Download - TUGAS INDIVIDU.docx
A. JUDUL
Pengaruh Jenis Kelamin Tingkat Kecerdasan Siswa (IQ) Terhadap Hasil
Belajar Siswa Menerapkan Konsep Logaritma Pada Pembelajaran
Matematika Di SMKN 1 Mojokerto.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap hasil belajar siswa
menerapkan konsep logaritma pada pada pembelajaran matematika?
2. Apakah ada pengaruh tingkat kecerdasan (IQ) pada penerapan konsep
logaritma tehadap hasil belajar siswa?
3. Apakah ada pengaruh jenis kelamin dan tingkat kecerdasan (IQ)
terhadap hasil belajar siswa?
C. KAJIAN PUSTAKA
1. Jenis Kelamin
a. Penjelasan
Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan
antara pria dengan wanita secara biologis sejak seseorang lahir. Seks
berkaitan dengan tubuh pria dan wanita, dimana pria memproduksi
sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara
biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan
biologis dan fungsinya tetap dengan pria dan wanita pada segala ras
yang ada di muka bumi. Jadi semua manusia dibedakan jenis
kelaminnya menjadi 2 yaitu:
1) Pria
2) Wanita
b. Perbedaan Pria Dan Wanita Secara Biologis
Wanita berpendapat bahwa tidak ada perbedaan anatara pria dan
wanita kecuali murni biologis (Barnhouse, 1988, dikutip dari Hartati,
2002). Secara biologis, pada dasarnya wujud pria dan wanita berbeda
secara fisik. Pada umumnya pria berbadan kekar, dan lebih berotot
dibandingkan dengan wanita yang umumnya lebih pendek, lebih
kecil dan kurang berotot. Fisik wanita berbeda dengan pria, suara
wanita lebih halus wanita melahirkan sedangkan pria tidak
(Budiman, 1985, dikutip dari Hartati, 2002).
c. Perbedaan Secara Psikologisa
Wanita dan pria mempunyai perbedaan secara psikologis dimana
pria cenderung lebih rasional, lebih aktif dan agresif, sedangkan
wanita sebaliknya lebih emosional dan lebih pasif (Budiman, 1985,
dikutip dari Hartati, 2002). Menurut Parson (dikutip dari Hartati,
2002) menyatakan bahwa stereotype wanita adalah ekspresif, artinya
perhatian wanita lebih tertuju pada perasaan dan hubungan
interpersonal. Benyamin Spock (dikutip dari Hartati, 2002)
mengemukakan bahwa stereotype pria adalah instrumental, artinya
bahwa perhatian pria lebih tertuju pada instrumental, artinya bahwa
perhatian pria lebih tertuju pada pemecahan masalah. Untuk itu pria
dituntut mempunyai sifat logic, penuh percaya diri dan bertingkah
laku yang mengarah pada sasaran.
d. Perbedaan Secara Sosiologis
Sis Heyster (dikutip dari Hartati, 2002) menggolongkan pria
kedalam tipe pecinta alam, pejabat, pencari kultur sedangkan wanita
digolongkan ke dalam tipe keibuan, romantis, tenang dan intelektual.
Kaum wanita cenderung lebih tinggi motif sosialisasinya, lebih
sensitive dan mengikuti perasaan dalam hubungan spontan dengan
teman dekatnya sedangkan pria cenderung rasional, agresif dalam
memenuhi kebutuhan sosialnya.
2. Tingkat kecerdasan siswa/Kecerdasan Intelegensi (IQ)
Kecerdasan Intelegensi
Kecerdasan adalah kapasitas seseorang untuk memperoleh
pengetahuan (belajar dan memahami), mengaplikasikan pengetahuan
pengetahuan (memecahkan masalah), dan melakukan penalaran abstrak
(C. George Boeree, Metode Pembelajaran dan Pengajaran, terj. Abdul
Qodir Shaleh, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 125).
Sedangkan intelegensi adalah kemampuan menghadapi dan
menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara tepat dan efektif,
kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif dan
kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar secara cepat.
(J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Katono, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2010, hlm. 253).
