi menurut ICDAS:
a. D1, merupakan suatu lesi dini yang terlihat adanya lesi putih pada permukaan gigi
pada saat gigi dalam keadaan kering.
b. D2, merupakan suatu lesi yang terlihat adanya lesi putih pada permukaan gigi pada
saat gigi dalam keadaan basah.
c. D3, terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi.
d. D4, lesi email lebih dalam dengan tampaknya bayangan gelap dentin atau lesi sudah
menyerang bagian Dentino Enamel Junction (DEJ).
e. D5, lesi telah menyerang dentin.
f. D6, lesi sudah menyerang pulpa.
3. Perjalanan penyakit gigi sehat – gigi sakit – gigi dicabut
Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, di mana pada
gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Indikasi ekstraksi gigi di antaranya,
yaitu gigi yang karies, impaksi molar tiga, untuk tujuan perawatan ortodontik, gigi yang
trauma, supernumerary, fraktur akar, dan gigi decidui yang ankilosis.
Karies gigi adalah proses kerusakan yang dimulai dari email berlanjut ke dentin. Karies gigi
merupakan penyakit yang berhubungan dengan banyak faktor yang saling memepengaruhi.
Terdapat empat etiologi penyebab karies, yaitu host, agent, substrat dan waktu. Faktor
tersebut merupakan faktor utama, dimana bila terdapat keempat faktor utama tersebut yang
saling berinteraksi dan dalam waktu tertentu maka terjadilah karies. Selain faktor tersebut di
atas ada juga beberapa faktor resiko seseorang terkena karies, antara lain penggunaan fluor,
oral hygiene, saliva,pola makan, keturunan, ras dan jumlah bakteri.
Semua permukaan gigi yang terbuka beresiko terserang karies dari gigi erupsi hingga gigi
tersebut tanggal. Mekanisme terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak (lapisan yang
menutupi permukaan gigi), dimana 70% dari volume plak terdiri dari bakteri. Bakteri
tersebut berasal dari streptococcus mutans dan lactobacillus akan mengubah dan
menfermentasikan gula dari sisa makanan yang tertinggal pada gigi dalam jangka waktu
tertentu sehingga berubah menjadi asam yang akan menurunkan pH mulut menjadi rendah
(sekitar pH 5,5) dan menyebabkan terganggunya keseimbangan kondisi di sekitar mulut,
diikuti dengan terjadinya demineralisasi yang akan yang akan berlanjut pada jaringan-
jaringan gigi didalamnya sehingga terbentuklah lubang yang sering disebut karies gigi.
Pada kondisi ini proses supersaturasi fisikokimia akan terjadi berulang kali dalam mulut dan
akan kecenderungan email untuk mendapatkan Ca dan P dari dalam rongga mulut dalam
upaya untuk mengganti elemen yang hilang pada proses demineralisasi. Bila proses tersebut
tercapai maka menghasilkan keadaan yang disebut remineralisasi email. Karies sebagai
akibat ketidakseimbangan demineralisasi dan remineralisasi yang terjadi pada gigi. Jika gigi
dapat dipertahankan kebersihannya dari plak dan konsumsi gula dikurangi, maka proses
remineralisasi pada daerah tersebut dapat terjadi dengan adanya deposit kristal dari mineral-
mineral yang terdapat pada saliva. Dengan kata lain ada aliran mineral keluar dari gigi.
Namun jika lebih banyak kristal mineral yang larut pada suartu bagian permukaan gigi dapat
rusak. Apabila hal ini terjadi proses remineralisasi tidak mungkin terjadi dan lubang pada gigi
mulai terlihat.
Karies diawali dengan lesi karies berwarna putih akibat dekalsifikasi dan akan berkembang
menjadi lubang berwarna coklat atau hitam yang mengikis gigi. Warna putih terbentuk
karena hilangnya mineral interprismata dan larutannya mineral pada perifer prismata
sehingga garis-garis pertumbuhan yang bermuara pada permukaan email hilang sehingga
mudah terjadi keausan. Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh dalam dua sampai tiga
minggu menyebabkan terjadinya bercak putih.
Waktu berlangsungnya bercak putih menjadi kavitas tergantung pada mulut dan kondisi
individu. Biasanya kavitas di dalam email tidak menyebabkan nyeri, email tidak sensitif
dalam rangsangan nyeri. Nyeri baru timbul apabila sudah mencapai dentin, dimana dentin
memiliki serabut syaraf dan saluran-saluran yang sangat halus, yang rentan terhadap asam
yang dihasilkan oleh fermentasi karbohidrat.
Pada tahap akhir adalah saat kerusakan gigi sudah mencapai lapisan email dan dentin
kemudian mencapai bagian syaraf ditenggah gigi yaitu pulpa. Sewaktu bakteri dan plak
mencapai pulpa, bakteri tersebut menyebarkan infeksi kumannya dan gigi mulai terasa sakit.
Rasa sakit itu disebabkan oleh adanya peradangan pada pulpa yang menyebabkan
peningkatan tekanan di dalam ruang pulpa. Tekanan tersebut menyebabkan pembuluh darah
di dalam pulpa rusak sehingga rasa sakit bertambah. Karies yang timbul sampai pulpa
menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.
Tergantung kepada lokasinya, pembusukan gigi dibedakan menjadi:
1. Pembusukan permukaan yang licin/rata.
Merupakan jenis pembusukan yang paling bisa dicegah dan diperbaiki, tumbuhnya paling
lambat. Sebuah karies dimulai sebagai bintik putih dimana bakteri melarutkan kalsium
dari email. Pembusukan jenis ini biasanya mulai terjadi pada usia 20-30 tahun.
2. Pembusukan lubang dan lekukan.
Biasanya mulai timbul pada usia belasan, mengenai gigi tetap dan tumbuhnya cepat.
Terbentuk pada gigi belakang, yaitu di dalam lekukan yang sempit pada permukaan gigi
untuk mengunyah dan pada bagian gigi yang berhadapan dengan pipi. Daerah ini sulit
dibersihkan karena lekukannya lebih sempit daripada bulu-bulu pada sikat gigi.
3. Pembusukan akar gigi.
Berawal sebagai jaringan yang menyerupai tulang, yang membungkus permukaan akar
(sementum). Biasanya terjadi pada usia pertengahan akhir. Pembusukan ini sering terjadi
karena penderita mengalami kesulitan dalam membersihkan daerah akar gigi dan karena
makanan yang kaya akan gula. Pembusukan akar merupakan jenis pembusukan yang
paling sulit dicegah.
4. Pembusukan dalam email.
Pembusukan terjadi di dalam lapisan gigi yang paling luar dan keras, tumbuh secara
perlahan. Setelah menembus ke dalam lapisan kedua (dentin, lebih lunak), pembusukan
akan menyebar lebih cepat dan masuk ke dalam pulpa (lapisan gigi paling dalam yang
mengandung saraf dan pembuluh darah).
