1www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
KATA PENGANTAR
Peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan mandat
yang diamanatkan dalam berbagai peraturan perundangan seperti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.
PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Dengan dukungan USAID, Program KINERJA telah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis
peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan) yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik. Program
ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan (demand
side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan perbaikan iklim usaha. Pada tahun ketiga Program
KINERJA menambah 4 kabupaten/kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor kesehatan.
Di bidang Distribusi Guru Proporsional (DGP), Program KINERJA mendorong pemerintah daerah agar
menyelenggarakan manajemen guru yang lebih merata secara proporsional sehingga mutu layanan
pendidikan di daerah menjadi lebih merata pula. KINERJA juga mendorong munculnya kebijakan di tingkat
kabupaten/kota agar program DGP dapat diadopsi dan disebarluaskan ke daerah-daerah sekolah lainnya.
Mengingat praktik-praktik DGP yang dilaksanakan KINERJA bersama pemerintah daerah mitra merupakan
pendekatan yang relatif baru dengan intervensi sisi penyedia layanan dan pengguna layanan secara
bersamaan, maka untuk lebih memudahkan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan dalam
menerapkannya maka diperlukan sebuah modul yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelatihan,
pendampingan, dan pelaksanaannya.
Diharapkan modul ini dapat membantu pemerintah daerah yang ingin memperkenalkan dan menerapkan
program DGP dengan pendekatan KINERJA di daerahnya. Untuk membantu pemerintah daerah dalam proses
dan teknis penerapan pendekatan ini, modul ini juga memuat daftar organisasi yang selama ini membantu
KINERJA dan kabupaten/kota mitra dalam penerapan program DGP.
Jakarta, Januari 2014
2 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1DAFTAR ISI 2RINGKASAN EKSEKUTIF 3Tujuan dan Keberhasilan KINERJA 3Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah 4Rekomendasi kepada para Calon OMP 5Rekomendasi Kepada Para Penyedia Latihan 5
BAB 1 PENDEKATAN KINERJA 6Pendekatan Umum Proyek KINERJA 6Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan 7Prinsip Dalam Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP) 8
BAB 2 PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLA DISTRIBUSI GURU SECARA PROPORSIONAL (DGP)
9
Situasi yang Dihadapi di Daerah 9Bagaimana Kita Memulai Inisiatif 111. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders 112. Pengaturan Pekerjaan 113. Penyusunan Rencana Kerja 12Proses Kerja 121. Peran Masing-masing Stakeholder 122. Pelaksanaan Rencana Kerja 133. Proses Perubahan dan Perkembangan Manfaat Dari Cara Kerja 14
BAB 3 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES 15Tantangan 15Keberhasilan Program 151. Contoh Keberhasilan Program DGP di Kabupaten Luwu Utara 152. Program Pengungkit 18
BAB 4 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI 19Rekomendasi Untuk Replikasi di Daerah Lain 19Rekomendasi Untuk OMP 20Rekomendasi Untuk Lembaga Diklat 20DAFTAR LAMPIRAN 22
3www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
RINGKASAN EKSEKUTIF
Tujuan dan Keberhasilan KINERJA
Tujuan Umum Program KINERJA
KINERJA merupakan program yang bertujuan membantupemerintahdaerahmeningkatkan tata kelola dalam
penyediaan layanan publik di Indonesia. Program KINERJA bekerja di sedikit daerah, hanya di enam dari lima
ratusan daerah di Indonesia. Program ini sebagai contoh praktik yang baik diharapkan dapat diterapkan dan
disempurnakan lagi di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, dokumen ini ditujukan kepada para pengambil
keputusan yang berminat menerapkan dan menyempurnakan pendekatan Kinerja di daerah mereka. Buku
ini dari “Seri Pembelajaran USAID-KINERJA” menguraikan pembelajaran dari KINERJA dalam penerapan DGP
dimana prinsip, pelajaran dan rekomendasi diangkat untuk memfasilitasi daerah lain yang ingin mengadopsi
pendekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan program DGP.
Program KINERJA dimulai pada bulan Oktober 2010 dan akan berlangsung selama kurang lebih lima tahun
hingga Februari 2015. Program ini didanai oleh USAID dan dilaksanakan oleh RTI International bersama lima
mitra organisasi The Asia Foundation, Social Impact, SMERU Research Institute, Universitas Gadjah Mada,
dan Kemitraan.
KINERJA bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik yang difokuskan pada tiga sektor, yakni pendidikan
dasar, kesehatan dasar, dan iklim usaha. Di sektor pendidikan KINERJA memusatkan perhatian pada tiga paket,
yakni tata kelola distribusi guru proporsional (DGP), penghitungan dan tata kelola biaya operasional satuan
pendidikan (DGP), dan manajemen berbasis sekolah (MBS). Paket DGP dan BOSP lebih ditujukan pada tata
kelola di tingkat pemerintah daerah. Sedangkan MBS lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan sekolah
melalui perencanaan yang berorientasi berbasis data, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei pengaduan. Ketiga
paket tersebut dilaksanakan dengan pendekatan transparansi, akunatabilitas, partisipatif, dan responsif.
Di sektor kesehatan KINERJA fokus pada kesehatan ibu dan anak (KIA), terutama persalinan aman dan
ASI eksklusif. Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari paket kesehatan yang mencakup perbaikan
akuntabilitas puskesmas dengan cara melibatkan forum multi-pemangku kepentingan dalam perencanaan dan
penganggaran partisipatif, melaksanakan survei pengaduan, membuat janji perbaikan pelayanan antara warga
negara dan pemerintah dan meningkatkan manajemen puskesmas untuk memastikan pelayanan publik yang
diberikan berkualitas tinggi. Di Papua, paket kesehatan fokus pada tata kelola penguatan sistem kesehatan
untuk KIA, HIV/AIDS, dan Tubercolusis (TB).
4 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Di sektor iklim usaha yang baik Kinerja memusatkan perhatian pada perbaikan perizinan usaha di bawah
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dengan cara membuat kebijkan berbasis bukti dan meningkatkan dialog
pemerintah dan swasta serta menguatkan pengawasan dari masyarakat publik. Beberapa contoh bantuan iklim
usaha yang baik adalah pembentukan PTSP di kabupaten/kota, studi partisipatif mendalam, fasilitasi dialog
pemerintah dan swasta, dan bantuan teknis untuk menyusun rancangan peraturan baru.
Lokasi Program Kinerja
Kinerja bekerja di 24 kabupaten/kota di 5 provinsi, yakni:
1. Provinsi Aceh: Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Kota Banda Aceh dan Simeulue
2. Provinsi Jawa Timur: Bondowoso, Jember, Kota Probolinggo, Probolinggo, dan Tulungagung
3. Provinsi Sulawesi Selatan: Barru, Bulukumba, Luwu, Luwu Utara, dan Kota Makassar
4. Provinsi Kalimantan Barat: Bengkayang, Kota Singkawang, Melawi, Sambas, dan Sekadau
5. Provinsi Papua: Jayapura, Jayawijaya, Kota Jayapura, dan Mimika.
Keberhasilan Program DGP
Hingga akhir 2013 ini, hasil-hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut:
• Enamkabupaten/kotamitraKinerjatelahmenyelesaikanpenghitunganDGPsecaratransparandan
partisipatif dengan melibatkan forum multi stakeholder.
• KabupatenLuwuUtarasudahmendistribusikan51kepalasekolahdan129gurusesuaihasilpenghitungan
DGP.
• KabupatenLuwu,Barru,danAcehSingkiltelahmengeluarkanregulasidalambentukPeraturanBupati
tentang Pemerataan dan Penataan Guru.
• KabupatenBondowosodanSambastelahmenyelesaikandrafakhirPeraturanBupatitentangPemerataan
dan Penataan Guru dan dalam waktu tidak lama lagi akan ditandangani oleh Bupati.
Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah
Program DGP yang dilaksanakan KINERJA bersama Pemerintah Daerah dan Forum Multi Stakeholder
menunjukkan bahwa pendekatan yang digunakan telah membawa hasil dan perubahan. Berdasarkan
pengalaman tersebut, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah, yakni (a) diperlukan komitmen
yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan program DGP, (b) setiap
kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik, (c) melibatkan masyarakat atau forum-forum multi
5www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola DGP, (d) mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang
ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru, (e) berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah
daerah terkait, (f) menetapkan indikator kinerja dan pengukuruan keberhasilan program, dan (g) mengadopsi
pendekatan Kinerja dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA.
Rekomendasi kepada para Calon OMP
Organisasi-organisasi mitra pelaksana KINERJA telah banyak membantu pemerintah daerah dan forum
multi stakeholder dalam melaksanakan program DGP. Ke depan ada beberapa rekomendasi yang bisa
dipertimbangkan oleh OMP dalam upaya melanjutkan perannya, yakni (a) selalu mengintegrasikan aspek tata
kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau
forum-forum multi stakeholder, (b) tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan
jumlah peserta, (c) bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai
pegawai yang melaksanakan program, dan (d) menggunakan modul-modul yang dikembangkan Kinerja untuk
penguatan kapasitas OMP sendiri maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.
Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan
Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus
pelatihan dan Diklat pemerintah yang secara periodik menyelenggarakan latihan untuk pegawai negeri sipil
(PNS). Lembaga-lembaga tersebut mempunyai peran strategis dalam pendayagunaan para stakeholder yang
ikut serta dalam program DGP. Direkomendasi agar lembaga-lembaga Diklat:
a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata kelola
yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik.
b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan
pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kagiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan
secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil
pelatihan.
c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga Diklat mempunyai modul-modul
tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul Kinerja, terutama dalam hal
tata kelola dan ‘governance’.
6 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
BAB 1 PENDEKATAN KINERJA
Pendekatan Umum Program KINERJA
KINERJA bekerja untuk menguatkan sisi penyediaan dan permintaan pelayanan publik yang lebih baik di bidang
kesehatan, pendidikan dan iklim usaha yang baik.
KINERJA bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengatasi kesenjangan penyediaan pelayanan publik
di bidang kesehatan, pendidikan, dan iklim usaha yang baik.
Melalui insentif yang lebih baik, inovasi yang lebih luas, dan lebih banyak jenis replikasi, pemerintah daerah
di Indonesia diharapkan mampu menyediakan layanan yang lebih murah dan lebih baik serta lebih responsif
terhadap kebutuhan dan permintaan warga negara/pengguna layanan.
Salah satu aspek kunci pendekatan KINERJA adalah keterlibatan masyarakat, organisasi masyarakat sipil (LSM),
dan media lokal untuk mendorong pelayanan publik yang lebih baik dan pemberian bantuan teknis kepada
pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagian
besar program KINERJA dilaksanakan melalui organisasi mitra pelaksana (OMP) yang juga menerima pelatihan
peningkatan kapasitas dari KINERJA. Beberapa contoh strategi untuk meningkatkan kapasitas pemerintah
daerah dan masyarakat adalah:
1. Mendukung pelaksanaan kebijakan berdasarkan kondisi empiris melalui analisa bantuan, seperti Analisa
Anggaran Daerah dan Analisa Kesenjangan Distribusi Guru.
2. Membentuk forum multi-pemangku kepentingan untuk menciptakan kemitraan antara pemerintah dan
masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang partisipastif.
3. Melibatkan masyarakat untuk mengawasi penyediaan pelayanan publik melalui mekanisme penanganan
pengaduan dan janji perbaikan pelayanan; serta
4. Mendukung pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), media lokal, dan jurnalis warga untuk
menyediakan akses terhadap informasi publik dan meningkatkan permintaan terhadap penyediaan
pelayanan publik yang lebih baik.
7www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Intervensi program KINERJA berada di tiga area, yakni:
1. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik
2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan
mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang menjanjikan
3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di
Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah daerah.
Dengan bekerja di sisi penyedia dan dan pengguna layanan, maka pendekatan yang digunakan KINERJA dalam
melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas, partisipatif, dan responsif.
Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan
Di sektor pendidikan, KINERJA melaksanakan program-program BOSP (Biaya Operasional Satuan Pendidikan,
DGP (Distribusi Guru Proporsional), dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) di 17 kabupaten/kota di
empat provinsi (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan). Program sektor pendidikan ini
dilaksanakan dengan prinsip-prinsip umum sebagai berikut:
• Keikutsertaan instansi-instansi terkait. Program-program di sektor pendidikan tidak semata-mata
dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, melainkan menyangkut beberapa instansi pemerintah daerah
lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan, Bagian Hukum, dan
Badan Kepegawaian Daerah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program-program sektor pendidikan,
keterlibatan instansi-instansi tersebut sangat penting.
• Keikutsertaan forum multi stakeholder. Dari sisi pengguna pelayanan, keterlibatan masyarakat sangat
diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikut serta dalam penyelengaraan pendidikan
sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan masyarakat, program-
program sektor pendidikan dapat dilaksanakan secara tranparan dan akuntabel.
• Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor pendidikan harus dapat berlangsung terus secara
berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana ketika manfaat program-program pendidikan dapat
dirasakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi
juga oleh masyarakat melalui forum-forum multi stakeholder.
Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif (jurnalisme
warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini didorong atas dasar
8 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
kesadaran perlunya tindakan mendesak dan menyoroti “kebaikan bersama” yang menjadi tujuan kebijakan
pemerintah daerah. Di masa lalu, distribusi guru ke sekolah adalah hak pemerintah, namun Kabupaten Luwu
Utara misalnya melibatkan masyarakat untuk melaksanakan distribusi guru dengan mempertimbangan sisi
permintaan dan jam mengajar standar. Dari sisi masyarakat, pemerataan layanan pendidikan yang memadai
dapat diperoleh.
Prinsip dalam Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Selain prinsip-prinsip umum tata kelola pendidikan di atas, tata kelola DGP dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Penghitungan DGP berdasarkan kebutuhan sekolah, bukan hanya apa yang diinginkan kepala sekolah
atau guru serta menampung aspirasi murid, orangtua murid, dan masyarakat.
2. Penghitungan DGP menggunakan data yang valid dan mutakhir. Untuk itu manajemen data di Dinas
Pendidikan dan sekolah menjadi persyaratan utama.
3. Merujuk pada SPM sehingga distribusi guru di sekolah lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan publik,
pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu pendidikan yang lebih tinggi.
4. Didasarkan pada regulasi daerah (Peraturan Bupati/Walikota). Hal ini diperlukan untuk menjamin program
DGP dapat berlangsung terus secara berkesinambungan.
5. Monitoring dan pelaksanaan alokasi dana ke sekolah diperlukan agar pelasanaan program DGP dapat
tepat sasaran dan dapat terus disempurnakan.
6. Penanganan setiap pengaduan masyarakat mengenai masalah-masalah kekurangan guru.
7. Keberlanjutan program setiap tahunnya untuk memenuhi kesenjangan pembiayaan sekolah yang
berpotensi meningkat sesuai kebutuhan pencapaian standar.
9www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Situasi yang dihadapi di daerah
Karakteristik geografis Indonesia menyebabkan distribusi guru antar wilayah tidak merata. Secara geografis,
Indonesia memiliki berbagai wilayah sulit yang dikenal dengan daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Pada
umumnya guru enggan ditempatkan dan bertugas di daerah-daerah tersebut dalam jangka waktu yang lama.
Di daerah-daerah itu moda transportasi dan fasilitas hidup – terutama tempat tinggal dan ketersediaan bahan
kebutuhan pokok – sangat terbatas. Akibatnya, guru cenderung terkonsentrasi di daerah-daerah nyaman. Di
sisi lain, di daerah-daerah perkotaan pun ketidakmerataan guru antar sekolah kerap terjadi yang disebabkan
oleh penempatan dan penataan guru yang lebih didasarkan pada pertimbangan politis dibandingkan
kebutuhan sekolah.
“Pendistribusian guru secara proporsional ini sangat penting dilakukan sesuai Peraturan Bersama 5 Menteri terkait dengan penataan dan pendistribusian guru. Selain itu,
pendistribusian guru ini juga terkait dengan antisipasi rencana pelaksanaan Kurikulum 2013”
H. Andi Idris Syukur, Bupati Barru, Sulawesi Selatan
Dalam hal penyebaran guru, rasio guru-murid yang rendah, khususnya di tingkat sekolah dasar, tidak otomatis
berarti bahwa semua sekolah memiliki jumlah guru yang diperlukan. Bahkan masih banyak sekolah yang
kekurangan guru, terutama di daerah terpencil, daerah perbatasan, dan daerah tertinggal. Sebagian besar
kabupaten/kota tidak memiliki sistem manajemen guru yang efektif untuk secara cermat menganalisis
kekurangan dan kelebihan guru di setiap satuan pendidikan. Dinas Pendidikan cenderung memberi perhatian
lebih pada kekurangan guru dibandingkan kelebihan guru.
BAB 2 PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLA DISTRIBUSI GURU SECARA PROPORSIONAL (DGP)
10 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
“Selama ini kan masih ada ketimpangan-ketimpangan dalam pelayanan pendidikan. Nah, salah satu tujuan pembangunan di Kabupaten Barru itu adalah penataan, pemerataan,
pendistribusian pelayanan pendidikan. Jadi guru tidak hanya berkumpul di daerah perkotaan, tetapi semua wilayah yang terpencil itu pun harus dijangkau oleh guru-guru dengan
kualitas yang sama”
H. Abustan Andi Bintang, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan
Ketidakmerataan guru mempunyai dampak negatif pada dua hal. Pertama, pelayanan publik bidang pendidikan
di sekolah-sekolah yang kekurangan guru menjadi tidak maksimal karena pada jam pelajaran banyak kelas
dibiarkan kosong tanpa kegiatan belajar, kriteria ketuntasan mengajar tidak tercapai, dan akhirnya kompetensi
murid manjadi rendah. Kedua, guru-guru yang bertugas di sekolah-sekolah yang berkelebihan guru menjadi
‘idle’ dan tidak dapat memenuhi jumlah jam mengajar sesuai standar (24 jam per minggu) karena harus berbagi
dengan guru lainnya. Keadaan ini menimbulkan kerugian pada guru karena berpengaruh pada pengembangan
karir guru, yakni sertifikasi dan kenaikan pangkat yang mensyaratkan terpenuhinya jam mengajar.
Sementara itu dapat diasumsikan bahwa peningkatan jumlah guru dan rasio guru-murid yang rendah akan
menunjukkan jumlah murid per rombongan belajar menjadi kecil dan dengan demikian proses pembelajaran
lebih efektif. Ada dua aspek terkait dengan situasi tersebut yang memerlukan eksplorasi lebih lanjut, yakni
pengangkatan guru baru dan distribusi guru. Dalam era desentralisasi, tanggung jawab pengangkatan guru
menjadi urusan pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah pusat berwenang menetapkan kuota jumlah
guru PNS. Kuota untuk guru PNS di semua tingkatan terus meningkat dan menyebabkan terus meningkatnya
jumlah guru, terutama di tingkat sekolah dasar. Untuk sebagiannya, peningkatan ini disebabkan oleh
perubahan status guru honorer menjadi guru PNS. Logikanya, hal ini akan menyebakan menurunnya jumlah
guru non-PNS. Namun, kenyataannya di sekolah-sekolah di daerah pedesaan dan terpencil masih banyak
ditemukan guru yang berstatus honorer, baik yang dibayar oleh pemerintah daerah, maupun oleh sekolah sendiri.
Pelimpahan wenangan pengelolaan guru ke pemerintah daerah belum disertai dengan peningkatan kapasitas
untuk pengelolaan guru, khususnya berkaitan dengan analisis kebutuhan nyata di setiap tingkat dan jenis
sekolah. Hal ini tercermin dari masih banyaknya daerah yang berkelebihan guru kelas (dilihat dari rasio guru
untuk jumlah kelas) di tingkat SD, dan guru mata pelajaran tertentu di tingkat SMP dan SMA jika dilihat dari
jumlah rombongan belajar dan beban mengajar guru. Padahal saat ini dapat diasumsikan bahwa jumlah anak
usia sekolah dasar terus menurun turun.
11www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Jelaslahbahwakelebihangurumenyebabkaninefisiensipenggunaansumberdaya.Dalamkonteksiniperlu
dicatat bahwa banyak kabupaten mengalokasikan dana di sektor pendidikan sekitar 30% sampai 40% dari total
anggaran daerah, dan 80% sampai 85% dari porsi itu digunakan untuk membayar gaji/honor dan tunjangan guru.
Bagaimana kita memulai inisiatif
1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders
Kabupaten/kota mitra KINERJA memulai inisiatif untuk melaksanakan program DGP dengan diskusi intensif
dengan manajemen Kinerja dan menyepakati pelaksanaan program melalui penandatanganan kesepakatan
(memorandum of understanding) antara Bupati/Walikota dengan KINERJA.
Diskusi-diskusi juga dilaksanakan dengan DPRD, khususnya dengan Komisi yang membidangi pendidikan
dan anggaran. Diskusi ini sangat penting untuk mencapai kesepahaman antara pihak eksekutif dan legislatif
sehingga persetujuan program dan anggaran oleh DPRD dapat dilakukan dengan baik.
Selain dengan para penyelenggara negara, diskusi juga dilaksanakan dengan tokoh-tokoh masyarakat,
khususnya pemimpin lembaga-lembaga non pemerintah. Hal ini untuk lebih mendorong keterlibatan
masyarakat sehingga tata kelola DGP dapat dilaksanakan secara partisipatif, transparan, dan akuntabel.
Pengalaman Kinerja menunjukkan bahwa program ini dapat dilaksanakan karena ada komitmen yang kuat
dari pembuat kebijakan, terutama Kepala Daerah dan Kepala Dinas Pendidikan serta instansi terkait lainnya
termasuk DPRD.
Komitmen ini ditunjukkan dengan penerbitan Perturan Bupati tentang Pemerataan dan Penataan Guru (di
Kabupaten Luwu Utara, Luwu, Barru, dan Aceh Singkil) berikut petunjuk teknis serta alokasi dana yang dimuat
dalam dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran di tingkat kabupaten/kota (APBD) dan Dinas
Pendidikan, yakni Rencana Kerja (Renja), Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), dan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA).
2. Pengaturan Pekerjaan
Di tingkat kabupaten/kotaKinerja memulai programnya dengan merekrut tenaga spesialis di bidang pelayanan
publik yang disebut dengan LPSS (Local Public Service Specialist). Tugas utamanya adalah mengkoordinir
7www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Intervensi program KINERJA berada di tiga area, yakni:
1. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik.
2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan
mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang menjanjikan.
3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di
Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah daerah.
Dengan bekerja di sisi penyedia dan dan pengguna layanan, maka pendekatan yang digunakan KINERJA dalam
melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas, partisipatif, dan responsif.
Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan
Di sektor pendidikan, KINERJA melaksanakan program-program BOSP (Biaya Operasional Satuan Pendidikan,
DGP (Distribusi Guru Proporsional), dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) di 17 kabupaten/kota di
empat provinsi (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan). Program sektor pendidikan ini
dilaksanakan dengan prinsip-prinsip umum sebagai berikut:
• Keikutsertaan instansi-instansi terkait. Program-program di sektor pendidikan tidak semata-mata
dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, melainkan menyangkut beberapa instansi pemerintah daerah
lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan, Bagian Hukum, dan
Badan Kepegawaian Daerah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program-program sektor pendidikan,
keterlibatan instansi-instansi tersebut sangat penting.
• Keikutsertaan forum multi stakeholder. Dari sisi pengguna pelayanan, keterlibatan masyarakat sangat
diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikut serta dalam penyelengaraan pendidikan
sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan masyarakat, program-
program sektor pendidikan dapat dilaksanakan secara tranparan dan akuntabel.
• Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor pendidikan harus dapat berlangsung terus secara
berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana ketika manfaat program-program pendidikan dapat
dirasakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi
juga oleh masyarakat melalui forum-forum multi stakeholder.
Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif (jurnalisme
warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini didorong atas dasar
13www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
rekomendasi teknis serta berpedoman pada Peraturan Bupati/Walikota dan petunjuk teknisnya.
Selain terlibat dalam Tim Teknis yang melakukan proses penghitungan dan penyusunan rekomendasi
teknis, forum multi stakeholder berperan dalam pengawasan pelaksanaan alokasi dana ke sekolah-sekolah.
Pengawasan dilakukan melalui monitoring dan pengaduan-pengaduan yang kemudian ditindaklanjuti dengan
analisis dan laporan kepada para pengambil kebijakan.
2. Pelaksanaan rencana kerja
Program DGP dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
• PenghitunganDGP.Penghitungandidasarkanpadakebutuhanoperasionalsekolahyangdikaitkandengan
kegiatan-kegiatan pembelajaran untuk mencapai standar pelayanan minimal (SPM) dan standar nasional
pendidikan (SNP).
• Analisiskesenjangan.Analisiskesenjanganinidiarahkanpadasekolah-sekolahyangkekuranganguru
dan sekolah-sekolah yang berkelebihan guru.
• Rekomendasiteknis.IsirekomendasiteknisyangpalingutamaadalahmengusulkanagarPemerintah
Daerah melaksanakan distribusi guru sesuai hasil analisis kekurangan dan kelebihan guru.
• Ujipublik.HasilpenghitunganDGPdanrekomendasididiskusikandenganberbagaipihak,termasuk
masyarakat dan DPRD. Hal ini dilakukan agar pihak-pihak yang berkepentingan memahami dan memberi
masukan untuk pengambil kebijakan dalam penerapan distribusi guru.
• Regulasi.Setelahsemuapihakyangberkepentinganmemahamidanmenyetujuihasilpenghitungandan
rekomendasi DGP, maka Bupati/Walikota menerbitkan Peraturan tentang Pemerataan dan Penataan Guru
yang diikutioleh petunjuk teknis pelaksanaannya.
• Perencanaandanpenganggaran.Untukbisadilaksanakan,hasilpenghitungandanrekomendasi
dimasukkan ke dalam perencanaan dan penganggaran daerah, baik di tingkat kabupaten/kota maupun
satuan kerja parangkat daerah (SKPD), yang dalam hal ini Dinas Pendidikan (Renja, RKA, DPA).
• Pelaksanaan.Sesuaidenganperencanaandanpenganggaranyangtelahditentukan,makadistribusiguru
dilaksanakan secara transparan dan sesuai dengan petunjuk teknis.
• Pelaporan,monitoring,danevaluasi.Untukmenjamindistribusigurudilaksanakansesuaiperaturan,maka
pelaporan yang akuntabel dilakukan secara teratur sehingga program ini dapat mencapai tujuannya.
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara teratur sehingga perbaikan-perbaikan penyelenggaraan
distribusi guru dapat dilaksanakan.
14 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
3. Proses perubahan dan perkembangan manfaat dari cara kerja
Sekurang-kurangnya ada tiga perubahan yang segera tampak sebagai hasil pelaksanaan program DGP
dengan pendekatan Kinerja:
• Peningkatankapasitaspemerintahdaerahdalamdayatanggapterhadapketimpangandistribusiguru.
• PeningkatanketerlibatanmasyarakatdalampenyelenggaraanprogramDGP.Forum-forummulti
stakeholderdidaerah-daerahmitraKINERJAtelahmenunjukkanketerlibatandanberperansecarasignifikan
dalam setiap tahapan program.
• Peningkatankemampuansekolahdalammelaksanakankegiatanpembelajarannyauntuksecarabertahap
mencapai standar pelayanan publik (SPP), SPM dan SNP.
Pengalaman di Kabupaten Luwu Utara menunjukkan bahwa program DGP terus berlanjut walaupun masa
pendampingan KINERJA sudah berakhir. Hal ini dimungkinkan karena komitmen pemerintah daerah, DPRD
sangat tinggi serta adanya forum multi-stakeholder yang aktif mendampingi dan mengawasi program tersebut.
15www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Tantangan
Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program
DGP, yakni antara lain:
• Kadangkalapelaksanaanprograminimembutuhkanperubahanperencanaandaerahyangtidakmudah
dilakukan. Perubahan tersebut disebabkan proses akhir penghitungan DGP dan rekomendasi teknisnya
tidak sesuai dengan siklus perencanaan dan penganggaran daerah.
• Keterbatasananggaranyangtersediadanprioritaspemenuhankebutuhansektorlainmenyebabkan
program DGP tidak dapat segera dilaksanakan.
• KapasitasparapegawaiyangmenanganiprogramDGPmasihkurangsehinggaprosespenghitungan,
penyusunan rekomendasi teknis, dan pengintegrasian ke dalam perencanaan dan penganggaran menjadi
terhambat. Namun secara bertahap tantangan ini dapat diatasi melalui lokakarya dan pendampingan yang
intensif.
• Kapasitaspersonilsebagianorganisasimitrapelaksanamasihkurangsehinggapadaawalpelaksanaan
program proses pendampingan kepada pemerintah daerah dan multi stakeholder belum seperti yang
diharapkan. Tantangan ini diatasai melalui bimbingan teknis oleh Tim KINERJA.
• Pergantianpejabatpemerintahdaerahyangmenyebabkanperubahankomitmendaripejabatbaru.
Tantangan ini dapat diatasi dengan penjelasan tentang program sehingga pejabat baru dapat memahami
dan memberi dukungan terhadap pelaksanaan program.
Keberhasilan Program
1. Contoh Keberhasilan Program DGP di Kabupaten Luwu Utara
Kabupaten Luwu Utara di Provinsi Sulawesi Selatan menghadapi masalah serius dalam hal ketidak-
setaraan dalam kualitas layanan pendidikan yang ditawarkan di sekolah-sekolah. Ketimpangan ini
BAB 3 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES
16 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
disebabkan karena distribusi guru yang tidak merata di sekolah-sekolah perkotaan dan pedesaan. Meskipun
rasio guru-murid di Indonesia masih lebih rendah daripada di banyak negara maju, rekrutmen dan penempatan
guru terutama dipengaruhi oleh faktor politik daripada kebutuhan sekolah.
Sebagai tindakan jangka pendek untuk mengatasi kekurangan ini, banyak sekolah mengangkat guru honorer
yanggajinyadibayarlangsungolehsekolahtanpaperhatianyangcukuptentangkualifikasiataukompetensi
mereka. Data distribusi guru di Luwu Utara dikumpulkan dan dianalisis oleh LPKIPI (Lembaga Pelatihan dan
Konsultasi Inovasi Pendidikan) menunjukkan bahwa ketersediaan guru kelas dan mata pelajaran hanya 47,76%
untuk SD. Selanjutnya, analisis mengungkapkan ketidakseimbangan dalam distribusi guru mata pelajaran dan
kelas tertentu. Data menunjukkan bahwa hanya 33,62% SD memiliki guru pendidikan jasmani PNS dan hanya
46,5% memiliki jumlah guru agama PNS yang cukup. Hal ini menimbulkan kesenjangan kualitas pendidikan
antar sekolah dan kecamatan.
Dalam rangka mengatasi tantangan dengan distribusi guru, pemerintah Kabupaten Luwu Utara
bekerja sama dengan LSM Lembaga Pelatihan dan Konsultasi Inovasi Pendidikan (LPKIPI) melakukan
pemutakhiran menyeluruh dan validasi data guru serta melakukan analisis mendalam data yang dihasilkan
dari pemutakhiran distribusi guru tersebut.
Berdasarkan analisis tersebut forum multi-stakeholder yang terdiri dari pejabat pemerintah dan anggota
masyarakat melakukan advokasi untuk mengeluarkan peraturan baru untuk memastikan distribusi guru
proporsional dimasukkan ke dalam perencanaan dan diimplementasikan secara efektif. Melalui serangkaian
diskusi intensif dan negosiasi antara wakil-wakil pemerintah dan masyarakat, peraturan tersebut disahkan pada
23 Oktober 2013 yang menandai kebijakan pemerintah daerah untuk mengatasi masalah distribusi guru yang
tidak merata.
Implementasi Peraturan Bupati ini dipantau oleh forum multi-stakeholder dan mereka bangga melaporkan
bahwa peraturan itu akhirnya dilaksanakan dengan mendistribusikan 129 guru SD ke sekolah-sekolah
yang mengalami kekurangan guru. Luwu Utara, sebagai kabupaten percontohan untuk reformasi birokrasi,
membuat upaya khusus untuk menekankan proses yang transparan dan mendorong partisipasi masyarakat.
Untuk melengkapi upaya forum multi-stakeholder yang disebutkan di atas, organisasi lokal (Fakta),
memfasilitasi diskusi rutin dalam forum ‘Warung Demokrasi’ yang melibatkan berbagai pihak seperti wartawan
untuk surat kabar nasional, anggota komisi pemilihan, pimpinan asosiasi guru, pemilik stasiun radio lokal,
guru honorer, dan anggota organisasi kemasyarakatan lainnya. Sambil minum kopi, makan makanan ringan,
mereka aktif berdiskusi mengenai distribusi guru dan isu-isu pendidikan dasar lainnya. Acara ini disiarkan
secara langsung oleh sebuah stasiun radio lokal guna meningkatkan akses informasi bagi masyarakat yang
tinggal di daerah terpencil, dan memberikan kontribusi bagi keberhasilan diskusidalam mempromosikan isu-
17www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
isu tersebut dan meningkatkan kesadaran di antara anggota masyarakat yang mempunyai pengaruh untuk
mendukung perubahan.
a. Strategi Program
Secara kronologis strategi untuk memperkenalkan dan keberhasilan pelaksanaan Program DGP adalah sebagai
berikut :
1. Sosialisasi dan berbagi praktek yang baik tentang sirkulasi guru, pengenalan manajemen PTK,
penyamaan persepsi dan membangun komitmen antar stakeholder.
2. Pelatihan pengolahan Data Base Pendidik dan Tenaga Kependidikan, SIM-NUPTK, dan Padati Web
3. Pengolahan data base pendidik dan kependidikan, Data Base Pendidik dan Tenaga Kependidikan, SIM-
NUPTK, dan Padati Web.
4. Analisis manajemen pendidik dan tenaga kependidikan.
5. Pendampingan perumusan rekomendasi kebijakan.
6. Penyampaian perumusan rekomendasi kepada Bupati dan atau stakehoder pendidikan.
7. Advokasi dan pendampingan penganggaran replikasi.
8. Piloting implementasi sirkulasi guru.
9. Monitoring dan evaluasi.
10. Forum multi-stakeholder dan jurnalisme warga memantau pelaksanaannya ke sekolah-sekolah.
b. Hasil-hasil Program DGP
Hasil nyata yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan inisiatif dapat diringkas sebagai berikut :
• Datasebaranguruyangvaliddanmutakhir;
• Analisisdistribusigurudiseluruhkecamatandikabupaten/kotamitra;
• Rekomendasiteknisdistribusiguruproporsional;
• Rencanakerjadistribusiguruproporsional;
• Skemainsentifbagiguruyangditempatkandidaerah“terpencil”;
• PeraturanBupati/Walikota;
• Petunjukteknispelaksanaandistribusiguruproporsional;
• Implementasidistribusigurusecaraproporsionalsesuairekomendasiteknis.
18 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
2. Program Pengungkit
Program DGP yang diperkenalkan oleh KINERJA dan dilaksanakan oleh enam pemerintah daerah telah
menunjukkan hasil-hasil yang baik. Keberhasilan ini tidak hanya ditunjukkan dengan pelaksanaan lahirnya
kebijakan pemeratan dan penataan guru dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, tetapi juga keterlibatan
masyarakat dalam setiap proses program, dari inisiasi, perencanaan hingga pelaksanaannya. Keterlibatan
masyarakat seperti ini merupakan bentuk nyata keterbukaan dan akuntabilitas publik yang dimandatkan oleh
peraturan perundangan.
Keberhasilan program DGP ini dapat dijadikan pengungkit untuk program-program lainnya, tidak hanya di
sektor pendidikan, tetapi juga sektor-sektor lainnya dan di instansi-instansi lainnya. Masih banyak program-
programpendidikanyangdapatdilaksanakandenganpendekatanini,sepertipeningkatankualifikasidan
kompetensi guru, pembangunan dan rehabilitasi gedung sekolah, dan pengadaan sarana pembelajaran.
Demikian juga di sektor-sektor lain seperti kesehatan, pekerjaan umum, dan kependudukan. Program-program
ini dapat dilaksanakan apabila pemerintah daerah dan masyarakat mempunyai kepedulian dan kemauan untuk
secara bersama-sama melaksanakannya.
19www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Program KINERJA untuk DGP bekerja di sedikit daerah, hanya di enam dari ratusan daerah di Indonesia.
Program ini hanyalah sebagai contoh praktik yang baik dan diharapkan dapat diterapkan di daerah-daerah
lain. Oleh karena itu, KINERJA mendorong agar daerah-daerah lain bersedia mereplikasi dan mengadopsi
penedekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan Program DGP. Berikut ini adalah rekomendasi bagi
daerah-daerah lain, termasuk lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan untuk pegawai negeri sipil dan
organisasi-organisasi mitra pelaksananya.
Rekomendasi untuk replikasi di daerah Lain
Berdasarkan pengalaman Kinerja, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah lain yang akan
mereplikasi metoda dan pendekatan Kinerja untuk program DGP.
a. Diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan
program DGP. Komitmen ini ditunjukkan dengan kabijakan formal dan pasti melalui penerbitan peraturan,
petunjuk teknis pelaksanaannya, dan memasukkan program ini ke dalam siklus perencanaan dan
penganggaran daerah.
b. Setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik. Hal ini didasarkan bahwa fungsi utama
pemerintah daerah adalah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan masyarakat dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan.
c. Melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola DGP. Oleh
karena kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah adalah untuk kepentingan
masyarakat, maka sudah seharusnya masyarakat dilibatkan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan,
dan pelaksanaannya.
d. Mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru.
Program ini tidak memerlukan struktur baru dalam organisasi pemerintah daerah maupun pegawai baru,
melainkan cukup dengan lebih mendayagunakan pegawai dalam struktur organisasi yang sudah ada.
BAB 4 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI
20 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
e. Berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah daerah terkait. Dalam pelaksanaannya, Program DGP
memerlukan keterlibatan instansi-instansi lainnya, terutama Bappeda, BKD, dan Bagian Keuangan. Selain
itu, DPRD juga diperlukan keterlibatannya karena institusi inilah yang memberi persetujuan pada setiap
program dan anggaran.
f. Menetapkan indikator kinerja dan pengukuruan keberhasilan program. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
pencapaian program sehingga peningkatan program dari waktu ke waktu dapat dilakukan.
g. Mengadopsi pendekatan Kinerja dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh Kinerja. Bahan-
bahan tersebut antara lain berupa modul yang dapat digunakan untuk pelatihan, pendampingan, dan
acuan pelaksanaan program.
Rekomendasi untuk OMP
Rekomendasi untuk OMP yang akan membantu pemerintah daerah yang akan mereplikasi program DGP
adalah:
a. Selalu mengintegrasikan aspek tata kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan
pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder.
b. Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta.
c. Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang
melaksanakan program.
d. Menggunakan modul-modul yang dikekmbangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri maupun
penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.
Rekomendasi untuk Lembaga Diklat
Lembaga-lembaga pendidikan dan latihan (Diklat) di berbagai tingkatan pemerintahan mempunyai peran
strategis dalam pendayagunaan aparatur negara karena secara periodik menyelenggarakan latihan untuk
pegawai negeri sipil (PNS). Direkomendasi agar lembaga-lembaga Diklat:
a. Memasukkan pendekatan-pendekatan Kinerja dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata kelola
yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik.
b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan
pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kagiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan
21www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil
pelatihan.
c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga Diklat mempunyai modul-modul
tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul KINERJA, terutama dalam hal tata
kelola dan ‘governance’.
22 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
CARA MENGGUNAKAN LAMPIRAN
Lampiran ini dirancang agar mudah di akses untuk berbagai kebutuhan. Bagi pembaca yang mau lihat
komentar pihak lain tentang upaya KINERJA di bidang penghitungan DGP, silahkan membaca Lampiran A
tentang tesimoni, laporan media dan bahan promosi. Bagi pembaca yang hendak mempelajari lebih dalam
tentang substansi, silahkan membaca Lampiran B. Bagi pembaca yang mau mempelajari cara KINERJA
melatih dan memfasilitasi, silahkan membaca Lampiran C. Bahan lengkap dapat dibaca di CD terlampir.
