Mata Kuliah : Analisis Thermodinamika
Dosen : Prof. Dr. Ir. Effendy Arif, ME
Tugas : Makalah Presentase
Kelompok : IV
Hari/Tanggal : Senin 04 Juni 2012
Penelitian Termodinamika Dan Termofisika
Penggunaan Hidrokarbon Dalam Mesin Pendingin
Rumah Tangga (Kulkas)
DI BUAT OLEH :
Novarini P2201211409
Amrullah P2201211002
Ariyanto P2201211402
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
Abstrak
Bidang penelitian mencari dan mengembangkan pendinginan dan pengkondisian
udara yang diaplikasikan pada penggunaan refrigerant yang dihubungkan tidak hanya pada
kebutuhan pemeliharaan lingkungan semata, tapi juga mempunyai kepentingan yang lebih
besar mengenai perubahan yang dibutuhkan untuk efisiensi energi dari peralatan.
Berdasarkan gambaran tersebut, pemaparan ini berhubungan dengan evaluasi
termodinamika pada penggunaan refrigerant hidrokarbon pada sistem pendingin rumah
tangga (kulkas) yang menggunakan HFC134a sebagai fluida kerja. Suatu analisis teori
perhitungan telah mengembangkan R134a, propane (R290a) dan pemilihan campuran
(R290/R600a, persentase masing-masing 60%/40%, R290/R600a/R134a, persentase
masing-masing 40%/30%/30% dan R600a/R290, persentase masing-masing 50%/50%)
dalam siklus refrigerasi standard ASHRAE, dengan menggunakan sifat-sifat
termodinamika dan termofisik yang disediakan oleh software REFPROP 6.0.
Hasil simulasi perhitungan antara fluida yang digabungkan (dicampur) adalah
untuk mengetahui bukti/fakta yang terbaik untuk HFC134a. Pada tulisan ini, telah
diketahui bahwa hidrokarbon mengurangi tingkatan tekanan pada kondensor dan
evaporator, selama daya kompresi yang lebih kecil yang dibutuhkan system, karena sifat-
sifat termo-physical yang dimiliki fluida. Penggunaan fluida ini juga menjadikan
temperatur lebih rendah pada kondsisi keluar kompresor, memperpanjang usia komponen
utama pada system.
PENDAHULUAN
Refrigeran hidrokarbon dapat digunakan sebagai alternatif pengganti CFC,dan HCFC.
refrigeran ini memiliki ODP nol dan GWP rendah, dan dapat digunakan langsung pada
sistem CFC dan HCFC penghematan daya yang cukup signifikan.
1.1 Latar Belakang
Mesin refrigerasi merupakan mesin yang sangat luas penggunaannya. Penerapan teknik
refrigerasi yang terbanyak adalah dalam proses pendinginan yaitu pengkondisian udara dan
refrigerasi industri yang meliputi pemrosesan, pengawetan makanan, peyerapan kalor dan
bahan-bahan kimia, perminyakan dan industri petrokimia.
Komponen terpenting dalam mesin refrigerasi adalah refrigeran. Refrigeran merupakan
fluida kerja yang bersikulasi dalam siklus refrigerasi. Refrigeran menyerap panas dari satu
lokasi dan membuangnya ke lokasi yang lain, biasanya melalui mekanisme evaporasi dan
kondensasi. Perkembangan mutakhir dibidang refrigeran utamanya didorong oleh dua
masalah lingkungan, yaitu lubang ozon dan pemanasan global. Sifat merusak ozon yang
dimiliki oleh refrigeran utama yang digunakan pada periode ke-dua, yakni CFCs. Setelah
keberadaan lubang ozon di lapisan atmosfir diverifikasi secara saintifik, perjanjian
internasional untuk mengatur dan mengatur dan melarang penggunaan zat-zat perusak
ozon disepakati pada 1987 yang terkenal dengan sebutan protokol Montreal. CFC s dan
HCFCs merupakan dua refrigeran utama yang dijadwalkan untuk dihapuskan masing-
masing pada tahun 1996 dan 2030 untuk negara-negara maju. Sedangkan untuk negara-
negara berkembang, kedua refrigeran utama tersebut masing-masing dijadwalkan untuk
dihapus pada tahun 2010 (CFCs) dan 2040 (HCFCs) . Pada tahun 1997, Protokol Kyoto
mengatur pembatasan dan pengurangan gas-gas peyebab efek rumah kaca, termasuk HFC s.