Dibutuhkan waktu 2-3 tahun untuk menembus email, tetapi perjalanannya dari dentin ke
pulpa hanya memerlukan waktu 1 tahun. Karena itu pembusukan akar yang berasal dari
dalam dentin bisa merusak berbagai struktur gigi dalam waktu yang singkat. Struktur gigi
yang rusak tidak dapat sembuh sempurna, walaupun remineralisasi pada karies yang
sangat kecil dapat timbul bila kebersihan dapat dipertahankan. Untuk lesi yang kecil,
florida topikal dapat digunakan untuk merangsang remineralisasi. Untuk lesi yang besar
dapat diberikan perawatan khusus. Perawatan ini bertujuan untuk menjaga struktur
lainnya dan mencegah perusakan lebih lanjut. Amalgam dapat digunakan sebagai media
untuk penyembuhan karies. Secara umum, pengobatan lebih awal akan lebih nyaman dan
murah dibandingkan perawatan lanjut karena lubang yang lebih buruk. Anestesi lokal,
oksida nitro, atau obat lainnya dapat meredam nyeri. Pembuangan dengan bor dapat
membuang struktur yang sudah berlubang. Sebuah alat seperti sendok dapat
membersihkan lubang dengan baik. Ketika lubang sudah dibersihkan, maka diperlukan
sebuah teknik penyembuhan untuk mengembalikan fungsi dan keadaan estetikanya.
Material untuk penyembuhan meliputi amalgam, resin untuk gigi, porselin, dan emas.
Resin dan porselin dapat digunakan untuk menyamakan warna dengan gigi asal dan lebih
sering digunakan. Bila bahan di atas tidak dapat digunakan, maka diperlukan zat crown
yang terbutat dari emas, porselin atau porselin yang dicampur logam. Pada kasus
tertentu, diperlukan terapi kanal akar pada gigi. Terapi kanal gigi atau terapi endodontik,
direkomendasikan bila pulpa telah mati karena infeksi atau trauma. Saat terapi, pulpa,
termasuk saraf dan pembuluh darahnya, dibuang. Bekas gigi akan diberikan material
seperti karet yang disebut gutta percha. Pencabutan atau ekstraksi gigi juga menjadi
pilihan perawatan karies, bila gigi tersebut telah hancur karena proses pelubangan.
5. Macam-macam obat kumur
Obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk membilas rongga mulut
dengan sejumlah tujuan antara lain untuk menyingkirkan bakteri perusak, bekerja sebagai
penciut, untuk menghilangkan bau tak sedap, mempunyai efek terapi dan menghilangkan
infeksi atau mencegah karies gigi. Obat kumur dikemas dalam dua bentuk yakni dalam
bentuk kumur dan spray. Untuk hampir semua individu obat kumur merupakan metode
yang simpel dan dapat diterima untuk pengobatan secara topikal dalam rongga mulut.
Komposisi yang terkandung dalam obat kumur
Hampir semua obat kumur mengandung lebih dari satu bahan aktif dan hampir semua
dipromosikan dengan beberapa keuntungan bagi pengguna. Masing-masing obat kumur
merupakan kombinasi unik dari senyawa-senyawa yang dirancang untuk mendukung
higiena rongga mulut. Beberapa bahan-bahan aktif beserta fungsinya secara umum dapat
dijumpai dalam obat kumur, antara lain:
a) Bahan antibakteri dan antijamur, mengurangi jumlah mikroorganisme dalam rongga
mulut, contoh: hexylresorcinol, chlorhexidine, thymol, benzethonium, cetylpyridinium
chloride, boric acid, benzoic acid, hexetidine, hypochlorous acid
b) Bahan oksigenasi, secara aktif menyerang bakteri anaerob dalam rongga mulut dan
busanya membantu menyingkirkan jaringan yang tidak sehat, contoh: hidrogen
peroksida, perborate
c) Astringents (zat penciut), menyebabkan pembuluh darah lokal berkontraksi dengan
demikian dapat mengurangi bengkak pada jaringan, contoh: alkohol, seng klorida,
seng asetat, aluminium, dan asam-asam organik, seperti tannic, asetic, dan asam sitrat
d) Anodynes, meredakan nyeri dan rasa sakit, contoh: turunan fenol, minyak eukaliptol,
minyak watergreen
e) Bufer, mengurangi keasaman dalam rongga mulut yang dihasilkan dari fermentasi
sisa makanan, contoh: sodium perborate, sodium bicarbonate
f) deodorizing agents (bahan penghilang bau), menetralisir bau yang dihasilkan dari
proses penguraian sisa makanan, contoh: klorofil
g) deterjen, mengurangi tegangan permukaan dengan demikian menyebabkan bahan-
bahan yang terkandung menjadi lebih larut, dan juga dapat menghancurkan dinding
sel bakteri yang menyebabkan bakteri lisis. Di samping itu aksi busa dari deterjen
membantu mencuci mikroorganisme ke luar rongga mulut, contoh: sodium laurel
sulfate
Beberapa bahan inaktif juga terkandung dalam obat kumur, antara lain:
a. Air, penyusun persentasi terbesar dari volume larutan
b. Pemanis, seperti gliserol, sorbitol, karamel dan sakarin
c. Bahan pewarna
d. Flavorings agents (bahan pemberi rasa).
Efek samping alkohol sebagai komposisi dalam obat kumur
Menurut Witt dkk, dengan adanya alkohol sebagai kandungan dari obat kumur, akan
membatasi penggunaan obat kumur tersebut untuk golongan-golongan tertentu, antara
lain anak-anak, ibu hamil/menyusui, pasien dengan serostomia, dan golongan-golongan
yang menganut keyakinan religius tertentu. Eldridge dkk (1998) menyatakan bahwa
orang-orang dengan mukositis, pasien-pasien yang mengalami irradiasi kepala dan leher
dan gangguan sistem imunitas tidak disarankan menggunakan obat kumur yang
mengandung alkohol.
Para ahli telah melaporkan dan kemudian dipublikasikan dalam Dental Journal of
Australia bahwa obat kumur yang mengandung alkohol memberi kontribusi dalam
peningkatan risiko perkembangan kanker rongga mulut.
Risiko perokok yang mengunakan obat kumur 9 kali lebih besar, demikian juga halnya
dengan peminum alkohol yang menggunakan obat kumur risiko yang terjadi 5 kali lebih
besar, dan pada pengguna obat kumur yang tidak perokok dan peminum alkohol,
peningkatan risiko terjadinya kanker adalah 4-5 kali. Tim peneliti dari university of Sao
Paulo mengatakan bahwa produk-produk obat kumur berkontak langsung dengan mukosa
rongga mulut sebanyak pecandu minuman beralkohol, dan dapat menyebabkan agregasi
kimia dari sel-sel.
Mekanisme alkohol dalam meningkatkan risiko kanker rongga mulut adalah melalui
etanol dalam obat kumur yang berperan sebagai zat karsinogen. Zat karsinogen
berpenetrasi dalam lapisan rongga mulut dengan demikian kerusakan terjadi. Di samping
itu asetaldehid yang merupakan racun dari alkohol, dapat berakumulasi dalam rongga
mulut ketika seseorang berkumur-kumur. Karena hal tersebut di atas risiko kanker
meningkat karena senyawa ini merupakan penyebab kanker.