Walters dan gardner, sebagaimana dikutip Saifuddin Azwar,
berpendapat intelegensi adalah suatu kemampuan atau serangkaian
kemampuan intelegensi adalah suatu kemampuan atau serangkaian
kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau
produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu (Saifuffin
Azwar, Pengantar, hlm. 7). Menurut William stern sebagaimana
dikutip oleh baharuddin, intelegensi adalah kesanggupan jiwa untuk
menghadapi dan mengatasi keadaan-keadaan atau kesulitan baru
dengan sadar, dengan berpikir cepat dan tepat (Baharuddin, Psikologi,
hlm. 126). Sedangkan menurut Terman, sebagaimana dikutip oleh F.
Patty et. al, intelegensi adalah kesanggupan belajar secara abstrak (F.
Patty, et. al, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya: Usaha Nasional,
1982).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
intelegensi adalah suatu kesanggupan atau kemampuan untuk
melaksanakan pekerjaan dengan cepat, mudah dan tepat (Baharuddin,
Psikologi, hlm. 127).
Kecerdasan Intelegensi (Intelligence Quotint) adalah suatu
indeks tingkat relative kecermerlangan anak, setelah ia dibandingkan
dengan anak-anak lain yang seusianya (J.P. Chaplin, Kamus, hlm.253).
pengukuran intelegensi yang pertama dilakukan oleh Alfred Binet,
pengukuran yang digunakan oleh binet mengambil perbedaan antara
usia mental (MA) dan usia kronologis (CA) (Desmita, Psikologi, hlm.
168). Menurut binet intelegensi anak akan terus bertambah sampai
umur 15, diatas umur 15 yang bertambah hanyalah pengetahuannya saja
(Baharuddin, Psikologi, hlm. 128).
Binet dibantu dengan simon mengklasifikasikan kecerdasan
intelegensi (IQ) lalu menjadi 3 golongan: (Baharuddin, Psikologi, hlm
131-132).
Tabel 1. Klasifikasi Tingkatan Menurut Binet
Interval Predikat Tingkat Sekolah
> 120 Superior Orang yang pandai/ sangat pandai.
90-119 Rata-rata Dapat menyelesaikan sekolah lanjutan.
< 89 Borderline Mempelajari sesuatu dengan lambat, tidak
biasa mengikuti pendidikan di sekolah.
Dalam Penelitian ini, penelitian menggunakan klasifikasi
tingkatan IQ menurut Binet.
3. Hasil belajar
a. Pengertian
Banyak pendapat yang dikemukakan berkaitan dengan hasil
belajar, baik dari kalangan islam maupun lainnya. Misalnya al-
Zarnuji yang berangkat dari suatu konsep dasar, bahwa belajar
bernilai ibadah dan mengantarkan seseorang untuk memperoleh
kebahagiaan duniawi dan ukhrowi. Ia menekankan bahwa proses
belajar mengajar hendaknya mampu menghasilkan ilmu yang berupa
kemauan pada tiga ranah, baik dari proses belajar mengajar
hendaknya dapat diamalkan dan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk
kemaslahatan diri dan manusia.
Hasil belajar juga adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward
Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, serta sikap dan cita-cita.
Baginya belajar menghasilkan perubahan dari semua proses belajar.
Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri peserta didik karena
sudah menjadi bagian dalam kehidupan peserta didik tersebut (Nana
Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1999), hlm. 22.).
Dari semuanya maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar
merupakan :
1) Pengalaman ilmu yang diperoleh demi kemaslahatan diri dan
sesamanya, dan mendapatkan duniawi dan ukhrowi.
2) Perubahan mental dan tingkah laku pada individu.
3) Suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang.
4) Hasil belajar akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil turut
serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin
mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara
berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
b. Macam-macam Hasil Belajar
Dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,
baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis
besar membagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah psikomotoris (Nana Sudjana, Penilaian, hlm. 22).
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek
pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat berikutnya
termasuk kognitif tingkat tinggi (Nana Sudjana, Penilaian, hlm.22).
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi,
dan internalisasi (Nana Sudjana, Penilaian, hlm 22). Ranah
psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni
gerakan reflek, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan
gerakan ekspresif dan interpretatif (Nana Sudjana, Penilaian, hlm
23).
D. DESAIN PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan desain dengan jenis
penelitian kuantitatif artinya data dapat dihitung maupun dinilai.
