Download - Tekno Kep Fix
A. PENDAHULUAN
Latar belakang
Paradigma sehat menjadi orientasi baru di Indonesia dimana upaya penanggulangan
masalah kesehatan lebih ditonjolkan pada aspek peningkatan dan pencegahan serta penekanan
pada mutu pelayanan kesehatan. Paradigma baru ini berakibat pada tingginya kompetisi di
sektor kesehatan, baik pemerintah, swasta, dan asing akan semakin keras untuk merebut pasar
yang semakin terbuka bebas. Selain itu, masyarakat menuntut seluruh kebutuhan pelayanan
kesehatan dan pelayanan yang terkait dengan kebutuhan pasien harus dapat dilayani secara
mudah, cepat, akurat, bermutu dengan biaya terjangkau. Untuk menciptakan pelayanan seperti
itu maka diperlukanlah suatu sistem informasi manajemen yang terintegrasi, komunikatif dan
efisien. Sistem informasi manajemen keperawatan menjadi bagian yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pelayanan yang berorientasi pada konsumen tersebut.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi
pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. Namun pada realitanya dilapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan masih
bersifar manual dan konvensional, belum disertai dengan sistem /perangkat tekhonolgi yang
memadai, dan ini pun berdampak terhadap kepuasan kerja perawat yang dirasakan baik oleh
pengguna dalam hal ini pasien, oleh sesama rekan sejawat, dan profesi lain.
Hal diatas juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lipincolt disebuah Rumah
sakit menunjukan bahwa ada 87 % perawat yang bekerja ekstra lebih dari 12 jam karena merka
harus menyelesaikan pendokumentasian secara konvensional. Berkaitan dengan ini maka
dibentuk sebuah sub komite teknologi untuk menentukan apakah teknologi dapat meningkatkan
mutu pelayanan, efesienfi kerja, kepuasan untuk pengguna jasa keperawatan (Hakin, 2005).
Isu-isu yang berkaitan dengan teknologi dalam keperawatan adalah berkaitan dengan
jenis teknologi yang dilakukan perawat dalam melakukan pendokumentasian keperawatan,
pembatasan pengguanaan teknologi untuk keselamatan pasien, sikap perawat sendiri terhadap
teknologi, ketersediaan dan penggunaan teknologi di pelayanan tidak didistribusikan secara
merata. Berkaitan dengan hal diatas akan dibahas lebih mendalam lagi pada artikel ini yang akan
menggambarkan perkembangan teknologi keperawatan didunia dan di Indonesia
B. PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN TEKNOLOGI
Teknologi bagi kita merupakan pengetahuan terhadap penggunaan alat dan kerajinan,
danbagaimana hal tersebut mempengaruhi kemampuan untuk mengontrol dan beradaptasi
dengan lingkungan alamnya. Kata teknologi berasal dari bahasa Yunani technología
(τεχνολογία) ‐ TECHNE(τέχνη), 'kerajinan' dan‐Logia (‐λογία), studi tentang sesuatu, atau
cabang pengetahuan dari suatudisiplin. Teknologi juga dapat diartikan benda‐benda yang
berguna bagi manusia, seperti mesin,tetapi dapat juga mencakup hal yang lebih luas, termasuk
sistem, metode organisasi, dan teknik.
Istilah ini dapat diterapkan secara umum atau spesifik: contoh‐contoh mencakup "teknologi
konstruksi", "teknologi medis", atau "state‐of‐the‐art teknologi"Kita menggunakan teknologi
dimulai dengan konversi sumber dayaalam menjadi peralatan sederhana. Penemuan yang
prasejarah kemampuan untuk mengendalikan api sehingga dapat mengolah makanan dan
penemuan roda membantu manusia dalam perjalanan di dalam dan mengendalikan lingkungan
mereka. Teknologi juga dapat diartikan sebagai berikut :
1. proses yang meningkatkan nilai tambah
2. produk yang digunakan dan dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja
3. Struktur atau sistem di mana proses dan produk itu dikembamngkan dan digunakan
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena
kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuanm ilmu pengetahuan. Setiap inovasi
diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak
kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang
teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang
telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun demikian, walaupun pada awalnya diciptakan
untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga juga memungkinkan digunakan untuk hal
negatif.
Perkembangan teknologi terbaru, termasuk mesin cetak, telepon, dan Internet, mengatasi
hambatan fisik untuk komunikasi dan memungkinkan manusia untuk berinteraksi dengan bebas
pada skala global atau luas. Namun, tidak semua teknologi ini telah digunakan untuk tujuan
damai; pengembangan senjata yang semakin meningkat kekuatan destruktif telah berkembang
sepanjang sejarah, dari klub untuk senjata nuklir. Teknologi telah mempengaruhi masyarakat dan
sekitarnya dalam beberapa cara. Dalam masyarakat, teknologi telah membantu mengembangkan
ekonomi yang lebih maju (termasuk ekonomi global saat ini). Tetapi banyak proses‐proses
teknologi juga menghasilkan produk yangtidak diinginkan atau mengakibatkan sesuatu hal,
contohnya polusi, dan menguras sumber daya alam, dengan merusak bumi dan lingkungannya.
Berbagai implementasi teknologi mempengaruhi nilai‐nilai masyarakat dan teknologi baru sering
menimbulkan pertanyaan‐pertanyaan etika baru.
Contohnya meliputi munculnya gagasan tentang efisiensi dalam hal produktivitas manusia,
istilah yang awalnya hanya berlaku bagi mesin, dan tantangan dari norma‐norma tradisional.
Perdebatan filosofis telah muncul di masa kini dan masa depan menggunakan teknologi dalam
masyarakat, dengan teknologi ketidaksepakatan mengenai apakah memperbaiki kondisi manusia
atau memburuk itu. Neo‐Luddism, anarko‐primitivisme, dan gerakan‐gerakan serupa mengkritik
pervasiveness teknologi dalam dunia modern, opining bahwa itu merugikan lingkungan dan
mengasingkan rakyat; pendukung ideologi seperti transhumanism dan techno‐progresivisme
melihat kemajuan teknologi terus bermanfaat untuk masyarakat dan kondisi manusia. Memang,
sampai saat ini, diyakini bahwa perkembangan teknologi dibatasi hanya untuk manusia, tetapi
penelitian ilmiah baru‐baru ini menunjukkan bahwa primata lain dan masyarakat lumba‐lumba
tertentu telah mengembangkan alat yang sederhana dan belajar untuk menyampaikan
pengetahuan mereka kepada generasi yang lain.
The Merriam‐Webster menawarkan definisi dari istilah: "aplikasi praktis dari pengetahuan
khususnya di daerah tertentu" dan "kemampuan yang diberikan oleh aplikasi praktis dari
pengetahuan". Ursula Franklin, di 1989 "Real World of Teknologi "kuliah, memberi definisi lain
dari konsep; itu adalah" praktik, cara kita melakukan hal‐hal di sini ". Istilah ini sering digunakan
untuk menyiratkan bidang tertentu teknologi, atau untuk mengacu pada teknologi tinggi atau
hanya konsumen elektronik, daripada teknologi secara keseluruhan. Bernard Stiegler, di Teknik
dan Time, mendefinisikan teknologi dalam dua cara:
a. sebagai "pengejaran kehidupan dengan cara selain hidup",
b. dan sebagai "yang diselenggarakan materi anorganik."
