TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI
ONDERDIL MOTOR BEKAS
(Studi Kasus di Kelurahan Kebon Jeruk Kota Bandar Lampung)
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Dalam Ilmu Syari’ah dan Hukum
Oleh:
APRIYANTO
NPM 1321030047
Program Studi Muamalah
FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)
RADEN INTANLAMPUNG
1438 H /2017 M
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI
ONDERDIL MOTOR BEKAS
(Studi Kasus di Kelurahan Kebon Jeruk Kota Bandar Lampung)
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Dalam Ilmu Syari’ah dan Hukum
Oleh:
APRIYANTO
NPM 1321030047
Program Studi Muamalah
Pembimbing I : Drs. M. Said Jamhari, M.Kom.I.
Pembimbing II : Drs. H. Irwantoni, M.Hum.
FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)
RADEN INTANLAMPUNG
1438 H /2017 M
ii
ABSTRAK
Jual beli merupakan suatu bentuk adanya interaksi
sesama manusia, sebagai usaha bagi manusia tersebut untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam ajaran islam jual beli
harus sesuai dengan syariat Islam, baik dari segi syarat dan
rukunnya. Jual beli yang tidak memenuhi syarat dan rukun jual
beli akan berakibat tidak syahnya jual beli yang dilakukan.
Salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam jual beli
adalah barang atau benda yang diperjual belikan dapat diketahui
artinya bahwa barang atau benda yang akan diperjual belikan
dapat diketahuhi kualitas dan dari mana barang tersebut
diperoleh. Begitu juga dengan jual beli onderdil motor bekas
yang dilakukan penjual terhadap pembeli maka tidak sah jual
beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak atau pembeli
yang mengandung penipuan.
Semua rukun terpenuhi, namun ada satu syarat dalam
rukun objek jual beli yang diragukan. Yaitu objek jual beli tidak
dapat diketahui dengan jelas, karena dalam pelaksanaanya
penjual penjual tidak memberi dan jelas mengenai keadaan
onderdil motor bekas tersebut, padahal penjual tahu jika ada
onderdil motor bekas yang sedikit cacat. Tetapi hal itu tidak
akan diungkap apabila konsumen tidak menemukan sendiri,
bahkan apabila ada cacat justru ditutupi sedemikian rupa
sehingga cacat tidak terlihat. Dalam jual beli ini masih adanya
kesamaran dalam syarat objek jual beli, berarti jual beli ini salah
satu syarat objeknya tidak terpenuhi.
Adapun permasalahan dalam skripsi ini adalah
bagaimana pandangan hukum Islam tentang jual beli onderdil
motor bekas dan dan bagaimana pelaksanaan jual beli onderdil
motor bekas, yang akan menjadi objek kajiannya ialah onderdil
motor bekas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kenyataan
yang terjadi dalam jual beli onderdil motor bekas di Kelurahan
Kebon Jeruk Kota Bandar Lampung sehingga tidak
iii
menimbulkan keraguan salah satu pihak untuk melakukan
transaksi jual beli.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field
research) yang bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk
mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku, yakni upaya-
upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan
menginterprestasikan mengenai jual beli benih padi siap tanam
dengan cara kepal. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi
dilokasi penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan tehnik editing dan sistematisasi data.
Berdasa rkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa
jual beli onderdil motor bekas di Kelurahan Kebon Jeruk Kota
Bandar Lampung menurut hukum Islam tidak dibolehkan (jika
ada unsur penipuan didalamnya), sebab objek dan prosesnya
tidak dibenarkan syara’.
iv
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM Alamat : Jl. Letkol H. Endro Suratmin Sukarame 1 Telp.(0721) 703289 Bandar Lampung 35131
PERSETUJUAN
Judul Skripsi : TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG
JUAL BELI ONDERDIL MOTOR BEKAS
(Study Kasus di Kelurahan Kebon Jeruk
Kota Bandar Lampung)
Nama : APRIYANTO
NPM : 1321030047
Jurusan : Muamalah
Fakultas : Syariah
MENYETUJUI
Untuk dimunaqasyahkan dan dipertahankan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Raden Intan Lampung
Pembimbing 1 Pembimbing II
Drs. M. Said Jamhari, M.Kom.I Drs. H. Irwantoni, M.Hum.
NIP. 195411131985031001 NIP. 196010211991031003
Ketua Jurusan Muamalah,
H. A. Kumedi Ja’far, S.Ag., M.H
NIP. 197208262003121002
v
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM Alamat : Jl. Letkol H. Endro Suratmin Sukarame 1 Telp.(0721) 703289 Bandar Lampung 35131
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul: TINJAUAN HUKUM ISLAM
TENTANG JUAL BELI ONDERDIL MOTOR BEKAS
(Study Kasus di Kelurahan Kebon Jeruk Kota Bandar
Lampung disusun oeh APRIYANTO, NPM 1321030047,
Jurusan Muamalah, telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Raden Intan Lampung pada
Hari/Tanggal: Jum’at 28 April 2017.
TIM MUNAQASYAH
Ketua : Drs. H. Khoirul Abror, M.H. (………………)
Sekertaris : Khoirudin, M.S.I (………………)
Penguji I : Drs. Mundzir HZ, M. Ag. (………………)
Penguji II : Drs. M. Said Jamhari, M. Hum. (………………)
Mengetahui
Dr. Alamsyah, S.Ag.,M.Ag.
NIP. 197009011997031002
vi
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini kupersembahkan secara khusus untuk orang-
orang yang kucinta dan kusayangi serta selalu mendukung akan
terselesaikannya karya ini, diantaranya :
1. Kepada Ayahanda tercinta Sukimin dan Ibunda tercinta Ibu
Nur Janah. Terima kasih atas kasih sayang dan do’a serta
dukungan yang diberikan selama ini sehingga saya dapat
menyelesaikan studi ini.
2. Kepada Mamas ku Wahyudi dan Ayunda Surniasih SHI.,
terimakasih untuk support serta do’a nya dan buat nenek
yang senatiasa mendo’akan cucu mu ini saya mengucapkan
terima kasih.
3. Almamater tercinta Universitasa Islam Negeri (UIN) Raden
Intan Lampung tempatku menimba ilmu pengetahuan.
vii
MOTTO
للاه
…
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”
Departemen agama RI, Al-Quran dan Terjemah, ICV. Penerbit
Diponegoro, 2006, h. 83
viii
RIWAYAT HIDUP
Apriyanto, dilahirkan di Desa Sumber Agung Kcamatan
Way Lima Kabupaten Pesawaran pada tanggal 12 Agustus 1995.
Anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sukimin
dan Ibu Nur Janah.
Pendidikan yang pernah ditempuh:
1. Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Way Harong dan lulus pada
tahun 2007
2. Sekolah Madrasah Tsanawian Negri (MTSN) 1 Kedondong
dan lulus pada tahun 2010.
3. Sekolah Madrasah Aliah Negeri (MAN) 1 Kedondong dan
lulus pada tahun 2013, kemudian melanjutkan Pendidikan di
Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung
program strata Satu (S1) Fakultas Syariah dengan
konsentrasi pada Jurusan Mu’amalah.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, Rabb
pencipta semesta alam dan segala isiya yang telah memberikan
kenikmatan Iman, Islam dan kesehatan baik jasmani maupun
rohani kepada kita semua, shalawat beriring salam kita
sampaikan kepada nabi Muhammad SAW karena rido dan
syafa’atnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul:
Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Onderdil Motor
Bekas. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Hukum Islam di Fakultas Syari’ah UIN
Raden Intan Lampung. Dalam penulisan skripsi ini tentu saja
tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,
untuk itu saya ingin mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag, selaku Rektor UIN Raden
Intan Lampung.
2. Dr. Alamsyah, S.Ag., M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah
UIN Raden Intan Lampung.
3. Drs. M. Said Jamhari, M.Kom.I. selaku pembimbing I dan
Drs. H. Irwantoni, M.Hum., sebagai pembimbing II terima
kasih atas segala bimbingan dan pengorbanannya serta
kesabarannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Untuk tim penguji sidang Munaqasah Drs. H. Khoirul
Abror, M.H, Khoirudin, M.S.I, Drs. H. Munzir HZ, M. Ag.,
Drs. M. Said Jamhari, M.Kom.I. terimakasih atas semua
bimbingannya dan pengorbanannya serta kesabarannya
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Kedua Orang Tua yang telah merawat dan membesarkan
6. Kedua Kaka-Kaka yang tidak lelah menasehati disaat malas
belajar.
7. Seluruh dosen, asisten dosen dan seluruh staf karyawan
Fakultas syariah UIN Raden Intan Lampung yang telah
x
membantu dan memberikan banyak pengetahuan dalam
melnelesaikan skripsi ini.
8. Kepala dan karyawan Perpustakaan Pusat dan Fakultas IAIN
Raden Intan Lampung yang telah membantu memberikan
informasi, data referensi.
9. Sahabat seperjuangan Ali Muchtarom, Afrizal, Refan
Feldianto Gumay, Heri Purwanto, Ridho Mukhtaza, dan
Grup Beler yang banyak membantu, teruntuk kekasih ku
Umi Salamah terima kasih atas kesetiaannya untuk
menemani menghabiskan waktu untuk menyelesaikan
skripsi ini, memberikan dukungan dan supportnya, dan
teruntuk teman-teman perjuangan angkatan 2013.
hasil penelitian dan tulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Hal ini tidak lain disebabkan karena keterbatasan
ilmu, waktu dan dana yang dimiliki. Untuk itu kepada para
pembaca kiranya dapat memberikan masukan dan saran-saran,
guna melengkapi tulisan ini.
Kepada Allah SWT memohon ampun, rahmat, hidayah
dan inayah-Nya. Semoga Allah mengampuni dosa, kesalahan
kita dan meridhoi amal baik dan jasa dari semua pihak yang
membantu penyelesaian skripsi ini, serta kepada setiap pembaca
semoga memperoleh manfaat.
Bandar Lampung, Juli 2017
Penulis
APRIYANTO
NPM. 1321030047
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................... i
ABSTRAK ........................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................... vi
MOTTO ............................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ............................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................ ix
DAFTAR ISI ....................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul.................................................. 1
B. Alasan Memilih Judul......................................... 2
C. Latar Belakang Masalah ..................................... 3
D. Rumusan Masalah .............................................. 8
E. Tujuan Masalah .................................................. 8
F. Metode Penelitian ............................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. JUAL BELI MENURUT HUKUM ISLAM ...... 15
1. Pengertian Jual Beli ....................................... 15
2. Dasar Hukum Jual Beli .................................. 18
3. Rukun Dan Syarat Jual Beli ........................... 22
4. Khiar Jual Beli ............................................... 33
5. Macam-Macam Jual Beli ............................. 35
6. Batalnya Jual Beli .......................................... 37
7. Hikmah Jual Beli ........................................... 38
BAB III DATA LAPANGAN
A. Sejarah Singkat Kelurahan Kebon Jeruk.......... 39
B. Potensi Dasar Kelurahan Kebon Jeruk ............. 40
xii
C. Pertanahan ........................................................ 41
D. Kependudukan.................................................. 41
E. Bidang Pendidikan ........................................... 44
F. Bidang Pemerintahan ....................................... 45
G. Praktek Jual Beli Onderdil Motro Bekas
Dikelurahan Kebon Jeruk Kota Bnadar
Lampung .......................................................... 46
H. Praktek Jual Beli Onderdil Motor Bekas ......... 51
BAB IV ANALISA DATA
A. Analisis Terhadap Praktek Jual Beli Motor
Bekas ................................................................ 59
B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli
Onderdil Motor Bekas ...................................... 63
BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. KESIMPULAN ................................................ 69
B. PENUTUP ........................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Supaya tidak menimbulkan kesalah pahaman didalam
membahas judul skripsi ini, maka secara singkat terlebih
dahulu akan diuraikan maksud dari proposal ini.
Adapun penelitian ini memiliki judul “Tinjauan
Hukum Islam Tentang Jual Beli Onderdil Motor Bekas
(study kasus di Kelurahan Kebon Jeruk Kota Bandar
Lampung)”
Untuk mengetahui pokok pembahasan yang
terkandung didalam judul tersebut, perlu diberikan
penjelasan sebagai berikut :
Tinjauan adalah pendapat, meninjau atau hasil dari
sebuah penyelidikan dan sebagainya.1
Hukum Islam dalam arti fiqih adalah koleksi daya
upaya para ahli hukum untuk menerapkan syari‟at atas
kebutuhan masyarakat.2
Menurut Prof. H. Amir Syarifuddin dalam bukunya
Ushul Fiqih menyebutkan, hukum Islam adalah “seperangkat
peraturan berdasarkan wahyu Allah SWT dan sunnah Rasul,
tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan
diyakini mengikat untuk semua yang beragama islam.3
1 Departemen Pendidikan & Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi Ke Empat, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, h. 1060. 2 Hasbi Ashiddieqi, Pengantar Ilmu Fiqih, CV.Mulia, Jakarta, 1976,
h. 44. 3 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta,
1997, h. 5.
2
Jual beli adalah persetujuan saling mengikat antara
penjual, yakni pihak yang menyerahkan barang, dan pembeli
sebagai pihak yang membayar harga yang dijual.4
Onderdil adalah suku cadang.5
Motor yang dimaksut motor disini adalah kendaraan
roda dua yang pengeraknya adalah mesin.6
Bekas yang dimaksut bekas disini adalah barang yang
sudah pernah dipakai.7
Berdasarkan penjelasan judul di atas maka pengertian
judul skripsi ini secara menyeluruh adalah, pandangan
hukum Islam terhadap jual beli onderdil motor bekas yang
berkembang dimasyarakat dan bengkel-bengkel. khususnya
di Kelurahan Kebon Jeruk Kota Bandar Lampung
B. Alasan Memilih Judul
Adapun hal-hal yang mendorong untuk membahas
judul skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah
merupakan salah satu masalah praktek mu‟amalah yang
sementara tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan
masyarakat, sehingga oleh karenanya perlu diketahui
status hukumnya.
2. Sejauh yang diketahui, permasalahan ini belum pernah
dibahas dalam judul skripsi, khususnya di Fakultas
Syari‟ah.
3. Karena ruang lingkup pembahasan termasuk dalam salah
satu bidang ilmu pengetahuan yang penulis pelajari di
Fakultas Syari‟ah, yakni fiqih mu‟amalah.
4 Departemen Pendidikan & Kebudayaan, op.cit, h. 419
5 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Moderen Englis Press, Jakarta, h. 1057 6 Ibid. h. 998
7 Ibid. h. 165
3
C. Latar Belakang Masalah
Allah SWT, telah menjadikan manusia masing-
masing saling membutuhkan satu sama lain, supaya mereka
tolong-menolong, tukar menukar keperluan dalam segala
urusan kepentingan hidup masing-masing, baik dengan jalan
jual-beli, sewa-menyewa, bercocok tanam, atau perusahaan
yang lain-lain, baik dalam urusan kepentingan sendiri
maupun untuk kemaslahatan umum. 8
Jual beli merupakan suatu bentuk adanya interaksi
sesama manusia, sebagai usaha-usaha bagi manusia tersebut
untuk memertahankan dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam ajaran Islam jual beli harus sesuai dengan syariat
islam, baik dari segi syarat dan rukunnya. Jual beli yang
tidak memenuhi syarat dan rukun jual beli akan berakibat
tidak syahnya jual beli yang dilakukan.