Contoh Obat Kumur
Untuk menjaga kesehatan gigi dan rongga mulut tidak cukup hanya dengan menyikat gigi
saja, obat kumur jadi penyempurna perawatan sehari-hari.
Beberapa kondisi yang disarankan agar menggunakan obat kumur yaitu ; sariawan,
karang gigi,dan adanya radang.
Dalam memilih obat kumur yang dijual bebas terbatas memang tidak bisa dilakukan
dengan mengujinya lebih dahulu. Karena itu, kalau anda tidak mengalami gangguan
tertentu pada rongga mulut, sebaiknya pilih obat kumur dengan kandungan Tanpa
Alkohol, Chlorhexidine, Fluoride, Antiplaque, Deodorizing dan Oxidizing, Agents,
Oxygenating Agents, Astringents.
Berikut merek dan Kandungan Obat kumur yang baik di gunakan sehari-hari.
1. ALPHADINE
Komposisi : Povidone-iodine.
Indikasi :
Antiseptik dan desinfektan pada rongga mulut dan tenggorokan.
Pencegahan infeksi setelah pencabutan gigi atau pembedahan mulut.
Sariawan.
2. KIN
Komposisi : mouthwash mengandung chlorhexidine 0,12% dan Natrium Fluoride 0,05%.
Chlorhexidine sebagai bahan utama mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan bakteri
plak, sehingga meningkatkan fungsi jaringan gingiva. Chlorhexidine merupakan jenis
antiseptik yang broad spektrum sehingga bisa membunuh bakteri gram positif, negatif,
aerob dan anaerob, yeast serta fungi.
Pada pasien rawat ICU, chlorhexidine berfungsi untuk antiseptik di 3 reservoir VAP
(Ventilator Associated Pneumonia) yaitu di oral, nasal dan mencegah bakteri dental plak.
Fluoride sebagai bahan sekunder KIN GINGIVAL membuat enamel gigi lebih resisten
terhadap aksi pelarutan asam yang dihasilkan oleh plak, memblokir mekanisme terjadinya
karies, dan secara bersamaan membuat gigi menjadi tidak terlalu sensitif.
Komposisi :
Chlorhexidine digluconate………………0,12 g
Sodium fluoride…………………………0,05 g
Sodium Saccharin………………………..0,06 g
Exipient s.q.f……………………….……100 ml
3. FORINFEC OBAT KUMUR
Komposisi : Iodin Povidon.
Indikasi :
Antiseptik lokal.
4. DACTYLEN KUMUR
Komposisi :
Alkohol 23,1%, Eucalyptol 0,09%, Mentol 0,04%, Metil salisilat 0,05%, Timol 0,06%.
Indikasi :
Kebersihan mulut, stomatitis (radang rongga mulut), gingivitis (radang gusi),
periodontitis (radang jaringan ikat penyangga akar gigi), faringitis (radang faring/tekak).
5. GARGLINCOOL & FRESH
Komposisi:
Active ingredients:
Chlorhexidine gluconate……… 0,04 % (w/v)
Sodium Chloride………………… 100 mg
Other ingredients:
Sodium bicarbonate, kollidone, acesulfame-K, menthol, honey liquid, sorbitol,
peppermint oil, gliserin, sodium benzoate, perisa lime, brillian blue, tartrazine.
6. SANORINE
Komposisi :
hyaluronic acid……………..0,1 %
Zat Tambahan :
eucalyptol,methyl salicylate,thymol,menthol,sodium fluoride,sodium soccharin, sodium
cydamate,sodium benzoate,eurocert green light,barley mint,sorbitol, alcohol
21,85%,purifed water.
Kegunaan :
Mempercepat penyenbuhan sariawan,mencegah radang gusi dan pertumbuhan plak.
7. ALOCLAIR PLUS ORAL RINSE
Komposisi :
Aqua maltodextrin, propylene glycol, polyvinylpyrrolidone (PVP), aloe yera extract,
potassium sorbate, sodium benzoate, hydroxyethylcellulose, PEG-40 hydrogenated castor
oil, disodium edetate, benzalkonium chloride, aroma, saccharin sodium, sodium
hyaluronate, glycyrrhetinic acid.
Indikasi :
Aloclair membantu dalam penatalaksanaan nyeri yang disebabkan oleh iritasi pada mulut:
stomatitis aftosa, ulkus aftosa, lesi kecil, termasuk lesi traumatik yang disebabkan oleh
kawat gigi dan gigi tiruan yang tidak sesuai. Juga diindikasikan untuk ulkus aftosa difus.
Aloclair membentuk selaput pelindung yang melekat pada mukosa rongga mulut dan
menghasilkan suatu barier mekanik terhadap daerah yang terkena.
8. ENKASARI LOZENGES
Komposisi
Tiap takaran untuk dewasa mengandung :
Sari daun Saga (arbrus Precatorius Folia) : 0,167 %.Setara dengan bubuk daun kering
Sari Daun Sirih (Piper Betle Folia) : 1,00 %. Setara dengan daun segar
Sari Akar Kayu Manis (Liquiritiae Radix) : 0,044 %. Setara dengan bubuk akar
kering
Mentholum : 0,022 %
Sariawan disebabkan oleh gangguan-gangguan pada alat-alat pencernaan. Obat asli
Indonesia masih banyak yang belum diselidiki meskipun khasiatnya sudah banyak
diketahui. Sebagai contoh dapat dikemukakan daun saga dan akar kayu manis.Kedua obat
ini sudah lama digunakan oleh nenek moyang kita sebagai obat sariawan. Meskipun
demikian sampai sekarang orang masih bertanya-tanya zat-zat apa dan bagaimana
bekerjanya zat-zat yang ada dalam kedua bahan ini.Akhir-akhir ini ternyata bahwa akar
kayu manis misalnya, kecuali Glycyrrhizin terdapat suatu zat lain yang bekerja
spasmolitik, zat mana masih harus ditentukan identitasnya. Zat ini ternyata efektif untuk
menghilangkan gangguan-gangguan dalam lambung dan duodenum (usus dua belas
jari).Daun sirih terkenal khasiatnya sebagai antiseptikum. Dalam obat sariawan
ENKASARI, antiseptikum ini adalah untuk mencegah superinfeksi, yang mudah timbul
pada radang-radang sariawan di mulut kalau dibiarkan tanpa pengobatan.Mentholum
menyegarkan, menghilangkan bau dalam mulut serta meniadakan rasa nyeri yang
disebabkan oleh radang sariawan. Maka kombinasi daun saga – akar kayu manis – daun
sirih – mentholum dalam larutan optimum sangat baik untuk mengobati sariawan.
9. HEMISEAL MOUTH RINSE
Komposisi
Feracrylum...1% w/v Aqua... G.s
Indikasi
Perdarahan Gusi
Perdarahan kapiler selama bedah mulut minor
Memiliki efek anti Mikroba
Onset Kerja Cepat
Non Alkohol
Non Staining
Efek Hemostatik Hemiseal menghentikan perdarahan pada gusi (gingiva) akibat
penyakit periodontal atau operasi minor rongga mulut.
