tr/translate jurnal persentase/semester.2/18-6-2012

22
Mata Kuliah : Analisis Thermodinamika Dosen : Prof. Dr. Ir. Effendy Arif, ME Tugas : Makalah Presentase Kelompok : IV Hari/Tanggal : Senin 04 Juni 2012 Penelitian Termodinamika Dan Termofisika Penggunaan Hidrokarbon Dalam Mesin Pendingin Rumah Tangga (Kulkas) DI BUAT OLEH : Novarini P2201211409 Amrullah P2201211002 Ariyanto P2201211402 JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK

Upload: ariyantoeng

Post on 24-Jul-2015

215 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tr/translate jurnal persentase/semester.2/18-6-2012

Mata Kuliah : Analisis Thermodinamika

Dosen : Prof. Dr. Ir. Effendy Arif, ME

Tugas : Makalah Presentase

Kelompok : IV

Hari/Tanggal : Senin 04 Juni 2012

Penelitian Termodinamika Dan Termofisika

Penggunaan Hidrokarbon Dalam Mesin Pendingin

Rumah Tangga (Kulkas)

DI BUAT OLEH :

Novarini P2201211409

Amrullah P2201211002

Ariyanto P2201211402

JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

Page 2: Tr/translate jurnal persentase/semester.2/18-6-2012

Abstrak

Bidang penelitian mencari dan mengembangkan pendinginan dan pengkondisian

udara yang diaplikasikan pada penggunaan refrigerant yang dihubungkan tidak hanya pada

kebutuhan pemeliharaan lingkungan semata, tapi juga mempunyai kepentingan yang lebih

besar mengenai perubahan yang dibutuhkan untuk efisiensi energi dari peralatan.

Berdasarkan gambaran tersebut, pemaparan ini berhubungan dengan evaluasi

termodinamika pada penggunaan refrigerant hidrokarbon pada sistem pendingin rumah

tangga (kulkas) yang menggunakan HFC134a sebagai fluida kerja. Suatu analisis teori

perhitungan telah mengembangkan R134a, propane (R290a) dan pemilihan campuran

(R290/R600a, persentase masing-masing 60%/40%, R290/R600a/R134a, persentase

masing-masing 40%/30%/30% dan R600a/R290, persentase masing-masing 50%/50%)

dalam siklus refrigerasi standard ASHRAE, dengan menggunakan sifat-sifat

termodinamika dan termofisik yang disediakan oleh software REFPROP 6.0.

Hasil simulasi perhitungan antara fluida yang digabungkan (dicampur) adalah

untuk mengetahui bukti/fakta yang terbaik untuk HFC134a. Pada tulisan ini, telah

diketahui bahwa hidrokarbon mengurangi tingkatan tekanan pada kondensor dan

evaporator, selama daya kompresi yang lebih kecil yang dibutuhkan system, karena sifat-

sifat termo-physical yang dimiliki fluida. Penggunaan fluida ini juga menjadikan

temperatur lebih rendah pada kondsisi keluar kompresor, memperpanjang usia komponen

utama pada system.

Page 3: Tr/translate jurnal persentase/semester.2/18-6-2012

PENDAHULUAN

Refrigeran hidrokarbon dapat digunakan sebagai alternatif pengganti CFC,dan HCFC.

refrigeran ini memiliki ODP nol dan GWP rendah, dan dapat digunakan langsung pada

sistem CFC dan HCFC penghematan daya yang cukup signifikan.

1.1 Latar Belakang

Mesin refrigerasi merupakan mesin yang sangat luas penggunaannya. Penerapan teknik

refrigerasi yang terbanyak adalah dalam proses pendinginan yaitu pengkondisian udara dan

refrigerasi industri yang meliputi pemrosesan, pengawetan makanan, peyerapan kalor dan

bahan-bahan kimia, perminyakan dan industri petrokimia.

