THE INFLUENCE OF WUDHU INTENSITY TO ACNE
VULGARIS CASE IN MA’HAD AL-BIRR STUDENTS
PENGARUH INTENSITAS BERWUDHU TERHADAP
KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWA MA’HAD
AL-BIRR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Oleh :
SITTI HALIMAH RESKY AMALIAH
NIM 105421103716
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Makassar untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Sitti Halimah Resky Amaliah
Ayah : Ipda Anwar A.J. Askar, SH, MH
Ibu : Nursani
Tempat, Tanggal Lahir : Gowa, 20 April 1998
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sultan Hasanuddin No. 50B Gowa
Nomor Telepon/HP : 081355158207
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
• SDN Mangasa (2004-2010)
• MTsN Model Makassar (2010-2013)
• SMA Negeri 2 Makassar (2013-2016)
• Universitas Muhammadiyah Makassar (2016-2020)
i
FACULTY OF MEDICAL
UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Undergraduate Thesis, January 2020
Sitti Halimah Resky Amaliah, dr. Sumarni, Sp.JP-FIHA 1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan
2016/ email [email protected] 2Pembimbing
” THE INFLUENCE OF WUDHU INTENSITY ON ACNE VULGARIS
CASE IN MA’HAD AL-BIRR STUDENTS”
(xi + 66 Pages + 10 Tables + 9 Pictures + 5 Appendices)
ABSTRACT
BACKGROUND : The number of cases of acne vulgaris is due to the lack of
cleanliness of the face.
OBJECTIVE : To know the influence of wudhu intensity against the incidence of
acne vulgaris on students ma'had Al-Birr Unismuh Makassar.
METHODS : The type of research design used is an observational with cross
sectional design. This study was conducted by a sample chosen to represent the
person who often wudu with a sample number of 121 people. Sampling is carried
out with the purposive sampling technique. Data processing using SPSS program
with Chi-Square statistical test.
RESULTS : From 121 samples, there is a positive sample amount of acne vulgaris
with the influence of wudhu intensity often as many as 31 respondents (52.5%) And
which rarely did wudhu as many as 54 respondents (87.0%). A negative Sample of
acne vulgaris with the intensity of ablution rarely of Wudoo ' as many as 28
respondents (47.5%) And which rarely did wudhu as many as 8 respondents
(13.0%). The statistical test results show P value = 0.000.
CONCLUSION : There is a relationship between the influence of wudhu intensity
on acne vulgaris case in Ma'had Al-Birr Unismuh Makassar Students.
Keywords : The influence of wudhu intensity, Acne Vulgaris.
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Skripsi, Januari 2020
Sitti Halimah Resky Amaliah, dr. Sumarni, Sp.JP-FIHA 1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan
2016/ email [email protected] 2Pembimbing
”PENGARUH INTENSITAS WUDHU TERHADAP KEJADIAN AKNE
VULGARIS PADA MAHASISWA MA’HAD AL-BIRR UNISMUH
MAKASSAR”
(xi + 66 Halaman + 10 Tabel + 9 Gambar + 5 Lampiran)
ABSTRAK
LATAR BELAKANG : Banyaknya kejadian akne vulgaris karena tidak terjaganya
kebersihan wajah.
TUJUAN : Untuk mengetahui pengaruh intensitas wudhu terhadap kejadian akne
vulgaris pada mahasiswa Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar.
METODE : Jenis desain penelitian yang digunakan berupa observasional dengan
rancangan cross sectional (potong lintang). Penelitian ini dilakukan dengan cara
sampel dipilih untuk mewakili orang yang sering berwudhu dengan jumlah sampel
121 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Pengolahan data menggunakan program SPSS dengan uji statistik Chi-Square.
HASIL : Dari 121 sampel, terdapat jumlah sample yang positif akne vulgaris
dengan intensitas wudhu sering berwudhu sebanyak 31 responden (52.5%) dan
yang jarang berwudhu sebanyak 54 responden (87.0%). Sample yang negatif akne
vulgaris dengan intensitas wudhu jarang berwudhu sebanyak 28 responden (47.5%)
dan yang jarang berwudhu sebanyak 8 responden (13.0%) . Hasil uji statistik
menunjukkan p value = 0.000.
KESIMPULAN : Terdapat hubungan antara intensitas wudhu terhadap kejadian
akne vulgaris pada mahasiswa Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar.
Kata Kunci : Intensitas Wudhu, Akne Vulgaris.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
dengan judul “Pengaruh Intensitas Wudhu Terhadap Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa
Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar” guna memenuhi sebagian persyaratan untuk melanjutkan
proses penelitian pada semester tujuh program studi Pendidikan Dokter pada Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam
menyelesaikan proposal ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Rasulullah SAW yang telah menunjukkan jalan kebenaran bagi umat Islam dan tak
pernah berhenti memikirkan ummatnya hingga diakhir hidupnya.
2. Kepada kedua orang tua saya, ayah saya Ipda Anwar A.J. Askar SH,MH, dan ibu
saya Nursani, yang telah memberikan doa, dukungan, dan semangatnya hingga saya
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.
3. dr. Sumarni, Sp.JP-FIHA selaku Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan
banyak waktu dan wawasannya dalam membantu serta memberikan bimbingan dan
arahan demi tersusunnya skripsi ini.
4. dr. Dwi Andina Farzani, Sp.OG, M.Kes selaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan dorongan dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Juliani Ibrahim, Ph.D selaku Koordinator Skripsi di FKIK Unismuh yang telah
memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.
iv
6. dr. Rahasiah Taufik, Sp.M(K) selaku Penguji dalam ujian proposal yang juga
memberikan masukan dan saran terhadap kelanjutan penelitian ini.
7. Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag selaku Pembimbing sekaligus Penguji dalam tahap
akhir ujian skripsi ini yang juga memberikan masukan dan saran terhadap
kelanjutan skripsi ini.
8. Terima kasih kepada teman-teman Rauvolfia yang senantiasa selalu mewarnai hari-
hari sepanjang proses perkuliahan di FK Unismuh.
9. Terkhusus kepada Muhammad Sulfiqram Syam, terima kasih juga sudah menemani
dan selalu sabar menghadapi ketakutan saya untuk melalui tiap tahap yang akan
saya hadapi sampai ujian tutup skripsi ini.
10. Terima kasih kepada kakak-kakak senior yang sudah bersedia untuk membagi
ilmunya dalam proses penyelesaian skripsi ini.
11. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
12. Kepada semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung
yang telah memberikan semangat dan dukungan.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan baik isi maupun
susunannya. Semoga skripsi ini dapat menjadi bahan acuan demi kelanjutan proses penelitian
selanjutnya.
Makassar, Januari 2020
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI ............................................
PERNYATAAN PENGESAHAN ................................................................
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ...........................................................
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................
ABSTRACT ................................................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
1. Tujuan Umum ............................................................................... 6
2. Tujuan Khusus .............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
1. Secara Teoritis .............................................................................. 6
2. Secara praktis ................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8
A. Akne Vulgaris ...................................................................................... 8
1. Definisi ........................................................................................... 8
vi
2. Etiologi ........................................................................................... 8
3. Patogenesis ..................................................................................... 13
4. Gejala Klinis................................................................................... 16
5. Diagnosis ........................................................................................ 18
6. Tatalaksana .................................................................................... 20
B. Wudhu ................................................................................................. 22
1. Pengertian ....................................................................................... 22
2. Keutamaan Berwudhu ................................................................... 24
3. Rukun Wudhu ................................................................................ 24
4. Syarat-syarat Wudhu ...................................................................... 27
5. Sunnah-sunnah Wudhu .................................................................. 28
C. Hubungan antara Wudhu dan Akne ..................................................... 29
D. Tinjauan Keislaman ............................................................................ 31
1. Kesehatan Menurut Pandangan Islam ........................................... 31
2. Sakit Dalam Pandangan Islam ...................................................... 32
3. Kebersihan Dalam Pandangan Islam ............................................ 33
Kerangka Teori................................................................................................. 38
BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................. 39
A. Kerangka Konsep Pemikiran................................................................ 39
B. Definisi Operasional............................................................................. 40
C. Hipotesis ............................................................................................... 41
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 42
A. Desain Penelitian .................................................................................. 42
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 42
C. Sampel Penelitian ................................................................................. 42
D. Metode Pengambilan Data ................................................................... 44
E. Teknik Pengambilan Sampel................................................................ 45
vii
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 45
G. Metode Pengolahan dan Penyajian Data .............................................. 46
H. Analisis Data ........................................................................................ 47
I. Alur Penelitian ..................................................................................... 49
J. Pengolahan dan Penyajian Data ........................................................... 50
K. Etika Penelitian .................................................................................... 50
BAB V HASIL ............................................................................................... 51
A. Gambaran Umum Populasi/Sampel .................................................... 51
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................... 51
C. Deskripsi Karakteristik Responden ..................................................... 52
D. Analisis ................................................................................................ 53
1. Analisis Univariat .................................................................... 53
2. Analisis Bivariat ...................................................................... 55
BAB VI PEMBAHASAN .............................................................................. 58
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 62
A. Kesimpulan ......................................................................................... 62
B. Saran .................................................................................................... 62
C. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 64
LAMPIRAN
viii
DAFTAR SINGKATAN
AV : Akne Vulgaris
P.acnes : Propionibacterium acnes
ix
DAFTAR TABEL
Tabel II.1. Klasifikasi Bekas Luka Akne ......................................................... 17
Tabel II.2 Gradasi Akne .................................................................................. 19
Tabel II.3 Algoritme Tatalaksana Akne .......................................................... 21
Tabel III.4 Definisi Operasional ..................................................................... 40
Tabel V.5 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Responden ................... 52
Tabel V.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden ...... 53
Tabel V.7 Distribusi Intensitas Wudhu ........................................................... 54
Tabel V.8 Distribusi Kejadian Akne Vulgaris ................................................ 55
Tabel V.9 Hubungan Intensitas Wudhu Terhadap Kejadian Akne Vulgaris ... 55
Tabel V.10 Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Kejadian Akne Vulgaris…… 56
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Ice Pick ....................................................................................... 17
Gambar II.2 Rolling ........................................................................................ 17
Gambar II.3 Boxcar ........................................................................................ 18
Gambar II.4 Hipertropik ................................................................................. 18
Gambar II.5 Akne derajat ringan .................................................................... 19
Gambar II.6 Akne derajat sedang ................................................................... 19
Gambar II.7 Akne derajat berat ...................................................................... 19
Gambar II.8 Kerangka Teori ........................................................................... 38
Gambar III.9 Kerangka Konsep Pemikiran .................................................... 39
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Analissis Univariat
Lampiran 2 Analisis Bivariat
Lampiran 3 data Responden Berdasarkan Intensitas Berwudhu dan Akne Vulgaris
Lampiran 4 Kuesioner
Lampiran 5 Validasi kuesioner
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh manusia, yang dimana fungsinya tidak
hanya melindungi organ internal dari tubuh tetapi juga merupakan hal yang dapat
menunjang penampilan seseorang, sehingga kulit sering kali mendapatkan perhatian
khusus bagi seseorang. Terutama kulit wajah yang menjadi pusat perhatian utama orang-
orang saat berkomunikasi. Penyakit kulit yang paling sering mengganggu dan mengenai
wajah adalah jerawat atau akne vulgaris.1
Akne vulgaris (AV) adalah penyakit peradangan menahun unit pilosebasea, dengan
gambaran klinis biasanya polimorfik yang terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa:
komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan parut. Penderita biasanya mengeluh akibat
erupsi kulit pada pada tempat-tempat predileksi, yakni muka, bahu, leher, dada, punggung
bagian atas dan lengan bagian atas oleh karena kelenjar sebasea pada daerah yang aktif.2
Akne vulgaris mempengaruhi hampir 80% dari remaja dan dewasa muda, sering
berlangsung hingga dewasa. Sebenarnya akne memang dapat timbul kapan saja, di mana
saja, dan pada siapa saja. Dengan kata lain akne merupakan penyakit yang multifaktorial,
dan merupakan salah satu penyakit kulit tersering yang terjadi lebih dari 80% populasi dan
pada umumnya timbul pada masa pubertas dan dewasa muda.1 Akne sering menjadi tanda
pertama pubertas dan dapat terjadi satu tahun sebelum menarche atau haid pertama. Onset
akne vulgaris pada perempuan lebih awal daripada laki-laki karena masa pubertas
perempuan umumnya lebih dulu dari pada laki-laki.3
2
Prevalensi penderita akne vulgaris 80 – 85% pada remaja dengan puncak insiden
usia 15 – 18 tahun, 12% pada wanita usia > 25 tahun dan 3% pada usia 35 – 44 tahun. Akne
vulgaris yang berat terlihat pada laki-laki dan perokok.1 Perempuan ras Afrika Amerika
dan Hispanik memiliki prevalensi akne tinggi, yaitu 37% dan 32%, sedangkan perempuan
ras Asia 30%, Kaukasia 24%, dan India 23%. Pada ras Asia, lesi inflamasi lebih sering
dibandingkan lesi komedonal, yaitu 20% lesi inflamasi dan 10% lesi komedonal. Tetapi
pada ras Kaukasia, akne komedonal lebih sering dibandingkan akne inflamasi, yaitu 14%
akne komedonal, 10% akne inflamasi.3 Akne vulgaris sebenarnya tidak mempengaruhi
status kesehatan umum, yang tidak memiliki bahaya vital dan yang tampaknya menjadi
penyakit sederhana tetapi dapat merupakan masalah besar dan penting hanya dengan
kemunculannya dalam kehidupan sosial saat ini di mana manusia ketika berkomunikasi
telah mencapai tingkat atas kepercayaan dirinya, karena kulit kita dan terutama wajah kita
adalah organ nomor satu untuk berkomunikasi dan sangat penting dalam hal persepsi
tubuh.4
Akne vulgaris sedang hingga parah mempengaruhi sekitar 20% anak muda dan
tingkat keparahan berkorelasi dengan kematangan pubertas. Jerawat mungkin timbul pada
usia yang lebih muda karena pubertas lebih awal. Akne vulgaris akan berlanjut sampai usia
20-an dan 30-an di sekitar 64% dan 43% pada beberapa individu. Akne vulgaris terjadi
lebih awal dan lebih parah pada mereka yang memiliki riwayat keluarga positif menderita
akne vulgaris.1
Menurut catatan studi dermatologi kosmetika Indonesia menunjukkan yaitu 60%
penderita akne vulgaris pada tahun 2006, 80% terjadi pada tahun 2007 dan 90% pada tahun
2009. Prevalensi tertinggi yaitu pada umur 14-17 tahun, dimana pada wanita berkisar 83-
3
85% dan pada pria yaitu pada umur 16-19 tahun berkisar 95-100%. Pada umumnya banyak
remaja yang bermasalah dengan jerawat, bagi mereka jerawat merupakan siksaan psikis.5
Etiologi pasti terjadinya akne vulgaris sampai saat ini belum diketahui, namun ada
banyak faktor risiko penyebab akne vulgaris yaitu genetik, hormon, gaya hidup, makanan,
psikis, dan kebersihan wajah.2 Salah satu faktor risiko dari akne vulgaris yaitu kebersihan
wajah yang dapat dengan mudah ditangani yaitu dengan melakukan cuci muka.