Efek antimikroba Hemiseal melindungi gusi (gingiva) yang terluka dari infeksi
bakteri patogen
Hemiseal mengandung feracrylum yang merupakan polimer asam poliakrilikyang larut
dalam air namun tidak terabsorpsi ke dalam sirkulasi sistemik.
Feracrylum bereaksi dengan albumin (protein yang terdapat dalam darah) dan mengubah
fibrinogen menjadi fibrin yang tidak larut, sehingga terbentu koagulum (bekuan) yang
akan menghentikan perdarahan. Waktu rata-rata yang di butuhkan untuk terbentuk nya
koagulum adalah 30 detik
6. Aloclair gargle dan kenaloc
Aloclair adalah obat untuk membantu mengurangi rasa sakit akibat sariawan sekaligus
mencegah keparahan sariawan lebih lanjut. Aloclair membantu meredakan rasa nyeri
yang disebabkan oleh iritasi pada mulut seperti sariawan, luka tergigit, dll. Aloclair dapat
membentuk lapisan pelindung di atas luka yang terjadi di mukosa rongga mulut dan
melindungi ujung saraf yang terkena.
Aloclair tidak mengandung alkohol, sehingga tidak membuat sensasi menyengat saat
diteteskan dan dapat mengurangi rasa sakit pada luka di mukosa rongga mulut dalam
hitungan menit dan berlangsung hingga 6 jam.
Cocok untuk digunakan pada orang dewasa, anak-anak dan bayi. Aloclair aman jika
tertelan dan memiliki rasa manis yang sangat ringan. Aloclair tidak bereaksi dengan obat
lain, sehingga aman jika digunakan bersamaan dengan obat lain.
Komposisi
Aqua, polyvinylpyrrolidone (PVP), maltodextrin, propylene glycol, PEG-40
hydrogenated castor oil, xanthan gum, potassium sorbate, sodium benzoate, aroma,
disodium edetate, benzalkonium chloride, sodium hyaluronate, saccharin sodium,
glycyrrhetinic acid, ekstrak aloe vera.
Bentuk sediaan
- Oral rinse (60 mL)
- Gel (8 mL)
- Spray (15 mL)
Farmakologi
Membentuk selaput pelindung/lengketan pada lesi dan memberikan efek analgesik,
antiseptik, antiinflamasi serta wound healing.
Indikasi
Aloclair meredakan rasa nyeri yang disebabkan oleh iritasi pada mulut, seperti:
1. Sariawan (stomatis aphthosa)
2. Luka karena trauma (lesi traumatik) yang disebabkan oleh
kawat gigi dan gigi tiruan yang tidak sesuai.
Kontraindikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap obat ini.
Petunjuk penggunaan
1. Oral rinse: 10 ml dikumur 1 menit 3-4 x/hari
2. Gel: Oles 1-2 cm 3-4 x/hari
3. Spray: 3-4 semprot 3-4 x/hari
Kenalog
Kenalog adalah nama dagang dari triamsinolon acetonid, yaitu kortikosteroid sintetik
yang secara umum mempunyai efek antiperadangan, anti gatal dan anti alergi. Istilah
orabase menunjukkan bahwa obat ini diaplikasikan ke dalam mulut.
Fungsi utama kenalog in orabase adalah untuk mengobati nyeri, bengkak, peradangan,
dan luka pada mulut atau gusi. Luka bisa terjadi akibat tergigit, jatuh, atau terkena benda
asing, misalnya tulang ikan. Dengan pemberian kenalog in orabase diharapkan proses
penyembuhan berlangsung lebih cepat. Kenalog in orabase dikontraindikasikan pada
pasien dengan riwayat hipersensitifitas terhadap triamsinolon asetonid atau kortikosteroid
lainnya. Selain itu, kenalog in orabase juga tidak boleh diberikan dengan pasien yang
menderita infeksi virus, bakteri, jamur di mulut atau tenggorokan.
Efek samping
Efek samping kenalog in orabase jarang terjadi. Efek samping biasanya berupa
memburuknya bengkak di dalam mulut, iritasi mulut atau gusi. Selain itu dapat muncul
rasa gatal, kering, kemerahan, dan rasa terbakar pada daerah yang diobati dengan kenalog
in orabase.
Pada penggunaan lama dan dalam dosis besar, dapat terjadi efek samping sistemik seperti
gangguan metabolisme gula, metabolisme protein, luka lambung, dan lain-lain. Efek
sistemik ini sangat jarang terjadi. Pada ibu hamil, penggunaan obat ini secara jangka
panjang karena dapat menyebabkan penumpukan air di dalam tubuh dan janin yang
dikandung ibu dapat ikut terpangaruh.
Dosis
Kenalog in orabase berbentuk pasta. Cara pemberiannya dengan mengoleskan pasta
tersebut langsung ke luka pada dinding mulut atau gusi. Saat mengoleskan sebaiknya
seluruh luka tertutupi dengan pasta kenalog in orabase secara keseluruhan. Selain
mengoleskan secara langsung, kenalog in orabase juga dapat diberikan dengan
menggunakan cotton buds.
Waktu pengolesan sebaiknya diberikan menjelang tidur sehingga obat dapat berkontak
dengan luka secara maksimal sepanjang malam. Pemberian dilakukan dua atau tiga kali
sehari. Jika penyakit tidak membaik selama 7 hari, maka pengobatan harus dievaluasi
lagi. Kenalog in orabase hanya untuk dioleskan ke dalam mulut, tidak boleh dioleskan ke
mata atau kulit.
7. Perjalanan saraf gigi ke otak
Nervus sensori pada rahang dan gigi berasal dari cabang nervus cranial ke-V atau nervus
trigeminal pada maksila dan mandibula. Persarafan pada daerah orofacial, selain saraf
trigeminal meliputi saraf cranial lainnya, seperti saraf cranial ke-VII, ke-XI, ke-XII.
Saraf trigeminus adalah saraf yang berperan dalam mengirimkan sensasi dari kulit
bagian anterior kepala, rongga mulut dan hidung, gigi, dan meningen. Saraf trigeminus
memiliki tiga divisi (mata/oftalmik, rahang atas/maksilaris dan rahang bawah/mandibula)
yang selanjutnya diperlakukan sebagai saraf-saraf terpisah. Pada divisi mandibula
terdapat juga serabut saraf motorik yang mensarafi otot-otot yang digunakan dalam
mengunyah. Saraf trigeminus merupakan saraf campuran di mana sebagian besar
merupakan serat saraf sensoris wajah, dan sebagian yang lain merupakan serat saraf
motoris dari otot mastikasi.