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Testimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi 24
LAMPIRAN B Uraian Substansi 27
Pendahuluan 27Daerah Percontohan 27
MODUL I Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan
30
MODUL 2 Pendekatan dan Konsep Tata Keloka Distribusi Guru Proporsional 52MODUL 3 Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan 74MODUL 4 Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP 94MODUL 5 Integrasi DGP ke Dalam Perencanaan dan Penganggaran 112MODUL 6 Contoh Praktik Baik Penerapan DGP 132
LAMPIRAN C Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan 170
Pilihan Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan 170Uraian Lampiran Ini 173
MODUL I Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan
174
MODUL 2 Pendekatan dan Konsep Tata Kelola Distribusi Guru Proporsional 178MODUL 3 Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan 181MODUL 4 Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP 185MODUL 5 Integrasi DGP ke Dalam Perencanaan dan Penganggaran 188MODUL 6 Contoh Praktik Baik Penerapan DGP 191
23www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
LAMPIRAN D BAHAN DI CD 194
LAMPIRAN E Daftar Singkatan/Istilah 195
DAFTAR PUSTAKA 197
24 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Lampiran ATestimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi
Testimoni:
1. Bupati Barru, Sulawesi Selatan
Pada prinsipnya komitmen kami pemerintah kabupaten dan juga cita-cita rakyat Kabupaten Barru adalah
menciptakan sistem pendidikan yang baik dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Oleh karenanya salah satu hal yang sangat penting harus kita atur untuk mencapai optimalisasi pelayanan
pendidikan kepada rakyat kita adalah sumber daya guru yang ada sehingga sistem belajar mengajar itu bisa
berjalan dengan baik.
Nah, di Kabupaten Barru ini mulai tahun lalu 2012 kita telah mulai mengkaji. Alhamdulillah bersama USAID
kajian itu kita dapat temu kenali permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan hal-hal yang perlu
mendapatkan perhatian dari pemerintah. Salah satunya adalah bagaimana kita dapat mendistribusikan dengan
baik tenaga guru yang ada sesusi dengan kompetensi, sesuai dengan bidang masing-masing. Oleh karenanya
tahun 2012 yang lalu hal ini telah kita lakukan di Barru ini di tujuh kecamatan dan sekolah yang tersebar di
55 kelurahan/desa.
Pendistribusian guru secara proporsional ini sangat penting dilakukan sesuai Peraturan Bersama 5 Menteri
terkait dengan penataan dan pendistribusian guru. Selain itu, pendistribusian guru ini juga terkait dengan
antisipasi rencana pelaksanaan Kurikulum 2013. Jadi melalui pendistribusian ini sekaligus kita memperoleh
database guru dan diharapkan ini menjadi dasar untuk menciptakan suatu standardisasi sistem pendidikan.
Jadi yang ada di kota, yang ada di pedalamaan, yang ada di interland antara kota dan pedalaman itu punya
standar yang sama karena memang undang-undang dasar kita mengamanatkan bahwa seluruh rakyat
Indonesia mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang sama dari pemerintah.
25www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Pendistribusian dan pentataan guru akan kita laksanakan secara sekaligus dan menyeluruh supaya ‘stressnya’
cuma satu kali. Jadi friksi-friksi yang timbul kita selesaikan sekali saja. Selain itu kita tidak ingin melakukan
kerja setengah-setangah.
2. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan
Program distribusi guru secara proporsional tadinya akan dilaksanakan di tiga kecamatan. Tetapi pada saat
mau dilakukan, penataan dan pendistribusian guru itu bisa menimbulkan permasalahan baru yang akhirnya
kami dari pemerintah kabupaten bekerjasama dengan USAID-KINERJA melakukan secara keseluruhan di
tujuh kecamatan. Dan itu sudah kita lakukan pemetaan gurudi tujuh kecamatan dan sudah melakukan
analisis datanya.
Kita sudah melakukan dengar pendapat, menyampaikan kepada seluruh stakeholder pendidikan untuk
memberikan masukan-masukan, indikator-indikator, dan variable-variabel apa yang digunakan untuk
melakukan penataan guru itu.Jadi bukan hanya pada satu wilayah. Kemudian untuk prosesnya kita sudah
terbitkan Peraturan Bupati Nomor 16/2013 Tentang Penataan dan Distribusi Guru PNS di Kabupaten Barru.
SekarangfinalisasidatadanInsyaallahtahuninikitaakanmelakukanimplementasisecaratotalpadaseluruh
kecamatan.Kami menyiapkan anggaran dalam APBD itu kurang lebih Rp. 100 juta. Dalam prosesnya kita
melibatkan seluruh komponen yang ada di tiap kecamatan, yakni UPTD (Unit Pelaksanaan Teknis Daerah).
Dinas Pendidikan terlibat secara langsung. Pendataan guru dilakukan secara langsung di kecamatan yang
meliputi jumlah guru, latar belakang pendidikan guru, lama bertugas sebagai guru, dan bidang studi yang
diajar. Pendataan dilakukan dari bawah dan ini bekerjasama dengan Kinerja USAID itu di dalam analisa
melalui bantuan organisasi mitra pelaksana KINERJA, yakni LPKIPI.
Kami punya wilayah yang tertinggal dan aksesbilitasnya terbatas, tidak bisa dijangkau oleh kendaraan
sehingga itu menjadi satu kendala ketika mau melaksanakan distribusi itu karena banyak guru yang tidak mau
ditempatkan di situ. Oleh karena itu kita melakukan sosialisasi bahwa ini harus dilakukan untuk penataan guru
dan pendistribusiannya itu supaya ada pemerataan akses dan mutu pendidikan.
Selama ini kan masih ada ketimpangan-ketimpangan dalam pelayanan pendidikan . Nah, salah satu tujuan
pembangunan di Kabupaten Barru itu adalah penataan, pemerataan, pendistribusian pelayanan pendidikan.
Jadi guru tidak hanya berkumpul di daerah perkotaan, tetapi semua wilayah yang terpencil itu pun harus
dijangkau oleh guru-guru dengan kualitas yang sama. Memang ada kendala yang terkait dengan persepsi
26 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
guru yang menganggap pemindahan merupakah sebuah hukuman, padahal bukan itu, melainkan untuk
kepentingan guru itu sendiri dan pendidikan secara umum.
Juga ada peran dan dukungan dari stakeholder lain seperti Dewan Pendidikan, LSM, dan Pers yang secara
aktif memberikan masukan kepada kita untuk mencari solusi-solusi ketika ada permasalahan. Bukan hanya
untuk penataan guru, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan mutu pendidikan.
Saya kira keberhasilan program DGP ini juga ditentukan oleh komitmen yang kuat dari Bupati karena beliau
meyakini bahwa memperbaiki pendidikan ini harus dimulai dari gurunya dulu.
Laporan Media dan Bahan Promosi
DisediakandalambentukfilediCDterlampir.
27www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Lampiran B Uraian Substansi
Lampiran ini adalah kumpulan bahan substansi tentang penghitungan DGP, upaya mendorong agar hasil
penghitungan masuk kedalam perencanaan dan penganggaran daerah, dan pelaksanaan DGP, sebagai
sumber informasi bagi pihak yang ingin mereplikasikan keberhasilan program KINERJA-USAID di daerah
yang terbukti sukses dalam tata kelola DGP. Materai ini ditujukan bagi lembaga/instansi yang hendak
melakukan fasilitasi penghitungan DGP dan penyusunan kebijakan pembiayaan pendidikan (berdasarkan hasil
penghitungan DGP) di kabupaten dan kota. Lembaga/instansi tersebut bisa berbentuk pemda sendiri, calon
organisasi mitra pelaksana (OMP) yang ingin memberi fasilitasi, atau calon lembaga diklat yang memasarkan
training saja.
Daerah Percontohan
Bahan lampiran ini disusun dari modul-modul pelatihan yang dipakai tim KINERJA-USAID dalam fasilitasi
di daerah-daerah sebagai berikut:
• KabupatenLuwu,
• KabupatenLuwuUtara
• KabupatenBarru
• KabupatenAcehSingkil
• KabupatenBondowoso
• KabupatenSambas
Uraian lampiran B
Materi yang dibahas dalam modul implementasi program DGP ini terbagi menjadi 7 topik, sebagaimana
diuraikan berikut ini:
Pendahuluan
28 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
• MODULIPENTINGNYADGPDALAMPENINGKATANMUTUPELAYANANPENDIDIKAN.Membahas,
tentang Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan, Pengertian Distribusi Guru secara Proposional (DGP),
Dasar Hukum DGP dan Tatakelola beroreintasi pelayanan Publik, Standar Nasional Pendidikan (SNP)
tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Pelayanan Minimal (SPM) ) tentang Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Manfaat dan tantang an dalam implementasi DGP
• MODULIIPENDEKATANDANKONSEPTATAKELOLAPROGRAMDGP.MembahastentangPrinsip-
prinsipDGP(efektif,efisien,berkeadilan,partisipatif,akuntabel,transparan,responsif),PengarusUtamaan
Isu Gender dalam DGP, Koordinasi antar Pemangku Kepentingan, Strategi Penerapan DGP dalam
Program Kinerja. dan Peran FMS dan Media dalam implementasi DGP.
• MODULIIIANALISISDATAPENDIDIKDANTENAGAKEPENDIDIKAN.MembahastentangSosialisi
Pentingnya DGP, Pengumpulan Database , Sinkronisasi data Pendidik dan Kependidikan, Analisa data
PTK,KonsolidasiInternal,IdentifikasiIsuStrategisDGP,PublikasiIsuStrategisDGP,Rekomendasi
Teknis DGP, Konsultasi Publik, Model implementasi dan Pilot Project DGP, dan Sosialisasi rencana
implementasi DGP.
• MODULIVADVOKASIKEBIJAKANDGPMembahastentangAdvokasiPenyedialayanan(Perbup/Perwal,
Juknis, pembentukan Tim PPG dengan SK Bupati/Walikota) dan Advokasi penerima layanan (Policy
Position), dan Peran FMS dalam Advokasi kebijakan.
• MODULVINTEGRASIDGPKEDALAMPERENCANAANDANPENGANGGARAN.Membahastentang
Perencanaan Daerah meliputi Perencanaan Jangka Menengah (RPJMD dan Renstra) dan Perencanaan
Tahunan (RKPD dan Renja), dan Penganggaran Daerah (KUA/PAS, APBD, dan RKA), serta Peran
Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan.
• MODULVICONTOHPRAKTIKBAIKPENERAPANDGPmembahastentangdokumentasipraktekbaik
implementasi program DGP di Luwu Utara (proses, kebijakan dan implementasi),
29www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan
11
30 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
MODUL 1
........diharapkan peserta
memiliki pemahaman tentang pentingnya
Distribusi Guru Proposional (DGP)
..........
Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan
Dalam bab ini akan dibahas mengenai peraturan
perundang-undangan yang mendasari dgp yaitu
antara lain Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Sebagai
Landasan Standar Nasional Pendidikan, Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru Dan Dosen, Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan, Peraturan Bersama Lima Menteri Tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS
(Peraturan Bersama Mendikbud, Menpan, Mendagri, Menkeu Dan Menteri Agama) : nomor
05/x/pb/2001 nomor spb/03/m.pan-rb/2011 nomor 48
tahun 2011 nomor 158/pmk.01/2011 nomor 11 tahun
2011 tentang penataan dan pemerataan guru PNS.
Standar Nasional PendidikanUndang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia,
bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan perlu
diselaraskan dengan dinamika perkembangan
masyarakat lokal, nasional, dan global guna
mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional maka pemerintah telah menerbitkan
Peraturan Pemerintah (PP) terbaru yaitu PP No.
32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
BAHAN BACAAN
31www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Standar Nasional Pendidikan.Adapun mengenai
penjelasan dari PP Nomor 32 Tahun 2013 adalah
sebagai berikut: Peningkatan mutu dan daya saing
sumberdaya manusia Indonesia hasil pendidikan
telah menjadi komitmen nasional. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 –
2014: ”menyebutkan bahwa salah satu substansi inti
program aksi bidang pendidikan adalah penataan
ulang kurikulum sekolah sehingga dapat mendorong
penciptaan hasil didik yang mampu menjawab
kebutuhan sumberdaya manusia untuk mendukung
pertumbuhan nasional dan daerah”. Dengan
demikian pemantapan Standar Nasional Pendidikan
dan pengaturan kurikulum secara utuh sangat
penting dan mendesak dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut.
Relevansi Standar Nasional Pendidikan dengan
Distribusi Guru secara Proporsional (DGP)
menjadi acuan pada tingkat satuan pendidikan
khususnya pada level manajemen sekolah untuk
merencanakan pengembangan kualitas pendidik
dan tenaga kependidikan dalam menunjang
pelaksanaan 8 (delapan) standar nasional
pendidikan.
Pada tataran manajemen sekolah, program awal
yang dilakukan adalah melaksanakan evaluasi diri
sekolah (EDS) dimana pada akhir kegiatan akan
memunculkan rekeomendasi terkait dengan arah
kebijakan pengembangan sekolah. Evaluasi Diri
Sekolah dikembangkan dari instrument 8 standar
nasional pendidikan yang memuat secara holistic
pencapaian standar pendidikan yang berlaku di
Indonesia.
Evaluasi Diri Sekolah merupakan program yang
memetakan kebutuhan satuan pendidikan.
Dengan demikian kebijakan pengembangan
satuan pendidikan dapat diformulasikan pada hasil
EDS yang dicapai melalui skala prioritas yang
tertera pada rekomendasi program. Berdasarkan
rekomnedasi itulah dibuat Rencana Kerja Sekolah
yang merupakan program jangka menengah bagi
satuan pendidikan. Kemudian isi RKS dijabarkan
secara terinci melalui rencana tahunan dalam
bentuk Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
(RKAS).
Standar Nasional Pendidikan Indonesia meliputi
8 (delapan) standar yang menjadi pedoman
bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berikut ini penjelasan 8 Standar Nasional
Pendidikan Indonesia:
Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai
pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan
peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan tersebut
meliputi standar kompetensi lulusan minimal
satuan pendidikan dasar dan menengah, standar
kompetensi lulusan minimal kelompok mata
pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal
mata pelajaran. Standar Kompetensi Lulusan diatur
dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendiknas
Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
32 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
dan Permendiknas Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Standar Isi
Standar Isi mencakup lingkup materi minimal
dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat
kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban
belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan
kalender pendidikan. Standar ini diatur dalam
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Standar Proses
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
danperkembanganfisiksertapsikologispeserta
didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran
pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaranyangefektifdanefisien.Standar
Proses diatur dalam Permendiknas Nomor 41
Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidikharusmemilikikualifikasiakademikdan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kualifikasiakademikyangdimaksudkandiatas
adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan
denganijazahdan/atausertifikatkeahlianyang
relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi
Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi
Profesional, dan Kompetensi Sosial.
Pendidik meliputi pendidik pada TK/RA, SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, SDLB/SMPLB/SMALB, SMK/
MAK, satuan pendidikan Paket A, Paket B dan
Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus dan
pelatihan. Tenaga kependidikan meliputi kepala
sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan,
tenaga administrasi, tenaga perpustakaan,
tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok
belajar, pamong belajar, dan tenaga kebersihan.
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan diatur
dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007
tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah,
33www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Permendiknas
Nomor16Tahun2007tentangStandarKualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, Permendiknas
Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Administrasi Sekolah, Permendiknas Nomor 25
Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan
Sekolah/Madrasah, dan Permendiknas Nomor 27
Tahun2008tentangStandarKulifikasiAkademikdan
Kompetensi Konselor.
Standar Sarana dan Prasarana
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana
yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan
habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur
dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib
memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang
kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan,
ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang
unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat
bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat
lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Standar sarana dan prasarana diatur dalam
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/
MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA).
Standar Pengelolaan PendidikanStandar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian,
yakni standar pengelolaan oleh satuan pendidikan,
standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan
standar pengelolaan oleh Pemerintah. Standar
Pengelolaan Pendidikan diatur dalam Permendiknas
Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Standar Pembiayaan Pendidikan
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi,
biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi
satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan
sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya
manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal
meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan
oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
Biaya operasi satuan pendidikan meliputi: Gaji
pendidik dan tenaga kependidikan serta segala
tunjangan yang melekat pada gaji, Bahan atau
peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya
operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air,
jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan
prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi,
pajak, asuransi, dan lain sebagainya. Standar
Pembiayaan Pendidikan diatur dalam Permendiknas
Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya
Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 Untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/
MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
34 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Dan
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).
Standar Penilaian Pendidikan
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah terdiri atas: Penilaian hasil
belajar oleh pendidik, Penilaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan, dan Penilaian hasil belajar oleh
Pemerintah. Penilaian pendidikan pada jenjang
pendidikan tinggi terdiri atas: Penilaian hasil belajar
oleh pendidik, dan Penilaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan tinggi. Penilaian pendidikan pada
jenjang pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud
di atas diatur oleh masing-masing perguruan
tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Standar Penilaian Pendidikan diatur dalam
Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang
Standar Penilaian Pendidikan.
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Untuk menjamin tercapainya mutu pendidikan
yang diselenggarakan daerah pemerintah melalui
Menteri Pendidikan Nasional telah menetapkan
Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar,
yang dituangkan dalam bentuk regulasi. Seperti
SK Mendiknas tentang Standar Pelayanan
Minimal Pendidikan (SPM) yaitu Kepmendiknas
No.053/U/2001 yang menyatakan bahwaSPM
bidang pendidikan adalah tolok ukur kinerja
pelayanan pendidikan atau acuan bagi
penyelenggaraan pendidikan di provinsi dan
kabupaten/kota sebagai daerah otonom.
Penyusunan SPM bidang Pendidikan Dasar dan
Menengah mengacu kepada PP No. 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Provinsi sebagai Daerah Otonom mengisyaratkan
adanya hak dan kewenangan Pemerintah Pusat
untuk membuat kebijakan tentang perencanaan
nasional dan standarisasi nasional.
Dalam rangka penyusunan standarisasi nasional
itulah, Mendiknas telah menerbitkan Keputusan
No.053/U/2001 tanggal 19 April 2001 tentang
SPM yang diharapkan dapat digunakan sebagai
pedoman dan sekaligus ukuran keberhasilan dalam
penyelenggaraan pendidikan di daerah provinsi,
kabupaten/kota bahkan sampai di tingkat sekolah.
Kepmendiknas No. 129/U/2004 merupakan
hasil revisi dari kepmen sebelumnya sesuai
dengan perubahan yang terjadi dalam sistem dan
manajemen pendidikan nasional. Pada kepmen ini
pendidikan nonformal, kepemudaan, olahraga, dan
Pendidikan Usia Dini lebih ditonjolkan. Pendidikan
nonformal seperti pendidikan keaksaraan,
pendidikan kesetaraan SD, SMP, SMA, pendidikan
ketrampilan dan bermata pencaharian, kelompok
bermain, pendidikan kepemudaan dan olahraga
secara ekplisit telah ditentukan standar pelayanan
untuk masing-masing SPM.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 65 Tahun 2005
tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal disebutkan bahwa
Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya
disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan
mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
35www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga
secaraminimal.Definisitersebutjikadikaitkan
dengan bidang penyelenggaraan pendidikan dapat
diartikan sebagai ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib
di bidang pendidikan yang berhak di peroleh oleh
seluruh bagian dari subsistem pendidikan.
Dalam Permendiknas Nomor 129a/U/2004 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan
dijelaskan bahwan Standar Pelayanan Minimal
bidang pendidikan adalah tolok ukur kinerja
pelayanan pendidikan yang diselenggarakan
Daerah. Sedangkan pelayanan dasar yang diberikan
kepada masyarakat merupakan fungsi Pemerintah
dalam memenuhi dan mengurus kebutuhan dasar
masyarakat untuk meningkatkan taraf kesejahteraan
rakyat.
Definisiyanglebihmengerucutlagiadalahyang
tertera dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 17 tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelengaraan Pendidikan,
bahwa Standar pelayanan minimal adalah kriteria
minimal berupa nilai kumulatif pemenuhan Standar
Nasional Pendidikan yang harus dipenuhi oleh setiap
satuan pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/
Kota. Dalam Permendiknas tersebut dikemukakan
bahwa Standar pelayanan minimal pendidikan dasar
(SPM)merupakan tolok ukur kinerja pelayanan
pendidikan dasar, sekaligus sebagai acuan
dalam perencanaan program dan penganggaran
pencapaian target masing-masing daerah
kabupaten/kota. Pada pasal 2 ayat (1) disebutkan
bahwa “Penyelenggaraan pelayanan pendidikan
dasar merupakan kewenangan kabupaten/kota.”
Standar pelayanan minimal merupakan batas
minimal pemenuhan standar isi, proses, kompetensi
lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana
dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
penilaian pendidikan yang harus dipenuhi oleh
setiap satuan pendidikan dasar dan menengah,
serta pencapaian target pembangunan pendidikan
nasional.
Relevansi Indikator SPM dan SNP dalam DGP
Ada 7 (tujuh) indikator SPM yang sangat relevan
dengan standar nasional pendidikan yaitu standar
isi, standar pengelolaan, standar penilaian,
dan standar proses. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini. Selain standard
yang berkaitan dengan pendidika dan tenaga
kependidikan itu sendiri
Sesuai dengan ketentuan Permendiknas Nomor
15 Tahun 2010 Pasal 2, penyelenggara pelayanan
pendidikan dasar sesuai SPM pendidikan
merupakan kewenangan kabupaten/kota.
Penyelenggaraan pelayanan pendidikan tersebut
terdiri atas 27 indikator. Untuk lebih jelasnya
indikator-indikator tersebut dapat dilihat pada table
berikut ini.
36 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Tabel 4. Jenis Pelayanan, Indikator SPM, dan Formula Perhitungan Indikator SPM bidang Pendidikan.
No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula
1 SARANA DAN PRASARANA
Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen
Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SD/
MI dalam jarak kurang dari 3 km X 100%
Jumlah kelompok pemukiman permanen di Kab/Kota
Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani
SMP/MTs dalam jarak kurang dari 6 km
X 100%Jumlah kelompok pemukiman
permanen di Kab/Kota
2 Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD dan MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP dan MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas
Jumlah rombel SD/MI yang tidak melebihi 32 orang
X 100%Jumlah keseluruhan rombel SD/MI
di wilayah Kabupaten/Kota
Jumlah ruang kelas SD/MIX 100%
Jumlah rombel SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota
Jumlah rombel SMP/ MTs yang tidak melebihi 36 orang
X 100%Jumlah keseluruhan rombel SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota
Jumlah ruang kelas SMP/MTsX 100%
Jumlah rombel SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota
37www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula
3. Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik
Jumlah SMP/MTs yang memiliki ruang laboratorium IPA yang
dilengkapi dengan meja dan kursi untuk 36 peserta didik
X 100Jumlah keseluruhan SMP/MTs di
wilayah Kabupaten/Kota
Jumlah SMP/MTs yang memiliki satu set peralatan praktek IPA
untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik
X 100Jumlah keseluruhan SMP/MTs di
wilayah Kabupaten/Kota
4 Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru.
Jumlah SD/MI yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang
guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya
X 100Jumlah sekolah di wilayah
Kabupaten/Kota
Jumlah SMP/MTs yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi
dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, dan staf kependidikan lainnya; dan ruang kepala sekolah
yang terpisah dari ruang guru.X 100
Jumlah sekolah di wilayah Kabupaten/Kota
38 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula
5 PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan
Jumlah SD/MI yang memiliki satu orang guru untuk setiap 32 peserta
didikX 100
Jumlah keseluruhan SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota
Jumlah SD/MI yang memiliki 6 (enam) orang guru [atau 4 (empat) orang guru untuk daerah khusus.
X 100Jumlah keseluruhan SD/MI di
wilayah Kabupaten/Kota
6 Di setiap SMP dan MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran
Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru untuk setiap mata pelajaran
[atau untuk daerah khusus 1 (satu) guru untuk setiap rumpun mata
pelajaranX 100
Jumlah keseluruhan SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota
7 Di setiap SD dan MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhikualifikasiakademikS1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guruyangtelahmemilikisertifikatpendidik
Jumlah SD/MI yang memiliki 2 orang guru yang memenuhi
kualifikasiakademikS1atauD-IVX 100
Jumlah keseluruhan SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota
Jumlah SD/MI yang memiliki 2 orang guru yang telah memiliki
sertifikatpendidikX 100
Jumlah keseluruhan SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota
39www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula
8 Di setiap SMP dan MTs tersedia gurudengankualifikasiakademikS-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memilikisertifikatpendidik,untukdaerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%.
Jumlah SMP/MTs yang memiliki gurudengankualifikasiS1atauD-IV≥70%[untukdaerahkhusus
≥40%X 100
Jumlah keseluruhan SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota
Jumlah SMP/MTs yang memiliki gurudengansertifikatpendidik≥35%[untukdaerahkhusus≥20%]
X 100Jumlah keseluruhan SMP atau MTs
di wilayah Kabupaten/Kota
9 Di setiap SMP dan MTs tersedia gurudengankualifikasiakademikS-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikatpendidikmasing-masingsatu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Jumlah SMP/MTs yang memiliki gurudengankualifikasiakademikS1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikatpendidik,masing-
masing 1 (satu) orang untuk mapel Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris
X 100Jumlah keseluruhan SMP/MTs di
wilayah Kabupaten/Kota
10 Di setiap Kabupaten/Kota semua kepalaSDdanMIberkualifikasiakademik S-1 atau D-IV dan telahmemilikisertifikatpendidik.
Jumlah Kepala SD/MI yang berkualifikasiakademikS-1atau
D-IVdantelahbersertifikatpendidikX 100
Jumlah SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota
11 Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SMP dan MTs berkualifikasiakademikS-1atauD-IVdantelahmemilikisertifikatpendidik.
Jumlah Kepala SMP/MTs yang berkualifikasiakademikS-1atau
D-IVdantelahbersertifikatpendidikX 100
Jumlah Sekolah SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota
40 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula
12 Di setiap Kabupaten/Kota semua pengawas sekolah dan madrasahmemilikikualifikasiakademik S-1 atau D-IV dan telahmemilikisertifikatpendidik
Jumlah pengawas sekolah atau madrasahyangberkualifikasi
akademik S-1 atau D-IV dan telah bersertifikatpendidik
X 100Jumlah pengawas sekolah atau madrasah di wilayah Kabupaten/
Kota
13 KURIKULUM Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif
bila Kab/kota memiliki rencana dan telah melaksanakan kegiatan untuk memmbantu sekolah mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif
bila memiliki rencana tetapi belum melaksanakan
bila tidak memiliki rencana untuk membantu sekolah dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif.
14 PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan
Jumlah satuan pendidikan yang mendapat kunjungan oleh pengawas satu kali setiap bulan dansetiapkunjunganselama≥3
jamX 100
Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota
15 SARANA DAN PRASARANA
Setiap SD dan MI menyediakan buku teks yang sudah disertifikasiolehPemerintahmencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik
Jumlah set buku teks Mata pelajaran (Bahasa Indonesia,
Matematika, IPA dan IPS) yang sudahdisertifikasi
X 100Jumlah peserta didik
Jumlah SD/MI yang telah memenuhi IP-15.1 Sekolah
X 100Jumlah SD/MI di wilayah
Kabupaten/Kota
41www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula
16 Setiap SMP dan MTS menyediakan buku teks yangsudahdisertifikasioleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik
Jumlah set buku teks mata pelajaranyangsudahdisertifikasi
X 100Jumlah peserta didik
Jumlah SMP/MTS yang telah memenuhi IP-16.1 Sekolah
X 100Jumlah SMP/MTs di wilayah
Kabupaten/Kota
17 Setiap SD dan MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster IPA.
Jumlah SD/MI yang memiliki set peraga dan bahan IPA secara
lengkapX 100
Jumlah SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota
18 Setiap SD dan MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP dan MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi.
Jumlah judul buku pengayaan dan referensi
X 100110 judul buku
Jumlah judul buku pengayaan dan referensi
X 100220 judul buku
Jumlah SD/MI yang telah memenuhi (hasil rumus di atas
X 100Jumlah SD/MI di wilayah
Kabupaten/Kota
Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi (hasil rumus di atas)
X 100Jumlah SMP/MTs di wilayah
Kabupaten/Kota
42 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula
19 PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Setiap guru tetap bekerja 35 jam per minggu di satuan pendidikan termasuk kegiatan tatap muka di dalam kelas, merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja Guru.
Jumlah rata-rata jam kerja per minggu seluruh guru tetap
X100Jumlah keseluruhan guru tetap di
satuan pendidikan
Jumlah satuan pendidikan yang telah memenuhi (hasil rumus di
atas)X100
Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota
20 Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka sebagai berikut: Kelas I-II: 18 jam per minggu, Kelas III : 24 jam per minggu, Kelas IV–VI: 27 jam per minggu, dan Kelas VII– IX : 27 jam per minggu
Jumlah satuan pendidikan yang menyelenggarakan proses
pembelajaran di sekolah selama 34 minggu per tahun dengan
kegiatan tatap muka seperti diatasX 100
Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota
21 KURIKULUM Setiap Satuan Pendidikan menyusun dan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku
Jumlah satuan pendidikan yang menerapkan KTSP sesuai dengan
ketentuan yang berlakuX100
Jumlah keseluruhan satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/
Kota
22 Setiap guru menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya
Jumlah guru yang menerapkan RPP berdasarkan silabus untuk mata pelajaran yang diampunya
X100Jumlah keseluruhan guru di
satuan pendidikan
Jumlah satuan pendidikan yang telah memenuhi
X100Jumlah satuan pendidikan di
wilayah kabupaten/kota
43www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula
23 PENILAIAN PENDIDIKAN
Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik
Jumlah guru yang mengembangkan dan
menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan
kemampuan belajar peserta didikX100
Jumlah keseluruhan guru di satuan pendidikan
Jumlah satuan pendidikan yang telah memenuhi (hasil rumus di
atas)X100
Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota
24 PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester
Jumlah satuan pendidikan yang kepala sekolahnya melakukan
supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali
dalam setiap semesterX100
Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota
25 Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada Kepala Sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik
Jumlah guru yang menyampaikan laporan hasil evaluasi mata
pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada Kepala Sekolah pada akhir
semesterX100
Jumlah keseluruhan guru di satuan pendidikan
Jumlah satuan pendidikan yang telah memenuhi (hasil rumus di
atas)X100
Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota
44 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
No Jenis Pelayanan Indikator SPM Formula
26 Kepala Sekolah atau Madrasah menyampaikan laporan hasil Ulangan Akhir Semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta Ujian Akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kandepag pada setiap akhir semester\
Jumlah satuan pendidikan yang menyampaikan laporan hasil
Ulangan Akhir Semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas
(UKK) serta Ujian Akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik
X 100Jumlah satuan pendidikan di
wilayah Kabupaten/Kota
Jumlah satuan pendidikan yang menyampaikan rekapitulasi hasil
tes tengah tahunan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/
Kota/ Kandepag pada setiap akhir semester
X 100Jumlah satuan pendidikan di
wilayah Kabupaten/Kota
27 MANAJEMEN SEKOLAH
Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip Mana-jemen Berbasis Sekolah (MBS).
Jumlah satuan pendidikan yang memiliki rencana kerja tahunan
X 100Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota
Jumlah satuan pendidikan yang memiliki laporan tahunan
X 100Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota
Jumlah satuan pendidikan yang memiliki komite sekolah yang berfungsi baik
X 100Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota
45www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Manfaat DGP
Bagi Murid
Output dari proses pendidikan ini pada akhirnya
adalah meningkatnya mutu peserta didik, baik dari
sisi pengetahuan, moralitas, tingkah laku maupun
etika . Hal ini akan sulit terjadi jika permasalahan
pemenuhan Pendidik (guru) saja tidak terwujud.
Distribusi Guru secara Proporsional akan memberi
peluang bagi guru untuk mengoptimalkan kewajiban
mengajar sesuai standar (Standar Isi, Standar
ProsesdanStandarKualifikasidanKompetensi).
Hal ini akan membuka pintu peningkatan proses
pembelajaran dan pemenuhan hak anak untuk
memperoleh pelayanan terkait proses dan kualitas
pembelajaran.
DGP akan meminimalisir jam kosong murid karena
ketidak tersediaan guru. Selain itu Distribusi
Guru secara Proporsional ini akan memangkas
kesenjangan pelayanan pembelajaran antara
sekolah yang di pedesaan/terpencil dan perkotaan,
antara sekolah kecil dan sekolah yang banyak
muridnya dan antara sekolah maju dan sekolah
yang tidak maju.
Bagi Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah
lompatan desentralisasi dalam bidang pendidikan.
Otonomi sekolah dalam mengelola (merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi) program di
satuan pendidikan merupakan tuntutan dan amanah
dalam Undang Undang tentang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Hal ini akan
sulit terwujud jika sumberdaya manusia yang ada
disekolahsajatidakmemenuhikualifikasidan
kompetensi dalam memberikan pelayanan.
DGP akan membantu satuan pendidikan untuk
memenuhi ketersediaan tenaga pendidik dan
kependidikan sesuai standar (SNP dan SPM).
Dalam hal ini DGP akan memeberikan rekomendasi
rekomendasi teknis penyedian, pengembangan
(peningkatan kualitas dan kompetensi) dan distribusi
guru hingga ketingkat satuan pendidikan yang akan
memudahkan kepala sekolah dalam mengelola
proses pembelajatran di satuan pendidikannya
Bagi Masyarakat/Orangtua
Orangtua murid dan masyarakat sebagai penerima
manfaat dalam proses pendidikan. Dalam program
DGP ini posisi orangtua dan masyarakat tidak
hanya sebagai objek pasif menerima manfaat,
lebih dari itu DGP mengoptimalkan peran orang-
tua, masyarakat dan stakeholder pendidikan
untuk terlibat aktif sejak perencanaan (sosialisasi),
implementasi (pengembangan rekomendasi teknis
dan kebijakan) dan pengawasan implentasi DGP.
Hal ini dilakukan program DGP melalui kegiatan
pendampingan penguatan masyarakat untuk
memahami haknya terkait layanan pendidikan,
mendukung kerja pemerintah dalam upaya
tranparansi dan akuntabilitas, dan pengawasan
dalam implementasi DGP.
46 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Program DGP ini memberikan peluang bagi
masyarakat untuk meningkatkan kapasitasnya
dalam upaya memenuhi hak partisipasi untuk
mewujudkan pelayanan pendidikan yang
berorientasi pada pelayanan publik (efisien, efektif,
berkeadilan, akuntable, tranparan dan responsif)
Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pemerintah Kabupaten/Kota
Salah satu kendala utama dalam implementasi
otonomi daerah adalah rendahnya kapasitas
sumberdaya manusia di tingkat daerah dalam
mengelola sumberdaya pendidikan itu sendiri.
Lemahnya koordinasi antar SKPD dan antar sub-
bagian dalam SKPD Dinas Pendidikan menjadi
unsur penghambat dalam upaya mengelola
sumberdaya manusia (pendidik dan tenaga
pendidikan).
Program DGP memberikan alternatif pemecahan
dalam implementasinya dengan memberikan
pendampingan baik melalui kegiatan pelatihan,
workshop maupun penguatan team work baik
internal Dinas Pendidikan maunpun antar SKPD
dalam upaya memberikan layanan terutama terkait
Distribusi Guru secara Proporsional. Program DGP
memecah kebuntuan komuniakasi antar bidang
dan SKPD dalam melakukan koordinasi baik
terkait pendataan, perencanaan dan pengelolaan
sumberdaya manusia di SKPD Dinas Pendidikan.
Pengembangan payung hukum dalam DGP
memberikan kepercayaan bagi SKPD untuk
menjalankan pengelolaan sumberdaya pendidikan.
Keterlibatan banyak pihak dalam setiap tahapan
meyakinkan SKPD pendidikan untuk memberikan
layanan yang berorietasi pada pelayanan publik.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Secara struktural DPRD merupakan lembaga
yang bertugas melakukan pengawasan terhadap
kinerja pemerintah kabupaten/kota. Dalam
kaitannya dengan tugas tersebut, DPRD melakukan
pengawasan dan pemantauan terhadap kegiatan
pemerintah kabupaten secara keseluruhan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, sampai akhir
kegiatan.
DPRD juga berperan aktif dalam pembahasan
Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang
APBD dan sangat menentukan dalam menyetujui
usulan anggaran baru dari pemerintah daerah setiap
tahunnya. Sekalipun Permendagri Nomor 13 Tahun
2006 memberi peluang pemerintah daerah untuk
menetapkan rancangan peraturan bupati tentang
APBD. Jika DPRD tidak menyetujuinya, maka nilai
anggaran maksimalnya adalah sejumlah tahun
anggaran sebelumnya. Selain menjadi salah satu
bentuk sanksi bagi pemerintah daerah, mekanisme
tersebut memberi peluang bagi anggota DPRD
untuk memainkan perannya dalam mendorong
pelaksanaan anggaran berbasis kinerja. Dengan
demikian, penghitungan BOSP diharapkan DPRD
memiliki acuan dalam melakukan pengawasan
dan penganggaran terhadap biaya operasional
pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel
berikut ini.
47www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Tabel 5. Fungsi Pengawasan dan Penganggaran dalam Distribusi Guru secara Proporsional
No Fungsi Pengawasan Fungsi Penganggaran
1 Akuntabilitas Keuangan di Pemda Acuan menghitung anggaran pendidikan
2 Referensi dan Transparansi Bahan pembanding dengan penganggaran SKPD lainnya
3 Rujukan pengawasan keuangan internal Satuan Pendidikan
Rujukan menghitung disparitas anggaran tersedia dengan anggaran dibutuhkan
4 Bagian dari fungsi pengawasan melekat Data awal untuk menghitung APBD Perubahan
Tantangan Dalam Menjalankan Program DGP
Dalam menjalankan sebuah program, terutama
terkait dengan program governance (tata-layanan)
beberapa tantangan yang perlu di “bumikan” pada
setiap pemerintah kabupaten/kota yang akan
melaksakan kegiatan tersebut diantaranya:
1. Komitmen
2. Anggaran
3. Ketersediaan Sumberdaya
4. Birokrasi
48 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
BAHAN PRESENTASI
● Tidak meratanya distribusi guru● Terbitnya Permendiknas No. 15 Tahun 2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.● SKB 5 menteri 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru
PNS● Dana pendidikan80% untukPTK,● Pendidikan menjadi urusan Prioritas● Telah dikembangkannya Sistem Informasi Manajemen
Pendidikan Kabupaten/Kota (SIMP-K).
LATAR BELAKANG
TUJUAN
● Memberikan pemahaman kepada stake holder (PGRI, LSM, Komite Sekolah, DPRD, dll) tentang latar belakang, konsekwensi dan isu anggaran terkait distribusi guru sehingga mampu memberikan masukan yang bermakna kepada pembuat kebijakan.
● Mendapatkan pengetahuan tentang indikator-indikator pencapaian SPM (Permendiknas No. 15 tahun 2010) dan akses pendidikan dasar.
51www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Pendekatan dan Konsep Tata KelokaDistribusi Guru Proporsional
22
52 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
......peserta memiliki
pemahaman tentang Pendekatan dan Prinsip-
prinsip DGP (efektif, efisien, berkeadilan,
partisipatif, ......