Penelitian kuantitatif, menurut Robert Domoyer (dalam Given, 2008:
713), adalah pendekatan-pendekatan terhadap kajian empiris untuk
mengumpulkan, menganalisa dan menampilkan data dalam bentuk
numerik daripada naratif. Desain penelitian adalah sebagai berikut:
Tingkat Kecerdasan (IQ)
Borderline Rata-rata Cerdas
Jenis
Kelamin
Pria X X X
Wanita X X X
Dalam hal ini tingkat kecerdasan (IQ) sebagai variabel moderator
dengan dibagi menjadi 3 tingkatan dan jenis kelamin sebagai variabel
bebas yang dibedakan menjadi 2, sedangkan Hasil belajar sebagai
variabel terikat. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti apakah ada
pengaruh jenis kelamin dan tingkat kecerdasan (IQ) terhadap hasil belajar
siswa dengan data yang didapat dari hasil ujian siswa dan perbedaan
berdasarkan jenis kelamin dan ditinjau dari tingkat kecerdasan (IQ)
masing-masing siswa.
2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Menurut Suharsimi Arikuto (1998:99) Variabel Penelitian adalah
objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
Macam-macam variabel didefinisikan sebagai berikut: /
a. Variabel Bebas
Dalam penelitian ini, Jenis kelamin masuk dalam variabel bebas
dan dibagi menjadi 2 yakni pria dan wanita.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang saling berhubungan
dengan data yang berada pada variabel lain atau variabel yang
tergantung pada variabel lain. Maka pada penelitian ini yang menjadi
variabel terikat adalah nilai hasil belajar ujian kompetensi siswa
menerapkan konsep logaritma. Variabel hasil belajar dapat diukur
dengan indicator: (1) Menjelaskan konsep algoritma (2) Menjelaskan
sifat-sifat loaritma (3) Menggunakan table algoritma (4) Melakukan
operasi aljabar pada logaritma dengan mengunakan sifat-sifatnya.
c. Variabel Moderator
Variabel moderator adalah veriabel yang (memperkuat dan
memperlemah) hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Tingkat kecerdasan (IQ) berperan sebagai variabel moderator
dimana tingkat kecerdasan (IQ) dibagi menjadi 3 variabel itu yakni
borderline, rata-rata dan superior. Pada penelitian ini variabel tingkat
kecerdasar (IQ) dibagi berdasarkan hasil tes IQ yang telah dilakukan
dengan menggunakan indikator: (1) Keaktifan siswa dikelas, (2)
Dapat menyelesaikan soal perhitungan deangan cepat, (3) , dan (4)
Hasil nilai tes tingkat kecerdasan (IQ) apakah berada diatas atau
dibawah hasil rata-rata .
E. DESKRIPSI DATA
Dalam suatu penelitian yang akan digunakan untuk menguji hipotesis
apakah ada pengaruh hasil belajar siswa pada kompetensi menerapkan konsep
logaritma di SMKN 1 MOJOKERTO dilihat dari jenis kelamin dan
kecerdasan (IQ). Sampel yang digunakan sebanyak 60 siswa, jenis kelamin
yang digunakan sebagai variabel A, A1 adalah Pria dan A2 adalah wanita.
Sedangkan tingkat kecerdasan (IQ) adalah variabel bebas yang akan dibagi
menjadi 3 kategori yaitu B1 adalah Boederline, B2 Rata-rata, dan B3 Superior.
Nilai ujian siswa (Variabel terikat) ditunjukkan dari sampel sebagai akibat
dari 2 variabel bebas tersebut diukur setelah pelaksanaan eksperimen, data-
data yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Skor hasil belajar dilihat dari jenis kelamin pria
Berdasarkan hasil output deskripsi data menggunakan SPSS versi 21
pada lampiran 2 diperoleh harga n= 30; mean = 84,1333;
median=84,00; mode = 80; variance = 32,533; skewness = 0,473;
kurtosis = -0,447; nilai minimum = 76,00; nilai maksimum = 96,00;
dan sum = 2524.
Berikut ini merupakan histogram dari skor hasil belajar dilihat dari
jenis kelamin pria.
2. Skor hasil belajar dilihat dari jenis kelamin pria
Berdasarkan hasil output deskripsi data menggunakan SPSS versi 21
pada lampiran 2 diperoleh harga n = 30; mean = 80,9333; median =
80,00; mode = 80,00; variance = 43,789; skewness = -0,252; kurtosis
= 1,011; nilai minimum = 64,00; nilai maksimum= 96,00; dan sum =
2428.
Berikut ini merupakan histogram dari skor hasil belajar dilihat dari
jenis kelamin perempuan.