Sebagaimana seorang muslim telah kita ketahui dalam hadist dikatakan :
يإمان النظافة من الإTerjemahnya :
“Kebersihan adalah Sebagian dari Iman”
Muslim adalah orang atau seseorang yang menyerahkan dirinya secara sungguh-
sungguh kepada Allah. Jadi, dapat dijelaskan bahwa “wujud pribadi muslim” itu adalah
manusia yang mengabdikan dirinya kepada Allah, tunduk dan patuh serta ikhlas dalam
amal perbuatannya, karena iman kepada-Nya. Orang yang dapat dengan benar
melaksanakan aktivitas hidupnya seperti mendirikan shalat, menunaikan zakat, orang-
orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji.6
Salah satu hal yang wajib dilakukan sebelum melakukan ibadah shalat dan lain-
lainnya adalah sebaiknya berwudhu terlebih dahulu. Wudhu adalah salah satu cara
menyucikan anggota tubuh dengan air. Sebagaimana Allah pun telah memerintahkan umat
islam dalam firmannya (Q.S. Al-Maidah : 6).
4
مإ ك لوا وجوه س لة فاغإ لى الص مإ إ ت ذا قمإ نوا إ ين آم ا الذ يه ا أ ي
لى مإ إ لك ج رإ أ مإ و حوا برءوسك س امإ افق و ر م لى الإ مإ إ يك د يإ أ و
لى وإ ع ضى أ مإ مرإ ت إنإ ك نإ روا و ه با فاط ن مإ ج ت نإ إنإ ك ن و يإ ب عإ ك الإ
جدوا لمإ ت اء ف س م الن ت وإ لمسإ ط أ ائ غ ن الإ مإ م ك نإ حد م اء أ وإ ج ر أ ف س
ا نإ ه م مإ م يك د يإ أ مإ و ك حوا بوجوه س با فامإ ي يدا ط موا صع يم ت اء ف م
يتم ل مإ و رك ه يط يد ل كنإ يرل مإ منإ حرج و ك يإ ل عل ع يجإ ل يريد الل
رون ك شإ مإ ت لك ع مإ ل ك يإ ل ه ع ت م عإ ن
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan
tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Maidah : 6)
Selain merupakan kewajiban yang harus dilakukan umat islam sebelum beribadah,
air wudhu juga memiliki manfaat bagi kesehatan. Salah satunya adalah kebersihan wajah
5
yang dapat dicegah dari penyakit kulit seperti akne vulgaris. Adapun syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh seseorang sebelum berwudhu yaitu: islam, tamyis, tidak berhadas
besar, dengan air suci dan mensucikan, tidak ada yang menghalangi sampainya air ke
bagian tubuh yang menjadi anggota wudhu.7 Dimana selain mendapatkan kebersihan
wajah, adapun manfaat-manfaat wudhu yang lainnya yaitu: menghilangkan bau mulut,
mencegah penyakit pilek, menjaga kesehatan gigi, dan membersihkan tangan.8
Adapun mahasiswa-mahasiswa yang senantiasa menjaga wudhunya sebagai bentuk
beribadah kepada Allah SWT adalah mahasiswa di Ma’had Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar. Dimana tempat ini merupakan suatu lembaga pendidikan Islam
yang bergerak di bidang pengajaran bahasa Arab dan ilmu-ilmu keislaman. Ma’had Al-
Birr didirikan sebagai model pendidikan tinggi yang secara khusus mengkaji khasanah
keislaman klasik yang diperkaya dengan materi keilmuan Islam kontemporer.9
Tujuan didirikan Ma’had Al-Birr adalah untuk menghasilkan alumni muslim yang
berkompeten dalam ilmu Islam, terampil menerjemahkan dan berkomunikasi dalam bahasa
Arab, ahli dalam menyebarkan nilai-nilai keislaman dan bahasa Arab, serta mampu
menjawab masalah keagamaan kontemporer yang berkembang di tengah masyarakat.9
Selain merupakan lembaga islam yang digunakan sebagai tempat menimba ilmu,
Ma’had Al-Birr juga memiliki asrama, yang dimana dipergunakan untuk senantiasa
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara beribadah. Beribadah kepada Allah tentulah
kita sebagai umat muslim harus senantiasa dalam keadaan suci. Mahasiswa-mahasiswa di
Ma’had Al-Birr adalah mahasiswa yang senantiasa menjaga wudhu. Oleh karena itu,
peneliti memilih Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar
6
sebagai sampel penelitian mengenai Pengaruh Intensitas Berwudhu Terhadap Kejadian
Akne Vulgaris.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Apakah berwudhu memiliki pengaruh terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiswa
Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar?
2. Seberapa besar pengaruh intensitas berwudhu terhadap kejadian akne vulgaris pada
mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh intensitas berwudhu terhadap kejadian akne vulgaris pada
mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apakah berwudhu memiliki pengaruh terhadap kejadian akne
vulgaris pada mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar.
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh intensitas berwudhu terhadap kejadian
akne vulgaris pada mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
a. Bagi peneliti
7
Sebagai bahan referensi baru tentang adanya pengaruh intensitas berwudhu
terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiswa dengan rentang usia reproduktif.
b. Bagi responden
Sebagai bahan informasi tentang manfaat intensitas berwudhu terhadap kejadian
akne vulgaris pada mahasiswa sehingga dapat mengurangi terjadinya akne vulgaris
di masyarakat dan senantiasa menjaga wudhu sebagai bentuk ibadah kepada Allah
SWT.
2. Secara praktis
a. Bagi institusi pendidikan
Untuk institusi pendidikan bisa diperlihatkan sebagai bahan yang empiris dan
evidence based untuk pembuktian bahwa penelitian ini benar asli adanya.
b. Bagi profesi kesehatan
Bisa dijadikan sebagai acuan sosialisasi ke masyarakat sehingga akan mengurangi
angka kejadian akne vulgaris pada masyarakat luas.
c. Bagi masyarakat
Untuk masyarakat dapat dijadikan sebagai acuan untuk menghindari akne vulgaris
dengan cara berwudhu yang benar dan senantiasa untuk menjaga wudhu sebagai
bentuk ibadah kepada Allah SWT.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Akne Vulgaris
1. Definisi
Akne vulgaris (AV) merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri. Berupa
peradangan kronis folikel pilosebasea dengan penyebab multifaktor dan manifestasi
klinis berupa komedo, papul, pustul, nodus serta kista. Pada umumnya AV dimulai
pada usia (12-15 tahun), dengan puncak tingkat keparahan pada 17-21 tahun. Akne
vulgaris adalah penyakit terbanyak remaja usia 15-18 tahun.10
Selain akne vulgaris, akne dapat dibagi menjadi beberapa tipe klinis lain, yaitu :
- Akne juvenilis dan infantil
- Occupational acne
- Drug-induced acne
- Akne kosmetika
- Akne ekskorial
- Gram negative folliculitis.10
2. Etiologi
Tingkat jerawat mempengaruhi hampir semua orang di antara usia 15 dan 17 tahun
dan 15-20% orang muda, berjerawat sedang hingga parah. Angka prevalensi jerawat
pada usia 16 dan data sensus 1996 memperkirakan bahwa 40-50 juta orang AS
memiliki jerawat, dengan tingkat prevalensi 85% pada mereka yang berusia lanjut 12-
24 tahun.1
9
Penyebab Akne vulgaris sangat banyak (multifaktorial), antara lain :
• Faktor genetik
Pada 60% pasien, riwayat acne vulgaris juga didapatkan pada satu atau
kedua orang tuanya. Penderita acne vulgaris yang berat mempunyai riwayat
keluarga yang positif. Diduga faktor genetik berperan dalam gambaran
klinik, penyebaran lesi, dan lamanya kemungkinan mendapat acne vulgaris
terutama genotip XYY.
• Faktor bangsa ras
Warga Amerika yang berkulit putih lebih banyak menderita acne
dibandingkan dengan ras yang berkulit hitam dan acne yang diderita lebih
berat dibandingkan dengan orang Jepang.
• Faktor makanan
Makanan sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya acne vulgaris masih
diperdebatkan. Secara umum dikatakan bahwa makanan yang mengandung
banyak lemak, pedas, coklat, susu, kacang-kacangan, keju, alkohol dan
sejenisnya dapat merangsang kambuhnya acne vulgaris. Lemak yang tinggi
pada makanan akan mempertinggi kadar komposisi sebum, sedangkan
makanan dengan kadar karbohidrat tinggi dapat mempertinggi susunan
lemak permukaan kulit. Dalam sebuah studi disimpulkan bahwa diet rendah
GL (glycemic load) dapat memperbaiki lesi acne vulgaris dan perbaikan
sensitivitas insulin.
10
• Faktor iklim
Cuaca yang panas dan lembab dapat memperparah acne vulgaris. Hidrasi
pada stratum koreneum epidermis dapat merangsang terjadinya acne
vulgaris dan pajanan sinar matahari yang berlebihan dapat memperburuk
acne vulgaris.
• Faktor jenis kulit
Jenis kulit berhubungan dengan acne vulgaris adalah kulit berminyak. Kulit
berminyak dan kotor oleh debu, polusi udara, maupun sel-sel kulit yang
mati yang tidak dilepaskan dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran
kelenjar sebasea dan dapat menimbulkan acne vulgaris.
• Faktor kebersihan
Perilaku kebersihan diri dapat mengurangi kejadian akne vulgaris pada
remaja. Jenis kulit yang berminyak, kotor oleh debu atau polusi udara,
maupun sel-sel kulit mati yang tidak dilepaskan dapat menyebabkan
penyumbatan pada saluran kelenjar sebasea dan dapat menimbulkan akne
vulgaris.
• Faktor penggunaan kosmetik
Kosmetika dapat menyebabkan acne vulgaris jika mengandung bahan-
bahan komedogenik. Bahan-bahan komedogenik seperti lanolin,
petrolatum, minyak atsiri dan bahan kimia murni (asam oleik, butil stearat,
lauril alkohol, bahan pewarna (D&C) ) biasanya terdapat pada krim-krim
wajah. Untuk jenis kosmetik yang sering menyebabkan acne vulgaris
adalah bedak padat (compact powder).
11
• Faktor psikis
Emosi, terutama stress sering ditemukan sebagai faktor penyebab
kambuhnya acne vulgaris. Adanya acne vulgaris kadang menimbulkan
kecemasan yang berlebihan dimana hal tersebut mendorong penderita
memanipulasi acne vulgarisnya secara mekanis, sehingga kerusakan
dinding folikel semakin parah dan bisa menimbulkan lesi-lesi acne vulgaris
baru.
• Faktor infeksi (Propionibacterium acnes)
Peradangan dan infeksi di folikel pilosebasea terjadi karena adanya
peningkatan jumlah dan aktivitas flora folikel yang terdiri dari
Propionilbacterium- Aknes, Corynebacterium Aknes, Pityrosporum ovale
dan Staphylococcus epidermidis. Bakteri-bakteri ini berperan dalam proses
kemotaksis inflamasi dan pembentukan enzim lipolitik yang mengubah
fraksi lipid sebum. Propionilbacterium Aknes berperan dalam iritasi epitel
folikel dan mempermudah terjadinya acne vulgaris. Selain itu, adanya
trauma fisik berupa gesekan maupun tekanan dapat juga merangsang
timbulnya acne vulgaris.
