laporan tekno griseofulvin

34
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teknologi sediaan padat adalah salah satu mata kuliah dalam jurusan farmasi yang membahas tentang teknologi atau cara pembuatan sediaan farmasi khususnya obat-obatan. Obat-obatan dalam pasaran yang kita temui biasanya terdiri dari berbagai macam bentuk sediaan baik sediaan padat maupun larutan. Salah satu sediaan dalam bentuk padatan yaitu tablet. Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan, tablet merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter maupun pasien, dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini disebabkan karena disamping mudah cara pembuatan dan penggunaannya, dosisnya lebih terjamin, relatif stabil dalam penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi oleh udara, transportasi dan distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampai kepada pemakai. Secara ekonomis, sediaan ini relatif lebih murah harganya, memberikan dosis yang tepat dari segi kimianya, bentuknya kompak dan mudah transportasinya, memberikan kestabilan pada unsur-unsur aktifnya. Tablet merupakan sediaan padat yang biasanya dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata dan atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis bahan obat atau lebih dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Bahan tambahan yang biasanya digunakan seperti zat warna, zat pemberi rasa dan lapisan-lapisan dalam berbagi jenis (Ansel, 1994 ; Depkes RI, 1995). Tablet harus melepaskan zat berkhasiat kedalam tubuh dalam jumlah yang tepat dan menimbulkan efek yang diinginkan (Lachman, 1986). Tablet hanya memberikan efek yang diinginkan jika memiliki mutu yang baik. Untuk menghasilkan tablet dengan mutu yang baik dan memenuhi persyaratan, pemilihan dan kombinasi bahan pembantu memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembuatannya. Pada

Upload: wiby-poppers-jr

Post on 19-Jan-2016

259 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan praktikum teknologi solida (griseofulvin) farmasi

TRANSCRIPT

Page 1: laporan tekno griseofulvin

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Teknologi sediaan padat adalah salah satu mata kuliah dalam

jurusan farmasi yang membahas tentang teknologi atau cara pembuatan

sediaan farmasi khususnya obat-obatan. Obat-obatan dalam pasaran yang

kita temui biasanya terdiri dari berbagai macam bentuk sediaan baik

sediaan padat maupun larutan. Salah satu sediaan dalam bentuk padatan

yaitu tablet.

Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan

digunakan, tablet merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para

dokter maupun pasien, dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini

disebabkan karena disamping mudah cara pembuatan dan penggunaannya,

dosisnya lebih terjamin, relatif stabil dalam penyimpanan karena tidak

mudah teroksidasi oleh udara, transportasi dan distribusinya tidak sulit

sehingga mudah sampai kepada pemakai. Secara ekonomis, sediaan ini

relatif lebih murah harganya, memberikan dosis yang tepat dari segi

kimianya, bentuknya kompak dan mudah transportasinya, memberikan

kestabilan pada unsur-unsur aktifnya.

Tablet merupakan sediaan padat yang biasanya dibuat secara

kempa cetak, berbentuk rata dan atau cembung rangkap, umumnya bulat,

mengandung satu jenis bahan obat atau lebih dengan penambahan bahan

tambahan farmasetika yang sesuai. Bahan tambahan yang biasanya

digunakan seperti zat warna, zat pemberi rasa dan lapisan-lapisan dalam

berbagi jenis (Ansel, 1994 ; Depkes RI, 1995).

Tablet harus melepaskan zat berkhasiat kedalam tubuh dalam

jumlah yang tepat dan menimbulkan efek yang diinginkan (Lachman,

1986). Tablet hanya memberikan efek yang diinginkan jika memiliki mutu

yang baik. Untuk menghasilkan tablet dengan mutu yang baik dan

memenuhi persyaratan, pemilihan dan kombinasi bahan pembantu

memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembuatannya. Pada

Page 2: laporan tekno griseofulvin

2

praktikum ini dilakukan pembuatan tablet fulvinazol serta evaluasi granul

dan evaluasi tablet.

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud Percobaan

Dapat mengetahui rancangan pembuatan sediaan tablet

menggunakan metode granulasi kering.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan yaitu:

1. Mampu merancang formulasi tablet griseofulvin dengan pemilihan

bahan tambahan yang tepat.

2. Mengetahui metode pembuatan yang tepat untuk formulasi tablet

griseofulvin.

3. Mampu melakukan evaluasi granul dan tablet.

Page 3: laporan tekno griseofulvin

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

II.1.1 Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat

dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya,

dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi. Menurut

Farmakope Indonesia edisi IV, tablet adalah sediaan padat mengandung

bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet berbentuk kapsul

umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk

obat hewan besar. (Dirjen POM, 1995).

Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih atau gepeng,

bundar, segitiga, lonjong dan sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan

untuk menghindari, mencegah dan menyulitkan pemalsuan agar mudah

dikenal orang. Warna tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna

kemungkinan karena zat aktifnya berwarna, tetapi ada tablet yang sengaja

diberikan warna dengan maksud agar tablet lebih menarik, mencegah

pemalsuan, membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain. Etiket

pada tablet harus mencantumkan nama tablet atau zat aktif yang

terkandung, jumlah zat aktif (zat berkhasiat) tiap tablet (Ben, 2013).

II.1.2 Komponen Tablet

Komponen atau formulasi tablet kempa terdiri dari zat aktif, bahan

pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan, dapat juga

mengandung bahan pewarna yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan

pemanis (Ben, 2013).

1. Zat aktif harus memenuhi syarat yang ditentukan Farmakope Indonesia

2. Bahan excipient / bahan tambahan

a. Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar volume massa

agar mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat

aktifnya sedikit atau sulit dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium

fosfat dibase, dan selulosa mikrokristal

Page 4: laporan tekno griseofulvin

4

b. Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada

massa serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada

bahan pengisi misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon,

metilselulosa, CMC, pasta pati terhidrolisa, selulosa mikrokristal.

c. Bahan penghancur/pengembang (desintegran) berfungsi membantu

hancurnya tablet setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa

yang termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa mikrokristal

dan povidon sambung-silang.

d. Bahan pelicin (lubrikan/lubricant) berfungsi mengurangi gesekan

selama proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah

massa tablet melekat pada cetakan. Misalnya senyawa asam stearat

dengan logam, asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan talk.