Protokol Montreal memaksa para peneliti dan industri refrigerasi membuat refrigeran
sintetik baru, HFCs (Hinro Flouro Carbons) untuk menggantikan refrigeran lama yang yang
ber-klorin yang dituduh menjadi penyebab rusaknya lapisan ozon. Weatherhead dan
Andersen (2006) mengemukakan bahwa sejak 8 tahun terakhir, penipisan kolom lapisan
ozon tidak terjadi lagi. Kedua peneliti ini meyakini akan terjadinya pemulihan lapisan
ozon. Meski demikian, keduanya tidak secara jelas merujuk turunnya penggunaan zat
perusak ozon sebagai penyebab pulihnya lapisan ozon. Powell (2002) menyebutkan bahwa
adanya kerjasama yang sangat baik antara prosedur refrigeran dan perusahaan pengguna
refrigeran telah memungkinkan terjadinya transisi mulus dari era penggunaaan CFCs
secarabesar-besaran di tahun 1986 hingga penghapusan dan penggantiannya dengan R134a
di tahun 1996.
Banyak kalangan menyebutkan bahwa Protokol Montreal adalah salah satu perjanjian
internasional dibidang lingkungan yang paling berhasil diterapkan. Saat ini, HCFCs (yang
pada dasarnya merupakan pengganti transisional untuk CFCs) telah memiliki dua kandidat
pengganti yakni R410A (campuran dengan sifat mendekati zeotrop) dan R407C (campuran
azeotrop) (Kruse,2000). Jika Protokol Montreal dan Kyoto dilaksanakan secara penuh dan
konsisten, maka secara umum pada saat ini belum ada pilihan refrigeran komersial selain
refrigeran alami. Meskipun perlu dicatat bahwa baru-baru ini terdapat produsen refrigeran
yang mengklaim keberhasilannya membuat refrigeran yang tidak merusak ozon dan tidak
menimbulkan pemanasan global ASHRAE, 2006). Beberapa refrigeran alami yang sudah
digunakan pada mesin refrigerasi adalah amonia (NH3), hidrokarbon (HC), Carbon
Dioksida (CO2), air dan udara (Riffat dkk, 1997). Kata “alami” menekankan keberadaan
zat-zat tersebut yang berasal dari sumber biologis ataupun geologis, meskipun saat ini
beberapa produk refrigeran alami masih didapatkan dari sumber daya alam yang
terbarukan, misalnya hidrokarbon yang didapatkan dari oil-cracking, serta amonia dan CO2
yang didapatkan dari gas alam (Powell, 2002).
Isu pengaruh dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh penggunaan refrigeran begitu
marak pada saat ini. Pada awalnya ODS (Ozone Depleting Substance), dan berlanjut pada
saat ini mengenai GWP (Global Warming Potential). Isu-isi tersebut mendorong berbagai
pihak terutama kalangan peneliti maupun produsen mencari refrigeran yang aman terhadap
lingkungan.Dengan latar belakang ini mereka mencoba kembali menggunakan refriferan
hidrokarbon, seperti kita ketahui bahwa pada awal mesin refrigerasi kompresi uap
ditemukan hidrokarbon sudah digunakan. Pada saat ini refrigeran hidrokarbon dipersiapkan
sebagai refrigeran alternatif untuk digunakan sebagai pengganti CFC12, HFC134a dan
HCFC22. Setiap senyawa hidrokarbon memiliki karakteristik fisik yang berbeda-beda
dengan refrigeran yang akan digantikannya, untuk mendapatkan karakteristik fisik sama
atau mendekati dengan refrigeran yang akan digantikannya dilakukan pencampuran
senyawa hidrokarbon seperti propana, isobutana dan normal butana.
Menurut Presiden Direktur PT. Citra Total Buana Biru, Ir. Ahmad Fahmi, diperlukan
bahan pengganti CFC yang lebih ramah lingkungan dan menghemat energi. Bahan seperti
ini sudah ditemukan oleh sejumlah dosen dan mahasiswa ITB yang melakukan penelitian
mendalam. Hasilnya ditemukan refrigeran jenis hidrokarbon yaitu HCR-12, HCR-22 dan
HCR-1341. Ketiga jenis refrigeran ini memberikan tiga keuntungan hemat energi, ramah
lingkungan karena tidak merusak ozon dan menimbulkan pemanasan global, dan bisa
memperpanjang usia kompresor mesin pendingin.