Anatomi Nervus Trigeminus
Nervus Trigeminus merupakan nervus cranialis yang terbesar dan melayani arcus
branchialis pertama. Nervus ini mengandung serat-serat branchiomotorik dan aferen
somatik umum (yang terdiri atas komponen ekteroseptif dan komponen proprioseptif),
dengan nuclei sebagai berikut :
a. Nucleus Motorius Nervus Trigemini
Dari Nucleus ini keluar serat-serat branchiomotorik yang berjalan langsung ke arah
ventrolateral menyilang serat-serat pedunculus cerebellaris medius (fibrae
pontocerebellares) dan pada akhirnya akan melayani m. Masticatores melalui rami
motori nervi mandibularis dan m. Tensor Veli Palatini serta m. Mylohyoideus.
b. Nucleus Pontius, Nervi Trigemini dan Nucleus Spinalis Nervi Trigemini
Kedua Nucleus ini menerima impuls-impuls eksteroseptif dari daerah muka dan
daerah calvaria bagian ventral sampai vertex.Di antara kedua nucleus di atas terdapat
perbedaan fungsional yang penting : di dalam nucleus Pontius berakhir serat-serat
aferan N. V yang relatif kasar, yang mengantarkan impuls-impuls rasa raba,
sedangkan nucleus spinalis N. V terdiri atas sel-sel neuron kecil dan menerima serat-
serat N. V yang halus yang mengantarkan impuls-impuls eksteroseptif nyeri dan suhu.
Saraf trigeminal atau saraf kranial ke 5 terutama memberi persarafan pada kulit
muka, konjungtiva dan kornea, mukosa dari hidung , sinus-sinus dan bagian frontal dari
rongga mulut, juga sebagian besar dari duramater. Saraf ini keluar dari bagian lateral pons
berupa akar saraf motoris dan saraf sensoris. Akar saraf yang lebih kecil, yang disebut
juga portio minor nervi trigemini, merupakan akar saraf motoris.
Berasal dari nukleus motoris dari saraf trigeminal dibatang otak terdiri dari serabut-
serabut motoris, terutama mensarafi otot-otot pengunyah. Dalam perjalanannya akar saraf
ini melalui ganglion disebelah medial dari akar sensoris yang jauh lebih besar, sebelum
bergabung dengan saraf mandibularis pada saat melalui foramen ovale dari os. Sphenoid.
Akar sensoris saraf trigeminal yang lebih besar disebut dengan portio major nervi
trigemini yang memberi penyebaran serupa dengan akar-akar saraf dorsalis dari saraf
spinal. Akar-akar saraf sensoris ini akan melalui ganglion trigeminal (ganglion gasseri)
dan dari sini keluar tiga cabang saraf tepi yaitu cabang optalmikus, cabang maksilaris dan
cabang mandibularis.Cabang pertama yaitu saraf optalmikus berjalan melewati fissura
orbitalis superior dan memberi persarafan sensorik pada kulit kepala mulai dari fissura
palpebralis sampai bregma (terutama dari saraf frontalis) dan suatu cabang yang lebih
kecil ke bagian atas dan medial dari dorsum nasi. Konjungtiva, kornea dan iris, mukosa
dari sinus frontalis dan sebagian dari hidung, juga sebagian dari duramater dan pia-
arakhnoid juga disarafi oleh serabut, saraf sensoris dari saraf ophtalmikus. Cabang kedua,
yaitu saraf maksilaris memasuki fossa pterygopalatina melalui foramen maksilaris
superior memberikan cabang saraf zygomatikus yang menuju ke orbita melewati fissura
orbitalis inferior. Batang utamanya yaitu saraf infra orbitalis menuju ke dasar orbita
melewati fissura yang sama.
Sewaktu keluar dari foramen infra orbitalis, saraf ini terbagi menjadi beberapa
cabang yang menyebar di permukaan maksila bagian atas dari wajah bagian lateral dari
hidung dan bibir sebelah atas. Sebelum keluar dari foramen infra orbitalis, didapat
beberapa cabang yang mensarafi sinus maksilaris dan gigi-gigi molar dari rahang atas,
ginggiva dan mukosa mulut yang bersebelahan. Cabang yang ketiga, merupakan cabang
yang terbesar yaitu saraf mandibularis. Saraf ini keluar dari rongga kepala melalui
foramen ovale dari os sphenoid, selain terdiri dari akar-akar saraf motoris dari saraf
trigeminal, juga membawa serabut-serabut sensoris untuk daerah buccal, ke rahang bawah
dan bagian depan dari lidah, gigi mandibularis, ginggiva.
Cabang aurikulo temporalis yang memisahkan diri sejak awal, mensarafi daearah
didepan dan diatas daun telinga maupun meatus akustikus eksternus dan membrana
tympani. Serabut – serabut sensoris untuk duramater yang merupakan cabang-cabang dari
ketiga bagian saraf trigeminal berperan dalam proyeksi rasa nyeri yang berasal dari
intrakranial. Terdapat hubungan yang erat dari saraf trigeminal dengan saraf
otonomik/simpatis, di mana ganglia siliaris berhubungan dengan saraf ophtalmikus,
ganglion pterygopalatina dengan saraf maksilaris sedangkan ganglion optikus dan
submaksilaris berhubungan dengan cabang mandibularis
Nervus sensori yang terdapat pada bagian rahang dan gigi dalam tubuh kita berasal
dari suatu cabang nervus cranial yang ke-V atau dikenal juga sebagai nervus
trigeminal. N. trigeminus berasal dari permukaan anterolateral pertengahan ponsvaroli
sebagai 2 akar (radices) yaitu: Portio major: radix sensorial yang terdiri atas komponen-
komponen sensorik dan portio minor: radix motorik yang terdiri atas komponen motorik.
Serabut portio major n. trigeminus muncul dari sisi lateral permukaan ventral pons
varoli sedangkan portio minor dari permukaan pons kira-kira 2-5mm di sebelah
medioanterior portio major. Radik ini kemudian akan berjalan ke anterior didalam fossa
crania anterior dimana berkas-berkas tersebut akan bergabung didalam ganglion
semilunare gasseri (ganglion trigeminal), ganglion ini terdapat di suatu lekukan pada
duramater yang dinamakan cavum trigeminus (cavum meckeli). Nervus trigeminus di
lepaskan dari ganglion semilunaris dan memiliki 3 cabang nervus yaitu N. ophtalmicus,N.
maxillaris dan N. mandibularis.
N. ophtalmicus terletak di sebelah kaudal, N. mandibularis terletak rostral dan N.
maxillaries di antara keduanya. N. ophtalmicus dan N. maxillaries bersifat sensorik,
sedangkan N. mandibularis bersifat sensorik dan motorik. Kemudian meninggalkan
cavum cranii melalui foramen ovale bersama-sama dengan N. mandibularis
a. N. Opthalmicus
Cabang terkecil dari ganglion gasseri keluar dari cranium melalui fissura orbitalis
superior. Inervasi struktur di dalam; orbita, dahi, kulit kepala, sinus frontalis, palpebra
superior.
b. N. Maxillaris
N. Maxillaris keluar dari cranium melalui foramen rotundum fossa pterygopalatina
terus berjalan melalui fissura orbitalis inferior ke anterior canalis infra orbitalis.