Pendekatan dan Konsep Tata Keloka Distribusi Guru Proporsional
Pengantar
Dalam satu dasawarsa terakhir rasio murid-
guru di Indonesia telah menurun ke tingkat yang
rendah menurut standar internasional, karena
pertambahan jumlah tenaga pendidik lebih cepat
daripada peningkatan partisipasi siswa pada
pendidikan Rasio saat ini berada di bawah tolak
ukur internasional yang berkaitan dengan mutu
pendidikan yang baik, dan bukti terbaru di Indonesia
menunjukkan bahwa pada tingkat ini hubungannya
lemah dengan hasil pembelajaran. Dengan kata
lain, hasil analisis mengisyaratkan bahwa upaya
peningkatan angka rasio murid - guru dari nilai
yang ada saa ini tidak akan berpengaruh besar
terhadap hasil pembelajaran siswa. Di sisi lain,
Kenaikan belanja publik untuk pendidikan baru-baru
ini sebagian besar dihabiskan untuk menambah
perekrutan guru dan juga perbaikan gaji guru yang
ada.Programsertifikasiyangsedangberlangsung,
yangditujukanuntukmensertifikasisemuaguru
sampai dengan tahun 2015, menjamin guru
bersertifikasiakanmemperolehtunjanganprofesi
setara gaji pokok mereka. Walaupun evaluasi
dampakbaru-baruinimenemukanbahwasertifikasi
hanya berpengaruh kecil terhadap perbaikan hasil
pembelajaran siswa, program tersebut berdampak
besar terhadap anggaran.
Padatahun2012,35persengurutelahdisertifikasi
dan tunjangan profesi menghabiskan 9 persen
dari keseluruhan belanja publik untuk pendidikan.
Proyeksi dari Kajian Belanja Publik untuk
Pendidikan yang terakhir mengisyaratkan bahwa
MODUL 2
53www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
seiringbertambahnyajumlahguruyangtersertifikasi
beban terhadap anggaran pendidikan akan semakin
besar dan mungkin dapat menyisihkan investasi
untuk meningkatkan kualitas pendidikan lainnya
yang juga penting. Selain itu, guru yang direkrut
oleh sekolah merupakan bagian terbesar dari
tenaga pendidik yang ada saat ini, terutama di
tingkat sekolah dasar.
Pada tahun 2010, guru yang direkrut sekolah pada
tingkat SD mencapai 30 persen dan pada tingkat
SMP 36 persen dari jumlah keseluruhan pada tiap
jenjang pendidikan. Guru-guru ini belum menjalani
prosedur perekrutan formal dan tidak selalu direkrut
berdasarkan standar kepegawaian sekolah. Selain
itu, jumlah guru yang diperkirakan oleh pemerintah
pusat dan daerah biasanya tidak termasuk guru-
guru yang direkrut sekolah, sehingga banyak
kabupaten/kota yang melaporkan kekurangan guru
PNS secara keseluruhan.
Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri
telah mengeluarkan surat Nomor 421.2/2501/
Bangda/1998 tentang Pedoman Pelaksanaan
Penggabungan (Regrouping) Sekolah Dasar.
Tujuan penggabungan tersebut adalah untuk
mengatasi masalah kekurangan tenaga guru,
peningkatanmutu,efisiensibiayabagiperawatan
gedung sekolah dan sekolah yang ditinggalkan
dimungkinkan penggunaannya untuk rencana
pembukaan SMP kecil/SMP kelas jauh atau setara
sekolah lanjutan sesuai ketentuan setempat untuk
menampung lulusan sekolah dasar.
Memangdarisisiefisiensitujuanpenggabungan
tersebut sangat bagus, misalnya sarana atau
gedung yang ditinggalkannya dapat dimanfaatkan
untuk penyelenggaraan SMP kecil atau SMP kelas
jauh. Disamping itu, langkah ini juga sekaligus
untuk mensukseskan program belajar 9 tahun.
Efisiensiinidengankasatmatadapatdilihat
bahwa untuk penyelenggaraan SMP sebagaimana
dimaksud, pemerintah atau masyarakat tidak perlu
mempersiapkan lahan, dan gedung serta fasilitas
lainnya untuk sebuah investasi. Malahan sekolah
yang digabung oleh pemerintah dapat ditawarkan
kepada pihak swasta, sehingga dapat memperoleh
pemasukan tambahan dari hasil penggabungan
tersebut. Secara teoretik melalui kebijakan
penggabungan (regrouping) pemerintah dapat
menambah jumlah SMP, atau pemerintah juga dapat
memperoleh pendapatan atas sewa gedung (SD
yangdigabung),danjugaefisiendalammembiayai
SMP kecil/SMP jarak jauh, sehingga alokasi tersebut
dapat dialokasikan untuk keperluan sektor lainnya.
Hasil penelitian Kiemas Rizka (2005)
menunjukkan bahwa perencanaan sarana
dan prasarana pendidikan SDN yang terkena
kebijakan penggabungan yang tidak digunakan
untuk KBM umumnya sudah direncanakan dan
dimusyawarahkan terlebih dulu oleh kedua belah
pihak (sekolah yang digabungi dengan yang
digabung) yang dihadiri oleh kepala sekolah, guru,
komite sekolah/BP3 kedua SD serta dihadiri oleh
perangkat desa setempat dan Dinas Pendidikan
Kulonprogo.HasilpenelitianYuliana(2004)
menunjukkan bahwa penggabungan SD Balangan
54 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
1 dan SD Sendangrejo mampu berperan dalam
meningkatkanefisiensipendidikandisekolahdasar.
Dijelaskanlebihjauh,nilaiindeksefisiensimeningkat
dari1, 0 menjadi 2, 3 atau meningkat dari 0,43
menjadi1,0.Efisiensibiayaproduksitiapsatuan
produk (unit cost) sebesar Rp.1.587.119,566
dengan peningkatan produktivitas dari 9,75
menjadi 15,59 atau terjadi peningkatan produktivitas
sebesar 5,84. Penggabungan juga mampu
mengatasi kekurangan guru sekolah dasar di
Kecamatan Minggir dengan sumbangan efektif 6,4%,
dari total kekurangan guru sejumlah 78 orang.
Penggabungan juga mampu meningkatkan mutu
pendidikan melalui perbaikan sarana prasarana
pendidikan. Hasil penelitian Marsono (2003)
menunjukkan bahwa penggabungan menimbulkan
masalah, baik masalah organisasi, kesiswaan,
kurikulum (pengajaran), kepegawaian, pembiayaan,
hubungan sekolah dengan masyarakat,
dan ketatalaksanaan, karena pelaksanaan
penggabungan sudah dilakukan, tetapi surat
keputusan penggabungan belum terbit. Sayangnya,
baik penelitian Kiemas maupun Marsono tersebut
baru terbatas pada persoalan teknis penggabungan,
rekomenedasi yang diberikan juga baru bersifat
teknis.PenelitianYuliana,nampaknyalebih
memberikankejelasanterhadapefektifitasdan
efisiensitujuanpenggabungan,bahkanimplikasi
terhadap hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa
sekalipun kesimpulannya merupakan sebuah
indikasi positif bagi pelaksanaan penggabungan
sekolah, namun demikian kehati-hatian dalam
mengalisa indikasi penggabungan sekolah sangat
diperlukan mengingat jumlah penduduk yang
kemungkinan besar terus bertambah banyak.
Hal yang tak kalah penting harus diingat adalah
sebagaimana telah diingatkan oleh Vilfredo Pareto,
bahwaefisiensimenuruthukumparetoyang
sering disebut dengan pareto optimally adalah
pengorbanan atau kerugian pribadi mungkin
diharuskan untuk mengamankan pengorbanan
publik dan manfaat yang lebih kecil mungkin harus
dikorbankan untuk merealisasikan manfaat yang
lebih besar. Dengan demikian pasti terdapat
dampak bagi sekolah yang diregroup, siswa, guru
yang dimutasi serta stakeholder yang berkompeten
demi tercapainya sejumlah manfaat dan tujuan
penggabungan sekolah dasar (SD Balangan 1 dan
SD Sendangrejo).
Sebagaimana kita pahami bahwa pendidikan,
utamanya pendidikan dasar, dan khususnya
sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan
yang menjadi target pemerintah untuk dilakukan
wajib belajar. Ini berarti bahwa pendidikan di sekolah
dasar harus menjadi kewajiban pemerintah untuk
menuntaskannya. Pada sisi lain pendidikan di
sekolah dasar khususnya, dan pendidikan pada
umumnya menjadi barang publik. Artinya, sebagai
barang publik (publicgoods), pendidikan haru
smenjadi kewajiban pemerintah. Implikasinya adalah
pemerintahtidakhanyaberpikirefisiensidalam
penyelenggaraan pendidikan. Jika pemerintah
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hanya
berpikirtentangefiiensipendidikan,makamakna
pendidikan telah direduksi sedemikian rupa,
sehingga perspektif pendidikan hanya terbatas pada
masalah ekonomis.
Penyelenggaraan pendidikan menyangkut banyak
aspek dan melibatkan berbagai stakeholder, yaitu:
55www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
murid, guru, komite sekolah, bahkan para wali murid
atau orangtua. Semua stakeholder ini pasti terkena
dampak dari kebijakan penggabungan, yang tidak
selamanya sejalan dengan konsep penggabungan
itu sendiri.
Undang-undang juga mengamanahkan bahwa
guru sekolah dasar merupakan guru kelas.
Berdasarkan kuota sebenarnya guru sekolah
dasar di Sleman relatif terpenuhi. Persoalan yang
timbul adalah masalah pemerataan. Dalam kontek
ini maka daerah-daerah perbatasan umumnya
sangat sarat dengan guru, karena guru-guru di
wilayah tersebut merupakan sebuah dampak dari
mutasi kepegawaian. Dengan demikian jika terjadi
penggabungan kemungkinan yang terjadi adalah
banyak guru yang posisinya tidak lagi sebagai guru
kelas, sehingga berimplikasi terhadap kenaikan
jabatan guru karena kekurangan jam mengajar.
Nilai kemanusiaan tidak bisa dianaktirikan,
karena pendidikan untuk meningkatkan derajat
kemanusiaan, bukan untuk mereduksi nilai-nilai
kemanusiaan. Oleh karena itu, mereka (para teoritisi
kritis) sangat menyayangkan pendidikan sekarang
ini yang terlalu terfokus pada konsep investasi,
yang dengan jelas mereduksi konsep pendidikan.
Nah, sekiranya hasil pendidikan memiliki kondisi
yang dimaksud, berarti ada sesuatu yang salah,
apakah ”kebijakan pendidikan” sebagai sebuah
rekayasa sosial telah memberikan ruang gerak yang
justru menghasilkan manusia yang hanya memiliki
satu dimensi, yaitu dimensi ekonomi dan rasional.
Inilah yang oleh Horkheimer disebut sebagai
”rasional instrumental” dan oleh Ardono disebut
sebagai ”pemikiran identitas”, sementara Marcuse
menyebutnya sebagai ”rasionalitas teknologis”,
Habermas menyebutnya sebagai ”rasionalitas
teknis” (Sudiyono,2000).
Dalam konteks desentralisasi dan otonomi daerah
saat ini, telah terjadi pelimpahan kewenangan
dalam pengelolaan pendidikan sebagai urusan
wajib daerah. Dengan demikian, guru sebagai
salah satu komponen dalam pendidikan saat ini
dikelola secara penuh oleh kabupaten terkait
dengan proses pengadaan, pengelolaan dalam hal
penempatan (distribusi), mutasi, rotasi, promosi
dan penghargaan. Pengelolaan penuh di tingkat
kabupaten ini merupakan upaya untuk mendekatkan
layanan sehingga proses kebijakan akan menjadi
semakin cepat dan sesuai dengan kebutuhan nyata
dalam upaya pemenuhan layanan pendidikan yang
berkualitas. Salah satu dampaknya adalah alokasi
anggaran untuk belanja tidak langsung di sektor
pendidikan adalah untuk membayar gaji guru.
Karena hingga saat ini jumlah pegawai terbanyak
disebuah kabupaten adalah guru yang mencapai
hingga 60% dari pegawai yang ada.
Dalam perjalanannya, berbagai permasalahan
teridentifikasiterjadisebagaiakibattidakberjalannya
paradigma layanan dalam era otonomi daerah
dianataranya, pengadaan guru yang formasinya
tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah,
penempatan guru yang tidak merata, insentif guru
yangtidakefisiensehinggatidakberdampakpada
kinerja, serta banyak guru yang saat ini menjadi
pejabat struktural termasuk menjadi pejabat di
berbagai kabupaten pemekaran tanpa pengelolaan
dan tingginya guru mangkir dari tugas mengajar.
56 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Dengan demikian, dari aplikasi distribusi guru
proporsional diharapkan akan membantu
kabupaten dalam pengelolaan sumberdaya guru
secara proporsional. Berdasarkan hasil analisis
pivot tabel dari aplikasi distribusi guru, maka
didapatkan berbagai gambaran berkaitan dengan
kecukupan guru kelas dan guru mata pelajaran pada
semua jenjang pendidikan. Berdasarkan temuan
kondisi yang ada, maka diperlukan pengelolaan
sumberdaya manusia yang tepat sehingga akan
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi untuk
meningkatkan kualitas layanan sektor pendidikan.
Selain itu, pengelolaan sumber daya manusia
jugamempertimbangkanaspekefisiensidalam
prosesdanefektifitasuntukmencapaitujuan
yang diharapkan. Pengelolaan sumberdaya guru
mempertimbangkan SKB 5 Menteri terkait penataan
guru pegawai negeri sipil, dan Permendiknas No
15 tahun 2010 terkait Standar Pelayanan Minimal
Pendidikan Dasar.
Full Time Teaching Equivalent (FTE) dan Mobilitas Guru Sebagai Upaya Efisiensi dan Efektifitas Distribusi Guru
Untuk menghitung dan menganalisa kebutuhan
gurusecaraefisiendanefektifsalahsatucarayang
menjadi pertimbangan adalah pemenuhan jam
mengajar guru berdasarkan aturan minimal 24 jam
per minggu dari 37,5 jam kerja dalam satu minggu
(Full-time Teaching Equivalent) dan mobilitas guru
dengan memberikan kesempatan kepada guru yang
masih belum memenuhi jam mengajar 24 jam untuk
dapat mengajar di sekolah lain dengan pangkal
administrasi hanya di satu sekolah. Ini dapat
dilakukan hanya untuk daerah dengan sekolah yang
terjangkau satu dengan yang lain. Contoh guru
matapelajaran Penjaskes di satu sekolah SD hanya
akan memiliki jam mengajar 12 jam per minggu,
sehingga idealnya satu guru Penjaskes mengelola
2 sekolah SD reguler sehingga dapat memenuhi
kewajiban minimal 24 jam per minggu.
Perhitungan kecukupan guru didasarkan atas
formula sebagai berikut:
Kebutuhan Guru Mapel = Jumlah Rombel x Jam Per Minggu Mapel
24
57www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Sekolah Rombel Formula Kebutuhan Guru Ditugaskan
SMPN 01 3 0.5 1
SMPN 02 9 1.5 2
SMPN 03 15 2.5 3
SMPN 04 21 3.5 4
Total 48 10
Lihat contoh di bawah ini, untuk kebutuhan analisa mobilitas guru matematika, didasarkan atas
hasil analisa ketercukupan guru di masing-masing sekolah:
Kebutuhan dengan Mobilitas = 48 x 4
= 824
Dengan demikian, ada 8 orang guru yang harus melaksanakan pembelajaran di lebih dari satu sekolah untuk
mendapatkan pemenuhan 24 jam pelajaran per minggu.
58 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Berdasarkan aplikasi SIMP-K, maka didapatkan
outputgrafikkecukupangurujenjangpendidikan
tertentu di tingkat kabupaten. Contoh, kecukupan
guru SMP Negeri sebagai berikut:
Grafikdiatasmenunjukkansimulasimanajemen
guru.Padagrafikbirumudamenunjukkantingkat
kecukupan guru PNS di jenjang pendidikan SMP,
terlihat bahwa terjadi kelebihan guru untuk semua
matapelajaran,tetapijikadiperhatikangrafik
warna biru tua menunjukkan bahwa jika dilakukan
mobilitas guru maka kebutuhannya tidak sebanyak
guru saat ini.
59www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
pemenuhan guru segera S-1 sehingga dapat
memenuhi standart pelayanan dengan minimal satu
sekolah terdapat seorang guru berpendidikan S-1.
Tabel di atas menunjukkan contoh proses
pengadaanguruberdasarkankualifikasipendidikan.
Perlu dilihat apakah dalam proses nyata di daerah
masih memberikan kesempatan calon guru
dengankualifikasikurangdariS-1danbagaimana
dengan kompetensinya apakah calon tersebut
adalah lulusan dari Lembaga Pendidik Tenaga
Kependidikan (LPTK).
Dengan demikian, terkait dengan kondisi ini alternatif
kebijakan yang didorongkan adalah:
• Memastikangurubaruyangdiangkatsudah
berkualifikasiS-1kependidikan
• Pengadaanguruharusberdasarkankajian
kebutuhan guru kelas dan matapelajaran sesui
hasil analisa kecukupan guru
Dalam perhitungan Full-time Teaching Equivalent
(FTE) menunjukkan bahwa dalam informasi individu
guru terkait pemenuhan jam mengajar 24 jam per
minggu. Dari data ini maka dapat ditetapkan siapa
guru yang masih mungkin mengajar di sekolah lain
sesuai dengan mata pelajaran yang diampu atau
yang serumpun.
Dengan memperhatikan hasil perhitungan di atas
maka dapat ditetapkan alternatif kebijakan sebagai
berikut:
1. Pengadaan (recruitment) guru
Jika mengacu pada undang-undang guru dan
dosen serta Standar Nasional Pendidikan maka
ditetapkanbahwaguruharussudahberkualifikasi
S-1 pada tahun 2014. Dengan demikian, perlu
dikajibagaimanakondisikualifikasiguruuntukyang
berpengalaman kerja 1-5 tahun. Perlu ada kebijakan
60 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Tabel di atas menunjukkan sebaran jam mengajar
gurupadasetiapjenjangpendidikan.Yangharus
menjadi perhatian adalah kelompok guru yang
meng ajar kurang dari 24 jam dan yang lebih dari 30
jam. Meski demikian, kebijakan utama yang akan
diambil adalah untuk menyelesaikan masalah guru
yang mengajar kurang dari 24 jam karena secara
otomatis akan mengurangi beban jam mengajar di
kelompok guru dengan beban mengajar lebih dari
30 jam.
2. Penugasan guru
Salah satu alternatif kebijakan yang didorongkan
adalah penugasan guru untuk memenuhi 24 jam
mengajar guru. Pemanfaatan secara lebih baik jam
mengajar minimal ini akan memberikan kesempatan
bagi semua guru untuk memperoleh tunjangan
sertifikasidanmenjadikanpengelolaanguru
menjadilebihefisien.Dariprosespengolahandata
didapatkangambarangrafikkondisigurudengan
jumlah jam mengajar.
Disisi lain, harus dilakukan kajian terkait dengan
sebaran sekolah, sehingga untuk rombongan belajar
yang kondisnya separoh dari jumlah siswa ideal,
maka didorong untuk menjadikan kelas rangkap
sehinggaakanlebihefisien.
Kebijakan yang diajukan dalam menyikapi kondisi ini
adalah:
• Redistribusiguruuntukefisiensi
• Meyakinkanbahwabesaransekolahcukupefisien
61www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
3. Pengembangan
Dari guru yang telah tersedia saat ini, maka perlu
dikaji kondisi pemenuhan SPM terkait dengan
minimal2guruberkualifikasiS-1disetiapSDdan
MI dan 70% guru di jenjang SMP harus sudah S-1
untuk menuju standar pendidikan nasional seluruh
guru harus sudah S-1.
Dari tabel di atas, menggambarkan bahwa kondisi
kualifikasipendidikangurujenjangpendidikanTK
dan SD masih sangat rendah dengan dominasi
kurang dari diploma. Pertimbangan lain yang harus
disampaikan adalah sebaran usia guru yang masing
belum mencapai S-1, sebagai dasar pertimbangan
untuk memberikan dukungan bagi guru yang belum
memenuhikualifikasiS-1.Dalamkonteksusia
guru,diharapkandukunganbeasiswakualifikasidi-
alamatkan bagi guru dengan usia muda sehingga
dampak dari beasiswa akan dirasakan dalam
pemenuhan standart pelayanan minimal (SPM).
Dengan demikian, alternatif kebijakan yang
didorongkan adalah:
• Peningkatankualifikasigurudengan
menyediakan beasiswa belajar untuk guru
dengan usia kurang dari 30 tahun.
62 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
4. Evaluasi
Kinerja seorang guru harus dinilai dari keluaran
proses pembelajaran, yaitu tingkat angka
mengulang kelas, dan hasil ujian nasional.
Berdasarkan kondisi ini maka akan diketahui
sekolah-sekolah mana yang mengalami kondisi
seperti ini. Dari analisa ini di kaji silang dengan
kondisikualifikasiguruyangtersedia,sehingga
akan diketahui korelasi/hubungan antara
rendahnya kinerja sekolah dengan kondisi
kualifikasi.Jikahubungankeduanyasangat
kuat maka hasil evaluasi ini menjadi bagian
penguat dari pelaksanaan kebijakan penyediaan
beasiswabelajaruntukkualifikasi.
Dengan segala keterbatasan di Papua, maka
evaluasi kinerja harus diarahkan bagi distrik
(kecamatan) yang sudah menyelesaikan
tahapan penyediaan akses bagi pendidiknya.
5. Pensiun (Atrisi)
Salah satu komponen dalam manajemen
sumber daya adalah pengelolaan masa pensiun.
Masa pensiun mengakibatkan organisasi
kehilangan sumberdayanya yang senior dan
berpengalaman. SIMPK akan mengeluarkan
kondisi usia guru kelompok yang mendekati
masa pensiun dan informasi individu di
dalamnya.
1. Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Kelola yang Baik dalam DGP
Dalam pelaksanaan Distribusi Guru secara
Proporsional, perlu disusun sistem manajemen
yang dapat mendorong terwujudnya transparansi
dan partisipasi publik, akuntabilitas, taat asas,serta
prinsip-prinsip pelaksanaan program Distribusi Guru
secara proporsional lainnya. Lebih detail, unsur
utama tata kelola pelaksanaan rehabilitasi dan
rekonstruksi adalah:
Penerapan Prinsip Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan
pengendalian sumber daya dan pelaksanaan
kebijakan termasuk keberhasilan atau kegagalan
dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan melalui media pertanggungjawaban
berupa laporan pelaksanaan (akuntabilitas kinerja)
secara periodik.
Unsur-unsur pendukung akuntabilitas meliputi:
1) Penetapan Tujuan dan Sasaran yang jelas, baik
untuk jangka pendek maupun jangka menengah.
Rencana Distribusi Guru secara Proporsional
harus mengandung visi dan misi yang jelas,
sebagai acuan untuk menyusun tujuan dan
sasaran Distribusi Guru secara Proporsional.
2) Struktur Kelembagaan yang solid untuk
mendorong terwujudnya sistem manajemen
yangefisiendanefektifgunamencapaitujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan.
63www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
3) Penetapan Kebijakan yang jelas dan terarah,
konsisten dengan tujuan organisasi, tertulis, dan
transparan.
4) Perencanaan yang realistis, terinci dan sesuai
dengan kebutuhan, transparan dan partisipatif,
akomodatif terhadap sosial budaya masyarakat
setempat, dan merupakan penjabaran tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan Badan
Pelaksana.
5) Penetapan Prosedur Kerja yang tepat dan jelas,
mudah dilaksanakan, mudah dimengerti dan
transparan, serta mempertimbangkan peraturan
perundangan yang terkait.
6) Sumber Daya Manusia yang kompeten,
profesional dan bermoral.
7) PelaksanaanKegiatanyangefektifdanefisien,
tertib administrasi, transparan, baik dalam
pengadaan barang dan jasa, pengelolaan
keuangan, pengelolaan barang inventaris,
pengelolaan barang persediaan, maupun
pengelolaan barang bantuan.
8) Sistem Pendataan yang jelas, akurat dan
sederhana.
Laporan pelaksanaan (akuntabilitas kinerja)
Distribusi Guru secara Proporsional mengacu pada
prinsip-prinsipobyektifitas,transparansi,akurasi
yang tinggi, serta profesionalisme yang dapat
diandalkan.
Penerapan Prinsip Transparansi dan Partisipasi
Penerapan prinsip transparansi dimaksudkan
agar data/informasi kegiatan Distribusi Guru
secara Proporsional di Kabupaten/Kota termasuk
perumusan kebijakan dan pelaksanaan kerja
organisasi, dapat diakses oleh publik.Transparansi
menumbuhkan kepercayaan timbal balik antara
pemerintah, masyarakat dan stakeholders lainnya.
Prinsip partisipasi dimaksudkan agar publik
dapat berpartisipasi aktif dan konstruktif dalam
pengambilan keputusan Distribusi Guru secara
Proporsional, baik secara langsung maupun
melalui institusi yang mewakili kepentingannya.
Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan
berasosiasi dalam menyampaikan pendapat demi
keberhasilan pencapaian tujuan/sasaran Distribusi
Guru secara Proporsional. Tiga faktor utama yang
dapat mendorong dan mempercepat terwujudnya
transparansi dan partisipasi di atas adalah:
1) Ketersediaan data/informasi yang akurat,
komprehensif, dan terkini;
2) Kemudahan mengakses data/informasi; serta
3) Keseragaman data/informasi yang disampaikan.
Informasi dan kegiatan yang harus transparan
meliputi pengelolaan dana yang meliputi sistem,
jumlah dan sumber dana, serta penyalurannya;
organisasi dan personal meliputi struktur,
tugas, personal, dan sistem manajemennya;
perencanaan meliputi rencana jangka pendek dan
menengah; pelaksanaan meliputi progress report
serta kendala yang dihadapi serta mekanisme
pertanggungjawaban.
64 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
2. Pengarusutamaan Gender dalam DGP
a. Gender
Disadari bahwa isu gender merupakan isu baru bagi
masyarakat, sehingga menimbulkan berbagi tafsiran
dan respon yang tidak proposional tentang gender.
Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah
bermacam-macamnya tafsiran tentang pengertian
gender.
Istilah gender menurut Oakley (1972) berarti
perbedaan atau jenis kelamin yang bukan biologis
dan bukan kodrat Tuhan. Sedangkan menurut
Caplan (1987) menegaskan bahwa gender
merupakan perbedaan perilaku antara laki-laki dan
perempuan selain dari struktur biologis, sebagian
besar justru terbentuk melalui proses social dan
cultural. Gender dalam ilmu sosial diartikan sebagai
pola relasi lelaki dan perempuan yang didasarkan
pada ciri sosial masing- masing (Zainuddin, 2006:1).
Hilary M.Lips mengartikan gender sebagai harapan-
harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan
(cultural expectations for women and men).
Sedangkan Linda L. Lindsey menganggap bahwa
semua ketetapan masyarakat perihal penentuan
seseorang sebagai laki-laki dan perempuan
adalah termasuk bidang kajian gender (What a
given society defines as masculine or feminim is
a componentofgender).H.T. Wilson mengartikan
gender sebagai suatu dasar untuk menentukan
perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan
pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang
sebagai akibatnya mereka menjadi laki-laki dan
perempuan. Elaine Showalter menyebutkan bahwa
gender lebih dari sekedar pembedaan laki-laki dan
perempuan dilihat dari konstruksi sosial-budaya
(Nasaruddin Umar, 2010: 30).
Adapun istilah-istilah yang berkaitan dengan gender
sebagaimana yang disampaikan dalam materi
Workshop olehTim Gender Direktorat SMP adalah
sebagai berikut:
1) Pengarusutamaan Gender
Pengarusutamaan gender adalah strategi
yang digunakan untuk mengurangi
kesenjangan antara penduduk laki-laki dan
perempuan Indonesia dalam mengakses dan
mendapatkan manfaat pembangunan, serta
meningkatkan partisipasi dan mengontrol proses
pembangunan.
2) Kesetaraan Gender
Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi
bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia,
agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam
kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya,
pendidikan dan pertahanan dan keamanan
nasional (Hankamnas) serta kesamaan dalam
menikmati hasil pembangunan. Terwujudnya
kesetaraan gender ditandai dengan tidak
adanya diskriminasi antara perempuan dan
laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki
akses, kesempatan berpartisipasi, kontrol atas
pembangunan dan memperoleh manfaat yang
65www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
setara dan adil dari pembangunan. Adapun
indikator kesetaraan gender adalah sebagai
berikut:
a) Akses
Yangdimaksuddenganaspekaksesadalah
peluang atau kesempatan dalam memperoleh
atau menggunakan sumber daya tertentu.
Mempertimbangkan bagaimana memperoleh
akses yang adil dan setara antara perempuan
dan laki-laki, anak perempuan dan laki-laki
terhadap sumber daya yang akan dibuat.
Sebagai contoh dalam hal pendidikan bagi
guru adalah akses memperoleh beasiswa
melanjutkan pendidikan untuk guru
perempuandan laki-laki diberikan secara adil
dan setara atau tidak.
b) Partisipasi
Aspek partisipasi merupakan keikutsertaan
atau partisipasi seseorang atau kelompok
dalam kegiatan dan atau dalam pengambilan
keputusan. Dalam hal ini guru perempuan dan
laki-laki apakah memiliki peran yang sama
dalam pengambilan keputusan di sekolah atau
tidak.
c) Kontrol
Kontrol adalah penguasaan atau wewenang
atau kekuatan untuk mengambil keputusan.
Dalam hal ini apakah pemegang jabatan ditribusi
guru sebagai pengambil keputusan didominasi
oleh gendertertentu atau tidak.
d) Manfaat
Manfaat adalah kegunaan yang dapat
dinikmati secara optimal. Keputusan
yang diambil oleh sekolah memberikan
manfaat yang adil dan setara bagi
perempuan dan laki-laki atau tidak.
3) Keadilan Gender
Keadilan gender adalah suatu proses dan
perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-
laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada
pembakuan peran, beban ganda, subordinasi,
marginalisasi dan kekerasan terhadap
perempuan maupun laki-laki.
4) Kesenjangan Gender
Dikatakan terjadi kesenjangan gender apabila
salah satu jenis kelamin berada dalam keadaan
tertinggal dibandingkan jenis kelamin lainnya
(L>P atau L<P).
b. Kebijakan Pengarusutamaa Gender
Untuk mencapai kesetaraan gender, negara harus
melakukan intervensi atau campur tangan dengan
melakukan kebijakan untuk sebuah pembangunan.
Oleh sebab itu pemerintah telah menetapkan
beberapa kebijakan tentang pengarusutamaan
gender (PUG) yang diturunkan sebagai berikut:
66 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
1) INPRES No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional.
“Komponen kunci keberhasilan
pengarusutamaan gender ditentukan oleh
ada tidaknya komitmen politik dan kerangka
kebijakan pemerintah dalam mendukung
pembangunan berperspektif gender, sumber
daya manusia yang memiliki gender analysis
skill dan sumber dana yang memadai, data
dan statistik gender, alat dan sistem monitoring
dan evalusi, media KIE, serta peran serta
masyarakat”
2) Permendagri No. 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan PUG dalam Pembangunan di Daerah.
“Dalam penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan masyarakat di
daerah, masih terdapat ketidaksetaraan dan
ketidakadilan gender, sehingga diperlukan
strategi pengintegrasian gender melalui
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pengangguran, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan
daerah”.
3) Permendiknas No. 84 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan PUG di Bidang Pendidikan:
“Untuk memperlancar, mendorong,
mengefektifkan dan mengoptimalkan
pelaksanaan kegiatan pengarusutamaan gender
di bidang pendidikan secara terpadu dan
terkoordinasi, maka perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang
Pendidikan”.
c. PUG dalam Pendidikan
Zainuddin Maliki (2006:7) mengatakan bahwa salah
satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan
diakibatkan oleh adanya diskriminasi gender dalam
dunia pendidikan. Ariyanto Nugroho dalam Kompas
(2011:12) menyebutkan bahwa pada materi ajar
banyak contoh peran laki-laki dan perempuan yang
bias gender. Anak-anak harus dilatih sejak dini untuk
tidak membedakan peran laki-laki dan perempuan.
Mengubah pola pikir hanya bisa melalui pendidikan.
Suatu kebijakan pendidikan dikatakan responsif
gender apabila mengandung ketetapan yang jelas
untuk memperkecil adanya kesenjangan gender
di bidang pendidikan. Bappenas bersama-sama
dengan WSP II dan CIDA mengembangkan alur
kerja analisis gender (gender analysis pathway-
GAP) yang dapat digunakan untuk membantu para
perencana dalam melakukan pengarusutamaan
gender dalam perencanaan kebijakan/program
pembangunan (Ismi, 2009 : 136).
Dengan menggunakan GAP, para perencana
pembangunandapatmengidentifikasikan
kesenjangan gender (gendergap) dan permasalahan
gender (genderissues) serta sekaligus menyusun
rencana/ kebijakan/ program pembangunan yang
ditujukan untuk memperkecil atau menghapus
kesenjangan gender tersebut.
a) Tahap Analisis Kebijakan Gender
Tahap ini ditujukan untuk mengetahui apakah
sebuah kebijakan, responsif gender atau
tidak. Ini ibarat sebuah kegiatan untuk men-
“diagnosa” kebijakan. Langkah awal dalam
67www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
tahapiniadalahmengidentifikasitujuanatau
sasaran kebijakan yang ada saat ini, serta
tujuan atau sasaran kebijakan apa saja yang
telah dirumuskan untuk mewujudkan kesetaraan
dan keadilan gender. Selanjutnya sajian data
kuantitatif dan kualitatif yang terpilih menurut
jenis kelamin sebagai data pembuka wawasan.
Data tersebut dapat melihat apakah program
yang ada saat ini sudah memberikan dampak
yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan.
Langkah berikutnya untuk menganalisis sebuah
kebijakan responsif gender atau tidak adalah
dengan menganalisis berbagai sumber dan atau
faktor-faktor penyebab terjadinya kesenjangan
gender, dengan tujuan untuk mengetahui
ada tidaknya kesenjangan gender dengan
menggunakan empat elemen utama yaitu akses,
kontrol, partisipasi, dan manfaat.
Langkah terakhir dalam tahap ini adalah
identifikasimasalahgender.Identifikasi
masalah gender dapat dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Apa
masalah-masalah gender yang diungkapkan
oleh faktor-faktor kesenjangan gender?
Dimana letak kesenjangan gender antara
laki-laki dan perempuan? Kemudian mengapa
terjadi kesenjangan dan bagaimana cara
mengatasinya?
b) Formulasi Kebijakan Gender
Tahap ini merupakan tahap kedua dalam
analisis gender, sebagai kelanjutan dari tahap
sebelumnya. Tahap ini berusaha merumuskan
formula kebijakan yang responsif gender. Untuk
itu yang perlu dilakukan adalah melakukan
identifikasitentangindikatorgenderbaik
berupa indikator kuantitatif dan kualitatif apa
sajayangperludiidentifikasidengantujuan
untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan
program yang responsif gender. Selanjutnya
perlu mengetahui indikator apa saja yang dapat
menjelaskan apakah faktor-faktor kesenjangan
sudah berkurang atau tetap atau bahkan
bertambah? dan apakah ukuran keberhasilan
kesetaraan dan keadilan gender?
c) Rencana Tindak Kebijakan Gender
Tahap ketiga ini merupakan tahap krusial
karena merupakan tindak lanjut dari dua
tahap sebelumnya yang menentukan apakah
sebuah kebijakan dapat diimplementasikan
atau tidak. Untuk itu ada dua langkah dalam
tahap ini yaitu penyusunan rencana tindakan
kebijakan/program yang responsif gender perlu
disusun untuk mengurangi atau menghilangkan
kesenjangan antara laki-laki dan perempuan.
setelah itu yang perlu dilakukan adalah
menentukan sasaran-sasaran apa (kualitatif dan
atau kuantitatif) yang perlu dirumuskan untuk
setiap rencana tindak kebijakan yang telah
disusun.
d. Implementasi PUG dalam DGP
Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan
yang berwawasan gender dalam Distribusi Guru
secara Proposiaonal meliputi:
68 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
1) Perencanaan pengelolaan tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan yang peka
terhadap isu gender;
2) Data pilah tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan berdasarkan jenis kelamin;
3) Akses yang sama dalam (Implementasi
DGP) perekrutan, ditribusi, pengembangan
danpeningkatankapasitas(kualifikasidan
kompetensi) ;
4) Formulasi kebijakan DGP yang peka
terhadap isu gender;
5) Evaluasi kebijakan dengan analisa yang
peka terhadap isu gender.
3. Koordinasi antar Pemangku Kepentingan dalam DGP
Koordinasi adalah bagian penting diantara anggota-
anggota atau unit organisasi yang pekerjaannya
saling bergantung. Semakin banyak pekerjaan
individu – individu atau unit – unit yang berlainan
tetapi erat hubungannya, semakin besar pula
kemungkinan terjadinya masalah – masalah
koordinasi. Proses pendidikan yang baik dan
bermutu tinggi,apabila pengoordinasian input
pendidikan dilakukan secara harmonis sehingga
mampu menciptakan suasana manajemen yang
menyenangkan, mendorong motivasi bekerja,dan
memberdayakan sumber daya pendidikan.
Dalam implementasi program Distribusi Guru secara
Proporsional, setidaknya ada 4 tahap koordinasi
yang perlu dilakukan agar implementasi kegiatan ini
berjalanefektif,efisiendanberkeadilan.Tahapan
tersebut adalah:
1. Koordinasi pada tahap perencanaan
2. Koordinasi tahap pendataan dan analisa
3. Koordinasi pada tahap implentasi
4. Koordinasi pada tahap penilaian
Pada setiap tahapan tersebut pihak dinas
pendidikan sebagai salah satu penyedia layanan
hendaknya melibatkan banyak pihak dalam
berkoordinasi, baik koordinasi antar penyedia
layanan dalam Satuan Kerja Pemerintah Daerah
(SKPD) Dinas pendidikan yang di dalamnya meliputi
sub-sub bidang: Ketenagaan, Penyusunan Program,
Bidang-bidang menurut jenjang pendidikan,
Satuan Pendidikan, Unit Pelaksana Tingkat Daerah
(UPTD) Dinas Pendidikan, dan Kesekretariatan.
Selain itu Koordinasi juga harus dilakukan antar
SKPD penyedia layanan terkait dengan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan diantaranya Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
sub-bidang Sosial Budaya, Badan Kepegawaian
Daerah (BKD), Bagian Keuangan Daerah, Bagian
Organisasi dan Tata Laksana (ORTALA) dan
Sekretariat Daerah. Selain itu pelibatan dan
koordinasi juga dilakukan dengan penerima layanan
dan manfaat dalam program ini diantaranya: Guru,
Kepala Sekolah, Dewan Pendidikan, stakeholder
pendidikan, dan Media.
Keterlibatan tersebut dapat dilakukan sesuai
proporsi dalam berbagai tahapan kegiatan. Misalnya
dalam sosialisasi dan formulasi draft kebijakan
sedapat mungkin melibatkan stakeholder penerima
layanan untuk mendapat perspektif yang luas terkait
rencana implementasi dan kebijakan program ini.
Untuk kegiatan analisa data dapat melibatkan BKD,
69www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
UPTD dan bagian ORTALA yang mempunyai basis
data bervariasi terkait pendidik dan kependidikan.
Peran MSF dan Media dalam Penyusunan BOSP
Pendekatan Program KINERJA dalam semua area
(Kesehatan, Pendidikan dan Perijinan Terpadu)
selalu dilakukan secara terintegrasi, baik penguatan
kapasitas Penyedia Layanan (Suplay) maupun
Penerima manfaat (Demand). Pendampingan
terhadap Penyedia layanan dilakukan dalam upaya
peningkatan kualitas/mutu layanan (efektif, efisien,
berkeadilan, partisipatif, akuntabel, transparan,
responsif). Sementara pendampingan terhadap
penerima manfaat/layanan dilakukan dalam upaya
penguatan pemahaman terhadap Hak (Partisipasi)
dan fungsi pengawasan terhadap program DGP.
Dalam hal ini dilakukan dalam bentuk penguatan
Forum Multi Stakeholder (FMS)
Pendampingan Penguatan Stakeholder dalam
pengawasan dan pelaksanaan Distribusi Guru
secara Proporsional perlu dilakukan agar terdapat
para pihak yang melakukan pengawasan terhadap
kesepakatan yang ada. Oleh karena itu, peran
Forum Multi Stakehoder (FMS) dan Media sebagai
salah satu elemen penting dalam masyarakat
yang dapat membantu dalam peningkatan mutu
pendidikan melalui pengawasan pengelolaan Guru
secara Proporsional. Adapun peran Guru secara
Proporsional sebagai berikut.