Syari‟at Islam telah memberikan pokok-pokok aturan
didalam melaksanakan hubungan jual beli yang baik, secara
umum tujuannya adalah untuk menghindari pertentangan
diantara manuasia, menjaga kemaslahatan orang yang
sedang akad, menghindari jual beli gharar (terdapat unsure
penipian), jika rukun tersebut dilalaikan atau dihindari maka
jual beli tersebut tidak sah
Tata aturan semacam ini telah lebih dahulu
dijelaskan didalam QS. An-Nisa (4) : 29
لل ا
8 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, cet ke 41, Sinar Baru Algensindo,
Bandung, 2008, h. 278
4
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.9
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT
memperbolehkan jual beli dengan cara yang baik dan tidak
bertentangan dengan hukum islam, yakni jual beli yang
terhindar dari unsur gharar, riba, pemaksaan, dan lain
sebagainya. Serta harus didasari rasa suka sama suka antara
masing-masing pihak.
Hadis nabi Muhammad SAW menyatakan sebagai
berikut:
10
( ماجو رواه ابن") إمنا البيع عن تراض
“Sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka sama
suka.” (HR Bukhari)
Ulama fiqih sepakat bahwa jual beli diangap sah
apabila ma‟qud alaih adalah barang yang tetap atau
bermangfaat, berbentuk, dapat diserahkan, , dapat dilihat
oleh orang-orang yang akad, tidak bersangkutan dengan
milik orang lain, dan tidak ada larangan dari syara‟.11
Jual beli yang dilarang dan batal hukumnya adalah
sebagai berikut:
1. Jual beli Gharar, yaitu jual beli barang yang mengandung
kesamaran.
9 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahanya (Bandung:
Diponegoro, 2012), h. 83 10
Kathur Suhardi, Syarah Hadits Pilihan Bukhari-Muslim, Darul
Falah, Jakarta, 2002, h. 183 11
Rachmat Syafe‟i, Fiqih Muamalah, CV Pustaka Setia, Bandung, h.
97
5
2. Jual beli barang yang tidak dapat diserahkan, yaitu jual
beli barang yang tidak jelas.
3. Barang yang dihukumkan najis oleh agama, seperti
anjing, babi, berhala, bangkai dan khamar.
4. Jual beli sperma (mani) hewan, seperti mengawinkan
seekor domba jantan dengan betina agar dapat
memperoleh turunan.
5. Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut
induknya.
6. Jual beli tanaman yang masih di ladang atau di sawah.
7. Jual beli buah-buahan yang belum pantas untuk dipanen,
seperti menjual rambutan yang masih hijau, mangga
yang masih kecil-kecil dan lain-lain.
8. Jual beli mulammasah, jual beli secara sentuh
menyentuh, misalnya seorang menyentuh sehelai kain
dengan tangan atau kaki (memakai), maka berarti ia telah
membeli kain itu. Jual beli seprti ini sangat dilarang oleh
agama, karena mengandung tipuan(akal-akalan) dan
kemungkinan dapat menimbulkan keerugian pada salah
satu pihak.
9. Jual beli Munabadzah, yaitu jual beli secara lempar
melempar, misalnyaseorang berkata: lemparkan lah
kepada ku apa yang ada pada mu, setelah terjadi lempar
melempar, maka terjadilah jual beli. Jual beli seperti ini
juga dilarang oleh agama, karena mengandung tipuan
dan dapet merugikan salah satu pihak.12
Salah satu contoh kasus dalam jual beli onderdil
motor bekas ini adalah jual beli anara penjual onderdil
motor bekas dengan bapak Mustofa selaku pembeli onderdil
motor bekas. Pak Mustofa memilih sendiri onderdil motor
bekas yang akan dibelinya dan onderdil motor bekas yang
12
Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam di Indonesia Aspek Hukum
Keluarga dan Bisnis, Bandar Lampung, 2015, h. 151
6
akan dibeli adalah sok depan motor, saat sudah terjadi
kesepakatan harga antara penjual onderdil motor bekas
dengan Pak Mustofa sok depan motor bekas pun dibawa
pulang oleh pak Mustofa, saat sudah dipasang dimotornya
tidak selang beberapa hari sok depan motor pak Mustofa
yang dibelinya ditoko onderdil motor bekaspun mengalami
kobocoran, “saya tidak sekali dua kali memebeli onderdil
motor bekas, tetapi kali ini saya sangat kecewa akan produk
onderdil motor bekas yang saya beli, mungkin buakan saya
saja yang kecewa mungkin aka nada teman-teman yang lain
yang ikut kecwa akan produk onderdil motor bekas ini” ujur
pak mustofa saat diwawancar tidak jauh dari toko onderdil
motor bekas.13
Dengan perkembangan jual beli yang semakin
berkembang ini tentunya pembeli harus lebih berhati-hati
dalam melakukan transaksi jual beli. Nabi mengimbau agar
dalam akad jual beli, barang atau benda yang dipejual
belikian dapat diketahui artinya bahwa barang atau benda
yang akan diperjual belikan dapat diketahuhi kuantitas dan
dari mana barang tersebut diperoleh.
Karena dalam pertukaran tersebut melibatkan dua
orang yang berbeda, maka dalam praktiknya barang tersebut
diharuskan diberi sifat (diterangkan sifat-sifatnya), karena
pembeli harus mengetahui sifat barang atau benda yang
akan dibeli. Ada banyak sekali jenis jual beli maupun jenis
barang yang diperjualbelikan, salah satunya yaitu jual beli
onderdil motor. Jual beli onderdil motor pun beraneka
ragam, ada onderdil motor yang masih baru (bergaransi)
dan adapula onderdil motor bekas (sudah pernah dipakai).
Adapun tempat yang memperjualbelikan onderdil motor
sering kita kenal dengan istilah bengkel yang sekarang ini
sangat mudah ditemui diberbagai tempat, misalnya
dipemukiman penduduk, dipinggir jalan raya, terminal,
pasar dan masih banyak lagi.
13
Hasil wawancara dengan Bapak Mustofa sebagai pembeli onderdil
motor bekas, tanggal 20 Desember 2016
7
Didaerah Kelurahan Kobon Jeruk Kota Bandar
Lampung, ada banyak toko dan berbagai macam pula
onderdil motor bekas yang diperjualbelikan. Dalam jual beli
onderdil motor bekas tersebut terdapat sesuatu yang
menarik, karena bengkel tersebut menjual onderdil
bekasnya dengan cara tidak menjelaskan sifat-sifat barang
yang dijualnya. Jual beli tersebut dapat dikatakan
mengandung jual-beli orang buta, padahal dalam transaksi
jual beli diharuskan adanya kejelasan sifat dari barang
tersebut, sehingga pembeli mengetahui sifat-sifat (kualitas
dan dari mana barang tersebut diperoleh) dari barang yang
hendak dibelinya. „Jual beli orang buta dikatagorikan sahih
menurut jumhur jika barang yang dibelinya diberi sifat
(diterangkan sifatnya). Adapun menurut ulama Syafi‟iyah,
jual-beli orang buta itu tidak sah sebab ia tidak dapat
membedakan barang yang jelek dan yang bagus‟.14
Dalam pelaksanaanya, pembeli yang datang justru
langsung dipersilahkan untuk memilih sendiri onderdil
motor bekas yang ingin dibeli. Setelah pembeli selesai
memilih onderdil bekas tersebut kemudian pembeli
melakukan pembayaran. Dalam hal ini bisa saja pembeli
merasa kecewa atau merasa dirugikan pada saat mengetahui
bahwa kualitas onderdil motor bekas tersebut sangat tidak
memuaskan dari perkiraan. Karena sebelumnya tidak ada
kejelasan tentang kualitas dari onderdil motor bekas
tersebut, sehingga dalam jual beli tersebut tidak ada
kejelasan barang. „Yang dimaksud dengan transparansi
harga yaitu setiap akad dilakukan dengan
pertanggungjawaban para pihak secara terbuka‟.15
Jika
dalam pelaksanaan jual beli tersebut tidak tercapai unsur
suka sama suka atau saling rela karena tidak adanya
transparansi harga, maka dapat berakibat pada batalnya
14
Ibid h. 94 15
Kompilasi Hukum Ekonomi Syari‟ah (Bandung: Fokus Media,
2008), h. 19
8
akad karena tidak tercapai unsur kerelaan dan juga
mengandung unsur penyamaran.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut,
maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan jual beli onederdil motor bekas
ditoko onderdil motor bekas di Kelurahan Kebon Jeruk
Kota Bandar Lampung?
2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap jual beli
onderdil motor bekas yang dilakukan di Kelurahan
Kebon Jeruk Kota Bandar Lampung?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana toko onderdil di
Kelurahan Kebon Jeruk Kota Bandar Lampung
mendapatkan onderdil motor bekas.
b. Untuk mengetahui bagaimana pandangan konsumen
mengenai kualitas onderdil motor bekas yang dijual di
Kelurahan Kebon Jeruk Kota Bandar Lampung.
c. Untuk mengetahui pandangan hukum islam terhadap
jual beli onderdil motor bekas di Kelurahan Kebon
Jeruk Kota Bnadar Lampung.
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara Teoritis, penelitian ini sangat bermanfaat, karena
dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
mengenai sistem jual beli yang terus berkembang
dimasyarakat, serta diharapkan mampu memberikan
pemahaman mengenai praktik jual beli yang sesuai
dengan hukum islam.
9
b. Secara praktis, penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu
syarat memenuhi tugas akhir guna memperoleh gelar
S.H pada Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri
(UIN) Raden Intan Lampung.
F. Metode Penelitian
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif. Alasannya, metode ini menyajikan secara
langsung hakiat hubungan antara peneliti dan responden dan
metode ini lebih peka serta lebih dapat menyesuaikan diri
dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-
pola nilai yang dihadapi
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field
research) yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan data dari lokasi atau lapangan.Penelitian
lapangan ini pada hakikatnya merupakan metode untuk
menemukan secara spesifik dan realis tentang apa yang
sedang terjadi ditengah-tengah masyarakat. Penelitian
dilakukan di Kelurahan Kebon Jeruk Kota Bandar
Lampung.
2. Sifat Penelitian
Menurut sifatnya, penelitian ini bersifat deduktif,
yang bertujuan untuk menganalisis apa-apa yang saat ini
berlaku atau gambaran mengenai realita, sifat-sifat seerta
hubungan antara fenomena yang diselidiki. Penelitian
yang digagas ditunjukan untuk melukiskan, melaporkan
dan menjelaskan mengenai objek penelitian yang diteliti,
selanjutnya menganalisis penelitian tersebut dengan
menggunakan ketentuan hukum Islam yang berfokus
pada masalah jual beli onderdil motor bekas di Kelurahan
Kebon Jeruk Kota Bandar Lampung.
10
3. Data dan Sumber Data
Fokus penelitian ini lebih mengarah pada persoalan
penentuan hukum yang terkait dengan pelaksanaan jual
beli onderdil motor bekas tanpa adanya kejelasan dari
kualitas dan darimana barang itu didapatkan barang yang
diperjualbelikan, faktor-faktor yang melatarbelakangi hal
tersebut, serta tinjauan hukum Islam. Oleh karena itu
sumber data yang digunakan dalam pnelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari responden atau objek yan diteliti.16
Dalam hal ini data tersebut diperoleh dari pemilik
toko onderdil di Kelurahan Kebon Jeruk Kota Bandar
Lampung.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh
melalui pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti
dari subyek penelitiannya.17
Peneliti menggunakan
data ini sebagai data pendukung yang berhubungan
dengan pelaksanaan jual beli di toko onderdil di
Kelurahan Kebon Jeruk Kota Bandar Lampung.
4. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian18
atau keseluruhan unit atau manusia, dapat juga berbentuk
gejala atau peristiwa yang mempunyai cirri-ciri yang
sama, adapu populasi dalam penelitian ini adalah
16
Muhammad Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), h. 57 17
Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2008), h. 1 18
Amirudin dan Zainal Asikin, pengantar metode penelitian hukum,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1991 h. 102
11
perwakilan dari pedagang di Toko onderdil motor di
Kelurahan Kebon Jeruk Kota Bandar Lampung.
Sebagian penjual dan pembeli onderdil motor
bekas yang menjadi informannya.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti.19
Dalam penetapan jumlah sampel dalam
penelitian ini, penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling atau sampling yang purposive yaitu
sampel yang terpilih dengan cermat hingga relevan
dengan desain penelitian. Penelitian akan berusaha agar
dalam sampel itu terdapat wakil-wakil dari segala lapisan
populasi.
Jadi, maksud dari metode purposive sampling
yaitu dalam menetapkan sampel didasarkan pada
pertimbangan bahwa orang-orang yang ditunjuk menjadi
sampel adalah orang-orang yang mengetahui
permasalahan yang dikaji, sehingga sampel dapat benar-
benar mewakili dari keseluruhan sampel yang ada.
Adapun yang menjadi sampel dalm penelitian ini adalah:
a. Toko yang melakukan pelaksanaan jual beli onderdil
motor bekas di Kelurahan Kebon Jeruk Kota Bandar
Lampung.
b. Pembeli onderdil motor bekas di Kelurahan Kebon
Jeruk Kota Bnadar Lampung, 2 orang sebagai
informan dalam penulisan penelitian dari skripsi ini.
Adapun alasan pemilihan sampel karena menurut
penulis sampel ini mewakili populasi dan dapat
menjawab permasalahan dalam skripsi yang penulis teliti
di Toko onderdil motor bekas di Kelurahan Kebon Jeruk
Kota Bandar Lampung.
19
Ibid., h. 104
12
5. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam hal ini berupa :
1. Observasi
Observasi adalah cara dan tekhnik
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan
dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau
fenomena yang ada pada objek penelitian.20
Observasi yang dilakukan yaitu dengan melakukan
pengamatan-pengamatan terhadap pelaksanaan jual
beli di toko onderdil.
2. Wawancara (interview)
Wawancara adalah kegiatan pengumpulan
data primer yang bersumber langsung dari respoden
penelitian dilapangan (lokasi).21
Dengan cara peneliti
melakukan tanya jawab dengan pemilik toko
onderdil yang dikerjakan dengan sistematik dan
berdasarkan pada masalah yang bahas atau diteliti.