Umumnya lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga dapat menurunkan

kecepatan desintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar

lubrikan yang berlebih harus dihindari. PEG dan garam Lauril sulfat

dapat digunakan tetapi kurang memberikan daya lubrikasi yang

optimal dan perlu kadar yang lebih tinggi.

e. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan

mengalirnya serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung

tanpa proses granulasi. Misalnya Silika pirogenik koloidal.

f. Bahan penyalut (coating agent)

3. Ajuvans

a. Bahan pewarna (colour) berfungsi meningkatkan nilai estetika atau

untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari tumbuhan.

b. Bahan pengharum (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat

khasiat yang tidak enak (tablet isap Penisillin), biasanya digunakan

untuk tablet yang penggunaannya lama di mulut. Misalnya macam-

macam minyak atsiri.

Page 5: laporan tekno griseofulvin

5

II.1.3 Metode Pembuatan Tablet

1. Granulasi Basah

Metode granulasi basah merupakan metode yang paling sering

digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah–langkah yang

diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah

dibagi menjadi penimbangan dan pencampuran bahan – bahan,

pembuatan granulasi basah, pengayakan adonan lembab menjadi

granul, pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan pelincir,

dan pembuatan tablet menjadi kompresi (Ansel, 1985).

Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk

dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, teknik ini

membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat

yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan

tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan

dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang

cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel

dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang

ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler

paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah

ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang

merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh

massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan

diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator

tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat

dan proses pengeringan menjadi lebih cepat. Setelah pengeringan

granul diayak kembali, ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur

yang digunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat. Cara granulasi

basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lama

dibanding cara granulasi kering (Ansel, 1985).

Page 6: laporan tekno griseofulvin

6

2. Granulasi Kering

Pada metode granulasi kering, granul di bentuk oleh pelembapan

atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk dan

setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan granul

yang lebih kecil. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak

dapat diolah dengan granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap

air karena untuk meringankannya menggunakan temperatur yang di

naikkan (Ansel, 1985).

Setelah penimbangan dan pencampuran bahan dengan cara yang

sama kemudian serbuk di kompresi menjadi tablet yang lebar dan datar

atau pellet dengan garis tengah kira-kira 1 inci. Kemampuan harus

cukup keras agar ketika di pecahkan tidak menumbulkan serbuk

berceceran. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan

di ayak dengan lubang ayakan sesuai dengan yang di inginkan. Pelincir

di tambahkan sebagaimana biasanya dan tablet dibuat dengan kempa

(Ansel, 1985).

3. Metode Kempa Langsung

Metode cetak langsung ini digunakan untuk bahan-bahan yang

memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya

yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet

tanpa memerlukan granulasi basah atau kering (Ansel, 1985).

Kempa langsung digunakan untuk memperkenalkan pengempaan

senyawa kristalin tunggal yang mempunyai sifat aliran dan

kompresibilitas baik seperti natrium klorida, natrium bromida, atau

kalium bromida, menjadi satu padatan tanpa penambahan zat-zat lain.

Kempa langsung dapat menghindari banyak masalah yang timbul pada

granulasi basah maupun kering. (Siregar, 2010).

II.1.4 Evaluasi Granul

1. Uji Kadar Air

Evaluasi kadar air digunakan untuk mencegah lembab dari granul

yang dapat mempercepat pertumbuhan mikroba dan jamur. Pengukuran

Page 7: laporan tekno griseofulvin

7

kadar air dilakukan dengan moisture balance. Syarat kadar air yang baik

adalah 2-5% (Voight, 1994).

a. Uji susuk pengeringan

%LOD = -

b. Uji Kandungan kelembaban

%MC = -

2. Uji Sudut Diam

Penetapan sudut diam dilakukan dengan menggunakan corong

dan permukaannya diratakan. Lalu penutup bawwah corong dibuka dan

dibiarkan granul mengalir melalui corong dan ditentukan sudut diamnya

dengan rumus:

T α =

3. Uji Kecepatan Alir

Pengujian dilakukan seperti pada pengujian sudut diam, waktu

alir ditentukan pada saat penutup bawah corong dibuka dan secara

serentak stopwatch dihidupkan. Stopwatch dihentikan jika seluruh

granul telah habis melewati corong dan dicatat waktu alir (Faradiba,

2013).

Kecepatan Alir =

Syarat: talir < 10 detik

4. Bobot Jenis Sejati

Bobot jenis sejati merupakan bobot sampel dibagi dengan volume

sampel tanpa ruang antar partikel dan ruang intrapartikel. Makin tinggi

bobot jenis sejati granul maka makin banyak ruang kosong intrapartikel

yang dimilki granul (Faradiba, 2013).

BJ Sejati = -

Page 8: laporan tekno griseofulvin

8

Dimana:

a = Piknometer kosong

b = Piknometer + paraffin cair

c = Piknometer + paraffin cair + granul

5. BJ Nyata, BJ Mampat dan Porositas

a. BJ Nyata ditetapkan sebagai massa suatu serbuk dibagi dengan

volume. Bobot jenis suatu serbuk tergantung pada distribusi ukuran

partikel, bentuk partikel dan kecenderungan partikel menempel satu

sama lain (Siregar, 2008).

BJ Nyata =

b. BJ Mampat granul disebabkan adanya perbedaan ukuran parikel

granul, sehingga menyebabkan adanya ruang antar partikel

(Faradiba, 2013).

BJ Mampat =

c. Porositas merupakan ruang kosong antar partikel pada granul.

