Tehnologi Pengolahan Tepat Guna pada Integratif Farming System Oleh Pokmas Lumbung Sinergi dengan metode LEISA
(Low External Input Sustainable Agriculture) 1)
Sarjiyanto 2)
A. PendahuluanKelompok Masyarakat atau sering di singkat dengan POKMAS
adalah sebuah lembaga masyarakat yang bersifat Communal Base dan
bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitarnya. Melalui
Kelompok Masyarakat yang terorgasisasi secara profesional diharapkan
dapat memberdayakan potensi-potensi masyarakat yang belum optimal.
Dengan Kelompok Masyarakat yang ada secara nyata akan
lebih paham dan menyadari akan kebutuhannya, sehingga dapat
diketemukan antara kebijakan pemerintah dengan kebutuhan yang
diharapkan masyarakat. Melalui Kelompok Masyarakat ini masyarakat
akan memiliki power yang kuat untuk mendapatkan hak-haknya dibidang
layanan kesehatan, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Disamping
memiliki power juga dalam rangka meningkatkan peran serta mereka
dibidang pemberdayaan masyarakat akan mudah dibina dan
dikoordinasikan untuk mewujubkan pembangunan masyarakat yang adil
dan makmur.
Berdasarkan kenyataan di atas melalui Kelompok Masyarakat
“Lumbung Sinergi” ini kami akan melakukan program pemberdayaan
masyarakat dibidang ekonomi pertanian untuk mewujubkan masyarakat
Desa Tempuran Bulakan Sukoharjo yang memiliki potensi ekonomi yang
cukup kuat melalui “Pembangunan Kawasan Integrasi Peternakan
Perikanan dan Penerapan Tehnologi Tepat Guna Dalam Rangka
Peningkatan Kesejahteraan Warga Desa”
1) Makalah disampaikan dalam rangka tugas pemahaman General Business Enviroment khususnya lingkungan Processing Technology dengan pengampu Prof. Dr. Kapti Rahayu Kuswanto
2) Mahasiswa Program Master of Business Administration FEB UGM No.Reg 1157045. NRM.10/314195/PEK/15729 (Pemdamping Pokmas Lumbung Sinergi Sukoharjo)
B. Peran Integratif Farming System di Pedesaan
1
Pentingya sistem yang tepat agar pembangunan pertanian
dapat mengantarkan sektor pertanian pada kondisi yang tangguh, maju
dan efisien. Persyaratan yang muncul adalah upaya-upaya pengelolaan
sumberdaya yang lebih efisien dan optimal. Nuansa yang perlu dicermati
dalam hal ini adalah keinginan untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat (petani dan keluarganya melalui Kelompok Masyarakat),
meningkatkan pengertian dan pemahaman petani terhadap kegiatan
usaha yang digelutinya dengan memperhatikan aspek-aspek spesifikasi
sumberdaya serta spesifikasi tujuan pemanfaatan sumberdaya.
Semuanya akan tercapai manakala didukung oleh berbagai aspek,
seperti ilmu pengetahuan, teknologi, sumberdaya manusia dan faktor
pendukung lainnya. Sementara sistemnya disebut Sistem Pertanian
Terpadu, Berkelanjutan, Berwawasan Lingkungan dan Mandiri.
Konsep pertanian terpadu, berkelanjutan, ramah lingkungan dan
mandiri atau yang juga sering disebut dengan konsep LEISA (Low
External Input Sustainable Agriculture), tidak hanya bisa diterapkan untuk
usaha pertanian dalam skala besar (makro), tetapi juga bisa diaplikasikan
pada unit usaha pertanian berskala sangat kecil (mikro) atau family farm.