Cabang maksila nervus trigeminus mempersarafi gigi-gigi pada maksila, palatum, dan
gingiva di maksila. Selanjutnya cabang maksila nervus trigeminus ini akan bercabang
lagi menjadi nervus alveolaris superior. Nervus alveolaris superior ini kemudian akan
bercabang lagi menjadi tiga, yaitu nervus alveolaris superior anterior, nervus
alveolaris superior medii, dan nervus alveolaris superior posterior. Nervus alveolaris
superior anterior mempersarafi gingiva dan gigi anterior, nervus alveolaris superior
medii mempersarafi gingiva dan gigi premolar serta gigi molar I bagian mesial,
nervus alveolaris superior posterior mempersarafi gingiva dan gigi molar I bagian
distal serta molar II dan molar III.
Cabang N. Maxillaris
Saraf Lokasi Inervasi
1. 1. n. pharyngeus
2. n. palatinus mayus
3. n. palatinus minor
4. n. nasopalatinus
5. n. nasalis superior
n. palatinus mayus
keluar mell foramen
palatinus mayor
mucoperiosteum palatal molar & premolar RA
& beranastomosis dg n. nasopalatinal
n. nasopalatinus
keluar dari kanalis
nasopalatinus
mucoperiosteum palatal regio gigi anterior RA
(caninus ka-ki)
2. N. Alveolaris
Superior Posterior
semua akar gigi molar ke-2, 3 & akar gigi
molar 1 kec. Akar mesiobukal
3. N. Alveolaris
Superior Medius
gigi premolar 1 & 2 & akar mesiobukal gigi
molar 1 RA
4. N. Alveolaris
Superior Anterior
gigi insisivus sentral & lateral, caninus,
membran mukosa labial, periosteum, alveolus
semua pada satu sisi RA
5. N. Infra orbitalis
Keluar melalui
foramen infra
orbitalis.
palpebra inferior, sisi lateral hidung & labium
oris superior
c. N. Mandibularis
Cabang terbesar keluar dari ganglion gasseri. Dari cranium keluar melalui foramen
ovale membentuk 3 cabang; n. buccalis longus, n. Lingualis, n. alveolaris inferior
Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior. Nervus
alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di bawah akar gigi
molar sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi ini tidaklah merupakan
sebuah cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga cabang yang lebih besar yang
membentuk plexus dimana cabang pada inferior ini memasuki tiap akar gigi.
Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada persarafan
mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya pada mukosa pipi, saraf ini
juga memiliki cabang yang biasanya di distribusikan ke area kecil pada gingiva buccal
di area molar pertama. Namun, dalam beberapa kasus, distribusi ini memanjang dari
caninus sampai ke molar ketiga. Nervus lingualis, karena terletak di dasar mulut, dan
memiliki cabang mukosa pada beberapa area mukosa lidah dan gingiva. Nervus
mylohyoid, terkadang dapat melanjutkan perjalanannya pada permukaan bawah otot
mylohyoid dan memasuki mandibula melalui foramen kecila pada kedua sisi midline.
Pada beberapa individu, nervus ini berkontribusi pada persarafan dari insisivus sentral
dan ligament periodontal.
Cabang N. Mandibularis
Saraf Lokasi Inervasi
I. N. Buccalis longus
Berjalan diantara kedua caput m.
pterygoideus externus menyilang
ramus dan masuk ke pipi melalui
m. buccinators
membran mukosa bukal,
mucoperiosteum lateral gigi molar atas
dan bawah
II. N. Lingualis
Berjalan ke bawah superfisial dari
m. pterygoideus internus berlanjut
kelingual apeks gigi molar ke-3
RB. Masuk ke basis lidah melalui
dasar mulut
2/3 anterior lidah, mucoperiosteum &
membran mukosa lingual
III.
Inferior
Cabang terbesar N. Mandibularis. Turun dibalik m. pterygoideus externus
disebelah posterior-lateral n.lingualis, berjalan antara ramus mandibula &
ligamentum sphenomandibularis masuk ke canalis mandibula.
Bersama arteri alveolaris inferior berjalan di dalam canalis mandibula &
mengeluarkan percabangan untuk inervasi geligi RB dan keluar melalui
foramen mentale
Cabang N. Alveolaris
Inferior1. n. Mylohyoideus
m. Mylohyoideus, venter anterior m.
digastrici di dasar mulut.
2. r. Dentalis brevismolar, premolar, proc. Alveolaris &
periosteum, membran mukosa bukal
3. r. Mentalis kulit dagu, membran mukosa labium oris
inferior
4. r. Incisivus gigi incisivus sentral-lateral, caninus
8. Pemeriksaan subjektif, objektif, dan treatment sederhana dari:
a. Karies Email
Merupakan karies dini yang mengenai email gigi. Akibat dari demineralisasi lanjutan
dari email gigi. Terlihat daerah gelap pada permukaan email. Terdapat 2 jenis, yaitu
karies insipiens dan karies superfisialis. Karies insipiens merupakan karies yang
terjadi pada permukaan email gigi (lapisan terluar dan terkaras dari gigi), dan belum
terasa sakit hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat pada email, sedangkan karies
superfisialis merupakan karies yang sudah mencapai bagian dalam dari email dan
kadang-kadang terasa sakit.
b. Karies Dentin
Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian
pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa.
Subjektif: gigi biasanya terasa sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan
asam dan manis.
Objektif: Terlihat mahkota sedikit keabu-abuan, kavitas coklat muda, sondase
menembus email dan mencapai dentin.
c. Iritasi Pulpa
Iritasi pulpa merupakan suatu keadaan dimana lapisan enamel gigi mengalami
kerusakan sampai batas dentinoenamel junction
Subjektif : rasa ngilu sewaktu makan atau minum asam atau manis dan sikat gigi
Objektif :
- Inspeksi : karies (+), dapat di berbagai permukaan
- Sondasi : kedalaman superfisial, ngilu (+)
- Perkusi : (-)
- Palpasi : (-)
Pengobatan : penambalan atau konservasi
d. Hiperemia Pulpa
Hiperemia pulpa merupakan kelanjutan iritasi pulpa, sumber iritan berupa
toksik/metabolik dari mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan struktur
dentin lalu penetrasi ke dalam pulpa.
Subjektif : sakit atau sangat ngilu ketika ada rangsangan dari makanan dan segera
akan hilang jika rangsang dihilangkan. Tidak ada riwayat sakit spontan.
Objektif :
- Inspeksi : karies (+)
- Sondasi : kedalaman medial, sangat ngilu dan sakit (+++) tapi segera hilang
- Perkusi : (-)
- Palpasi : (-)
Pengobatan : penambalan atau konservasi ditambah dengan pulpa capping
menggunakan kalsium hidroksida (Ca(OH)2)
e. Pulpitis Reversible
Pulpitis reversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang
yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa mampu kembali pada keadaan
tidak terinflamasi setelah stimuli ditiadakan. Rasa sakit yang berlangsung
sebentar dapat dihasilkan oleh stimuli termal pada pulpa yang mengalami
inflamasi reversibel tapi rasa sakit hilang segera setelah stimuli dihilangkan.