Komponen terpenting dalam mesin refrigerasi adalah refrigeran. Refrigeran merupakan

fluida kerja yang bersikulasi dalam siklus refrigerasi. Refrigeran menyerap panas dari satu

lokasi dan membuangnya ke lokasi yang lain, biasanya melalui mekanisme evaporasi dan

kondensasi. Perkembangan mutakhir dibidang refrigeran utamanya didorong oleh dua

masalah lingkungan, yaitu lubang ozon dan pemanasan global. Sifat merusak ozon yang

dimiliki oleh refrigeran utama yang digunakan pada periode ke-dua, yakni CFCs. Setelah

keberadaan lubang ozon di lapisan atmosfir diverifikasi secara saintifik, perjanjian

internasional untuk mengatur dan mengatur dan melarang penggunaan zat-zat perusak

ozon disepakati pada 1987 yang terkenal dengan sebutan protokol Montreal. CFC s dan

HCFCs merupakan dua refrigeran utama yang dijadwalkan untuk dihapuskan masing-

masing pada tahun 1996 dan 2030 untuk negara-negara maju. Sedangkan untuk negara-

negara berkembang, kedua refrigeran utama tersebut masing-masing dijadwalkan untuk

dihapus pada tahun 2010 (CFCs) dan 2040 (HCFCs) . Pada tahun 1997, Protokol Kyoto

mengatur pembatasan dan pengurangan gas-gas peyebab efek rumah kaca, termasuk HFC s.

Protokol Montreal memaksa para peneliti dan industri refrigerasi membuat refrigeran

sintetik baru, HFCs (Hinro Flouro Carbons) untuk menggantikan refrigeran lama yang yang

ber-klorin yang dituduh menjadi penyebab rusaknya lapisan ozon. Weatherhead dan

Andersen (2006) mengemukakan bahwa sejak 8 tahun terakhir, penipisan kolom lapisan

ozon tidak terjadi lagi. Kedua peneliti ini meyakini akan terjadinya pemulihan lapisan

ozon. Meski demikian, keduanya tidak secara jelas merujuk turunnya penggunaan zat

perusak ozon sebagai penyebab pulihnya lapisan ozon. Powell (2002) menyebutkan bahwa

adanya kerjasama yang sangat baik antara prosedur refrigeran dan perusahaan pengguna

refrigeran telah memungkinkan terjadinya transisi mulus dari era penggunaaan CFCs

Page 4: Tr/translate jurnal persentase/semester.2/18-6-2012

secarabesar-besaran di tahun 1986 hingga penghapusan dan penggantiannya dengan R134a

di tahun 1996.

Banyak kalangan menyebutkan bahwa Protokol Montreal adalah salah satu perjanjian

internasional dibidang lingkungan yang paling berhasil diterapkan. Saat ini, HCFCs (yang

pada dasarnya merupakan pengganti transisional untuk CFCs) telah memiliki dua kandidat

pengganti yakni R410A (campuran dengan sifat mendekati zeotrop) dan R407C (campuran

azeotrop) (Kruse,2000). Jika Protokol Montreal dan Kyoto dilaksanakan secara penuh dan

konsisten, maka secara umum pada saat ini belum ada pilihan refrigeran komersial selain

refrigeran alami. Meskipun perlu dicatat bahwa baru-baru ini terdapat produsen refrigeran

yang mengklaim keberhasilannya membuat refrigeran yang tidak merusak ozon dan tidak

menimbulkan pemanasan global ASHRAE, 2006). Beberapa refrigeran alami yang sudah

digunakan pada mesin refrigerasi adalah amonia (NH3), hidrokarbon (HC), Carbon

Dioksida (CO2), air dan udara (Riffat dkk, 1997). Kata “alami” menekankan keberadaan

zat-zat tersebut yang berasal dari sumber biologis ataupun geologis, meskipun saat ini

beberapa produk refrigeran alami masih didapatkan dari sumber daya alam yang

terbarukan, misalnya hidrokarbon yang didapatkan dari oil-cracking, serta amonia dan CO2

yang didapatkan dari gas alam (Powell, 2002).