• Faktor hormonal
Pada 60–70% wanita lesi acne vulgaris menjadi lebih aktif kurang lebih
satu minggu sebelum haid oleh karena hormon progesteron. Estrogen dalam
kadar tertentu dapat menekan pertumbuhan acne vulgaris, pada wanita
diperlukan dosis yang melebihi kebutuhan fisiologis, sedangkan pada laki-
laki dosis tersebut dapat menimbulkan feminisasi. TSH dengan jalan
12
tertentu juga dapat merangsang pertumbuhan acne vulgaris. Pil anti hamil
yang mengandung ethinilestradiol 0,05 mg atau lebih mempunyai efek yang
menguntungkan pada acne vulgaris. Androgen memegang peranan penting,
acne vulgaris tidak berkembang pada orang yang dikebiri. Androgen asal
jaringan, alfadihidrotestosteron lebih mudah dibentuk pada orang dengan
kulit acne vulgaris. Ovarektomi sebelum dewasa dan agenesis ovarii
mencegah timbulnya acne vulgaris. ACTH dan hormon gonadotropin
mempengaruhi ovarium dan kelenjar adrenal secara tidak Iangsung serta
merangsang kelenjar sebaceus, dengan demikian dapat memperberat acne
vulgaris.
• Faktor pekerjaan.11
Penderita acne vulgaris juga banyak ditemukan pada karyawan-karyawan
pabrik dimana mereka selalu terpajan bahan-bahan kimia seperti oli dan
debu-debu logam.
Adapun bakteri yang paling sering menginfeksi kulit sehingga terbentuk nanah
adalah bakteri Propionibacterium acnes, kemudian menyusul bakteri Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis. Propionibacterium acnes merupakan bakteri
flora normal pada kulit manusia, bakteri ini menghasilkan lipase yang dipecah
menjadi trigliserida, salah satu komponennya adalah sebum dan dipecah menjadi
asam lemak bebas. Lemak bebas ini akan menjadi pertumbuhan yang baik bagi
bakteri Propionibacterium acnes, selanjutnya bakteri berakumulasi menimbulkan
peradangan dan membentuk komedo yang menjadi salah satu faktor yang berperan
dalam terbentuknya jerawat.12
13
3. Patogenesis
Terdapat empat patogenesis paling berpengaruh pada timbulnya AV, yaitu :
a. Produksi sebum yang meningkat
b. Hiperproliferasi folikel pilosebasea
c. Kolonisasi Propionibacterium acnes (P.acnes)
d. Proses inflamasi.10
a. Produksi sebum yang meningkat
Pada individu akne, secara umum ukuran folikel sebasea serta jumlah lobul
tiap kelenjar bertambah. Ekskresi sebum ada dibawah kontrol hormon
androgen.10
Telah diketahui bahwa akibat stimulasi hormon androgen kelenjar sebasea
berkembang pada usia individu 7-8 tahun. Hormon androgen berperan pada
perubahan sel-sel sebosit demikian pula sel-sel keratinosit folikular sehingga
menyebabkan terjadinya mikrokomedo dan komedo yang akan berkembang
menjadi lesi inflamasi.10
Sel-sel sebosit dan keratinosit folikel pilosebasea memiliki mekanisme
selular yang digunakan untuk mencerna hormon androgen, yaitu enzim-enzim
5-α-reduktase (tipe 1) serta 3β dan 7β hidroksisteroid dehidrogenase yang
terdapat pada sel sebosit basal yang belum diferensiasi. Setelah sel-sel sebosit
berdiferensiasi kemudian terjadi ruptur dengan melepaskan sebum ke dalam
duktus pilosebase. Proses diferensiasi sel-sel sebosit tersebut dipicu oleh
hormon androgen yang akan berikatan dengan reseptornya pada inti sel sebosit,
selanjutnya terjadi stimulasi transkripsi gen dan diferensiasi sebosit.10
14
Pada individu akne, secara umum produksi sebum dikaitkan dengan respons
yang berbeda dari unit folikel pilosebasea masing-masing organ target, atau
adanya peningkatan androgen sirkulasi, atau keduanya. Misalnya, didapatkan
produksi sebum berlebih pada lokasi wajah, dada dan punggung, meskipun
didapatkan kadar androgen sirkulasi tetap. Sebagai kesimpulan, androgen
merupakan faktor penyebab pada akne, meskipun pada umumnya individu
dengan AV tidak mengalami gangguan fungsi endokrin secara bermakna.10
Pasien AV baik laki-laki maupun perempuan akan memproduksi sebum
lebih banyak dari individu normal, namun komposisi sebum tidak berbeda
dengan orang normal kecuali terdapat penurunan jumlah asam linoleat yang
bermakna. Jumlah sebum yang diproduksi sangat berhubungan dengan
keparahan AV.10
b. Hiperproliferasi folikel pilosebasea
Lesi akne dimulai dengan mikrokomedo. Lesi mikroskopis yang tidak
terlihat dengan mata telanjang, komedo pertama kali terbentuk dimulai dengan
kesalahan deskuamasise panjang folikel. Beberapa laporan menjelaskan
terjadinya deskuamasi abnormal pada pasien akne. Epitel tidak dilepaskan satu
per satu kedalam lumen sebagaimana biasanya. Penelitian imunohistokimiawi
menunjukkan adanya peningkatan proliferasi keratinosit basal dan diferensiasi
abnormal dari sel-sel keratinosit folikular. Hal ini kemungkinan disebabkan
berkurangnya kadar asam linoleat sebasea. Lapisan granulosum menjadi
menebal, tonofilamen dan butir-butir keratohialin meningkat, kandungan lipid
bertambah sehingga lama-kelamaan menebal dan membentuk sumbatan pada
15
orifisumfolikel. Proses ini pertama kali ditemukan pada pertemuan antara
duktus sebasea dengan epitel folikel. Bahan-bahan keratin mengisi folikel
sehingga menyebabkan folikel melebar.10
Pada akhirnya secara klinis terdapat lesi non-inflamasi (open/closed
comedo) atau lesi inflamasi, yaitu bila P.acnes berproliferasi dan menghasilkan
mediator-mediator inflamasi.10
c. Kolonisasi P.acnes
P.acnes merupakan mikroorganisme utama yang ditemukan di daerah infra
infundibulum dan P.acnes dapat mencapai permukaan kulit dengan mengikuti
aliran sebum. P.acnes akan meningkat jumlahnya seiring dengan meningkatnya
jumlah trigliserida dalam sebum yang merupakan nutrisi bagi P.acnes.10
d. Proses inflamasi
P.acnes diduga berperan penting menimbulkan inflamasi pada AV dengan
menghasilkan faktor kemotaktik dan enzim lipase yang akan mengubah
trigliserida menjadi asam lemak bebas, serta dapat menstimulasi aktivasi jalur
klasik dan alternatif komplemen.10
Perubahan pengertian dalam patofisiologi akne membawa perubahan pula pada
tatalaksana akne. Patofisiologi akne yang terjadi menawarkan terapi kombinasi sebagai
terapi inisial, guna menekan secara simultan 2 atau 3 faktor-faktor patogenesis tersebut.
Pada akne vulgaris ringan, terutama akne komedonal dengan beberapa lesi inflamasi,
retinoid topikal merupakan terapi pilihan. Semua retinoid topikal bekerja pada
mikrokomedo dan mengurangi komedo serta lesi inflamasi.10
16
Studi selanjutnya menunjukkan pengurangan secara signifikan lesi inflamasi akne
dan komedo pada terapi dnegan retinoid topikal yang dikombinasi dengan antimikroba.
Pada akne dengan lesi inflamasi yang dominan, terapi benzoil peroksida dan/atau
antibiotika topikal, bersama-sama dengan retinoid topikal mempercepat penyembuhan
lesi inflamasi. Untuk akne sedang dan berat digunakan antibiotik oral dikombinasi
dengan retinoid topikal. Pada kasus akne berat dan refrakter, misalnya akne nodular
atau akne konglobata, isotretinoin oral adalah terapi pilihan. Untuk kasus yang tidak
responsif dengan terapi konvensional, terapi hormonal dan isotretinoin oral menjadi
pilihan.10
4. Gejala klinis
Akne vulgaris mempunyai tempat predileksi di wajah dan leher (99%), punggung
(60%), dada (15%) serta bahu dan lengan atas. Kadang-kadang pasien mengeluh gatal
dan nyeri. Sebagian pasien merasa terganggu secara estetis. Kulit akne vulgaris
cenderung lebih berminyak atau sebore, tetapi tidak semua orang dengan sebore
disertai akne vulgaris.10
Efloresensi akne berupa: komedo hitam (terbuka) dan komedo putih (tertutup),
papul, pustul, nodus, kista, jaringan parut, dan perubahan pigmentasi. Komedo terbuka
(black head) dan komedo tertutup (white head) merupakan lesi non-inflamasi, papul,
pustul, nodus, dan kista merupakan lesi inflamasi.10
Lesi utama akne vulgaris adalah mikrokomedo atau makrokomedo, yaitu pelebaran
folikel rambut yang mengandung sebum dan P. acnes. Komedo yang tetap beradadi
bawah permukaan kulit tampak sebagai komedo white head, sedangkan komedo yang
bagian ujungnya terbuka pada permukaan kulit disebut komedo black head karena
17
secara klinis tampak berwarna hitam pada epidermis. Scar dapat merupakan
komplikasi dari akne, baik akne non-inflamasi maupun inflamasi. Ada empat tipe scar
karena akne, yaitu : scar icepick, rolling, boxcar, dan hipertropik/deep.11
Tabel II.1 Klasifikasi bekas luka akne.13
Sub-tipe bekas luka akne Tanda-tanda klinis
Icepick
Gambar II.1 Icepick
Diameternya sempit (<2mm), dalam, tepi
jelas yang meluas secara vertikal ke
bagian dermis dalam atau lapisan
subkutan.
Rolling
Gambar II.2 Rolling
Diameter biasanya lebih dari 4-5 mm
berupa jaringan ikat abnormal dermis
yang berada di subkutan menyebabkan
baying di superficial dan
undulasi/penonjolan pada kulit.
Boxcar
Penurunan kulit berbentuk bulat hingga
oval dengan batas tepi vertikal yang
sangat jelas. Secara klinis lebih lebar dari
icepick dan tidak meruncing kedasar.
18
Gambar II.3 Boxcar
Hipertropik/Deep
Gambar II.4 Hipertropik
Lesi bisa dangkal (0,1-0,5mm) atau dalam
(>0,5mm) dan seringnya berdiameter 1,5-
4,0mm.
5. Diagnosis
Akne vulgaris ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Saat ini
klasifikasi yang digunakan di Indonesia (oleh FKUI/RSCM) untuk menentukan derajat
AV, yaitu ringan, sedang, dan berat, adalah klasifikasi menurut Lehmann dkk.(2002).
Klasifikasi tersebut diadopsi dari 2nd Acne Round Table Meeting (South East Asia),
Regional Consensus on Acne Management, 13 Januari 2003, Ho Chi Minh City-
Vietnam.10
Tabel II.2 Gradasi Akne.10
Derajat Lesi
Akne ringan Komedo <20, atau
Lesi inflamasi <15, atau
19
Total lesi <30
Akne sedang Komedo 20-100 atau
Lesi inflamasi 15-50, atau
Total lesi 30-125
Akne berat Kista >5 atau komedo <100, atau
Lesi inflamasi >50, atau
Total lesi >125
Gambar II.5 Akne derajat ringan Gambar II.6 Akne derajat sedang
Gambar II.7 Akne derajat berat
6. Tatalaksana
Tujuannya yaitu mempercepat penyembuhan,
mencegah pembentukan akne baru dan mencegah
jaringan parut yang permanen
20
a. Tatalaksana umum
(1) Mencuci wajah minimal 2 kali sehari
b. Tatalaksana medikamentosa
(1) Berdasarkan gradasi (berat-ringan) akne
(2) Diikuti dengan terapi pemeliharaan/pencegahan
21
Pilihan Pertama
Ringan Sedang Berat
Komedonal Papular/pustular Papular/pustular Nodular Nodular/konglobata
Retinoid topikal Retinoid topikal +
antimikroba topikal
Antibiotik oral + retinoid
topikal +/- BPO
Antibotik oral + retinoid
topikal +/- BPO
Isotretinoin oral
Alternatif
Alt. Retinoid topikal
atau azelaic acid atau
asam salisilat
Alt agen antimikroba
topikal + Alt. Retinoid
topikal atau azelaic acid
Alt. Antibiotik oral + Alt.
Retinoid topikal +/- BPO
Isotretinoin oral atau
AR.Antibiotik oral + Alt
retinoid topikal +/- BPO /
azelaic acid
Antibiotik oral dosis
tinggi + retinoid topikal
+ BPO
Alternatif untuk
perempuan
Lihat pilihan pertama Lihat pilihan pertama Anti androgen oral +
topikal retinoid/azelaic
acid topikal +/-
antimikroba topikal
Anti androgen oral +
retinoid topikal +/-
antibiotik oral +/- alt.