Pada praktiknya penulis menyiapkan daftar
pertanyaan untuk di ajukan secara langsung kepada
pemilik toko onderdil terkait bagaimana praktik
pelaksanaan jual beli di toko onderdil tersebut, yang
selanjutnya akan ditinjau dari hukum Islam.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai
hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya.22
20
Muhammad Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), h. 57 21
Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung,
Citra Aditya Bakti, 2004), h. 86 22
Suharsimi Arikunto, Prodesur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 188
13
6. Metode Pengolahan Data
a. Pemeriksaan data (editing)
Pemeriksaan data atau editing adalah
pengecekan atau pengoreksian data yang telah
dikumpulkan, karena kemungkinan data yang masuk
atau (raw data) terkumpul itu tidak logis dan
meragukan.23
Tujuanya yaitu untuk menghilangkan
kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan
dilapangan dan bersifat koreksi, sehingga
kekuranganya dapat dilengkapi dan diperbaiki.
b. Sistematika Data (sistemstizing)
Bertujuan menempatkan data menurut
kerangka sistematika bahasan berdasarkan urutan
masalah,24
dengan cara melakukan pengelompokan
data yang telah diedit dan kemudian diberi tanda
menurut kategori-kategori dan urutan masalah.
7. Analisa Data
Setelah data diperoleh, selanjutnya data tersebut
akan dianalisa. Metode analisa data yang digunakan
dalam penelitian ini disesuaikan dengan kajian
penelitian, yaitu jual beli onderdil motor bekas tanpa
adanya kejelasan dari kualitas dan darimana barang itu
didapatkan ditinjau dari hukum Islam yang akan dikaji
menggunakan metode kualitatif. Analisis tersebut
bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan,. tujuanya agar
dapat dilihat dari sudut pandang hukum Islam, yaitu agar
dapat memberikan pemahaman mengenai sistem
pelaksanaan jual beli sebagaimana yang ada dalam
hukum Islam.
23
Susiadi, Metodologi Penelitian, (Bandar Lampung: Pusat Penalitian
dan Penerbitan LP2M Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung,
2015), h. 115 24
Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitaian Hukum,
(Bandung, Citra Aditya Bakti, 2004), h. 126
14
Metode berpikir dalam penulisan ini
menggunakan metode berfikir induktif, yaitu metode
yang mempelajari suatu gejala yang khusus untuk
mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku dilapangan
yang lebih umum mengenai fenomena yang diselidiki.25
Metode ini digunakan dalam membuat kesimpulan
tentang berbagai hal yang berkenaan dengan pelaksanaan
jual beli dan hasil analisanya dituangkan dalam bab-bab
yang telah dirumuskan dalam sistematika pembahasan
dalam penelitian ini.
25
Sutrisno Hadi, Metode Research, Jilid 1 (Yogyakarta: Yayasan
Penerbit, Fakultas Psikologi UGM, 1981), h. 36
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Jual Beli Menurut Hukum Islam
1. Pengertian Jual Beli
Jual beli merupakan akad yang umum dikeluarkan
masyarakat, karena dalam setiap pemenuhan hidupnya,
masyarakat tidak bisa lepas untuk meninggalkan akad ini.
Dengan memperhatikan kita dapat mengambil pengertian
bahwa jual beli itu suatu proses tukar menukar kebutuhan.
Untuk memahami secara lebih jelas, kita harus memberi
batasan. Sehingga jelas bagi kita apa itu jual beli, baik secara
bahasa (etimologi) maupun secara istilah (terminologi).
Adapun pengertian jual beli menurut bahasa adalah:
a. Menurut Wahbah Zuhaili, secara etimologi, jual beli
adalah proses tukar menukar barang dengan barang.26
b. Jual beli (البيع) artinya menjual, mengganti, dan menukar
(sesuatu dengan sesuatu yang lain). Kata, البيع dalam
bahasa arab terkadang digunakan untuk pengertian
lawannya, yaitu kata الشراء (beli). Dengan demikian kata
berarti kata “jual” dan sekaligus berarti kata البيع
“beli”.27
c. Menurut kitab terjemah “Fathul Mu‟in”, lafadh ba‟i
menurut lughah مقابلة شئ بشئ artinya menukar sesuatu
dengan sesuatu yang lain.28
d. Menurut sayyid sabiq dalam Fikih Sunnah adalah bahwa
jual beli menurut pengertian lughawi طاق المبادلة29
adalah
26
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu jilid 5, (Jakarta: Gema
Insani, 2011), h. 25. 27
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 113. 28
Ali As‟ad, Terjemah Fathul Mu‟in 2, (Kudus: Menara Kudus, 1979), h.
158.
16
saling menukar (pertukaran). Kata al-ba‟i (jual) dan asy-
syira‟ (beli) dipergunakan biasanya dalam pengertian
yang sama. Dua kata ini masing-masing mempunyai
makna dua yang satu sama lain bertolak belakang.
e. Perkataan jual beli sebebarnya terdiri dari dua suku kata
yaitu “jual dan beli”. Sebenarnya kata “jual dan beli”
mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak
belakang. Kata jual menunjukkan bahwa adanya
perbuatan menjual, sedangkan beli adalah adanya
perbuatan membeli.30
Sedangkan jual beli menurut istlah adalah:
a. Jual beli menurut Ulama Hanafiah adalah tukar menukar
maal (barang atau harta) dengan maal yang dilakukan
dengan cara tertentu. Atau tukar barang yang bernilai
dengan semacamya dengan cara yang sah dan khusus,
yakni ijab-qabul mu‟athaa‟ (tanpa ijab-qabul).31
b. Menurut terjemah kitab “Fathul Mu‟in”, ba‟i menurut
istilah مقابلة مال مبال على وجو خمصوص artinya menukarkan harta
dengan harta pada wajah tertentu.32
c. Menurut Sayyid Sabiq jual beli yaitu
الت راضىمبادلة مال مبال على سبيل “saling menuar harta dengan harta atas dasar suka sama
suka”.
Dalam buku Fiqh Sunnah karangan Sayyid Sabiq
dijelaskan bahwa pengertian jual beli secara istilah adalah
pertukaran harta tertentu dengan harta lain berdasarkan
keikhlasan antara keduanya atau dengan pengertian lain,
29
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, juz III, (Libanon: Darul Kutub al-
adabiyah, 1971), h. 47. 30
Chairuman Pasaribu, et.. al., Hukum Perjanjian dalam Islam,
(Jakarta: Sinar Grafika, cet. Ke-2, 1996), h. 33. 31
Ibid. 32
Ibid.
17
jual beli yaitu memindahkan hak milik dengan hak milik
lain berdasarkan persetujuan dan hitungan materi.33
d. Sebagian ulama memberi pengertian jual beli adalah
tukar-menukar harta meskipun masih ada dalam
tanggungan atau kemanfaatan yang mubah dengan
sesuatu yang semisal dengan keduanya untuk
memberikan secara tetap.34
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat
dipahami bahwa yang dimaksud dengan pengertian jual beli
adalah suatu perjanjian tukar menukar barang atau barang
dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang
satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan sesuai
dengan ketentuan yang dibenarkan syara‟ (hukum Islam).35
Menurut terjemah kitab “Fathul Mu‟in”, ba‟i menurut
istilah على وجه مخصوصمقابلة مال بمال artinya menukarkan harta
dengan harta pada wajah tertentu.36
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami
bahwa yang dimaksud dengan pengertian jual beli adalah
suatu bentuk persetujuan yaitu akad tukar menukar harta,
baik berupa barang dengan barang, barang dengan uang, yang
telah ditetapkan harga barang-barang tersebut, dilakukan oleh
dua orang atau lebih, atas dasar suka sama suka dan dapat
dibenarkan oleh syariat Islam.
33
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, jilid 4, (Jakarta: Pena Pundi Aksara,
2006), h. 121. 34
Syeh Abdurrahman as-Sa‟di, et al, Fiqih Jual Beli: Panduan
Praktis Bisnis Syariah, (Jakarta: Senayan Publishing, 2008), h. 143. 35
Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Aspek
Hukum Keluarga dan Bisnis), ( Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan
Penerbitan IAIN Raden Intan Lampung Jl. Letkol H. Endro Suratmin
Sukarame, 2015), h. 140. 36
Ali As‟ad, Terjemah Fathul Mu‟in 2, (Kudus: Menara Kudus, 1979),
h. 158.
18
2. Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli diperbolehkan berdasarkan dasar firman
Allah SWT, Sunah Rasul, dan Ijma‟. Dasar hukum
diperbolehkannya jual beli, antara lain :
a. Al-Quran
Al-Quran sebagai sumber utama hukum Islam,
memberikan dasar-dasar diperbolehkannya jual beli guna
memenuhi hidup orang Islam. Hal ini dapat dilihat dalam
firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa‟ (4) : 29
للاه
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu. (Q.S. An-Nisa‟ : 29)”37
Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa jual beli
adalah cara yang diberikan Allah Swt. kepada seluruh
umat untuk mencari rezeki, dan dalam jual beli dasar
yang paling utama adalah kerelaan atau dasar suka sama
suka, dalam QS. Al-Baqarah (2) : 275
37
Departemen Agama RI, Al-„Aliyy Alqur‟an dan Terjemah,Op.Cit h. 65
19
للاه
للاه
Artinya : orang-orang yang Makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya
jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,
lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
Maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang
kembali (mengambil riba), Maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Ayat ini
juga dapat dipahami untu melakukan jual beli dengan
mematuhi peraturan-peraturan yang telah di tetapkan
dalam Islam. Bahwa jual beli merupakan tindakan atau
transaksi yang telah disyariatkan, dalam arti telah ada
hukumnya yang jelas dalam Islam yang berkenaan
20
dengan hukum taklfi, hukumnya adalah boleh.
Kebolehannya jual beli yaitu untu menghindarkan
manusia dari kesulitan dalam bermu‟amalah dengan
hartanya.
Riba adalah mengambil kelebihan di atas modal
dari yang butuh dengan mengeksploitasi kebutuhannya.
Orang-orang yang makan, yakni bertransaksi dengan
riba, baik dalam bentuk memberi ataupun mengambil,
tidak dapat berdiri, yakni melakukan aktivitas, melaikan
seperti berdirinya orang yang dibingungkan oleh setan,
sehingga ia tak tahu arah disebabkan oleh sentuhannya
(setan). Orang yang melakukan praktek riba akan hidup
dalam situasi gelisah, tidak tentram, selalu bingung dan
berada kepada ketidak pastian, disebabkan karena pikiran
mereka yang tertuju kepada materi dan penambahannya.
38 Maka dengan itu Allah melarang penggunaan riba
pada kehidupan kita.
b. As-Sunnah
Hadis Rasulluwah yang diriwayatkan oleh Abdullah bin
Umar:
هما, ان رسو ل حديث عبد الل بن عمر رضى الل عن و احد الل صلى الل عليو وسلم قال: الم ت باي عا ن كل
يار على صح ب و مال م ي تفر قا اال ب ي ع ل خ من هما ب ا الغ ي ار )رواه البخارى(
Artinya: hadis „Abdullah bin „Umar ra., bahwasannya
Rasulullah Saw bersabda: “dua pihak yang
saling berjual beli, salah satunya menggunakan
hak memilih (khiyar) terhadap pihak lain,
38
M.Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah vol.1, Lentera hati, Jakarta,
2002. h.588
21
selama keduanya belum berpisah kecuali
mengenai jual beli dengan khiyar. (H.R
Bukhari) 39
Dasar hukum yang bersumber dari hadis Nabi
Muhammad Saw:
علىيو الل ىعنو ان النب صىل الل فع رضى رفاعة بن را عن يده جل ب ب ؟ قال عمل الر ي ط اي ا لكسب ا ل ئ س وسلم
ر(زاه البوار)ر و يع مب ر و كل ب Artinya : Dari Rifa‟ah bin Rafi r.a bahwasanya Nabi
Saw, ditanya : pencarian apakah yang paling
baik? beliau menjawab : ialah orang yang
bekerja dengan tangannya, dan tiap-tiap jual
beli yang benar. (HR. Al-Bazzar)40
Hadits di atas menjelaskan Baiummabrur jual beli
yang benar yakni jual beli memenuhi rukun dan
syaratnya serta tidak mengandung unsur kecurangan,
penipuan, saling menjatuhkan dan riba.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim sebagai berikut:
39
Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, Al-Lu‟lu‟ Wal Marjan, Koleksi
Hadis yang Disepakati Oleh Al-Bukhari dan Muslim, Penerjemah Muslich
Shabir (Semarang: 1993). H. 328, Hadis no. 1039 40
Ibnu Hajar Al-Asqalany, Bulughul Maram, Juz III, Nur Amaliyah,
Semarang,1958, h. 4
22
اللو صلى اللو عليو عن جابربن عبداللو قال: نى رسل لت ها بالكيل وسلم عن ب يع الص ب رة من التمر الي علم مكي
. المسمى من التمر Artinya : “Dari Jabir bin Abdillah berkata: Rasulullah
Saw melarang jual beli shubrah yaitu kurma
campuran yang tidak diketahui timbangannya
dalam bilangan timbangan yang dikenal.”
(HR. Muslim V:9).41
c. Ijma‟
Ulama telah sepakat bahwa jual beli
diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak
akanmampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan
orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik
orang lain yang dibutuhkan itu, haris diganti dengan
barang lain yang sesuai.42
3. Rukun dan Syarat Jual Beli
Di dalam Islam telah ditetapkan rukun dan syarat jual
beli, agar dapat dikatakan sah menurut hukum Islam
apabila telah terpenuhi rukun dan syarat tersebut. Secara
bahasa, syarat adalah “ketentan (peraturan, petunjuk) yang
harus diindahkan dan dilakukan,” sedangkan rukun adalah
“yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan”.43
Adapun rukun dan syarat dalam jual beli adalah:
a. Rukun Jual Beli
Jual beli adalah merupakakn akad, dan dipandang sah
apabila telah terpenuhi rukun dan syarat jual beli. Rukun
41
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, ringkasan shahih Muslim, tim
pustaka as-sunnah, cet, 1. (jakarta: pustaka as-sunnah 2008), h. 606. 42
Rachmat Syafei, Op.cit. h. 75 43
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta, Rajawali Pers, 2013. h. 70.
23
jual beli ada 3, yaitu akad (ijab dan Kabul), orang-orang
yang berakad (penjual dan pembeli), dan ma‟kud alaih
(objek akad).
Akad ialah ikatan antara penjual dan pembeli. Jual beli
belum dikatakan sah sebelum ijab dan kabul dilakukan
sebab ijab dan kabul menunjukan kerelaaan (keridhaan).
Pada dasarnya ijab dan kabul dilakukan dengan lisan, tetapi
kalau tidak mungkin, misalnya bisu atau yang lainya, boleh
ijab kabul dengan surat menyurat, yang mengandung arti
ijab dan kabul.44
b. Syarat Sah Jual Beli
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam jual
beli yaitu:
1. Syarat bagi (عاقذ) orang yang melakukan akad antara
lain:
1) Baligh (berakal), yaitu dapat membedakan atau
memilih mana yang terbaik bagi dirinya,
Allah SWT berfirman:
للاه
Artinya: dan janganlah kamu serahkan kepada orang-
orang yang belum sempurna akalnya harta
(mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah
mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu)
dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang
baik. (Q.S. an-Nisa (4) : 5).
