Download - TRIESA EMBRIODERY

Transcript
Page 1: TRIESA EMBRIODERY

TRIESA EMBRIODERY

A. EKONOMIModal : Rp.7.000.000Pendukung : 1. Tenaga kerja tersebar luas di berbagai daerah

2. Menggunakan mesin canggihPenghambat : 1. Perkembangan ekonomi yang tidak menentu

2. Jauhnya tempat pemasaran 3. Minimnya kontribusi pemerintah 4. Fasilitas tempat pemasaran kurang memadai 5. Tidak ada hukum yang melindungi perdagangan

Tenaga kerja : +/- 100 orangProduksi : Reproduksi mukenaDistribusi : Tanah Abang, Penyebarannya luas (meliputi dalam dan luar negeri)Konsumsi : Pedagang besar

B. LINGKUNGANPosisi strategis : Sukaraja (Pemukiman)Limbah : Air sabun dibuang ke saluran air

PENGOLAHAN : Pengelolaan produksi dilakukan berdasarkan pola

tradisional yang berlatar pengalaman berusaha selama 9 tahun dan belum mengikuti metoda-metoda berproduksi secara internasional baik dari sistem produksi (layout) maupun fasilitas penunjang lainnya.Pola produksi dilakukan dengan diawali adanya pesanan dari pelanggan berupa baju kebaya/baju kurung bordir, mukena, selendang, bantal kursi, motif dasar bordir, bahan dan desain warna serta desain ….. bordir. Selanjutnya arus pesanan tersebut dihitung biaya produksi, setelah disepakati hanya dengan pemesanan langkah berikutnya mempersiapkan bahan pembantu (benang), memindahkan dan menyusun motif di atas kain. Kain yang telah bermotif dilanjutkan membordir suatu contoh produk untuk kesepakatan dengan pemesan. Setelah contoh produk disepakati oleh pemesan, maka langkah selanjutnya memproduksi bordir sampai dengan jumlah pesanan terpenuhi.Proses produksi berlangsung: 1) diawali dengan pembuatan desain model produk, 2) pembuatan desain motif, warna, teknik hias

Page 2: TRIESA EMBRIODERY

bordir, 3) pemotongan bahan secara global, pembuatan pola, 4) penyusunan motif di atas bahan, 5) pembordiran, 6) pemotongan dan penjahitan bahan berdasarkan pola (dikerjakan dengan sistem borongan pada perajin lain di luar perusahaan), 7) penyortiran, 8) finishing dan pengepakan.

Dari cara mendesain dari hasil yang ditampilkan tampak

perusahaan belum profesional dalam mendesain. Sumbernya di perusahaan ini relatif kurang dibina secara memadai meski telah memiliki kemampuan membordir yang cukup, namun SDM di perusahaan ini mesih diperlukan pengingkatan kemampuan dalam hal quality control serta penambahan wawasan dan keterampilan dalam menciptakan desain yang baru, teknologi produksi pakaian jadi, manajemen produk, manajemen perusahaan.

C. PERALATAN : Perusahaan ini memiliki peralatan mesin bordir putih (merek Yuki) 6 buah yang digunakan untuk memproduksi bordir jenis kerancang (terawang) teknik solder. Pada tahun 2006 mampu memproduksi baju kebaya/kurung 10 kodi/tahun, selendang emas 36 lembar/tahun, bantal kursi 48 set/tahun, mukena Kw II 48 stel/tahun dan mukena Kw III 300 stel/tahun. Disamping jenis mesin Yuki, juga memiliki mesin biasa (mesin htam) 7 buah yang digunakan untuk memproduksi bordir jenis kerancang tanpa silder (Kw I). Pada tahun 2006 mampu memproduksi baju (Kw I) 9,5 kodi/tahun, dan mukena 24 stel/tahun.Dari ke dua jenis mesin ini dapat disimpulkan bahwa jenis bordir kerancang mesin biasa memproduksi dengan kemampuan kapasitas lebih sedikit dan waktunya lebih lama.Mesin dan peralatan yang ada sekarang hanya digunakan untuk produksi bordir, sedangkan untuk menyambungkan kain-kain potongan baju atau mukena dijahit dengan cara upah borongan pada perajin lain di luar perusahaan. Cara ini menimbulkan ongkos produksi lebih tinggi, karena itu pimpinan perusahaan sangat berkeinginan untuk mengelola penjahitan produk sendiri, namun masih terkendala dengan peralatan lain seperti tambahan mesin jahit biasa, mesin obras dan mesin pemasangan kancing.

D. PROSPEK KE DEPAN : Tahun 2020 > agar lebih banyak dibutuhkan dan dicari, sehingga peluang berwirausaha menjadi lebih besar.

E. HARAPAN : 1. Ingin menguasai dunia ekspor

Page 3: TRIESA EMBRIODERY

2. Ada hukum yang jelas dalam melindungi transaksi perdagangan

3. Kestabilitasan ekonomi negara (faktor produksi, distribusi).


Top Related