Peran Forum Multi Stakeholder
Peran Forum Multi Stakeholder dalam program
bantuan teknis USAID-KINERJA, terkait dengan
Distribusi Guru secara Proporsional adalah:
a. Sebagai forum untuk penyadaran dan
pengorganisasian masyarakat terkait isu Guru
secara Proporsional;
b. Sebagai jaringan komunikasi dan kerja antar
pihak yang berkepentingan;
c. Sebagai forum konsultasi, khususnya antara
pemerintah daerah (penyedia layanan) dengan
masyarakata selaku pengguna layanan;
d. Sebagai forum untuk mendesakkan kebijakan
dalam pemenuhan SPM dan SNP terkait
Distribusi Guru secara Proporsional;
e. Sebagai forum untuk memantau pelaksanaan
kebijakan Distribusi Guru secara Proporsional.
Peran Media
Peran media tidak hanya memberitakan kegiatan-
kegiatan tertentu dalam dunia pendidikan, namun
media juga turut andil dalam memberikan masukan
dalam inovasi di dunia pendidikan. Perkembangan
teknologi media berjalan dengan pesat dan dalam
masyarakat modern, media mempunyai peran yang
signifikansebagaibagiandarikehidupandalam
semua aspek termasuk dunia pendidikan. Adapun
peran media dalam DGP adalah:
a. Membantu dalam publisitas;
b. Melakukan penguatan untuk Jurnalis Warga di
bidang pendidikan;
c. Pendampingan PPID (Pejabat Pengelola
Informasi dan Dokumentasi), khususnya di dinas
pendidikan.
70 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
BAHAN PRESENTASI
1. Memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa mereka mendapat pelayanan dalam kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Memberi fokus pelayanan kepada pelanggan/masyarakat.3. Menjadi alat komunikasi antara pelanggan dengan penyedia
pelayanan dalam upaya meningkatkan pelayanan.4. Menjadi alat untuk mengukur kinerja pelayanan serta menjadi alat monitoring dan evaluasi kinerja pelayanan.
MANFAAT STANDAR PELAYANAN PUBLIK
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang dan jasa atau pelayanan administrasi yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik.”
KONSEP PELAYANAN PUBLIK
71www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Prolog: Gender dan PUG• Gender: bukanlah Jenis kelamin tetapi peran sosial yang “sepantasnya” dimainkan oleh lelaki dan perempuan dalam kehidupan sosialnya.
Laki dan Perempuan hanya berbeda dalam jenis kelamin (kodratik), tetapi tidak dalam peran dan posisi sosial (kultur).
LK PR
73www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
33
74 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Meningkatkan kapasitas pengelola data kepegawaian
dinas pendidikan dalam melakukan perhitungan
DGP dengan aplikasi SIMPK ..........
Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
1. Persiapan
Tahapan ini merupakan langkah awal untuk memulai
kegiatan penghitungan distribusi guru. Kegiatan
dimulai dengan pengenalan software SIMP-K yang
membutuhkan instalasi program Dapodik atau
Padati Web, atau PADAMU (Pangkalan data ini akan
berkembang sesuai dengan panduan yang diberikan
oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan).
Kegiatan hari pertama difokuskan pada penyusunan
tabelprofilpendidikdanpenggunaanaplikasiSIMPK
untuk menghasilkan perhitungan distribusi guru
proporsional dan pencapaian standar pelayanan
minimal.
2. Impor Data PadatiWeb
Impor data Padati Web dapat dilakukan dimana
komputer tersebut atau komputer di Dinas
Pendidikan terpasang aplikasi PadatiWeb, terlebih
dahulu instal MySQL Connector.
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN (SIMP) KABUPATEN/KOTA
BAHAN BACAANMODUL 3
75www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Padati Web bisa dibaca oleh SIMPK. Kemudian
jalankan aplikasi SIMPK di komputer tersebut, bisa
dengan fashdisk langsung atau dicopy ke dalam
komputer yang ada apalikasi Padati Web. Pilih menu
Import Data, kemudian pilih Import data Padati Web,
maka akan muncul tampilan seperti gambar di
bawah.
76 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Untuk nama server, port dan user id jarang atau
tidak pernah terjadi perubahan, termasuk password
(p@ssword123padati). Sedangkan pada version,
pilih sesuai dengan data Padatiweb yang akan
diimport, lanjutkan dengan meng-klik tombol test.
Jika muncul pesan koneksi berhasil, lanjutkan
dengan menekan tombol Impor. Impor berhasil jika
muncul pesan seperti gambar berikut.
77www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
3. Impor Data SIM-NUPTK
Gambar di atas adalah tampilan dari program SIM-
NUPTK yang ada di Dinas Pendidikan khususnya
pada Bidang Ketenagaan/Kepegawaian. Berbeda
dengan proses impor yang ada pada Padatiweb,
yangdibutuhkandisiniadalahhanyafiledatabase
NUPTK dalam bentuk access dengan extension
.mdb, dimana database tersebut dapat dilihat
di SIMPNUPTK pada layar bagian bawah yang
menunjukkan dimana posisi database tersebut
berada.
Kemudian lakukan Impor NUPTK dengan mengklik
tombolBrowse,pilihfiledatabaseNUPTK.mdb
yangmemilikidatemodifiedterbaru,kemudian
lanjutkan dengan menekan tombol Impor seperti
gambar di bawah.
78 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Jika impor selesai dilakukan, maka akan muncul pesan seperti gambar di bawah ini:
4. Review Database
Untuk melihat hasil impor yang sudah dilakukan,
dapat dilihat pada menu Review Database, maka
SIMPK akan menampilkan data-data yang terekam
hasil dari proses impor tersebut seperti Total
Satuan Pendidikan dan Total Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, terdapat pada gambar berikut.
79www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
5. Matching NSS (Nomor Statistik Sekolah)
Matching NSS adalah proses penggabungan database SIM-NUPTK dengan Padati Web, dilakukan dengan
menyandingkan NSS sekolah di SIM-NUPTK dengan NSS sekolah Padati Web. Sebetulnya dalam kondisi
ideal NSS di dalam SIM-NUPTK dengan Padati Web akan sama untuk satu sekolah yang sama, dan dapat
menggunakan Auto-Match, sementara kondisi lainnya matching harus dilakukan secara manual.
• Automatch NSS
Automatch NSS dapat dilakukan dengan cepat dengan meng-klik tombol Automatch NSS, maka akan muncul
layar seperti dibawah beserta petunjuk:
80 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
• Matching NSS Manual
Matching NSS juga dapat dilakukan secara manual pada tombol Matching NSS dan akan menampilkan seperti
pada gambar berikut, pada layar ini dapat memilih salah satu Tab acuan sekolah, yaitu dari daftar Padati atau
dari daftar SIM-NUPTK. Namun secara umum banyak yang mengacu sekolah-sekolah dari daftar Padati,
karena kondisi sekolah di Padati Web lebih banyak/lengkap.
Proses matching secara manual dapat dilakukan dengan mengetik pada kolom sekolah NUPTK atau bisa juga
dengan mengklik tanda panah pada setiap baris di dalam kolom tersebut dengan mengacu terhadap baris
sekolah di sebelah kanan, yaitu kolom sekolah Padati. Pengetikan harus diawali dengan nama kecamatan (liat
gambar di bawah).
81www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Dalam proses matching manual, Jika terjadi pesan error duplikat data seperti pada gambar di bawah, contoh
pada SDN Cemorokandang 1. Berarti sekolah tersebut sudah ada yang menggunakan atau terpasang dengan
sekolah lain.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu dilakukan croscheck terhadap sekolah yang mengalami duplikat data
seperti pada gambar dibawah. Jika sekolah sudah di temukan dan terpasang dengan sekolah lain, maka perlu
di lepas matchingnya dengan cara meng-klik tulisan Unpair di kolom sebelah kanan pada baris yang sama,
seperti pada gambar berikut. Kemudian lakukan matching ulang sesuai dengan sekolah yang sama.
82 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
• Backup/Restore
Menu Backup NSS berfungsi untuk menyimpan pasangan NSS yang sudah di matchingkan ke dalam SIMPK
sehingga pasangan tersebut aman dan tidak terhapus, jika suatu saat terjadi error atau data terhapus,
kemudian melakukan impor ulang data yang sama, maka tidak perlu melakukan matching ulang. Cukup
dengan menggunakan fasilitas Restore NSS. Maka sistem secara otomatis akan mengembalikan kembali data
yang sudah matching.
• Export/Import Backup
83www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Sedangkan pada menu Export dan Import NSS, fungsinya hampir sama dengan Backup/Restore. Namun ada
sedikitperbedaan,yaitupadaExportNSS,backupdisimpanmenjadifileMSExcel,sedangkanpadaImport
untukmengembalikanbakcupmatchingNSSyangtersimpandalamfileMSExcelkedalamdatabaseSIMPK.
6. Out-put
• Generate Output Pivot
Jika proses Import sampai dengan Matching sudah dilakukan dengan benar, maka proses Generate Output
dapat dilakukan dengan menekan tombol Generate seperti pada gambar di bawah, kemudian anda dapat
menentukandimanafile-fileoutputtersebutakandisimpan.
• Memahami file output
SetelahGenerateOutputsudahselesaidilakukan,makaakanadasebanyak30fileoutputyangakan
tersimpanotomatiskedalambentukfileMSExcel.Terdapat3kelompokprogramyangbisadimanfaatkan
dari output tersebut, yaitu:
a. File 10001 – 10007, digunakan untuk mengetahui pemetaan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
b. File 20001 – 20015, digunakan untuk mengetahui analisis pemetaan Manajemen Sumber Daya
Manusia (MSDM) atau Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK)
c. File 50011 – 50044, digunakan untuk analisis data perencanaan strategis Dinas Pendidikan
(RENSTRA).
84 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
► Panduan Pelaksanaan 1. Download semua keperluan di http://infopendataan.dikdas.kemdiknas.go.id
2. Unduh offline-installer.zip,foldertersebutberisifileinstalasilengkap.Berikutisinya
• aplikasi_pendataan.air=> aplikasiutama(desktop)
• AdobeAIRInstaller.exe => runtimeAdobeAir
• SetupAll.exe => gunakaninijikakomputermasihfreshbelumpernahinstal
• SetupDBOffline.exe =>gunakaninijikaruntime&aplikasisudahdiinstalsatu-satu
• unzip.exe => fileiniperluagarSetupAll/SetupDBOfflinebisajalan
• 046.zip => filesampeldataprefill,untukKabupatenLabuhanBatuUtara.
3. Anda harus unduh “Database Aplikasi Pendataan Desktop” di infopendataan.dikdas.kemdiknas.
go.id untuk data kabupaten sesuai tugas anda. Jangan direname setelah unduh, biarkan namanya
sebagaimana adanya.
4. SetupAll dapat digunakan juga untuk instalasi online. Namun jika tidak ditemukan koneksi internet ke
server,aplikasiakanmembacadatabaseofflineygterinstall.
5. Unduhjugafilelainseperti:
• AplikasiPendataanSmartphone -> aplikasiuntukmengambildataGPSdanFoto
• KodeRegistrasiOnline -> daftarkoderegistrasiuntuktiapsekolah(dalamexcel)
6. Hapus isi direktori %AppData%\id.go.kemdiknas.dikdas.pendataan.desktop jika ada. (Copy paste
saja alamat di atas ke alamat di windows explorer untuk menemukan folder tsb.
85www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
7. Jalankan SetupAll, atau secara berurutan : AdobeAIRInstaller, aplikasi_pendataan.air, serta
SetupDBOffline.exe.
8. Jika telah selesai buka aplikasi, akan diminta registrasi. Isikan user/password/kode registrasi. Online
maupunofflineakanberhasil,jikapanduandiatasdiikuti.
9. Pengisian aplikasi desktop dapat dibaca di manual.
10. Setelah aplikasi desktop diisi, lakukan pengiriman.
11. Minta petugas kk datadik untuk login ke aplikasi manajemen pendataan untuk login ke aplikasi
manajemen pendataan ( http://pendataan.dikdas.kemdiknas.go.id ), kemudian masuk ke modul
Register Pengiriman untuk melakukan aproval sehingga data masuk ke database.
12. Lakukan utk semua sekolah.
13. Setelah data semua terkirim, daftarkan tim survey, surveyor dan mappingnya dengan sekolah di
aplikasi manajemen pendataan. Caranya dapat dilihat di manual.
14. Install aplikasi smartphone. Jika sudah kadung diinstall/diregistrasi, reset DB dulu saja.
15. Registrasi smartphone menggunakan user/pass yang didaftarkan sebagai surveyor.
16. Akan muncul daftar sekolah berikut prasarananya.
17. Ambil data posisi dan prasarana. Cara step by stepnya mohon baca manual serta video tutorial di
infopendataan.dikdas.kemdiknas.go.id. Setelah selesai kirim data menggunakan tombol “sinkronisasi”.
86 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Bahan Hari Ketiga
Proses penyusunan kebijakan kepegawaian pendidikan untuk guru didasarkan pada hasil output pengolahan
data dengan menggunakan aplikasi SIMP-K dengan input data Padati Web dan SIM-NUPTK. Skema di bawah
ini menunjukkan tahapan proses secara besaran muali tahap input hingga output berupa distribusi guru dan
pemenuhan SPM kabupaten. SIMPK berbasis access, tidak membutuhkan entry data (entry pada Dapodik/
Padati WebdanNUPTK),berupafile.YangdibutuhkanuntukprosesiniadalahkomputerdimanaDapodik/
Padati Web dan SIM-NUPTK dipasang, aplikasi SIMP dan MySQL connector.
Alat untuk melakukan analisa agregasi data dan juga untuk melakukan crosstab data. Berikut langkah-langkah
dasar dalam membuat pivot tabel:
1. Membuat Pivot Tabel
87www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Pastikan ada memiliki data tabel source seperti contoh pada gambar di atas. Langkah 1, pilih menu insert, lalu
klik gambar icon pivotable. Maka akan muncul seperti pada gambar berikut:
Kemudian lanjutkan dengan menekan tombol OK, dan akan muncul tampilan sheet pivot tabel secara otomatis
seperti pada gambar di bawah:
88 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
2. Menyusun Pivot Table
Pada langkah berikut ini, dibutuhkan pemahaman lebih lanjut hal-hal apa saja yang perlu di lakukan supaya
tabel pivot terisi data sesuai dengan kebutuhan. Pada layar sebelah kanan terdapat kotak menu Pivot Table Field List,dimanafield-fieldtersebutbersumberdarisourcetabelutamasepertinamafieldkabupaten,tahun_data,kecamatan,desa,nama,jenis,status,waktu_penyelenggaraan,gugus,dan seterusnya.
Field tersebut dapat dipilih dengan cara drag and drop, digeser dan dipindahkan menggunakan mouse pada
posisiyangdiinginkansepertidigeserpadaReportfilter,Columnlabels,RowlabelsdanValuespadacontoh
gambar di bawah.
• Report Filter:Tambahkan/geserfieldkeareaini,makadapatdilakukanfiltrasidatasesuaidengandatayang diinginkan.
• Column Labels:Tambahkan/geserfieldkeareaini,makadatadidalamfieldakantampildatapadajudulkolom di atas.
• Row Labels:Tambahkan/geserfieldkeareaini,makadatadidalamfieldakantampildatapadabariskiri.• Values:Tambahkan/geserfieldkeareaini,makamemungkinkandapatmelakukanperhitungantertentu
dalam bentuk nilai dalam area ini.
89www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
3. Filtrasi Data
Filtrasi data di sini berfungsi untuk memilih tampilan data yang dibutuhkan pengguna data untuk menampilkan
data-data tertentu, contoh menampilkan data pilihan kabupaten/kota, kecamatan, jenis sekolah, status sekolah
dan fielddatayangdapatdilakukanpemilihandenganmeng-kliktomboltandapanahkecilseperticontohdi
bawah ini.
4. Value Operation
Value operation atau nilai operasi di sini adalah untuk menentukan rangkuman dari perhitungan data ataupun
nilai. Langkahnya yaitu dengan meng-klik Field Setting pada menu Options, kemudian akan tampil kotak
Value Field Settings seperti pada gambar di bawah.
90 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Pada kotak Value Field Settings ada 2 Tab menu, yaitu Summarize by dan Show values as. Pada kategori
Summarize by terdapat banyak pilihan tipe perhitungan, diantaranya Sum (jumlah), Count (hitung), Average
(rata-rata), Max (paling besar), Min (paling kecil), Product (mengkalikan), Cnt Num (hitung/numeric),
StdDev(P) (standar deviasi) dan Var (varians).
Sedangkan pada menu Show values as terdapat pilihan tampilan data dalam bentuk prosentase, yaitu Normal,
Difference From, % Of, % Difference From, Running Total in, % of row, % of column, % of Total, Running Total
dan Index.
5. Number Format
Number Format atau format penomoran juga dapat dilakukan pada data hasil pivot dengan berbagai kategori,
yaitu General (umum), Number (penomoran, decimal), Currency (mata uang RP, $), Accounting (Akuntansi),
Date(Tanggal),Time(waktu),Percentage(Persentase),Fraction,Scientific,Text,Special(Listdandatabase)
dan Custom (sesuai selera).
91www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
6. Pivot Chart
PivotChartatauyangseringdisebutGrafikPivotadalahsalahsatufasilitasyangdapatmenampilkandata
hasil pivot tabel ke dalam bentuk tampilan yang lebih menarik dan lebih indah sehingga lebih mudah dibaca,
dilihatdandianalisis.Grafikdisinijugabermacammacambentuknya,mulaidariColumn,Line,Pie,Bar,Area,
Scatter dan pilihan lainnya.
Sebelummenambahkangrafik,klikterlebihdahuluareatabelpivot,kemudianpilihmenuInsert,danpilihgrafik
sesuai dengan kebutuhan.
92 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
93www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP
44
94 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
........peserta memiliki
pemahaman tentang Advokasi Suplay
..........
Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP
ADVOKASI KEBIJAKAN DALAM DISTRRIBUSI GURU PROPORSIONAL
BAHAN BACAAN
Pendahuluan
Advokasi sebagai serangkaian tindakan yang
bertujuan untuk mengubah kebijakan, kedudukan
atau program dari segala jenis lembaga. Pengertian
ini mendorong kegiatan advokasi berakhir pada
pengambilan keputusan untuk mencari jalan keluar
yang lebih baik.
Advokasi merupakan salah satu bentuk komunikasi
persuasif, yang bertujuan untuk mempengaruhi
pemangku kepentingan dalam pengambilan
kebijakan atau keputusan. Proses advokasi ini
sangat penting bagi Tim Teknis DGP (Distribusi
Guru Proporsional) dalam mengkomunikasikan
hasil Analisa dan isu-isu penting dalam bidang
pendidikan, dilakukan dengan perencanaan
strategis dengan target utama adalah pengambil
kebijakan.
Dalam Bab ini dibahas tentang advokasi suplay
yang lebih focus pada langkah-langkah penyusunan
kebijakan oleh pemerintah daerah meliputi
pembentukan tim teknis, peraturan bupati/walikota
(petunjuk teknis), dan akhirnya menjadi peraturan
daerah. Bab ini juga membahas tentang advokasi
demand yang lebih focus pada langkah-langkah
MODUL 4
95www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Tata cara pembentukan peraturan daerah (Perda)
menurut Keputusan Mendagri tersebut adalah
sebagai berikut:
• Persiapanpenyusunanraperda(dalam
peraturan tata tertib DPRD) Raperda berasal
dari DPRD atau kepala daerah. Kepala daerah
menyampaikan surat pengantar kepada DPRD,
sedangkan pimpinan DPRD menyampaikan
raperda kepada kepala daerah. Penyebarluasan
raperda dari DPRD dilaksanakan oleh
Sekretariat DPRD. Penyebarluasan Raperda dari
kepala daerah dilaksanakan oleh Sekretaris
Daerah. Bila materi Raperda dari DPRD dan
presiden sama, maka yang dibahas adalah
Raperda yang disampaikan oleh DPRD. Raperda
dari kepala daerah digunakan sebagai bahan
sandingan.
• PembahasanrancanganPerdaPembahasan
Raperda dilakukan oleh DPRD bersama
kepala daerah dalam rapat komisi/panitia/alat
kelengkapan DPRD yang khusus menangani
bidang legislasi dan rapat paripurna.
• PenarikankembaliRancanganPerda(Raperda)
dapat dilakukan sebelum pembahasan oleh
DPRD dan kepala daerah. Penarikan kembali
raperda berdasarkan persetujuan bersama
antara DPRD dan kepada daerah.
• PenetapanRaperdamenjadiPerdayang
telah disetujui bersama oleh DPRD dan
kepala daerah, dalam waktu paling lambat 7 hari
disampaikan pimpinan DPRD kepada kepala
daerah untuk ditetapkan menjadi perda. Raperda
ditandatangani oleh kepala daerah dalam jangka
pengawalan masyarakat di dalam memastikan
terbitnya peraturan bupati/walikota tentang DGP.
Advokasi Suplay (Langkah-langkah penyusunan kebijakan oleh pemerintah daerah)
Sebelum membahas tentang langkah-langkah
penyusunan kebijakan oleh pemerintah daerah.
Terlebih dahulu perlu dijelaskan bahwa jenis
peraturan di daerah terdiri atas 2 (dua) yaitu
keputusan regulatif dan keputusan stifulatif.
Keputusan regulatif dikenal sebagai peraturan,
yang berlaku sebagai petunjuk penerapan Undang-
Undang yaitu Perda dan Peraturan Gubernur/Bupati/
Walikota. Sedangkan keputusan stipulatif, yang
dikenal sebagai Surat Keputusan oleh otoritas dalam
satu lembaga untuk menentukan kebijakan yang
secara khusus mengikat kelompok tertentu dalam
lembaga tersebut.
Adapun langkah-langkah penyusunan peraturan
perundang-undangan tingkat daerah di lingkungan
pemerintah daerah diatur dalam:
• KeputusanMenteriDalamNegeridanOtonomi
Daerah (Keputusan Mendagri) No.21 Tahun
2001 tentang Teknik Penyusunan dan Materi
Muatan Produk-produk Hukum Daerah.
• KeputusanMendagriNo.22Tahun2001tentang
Bentuk Produk-produk Hukum Daerah.
• KeputusanMendagriNo.23Tahun2001tentang
Prosedur Penyusunan Produk-produk Hukum
Daerah.
• KeputusanMendagriNo.24Tahun2001tentang
Lembaran Daerah dan Berita Daerah.
96 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
waktu paling lambat 30 hari sejak Raperda
disetujui bersama, maka Raperda tersebut sah
menjadi Perda dan wajib diundangkan.
Adapun langkah-langkah penyusunan setiap
instrumen hukum berbeda satu dari yang lain,
tetapi secara umum proses penyusunannya
harus mencerminkan delapan prinsip tata kelola
pemerintahan yang baik. Sebagai contoh, untuk
menyusun Perda baru, para perancang peraturan
sebaiknya melalui enam langkah yaitu:
Langkah1: Identifikasimasalah.Perancang
peraturan mengawali penyusunan
naskah peraturan dengan menganalisis
masalah secara ilmiah bersama para
pakaruntukmengidentifikasibahaya
dan risiko, masyarakat terkena dampak,
tindakan yang diperlukan, dan prioritas.
Langkah2: Identifikasiperaturandanhukumyang
relevan. Pada langkah ini, penyusun
peraturanmengidentifikasiperangkat
hukum yang relevan, menganalisis
kapasitas pemerintah untuk mengakkan
peraturan dan anggaran, serta
mengawasi lembaga terkait dalam
pelaksanaan peraturan.
Langkah 3 : Penyusunan naskah akademik.
Langkah ini merupakan hasil dari
langkah sebelumnya yang terdiri dari
visi, misi, kajian ilmiah, kerangka
hukum dan kelembagaan, serta
penjelasan tentang tiga masalah
substansial: alasan Perda disusun,
komponen utama dan cakupan
peraturan tersebut, serta proses
penyusunan dan pengesahan Perda.
Langkah 4: Konsultasi Publik. Rancangan naskah
disajikan kepada panel atau melakukan
diskusi kelompok terfokus dengan
komunitas khusus, seperti Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), kalangan
akademik, untuk mendapatkan
tanggapan dan umpan balik.
Konsultasi ini juga merupakan cara
menyosialisasikan rancangan naskah
kepada media, pemangku kepentingan
dan masyarakat luas.
Langkah 5 : Diskusi legislative. Langkah ini
merupakan proses pengambilan
keputusan melalui diskusi antara
anggota DPRD, Gubernur, Bupati/
Walikota, dan kelompok yang
berkepentingan seperti asosiasi,
universitas, dan masyarakat berisiko.
Langkah 6 : Pengesahan Perda. Langkah ini
merupakan langkah akhir dari
penyusunan perangkat hukum dan
langkah pertama penerapannya.
Sosialisasi ke masyarakat diperlukan
sebelum peraturan benar-benar
disahkan.
97www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Catatan: Langkah-langkah Pembuatan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Gambar 1. Diagram Usulan DPRD Berdasarkan PP. No. 1 Tahun 2001
1. Usul dari Anggota DPRD
4. Tanggapan Anggota DPRD lainnya, Kepala Daerah terhadap usulan
7. Tanggapan dari pengusul
13. Rapat Paripurna menyetujui Raperda yang dituangkan dalam
Keputusan DPRD
2. Usul disampaikan kepada Pimpinan penjelasan secara tertulis disertai DPRD dalam bentuk rancangan
5. Dalam Rapat Paripurna pengusul menjelaskan atas usulan
6. Setelah mendapat pertimbangan dari Panitia Musyawarah, usulan disampaikan Pimpinan DPRD pada Rapat Paripurna
8. Keputusan DPRD untuk menerima atau menolak usul menjadi usulan DPRD
9. Pembahasan Raperda oleh komisi/rapat gabungan komisi/pansus bersama pejabat yang ditunjuk oleh kepala daerah
12. Sambutan Kepala Daerah atas Raperda yang hendak disetujui
11. Pendapat akhir Fraksi-fraksi dalam Rapat Paripurna
10. Laporan hasil pembahasan oleh Pimpinan Pansus dalam Rapat Paripurna
14. Pengesahan dan Pengundangan
3. Sekretariat DPRD memberi nomor pokok terhadap usulan
Sedangkan, langkah-langkah pembuatan kebijakan
dalam melakukan Distribusi Guru Proporsional
(DGP) yaitu dimulai dari pembentukan Tim Teknis
DGP, pembuatan Peraturan Bupati/Walikota. Ada
beberapa tahapan dalam pembentukan Tim Teknis
DGP yaitu:
• Menetapkandaerahsasaran(kecamatanyang
dipilih sebagai piloting)
• Memilihsatuanpendidikandikecamatan
(piloting) untuk disertakan sebagai sasaran
• MenetapkanDinasPendidikan,BKD,Bappeda,
Komite Sekolah, Dewan Pendidikan, Sekolah
(SD/MI, SMP/MTs), dan Multi Stockholder Forum
(MSF).
• Membentuk TimTeknisDGPdengan
memperhatikan keterwakilan Gender.
• PengajuansusunananggotaTimTeknisDGP
untuk di-SK-kan oleh Pemerintah Daerah.
Selanjutnya, langkah-langkah penyusunan kebijakan
oleh pemerintah daerah (Peraturan Bupati/Walikota)
yaitu:
• Diawalidenganpenandatanganannota
kesepahaman (MOU);
• Membentuksatuankerja;
• Memilihisusentralyangmenjadikebutuhan
masyarakat di sektor pendidikan;
• Sosialisasi;
98 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
• Mempersiapkannaskahakademik;
• Penelitiannaskahakademikolehbagian
hukum;
• KonsultasidankoordinasidenganDinas
Pendidikan;
• Penyempurnaannaskahakademik;
• AudensidenganBupati/Walikota;
• PenandatanganannaskahRancangan
Peraturan Bupati oleh Bupati menjadi
Peraturan Bupati/walikota;
• Agarsetiaporangmengetahuinyaharusdicatat
dalam berita daerah;
• Dokumentasi.
99www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Gambar2. Diagram Usulan Pemda Berdasarkan KepMendagri No. 23 Tahun 2001
1. Pimpinan unit kerja memprakarsai penyusunan Raperda.
5. Penyusunan dan pembahasan Raperda oleh bagian hukum atau Tim antar unit kerja.
2. Usulan yang dilampiri pokok-pokok pikiran diajukan kepada sekretaris daerah untuk diadakan sinkronisasi dan harmonisasi yang ditugaskan pada bagian hukum.
8. Sidang pembahasan raperda oleh pejabat yang ditunjuk oleh
kepala daerah bersama DPRD.
4. Tanggapan Anggota DPRD lainnya, Kepala Daerah terhadap usulan
3. Setelah mendapat persetujuan dari Sekretaris Daerah, unit kerja
menyiapkan draft awal.
6. Penyampaian hasil pembahasan kepada kepada Sekretaris Daerah melalui Bagian Hukum yang selanjutnya
diajukan kepada Kepala Daerah untuk disetujui.
4. pembahasan draft awal oleh unit kerja yang melibatkan bagian hukum dan unit kerja terkait.
7. Sekretaris Daerah menyampaikan Raperda kepada DPRD.
10. Raperda yang disetujui selanjutnya ditetapkan oleh keputusan DPRD.
11. Pengesahan dan Pengundangan Perda.
9. Rapat Paripurna DPRD untuk menyetujui hasil pembahasan dengan mengagendakan penjelasan resmi dari pemda terhadap Raperda.
Untuk meningkatkan status hukum Peraturan
Bupati/Walikota menjadi peraturan daerah (Perda),
maka ada beberapa langkah yang harus dilalui yaitu:
• PeraturanBupati/Walikotadilaksanakandi
satuan pendidikan;
• Evaluasi;
• Didaftarpadaprogramlegislasidaeraholeh
Dinas Pendidikan;
• DiserahkankeBadanMusyawarahDPRD
untuk diagendakan pembahasannya;
• Masareses;
• PembahasanRancanganPeraturanDaerah
• RapatparipurnapenetapanRancangan
Peraturan Daerah menjadi Peraturan daerah;
• Dicatatdalamlembarandaerah.
Advokasi Demand (Langkah Pengawalan Masyarakat Di dalam Memastikan Terbitnya Peraturan Bupati Tentang Distribusi Guru Proporsional)
Partisipasi masyarakat dalam penyusunan
peraturan perundang-undangan. Dalam penyusunan
perundang-undangan di Indonesia tidak terlepas dari
partisipasi masyarakat itu sendiri. Masyarakat dapat
menyampaikan pendapat dan masukan-masukan
kepada pemerintah atau lembaga pemerintah yang
berwenang untuk membuat perundang-undangan
tersebut.
Partisipasi atau peranan masyarakat dalam
penyusunan peraturan perundang-undangan di
100 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Indonesia adalah sebagai berikut:
• Mengoptimalkanlembaga-lembaga
penyalur aspirasi masyarakat yang telah
ada, yaitu MPR, DPR, DPRD, Orsospol,
Badan Permusyawaratan Desa, dan media
massa. Lembaga-lembaga itu melakukan
pengembangan dalam bidang politik
sesuai dengan isi UUD 1945 Pasal 28 yaitu
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
dan sebagainya yang ditetapkan dengan
undang-undang.”Undang-undang tersebut
adalah Undang-Undang RI No.9 tahun 1998
tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat
di muka umum.
• Mengawasiberlangsungnyaprosespengolahan
penyusunan peraturan perundang-undangan
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai objektivitas
dan tanggung jawab serta hak dan kewajiban
sebagai warga masyarakat yang baik.
• Sebagaimotivatorpercepatanpenyusunandan
pemberlakuan peraturan perundang-undangan.
• Sebagaisubjekpendukungketertibansuasana
penyusunan peraturan perundang-undangan.
Contoh: Dalam sidang DPR atau MPR yang
sedang menyusun RUU atau ketetapan Majelis
harus selalu didukung oleh suasana yang aman,
tertib, dan teratur dalam pelaksanaannya. Hal ini
tidak terlepas dari partisipasi masyarakat yang
tanpa membuat gaduh suasana sidang, baik di
dalam maupun di luar sidang.
Apabila di dalam pelaksanaan undang-undang
yang telah ada dan disahkan oleh pihak berwenang
seperti yang dikemukakan di atas terdapat undang-
undang yang tidak mengakomodasi aspirasi
masyarakat Indonesia, maka undang-undang
tersebut tidak akan mungkin terlaksana dengan baik.
Oleh karena dalam pelaksanaan undang-undang
tersebut harus terdapat keinginan, harapan dan
kenyataan yang diaspirasikan oleh masyarakat itu
sendiri.
Pemerintah atau pihak yang berwenang harus dapat
menerima aspirasi rakyatnya karena pemerintah
tanpa rakyat tidak akan berarti apa-apa. Begitu
pula sebaliknya rakyat tanpa ada pemerintah yang
berdaulat tidak berarti apa-apa. Pihak yang satu
membutuhkan pihak yang lain sebagai subjek
maupun objek pelaksana undang-undang itu sendiri.
Pemerintah harus memperhatikan, menindaklanjuti
aspirasi-aspirasi masyarakatnya dengan
bertanggung jawab.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh masyarakat
dalam mengawal untuk memastikan terbitnya
peraturan bupati/walikota tentang DGP yaitu:
1. Lokakarya penyamaan persepsi (Analisis kesenjangan DGP dan Alternatif pendanaan)
Tujuan lokakarya ini adalah penyatuan persepsi
dan orientasi stakeholder tentang penghitungan
DGP dalam pemenuhan standar pelayanan
minimum.
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:
• TeridentifikasinyaStakeholderpendidikan
dalam wadah MSF pendidikan;
101www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
• MelaluiMSFStakeholderdapatmemahami
isu-isu berkaitan dengan pedidikan
khususnya DGP;
• Adanyarekomendasitentangstrategi
pengawalan hasil penghitungan DGP.
2. Diskusi tematik DGP (Penguatan Kemampuan Analisis Forum Multi Stakeholder dalam Advokasi DGP)
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan adalah
peningkatan dan penguatan kapasitas multi
stakeholders dan penyelenggara pendidikan
dalam advokasi DGP untuk penyelenggaraan
pendidikan dasar yang memenuhi standar
pelayanan.
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:
• MSFsemakinmemahamiisuDGPdan
standar pelayanan pendidikan dasar.
• Lahirnyakesepakatanagendakerja
bersama dan strategi MSF dalam
mengadvokasi DGP.
• Lahirnyarekomendasistakeholder
kepada pemerintah daerah dan DPRD
dalam mempersiapkan kebijakan dalam
bentuk regulasi dan anggaran berkenaan
dengan DGP.
3. Dengar Pendapat I dengan Bupati/Walikota
Tujuan kegiatan ini meliputi:
• Membangunintensitaskomunikasiantara
MSF dengan Bupati/Walikota.
• MelaporkankepadapihakPemerintah
Kabupaten/Walikota tentang agenda kerja
MSF dalam mengadvokasi DGP.
• Menindaklanjutirekomendasistakeholder
dalam hal mempersiapkan kebijakan atau
regulasi berkenaan dengan DGP.
Hasil yang ingin dicapai dalam kegiatan ini yaitu
membentuk team penyusun Regulasi DGP.
4. Focus Group Discussion (FGD) I Penyusunan Rancangan Peraturan Bupati/Walikotatentang DGP
Tujuan FGD I ini adalah untuk menyusun
draf Pertaturan Bupati/Walikota tentang
Distribusi Guru.
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:
• LahirnyaremomendasiMultiStakeholder
Forum (MSF) kepada Pemerintah Daerah
dan DPRD dalam mempersiapkan kebijakan
dalam bentuk regulasi dan anggaran
berkenaan dengan DGP.
• LahirnyadrafawalRancanganPeraturan
Bupati/Walikota tentang DGP.
5. FGD II Penyusunan Draf Peraturan Bupati/Walikota
Tujuan FGD II DGP:
• MeninjaukembalidrafPeraturanBupati/
Walikota tentang DGP yang akan direvisi
• Melakukananalisasecarapartisipatif
tentang muatan draf Peraturan Bupati/
Walikota tentang DGP.
102 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Hasil yang ingin dicapai:
• DrafPeraturanBupati/Walikotadirevisi
sesuai petunjuk teknis SKB 5 Menteri
• Adamekanismepengawasandanpartisipasi
publik untuk memonitor pelaksanaannya.
• AdanyarencanakongkritbagiMSFdalam
keterlibatan perumusan kebijakan untuk
peningkatan pelayanan pendidikan di
kabupaten/kota.
6. Dengar pendapat I dengan DPRD
Tujuan kegiatan ini:
• MembangunkomunikasidenganDPRD
tentang adanya agenda kerja MSF terkait
Peraturan Bupati/Walikota tentang DGP.
• MenyamakanpersepsidenganunsurDPRD
Komisi Pendidikan.
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:
• LegitimasiAgendakerjaMSFdariDPRD
• Persamaanpersepsimengenaipentingnya
Draf Peraturan Bupati/Walikota tentang
DGP.
7. FGD III Semi Final draf Peraturan Bupati/Walikota
Tujuan FGD III yaitu:
• MeninjaukembalidrafPeraturan
Bupati/Walikota DGP yang telah direvisi
sebelumnya.
• Menyamakanpersepsipersiapandengar
pendapat dengan Bupati/Walikota dan DPRD.
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:
• FinalisasiDraftPeraturanBupati/Walikota
• Persamaanpersepsimengenaidraft
Peraturan Bupati/Walikota DGP.
8. Dengar Pendapat II dengan Bupati/Walikota
Tujuan dengar pendapat dengan Bupati/Walikota:
• MemberikaninformasikepadaBupati/Walikota
sejauh mana draf Peraturan Bupati/Walikota ini
telah disusun.
• MendengarkanpendapatBupati/Walikota
mengenai draf Peraturan Bupati/Walikota
tersebut.
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:
• Bupati/Walikotamemahamimaksuddan
tujuan penyusunan draf Peraturan Bupati/
Walikota tentang DGP.
• Mendapatkanmasukan/tanggapandari
Bupati/Walikota mengenai draf Peraturan
Bupati/Walikota tersebut.
9. Dengar Pendapat II dengan DPRD
Tujuan kegiatan ini adalah untuk 'share' dengan
DPRD sejauh mana penyusunan draf Peraturan
Bupati/Walikota ini telah dilaksanakan.
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini
adalah meminta kepada DPRD untuk membantu
MSF dalam hal pengawasan implementasi
Peraturan Bupati/Walikota di lapangan nantinya.
103www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
10. Lokakarya Perumusan Kebijakan Pemerintah dalam bentuk Peraturan Bupati/Walikota.
Tujuan lokakarya ini adalah untuk memaparkan
proses penyusunan draf Peraturan Bupati/
Walikota tentang DGP.
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini
adalah laporan tahapan-tahapan penyusunan
draf Peraturan Bupati/Walikota tentang DGP.
11. FGD IV Finalisasi Peraturan Bupati/WalikotaDGP “Penyelarasan Batang Tubuh dan Lampiran Peraturan Bupati/WalikotaDGP”.
Tujuan Lokakarya ini adalah untuk melakukan
finalisasiDrafPeraturanBupati/Walikota
tentangDGP.
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini :
• LahirnyaremomendasiForumMulti
Stakeholder (FMS) kepada Pemerintah
Daerah dan DPRD dalam mempersiapkan
kebijakan dalam bentuk regulasi berkenaan
dengan DGP.
• PenyempurnaandrafPeraturanBupati/
Walikota tentang DGP.
12. Lokakarya Konsultasi Eksternal “Sosialiasi Peraturan Bupati/Walikota tentang Petunjuk Teknis Penghitungan DGP”.
Tujuan kegiatan lokakarya adalah sebagai
medium sosialisasi Peraturan Bupati/Walikota
tentang petunjuk teknis penggunaan dana DGP.
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:
• LahirnyarekomendasiMultiStakeholder
Forum (MSF) kepada Pemerintah Daerah
dan DPRD dalam mempersiapkan
kebijakan dalam bentuk pengawalan
regulasi berkenaan dengan DGP.