Antimikroba
Anti-androgen oral
dosis tinggi + retinoid
topikal +/-
AR.antimikroba topikal
Terapi
maintenans
Retinoid topikal Retinoid topikal +/- BPO
Tabel II.3 Algoritme tatalaksana akne.10
22
B. Wudhu
1. Pengertian
Wudhu menurut bahasa, dibaca dengan fathah huruf waw (wadhu) artinya nama
sebuah tempat yang digunakan untuk berwudhu, yang kata asalnya al-wadha’ah,
artinya bersih.14 Sedangkan menurut istilah wudhu adalah suatu cara membersihkan
diri dengan tujuan menghilangkan hadas dan najis yang ada di badan.15
Para fukaha (ahli fiqih) pengertian wudhu sebagai pekerjaan menggunakan air yang
dibasuhkan pada anggota-anggota badan tertentu yang diawali dengan niat. Menurut
Syaikh Kamil Muhammad ‘uwaidah dalam Fiqih Wanita Edisi Lengkap, dijelaskan
bahwa wudhu adalah membasuh bagian tertentu yang boleh ditetapkan dari anggota
badan dengan air sebagai persiapan bagi orang muslim untuk menghadap Allah SWT
(mendirikan shalat).16
Adapun menurut syariat wudhu adalah beribadah kepada Allah SWT dengan
membasuh empat anggota badan dengan cara khusus. Oleh karena itu, orang yang
membasuh anggota tubuhnya utuk diajarkan kepada orang lain tidak dianggap wudhu
karena, syariah, harus ada niat untuk ibadah kepada Allah SWT.17
Wudhu adalah beribadah kepada Allah SWT dengan membasuh empat anggota
badan dengan cara khusus dibawah air yang mengalir. Sehingga dengan wudhu kita
dapat menyucikan diri. Selain itu, tujuan dari wudhu adalah untuk menyucikan diri dan
membersihkan diri dari hadast.16
Sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah dalam surah Al-Ma’idah ayat 6.
23
مإ ك لوا وجوه س لة فاغإ لى الص مإ إ ت ذا قمإ نوا إ ين آم ا الذ يه ا أ ي
لى مإ إ لك ج رإ أ مإ و حوا برءوسك س امإ افق و ر م لى الإ مإ إ يك د يإ أ و
لى وإ ع ضى أ مإ مرإ ت نإ إنإ ك روا و ه نبا فاط مإ ج ت نإ إنإ ك ن و يإ ب عإ ك الإ
لمإ اء ف س م الن ت وإ لمسإ ائط أ غ ن الإ مإ م ك نإ د م ح اء أ وإ ج ر أ ف س
مإ يك د يإ أ مإ و ك حوا بوجوه س امإ با ف ي يدا ط موا صع يم ت اء ف جدوا م ت
يد كنإ ير ل مإ منإ حرج و ك يإ ل عل ع يجإ ل ا يريد الل ه م نإ م
رون ك شإ مإ ت لك ع مإ ل ك يإ ل ه ع ت م عإ م ن يت ل مإ و رك ه يط ل
Terjemahnya :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah,
dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Maidah: 6)
24
2. Keutamaan berwudhu
a. Wudhu adalah setengah iman.21
b. Wudhu dapat menghapus dosa-dosa kecil.21
c. Wudhu dapat mengangkat derajat seorang hamba.21
d. Wudhu adalah cahaya bagi hamba pada hari kiamat
Yang dimaksud perhiasan seorang Mukmin ialah cahaya pada hari kiamat
karena bekas wudhu.21
3. Rukun wudhu
Rukun wudhu adalah segala sesuatu yang harus dilakukan saat melakukan wudhu.
Adapun rukun wudhu adalah sebagaimana tertera dalam QS. Al-Maidah ayat 6 diatas,
yaitu:
a. Niat
Secara etimologi, sebenarnya pengertian “niat” adalah “sengaja”
(alqashd). Adapun menurut syara’, niat adalah menyengaja melakukan
sesuatu yang diiringi dengan tindakan.
Niat juga merupakan prasyarat diterima atau tidaknya sebuah
ibadah. Hal ini berdasarkan hadits Nabi SAW berikut ini: “Sesungguhnya
segala perbuatan harus disertai dengan niat, dan sesungguhnya amal
seseorang tergantung daripada niatnya.”
Jadi apabila seseorang ingin melakukan wudhu tanpa niat, maka
ibadahnya dianggap tidak sah. Namun apabila ia mengambil wudhu terlebih
dahulu disertai dengan niat, maka ibadahnya dianggap sah.16
b. Membasuh seluruh bagian muka (wajah) secara merata
25
Membasuh wajah artinya mengalirkan air ke wajah. Adapun batas
muka yang harus dibasuh adalah antara tempat tumbuh rambut kepala yang
wajar hingga ke bawah dagu, dan secara melintang antara kedua belah daun
telinga.20
Adapun jika terdapat jenggot laki-laki yang tumbuh lebat, sekiranya
orang yang berbicara didepannya tidak dapat melihat kulit (dagunya) dari
sela-sela jenggot, maka cukup membasuh pada bagian muka (yang tampak)
saja. Namun, jika jenggot yang tumbuh itu jarang-jarang (tipis), yaitu
sekiranya orang yang berbicara dapat melihat kulit dari dagunya, maka
wajib membasuh hingga air itu sampai mengenai bagian kulitnya.20
c. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
Siku merupakan tempat bertemunya tulang lengan atas dan bawah.
Termasuk anggota yang wajib dibasuh adalah segala sesuatu yang tumbuh
pada permukaan anggota wajib, seperti bulu tangan dan kuku, meskipun
panjang. Imam Syafi’i berkata: “Saya belum mengetahui ada seorang ulama
yang mengingkari bahwa siku termasuk sesuatu yang wajib dibasuh”.20
Jika orang yang sedang berwudhu buntung tangannya, maka ia
cukup membasuh anggota tangannya yang masih tersisa beserta kedua siku.
Sementara jika buntungnya di atas kedua tangan, maka ia cukup membasuh
yang masih tersisa dari kedua siku tersebut. Dan jika buntungnya tidak
menyisakan sama sekali dari kedua siku, maka tidak wajib baginya
membasuh tangan.20
d. Mengusap kepala
26
Yaitu membasahi kepala atau rambut kepala, meskipun hanya
sehelai rambut. Kepala adalah anggota badan yang menjadi tempat
tumbuhnya rambut. Ia bermula dari bagian atas dahi hingga lubang tengkuk
di bagian belakang. Termasuk ke dalam pengetian kepala adalah dua pelipis
yang tumbuh di atas tulang yang timbul di bagian muka.18
Selanjutnya, zhahir firman Allah SWT “dan usaplah kepalamu”
tidak menuntut keharusan mengusap seluruh bagian kepala, namun ada juga
yang memahami bahwa mengusap sebagian kepala saja sudah mencukupi.20
e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
Wajib pula membasuh yang terdapat pada kedua kaki tersebut
seperti rambut (bulu yang tumbuh), jari tambahan dan kotoran (benda) yang
terdapat dibagian bawah kuku yang bisa mencegah air sampai mengenai
pada kuku, sebagaimana ketika membasuh kedua tangan.16
f. Tertib (urut) dalam urutan wudhu sesuai dengan urutan rukun (fardhu) yang
telah ditetapkan.
Yakni menjalankan rukun-rukun wudhu sesuai dengan urutannya,
mulai dari niat sampai membasuh kaki. Jadi kalau orang berwudhu lantas
tidak sesuai dengan urutan rukun wudhu, maka wudhunya dianggap tidak
sah.22
4. Syarat-syarat wudhu
a. Syarat-syarat wajib
1) Berakal; orang yang gila tidak wajib dan tidak sah wudhunya, yaitu pada waktu
gila ataupun pada waktu penyakit ayamnya kambuh.
27
2) Baligh; wudhu tidak diwajibkan kepada anak-anak dan tidak sah kecuali dari
seorang yang mumayyiz. Mumayyiz juga merupakan syarat bagi sahnya
wudhu.
3) Islam; syarat ini menjadi syarat dalam semua ibadah, seperti bersuci, shalat,
zakat, puasa, dan juga haji.
4) Mampu menggunakan air yang suci dan mencukupi.
5) Hadats; orang yang sedang dalam keadaan memiliki wudhu tidak diwajibkan
mengulagi wudhu, yaitu berwudhu atas wudhu yang belum batal.
6) Suci dari haid dan nifas, yaitu ketika seorang wanita berhenti dari keduanya
menurut pandangan syara’. Oleh sebab itu, wudhu tidak diwajibkan atas
perempuan yang sedang haid dan nifas.
7) Waktu yang sempit, hal ini karena perkara-perkara syara’ ditujukan kepada
seorang mukallaf dalam waktu yang sempit (yaitu pada akhir waktu) dan dalam
waktu yang panjang (yaitu pada permulaan waktu), maka wudhu tidak
diwajibkan ketika waktu yang panjang. Akan tetapi ia diwajibkan ketika waktu
sempit.18
b. Syarat-syarat sah
1) Meratakan air yang suci ke atas kulit, yaitu meratakan air ke seluruh anggota
yang wajib dibasuh, hingga tidak ada bagian yang tertinggal.
2) Menghilangkan apa saja yang menghalangi air sampai ke anggota wudhu.
3) Tidak terdapat perkara-perkara yang menafikan wudhu atau berhentinya
perkara-perkara yang membatalkan wudhu.
4) Masuknya waktu shalat.18
28
5. Sunnah-sunnah wudhu
a. Membaca Basmalah.21
b. Membasuh kedua telapak tangan sampai kepergelangan, sebanyak 3 kali sebelum
memasukkannya kedalam bejana bila baru bangun tidur.21
c. Membersihkan gigi atau bersiwak (menggosok gigi).21
d. Berkumur-kumur 3 kali.
Yaitu menggerak-gerakkan air di dalam mulut dari pinggir mulut ke pinggir
mulut yang lain, lalu mengeluarkannya.21
e. Istinsyaq dan istintsar tiga kali
Istinsyaq adalah memasukkan atau menghirup air sampai ke dalam rongga
hidung. Sedangkan istintsar berarti mengeluarkan air tersebut dari dalam hidung.21
f. Mengusap kedua telinga
Kedua telinga menurut jumhur termasuk bagian dari kepala, dan Rasulullah
SAW mengusap kepala hanya sekali. Termasuk bagian kepala lainnya adalah putih-
putih yang ada di atas kedua telinga. Bagian ini wajib diusap bersamaan dengan
mengusap kepala. Adapun kesunnahannya adalah mengusap bagian dalam kedua
telinga dengan kedua jari telunjuk, dengan mengusap bagian luarnya dengan kedua
jari jempol sebagai bentuk peneladanan jejak Rasulullah SAW.21
g. Menyilangi anak-anak jari dari kedua tangan ketika membasuh tangan. Demikian
pula menyilangi anak-anak jari dari kedua kaki ketika membasuh kaki.21
h. Mendahulukan anggota badan bagian kanan sebelum yang kiri, baik ketika
membasuh tangan maupun kaki.16
i. Memulai mengusap rambut pada bagian depan ubun-ubun.16
29
j. Selesai wudhu, menghadap kiblat dan berdoa.16
C. Hubungan antara Wudhu dan Akne Vulgaris
Akne vulgaris pada umumnya menyerang pada usia prevalensi rata – rata 12-15
tahun, dengan puncak tingkat keparahan pada 17-21 tahun. Akne vulgaris adalah penyakit
terbanyak remaja usia 15-18 tahun.10 Berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa ada
banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya akne vulgaris, tetapi faktor yang sangat
berperan penting yaitu kebersihan wajah. Kebersihan yang baik adalah kebersihan yang
menghilangkan kelebihan sebum tanpa merusak lipid pelindung kulit, dan menghilangkan
bakteri dari permukaan kulit. Penelitian ini sekaligus mendukung hipotesis bahwa
kebersihan wajah dapat memengaruhi terjadinya akne vulgaris.23
Sebagai seorang muslim, kebersihan wajah dapat dilakukan dengan cara senantiasa
menjaga wudhu, yang dimana merupakan salah satu bentuk beribadah kepada Allah SWT.
Dalam rukun wudhu terdapat penjelasan mengenai membasuh wajah, yang frekuensinya
disunnahkan sebanyak 3x. Jadi setiap akan melakukan ibadah dianjurkan untuk senantiasa
berwudhu sehingga dalam pelaksanaan ibadah dalam keadaan suci.20
Kebersihan wajah disini dimaksudkan adalah perilaku berwudhu yang dapat
mengurangi kejadian akne vulgaris, sebagai contoh membasuh wajah. Membasuh wajah
yang baik yaitu 3-4x sehari, tidak diperkenankan mencuci wajah, menggosok wajah dan
mengeringkan wajah yang berlebihan karena dapat menyebabkan iritasi, merangsang
memproduksi minyak yang berlebih dan memperpanjang siklus jerawat.23
Kebanyakan orang seringkali mengabaikan tentang kebersihan wajah mereka, dan
lebih mementingkan kegiatan pribadi. Saat beraktivitas di luar ruangan, ekskresi keringat
dan sebum meningkat ditambah terkena paparan debu, kotoran dan polusi menyebabkan
30
kulit wajah menjadi kotor dan berminyak. Hal ini dapat menjadi tempat berkembangnya
bakteri P. acnes yang merupakan tempat tumbuh pada folikel pilosebasea.23
Kebersihan wajah adalah kebersihan yang mengurangi bakteri atau
mikroorganisme dari permukaan kulit dengan cara mengurangi sebum dan kotoran tanpa
menghilangkan lipid barrier kulit. Lipid barrier kulit berfungsi menjaga homeostasis air,
mencegah transepidermal water loss dan evaporasi air pada lapisan epidermis sehingga
dapat terjadi dehidrasi, selain itu berfungsi mencegah mikroorganisme atau bahan kimia
masuk ke dalam kulit.23
Pada akne vulgaris, kelebihan sebum menyebabkan komposisi sebum mengalami
modifikasi dan defisiensi asam linoleat sehingga terjadi pertambahan squalene lalu
menyebabkan penurunan epidermal barrier yang memicu peningkatan kolonisasi P.acnes.