Mengingat besarnya pengaruh jenis refrigeran terhadap dampak lingkungan maka kami
bermaksud mengkaji prestasi mesin pendingin dengan menggunakan beberapa jenis
refrigeran melalui penulisan makalah ini.
1.2 Tujuan Penulisan
Untuk Menganalisis dan mengembangkan R134a, propane (R290a) dan pemilihan
campuran (R290/R600a masing-masing 60%/40% , R290/R600a/R134a, masing-masing
40%/30%/30% dan R600a/R290, masing-masing 50%/50%) dalam siklus refrigerasi
standard ASHRAE, dengan menggunakan sifat-sifat termodinamika dan termofisik yang
disediakan oleh software REFPROP 6.0
1.3 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kepustakaan, yaitu diambil
dari beberapa sumber yang berhubungan dengan materi tentang : termodinamika dan
termofisika Hidrokarbon dalam penggunaannya sebagai refrigeran dalam skala rumah
tangga.
1.4 Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan dalam refrigerasi, maka kami membatasi
permaalahan dalam penulisan makalah ini kami memberikan batasan masalah sebagai
berikut :
1. Pembahasan hanya dilakukan untuk jenis refrigeran R134a, R290, R600a Beserta
campuranya
2. Penulisan makalah ini tidak menganalisa penggunaan refrigeran terhadap kerusakan
lingkungan
3. Penulisan makalah ini tidak menganalisis reaksi kimia pada refrigeran
LANDASAN TEORI
Pertama kami telah mengembangkan analisis komputasi teoritis dari sistem pendingin
yang diusulkan untuk mendapatkan perkiraan proses operasi sistem serta kinerjanya. Untuk
analisis ini kami menggunakan perangkat lunak khusus, yaitu REFPROP 6,0 (McLinden
et al., 1998), untuk mengevaluasi sifat termodinamika dan thermophysical dari refrigeran.
Sebuah analisis teoretis diterapkan untuk penggunaan R134a, propana (R290) dan
campuran yang dipilih dari R290/R600a persentase masing-masing 60%/40%,
R290/R600a/R134a persentase masing-masing 40% /30% / 30% dan R290/R600a
persentase masing-masing 50/50% dalam siklus pendinginan standar ASHRAE
(penguapan suhu: -23,3 C, suhu kondensasi º: 54,4 ° C, suhu cairan dan hisap: 32,2 º C)
dengan menggunakan sifat-sifat termodinamika REFPROP 6.0, seperti yang
direkomendasikan oleh Kim et al. (1998). Koefisien kinerja sistem untuk pendinginan
komersial dan domestik meningkat dari 10 sampai 20% bila menggunakan campuran
hidrokarbon yang mengandung R600a dan R290 (Sekhar et al., 2004).
Untuk simulasi pada lemari es Kompresi Uap beberapa asumsi yang diperlukan.
a. Kondisi Operasi Steady
b. Tidak terjadi kehilangan tekanan pada pipa, yaitu, perubahan tekanan terjadi hanya
pada kompresor dan tabung kapiler
c. Keuntungan atau kerugian panas diabaikan
d. kompresor menyediakan efisiensi volumetrik yang ideal dan efisiensi isentropik
ideal 75% (Fatouh dan El Kafafy, 2006).
Gambar 1 menunjukkan model siklus termodinamika yang digunakan dalam analisis
teoritis dan komputasi.
Gambar 1. Termodinamika siklus nyata dari lemari es rumah tangga.
(Borges et al., 2010)
Untuk drop-in penerimaan fluida kerja dalam sistem pendinginan yang sudah ada,
beberapa karakteristik kinerja yang penting harus dipertimbangkan. Ini adalah: operasi
tekanan, kapasitas pendinginan volumetrik, koefisien kinerja dan suhu kompresor
discharge (Fatouh dan El Kafafy, 2006).
Refrigeran harus memiliki jumlah minimum karakteristik penting yang
menguntungkan, di antaranya yang paling signifikan adalah: kepadatan rendah dalam fase
cair, panas laten penguapan yang tinggi, volume spesifik rendah dalam fasa uap dan panas
jenis yang rendah dalam fasa cair. Karakteristik ini akan dievaluasi dan dibandingkan
antara cairan tersebut, seperti yang direkomendasikan oleh Poggi dkk.