44
Ibid. hlm. 70
24
Ayat di atas menunjukkan bahwa orang yang
bukan ahli tasarruf tidak boleh melakukan jual beli
dan melakukan akad (ijab qobul).
2) Beragama Islam, hal ini berlaku untuk pembeli
bukan penjual, hal ini dijadikan syarat karena
dikhawatirkan jika orang yang membeli adalah orang
kafir, maka mereka akan merendahkan atau
menghina Islam dan kaum muslimin.45
3) Dengan kehendak sendiri (Tidak dipaksa).46
4) Keduanya tidak mubadzir, maksudnya bahwa para
pihak yang mengikatkan diri dalam transaksi jual beli
bukanlah orang-orang yang boros (mubadzir), sebab
orang yang boros menurut hukum dikatakan sebagai
orang yang tidak cakap bertindak, artinya ia tidak
dapat melakukan sendiri sesuatu perbuatan hukum
meskipun hukum tersebut menyangkut kepentingan
semata.
2. Syarat (معقود عليو) barang yang diperjualbelikan antara
lain:
1) Suci atau mungkin disucikan, tidak sah menjual
barang yang najis, seperti anjing, babi dan lain-lain,
Rasulullah SAW bersabda:
عن جابر رضي اللو عنو ان رسول اللو صلى اللو عليو وسلم اخلمر والميتة واخلنزير واألصنام قال: إن اللو ورسولو حرم ب يع
)رواه البخارى ومسلم(
45
Ibnu Mas‟ud & Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi‟i, (Bandung:
Pustaka Setia, 2007), h. 28 46
Imam Abi Zakaria al-Anshari, Fathu al-Wahab, (Surabaya: al-
Hidayah, t.t.,), h. 158
25
Artinya: “Dari Jabir r.a. bahwa Rasulullah SAW.
Bersabda: sesungguhnya Allah dan Rasul telah
mengharamkan jual beli arak, bangkai, babi,
dan berhala.” (H.R. Bukhari dan Muslim).47
Menurut riwayat lain dari Nabi dinyatakan
“kecuali anjing untuk berburu” boleh diperjualbelikan.
Menurut Syafi‟iyah bahwa sebab keharaman arak,
bangkai, anjing, dan babi karena najis, berhala bukan
karena najis tapi karena tidak ada manfaatnya.48
2) Memberi manfaat menurut Syara‟, maka dilarang jual
beli benda-benda yang tidak boleh diambil manfaatnya
menurut Syara‟, seperti menjual babi, cecak dan yang
lainya.
3) Barang itu ada, atau tidak ada di tempat, tetapi pihak
penjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan
barang itu. Misalnya, barang tersebut ada di toko atau di
pabrik dan yang lainnya disimpan di gudang. Namun
yang terpenting, pada saat diperlukan barang itu sudah
ada dan dapat dihadirkan pada tempat yang telah
disepakati bersama.49
4) Tidak dibatasi waktunya, seperti perkataan “kujual motor
ini kepada tuan selama satu tahun”, maka penjual
tersebut tidak sah, sebab jual beli adalah salah satu sebab
pemilikan secara penuh yang tidak dibatasi apa pun
kecuali ketentuan Syara.
5) Dapat diserahkan secara cepat maupun lambat, tidaklah
sah menjual binatang yang sudah lari dan tidak dapat
ditangkap lagi, barang-barang yang sudah hilang atau
barang yang sulit diperoleh kembali karena samar,
seperti seekor ikan jatuh ke kolam, maka tidak diketahui
47
Hendi Suhendi, Fiqh Muamala,. (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1997), hlm. 72. 48
Ibid., hal.72 49
M. Ali Hasan, Op.Cit., hal. 123.
26
dengan pasti ikan tersebut, sebab dalam kolam tersebut
terdapat ikan-ikan yang sama.
6) Milik sendiri, tidaklah sah menjual barang orang lain
dengan tidak seizin pemiliknya atau barang-barang yang
baru akan menjadi miliknya.
7) Diketahui (dilihat). Barang yang diperjualbelikan itu
harus diketahui banyaknya, beratnya, takarannya,
jenisnya, atau ukuran-ukuran yang lainnya. Maka
tidaklah sah jual beli yang menimbulkan keraguansalah
satu pihak. Dalam sebuah hadist disebutkan:50
قال: ن هى رسول اللو صلى اللو عن أب ىري رة رضي اللو عنو عليو وسلم عن ب يع احلصاة وعن ب يع الغرر )رواه مسلم(
Artinya: Dari Abi Huraira r.a ia berkata: Rasulullah
SAW. Telah melarang jual beli dengan cara
melempar batu dan jual beli yang mengandung
tipuan.” (H.R. Muslim).
3. Syarat sah ijab qabul:
Ijab qabul yaitu pernyataan atau perkataan kedua
belah pihak (penjual dan pembel) sebagai gambaran
kehendaknya dalam melakukan transaks jual beli.
Diantara syarat-syarat ijab qabul yaitu:
1) Tidak ada yang membatasi (memisahkan). Si pembeli
tidak boleh diam saja setelah si penjual menyatakan ijab,
atau sebaliknya.
2) Tidak diselingi dengan kata-kata lain antara ijab dan
qabul.
3) Harus ada kesesuaian antara ijab dan qabul.
50
Ibid.,hal.73.
27
4) Ijab dan qabul harus jelas dan lengkap, artinya bahwa
pernyataan ijab dan qabul harus jelas, lengkap dan pasti,
serta tidak menimbulkan pemahaman lain.
5) Ijab dan qabul harus dapat diterima oleh kedua belah
pihak.51
Adapun rukun jual beli yaitu, Rukun jual beli ada tiga:
shigat (ijab dan qabul), kedua belah pihak yang berakad
(aqidain), yang diadakan (ma‟qud alaih).
a. Shigat (ijab dan qabul)
Pengertian ijab menurut Hanafiah adalah
pernyataan yang disampaikan pertama oleh satu pihak
yang menunjukkan kerelaan, baik dinyatakan oleh si
penjual, maupun si pembeli. Adapun pengertian qabul
adalah “pernyataan yang disebutkan kedua dari
pembicaraan salah satu pihak yang melakukan akad”.
Jadi penetapan mana ijab dan mana qabul tergantung
kepada siapa yang lebih dahulu menyatakan.
Menurut jumhur ulama, selain Hanafiah,
pengertian ijab adalah pernyataan yang timbul dari orang
yang memberikan kepemilikan, meskipun keluarnya
belakangan (penjual). Sedangkan pengertian qabul
adalah pernyataan yang timbul dari orang yang akan
menerima hak milik meskipun keluarnya pertama
(pembeli).
b. Aqid atau orang yang melakukan akad, yaitu penjual dan
pembeli. Secara umum, penjual dan pembeli harus orang
yang memiliki ahliyah (kecakapan) dan wilayah
(kekuasaan).52
c. Ma‟qud Alaih atau objek akad jual beli adalah barang
yang dijual (mabi‟) dan harga/uang (tsaman) dan sesuatu
51
Khumedi Ja‟far, Op.Cit., h. 148-149. 52
Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Kreasindo Media
Cita, 2010), h. 186
28
yang di perbolehkan oleh syara‟ untuk dijual dan
diketahui sifatnya oleh pembeli.
Menurut Imam Maliki
Syarat yang dikemukan oleh Imam Maliki yang
berkenaan dengan aqid, shighat, dan ma‟qud alaih
berjumlah 11 syarat:53
1) Syarat aqid
a) Penjual dan pembeli harus mumayyiz
b) Keduanya merupakan pemilik barang atau yang
dijadikan wakil
c) Keduanya dalam keadan sukarela. Jual beli
berdasarkan paksaan tidak sah. Hal itu didasarkan
kepada Firman Allah dalam QS. An-Nisa (4) : 29
لله
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. dan janganlah
kamu membunuh dirimu, sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.54
53
Ibnu Rasid, Bidayatul Mujtahid, jilid II, Darul al-Qalam, Bairut,
1998, h. 54
Departemen Agama RI, Mushaf Pentashih Mushaf Al-Qur‟an,
Jakarta, 1996, h.
29
d) Penjual harus sadar dan dewasa, Imam Maliki tidak
mensyaratkan harus Islam bagi Aqid, kecuali dalam
membeli hamba yang mulim dan membeli mushaf.
Begitu pula sah jual beli orang yang buta.55
2) Syarat dalam shighat
a) Tempat aqad harus bersatu
b) Pengucapan ijab dan qabul tidak terpisah, Diantara
ijab dan qabul tidak boleh ada pemisah yang
mengandung unsur penolakan dari salah satu aqid
secara adat.
3) Syarat harga dan yang dihargakan
a) Bukan barang yang dilarang oleh syara‟
b) Harus suci, maka tidak boleh menjual khamr, babi
dan lian-lain
c) Bermanfaat menurut pandangan syara‟
d) Dapat diketahui oleh kedua orang yang berakad
e) Dapat diserahkan
Menurut Imam Syafi‟i
Imam Syafi‟i mensyaratkan 22 syarat, yang berkaitan
dengan aqid, shighat dan ma‟uqud alaih56
. Persyaratan
tersebut adalah57
:
1) Syarat Aqid
a) Aqid harus baligh dan berakal, menyadari dan
mampu memelihara agama dan hartanya. Dengan
demikian akad anak mumayyiz dipandang belum
sah.
b) Tidak dipaksa atau tanpa hak
55
Rachmat Syafei, Op.cit. h.81 56
Muhammad Asy-Syarbini, Mugni Al-Muhtaj, juz II h. 5-6 57
Rachmat Syafei, Op.cit. h. 82
30
c) Islam, dipandang tidak sah orang kafir yang
membeli kitab Al-Quran atau kitab-kitab yang
berkaitan dengan agama seperti hadis, kitab-kitab
fiqh, dan juga membeli hamba yang muslim. Hal
itu didasarkan pada firman Allah SWT pada QS.
An-Nisa (4) : 141
للاه
فهالله للاه
Artinya: (yaitu) orang-orang yang menunggu-
nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada
dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka
jika terjadi bagimu kemenangan dari
Allah mereka berkata: "Bukankah Kami
(turut berperang) beserta kamu ?" dan jika
orang-orang kafir mendapat
keberuntungan (kemenangan) mereka
berkata: "Bukankah Kami turut
memenangkanmu, dan membela kamu
dari orang-orang mukmin?" Maka Allah
akan memberi keputusan di antara kamu
di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak
akan memberi jalan kepada orang-orang
31
kafir untuk memusnahkan orang-orang
yang beriman.58
d) Pembeli bukan musuh, Umat Islam dilarang
menjual barang, khususnya senjata, kepada
musuh yang akan di gunakan untuk memerangi
dan menghancurkan kaum muslimin.
2) Syarat Sighat
a) Berhadap-hadapan, Pembeli atau penjual harus
menunjukan sighat akadnya kepada orang yang
sedang bertransaksi dengannya.
b) Ditujukan kepada seluruh badan yang akad
c) Qabul diucapkan oleh orang yang dituju pada
ijab.
d) Harus menyebutkan barang dan harga
e) Harus menyebutkan barang dan harga
f) Ketika mengucapkan sighat harus disertai niat
(maksud)
g) Pengucapan ijab dan qabul harus sempurna
h) Ijab dan qabul tidak terpisah
i) Tidak berubah lafazd
3) Syarat Ma‟qud Alaih (Barang)
a) Suci
b) Bermanfaat
c) Dapat diserahkan
d) Barang milik sendiri atau menjadi wakil orang
lain
58
Departemen Agama RI, Mushaf Pentashih Mushaf Al-Qur‟an,
Jakarta, 1996, h.
32
e) Jelas dan diketahui oleh dua orang yang
melakukan akad
f) Menurut Imam Hambal persyaratan jual beli ada
11 syarat, baik dalam aqid, shighat dan ma‟qud
alaih:59
1) Syarat aqid
a. Dewasa
Aqid harus dewasa (baligh dan berakal), kecuali
pada barang-barang yang sepele atau telah mendapat
ijin dari walinya dan mengandung kemaslahatan.
b. Ada keridhaan
Masing-masing harus saling meridhai, yaitu tidak
ada unsur paksaan. Imam hambali menghukumi
makruh bagi orang yang menjual barangnya karena
tepaksa atau karena kebutuhan yang mendesak dengan
harga di luar harga lazim.
2) Syarat shighat
a. Berada ditempat yang sama
b. Tidak terpisah
c. Tidak dikaitkan dengan sesuatu
3) Syarat ma‟qud Alaih
a. Harus berupa harta
Ma‟qud Alaih adalah barang-barang yang
bermanfaat menurut pandangan syara‟.
b. Milik penjual secara sempurna
c. Barang dapat diserahkan ketika aqad
d. Barang diketahui oleh penjual dan pembeli
e. Harga diketahui oleh dua belah pihak
59
Ibid, hlm.83
33
f. Terhindar dari unsur-unsur yang menjadikan aqad
tidak sah.
4. Khiar Jual Beli
Dalam jual beli, menurut agama Islam dibolehkan
memilih, apakah akan meneruskan jual beli atau akan
membatalkannya.60
Secara etimologi khiar artinya
memilih, menyisihkan, dan menyaring. Secara umum
artinya adalah menentukan yang terbaik dari dua hal (atau
lebih) untuk dijadikan orientasi.61
Secara terminology dalam ilmu fiqih, khiar artinya
hak yang dimiliki dua orang yang melakukan perjanjian
usaha untuk memilih antara dua hal yang disukainya,
meneruskan perjanjian tersebut atau membatalkannya.62
Hikmah disyariatkannya hak pilih adalah
membuktikan dan mempertegas adanya kerelaan dari
pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian. oleh sebab itu
syariat hanya menetapkan dalam kondisi tetentu saja, atau
ketika salah satu pihak yang terlibat mengesahkannya
sebagai persyaratan.63
Karena terjadinya oloeh suatau hal,
khiar dibagimenjadi tiga macam.64
Macam-macam khiyar dalam jual-beli ialah:
a. Khiar Majelis, yaitu apabila akad dalam jual-beli telah
terlaksana dari pihak penjual dan pembeli maka kedua
belah pihak boleh meneruskan atau membatalkan selama
keduanya masih berada dalam tempat akad (majlis).
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari
Hakim bin Hazam, bahwa Rasulullah Saw bersabda:
60
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Pesada,
2014), h. 83. 61
Abdillah Al-Muslim dan shalah Ash-shawi, FiqihEkonomi Keuangan
Islam, (Jakarta: Darul Haq, 2001), h. 47. 62
Ibid 63
Ibid 64
Hendi Suhendi, Op.Cit, h. 83-84
34
قا وب ي نا ب ورك لما ف الب ي عان بلخيار مال ي ت فرقا, فان صدبا مقت ب رككة ب يعهماب يعهما, وان كتما وكذ
Artinya: “ Dua orang yang melakukan jual beli boleh
melakukan khiar selama mereka belum berpsah.