3. Skor hasil belajar dilihat dari tingkat kecerdasan borderline
Berdasarkan hasil output deskripsi data menggunakan SPSS versi 21
pada lampiran 2 diperoleh harga n = 20; mean = 86,4; median =
86,00; mode = 84,00; variance = 30,989; skewness = -0,099; kurtosis
= -0,133; nilai minimum = 76,00; nilai maksimum = 96,00; dan sum
= 1728,00.
Berikut ini merupakan histogram dari skor hasil belajar dilihat dari
tingkat kecerdasan borderline.
4. Skor hasil belajar dilihat dari tingkat kecerdasan rata-rata
Berdasarkan hasil output deskripsi data menggunakan SPSS versi 21
pada lampiran 2 diperoleh harga n = 20; mean = 82,00; median =
80,00; mode = 80,00; variance = 37,895; skewness = 0,289; kurtosis
= 1,165; nilai minimum = 68,00; nilai maksimum = 96,00; dan sum =
1640.
Berikut ini merupakan histogram dari skor hasil belajar dilihat dari
tingkat kecerdasan borderline.
5. Skor hasil belajar dilihat dari tingkat kecerdasan superior
Berdasarkan hasil output deskripsi data menggunakan SPSS versi 21
pada lampiran 2 diperoleh harga n = 20; mean = 79,20; median =
80,00; mode = 80,00; variance = 27,958; skewness = -1,112; kurtosis
= 2,491; nilai minimum = 64,00; nilai maksimum = 88,00; dan sum =
1584.
Berikut ini merupakan histogram dari skor hasil belajar dilihat dari
tingkat kecerdasan superior.
F. PENGUJIAN PERSYARATAN ANALISIS
Terdapat 2 persyaratan dalam pengujian analisis variansi 2 jalur:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji sebaran data memiliki distribusi
normal. Pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
dengan signifikansi 0,05.
Berdasarkan hasil output uji normalitas menggunakan SPSS versi 21 pada
Lampiran 3 diperoleh harga-harga sebagagai berikut:
a. Pria
Berdasarkan hasil output uji kolmogorov-smirnov diperoleh hasil
signifikansi sebesar 0,311. Karena nilai signifikansi lebih besar dari
taraf nyata 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima atau dapat
dikatakan bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi
normal.
b. Wanita
Berdasarkan hasil output uji kolmogorov-smirnov diperoleh hasil
signifikansi sebesr 0,303. Karena nilai signifikansi lebih besar dari
taraf nyata 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima atau dapat
dikatakan bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi
normal.
c. Borderline
Berdasarkan hasil output uji kolmogorov-smirnov diperoleh hasil
signifikansi sebesar 0,513. Karena nilai signifikansi lebih besar dari
taraf nyata 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima atau dapat
dikatakan bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi
normal.
d. Rata-rata
Berdasarkan hasil output uji kolmogorov-smirnov diperoleh hasil
signifikansi sebesar 0,092. Karena nilai signifikansi lebih besar dari
taraf nyata 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima atau dapat
dikatakan bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi
normal.
e. Superior
Berdasarkan hasil output uji kolmogorov-smirnov diperoleh hasil
signifikansi sebesar 0,340. Karena nilai signifikansi lebih besar dari
taraf nyata 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima atau dapat
dikatakan bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi
normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk apakah sebaran data bersifat homogen.
Pengujian homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji levene.
Berdasarkan hasil uji levene menggunakan SPSS versi 21 pada Lampiran
3, hasil belajar dengan jenis kelamin diperoleh nilai signifikansi 0,301.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai P (0,301) > 0,05 sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa variansi data homogen.
Berdasarkan hasil uji levene menggunakan SPSS versi 21 pada Lampiran
3, hasil belajar dengan tingkat kecerdasan (IQ) didapatkan nilai
signifikansi 0,991. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nialai P
(0,991) > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variansi data homogen.
G. PENGUJIAN HIPOTESIS
Pengujian disini mengunakkan analisis anava 2 jalur dimana terdapat 3 hipotesis dimana
1 Ada perbedan jenis kelamin terhadap hasil belajar siswa menerapkan konsep logaritma pada pada pembelajaran matematika dinyatakan dengan H0 : μH1
2 Apakah ada pengaruh tingkat kecerdasan (IQ) pada penerapan konsep
logaritma tehadap hasil belajar siswa
3 Apakah ada pengaruh jenis kelamin dan tingkat kecerdasan (IQ) terhadap
hasil belajar siswa
H. SIMPULAN