Kapasitas pendinginan volumetrik (Qvol) adalah ukuran dari ukuran kompresor untuk
kondisi operasi yang diperlukan. Menyatakan efek pendinginan diperoleh per 1 m3
refrigeran masuk dalam kompresor (Poggi et al., 2008). Perlu dicatat bahwa, dengan
meningkatnya kapasitas pendinginan volumetrik, ukuran kompresor yang dibutuhkan
berkurang.
Kapasitas pendinginan volumetrik (Qvol) dapat diperkirakan sebagai berikut
Qvol = (h₅−h ₄ ) .ɳᵥ
v₁ …………………………………………………………….. (1)
Dimana :
h ₅ : Enthalpy spesifik Kondisi jenuh pada bagian masuk kompresor
h ₄ : Enthalpy spesifik refrigeran yang masuk dalam evaporator
v₁ : Volume Spesifik Kondisi jenuh pada bagian masuk kompresor
Menurut gambar 1 Rasio tekanan (PR) didefinisikan sebagai perbandingan
antara tekanan kondensasi (Pcond) and Tekanan Evaporasi (Pevap)
Persamaan Rasio Tekanan (PR):
PR = P condP evap …………………………………………………………………(2)
Tekanan kondensasi dan Evaporasi dihitung berdasarkan Temperatur Kondensasi dan
Temperatus Evaporasi.
Koefisien Kinerja (COP)
Koefisien kinerja (COP) berhubungan dengan kapasitas pendinginan dan daya yang diperlukan dan menunjukkan konsumsi daya keseluruhan untuk beban yang diinginkan. COP tinggi berarti konsumsi energi rendah untuk penyerapan daya pendinginan ruang yang sama untuk didinginkan.
Persamaan COP :
COP = QevapPcomp
Dimana :
Qevap : kapasitas pendinginan
Pcomp : daya yang diperlukan untuk menggerakkan kompresor
Persamaan keseimbangan energi kapasitas pendinginan evaporator :
Qevap = mr . ( h5 - h4)
Persamaan Daya yang diperlukan untuk menggerakkan kompresor :
Pcomp = mr . ( h2 - h1)
Entalpi spesifik sebenarnya dari uap refrigeran superheated meninggalkan kompresor (h)
Persamaanya sebagai berikut :
Dimana :
ηᵢs,comp : efisiensi isoentropic kompresor
h₂,is : entalpi spesifik superheated uap refrigeran meninggalkan kompresor untuk proses kompresi isentropic Aliran massa refrigeran (mr) dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan berikut (Tashtoush et al., 2002)
Persamaan Aliran massa refrigerant (mr)
dimana :
Qevap : kapasitas pendinginan dalam kW
qevap : efek pendinginan spesifik dalam kJ / kg
Suhu keluaran kompresor (T) merupakan parameter penting, karena efeknya pada
komponen kompresor dan stabilitas pelumas. Suhu ini ditentukan dengan menggunakan
data dan tekanan kondensasi dan entalpi spesifik nyata di outlet kompresor, ditentukan
oleh Persamaan. (6)
Dalam analisis siklus, kapasitas pendinginan yang sama diterapkan untuk semua
simulasi refrigeran dipertimbangkan. Pendinginan siklus kapasitas 143 W diperoleh
dengan konversi kapasitas pembekuan (3,5 kg/24h) dari lemari es rumah tangga L 210,
yang disediakan oleh produsen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menerapkan berbagai persamaan sirkuit pendingin diperlihatkan dalam Gambar 1 di bawah
kondisi yang telah ditentukan operasi (siklus ASHRAE) dan menggunakan perangkat
lunak REFPROP 6,0 (McLinden et al., 1998) diperoleh data yang berhubungan dengan
operasi refrigeran dipilih. Table1 menunjukkan hasil ini.