1. Teknologi sebagai Barang Buatan Manusia
Pengertian teknologi yang tertua, sangat sederhana, dan paling umum dikenal orang ialah
sebagai barang buatan dari manusia. Mengapa manusia sejak zaman yang amat kuno perlu
membikin berbagai barang buatan seperti kapak, palu, pengungkit, perahu, dan kereta?
Jawabannya yang paling masuk akal adalah karena manusia merupakan suatu makhluk yang
amat rapuh jasmaninya Menurut Lord Ritchie‐Calder, dari masa yang tertua dan mulai dengan
alat‐alat yang paling ederhana, setiap penemuan dan penciptaan berdasarkan pada kenyataan
bahwa manusia bukan hanya suatu makhluk perseptual melainkan juga suatu makhluk
konseptual yang mampu mengamati, mengingat, dan menjajarkan gambaran angan‐angan. Ia
dapat membuat suatu perancangan mental, suatu khayalan tekno‐puitis, bahkan bilamana sarana
untuk senyatanya membuatnya tidak tersedia.
Menurut sejarahnya, ada dua titik waktu yang sangat penting dalam perkembangan teknologi
menurut A. Gehlen (Man in the Age of Technology), yaitu:
a. Revolusi neolitik: mulai titik waktu ini manusia beralih dari hidup mengembara dan
berburu
ke keadaan hidup menetap dengan mengembangkan pertanian dan pemeliharaan hewan.
b. Revolusi industri: berkembangnya kebudayaan mesin yang memenuhi kebutuhan
manusia
dan mengubah tatanan hidupnya.
Teknologi sebagai barang buatan manusia memiliki tiga ragam dasar yang sekaligus
menunjukkan
perkembangan historis yang berlainan. Hal ini adalah pendapat dari seorang ahli yaitu Ladislav
Tondl. Ragam dasar itu adalah:
1) Alat
Suatu benda yang bergerak semata‐mata berdasarkan tenaga dari otot manusia. Pada
umumnya manusialah yang membimbing dan mengendalikan alat‐alat, dengan demikian
manusia jugalah yang menjadi sumber informasi.
2) Mesin
Sesuatu sistem peralatan yang tidak menggunakan tenaga manusia, melainkan
sumbersumber tenaga di luar manusia, tetapi masih tetap memerlukan manusia untuk
membimbing dan mengendalikannya.
3) Automaton
Perlengkapan teknologi yang paling tinggi ragamnya dan paling canggih. Perlengkapan
ini (berdasarkan asas sibernetika yang menggantikan fungsi pengendalian : manusiawi)
mampu membuat keputusan dan mengatur sendiri.
2. Teknologi sebagai Kegiatan Manusia
Pengertian teknologi sebagai barang buatan kurang lengkap dan terlampau sempit. Barang
buatan hanyalah suatu hasil akhir dari sebuah proses atau rangkaian kegiatan yang telah
berlangsung sebelumnya. Oleh karena itu, pembahasan tentang pengertian teknologi harus
menjelaskan kegiatan apa atau bagaimana yang telah terjadi sehingga menghasilkan berbagai
barang buatan dati manusia itu. Kegiatan manusia yang termasuk pengertian teknologi pada
pokoknya dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu membuat dan menggunakan. Membuat adalah
kegiatan merancang dan menciptakan sesuatu barang buatan, sedang menggunakan adalah
melakukan sesuatu kegiatan sesuai dengan fungsi suatu barang buatan yang telah dibuat. Sebagai
contoh misalnya pembuatan perahu pada zaman dahulu, orang harus terlebih dahulu membuat
kapak, palu, gergaji, dan alat pengukur. Kemudian barulah orang membuat perahu dengan
menggunakan alatalat itu. Jadi, dalam pembuatan suatu perahu yang senyatanya dilakukan dua
jenis kegiatan membuat dan menggunakan. Dalam zaman modem,sekarang, kegiatan
menggunakan berbagai peralatan, mesin, dan perlengkapan lainnya dalam pabrik untuk
memproduksi (membuat) sesuatu barang buatan tampak lebih menonjol. Kedua kegiatan
membuat dan kegiatan menggunakan itu sebagai teknologi harus dibedakan. Dengandemikian,
jelaslah kini apa yang dimaksud dengan teknologi sebagai kegiatan manusia.
Tetapi tidak setiap kegiatan manusia adalah teknologi, melainkan hanyalah kegiatan yang
mempunyai dua ciri pokok, yaitu efisien dan memiliki tujuan tertentu.
3. Teknologi sebagai Kumpulan Pengetahuan
Analisis yang lebih mendalam lagi terhadap teknologi sebagai kegiatan manusia yang secara
sistematis Iangkah demi langkah dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu secara efisien
sampai pada faktor pengetahuan yang mendasari kegiatan itu Pengetahuan ini harus dipelajari
oleh manusia baik dari pengalaman sendiri maupun dari sumber‐sumber lain untuk dapat
melakukan kegiatan yang merupakan teknologi. Seorang ahli Tom Burns mengartikan teknologi
sebagai kumpulan pengetahuan, tetapi pengetahuan itu dibedakan menjadi dua kelompok, yakni
pengetahuan yang masih terdapat pada bangsa yang terbelakang atau kurun masa sebelum
industrialisasi zaman modern dan pengetahuan yang telah bersangkut paut dengan masyarakat‐
masyarakat industri. Atau dapat dikatakan, pengertian
teknologi sebagai kumpulan pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
pengetahuan yang masih bersifat tradisional sebelum terjadinya industrialisasi dan pengetahuan
yang telah bercorak modem dalam masyarakat industri untuk produksi berbagai barang danjasa.
2. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DALAM KEPERAWATAN
Era globalisasi dan era informasi yang akhir-akhir ini mulai masuk ke Indonesia telah
membuat tuntutan-tuntutan baru di segala sektor dalam Negara kita. Tidak terkecuali dalam
sektor pelayanan kesehatan, era globalisasi dan informasi seakan telah membuat standar baru
yang harus dipenuhi oleh seluruh pemain di sektor ini. Hal tersebut telah membuat dunia
keperawatan di Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan
keperawatan yang berbasis teknologi informasi. Namun memang kita tidak bisa menutup mata
akan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh keperawatan di Indonesia, diantaranya adalah
keterbatasan SDM yang menguasai bidang keperawatan dan teknologi informasi secara terpadu,
masih minimnya infrastruktur untuk menerapkan sistem informasi di dunia pelayanan, dan masih
rendahnya minat para perawat di bidang teknologi informasi keperawatan.