Jika keduanya benar dan jelas, keduanya diberkahi
dalam jual beli mereka. Jika mereka
menyembukian dan berdusta (Tuhan) akan
memusnahkan keberkahan jual beli mereka”.
b. Khiar syarat, ialah bahwa salah satu dua pihak yang
berakad membeli sesuatu dengan syarat bahwa ia boleh
berkhiar dalam waktu tertentu sekalipun lebih.65
Jika ia
menghendaki jual beli dilaksanakan jika tidak,
dibatalkan. Persyaratan ini, boleh dari kedua belah pihak,
dan boleh pula salah satunya. Adapun dasar
persyaratannya adalah :66
ن هما حتى ي ت فرقا اال ب يع الخيار. عين ال ب يع ب ي كل ب ي “Setiap dua orang yang melakukan akad jual beli,
belum sah dinyatakan jual beli sebelum mereka berpisah,
kecuali jual beli hiar”.
Artinya jual beli dapat dilangsungkan dan
dinyatakan syah bila mereka berdua telah berpisah,
kecuali bila disyaratkan oleh salah satu kedua belah
pihak, atau kedua-duanya adanya syarat khiar dalam
masa tertentu.67
65
Ini menurut mahzab Ahmad bin Hanbal. Abu Hanifah dan Asy
Syafi‟i berpendapat: bahwa masa khiar tidak lebih dari tiga hari.
Menurut Malik: penenruan masa sesuai dengan kebutuhan. 66
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah; Alih Bahasa Oleh Kamaluddin A.
Marzuki, Jilid 12, Op.Cit., h. 100-101. 67
Ibid., h. 102-103.
35
c. Khiyar Aibi, artinya dalam jual beli ini disyaratkan
kesempurnaan benda-benda yang dibeli, seperti orang
berkata, “saya beli mobil itu seharga sekian, bila mobil
itu cacat maka akan saya kembalikan”. Seperti yang
diriwayatkan dalam Ahmad dan Abu Dawud dari Aisyah
r.a. bahwa seorang membeli budak, kemudian budak
tersebut disuruh berdiri didekatnya, didapatinya pada
budak itu kecacatan, lalu diadukannya kepada rasul,
maka budak itu dikembalikan pada penjual. Penyebab
khiar aib adalah adanya cacat pada barang yang diperjual
belikan (ma‟qud „alaih) atau (tsaman), karena kurang
nilainya atau tidak sesuai dengan maksud, atau orang
yang berakad tidak meneliti kecacatannya ketika akad
berlangsung.68
5. Macam-Macam Jual Beli
Jual beli mennurut penukarannya secara umum
dibagi menjadi empat macam:
a. Jual beli salam (pesanan)
Jual beli salam adalah jual beli melalui pesanan,
yakni jual beli dengan cara menyerahkan terlebih
dahulu uang muka kemudian barangnya diantar
belakangan.
b. Jual beli muqayadhah (barteran)
Jual beli muqayadhah adalah jual beli dengan cara
menukar barang dengan barang, seperti menukar baju
dengan sepatu.
c. Jual beli muthlaq
Jual beli muthlaq adalah jual beli barang dengan
sesuatu yang telah disepakati sebagai alat penukarnya,
seperti uang.
68Sohari Saharani dan Ru‟fan Abdullah, Fiqih Muamalah, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2011), h. 78
36
d. Jual beli alat penukar dengan alat penukar
Jual beli alat penukar dengan alat penukar adalah
jual beli yang bisa dipakai sebagai alat penukar dengan
alat penukar lainnya, seperti uang penukar dengan uang
emas.
Berdasarkan segi harga, jual beli dibagi pula menjadi
4 bagian:
a. Jual beli menguntungkan (al-murabbahah)
b. Jual beli yang tidak menguntungkan, yaitu menjual
dengan harga aslinya (at-tauliyah)
c. Jual beli rugi (al-khasarah)
d. Jual beli al-musawah, yaitu penjual menyembunyikan
harga aslinya, tatapi kedua orang yang akad saling
meridai, jual beli inilah yang berkembang sekarang.69
Adapun Jual beli yang dilarang dan batal hukumnya
adalah sebagai berikut:
a. Jual beli Gharar, yaitu jual beli barang yang mengandung
kesamaran.
b. Jual beli barang yang tidak dapat diserahkan, yaitu jual
beli barang yang tidak jelas.
c. Barang yang dihukumkan najis oleh agama, seperti
anjing, babi, berhala, bangkai dan khamar.
d. Jual beli sperma (mani) hewan, seperti mengawinkan
seekor domba jantan dengan betina agar dapat
memperoleh turunan.
e. Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut
induknya.
f. Jual beli tanaman yang masih di ladang atau di sawah.
69
Rachmat Syafe‟I, Fiqih Muamalah, CV PUSTAKA SETIA,
Bandung, 2001, h.101
37
g. Jual beli buah-buahan yang belum pantas untuk dipanen,
seperti menjual rambutan yang masih hijau, mangga
yang masih kecil-kecil dan lain-lain.
h. Jual beli secara sentuh menyentuh. Contohnya jual beli
dengan menyentuh sehelai kain dengan tangannya di
waktu malam hari.
i. Jual beli secara lempar melempar.70
6. Batalnya Jual Beli
Dalam sistem jual beli bila tidak ada kecocokan
dapat dibatalkan (iqalah) dan hal ini disunahkan jika
salah satu dari pembeli dan penjual memintanya.
Sedangkan macam hukum batalnya jual beli
terbagi sebagai berkut.
a. Diperselisihkan, yaitu apabila iqalah itu pembatalan
jual belinya.
b. beli pertama ataukah jual beli baru? Imam Ahmad,
Imam Syafi‟I dan Abu Hanifah berpendapat bahwa
iqalah adalah pembatalan jual beli pertama,
sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa qalah
adalh jual beli baru.
c. Pembatalah (iqalah) diperbolehkan jika sebagian
barang mengalami kerusakan.
d. Tidak boleh ada kenaikan atau pengurangan harga
pada iqalah. Jika terjadi kenaikan atau pengurangan
harga maka iqalah tidak diperbolehkan padanya,
seperti syarat makanan harus sudah diterima, ada
sighah jual beli, dan sebagainya.
70
Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam di Indonesia Aspek Hukum
Keluarga dan Bisnis, Bandar Lampung, 2015, h. 151
38
Pembatalan dalam jual beli itu merupakan prilaku
ekonomi yang mengarah pada kondisi yang membangun
agar dalam jual beli tidak ada yang dikecewakan, baik
pada penjual maupun pembeli71
7. Hikmah Jual Beli
Hikmah yang dapat diperoleh dari transaksi jual
beli antara lain:
a. Antara penjual dan pembeli dapat merasa puas dan
berlapang dada dengan jalan uka sama suka .
b. Dapat menjauhkan seseorang dari memakan atau
memiliki harta dengan cara yang batil.
c. Drapat memberikan nafkah bagi keluarga drai rizki
yang halal.
d. Dapat memenuhi hajatt orang banyak (masyarakat).
e. Dapat memina ketenangan, ketentraman, dan
kebahagian bagi jiwa karena memperoleh rizki yang
cukup dan menerima dengan ridha terhadap anugrah
Allah SWT.
f. Dapat menciptakan hubungan silaturahmi dan
persaudaraan antar penjual dan pembeli.72
71
Ismail Nawawi, Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer, Graha
Indonesia, Bogor, 2012, h. 83 72
Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Bandar
Lampung, 2015, h. 162
39
BAB III
DATA LAPANGAN
A. Sejarah Singkat Kelurahan Kebon Jeruk
Sejarah kelurahan Kebon Jeruk disusun berdasarkan
fakta yang ada, dan dari beberapa keterangan orang-oang tua
kampong yang masih hidupdan bersomisili di Bandar
Lampung, menurut keterangan mereka, Kelurahan Umbul
Kapuk dulunya merupakan bagian dari Kelurahan Kampung
Sawah, selanjutnya pada tahun 1987 Kelurahan Kampung
Sawah memekarkan menjadi beberapa kelurahan
diantaranya Kelurahan Kebon Jeruk. Kelurahan Umbul
Kapuk merupakan dataran tinggi dimana banyak terdapat
tanaman pohon kapukdan pohon jeruk yang mana mayoritas
nya adalah orang-orang jawa dan banten. Maka dari itu,
nama tersebut ada dua nama sebagai berikut:
1. Kebon Jeruk
2. Umbul Kapuk
Berdasarkan keterangan para tokoh masyarakat dan
tokoh adatyang dipakai adalah nama kebon jeruksampai
sekarang. Pada tahun 1987 kelurahan kebon jeruk menjadi
kelurahan difinatif dan langsung mempunyai kantor
kelurahan yang mana gedung tersebut adalah bekas gedung
pertemuan kelurahan kampong sawah atau balai desa yang
beralamat JL.Hayam Wukur No.100 Kelurahan Kebon Jeruk
yang berbatasan dengan:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sawah Lama
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Kota Baru
3. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Tanjuang
Karang
4. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Tanjung
Agung dan Tanjung Agung Raya
40
Adapun pejabat Lurah Umbul Kapuk adalah sebagai
berikut:
1. Bapak Kasir Muchtar menjabat Lurah selama 08 Bulan
2. Bapak Chairil Anwar menjabat Lurah selama 06 Tahun
3. Bapak Adi Saputra menjabat Lurah selama 04 Tahun
4. Bapak Sayun Malik menjabat lurah selama 06 Tahun
5. Bapak Erlan menjabat Lurah selama 03 Tahun
6. Bapak Lukman menjabat Lurah selama 01 Tahun
7. Bapak Saman Hendar menjabat Lurah selama 02 Tahun
8. Bapak Surnawoto menjabat lurah selama 03 Tahun
9. Bapak Chairil Anwar menjabat Lurah selama 06 Tahun
10. Bapak Miherman menjabat Lurah selama 03 Tahun
11. Bapak Rusdi sebagai pelaksana harian selama 06 Blan
12. Bapak Hi.Syahril Azmi.SE menjadi Lurah Tahun 2012
sampai sekarang.
B. Potensi Dasar Kelurahan Kebon Jeruk
1. Umum
Luas dan Batas Wilayah
a. Luas Kelurahan : ± 25 Ha
Batas Wilayah
Sebelah utara berbatasan dengan Keluraha Sawah
Lama
Sebelah selatah berbatasan dengan Kelurahan Kota Baru
Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Karang
Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan
Tanjung Agung dan Tanjung agaung Raya
41
2. Kondisi Georgafi
Kondisi geografi Kelurahan Kebon Jeruk
merupakan dataran tinggi atau gunung, dimana
pemukiman pendududk berada gunung yang
ketinggiannya ± 96 M di atasa permukaan laut.
Dengan curah hujan rata-rata ± 2000-3000 Mᶾ atau
dengan jenis tahan bersifat batu-batuan dengan suhu
udara rata-rata 21C◦- 32C◦
3. Orbitasi (Jarak Dari Pusat Pemerintahan)
Jarak pemerintahan Kelurahan Kebon Jeruk dengan
pemerintahan kecamatan berjarak ± 1 Km dengan
menempuh waktu 5 menit denngan kendaraan.
Jarak pemerintahan Kelurahan Kebon Jeruk dengan
pemerintahan Kota berjarak ± 2 Km dengan menempuh
waktu 15 menit dengan kendaraan.
Jarak pemerintahan Kelurahan Kebon Jeruk dengan
pemerintahan Ibu Kota Profinsi berjarak ± 3 Km dengan
menempuh waktu 30 menit dengan kendaraan.
C. Pertanahan
Kondisi pertanahan di Kelurahan Kebon Jeruk pada
umumnya tanah tersebut dahulu kala hanya dikuasai
beberapa orang dilihat dari surat keterangan jual beli tanah.
Sampai saat ini masih banyak warga yang menyewa tanah
untuk tempat tinggal.
1. Tanah kas Kelurahan : -
2. Tanah bersertifikat : 510 Buah Tanah
3. Tanah yang belum bersertifikat : 200 Buah Tanah
D. Kependudukan
Bahwa penduduk kelurahan Kebon Jeruk sudah cukup
padat dan mayoritas suku pendatang dari Jawa terutama
suku Banten, pemeluk agama terbanyak adalah agama Islam.
42
Demikian pula angka kelahiran masih dianggap wajar dan
berimbang dengan jumlah orang yang menikah dalam tahun
2016, sedangkan jumlah penduduk yang datang banyak
pedagang dan buruh harian lepas.
Untuk melihat inductor serta keadaan pada tahun 2016,
maka dapat kami gambarkan atau uraikan melalui angkadan
table dibawah ini serta matematika untuk memudahkan bagi
yang menilai, bagai mana tingkat perkembangan penduduk
di Kelurahan Umbul Kapuk.
1. Jumlah penduduk
a. Jenis kelamin
a. Laki-laki : 2.553 orang
b. Perempuan : 2.607 orang
b. Kepala Keluarga : 1.342 KK
c. Kewargaan
a. WNI : 5.160 orang
b. WNA : -
2. Jumlah penduduk menurut agama
a. Islam : 5.117 orang
b. Kristen : 27 orang
c. Katholik : 4 orang
d. Hindu : -
e. Budha : 12 orang
3. Jumlah penduduk menurut Usai dan Jenis Kelamin
NO Kelompok
Umur
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 00-04 149 191 330
2 05-06 230 244 474
3 07-13 413 452 865
4 14-16 528 498 1.026
5 17-24 531 563 1.104
6 25-54 446 353 799
7 55 Keatas 526 306 562
43
a. Jumlah penduduk berdasarkan jumlah pendidikan
No Tingkat
Pendidikan
Laki-
laki
Perempuan Jumlah
1 Tdk/Blm
Taman Sekolah
328 492 820
2 Tdk/Blm
Taman SD
355 273 628
3 SD 522 462 984
4 SLTP 570 580 1.150
5 SLTA 734 767 1.501
6 DI,D2,D3 25 17 42
7 Universitas 19 16 35
b. Jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan
lapangan usaha
No Sekolah
Lapangan
Usaha
Laki-
laki
Perempuan Jumlah
1 Pertanian - - -
2 Pertambangan - - -
3 Industry - - -
4 Listrik, Gas
dan Air
- - -
5 TNI POLRI 2 - 2
6 PNS 83 10 93
7 Bangunan 380 - 380
8 Angkutan 38 - 38
9 Buruh 950 190 1.140
10 Pensiunan 17 23 40
11 Jasa 57 35 92
Jumlah 1.527 258 1.785
4. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan
a. Lulusan pendidikan umum : 1.544 orang
b. Lulusan pendidikan kursus : 2
44
5. Pendidikan
Pendidikan Umum
1. Kelompok bermain : 2
2. TK : 2
3. Sekolah Dasar : 1
4. SMTP : 1
5. SMTA : -
E. Bidang Pembangunan
1. Agama
Sarana pribadatan
a. Jumlah Masjid : 2 buah
b. Jumlah Musollah : 4 buah
c. Jumlah Gereja : -
d. Jumlah Wihara : -
e. Jumlah Pura : -
2. Kesehatan
a. Rumah sakit umum pemerintah : -
b. Rumha sakit umum swasta : -
1. Jumlah pasien rumah sakit umum pemerintah
dan swasta
6 bulah terakhir : -
2. Pos Klinik KB
a. Jumlah Klinik KB : 1 buah
b. Jumlah Akseptor : 598 orang
c. Jumlah Posyandu : 6 buah
45
3. Puskesmas pemantu
a. Jumlah Puskesmas : -
b. Jumlah Puskesmas pembantu : 1 buah
c. Jumlah Dokter praktek : 3 orang
3. Olahraga
a. Jumlah jenis olah raga :-
b. Jumlah kelompok olah raga : -
4. Kesenian/kebudayaan
a. Jumlah jenis kesenian/kebudayaan : 1 jenis
b. Jumlah perkumpulan/kelompok kesenian : 1 jenis
5. Organisasi
a. Karang Taruna : 20 anggota
b. LSM : 10 anggota
c. Kelompok PKK : 50 anggota
d. Dasa Wisma : 40 anggota
e. Lain-lain : -
F. Bidang Pemerintahan
Keadaan Pemerintahan Kelurahan
Sesuai dengan peraturan Walikota Bandar Lampung
No 05 Tahun 2008 tentang organisasi tata kerja Kecamatan
dan Kelurahan serta peraturan Walikota Bandar Lampung
NO 32 Tahun 2008 tentang tuga dan fungsi dan tata kerja
Kecamatan dan Kelurahan, bahwa untuk mendukung
pelaksanaan pelayanan terhadap masyarakat khususnya di
Kelurahan Kebon Jeruk, lurah dibantu 1 orang sekertaris, 1
setaf serta, 2 orang TKS.