Gambar 2 menyajikan bahwa densitas uap R290/R600a (50:50) adalah lebih rendah
untuk berbagai macam suhu operasi, dan dengan demikian pengurangan yang diharapkan
dalam pekerjaan kompresi diperlukan. Penurunan kepadatan adalah faktor yang lebih
penting daripada panas laten penguapan dari cairan (Poggi et al., 2008). Penurunan R134a
dalam campuran mengarah ke penurunan daya yang diperlukan untuk kompresi dan
perpindahan panas di kondensor. Campuran hidrokarbon dengan R134a memberikan
peningkatan dalam pelumasan dan miscibility dari minyak dengan R134a (Tashtoush et al.,
2002).
densitas Uap di bawah kondisi pengisap pada campuran R290 menyajikan lebih
kecil daripada R134a, sesuai dengan biaya lebih sedikit cairan diperlukan dalam sistem
dalam kaitannya dengan R134a (Sekhar et al., 2004).
Gambar.2 Variasi Densitas Uap Vs Temperatur
Menurut gambar 3, R290/R600a (50:50) dan R290/R600a (60:40) memberikan densitas
cairan paling rendah, sehingga mengurangi kerugian gesekan dalam sistem (Sekhar et al.,
2004).
Dalam berbagai sistem pendinginan porsi minyak pelumas yang bersirkulasi
dengan refrigeran berdasarkan berbagai komponen sistem. Efek minyak sangat berkorelasi
dengan kemampuan untuk melarutkan refrigeran dalam pelumas. Tingginya kadar
kelarutan refrigeran menyebabkan penurunan viskositas dari refrigeran / pelumas, yang
bermanfaat untuk pengembalian minyak untuk kompresor, namun dapat bertindak melalui
pelumasan bantalan.
Gambar.3 Variasi densitas cairan Vs Temperatur
Gambar 4 menunjukkan karakteristik viskositas pendingin dengan suhu yang
berbeda, teramati bahwa R290/R600a (60:40) dan R290/R600a (50:50) memiliki nilai
viskositas paling rendah di Kisaran suhu . Hal ini memberikan pengurangan kerugian
tekanan dalam pipa dari pendingin circuit.
Gambar 4. Pariasi Viskositas Vs Temperatur
Gambar 5 menunjukkan variasi dalam kondisi Volume spesifik pengisap (suhu pengisap) dari kompresor. Hal ini diamati bahwa nilai-nilai yang lebih tinggi dari volume spesifik di pengisap kompresor menyediakan kapasitas pendinginan yang lebih tinggi volumetrik, sehingga kebutuhan untuk perpindahan lebih tinggi dari kompresor dengan kapasitas pendinginan yang sama dari sistem. Hal ini diamati bahwa untuk melakukan drop-in sistem pendinginan, cairan pengganti harus memiliki kapasitas pendinginan yang serupa ukurannya ke cairan asli sehingga tidak perlu diganti kompresor. Dalam hal ini, teramati bahwa R290/R600a (50:50) menunjukkan volume tertinggi. R290/R600a (60:40) mempunyai nilai lebih dekat dengan R134a.
Gambar 5. Volume spesifik bagian masuk kompresor Vs TemperaturGambar 6 dan 7 menunjukkan uap dan konduktivitas termal cairan refrigeran berbagai macam diperiksa sebagai fungsi temperatur. Hal ini diamati bahwa R134a memiliki konduktivitas paling rendah sepanjang rentang . Sebagai fraksi R134a berkurang, nilai-nilai ini meningkat. R290/R600a (60:40) dan (50:50) memiliki konduktivitas lebih tinggi sepanjang rentang suhu, yang secara substansial sama antara kedua campuran. Fakta ini menyediakan tingkat perpindahan panas yang lebih tinggi untuk sistem pendingin.
Gambar 6. Variasi Konduktivitas termal uap Vs Temperatur
Gambar 7. Variasi konduktivitas termal cair Vs Temperatur
Tabel 1. Perhitungan Jenis refrigerant parameter siklus ASHRAE.