Berkembangnya perekonomian masyarakat pedesaan tersebut
diharapkan akan merupakan sumber pertumbuhan baru. Untuk
mewujudkan hal itulah konsep pertanian terpadu (Itegratif Farming
System) mutlak hadir. Sebab inti dari konsep pertanian terpadu adalah :
1. Mengintegrasikan beberapa unit usaha di bidang pertanian
2. Dikelola secara terpadu
3. Berorientasi ekologis
4. Peningkatan nilai ekonomi
5. Efisiensi dan produktifitas tinggi
Sementara sumber-sumber yang diharapkan menjadi penopang
pertumbuhan dan akan sangat mendukung pembangunan pertanian
adalah :
1. Yang berkaitan dengan peningkatan produksi dan produktifitas
seperti diversifikasi, intensifikasi, penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2
2. Yang berkaitan dengan nilai tambah seperti peningkatan jenis
usaha yang bernilai tinggi, peningkatan jenis produk olahan, mutu
dan cara mengemas.
3. Yang berkaitan dengan pemenuhan permintaan konsumen yang
selalu berubah dan ingin lebih baik seperti jenis komoditas baru
dan jenis produk baru.
4. Yang berkaitan dengan kelembagaan seperti penciptaan iklim
usaha yang merangsang pertumbuhan ekonomi, investasi dan
pembinaan hubungan yang saling menguntungkan antar subsistem
yang ada.
Kaidah yang digunakan dalam penerapan sistem pertanian
terpadu adalah relasi antara tanaman (plant), binatang (animal) dan
manusia (man).
Tanaman, baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan
(juga kehutanan), tidak hanya menghasilkan pangan (food) sebagai
produk utamanya, tetapi juga menghasilkan limbah yang oleh sistem
pertanian ’’Revolusi Hijau’’ terabaikan. Padahal limbah-limbah tersebut,
hanya dengan cara-cara sederhana dapat diubah menjadi pakan (feed)
yang berkualitas bagi hewan ternak. Dan pakan tersebut oleh hewan
ternak dapat ditransformasikan menjadi bahan pangan yang bermutu bagi
manusia, seperti daging, susu, telur dan lain-lain.
Hewan ternak di samping menghasilkan produk utama berupa
daging, susu, telur dan lain-lain, juga menghasilkan kotoran (feses) dan
urine yang dalam sistem pertanian ’’Revolusi Hijau’’ juga diabaikan.
Padahal limbah-limbah tersebut dengan cara sederhana dapat diubah
menjadi kompos bermutu. Kompos dapat dimanfaatkan dalam proses
produksi pertanian, sehingga seluruh komponen yang terkait menjadi
lebih efisien dan tanpa meninggalkan limbah (zero waste).
Manusia sebagai pengkonsumsi produk tanaman dan hewan
ternak, dengan akal, pikiran, tenaga dan keterampilannya, dapat menjadi
media sehingga dicapai tingkat efisiensi tinggi dari komponen-komponen
yang saling berkait tersebut. Dengan demikian, secara tidak langsung
tanaman, binatang dan manusia bersinergis. Bukannya saling merusak
3
hanya untuk kepentingan sesaat. Lebih-lebih kalau alasannya hanya
sekadar untuk dapat naik pangkat dan hidup berlimpah harta.
Konsep pertanian terpadu juga sering disebut sebagai konsep
LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture). Konsep ini
diharapkan menjadi arah baru bagi pertanian masa depan, di mana unsur
atau komponen yang terlibat dapat menikmati hasil yang sepadan dan
berkelanjutan. Sebab konsep LEISA pada dasarnya merangkum
tindakan-tindakan :
1. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal
2. Maksimalisasi daur ulang (zero waste)
3. Minimalisasi kerusakan lingkungan (ramah lingkungan)
4. Diversifikasi usaha
5. Pencapaian tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka
panjang
6. Menciptakan kemandirian
Untuk mendukung keberhasilan dalam penerapan konsep
LEISA, diperlukan teknologi tepat guna yang dapat mengubah limbah
pertanian menjadi sumberdaya (feed) dan pemanfaatannya, serta
mengubah limbah peternakan menjadi sumberdaya (compost) dan
pemanfaatannya baik untuk sektor pertanian tanaman pangan,
perkebunan, kehutanan maupun untuk budidaya perikanan.