46
No Jabatan Nama Ket
1 LURAH Hi. Syahari Azmi.
SE
2 SEKERTARIS Rusadi
3 KASI
PEMERINTAHAN
Sri Wahyuni
4 KASI
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Plh. Usdek
Hariyannto
5 KASI TRANTIB Hi. Usdek
Manafis.S.Sos
6 KASI
PEMBANGUNAN
Tuti
7 STAF D Hariyanto
8 TKS Dian Sutri
9 TKS Herisa Anggraini
Dan dalam melaksanakan teugas pelayanan
kemasyarakatan lainnya Lurah dibantu oleh Pamong
Kelurahan dan Kepala Lingkungan dan 19 Ketua Rt.73
G. Praktek Jual Beli Onderdil Motor Bekas Di Kelurahan
Kebon Jeruk Kota Bandar Lampung
1. Toko Onderdil Motor Bekas
a. Sejarah Berdirinya Toko Onderdil Motor Bekas
Kebon Jeruk adalah sebuah kelurahan yang
terletak di Kota Bandar Lampung, karena memiliki
letak yang strategis perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi penduduk Kelurahan Kebon Jeruk lumayan
maju dibandingkan dengan desa-desa sekitar. Apalagi
sejak lama sudah berdiri Mall yang sangat membantu
perekonomian sekitar terutama penduduk Kelurahan
73
Data Monografi Desa, Kelurahan Umbul Kapukuk 2016
47
Kebon Jeruk. Dengan demikian banyak dari penduduk
Kelurahan Kebon Jeruk yang dapat bekerja di Mall
tersebut. Selain itu sebagian penduduk bekerja sebagai
pedagang dipasar ataupu Pedagang kaki lima (PKL).,
sehingga secara umum perkembangan ekonomi
Kelurahan Umbul Kapuk lebih cepat dari Kelurahan
lain.
Pada era 80-an sampai 90-an penduduk
Kelurahan Kebon Jeruk sudah banyak yang memakai
sepeda motor sebagai alat transformasi, terutama bagi
mereka yang berdagang, maupun para pegawai Mall.
Sehingga sepeda motor masyarakat untuk berdagang
mengalami kerusakan pada onderdil karena terlalu
banyak mengangkut barang dagangannya. Sehingga
kerusakan onderdil pada motor pedagang bukan hal
yang asing lagi. Sehingga banyak penduduk dan
pedagang untuk menganti onderdil motor mereka baik
baru ataupun bekas.74
Disini lah peluang yang dapat membantu
pertumbuhan ekonomi, saya melihat proses bisnis
yang menjanjikan, maka 12 september 2001 berdirilah
sebuah Toko onderdil motor bekas yang
mengkhususkan jual beli onderdil motor bekas.75
Factor-faktor yang mendorong berdirinya toko
onderdil motor bekas yaitu :
1) Pihak pedagang:
a) Banyak masyarakat yang mengharapkan adanya
jual beli onderdil motor bekas yang dekat,
sekaligus sebuah bengkel yang mempuni.
74
Wawncara dengan Bapak Subagio, Penduduk Umbul Kapuk yang
sedang menservis speda motor dibengkel, pada tanggal 19 Desember 2016 75
Hasil wawancara dengan Bapak Ruslan Pemilik Toko Onderdil
Motor Bekas, pada tanggal 10 Desember 2016 di Toko Onderdil Motor
Bekas
48
b) Kebutuhan masyarakat akan onderdil motor
yang terbilang murah.
c) Pedagang tidak mempunyai I‟tikad jahat untuk
sekedar mengeruk keuntungan yang sebesar-
besarnya.
d) Proses bisnis yang sangat menjanjikan dan akan
selalu berkembang bersama dengan
pertumbuhan ekonomi.
e) Melihat keberadaan toko-toko yang sudah
berdiri sebelunya semakin berkembang.
f) Adanya link dan jaringan antar toko, sehingga
mempermudah adanya timbale balik penjual dan
apabila kekurangan maka mengambil dari toko
lain.
g) Apabila jual beli onderdil motor bekas dijalakan
dengan teliti dan profesional, maka kerugian
jarang terjadi.
h) Pihak konsumen/pembeli
1) Konsumen bisa lebih menghemat biyaya
dengan adanya tempat jual beli onderdil
motor yang dekat.
2) Dalam bertransaksi menjadi lebih mudah
karena adanya saling kepercayaan yang
tinggi.
3) Konsumen tidak kesulitan apabila akan
membeli atau menjual onderdil motor yang
sudah tidak terpakai oleh masyarakat.
4) Keberadaan bengkel yang memadai dan
professional.76
76
Wawan cara dengan Bapak Dedi, pembeli onderdil motor bekas, pada
tanggal 20 Desember 2016
49
b. Manajemen Toko Onderdil Motor Bekas
Manajemen Toko Onderdil Motor Bekas
Kelurahan Kebon Jeruk Kota Bnadar Lampung
terdiri dari 1 pemilik, 1 pengelola dan 3 karyawan.
Untuk lebih jelasnya, peneliti cantumkan nama-
nama tersebut dalam data berikut.
No Nama Jabatan Keterangan
1 Ruslan Pemilik Pemilik
merangkap
bendahara
laporam
2 Sukarno Pengelola
3 Bambang Karyawan Bagian
bengkel sepeda
motor
4 Soleh Karyawan Pemasaran dan
transaksi jual
beli onderdil
motor bekas
5 Zainuri Karyawan Karyawan
bengkel sepeda
motor
2. Barang-Barang Toko Onderdil Motor Bekas
Toko onderdil motor ini pada awalnya hanya
menjual onderdil moror bekas, namun dalam
perkembangannya serta melihat berbagai permintaan
dari konsumendan melihat prospek yang ada, maka
toko onderdil motor bekas mengembangkan bisnis
yaitu menjual onderdil motor baru secara tukar
tambah, tetapi jual beli onderdil motor bekas masih
menjadi unggulan toko onderdil motor bekas ini.77
77
Hasil wawancara dengan Bapak Ruslan Pemilik Toko Onderdil
Motor Bekas, pada tanggal 10 Desember 2016 di Toko Onderdil Motor
Bekas
50
Untuk menjelaskannya, produk toko onderdil
motor peneliti uraikan sebagai berikut:
a. Jual beli onderdil motor bekas
Jual beli onderdil motor bekas di toko onderdil
motor bekas merupakan produk pertama dan utama.
Sejak berdirinya pada tanggal 12 september 2001,
toko onderdil motor bekas mengkhususkan pada jual
beli onderdil motor bekas,sehingga sangat banyak
memberikan keuntungan pada toko onderdil motor
bekas. Oleh karena itu sampai sekarang jual beli
onderdil motor bekas pada toko oderdil motor bekas
merupakan produk unggulan pada toko onderdil
motor bekas.78
b. Bengkel
Karena begkel pada toko onderdil motor bekas
merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari
onderdil bekas pada toko onderdil motor bekas
bengkel tersebut pada dasarnya untuk memasang
onderdil yang hendak dibeli dengan biyaya
tambahan.79
c. Tukar tambah onderdil motor
Toko onderdil motor juga melayani tukar
tambah onderdil motor, onderdil motor bekas dengan
baru, tukar tambah onderdil motor sangat diminati
masyarakat atau konsumen yang menginginkan
onderdil motor baru.
Selain tukar tambah dengan konsumen tukar
tambah onderdil juga banyak dilakukan dengan makelar
motor atau pedagang onderdil motor lain.80
78
Hasil wawancara denngan Bapak Sukarjo, pengelola Toko Onderdil
Motor Bekas, pada tanggal 10 Desember 2016 ditoko Onderdil Motor Bekas 79
Hasil wawancara dengan Bapak Bambang, Karyawan Bengkel
Onderdil Motor Bekas, pada tanggal 10 Desember 2016 ditoko Onderdil
Motor Bekas 80
Hasil wawancara dengan Bapak Ruslan Pemilik Toko Onderdil Motor
Bekas, pada tanggal 10 Desember 2016 di Toko Onderdil Motor Bekas
51
H. Praktek Jual beli Onderdil Motor Bekas
Toko onderdil motor bekas sangat menjamur dengan
berbagai tawaran dan iming-iming yang mengiurkan,
terutama praktek jual beli onderdil motor bekas juga tidak
kalah menarik dengan memberikan harga yang saling
banting harga demi kelangsungan dan kelancaran dalam
usaha. Berbagai penawaran dan sistem transaksi yang
semakin memudahkan konsumen untuk memiliki onderdil
motor yang murah.
Menurut hasil penelitian dan hasil wawancara
dengan pengusaha, maka toko onderdil motor bekas adalah
salah satu toko onderdil bekas yang sangat mudah dalam
bertransaksi. Dalam praktek, konsumen dapat membeli
secara cash.
Dan apabila konsumen atau masyarakat yang akan
menjual onderdil motor bekas, maka toko onderdil motor
bekas merupakan pilihan yang tepat karena sedikit
mengambil dengan harga lebih tingg dibanding dengan
menjual kesesma konsuen atau mastarakat.
Oleh karena itu, tidak hanya warga kelurahan Kebon
Jeruk saja yang bertransaksi jual beli dengan toko onderdil
motor bekas yang berada di kelurahan Kebon Jeruk, tapi
banyak masyarakat atau konsumen diluar Kelurahan Kebon
Jeruk baik menjual ataupun membeli onderdil motor bekas.
Harapan konsumen dapat mendapat onderdil motor yang
diinginkan dengan harga yang relative murah dibandingkan
membeli onderdil motor baru.
Tetapi jual beli onderdil motor terutama onderdil
motor bekas tidak selalu diimbangi dengan kejujuran,
walaupun kejujuran pada prinsipnya membawa pada
kepercayaan konsumen. Hal ini juga terjadi pada toko
onderdil motor bekas yang saya teliti. Sehingga dalam
prakteknya tidak semua benar menurut peraturan dan hukum
agama. Kebanyakan konsumen datang untuk membeli
onderdil motor bekas seperti sok depan motor, penjual tidak
52
memberikan secara rinci dan jelas mengenai keadaan sok
depan motor bekas tersebut. Padahal penjual tahu jiika sok
depan motor yang akan dibeli sedikit cacat, tetapi hal itu
tidak akan diungkap apabila konsumen tidak menemukan
sendiri. Bahkan apabila ada cacat justru ditutupi seperti
menutupi PER didalam sok tersebut.81
Sehingga cacat yang seharusnya menurut agama
diberitahukan kepada konsumen justru dihilangkan atau
disembunyikan. Tetapi menurut pendapat merek, hal itu
merupakan hal yang biasa dan wajar, bukan merupakan
pelanngaran dan bukan diangap penipuan dan pelangaran
sebab penjual sudan memperlihatkan onderdil motor bekas
yang akan dijual kepada pembeli.82
Begitu pula dengan
pendapat masyarakat umum, mereka mengatakan hal
tersebut sebagai hal yang biasa dan bersifat umum, sehingga
kesalahan tersebut tidak berarti apa-apa bagi masyarakat
pembeli onderdil motor bekas maupun dari pedagang
onderdil motor bekas.
Tidak banyak para konsumen atau pembeli yang
mengalami kekecewaan setelah membeli onderdil motor
bekas seperti melihat kecacatan onderdil motor tersebut
setelah onderdil motor tersebut dipasang dimotor mereka,
tetapi onderdil motor tersebut tidak bisa dikembalikan,
karena menurut mereka onderdil tersebut cacat karena
kesalahan pembeli tersebut.83
Terkait dengan pembahasan yang dibahas mengenai
jual beli onderdil motor bekas di Kelurahan Kebon Jeruk
Kota Bandar Lampung. Maka proses yang dilakukan ketika
jual beli onderdil motor bekas yaitu:
81
Wawancara dengan bapak Dedi, pembeli onderdil motor bekas, pada
tanggal 20 Desember 2016 82
Hasil wawancara dengan bapak Alfandi masyarakat sekitar yang
sedang menservis motor dibengkel, pada tanggal 10 Desember 2016 83
Hasil wawancara dengan bapak Reza pembeli onderdil motor bekas,
pada tanggal 20 desember 2016
53
1. Cara memperoleh onderdil motor bekas
Toko onderdil motor bekas mendapat ondedil
motor bekas tersebut dengan beberapa macam yaitu dengan
tukar tambah ondedil dengan para konsumen dan toko
onderdil motor bekas yang saya teliti juga mendapatkan
onderdil motor bekas dari para makelar motor yang akan
menganti onderdil motor mereka. Selain itu, toko onderdil
motor bekas ini juga banyak melakukan transaksi dengan
toko onderdil motor bekas lain untuk menambah koleksi
onderdil motor bekas mereka.84
2. Cara Melaksanakan Perjanjian
Praktek jual beli onderdil motor bekas di
Kelurahan Kebon Jeruk Kota Bandar Lampung ini tidak
ada perjanjian secara tertulis, hanya menggunakan akad
lisan yang saling percaya antara penjual dan pembeli.
Disini penjual dan pembeli menyatakan sebuah
kesepakatan yang sudah biasa dilakukan oleh masyarakat
pada umumnya. Misalnya penjual menyatakan, saya jual
onderdil bekas tersebut, dan pembeli menjawab, saya beli
onderdil bekas tersebut dari anda dan sebaliknya.85
Maka
dalam hal ini telah terjadi kesepakatan atau perjanjian yang
bisa diterima oleh kedua belah pihak.