Bakteri ini menghasilkan enzim lipase yang memecah sebum menjadi gliserol dan asam
lemak bebas yang memicu proliferasi hiperkeratosis yang menyumbat duktus. Selanjutnya
merangsang proses inflamasi dengan melepaskan kemoatraktan yang menyebabkan
rekrutmen limfosit dan netrofil ke dalam dinding folikel pilosebasea.23
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, kebersihan wajah sangat berhubungan
dengan kejadian akne vulgaris. Sebab dengan melakukan kebersihan wajah yang dimana
kegiatan ini bisa dilakukan pada saat berwudhu, dapat mengurangi sebum dan kotoran
tanpa menghilangkan lipid barrier kulit.23
D. Tinjauan Keislaman
1. Kesehatan Menurut Pandangan Islam
“Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia” demikian sabda Nabi
Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, yang sesuai
31
dengan fitrah manusia, maka islam menegaskan perlunya istiqomah memantapkan
dirinya. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintahnya-Nya dan meninggalkan
laranga-Nya. Allah berfirman : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman”
(QS. Yunus 57).26
Pada dasarnya, agama sangat menganjurkan kesehatan, sebab apa yang bisa
dilakukan oleh seseorang dalam keadaan sehat lebih banyak daripada apa yang bisa
dilakukannya dalam keadaan sakit. Manusia bisa beribadah, berjihad, berdakwah, dan
membangun peradaban dengan baik, jika faktor fisik berada dalam kondisi yang
kondusif. Jadi, kesehatan fisik secara tidak langsung merupakan faktor yang cukup
menentukan bagi tegaknya kebenaran dan terwujudnya kebaikan.27
Pola hidup sehat ada tiga macam: pertama, melakukan hal-hal yang berguna untuk
kesehatan; kedua, menghindari hal-hal yang membahayakan kesehatan; ketiga,
melakukan hal-hal yang dapat menghilangkan penyakit yang diderita.26
2. Sakit Dalam Pandangan Islam
Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, umat
manusia secara beramai-ramai memburu kemewahan hidup tanpa memperhatikan
kebersihan lingkungannya. Disisi lain masih banyak manusia yang terkungkung
dengan penderitaan hidup. Akibatnya, ketidakmampuan mengatasi kesulitan hidup
banyak, banyak manusia yang mengalami keguncangan jiwa karena tertekan oleh suatu
kondisi. Kondisi yang menekan ini membuat jiwanya guncang lalu menimbulkan
penderitaan batin atau muncul bermacam-macam penyakit pada fisik. Dalam
32
perjalanan hidupnya di dunia, manusia menjalani tiga keadaan penting: sehat, sakit,
atau mati. Kehidupan itu sendiri selalu diwarnai oleh hal-hal yang saling bertentangan,
yang saling berganti mengisi hidup ini tanpa pernah kosong sedikit pun. Sehat dan sakit
merupakan warna dan rona abadi yang melekat dalam diri manusia. Tetapi kebanyakan
manusia memperlakukan sehat dan sakit secara tidak adil. Mereka menganggap sakit
merupakan beban dan penderitaan yang tidak ada maknanya. Orang yang beranggapan
demikian jelas melakukan kesalahan, sebab Allah SWT selalu menciptakan sesuatu
atau memberikan suatu ujian kepada hamba-Nya pasti ada hikmah/pelajaran dibalik itu
semua.28
Dalam keadaan sakit seseorang selain mengeluhkan penderitaan fisiknya, mereka
juga biasanya disertai gangguan/guncangan jiwa dengan gejala ringan seperti stress
sampai tingkat yang lebih berat. Kecemasan dan ketakutan pada penderita ini dapat
menyebabkan timbulnya stress psikis yang justru akan melemahkan respon imunologis
(daya tahan tubuh) dan mempersulit proses penyembuhan diri bagi mereka yang sakit.
Menghadapi kondisi seperti ini, bimbingan rohani sangat diperlukan agar jiwa manusia
tidak terguncang dan menjadi lebih kuat yang berguna untuk proses penyembuhan.
Gangguan psikis lainnya yang sering di alami saat seseorang sakit adalah putus asa.28
3. Kebersihan Dalam Pandangan Islam
Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk menjaga kebersihan anggota badan
dengan berwudhu setiap akan melaksanakan shalat. Sehingga dengan wudhu inilah
anggota-anggota badan seperti wajah, mulut, hidung, dua tangan dan kaki, kepala dan
dua telinga yang terkena kotoran, keringat dan tanah akan menjadi bersih.16
33
Kesucian dan kebersihan merupakan bagian dari kesempurnaan nikmat yang
diberikan Allah kepada hamba-Nya karena bersih merupakan modal awal dari hidup
sehat. Kesehatan merupakan nikmat yang tidak ternilai harganya. Allah berfirman
dalam hal ini :
يتم ل مإ و رك ه يط يد ل كنإ يرل مإ منإ حرج و ك يإ ل عل ع يجإ ل ا يريد الل م
ه ت م عإ رون ن ك شإ مإ ت لك ع مإ ل ك يإ ل ع
Terjemahnya:
“Allah tidak ingin menjadikan kamu susah tetapi Dia ingin menyucikan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu semoga kamu bersyukur.” (QS: Al-
Maidah:6).
Di samping itu juga terdapat hadits-hadits dari Rasulullah SAW yang berbicara
tentang kebersihan ini, bahkan Rasulullah SAW mengaitkan kebersihan itu dengan
keimanan seseorang. Rasulullah SAW bersabda :
النظافة من
يإمان الإ Terjemahnya : “Kebersihan itu sebagian dari iman.” (HR. Ahmad) Dalam hadits di atas sangat jelas dikatakan bahwa kebersihan dan kesucian
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keimanan, oleh sebab itu orang
34
yang tidak menjaga kebersihan dan kesucian sama dengan telah mengabaikan sebagian
dari nilai-nilai keimanannya, sehingga dia belum termasuk orang yang betul-betul
beriman. Kebersihan diri sendiri itu akan sangat berpengaruh terhadap aktivitas kita sehari-
hari, sama pentingnya dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar kita, oleh sebab
itu menjaga kebersihan lingkungan sama pentingnya dengan menjaga kebersihan diri.
Hendaklah kita selalu menjaga kebersihan sumber air, seperti sumur, kolam, sungai,
dan lain-lain, karena air itu akan kita gunakan sebagai sumber air minum, mencuci,
mandi dan sebagainya. Air yang tercemar akan menyebabkan lahirnya berbagai
penyakit seperti diare, malaria, demam berdarah, jerawat dan lain-lain. Dalam hal ini
Islam telah dengan tegas melarang umatnya supaya tidak mengotori sumber air itu.24 رين ه ط ت م يحب الإ ين و اب و يحب الت إن الل
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang
yang menyucikan diri”. (Q.S. al-Baqarah: 222)
Yusuf Qardhawi menjelaskan bahwa kebersihan itu harus mendapatkan perhatian
yang lebih, hal ini didasarkan atas beberapa pertimbangan penting. Pertama,
kebersihan merupakan hal yang disukai Allah. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri”. (Q.S.
al-Baqarah: 222). Kedua, kebersihan merupakan pangkal kesehatan dan kekuatan.
Islam senantiasa mendorong untuk selalu menjaga kesehatan badan dan kekuatan
jasmani. Ketiga, kebersihan merupakan syarat bagi keindahan atau untuk tampil indah
35
yang disukai Allah dan Rasul-Nya. Dalam sebuah hadis shahih dikatakan:
“Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan”. Keempat, kebersihan dan
penampilan dhahir yang baik merupakan faktor penguat ikatan antar sesama manusia.
Manusia yang waras-sesuai fitrahnya pasti tidak menyukai hal-hal yang menjijikkan
dan akan menghindari orang-orang yang menjijikkan.25
Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أ دث حتى يتوض صلة أحدكمإ إذا أحإ ل يقإبل الل
Terjemahnya:
“Tidak akan diterima shalat seorang diantara kalian jika ia berhadast hingga dia
berwudhu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Shalat itu ada yang diterima dan ada yang tidak diterima. Shalat yang diterima
berarti yang sesuai dengan tuntunan, yang tidak diterima berarti yang tidak sesuai
dengan tuntunan agama. Shalat orang yang berhadats dalam keadaan lupa juga tidaklah
diterima. Begitu pula orang yang junub tidaklah diterima shalatnya sampai ia mandi.
Shalat orang yang berhadats itu haram. Ia tidak boleh melakukan shalat sampai ia
berwudhu. Dan jika ia sudah tahu haramnya lantas tetap melaksanakan shalat dalam
keadaan berhadats berarti ia menentang dan termasuk istihza’ (mengejek) syariat. Jika
seseorang itu berwudhu untuk shalat lantas masuk waktu shalat berikutnya dan
wudhunya belum batal, ia masih boleh menggunakan wudhu tersebut untuk shalat. Jadi
36
ketika seseorang berhadast, kemudian hendak melaksanakan shalat, maka shalatnya
tidak akan diterima sampai dia melakukan wudhu.16
Wudhu mempunyai banyak manfaat terhadap kesehatan jasmani. Media yang
digunakan untuk berwudhu adalah air. Air bersifat membersihkan, menyejukkan, dan
syifa’ (terapis). Air dalam kaitannya dengan kesehatan banyak sekali manfaatnya, baik
sebagai media bagi obat-obatan maupun air itu sendiri dijadikan sebagai media
pengobatan. Sholeh Gisymar, ahli terapi alternatif, mengatakan bahwa: “Ketika air
wudhu membasuh anggota wudhu, secara langsung akan membuat darah bereaksi
sehingga bisa bekerja lebih cepat dan gesit mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Hal ini
bisa terjadi karena ketika air wudhu mengenai tubuh akan menyebabkan normalisasi
suhu tubuh sebagai akibat bertemunya suhu panas dalam tubuh dengan dinginnya
guyuran air wudhu. Saat itu juga darah mengalir ke daerah seputar wajah, kedua tangan
dan telapak kaki dengan sangat lancar.”29
Bagian tubuh yang terkena air wudhu adalah bagian tubuh yang terbuka, yang
sering dihinggapi bakteri dan virus yang menyebabkan penyakit, sehingga bagian itu
harus dibersihkan agar terhindar dari berbagai penyakit.30
“Aku mendengar Rasulullah shallallahu’ alaihi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya umatku dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan ghurran muhajjilin
(wajah dan badannya bercahaya) karena bekas wudhu, maka barangsiapa mampu
untuk memanjangkan ghurran, hendaklah ia melakukannya.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
ود وجوه م تبإيض وجوه وتسإ هيإ يوإ اللهم بي ضإ وجإ
37
Terjemahnya :
“Ya Allah, putihkanlah wajahku di hari ketika wajah-wajah memutih dan
menghitam.”
Doa ini dipanjatkan agar di akhirat kelak Allah menggolongkan kita sebagai orang
baik, dimana saat berkumpul di padang mahsyar, orang baik dicirikan dengan berwajah
putih, dan sebaliknya orang jelek dicirikan dengan berwajah hitam kusam.
Kodrat dari manusia jika ingin terlihat menarik dan membuat wajah kita berseri-
seri dan seolah bercahaya. Namun ketauhilah bahwa doa dan amalan diatas hanyalah
salah satu ihktiar dari kita. Adapun jika kita ingin agar wajah terlihat cerah dan
bercahaya, maka lakukanlah dengan bertakwa kepada Allah SWT. Kerjakan semua
perintahnya dan jauhi semua larangannya. Maka dengan begitu wajah kita akan tampak
bercahaya. Lihatlah para ulama, para waliyullah, dan para orang orang sholeh, maka
akan kita dapati wajah mereka penuh dengan cahaya dan indah untuk dipandang. Itu
karena mereka bertakwa kepada Allah SWT dan tidak lepas dari sunnah sunnah Rasul
SAW.