Perhitungan porositas dilakukan untuk mengetahui kelarutan granul

dalam pelarut (Faradiba, 2013).

Porositas = 1-

II.1.5 Evaluasi Tablet

a. Keseragaman Ukuran

Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari 11/3

kali dari tebal tablet.

b. Keseragaman Bobot dan Keseragaman Kandungan

Tablet harus memenuhi keseragaman bobot jika zat aktif

merupakan bagian terbesar dari tablet dan jika uji keragaman bobot

cukup mewakili keseragaman.

c. Waktu Hancur

Page 9: laporan tekno griseofulvin

9

Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan tablet pecah menjadi

partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorbsi uji

waktu hancur dilakukan menggunakan alat uji waktu hancur (Siregar,

2008).

d. Uji Kekerasan

Pada umumnya tablet harus cukup keras dan tahan pecah menjadi

partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorbsi. Uji

waktu hancur masing-masing sediaan tablet mempunyai prosedur uji

waktu hancur dan persyaratan tertentu (Sireger, 2008).

e. Uji Keregasan Tablet

Keregasan tablet dapat ditentukan dengan menggunakan alat

fraibilator, dengan kecepatan 25 rpm. Tablet ditimbang sebelum dan

sesudah diputar, kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari

0.5%-1% (Lachman, 1994).

f. Uji Disolusi

Uji disolusi adalah proses larutnya zat aktif dari suatu sediaan

dalam medium. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat

aktif yang terabsorbsi dan memberikan efek terapi di dalam tubuh

(Ansel, 1994).

Penyimpangan = – -

-

Persyaratan: Tidak boleh ada 2 tablet yang menyimpang lebih besar dari

yang ditetapkan kolom A dan tidak boleh ada 1 tablet yang

menyimpang lebih besar dari yang ditetapkan di kolom B.

II.2 Rancangan Formula

Tiap tablet 500 mg mengandung:

Griseofulvin 250 mg

PVP 3%

Pati jagung 5%

Tatrazin 0,25%

Dekstrin q.s

Page 10: laporan tekno griseofulvin

10

Magnesium Stearat 0,25%

Talk 5%

Pati jagung 5 %

II.3 Alasan Formulasi

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam

bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau

cembung, yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan

pengisi (Dirjen POM, 1979).

Tablet kompresi yaitu tablet yang dibuat dengan sekali tekanan menjadi

berbagai bentuk tablet dan ukuran biasanya kedalam bahan obatnya

diberi tambahan sejumlah bahan pembantu (Ansel, 1989).

Tablet kempa biasanya dikehendaki untuk memberikan disintegrasi dan

penglepasan obat yang cepat. Kebanyakan tablet jenis ini mengandung

obat yang diharapkan berefek local dalam saluran cerna. Obat ini

merupakan bentuk obat yang tidak larut dalam air (Lachman, 1994).

Griseofulvin memberikan efek yang baik terhadap penyakit jamur di

kulit, rambut dan kuku yang disebabkan oleh jamur yang sensitif.

Gejala pada kulit akan berkurang dalam 48-96 jam tetapi pengobatan

sebaiknya dilanjutkan sampai 3-4 minggu. Absorbs meningkat bila

diberikan bersamaan dengan makanan berlemak (Gan, 2012)

Farmakologi griseofulvin yaitu obat ini berakumulasi di daerah yang

terinfeksi, disintesis kembali dalam jaringan yang mengandung keratin

sehingga menyebabkan pertimbuhan jamur terganggu. Tetapi harus

dilanjutkan sampai jaringan normal menggantikan yang terinfeksi dan

biasanya membutuhkan waktu beberapa minggu sampai bulan.

Berdasarkan farmakokinetiknya griseofulvin terdistribusi baik ke

jaringan keratin yang terinfeksi, karena obat ini cocok untuk

pengobatan infeksi dermatofitik. Konsentrasinya dalam jaringan lain

dan cairan tubuh lebih rendah (Anwar, 1995).

Menurut WHO griseofulvin memiliki komposisi 250 mg (WHO, 2005).

Page 11: laporan tekno griseofulvin

11

Pada formula ini menggunakan metode granulasi kering karena

griseofulvin merupakan golongan antibiotik sedangkan golongan

antibiotic termasuk bahan yang tidak tahan panas. Metode granulasi

kering khususnyauntuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan

metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air karena

untuk mengeringkannya diperlukan temperature yang dinaikkan

(Azwar, 1995 ; Ansel, 1985).

Pada metode slugg, komponen-komponen tablet dikompakkan dengan

mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan di kompakkan dengan

punch sehingga diperolaeh massa yang disebut slugg. Setelah itu slugg

diayak menggunakan ayakan dengan nomor mesh 16 untuk

mendapatkan granul dengan daya mengalir lebih baik dari campuran

awal. Bila slugg yang di dapat sifatnya belum memuaskan maka proses

diatas dapat di ulang (Anonim, 2010).

Penghancur slug yaitu massa serbuk di tekan pada tekanan tinggi

sehingga menjadi tablet yang tidak berbentuk, kemudian digiling dan

diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran yang diinginkan

(Anonim, 2010).

II.4 Alasan penambahan bahan

1. PVP (Pengikat)

PVP merupakan polimer sintetik yang dapat digunakan sebagai

pengikat baik dalam granulasi basah maupun kering (Lachman,

1986).

PVP sering digunakan sebagai bahan pengikat, karena bahan tersebut

dapat meningkatkan kekuatan antar granul (Khairi, 2012).

PVP memiliki kelebihan lain dibandingkan pengikat lain, yaitu dapat

larut sempurna dalam air dan dapat berperan sebagai pengikat yang

baik dengan bahan pengisi gula serta menghasilkan granul dengan

sifat alir yang baik. PVP juga dapat digunakan sebagai pengikat baik

untuk granulasi basah, granulasi kering, kempa langsung (Riawati,

2013).