• PemaparanPeraturanBupati/Walikota
tentang DGP kepada Kepala Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Tabel Rencana dan Realisasi Kegiatan Advokasi
No Nama KegiatanPelaksanaan
Rencana Kegiatan Realisasi
1 Lokakarya Penyamaan Persepsi dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy
2 Diskusi Tematik dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy
3 Dengar Pendapat I dengan Bupati dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy
4 FGD I Rancangan penyusunan Draf Peraturan Bupati/ Walikota tentang DGP
dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy
104 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
No Nama KegiatanPelaksanaan
Rencana Kegiatan Realisasi
5 FGD II penyusunan Draft Peraturan Bupati/Walikota tentang DGP
dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy
6 FGD III Semi Final Draft Peraturan Bupati/Walikota tentang DGP
dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy
7 FGD IV Finalisasi Peraturan Bupati/Walikota tentang DGP
dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy
8 Dengar Pendapat II dengan Bupati/Walikota dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy
9 Dengar Pendapat I dengan DPR dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy
10 Dengar Pendapat II dengan DPRD dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy
11 Lokakarya Perumusan Kebijakan Rancangan Peraturan Bupati/Walikota
dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy
12 Lokakarya Konsultasi Eksternal “Sosialiasi Draf Peraturan Bupati/Walikota DGP”.
dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy
13. Monitoring dan Evaluasi dd/mm/yyyy dd/mm/yyyy
KEGIATAN PENDAMPINGAN
Tahap persiapan dan bahan penunjang
Persiapan:
Persiapkan segala hal yang diperlukan untuk
penyelenggaraan pertemuan lokakarya penyusunan
DGP.
Undang Tim Teknis Penghitungan DGP (Dinas
Pendidikan, Perwakilan Sekolah jenjang SD/MI dan
SMP/MTs, Bappeda, Multi Stakeholder Forum) yang
telah di-SK-an oleh Bupati/Walikota.
105www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Lembar Kerja I: Pembuatan Peraturan
1. Identifikasiisudanmasalah:
a. ……………………………………………………………………………………………………...
b. ……………………………………………………………………………………………………...
c. ……………………………………………………………………………………………………...
d. ……………………………………………………………………………………………………...
e. ……………………………………………………………………………………………………...
2. Identikasi dasar hukum (legal baseline) dan bagaimana Perda baru dapat memecahkah
masalah:
a. ……………………………………………………………………………………………………...
b. ……………………………………………………………………………………………………...
c. ……………………………………………………………………………………………………...
d. ……………………………………………………………………………………………………...
e. ……………………………………………………………………………………………………...
Bahan penunjang:
Materi Lokakarya
106 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Lembar Kerja 2. Penyusunan Naskah Akademik
I. Pendahuluan
1.1 Latar belakang
..…………………………………………………………………………….……………………………..
..…………………………………………………………………………….……………………………..
..…………………………………………………………………………….……………………………..
..…………………………………………………………………………….……………………………..
1.2 Tujuan dan kegunaan yang ingin dicapai
..…………………………………………………………………………….……………………………..
..…………………………………………………………………………….……………………………..
..…………………………………………………………………………….……………………………..
..…………………………………………………………………………….……………………………..
1.3 Metode pendekatan
..…………………………………………………………………………….……………………………..
..…………………………………………………………………………….……………………………..
..…………………………………………………………………………….……………………………..
..…………………………………………………………………………….……………………………..
1.4 Pengorganisasian
..…………………………………………………………………………….……………………………..
..…………………………………………………………………………….……………………………..
..…………………………………………………………………………….……………………………..
..…………………………………………………………………………….……………………………..
107www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Lembar Kerja 3. Penyusunan Naskah Akademik
Konsideran
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
Dasar Hukum: .…………………………………………………………………………….……………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
Ketentuan Umum: .…………………………………………………………………………….……….
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
Ketentuan Pidana: .……………………………………………………………………………….……
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
108 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
II. Ruang Lingkup Naskah Akademik
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
III. Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan berisi:
a. ……………………………………………………………………………………………………………
b. ……………………………………………………………………………………………………………
c. ……………………………………………………………………………………………………………
3.2 Saran-saran berisi:
a ……………………………………………………………………………………………………………
b. ……………………………………………………………………………………………………………
c. ……………………………………………………………………………………………………………
IV. Lampiran/Daftar Pustaka
109www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
POKOK BAHASAN
4
● Advokasi Suplay (Langkah-langkah penyusunan kebijakan di sisi pemerintah daerah)
● Advokasi Demand (langkah pengawalan masyarakat di dalam memastikan terbitnya peraturan bupati tentang DGP)
BAHAN PRESENTASI
Memiliki pemahaman tentang Advokasi Suplay (langkah-langkah penyusunan kebijakan di sisi pemerintah daerah) dan Advokasi Demand (langkah pengawalan masyarakat di dalam memastikan terbitnya peraturan bupati/walikota tentang DGP).
TUJUAN PEMBELAJARAN
2
110 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
• Langkah 1: Identifikasi masalah• Langkah 1: Identifikasi peraturan dan hukum yang relevan• Langkah 3: Penyusunan naskah akademik• Langkah 4: Konsultasi Publik• Langkah 5: Diskusi legislatif• Langkah 6: Pengesahan Perda
6
Advokasi Suplay(Langkah-langkah penyusunan kebijakan
oleh pemerintah daerah)
111www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Integrasi DGP ke Dalam Perencanaan dan Penganggaran
55
112 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Integrasi DGP ke dalam Perencanaan dan Penganggaran
........diharapkan peserta
memiliki pemahaman tentang Perencanaan
Daerah meliputi Perenca-naan Jangka Menengah (RPJMD dan Renstra)
..........
INTERGRASI DGP KE DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH
BAHAN BACAAN
Pendahuluan
Pelaksanaan program Distribusi Guru Proporsional
(DGP) yang diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten/
Kota merupakan suatu program yang positif dalam
rangka peningkatan dan kemudahan yang diberikan
dalam menempuh pendidikan untuk masyarakat.
Dalam Bab ini dibahas tentang perencanaan
daerah yang meliputi perencanaan jangka
menengah (RPJMD dan Renstra) dan perencanaan
tahunan (RKPD dan Renja). Selanjutnya, dibahas
tentang penganggaran daerah meliputi KUA/
PPAS, APBD, dan RKA SKPD Dinas Pendidikan.
Pada akhir Bab dibahas tentang Peran Masyarakat
dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang
Pendidikan.
Perencanaan Daerah
Perencanaan daerah merupakan suatu proses
yang terus menerus yang melibatkan keputusan-
keputusan atau pilihan-pilihan penggunaan sumber
daya yang ada di daerah dengan sasaran untuk
mencapai visi dan misi di masa yang akan datang.
MODUL 5
113www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Perencanaan Daerah dapat dibagi atas 2 (dua) yaitu
Perencanaan Jangka Menengah dan Perencanaan
Tahunan. Untuk lebih Jelasnya diuraikan berikut ini.
Perencanaan Jangka Menengah (RPJMD dan Renstra)
Secara normatif penyusunan RPJM Daerah
merupakan tuntutan yuridis konstituisional dalam
melaksanakan pembangunan lima tahun ke depan
serta memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat
yang dinamis sesuai dengan aspirasi yang
berkembang melalui mekanisme yang berlaku guna
mewujudkan kepemerintahan yang baik.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
merupakan dokumen perencanaan resmi daerah
untuk masa 5 (lima) tahun ke depan. Substansi
dokumen ini mengarahkan pembangunan daerah
untuk menjawab beberapa persoalan, antara lain
arah pengembangan daerah dan sasaran yang ingin
dicapai, serta langkah-langkah yang harus ditempuh
untuk mencapai sasaran tersebut.
Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, dan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pernerintahan
Daerah, menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah
berkewajiban untuk menyusun Pembangunan
Jangka Menengah, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah tersebut dituangkan kedalarn dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Daerah sebagai penjabaran dari visi, misi
dan program Kepala Daerah kedalam strategi
pembangunan daerah, kebijakan umum. program
prioritas kepala daerah, dan arah kebijakan
keuangan daerah. Adapun perencanaan jangka
menengah yaitu RPJMD dan Renstra yang akan
diuraikan berikut ini.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten/Kota dimaksudkan
untuk mernberikan arah sekaligus menjadi acuan
bagi seluruh komponen pelaku pembangunan di
daerah baik bagi pemerintah, masyarakat dan
dunia usaha dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan
pembangunan daerah yang berkesinambungan.
Sedangkan tujuannya adalah melalui RPJMD
daerah, pelaksanaan pembangunan di daerah dapat
dilakukansecaraefektif,efisien,dantepatsasaran
dalam membangun daerah yang lebih sejahtera.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran dari
visi, misi, dan program yang memuat kebijakan
umum pembangunan daerah, kebijakan umum
keuangan daerah, strategi dan program Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan
program kewilayahan disertai dengan rencana-
rencana kerja dalam kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
Dalam Dokumen ini RPJMD memuat tentang Visi
dan Misi pembangunan dalam kurum waktu 5 tahun.
Dari RPJMD itulah terlihat agenda pembangunan
yang dapat memberikan gambaran tentang upaya-
upaya untuk memenuhi hak dasar masyarakat
yang paling utama, yaitu pendidikan dan kesehatan.
114 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
ditanggung, terutama dalam pengadaan buku dan
berbagai bentuk pungutan.
Di samping itu, ketersediaan dan sebaran fasilitas
pendidikan yang kurang memadai dibandingkan
dengan kebutuhan masyarakat. Kelangkaan fasilitas
ini semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
strata pendidikan. Kualitas penyelenggaraan
pendidikan juga membutuhkan perhatian khusus.
Kualitas dimaksud terkait dengan standar isi dan
proses pembelajaran, kompetensi luaran, pendidik
dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian. Penyebab
ketiga adalah sikap atau wawasan masyarakat
terhadap pentingnya pendidikan.
Di kalangan petani dan nelayan, anak lebih banyak
dipandang sebagai aset produktif ketimbang
sebagai “media” investasi (melalui pendidikan).
Sikap dan wawasan ini juga tercermin dari
rendahnya pengeluaran rata-rata masyarakat untuk
pendidikan. Walau pun tetap perlu digarisbawahi
bahwa alokasi belanja yang relatif sangat kecil itu
terutama disebabkan oleh karena porsi terbesar
dari pendapatan telah terserap pada pemenuhan
kebutuhan pangan.
Sasaran kebijakan peningkatan kualitas pendidikan
antara lain:
• Pendidikan Gratis
Sasaran kebijakan ini adalah tersedianya
fasilitas dan meningkatnya kualitas
penyelenggaraan pendidikan dasar dan
menengah (SD dan setara SMP) dan yang
sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah bagi
Seperti halnya Pembangunan di Provinsi Sulawesi
Selatan yang memiliki sasaran pembangunan
daerah, yaitu peningkatan kualitas manusia yang
indikator utamanya berupa IPM, dengan demikian
memberikan gambaran bahwa dalam pencapaian
sasaran tersebut harus menjadi salah satu program
utama. Konsekuensi suatu program adalah
tersedianya anggaran dalam pelaksanaannya.
Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan contoh
RPJMD Pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan
yang telah mengintegrasikan DGP di dalamnya.
Contoh Integrasi DGP dalam RPJMD
Provinsi Sulawesi Selatan
Visi Pembangunan Sulawesi Selatan untuk 5
tahun pertama RPJMD 2008-2013 “Sulawesi
Selatan Sebagai Provinsi Sepuluh Terbaik Dalam
Pemenuhan Hak Dasar“. Untuk mencapai visi
tersebut dijabarkan dalam misi misi pembangunan
Sulawesi Selatan dalam kurun waktu 2008-2013
ada 5 (lima), salah satunya adalah “meningkatkan
kualitas pelayanan untuk pemenuhan hak dasar
masyarakat”. Hak dasar yang dimaksud diantaranya
adalah layanan pendidikan yang terjangkau dan
berkualitas.
Dalam RPJMD tersebut dicantumkan agenda
pembangunan salah satuhnya adalah masalah
utama bidang pendidikan terletak pada akses
masyarakat dalam mendapatkan layanan pendidikan
dasar, khususnya dalam menuntaskan wajib belajar
sembilan tahun. Ini terkait dengan biaya yang harus
115www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
sebagian besar anak usia sekolah (6-15
tahun). Kebijakan ini diimplementasikan dalam
bentuk pembiayaan bersama penyelenggaraan
pendidikan dimaksud antara pemerintah melalui
program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Provinsi melalui APBD masing-
masing. Porsi Pemerintah Provinsi adalah
maksimun sebesar 40% dari sisi kebutuhan
dana yang tidak tercover oleh dana BOS.
• Peningkatan Kualitas Pelayanan
Pendidikan Kebijakan ini pada dasarnya bersifat
saling melengkapi dengan kebijakan pertama
dan diarahkan pada peningkatan pengetahuan
rata-rata masyarakat yang dicerminkan
antara lain oleh Rata-rata Lama Sekolah
8,5 tahun (2013). Implementasi kebijakan
ini difokuskan kepada upaya-upaya untuk
menyediakan fasilitas pendidikan, khususnya
SD dan SMP; peningkatan kualitas manajemen
sekolah; pemanfaatan teknologi komunikasi
dan informasi; perbaikan kesejahteraan dan
peningkatan kualitas guru; serta peningkatan
akses masyarakat terhadap fasilitas dimaksud,
termasuk penyediaan insentif khusus bagi
murid berprestasi, khususnya yang berasal dari
kalangan miskin, termasuk peningkatan kualitas
pendidikan dalam penanaman wawasan dan
sikap serta budaya olahraga.
• Promosi Pendidikan
Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan
pemahaman dan kesadaran masyarakat
terhadap peranan pendidikan bagi peningkatan
kualitas hidup mereka (melalui peningkatan
kinerja individu).
(Sumber: RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan
2008-2013)
Rencana Strategis Daerah (Renstrada)
Dokumen Rencana Strategis Daerah (Renstrada)
adalah dokumen kerja pemerintah daerah untuk
masa kerja lima tahun mendatang. Dokumen ini
menjadi penting karena dalam masa lima tahun
tersebut, pemerintah daerah berkewajiban untuk
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya
sesuai dengan dokumen perencanaan ini di
hadapan DPRD.
Dokumen Renstrada ini bersifat jangka pendek dan
menengah namun tetap diletakkan pada jangkauan
jangka panjang, sehingga rumusan visi, misi dan
arah kebijakan pembangunan daerah untuk lima
tahun mendatang menjadi sangat penting dan
strategis. Dokumen Renstrada memuat program-
program strategis yang dibuat berdasarkan strategi
setiap bidang.
Tujuan dan sasaran penyusunan Renstrada adalah
tersedianya suatu dokumen yang strategik dan
komprehensif yang menjamin adanya konsistensi
perumusan kondisi atau masalah daerah,
perencanaan arah kebijakan, pembuatan strategi
hingga pemilihan program strategis yang sesuai
dengan kebutuhan daerah.
Dalam Dokumen Renstrada memuat program-
program strategis yang dibuat berdasarkan strategi
di setiap bidang salah satunya adalah bidang
116 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
pendidikan. Dalam penentuan program-program
utama, tentunya dipertimbangkan dengan kondisi
kemampuan daerah. Pada umumnya, pembiayaan
di sektor pendidikan bersumber dari APBD yang
terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan Keuangan, Dana Alokasi Khusus
(DAK) dan pendapatan lain-lain yang sah serta
tidak menutup kemungkinan dana partisipasi
pihak ketiga sepanjang sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku. Walaupun
dalam Renstra ini tidak dicantumkan secara
konkrit besaran anggaran yang dialokasikan dalam
melaksanakan program di bidang pendidikan, akan
tetapi tentunya dalam melaksanakan program
tersebut, membutuhkan ketersediaan dana yang
cukup termasuk biaya operasionalnya. Sebagai
contoh integrasi DGP dalam Rencana Strategi
Daerah dapat dilihat contoh berikut ini.
Contoh Integrasi DGP dalam Renstra
Pemerintah Kota Makassar
Visi Pemerintah Kota Makassar Tahun 2009 sebagai
berikut : Terwujudnya Makassar sebagai Kota
Maritim, Niaga, Pendidikan yang Bermartabat dan
Manusiawi”.TerwujudnyaatmosfirPendidikanyang
kondusif dalam arti adil dan merata bagi setiap
golongan dan lapisan masyarakat, yang relevan
dengan dunia kerja, yang mampu meningkatan
kualitas budi pekerti, dan yang relevan dengan
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK).
Dalam mewujudkan visi tersebut dijabarkan dalam
misi. Salah satu misi pemerintah Kota Makassar
adalah mendorong peningkatan kualitas manusia
melalui pemerataan pelayanan pendidikan,
peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat. Dalam renstra tersebut dicantumkan
beberapa kebijakan dan program dalam mencapai
misi tersebut, diantaranya adalah Peningkatan
kualitas pendidikan dapat diupayakan melalui
beberapa kegiatan utama, seperti: (1) Pengadaan
sarana dan prasaran sekolah/pendidikan; (2)
Perbaikan/penyempurnaan kurikulum pendidikan;
(3) Pendidikan dan latihan bagi tenaga pendidik;
(4) Sosialisasi peran bidang pendidikan dalam
pembangunan sumberdaya manusia; dan (5)
Pengembangan pendidikan dan latihan kerja. Upaya
pencapaian sasaran Strategi RENSTRA Pemerintah
Kota Makassar Tahun 2004-2009 melalui program
strategi yang penerapannya dilaksanakan dalam
berbagai kegiatan dengan pembiayaan dari APBD
Kota Makassar yang terdiri atas Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Perimbangan Keuangan, Dana
Alokasi Khusus (DAK) dan pendapatan lain-lain
yang syah serta tidak menutup kemungkinan dana
partisipasi pihak ketiga sepanjang sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Perencanaan Tahunan (RKPD dan Renja)
Penyusunan perencanaan tahunan adalah untuk
menciptakan sinergisitas dalam pelaksanaan
pembangunan daerah antar wilayah, antar sektor
pembangunan dan antar tingkat pemerintahan
sertamenciptakanefisiensialokasisumberdaya
dalam pembangunan daerah. Adapun perencanaan
117www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
tahunan meliputi RKPD dan Renja. Untuk lebih
jelasnya diuraikan berikut ini.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
RKPD merupakan dokumen perencanaan tahunan
daerah, dimana merupakan penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD).
RKPD mengoperasionalkan Rencana Strategis
lima tahunan menjadi Rencana Kerja tahunan dan
merupakan aksi nyata bagaimana Visi/ Misi Kepala
Daerah dan indikator kinerja daerah dicapai dari
tahun ke tahun. RKPD memuat tentang evaluasi
dari pelaksanaan RKPD tahun sebelumnya,
review pelaksanaan RPJMD tahun lalu, rancangan
kerangka ekonomi daerah, program prioritas
pembangunan daerah, serta perkiraan pagu indikatif
dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan
dan pagu indikatif.
Efisiensidanefektivitaspenyelenggaraan
pemerintahan daerah sangat ditentukan oleh baik
buruknya manajemen pemerintahan, termasuk
kualitas perencanaan sebagai salah satu fungsi
di dalam manajemen. Oleh karena itu peraturan
perundangan yang mengatur tentang perencanaan,
sedemikian rupa, sehingga mampu menangkap
setiap perubahan paradigma yang berkembang.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka penyusunan
RKPD dilaksanakan melalui mekanisme
Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) melalui forum secara berjenjang mulai
tingkat desa, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/
kota dan tingkat provinsi. Dimana seluruh komponen
daerah (Pemerintah Kabupaten, DPRD, Dunia
Usaha Swasta, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat),
dituntut memberikan peranan secara nyata dan aktif.
Sehingga pada akhirnya dokumen perencanaan
yang dibuat bersama-sama menjadi milik bersama
untuk dilaksanakan bersama oleh seluruh komponen
tadi sesuai dengan fungsinya.
Maksud Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan
Daerah (RKPD) adalah untuk memberikan landasan
bagi para penyelenggara pemerintahan dan para
pelaku/pelaksana pembangunan dalam menyusun
Rencangan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan
PPAS.
Adapun tujuan umumnya adalah untuk menjamin
keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan
serta mempertajam skala prioritas pembangunan di
Daerah yang dibiayai dari sumber dana APBD.
Tujuan khusus penyusunan RKPD adalah:
Sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja
Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) dan
merupakan landasan penyusunan usulan RAPBD.
Agar seluruh urusan/program/sasaran kegiatan
dapat sejalan dengan target kinerja Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Dengan demikian, RKPD merupakan acuan dan
pedoman bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam
menyusun kebijakan publik yaitu kerangka Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). RKPD
dijabarkan lebih lanjut dalam dokumen Kebijakan
118 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Umum Anggaran (KUA) serta Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara (PPAS). Sehingga dalam
RKPD tidak dicantumkan secara detail mengenai
DGP. Untuk lebih jelasnya Integrasi DGP dalam
RKPD dapat dilihat pada contoh berikut ini.
Contoh Integrasi DGP dalam RKPD
Kabupaten Barru Tahun 2012
Dalam dokumen RKPD Kabupaten Barru Tahun
2012 tercantum bahwa penyelenggaraan
pendidikan perlu didukung dengan ketersediaan
fasilitas pendidikan berupa bangunan sekolah yang
baik pada tingkat SD/MI. SMP/MTs dan SMA/SMK/
MA. Kondisi bangunan sekolah yang baik adalah
jumlah kondisi bangunan pada jenjang SD/MI, SMP/
MTs. dan SMA/SMK/MA dalam kondisi bangunan
baik dibandingkan dengan jumlah seluruh sekolah
SD/MI, SMP/MTS dan SMA/SMK/MA.
Tujuan Tujuan dan Sasaran yang ingin dicapai tahun
2012, salah satunya adalah peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Untuk bidang pendidikan
antara lain; (1) Meningkatnya angka partisipasi
murni dan angka partisipasi kasar anak usia dini SD,
SLTP, dan SLTA dan angka melanjutkan sekolah, (2)
Meningkatnya kualitas guru, dan (3) Meningkatnya
proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan
setiap program dan kegiatan di bidang pendidikan,
pendanaannya bersumber dari APBD, APBN dan
sumber-sumber lainnya yang sah.
Rencana Kerja (Renja) SKPD Dinas Pendidikan
Rencana Pembangunan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renja SKPD) Dinas Pendidikan yang
selanjutnya di sebut Rencana Kerja SKPD (Renja
SKPD) Dinas Pendidikan adalah dokumen
perencanaan satuan kerja perangkat daerah.
Sebagai dokumen rencana tahunan satuan kerja
perangkat Daerah Dinas Pendidikan Kabupaten/
Kota, Renja DPPKA Mempunyai arti yang strategis
dalam mendukung dalam melaksanakan program
pembangunan tahunan Pemerintah Daerah di
bidang pendidikan mengingat beberapa hal sebagai
berikut :
Renja SKPD Dinas Pendidikan merupakan dokumen
yang secara subtansil penerjemahan dari visi,
Misi, dan program SKPD Dinas Pendidikan yang
ditetapkan dalam rencana strategis (Renstra)
instansi sesuai arahan operasional dalam rencana
kerja Dinas Pendidikan.
Renja merupakan acuan SKPD Dinas Pendidikan
untuk memasukkan program kegiatan ke dalam
KUA dan PPAS dan perencanaan program kegiatan
yang akan dilaksanakan dalam Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD).
Renja merupakan salah satu instrument untuk
evaluasi pelaksanaan program kegiatan Dinas
Pendidikan untuk mengetahui sejauh mana capaian
kinerja yang tercantum dalam rencana kinerja
tahunan sebagai wujud dari kinerja SKPD Dinas
Pendidikan.
119www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Mengingat Renja sangat penting dalam mendukung
penyelenggaraan program pembanguan tahunan
pemerintah daerah, maka sejak awal tahapan
penyusunan hingga penetapan dokumen Renja
SKPD Dinas Pendidikan harus mengikuti tatacara
dan alur penyusunannya sebagaimana tertuang
dalam peraturan pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
tentang tahapan tata cara penysunan, pengendalian
dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan
daerah.
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renja SKPD) Dinas Pendidikan merupakan
dokumen perencanaan resmi SKPD Dinas
Pendidikan yang dipersyaratkan untuk mengarahkan
pelayanan publik Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) Dinas Pendidikan dan pembangunan daerah
di bidang pendidikan untuk periode 1 (Satu) tahun.
Sebagai Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang mempunyai arti strategis dalam bidang
pembangunan Daerah di bidang pendidikan. Secara
umum Renja SKPD Dinas Pendidikan diharapkan
dapat menjawab dua hal mendasar, yaitu:
Arah pelayanan yang akan dikembangkan dan yang
hendak dicapai SKPD Dinas Pendidikan dalam satu
tahun kedepan;
Langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan
agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai.
Contoh Dokumen Integrasi DGP dalam Renja
Kota Banda Aceh
RENJA-SKPD Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kota Banda Aceh merupakan pedoman
dan acuan bagi seluruh jajaran pengelola pendidikan
di Kota Banda Aceh serta instansi lainnya dalam
melaksanakan dan merumuskan kegiatan
pembangunan pendidikan selama lima tahun ke
depan (2012-2017), sehingga tercipta keselarasan
perencanaan peningkatan pelayanan dan mutu
pendidikan, baik pada tataran internal maupun
eksternal.
Renja Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota
Banda Aceh tahun 2013 merupakan penjabaran
dari sasaran dan program yang ditetapkan dalam
Renstra. Renja ditetapkan pada awal tahun 2012.
Renja tahun 2013 memuat target kinerja tahun 2013
atas seluruh indikator kinerja pada tingkat kegiatan.
Realisasi program/kegiatan yang memenuhi/
tidak memenuhi target kinerja hasil/keluaran yang
direncanakan pada Renja Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Kota Banda Aceh tahun 2011, salah
satunya adalah Program Pendidikan Dasar 9 Tahun
adalah sebagai berikut:
Pengadaan Perlengkapan Sekolah dengan hasil
berupa tersedianya Ruang Kelas sebanyak 8
RKB dari target yang diharapkan sebanyak 8 RKB
anggaran sejumlah Rp. 1.232.744.000,- dengan
realisasi sebanyak Rp. 1.154.479.000,-
Penyediaan bantuan operasional sekolah (BOS)
120 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
jenjang SD/SMP Negeri dengan hasil berupa
tersedianya biaya Operasional Sekolah sejumlah
23780 siswa dari target yang diharapkan sebanyak
23780 siswa dengan anggaran sejumlah Rp.
2.027.280.000,- dengan realisasi sebanyak Rp.
1.977.312.226,-
Penyedian Dana Pengembangan Sekolah
Berstandar Internasional meningkatnya jumlah
sekolah yang berstandar internasional sebanyak
3 sekolah dari target yang diharapkan sebanyak
12 sekolah anggaran sejumlah Rp. 180.350.000,-
dengan realisasi sebanyak Rp. 174.211.000,-
Pemberian beasiswa untuk siswa/santri jenjang
SD/SMP sebanyak 400 siswa dari target yang
diharapkan sebanyak 400 orang, anggaran sejumlah
Rp. 401.250.000,- dengan realisasi sejumlah
Rp. 401.200.000,-
Penyediaan bantuan operasional sekolah (BOS)
pusat jenjang SD/SMP Negeri dengan hasil
berupa tersedianya bantuan Operasional SD/SMP
sebanyak 23.780 siswa dari target yang diharapkan
sebanyak 23.780 siswa anggaran sejumlah
Rp. 10.964.675.000,- dengan realisasi sejumlah
Rp. 10.964.675.00,-
Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan hasil
meningkatnya sekolah yang memenuhi SPM
sebanyak 50 sekolah dari target yang diharapkan
sebanyak 50 sekolah dengan anggaran
Rp. 12.992.638.000,- dengan realisasi sebanyak
Rp. 1.436.899.800,-
Penganggaran Daerah (KUA dan PPAS, APBD, dan RKA SKPD Dinas Pendidikan)
Penganggaran Daerah merupakan suatu proses
menyusun kerangka kebijakan publik yang
memuat hak dan kewajiban pemerintah daerah
dan masyarakat yang tercemin dalam pendapatan,
belanja, dan pembiayaan, dengan menggunakan
prinsip partisipasi, transparansi, akuntabilitas,
disiplin,keadilan,efisiensi,danefektivitasanggaran.
Adapun penganggaran Daerah yang dimaksud
adalah KUA dan PPAS, APBD, dan RKA SKPD
Dinas Pendidikan. Untuk lebih jelasnya diuraikan
berikut ini.
KUA dan PPAS
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) merupakan
dokumen kebijakan daerah yang menjadi petunjuk
dan ketentuan umum, memuat kondisi ekonomi
makro daerah, kebijakan pendapatan, belanja,
pembiayaan dan strategi pencapaiannya, yang
disepakati sebagai pedoman penyusunan RAPBD.
KUA disusun dengan mengacu pada Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD) yang merupakan
dokumen rencana kerja tahunan daerah, disusun
dengan mengacu pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Tujuan penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) Perubahan APBD Tahun
Anggaran tertentu adalah untuk menetapkan plafon
anggaran sementara prioritas program dan kegiatan
pembangunan berdasarkan RKPD dan Kebijakan
121www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Umum Perubahan APBD Tahun Anggaran tertentu,
sebagai pedoman penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-
SKPD) dalam proses penyusunan Rancangan
Perubahan APBD Kabupaten/Kota.
Selanjutnya berdasarkan KUA yang telah disepakati,
pemerintah daerah menyusun rancangan Prioritas
dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS).
Rancangan PPAS tersebut disusun dengan tahapan
sebagai berikut:
• Menentukanskalaprioritasuntukurusanwajib
dan urusan pilihan;
• Menentukanurutanprogramuntukmasing-
masing urusan; dan
• Menyusunplafonanggaransementarauntuk
masing-masing program.
Kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS
yang telah disusun kepada DPRD untuk dibahas
paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun
anggaran berjalan. Pembahasan dilakukan oleh
TAPD bersama panitia anggaran DPRD. Rancangan
PPAS yang telah dibahas selanjutnya disepakati
menjadi PPAS paling lambat akhir bulan Juli tahun
anggaran berjalan.
KUA dan PPAS yang telah disepakati, masing-
masing dituangkan ke dalam nota kesepakatan
yang ditandatangani bersama antara kepala
daerah dengan pimpinan DPRD. Dalam hal kepala
daerah berhalangan, yang bersangkutan dapat
menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk
menandatangani nota kesepakatan KUA dan PPAS.
Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap,
penandatanganan nota kepakatan KUA dan PPAS
dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk oleh pejabat
yang berwenang.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
adalah rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan
dengan Peraturan Daerah. Periode APBD meliputi
masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari
sampai dengan tanggal 31 Desember. Penyusunan
APBD dimaksudkan untuk memberikan pedoman
kepada pemerintah daerah dalam hal pengelolaan
keuangan daerah. Oleh karena itu pemerintah
daerah bertanggung jawab untuk menjalankan
APBD tersebut berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Penyusunan APBD diharapkan berpihak kepada
kepentingan masyarakat sebagai upaya untuk
mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera.
Kepentingan masyarakat disini menyangkut
segala fasilitas serta pelayanan yang diperlukan
masyarakatsecaraumumbaiksecarafisikmaupun
nonfisiksepertifasilitasdanpelayanandibidang
pendidikan. Oleh karena itu untuk mengetahui
keberpihakan pemerintah daerah terhadap rakyat
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dapat dinilai dari seberapa besar anggaran yang
dialokasikan untuk kepentingan rakyat di bidang
pendidikan.
122 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Pelayanan di sektor pendidikan merupakan salah
satu pelayanan publik yang menjadi urusan wajib
bagi pemerintah daerah. Dan sekarang ini sektor
pendidikan mendapatkan perhatian dari pemerintah
pusat dengan mengalokasikan anggaran 20% dari
APBN. Dengan anggaran tersebut diharapkan bisa
mewujudkan progran wajib belajar sembilan tahun
serta mengurangi angka anak putus sekolah.
Program tersebut dapat terwujud apabila ada
koordinasi yang baik antara pemerintah pusat
dan daerah meskipun setiap daerah mempunyai
wewenang sendiri untuk mengatur daerahnya
masing–masing termasuk di sektor pendidikan.
Beberapa daerah sudah mulai membebaskan biaya
SPP dan buku, perbaikan fasilitas gedung sekolah
serta perbaikan kesejahteraan guru. Upaya ini tidak
terlepas dari kemampuan anggaran setiap daerah.
Sebagai contoh Pemerintah Kabupaten Tana Toraja
memberikan perhatian di bidang pendidikan dengan
mengalokasikan dana sebesar Rp.15,5 miliar untuk
membiayai pendidikan gratis tahun 2013. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat good practice berikut ini.
PRAKTIK BAIK
PENDIDIKAN GRATIS DIANGGARKAN Rp.15,5 M
Pemerintah Kabupaten Tana Toraja mengalokasikan dana sebesar Rp15,5 miliar untuk
membiayai pendidikan gratis tahun 2013. Anggaran ini bersumber dari APBD Tana Toraja
sebesar 60 persen dan APBD Provinsi Sulawesi Selatan, 40 persen.
Pengelola pendidikan gratis 2013 pada Dinas Pendidikan Tana Toraja, Tato Alik, menjelaskan
besarnya anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan gratis di tingkat sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama tahun 2013, sebesar Rp15,525 miliar. Dana sebesar ini akan dialokasikan
ke-305 sekolah. Dengan rincian, 228 SD dengan jumlah siswa sebanyak 37.677 orang dan SMP
76 sekolah dengan jumlah siswa sebanyak 15.340 siswa. ‘’Anggaran pendidikan gratis ini 60
persennya ditanggung pemerintah kabupaten sedangkan 40 persennya ditanggung pemerintah
provinsi,’’ jelas Tato. Dia mengatakan, anggaran sebesar Rp15,5 miliar ini belum termasuk biaya
123www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
pendidikan gratis tingkat SMA dan SMK, yang hingga saat ini masih menunggu petunjuk
pelaksanaan dari pemerintah provinsi.
Dana pendidikan gratis SD dan SMP ini akan ditransfer langsung ke rekening masing-masing
sekolah sesuai dengan jumlah siswa. ‘’Dananya akan ditransfer setiap triwulan atau tiga bulan
sekali,’’ katanya. Tato menegaskan, dengan adanya dana pendidikan gratis ini, pihak sekolah
dilarang keras melakukan pungutan dalam bentuk apapun kepada siswa SD dan SMP. Sebab,
semua pembiayaan pendidikan sudah ditanggung dalam pendidikan gratis ini. Adapun item-item
yang dibiayai dari program pendidikan gratis, diantaranya ATK siswa, perangkat sekolah, dan
insentif kepala sekolah, pegawai pustakawan dan bujang sekolah. “Jika ada sekolah yang masih
melakukan pungutan kepada siswa bisa dikategorikan pungutan liar,” tegasnya.
Untuk menjaga agar penggunaan dana pendidikan gratis ini tepat sasaran, Tato mengatakan
pihak Dinas Pendidikan akan melakukan pengawasan secara ketat, baik dari sisi penggunaan
maupun pelaporan. “Kepada orang tua siswa kami menghimbau, jika masih ada sekolah yang
melakukan pungutan, segera melapor ke Dinas Pendidikan,” pungkasnya.
Alokasi Dana Pendidikan Gratis
* ATK Siswa
* Perangkat Sekolah
* Insentif Kepala Sekolah, Pegawai Pustakawan dan Bujang Sekolah
Sumber: Palopo Pos, Rabu, 13 Feb 2013, view 110 x
124 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
RKA SKPD Dinas Pendidikan
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat
(RKA-SKPD) adalah dokumen perencanaan dan
penganggaran yang berisi rencana pendapatan,
rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta
rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan
APBD.
Penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD, sebagai
acuan/pedoman bagi Kepala SKPD dan SKPKD
dalam menyusun rencana kerja dan anggarannya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun
RKA-SKPD dan RKA-PPKD antara lain:
RKA-SKPD disusun dengan menggunakan
pendekatan kerangka pengeluaran jangka
menengah daerah, penganggaran terpadu dan
penganggaran berdasarkan prestasi kerja.
Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi
kerja dilaksanakan dengan memperhatikan
keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran
yang diharapkan dari pelaksanaan program dan
kegiatan serta manfaat yang diharapkan.
RKA-SKPD memuat antara lain :
Rincian anggaran Pendapatan SKPD terdiri
atas pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain PAD yang sah.
Rincian anggaran Belanja Tidak Langsung SKPD
antara lain gaji pokok dan tunjangan pegawai,
tambahan penghasilan PNS, belanja penerimaan
lainnya pimpinan dan anggota DPRD serta
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah. Khusus
untuk Sekretariat DPRD dianggarkan pula Belanja
Penunjang Operasional Pimpinan DPRD, dan lain-
lain.
Rincian anggaran Belanja Langsung menurut
program dan kegiatan SKPD.
Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan
Masyarakat
Partisipasi masyarakat yang telah diatur dalam
berbagai perundangan dirasa kurang mampu
dilaksanakan sesuai dengan yang telah
ditetapkan. Perlu ditegaskan juga dalam Undang-
undang, partisipasi masyarakat diartikan sebagai
keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasikan
kepentingan mereka dalam proses penyusunan
rencana pembangunan. Dalam perencanaan
pembangunan, aspek yang dikaji bukan hanya
perencanaan, namun juga pada penganggaran,
pengawasan, dan pelaksanaan. Dalam perwujudan
realisasi suatu program tidak lepas dari tahap
an perencanaan dan penganggaran.
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan
penganggaran tersebut mencerminkan hubungan
masyarakat sebagai penyumbang pemasukan
APBD terbesar dari dana pajak dan retribusi dan
pemerintah sebagai pelaksana amanat masyarakat.
Usulan yang telah disampaikan masyarakat
dalam tahapan perencanaan patut direspon oleh
125www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Pemerintah sehingga kegiatan yang direalisasikan
dalam APBD merupakan wujud aspirasi masyarakat
untuk memperbaiki kesejahteraannya. Tujuan
umum yang ingin dicapai dari pelibatan masyarakat
dalam bidang perencaaan dan penganggaran
adalah terciptanya suatu kondisi anggaran yang
murni sehingga dapat menciptakan mekanisme
pelaksanaan anggaran yang transparan.
Peran Multi Stakeholder Forum (MSF)
Multi Stakeholder Forum (MSF) sebagai media
dalam mempertemukan antar pemangku
kepentingan untuk merespon isu-isu pendidikan
yang menjadi kepedulian bersama dan untuk
melakukan upaya mencapai tujuan bersama.
Anggotanya dari berbagai unsur kepentingan
dari masyarakat (individu dan atau kelompok),
eksekutif, legislative, media, sektor bisnis, dan
lain-lain. Pertemuan, diskusi dan forum bersama
antar pemangku kepentingan menjadi penting untuk
mengembangkan proses dialogis dan membangun
kesadaran bersama dan melakukan aksi bersama.
Dalam konteks pelayanan publik, MSF ini
merupakan proses dialogis antara penyedia
layanan dan pengguna layanan untuk mencapai
suatupelayananpublikyangefektif,efisien,dan
terjangkau. Apa yang telah diupayakan oleh
pemerintah (selaku penyedia layanan publik) serta
apa yang terjadi dan diharapkan masyarakat (selaku
pengguna layanan) harus diupayakan ada titik temu.
Pertemuan dan forum juga akan menjadi ajang
untuk menyepakati apa saja yang akan dilakukan
oleh masing-masing pelaku atau berbagi peran
dan tanggung jawab, berbagi informasi, saling
mendukung dalam upaya perbaikan bersama.
MSF tidaklah harus merupakan pertemuan formal,
lokakarya atau bahkan merupakan organisasi atau
lembaga formal. Namun, bisa juga merupakan
forum-forum terbatas yang informal. Pada tahapan
lebih lanjut, MSF bisa saja didorong menjadi
organisasi atau lembaga formal jika memang
diperlukan sesuai dengan dinamika dan kebutuhan
lokal.