Kualitas atau mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit bergantung kepada kecepatan,
kemudahan, dan ketepatan dalam melakukan tindakan keperawatan yang berarti juga pelayanan
keperawatan bergantung kepada efisiensi dan efektifitas struktural yang ada dalam keseluruhan
sistem suatu rumah sakit. Pelayanan rumah sakit setidaknya terbagi menjadi dua bagian besar
yaitu pelayanan medis dan pelayanan yang bersifat non-medis, sebagai contoh pelayanan medis
dapat terdiri dari pemberian obat, pemberian makanan, asuhan keperawatan, diagnosa medis, dan
lain-lain.
Ada pun pelayanan yang bersifat non medis seperti proses penerimaan, proses
pembayaran, sampai proses administrasi yang terkait dengan klien yang dirawat merupakan
bentuk pelayanan yang tidak kalah pentingnya. Pelayanan yang bersifat medis khususnya di
pelayanan keperawatan mengalami perkembangan teknologi informasi yang sangat membantu
dalam proses keperawatan dimulai dari pemasukan data secara digital ke dalam komputer yang
dapat memudahkan pengkajian selanjutnya, intervensi apa yang sesuai dengan diagnosis yan
sudah ditegakkan sebelumnya, hingga hasil keluaran apa yang diharapkan oleh perawat setelah
klien menerima asuhan keperawatan, dan semua proses tersebut tentunya harus sesuai dengan
NANDA, NIC, dan NOC yang sebelumnya telah dimasukkan ke dalam database program
aplikasi yang digunakan.
Namun ada hal yang perlu kembali dipahami oleh semua tenaga kesehatan yang menggunakan
teknologi informasi yaitu semua teknologi yang berkembang dengan pesat ini hanyalah sebuah
alat bantu yang tidak ada gunanya tanpa intelektualitas dari penggunanya dalam hal ini adalah
perawat dengan segala pengetahuannya tentang ilmu keperawatan.
Sistem ini mempermudah perawat memonitor klien dan segera dapat memasukkan data
terkini dan intervensi apa yang telah dilakukan ke dalam komputer yang sudah tersedia di setiap
bangsal sehingga akan mengurangi kesalahan dalam dokumentasi dan evaluasi hasil tindakan
keperawatan yang sudah dilakukan. Pelayanan yang bersifat non-medis pun dengan adanya
perkembangan teknologi informasi seperi sekarang ini semakin terbantu dalam menyediakan
sebuah bentuk pelayanan yang semakin efisien dan efektif, dimana para calon klien rumah sakit
yang pernah berobat atau dirawat di RS idak perlu lagi menunggu dalam waktu yang cukup lama
saat mendaftarkan diri karena proses administrasi yang masih terdokumentasi secara manual di
atas kertas dan membutuhkan waktu yang cukup lama mencari data klien yang sudah tersimpan,
ataupun setelah sekian lama mencari dan tidak ditemukan akhirnya klien tersebut diharuskan
mendaftar ulang kembali dan hal ini jelas menurunkan efisiensi RS dalam hal penggunaan kertas
yang tentunya membutuhkan biaya. Bandingkan bila setiap klien didaftarkan secara digital dan
semua data mengenai klien dimasukkan ke dalam komputer sehingga ketika data-data tersebut
dibutuhkan kembali dapat diambil dengan waktu yang relatif singkat dan akurat.
Perkembangan teknologi informasi merupakan salah satu perkembangan peradaban
manusia mengenai penyampaian informasi. Perkembangan ini dimulai sejak zaman pra sejarah
sampai sekarang. Salah satu peran perawat adalah sebagai peneliti. Untuk itu, perawat perlu
melakukan riset yang berhubungan isu-isu keperawatan, antara lain: praktik keperawtan,
pendidikan keperawatan, dan administrasi keperawatan guna meningkatkan kemampuannya.
Untuk memudahkan riset yang dilakukan maka perawat perlu memanfaatkan perkembangan
teknologi informasi yang sudah ada baik dalam hal pengolahan data, penulisan, penyimpanan,
atau pun publikasi hasil riset yang telah perawat lakukan. Perkembangan teknologi informasi
mulai merambah dunia keperawatan. Kebutuhan layanan kesehatan juga termasuk keperawatan
yang cepat, efisien dan efektif menjadi tuntutan masyarakat modern saat ini. Dengan
perkembangan teknologi yang semakin pesat, istilah telemedicine, telehealth dan telenursing
menjadi popular sebagai salah satu model layanan kesehatan. (Martono
N. www.inna.ppni.org .2006).
Teknologi informasi dapat dimanfaatkan dalam bidang perkembangan riset keperawatan
berbasis informatika kesehatan. Dapat juga digunakan dikampus dengan video conference,
pembelajaran on line dan Multimedia Distance Learning. Pengolahan data dalam riset
keperawatan perlu ketelitian, dengan perhitungan menggunakan teknologi informasi yang sudah
ada maka kesalahan dalam perhitungan dapat diminimalkan agar dasar-dasar keilmuan yang
nantinya akan menjadi landasan dalam kegiatan praktik klinik, pendidikan, dan menejemen
keperawatan dapat diperkuat.
Penggunaan teknologi informasi dalam riset keperawatan juga untuk pendokumentasian
hasil riset yang telah dilakukan. Setelah itu, perlu mempublikasikan hasil riset keperawatan
sebagai ilmu untuk perawat lain dan masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan isu
keperawatan. Semua proses yang dibutuhkan dalam melakukan riset keperawtan pun akan lebih
mudah dan efektif.
Seiring dengan pesatnya kebutuhan akan penggunaan teknologi informasi, perawat juga
perlu berpartisipasi memanfaatkan teknologi yang sudah ada agar kegiatan yang dilakukan
menjadi lebih efisien, salah satunya untuk riset keperawatan. Penggunaan teknologi informasi
dalam riset keperawatan dapat digunakan untuk pengolahan data, penulisan hasil riset,
penyimpanan, metode baru dalam pendokumentasian, peningkatan akses informasi,
pengembangkan kemampuan pengambilan keputusan yang dapat membantu melakukan
perubahan dalam profesionalisasi perawat serta publikasi hasil riset keperawatan.
Sebagai perawat yang mampu mengikuti perkembangan zaman, guna meningkatkan
profesionalisme dan kemampuan maka pemanfaatan teknologi harus benar-benar digunakan
untuk kegiatan yang dilakukan oleh perawat termasuk melakukan riset.
Teknologi secara dramatis mengubah cara di mana perawat mendiagnosa, mengobati,
merawat dan mengelola pasien. Teknologi dalam praktek keperawatan berdasarkan beberapa
hasil riset dapat dijadikan salah satu solusi untuk memberikan asuhan kepada klien dan juga
dapat meningkatkan komunikasi keperawatan dan pendokumentasi secara efisiensi.
Kepemimpinan Perawatan di Klinik Cleveland berpendapat bahwa kualitas asuhan
keperawatan yang baik tergantung individu, dalam hal ini adalah perawat, proses dan teknologi.
Perawat memainkan peran penting dalam menentukan dan melaksanakan strategi untuk sistem
teknologi yang inovatif dan proses yang akan menghasilkan mutu pelayanan asuhan keperawatan
yang baik serta dalam prakteknya. Selain itu perawat pun diharapkan dapat berpartisipasi dalam
perencanaan strategis multidisiplin untuk menentukan solusi sistem yang mendukung perawatan
pasien, menetapkan standar untuk aplikasi klinis, sesuai dengan standar yang berlaku (ANAI,
2010).