Page 12: laporan tekno griseofulvin

12

PVP bekerja menghambat pertumbuhan Kristal pada fase

transformasi sehingga pada saat zat aktif dilarutkan bersama PVP

akan menyelubungi atau mengikat zat aktif (Syukri, 2013).

PVP dengan konsentrasi 3% memperoleh kekuatan yang baik

sebagai pengikat sehingga meningkatkan kekuatan antar partikel

(Anwar, 2012).

2. Pati jagung (Penghancur)

Pati jagung adalah salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai

penghancur. Pati jagung mudah diperoleh dan harganya terjangkau

(Wicaksono, 2008).

Pati jagung juga dapat digunakan pada kapsul dan tablet untuk

meningkatkan segi, meningkatkan disintegrasi dan meningkatkan

kekerasan (Rowe, 2009)

Amilum jagung merupakan bahan penghancur pada formula tablet

sehingga didapatkan tablet dengan sifat fisik yang baik. Konsentrasi

pati jagung 5%, karena pada konsentrasi ini dapat menghasilkan

tablet dengan sifat fisik yang baik (Maryati, 2013)

Pati jagung digunakan sebagai penghancur dalam pembuatan tablet

yang berfungsi untuk memfasilitasi hancurnya tablet ketika terjadi

kontak dengan cairan saluran cerna (Anwar, 2012).

Amilum jagung digunakan sebagai penghacur yang mudah diperoleh

dan harganya terjangkau (Maryati, 2013).

3. Dekstrin (Pengisi)

Dekstrin berfungsi sebagai bahan pengisi karena dapat meningkatkan

produk yang dihasilkan. Dekstrin larut dalam air dingin dalam

berbagai derajat tergantung pada kekuatan hidrolisisnya (Boga,

2013).

Dekstrin digunakan sebagai bahan pensuspensi, bahan pengikat

tablet baik granulasi basah maupun cetak langsung. Bahan pengisi

tablet dan kapsul (Anwar, 2012).

Page 13: laporan tekno griseofulvin

13

Dekstrin digunakan sebagai bahan pengisi pada tablet yang akan

dicetak (Minarti, 2009).

Dekstrin digunakan sebagai bahan pengisi pada tablet dengan pil.

Dekstrin ditujukan sebagai bahan pengisi (filter) karena dapat

meningkatkan bobot produk yang dihasilkan (Warsiki, 1995).

4. Mg. Stearat (Lubrikan)

Mg. Stearat merupakan bahan pelicin. Pelicin ini akan menjadi

lapisan antara konstituen tablet dengan dinding die. Dan juga

mencegah melekatnya tablet pada punch atas dan bawah (Anggriani,

2010).

Mg. Stearat merupakan lubrikan yang paling efektif dan digunakan

secara luas. Bahan berasal dari hewani yang merupakan campuran

bervariasi dari stearat dan palmitat yang menunjukkan morfologi

terbaik secara lubrikan (Septianingsih, 2010).

Mg. Srearat digunakan sebagai pelincir, dimana pelincir biasanya

ditambahkan ke dalam granul dalam pembuatan tablet, pelincir

berfungsi untuk mempercepat aliran granul dan mencegah

melekatnya granul (Ansel, 1989).

Mg. Stearat merupakan boundary type lubricant. Memliki daya

adheren lebih baik dan lebih kuat terhadap permukaan metal oksida

dibandingkan fluid type lubricant (Anonim, 2012).

Mg-Stearat digunakan sebagai lubrikan atau pelincir yang

konsentrasinya terbatas sampai 0.25%, bila digunakan lebih akan

mempengaruhi kekerasan tablet (Anwar, 2012).

5. Talk (Glidan dan Antiadheren)

Penggunaan talk ini karena talk memiliki daya glidan dan anti-

adheren yang baik (Anonim, 2012).

Talk ditambahkan untuk meningkatkan daya alir granul-granul pada

corong pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die.

Mengurangi gesekan antar butir-butir granul dan mempermudah

pengeluaran tablet dari die (Soekarni, 1987).

Page 14: laporan tekno griseofulvin

14

Talk digunakan sebagai anti lengket bertujuan untuk mengurangi

melengket atau adhesi bubuk dan granul pada permukaan punch atau

dinding die (Anwar, 2012).

Talk memiliki 3 keunggulan antara lain dapat berfungsi sebagai

bahan pengatur aliran, bahan pelincir dan bahan pemisah hasil

cetakan. Talk terdiri dari Kristal berbentuk datar yang sangat mudah

melincir pada saat terjadinya gesekan (Voight, 1994).

Talk digunakan sebagai pelincir untuk memacu aliran serbuk/granul

dengan jalan mengurangi gesekan antara partikel – pratikel.

Konsentrasi talk sebagai pelincir yaitu 5% (Anwar, 2012)

6. Tatrazin

Tatrazin digunakan sebagai zat pewarna dalam makanan, kosmetik

dan obat – obatan (Martindale, 1974).

Penggunaan tatrazin ini telah diuji keamanan berdasarkan pertahanan

mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang

untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI nomor (22 /

Menkes / Per / IX / 88 mengenai bahan tambahan pangan (BTP, 55).

II.5 Uraian Bahan

1. Griseofulvin (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi : Griseofulvinum

Nama Lain : Griseofulvin

RM / BM : C17 H17 Cl O6 / 352,80

Rumus Struktur : OCH3 O CH3

C O

CH3 O O

Cl OCH3

Pemerian : Serbuk; putih sampai kuning gading pucat;

tidak berbau; ukuran zarah maksimum 5 nm,

boleh terdapat beberapa zarah.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam

kloroform P; sukar larut daam etanol (95%) P

Page 15: laporan tekno griseofulvin

15

dalam methanol P; mudah larut dalam

tetralcloretana P

Stabilitas : Disimpan pada suhu kurang dari 40o C

Inkompatibel : Agen oksidasi kuat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai zat aktif

DM : - / 1 g

Konsentrasi : 50 %

2. PVP ( FI III, 1979; Excipients, 2009)

Nama Resmi : Povidonum

Nama Lain : Povidon, Polivinil pirolidon

RM / BM : (C6 H9NO)n / 10.000 – 700.000

Rumus Struktur :

O

H

- CH- CH3 – n Pemerian : Serbuk putih atau putih kekuningan; berbau

lemah atau tidak berbau; higroskopik.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P

dalam kloroform P, kelarutan tergantung dari

bobot molekul rata-rata; praktis tidak larut

dalam eter P.