Isu pengaruh dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh penggunaan refrigeran begitu

marak pada saat ini. Pada awalnya ODS (Ozone Depleting Substance), dan berlanjut pada

saat ini mengenai GWP (Global Warming Potential). Isu-isi tersebut mendorong berbagai

pihak terutama kalangan peneliti maupun produsen mencari refrigeran yang aman terhadap

lingkungan.Dengan latar belakang ini mereka mencoba kembali menggunakan refriferan

hidrokarbon, seperti kita ketahui bahwa pada awal mesin refrigerasi kompresi uap

ditemukan hidrokarbon sudah digunakan. Pada saat ini refrigeran hidrokarbon dipersiapkan

sebagai refrigeran alternatif untuk digunakan sebagai pengganti CFC12, HFC134a dan

HCFC22. Setiap senyawa hidrokarbon memiliki karakteristik fisik yang berbeda-beda

dengan refrigeran yang akan digantikannya, untuk mendapatkan karakteristik fisik sama

atau mendekati dengan refrigeran yang akan digantikannya dilakukan pencampuran

senyawa hidrokarbon seperti propana, isobutana dan normal butana.

Menurut Presiden Direktur PT. Citra Total Buana Biru, Ir. Ahmad Fahmi, diperlukan

bahan pengganti CFC yang lebih ramah lingkungan dan menghemat energi. Bahan seperti

ini sudah ditemukan oleh sejumlah dosen dan mahasiswa ITB yang melakukan penelitian

Page 5: Tr/translate jurnal persentase/semester.2/18-6-2012

mendalam. Hasilnya ditemukan refrigeran jenis hidrokarbon yaitu HCR-12, HCR-22 dan

HCR-1341. Ketiga jenis refrigeran ini memberikan tiga keuntungan hemat energi, ramah

lingkungan karena tidak merusak ozon dan menimbulkan pemanasan global, dan bisa

memperpanjang usia kompresor mesin pendingin.

Mengingat besarnya pengaruh jenis refrigeran terhadap dampak lingkungan maka kami

bermaksud mengkaji prestasi mesin pendingin dengan menggunakan beberapa jenis

refrigeran melalui penulisan makalah ini.

1.2 Tujuan Penulisan

Untuk Menganalisis dan mengembangkan R134a, propane (R290a) dan pemilihan

campuran (R290/R600a masing-masing 60%/40% , R290/R600a/R134a, masing-masing

40%/30%/30% dan R600a/R290, masing-masing 50%/50%) dalam siklus refrigerasi

standard ASHRAE, dengan menggunakan sifat-sifat termodinamika dan termofisik yang

disediakan oleh software REFPROP 6.0

1.3 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kepustakaan, yaitu diambil

dari beberapa sumber yang berhubungan dengan materi tentang : termodinamika dan

termofisika Hidrokarbon dalam penggunaannya sebagai refrigeran dalam skala rumah

tangga.

1.4 Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan dalam refrigerasi, maka kami membatasi

permaalahan dalam penulisan makalah ini kami memberikan batasan masalah sebagai

berikut :

1. Pembahasan hanya dilakukan untuk jenis refrigeran R134a, R290, R600a Beserta

campuranya

2. Penulisan makalah ini tidak menganalisa penggunaan refrigeran terhadap kerusakan

lingkungan

3. Penulisan makalah ini tidak menganalisis reaksi kimia pada refrigeran

Page 6: Tr/translate jurnal persentase/semester.2/18-6-2012

LANDASAN TEORI

Pertama kami telah mengembangkan analisis komputasi teoritis dari sistem pendingin

yang diusulkan untuk mendapatkan perkiraan proses operasi sistem serta kinerjanya. Untuk

analisis ini kami menggunakan perangkat lunak khusus, yaitu REFPROP 6,0 (McLinden

et al., 1998), untuk mengevaluasi sifat termodinamika dan thermophysical dari refrigeran.