Hal diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas asuhan dengan menerapkan sebuah system
berhubungan juga dengan organisasi dan manusia pengolahnya. Oleh karena itu ada beberapa
konsep yang harus dipahami dalam menyelenggarakan sistem ini diantaranya adalah (Davis,
1999):
1. Informasi
Informasi menambahkan sesuatu pada penyajian. Yaitu berhubungan dengan waktu dan
mutu.
2. Manusia pengolah informasi
Kemampuan manusia pengolah informasi akan menentukan keterbatasan dalam sistem
informasi dan memberikan gambaran dasar-dasar rancangan mereka.
3. Konsep sistem
Konsep sistem perlu dipahami dan merancang pengembangan sistem informasi yang ada
karena sistem informasi manajemen itu sendiri adalah sebuah sistem.
4. Konsep organisasi dan manajemen
Sistem informasi dirancang untuk mendukung fungsi manajemen. Informasi merupakan hal
penting dalam penentuan keputusan organisasi.
5. Konsep pengambilan keputusan
Rancangan SIM bukan hanya harus mencerminkan rancangan rasional terhadap optimasi,
tetapi jugateori pengambilan keputusan dalam perilaku organisasi.
6. Nilai informasi
Informasi akan mengubah keputusan. Perubahan nilai-nilai hasil akan menentukan nilai
informasi.
Saat ini berbagai sistem teknologi untuk merawat pasien dilapangan mulai berkembang,
dan perawat mulsi memikirkan bagaimana teknologi dapat mempengaruhi praktek keperawatan,
meningkatkan praktek keperawatan serta mutu asuhan keperawatan.Dalam hal ini perawat
mampu sebagai pendidik, analis sistem, seorang analis web, koordinator keamanan dan
administrator sistem yang fokus adalah untuk meningkatkan praktek keperawatan melalui
penggunaan kreatif teknologi, memaksimalkan produktivitas perawatan, perbaikan infrastruktur
dan lingkungan kerja lebih mendukung dunia kelas Clinic keunggulan dalam perawatan
pasien.Perawat diharapkan dapat member inovasi bersama untuk memperbaiki cara perawat
berkomunikasi dengan satu sama lain, dengan profesi lain dan dengan pasien.perawat harus
melihat teknologi sebagai alat untuk mendukung, bukan menghambat, serta memberi dampak
positif bagi praktek keperawatan di masa depan (Briggs,2006).
Berkaitan dengan penguasaan teknologi oleh perawat dilakukan Analis Klinis di
Departemen Informatika Keperawatan Cleveland klinik Amerika bahwa Perawat memiliki
peluang untuk melakukan teknologi inovatif dalam rangka meningkatkan praktek klinis dengan
terlebih dahulu menganalisis alur kerja praktek klinis pada saat ini. Berdasarkan pengamatan ini,
mereka memfasilitasi desain dan pengembangan, pengujian, implementasi, pelatihan dan
evaluasi sistem klinis otomatis. Informatika klinis analis memfasilitasi kelompok kerja dari staf
perawat untuk memvalidasi desain aplikasi dan untuk mempelajari dan mengukur dampak
teknologi pada peningkatan praktek keperawatan tertentu dan proses (Boodman, 2005).
Pendekatan kolaboratif Keperawatan, Kualitas Pendidikan dan Penelitian Instruktur
Klinis di Departemen Keperawatan Informatika juga perawat menyediakan pelatihan aplikasi
terpusat untuk tenaga perawat untuk mendukung aplikasi klinis baru atau revisi
diimplementasikan pada unit keperawatan. Bekerja bersama-sama dengan para manajer perawat,
staf keperawatan, dan Departemen Pendidikan Keperawatan & Professional Development - NI
Klinis Instruktur memberikan dukungan instruksi dan pengguna untuk mempermudah
pengenalan teknologi baru ke dalam keperawatan (Bluementhal,2006).
Selain itu banyak juga penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan teknolodi dalam
keperawatan yang berkaitan dengan semakin mudahnya mengumpulkan informasi,keselamatan
pasien,kepuasan pasien,kepuasan kerja,kemajuan karir perawat dan sebagainya.Beberapa hasil
penelitan yang berkaitan dengan hal diatas adalah sebagai berikut (Ane, 2010) :
1. Kebanyakan perawat mengindikasikan bahwa mereka akan tertarik ke pengaturan kerja yang
menggunakan teknologi, termasuk 100% dari perawat bekerja kurang dari dua
tahun, 69,2% dari mereka yang bekerja 2 sampai 5 tahun, dan 79,5% dari mereka
digunakan 5 sampai 10 tahun. Pengawas dan administrator juga telah sangat menarik (79%)
untuk pengaturan kerja yang menggunakan teknologi.
2. Dari perawat menggunakan teknologi di tempat kerja, mayoritas setuju bahwa
teknologi meningkatkan efisiensi perawat dan memberikan kontribusi untuk meningkatkan
kualitas perawatan pasien. Persentase dari semua responden setuju perawat bahwa
penggunaan jenis tertentu teknologi peningkatan efisiensi berkisar dari 63,7% menjadi
86,4%; mereka setuju bahwa penggunaannya berdampak positif
kualitas berkisar dari 59,4% menjadi 85,4% .
3. Jenis-jenis, antara lain internet yang setuju memiliki dampak terbesar pada peningkatan
efisiensi perawat, adalah: sistem bisnis dukungan manajemen dan diagnostik, terapeutik, dan
sistem pemantauan klinis (Barbara,2006);
a. non-akut sistem informasi perawatan khusus yang banyak interkoneksi fungsi dalam
satu departemen (contoh: perilaku kesehatan, pra-rumah sakit, rehabilitasi perawatan,
jangka panjang, rawat jalan, rumah sakit, kesehatan rumah atau penelitian);
b. Sistem informasi perawatan akut khusus yang interkoneksi fungsi ruang operasi, area
perawatan peri-operasi dan kritis atau kebidanan, departemen peri-natal dan darurat,
dan
c. Sistem informasi kesehatan .