Stabilitas : Stabil pada siklus pendek panas eksfosur

sekitar 110 – 113o C

Inkompatibel : Dalam larutan berbagai organic garam, resin

alami dan sintesis bahan kimia lainnya.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pengikat

DM : -

Konsentrasi : 2 – 20 %, konsentrasi yang digunakan 5 %

Page 16: laporan tekno griseofulvin

16

3. Pati Jagung (Excipients, 2009)

Nama Resmi : Corn Starch

Nama Lain : Pati Jagung

RM / BM : (C6 H10 O5)n / 250.000

Rumus Struktur : CH3OH CH2OH CH3OH

O O O

OH O OH O OH OH

OH

OH OH

Pemerian : Tidak berbau, tidak berasa, halus, putih

Kecoklatan

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol 96 % dingin

dan pada air dingin, pati sebagian larut dalam

dimetil sulfoksida dan dimetil fomamida

Stabilitas : Wadah kedap udara dibawah 30o C,

Menghindari kelembaban tinggi

Inkompatibel : Senyawa pengoksidasi kuat

Penyimpanan : Wadah kedap udara, ditempat kering yang

Sejuk

Kegunaan : Sebagai penghancur

DM : -

Konsentrasi : 15 %

4. Dekstrin ( FI III, 1979; Excipients, 2009)

Nama Resmi : Dextronum 40

Nama Lain : Dextron 40

RM / BM : C6 H10 O5 + H2O / 162,1

Rumus Struktur : CH2OH

O

O OH

Page 17: laporan tekno griseofulvin

17

OH n

Pemerian : Serbuk amorf, warna putih tidak berbau dan

tidak berasa

Kelarutan : Mudah larut dalam air panas, larut secara

bertahap dalam air, praktis tidak larut dalam

etanol dan larut dalam eter

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Inkompatibel : kompatibel dengan oksidator kuat

Kestabilan : Karakteristik fisik dari dekstrin dapat sedikit

berbeda tergantung metode pembuatan dan

dalam molekul dekstrin

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

DM : -

Konsentrasi : 0,02 %

5. Magnesium Srearat (Excipients, 2009)

Nama Resmi : Magnesium Stearate

Nama Lain : Magnesium Stearat, Magnesium distearat,

magnesium octadecanoate, asam oktadenoat,

Magnesium garam, asam stearat

RM / BM : C36 H10 Mg O4 / 591, 24

Rumus Struktur : [CH3 (CH2)16 COO]2 Mg

Pemerian : Serbuk halus; putih; licin dan mudah melekat

pada kulit; bau lemah khas

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol

(95 %) P, dan dalam eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Inkompatibel : Tidak kompatibel dengan asam kuat, alkalis

dan garam besi, hindari campuran dengan

Page 18: laporan tekno griseofulvin

18

oksidasi kuat. Magnesium stearat tidak dapat

digunakan dalam produk yang mengandung

aspirin, vitamin

Stabilitas : Stabil dan harus disimpan dalam wadah yang

sejuk dan kering

Kegunaan : Sebagai lubricant

Konsentrasi : q.s

6. Talk (Excipients, 2009)

Nama Resmi : Talk

Nama Lain : Hydrous magnesium kalsium silikat, hydrous

magnesium silikat, magsil asmanthus, bubuk

bedak

RM / BM : Mg6 (Sl2O5)4 . (OH)4

Rumus Struktur : -

Pemerian : Serbuk hablur; sangat halus licin, mudah

melekat pada kulit, bebas dari butiran; warna

putih atau putih kelabu

Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Inkompatibel : Tidak kompatibel dengan senyawa surfaktan

Stabilitas : Bahan yang stabil dan dapat disterilkan

dengan pemanasan pada suhu 160o C selama

tidak kurang dari 1 jam. Hal ini juga dapat

disterilkan dengan etilen oksida / radiasi

gamma

Kegunaan : Sebagai glidan dan anti adheren

DM : -

Konsentrasi : 5 %

7. Tatrazin (Anonim, 2004)

Page 19: laporan tekno griseofulvin

19

Nama Resmi : Tatrazine

Nama Lain : 14 – pyrazole – 3 karboksilat garam natrium,

trisodium – 5 – hidroksi 1, pyrazole – 3 –

karboksilat, tatrazol

RM / BM : C16 H9 H4 O9 S2 Na 3 / 534, 55

Rumus Struktur : ≡ – C – C - COONa || || HO - C N

N

SO2Na

Pemerian : Tepung berwarna kuning jingga, serbuk

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sedikit larut dalam

alkohol 95 %, mudah larut dalam gliserol dan

glikol

Stabilitas : S , ≥ 5 o C

Inkompatibel : hindari kontaminasi dengan oksidator yaitu

nitrat, oksidasi asam, pemutih klorin dan

reduktif agen dapat merusak warna

Penyimpanan : Simpan dalam wadah aslinya, simpan pada

wadah aman Disegel

Kegunaan : Sebagai pewarna

Konsentrasi : 0,25 %

Page 20: laporan tekno griseofulvin

20

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat yang digunakan

1. Alu

2. Cawan Porselin

3. Corong

4. Disintegration tester (Charles ischi AG)

5. Friability tester (Charles ischi AG)

6. Gelas kimia (pyrex)

7. Gelas ukur (pyrex)

8. Hardness tester (kraemer elektronik)

9. Kaca arloji

10. Lap halus

11. Lap kasar

12. Lumpang

13. Neraca analitik (A&D Company United)

Page 21: laporan tekno griseofulvin

21

14. Piknometer

15. Pipet

16. Sendok tanduk

17. Sudip

III.2 Bahan yang digunakan

1. Alkohol 70% 8. Parafin

2. Brosur 9. Pati jagung

3. Dekstrin 10. PVP

4. Griseofulvin 11. Talk

5. Kertas grafik 12. Tartrazin

6. Kertas Perkamen 13. Tissue

7. Mg-Stearat

III.3 Perhitungan Bahan

Tiap 500 mg tablet mengandung:

Griseofulvin 250 mg

PVP 3%

Pati Jagung 5% Fase Dalam = 89.75%

Tartrazin 0.25%

Dekstrin q.s

Mg-Stearat 0.25%

Talk 5% Fase Luar = 10.25%

Pati Jagung 5%

Fase Dalam = 5

5 = 448.75 mg

Fase Luar = 5

5 = 51.25 mg

Dalam 1 Tablet Dalam 20 Tablet

Griseofulvin = 250 mg 3 g

Page 22: laporan tekno griseofulvin

22

PVP = 0.03 x 500 mg

= 15 mg 0.18 g

Pati Jagung = 0.05 x 500 mg

= 25 mg 0.3 g

Tartrazin = 0.0025 x 500 mg

= 1.25 mg 0.015 g

Dekstrin = 448.75 – (250 + 15 + 25 + 1.25)

= 157.5 mg 1.89 g

Mg-Stearat = 0.00125 x 500

= 0.625 mg 0.0075 g

Talk = 0.025 mg x 500

= 12.5 mg 0.15 g

Pati Jagung = 0.05 x 500 mg

= 25 mg 0.3 g

III.4 Perhitungan Dosis

DM Griseofulvin = -/1g

Rumus Dilling (8-19 tahun) =

=

=

Presentase =

=

Penentuan Aturan Pakai = 2 x 1 Tablet sehari

= 2 x 250 mg = 500 mg

Rumus Cowling (>19 tahun) =

=

= 5

Presentase = 5

= 5

Penentuan Aturan Pakai = 3 x 1 Tablet sehari

= 3 x 250 mg = 750 mg

III.5 Cara Kerja

Page 23: laporan tekno griseofulvin

23

III.5.1 Pembuatan Tablet Griseofulvin

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%.

3. Ditimbang fase dalam Griseofuvin sebanyak 3 g, PVP 0.18 g, Pati

Jagung 0.3 g, Tartrazin 0.015 g, Dekstrin 1.89 g serta fase dalam Mg-

Stearat 0.0075 g, Talk 0.15 g dan Pati Jagung 0.3 g.

4. Dimasukkan griseofulvin dan PVP ke dalam lumpang dan digerus

hingga homogen.

5. Dimasukkan pati jagung ke dalam lumpang dan digerus hingga

homogen.

6. Dimasukkan tartazin dan juga dekstrin, digerus hingga homogen.

7. Ditambahkan setengah fase luar (Mg-stearat dan talk).

8. Dibuat slugg campuran menggunakan punch dengan diameter besar

dan tekanan tinggi.

9. Digiling kasar slugg yang telah terbentuk dan diayak dengan ayakan

nomor mesh 16.