Sebuah analisis teoretis diterapkan untuk penggunaan R134a, propana (R290) dan

campuran yang dipilih dari R290/R600a persentase masing-masing 60%/40%,

R290/R600a/R134a persentase masing-masing 40% /30% / 30% dan R290/R600a

persentase masing-masing 50/50% dalam siklus pendinginan standar ASHRAE

(penguapan suhu: -23,3 C, suhu kondensasi º: 54,4 ° C, suhu cairan dan hisap: 32,2 º C)

dengan menggunakan sifat-sifat termodinamika REFPROP 6.0, seperti yang

direkomendasikan oleh Kim et al. (1998). Koefisien kinerja sistem untuk pendinginan

komersial dan domestik meningkat dari 10 sampai 20% bila menggunakan campuran

hidrokarbon yang mengandung R600a dan R290 (Sekhar et al., 2004).

Untuk simulasi pada lemari es Kompresi Uap beberapa asumsi yang diperlukan.

a. Kondisi Operasi Steady

b. Tidak terjadi kehilangan tekanan pada pipa, yaitu, perubahan tekanan terjadi hanya

pada kompresor dan tabung kapiler

c. Keuntungan atau kerugian panas diabaikan

d. kompresor menyediakan efisiensi volumetrik yang ideal dan efisiensi isentropik

ideal 75% (Fatouh dan El Kafafy, 2006).

Gambar 1 menunjukkan model siklus termodinamika yang digunakan dalam analisis

teoritis dan komputasi.

Gambar 1. Termodinamika siklus nyata dari lemari es rumah tangga.

(Borges et al., 2010)

Page 7: Tr/translate jurnal persentase/semester.2/18-6-2012

Untuk drop-in penerimaan fluida kerja dalam sistem pendinginan yang sudah ada,

beberapa karakteristik kinerja yang penting harus dipertimbangkan. Ini adalah: operasi

tekanan, kapasitas pendinginan volumetrik, koefisien kinerja dan suhu kompresor

discharge (Fatouh dan El Kafafy, 2006).

Refrigeran harus memiliki jumlah minimum karakteristik penting yang

menguntungkan, di antaranya yang paling signifikan adalah: kepadatan rendah dalam fase

cair, panas laten penguapan yang tinggi, volume spesifik rendah dalam fasa uap dan panas

jenis yang rendah dalam fasa cair. Karakteristik ini akan dievaluasi dan dibandingkan

antara cairan tersebut, seperti yang direkomendasikan oleh Poggi dkk.

Kapasitas pendinginan volumetrik (Qvol) adalah ukuran dari ukuran kompresor untuk

kondisi operasi yang diperlukan. Menyatakan efek pendinginan diperoleh per 1 m3

refrigeran masuk dalam kompresor (Poggi et al., 2008). Perlu dicatat bahwa, dengan

meningkatnya kapasitas pendinginan volumetrik, ukuran kompresor yang dibutuhkan

berkurang.

Kapasitas pendinginan volumetrik (Qvol) dapat diperkirakan sebagai berikut

Qvol = (h₅−h ₄ ) .ɳᵥ

v₁ …………………………………………………………….. (1)

Dimana :

h ₅ : Enthalpy spesifik Kondisi jenuh pada bagian masuk kompresor

h ₄ : Enthalpy spesifik refrigeran yang masuk dalam evaporator

v₁ : Volume Spesifik Kondisi jenuh pada bagian masuk kompresor

Menurut gambar 1 Rasio tekanan (PR) didefinisikan sebagai perbandingan

antara tekanan kondensasi (Pcond) and Tekanan Evaporasi (Pevap)

Persamaan Rasio Tekanan (PR):

PR = P condP evap …………………………………………………………………(2)

Tekanan kondensasi dan Evaporasi dihitung berdasarkan Temperatur Kondensasi dan

Temperatus Evaporasi.