Subjektif : rasa sakit yang tajam hanya sebentar dan hilang setelah rangsangan
dihilangkan. Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan minuman dingin
daripada panas dan oleh udara dingin.
Objektif :
- Perkusi : (-)
- Karies mengenai dentin/karies profunda
- Pulpa belum terbuka
- Sondase (+)
- Chlorethyl (+)
Pengobatan : pulpitis reversible dapat dilakukan restorasi. Ada beberapa macam
restorasi yang dapat digunakan seperti amalgam, resin komposit, dan glass
ionomer cement (GIC)
f. Pulpitis Irreversible
Pulpitis irreversible merupakan kelanjutan dari pulpitis reversible. Kerusakan
pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif,
terganggunya aliran darah pada pulpa akibat trauma, dan pergerakan gigi dalam
perawatan ortodonsi dapat menyebabkan pulpitis irreversibel. Pulpitis irreversible
merupakan inflamasi yang tidak akan dapat pulih walaupun penyebabnya
dihilangkan.
Subjektif : nyeri pulpitis irreversibel dapat berupa nyeri tajam, tumpul, lokal, atau
difus dan berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam dan terjadi spontan
yang disebabkan oleh makanan manis atau asam..
Objektif :
- Perkusi : (-)
- Karies mengenai dentin/karies profunda
- Pulpa terbuka
- Sondase (+)
- Chlorethyl (+)
Pengobatan : pulpotomi, pulpektomi
g. Nekrose Pulpa
Nekrosis pulpa adalah kematian pulpa yang dapat diakibatkan oleh pulpitis
irreversible yang tidak dirawat atau terjadi trauma yang dapat mengganggu suplai
darah ke pulpa.
Subjektif : gigi yang kelihatan normal dengan pulpa nekrotik tidak menyebabkan
gejala rasa sakit. Ada diskolorasi gigi, kadang gigi mengalami perubahan warna
keabu-abuan atau kecoklat-coklatan yang nyata.
Objektif : gigi dengan pulpa nekrotik tidak berekasi terhadap dingin, tes pulpa
listrik, atau tes kavitas.
Pengobatan : Untuk gigi yang mempunyai akar satu diadakan perawatan akar
syaraf, untuk gigi yang mempunyai akar lebih dari satu diadakan pencabutan bila
ada keluhan.
a. Periodontitis
Periodontitis adalah penyakit inflamasi yang melibatkan struktur jaringan
periodontal dan mengakibatkan kerusakan dari jaringan perlekatan dan terdapat
perkembangan dari poket periodontal.
Subjektif : perdarahan gusi, perubahan warna gusi, bau mulut
Objektif: gusi akan tampak bengkak dan berwarna merah keunguan. Akan tampak
endapan plak atau karang di dasar gigi disertai kantong yang melebar di gusi.
Pengobatan : skaling dan root planing, antibiotika, kumur-kumur antiseptik, bedah
periodontal, dan ekstraksi gigi.
9. Trepanasi
Tujuan trepanasi adalah menciptakan drainase melalui saluran akar atau melalui tulang
untuk mengalirkan sekret luka serta untuk mengurangi rasa sakit. Jika timbul abses
alveolar akut, berarti infeksi telah meluas dari saluxan akar melalui periodontal apikalis
sampai ke dalam tulang periapeks. Nanah dikelilingi oleh tulang pada apeks gigi dan
tidak dapat mengalir ke luar. Pada stadium ini belum tampak suatu pembengkakan.
Perasaan sangat nyeri terutama bila ditekan sehingga untuk menghilangkannya perlu
segera dilakukan drainase.
Untuk itu dapat dipakai dua cara:
- Trepanasi melalui saluran akar.
- Trepanasi di daerah apeks akar.
Trepanasi melalui saluran akar
Usaha awal untuk memperoleh drainase adalah membuka saluran akar lebar-lebar sampai
melewati foramen apikalis dan saluran akar dibiarkan terbuka beberapa hari supaya sekret
dapat mengalir ke luar. Ke dalam kavum pulpa dimasukkan kapas yang longgar agar sisa
makanan tidak menutup jalan drainase. Setiap hari kapas diganti dan saluran dibersihkan
dengan larutan garam fisiologis utau NaOCl 5% bila sekret pus tidak ada lagi. Dalam hal
ini, Schroeder (1981) menganjurkan terapi altematif, yaitu pemberian preparat antibiotik
dan kortikosteroid (pasta Ledermix), dan menutup saluran dengan oksida seng eugenol.
Setelah rasa sakit berkurang dan drainase telah berhenti, saluran akar dipreparasi dengan
sempurna dan diisi dengan bahan pengisi saluran akar.
Trepanasi melalui tulang
Trepanasi ini dikenal dengan nama fistulasi apikal.
Teknik:
1. Berikan anestesi lokal.
2. lnsisi (dalam bentuk semilunar panjangnya kira-kira 20 mm) sekitar daerah batas
mukogingival di mana terletak apeks, dilakukan dengan bantuan foto rontgen.
Perforasi dengan fistulator (Sargenti 1965) melalui mukosa dan tulang tidak
dianjurkan karena lokasi apeks tidak dapat ditentukan dengan tepat dan luka yang
disebabkan sobekan akan meninggalkan bekas.
3. Pengambilan tulang alveolar langsung di atas apeks dan nanah mengalir keluar.
5. Kuretase dengan kuret secara hati-hati pada apeks dan irigasi
dengan larutan garam fisiologis.
6. Lakukan penjahitan (kira-kira dua jahitan)
7. Memasukkan sebuah pita kasa ke bawah selaput lendir.
8. Pemberian analgetik dan antibiotik.
Fistulasi apikal sebagai penanganan darurat dapat dianjurkan pada abses alveolar akut
atau infeksi periapeks akut yang disebabkan pengisian saluran akar yang tidak sempurna
atau pengisian yang berlebihan.
Pada beberapa buku tertentu, fistula apikal digambarkan sebagai prosedur sederhana yang
berlangsung hanya beberapa menit saja. Dalam hal ini sering tidak diperhatikan kalau
justru gjgi depan jarang sekali memerlukan fistulasi apikal karena gigi ini dapat ditangani
secara endodonti tanpa kesulitan. Dengan demikian, cara penanggulangan ini terutama
dilakukan pada gigi belakang yang apeksnya tidak selalu mudah ditemukan lokasinya.
Struktur anatomis seperti sinus maksilaris, kanalis mandibularis, foramen mentalis sering
terletak di daerah yang dekat apeks, sementara akar palatal gigi posterior atas berada di
tempat yang sulit dicapai, Dengan bantuan foto rontgen yang tepat, sedapat mungkin
tanpa perubahan bentuk serta ukuran yang benar, letak apeks itu dapat diketahui dengan
tepat. Hal tersebut menjadi alasan untuk selalu dibuat flap mukoperiosteal fistulasi apikal.
Namun, jika lokasi apeks itu sukar ditentukan, tulang dibor sedikit, sebuah karet (2 mm)
dimasukkan ke dalam lekukan, kemudian dilakukan foto rontgen sebagai pengontrol.