10. Dilakukan evaluasi granul.

11. Dicampurkan sisa fase luar ke dalam campuran granul.

12. Dicetak dengan punch diameter 13 nm sesuai bobot yang diinginkan.

13. Dievaluasi tablet.

III.5.1 Pembuatan Tablet Griseofulvin

a. Menentukan Kecepataan Alir dan Sudut Diam

1. Dimasukkan granul ke dalam corong yang bagian lubang

bawahnya ditutup

2. Diratakan permukaannya

3. Diberikan kertas saring pada bagian bawah dari corong dengan

jarak 5 cm

4. Dilepaskan penutup yang menahan lubang bagian bawah dari

corong

5. Dihitung waktu sampai semua granul dapat teraliri semua

6. Diukur diameter dan tinggi granul

Page 24: laporan tekno griseofulvin

24

7. Dihitung kecepatan alir dan sudut diam grranul

b. Menentukan Bobot Jenis Nyata dan Bobot Jenis Mampat

1. Dimasukkan granul ke dalam gelas ukur 100 mL

2. Dicatat volume awal

3. Dilakukan pengetukkan pada gelas ukur yang telah berisi granul

4. Diukur volume granul yang dimampatkan

5. Dihitung bobot jenis nyata, bobot jenis mampat dan porositas

c. Menentukan Bobot Jenis Sejati

1. Ditimbang piknometer 50 mL yang kosong

2. Dimasukkan paraffin cair ke dalam piknometer

3. Ditimbang piknometer yang telah berisi paraffin cair

4. Dimasukkan paraffin cair ke dalam gelas ukur

5. Dimasukkan granul sebanyak 1 gram ke dalam piknometer

6. Ditimbang piknometer yang telah berisi granul

7. Dimasukkan kembali paraffin cair ke dalam piknometer kosong

yang telah berisi granul

8. Ditimbang piknometer yang telah berisi paraffin cair dan granul

9. Dihitung bobot jenis paraffin dan bobot jenis sejati

Page 25: laporan tekno griseofulvin

25

BAB IV

HASI DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

IV.1.1 Evaluasi Granul

1. Kecepatan Alir

Kecepatan Alir =

=

= 0.4 s

2. Sudut Diam

T α =

=

5 = 0.63

α = 32.210

3. Bobot Jenis Sejati

BJ Parafin = -

Page 26: laporan tekno griseofulvin

26

= – 5

= 0.827 g/mL

BJ Sejati = -

= –

– 5 = 2.7 g/mL

4. Bobot Jenis Nyata

BJ Nyata =

=

= 0.567 g/mL

5. Bobot Jenis Mampat

BJ Mampat 1 =

=

= 0.731 g/mL

BJ Mampat 2 =

=

= 0.756 g/mL

BJ Mampat 3 =

=

= 0.782 g/mL

BJ Mampat 4 =

=

= 0.782 g/mL

6. Porositas

Porositas 1 = 1-

= 1- 5

= 23%

Porositas 2 = 1-

Page 27: laporan tekno griseofulvin

27

= 1- 5

5 = 25%

Porositas 3 = 1-

= 1- 5

= 28%

Porositas 4 = 1-

= 1- 5

= 28%

IV.1.2 Evaluasi Granul

1. Uji keseragaman Bobot

Penyimpangan = T T – -

-

Bobot Rata-rata = S T

T

=

= 640.55 mg

Tablet 1 = – 55

55 = -

Tablet 2 = – 55

55 = -

Tablet 3 = – 55

55 = -

Tablet 4 = 55 – 55

55 =

Tablet 5 = – 55

55 = - 55

Tablet 6 = 5 – 55

55 =

Tablet 7 = 5 – 55

55 =

Tablet 8 = – 55

55 =

Page 28: laporan tekno griseofulvin

28

Tablet 9 = – 55

55 = -

Tablet 10 = – 55

55 =

Tablet 11 = 5 – 55

55 =

Tablet 12 = 5 – 55

55 = -

Tablet 13 = – 55

55 = - 5

Tablet 14 = – 55

55 =

Tablet 15 = – 55

55 = -

Tablet 16 = 5 – 55

55 =

Tablet 17 = – 55

55 =

Tablet 18 = 5 – 55

55 = -

Tablet 19 = – 55

55 = -

Tablet 20 = 5 – 55

55 =

2. Uji Kerenyahan

Freability = –

= –

= 7.87 %

IV.2 Pembahasan

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat dengan cara kempa

cetak dalam bentuk umumnya tabung pipih yang kedua permukaannya rata

Page 29: laporan tekno griseofulvin

29

atau cembung, mengandung obat dengan atau tanpa zat pengisi (Dirjen

POM, 1979). Tablet ini dibuat dalam bentuk tablet kempa, tablet kempa

biasanya dikehendaki untuk memberikan disintegrasi dan pelepasan obat

yang cepat penggunaan tablet kempa ini biasanya obat yang tidak larut

dalam air (Lachman,2008).

Pada praktikum ini dibuat tablet fulvinazol yang mengandung zat

aktif griseofulvin sebanyak 250 mg dan berindikasi sebagai obat untuk

mengatasi jamur pada kulit, rambut dan kuku (Tjay,2007). Mekanisme

kerja obat ini berakumulasi di daerah yang terinfeksi, disintesis kembali

dalam jaringan yang mengandung keratin sehingga menyebabkan

pertumbuhan jamur dapat terganggu. Tetapi harus dilanjutkan sampai

jaringan normal menggantikan jaringan yang telah terinfeksi dan biasanya

membutuhkan waktu beberapaa minggu sampai bulan (Azwar, 1995).

Sediaan ini dikombinasikan dengan beberapa zat tambahan yang

berfungsi sebagai fase dalam dan fase luar. Fase dalam terdiri dari PVP

3%, pati jagung 5%, tatrazin 0.25% dan dekstrin secukupnya. Sedangkan

fase luar terdiri dari Mg-Stearat 0.25%, talk 5% dan pati jagung 5%.

Penggunakan PVP ini berfungsi sebagai pengikat, dengan konsentrasi 3%

dapat memperoleh kekuatan yang baik sebagai pengikat sehingga dapat

meningkatkan ikatan antar partikel (Anwar, 2012). Untuk penggunaan pati

jangung berfungsi sebagai penghancur pada tablet dan pada konsentrasi

5% dapat menghasilkan tablet yang memiliki sifat fisik baik (Maryani

2013). Sedangkan untuk penggunaan tartrazin 0.25% bertujuan untuk

memberikan warna yang menarik pada sediaan farmasi (Martindale,

2009). Pengunaan dekstrin pada sediaan ini berfungsi sebagai bahan

pengisi pada tablet (Minarti,2009). Mg-Stearat digunakan sebagai lubrikan

atau pelincir yang konsentrasinya terbatas sampai 0.25%, bila digunakan

lebih akan mempengaruhi kekerasan tablet (Anwar, 2012). Dan untuk

penggunaan talk bertujuan sebagai pelican untuk mengurangi gesekan

diantara partikel-partikel, konsentrasi talk sebagai pelican yaitu 5%

(Anwar, 2012).

Page 30: laporan tekno griseofulvin

30

Pembuatan tablet fulvinazol menggunakan metode granulasi

kering, granulasi kering merupakan metode yang khususnya untuk bahan-

bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan sedangkan griseofulvin

merupakan golongan antibiotik yang tidak tahan terhadap pemanasan

(Azwar, 1995). Cara pembuatan tablet fulvinazol yaitu dengan cara

mencampurkan semua bahan fase dalam dan ditambahkan setengah fase

luar (Mg-Stearat dan talk). Kemudian campuran bahan dibuat slugg. Slugg

adalah campuran bahan yang dikompresi menjadi tablet yang lebar, datar,

tidak berukuran dan memilki berat yang tidak tepat (Ansel, 1989). Digiling

slugg dan diayak menggunakan ayakan dengan nomor mesh 16, karena

pada ayakan tersebut dapat menghasilkan ukuran granul yang baik

sehingga dapat mengisi kekosongan tablet (Ansel, 1989). Dilakukan

evaluasi granul dan ditambahkan setengah fase luar. Setelah itu dilakukan

pencetakan tablet dan evaluasi tablet. Namun dalam praktikum ini tidak

dilakukan proses pembuatan slugg dan pencetakkan tablet, karena

kurangnya fasilitas alat yang ada di laboratorium.

Pada evaluasi granul digunakan beberapa perlakuan yaitu

menentukan kecepatan alir granul, sudut diam, bobot jenis nyata, bobot

jenis mampat bobot jenis sejati dan porositas. Penentuan kecepatan alir

granul dan sudut diam granul bertujuan untuk melihat sifat daya alir dari

granul apakah telah memenuhi syarat (Faradiba, 2013). Sedangkan untuk

penentuan bobot jenis sejati bertujuan untuk melihat banyaknya ruang

kosong intrapartikel yang dimiliki oleh granul, karena semakin tinggi

bobot jenis sejati maka semakin banyak pula ruang kosong intrapartikel

yang dimiliki oleh granul (Faradiba, 2013). Dan untuk penentuan bobot

jenis nyata, mampat dan porositas bertujuan untuk melihat perbedaan

ruang kosong antar partikel dan untuk mengetahui bagaimana kelarutan

granul dalam pelarut (Siregar, 2008).

Dari praktikum yang dilakukan didapatkan hasil yaitu kecepatan

alir 0.4 detik dan sudut diam 320, jadi granul ini memiliki daya alir yang

baik karena granul yang baik memiliki waktu alir <10 detik dan sudut

Page 31: laporan tekno griseofulvin

31

diam 300- 40

0 (Faradiba, 2013). Sedangkan bobot jenis sejati 2.7 g/mL,

bobot jenis nyata 0.587 g/mL, bobot jenis mampat rata-rata 0.75 g/mL dan

prositas rata-rata 26%, granul ini memiliki porositas yang baik karena

syarat porositas yang baik yaitu 10%-90% (Siregar, 2008).

Pada praktikum ini dilakukan pula evaluasi tablet. Adapun tablet

yang digunakan adalah tablet yang telah disediakan sebelumnya dan bukan

merupakan tablet yang dibuat berdasarkan rancangan formula dalam

laporan ini karena tidak memadainya sarana dan prasarana. Dalam hal ini

tablet harus memenuhi beberapa kriteria untuk dapat dianggap sebagai

tablet yang memenuhi syarat untuk dapat diterima oleh masyarakat.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi antara lain yaitu uji keseragaman

ukuran, uji waktu hancur dan uji kerenyahan (Siregar, 2008). Berdasarkan

perhitungan keseragaman bobot yang didapat dari 20 tablet yaitu -1.3% ; -

4.1% ; -1.7% ; 2.2% ; -0.5% ; 2.7% ; 1.6% ; 1.4% ; 0.9% ; 0.4% ; 1.7% ; -

0.8% ; -0.5% ; 0.3% ; -1.0% ; 1.7% ; -0.3% ; -0.9% ; -0.3% dan 0.7%. Hal

ini menyatakan bahwa keseragaman bobot memenuhi syarat karena tidak

ada nilai yang menyimpang dari kolom A (5%) maupun kolom B (10%)

(Siregar, 2008).

Untuk menguji waktu hancur 6 tablet dimasukkan dalam alat

disintergration tester, dan pada waktu 15 menit semua tabet telah hancur.

Waktu hancur dari tablet ini memenuhi syarat karena waktu yang

dibutuhkan oleh tablet tidak bersalut untuk hancur adalah 15 menit

(Tungadi, 2014). Sedangkan uji kerenyahan dari tablet didapatkan hasil

7.9%. dari hasil yang didapat tablet ini memiliki kerenyahan yang tidak

memenuhi syarat karena tablet dengan kerenyahan yang baik memilki nilai

susuk <0.8% (Siregar, 2008). Hal ini disebabkan karena tablet yang

digunakan telah tersimpan dalam waktu yang cukup lama sehingga tablet

ini memiliki kerenyahan yang buruk.

Page 32: laporan tekno griseofulvin

32

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

1. Rancangan formula fulvinazol yaitu griseofulvin 250 mg, PVP 3%, pati

jagung 5%, tatrazin 0.25%, dekstrin secukupnya, Mg-Stearat 0.25%,

talk 5% dan pati jagung 5%.

2. Metode yang digunakan pada pembuatan tablet ini yaitu metode

granulasi kering.

3. Evaluasi granul didapatkan hasil yaitu granul Fulvinazol memiliki

kecepatan daya alir yang baik dan memiliki porositas yang baik. Dan

evaluasi tablet didapatkan hasil yaitu memiliki keseragaman bobot yang

baik, daya hancur yang baik, tetapi meiliki kerenyahan yang tidak baik.

V.2 Saran

Disarankan untuk pengelola laboratorium untuk menambah alat-

alat yang akan digunakan pada saat praktikum dan untuk praktikan

sebaiknya lebih teliti dalam menimbang, mengukur, dan menghitung agar

data yang diperoleh lebih akurat.

Page 33: laporan tekno griseofulvin

33

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV.

Diterjemahkan Oleh: Ibrahim Farick. Jakarta: UI Press

Anwar, E. 2012. Excipient Dalam Sediaan Farmasi. Jakarta: Dian Rakyat

Ben, ES. 2013. Tekhnologi Sediaan Farmasi. Padang: Universitas Andalas

Dirjen POM. 1978. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

Faradiba, dkk. 2013. Formulasi Granul Effervescent Ekstrak Etanol Daun

Jambu Biji. Makasar: Universitas Hasanudin

Gunawan. 2012. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: UI Press

Khairi, N. dkk. 2012. Studi Formulasi Tablet Efervescent Extrak Angkak

Dengan Fariasi Konsentrasi Bahan Pengikat Volume II. Jakarta:

Penelitian Biologi

Lachman, dkk. 2008. Teori dan Praktek Formulasi Industri. Diterjemahkan

Oleh: Syuyatani Siti. Jakarta: UI Press

Page 34: laporan tekno griseofulvin

34

Rowe, dkk. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipient Six Edition.

London: Pharmaceutical Press

Siregar, dkk. 2008. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Jakarta: EGC

Tjay, T.H. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: Gramedia

Tungadi, R. 2014. Penuntun Praktikum Teknologi Sediaan Farmasi.

Gorontalo: UNG Press