Peran Media
Peran media dalam perencanaan dan penganggaran
di bidang pendidikan dilakukan melalui pemantauan,
investigasi, advokasi, pengumpulan pendapat
masyarakat (poling), evaluasi, kritik/komentar,
pengawalan dan penyebarluasan informasi serta
memberi ruang bagi masyarakat banyak dalam
menyampaikan opini tentang pendidikan.
Peran dan fungsi media terkait proses perencanaan
dan penganggaran di bidang pendidikan, antara lain:
• Meningkatkanwawasanmasyarakatdengan
cara menyosialisasikan visi dan misi pendidikan
dan berbagai kebijakan pokok di bidang
pendidikan yang tertuang dalam dokumen
perencanaan daerah.
• Meningkatkankesadaranmasyarakatterhadap
makna dan tanggung jawab pembangunan
di bidang pendidikan di daerahnya, sehingga
mendorong partisipasi mereka dalam proses
perencanaan/pelaksanaan/pengawasan
pembangunan di bidang pendidikan.
126 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
• Meningkatkanketerbukaandantransparansi
dengan menyosialisasikan kepada masyarakat
mengenai informasi dan agenda daerah
berkaitan dengan proses perencanaan
pendidikan.
• Meningkatkanpartisipasidankontribusi
pemikiran masyarakat melalui kegiatan jarring
aspirasi (poling pendapat) masyarakat berkaitan
dengan isu-isu pendidikan yang strategis,
harapan masyarakat, dan substansi-substansi
rencana pembangunan pendidikan di daerah.
• Meningkatkanakuntabilitasprosesperencanaan
dengan mempublikasikan pelaksanaan proses-
proses perencanaan pendidikan dan hasil-
hasil rumusan materi rencana dan kebijakan
daerah di bidang pendidikan untuk dikritisi dan
ditanggapi masyarakat lainnya.
• Meningkatkandemokratisasidankomitmen
daerah terhadap pengurangan kesenjangan
melalui evaluasi, kritik, dan pengawalan
terhadap isu-isu pembangunan di bidang
pendidikan yang terkait kepentingan masyarakat
marginal dan masalah kesenjangan pendidikan.
• Meningkatkansupremasihukummelalui
investigasi, pengkajian, dan advokasi terhadap
proses perumusan kebijakan publik dan
penganggaran daerah di bidang pendidikan.
• Meningkatkanefisiensidanefektifitas
pemerintah daerah dalam perencanaan
dan penganggaran pembangunan di
bidang pendidikan melalui pemantauan dan
pengawasan, kajian dan kritik/masukan,
sosialisasi/penyebarluasan informasi seluruh
proses perencanaan dan penganggaran
pembangunan di bidang pendidikan serta hasil-
hasil yang dicapai.
Praktik yang Baik:
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan
penganggaran pembangunan daerah di Kabupaten
Pati.
Kabupaten Pati merupakan salah satu kabupaten
yang telah mencoba menerapkan proses partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan dalam bidang
perencaaan. Kabupaten Pati dipilih sebagai 'good
practice karena Kabupaten Pati merupakan
kabupaten pertama di Indonesia yang mencoba
menerapkan pelibatan masyarakat bukan hanya
pada tahapan perencanaan, namun juga pada
tahapan penganggaran daerah. Proses pelaksanaan
melibatkan PERFORM Project untuk tahapan
perencanaan dan Program Pendampingan Anggaran
Kinerja oleh BIGG (Building Institutions for Good
Governance). Uji coba penerapan perencanaan
partisipatif Kabupaten Pati dilaksanakan sejak tahun
2002 dengan mengambil tiga kecamatan sebagai
sampelnya awal yaitu Kecamatan Tayu, Kecamatan
Pati, dan Kecamatan Juwana, dari total dua puluh
satu kecamatan yang ada.
Pelaksanaan partisipasi masyarakat pada tiap
daerah tentu memiliki pengalaman berbeda
disesuaikan dengan keadaan tiap daerah yang
mempunyai ciri khas tertentu. Tahapan perencanaan
dan penganggaran di Kabupaten Pati secara
sinergis diterapkan untuk Tahun Anggaran 2003.
127www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Sejak menerapkan partisipasi masyarakat dalam
perencanaan dan penganggaran, Kabupaten Pati
menjadi salah satu kabupaten best practice.
Hal ini tidak lepas dari peran Bappeda Kabupaten
Pati yang lebih dahulu menerapkan perencanaan
dan penganggaran, bahkan sebelum dikeluarkannya
UU SPPN yang mengatur sinergisme perencanaan
dan penganggaran.
Peran Bappeda bertambah ketika Kabupaten
Pati menerapkan aturan tersendiri tentang
pelaksanaan partisipasi masyarakat, terutama
dalam perencanaan. Hal ini merupakan inovasi yang
dilakukan oleh Kabupaten Pati. Inovasi tersebut
terkait dengan metode-metode yang digunakan,
tahapan yang dilalui selama Musrenbang, dan
tatacara penentuan stakeholder Inovasi yang
dilakukan tersebut tidak lepas juga dari pengaruh
organisasi non pemerintah (Non Government
Stakeholder) yang turut mempengaruhi pola pikir
masyarakat terhadap perubahan yang terjadi.
(Wahyu Dyah Widowati, 2007).
Kegiatan Pendampingan
Tahap persiapan dan bahan penunjang:
Persiapan:
Persiapkan segala hal yang diperlukan untuk
penyelenggaraan pertemuan lokakarya tentang
integrasi DGP ke dalam perencanaan dan
penganggaran di Dinas Pendidikan dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Undang Tim Teknis Penghitungan DGP (Dinas
Pendidikan, Perwakilan Sekolah jenjang SD/MI dan
SMP/MTs, Bappeda, Multi Stakeholder Forum) yang
telah di-SK-an oleh Bupati/Walikota.
Bahan penunjang:
Materi Pelatihan/Lokakarya
128 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
BAHAN PRESENTASI
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
RKPD merupakan acuan dan pedoman bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyusun kebijakan publik yaitu kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). RKPD dijabarkan lebih lanjut dalam dokumen Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS).
● Masyarakat Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran tersebut mencerminkan hubungan
masyarakat sebagai penyumbang pemasukan APBD terbesar dari dana pajak dan retribusi dan pemerintah sebagai pelaksana amanat masyarakat.
Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan
17
129www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Peran Multi Stakeholder Forum (MSF)
Sebagai media dalam mempertemukan antar pemangku kepentingan untuk merespon isu-isu pendidikan yang menjadi kepedulian bersama dan untuk melakukan upaya mencapai tujuan bersama.
18
131www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Contoh Praktik Baik Penerapan DGP
66
132 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Contoh Praktik Baik Penerapan DGP
........diharapkan peserta
memiliki pemahaman tentang contoh praktik
yang baik penerapan distribusi Guru secara
Proporsional.
PENERAPAN DISTRIBUSI GURU PROPORSIONAL DI KABUPATEN LUWU UTARA, SULAWESI SELATAN
BAHAN BACAAN
Pendahuluan
Kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan
hampir seluruh daerah di Indonesia seolah menjadi
buah simalakama, pemenuhan kuantitas dan
kualitasnya menjadi suatu keniscayaan sementara
beban anggaran dalam proses pemenuhan tersebut
menjadi tantangan terberat bagi daerah di era
desentralisasi ini terutama bagi dengan APBD
rendah.
Program distribusi guru secara proporsional
(DGP) Kinerja, mempunyai praktek baik dalam
mengimplementasikan program DGP tersebut di
Kabupaten Luwu Utara dengan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
• Sosialisasidanberbagiparktikyangbaik
tentang Sirkulasi guru, pengenalan manajemen
PTK, penyamaan persepsi, dan membangun
komitmen antar stakeholder.
• Pelatihanpengolahandatabasependidikdan
tenaga kependidikan, SIM-NUPTK, dan Padati
Web
MODUL 6
133www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
• Pengolahandatabasependidikdan
kependidikan, database pendidik dan tenaga
kependidikan , SIM-NUPTK dan Padati Web
• Analisismanajemenpendidikdantenaga
kependidikan.
• Pendampinganperumusanrekomendasi
kebijakan.
• Penyampaianperumusanrekomendasikepada
Bupati/Walikota dan atau stakehoder pendidikan
• Advokasidanpendampinganpenganggaran
replikasi.
• Pilotingimplementasisirkulasiguru.
• Monitoringdanevaluasi.
Hasil Analisa Kebutuhan Pendidik di Luwu Utara
A. Pendahuluan
Sasaran pembangunan dalam RPJMN 2010-2014
di bidang pendidikan ditujukan untukpeningkatan
akses masyarakat terhadap pendidikan dan
peningkatan mutu pendidikan, antara lain ditandai
penurunan jumlah penduduk buta huruf (4,18% di
tahun 2014), peningkatan secara nyata persentase
penduduk yang dapat menyelesaikan program
wajib belajar 9 tahun dengan indikator lama sekolah
rata-rata 8,25 tahun di tahun 2014 dan pendidikan
lanjutan sertaperkembangan positif pendidikan
kejuruan yang ditandai oleh peningkatan jumlah
tenaga terampil.
Peningkatan akses pendidikan yang berkualitas,
terjangkau,relevan,danefisienmenujupertumbuhan
kesejahteraan hidup rakyat, kemandirian, keluhuran
budi pekerti,dan karakter bangsa yang kuat.
Pembangunan bidang pendidikan diarahkan
demitercapainya pertumbuhan ekonomi yang
didukung keselarasan antara ketersediaantenaga
terdidik dengan kemampuan: 1) menciptakan
lapangan kerja ataukewirausahaan dan 2) menjawab
tantangan kebutuhan tenaga kerja.
Oleh karena itu, substansi inti program aksi bidang
pendidikan dalam RPJM 2010-2014 antara lain:
1. Pengelolaan: Pemberdayaan peran kepala
sekolah sebagai manajer sistem pendidikan
yang unggul, revitalisasi peran pengawas
sekolah sebagai entitas quality assurance,
mendorong aktivasi peran Komite Sekolah untuk
menjamin keterlibatan pemangku kepentingan
dalam proses pembelajaran, dan Dewan
Pendidikan di tingkat Kabupaten;
2. Kualitas: Peningkatan kualitas guru, pengelolaan
dan layanan sekolah, melalui: 1) program
remediasi kemampuan mengajar guru; 2)
penerapan sistem evaluasi kinerja profesional
tenagapengajar;3)sertifikasiISO9001:2008
di 100% PTN, 50% PTS, 100% SMK sebelum
2014; 4) membuka luas kerja sama PTN
dengan lembaga pendidikan internasional;
5) mendorong 11 PT masuk Top 500 THES
pada 2014; 6) memastikan perbandingan
guru-muriddisetiapSD/MIsebesar1:32dan
disetiapSMP/MTs1:40;dan7)memastikan
tercapainya Standar Nasional Pendidikan (SNP)
bagi Pendidikan Agama dan Keagamaan paling
lambat tahun 2013.
134 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Rencana aksi pemerintah bidang pendidikan
tidak terlepas dari “kinerja pendidikan” yang
telah diatur dalam peraturan perundangan
sebelumnya, yaitu UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan bagi
peserta didik, dan peningkatan kinerja pendidik
dan tenaga kependidikan serta penyelenggara
pendidikan baik pemerintah, pemerintah daerah dan
masyarakat. Dukungan bagi peserta didik tertuang
dalam pasal 11 ayat (1), bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya
pendidikan bermutu bagi setiap warga negara
tanpa diskriminasi; dan wajib menjamin tersedianya
dana bagi penyediaan pendidikan untuk setiap
warganegara yang berusia 7-15 tahun. Untuk
pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan
dalam satuan pendidikan diatur pada pasal 41 terdiri
dari ayat (1) Pendidik dan tenaga kependidikan
dapat bekerja secara lintas daerah, ayat (2)
Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran
pendidik dan tenaga kependidikan diatur oleh
lembaga yang mengangkatnya berdasarkan
kebutuhan satuan pendidikan formal, dan ayat
(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik
dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk
menjamin terselenggaranya pendidikan yang
bermutu.
Selanjutnya sebagai pendukung dalampenataan
guru diterbitkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, seperti ditegaskan dalam
Pasal 24, 25 dan 28 bahwa 1) pemerintah wajib
memenuhi kebutuhan guru baik dalam jumlah,
kualifikasiakademik,maupundalamkompetensi
secara merata untuk menjamin keberlangsungan
satuan pendidikan usia dini jalur pendidikan
formal dan pendidikan dasar dan menengah yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, 2) pengangkatan
dan penempatan guru dilakukan secara obyektif
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, 3)
guru yang diangkat oleh pemerintah atau pemerintah
daerah dapat dipindahtugaskan antar provinsi, antar
kabupaten/antar kota, antar kecamatan maupun
antar satuan pendidikan karena alasan kebutuhan
satuan pendidikan dan atau promosi, 4) guru yang
diangkat oleh pemerintah atau pemerintah daerah
dapat mengajukan permohonan pindah tugas baik
antar provinsi, antar kabupaten/antar kota, antar
kecamatan maupun antar satuan pendidikan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Implementasi awal kebijakan penataan pendidik
dan tenaga pendidik, Departemen Pendidikan
Nasional Tahun 2007 menerbitkan Permendiknas
No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan pada huruf B mengenai Pelaksanaan
Rencana Kerja; angka 6: bidang pendidik dan
tenaga kependidikan yang berisi tentang (a) sekolah/
madrasah menyusun program pendayagunaan
pendidik dan tenaga kependidikan, (b) program
pendayagunaan dengan kriteria antara lain: 1)
disusun dengan memperhatikan Standar Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, 2) dikembangkan
sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah termasuk
pembagian tugas, mengatasi kekurangan
tenaga, menentukan sistem penghargaan, dan
pengembangan profesi bagi setiap pendidik
dan tenaga kependidikan serta menerapkannya
secara profesional, adil dan terbuka, (c)
135www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan
tambahan dilaksanakan berdasarkan ketentuan
yang ditetapkan oleh penyelenggara sekolah/
madrasah, (d) sekolah/madrasah perlu mendukung
upaya seperti: 1) promosi pendidik dan tenaga
kependidikan berdasarkan azas kemanfaatan,
kepatutan dan profesionalisme, 2) pengembangan
pendidikdantenagakependidikandiidentifikasi
secara sistematis sesuai dengan aspirasi individu,
kebutuhan kurikulum dan sekolah/madarasah,
3) penempatan tenaga kependidikan disesuaikan
dengankebutuhanjumlahmaupunkualifikasinya
dengan menetapkan prioritas, dan 4) mutasi
tenaga kependidikan dari satu posisi ke posisi lain
didasarkan pada analisis jabatan yang disertai
dengan orientasi tugas.
Sehubungan dengan adanya penghentian
sementara pengangkatan CPNS yang dilakukan
pemerintah sejak tahun 2010 sebagai akibat
ketidakseimbangan belanja tidak langsung dengan
belanja langsung, karena berdasarkan data
sebagian besar Pemerintah Daerah Kabupaten/kota
alokasi APBD terbesar digunakan belanja pegawai
yaitu berkisar 70-80% dan sisanya untuk belanja
diluar pegawai (modal dan operasional).Untuk
meningkatkan penggunaan APBD agar digunakan
untuk belanja operasional dan modal, sehingga
pemerintah daerah tidak dapat mengangkat CPNS
fungsional (misalnya guru) dengan mengoptimalkan
ketersediaan guru PNS. Sejalan dengan moratorium
CPNS tersebut, pemerintah melalui 5 kementrian
yang terdiri dari Kementrian Pendidikan Nasional
(No.05/X/PB/2011), Kementrian Agama (No.11
Tahun 2011), Kementrian Keuangan (No.158/
PMK.01/2011), Kementrian Dalam Negeri (No.
48 Tahun 2011, dan Kementrian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (No.
SPB/03/M.PAN-RB/10/2011) membuat peraturan
bersama tentang penataan dan pemerataan guru
PNS. Sesuai dengan amanat Peraturan Bersama
5 Menteri tersebut dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2),
Gubernur, Bupati/Walikota bertanggung jawab dan
wajib melakukan penataan dan pemerataan guru
PNS antar satuan pendidikan, antar jenjang, dan
antar jenis pendidikan di satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah provinsi atau
kabupaten/kota yang kelebihan dan kekurangan
guru PNS. Selanjutnya dalam Pasal 4 ayat
(3) dan (4) bahwa Gubernur, Bupati/Walikota
mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan
guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru
PNS antar satuan pendidikan, antar jenjang, dan
antar jenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai
dengan kewenangannya, ayat (5) Gubernur
mengkoordinasikan dan memfasilitasi antar
satuan pendidikan, antar jenjang dan antar jenis
pendidikan sesuai kebutuhan dan kewenangannya
untuk penataan guru antar kabupaten/kota
dalam satu wilayah provinsi. Dalam melakukan
penataan dan pemerataan guru PNS antar
satuan pendidikan, antar jenjang dan antar jenis
pendidikan berdasarkan pada analisis kebutuhan
dan persediaan guru sesuai dengan kebijakan
standarisasi teknis yang ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional (ayat 6).
Implementasi perencanaan dan penataan guru
sesuai dengan Peraturan Bersama 5 Menteri dimulai
2 Januari 2012 dan secara efektif berakhir 31
Desember 2013, meskipun dalam peraturan tersebut
pada Februari tahun berjalan Bupati/Walikota sudah
136 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
mengirimkan usulan perencanaan dan penataan
guru PNS kepada Gubernur.
B. Metode
Metode yang digunakan dalam menganalisa data
DGP adalah metode sederhana dengan memakai
data sekunder yang tersedia dan diolah dengan
aplikasi SIMPK (Sistem Informasi Manajemen
Pendidikan Kabupaten). Aplikasi SIMPK berbasis
Microsoft Excell dikembangkan oleh Program
Decentralized Basic Education (DBE-1, USAID-RTI)
dan digunakan lebih lanjut oleh LPKIPI. Data dasar
SIMPK menggunakan data Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan yang terdapat dalam PadatiWeb,
dan NUPTK. Setiap akhir tahun ajaran (Bulan Juli-
Agustus) satuan pendidikan diwajibkan untuk
mengirimkan LI (lembar individu sekolah) yang
akan diunggah dalam sistem PadatiWeb oleh
operator Padatiwebb Dinas Pendidikan Kabupaten/
Kota dan selanjutnya data tersebut tersimpan
sebagai database Kementerian Dikbud,
demikian juga data NUPTK akan tersimpan dalam
SIM-NUPTK yang secara langsung terkoneksi
dengan Kementrian Dikbud. Update secara
online NUPTK dilakukan setiap saat oleh operator
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan
menggunakandukungandataofflineNUPTK.
Dengan data resmi, valid dan terus menerus
diperbaharui yang diolah dengan aplikasi SIMPK
diperoleh hasil DGP yang mendekati kondisi
nyata. Proses analisa data sangat cepat dengan
menggunakan “tool-pivot” yang terdapat dalam
Microsoft-Excell melalui pendekatan “drag and
drop”. Tim Teknis Dinas Pendidikan telah dilatih oleh
LPKIPI untuk menggunakan SIMPK, dan Tim Teknis
diharapkan dapat melakukan update SIMPK setiap
tahun, karena hasilnya tidak hanya dapat digunakan
untuk melakukan distribusi guru proporsional
secara tepat, namun juga dapat digunakan untuk
menghitung kebutuhan untuk mencapai SPM
(Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar),
pemetaan sarana prasarana satuan pendidikan se-
kabupatan atau se-kecamatan, dan sebagainya.
Analisa data DGP difokuskan pada sekolah negeri
(SDN, SMPN, dan SMAN) karena sesuai dengan
PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggraan Pendidikan, maka penyelenggaraan
dan pengelolaan satuan pendidikan negeri menjadi
tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah.
Metode penghitungan kecukupan guru SDN
dihitung beradasarkan selisih ketersediaan guru
(tidak termasuk kepala sekolah) yang mengajar di
sekolah saat ini dengan kebutuhan guru di SDN.
Ketersediaan guru dihitung berdasarkan jumlah
guru yang saat ini mengajar di SDN baik guru
berstatus pegawai negeri sipil (PNS) maupun non
PNS. Untuk guru PNS, setiap guru dihitung sebagai
guru mengajar penuh waktu (full-time teacher),
sedangkan untuk guru non PNS, setiap guru dihitung
menurut jumlah jam mengajar. Perhitungan ini
diperlukan, karena guru PNS akan dibayar penuh
meskipun mengajar kurang dari 24 jam, sementara
guru non PNS akan dibayar sesuai dengan beban
mengajar.
Guru non PNS yang mengajar 24 jam atau lebih
per minggu, dihitung sebagai guru mengajar
penuh waktu (full-time teacher), sedangkan guru
non PNS yang mengajar kurang dari 24 jam per
minggu, dihitung menurut rasio jumlah jam mengajar
137www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
terhadap 24 jam per minggu. Misalnya seorang guru
mengajar 12 jam per minggu, maka guru tersebut
dihitung 0,5 Setara Mengajar Guru Penuh Waktu
(Full-time Teacher Equivalent - FTE).
Metode perhitungan guru mata pelajaran juga
digunakan untuk jenjang SMPN dan SMAN.
C. Hasil
Hasil analisa SIMPK dapat dilihat sampai tingkat
unit satuan pendidikan dan satuan individu guru.
Namun demikian, hasil SIMPK ini yang telah
disepakati bersama stakeholder terkait adalah
dalam 3 Kecamatan pilot proyek, karena data LI
Tahun2011sudahdiverifikasidandataNUPTK
Tahun 2011.
1. Pemetaan kelebihan guru kelas dan mapel per kecamatan pilot proyek DGP Jenjang SDN.
Penetapan lokasi pilot proyek DGP pada
awalnyaberdasarkantopografidankelengkapan
data yang dianalisis, sehingga diperoleh 3
kecamatan yaitu:
a. Daerah Perkotaan diwakili oleh Kecamatan
Sukamaju
b. Daerah pegunungan diwakili oleh Kecamatan
Sekko
c. Daerah pesisir diwakili oleh Kecamatan
Malangke Barat
Hasil pemetaan kelebihan dan kekurangan
guru kelas SD Negeri yang terdapat dalam 3
kecamatan seperti tabel di bawah ini.
Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Guru Kelas
Kecamatan JumlahSekolah
JumlahRombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru
Non PNS
Total Guru
Lebih/kurang Guru
Lebih/Kurang
Guru PNS
% Kecukupan
Kecamatan Malangke
Barat18 141 63 118 181 37 -78 126%
Kecamatan Sekko 19 117 37 42 79 -38 -80 68%
Kecamatan Sukamaju 27 207 102 85 187 -22 -105 89%
Total 64 459 202 245 447 -23 -263 95%
Keterangan:
1) Angka negatif berarti kekurangan
2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi
3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
138 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Menurut tabel dan gambar di atas, informasi yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
a. Di semua kecamatan terdapat kekurangan
guru kelas PNS, kekurangan guru kelas paling
banyak terjadi pada Kecamatan Sukamaju,
kekurangan guru kelas diminimalisir dengan
bantuan guru kelas non PNS, namun di
Kecamatan Sukamaju masih terdapat
kekurangan guru kelas sebanyak 22 orang.
Demikian juga untuk Kecamatan Sekko terdapat
kekurangan 74 guru kelas PNS dan dengan
bantuan guru kelas Non PNS masih terdapat
kekurangan 32 orang.
b. Kecamatan Malangke Barat kekurangan 78
orang guru PNS, akan tetapi dengan adanya
bantuan guru kelas non PNS kegiatan proses
belajar mengajar di sekolah berlangsung normal,
bahkan jumlah guru kelas non PNS masih
kelebihan 37 orang guru kelas non PNS.
c. Secara kuantitatif jumlah kekurangan guru kelas
PNS di Kecamatan Sukamaju paling banyak,hal
ini disebabkan jumlah SDN dan jumlah rombel
paling banyak diantara 2 kecamatan lain
dalam lokasi program DGP yaitu sebesar 1,9
kali lipat jumlah rombel di Kecamatan Sekko
atau 1,5 kali lipat jumlah rombel di Kecamatan
Malangke Barat. Akan tetapi, jika dilihat dari
rasio kecukupun guru kelas baik PNS dan Non
PNS, makakecamatan paling kurang kecukupan
guru kelasnya adalah Kecamatan Sekko, karena
Kecamatan Sekko ketersediaan guru kelas
baru tercukupi 71% dari total kebutuhan guru
kelasnya.
Pemetaan guru mata pelajaran Penjaskes per
kecamatan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Gambar 1. Kategori Kelebihan dan Kekurangan Guru Kelas
■ Kec. Sukamaju - Non PNS; -105
■ Kec. Malangke Barat - Non PNS; -78
■ Kec. Sekko - Non PNS; -80
■ Kec. Malangke Barat + Non PNS; 37
■ Kec. Sukamaju + Non PNS; -22
■ Kec. Sekko + Non PNS; -38
■ Kec. Sukamaju ■ Kec. Sekko ■ Kec. Malangke Barat
-120 -100 -80 -60 -40 -20 0 20 40
139www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan Guru Mapel Penjaskes
Kecamatan JumlahSekolah
JumlahRombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru
Non PNS
Total Guru
Lebih/kurang Guru
Lebih/Kurang
Guru PNS
% Kecukupan
Kecamatan Malangke
Barat18 141 6 19 25 6 -17 142%
Kecamatan Sekko
19 111 1 3 4 -10 -17 20%
Kecamatan Sukamaju
27 207 7 17 24 0 -26 99%
Total 64 459 14 39 53 -2 -60 95%
Keterangan:1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
Tabel 3. Kelebihan dan Kekurangan Guru Mapel PAI
Kecamatan JumlahSekolah
JumlahRombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru
Non PNS
Total Guru
Lebih/kurang Guru
Lebih/Kurang
Guru PNS
% Kecukupan
Kecamatan Malangke
Barat18 141 10 11 21 0 -13 102%
Kecamatan Sekko
19 111 0 1 1 -13 -19 5%
Kecamatan Sukamaju
27 207 17 13 30 0 -18 100%
Total 64 459 27 25 52 -13 -50 78%
Keterangan:1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
140 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Menurut data rasio kecukupan guru mata pelajaran
Penjaskes dan PAI masih terdapat kekurangan guru
mapel PNS, namun dengan bantuan guru mapel
non PNS kekurangan guru mapel di Kecamatan
Sukamaju dan Kecamatan Malangke Barat dapat
dicukupi kekurangannya, sedang Kecamatan Sekko
masih kekurangan guru mapel Penjaskes maupun
PAI.
Informasi sangat kasar tersebuthanya bermanfaat
untuk melihat secara umum jumlahkekurangan
atau kelebihan guru kelas atau guru mapel, namun
tidak dapat digunakan untuk melakukan kegiatan
perencanaan serta penataan guru kelas dan mapel
secara rinci. Mengapa demikian? Karena tidak jelas
lokus atau satuan pendidikan yang terjadi kelebihan
atau kekurangan, sebab basis penataan guru
kelas terdapat di dalam satuan pendidikan. Oleh
karena itu, analisa lebih dalam dilakukan per satuan
pendidikan di dalam kecamatan.
2. Pemetaan guru kelas SDN per satuan pendidikan per kecamatan
a. Kecamatan Malangke Barat Analisa data pada tingkat satuan pendidikan
di lingkup Kecamatan Malangke Barat
sangat bervariasi dan dapat digolongkan
menjadi 4 kategori, yaitu:
1) Kategori pertama: Kekurangan guru
kelas/mapel PNS dan Non PNS;
2) Kategori kedua: Kekurangan guru kelas/
mapel PNS dan dicukupi oleh guru
kelas/mapel Non PNS;
3) Kategori ketiga: Kekurangan guru
kelas/mapel PNS dan dicukupi bahkan
kelebihan guru kelas/mapel Non PNS;
4) Kategori keempat: Kelebihan guru kelas/
mapel PNS atau telah tercukupi dan
kelebihan guru kelas/mapel Non PNS.
Sebaran data kekurangan dan kelebihan guru kelas
dapat dilihat dalam tabel berkut ini.
Tabel 4. Kelebihan dan kekurangan guru kelas per satuan pendidikan
Nama Sekolah Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/Kurang
Guru
Lebih/kurang GuruPNS
Rasiokecukupan
SDN 142 POMBAKKA 10 1 4 5 -5 -9 50%
SDN 157 KALITATA 13 1 10 11 -2 -12 83%
SDN 158 LIMBONG WARA 7 1 5 6 -1 -6 86%
SDN 159 PEMBUNIANG 6 2 4 6 0 -4 96%
SDN 145 LAMIKO-MIKO 6 3 3 6 0 -3 100%
SDN 146 WAELAWI 6 3 4 7 1 -3 117%
141www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Nama Sekolah Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/Kurang
Guru
Lebih/kurang GuruPNS
Rasiokecukupan
SDN 147 LABBU 6 3 5 8 2 -3 133%
SDN 149 BAKU-BAKU 11 7 6 13 2 -4 118%
SDN 150 PAO 12 4 10 14 2 -8 117%
SDN154LAYARPUTIH 6 4 4 8 2 -2 133%
SDN 156 RANTELANGI 6 0 8 8 2 -6 133%
SDN 155 URUKUMPANG 6 4 5 9 3 -2 150%
SDN 152 CENNING 6 5 5 10 4 -1 163%
SDN 160 LANDUNG DOU 7 3 9 12 4 -4 157%
SDN 143 ARUSU 6 3 8 11 5 -3 175%
SDN 151 PENGKAJOANG 7 6 6 12 5 -1 171%
SDN 153 MATTIROWALIE 14 8 13 21 6 -6 145%
SDN 148 AMASSANGAN 6 5 9 14 8 -1 233%
Total 141 63 118 181 37 -78 126%
Keterangan:1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
Berdasarkan tabel di atas, dapat diinformasikan
bahwa;
1) 3 SDN yang mengalami kekurangan guru kelas
PNS terbanyak disebabkan jumlah guru kelas
PNSnya paling sedikit, yaitu 1 orang guru kelas
PNS berarti sisanya non PNS. Guru kelas
non PNS ini mengajar 4-10 rombel. Dengan
adanya guru kelas non PNS yang tidak memiliki
ikatan kuat dengan satuan pendidikan, apabila
terdapat kesempatan bekerja diluar satuan
pendidikan tersebut, seperti satuan pendidikan
lain atau diluar bidang pendidikan, maka guru
kelas tersebut akan mudah berpindah keluar
dari satuan pendidikan bersangkutan dan
dampaknya proses PBM sangat rentan dalam
kestablian.
2) Temuan menarik di SDN 156 Rantelangi, semua
guru kelas berstatus non PNS dan hanya kepala
sekolahnya yang PNS. Fakta ini wajib menjadi
perhatian Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu
Utara, perlu adanya distribusi guru PNS ke
satuan pendidikan tersebut.
142 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
3) Jumlah guru kelas PNS terbanyak di SDN 153
Mattirowalie yaitu 8 orang, namum dengan
adanya rombel yang melebihi ketersediaan guru
kelas PNS sehingga sekolah tersebut masih
kekurangan guru kelas PNS dan kekurangan
guru kelas PNS dicukupi dengan adanya guru
kelas non PNS yang berlebihan. Fakta ini juga
perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah,
karena dalam operasionalisasi guru kelas non
PNS menggunakan dana BOS APBN yang
seharusnya 80%-nya digunakan diluar honor
guru kelas non PNS atau sukwan.
Berdasarkan informasi di atas, dapat dilihat bahwa:
1) 3 satuan pendidikan atau 16,7% satuan
pendidikan mengalami kekurangan guru kelas
PNS dan bantuan guru kelas Non PNS masih
belum mencukupi. Kekurangan terbesar guru
gelas terdapat di SDN 157 Kalitata sejumlah 12
orang, SDN 142 Pombakkasebanyak 9 orang
dan SDN 158 Limbong Wara sejumlah 6 orang.
2) 2 satuan pendidikan atau 11,1% satuan
pendidikan kekurangan guru kelas PNS,
namun dengan bantuan guru kelas Non
PNS, kekurangan tersebut telah tercukupi
sehingga proses belajar mengajar belum perlu
dikawatirkan.
3) 13 satuan pendidikan atau 72,2% satuan
pendidikan belum tercukupi guru kelas PNSnya,
tetapi dengan bantuan guru kelas non PNS
proses PBM dapat berjalan normal bahkan
terdapat kelebihan guru kelas Non PNS sampai
8 orang, sepertidi SDN 148 Amassangan.
Untuk guru mata pelajaran Penjaskes per satuan
pendidikan dalam lingkup Kecamatan Malangke
Barat, hasil pemetaannya terdapat dalam tabel
di bawah ini.
Gambar 2. Kategori Kelebihan dan Kekurangan Guru Kelas
■ Series 1 Kategori 4; 0
■ Series 1 Kategori 3; 13
■ Series 1 Kategori 2; 2
■ Series 1 Kategori 1; 3
143www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Tabel 5. Kelebihan dan kekurangan guru mapel Penjaskes per satuan pendidikan
Nama Sekolah Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/Kurang
Guru
Lebih/kurang GuruPNS
Rasiokecukupan
SDN 142 POMBAKKA 10 -2 -2 0%
SDN 145 LAMIKO-MIKO 6 -1 -1 0%
SDN 146 WAELAWI 6 -1 -1 0%
SDN 157 KALITATA 13 1 0 1 -1 -1 50%
SDN 159 PEMBUNIANG 6 -1 -1 0%
SDN 149 BAKU-BAKU 11 0 2 2 0 -2 88%
SDN 150 PAO 12 0 2 2 0 -2 88%
SDN 152 Cenning 6 0 1 1 0 -1 75%
SDN 143 ARUSU 6 0 2 2 0 -1 100%
SDN 147 LABBU 6 0 1 1 0 -1 100%
SDN 151 PENGKAJOANG 7 0 1 1 0 -1 100%
SDN 153 MATTIROWALIE 14 1 1 2 0 -1 100%
SDN154LAYARPUTIH 6 0 1 1 0 -1 100%
SDN NO 158 LIMBONG WARA 7 1 0 1 0 0 100%
SDN 156 RANTELANGI 6 1 1 2 1 0 150%
SDN 148 AMASSANGAN 6 0 2 2 1 -1 175%
SDN 155 URUKUMPANG 6 1 1 2 1 0 175%
SDN 160 LANDUNG DOU 7 1 4 5 3 0 400%
Total 141 6 19 25 6 -17 142%
Keterangan:
1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
144 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Menurut informasi dalam tabel di atas, dapat diulas
sebagai berikut:
1) 5 satuan pendidikan yang kekurangan guru
mapel Penjaskes PNS dan tidak terdapat
dukungan guru mapel Penjaskes Non PNS,
dan 4 satuan pendidikan tersebut rasio
kecukupannya 0%, berarti tidak terdapat guru
mapel Penjaskes PNS maupun non PNS yaitu
di SDN 142 Pombakka, SDN 145 Lamiko-Miko,
SDN 146 Waelawi, dan SDN 159 Pembuniang.
2) 12 satuan pendidikan tidak memiliki guru mapel
Penjaskes PNS dan hanya 7 satuan pendidikan
yang dibantu oleh guru mapel Penjaskes Non
PNS, sisanya tanpa guru mapel Penjaskes.
3) 4 satuan pendidikan telah tercukupi kebutuhan
guru mapel Penjaskes PNS yaitu SDN 158
Limbong wara, SDN 156 Rantelangi, SDN
155 Urukumpang dan SDN 160 Landung Dou,
bahkan 3 satuan pendidikan diantaranya telah
kelebihan guru mapel Penjaskes Non PNS.
4) Secara keseluruhan dengan mempertimbangkan
keterlibatan guru mapel penjaskes Non PNS
terdapat kelebihan guru mapel Penjaskes.
Berdasarkan Gambar 3, sebagian besar satuan
pendidikan tercukupi kebutuhan guru Penjaskes
yaitu sebesar 44,4%, sedangkan satuan pendidikan
yang kekurangan guru mapel Penjaskes PNS dan
Non PNS sebesar 27,8%. Kekurangan guru mapel
ini dapat dicukupi melalui pendekatan redistribusi
dari sekolah berkelebihan dipindahkan ke sekolah
kekurangan guru mapel Penjaskes sesuai dengan
mengikuti kriteria DGP. Kelebihan guru penjaskes
bukan berstatus PNS, akan menemukan kesulitan
Gambar 3. Persentase Guru Mapel Penjaskes per Kategori
■ Kategori 1 ■ Kategori 2 ■ Kategori 3 ■ Kategori 4
■ Series 1 Kategori 1 5 27,8%
■ Series 1 Kategori 4
4 22,2%
■ Series 1 Kategori 3 1 5,6%
■ Series 1 Kategori 2 8 44,4%
145www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
pada saat melakukan redistribusi guru, karena SK
yang dimiliki guru sukwan pada umumnya diterbitkan
oleh kepala satuan pendidikan bukan oleh
Pemerintah Daerah, alternatif yang bisa dilakukan
adalah melakukan himbauan redistribusi guru mapel
Penjaskes non PNS ke SDN yang kekekurangan
Tabel 6. Kelebihan dan kekurangan guru mapel Penjaskes per satuan pendidikan
dan memiliki jarak yang berdekatan dengan sekolah
sebelumnya (SPM: jarak kurang 3 km).
Untuk pemetaan guru Pendidikan Agama Islam
per satuan pendidikan dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini.
Nama Sekolah Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/Kurang
Guru
Lebih/Kurang
GuruPNS
Rasiokecukupan
SDN 142 POMBAKKA 10 -2 -2 0%
SDN 150 PAO 12 0 1 1 -2 -2 13%
SDN 153 MATTIROWALIE 14 0 1 1 -2 -2 13%
SDN 143 ARUSU 6 -1 -1 0%
SDN 145 LAMIKO-MIKO 6 -1 -1 0%
SDN 155 URUKUMPANG 6 -1 -1 0%
SDN 159 PEMBUNIANG 6 -1 -1 0%
SDN 156 RANTELANGI 6 0 1 1 -1 -1 50%
SDN 147 LABBU 6 1 0 1 0 0 100%
SDN 149 BAKU-BAKU 11 1 1 2 0 -1 100%
SDN 152 CENNING 6 1 0 1 0 0 100%
SDN154LAYARPUTIH 6 1 0 1 0 0 100%
SDN 157 KALITATA 13 1 1 2 0 -1 100%
SDN 158 LIMBONG WARA 7 0 2 2 0 -1 138%
SDN 146 WAELAWI 6 2 0 2 1 1 200%
SDN 148 AMASSANGAN 6 1 1 2 1 0 200%
SDN 160 LANDUNG DOU 7 0 2 2 1 -1 200%
SDN 151 PENGKAJOANG 7 2 1 3 2 1 300%
Total 141 10 11 21 0 -13 102%
Keterangan:
1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
146 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Menurut tabel diatas, terdapat 8 satuan pendidikan
yang tidak memiliki guru mapel Pendidikan Agama
Islam (PAI) baik guru PNS atau Non PNS, dan di
sisi lain 2 satuan pendidikan terdapat kelebihan
guru mapel PAI PNS sebagai contoh SDN 146
Waelanikelebihan 1 guru mapel PNS, SDN 151
Pangkajoang kelebihan 1 guru mapel PNS atau 2
guru mapel PAI (tambahan 1 guru mapel PAI Non
PNS). Analisa secara keseluruhan guru mapel PNS
PAI telah tercukupi dengan baik seperti terlihat
dalam gambar di bawah ini.