C. Pentingnya Tehnologi Pengolaha pada Integratif Farming System
Usaha produksi pangan, termasuk pertanian, tidak boleh
mendera dan merusak lingkungan. Tetapi kita jangan sampai melupakan
kemiskinan dan kelaparan yang diderita oleh banyak penduduk.
Lingkungan justru tidak akan dapat diperbaiki dan dilestarikan dalam
kondisi masyarakat petani miskin. Untuk memerangi kemiskinan dan
ketahanan pangan tersebut diperlukan aplikasi ilmu dan teknologi. Selain
itu :
(1) diversifikasi penggunaan sumberdaya optimal.
(2) mengurangi terjadinya resiko usaha.
(3) efisiensi penggunaan tenaga kerja.
4
(4) efisiensi penggunaan input produksi.
(5) mengurangi ketergantungan energi kimia.
(6) ramah lingkungan.
(7) meningkatkan output, dan
(8) rumahtangga petani yang berkelanjutan.
Belum lagi kalau memperhatikan tuntutan masyarakat di masa
datang yang menginginkan Back To Nature dalam segala hal dengan
persyaratan utama : 1). Food Safety Attributes, 2). Nutritional Attributes
dan 3). Eco-labelling Attributes. Artinya :
1. Bahan Pangan yang dihasilkan petani harus aman dikonsumsi.
2. Bahan Pangan yang dihasilkan petani harus memiliki kandungan
nutrisi yang tinggi.
3. Bahan Pangan yang dihasilkan petani harus diusahakan secara
ramah lingkungan.
4. Sistem Pertanian Terpadu atau Sistem Pertanian Tanpa Limbah
5. Mengintegrasikan atau menggabungkan beberapa unit usaha di
bidang pertanian yang dikelola secara terpadu, berorientasi ekologis,
sehingga diperoleh peningkatan nilai ekonomi, tingkat efisiensi dan
produktifitas yang tinggi.
Prinsip Integrated Farming System dengan metode LEISA (Low
External Input Sustainable Agriculture) adalah Biomasa yang tersedia
dapat dijadikan bahan pakan dan Spesies atau jenis ternak yang sesuai
dengan kondisi agroekologi dan sosial budaya masyarakat serta
Manajemen pemeliharaan harus seimbang antara sistem perkandangan,
aspek veteriner, pengolahan dan pemanfaatan kompos, maupun
diversifikasi usaha yang kemungkinan timbul dengan didukungan inovasi
teknologi tepat guna dan kelembagaan yang tepat.
D. Berbagai Tehnologi Pengolahan Tepat Guna yang RelevanUnit usaha bersama yang dikelola oleh Kelompok Masyarakat
Lumbung Sinergi dalam rangka mewujudkan kawasan integrasi
peternakan, perikanan dan penerapan tehnologi tepat guna dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan warga desa Tempuran Bulakan Sukoharjo
dalah:
5
1. Peternakan Sapi
Selama ini sudah dalam tahap realisasi untuk peternakan sapi indukan.
Dalam tahap awal ini sudah dilakukan investasi oleh pengurus
Kelompok Masyarakat untuk pengadaan kandang dan operasional
pemeliharaan sapi indukan dan sudah ada kesanggupan dari Dinas
Peternakan Kabupaten Sukoharjo untuk memberikan stimulan bantuan
20 (dua puluh) ekor sapi betina.
Dengan peternakan sapi ini direncanakan bahwa kotoran dan
kencing sapi menjadi input (masukan) untuk Produksi Biogas dan
Pupuk Organik, sedangkan sisa limbah cair disalurkan ke kolam
perikanan darat. Karena limbah yang cair yang dihasilkan tidak berbau
dan kaya akan mikroba pengerai yang sangat cocok untuk pakan
budidaya ikan.