Prosedur ini sangat memudahkan usaha untuk menemukan apeks. Akan tetapi, perlu
diingat bahwa fistulasi apikal bukan merupakan suatu perawatan akhir karena walaupun
telah dilakukan drainase nanah, penyakit utama yang merupakan sumber infeksi pada
saluran akar belum diatasi. Setelah gejala rasa sakit berkurang, saluran akar harus
ditangani menurut prosedur yang tepat. Jika hal ini tidak mungkin dilakukan karena
pemblokiran saluran, ujung akar harus direseksi dan dilakukan pengisian saluran akar
secara retrograd untuk menutup rapat saluran ke jaringan periapeks. Tindakan ini dapat
dilakukan selama kunjungan yang sama, tetapi boleh juga dilakukan setelah dua atau tiga
minggu. Fistulasi apikal tidak merangsang penyembuhan granuloma, tetapi berfungsi
untuk rnenciptakan drainase dan mengendalikan rasa sakit, dan tindakan ini hanya
merupakan tindakan darurat. Hal ini diindikasikan pada infeksi apikal akut yang diikuti
dengan rasa sakit.
10. Antibiotik dan analgetik pada ibu hamil dan menyusui
Lactation Risk Categories Pregnancy Risk Categories
L1 (safest)
L2 (safer)
L3 (moderately safe)
L4 (possibly hazardous)
L5 (contraindicated)
A (controlled studies show no risk)
B (no evidence of risk in humans)
C (risk cannot be ruled out)
D (positive evidence of risk)
X (contraindicated in pregnancy)
NR: Not Reviewed. This drug has not yet been reviewed by Hale.
FDA merekomendasikan 5 kategori obat yang memerlukan perhatian khusus terhadap
kemungkinan efek terhadap janin.
Kategori A. Obat yang sudah pernah diujikan pada manusia hamil dan terbukti tidak ada
risiko terhadap janin dalam rahim. Obat golongan ini aman untuk dikonsumsi oleh ibu
hamil.
Kategori B. Obat yang sudah diujikan pada binatang dan terbukti ada atau tidak ada efek
terhadap janin dalam rahim akan tetapi belum pernah terbukti pada manusia. Obat
golongan ini bila diperlukan dapat diberikan pada ibu hamil.
Kategori C. Obat yang pernah diujikan pada binatang atau manusia akan tetapi dengan
hasil yang kurang memadai. Meskipun sudah dujikan pada binatang terbukti ada efek
terhadap janin akan tetapi pada manusia belum ada bukti yang kuat. Obat golongan ini
boleh diberikan pada ibu hamil apabila keuntungannya lebih besar dibanding efeknya
terhadap janin.
Kategori D. Obat yang sudah dibuktikan mempunyai risiko terhadap janin manusia. Obat
golongan ini tidak dianjurkan untuk dikonsumsi ibu hamil. Terpaksa diberikan apabila
dipertimbangkan untuk menyelamatkan jiwa ibu
Kategori X. Obat yang sudah jelas terbukti ada risiko pada janin manusia dan kerugian
dari obat ini jauh lebih besar daripada manfaatnya bila diberikan pada ibu hamil, sehingga
tidak dibenarkan untuk diberikan pada ibu hamil atau yang tersangka hamil.
Antibiotika
Amoxicillin Larotid, AmoxilApproved B L1
Aztreonam AzactamApproved B L2
Cefadroxil Ultracef, DuricefApproved B L1
Cefazolin Ancef, KefzolApproved B L1
Cefotaxime ClaforanApproved B L2
Cefoxitin MefoxinApproved B L1
Cefprozil CefzilApproved C L1
CeftazidimeCeftazidime, Fortaz, Taxidime Approved B L1
Ceftriaxone RocephinApproved B L2
Ciprofloxacin CiproApproved C L3
Clindamycin CleocinApproved B L3
ErythromycinE-Mycin, Ery-tab, ERYC, Ilosone Approved B
L1L3 early postnatal
Fleroxacin -Approved - NR
Gentamicin GaramycinApproved C L2
Kanamycin Kebecil, KantrexApproved D L2
Moxalactam MoxamApproved - NR
Nitrofurantoin MacrobidApproved B L2
Ofloxacin FloxinApproved C L2
Penicillin -Approved B L1
Streptomycin StreptomycinApproved D L3
Sulbactam -Approved - NR
Sulfisoxazole Gantrisin, Azo-GantrisinApproved C L2
TetracyclineAchromycin, Sumycin, Terramycin Approved D L2
Ticarcillin Ticarcillin, Ticar,
Timentin Approved B L1
Trimethoprim/sulfamethoxazole
Proloprim, TrimpexApproved C L3
Analgesik
Name of medication AAP approved?
Pregnancy Risk Category
Lactation Risk Category
Acetaminophen(Tylenol)
Approved B L1
Aspirin Caution C (1st, 2nd trim.)D (3rd trim.)
L3
Azapropazone(Rheumox)
Approved - L2
Butalbital(Fioricet, Fiorinal, Bancap, Two-dyne)
NR D L3
Butorphanol(Stadol)
Approved B (1st, 2nd trim.)D (3rd trim.)
L3
Celecoxib(Celebrex)
NR C L2
Codeine(in Tylenol #3, #4)
Approved C L3
Colchicine Approved D L4
Diclofenac(Cataflam, Voltaren)
NR B L2
Fentanyl(Sublimaze)
Approved B L2
Flurbiprofen(Ansaid, Froben, Ocufen)
NR B (1st, 2nd trim.)C (3rd trim.)
L2
Hydrocodone(Lortab, Vicodin)
NR B L3
Hydromorphone(Dilaudid)
NR C L3
Ibuprofen(Advil, Nuprin, Motrin, Pediaprofen)
Approved B (1st, 2nd trim.)D (3rd trim.)
L1
Indomethacin(Indocin)
Approved B (1st, 2nd trim.)D (3rd trim.)
L3
Ketorolac(Toradol, Acular)
Approved B (1st, 2nd trim.)D (3rd trim.)
L2
Meperidine(Demerol)
Approved B L2;L3 early postpartum
Methadone(Dolophine)
Approved B L3
Morphine(Duramorph, Infumorph, Epimorph, MS Contin)
Approved B L3
Nalbuphine(Nubain)
NR B L2
Naproxen(Anaprox, Naprosyn, Naproxen, Aleve)
Approved B L3;L4 for chronic use
Nefopam(Acupan)
Approved - NR
Oxycodone(Tylox, Percodan,Oxycontin, Roxicet, Endocet, Roxiprin, Percocet)
NR B L3
Pentosan polysulfate(Elmiron)
NR B L2
Piroxicam(Feldene)
Approved B L2
Propoxyphene(Darvocet N, Propacet, Darvon)
Approved C L2
Rofecoxib(Vioxx)
Withdrawn from the market
Secobarbital(Seconal)
Approved D L3
Tolmetin(Tolectin)
Approved C L3
Tramadol HCL(Ultram, Ultracet)
NR C L3