Refrigerant R134a R290 R600a R600a
( 60 : 40)
R290/R600a
( 50:50)
R290/R600a/R134a
( 40: 30 : 30 )
Tekanan
Kondensasi@
54.40C (kpa)
1470,0 1883,0 761,3 1370,5 1259,0 1604,0
Tekanan
Evaporasi@
23.30C (kpa)
114,8 216,6 62,43 140,6 126,3 174,7
Perbedaan
Tekanan 1355,2 798,87 1229,9 1132,7 1132,7 1429,3
Rasio Tekanan
Pendinginan 12,80 8,70 12,19 9,74 9,96 9,18
Efek 185,85 354,47 335,90 347,85 345,90 279,70
Kapasitas
Pendinginan
Volumetric
(kj/m3)
743,719 1171,9
1
414,149 819,718 751,188 980,391
COP Kapasitas
Pendinginan
(W)
2,049 2,041 2,171 2,093 2,117 2,0
Aliran massa 2,773 1,452 1,532 1,479 1,488 1,840
Temperatur
Keluar (0C)
139,5 134,5 120,2 128,8 127,0 126,0
Temperatur
masuk pipa
kapiler (0C)
32,2 32,2 32,2 32,2 32,2 32,2
Volume
Spesifik
masuk(m3/kg)
0,2121 0,2571 0,6894 0,3607 0,3914 0,2425
Panas Spesifik
Cairan (kj/kgK) 1,44733 2,8002
7
2,49904 2,65510 2,63428 2,28916
Densitas Cair
(kg/m3)
1183,27 483,44
5
542,291 505,718 511,576 588,688
Ketika menganalisis Tabel 1 dapat dicatat Bahwa panas laten penguapan (efek
pendinginan) dari Campuran R290/R600a Itu sekitar dua kali dari R134a. Namun, karena
volume spesifik rendah R134a di pengisap, kapasitas volumetrik kedua fluida pendingin
serupa.
Untuk dapat diterima oleh fluida kerja sebagai pengganti yang berasal dari sistem
pendingin, kapasitas pendinginan volumetrik dan kinerja yang sama dibandingkan dengan
pendingin asli yang diperlukan ( El Kafafy dan Fatouh, 2006).
Fraksi massa yang tinggi dari propana (R290) memberikan Suhu kondensasi tinggi
dan Evaporasi kurang, yang dapat Menyebabkan luas pada pembentukan penguapan .
Campuran dari R290/R600a (60:40) memiliki solusi terbaik dalam hal ini.
PENUTUP
Upaya penelitian dan pengembangan di bidang pendinginan dan AC berlaku untuk penggunaan pendingin alami tidak hanya terkait dengan kelompok untuk melestarikan lingkungan, subjek juga memiliki kepentingan tinggi, karena Peningkatan Efisiensi Energi peralatan. Hidrokarbon, seperti cairan cair gas (LPG), ramah lingkungan dan tersedia di alam, penggunaan zat ini sebagai pendingin di lemari es domestik sangat menarik. Menurut analisis termodinamika yang dikembangkan untuk hidrokarbon cairan dapat dicatat Bahwa tekanan Rendah dalam Kondensor dan Evaporator.
Penggunaan R290 dan campuran yang melibatkan hidrokarbon memberikan tiga kali
lipat dari panas laten penguapan dibandingkan dengan R134a. Faktor ini Mengarah ke
pengurangan sekitar 50% dibutuhkan massa pendingin dalam sistem pendingin apapun
kapasitas yang sama Peralatan tersebut.
Hidrokarbon yang lebih rendah memberikan debit kompresor, dan kemudian mereka kacau
untuk menyediakan komponen ini. Koefisien kinerja sistem dengan hidrokarbon dan
campuran sekitar 5% dibandingkan dengan R134a.Akibatnya, Kerja kompresi yang lebih
rendah diperlukan untuk hidrokarbon dibandingkan dengan R134a karena Properti
thermophysical.
Dalam rangka konsolidasi hidrokarbon dan campurannya sebagai pengganti cairan
sintetis, seperti HFC134a, Industri pendinginan upaya tersebut harus fokus pada
pengembangan kompresor cocok untuk kapasitas pendinginan volumetrik pendinginan
alam, dan pengembangan metodologi desain baru dari pertukaran panas, tanpa campuran
berperilaku berbeda dari cairan murni sehubungan dengan perubahan fasa.
Lampiran-Lampiran :
1. Tekanan Vs Sifat-sifat Termodinamika yang lain2. Nomenklatur
Nomenklatur
COP = koefisien kinerja h = Entalpi spesifik, kJ/kg P = Tekanan, kPa P = Daya kompresi, kW PR = Rasio tekanan Q = Kapasitas pendingin, kW q = Efek pendinginan, kJ / kg T = Temperatur 0C v = Volume Spesifik (m3/kg) η = Efisiensi