Kerangka Teori
Cara berwudhu
1. Genetik
2. Ras
3. Makanan
4. Hormonal
5. Iklim
6. Psikis
7. Pengunaan
kosmetik
8. Infeksi dan trauma
9. Jenis kulit
10. Kebersihan
11. Pekerjaan
38
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran variabel yang akan diteliti
Berdasarkan uraian dari latar belakang, tujuan penelitian dan tinjauan pustaka maka
dapat dibuat kerangka konsep sebagai berikut:
Intensitas Berwudhu Akne Vulgaris
1. Definisi wudhu
2. Keutamaan
berwudhu
3. Rukun wudhu
4. Syarat-syarat
wudhu
5. Sunnah-sunnah
wudhu
1. Definisi akne
vulgaris
2. Etiologi akne
vulgaris
3. Patogenesis akne
vulgaris
4. Gejala klinis akne
vulgaris
5. Diagnosis akne
vulgaris
6. Tatalaksana akne
vulgaris
Intensitas Berwudhu Akne Vulgaris
39
Keterangan :
: variabel independent
: variabel dependent
B. Definisi Operasional
III.4 Definisi Operasional
No Variabel
Definisi
operasional
Alat ukur Hasil ukur Cara ukur
Skala
ukur
40
1 Intensitas
berwudhu
Intensitas
berwudhu yang
dapat
didefinisikan
menyengaja
membasuh dan
mengusap,
bagian tubuh
dengan air guna
untuk
mensucikan dan
menghilangkan
hadast dan najis
yang ada
dibadan.
Kuesioner 1. Sering
berwudhu
diluar shalat
wajib: Jika >
3 pertanyaan
dijawab “Ya”
2. Jarang
berwudhu
diluar shalat
wajib: Jika
< 3
pertanyaan
dijawab “Ya”
Responden
mengisi
kuesioner
sesuai
dengan
penjelasan
yang
diberikan
Nominal
2 Akne
vulgaris
Akne Vulgaris
yang dapat
didefinisikan
sebagai penyakit
yang dapat
sembuh sendiri.
Berupa
peradangan
Kuesioner 1. Positif akne
vulgaris :
Jika
Pertanyaan
Nomor 1
dijawab “Ya”
2. Jarang
berwudhu :
Responden
mengisi
kuesioner
sesuai
dengan
penjelasan
Nominal
41
kronis folikel
pilosebasea
dengan
penyebab
multifaktor dan
manifestasi
klinis berupa
komedo, papul,
pustul, nodus
serta kista.
Jika < 3
pertanyaan
dijawab “Ya”
yang
diberikan
C. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Alternative (Ha)
Ada Pengaruh Intensitas Berwudhu Terhadap Kejadian Akne Vulgaris Pada
Mahasiswa Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Hipotesis Null (H0)
Tidak ada Pengaruh Intensitas Berwudhu Terhadap Kejadian Akne Vulgaris Pada
Mahasiswa Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
42
Jenis desain penelitian yang digunakan berupa observasional dengan rancangan
cross sectional (potong lintang). Studi cross sectional mempelajari korelasi antara variabel
bebas terhadap efeknya dengan cara observasi atau pengumpulan data sekaligus dalam
satu waktu. Studi cross sectional peneliti hanya melakukan observasi dan pengukuran
terhadap variabel bebas (Intensitas Berwudhu) dan variabel terkait (Akne Vulgaris) pada
subjek penelitian sebanyak satu kali pengukuran dan dalam waktu yang sama.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Asrama Putra/putri Ma’had Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Waktu penelitian
Juli 2019- Agustus 2019
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Sampel
a. Kriteria inklusi
1) Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar yang hadir
dan bersedia menjadi responden
2) Bersedia menandatangi informed consent
3) Berusia 17-19 tahun.
b. Kriteria eksklusi
43
1) Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar yang tidak
hadir saat penelitian berlangsung.
2) Semua Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar yang
menderita penyakit kulit diwajah selain akne vulgaris.
3. Besar sampel
𝑛1 = 𝑛2 = (𝑍𝛼√2𝑃𝑄+𝑍𝛽√𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2
(𝑃1+𝑃2))
2
Zα = deviat baku alfa
Zβ = deviat baku alfa
P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya
Q2 = 1 – P2
P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti
Q1 = 1 – P1
P1 – P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna
P = proporsi total = (P1 + P2)/2
Q = 1 - P
Maka,
𝑛1 = 𝑛2 = (𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2
(𝑃1 − 𝑃2))
2
44
𝑛1 = 𝑛2 = (1,282√2𝑥0,6𝑥0,4 + 0,842√0,7𝑥0,3 + 0,5𝑥0,5
(0,7 − 0,5))
2
𝑛1 = 𝑛2 = (1,282√0,48 + 0,842√0,46
(0,2))
2
𝑛1 = 𝑛2 = (1,282 𝑥 0,692 + 0,842 𝑥 0,678
(0,2))
2
𝑛1 = 𝑛2 = (0,887 + 0,570
(0,2))
2
𝑛1 = 𝑛2 = (1,457
0,2)
2
𝑛1 = 𝑛2 = (7,285)2
𝑛1 = 𝑛2 = 53,07 → 54 Sampel
D. Metode Pengambilan Data
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik observasional yang
dilakukan dengan pendekatan cross-sectional. Untuk mengetahui pengaruh intensitas
berwudhu terhadap kejadian akne vulgaris pada Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar.
E. Teknik Pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan teknik purposive
sampling, dimana sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi atau
pertimbangan. Data tersebut didapatkan dari pembagian kuesioner yang di berikan kepada
Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar.
45
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
melalui pembagian kuesioner yang diberikan kepada Mahasiswa Ma’had Al-Birr
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Sumber Data
Sumber data primer adalah materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri
oleh peneliti saat penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini sumber daya yang
diambil berasal dari Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah
Makassar sebanyak 121 orang yang bersedia menjadi responden.
3. Instrumen Pengumpulan Data
Kuesioner tentang Pengaruh Intensitas Berwudhu Terhadap Kejadian Akne
Vulgaris Pada Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan cara membagikan kuesioner penelitian kepada
responden yang telah dipilih, kemudian setelah di jawab akan dilakukan pengumpulan
langsung kuesioner yang telah diberikan kepada Mahasiswa Ma’had Al-Birr
Universitas Muhammadiyah Makassar yang mencakup kuesioner Pengaruh Intensitas
Berwudhu Terhadap Kejadian Akne Vulgaris.
G. Metode Pengolahan dan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
46
Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan diolah dengan
menggunakan program statistik di perangkat komputer melalui prosedur seperti
berikut:
a. Editing
Editing bertujuan untuk meneliti kembali jawaban menjadi lengkap. Editing
dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau ketidaksengajaan
kesalahan pengisian dapat segera dilengkapi atau disempurnakan. Editing
dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan data, memperjelas serta melakukan
pengolahan terhadap data yang dikumpulkan.
b. Coding
Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk
dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka
atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data
yang akan dianalisis.
c. Entry (Penginputan Data)
Pada tahap ini dilakukan pemasukan data-data yang sudah dikumpulkan
kedalam program komputer untuk proses analisis.
d. Cleaning (Pembersihan Data)
Pada tahap ini dilakukan proses pembersihan data untuk mengidentifikasi dan
menghindari kesalahan sebelum data dianalisa. Proses cleaning diawali dengan
menghilangkan data yang tidak lengkap.
47
2. Penyajian Data
Hasil pengolahan data tersebut disajikan dalam bentuk narasi, tabel, distribusi
frekuensi disertai interpretasi.
H. Analisis Data
1. Analisis univariat
Adalah analisis yang dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian.
Analisis univariat berfungsi untuk mengetahui gambaran data yang dikumpulkan
misalnya dalam bentuk distribusi frekuensi.
2. Analisis bivariat
Adalah analisis yang dilakukan terhadap hubungan antara dua variabel yaitu
variabel dependen dan independen dalam bentuk tabulasi silang dengan menggunakan
program statistik.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square yaitu dengan tingkat
kepercayaan 95% dengan melihat besarnya p-value. Apabila p-value kurang dari 0,05
berarti hubungan tersebut bermakna secara statistik serta menggunakan uji alternatif lain
yaitu Fisher’s Exact Test dan Kolmogorov-Smirnov Test.
Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi Square untuk mengetahui hubungan
yang signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Dimana
rumus dari Chi Square yaitu:
48
Dimana:
O= Frekuensi nilai yang diamati (Observed value)
E= Frekuensi nilai yang diharapkan (Expected value)
Uji Chi-square merupakan uji non parametris yang paling banyak digunakan.
Namun perlu diketahui syarat-syarat uji ini adalah: frekuensi responden atau sampel yang
digunakan besar, sebab ada beberapa syarat di mana chi-square dapat digunakan yaitu:
1. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga actual count (F0)
sebesar 0 (Nol).
2. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh ada 1 cell saja yang
memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected count ("Fh") kurang dari 5.
3. Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misal 2 x 3, maka jumlah cell dengan frekuensi
harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.
Apabila tabel kontingensi 2 x 2 seperti di atas, tetapi tidak memenuhi syarat seperti
di atas, yaitu ada cell dengan frekuensi harapan kurang dari 5, maka rumus harus diganti
dengan rumus "Fisher Exact Test". Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan
pada tingkat signifikan (nilai p), yaitu:
a. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.
b. Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.
I. Alur Penelitan
( )2
2O E
E
−=
Pegambilan data
(Cross Sectional)
49
J. Pengolahan dan Penyajian Data
Mahasiswa Ma’had
Al-Birr Universitas
Muhammadiyah
Makassar
Penjelasan penelitian
kepada responden
Pembagian
pernyataaan
persetujuan
Setuju Tidak setuju
Membagi kuesioner
Penjelasan kuesioner
Pengumpulan
kuesioner
Analisis data
50
Data yang terkumpul dicatat dan diolah dengan menggunakan komputer program
SPSS. Data univariate dianalisa secara deskriptif dan data bivariat dianalisa dengan
menggunakan uji Chi-Square yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
K. Etika Penelitian
1. Menyerahkan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak Ma’had Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.
2. Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia untuk diteliti, maka mereka
harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika responden menolak untuk
diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
3. Responden tidak dikenakan biaya apapun.
4. Kerahasiaan informasi dijamin peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan
disajikan dan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
BAB V
51
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Populasi/Sampel
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh intensitas wudhu terhadap kejadian akne
vulgaris pada mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar di
Asrama Putra-Putri Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar. Pengambilan
data untuk penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 20 Juli 2019 di Asrama Putra-Putri
Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar. Penelitian ini dilakukan melalui
observasi yaitu dengan membagikan kuesioner kepada mahasiswa Ma’had Al-Birr
Universitas Muhammadiyah Makassar. Sebanyak 76 mahasiswi dan 45 mahasiswa di
Asrama Putra-Putri Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar telah bersedia
menjadi responden, jadi total sampling yang didapatkan 121 orang.
Data yang telah terkumpul selanjutnya disusun dalam suatu table induk (master table)
dengan menggunakan program komputerisasi. Dari tabel induk tersebutlah kemudian data
dipindahkan dan diolah menggunakan program statistik di perangkat komputer kemudian
disajikan dalam bentuk tabel frekuensi maupun tabel silang (cross table).
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Asrama Putra-Putri Ma’had Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar. Secara demografi gambaran lokasi Asrama Putra-Putri Ma’had
Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar terletak di Jl. Sultan Alauddin No.259, Gn.
Sari, Kec. Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221 turut dilengkapi dengan
tempat makan bersama untuk penghuni asrama, beserta dengan taman-taman yang kerap
kali digunakan oleh mahasiswa-mahasiswi untuk berdiskusi. Asrama ini menjadi pilihan
52
untuk penelitian karena lokasinya yang terletak didalam Kampus Universitas
Muhammadiyah Makassar sehingga memudahkan penelitian ini untuk dilakukan.
C. Deskripsi Karakterisik Responden
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 121 orang mahasiswa-mahasiswi yang
diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Karakteristik usia dari 121
sampel yang diambil dapat dilihat dalam tabel disertai narasi sebagai penjelasan tabel
sebagai berikut.
Tabel V.5 Distribusi Responden berdasarkan Umur
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 4 diketahui responden dengan umur 17 tahun berjumlah 30
responden (24.80%), umur 18 tahun berjumlah 32 responden (26.44%), dan umur 19 tahun
berjumlah 59 responden (48.76%).
Tabel V.6 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Variabel Umur Jumlah (n) Persentase (%) Mean
17 30 24.80
18 32 26.40 18
19 59 48.80
Total 121 100.0
53
Sumber :
Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5 diketahui responden dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah
45 responden (37.2%), sedangkan jenis kelamin perempuan berjumlah 76 responden
(62.8%).
D. Analisis
1. Analisis Univariat
Analisis univariat berfungsi untuk mengetahui gambaran data yang dikumpulkan
dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
a. Intensitas Berwudhu
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 121 orang responden yang
dikumpulkan dengan kuesioner penilaian, maka peneliti memperoleh gambaran
mengenai intensitas berwudhu pada mahasiswa Ma’had Al-Birr Unismuh
Makassar.