4. Perawat yang bekerja di lembaga-lembaga perawatan kesehatan di rumah melaporkan tingkat
tertinggi (84,0%) dengan pernyataan: sistem dokumentasi klinis meningkatkan efisiensi
perawat, perawat yang bekerja di rumah sakit melaporkan kedua terendah (55,2%) dan
mereka dalam perawatan jangka panjang fasilitas terendah
5. Perawat bekerja di perguruan tinggi dan universitas atau di rumah perawatan kesehatan
(70,0% dan 68,0%, masing-masing), melaporkan tingkat tertinggi kesepakatan bahwa
penggunaan sistem dokumentasi klinis meningkatkan kualitas pelayanan; perawat bekerja
dirumah sakit melaporkan tingkat terendah (51,8%)
6. Perawat bekerja di fasilitas hidup dibantu dan praktek dokter (100% dan 93,7%, masing-
masing) melaporkan tingkat tertinggi perjanjian dengan pernyataan: pengobatan,
laboratorium dan sistem manajemen guna meningkatkan perawat efisiensi; perawat bekerja
di rumah sakit melaporkan kedua terendah tingkat perjanjian (72,2%) dan orang-orang di
lembaga perawatan rumah kesehatan, terendah (71,4%)
7. Perawat bekerja di praktek dokter atau di perguruan tinggi dan universitas (93,7% dan 80%,
masing-masing), melaporkan tingkat tertinggi perjanjian bahwa penggunaan obat,
laboratorium dan sistem manajemen pesanan meningkatkan kualitas pelayanan, perawat yang
bekerja di rumah sakit dan kesehatan rumah lembaga perawatan ((72,5% dan 71,4%, masing-
masing) melaporkan tingkat terendah perjanjian
8. Yang paling banyak dilaporkan teknologi yang digunakan oleh perawat dalam praktek itu,
dalam rangka frekuensi, internet, intranet, dan informasi rumah sakit system
Fenomena diatas merupakan gambaran perkembangan teknologi dalam keperawatan serta
pentingnya teknologi kepeawatan di internasional, sedangkan Isu yang berkembang di Indonesia
saat ini, terutama di area pelayanan kesehatan rumah sakit adalah apabila Sistem teknologi dalam
keperawatan kan menyebabkan biaya yang dikeluarkan menjadi lebih besar atau berkurang,
apakah membantu mencapai tujuan yang diharapkan, apakah jumlah SDM keperawatan dapat
dikurangi serta apakah akan berkesinambungan dan secara terus-menerus akan dipergunakan.
Secara rinci Uli Agustine (2008) dalam artikelnya menuliskan bahwa kecenderungan issue yang
berkembang adalah sebagai berikut :
1. Semakin tingginya beban kerja perawat di rumah sakit menuntut adanya suatu sistem
teknologi informasi yang mampu mengatasinya. Tuntutan adanya dokumentasi
keperawatan yang lengkap dengan hanya menggunakan cara manual tulisan tangan
selama ini hanya menambah beban kerja perawat dan semakin mengurangi jumlah waktu
perawat bersama pasien
2. Sistem informasi keperawatan di luar negeri sudah modern dan canggih dengan
memanfaatkan sistem teknologi informatika, sehingga perawat di luar negeri mampu
bekerja secara efisien dan dan berkualitas tinggi. Kondisi tersebut diharapkan mampu
diikuti oleh perawat di Indonesia.
3. Perlunya keperawatan di Indonesia memiliki sistem informasi manajemen keperawatan
dalam melakukan pelayanan kepada pasien di rumah sakit, sehingga perawat bisa bekerja
lebih efektif dan efisien.
4. Pelaksanaan proses asuhan keperawatan akan lebih cepat, efektif dan efisien dengan
menggunakan teknologi
5. Diharapkan hari rawat pasien lebih cepat karena interaksi pasien-perawat lebih banyak
sehingga tujuan asuhan keperawatan lebih cepat tercapai
6. Profesionalisme perawat akan semakin meningkat dan pengakuan kesetaraan antara
profesi perawat dengan medis akan lebih baik.
7. Citra perawat di masyarakat dan diantara profesi lain akan semakin baik.
8. Penggunaan SIM keperawatan akan meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit
9. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) mulai tahun 2001 telah
mengembangkan suatu sistem asuhan keperawatan yang berbasis dengan komputer.
Sampai saat ini sistem ini baru digunakan untuk proses akademik pembelajaran komputer
keperawatan. Sistem informasi asuhan keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan masih
dalam tahap awal dan masih memerlukan penyempurnaan (Haryati, 2001). Diharapkan
sistem informasi asuhan keperawatan FIK-UI di masa datang dapat mempercepat
perkembangan sistem informasi yang dapat diaplikasikan di rumah sakit maupun
pelayanan keperawatan yang lain.
3. Computerized Tomografi Scanning (CT Scan)
Computerized Tomografi Scanning (CT Scan) adalah pemeriksaan radiologi dari irisan
tubuh secara Computerized. Prinsip utama CT-Scan adalah Tomografi yaitu, pemotretan dari
suatu irisan tubuh dengan mengaburkan gambaran di atas maupun dibawahnya. Kelemahan
Tomografi adalah kekaburan bayangan di sekitar objek, sehingga kontras dan detail gambaran
menjadi tidak optimal. Dengan adanya CT-Scan keadaan ini dapat diatasi. CT-Scan merupakan
suatu teknik pemeriksaan secara radiologi dengan sistem pengambilan gambar dari suatu objek
yang diperiksa secara crossectional. Dimana berkas X-Ray mengitari objek. Sinar X yang
teratenuasi setelah menembus objek diteruskan ke detektor. Oleh photo multiplayer tube (PMT)
sinar X diubah menjadi signal-signal elektron. Yang kemudian diperkuat oles DAS (Data
Aquastion System) signal-signal listrik tersebut diubah menjadi data digital. Data inilah yang
kemudian menjadi informasi di komputer dan secara matematika direkonstruksi. Hasil
rekonstruksi akan ditampilkan dalam layar monitor berupa irisan-irisan dari objek dalam bentuk
Grey Scale Images, yaitu skala dari hitam ke putih.
Sumber X-Ray :
CT-Scan menggunakan 2 tipe X-Ray, tipe yang sederhana yaitu X-Ray Tube menggunakan
Fixed Anode, ukuran fokus antara 2-16mm. Pada tipe tube ini jumlah pembangkitan yang kecil
dalam menahan panas. Tipe yang banyak digunakan adalah X-Ray tube Rotating Anode. Tipe ini
dapat menghasilkan pembangkitan foto lebih banyak karena memiliki kemampuan menahan
panas yang sangat pesat.
Detektor :
Foto-foto X-Ray dikumpulkan oleh berbagai jenis detektor radiasi. Parameter yang
dipertimbangkan dalam memilih detektor untuk CT-Scan adalah Efisiensi, respon time, Linierity,
Tipe-tipe detektor yang dapat digunakan untuk CT-Scan dibagi 2 yaitu :
1. Detector Scientilasi
Kristal Scientilasi yang digunakan berfungsi menghasilkan kilatan-kilatan cahaya dari
foton-foton yang diserap. Cahaya tersebut kemudian dirubah ke dalam bentuk signal-
signal listrik. Detektor Scientilasi mempunyai kemampuan deteksi yang tinggi.
Amplitudo Signal output yang besar dan kecepatan yang sangat tinggi. Tipe dari sistem
detektor Scientilasi yang biasa digunakan untuk CT-Scan ada 2 tipe, yaitu : Detector
kristal Scientilasi dengan Photo Multiplier dan Detector Kristal dengan Photo Diode.
2. Detector Ionisasi Gas
Beberapa sistem CT-Scan ada yang menggunakan detector ionisasi gas untuk
meningkatkan efisisensi detector, gas xenon diberi tekanan udara setinggi 20 atm terdiri
dari lempengan tungsten, yang bertindak sebagai anode untuk elektron-elektron dan
ionisasi chamber. Keuntungannya dapat menghasilkan resolusi spatial yang tinggi dan
sederhana, sedangkan kekurangannya adalah walaupun diberi tekanan udara sangat tinggi
tetap memiliki kemampuan deteksi yang rendah.