Page 8: Tr/translate jurnal persentase/semester.2/18-6-2012

Koefisien Kinerja (COP)

Koefisien kinerja (COP) berhubungan dengan kapasitas pendinginan dan daya yang diperlukan dan menunjukkan konsumsi daya keseluruhan untuk beban yang diinginkan. COP tinggi berarti konsumsi energi rendah untuk penyerapan daya pendinginan ruang yang sama untuk didinginkan.

Persamaan COP :

COP = QevapPcomp

Dimana :

Qevap : kapasitas pendinginan

Pcomp : daya yang diperlukan untuk menggerakkan kompresor

Persamaan keseimbangan energi kapasitas pendinginan evaporator :

Qevap = mr . ( h5 - h4)

Persamaan Daya yang diperlukan untuk menggerakkan kompresor :

Pcomp = mr . ( h2 - h1)

Entalpi spesifik sebenarnya dari uap refrigeran superheated meninggalkan kompresor (h)

Persamaanya sebagai berikut :

Dimana :

ηᵢs,comp : efisiensi isoentropic kompresor

h₂,is : entalpi spesifik superheated uap refrigeran meninggalkan kompresor untuk proses kompresi isentropic Aliran massa refrigeran (mr) dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan berikut (Tashtoush et al., 2002)

Persamaan Aliran massa refrigerant (mr)

dimana :

Qevap : kapasitas pendinginan dalam kW

qevap : efek pendinginan spesifik dalam kJ / kg

Page 9: Tr/translate jurnal persentase/semester.2/18-6-2012

Suhu keluaran kompresor (T) merupakan parameter penting, karena efeknya pada

komponen kompresor dan stabilitas pelumas. Suhu ini ditentukan dengan menggunakan

data dan tekanan kondensasi dan entalpi spesifik nyata di outlet kompresor, ditentukan

oleh Persamaan. (6)

Dalam analisis siklus, kapasitas pendinginan yang sama diterapkan untuk semua

simulasi refrigeran dipertimbangkan. Pendinginan siklus kapasitas 143 W diperoleh

dengan konversi kapasitas pembekuan (3,5 kg/24h) dari lemari es rumah tangga L 210,

yang disediakan oleh produsen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menerapkan berbagai persamaan sirkuit pendingin diperlihatkan dalam Gambar 1 di bawah

kondisi yang telah ditentukan operasi (siklus ASHRAE) dan menggunakan perangkat

lunak REFPROP 6,0 (McLinden et al., 1998) diperoleh data yang berhubungan dengan

operasi refrigeran dipilih. Table1 menunjukkan hasil ini.

Gambar 2 menyajikan bahwa densitas uap R290/R600a (50:50) adalah lebih rendah

untuk berbagai macam suhu operasi, dan dengan demikian pengurangan yang diharapkan

dalam pekerjaan kompresi diperlukan. Penurunan kepadatan adalah faktor yang lebih

penting daripada panas laten penguapan dari cairan (Poggi et al., 2008). Penurunan R134a

dalam campuran mengarah ke penurunan daya yang diperlukan untuk kompresi dan

perpindahan panas di kondensor. Campuran hidrokarbon dengan R134a memberikan

peningkatan dalam pelumasan dan miscibility dari minyak dengan R134a (Tashtoush et al.,

2002).

densitas Uap di bawah kondisi pengisap pada campuran R290 menyajikan lebih

kecil daripada R134a, sesuai dengan biaya lebih sedikit cairan diperlukan dalam sistem

dalam kaitannya dengan R134a (Sekhar et al., 2004).

Gambar.2 Variasi Densitas Uap Vs Temperatur

Page 10: Tr/translate jurnal persentase/semester.2/18-6-2012

Menurut gambar 3, R290/R600a (50:50) dan R290/R600a (60:40) memberikan densitas

cairan paling rendah, sehingga mengurangi kerugian gesekan dalam sistem (Sekhar et al.,

2004).