Variabel Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)
Laki-laki 45 37.2
Perempuan 76 62.8
Total 121 100.0
54
Tabel V.7 Distribusi Intensitas Berwudhu
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan hasil penelitian tabel 6 diatas menunjukkan distribusi
Intensitas Berwudhu di Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar
dengan jumlah total 121 responden. Sebanyak 59 responden (48.8%) memiliki
kadar persentase sering berwudhu, sebanyak 62 responden (51.2%) memiliki kadar
persentase jarang berwudhu.
a. Kejadian Akne Vulgaris
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 121 orang responden yang
dikumpulkan dengan kuesioner penilaian, maka peneliti memperoleh gambaran
mengenai kejadian akne vulgaris pada mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Intensitas Berwudhu Frekuensi Persentase (%)
Sering Berwudhu 59 48.8
Jarang Berwudhu 62 51.2
Total 121 100.0
55
Tabel V.8 Distribusi Kejadian Akne Vulgaris
Kejadian Akne Vulgaris Frekuensi Persentase (%)
Positif 85 70.2
Negatif 36 29.8
Total 121 100.0
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan hasil penelitian tabel 7 diatas menunjukkan distribusi Akne
Vulgaris di Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar dengan jumlah
total 121 responden. Sebanyak 85 responden (70.2%) mengalami positif akne
vulgaris, sedangkan 36 responden (29.8%) negative terhadap akne vulgaris.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen
(Intensitas Berwudhu) dengan variabel dependen (Akne Vulgaris).
Tabel V.9 Hubungan Intensitas Berwudhu Terhadap Kejadian Akne Vulgaris
Pada Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhamamdiyah Makassar
Intensitas Berwudhu
Kejadian Akne Vulgaris
Total P
Positif akne Negatif akne
N % n % n %
Sering berwudhu 31 52.5 28 47.5 59 100.0
0.000 Jarang berwudhu 54 87.0 8 13.0 62 100.0
Total 85 36 121
56
Sumber : Data primer 2019
Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah sample yang positif akne vulgaris dengan
intensitas berwudhu sering sebanyak 31 responden (52.5%) dan yang jarang berwudhu
sebanyak 54 responden (87.0%). Sample yang negatif akne vulgaris dengan intensitas
berwudhu sering sebanyak 28 responden (47.5%) dan yang jarang berwudhu sebanyak
8 responden (13.0%).
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Chi-Square Test didapatkan p-
value 0,000 kurang dari α (0,05) maka dengan ini dapat dinyatakan bahwa Ha diterima,
artinya ada terdapat hubungan yang signifikan antara variabel intensitas berwudhu
dengan kejadian akne vulgaris pada Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Tabel V.10 Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Kejadian Akne Vulgaris Pada
Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar
Sumber : Data primer 2019
Jenis Kelamin
Kejadian Akne Vulgaris
Total
Positif akne Negatif akne
n % n % n %
Laki-laki 39 86.7 6 13.3 45 100.0
Perempuan 46 60.5 30 39.5 76 100.0
Total 85 36 121
57
Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah sample yang positif akne vulgaris pada
laki-laki sebanyak 39 responden (86.7%) dan pada perempuan sebanyak 46 responden
(60.5%). Sample yang negatif akne vulgaris pada laki-laki sebanyak 6 responden
(13.3%) dan pada perempuan sebanyak 30 responden (39.5%).
58
BAB VI
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada
Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar, maka berikut merupakan
pembahasan tentang hasil penelitian yang didapatkan.
Wudhu adalah suatu cara membersihkan diri dengan tujuan menghilangkan hadast dan
najis yang ada di badan.15 Wudhu dihitung sebagai presentase terhadap intensitas pembasuhan
wajah dalam sehari yang kemudian akan dibandingkan dengan kejadian akne vulgaris pada
Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar. Untuk mengetahui
intensitas berwudhu responden dalam berwudhu yaitu seberapa banyak ia mengambil wudhu
dengan membasuh wajah dalam melaksanakan ibadah-ibadah sunnah.
Pada Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar didapatkan hasil
dengan jumlah total 121 responden. Sebanyak 59 responden (48.8%) memiliki kadar persentase
sering berwudhu, sebanyak 62 responden (51.2%) memiliki kadar persentase jarang berwudhu.
59
Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar jarang berwudhu.
Akne vulgaris (AV) merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri. Berupa peradangan
kronis folikel pilosebasea dengan penyebab multifaktor dan manifestasi klinis berupa komedo,
papul, pustul, nodus serta kista. Pada umumnya AV dimulai pada usia (12-15 tahun), dengan
puncak tingkat keparahan pada 17-21 tahun. Akne vulgaris adalah penyakit terbanyak remaja
usia 15-18 tahun.10
Berdasarkan penyebaran kuesioner kepada responden, didapatkan hasil validitas > r-tabel
0.1490. Pada Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar didapatkan
hasil distribusi Akne Vulgaris di Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar
dengan jumlah total 121 responden. Sebanyak 85 responden (70.2%) mengalami positif akne
vulgaris, sedangkan 36 responden (29.8%) negative terhadap akne vulgaris. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah
Makassar menderita akne vulgaris.
Dari hasil yang telah dilakukan dapat dilihat hubungan intensitas wudhu terhadap kejadian
akne vulgaris dinyatakan terdapatnya hubungan diantara kedua variabel tersebut. Hal ini
dibuktikan berdasarkan hasil uji statistik dalam penelitian dengan menggunakan uji Chi-
Square, dimana didapatkan nilai p-value = 0.000 (p < 0.05 ). Hal ini menyatakan bahwa
hipotesis null (Ho) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima, yaitu terdapat hubungan
antara intensitas berwudhu terhadap kejadian akne vulgaris pada Mahasiswa Ma’had Al-Birr
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa makin sering wajah
dibersihkan makin rendah angka kejadian akne vulgaris yang bewudhu >3 kali perhari. Dimana
60
berwudhu dapat mengangkat kelebihan minyak pada kulit dan meluruhkan sel – sel kulit mati.
Tujuan menjaga kebersihan kulit wajah adalah menghilangkan sel – sel kulit mati dan kelebihan
minyak, keringat, kotoran, dan sisa kosmetik. Dalam melakukan berwudhu tindakan
membersihkan kulit wajah dari sebum dan kotoran haruslah tetap dapat mempertahankan
kelembaban yang adekuat dan menjaga integritas stratum korneum kulit.23
Bersih adalah jalan menuju hidayah dan rahmat Allah. Oleh karena itu, islam selalu
menekankan ummatnya untuk selalu menjaga kebersihan sebagaimana yang telah tercantum
dalam Q.S. Al-Ma’idah Ayat 6. Tidak hanya kebersihan anggota tubuh, melainkan juga pada
kebersihan pikiran dan lingkungan tempat tinggal. Sebagaimana dalam kebersihan wajah, bisa
dilakukan melalui berwudhu yang hendak dilakukan sebelum melakukan ibadah.6
Dalam berwudhu, air merupakan sesuatu yang mutlak, tidaklah dikatakan berwudhu
apabila anggota badan tidak terkena air. Air bersifat membersihkan, menyejukkan, dan syifa’
(terapi). Air dalam kaitannya dengan kesehatan sangat banyak manfaatnya, baik sebagai media
bagi obat-obatan maupun air itu sendiri yang dijadikan media bagi pengobatan. Diantaranya
untuk pengobatan berbagai macam penyakit kulit, seperti jerawat, kudis, kulit terbakar dan
bisul.7
Pada akne vulgaris, kelebihan sebum menyebabkan komposisi sebum mengalami
modifikasi dan defisiensi asam linoleat sehingga terjadi pertambahan squalene lalu
menyebabkan penurunan epidermal barrier yang memicu peningkatan kolonisasi P.acnes.
Bakteri ini menghasilkan enzim lipase yang memecah sebum menjadi gliserol dan asam lemak
bebas yang memicu proliferasi hiperkeratosis yang menyumbat duktus. Selanjutnya
61
merangsang proses inflamasi dengan melepaskan kemoatraktan yang menyebabkan rekrutmen
limfosit dan netrofil ke dalam dinding folikel pilosebasea.23
Kelompok usia akne vulgaris rata-rata pada penelitian ini adalah kelompok usia 19 tahun
(81.4%). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa puncak tingkat
keparahan akne vulgaris berkisar pada usia 17-21 tahun. Meskipun sebagian besar prevalensi
penderita akne vulgaris 80 – 85% pada remaja dengan puncak insiden usia 15 – 18 tahun.10
Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara intensitas
berwudhu terhadap kejadian akne vulgaris pada Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar, namun tidak memiliki risiko yang besar. Walaupun tidak begitu
signifikan, namun hasilnya cukup bermakna untuk dapat memotivasi setiap kaum muslim untuk
senantiasa menjaga wudhu sehingga terhindar dari penyakit kulit, khususnya akne vulgaris.
62
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan dan dijabarkan
pada bab-bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh antara intensitas berwudhu terhadap kejadian akne vulgaris pada
Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intensitas berwudhu ada hubungannya
dengan akne vulgaris pada Mahasiswa Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah
Makassar, namun tidak memiliki risiko yang signifikan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bahwa:
1. Masyarakat senantiasa menjaga kebersihan, baik kebersihan diri maupun kebersihan
lingkungan, sehingga akan mengurangi dampak terjadinya akne vulgaris.
63
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai intensitas berwudhu terhadap
derajat keparahan akne vulgaris yang diduga mempengaruhi keadaan psikologis.
3. Diharapkan adanya penelitian lain yang membahas mengenai faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi terjadinya akne vulgaris.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengetahuan berwudhu terhadap
kejadian akne vulgaris.
5. Diharapkan adanya penelitian lain yang juga mengambil sampel pada orang yang
beragama non-islam.
C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini.
Keterbatasan penelitian tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Faktor yang mempengaruhi terjadinya akne vulgaris dalam penelitian ini adalah
tentang kebersihan wajah, yang dimana kulit wajah bisa dijaga dengan tetap senantiasa
berwudhu sebagai bentuk beribadah kepada Allah SWT. Sedangkan masih banyak
faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya akne vulgaris, seperti penggunaan
sabun cuci muka, penggunaan obat-obatan, makanan, hormon, genetik, psikis dan jenis
kulit.
2. Penelitian ini tidak memerhatikan cara responden berwudhu.
3. Penelitian ini hanya membahas mengenai intensitas berwudhu, bukan membahas
bagaimana kualitas wudhu.
4. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuesioner yaitu terkadang
jawaban yang diberikan oleh responden tidak menunjukkan keadaan sesungguhnya.
64
DAFTAR PUSTAKA
1. K. Bhate, H.C. Williams. Epidemiology Of acne vulgaris. 2012 Okt 31.
2. Kabau S. Hubungan Antara Pemakaian Jenis Kosmetik Dengan Kejadian Akne Vulgaris.
Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2012.
3. Yenni, Amin Safrudin, Djawad Khairuddin. Perbandingan Efektivitas Adapelene 0.1% Gel
Dan Isotretinoin 0.05% Gel Yang Dinilai Dengan Gambaran Klinis Serta ProfilInterleukin
1 (IL-1) Pada Acne Vulgaris.JST Kesehatan. 2011: 1(1).
4. Yenny S W, Lestari W.Terapi Akne Vulgaris Berat dengan Azitromisin Dosis Denyut. J
Indon Med Assoc. 2011: 61(4).
5. Tjekyan RM. Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. Jurnal Media Medika
Indonesiana. 2008: 43(1): 6-12.
6. Khulaisie Rusdiana Navlia. Hakikat Kepribadian Muslim. Seri Pemahaman Jiwa Terhadap
Konsep Insan Kamil.Jurnal Reflektika. 2016:Vol. 11, No 11.
7. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia 2013. No. 912 Tentang Kurikulum
Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab. 2013.
8. Afif Muhammad, Khasanah Uswatun. Urgensi Wudhu dan Relevansinya Bagi Kesehatan
(KajianMa’anil Hadits) dalam Perspektif Imam Musbikin. Jurnal Studi Hadist. 2018:Vol.3,
No 2.
65
9. Muzizatullah, Yaumi Muhammad, Getteng Abdurrahman. Sejarah Dan Program
Pendidikan Ma’had Al-Birr Pada Universitas Muhammadiyah Makassar. 2018 Des: Vol.7,
No 2.
10. Bernadette I, Wasitatmadja MS. Akne Vulgaris. Dalam: Menaldi, Sri Linuwih. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ke-7. Jakarta: FKUI. 2018:288-291.
11. AfriyantiRizqun Nisa. Akne Vulgaris Pada Remaja. Medical Faculty Of Lampung
University. 2015: Vol.4, No 6.
12. Marlina, Sartini, Abdul Karim. Efektivitas Beberapa Produk Pembersih Wajah Antiacne
Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat Propionibacterium Acnes. 2018: Vol. 5(1).
13. Gabriella Fabbrocini, M.C. Annunziata, V. D’Arco, dkk. Acne Scars: Pathogenesis,
Classification and Treatment Dermatology Research and Practice. 2010.
14. Ibrahim Su’ad. Shalih Fiqih Ibadah Wanita. Jakarta. 2011:90.
15. Fikri El Syahruddin.Sejarah Ibadah. Jakarta: Republika. 2014:2.
16. ‘Uwaidah Muhammad Kamil Syaikh. Fiqih Wanita Edisi Lengkap. Jakarta: Penerbit
Pustaka Al-kautsar cetakan ke-18. 2005.
17. Sa’di Adil. Fiqhun-Nisa Thaharah-Shalat. Bandung: PT Mizan Publika. 2006:26.
18. Zuhaili Wahbah. Fiqih Imam Syafi’i. Jakarta: Almahira. 2010:Jilid 1(141).
19. Rifa’i Moh.Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra. 2015:16-
17.