Gambar 4. Persentase Guru Mapel PAI per Kategori
■ Series 1 Kategori 1 8 44,4%
■ Kategori 1 ■ Kategori 2 ■ Kategori 3 ■ Kategori 4
■ Series 1 Kategori 4
6 33,3%
■ Series 1 Kategori 3 1 5,6%
■ Series 1 Kategori 2 3 16,7%
147www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
b. Kecamatan Sekko
Pemetaan guru kelas SDN Kecamatan Sekko
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 7. Kelebihan dan kekurangan guru kelas per satuan pendidikan
Nama Sekolah Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/Kurang
Guru
Lebih/Kurang
GuruPNS
Rasiokecukupan
SDN 234 LORE 6 0 1 1 -5 -6 17%
SDN 075 LAMBIRI 6 1 1 2 -4 -5 33%
SDN 080 POKAPPAANG 6 0 2 2 -4 -6 33%
SDN 082 KARIANGO 6 2 0 2 -4 -4 33%
SDN 070 BANA 6 2 1 3 -3 -4 50%
SDN 084 SIPULUNG 6 1 2 3 -3 -5 50%
SDN 086 LEDAN 6 2 1 3 -3 -4 50%
SDN 073 BUSAK 6 3 1 4 -2 -3 67%
SDN 076 AMBALONG 6 1 3 4 -2 -5 67%
SDN078POYAHAANG 6 0 4 4 -2 -6 67%
SDN081HOYANE 6 3 1 4 -2 -3 67%
SDN 083 MALIMONGAN 6 2 2 4 -2 -4 67%
SDN 085 RANTEDANGA 9 3 4 7 -2 -6 78%
SDN 065 RANTE KASUMMONG 6 4 1 5 -1 -2 83%
SDN 069 PADANG BALUA 6 2 3 5 -1 -4 83%
SDN 077 PEWANEANG 6 1 4 5 -1 -5 83%
SDN 079 TANETE BABA 6 3 3 6 0 -3 100%
SDN 072 TURONG 6 3 4 7 1 -3 117%
SDN 071 TANETE 6 4 4 8 2 -2 133%
Total 117 37 42 79 -38 -80 68%
Keterangan:
1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
148 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Menurut tabel dan gambar di atas, menunjukkan
bahwa:
1) 95% satuan pendidikan di Kecamatan Sekko
memiliki 6 rombel dan terdapat 7 satuan
pendidikan yang cukup parah kekurangan
guru kelas PNS atau non PNS di bawah 50%,
sebagai contoh: (a) SDN 234 Lore kekurangan
5 guru kelas, (b) SDN 075 Lambiri, SDN
080 Pokappaang, dan SDN 082 Kariango
kekurangan 4 guru kelas, (c) SDN 070
Bana, SDN 084 Si Pulung, SDN 086 Ledan
kekurangan 3 guru kelas. Sedangkan 9 SD
yang lain kekurangan guru kelas PNS berkisar
3-6 orang dan dukungan guru kelas non PNS
masih sangat kurang.
2) 3 SDN atau 15% satuan pendidikan telah
tercukupi guru kelas-nya, karena bantuan guru
kelas Non PNS.
Pemetaan guru mapel Penjaskes per setiap satuan
pendidikan seperti tabel di bawah ini.
Tabel 8. Kelebihan dan kekurangan guru mapel Penjaskes per satuan pendidikan
Nama Sekolah Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/Kurang
Guru
Lebih/Kurang
GuruPNS
Sum of Frm Rasio
SDN 065 RANTE KASUMMONG
6 -1 -1 0%
SDN 069 PADANG BALUA 6 -1 -1 0%
SDN 070 BANA 6 -1 -1 0%
Gambar 5. Persentase Guru Kelas per Kategori
■ Series 1 Kategori 1 16 84,2%
■ Kategori 1 ■ Kategori 2 ■ Kategori 3 ■ Kategori 4
■ Series 1 Kategori 4
0 0,0%
■ Series 1 Kategori 3 2 10,5%
■ Series 1 Kategori 2 1 5,3%
149www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Nama Sekolah Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/Kurang
Guru
Lebih/Kurang
GuruPNS
Sum of Frm Rasio
SDN 071 TANETE 6 -1 -1 0%
SDN 072 TURONG 6 -1 -1 0%
SDN 073 BUSAK 6 -1 -1 0%
SDN 075 LAMBIRI 6 -1 -1 0%
SDN 076 AMBALONG 6 -1 -1 0%
SDN 077 PEWANEANG 6 -1 -1 0%
SDN 079 TANETE BABA 6 -1 -1 0%
SDN081HOYANE 6 -1 -1 0%
SDN 083 MALIMONGAN 6 -1 -1 0%
SDN 085 RANTEDANGA 9 -1 -1 0%
SDN 086 LEDAN 6 -1 -1 0%
SDN 234 LORE 6 -1 -1 0%
SDN 082 KARIANGO 6 0 1 1 -1 -1 25%
SDN 084 SIPULUNG 6 0 1 1 -1 -1 42%
SDN 080 POKAPPAANG 6 0 1 1 0 -1 75%
SDN078POYAHAANG 6 1 0 1 0 0 100%
Grand Total 117 1 3 4 -11 -18 19%
Keterangan:
1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
150 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Gambar 6. Jumlah Sekolah Per Kategori
Berdasarkan informasi di atas, dapat ditarik
beberapa temuan sebagai berikut:
1) 17 satuan pendidikan atau 89,5% satuan
pendidikan kekurangan guru mapel Penjaskes
PNS dan bantuan guru mapel non PNS tidak
mencukupi.
2) 2 satuan pendidikan atau 10,6% telah tercukupi
kebutuhan guru mapel Penjaskes, karena
bantuan guru mapel Penjaskes non PNS.
3) Terdapat 15 satuan pendidikan tak memiliki
guru mapel Penjaskes.Nilai kosong data guru
tersebut menunjukkan tidak terdapat data guru,
karenasetelahdiverifikasidiKecamatanSekko
oleh operator LI dan NUPTK Dinas Pendidikan,
memang tidak ada perubahan data.
Untuk pemetaan guru mapel PAI dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini.
Tabel 9. Kelebihan dan kekurangan guru mapel PAI per satuan pendidikan
Nama Sekolah Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/Kurang
Guru
Lebih/Kurang
GuruPNS
Sum of Frm Rasio
SDN 085 RANTEDANGA 9 -2 -2 0%
SDN 065 RANTE KASUMMONG
6 -1 -1 0%
SDN 069 PADANG BALUA 6 -1 -1 0%
SDN 070 BANA 6 -1 -1 0%
SDN 071 TANETE 6 -1 -1 0%
■ Series 1 Kategori 4; 1
■ Series 1 Kategori 2; 1
■ Series 1 Kategori 1; 17
■ Series 1 Kategori 3; 0
151www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Nama Sekolah Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/Kurang
Guru
Lebih/Kurang
GuruPNS
Sum of Frm Rasio
SDN 072 TURONG 6 -1 -1 0%
SDN 073 BUSAK 6 -1 -1 0%
SDN 075 LAMBIRI 6 -1 -1 0%
SDN 077 PEWANEANG 6 -1 -1 0%
SDN078POYAHAANG 6 -1 -1 0%
SDN 079 TANETE BABA 6 -1 -1 0%
SDN 080 POKAPPAANG 6 -1 -1 0%
SDN081HOYANE 6 -1 -1 0%
SDN 082 KARIANGO 6 -1 -1 0%
SDN 083 MALIMONGAN 6 -1 -1 0%
SDN 084 SIPULUNG 6 -1 -1 0%
SDN 086 LEDAN 6 -1 -1 0%
SDN 234 LORE 6 -1 -1 0%
SDN 076 AMBALONG 6 0 1 1 0 -1 75%
Total 117 0 1 1 -14 -20 5%
Keterangan:
1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
Menurut informasi dalam tabel di atas antara lain sebagai berikut:
1) 18 satuan pendidikan atau 94,7% satuan pendidikan kekurangan guru mapel PAI PNS dan tidak terdapat
bantuan guru mapel non PNS.
2) 1 satuan pendidikan atau 5,3% telah tercukupi kebutuhan guru mapel PAI, karena bantuan guru mapel
Penjaskes non PNS.
3) Terdapat 18 satuan pendidikan tak memiliki guru mapel PAI. Nilai kosong data guru tersebut menunjukkan
tidakterdapatdatagurumapelPAI,berdasarkanhasilverifikasidiKecamatanSekkoolehoperatorLIdan
NUPTK Dinas Pendidikan, memang tidak ada perubahan data.
152 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
c. Kecamatan Sukamaju
Pemetaan guru kelas yang terdapat di satuan
pendidikan seperti terlihat dalam tabel di bawah
ini.
Tabel 10. Kelebihan dan kekurangan guru kelas per satuan pendidikan
Nama Sekolah Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/Kurang
Guru
Lebih/Kurang
GuruPNS
Rasiokecukupan
SDN 182 WONOKERTO 12 2 4 6 -6 -10 49%
SDN 172 SUKAMAJU I 12 5 2 7 -5 -7 58%
SDN 167 TULUNG INDAH I 11 3 4 7 -4 -8 64%
SDN 174 SUKADAMAI 10 5 2 7 -3 -5 70%
SDN 180 RAWAMANGUN i 11 4 4 8 -3 -7 73%
SDN 177 TOLANGI 7 2 3 5 -2 -5 71%
SDN 181 RAWAMANGN II 8 6 0 6 -2 -2 75%
SDN 227 PONGKASE 6 0 4 4 -2 -6 67%
SDN 161 LAMPUAWA 6 3 2 5 -1 -3 83%
SDN179MULYOREJOII 6 4 1 5 -1 -2 83%
SDN 162 MINANGA TALLU 8 2 5 7 -1 -6 88%
SDN 176 SIDORAHARJO 10 4 6 10 -1 -6 91%
SDN 169 KETULUNGAN 7 4 3 7 -1 -3 91%
SDN 164 KALUKU 6 3 3 6 0 -3 96%
SDN 223 SUKAHARAPAN 6 2 4 6 0 -4 96%
SDN 183 SUMBER BARU 6 4 2 6 0 -2 99%
SDN 166 SAPTA MARGA 8 4 4 8 0 -4 99%
SDN 163 TAMBOKE 6 5 1 6 0 -1 100%
SDN 168 TULUNG INDAH II 10 5 5 10 0 -5 100%
SDN 185 PAOMACANG 6 2 4 6 0 -4 100%
SDN 224 LINO 6 1 5 6 0 -5 100%
153www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Nama Sekolah Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/Kurang
Guru
Lebih/Kurang
GuruPNS
Rasiokecukupan
SDN 173 SUKAMAJU II 12 8 5 13 1 -4 107%
SDN 170 TULUNGSARI I 6 6 1 7 1 0 117%
SDN178MULYOREJOI 9 6 4 10 1 -3 111%
SDN 165 SALULEMO 6 5 2 7 1 -1 117%
SDN 175 SUKAMUKTI 6 3 4 7 1 -3 117%
SDN 184 SUBUR 0 4 1 5 5 4 #DIV/0!
Total 207 102 85 187 -22 -105 89%
Keterangan:
1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi 3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
Menurut hasil analisa data tersebut mengambarkan
bahwa untuk kelebihan dan kekurangan guru kelas
SDN di Kecamatan Sukamaju adalah sebagai
berikut:
1) Kekurangan guru kelas PNS terbanyak terdapat
di SDN 182 Wonokerto (kekurangan 10 orang),
SDN 167 Tulung Indah I (kekurangan 8 orang),
SDN 172 Sukamaju I, SDN 180 Rawamangun
I (kekurangan 7 orang), SDN 227 Pongkase,
SDN 162 Minanga Tallu, SDN 176 Sidoraharjo
(kekurangan 6 orang), sedangkan SDN lain
kekurangan guru kelas PNS berkisar 1-5
orang.
Gambar 7. Persentase Guru Kelas per Kategori
■ Series 1 Kategori 1 13 48,4%
■ Series 1 Kategori 4
2 7,4%
■ Series 1 Kategori 3 0 0,0%
■ Series 1 Kategori 2 8 29,6%
■ Kategori 1 ■ Kategori 2 ■ Kategori 3 ■ Kategori 4
154 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Tabel 11. Kelebihan dan kekurangan guru penjaskes per satuan pendidikan
Nama Sekolah Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/Kurang
Guru
Lebih/Kurang
GuruPNS
Rasiokecukupan
SDN 172 SUKAMAJU I 12 -2 -2 0%
SDN 176 SIDORAHARJO 10 0 1 1 -1 -2 38%
SDN 174 SUKADAMAI 10 0 1 1 -1 -2 42%
SDN 169 KETULUNGAN 7 -1 -1 0%
SDN 180 RAWAMANGUN i 11 0 1 1 -1 -2 50%
SDN 185 PAOMACANG 6 -1 -1 0%
SDN 167 TULUNG INDAH I 11 1 0 1 -1 -1 50%
SDN 173 SUKAMAJU II 12 1 0 1 -1 -1 50%
SDN 175 SUKAMUKTI 6 -1 -1 0%
SDN 182 WONOKERTO 12 1 0 1 -1 -1 50%
SDN 166 SAPTA MARGA 8 0 1 1 0 -1 75%
SDN179MULYOREJOII 6 0 1 1 0 -1 79%
SDN 163 TAMBOKE 6 0 1 1 0 -1 83%
SDN 170 TULUNGSARI I 6 0 1 1 0 -1 83%
SDN 181 RAWAMANGN II 8 0 1 1 0 -1 83%
SDN 183 SUMBER BARU 6 0 1 1 0 -1 83%
SDN 224 LINO 6 0 1 1 0 -1 88%
SDN 165 SALULEMO 6 0 1 1 0 -1 88%
2) Di sisi lain terdapat kelebihan guru kelas
PNS yang cukup besar yaitu SDN 184 Subur
kelebihan 4 orang dan ditambah 1 orang guru
kelas non PNS, fakta ini merupakan potensi
untuk meredistribusikan guru kelas PNS internal
kecamatan.
3) Secara keseluruhan komposisi jumlah satuan
pendidikan sebagian besar yaitu 48,1%
satuan pendidikan masih kekurangan guru
kelas PNS dan dukungan guru kelas non PNS
belum mencukupi, selanjutnya 29,6% satuan
pendidikan kekurangan guru kelas PNS namun
bantuan guru kelas non PNS telah mencukupi
kebutuhan guru kelas.
Pemetaan guru mapel Penjaskes dapat dilihat dalam
tabel berikut ini.
155www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Keterangan:
1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi 3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
Merujuk dari informasi guru mapel di atas,
dapat digambarkan bahwa:
1) 4 SDN tidak memiliki Guru mapel Penjaskes,
disebabkan data guru penjaskes tidak ada dan
telahdilakukanverifikasidata4SDNtersebut
dan hasilnya tidak terdapat perubahan.
2) 10 satuan pendidikan kekurangan guru mapel
penjaskes PNS dan dukungan guru mapel non
PNS belum dapat mencukupi kebutuhan guru
mapel penjaskes
3) 5 satuan pendidikan telah tercukupi guru
mapel penjaskes PNS-nya, bahkan 2 satuan
SDN 161 LAMPUAWA 6 1 0 1 0 0 100%
SDN 164 KALUKU 6 1 0 1 0 0 100%
SDN 168 TULUNG INDAH II 10 1 0 1 0 0 100%
SDN 177 TOLANGI 7 0 1 1 0 -1 100%
SDN178MULYOREJOI 9 0 1 1 0 -1 100%
SDN 227 PONGKASE 6 0 1 1 0 -1 100%
SDN 162 MINANGA TALLU 8 1 0 1 0 0 100%
SDN 223 SUKAHARAPAN 6 0 2 2 1 -1 175%
SDN 184 SUBUR 0 0 1 1 1 0 #DIV/0!
Grand Total 207 7 17 24 0 -26 99%
Gambar 8. Jumlah Satuan Pendidikan Per Kategori
■ Series 1 Kategori 4; 5
■ Series 1 Kategori 3; 1
■ Series 1 Kategori 2; 11
■ Series 1 Kategori 1; 10
156 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Tabel 12. Kelebihan dan kekurangan guru PAI per satuan pendidikan
Nama Sekolah Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/Kurang
Guru
Lebih/Kurang
GuruPNS
Rasiokecukupan
SDN 174 SUKADAMAI 10 -2 -2 0%
SDN 168 TULUNG INDAH II 10 1 0 1 -1 -1 50%
SDN 172 SUKAMAJU I 12 1 0 1 -1 -1 50%
SDN 176 SIDORAHARJO 10 1 0 1 -1 -1 50%
SDN178MULYOREJOI 9 1 0 1 -1 -1 50%
SDN 180 RAWAMANGUN i 11 1 0 1 -1 -1 50%
SDN 182 WONOKERTO 12 0 1 1 -1 -2 50%
SDN 165 SALULEMO 6 0 1 1 -1 -1 38%
SDN 223 SUKAHARAPAN 6 0 1 1 -1 -1 42%
SDN 163 TAMBOKE 6 0 1 1 0 -1 75%
SDN 181 RAWAMANGN II 8 0 1 1 0 -1 75%
SDN 183 SUMBER BARU 6 0 1 1 0 -1 75%
SDN 167 Tulung Indah I 11 1 1 2 0 -1 88%
SDN 173 SUKAMAJU II 12 1 1 2 0 -1 88%
SDN179MULYOREJOII 6 0 1 1 0 -1 75%
SDN 161 LAMPUAWA 6 1 0 1 0 0 100%
SDN 164 Kaluku 6 1 0 1 0 0 100%
SDN 169 KETULUNGAN 7 1 0 1 0 0 100%
SDN 177 TOLANGI 7 0 1 1 0 -1 100%
SDN 185 PAOMACANG 6 1 0 1 0 0 100%
SDN 224 LINO 6 1 0 1 0 0 100%
SDN 175 SUKAMUKTI 6 1 0 1 0 0 100%
SDN 162 MINANGA TALLU 8 1 0 1 0 0 100%
SDN .166 SAPTA MARGA 8 0 1 1 0 -1 100%
pendidikan terdapat kelebihan guru mapel
Penjaskes non PNS.Pemetaan guru mapel PAI kecamatan Sukamaju
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
157www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
2) 10 SDN atau 37,0% satuan pendidikan telah
tercukupi kebutuhan guru mapel PAI PNS-nya,
bahkan 1 SDN terdapat kelebihan guru mapel
PAI PNS dan 1 SDN kelebihan guru mapel PAI
non PNS. Kelebihan ini dapat digunakan untuk
redistribusi ke tempat yang kekurangan guru
mapel PAI.
Berdasarkan data di atas, dapat diperoleh informasi
bahwa:
1) 9 SDN atau 33,3% satuan pendidikan
kekurangan guru mapel PAI PNS dan dukungan
guru mapel PAI Non PNS tidak mencukupi
kebutuhannya
Nama Sekolah Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/Kurang
Guru
Lebih/Kurang
GuruPNS
Rasiokecukupan
SDN 227 PONGKASE 6 1 1 2 0 0 125%
SDN 170 TULUNGSARI I 6 1 1 2 1 0 150%
SDN 184 SUBUR 0 1 0 1 1 1 #DIV/0!
Total 207 17 13 30 0 -18 100%
Keterangan:
1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi 3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
Gambar 9. Persentase Satuan Pendidikan per Kategori
■ Series 1 Kategori 3 0 0,0%
■ Series 1 Kategori 1 9 33,3%
■ Series 1 Kategori 4
10 37,0%
■ Series 1 Kategori 2
8 29,6%
■ Kategori 1 ■ Kategori 2 ■ Kategori 3 ■ Kategori 4
158 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
3. Bahan pertimbangan melakukan redistribusi
guru
Kegiatan dalam melakukan redistribusi guru tidak
serta merta kelebihan guru kelas atau guru mapel
dari satuan pendidikan dipindahkan pada satuan
pendidikan yang mengalami kekurangan guru kelas
atau guru mapel, akan tetapi dengan menggunakan
2 aspek pertimbangan, yaitu: siswa dan pendidik.
a. Siswa dengan menghitung rasio siswa rombel.
1) Apabila sekolah mengalami kekurangan
guru kelas atau guru mapel dengan rasio
siswa rombel kecil (kurang dari ½ SPM
atau 16 orang per rombel) yang umumnya
ditemukan pada sekolah kecil, maka
alternatif kegiatan dengan melaksanakan
kelas rangkap (multishift grade class) atau
regrouping sekolah apabila syarat untuk
melakukan regrouping dipenuhi, misalnya
jarak antar sekolah berdekatan atau satu
halaman sekolah.
2) Apabila sekolah mengalami kekurangan
guru kelas atau guru mapel dengan rasio
siswa rombel besar (lebih dari 1 ½ SPM (48
orang per rombel), maka alternatif kegiatan
dilakukan membuat rombel baru dan
melakukan rekrutasi atau redistribusi guru
yang berkelebihan sesuai dengan kriteria
distribusi guru proporsional.
3) Apabila sekolah mengalami kekurangan
guru kelas atau guru mapel dengan rasio
siswa rombel mendekati atau sedikit di
atas SPM (± 32 orang per rombel), maka
alternatif yang digunakan melakukan
redistribusi guru kelas yang berlebihan, atau
alih fungsi guru mapel dari sekolah lain yang
berlebihan untuk menjadi guru kelas sesuai
dengan kreteria distribusi guru.
b. Pendidik dengan menghitung jumlah pendidik per jenis kualifikasi dan rentang usianya
1) Apabila terdapat kelebihan pendidik maka
perludiidentifikasikualifikasigurunya,yang
akandipindahkanadalahberkualifikasiS1
dengan umur produktif (25-55 tahun)
2) Apabilakelebihanpendidikberkualifikasi
DIII, maka perlu dicek umur pendidik
tersepbut apabila masih dalam umur 25 – 50
tahun, masih dimungkinkan mendapatkan
beasiswa atau subsidi melanjutkan ke S-1.
c. Hasil perhitungan DGP dengan mempertimbangan siswa dan pendidiknya
Dengan menggunakan metode tabulasi silang
(cross tab) antara rasio siswa rombel dengan
kekurangan guru kelas PNS maupun dengan
bantuan guru kelas Non PNS, maka dapat
dilakukan penyusunan alternatif strategi untuk
DGP. Rincian tabel cross tab dapat dilihat di
bawah ini.
159www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Tabel 13. Jumlah satuan pendidikan dengan kelompok rasio siswa rombel per kecamatan
Kecamatan/Rasio Siswa Rombel
Jml. Sekolah
Jml. Guru Kls. PNS
Jml. Guru Kls. Non PNs
Total Guru Kls.
Kurang/Lebih Guru Kls.
Kurang/Lebih Guru Kls. PNS
Kec. Malangke Barat 18 63 118 181 37 -78
<16 Siswa 3 8 12 20 2 -10
<24 Siswa 10 41 70 111 25 -44
<32 Siswa 5 14 36 50 10 -24
Kec. Sekko 19 37 42 79 -38 -80
< 8 Siswa 4 6 7 13 -11 -18
<16 Siswa 7 16 15 31 -11 -26
<24 Siswa 7 12 19 31 -14 -33
<32 Siswa 1 3 1 4 -2 -3
Kec. Sukamaju 27 102 85 187 -22 -105
< 8 Siswa 1 0 4 4 -2 -6
<16 Siswa 1 2 4 6 0 -4
<24 Siswa 8 30 30 60 -13 -42
<32 Siswa 14 58 41 99 -13 -53
>32 Siswa 2 8 5 13 1 -4
Missing 1 4 1 5 5 4
Total 64 202 245 447 -23 -263
Menurut informasi di atas, fokus analisa adalah pada
rasio siswa rombel kecil yaitu:
1) 3 satuan pendidikan di Kecamatan Malangke
barat dengan jumlah kurang dari 16 siswa per
rombel, kekurangan guru PNS tidak dilakukan
redistribusi atau rekrutasi tetapi dengan
melakukan multishif grade class, dengan
meningkatkankualifikasipendidik.
2) Demikian juga di Kecamatan Sekko terdapat 11
satuan pendidikan kecil dengan jumlah siswa
per rombel kurang 16 orang dilakukan multishif
grade clas atau regrouping sekolah apabila
memenuhi syarat regrouping.
3) Untuk Kecamatan Sukamaju terdapat 2 satuan
pendidikan kecil, tindakan dapat dilakukan
seperti di 2 kecamatan lain.
Adapun sekolah kecil yang disarankan untuk
melakukan multishift grade class seperti terlihat
dalam tabel berikut ini.
160 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Tabel 14. Satuan pendidikan dengan kelompok rasio siswa rombel sangat kecil (< 8 orang per rombel) per kecamatan
Rasio Siswa per Rombel (< 8 orang)
Sekolah Guru Kelas PNS
Guru Kelas Non PNS
Total Guru Kelas
Kurang/Lebih Guru
Kelas
Kurang/Lebih Guru Kelas
PNS
Kec. Sekko 4 6 7 13 -11 -18
SDN 070 BANA 1 2 1 3 -3 -4
SDN 072 TURONG 1 3 4 7 1 -3
SDN 075 LAMBIRI 1 1 1 2 -4 -5
SDN 234 LORE 1 0 1 1 -5 -6
Kec. Sukamaju 1 0 4 4 -2 -6
SDN 227 PONGKASE 1 0 4 4 -2 -6
Grand Total 5 6 11 17 -13 -24
Tabel 15. Satuan pendidikan dengan kelompok rasio siswa rombel kecil (< 16 orang per rombel) per kecamatan
Rasio Siswa per Rombel (< 8 orang)
Sekolah Guru Kelas PNS
Guru Kelas Non PNS
Total Guru Kelas
Kurang/Lebih Guru
Kelas
Kurang/Lebih Guru Kelas PNS
Kec. Malangke Barat 3 8 12 20 2 -10
SDN 145 LAMIKO-MIKO 1 3 3 6 0 -3
SDN 147 LABBU 1 3 5 8 2 -3
SDN 159 PEMBUNIANG 1 2 4 6 0 -4
Kec. Sekko 7 16 15 31 -11 -26
SDN 065 RANTE KASUMMONG 1 4 1 5 -1 -2
SDN 071 TANETE 1 4 4 8 2 -2
SDN 073 BUSAK 1 3 1 4 -2 -3
SDN 077 PEWANEANG 1 1 4 5 -1 -5
SDN078POYAHAANG 1 0 4 4 -2 -6
SDN 082 KARIANGO 1 2 0 2 -4 -4
161www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Rasio Siswa per Rombel (< 8 orang)
Sekolah Guru Kelas PNS
Guru Kelas Non PNS
Total Guru Kelas
Kurang/Lebih Guru
Kelas
Kurang/Lebih Guru Kelas PNS
SDN 086 LEDAN 1 2 1 3 -3 -4
Kec. Sukamaju 1 2 4 6 0 -4
SDN 185 PAOMACANG 1 2 4 6 0 -4
Total 11 26 31 57 -9 -40
Untuk rasio siswa rombel mendekati SPM (32 orang
per rombel) tersebar di beberapa sekolah di 3
kecamatan, seperti tabel di bawah ini.
Tabel 16. Satuan pendidikan dengan kelompok rasio siswa rombel mendekati SPM (32 orang per rombel) per kecamatan
Rasio Siswa per Rombel (< 8 orang)
Sekolah Guru Kelas PNS
Guru Kelas Non PNS
Total Guru Kelas
Kurang/Lebih Guru
Kelas
Kurang/Lebih Guru Kelas PNS
Kec. Malangke Barat 5 14 36 50 10 -24
SDN 143 ARUSU 1 3 8 11 5 -3
SDN 146 WAELAWI 1 3 4 7 1 -3
SDN 155 URUKUMPANG 1 4 5 9 3 -2
SDN 157 KALITATA 1 1 10 11 -2 -12
SDN 160 LANDUNG DOU 1 3 9 12 4 -4
Kec. Sekko 1 3 1 4 -2 -3
SDN081HOYANE 1 3 1 4 -2 -3
Kec. Sukamaju 14 58 41 99 -13 -53
SDN 161 LAMPUAWA 1 3 2 5 -1 -3
SDN 163 TAMBOKE 1 5 1 6 0 -1
SDN 169 KETULUNGAN 1 4 3 7 -1 -3
SDN 170 TULUNGSARI I 1 6 1 7 1 0
SDN 172 SUKAMAJU I 1 5 2 7 -5 -7
SDN 177 TOLANGI 1 2 3 5 -2 -5
162 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Rasio Siswa per Rombel (< 8 orang)
Sekolah Guru Kelas PNS
Guru Kelas Non PNS
Total Guru Kelas
Kurang/Lebih Guru
Kelas
Kurang/Lebih Guru Kelas PNS
SDN178MULYOREJOI 1 6 4 10 1 -3
SDN 183 SUMBER BARU 1 4 2 6 0 -2
SDN 173 SUKAMAJU II 1 8 5 13 1 -4
SDN 175 SUKAMUKTI 1 3 4 7 1 -3
SDN179MULYOREJOII 1 4 1 5 -1 -2
SDN 182 WONOKERTO 1 2 4 6 -6 -10
SDN 162 MINANGA TALLU 1 2 5 7 -1 -6
SDN 166 SAPTA MARGA 1 4 4 8 0 -4
Total 20 75 78 153 -5 -80
Menurut tabel di atas, dapat diperoleh informasi
sebagai berikut:
1) Kecamatan Malangke Barat: permasalahan di
proses belajar mengajar di kelas ditemukan dalam
SDN 157 Kalitata karena kekurangan guru kelas
PNS sebanyak 12 orang dan bantuan guru kelas
non PNS masih terjadi kekurangan 2 orang.
2) Kecamatan Sekko: permasalahan kegiatan
PBM terjadi di SDN 081 Hoyane, karena
kekurangan 3 guru kelas PNS dan bantuan guru
kelas non PNS masih terdapat kekurangan 2 orang.
3) Kecamatan Sukamaju: terdapat 7 SDN yang
kekurangan guru kelas PNS dan dukungan guru
kelas non PNS masih terdapat kekurangan,
misalnya di SDN 182 Wonokerto (kekurangan
6 orang), SDN 172 Sukamaju I kekurangan 5
orang dan sebagainya, hal ini akan memicu
terganggunya proses PBM di sekolah.
4) Tindakan redistribusi perlu dilakukan dari
kecamatan lain yang kelebihan guru kelas
PNS atau himbauan kepada satuan pendidikan
yang kelebihan guru kelas non PNS untuk
dimobilisasikan ke satuan pendidikan yang
kekurangan guru kelas, meskipun kegiatan ini
sulit dilakukan. Alih fungsi guru mapel juga agak
kesulitan karena terdapat kekurangan guru
mapel PNS.
Untuk rasio siswa rombel besar (> 32 orang
per rombel), maka pendekatan redistribusi guru
dari satuan pendidikan yang berlebihan yang
berkualifikasiS-1danberumurproduktif,yang
akan dipindahkan pada satuan pendiddikan yang
ber rombel besar dan kekurangan guru kelas PNS.
Hasilnya hanya di temukan dalam Kecamatan
Sukamaju.
163www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Tabel 17. Satuan Pendidikan yang memiliki rombel besar (> 32 orang per rombel)
Nama Sekolah Sekolah Guru Kelas PNS
Guru Kelas Non PNs
Total Guru Kelas
Kurang/Lebih Guru
Kelas
Kurang/Lebih Guru Kelas
PNS
SDN 164 KALUKU
>32 Siswa 1 3 3 6 0 -3
SDN 165 SALULEMO
>32 Siswa 1 5 2 7 1 -1
Total 2 8 5 13 1 - 4
Pemetaan guru kelas PNS di 3 kecamatan terllihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 18. Cross tab kualifikasi pendidik dengan usia saat ini per kecamatan
Jenjang Pendidikan
[1] 26-35 th [2] 36-45 th [3] 46-50 th [4] 51-55 th [5] 56-60 th Total
Kec. Malangke Barat 21 33 14 5 5 78
04D1 1 1
05D2 10 10 2 1 3 26
07S1 11 23 12 4 1 51
Kec. Sekko 18 18 12 3 3 54
03SMA 10 8 2 20
04D1 2 2
05D2 16 3 4 1 1 25
07S1 2 5 7
Kec. Sukamaju 22 39 28 18 18 125
03SMA 2 3 3 4 12
04D1 1 1
05D2 4 15 7 7 7 40
06D3 1 1 2
07S1 17 21 17 8 6 69
08S2 1 1
Total 61 90 54 26 26 257
164 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Berdasarkan informasi di atas, dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Kecamatan Malangke Barat: (a)
sebanyak 51 orang atau 65,4% guru
kelasPNStelahberkualifikasiS-1dan
terbanyak dalam usia 26-45 tahun (34
orang), (b) sebanyak 26 orang atau
33,3%gurukelasPNSberkualifikasi
DII dan terbanyak dalam kelompok
umur 26-45 tahun (20 orang), sehingga
berpotensi untuk meningkatkan
kualifikasiS1,(c)sebanyak5orang
atau 6,4 % guru kelas PNS 5 tahun ke
depan sudah memasuki masa pensiun
sehingga perlu disiapkan penggantinya.
2) Kecamatan Sekko: (a) sebanyak 25
orang atau 46,3% guru kelas PNS
berkualifikasiDIIdansebagianbesar
berusia 26-35 tahun (16 orang), guru
ini berpotensi untuk mendapatkan
pendidikanlanjutanberkualifikasiS-1,
(b) sebanyak 20 orang atau 37,0%
gurukelasPNSberkualifikasiSMAdan
sebagian besar berumur 36-45 tahun
(10 orang), masih berpotensi untuk
mendapatkan jenjang pendidikan S-1,
(c) sebanyak 3 orang atau 5,6% guru
kelas PNS 5 tahun kedepan memasuki
usia pensiun.
3) Kecamatan Sukamaju: (a) sebanyak
70 orang atau 56% guru kelas PNS
berkualifikasiS1keatas,berpotensi
untuk dilakukan redistribusi ke satuan
pendidikan yang kekurangan guru
kelas PNS, (b) sebanyak 42 orang
atau33,6%gurukelasberkualifikasi
DII-D III, dan sebagian besar terdapat
dalam kelompok umur 36-45 tahun
(16 orang), hal ini memiliki potensi
untuk melanjutkan ke jenjang S-1, (c)
sebanyak 18 orang atau 4,4% guru
kelas PNS memasuki usia pensiun di
5 tahun mendatang sehingga perlu
dipersiapkan penggantinta.
4) Menurut kajian di awal sebagian besar
sekolah mengalami kekurangan guru
kelas PNS, sehingga sulit dilakukan
redistribusi guru kelas PNS.
4. Mekanisme untuk penetapan alternatif
strategi guru mapel SDN, SMPN dan SMAN
Basis untuk pengaturan pendidik
mapel berbasis beban kerja 24 jam
per minggu dan khusus untuk pendidik
mapel pengembangan diri (BK) dengan
menggunakan jumlah siswa 150-200 siswa
per pendidik. Mekanisme penghitungan dan
penyusunan alternatif strategi hampir sama
dengan guru kelas SDN.
D. Rekomendasi DGP Kabupaten Luwu Utara
Berdasarkan rangkaian hasil lokakarya yang
dilaksanakan selama Bulan Maret dan April
2012, dirumuskan beberapa rekomendasi,
antara lain:
1. Menindaklanjutiroad map DGP Kab. Luwu
Utara 2012-2014
165www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
2. Penerbitan Perbup tentang perencanaan
dan penataan DGP yangdicatat dalam
lembar daerah, bahkan DPRD mengusulkan
untuk meningkatkan menjadi Perda
perencanaan dan penataan guru PNS.
3. Redistribusi guru di lakukan di dalam
wilayah kecamatan internal kecamatan lebih
dahulu sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan(ketersediaanguru,kualifikasi,
kompetensi guru, waktu mutasi, batas
usia,daerah asal, apabila masih kekurangan
guru maka dipindahkan dari Kecamatan
terdekat).
E. Saran
Berdasarkanhasilverifikasidataterdapat
kendala dalam data LI dan NUPTK, yang jika
dilakukan analisa lebih lanjut akan terjadi bias.
HasiltemuanverifikasidataLIdanNUPTK
adalah sebagai berikut:
1. Dalam data LI ditemukan (a) terdapat jumlah
siswa per kelas, tetapi tidak terdapat jumlah
rombelnya, (b) jumlah siswa sama dengan
jumlah rombel, (c) jumlah guru dalam LI
tidak sama dengan jumlah guru dalam
NUPTK.
2. Dalam data NUPTK ditemukan yaitu data
sertifikasipendidikyangkosong.
Kegiatan update data LI dan NUPTK dilakukan
terus menerus di semua kecamatan, sehingga
di tahun 2013 semua kecamatan telah memiliki
data terbaru.
166 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
BAHAN PRESENTASI
CONTOH PRAKTIK BAIKROAD MAP DGP KABUPATEN LUWU
UTARA TH 2012-1215
MONITORING DANEVALUASI DGP COMPLAIN
SURVEY
REPLIKASI 4 KECAMATAN
REPLIKASI 4 KECAMATANPILOT PROYEK 3 KECAMATAN
DISUSUN PARTISIPATIF, TRANSPARAN
PAYUNG HUKUM
PERBUB UNTUK DGP
PAYUNG HUKUM PERDA
UNTUK DGP
PENGAWALAN
LAW ENFORCEMENT
PRODUK HUKUM DGP
PENG
UATA
N SD
M
PEND
ATAA
N
PEMBANGUNAN
DATABASE
PENDIDIKAN
VERIF
IKAS
I DAT
A
UPDAT
E RUTINMEWUJUDKAN DATA
VALID DAN RIILPEMBANGUNAN JAR.
TIK DAERAH & UPTD
167www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
TARGET TAHUN 2012 - MENDEKATI SPM
● Penetapan lokasi pilot proyek DGP: - Kecamatan Malengke Barat (pesisir) - Kecamatan Sekko (pegunungan) - Kecamatan Sukamaju (kota) ● Melakukan analisa untuk DGP - Validasi dan verifikasi data yang berkesinambungan (pertahun (Li) dan per minggu (NUPTK)) - Pembangunan jaringan TlK di dinas dan UPTD ● Penerbitan PERBUP tentang DGP Tingkat Kabupaten dan Tingkat Kecamatan (Th 2012 ada 3 lokasi pilot proyek) - Disusun bersama perwakilan stakeholder pendidikan - Sosialiasi produk hukum ● Monev DGP Tahun KE-1 (complain survey)
1. MINIMAL 2 GURU SDN KUALIFIKASI S-1/ D4
2. MINIMAL 2 GURU SDN TELAH BERSERTIFIKAT
3. MINIMAL 70% GURU SMPN KUALIFIKASI Sl/DIV
4. MINIMAL 35% GURU SMPN TERSERTIFIKA5I
TARGET TAHUN 2013 - MENDEKATI SPM
● Rekomendasi perbaikan PELAYANAN oleh pIhak sekolah yang di support Diknas dan pengambil kebijakan.
● Replikasi 4 kecamatan baru untuk program DGP● Berfungsinya sistem informasi berbasis teknologi data
pendidikan di Diknas & UPTD. [Verifikasi dan validasi data secara berkelanjutan
pertahun (LI) dan Per minggu (NUPTK)]● Menggunakan sistem data terkoneksi (LAN) antara
Dikpora dengan: - BKD - BAPPEDA
1. MINIMAL 2 GURU SDN KUALIFIKASI S-1/ D4
2. MINIMAL 2 GURU SDN TELAH BERSERTIFIKAT
1. MINIMAL 70% GURU SMPN KUALIFIKASI Sl/D4
2. MINIMAL 35% GURU SMPN TERSERTIFIKA5I
168 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
• Penyusunan MoU (Insentif, Disinsentif, Pernenuhan kuantitas dan kualitas tenaga guru sesuai SPM ) antara Ekskutif (Bupati) dengan DPRD tentang pemenuhan kebutuhan tenaga pendidik di lokasi pilot project (Kecamatan Sekko, Sukamaju dan Malangke Barat).
• Penerbitan PERBUP tentang pemenuhan tenaga pendidik / DGP dan dimasukkan dalam lembar daerah.
• Redistribusi guru dilakukan di dalam wilayah kecamatan sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan (ketersediaan guru, kualifikasi, kompetensi guru, waktu mutasi, batas usia, daerah asal, apabila masih kekurangan guru maka dipindahkan dari Kecamatan terdekat).
TARGET TAHUN 2014 - MENDEKATI SPM
DRAFT REKOMENDASI SEMENTARA
● Rekomendasi perbaikan PELAYANAN oleh pIhak sekolah yang di support Diknas dan pengambil kebijakan.