Dalam berbagai sistem pendinginan porsi minyak pelumas yang bersirkulasi

dengan refrigeran berdasarkan berbagai komponen sistem. Efek minyak sangat berkorelasi

dengan kemampuan untuk melarutkan refrigeran dalam pelumas. Tingginya kadar

kelarutan refrigeran menyebabkan penurunan viskositas dari refrigeran / pelumas, yang

bermanfaat untuk pengembalian minyak untuk kompresor, namun dapat bertindak melalui

pelumasan bantalan.

Gambar.3 Variasi densitas cairan Vs Temperatur

Gambar 4 menunjukkan karakteristik viskositas pendingin dengan suhu yang

berbeda, teramati bahwa R290/R600a (60:40) dan R290/R600a (50:50) memiliki nilai

viskositas paling rendah di Kisaran suhu . Hal ini memberikan pengurangan kerugian

tekanan dalam pipa dari pendingin circuit.

Gambar 4. Pariasi Viskositas Vs Temperatur

Page 11: Tr/translate jurnal persentase/semester.2/18-6-2012

Gambar 5 menunjukkan variasi dalam kondisi Volume spesifik pengisap (suhu pengisap) dari kompresor. Hal ini diamati bahwa nilai-nilai yang lebih tinggi dari volume spesifik di pengisap kompresor menyediakan kapasitas pendinginan yang lebih tinggi volumetrik, sehingga kebutuhan untuk perpindahan lebih tinggi dari kompresor dengan kapasitas pendinginan yang sama dari sistem. Hal ini diamati bahwa untuk melakukan drop-in sistem pendinginan, cairan pengganti harus memiliki kapasitas pendinginan yang serupa ukurannya ke cairan asli sehingga tidak perlu diganti kompresor. Dalam hal ini, teramati bahwa R290/R600a (50:50) menunjukkan volume tertinggi. R290/R600a (60:40) mempunyai nilai lebih dekat dengan R134a.

Gambar 5. Volume spesifik bagian masuk kompresor Vs TemperaturGambar 6 dan 7 menunjukkan uap dan konduktivitas termal cairan refrigeran berbagai macam diperiksa sebagai fungsi temperatur. Hal ini diamati bahwa R134a memiliki konduktivitas paling rendah sepanjang rentang . Sebagai fraksi R134a berkurang, nilai-nilai ini meningkat. R290/R600a (60:40) dan (50:50) memiliki konduktivitas lebih tinggi sepanjang rentang suhu, yang secara substansial sama antara kedua campuran. Fakta ini menyediakan tingkat perpindahan panas yang lebih tinggi untuk sistem pendingin.

Gambar 6. Variasi Konduktivitas termal uap Vs Temperatur

Gambar 7. Variasi konduktivitas termal cair Vs Temperatur

Page 12: Tr/translate jurnal persentase/semester.2/18-6-2012

Tabel 1. Perhitungan Jenis refrigerant parameter siklus ASHRAE.

Refrigerant R134a R290 R600a R600a

( 60 : 40)

R290/R600a

( 50:50)

R290/R600a/R134a

( 40: 30 : 30 )

Tekanan

Kondensasi@

54.40C (kpa)

1470,0 1883,0 761,3 1370,5 1259,0 1604,0

Tekanan

Evaporasi@

23.30C (kpa)

114,8 216,6 62,43 140,6 126,3 174,7

Perbedaan

Tekanan 1355,2 798,87 1229,9 1132,7 1132,7 1429,3

Rasio Tekanan

Pendinginan 12,80 8,70 12,19 9,74 9,96 9,18

Efek 185,85 354,47 335,90 347,85 345,90 279,70

Kapasitas

Pendinginan

Volumetric

(kj/m3)

743,719 1171,9

1

414,149 819,718 751,188 980,391

COP Kapasitas

Pendinginan

(W)

2,049 2,041 2,171 2,093 2,117 2,0

Aliran massa 2,773 1,452 1,532 1,479 1,488 1,840

Temperatur

Keluar (0C)

139,5 134,5 120,2 128,8 127,0 126,0

Temperatur

masuk pipa

kapiler (0C)

32,2 32,2 32,2 32,2 32,2 32,2

Volume

Spesifik

masuk(m3/kg)

0,2121 0,2571 0,6894 0,3607 0,3914 0,2425

Panas Spesifik

Cairan (kj/kgK) 1,44733 2,8002

7

2,49904 2,65510 2,63428 2,28916

Densitas Cair

(kg/m3)

1183,27 483,44

5

542,291 505,718 511,576 588,688

Page 13: Tr/translate jurnal persentase/semester.2/18-6-2012

Ketika menganalisis Tabel 1 dapat dicatat Bahwa panas laten penguapan (efek

pendinginan) dari Campuran R290/R600a Itu sekitar dua kali dari R134a. Namun, karena

volume spesifik rendah R134a di pengisap, kapasitas volumetrik kedua fluida pendingin

serupa.

Untuk dapat diterima oleh fluida kerja sebagai pengganti yang berasal dari sistem

pendingin, kapasitas pendinginan volumetrik dan kinerja yang sama dibandingkan dengan

pendingin asli yang diperlukan ( El Kafafy dan Fatouh, 2006).

Fraksi massa yang tinggi dari propana (R290) memberikan Suhu kondensasi tinggi

dan Evaporasi kurang, yang dapat Menyebabkan luas pada pembentukan penguapan .

Campuran dari R290/R600a (60:40) memiliki solusi terbaik dalam hal ini.

Page 14: Tr/translate jurnal persentase/semester.2/18-6-2012

PENUTUP

Upaya penelitian dan pengembangan di bidang pendinginan dan AC berlaku untuk penggunaan pendingin alami tidak hanya terkait dengan kelompok untuk melestarikan lingkungan, subjek juga memiliki kepentingan tinggi, karena Peningkatan Efisiensi Energi peralatan. Hidrokarbon, seperti cairan cair gas (LPG), ramah lingkungan dan tersedia di alam, penggunaan zat ini sebagai pendingin di lemari es domestik sangat menarik. Menurut analisis termodinamika yang dikembangkan untuk hidrokarbon cairan dapat dicatat Bahwa tekanan Rendah dalam Kondensor dan Evaporator.

Penggunaan R290 dan campuran yang melibatkan hidrokarbon memberikan tiga kali

lipat dari panas laten penguapan dibandingkan dengan R134a. Faktor ini Mengarah ke

pengurangan sekitar 50% dibutuhkan massa pendingin dalam sistem pendingin apapun

kapasitas yang sama Peralatan tersebut.

Hidrokarbon yang lebih rendah memberikan debit kompresor, dan kemudian mereka kacau

untuk menyediakan komponen ini. Koefisien kinerja sistem dengan hidrokarbon dan

campuran sekitar 5% dibandingkan dengan R134a.Akibatnya, Kerja kompresi yang lebih

rendah diperlukan untuk hidrokarbon dibandingkan dengan R134a karena Properti

thermophysical.

Dalam rangka konsolidasi hidrokarbon dan campurannya sebagai pengganti cairan

sintetis, seperti HFC134a, Industri pendinginan upaya tersebut harus fokus pada

pengembangan kompresor cocok untuk kapasitas pendinginan volumetrik pendinginan

alam, dan pengembangan metodologi desain baru dari pertukaran panas, tanpa campuran

berperilaku berbeda dari cairan murni sehubungan dengan perubahan fasa.

Lampiran-Lampiran :

1. Tekanan Vs Sifat-sifat Termodinamika yang lain2. Nomenklatur

Page 15: Tr/translate jurnal persentase/semester.2/18-6-2012

Nomenklatur

COP = koefisien kinerja h = Entalpi spesifik, kJ/kg P = Tekanan, kPa P = Daya kompresi, kW PR = Rasio tekanan Q = Kapasitas pendingin, kW q = Efek pendinginan, kJ / kg T = Temperatur 0C v = Volume Spesifik (m3/kg) η = Efisiensi

Page 16: Tr/translate jurnal persentase/semester.2/18-6-2012