3. Cara Menetapkan Harga
Dalam penetapan harga benih padi siap tanam,
tergantung pada kesepakatan orang yang melakukan
transaksi jual beli onderdil motor bekas, antara penjual dan
pembeli terjadi tawar-menawar. Pada umumnya di
Kelurahan Kebon Jeruk ini, harga onderdil motor bekas
(sok motor bekas) kisaran Rp.65.000, tergantung kualitas
onderdil motor bekas tersebu. Jika onderdil motor bekas
tersebut memang tidak memiliki cacat tersembunyimaka
84
Hasil Wawancara dengan bapak Ruslan Selaku Pemilik Toko
Onderdil Motor Bekas, Pada tanggal 11 desember 2016 85
Wawancara Dengan Bapak Ruslan/penjual dan Bapak
Mustofa/Pembeli, Tanggal 20 Desember 2016.
54
harganya lebih drai harga pasaran. Kemudian penjual
mengajukan kepada pembeli dan kedua belah pihak setuju
maka terjadilah kesepakatan harga yang telah ditentukan
kedua belah pihak.86
Berdasarkan dengan hal tersebut, peneliti
menyederhanakan pembahasan secara muamalah yaitu pada
pelaksanaan ijab qabul jual beli onderdil motor bekas dan
objek jual beli.
1. Ijab qabul dalam jual beli onderdil motor bekas.
a. Bentuk kata-kata yang digunakan.
Pelaksanaan transaksi jual beli yang diterapkan
pada toko onderdil motor bekas, tidak jauh berbeda
dengan toko onderdil lain. Konsumen yang datang akan
memilih sendiri onderdil motor bekas yang diinginkan
dengan menanyakan harganya. Ketika konsumen
bertanya kepada penjual tentang kondisi onderdil motor
tersebut maka penjual akan mengataka pada monsumen
untuk melihat sendiri kondisinya. Jika onderdil motor
tersebut memiliki cacat sedikit dan konsumen tidak
menemukan cacat tersebut, maka penjual tidak akan
menjelaskan keadaan sebenarnya.
Tetapi pada dasarnya onderdil motor yang
sedikit cacat, biasanya harganya relative lebih murah
disanding dengan onderdil motor yang kondisinya masih
bagus atau tidak ada cacat dari situlah masyarakat yang
menginginkan onderdil motor bekas berdatangan karna
harganya relative murah dan terjangkau.87
Menurut pengamatan penulis, transaksi jual beli
pada toko onderdil motor bekas dilaksanakan secara
86
Wawancara Dengan Bapak Ruslan/Penjual dan Bapak
hamid/pembeli, tanggal 21 Desember 2016. 87
Hasil wawancara dengan Bapak Soleh Karyawan dibagian
Pemasaran dan transaksi Onderdil Motor Bekas, Pada tanggal 10 Desember
2016 di Toko Onderdi Motor Bekas
55
lisan, baik mengenai harga. Bentuk kata-kata yang
digunakan dalam negosiasi sangat jelas sehingga dapat
dimengerti konsumen, walaupun dalam kata-kata
tersebut ada beberapa hal yang bersifat promosi namun
tidak bermaksut untuk menipu konsumen, sehingga
apabila terjadi transaksi, sudah dimengerti. Hal ini secara
umum dapat dimengerti dengan baik oleh pembeli
maupun penjua.
Misalnya transaksi jual beli onderdil motor bekas
antara bapak ali sebagai pembeli dan bapak ruslan
sebagai penjual. Setelah konsumen memilih sendiri
onderdil motor bekas yang diinginkandan sudah terjasi
negosiasi hargamaka bapak ali mengatakan : “pak ruslan,
saya beli onderdil motor bekas ini dengan harga yang
sudah kita sepakati. Maka bapak ruslan sebagai penjual
mengatakan “baiklah apabila bapak ali setuju dengan
harga tersebut, maka setelah bapak memenuhinya
onderdil motor bekas tersebut dapat bapak bawa pulang”.
Dengan contoh di atas jelas bahwa kata-kata
yang dipakai dalam ijab qabul jual beli onderdil motor
bekas tersebut sudah sah menurut hukum islam, yaitu:
pengertiaannya jelas, kesesuaian antara ijab qabul atau
adanya tawafuq ibaratain (kesesuaian antara dua
perakataan) dan kesungguhan atara penjual dan pembeli,
yaitu pembeli menyatakan membeli dan penjual
menyatakan menjual atau menyerahkan yaitu adanya
serah terima adanya kesua belah pihak.
b. Saat terjadi jual beli
Jual beli terjadi apabila kedua belah pihak sudah
sepakat dengan pembicaraan antara penjual dan pembeli
mengenai harga, dengan kata lain kedua belah pihak
telah berikrar adanya jual beli (ijab qabul).
Tetapi kesepakatan tersebut haruslah berdasarkan
kemauan kedua belah pihak tanpa adanya paksaan antara
keduanya, baik mengenai harga maupun kewajiban yang
56
harusnya dipenuhi dalam jual beli tersebut, termasuk
didalamnya adalah kesepakatan dalam pembayaran,
permintaan barang dan segala hal yang berkaitan dengan
transaksi jual beli onderdil motor bekas tersebut. Hal ini
sesuai dengan istilah jual beli yaitu : suatu tindakan
hukum yang dilakukan antara penjual dan pembeli,
dimana pihak penjual memberikan barang dagangannya
kepada pembeli, dan pembeli menerima dengan
membayar sejumlah uang, baik langsung maupun tidak
langsung sebagai imbalan atau ganti atas barang yang
dibelinya secara suka sama suka dan saling rela.
Menurut peneliti, toko onderdil motor bekas tidak
bertentangan dengan syarat-syarat jual beli, yaitu saat
terjadi negosiasi, penjual tidak memaksa konsumen
tentang onderdil motor mana yang akan dibeli.
Konsumen diberi kebebasan untuk memilih barang yang
diinginkan. Begitu juga dalam hal penawaran harga,
penjual biasanya menawarkan beberapa onderdil motor
bekas sebagai alternatif, dan konsumen akan menawar
harga onderdil motor yang menjadi pilihannya tersebut.
Setelah terjadi kesepakatan, saat itulah terjadi ijab dan
qabul jual beli onderdil moroe bekas. Namun cara
pelaksanan jual beli onderdil motor tersebutlah yang
bertentangan dengan hukum Islam karena adanya
penipuan yaitu menyembunyikan cacat pada onderdil
motor tersebut.
2. Objek dan alat pembayaran jual beli
Objek jual beli ungulan yang ada di toko onderdil
motor bekas di Kelurahan Kebon Jeruk Kota Bandar
Lampung adalah jual beli onderdil motor bekasdan alat
pembayarannya adalah prupa uang secara tunai.
Secra sepintas sudah jelas bahwa barang yang
dijual yaitu onderdil Motor bekas yang selalu ditempatkan
pada toko onderdil motor bekas tersebut. Berbeda dengan
deler motor baru, yang kadadng onderdil motor belum ada,
57
tetapi sudah ada pesanan. Sehingga pada deler motor
terkadang barang yang dipesan berbeda dengan
barangnya. Misalnya, mengenai ukuran onderdil motor,
tetapi pada negosiasinya sudah jelas ada beberapa pilihan,
yaitu apabila ukuran yang pertama tidak ada maka sudah
disepakati ukuran yang kedua dan seterusnya. Tetapi
biasanya onderdil motor bekas tidak semuanya orisinil.
Hal inilah yang menjadi permasalahan, karena onderdil
motor bekas yang tidak orisinil bisa dikatakan orisinil
dengan mengutak atik sedemikian rupa sehinga terlihat
bagus dan orisinil. Dan apabila cacat tersebut tidak terlihat
maka koknsumen tidak diberi tahu oleh penjual.
Hal ini sudah menjadi hal yang maklum dan tidak
dapat dipungkiri, tetapi masyarakat umum sudah
menerima dengan rela, menurut pengamatan peneliti dan
wawancara dengan berbagai kalangan, mereka
berpendapat bahwa apabila kita sudah melihat barang
dengan teliti, walalupun dengan keterangan yang jelas dan
penjual tentang adanya cacat pada onderdil motor bekas
tersebut, maka apabila dikemudian hari konsumen
menemukan adanya cacat tersebut diangap sebagai
kesalahan dari konsumen tersebut yang kurang teliti. Jika
hal ini terjadi, maka akad jual beli tidak bisa dibatalkan,
karena sudah terjadi negosiasi jual beli. Kecuali ada
perjanjian khusus antara pembeli dan penjual mengenai
keadaan barang tersebut.
Toko onderdil motor bekas yang saya teliti
terkadang membedakan antara konsumen langanan dengan
konsumen yang tidak langganan. Konsumen langganan
biasanya memakai perjanjian tambahan. Misalnya onderdil
motor bekas ada cacat tersembunyi, maka penjual member
tahu kepada konsumen langganan. Dan apabila tidak
diberitahu atau penjual tidak mengatakan tidak ada cacat,
maka konsumen tersebut boleh mengembalikan onderdil
motor tersebut sesuai dengan perjanjian waktu. Ha ini lah
yang membuat toko onderdil motor bekas yang saya teliti
58
memiliki banyak langanan. Namun apabila konsumen
langganan mengembalikan motor yang ditemukan adanya
cacat tersebut maka pihak penjual akan mengatakan
bahwa pada saat onderdil motor berada ditoko dalam
keadaan baik, mungkin itu kerusakan baru yaitu
pemasangan onderdil motor yang kirang benar.
Selain itu, bengkel yang disediakian toko onderdil
motor bekas yang saya terliti tidak semuan melaksanakan
pekerjaannya dengan jujur. Kadang apabila menemukan
konsumen yang tidak tahu tentang onderdil motor, maka
onderdil yang seharusnya belum waktunya diganti maka
disuruh manganti demi keuntungan pejualan onderdil
motor yang diseduiakan onderdil motor tersebut.88
88
Penjelasan Bapak Zainuri, selaku Karyawan Bengkel Onderdil
Motor Bekas, pada tanggal 17 Desember 2016, di Onderdil Motor Bekas.
59
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Analisis Terhadap Praktek Jual Beli Onderdil Motor
Bekas
Kegiatan jual beli sudah merupakan sarana untuk
memenuhi kebutuhan di Kelurahan Kebon Jeruk. Jual beli
tidak hanya sebagai kegiatan ekonomi semata, namun juga
menjadi wadah untuk berinteraksi dan besosialisasi antar
warga sekitar. Selain itu, jika dilihat dari data yang telah
dikumpulkan bahwa warga Kebon Jeruk cendrung
memusatkan perhatiannya pada aktifitas perdagangan dan
perkebunan.
Pada dasarnya jual beli onderdil motor bekas di
Kelurahan Kebon Jeruk Kota Bnadar Lampung sudah
menggunakan cara yang cukup baik. Namun jika dilihat
secara seksama, terdapat hal-hal yang kurang sesuai dengan
aturan dan syarat-syarat jual beli, khususnya dalam jual beli
onderdil motor bekas, yaitu kualitas dalam objek jual beli
yang diragukan. Yaitu objek jual beli tidak dapat diketahui
kualitasnya, kualitas dari onderdil motor bekas yang tidak
dijelaskan secara jelas, karena hanya dilihatkan barang yang
akan diperjual, dan kualitas dari onderdil motor tersebut
tidaklah semua baik, pastilah ada salah satu onderdil motor
bekas yang mengalami kecacatan. Hal ini tentu akan
berdampak pada kerugian di salah satu pihak.
Sekilas memang transaksi jual beli tersebut jika
ditela‟ah merupakan jual beli yang wajar dalam konteks
dunia kerja secara umum. Hal ini dikarenakan jika diamati
jual beli ini sekilas sama dengan bentuk jual beli biasanya,
dimana pembeli datang dan menawar harga yang sesuai
kepada penjual benih padi siap tanam. Penjual tentu saja
memiliki kebebasan dalam memutuskan apakah ia mau
menjualnya atau tidak. Jika telah disepakati, maka proses
60
jual beli selanjutnya bisa langsung dilakukan dan terkadang
hanya sebatas lisan.
Perjanjian jual beli tersebut telah disepakati oleh
kedua belah pihak dimana tidak ada unsur pemaksaan
dikedua belah pihak dan dilaksanakan atas dasar suka sama
suka. Walaupun perjanian tersebut dibuat berdasarkan
dengan kesepakatan bersama, namun dalam prateknya
dilapangan, masih ada kekurangan yang perlu kiranya
dibahas agar permasalahan ini dapat diungkapkan dengan
jelas.
Hal yang menjadi sorotan permasalahan dari jual beli
onderdil motor bekas ini adalah tidak adanya kejelasan
dalam kualitas onderdil motor bekas tersebut yang akan
dijual, karena kualitas dari onderdil motor bekas tidaklah
semua baik, pastilah ada onderdil motor bekas yang
mengalami kecacatan. Dalam jual beli ini masih adanya
kesamaran dalam objek atau barang yang dijual dalam segi
kualitas, dengan jual beli yang tidak adanya kejelasan dalam
kualitas pasti ada pihak yang dirugikan dan begitu juga
setelah pembeli membeli onderdil motor bekas belum tentu
semua akan bagus dan bisa saja onderdil motor yang dibeli
mengalami kecacatan saat sudah dibeli. Hal ini jelas
merugikan pihak pembeli onderdil motor bekas dan dapat
pula dinyatakan bahwa proses jual beli ini tidak sah.
Analisis praktek jual beli onderdil motor bekas jika
dilihat dari syarat dan rukun jual beli sebagai berikut:
1. Pelaku jual beli
Menurut hukum Islam adanya aqid atau orang
yang melakukan akad yaitu penjual dan pembeli onderdil
motor bekas, dalam pelaksaan jual beli onderdil motor
bekas ini aqid sudah terpenuhi, maka dalam hal ini tidak
menyalahi ketentuan hukum jual beli dalam pandangan
hukum Islam.
61
Syarat aqid/orang yang melakukan akad menurut
hukum Islam, yaitu:
a) Baligh;
Menurut hukum Islamsyarat aqid harus
baligh, karena dapat membedakan yang baik dan
buruk bagi dirinya, dalam pelaksanaan jual beli
benih padi siap tanam dengan cara kepal ini,
menurut hukum Islam sudah memenuhi syarat aqid
dalam hal baligh, maka tidak menyalahi ketentuan
hukum jual beli.
b) Beragama Islam,
Dalam pelaksanaan jual onderdil motor bekas
ini mayoritas para pelakunya beragama Islam, jadi
dalam hal syarat subjek ini, menurut hukum Islam
tidak menyalahi ketentuan hukum jual beli.
c) Dengan kehendak sendiri;
Menurut hukum Islam diantara syarat
subjeknya yaitu dengan kehendak sendiri, dalam
pelaksanaan jual beli onderdil motor bekas dilakukan
dengan kehendak sendiri dan tidak adanya
keterpaksaan. Menurut peneliti dalam hal ini sudah
terpenuhi dan tidak menyalahi ketentantuan hukum
jual beli.
d) Keduanya tidak mubadzir,
Maksudnya bahwa orang yang boros menurut
hukum dikatakan sebagai orang yang tidak cakap
bertindak, artinya ia tidak dapat bertindak sendiri
sesuatu perbuatan hukum. Para pihak yang
melakukan transaksi dalam jual beli ini bukanlah
orang yang mubadzir/boros, maka pandangan
hukum Islam dalam hal ini tidak menyalahi
ketentuan hukum jual beli.