20. Azzam Muhammad AA, Hawwas Sayyed WA. Fiqh Ibadah. Jakarta: Amzah. 2009:36.
21. Bin Abdul Qadir Jawas Yazid. Sifat Wudhu dan Shalat Nabi SAW. Penerbit: Pustaka Imam
Asy-Syafi’i. Cetakan ke-3. 2016.
66
22. Ahmad Maryuki I.Turats Tuntunan Praktek Ibadah Terspesial. Lirboyo Pers: Turats
Tamatan. 2011: 27-31.
23. Pratama Adietya Annisa. Hubungan Frekuensi Harian Mencuci Wajah Dan Pemakaian
Sabun Wajah Anti Akne Terhadap Derajat Keparahan Akne Vulgaris Pada Remaja Putri
Di Sman 10 Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Bandarlampung. 2019.
24. Al-Fanjari Ahmad Syauqi. Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
1996.
25. Al-Qaradhawi Yusuf. Fiqih Peradaban: Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan.
Penerjemah Faizah Firdaus. Surabaya: Dunia Ilmu. 1997.
26. Sumantri Arif. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010.
27. Bagir Muhammad. Fiqih Praktis I: Menurut Al-Qur‟an, As-Sunnah dan Pendapat Para
Ulama. Bandung: Penerbit Karisma. 2008.
28. Hasan Muhammad Tholhah. Islam dalam Perspektif Sosio Kultural. Jakarta: Lantabora
Press. 2005.
29. Sehat. Murah dan Berkah melalui Hidroterapi dan Pijat Sholeh Gisymar, Terapi Wudhu:
Kiat Refeleksi. Surakarta: NUUN. 2008.
30. Muhyidin Muhammad. Misteri Energi Wudhu: Keajaiban Fadhilah Energi Wudhu
terhadap Kekuatan Fisik, Emosi dan Hati Manusia. Jogjakarta: DIVA Press. 2007.
LAMPIRAN
A. Analisis Univariat
Frequencies
Statistics
Intensitas Wudhu
N Valid 121
Missing 0
Intensitas Wudhu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sering 59 48.8 48.8 48.8
Jarang 62 51.2 51.2 100.0
Total 121 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
Kejadian Acne
N Valid 121
Missing 0
Mean 1.30
Minimum 1
Maximum 2
Kejadian Acne
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Positif 85 70.2 70.2 70.2
Negatif 36 29.8 29.8 100.0
Total 121 100.0 100.0
B. Analisis Bivariat
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Intensitas Wudhu * Kejadian
Acne 121 100.0% 0 0.0% 121 100.0%
Intensitas Wudhu * Kejadian Acne Crosstabulation
Kejadian Acne
Total Positif Negatif
Intensitas Wudhu Sering Count 31 28 59
% within Intensitas Wudhu 52.5% 47.5% 100.0%
Jarang Count 54 8 62
% within Intensitas Wudhu 87.1% 12.9% 100.0%
Total Count 85 36 121
% within Intensitas Wudhu 70.2% 29.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 17.271a 1 .000
Continuity Correctionb 15.657 1 .000
Likelihood Ratio 17.995 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 17.128 1 .000
N of Valid Cases 121
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,55.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Intensitas
Wudhu (Sering / Jarang) .164 .067 .404
For cohort Kejadian Acne =
Positif .603 .465 .783
For cohort Kejadian Acne =
Negatif 3.678 1.826 7.408
N of Valid Cases 121
Data Responden
No Nama Jenis Kelamin Intensitas Wudhu Kategori Wudhu Akne Kode Akne
1 erlina perempuan sering 1 negatif 2
2 marlin perempuan sering 1 positif 1
3 yusriani perempuan sering 1 negatif 2
4 nurfadilla perempuan sering 1 negatif 2
5 warisma perempuan jarang 2 positif 1
6 riska perempuan jarang 2 positif 1
7 juti perempuan jarang 2 positif 1
8 dewi perempuan jarang 2 positif 1
9 ramlah perempuan sering 1 negatif 2
10 haslinda perempuan sering 1 negatif 2
11 mawar perempuan sering 1 negatif 2
12 safria perempuan sering 1 negatif 2
13 rika perempuan sering 1 negatif 2
14 hiswa perempuan jarang 2 positif 1
15 syahra perempuan sering 1 positif 1
16 fitriani perempuan jarang 2 positif 1
17 jesika perempuan sering 1 negatif 2
18 mllawati perempuan sering 1 negatif 2
19 nurhidaya perempuan sering 1 positif 1
20 nurfaizah perempuan jarang 2 positif 1
21 ummul perempuan sering 1 negatif 2
22 nurlaela perempuan sering 1 negatif 2
23 nihla perempuan sering 1 positif 1
24 auliya perempuan jarang 2 negatif 2
25 nurulhuda perempuan sering 1 negatif 2
26 hilyahtul perempuan jarang 2 negatif 2
27 riskaamal perempuan sering 1 negatif 2
28 dewininda perempuan sering 1 negatif 2
29 nurfa perempuan sering 1 negatif 2
30 sukma perempuan sering 1 negatif 2
31 rina perempuan sering 1 positif 1
32 mantasia perempuan sering 1 negatif 2
33 muhsinah perempuan jarang 2 positif 1
34 neni perempuan sering 1 negatif 2
35 nursatika perempuan jarang 2 positif 1
36 aqidah perempuan sering 1 positif 1
37 nurdarma perempuan sering 1 positif 1
38 sulas perempuan jarang 2 positif 1
39 khaerunnis perempuan jarang 2 positif 1
40 reskiamal perempuan sering 1 positif 1
41 hartiah perempuan sering 1 positif 1
42 iqrawani perempuan jarang 2 positif 1
43 riska perempuan sering 1 positif 1
44 renia perempuan jarang 2 positif 1
45 ariani perempuan sering 1 positif 1
46 nurmala perempuan jarang 2 positif 1
47 penamelin perempuan jarang 2 negatif 2
48 maghfirah perempuan sering 1 positif 1
49 sulastri perempuan sering 1 positif 1
50 nurhikmah perempuan jarang 2 positif 1
51 nona perempuan sering 1 negatif 2
52 hartina perempuan jarang 2 positif 1
53 israwati perempuan jarang 2 positif 1
54 nuramelia perempuan sering 1 positif 1
55 sumiati perempuan jarang 2 negatif 2
56 sriwahyuni perempuan jarang 2 negatif 2
57 miftahul perempuan jarang 2 negatif 2
58 putrihand perempuan jarang 2 positif 1
59 nurfitri perempuan jarang 2 negatif 2
60 firdayani perempuan jarang 2 positif 1
61 ratih perempuan sering 1 positif 1
62 azigha perempuan sering 1 positif 1
63 intantri perempuan sering 1 negatif 2
64 auliaputri perempuan sering 1 positif 1
65 sridamayan perempuan jarang 2 positif 1
66 strabiah perempuan jarang 2 positif 1
67 mitaamir perempuan jarang 2 positif 1
68 asmaulhusn perempuan jarang 2 positif 1
69 miranda perempuan jarang 2 positif 1
70 suciindah perempuan sering 1 positif 1
71 isrmayani perempuan jarang 2 positif 1
72 karyamil perempuan jarang 2 positif 1
73 nurainun perempuan jarang 2 positif 1
74 nurafiqa perempuan sering 1 negatif 2
75 dinasanti perempuan sering 1 positif 1
76 sabrina perempuan sering 1 negatif 2
77 sahril laki-laki sering 1 positif 1
78 aswar laki-laki jarang 2 positif 1
79 akmal laki-laki jarang 2 positif 1
80 imran laki-laki sering 1 positif 1
81 muhasrul laki-laki jarang 2 positif 1
82 jhones laki-laki sering 1 negatif 2
83 fikun laki-laki jarang 2 negatif 2
84 ahmaddzul laki-laki jarang 2 positif 1
85 acing laki-laki jarang 2 positif 1
86 abdwahab laki-laki sering 1 positif 1
87 idris laki-laki jarang 2 positif 1
88 jaelani laki-laki jarang 2 positif 1
89 alwin laki-laki sering 1 positif 1
90 sarif laki-laki sering 1 positif 1
91 muhrustam laki-laki sering 1 negatif 2
92 ivan laki-laki jarang 2 positif 1
93 zainal laki-laki jarang 2 positif 1
94 nurmahmudi laki-laki jarang 2 positif 1
95 adam laki-laki jarang 2 positif 1
96 nurtaqwa laki-laki jarang 2 positif 1
97 erwin laki-laki sering 1 positif 1
98 vizal laki-laki jarang 2 positif 1
99 muharwan laki-laki jarang 2 positif 1
100 ilham laki-laki jarang 2 positif 1
101 bangsawan laki-laki sering 1 positif 1
102 trisno laki-laki jarang 2 positif 1
103 hosdir laki-laki sering 1 negatif 2
104 fatur laki-laki jarang 2 positif 1
105 alimuddin laki-laki jarang 2 positif 1
106 muhilham laki-laki sering 1 positif 1
107 sahrul laki-laki jarang 2 positif 1
108 irfan laki-laki jarang 2 positif 1
109 idam laki-laki sering 1 negatif 2
110 jafran laki-laki jarang 2 positif 1
111 fauzan laki-laki jarang 2 positif 1
112 iqbal laki-laki sering 1 negatif 2
113 ilmal laki-laki jarang 2 positif 1
114 andika laki-laki jarang 2 positif 1
115 aliakbar laki-laki sering 1 positif 1
116 resky laki-laki jarang 2 positif 1
117 muhazwan laki-laki jarang 2 positif 1
118 nuralam laki-laki sering 1 positif 1
119 izul laki-laki jarang 2 positif 1
120 muharhab laki-laki sering 1 positif 1
121 basruddin laki-laki sering 1 positif 1
KUESIONER
=====================================================================
Intensitas Wudhu
1. Apakah Anda berwudhu terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas apapun?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah Anda berwudhu sebelum membaca Al-Qur’an?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah Anda berwudhu setelah mandi?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah Anda segera mengambil air wudhu setelah berhadats?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah Anda berwudhu sebelum tidur?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah Anda berwudhu saat merasa mengantuk?
a. Ya
b. Tidak
Akne vulgaris
1. Apakah saat ini diwajah Anda terdapat komedo/jerawat?
a. Ya
b. Tidak
(Jika Ya, lanjutkan pertanyaan dibawah)
2. Apa Anda merasa terganggu dengan komedo/jerawat tersebut?
a. Ya
b. Tidak
KUESIONER
=====================================================================
3. Apakah komedo/jerawat di wajah Anda terasa gatal?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah komedo/jerawat di wajah Anda berjumlah >15?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah komedo/jerawat di wajah Anda berjumlah >50?
a. Ya
b. Tidak
Komedo hitam Komedo putih
Jerawat
HASIL VALIDASI INTENSITAS WUDHU
Correlations
pw1 pw2 pw3 pw4 pw5 pw6 pw_tot
pw1 Pearson Correlation 1 .241** .041 .360** .179* .207* .566**
Sig. (2-tailed) .008 .657 .000 .049 .023 .000
N 121 121 121 121 121 121 121
pw2 Pearson Correlation .241** 1 -.031 .255** -.246** .256** .440**
Sig. (2-tailed) .008 .738 .005 .007 .005 .000
N 121 121 121 121 121 121 121
pw3 Pearson Correlation .041 -.031 1 .366** .189* .159 .556**
Sig. (2-tailed) .657 .738 .000 .038 .082 .000
N 121 121 121 121 121 121 121
pw4 Pearson Correlation .360** .255** .366** 1 .156 .223* .718**
Sig. (2-tailed) .000 .005 .000 .088 .014 .000
N 121 121 121 121 121 121 121
pw5 Pearson Correlation .179* -.246** .189* .156 1 .156 .430**
Sig. (2-tailed) .049 .007 .038 .088 .089 .000
N 121 121 121 121 121 121 121
pw6 Pearson Correlation .207* .256** .159 .223* .156 1 .604**
Sig. (2-tailed) .023 .005 .082 .014 .089 .000
N 121 121 121 121 121 121 121
pw_tot Pearson Correlation .566** .440** .556** .718** .430** .604** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 121 121 121 121 121 121 121
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
HASIL VALIDASI AKNE VULGARIS
Correlations
pa1 pa2 pa3 pa4 pa5 pa_tot
pa1 Pearson Correlation 1 .981** .678** .492** .149 .952**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .104 .000
N 121 121 121 121 121 120
pa2 Pearson Correlation .981** 1 .656** .464** .152 .936**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .097 .000
N 121 121 121 121 121 120
pa3 Pearson Correlation .678** .656** 1 -.031 .143 .705**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .734 .118 .000
N 121 121 121 121 121 120
pa4 Pearson Correlation .492** .464** -.031 1 .302** .607**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .734 .001 .000
N 121 121 121 121 121 120
pa5 Pearson Correlation .149 .152 .143 .302** 1 .360**
Sig. (2-tailed) .104 .097 .118 .001 .000
N 121 121 121 121 121 120
pa_tot Pearson Correlation .952** .936** .705** .607** .360** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).