Gambar Peternakan Sapi
Gambar. 1 Gambar Kandang Sapi
2. Perikanan darat
Budidaya ikan yang akan dijalankan oleh Kelompok Masyarakat ini
didasarkan asas kemanfataan, mengurangi pecemaran akibat limbah cair
sisa pembuangan biogas, dan serta menghasilkan produksi ikan yang
sehat untuk di konsumsi. Ikan akan diberi pakan dari mikroba-mikroba
pengurai yang kaya akan protein bagi ikan, sehingga budidaya perikanan
yang dilakukan disamping memenuhi asas kemanfaatan dan kesehatan
6
juga akan menghemat pemeliharannya karena tidak bergantung pada
pakan buatan pabrik.
Budidaya perikanan darat diharapkan dapat berkembang di lingkungan
kandang, karena kawasan ini masih sangat memungkinkan untuk
dikembangkan. Tanah yang belum dioptimalkan penggunaanya oleh warga
sekitar menjadi prospek yang potensial perkembangan budidaya perikanan
darat.
Melalui budidaya perikanan darat diharapkan memicu tumbuhnya industri
rumah tangga yang dikelola ibu-ibu rumah tangga di kawasan ini yang
berbasis pada tehnologi pengolahan hasil perikanan lebih lanjut.
Berbagai hasil Industri Rumah Tangga yang dapat dikembangkan melalui Tehnologi Tepat Guna
(Abon lele dan kerupuk lele)
Sehingga diharapkan dari unit usaha bersama oleh Kelompok Masyarakat
ini dapat menjadi multiplayer effect bagi peningkatan kesejahteraan warga
masyarakat di Desa Tempuran Bulakan Sukoharjo.
3. Peternakan ayam
Peternakan ayam dipilih untuk juga dikembangkan dalam unit usaha
bersama oleh Kelompok Masyarakat ini karena dengan pertimbangan
7
effisiensi dan asas kemanfaatan. Peternakan ayam rencananya akan
dikembangkan diatas dasar kolam ikan. Sehingga disamping dapat
menjadi penyedia produksi pakan bagi ikan dibawahnya, juga akan
menambah pendapatan bagi kesejahteraan anggota kelompok.
Manfaat dari peternakan ayam tersebut juga akan menambah beban kerja
Kelompok Masyarakat, sehingga tenaga yang yang dicurahkan semakin
produktif untuk mengelola unit usaha bersama yang dijalankan.
Rencana pengelolaan peternakan ini akan menggandeng Perusahaan
ternak yang biasanya melakukan kerjasama penggemukan ayam potong
atau ayam petelur. Atau bahkan ternak ayam kampung.
Gambaran. Penerapan Tehnologi kandang diatas kolam
4. Produksi Biogas untuk rumah tangga
Dengan adanya peternakan sapi, tentunya akan menghasilkan limbah
rerupa kotoran sapi (lethong red jawa). Melalui penerapan Tehnologi Tepat
Guna diharapkan kotoran sapi tersebut dapat dioptimalkan keberadaanya
untuk menyupali biogas bagi lingkungan masyarakat tersebut.
Produk biogas akan sangat membantukesulitan warga akan energi
alternatif di lingkungan pedesaan. Karena masyarakat pedesaan,
khususnya di Desa Tempuran Bulakan Sukoharjo masih takut
menggunakan kompor gas hasil konversi beberapa tahun kemarin. Dengan
hadirnya Biogas sebagai energi alternatif diharapkan akan mengurangi
beban ekonomi masyarakat, mengingat harga minyak tahan dan bahan
8
bakar lainya yang sangat mahal. Melalui produksi Biogas murah dan aman
diharapkan dapat mengingkatkan kesejahteraan warga sekitar.
Gambar Penerapan Tehnologi Pemanfaatan Biogas
5. Produksi Pupuk dan Pestisida organik.
Produksi Biogas mempuyai sisa residu berupa kotoran sapi yang bersifat
padat. Residu yang dihasilkan dari Produksi Biogas tersebut sangat kaya
akan unsur-unsur senyawa alamiah yang sangat dibutuhkan oleh tumbuh-
tumbuhan. Berdasarkan fakta tersebut kami mohon bantuan untuk
pengadaan mesim pengolahan limbah padat dari kotoran sapi yang sudah
diambil gasnya untuk diolah menjadi pupuk organik. Dengan pengelolaan,
packing, dan pemasaran yang tepat, potensi bahwa pupukorganik yang
dihasilkan akan sangat dibutuhkan oleh para petani.
Disamping limbah padat yang dapat diolah menjadi pupuk organik, kencing
sapi jika difermentasi dan mendapatkan perlakuan khusus juga dapat
dimanfaakan sebagi pestisida organik.
Gambar Pemrosesan Pupuk & Pestisida Organik
9
Keyakinan akan potensi kemanfaatan pupuk dan pestisida organik yang
dihasilkan akan laku dipasar adalah munculnya kesadaran yang tinggi dari
masyarakat tentang kesehatan. Hal ini menuntut para petani untuk
mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida buatan pabrik yang banyak
mengandung bahan-bahan kimia. Sehingga para petani akan beralih pada
pupuk dan pestisida organik. Disamping itu keberadaan produksi pupuk
dan pestisida organik oleh unit usaha bersama Kelompok Masyarakat
dapat mengurangi ketergantungan petani pada pupuk dan pestisida buatan
yang secara ekonomi harganya lebih mahal, sehingga secara tidak
langsung mengurangi biaya produksi bagi petani agar lebih meningkat
pendapatan dan kesejahteraannya.
E. KesimpulanKeberhasilan pengembangan Integratif Farming System Oleh Pokmas
Lumbung Sinergi dengan metode LEISA (Low External Input Sustainable
Agriculture) komoditas pertanian tidak dapat dilepaskan dari kemampuan
dalam penguasaan dan pengembangan teknologi. Kondisi perbedaan
potensi karakteristik pertanian dan pedesaan menuntut pemilihan dan
perakitan teknologi yang sesuai dengan kondisi dan lingkungan setempat.
Dalam kaitan ini, perakitan teknologi senantiasa diupayakan bersifat tepat
guna, dalam pengertian bahwa paket teknologi harus mampu
meningkatkan pemanfaatan, pengelolaan sumberdaya alam secara
optimal, peningkatan produksi, mutu dan hasil serta meningkatkan nilai
tambah. Perakitan teknologi yang spesifik lokasi dilakukan dengan
pendekatan sistem usahatani. Karenanya teknologi tepat guna yang
diterapkan harus berciri skala kecil, mempunyai daya serap tenaga kerja
besar dan memerlukan investasi yang relatif kecil. Macam teknologi akan
memberikan pengaruh terhadap proses produksi, apakah akan
meningkatkan produktifitas, menghemat/menurunkan faktor produksi,
meningkatkan kualitas hasil, nilai tambah, membuka peluang pasar baru
dan rekayasa sosial berupa perangkat lunak sebagai penggerak kegiatan
berproduksi serta penerapan teknologi seperti pengorganisasian,
kelembagaan dan pengelolaan.
10
F. Pustaka
Azhari Nuridinar. 1999. An Integrated Farming With Zero Waste System
Info Medion Edisi Desember 2009. selintas Mengenai Integrated Farming System di Indonesia
Nur Sukmawati. 2009. Upaya Mewujudkan Kesejahteraan dan Kemandirian Petani.
Poultry Indonesia April 2009 (hal 55-56). Kelebihan dan Kekurangan Integratif Farming System.
Sarjiyanto. 2010 Laporan Kegiatan Integrative Farming System Pokmas Lumbung Sinergi di Desa Tempuran Bulakan Sukoharjo.
www. Sinartani.com
11