62
2. Objek/barang;
Menurut hukum Islam rukun jual beli harus
adanya ma‟qud ala‟ih/barang yang diperjualbelikan.
Dalam pelaksanaan jual beli onderdli motor bekas
objeknya yaitu onderdil motor, maka dalam hal objek
telah terpenuhi dan tidak menyalahi ketentuan hukum
jual beli.
Syarat objek jual beli dalam hukum Islam, yaitu:
a) Suci;
Objek dalam jual beli ini adalah benih padi siap
tanam yaitu barang yang tentu suci bukan barang najis,
dengan demikian syarat objek menurut hukum Islam
sudah terpenuhi dan tidak menyalahi ketentuan hukum
jual beli.
b) Memberi manfaat menurut syara‟/ tidak terlarang;
Menurut hukum Islam, diantara syarat objek jual
beliyaitu memberi manfaat menurut syara‟. Pelaksanaan
jual beli onderdil motor bekas objeknya sudah
bermanfaat menurut syara‟, jadi dalam hukum Islam
dari segi syarat objek ini tidak menyalahi ketentuan
hukum jual beli.
c) Barang itu ada;
Dalam Pelaksanaan jual beli onderdil motor bekas
ini sudah tentu barangnya ada dan dapat dihadirkan
pada tempat yang disepakati. Menurut penulis, dalam
pandangan hukum Islam tentang syarat objek jual beli
ini sudah terpenuhi dan tidak menyalahi ketentuan
hukum jual beli.
d) Dapat diserahkan;
Dalampelaksanaan jual beli onderdil motor bekas
dapat diserahkan secara langsung sesuai dengan
kesepakatan. Menurut penulis dalam pendangan hukum
63
Islam tentang syarat objek ini sudah terpenuhi dan tidak
menyalahi ketentuan hukum jual beli.
e) Milik sendiri;
Dalam pelaksanaan jual beli onderdil motor bekas
ini sudah milik sendiri bukan barang orang lain, dan
menurut peneliti dalam pdandangan hukum Islam
tentang syarat objek ini tidak menyalahi ketentuan
hukum jual beli.
f) Diketahui (dilihat) jenis,ukuran dan takaran.
Menurut hukum Islam diantara syarat objek jual
beli yaitu harus diketahui jenis, ukuran dan takaran.
Pelaksanaan jual beli onderdil motor bekas di
Kelurahan Kebon Jeruk Kota Bandar lampung,
mengenai jenis sudah jelas, karena pembeli melihat
langsung objeknya, namun tidak ada kejelasan
mengenai kualitasnya, karena pemilik toko yang
menjual onderdil motor bekas memperjual belikan
ondedil motor bekas dengan tidak menjelaskan sifat
darikualitas onderdil motor bekas tersebut, karena setiap
onderdil motor bekas tidaklah semua masih berkualitas
baik,. Menurut peneliti syarat objek ini tidak terpenuhi
serta menyalahi ketentuan hukum jual beli.
3. Ijab qabul;
Ijab qabul menurut hukum Islam yaitu tidak ada
yang memisahkan, ada kesesuaian ijab qabul, ijab qabul
jelas dan dapat diterima oleh masing-masing pihak,
dalam pelaksanaan jual beli benih padi siap tanam ini
ijab qabul sudah terpenuhi maka menurut peneliti tidak
menyalahi ketentuan hukum jual beli.
B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Onderdil
Motor Bekas
Secara umum, islam tidak hanya mengajarkan para
umatnya untuk memfokuskan diri pada hal-hal uang bersifat
ibadah semata, namun juga menjadi panduan manusia dalam
64
berprilaku sehari-hari. Panduan tersebut secara garis
besardiatur dalam hukum syari‟ah. Salah satu bagian dari
hukum syaria‟ah adalah hukum mu‟amalah. Hukum
mu‟amalah merupakan hukum-hukum yang mengatur
hubungan seseorang dengan sejenisnya, seperti jual beli,
sewa menyewa, gadai mengadai, syirkah, utang piutang, dan
hukum perjanjian. Hukum-hukum sejenis ini mengatur
hubungan perorangan, masyarakat, hal-hal yang
berhubungan dengan harta kekayaan, dan memelihara hak
dan kewajiban masing-masing.
Secara jelas Al-Quran telah memberikan perinsip-
perinsip dasar dalam melakukan kegiatan mu‟amalah, seperti
larangan memakan harta orang lain serta tidak sah dan
keharusan adanya rela sama rela, seperti dijelaskan dalam
firman Allah dalam QS. an-Nisa‟ (4) : 29, sebagai berikut:
لله
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”.89
89
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta:
Listakwarta Putra, 2003, hlm. 122
65
Islam mengatur umatnya tentang tata cara bertransaksi
yang baik antar sesama. Semua pekerjaan yang dilakukan
tidak boleh keluar dari jalur yang
telah ditetapkan, sehingga masing-masing pihak tidak ada
yang merasa dirugikan dan tidak ada yang merasa menyesal
dikemudian hari.
membicarakan permasalah tinjawan atau perpektif
mengenai suatu hal, maka akan dapat timbul berbagai
macam tafsiran yang sepihak dan lebih subjektif. Terlebih
lagi apabila membicarakan dari arah perspektif hukum
Islam, akan sangat mungkin terjadai benturan terutama
denganrealita yang terjadi dimasyarakat. Hal inilah yang
mungkin yang menjadai pertimbangan dalam menganalisi
proses jual beli onderdil motor bekas di Kelurahan Umbul
Kapuk.
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa
transaksi jual beli ini hanya menunjukan onderdil motor
bekas semata dan tidak menunjukan sifat dari onderdil motor
bekas tersebut atau bahkan menutup nutupi cacat dalam
onderdil motor bekas tersebut. Hal ini tentu saja
bertentangan dengan ketentuan dasar bermu‟amalah yang
tercantum dalam QS. Asy-Syu‟araa (26) : 183.
Artinya: “Dan janganlah kamu merugikan manusia
pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka
bumi dengan membuat kerusakan”.90
Berdasarkan pendapat di atas maka jual beli onderdil
motor bekas dengan cacat tersembunyi adalah dilarang
90
Depag RI hlm. 299
66
karena selain menggandung undur gharar dapat merugika
konsumen juga. Oleh karena itu sebenarnya Islam mengatur
manusia untuk senag tiasa hidup dalam kententraman
dan kedamaian jauh dari perbuatan maksiat dan merugikan
hak-hak orang lain, karena pada dasarnya segala perbuatan
manusia didunia nantinya akan dipertangguang jawabkan
dihadapan Allah SWT.
bagi masyarakat yang melakukan praktek ini dan yang
dirugikan maka dia berhak untuk menuntutnya dengan cara
memberikan sangsi kepada yang merugikan.
Hal-hal di atas membuktikan bahwa hukum Islam
sangat melindungi terhadap hal-hal yang dapat merugikan
orang lain dengan cara memberikan sanksi dan peringatan
kepada pelakunya. Selain itu pula yang melangar larangan-
larangan syara‟. Sehingga untuk berlaku curang, menipu
atau membuat tidak tentram pada masyarakat itu merupakan
perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT.
sebagai mana penyeselaian dalam syari‟at Islam
praktek dengan cara itu harus dihindari. Dengan mengikuti
dan menjalankan syari‟at agama dan memberikan hukum
kepada orang yang melakukan pelarangan agama yakni
melakukan penipuan dan kecurangan terhadap praktek
tersebut.
Demikian halnya pada praktek juial beli onderdil
motor bekas dengan cacat tersembunyi, semula tujuannya
adalah baik, agar terpenuhi permintaan dari konsumen dan
dapat bermanfaat dari masyarakat karena telah terpenuhi
lahan untuk melakukan transaksi jual beli. Namun tujuan itu
berakhir dengan kemafsadatan karena dengan system dan
praktek yang dilakukan bertentangan dengan ketentuan
agama. Selain itu pula adanya kecurangan dan ketidak
jelasan yaitu dengan tidak mempercayakan adanya kecacatan
pada onderdil motor bekas.
67
Dengan demikian maka hukum islam sangat
melindunggi maslahatul Ammanah dan kehidupan manusia,
agar senangtiasa hidup dalam ketentraman, keamanan dan
terhindar dari perbuatan maksiat yang sangat merusak diri
sendiridan merugikan orang lain. Begitulah Islam mengatur
perekonomian, menciptakan keadilan dan kemaslahatan
manusia agar terhindar dari perbuatan yang melanggar
ketentuan agama (Syara‟) dan terjauh dari penipuan. Dengan
maksud antar orang satu dengan orang lain tidak dirugikan,
sementara kubutuhan hidup manusia dapat dipenuhi.
sampailah pada kesimpulan akhir bahwa jual beli
onderdil motor bekas dengan cacat tersembunyi adalah
merupakan praktek yang dilarang oleh Islam, mengingat
praktek ini lebih banyak berakibat buruk dan penuh
kemudaratan disbanding dengan segi kemaslahatan dan
keuntungannya, kendati secara hukum Islam sah akad jual
belinyaakan tetapi praktek dan system yang digunakan
bertentanga dengan aturan agama dan dilarang oleh syara‟.
69
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Setelah melampirkan pembahasan secara keseluruhan
sebagai upaya menjawab pokok-pokok permasalahan dalam
menyusun skripsi ini, menarik dalam beberapa kesimpulan,
tentang pelaksanaan dan juak beli onderdil motor bekas
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan jual beli onderdil motor bekas yang terjadi
ditoko onderdil motor bekas tidak semua cacat, namun
apabila terdapat onderdil motor bekas yang ditemukan
cacat, oleh pihak onderdil motor bekas (penjual), maka
cacat tersebut ditutupi dan apabila ditanya pembeli
tentang onderdil motor yang tersebut maka penjual
mengatakan bahwa onderdil motor tersebut masih bagus
atau orisinil.
Dan yang terjadi dilapangan saat diteliti ada unsur
ketidak jujuran atau ada yang ditutup-tutupi oleh pihak
toko onderdil motor bekas di Kelurahan Umbul Kapuk
Kota Bandar Lampung.
2. Meskipun dalam perspektif hukum Islam jual beli
tersebut termasuk dalam akad jual bali yang sah, namun
dalam realitanya dengan sistem dan prakteknya yang
dilakukan yakni jual beli onderdil motor bekas ini
merupakan praktek yang tidak benar dilarang oleh
syara‟. Karena dari sisi lighorihi barang yang diperjual
belikan (ada cacat tersembunyi) dan ini menjadi suatu
penipuan. Jual beli onderdil motor bekas rentang dengan
unsure gharar, penipuan dan kecurangan . oleh karena
itu, jual beli oinderdil motor dengan cacat tersembunyi
dilarang poleh syara‟, karena dapat merugikan banyak
pihak baik konsumen pada khususnya dan dan
masyarakat pada umumnya
70
B. Penutup
Akhirnya puji syukur kehadirat Illahi Bobbi yang telah
member karunia dan hidayah serta pertolongannya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, penuis telah
berusaha semaksimal mungkin dalam mengungkapkan buah
fikiran field research dan library reasech tentang analisis
hukum islam tentang jual beli onderdil motro bekas.
Meskipun demikian penulis menyadari sepenuhnya
bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharap kritik konstruktiif dan suara inofatif dari
segenap pembaca dan kesempurnaan selanjutnya.
Sebagai kata penutup penulis berharap semoga skripsi
ini dapat menambah khasanah kemuliaan dibidang syariah
dan memberikan kontribusi serta bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
71
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Kreasindo
Media Cita, 2010)
Amirudin dan Asikin Zainal, pengantar metode penelitian
hukum, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1991).
Arikunto Suharsimi, Prodesur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991).
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahanya
(Bandung: Diponegoro, 2012).
Departemen Pendidikan & Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi Ke Empat, Balai Pustaka, Jakarta, 1989.
Hadi Sutrisno, Metode Research, Jilid 1 (Yogyakarta: Yayasan
Penerbit, Fakultas Psikologi UGM, 1981).
Hasbi, Ashiddieqi, Pengantar Ilmu Fiqih, CV.Mulia, Jakarta,
1976.
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta, Rajawali Pers, 2013)
Ibnu Mas‟ud & Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi‟i,
(Bandung: Pustaka Setia, 2007)
Ibnu Rasid, Bidayatul Mujtahid, jilid II, (Darul al-Qalam,
Bairut, 1998)
Imam Abi Zakaria al-Anshari, Fathu al-Wahab, (Surabaya: al-
Hidayah, t.t.,)
Imam Abu Husein Muslim bin Hajjaj, Shahih Muslim (Terjemah
Oleh Adib Bisri Mustofa), Jilid III, (Semarang: CV.
Assyifa‟, 1993)
72
ismi Nawawi, Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer,
(Bogor, Graha Indonesia, 2012)
Kartono Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, cetakan
ketjuh, CV. Mandar Maju, Bandung, 1996.
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat
(Jakarta: Gramedia, 1986).
Kompilasi Hukum Ekonomi Syari‟ah (Bandung: Fokus Media,
2008).
M. Hasan Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003)
Muhamad Kadir Abdul, Hukum dan Penelitaian Hukum,
(Bandung, Citra Aditya Bakti, 2004).
Nazir. Moh, Metode Peneltian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009).
Pandu Tika Muhammad, Metodologi Riset Bisnis (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006).
Rachmat Syafe‟I, Fiqih Muamalah, (Bandung, CV PUSTAKA
SETIA, 2001)
Raco j.R., Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan
Keunggulanya. (Jakarta: Grasindo, 2008).
Rasjid Sulaiman, Fiqih Islam, cet ke 41, Sinar Baru Algensindo,
Bandung, 2008.
Salim Peter dan Salim Yenny, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Moderen Englis Press, Jakarta.
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah; Alih Bahasa Oleh Kamaluddin A.
Marzuki, Jilid 12, (Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1988)
Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2008).
73
Suhardi Kathur, Syarah Hadits Pilihan Bukhari-Muslim
(Jakarta: Darul Falah, 2002).
Suhendi Hendi, Fiqih Muamalah, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Cet. 17, ( Jakarta: Attahiriyah,
1976)
Susiadi, Metodologi Penelitian, (Bandar Lampung: Pusat
Penalitian dan Penerbitan LP2M Institut Agama Islam
Negeri Raden Intan Lampung, 2015).
Syafe‟i Rachmat, Fiqih Muamalah, CV Pustaka Setia, Bandung.
Syarifuddin Amir, Ushul Fiqh, Jilid I, Logos Wacana Ilmu,
Jakarta, 1997.