Perkembangan Generasi CT-Scan :
Berdasarkan kemajuan teknolohgi yang pesat CT-Scan mengalami perkembangan sebagai
berikut :
1. CT-Scan generasi pertama.
Pada CT-Scan generasi pertama digunakan berkas sinar X tipis tunggal ( pensil beam)
dengan jumlah detektor 1-2 detektor. Waktu yang dibutuhkan 4-5 menit untuk sekali
slice. Tube dan detektor berputar 180º. Pada generasi pertama prinsif pergerakan tabung
mengunakan prinsif yang dinamakan tranlation-rotation. Dimana pada generasi ini hanya
memiliki satu detektor dan untuik menghasilkan suatu scaning lengkap memerlukan
waktu scanning 135- 300 S.
2. CT-Scan generasi kedua.
CT-Scan generasi kedua mengalami peningkatan yang sangat baik. Berkas sinar X yang
digunakan berupa Fan Beam dengan jumlah 30 detektor atau lebih. Waktu scanning lebih
pendek dengan sekitar 15 detik per slice atau 10 menit untuk pemeriksaan sampai dengan
40 slice. CT-SCAN generasi kedua masih menggunakan translation- rotation tapi yang
membedakannya dengan generasi pertama pada generasi ini digunkan detector berjenis
series. Pada generasi ini waktu yang diperlukan untuk 1x scaning sebesasr 5-150 S.
3. CT-Scan generasi ketiga
Pada generasi ketiga memasukkan lebih dari 960 detektor berlawanan dengan X-Ray tube
yang bersama-sama berotasi mengelilingi pasien dengan sudut 360º untuk membuat satu
slice data. Waktu scanning berkurang secara signifikan yaitu 1 detik untuk scanner
generasi ketiga yang modern dapat digunakan untuk pemeriksaan full body scanning.
Generasi ketiga ini antara pergerakan tabung dan detektornya menggunakan prinsif
rotation. Dimana bentuk dari detektornya setengah lingkaran. Lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk 1x scanning pada generasi ini sebesar 0,4- 10 S.
4. CT-Scan generasi keempat
CT-Scan generasi keempat dikembangkan pada tahun 1980 dan memiliki Fixed Ring
sebanyak 4800 detektor. X-Ray tube berotasi 360 º selama pengumpulan data, rotating
anoda X-Ray tube memberikan waktu scanning lebih pendek yaitu dibawah 1 menit
untuk beberapa slice. St- Scan generasi ini detektornya berbentuk wseperti cincin yang
dinamakan ring. Wsehingga hanya tabungnya saja yang berputar 3600 dan detektornya
statis (diam). Waktu yang diperlukan untuk 1x scaning selama 1- 5 S.
5. Elektron Beam CT-Scan
Pada generasi ini X-Ray tube bergerak mengelilingi pasien, dan sinar elektron difokuskan
pleh elektronmagnetif coil ke focal spot pada tungsten ring. Tidak ada pergerakan
sehingga pada saat ekspose bisa menghasilkan 50 MS per slice. (Daniel Cartwiguna, ST,
MM, M.ACC, 2006)
6. Helical CT-Scan
Pada awal tahun 1990 tipe baru dari scanner dikembangkan yaitu volume (helical atau
spiral) scanner yang menggunakan sistem slip ring.dengan sistem ini, pasien bergerak
perlahan secara terus menerus tanp[a berhenti melewati aperture gantry selama
perputaran 360 º dari X-Ray tube dan detektor. Dengan cara ini volume jaringan
diperiksa dan data dikumpulkan sehingga dapat menghasilkan gambaran 3 dimensi
(Bontranger, L Kenneth, 2001)
7. Multi Slice CT-Scan
CT-Scan generasi ketiga dan keempat dikembangkan sebelum tahun 1992 yang betul-
betul mempertimbangkan single slice scanner dapat menghasilkan gambaran 1 slice. Pada
tahun 1998, 4 pengusaha pabrik CT mengumumkan multi slice scanner yang mampu
mebuat gambaran 4 slice sekaligus. Kecepatan gambaran adalah keuntungam potensial
dari pencitraan multi slice CT. Terutama ketika pergerakan pasien adalah sebagai faktor
pembatas keuntungan kedua yang berhubungan dengan kecepatan gambaran yaitu
kemampuan untuk mendapatkan slice yang tipis dengan cepat dalam jumlah yang
banyak. (Bontranger, L Kenneth, 2001)
8. Dual Source CT-Scan
DSCT ini dipublikasikan pada tahun 2005, keunggulan dual Source CT, terletak pada dua
unit X-Ray serta 2 unit detektor yang bekerja secara bersamaan. Pada single soft scanner,
satu irisan pencitraan dihasilkan setelah perputaran alat 180º. Namun pada DSCT dengan
dua rantai penggambaran yang saling tegak lurus DPT dihasilkan informasi yang sama
dalam putaran 90º hal tersebut menghasilkan resolusi temporal 2 kali lebih cepat, tenaga
2 kali lipat, serta menghasilkan dosis radiasi yang lebih kecil. (DR. Nina I.S.H Supit,
SP,RAD,2008).
GENERASI TOMOGRAFI KOMPUTER
1. Generasi ke 1: pensiol beam
a. Gerakan tranlasi dan rotasi
b. Berkas sinar x berbentuk pensil / pensil beam
c. Geometri berkas sinar parallel
d. FOV(field of view)24 cm
e. Mengguynakan 2 buah detector sehingga sekali sacn dapat menghasilkan 2 irisan
f. 160 berkas parallel ato proyeksi
g. 180 proyeksi dengan interval 1 derajat
h. Detector tidak dapat mendeteksi perbedaan intensitas sinar x yang sangat besar, ioleh
karena itu kepala yang dipriksa harus dikelilingi oleh kantong yang berisi air
i. Kristal Nal yang digunakan sebagai detector yang memiliki waktu afterglow yang
nyata
j. Keuntungan : pengaruh hamburan radiasi pada detector ditiadakan karena berkas
sinar x berbentuk pensil
2. Generasi ke 2 : vartial fanbeam
a. Menggunakan 30 linear array detektor
b. Kerugian : adanya pengaruh radiasi hamburan dan meningkartnya intensitas kearah
tepi dari sinar xyang membentuk kipas. Hal ini diatasi dengan penembahan dasi
kupu- kupu pada jendela tabung sinar x
c. Keuntungan: waktu scan lebih singkat, yaitu antara 18 – 30 detik / irisan.
3. Generasi ke 3 fan Beam
a. Konfigurasi rotasi / rotasi
b. Berkas sinar x berbentuk kipas (fan beam)
c. Menggunakan detector array
d. Waktu scan 1 detik
e. Kekurangan : kemungkinan terjadinya ring artefak karena adanya kerusakan karena
detector
4. Ge3nerasi ke 4 rotasi ato diam
a. Tabung sinar x berputar dan detector diam
b. Tersusun melingkar berbentuk lingkaran
c. Sekitar 8 ribu buah detector diperlukan
d. Waktu scan 1 detik
e. Kerugian : harga mahal, dosisi radiasi pada pasien lebih tinggi
f. Keuntungan : tidak terjadi ring artefak
g. Masalah : jarak antara tabung sinar x dan elemen detektor tidak semuanya sama
diatasi dengan kalibraasi dan normalisasi saat scan
5. Generasi ke 5 : electron beam technique
6. Generasi ke 6 wspiral / helical CT
a. Tecnolgi slip ring sekitar tahun 1990 an
b. Akuisisi data dilakukan dengan meja yang bergerak sementara tabung sinar x
berputar sehungga gerakaan tabung sinar x memebntuk pola spiral teryhadap pasien
saaat dilakukan akuisisi data.
c. Diterapkan pada konfigurasi rancangan CT generasi ke 3 dan ke 4
7. Generasi ke 7 multidetektor array CT
a. Tabung sinar x memiliki kapasitas pana yang terbatas. Hanya satu persen dari energi
yang di konfersi menjadi sinar x.
b. Dengan detektor multi array maka apabila kolimator dibuka lebih lebar akan
diperoleh data proyeksi lebih banyak. Dengan demikian maka penggunaan energi
sinar x lebih efisien.
c. Masalah: cone beam artefak.
d. Keuntungan : meningkatkan waktu scan hingga 0,33 detik, resolusi dalam arah
sumbu jat hingga < 0,4 dan disis radiasi lebih rendah.
Komponen CT-Scan :
Menurut Vinita Meryl (1986), komponen-komponen besar pada CT-Scan terdiri dari komputer,
Gantry, dan Table.
1. Komputer
Komputer adalah suatu bingkai dan fasilitas yang bekerja secara elektronis untuk
melaksanakan suatu pekerjaan secar cermat dengan kecepatan tinggi yang bekerja
berdasrkan instruksi yang terdapat dalam memori. Fungsi komputer pada CT-Scan adalah
mengumpulkan data, menampilkan gambar, menyiapkan gambar, menyimpan gambar
dan melakukan scan. Dilengkapi dengan DAS, Software 3D dan Multiplanner
rekonstruksi (MPR). Bentuk penyimpanan memori berupa magnetic tape, cassette tape,
dan optical disk. Magnetic tape yang umum dipakai dengan penyimpanan 250 memori
gambar. Cassette tape dapat menyimpan 2000 memori gambar dan optical disk dapat
menyimpan hingga 9000 memori gambar. Saat ini yang banyak digunakan ialah
kombinasi magnetic tape dan optical disk yaitu, Magnetic Optical Disk.
2. Gantry
Gantry merupakan “rumah” dari tabung sinar-X berfungsi sebagai pembangkit sinar X
dengan kapasitas 2,1 juta HU (Housfield Unit) dengan tolerasi 4-5 juta HU, dilengkapi
dengan detektor dan kolimator, gantry dapat diatur kemiringannya antara -30º sampai
+30º. Kemiringan gantry diatur oleh system pengendali sudut.
3. Meja Pemeriksaan / Table
Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk mengatur posisi pasien dalam pemeriksaan.
Meja digerakkan secara otomatis oleh komputer pada saat pemeriksaan berlangsung yang
dapat digerakkan maju, mundur, keatas, dan kebawah. Meja terbuat dari bahan karbon
komposite rendah. Hal ini untuk menghindari artefak.
4. Artefak gambaran CT-Scan
Adapun artefak-artefak yang terdapat pada gambaran CT-Scan adalah sebagai berikut:
a. Streak Artefak
Berbentuk garis-garis vertical yang disebabkan tidak adanya keseimbangan antara
scanning permulaan atau awal dengan scanning akhir.
b. Beam Hardening Artefak
Berbentuk garis yang disebabkan perubahan komposisi spectrum sinar X akibat
adanya Nutrial yang lebih padat.
c. Partial Volume Artefak
Artefak yang terbentuk pada daerah anatara kedua OS petrosum, disebabkan tidak
adanya korelasi yang tepat antara attenuasi dan absorpsi pada fokel yang tidak
homogen.
d. Noise
Bukan merupakan artefak yang sebenarnya, tetapi menggambarkan penurunan
resolusi dari suatu gambaran CT-Scan akibat ketidaktepatan penentuan CT number.
Noise dapat terjadi akibat posisi yang tidak tepat, adanya penghalang radiasi optimal
untuk mencapai detektor.
e. Shading/bayangan
Perubahan progresif dari densitas suatu bagian dengan bagian dengan bagian yang
lainnya pada suatu gambar. Penyebabnya respon detektor yang tidak sinkron dan
penurunan spektrum energi sinar X.
f. Moire Pattern
Berbentuk garis Radler halus yang biasanya ditemukan di dekat tulang padat.
g. Ring Artefak
Berbentuk cincin, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya keseimbangan antara
detektor yang berputar dengan tabung sinar-X.
Persiapan Pasien
Beberapa hal yang harus dilakukan dan dipersiapkan sebelum pemeriksaan CT–Scan
adalah :
1. Beri penjelasan kepada pasien mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Pasien menandatangani informed consent
3. Periksa Ureum (20-40) & kreatinin(0,5-1,5)
4. Sebaiknya puasa 4 jam.
5. Lalu accesoris yang bersifat radiopaque pada pasien terutama yang berada di sekitar
daerah kepala seperi tusuk konde dan perhiasan-perhiasan yang ada di telinga seperti
anting-anting
Persiapan alat dan bahan
1. Pesawat CT–Scan
2. Tali pengikat untuk fiksasi kepala dan badan serta tangan.
3. Bahan Kontras, ( omnipaque ) 50 cc
4. Spuit 50 cc
5. Wing needle
6. Plester
7. Bengkok
8. Stuing
9. Kapas alkohol
10. Tabung oksigen bila diperlukan.
11. Obat – obatan emergency (avil,dll)
Posisi Obyek :
1. Kepala pasien diatur sehingga Mid Sagital Plane (MSP) tubuh sejajar dengan lampu
indikator longitudinal.
2. Beri pengikat kepala dan fiksasi agar meminimalisasi pergerakan pasien.
3. Nyalakan lampu indicator pada gantry dan atur centrasi pasien yaitu di daerah OMBL
atau sejajar sella tursica ( diatas MAE ). Kemudian masukan meja pemeriksaan hingga
batas bawah (sekitar mandibula).
4. Matikan lampu indicator dan atur / tekan posisi meja pemeriksaan hingga dalam posisi
0 (nol).
5. Petugas masuk keruang control dan menutup semua pintu ruang pemeriksaan CT Scan
dan hidupkan lampu merah didepan pintu pemeriksaan.
6. Jika terpaksa ada orang yang harus menemani pasien diruang pemeriksaan maka harus
diberikan Apron.
Teknik Pemeriksaan
Posisi pasien :
1. Pasien diatur dalam posisi supine ( tidur terlentang ) di meja pemeriksaan.
2. Bagian yang masuk kedalam gantry adalah kepala terlebih dahulu (Head First).
3. Pasien dalam keadaan tenang. Untuk pasien yang gelisah sebelum pemeriksaan diberi
obat penenang sesuai dengan instruksi dokter pengirim atau dokter anestesi.
4. Kedua tangan pasien diletakkan disamping tubuh atau di atas dada.
5. Beri pengikat (restraining streps)pada kedua tangan pasien dan juga tubuh pasien
Prosedur pemeriksaan :
Input data pasien sesuai dengan yang tercantum pada surat permintaan ataupun rekam medis,sbb:
1. Nomor urut pasien
2. Nomor Pendaftaran
3. ID Pasien
4. Nama Pasien
5. Tanggal lahir
6. Berat
7. Jenis kelamin
8. Nama Radiolog
9. Nama Radiografer
10. Deskripsi Pemeriksaan
Prosedur Pemeriksaan :
1. Setelah itu pilih protocol pemeriksaan yaitu head routine. Akan tampil menu
pengaturan scout (topogram).
2. Klik Confirm
3. Tekan tombol Move to Scan pada keyboard (posisi tombol berkedip-kedip), setelah
itu tekan tombol Start Scan untuk memulai proses pembuatan scout.
4. Atur slice yang muncul pada scanogram sesuai dengan daerah yang dikehendaki,yaitu
4 mm infratentorial & 7 mm supratentorial
5. Slice yang muncul dibuat sejajar dengan OMBL atau sella tursica dan jika perlu
disudutkan maka slice tersebut harus disudutkan.
6. Tekan tombol Move to Scan pada keyboard (posisi tombol berkedip-kedip), setelah
itu tekan tombol Start Scan.
7. Setelah seluruh slice selesai maka harus dilihat rekonstruksi gambarnya .
8. Bila pasien perlu tambahan bahan kontras maka posisi pasien tidak perlu dirubah
(tetap supine). Sebelum disuntikkan bahan kontras intra vena. Pasien di skin test
terlebih dahulu, dan ditunggu reaksinya 5 – 10 menit. Jika negatif maka disuntikkan
kontras media non ionic seperti omnipaque sebanyak 50 cc secara intra vena.
9. Setelah pemeriksaan selesai,pasien diturunkan dari meja pemeriksaan kemudian
dilakukan pencetakan dengan mengatur kondisi (window width dan window level).
10. Bila pasien perlu tambahan bahan kontras maka posisi pasien tidak perlu dirubah
( tetap supine). Sebelum disuntikkan bahan kontras IV, Pasien di skin test terlebih
dahulu dan ditunggu reaksinya 5 – 10 menit. Jika negatif maka disuntikkan kontras
non ionic seperti omnipaque sebanyak 50 cc.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Teknologi dalam keperawatan keperawatan memegang peranan penting dalam menjawab
tantangan era globalisasi dan perubahan paradigma kesehatan yang ada saat ini, menjadi asset
penting suatu organisasi karena sebagai dasar untuk perkembangan suatu organisasi.
Hal diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas asuhan dengan menerapkan sebuah system
berhubungan juga dengan organisasi dan manusia pengolahnya. Oleh karena itu ada beberapa
konsep yang harus dipahami dalam menyelenggarakan sistem ini diantaranya: informasi ,
manusia sebagai pengolah data, konsep sistem, konsep organisasi dan manajemen, konsep
pengambilan keputusan dan nilai informasi, dan berdasarkan hasil penelitian yang
direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Informasi tentang teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi perawat dan
kualitas perawatan pasien harus dibagi dengan perawat berlatih, eksekutif
kepemimpinan tim dalam organisasi perawatan kesehatan, dan vendor.
2. Kesehatan pengusaha harus mempertimbangkan meningkatkan penggunaan teknologi
melaporkan bahwa perawat meningkatkan efisiensi kerja mereka dan meningkatkan pasien
keselamatan dan kualitas pelayanan.
3. perawat perawatan langsung harus terus-menerus dan input yang konsisten ke
desain, pengadaan dan penerapan teknologi, dan diperlukan staf dalam pengaturan kerja
dimana teknologi yang digunakan oleh perawat untuk mendukung pengiriman asuhan
keperawatan.
4. Teknologi pelatihan yang terkait untuk staf perawatan langsung harus dicapai
menggunakan berbagai metode, dengan memperhatikan gaya belajar banyak,
umur, dan pengalaman sebelumnya menggunakan teknologi.
5. program pendidikan Keperawatan harus memfasilitasi perawat perawat perawatan langsung,
praktisi dan administrator 'adopsi teknologi dengan memasukkan tepi yang sesuai teknologi
saat ini atau memotong seluruh keperawatan kurikulum.
6. Kepala petugas keperawatan harus memiliki pengetahuan tentang pentingnya
mempromosikan integrasi informasi dan klinis teknologi yang mendukung praktek efisiensi
dan perawatan pasien kualitas ke tempat kerja.
7. Informasi dalam studi ini harus disebarluaskan kepada anggota DPRD dan
dipublikasikan secara luas dalam rangka mempromosikan dukungan untukmengamankan
teknologi yang meningkatkan kualitas pelayanan dan meningkatkan efisiensi perawat.
8. Grant pendanaan harus diperoleh untuk mendukung studi penelitian dan evaluasi
tentang sistem teknologi yang efektif meningkatkan kualitas pasien perawatan dan,
meningkatkan efisiensi perawat.
9. organisasi kesehatan pemberian perawatan harus membeli teknologi yang telah
telah terbukti untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien dan / atau efisiensi kerja
perawat.
10. Teknologi yang dipilih harus menjadi bagian dari sistem yang terintegrasi dan bukan entitas
yang berdiri sendiri.
Rekomendasi yang dapat diberikan untuk dilakukan sebuah riset di Indonesia yang berkaitan
dengan :
1. Menentukan mengapa perawat tidak merekomendasikan penggunaan teknologi yang dipilih
di tempat kerja.
2. Tentukan apakah penggunaan teknologi yang paling sering direkomendasikan oleh
perawat benar-benar meningkatkan efisiensi perawat dan kualitas pelayanan.
3. Menentukan mengapa perawat tua yang tidak tertarik pada teknologi tetap ada pada
sebuah organisasi yang menggunakan teknologi canggih
Daftar P ustaka
1. Gie, The Liang. Pengantar Filsafat Teknologi. Andi. Yogyakarta. 1996. ISBN‐979‐533‐365‐8
2. "Definition of technology". Merriam‐Webster. Retrieved 2007‐02‐16.
3. Franklin, Ursula. "Real World of Technology". House of Anansi Press. Retrieved 2007‐02‐13.
4. "Technology news". BBC News. Retrieved 2006‐02‐17.
5. Stiegler, Bernard (1998). Technics and Time, 1: The Fault of Epimetheus. Stanford University
6. Press. pp. 17, 82. ISBN 0‐8047‐3041‐3.
7. Gehlen, Arnold. Man in the Age of Technology (European Perspectives Series) (Original
Title:Die Seele Im Technischen Zeihalter). Columbia University Press, NY . 1980. ISBN‐
13:9780231048538 ISBN: 023104853X