● Replikasi 4 kecamatan baru untuk program DGP● Berfungsinya sistem informasi berbasis teknologi data
pendidikan di Diknas & UPTD. [Verifikasi dan validasi data secara berkelanjutan
pertahun (LI) dan Per minggu (NUPTK)].● Terbitnya PERDA tentang DGP.
1. MINIMAL 2 GURU SDN KUALIFIKASI S-1/ D4
2. MINIMAL 2 GURU SDN TELAH BERSERTIFIKAT
1. MINIMAL 70% GURU SMPN KUALIFIKASI Sl/D4
2. MINIMAL 35% GURU SMPN TERSERTIFIKA5I
169www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
TERIMAKASIH
● Kriteria Kecamatan Pilot Project selanjutnya (Tahap-2) adalah kecamatan terdekat dengan lokasi yang menjadi daerah Pilot Project (Tahap-1).
● Pengembangan jaringan TIK (tehnologi informasi dan komputasi) di tingkat kecamatan (UPTD) dengan joint program dengan mini KPPT (Kantor Pelayanan Publik Terpadu) yang ada di tiap kecamatan.
● Pembangunan LAN dan peningkatan kapasitas SDM di Dikorda dan pembangunan sistem komputer terkoneksi di 3 kecamatan pilot project (Sekko, Sukamaju, Malangke Barat).
170 www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
LAMPIRAN CLampiran Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan
Pada saat awal sebuah daerah sudah memutuskan DGP akan diterapkan dengan pendekatkan
KINERJA prosesnya diatur dalam seri lokakarya dengan pelatihan. Proses yang sama dipakai pada
tahun berikutnya, karena ada peserta baru, dan juga modul pelatihan dipakai oleh peserta lama untuk
ingat kembali substansinya. Sekarang beberapa daerah mempunyai pengalaman tiga tahun dengan
MBS. Pada tahun ketiga pelatihan tidak begitu penting, akan tetapi seri lokakarya masih penting agar:
• Pertemuansemuapemangkukepentingandiaturdenganbaik
• Adafasilitatoryangmendorongtimuntukmenyempurnakanpenghitungannyaagarmakinadil,efisien,
transparan, dan bertanggungjawab kepada publik.
Himpunan modul pelatihan yang dibahas di lampiran ini ditujukan bagi lembaga/instansi yang hendak
melakukan fasilitasi penghitungan DGP di kabupaten dan kota. Lembaga/instansi tersebut bisa berbentuk
pemda sendiri, calon organisasi mitra pelaksana (OMP) yang ingin memberi fasilitasi, atau calon lembaga
diklat yang memasarkan pelatihan saja.
Fasilitator DGP. Orang yang ditugaskan untuk fasilitasi tersebut disebut di sini sebagai fasilitator DGP.
Sangat penting para fasilitator DGP, baik untuk fasilitasi proses penghitungan dan penyusunan DGP
maupun fasilitasi pelatihan bila dibutuhkan, menguasai bahannya, dan berfokus kepada keberhasilan
tim. Ia harus memiliki pengetahuan tentang administrasi pendidikan sekolah dan keterampilan sebagai
fasilitator yang memadai sehingga dapat melaksanakan pelatihan, memfasilitasi, dan mendampingi
pemerintah daerah di dalam proses penyusunan, implementasi, dan monitoring/evaluasi implementasi DGP.
Dalam upaya pemda tersebut, tugas pokok fasilitator DGP adalah untuk mengarahkan Tim Penyusun
DGP yang dibentuk dari aparat, guru dan LSM yang berkepentingan, untuk menghitung dan menyusun
DGP. Bahan pelatihan ini disusun untuk pelatihan yang diberi kepada aparatur yang berkepentingan
Pilihan Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan
171www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
tersebut, khususnya Tim Penyusun DGP. Dalam praktis KINERJA-USAID, tugas fasilitasi dilaksanakan
oleh Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) yang mengadakan fasilitator baik untuk pelatihan dan dukungan
on-the-job.
Dalam pelaksanaan program KINERJA-USAID, bagian dari bahan ini juga dipakai:
• BagiOMPagarmemilikiacuandalammelakukanpendampinganpengelolaanDGPdidaerah
• DalampembahasanparapemimpindaerahdalamprosespenentuankebijakanpenyusunanDGP
• MultiStakeholderForum(MSF)yangdiikutsertakandalamprosespenghitunganDGPsebagaibahan
dukungan dalam advokasi sehingga lahir suatu kebijakan peningkatan mutu pendidikan (lihat juga buku
seri lessons-learnt KINERJA-USAID tentang MSF)
• Media(lihatjugabukuserilessons-learnt KINERJA-USAID tentang MSF)
Proses. Proses fasilitasi KINERJA-USAID digambarkan dalam bagan yang berikut:
172 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Fokus fasilitasi. Langkah 1 sampai 5 diatas difasilitasi Organisasi Mitra Pelaksana KINERJA-USAID.
Langkah 4 dapat didukung oleh training KINERJA yang lain (pelatihan tentang Multi-Stakeholder Forum dan
juga tentang peran media). Fokus kumpulan modul ini adalah langkah ke-6 sampai ke-8. Proses fasilitasi
penghitungan DGP berjalan sampai hasilnya dipakai dalam proses penganggaran tahunan.
Fokus training. Bila dianggap penting setiap langkah fasilitasi diawali dengan training. Tujuan training adalah:
• Supayasetiappesertamemahamisubstansidankompetenuntukmelaksanakantugasnya
• Supayasetiappesertayangpernahikuttrainingsebelumnyaingatkembaliprosesnyaagardilaksanakan
makin cepat dan profesional.
Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Tim KINERJA memulai training dengan menguraikan
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan Tim Penyusun DGP yang ditugaskan oleh pemda,
sebagaimana ditulis di kotak yang berikut.
Pengetahunan dan ketrampilan dari training
Setelah mengikuti seri kegiatan pendampingan ini diharapkan masing-masing anggota Tim
Penyusun DGP akan mempunyai penguasaan mengenai hal-hal berikut:
1. Memahami pentingnya DGP dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan.
2. Memahami biaya dan sumber pendanaan biaya operasional sekolah.
3. Memahami pendekatan dan konsep DGP dan cara penghitungannya
4. Memahami proses penghitungan DGP.
5. Mampu melakukan penghitungan DGP.
6. Mampu melakukan advokasi kebijakan penyusunan DGP.
7. Mampu mengintegrasikan hasil penghitungan DGP dalam perencanaandan penganggaran
daerah dan SKPD.
8. Mengetahui contoh praktik baik penerapan DGP.
Tugas fasilitator pelatihan adalah untuk menjamin Tim Penyusun DGP mampu dan siap untuk melaksanakan
tugasnya, serta memberi pendampingan sesuai dengan kebutuhan untuk menghasilkan DGP yang efektif.
Anggota Tim Penyusun DGP termasuk:
173www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
• StafDinasPendidikanyangbertugasmenyusunrancanganAPBDbidangpendidikan,sertastafBappeda
(Bidang Sosial Budaya) dan Keuangan yang terkait.
• WakildariSD/MI,SMP/MTsdanSMA/MA
• WakildariOrganisasiMasyarakatSipil(OMS)yangmemilikipemahamantentanglatarbelakang,
konsekwensi dan berbagai isu kebijakan terkait dengan pengeluaran sekolah dan keluarga untuk
pendidikan anak, sehingga mampu memberikan dukungan dan masukan yang bermakna kepada pembuat
kebijakan DGP.
Uraian lampiran ini
Proses, fasilitasi dan latihan diatur dalam himpunan modul sebagai berikut:
Modul 1 Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan
Modul 2 Pendekatan dan Konsep Tata Keloka Distribusi Guru Proporsional
Modul 3 Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Modul 4 Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP
Modul 5 Integrasi DGP ke Dalam Perencanaan dan Penganggaran
Modul 6 Contoh Praktik Baik Penerapan DGP
174 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, diharapkan peserta
memiliki pemahaman tentang pentingnya Distribusi
Guru Proposional (DGP) terkait dengan peningkatan
mutu pelayanan.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan
dapat:
1. Memahami mutu pelayanan pendidikan sesuai
Standar Nasional Pendidikan (SNP) tentang
Pendidik dan Tenaga Kependidikan;
2. Memahami mutu pelayanan pendidikan sesuai
Standar Pelayanan Minimal (SPM) tentang
Pendidik dan Tenaga Kependidikan;
3. Memahami pengertian Distribusi Guru Secara
Proposional (DGP);
4. Memahami dasar hukum DGP dan tatakelola
beroreintasi pelayanan publik;
5. Memahami manfaat dan tantangan dalam
implementasi DGP.
POKOK BAHASAN
1. Mutu pelayanan pendidikan sesuai Standar
Nasional Pendidikan (SNP) tentang Pendidik
dan Tenaga Kependidikan.
........diharapkan peserta
memiliki pemahaman tentang pentingnya
Distribusi Guru Proposional (DGP)
..........
Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan
MODUL 1
175www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
2. Mutu pelayanan pendidikan sesuai Standar
Pelayanan Minimal (SPM) tentang Pendidik dan
Tenaga Kependidikan.
3. Pengertian Distribusi Guru Secara Proposional
(DGP).
4. Dasar hukum DGP dan tatakelola beroreintasi
pelayanan publik.
5. Manfaat dan tantangan dalam implementasi DGP.
METODE
1. Curah pendapat
2. Ceramah
3. Diskusi kelompok
4. Presentasi
5. Tanya jawab
ALAT DAN BAHAN
1. Komputer/laptop
2. LCD
3. Papan dan kertas plano
4. Spidol warna
5. Isolasi kertas
Waktu Pokok Bahasan
10 menit Pengantar
Pemaparan Materi
20 menit Mutu pelayanan pendidikan sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP) tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan
20 menit Mutu pelayanan pendidikan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan
20 menit Apa dan bagaimana DGP
20 menit Dasar hukum DGP dan tatakelola beroreintasi pelayanan publik
20 menit Manfaat dan tantangan dalam implementasi DGP
30 menit Diskusi Kelompok
50 menit Presentasi Kelompok
10 menit Penutup
WAKTU
Total waktu yang dibutuhkan adalah 200 menit,
dengan rincian sebagai berikut:
176 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
PROSES FASILITASI
Pengantar (10 menit)
1. Fasilitator melakukan apersepsi berupa memberi
stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti
pelatihan dengan baik. Dalam hal ini Fasilitator
mencoba untuk membangkitkan semangat
peserta dengan mengajukan pertanyaan atau
pernyataan yang sifatnya menstimulasi peserta
untuk berpikir tentang peningkatan mutu
layananpendidikanterkaitdengankualifikasi,
kompetensi dan ketersediaan pendidik dan
tenaga kependidikan yang ada.
2. Fasilitator menyampaikan alur pelatihan pada
hari pertama yang terbagi menjadi 6 sesi. Sesi
pertama yaitu Mutu pelayanan pendidikan
sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP)
tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Sesi ke dua : Mutu pelayanan pendidikan sesuai
Standar Pelayanan Minimal (SPM) tentang
Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Sesi ke tiga
:Pengertian Distribusi Guru Secara Proposional
(DGP), Sesi ke empat: Dasar hukum DGP
dan tatakelola beroreintasi pelayanan publik.
Sesi kelima: Manfaat dan tantangan dalam
implementasi DGP
Pemaparan Materi (5 x 20 menit = 100 menit)
Pada pemaparan materi sosialisasi dilakukan
secara panel, yang dilakukan oleh lebih dari 1
(satu) orang Fasilitator atau narasumber masing-
masing menggunakan waktu 30 menit. Fasilitator
(narasumber) pertama menjelaskan Mutu pelayanan
pendidikan sesuai Standar Nasional Pendidikan
(SNP) tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Sesi ke dua fasilitator (narasumber) menjelaskan
tentang mutu pelayanan pendidikan sesuai Standar
Pelayanan Minimal (SPM) terkait Pendidik dan
Tenaga Kependidikan. Sesi ke tiga fasilitator
(narasumber) menjelaskan tentang pengertian
Distribusi Guru Secara Proposional (DGP),
tentang Sesi ke empat fasilitator (narasumber)
menjelaskan dasar hukum DGP dan tatakelola
Penutup(5 menit)
Pemaparan Materi(2x40 menit)
Diskusi/Tanya Jawab
(40 menit)
Pengantar(10 menit)
Diskusi/Tanya Jawab
(40 menit)
177www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
beroreintasi pelayanan publik. Sesi kelima fasilitator
(narasumber) menjelaskan tentang: Manfaat dan
tantangan dalam implementasi DGP.
Diskusi Kelompok (30 menit)
1. Fasilitator membentuk kelompok.
2. Fasilitator memberikan topik yang didiskusikan
dalam kelompok.
3. Kelompok mendiskusikan topik yang diberikan.
4. Kelompok merekam hasil diskusi dalam kertas
plano.
Diskusi Kelompok (50 menit)
1. Wakil Kelompok Presentasi
2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada)
3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan
para peserta
Penutup (10 menit)
Fasilitator menutup sesi I dengan menarik
kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.
178 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, diharapkan peserta
memiliki pemahaman tentang Pendekatan dan
Prinsip-prinsipDGP(efektif,efisien,berkeadilan,
partisipatif, akuntabel, transparan, responsif),
Pengarus Utamaan Isu Gender dalam DGP,
Koordinasi antar Pemangku Kepentingan, Strategi
Penerapan DGP dalam Program Kinerja, dan Peran
FMS dan Media dalam implementasi DGP.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan
dapat:
1. Memahami pendekatan dan prinsip-prinsip
DGP
2. Memahami pengarusutamaan isu gender
dalam DGP
3. Memahami pentingnya koordinasi antar
pemangku kepentingan dalam DGP
4. Memahami strategi penerapan DGP
5. Memahami peran FMS dan media dalam
implementasi DGP.
POKOK BAHASAN
1. Pendekatan dan Prinsip-prinsip DGP
2. Pengarusutamaan Isu Gender dalam DGP
......peserta memiliki
pemahaman tentang Pendekatan dan Prinsip-
prinsip DGP (efektif, efisien, berkeadilan,
partisipatif, ......
Pendekatan dan Konsep Tata Keloka Distribusi Guru Proporsional
MODUL 2
179www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
3. Pentingnya Koordinasi antar Pemangku
Kepentingan dalam DGP
4. Strategi Penerapan DGP
5. Peran FMS dan Media dalam Implementasi DGP
METODE
1. Presentasi (diseminasi)
2. Presentasi interaktif (ToT/ToF, fasilitasi
pendampingan)
3. Diskusi/tanya jawab
ALAT DAN BAHAN
1. Komputer/laptop
2. LCD
3. Papan dan kertas plano
4. Spidol warna
5. Isolasi kertas
Waktu Pokok Bahasan
10menit Pengantar
Pemaparan Materi:
20 menit Pendekatan dan Prinsip-prinsip DGP
20 menit Pengarus Utamaan Isu Gender dalam DGP
20 menit Pengtingnya Koordinasi antar Pemangku Kepentingan dalam DGP
20 menit Strategi Penerapan DGP.
20 menit Peran FMS dan Media dalam implementasi DGP
30 menit Diskusi Kelompok
50 menit Presentasi Kelompok
10 menit Penutup
WAKTU
Total waktu yang dibutuhkan: 210 menit, dengan
rincian sebagai berkut:
180 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
PROSES FASILITASI
Pengantar (10 menit)
a) Fasilitator melakukan apersepsi berupa memberi
stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti
pelatihan dengan baik. Dalam hal ini fasilitator
mencoba untuk membangkitkan semangat
peserta dengan mengajukan pertanyaan atau
pernyataan yang sifatnya menstimulasi peserta
untuk berpikir tentang peningkatan mutu
layananpendidikanterkaitdengankualifikasi,
kompetensi dan ketersediaan pendidik dan
tenaga kependidikan yang ada.
b) Fasilitator menyampaikan alur pelatihan pada
hari pertama yang terbagi menjadi 6 sesi.
Sesi pertama yaitu Pendekatan dan Prinsip-
prinsip DGP Sesi kedua: Pengarus Utamaan
Isu Gender dalam DG. Sesi ke tiga: Strategi
Penerapan DGP. Sesi keempat: Pentingnya
Koordinasi antar Pemangku Kepentingan dalam
DGP Sesi kelima: Peran FMS dan Media dalam
implementasi DGP.
Pemaparan Materi (5 x 20 menit = 100 menit)
Pada pemaparan materi sosialisasi dilakukan
secara panel, yang dilakukan oleh lebih dari 1
(satu) orang fasilitator atau narasumber masing-
masing menggunakan waktu 30 menit. Fasilitator
(narasumber) pertama menjelaskan Pendekatan
dan Prinsip-prinsip DGP. Sesi kedua fasilitator
(narasumber) menjelaskan tentang Pengarus
Utamaan Isu Gender dalam DGP. Sesi ketiga
fasilitator (narasumber) menjelaskan tentang
Strategi Penerapan DGP, fasilitator (narasumber)
menjelaskan tentang pentingnya koordinasi antar
pemangku kepentingan dalam DGP. Sesi kelima
fasilitator (narasumber) menjelaskan tentang peran
FMS dan Media dalam implementasi DGP.
Diskusi/Tanya Jawab (50 menit)
Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta
untuk memberikan tanggapan-tanggapan atau
pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi
penyajian. Dan sesi ini lebih menekankan pada
'sharing' dengan peserta.
Penutup (10 menit)
Fasilitator menutup Sesi I dengan menarik
kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.
Presentasi Kelompok(50 menit)
Pemaparan Materi
(100 menit)
Diskusi Kelompok(30 menit)
Pengantar(10 menit)
Penutup(10 menit)
181www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Meningkatkan kapasitas pengelola data
kepegawaian dinas pendidikan dalam melakukan
perhitungan DGP dengan aplikasi SIMPK untuk
mendapatkan informasi berkaitan dengan distribusi
guru proporsional, menyusun alternatif kebijakan,
penghitungan biaya dan rekomendasi dalam laporan.
Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Operator UPTD dapat merekap laporan individu
dengan menggunakan program
2. Terkumpulnya data Laporan Individu (LI) di
tingkat kabupaten/kota.
3. Laporan Individu yang terkumpul dapat
diverifikasiolehTimKabupaten.
POKOK BAHASAN
1. Gambaran umum program pendataan mulai dari
level SKPD sampai dengan Kementerian;
2. Jenis-jenis program pendataan yang saat ini
digunakan Kementerian;
3. Langkah-langkah dalam mengenerate data dari
NUPTK dan Dapodik agar menjadi sumber data.
4. Teknis analisa tingkat kesalahan yang telah
dilakukan sekolah.
Meningkatkan kapasitas pengelola data kepegawaian
dinas pendidikan dalam melakukan perhitungan
DGP dengan aplikasi SIMPK ..........
Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
MODUL 3
182 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
METODE
1. Presentasi
2. Kerja pribadi
3. Diskusi/tanya jawab
4. Diskusi kelompok kecil untuk menggabung dan
menganalisa tingkat kesalahan data
ALAT DAN BAHAN
1. Panduan perhitungan SIMP-K untuk Distribusi
Guru Proporsional
2. SIM-NUPTK
3. Copy Dapodik/Padati Web
4. Bahan Presentasi SIMPK
5. Kerta plano 30 lembar
6. Selotip kertas
7. Gunting
8. Spidol besar permanen 1 box warna biru
9. Kamera Digital
10. LCD (+ layar) 1 buah
11. Kertas A4 1 Rim
Waktu Pokok Bahasan
30 menit Pengantar Review materi Sosialisasi
30 menit Pengenalan SIMP-K
30 menit Penyiapan data SIMP-K: Import data Dapodik/padatiWeb
45 menit Penyiapan data SIMP-K : Import data SIM-NUPTK
180 menitMatching data Dapodik/PadatiWeb dan data SIM-NUPTK
30 menit Review
150 menit Lanjutan : Matching data Dapodik/PadatiWeb dan data SIM-NUPTK
180 menit Paparan dan Praktik Review data SIMP-K
30 menit Review
300 menit Pengolahan data SIMP-K dengan pivoting
30 menit Evaluasi
WAKTU
Total waktu yang dibutuhkan: 1.035 menit, dengan
rincian sebagai berkut:
183www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
PROSES FASILITASI
Pengantar review kegiatan sebelumnya (15 menit)
1. Secara formal kegiatan dibuka oleh pimpinan
SKPD pendidikan, kepala dinas atau sekretaris
dinas pendidikan. Diharapkan, telah dilakukan
pendekatan kepada pimpinan SKPD sebelum
kegiatan workshop sehingga pidato pembukaan
akan menyemangati peserta untuk bekerja
dengan baik
2. Fasilitator melakukan apersepsi berupa memberi
stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti
pelatihan dengan baik. Dalam hal ini fasilitator
mereview kegiatan sebelumnya tentang
prinsip-prinsip dan pendekatan dalam program
DGP. Kemudian membangkitkan semangat
peserta dengan mengajukan pertanyaan atau
pernyataan yang sifatnya menstimulasi peserta
untuk berpikir tentang peningkatan mutu
layananpendidikanterkaitdengankualifikasi,
kompetensi dan ketersediaan pendidik dan
tenaga kependidikan yang ada.
3. Fasilitator menyampaikan alur pelatihan pada
hari pertama yang terbagi menjadi 2 sesi. Sesi
pertama yaitu Pengenalan SIMP-K dan Import
data Dapodik/padatiWeb, pada hari kedua
yaitu Matching data Dapodik/PadatiWeb dan
data SIM-NUPTK serta Matching data Dapodik/
PadatiWeb dan data SIM-NUPTK, pada hari
ketiga yaitu Praktik Review data SIMP-K
Pengolahan data SIMP-K dengan Pivoting
Evaluasi
Pemaparan Materi Hari Pertama
1. Fasilitator melakukana persepsi berupa memberi
stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti
Presentasi hasil data matching
(180 menit)
Pemaparan Materi Persiapan
data dan software
(130 menit)
Matching data
(45 menit)
Pengantar dan review kegiatan sebelumnya
masing 30 menit setiap hari
(kegiatan dilakukan selama 3 hari)
Pengolahan data PTK
menggunakan pivot tabel(180 menit)
Evaluasi, RKTL dan Penutup
(30 menit)
184 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
pelatihan dengan baik. Dalam hal ini fasilitator
mereview kegiatan sebelumnya;
2. Fasilitator memulai kegiatan dengan pengenalan
tentang sistem pendataan yang ada di
lingkungan Kemendikbud dan manfaatnya;
3. Fasilitor menjelaskan teknik instalasi software
pendataan dan analisanya;
4. Fasilitator mempersilahkan peserta untuk
berlatih mengisntal software SIM-PK;
5. Penjelasan pengisian data yang benar untuk
menghasilkan data yang logis;
6. Falitator mempersilahkan peserta untuk meng
import data ke dalam aplikasi;
7. Analisa tingkat kesalahan data yang telah
diinputkan;
8. Hari pertama ditutup dengan kesimpulan dari
peserta;
9. Fasilitator menyampaikan rencana materi pada
hari hari kedua.
Hari Kedua:
1. Review kegiatan hari pertama
2. Menyampaikan fokus kegiatan hari kedua
fokus pada Matching data Dapodik/PadatiWeb
dan data SIM-NUPTK dan Paparan dan Praktik
dalam Review data SIMP-K;
3. Fasilitator menampilkan contoh output SIM-
PK sesuai dengan SPM pendidik dan tenaga
kependidikan;
4. Fasilitator membandingkan data hasil olahan
SIM-PK dan dilakukan pencocokan pada amsing
maaing satuan data guru, satuan pendidikan
dan kecamatan;
5. Fasilitator mempersilahkan peserta untuk
mempraktikkan dalam membandingkan data
hasil olahan SIM-PK dan mencocokan pada
masing- masing data satuan guru, satuan
pendidikan dan kecamatan;
6. Penutupan (rangkuman hari pertama dan kedua)
kemudian fasilitator menyampaikan rencana
materi hari ketiga.
Pemaparan Hari Ketiga
1. Review kegiatan hari kedua;
2. Menyampaikan fokus kegiatan hari ketiga yaitu:
Praktik Review data SIMP-K Pengolahan data
SIMP-K dengan Pivoting Evaluasi;
3. Fasilitator mengenalkan Pivot table dalam
program Excle;
4. Fasilitator secara bertahap menyampaikan
materi masing-masing; Number Formatting,
Sorting, Filtering, Summary (sum, avg, % of row,
dll),Grouping,Pivotchart,Modifikasifilesource
dan Formula (lihat materi langkah 2);
5. Fasilitator memberi contoh bagaiamana
melakukan analisa data menggunakan Pivot
Table;
6. Fasilitator mempersilahkan peserta melakukan
review data SIMP-K Pengolahan data SIMP-K
7. Hari terkahir ditutup dengan kesimpulan;
workshop dan fasilitator memberi tugas peserta
untuk mengumpulkan data update terkait
pendidik dan tenaga kependidikan yang akan
dianalisa pada kegiatan selanjutnya.
Profilpendidikdantenagakependidikandan
kebutuhan Distribusi Guru Proporsional merupakan
output dari Sistem Informasi Pendidikan Kabupaten
(SIMPK), dengan mengacu pada Standar Pelayanan
Minimum(SPM)kebutuhandankualifikasiguru.
185www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, diharapkan peserta
memiliki pemahaman tentang Advokasi Suplay
(langkah-langkah penyusunan kebijakan di sisi
pemerintah daerah) dan Advokasi Demand (langkah
pengawalan masyarakat di dalam memastikan
terbitnya peraturan bupati/walikota tentang Distribusi
Guru Proporsional).
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan
dapat:
1. Operator UPTD dapat merekap laporan individu
dengan menggunakan program;
2. Terkumpulnya data Laporan Individu (LI) di
tingkat kabupaten/kota;
3. Laporan Individu yang terkumpul dapat
diverifikasiolehTimKabupaten.
POKOK BAHASAN
1. Memahami Advokasi Suplay (Langkah-langkah
penyusunan kebijakan di sisi pemerintah
daerah);
2. Memahami Advokasi Demand (Langkah
pengawalan masyarakat di dalam memastikan
terbitnya peraturan bupati tentang Distribusi
Guru Proporsional).
........peserta memiliki
pemahaman tentang Advokasi Suplay
..........
Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP
MODUL 4
186 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
METODE
1. Presentasi interaktif
2. Simulasi (ToT dan ToF)
3. Diskusi/tanya jawab
ALAT DAN BAHAN
1. LCD projector
2. Flipchart atau whiteboard
3. Kertas plano
4. Metaplan
5. Materi presentasi
6. Spidol besar
Waktu Pokok Bahasan
30 menit Advokasi Suplay (Langkah-langkah penyusunan kebijakan oleh pemerintah daerah)
30 menit Advokasi Demand (langkah pengawalan masyarakat di dalam memastikan terbitnya peraturan bupati tentang Distribudi Guru Proporsional)
30 menit Diskusi dan Tanya Jawab
WAKTU
Total waktu yang dibutuhkan: 2 x 45 menit, dengan
rincian sebagai berkut:
187www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
PROSES FASILITASI
Pengantar (10 menit)
1. Fasilitator melakukan apersepsi berupa memberi
stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti
lokakarya dengan baik. Dalam hal ini fasilitator
mencoba untuk membangkitkan semangat
peserta dengan memberikan ice breaking awal
dan mengajukan pertanyaan atau pernyataan
yang sifatnya menstimulasi peserta untuk
berpikir tentang advokasi kebijakan biaya
pendidikan.
2. Fasilitator menyampaikan desain lokakarya
yang terbagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama yaitu
penyajian materi tentang advokasi suplay dan
demand kebijakan Distribusi Guru. Sesi kedua
yaitu diskusi/tanya jawab.
Pemaparan Materi (50 menit)
Fasilitator menjelaskan tentang Advokasi Suplay
(langkah-langkah penyusunan kebijakan di sisi
pemerintah daerah) dan Advokasi Demand (langkah
pengawalan masyarakat di dalam memastikan
terbitnya peraturan bupati/walikota tentang Distribusi
Guru Proporsional).
Diskusi/Tanya Jawab (30 menit)
Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta
untuk memberikan tanggapan-tanggapan atau
pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi
penyajian. SPesi ini lebih menekankan pada
'sharing' dengan peserta.
Penutup (10 menit)
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan
dari hasil presentasi dan tanya jawab.
Penutup(10 menit)
Pemaparan Materi
(50 menit)
Diskusi/Tanya Jawab
(30 menit)
Pengantar(10 menit)
188 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, diharapkan peserta
memiliki pemahaman tentang Perencanaan
Daerah meliputi Perencanaan Jangka Menengah
(RPJMD dan Renstra) dan Perencanaan Tahunan
(RKPD dan Renja), Penganggaran Daerah (KUA/
PAS, APBD, dan RKA), dan Peran Masyarakat
dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang
Pendidikan.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan
dapat:
1. Memahami perencanaan daerah meliputi
Perencanaan Jangka Menengah (RPJMD dan
Renstra) dan Perencanaan Tahunan (RKPD dan
Renja);
2. Memahami penganggaran daerah (KUA/PAS,
APBD, dan RKA);
3. Memahami dan peran masyarakat dalam
perencanaan dan penganggaran bidang
pendidikan.
POKOK BAHASAN
1. Perencanaan Daerah (RPJMD, Renstra, RKPD,
dan Renja)
Integrasi DGP ke dalam Perencanaan dan Penganggaran
........diharapkan peserta
memiliki pemahaman tentang Perencanaan
Daerah meliputi Perenca-naan Jangka Menengah (RPJMD dan Renstra)
..........
MODUL 5
189www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
2. Penganggaran Daerah (KUA/PAS, APBD, dan
RKA)
3. Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan
Penganggaran bidang Pendidikan
METODE
1. Presentasi (diseminasi)
2. Presentasi Interaktif (ToT/ToF dan fasilitasi
pendampingan)
3. Diskusi/tanya jawab
ALAT DAN BAHAN
1. LCD projector
2. Flipchart atau whiteboard
3. Kertas plano
4. Metaplan
5. Materi presentasi
6. Spidol besar
Waktu Pokok Bahasan
10 menit Pengantar
50 menit Perencanaan Daerah (RPJMD, Renstra, RKPD, dan Renja)
Penganggaran Daerah (KUA/PPAS, APBD, dan RKA)
Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan
30 menit Diskusi dan Tanya Jawab
10 menit Penutup
WAKTU
Total waktu yang dibutuhkan adalah 100 menit
dengan rincian sebagai berkut:
190 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
PROSES FASILITASI
Pengantar (10 menit)
Fasilitator melakukan apresiasi berupa memberi
stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti
lokakarya dengan baik.
Fasilitator juga menyampaikan desain penyajian
pada lokakarya ini yaitu tentang Integrasi DGP ke
dalam Perencanaan dan Penganggaran. Dengan
membagi dua sesi yaitu penyajian materi dan
diskusi/tanya jawab.
Pemaparan Materi (50 menit)
Fasilitator sebagai narasumber menjelaskan materi
tentang Integrasi DGP ke dalam perencanaan dan
penganggaran.
Diskusi/Tanya Jawab (30 menit)
Fasilitator mengatur pelaksanaan diskusi dan tanya
jawab.
Penutup (10 menit)
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan
dari hasil presentasi dan tanya jawab.
Penutup(10 menit)
Pemaparan Materi
(50 menit)
Diskusi/Tanya Jawab
(30 menit)
Pengantar(10 menit)
191www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, diharapkan peserta
memiliki pemahaman tentang contoh praktik yang
baik penerapan Distribusi Guru secara Proporsional.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan
dapat memahami praktek baik implementasi
program DGP di area kerja Program USAID-KINERJA.
POKOK BAHASAN
1. Metode Penghitungan Distribusi Guru
Kabupaten Luwu Utara
2. Hasil Penghitungan Distribusi Guru
3. Rekomendasi Kebijakan Distribusi Proporsional
METODE
1. Presentasi interaktif
2. Simulasi
3. Diskusi/tanya jawab
Contoh Praktik Baik Penerapan DGP
........diharapkan peserta
memiliki pemahaman tentang contoh praktik
yang baik penerapan distribusi Guru secara
Proporsional.
MODUL 6
192 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
ALAT DAN BAHAN
1. LCD projector
2. Flipchart atau whiteboard
3. Kertas plano
4. Metaplan
5. Materi presentasi
6. Spidol besar
7. Template penghitungan BOSP
Waktu Pokok Bahasan
10 menit Pengantar
50 menit Metode Penghitungan Distribusi Guru Kabupaten Luwu Utara
Hasil Penghitungan Distribusi Guru
Rekomendasi Kebijakan Distribusi Proporsional
50 menit Diskusi dan Tanya Jawab
10 menit Penutup
WAKTU
Total waktu yang dibutuhkan adalah 120 menit
dengan rincian sebagai berkut:
193www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
PROSES FASILITASI
Pengantar (10 menit)
1. Fasilitator melakukan apersepsi berupa memberi
stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti
lokakarya dengan baik. Dalam hal ini fasilitator
mencoba untuk membangkitkan semangat
peserta dengan mengajukan pertanyaan
atau pernyataan yang sifatnya menstimulasi
peserta untuk berpikir tentang materi yang akan
disampaikan pada sesi ini.
2. Fasilitator menyampaikan desain lokakarya
yang terbagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama yaitu
penyajian materi tentang contoh praktik baik
penerapan DGP di beberapa kabupaten/kota.
Sesi kedua adalah diskusi/tanya jawab.
Pemaparan Materi (50 menit)
Fasilitator menjelaskan tentang praktik penerapan
distribusi guru secara proprsional, mulai dari metode
penghitungan sebaran guru, hasil penghitungannya,
dan rekomendasi kebijakan serta proses perjalanan
rekomendasi kebijakan yang melibatkan MSF.
Diskusi/Tanya Jawab (50 menit)
Sesi ini dilaksanakan setiap selesai pemaparan
materi. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
peserta untuk memberikan tanggapan-tanggapan
atau pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan
materi penyajian. Sesi ini lebih menekankan
pada 'sharing' dengan peserta.
Penutup (10 menit)
Fasilitator menutup dengan menarik kesimpulan dari
hasil presentasi dan tanya jawab.
Penutup(10 menit)
Pemaparan Materi
(50 menit)
Diskusi/Tanya Jawab
(50 menit)
Pengantar(10 menit)
194 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN D - BAHAN DI CD
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Lampiran DBAHAN DI CD
195www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Lampiran EDAFTAR SINGKATAN/ISTILAH
APBN Anggaran Pendapatan Belanja Nasional
APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Banggar Badan Anggaran
BAS Badan Akreditasi Sekolah
BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BONSP Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan
BOP Bantuan Operasional Pendidikan
BOPSP Biaya Operasi Personalia Satuan Pendidikan
BOS Bantuan Operasional Sekolah
BOSDA Bantuan Operasional Sekolah Daerah
BOSP Biaya Operasinal Satuan Pendidikan
BP Biaya Pendidikan
BPK Badan Pemeriksa Keuangan
BPKAD Badan Pengelolaan Keuangandan Aset Daerah
BSNP Badan Standar Nasional Pendidikan
BSP Biaya Satuan Pendidikan
BUMN Badan Usaha Milik Negara
CSR Coperate Social Responsibility
DAK Dana Alokasi Khusus
DBE Desentralized Basic Education
DPKAD Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
DUDI Dunia Usaha dan DuniaIndustri
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
EDS Evaluasi Diri Sekolah
GTT Guru Tidak Tetap
IKK Indeks Kemahalan Konstruksi
KBM Kegiatan Belajar Mengajar
KCD Kantor Cabang Dinas
Kepsek Kepala Sekolah
KKG Kelompok Kerja Guru
KKKS Kelompok Kerja Kepala Sekolah
KSM Kesejahteraan Siswa dan Masyarakat
KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KUA Kebijakan Umum Anggaran
LK Lembar Kerja
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MA Madrasah Aliyah
MBS Manajemen Berbasis Sekolah
Mendiknas Menteri Pendidikan Nasional
Mendikbud Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
MGMP Musyarah Guru Mata Pelajaran
MI Madrasah Ibtidayah
MKKS Musyawarah Kerja Kepala Sekolah
196 www.kinerja.or.id
LAMPIRAN E - DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
MSF Multi Stakeholder Forum
MTs Madrasah Tsanawiyah
PAD Pendapatan Asli Daerah
PAS Pendapatan Asli Sekolah
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
PNS Pegawai Negeri Sipil
PP Peraturan Pemerintah
PPAS Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
PPG Pemerataan dan Penataan Guru
PPID Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
PTT Pegawai Tidak Tetap
RAPBS Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah
Renja Rencana Kerja
Renstra Rencana Strategi
Renstrada Rencana Strategi Daerah
RKA Rencana Kerja dan Anggaran
RKAS Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
RKPD Rencana Kerja Pembangunan Daerah
RKS Rencana Kerja Sekolah
Rombel Rombongan Belajar
RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPP Rencana Pelaksanaan Pengajaran
SD Sekolah Dasar
SDLB Sekolah Dasar Luar Biasa
SKL Standar Kompetensi Lulusan
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
SMP Sekolah Menengah Pertama
SMPLB Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
SMA Sekolah Menengah Atas
SMALB Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
SMK Sekolah Menengah Kejuruan
SNP Standar Nasional Pendidikan
SPM Standar Pelayanan Minimal
SPP Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan
TAPD Tim Anggaran Pemerintah Daerah
TK Taman Kanak-Kanak
ToF Training of Facilitator
ToT Training of Trainer
UAS Ulangan Akhir Sekolah
UKK Ulangan Kenaikan Kelas
UN Ujian Nasional
US Ujian Sekolah
UUD Undang-undang Dasar
UPTD Unit Pelaksana Teknis Dinas
Wakasek Wakil Kepala Sekolah
197www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
DAFTAR PUSTAKA
Perubahan Ke IV Undang-UndangDasar NegaraRepublik IndonesiaTahun1945
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005–2025
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Bidang Pendidikan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2010 Tentang Badan Hukum Pendidikan
Pemerintah Universitas Pertahanan Indonesia
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41Tahun 2009 Tentang Tunjangan Profesi Guru dan
Dosen,Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, SertaTunjangan Kehormatan Profesor
Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor74 Tahun 2008 Tentang Guru
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun 2007 Tentang Bantuan Kesejahteraan Guru yang
Bertugas di Daerah Khusus
198 www.kinerja.or.id
DAFTAR PUSTAKA
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 056/P/2007 Tentang Pembentukan
KonsorsiumSertifikasiGuru
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 057/O/2007 Tentang Penetapan
PerguruanTinggiPenyelenggaraSertifikasiBagiGuruDalamJabatan
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.129a/U/2004 Tentang Standar Pelayanan
Minimal
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Pemberian Bantuan
Kepada Lembaga Pendidikan Nonformal dan Informal
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2010 Tentang Penataan Pegawai
Negeri Sipil Kementerian Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor Negeri PAN-
RB/10/2011, tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, SPB/03/M 11 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru
Pegawai Negeri Sipil,
Peraturan Menteri Dalam 05/X/PB/2011, tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Menteri Keuangan 158/PMK.01/2011, tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri
Sipil
Peraturan Menteri Agama Nomor 48 Tahun 2011, tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri
Sipil
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah /
Madrasah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala
Sekolah/MadrasahDenganRahmatTuhanYangMahaEsa
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Indikator Kinerja
Kunci di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional
PeraturanMenteriPendidikanNasionalRepublikIndonesiaNomor16Tahun2007TentangStandarKualifikasi
Akademik Dan KompetensiGuru
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian
Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
199www.kinerja.or.idTata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Norma, Standar,
Prosedur, dan Kriteria di Bidang Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Pemberian Tugas Belajar Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota
Wahyu Dyah Widowati. 2007. Kajian Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran
Pembangunan Daerah di Kabupaten Pati Semarang: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
Panduan Sistim Informasi Manajemen Pendidikan Kabupaten (SIMP-K) Decentralized Basic Education 1
USAID
Panduan Untuk Fasilitator Sistem Informasi Pendidikan-Perhitungan Guru Proporsional (SIMPK-DGP) SKPD
Pendidikan Kabupaten/Kota di Tanah Papua Usaid, Unicef
USAID - KINERJAGedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832Email: [email protected]
IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS