F.�IRAWAN
SEBAGAITALIBANTALIBAN
PEMERINTAHAN
ISLAMPEMERINTAHAN
ISLAMKebangkitan Emirat Islam Afghanistan Setelah Tujuh Belas Tahun Invasi AS
TALIBAN SEBAGAI PEMERINTAHAN ISLAM
Kebangkitan Emirat Islam Afghanistan
Setelah Tujuh Belas Tahun Invasi AS
F. Irawan
Laporan Edisi 9 / Agustus 2018
ABOUT US
Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakan sebuah lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untuk mencegah segala bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk menjadi corong kebenaran yang ditujukan kepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan ini merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis.
Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami,
kirimkan e-mail ke:
Seluruh laporan kami bisa didownload di website:
www.syamina.org
SYAMINA
SYAMINA Edisi 9 / Agustus 2018
3
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI — 3
EXECUTIVE SUMMARY — 4
Mukadimah — 6
Gambaran Kemunduran Operasi Militer Koalisi Internasional — 8
Inkompetensi Militer AS — 10
Kegagalan Strategi Politik dan COIN AS — 12
Gagalnya Program Rekonstruksi AS karena Korupsi — 14
Banyak Jatuh Korban Sipil Warga Afghanistan oleh Tindakan Militer AS — 15
Misi Inti Taliban: Penegakan Syariat — 17
Gambaran Kemampuan Taliban dalam Menjalankan Pemerintahan — 19
Upaya Melemahkan Taliban lewat Perundingan Internasional — 24
Penutup: Proyeksi tentang Taliban hingga Tahun 2024 — 26
DAFTAR PUSTAKA — 29
SYAMINAEdisi 9 / Agustus 2018
4
Tulisan ini lebih fokus kepada pengalaman setelah dekade kedua Taliban (>2014)
untuk menunjukkan apa peran Taliban dan kemungkinan pencapaiannya
dalam satu dekade berikutnya (2024). Laporan internasional menggambarkan
kemampuan Taliban dalam menyelenggarakan “sistem pemerintahan paralel yang
canggih”, dengan komisi untuk setiap bidang layanan, seperti kesehatan, peradilan
dan keuangan. Kelompok tersebut mampu beroperasi di berbagai distrik yang
sepenuhnya atau sebagian dikendalikannya.
Dalam perkembangan terkini, rakyat Afghanistan tampak memberikan
dukungan kepada Taliban, dan percaya terhadap kekuatan perjuangan Islam dan
pembelaan terhadap tanah air yang diusung. Taliban menetapkan aturan “luas”
di wilayah Afghanistan dan jauh lebih peduli dengan kepentingan rakyat. Bergeser
dari keterpaksaan menjadi “kesadaran” atas rakyat Afghanistan melalui layanan dan
kegiatan negara, sering menjadi bagian dari “tatanan sosial” lokal, dan ia memandang
EXECUTIVE SUMMARY
SYAMINA Edisi 9 / Agustus 2018
5
dirinya sebagai pemerintahan negara, bukan hanya untuk berpartisipasi dalam
kehidupan politik ketika konflik berakhir.
Pasukan Amerika Serikat tidak bisa berbuat banyak di bumi para pejuang
bersorban tersebut. Kini AS dan sekutunya dihadapkan kepada pilihan untuk
mematahkan perlawanan dengan memusnahkan seluruh negara dengan kekerasan
yang tidak pandang bulu dan kuat. Dalam perang terpanjang dalam sejarah Amerika,
data dan fakta di lapangan mengisyaratkan bahwa militer AS telah gagal memenangkan
Afghanistan—seperti halnya Imperium Inggris yang kuat melakukannya tiga kali
di abad ke-19 dan awal abad ke-20 dan negara adikuasa Soviet baru-baru ini pada
tahun 1980-an. Sekali lagi, kekuatan luar gagal menang di Afghanistan sejak Cyrus
dari Persia melakukannya pada zaman kuno.
Ada banyak faktor yang menyebabkan Amerika Serikat gagal menang dan mampu
bertahan. Laporan internasional memperingatkan bahwa tanpa kontribusi donor,
pemerintah Afghanistan tidak akan dapat memenuhi sebagian besar pengeluaran
operasi atau perkembangannya. Laporan internasional juga menyebutkan, AS tidak
memiliki strategi antikorupsi yang komprehensif. Lebih lanjut, militer AS akan
mengalami kesulitan untuk menjual kebijakan bangkrut moral semacam itu, yang
berarti "menghancurkan sebuah negara untuk menyelamatkannya," di sebuah
republik.
Sebaliknya, ada banyak faktor yang menunjang kemampuan Taliban untuk
bertahan dan berkembang. Ketika Taliban mampu menjalankan fungsi pemerintahan
bayangan dan pelayanan publik, kekuatan militernya dalam kondisi tidak melemah,
justru meningkat tiga kali lipat. Hal ini dibuktikan lewat statistik serangan reguler
dan operasi khusus.
Taliban juga memiliki kemampuan dalam memainkan diplomasi internasional.
Kelompok tersebut mampu mempertahankan posisi tawar di dalam negeri.
Kelompok tersebut mendapat dukungan langsung dari kelompok-kelompok di luar
Afghanistan, seperti TTP dan kelompok jihadi Asia Tengah (Uzbekistan, Xinjiang).
Taliban memiliki kemampuan dalam menyelenggarakan pelayanan publik
terbatas, seperti arbitrase penyelesaian sengketa masyarakat. Misalnya pula,
ketika Taliban mempersilakan lembaga Internasional untuk melakukan pelayanan
kesehatan, di antaranya vaksinasi. Selain itu, Taliban mampu mengontrol perdagangan
opium sebagai penggerak ekonomi masyarakat Afghanistan. Kemampuan terkini di
dalam menggunakan teknologi yang menunjang strategi informasi ke dalam maupun
ke luar.
SYAMINAEdisi 9 / Agustus 2018
6
TALIBAN SEBAGAI PEMERINTAHAN ISLAM
Kebangkitan Emirat Islam Afghanistan
Setelah Tujuh Belas Tahun Invasi AS
Mukadimah
Catatan tentang asal-usul Gerakan Taliban menggambarkan bagaimana Mulla
Muhammad Umar, yang marah karena perilaku menindas para mantan komandan
mujahidin di sekitar kota Kandahar, Afghanistan Selatan, mengumpulkan di
sekelilingnya sekelompok ulama dan murid madrasah yang berkomitmen untuk
membersihkan wilayah para perampok ini.1
Mulla Umar dan teman-temannya mampu membujuk para mujahidin yang
bersimpati, seperti Haji Bashar Nurzai,2 untuk memberi mereka senjata dan
sumberdaya yang memadai untuk melengkapi pasukan penjahat kecil. Kelompok
pejuang yang menjawab seruan Mulla Umar pun mewujud sebagai Gerakan Taliban.
Mereka mengabdikan diri untuk memberantas korupsi moral dan ketidakamanan
yang menjadi ciri hidup di Kandahar di bawah para mujahidin. Perlawanan Mulla
Umar terjadi pada tahun 1994, yang berarti tahun 2024 akan menandai “ulang tahun”
ke-30 atau tiga dekade gerakan tersebut. Pada saat itu, Gerakan Taliban akan melihat
tiga fase utama:
1. Periode kebangkitannya terhadap kekuasaan dan pengenalan Emirat Islam
Afghanistan (EIA) (1994–2001);
2. Periode intervensi internasional di Afghanistan (2001–2014);
3. Periode satu dekade setelah intervensi internasional (2015-2024).
1 Publikasi I.E.A (2000). Khilafat, Kabul: 16–20.2 Pada tahun 2005 Haji Bashar diserahkan ke AS dan ditahan atas dakwaan sebagai penjual utama obat-obatan
terlarang.
SYAMINA Edisi 9 / Agustus 2018
7
Setelah Serangan 11 September, Emirat Islam Afghanistan terpaksa mundur
dari kota-kota besar—seperti Kabul dan Kandahar—yang mereka kontrol atas dasar
pertimbangan stratejik; baik untuk konsolidasi kekuatan maupun dalam rangka
mengurangi jatuhnya korban sipil. Kejatuhan kota-kota besar tersebut kemudian
segera digambarkan oleh pihak Barat sebagai kemenangan cepat bagi pasukan
koalisi.
Selanjutnya, koalisi internasional mencoba membentuk pemerintahan pengganti
Emirat Islam Afghanistan. Para arsitek Konferensi Bonn pada bulan Desember
2001 dituntut untuk membangun sistem pemerintahan untuk menggantikan
Emirat Islam. Namun, mereka salah mengasumsikan bahwa Gerakan Taliban tidak
akan memiliki peran lebih lanjut dalam politik Afghanistan. Pada akhir intervensi
internasional, melalui kekuatan senjata dan organisasi yang efektif,3 Gerakan Taliban
telah bertahan dan menunjukkan diri sebagai kekuatan yang harus diperhitungkan,
mampu mempengaruhi hasil upaya untuk menstabilkan negara.
Kelangsungan hidup Taliban sebagai aktor militer-politik besar, selama periode
sulit intervensi internasional dan penindasan aktif Gerakan, menunjukkan bahwa
itu harus cukup kuat untuk bertahan hidup di lingkungan yang agak lebih kondusif
pasca-NATO Afghanistan.
Afghanistan pasca-NATO kemungkinan akan lebih kondusif bagi Taliban karena
pasukan keamanan Afghanistan akan memiliki akses ke sumber daya militer yang
lebih sedikit untuk mengabdikan pada penindasan Taliban, yang akan membuat
akomodasi menjadi strategi yang lebih realistis bagi pemerintah Afghanistan daripada
pemberantasan. Dengan demikian, pada kinerja saat ini ada setiap kemungkinan
bahwa Gerakan Taliban akan tetap menjadi kekuatan dalam politik Afghanistan
pada 2024.
Tulisan ini lebih fokus kepada pengalaman setelah dekade kedua Taliban (>2014)
untuk menunjukkan apa peran Taliban dan kemungkinan pencapaiannya dalam
satu dekade berikutnya (2024). Titik acuan pertama untuk ini adalah doktrin Taliban
yang telah mengatur gerakan itu segera setelah pembentukannya.
Ini memberikan indikasi pertama dari jenis peran yang mungkin dimiliki oleh
Gerakan Taliban pada akhir dekade ketiganya. Namun, dalam dua dekade pertama, di
samping doktrin, perkembangannya telah dibentuk oleh peran ekonomi dan politik
gerakan tersebut serta konteks politik-militer di wilayah yang berhasil dikontrol dan
direbutnya. Kombinasi prinsip, minat, dan peluang yang serupa kemungkinan akan
membimbing Taliban pada dekade ketiga mereka.
3 SebagaigambarantentangGerakanTalibansebagaiorganisasiyangefektif,bisadibaca—misalnya—tulisan:Sinno, A H (2008), Organizations at War in Afghanistan and Beyond.Ithaca,NY:CornellUniversityPress.
SYAMINAEdisi 9 / Agustus 2018
8
Gambaran Kemunduran Operasi Militer Koalisi InternasionalSetelah invasi Sekutu pada tahun 2001, Afghanistan telah berubah menjadi
sebuah negara yang benar-benar tak tertata karena kedatangan pasukan tentara
asing. Kabul menjadi ibukota yang tidak nyaman dan muram. Hanya ada sedikit
kontrol dari pemerintahan, bahkan lembaga-lembaga swadaya masyarakat pun tak
bisa berbuat banyak.
Sejak era Presiden Hamid Karzai, kondisi pemerintahan Kabul endemik
dengan korupsi. Keamanan pun menjadi harga yang sangat mahal, terutama jika
berhubungan dengan tentara AS. Sejak kedatangan pasukan AS dan NATO untuk
periode kedua kalinya pada 2007, lebih dari 3.400 polisi Afghan tewas karena berbagai
sebab. Namun, pasukan tentara AS dan NATO dihadapkan pada perlawanan Taliban
yang tak mengendur.
Sejak 2001, Washington telah menghabiskan dana sebesar $ 100 milyar untuk
memberi bantuan peralatan perang, membangun sarana jalan dan rumah sakit serta
sekolah. Sekitar 2.200 tentara AS tewas di Afghanistan sejak operasi militer 2001, dan
20 ribu serdadu luka parah. Data PBB menyebut sedikitnya 8 ribu warga Afghanistan
terbunuh dalam lima tahun terakhir.
Dulu, ketika Hamid Karzai menjadi presiden Afghanistan, sekutu dan wakil resmi
AS ini sebenarnya lebih suka bahwa AS meninggalkan Afghanistan. Setidaknya itulah
yang dia katakan untuk konsumsi internal dan itu pula yang diharapkan oleh Loya
Jirga. Ia tidak punya tujuan praktis yang lebih besar daripada Walikota Kabul.
Fox News sempat melaporkan (24/9/2014) bahwa Karzai mengungkapkan
kekesalannya pada Amerika tersebut dalam pidato penyerahan kekuasaan kepada
presiden baru Ashraf Ghani Ahmadzai. ‘’Kami tidak mendapatkan perdamaian
karena Amerika tidak menginginkan perdamaian,’’ kata Karzai dalam pidatonya di
Istana Kepresidenan di Kabul.
Dalam pidatonya itu, Hamid Karzai menuding Amerika tidak bisa membawa
kedamaian di Afghanistan. Karzai menyebutkan bahwa yang menikmati peperangan
di Afghanistan adalah pihak asing. ‘’Sehingga warga Afghanistan menjadi domba
korban dan korban peperangan ini,’’ katanya.
Sebenarnya, hanya Karzai-lah satu-satunya presiden Afghanistan sejak Amerika
menggulingkan Taliban di Afghanistan. Ada kemungkinan Karzai merasa “dibuang”
oleh Amerika, atau mencari simpati karena berani “menentang” Amerika.
Dalam kesempatan itu, Hamid Karzai mengucapkan terima kasih kepada India,
Jepang, Tiongkok, Arab Saudi, Korsel dan Jerman yang telah membantu Afghanistan.
Tapi, bekas presiden Afghanistan selama 13 tahun itu tidak berterima kasih pada AS.
Di akhir pemerintahannya, Hamid Karzai menolak menanda tangani perjanjian
keamanan dengan AS. Isinya, memberi kesempatan bagi 10 ribu penasihat militer
dan pelatih AS untuk tetap di Afghanistan selama setahun.
Bagaimana dengan Ashraf Ghani Ahmadzai yang baru? Presiden baru Afghanistan
itu bersedia menanda tangani perjanjian dengan AS.
SYAMINA Edisi 9 / Agustus 2018
9
Tahun 2009, Afghanistan sejenak bergeser dari "perang yang terlupakan",
menjadi tanda-tanda awal perang kelelahan AS dan NATO. Direktur Intelijen Nasional
Dennis Blair memberikan gambaran besar tentang pencapaian AS dan NATO selama
di Afghanistan. Dari laporan tersebut, diperoleh sebuah kesaksian yang dramatis.
Tahun 2010, Taliban dicabut statusnya dari kelompok teroris menjadi
kelompok insurgen. Tujuannya adalah agar ada alasan bagi pemerintahan Barat
untuk melakukan negoisasi politis dengan Taliban, mengingat adanya larangan
bernegoisasi dengan kelompok teroris.
Pada 16 Maret 2011, Direktur Badan Intelijen Pertahanan AS Letnan Jenderal
Ronald Burgess pernah mengatakan kepada para anggota dewan perwkilan rakyat
AS bahwa meski Taliban mendapatkan lebih banyak tekanan dibandingkan
sebelumnya di Afghanistan, kelompok tersebut ulet dan mampu bertahan. Burgess
juga menyatakan bahwa pengaruh Taliban masih tetap menyebar luas di seluruh
penjuru negara, demikian dilaporkan Christian Science Monitor.
"Meski Taliban mengalami kekalahan taktis, mereka tetap mampu menjaga
pengaruh di sebagian besar kawasan, khususnya di luar kawasan perkotaan," kata
Burgess kepada Komite Pengawas Persenjataan Senat.
"Pasukan AS meraih sejumlah kemenangan di timur dan mampu menyingkirkan
sejumlah tokoh pemimpin kunci dari medan perang. Hal ini agaknya tidak
memengaruhi kapasitas operasional mereka (Taliban), yang di antaranya termasuk
serangan tingkat tinggi terhadap sejumlah pangkalan (NATO) di tahun 2010,"
tambahnya.4
Pandangan Burgess disampaikan setelah komandan AS di Afghanistan, Jenderal
David H. Petraeus, menyoroti "perkembangan tak seimbang" di Afghanistan yang
masih rentan dan dapat dibalikkan. Dalam rapat dengar pendapat yang berlangsung
tiga jam di Senat kala itu, Petraeus tidak secara langsung menanggapi perkiraan
intelijen AS bahwa keberhasilan yang diraih di medan tempur baru-baru ini gagal
mengurangi kekuatan Taliban.
Petraeus justru mengklaim mendapat "pencapaian" dan mengakui bahwa masih
ada banyak hal yang perlu dikerjakan. Tidak ada senator yang menentang dasar
pemikirannya bahwa dibutuhkan banyak prajurit AS di Afghanistan untuk beberapa
tahun ke depan.
"Dalam delapan bulan terakhir, dicapai perkembangan yang penting, namun
dicapai dengan perjuangan yang sulit di Afghanistan," kata Petraeus di hadapan
para anggota dewan saat ia memberikan keterangan bersama Michele Flournoy,
wakil menteri pertahanan di bidang kebijakan. Setahun setelah Presiden Obama
menyetujui penambahan 30.000 prajurit AS dan menjadikan jumlah total pasukan
koalisi menjadi 140.000, Flournouy mengatakan, "Strategi kita berjalan baik."
4 AnnaMulrine.“WhoiswinningAfghanistanwar?USofficialsincreasinglydisagree.”ChristianScienceMonitor,16Maret2011.https://www.csmonitor.com/USA/Military/2011/0316/Who-is-winning-Afghanistan-war-US-officials-increasingly-disagree
SYAMINAEdisi 9 / Agustus 2018
10
Setelah hearing tersebut, Obama sempat memerintahkan penarikan sebagian
pasukan pada bulan Juli 2011, namun Petraeus mengatakan bahwa dirinya belum
memutuskan tingkat penarikan pasukan macam apa yang direkomendasikannya.
Jumlahnya diperkirakan kecil.
"Momentum yang diraih oleh Taliban di Afghanistan sejak tahun 2005 telah
dihentikan di sebagian besar negara dan dibalikkan di sejumlah kawasan penting,"
klaim Petraeus. "Akan tetapi, meski perkembangan keamanan yang dicapai dalam
satu tahun terakhir signifikan, (perkembangan) itu juga rapuh dan rentan dibalikkan.
Lebih lanjut lagi, sudah jelas bahwa masih banyak kesulitan yang menanti saat rekan-
rekan kami di Afghanistan harus memperkuat dan memperluas keunggulan kami
menghadapi serangan Taliban, yang diperkirakan dilangsungkan musim semi (2011)
mendatang (ketika itu)," tambahnya.
Kemunculan Petraeus di hadapan Kongres AS tersebut menjadi kemunculan
perdananya sejak menggantikan Jenderal Angkatan Darat Stanley A. McChrystal
pada bulan Juni 2010, atau tepat setahun setelah menjabat. Itu dilakukan pada saat
hasil jajak pendapat yang digelar Washington Post dan ABC News menunjukkan
bahwa nyaris 2/3 warga AS mengatakan bahwa perang di Afghanistan tidak lagi perlu
dilakukan.
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan di National Review, akhirnya David
Petraeus mengakui bahwa Taliban adalah pasukan yang paling kompeten dan
taktis yang pernah dihadapi oleh NATO. Dalam kondisi sekarang, di mana rakyat
Afghanistan berharap banyak pada Taliban, dan di mana Taliban mendapat
dukungan cukup besar dari rakyat Afghanistan, tak heran gerilya Taliban menjadi
sesuatu sangat diperhitungkan. Unit-unit kecil pasukan Taliban, seperti jebakan
ranjau darat, pengintaian, dan pertahanan mereka sangat baik. Mereka jauh lebih
terlatih dan berpengalaman daripada polisi Afghanistan sendiri.
Ketika rakyat Afghan terus memberikan dukungan kepada Taliban, dan percaya
pada kekuatan perjuangan Islam dan pembelaan terhadap tanah air yang diusung,
maka adalah logis jika pasukan AS tidak bisa berbuat banyak di bumi para pejuang
bersorban tersebut. Pasukan AS mungkin bisa menghancurkan setiap sasaran yang
mereka inginkan, tetapi belum tampak tanda-tanda mereka akan memenangkan
perang di Afghanistan. David McKierna, komandan senior AS di Afghanistan, pernah
mengatakan, "Dalam banyak hal, kami tak akan pernah menang perang."5
Inkompetensi Militer ASMengapa AS memiliki kesombongan untuk berpikir bahwa ia dapat berhasil
menjinakkan Afghanistan, ketika semua upaya berat lainnya telah gagal? Karena
banyak elite pengambil kebijakan luar negeri AS, media, dan warga negaranya
percaya dengan "eksepsionalisme Amerika."
5 RobertM.Gates:“Unwinablestupidwar.”Washington Times,27/11/2014viaAntiwar.com.
SYAMINA Edisi 9 / Agustus 2018
11
Seperti yang dikemukakan oleh politisi dari kedua belah pihak—misalnya, Hillary
Clinton dan Madeleine Albright dari Partai Demokrat dan orang-orang seperti John
McCain dan mitranya dari Partai Republik, Lindsay Graham. Intinya, Amerika adalah
"bangsa yang sangat diperlukan" untuk dunia yang tidak dapat melakukannya tanpa
pemecahannya sebagian besar masalah menggunakan kekuatan militer.
Namun, menurut Ivan Elan, militer AS telah cukup tidak kompeten dalam sebagian
besar keterlibatan militer sejak Perang Dunia II yang membutuhkan pasukan darat
yang signifikan –dengan hanya Operasi Badai Gurun pada tahun 1991 yang menjadi
sebuah keberhasilan yang tidak berubah dalam beberapa tahun terakhir. Angkatan
bersenjata AS mungkin lebih kuat daripada militer lainnya dalam sejarah dunia, baik
secara absolut maupun relatif terhadap negara-negara lain, namun kinerja medan
perang mereka belum sebesar itu, terutama terhadap pasukan gerilya yang tidak
teratur di negara berkembang.
Pada era pasca Perang Dunia II, militer AS berhasil melawan bangsa yang pada
waktu itu miskin Cina hanya dengan hasil imbang dalam Perang Korea (1950-1953);
kalah Perang Vietnam (1965-1973) untuk mengoyak gerombolan gerilya Viet Cong
dan Vietnam Utara; dan membuat kesalahan yang sama dari Vietnam di Irak dan
Afghanistan - awalnya menggunakan senjata yang berlebihan dan mengasingkan
penduduk, kesetiaan yang merupakan kunci untuk memerangi gerilyawan.
Bahkan dalam operasi darat yang lebih kecil melawan musuh kecil dan lemah,
militer AS belum melakukan semua itu dengan baik. Meskipun berhasil, invasi
Grenada dan Panama menunjukkan snafus yang memalukan, seperti korban
kebakaran yang ramah yang disebabkan oleh ketidakmampuan layanan AS untuk
berkomunikasi dan berkoordinasi secara memadai dan penghancuran nakal daerah
sipil dan korban yang berlebihan dalam apa yang seharusnya menjadi operasi bedah,
masing-masing. Misi penyelamatan sandera yang dilakukan di Iran pada tahun 1980
harus dibatalkan.
Akhirnya, intervensi AS di Lebanon dan Somalia di bawah pemerintahan Reagan
dan Clinton, masing-masing menjadi potret pelarian yang memalukan dari negara-
negara itu setelah serangan musuh yang sukses. Hal tersebut kemudian mengilhami
Osama bin Laden untuk percaya diri bisa memaksa penarikan AS dari intervensi
luar negeri dengan meluncurkan serangan terhadap pasukan militer AS (USS Cole)
dan fasilitas AS di luar negeri, bahkan serangan ke wilayah AS dalam Serangan 11
September.
Jadi, publik AS bertanya-tanya, apa yang salah di Afghanistan? Seperti di Vietnam
dan Irak, militer AS tidak memerangi tentara konvensional, seperti pasukan Irak
selama Desert Storm, yang paling baik. Sebaliknya, di ketiga tempat itu, ia melakukan
apa yang dianggap sebagai pekerjaan sosial militer.
Angkatan bersenjata AS berjuang melawan gerilya yang mencair kembali menjadi
penduduk sipil pribumi yang sangat mendukung. Di Vietnam, awalnya, pasukan
AS menggunakan senjata yang berlebihan, yang mengasingkan warga sipil; di
Afghanistan dan Irak, militer AS, melupakan pelajaran dari Vietnam, melakukan hal
yang sama. Namun, warga Amerika bertanya, "Bukankah pasukan kita lebih murah
SYAMINAEdisi 9 / Agustus 2018
12
hati daripada Taliban yang brutal? Mengapa Taliban masih mendapatkan begitu
banyak dukungan di Afghanistan?" Jawabannya: karena mereka orang Afghanistan.
Dalam buku The Failure of Counterinsurgency: Why Hearts and Minds Are
Seldom Won,6 Ivan Elan menjelaskan bagaimana ketika melawan pemberontak
pribumi, penyerbu asing tidak pernah mendapat manfaat dari keraguan. Titik sentral
ini menyulitkan negara-negara adidaya untuk memenangkan perang melawan
pemberontak, betapapun bagusnya mereka berusaha untuk menjadi rakyat sipil.
Dan militer AS biasanya cukup asing dengan bahasa dan budaya dari intervensi yang
jauh, sehingga sulit untuk mendapatkan informasi yang baik tentang siapa gerilya
dan siapa yang tidak.
Pilihan lain untuk mematahkan perlawanan bagi Barat adalah dengan
memusnahkan seluruh negara dengan kekerasan yang tidak pandang bulu dan kuat;
namun Soviet menggunakan kebijakan bumi hangus seperti itu di Afghanistan dan
tidak menang. Lebih lanjut, militer AS akan mengalami kesulitan untuk menjual
kebijakan bangkrut moral semacam itu, yang berarti "menghancurkan sebuah
negara untuk menyelamatkannya," di sebuah republik. Mungkin perumpamaannya
seperti Mike Tyson, petinju kelas berat, yang harus menang dalam tiga ronde. Sebab,
ia berpotensi kalah ketika staminanya tidak memadai untuk bertarung hingga 12
ronde.7
Kegagalan Strategi Politik dan COIN ASSalah satu asumsi dasar yang ada dalam kontra insurgensi (COIN) adalah upaya
pembagian kekuasaan antara faksi-faksi di Afghanistan kemungkinan akan berhasil
seperti yang di Irak selama periode Nuri Al-Maliki. Namun, di atas kertas, demokrasi
“yang layak” hanya mungkin diwujudkan jika pemilihan yang adil menghasilkan
pemenang yang diakui dan oposisi loyal—setidaknya satu—yang tidak fatal merusak
kelompok-kelompok yang berkuasa. Problemnya, budaya politik Afghanistan tidak
memiliki satu pun dari prasyarat ini.
Pemilihan umum di Afghanistan terakhir dituding korup sehingga ada pihak-
pihak yang tidak puas dan akibat lebih lanjut adalah diragukannya kesetiaan oposisi
yang terlibat dalam proses politik. Karena itu hasil gagal, Amerika Serikat kemudian
mengatur bahwa dua kandidat yang bersaing dalam pemilihan—Ashraf Ghani,
mewakili Pashtun, dan Abdullah Abdullah, mewakili kelompok etnis lainnya—akan
berbagi kekuasaan, dengan Ashraf Ghani menjadi presiden dan Abdullah menjadi
kepala pemerintahan.
Namun, pemilu demokratis seharusnya memiliki pemenang dan pecundang,
dan pemenang seharusnya menyebarluaskan kebijakan dan bertahan dari kritik yang
dilancarkan oleh oposisi loyal. Namun, seperti di Irak selama periode Maliki, berbagai
faksi Afghanistan berusaha untuk memerintah bersama-sama dalam perjanjian
pembagian kekuasaan, tetapi itu sulit diwujudkan. Mereka juga mengalami kesulitan
6 IvanElan(2013).http://kijkophulpmiddelen.com/the-failure-of-counterinsurgency--paper.pdf 7 http://original.antiwar.com/eland/2014/12/01/in-afghanistan-a-continuing-trend-of-us-military-
incompetence/
SYAMINA Edisi 9 / Agustus 2018
13
untuk tidak dapat menyetujui kabinet baru dalam demokrasi “palsu” di tengah
bangsa yang tidak memiliki budaya asli kompromi politik.
Secara historis, demokrasi berkelanjutan harus berupa gelembung naik dari
bawah, dengan budaya yang tepat kompromi politik yang ada sebelum lembaga
dapat memerintah secara demokratis, bukan sebaliknya. Selain itu, demokrasi
memiliki lebih sedikit kesempatan abadi jika kekuatan asing memaksakan dengan
paksa, terutama di negara-negara yang belum pernah memiliki banyak tradisi yang
demokratis.
Juga, perbedaan ada antara kekuasaan dominan mayoritas—yang dapat
mengakibatkan tirani mayoritas, seperti yang terjadi di Irak ketika kelompo Syiah
menindas kaum Sunni—dan demokrasi liberal di mana hak-hak minoritas menjadi
sangat penting dan dijamin hukum.
Jika solusi politik demokratis diharapkan oleh Barat berjalan di Afghanistan,
sebagai gambaran, untuk demokrasi liberal asli untuk mempertahankan dirinya
sendiri dan berkembang dalam jangka panjang, tingkat pendapatan masyarakat
tertentu harus dicapai, yang meningkatkan munculnya kelas menengah politik kuat
yang menantang elite bercokol.
Hal ini sulit diwujudkan di Irak maupun Afghanistan. Di Irak, kemakmuran yang
dilemahkan oleh tahunan perang dan sanksi ekonomi internasional, sedangkan
Afghanistan tetap menjadi negara yang sangat miskin.
Adapun ketika pasukan AS mengundurkan diri dari berbagai bagian Afghanistan
pada tahun 2014, Taliban memperoleh keuntungan di beberapa wilayah di negara
tersebut. Polisi dan tentara Afghanistan secara perlahan memberi jalan, meskipun
AS menghabiskan 16 tahun dan puluhan miliar dolar melatih pasukan-pasukan itu.
Ketika Amerika Serikat menyelesaikan penarikannya dari pertempuran darat
pada akhir tahun 2014, tren yang tidak menguntungkan bagi pihak koalisi menjadi
logis jika semakin berakselerasi, yaitu ketika Pasukan Nasional Afghanistan (ANF)
kehilangan moral tempur, meskipun tidak runtuh sama sekali. Ini seperti halnya
pasukan Irak yang dilatih AS di negara itu.
Dengan demikian, dalam perang terpanjang dalam sejarah Amerika, militer AS
telah gagal menenangkan Afghanistan—seperti halnya Imperium Inggris yang kuat
melakukannya tiga kali di abad ke-19 dan awal abad ke-20 dan negara adikuasa
Soviet baru-baru ini pada tahun 1980-an. Sekali lagi, kenyataan yang perlu diingat
bahwa kekuatan luar tidak berhasil menang di Afghanistan sejak Cyrus dari Persia
melakukannya pada zaman kuno.
Ruam bom syahid Taliban telah mengguncang kepercayaan dari ibukota
Afghanistan, Kabul, sementara meningkatkan serangan Taliban di pedesaan telah
berlangsung lebih lama pada musim gugur dari biasanya dan telah merugikan
pasukan tentara dan polisi Afghanistan. Karena aktivitas perlawanan yang berani
tersebut, AS bertekad akan terus memberikan dukungan dari kekuatan udara pasukan
keamanan Afghanistan bahkan setelah misi tempur darat yang secara formal diakhiri
pada tahun 2014.
SYAMINAEdisi 9 / Agustus 2018
14
Dalam buku The Failure of Counterinsurgency: Why Hearts and Minds Are Seldom
Won, Ivan Elan mengeksplorasi mengapa dalam perang kontra insurgensi tersebut
sangat sulit bagi kekuatan besar untuk menang. Yang mengherankan, seperti tidak
ada rekam jejak sebelumnya di Afghanistan yang perlu dibaca untuk memperingatkan
pemerintah AS dari bahaya pekerjaan seperti operasi militer di sana. Padahal, sejarah
mencatat tidak ada kekuatan asing yang berhasil menundukkan Afghanistan sejak
sebelum Masehi, termasuk tiga kali kegagalan Inggris pada abad ke-19, awal abad ke-
20, dan satu “bencana” yang lebih dekat yang dialami oleh Uni Soviet pada 1980-an.
Dengan demikian, menjaga sekitar 10.000 pasukan darat AS di Afghanistan,
ditambah penggunaan kekuatan udara AS, hanya memperbesar peluang yang lebih
mungkin bagi AS akan ditarik kembali ke dalam konflik untuk menghemat daya
pemerintah berbagi non-layak dari lagi naik Taliban.
Amerika Serikat telah menjadi terperangkap lagi di Irak bahkan tanpa
meninggalkan nomor yang cukup besar pasukan di sana setelah tanggal penarikan.
Konflik Brushfire di negara-negara buatan seperti dengan perpecahan sosial yang
mendalam kemungkinan akan terus mengamuk, apakah Amerika Serikat terjerat
di dalamnya. Jika Taliban tidak belajar pelajaran mereka dengan yang dilemparkan
keluar dari kekuasaan karena Sheltering enggan mereka teroris anti-Amerika, dan
terus melakukannya di masa depan wilayah yang mereka memerintah, Amerika
Serikat perlu membatasi keterlibatannya untuk sesekali pemboman kamp pelatihan
teroris dan infrastruktur dari udara.
Jika Taliban berhasil mengambil pelajaran dan terus melakukannya pada
masa depan wilayah yang mereka memerintah, Amerika Serikat perlu membatasi
keterlibatannya untuk sesekali pemboman kamp pelatihan teroris dan infrastruktur
dari udara.Oleh karena itu, Amerika Serikat harus menarik semua pasukan darat yang
tersisa dan mengakhiri dukungan udara tempur bagi pasukan keamanan Afghanistan
untuk menghindari tersedot kembali ke rawa sia-sia dan tak ada habisnya ini yang
berlangsung lama.8
Dengan demikian, setelah menghabiskan puluhan miliar dolar, AS bertempur
bersama dan melatih pasukan keamanan Afghanistan, serta menghabiskan jumlah
besar sekali tentang apa yang akan menjadi upaya pengembangan terbuang, akan
terus menuangkan uang ke lubang tikus di sia-sia.
Gagalnya Program Rekonstruksi AS karena KorupsiSeorang pengawas AS telah memperingatkan bahwa dana sebanyak $ 104 M yang
diberikan ke Afghanistan untuk proyek rekonstruksi bisa menguap sia-sia lantaran
pemerintahan Afghanistan yang kacau. Korupsi dan lemahnya kontrol menjadikan
dana tersebut raib tak berbekas.
Dalam laporan yang dikeluarkan pada tanggal 30 Oktober oleh SIGAR (Special
Inspector General for Afghanistan Reconstruction) atau Inspektorat Jenderal
8 http://original.antiwar.com/eland/2014/12/08/the-failure-of-counterinsurgency-afghanistan/
SYAMINA Edisi 9 / Agustus 2018
15
Khusus untuk Rekonstruksi Afghanistan, memperingatkan bahwa pasukan
keamanan nasional Afghanistan tidak berkelanjutan secara fiskal dan tidak dapat
mempertahankan investasi.
Laporan ini memperingatkan bahwa tanpa kontribusi donor, pemerintah
Afghanistan tidak akan dapat memenuhi sebagian besar pengeluaran operasi atau
perkembangannya. Ia juga mengatakan Amerika Serikat tidak memiliki strategi
antikorupsi yang komprehensif dan bahwa operasi kontra narkotika tidak lagi
menjadi prioritas utama bagi Amerika Serikat.
PBB juga menyebutkan produksi opium di Afghanistan mencapai tertinggi di
antara waktu lainnya selama November. Afghanistan menempati urutan keempat
dalam daftar negara terkorup di dunia versi lembaga non-pemerintah, Transparency
International. Sepertinya AS sudah kepalang tanggung, tak diberi uang pemerintah
tidak bisa jalan, diberi uang dikorupsi.9
Banyak Jatuh Korban Sipil Warga Afghanistan oleh Tindakan Militer AS
Target yang acak dan kurang terverifikasi menyebabkan banyak jatuhnya korban
sipil sehingga meningkatkan kebencian MASYARAKAT terhadap pemerintah Kabul
dan meningkatkan simpati dan dukungan terhadap Taliban.10
Hanya berselang satu hari setelah publikasi laporan UNAMA (U.N. Assistance
Mission in Afghanistan) atau Misi Bantuan PBB di Afghanistan mengenai koban sipil
dalam enam bulan pertama tahun 2018, Emirat Islam Afghanistan mempublikasikan
laporan mereka pada hari Senin (16/7) yang tampaknya merupakan bantahan
atau bahkan data tandingan atas laporan yang dipublikasikan UNAMA tersebut.
UNAMA mempublikasikan laporannya pada hari Ahad (15/7). Dalam laporan
UNAMA sebelumnya menyalahkan Taliban sebagai penyebab terbesar korban sipil
di Afghanistan.
Sebaliknya dalam laporan terbaru tersebut Emirat Islam menggungkapkan
bahwa berdasarkan data Emirat di lapangan, Amerika yang mempunyai andil
terbesar atas korban sipil di Afghanistan dalam enam bulan terakhir. Emirat Islam
mengklaim bahwa laporan meraka berdasarkan data di lapangan dan laporan dari
masyarakat yang menjadi korban.
Departemen Pencegahan Korban Sipil dan Emirat Islam melalui perwakilannya,
media independen, tetua suku dan penduduk setempat telah mencatat total 449
insiden korban sipil dari 336 insiden yang disebabkan oleh orang Amerika dan
bonekanya (ANA, polisi dan milisi Arbakis).
58 insiden telah disebabkan oleh ISIS dan milisi yang tidak diketahui sementara
18 insiden terjadi karena konflik internal orang Afghan.
9 High-Risk List: Report on program areas and elements of reconstruction effort that are especially vulnerable to waste, fraud, and abuse.http://www.sigar.mil/pdf/spotlight/High-Risk_List.pdf
10 Lihat:How to Survive ... America Kill List
SYAMINAEdisi 9 / Agustus 2018
16
Dari total 449 insiden, sebanyak 1931 warga sipil meninggal dan terluka, di
mana 1631 adalah laki-laki yang menyumbang 85% dari total korban, 138 adalah
perempuan atau 7% dan 162 adalah anak-anak atau 8% dari total korban. Dari total
1931 korban, 904 meninggal dan sisanya 1027 terluka.
Kemudian, dari 904 meinggal, 731 adalah laki-laki, 97 adalah perempuan dan
76 adalah anak-anak. Dari 904 yang meninggal, 694 meninggal karena serangan dan
pemboman orang Amerika dan antek mereka (ANA, polisi dan pasukan Arbakis) atau
82% dari total korban meninggal.
123 warga sipil meninggal karena serangan Daish dan milisi yang tidak diketahui
atau 15% dari total dan 24 orang meninggal dalam perselisihan internal yaitu 3% dari
total.
Gambar Persentase Penyebab Korban Sipil yang Meninggal
Sementara dari total 499 insiden korban sipil, 1027 warga Afghan terluka, 900
diantaranya adalah laki-laki, 41 adalah perempuan dan 86 adalah anak-anak. Dari
total yang terluka, 803 orang terluka oleh tentara Amerika dan pasukan rezim, 694
laki-laki, 41 perempuan dan 68 anak-anak.
Selain itu, 131 warga sipil terluka oleh serangan Daish, terdiri dari 123 laki-laki
dan 8 perempuan.
Gambar Persentase Penyebab Korban Sipil yang Terluka
SYAMINA Edisi 9 / Agustus 2018
17
Perlu disebutkan bahwa Departemen Pencegahan Korban Sipil Emirat Islam
Afghanistan hanya mencatat dalam laporannya insiden-insiden di mana korban
jiwa terjadi. Insiden di mana orang Amerika yang didukung oleh bonekanya hanya
menyebabkan kerugian finansial tidak dimasukkan dalam laporan ini.
Seluruh dunia, terutama orang-orang Afghanistan menyaksikan operasi,
penggerebekan, pemboman, dan misil yang ditembakkan penjajah Amerika dan
tentara boneka internalnya yang menghancurkan bangunan sipil, menjarah barang-
barang berharga mereka, menghancurkan ladang mereka, masjid, klinik, taman,
dan penampungan air yang menyebabkan kerugian secara langsung menjadi
pemandangan biasa orang Afghanistan.
Demikian pula, dalam enam bulan pertama tahun ini korban sipil telah
meningkat dalam tiga bulan terakhir (April, Mei dan Juni) dibandingkan dengan tiga
bulan pertama (Januari, Februari, dan Maret).
Misalnya, dalam tiga bulan pertama tahun ini, tercatat terjadi ada 196 insiden,
dan terjadi 253 insiden tercatat dalam tiga bulan terakhir dengan peningkatan 53
persen.
Demikian juga, jumlah yang meninggal dan terluka dalam tiga bulan pertama
adalah 764 orang, sementara dalam tiga bulan terakhir naik signifikan menjadi 1931
dengan total kenaikan 1137.
Faktor utama dari semua tragedi ini adalah strategi perang baru Trump dan
rezim bonekanya yang tujuan utamanya adalah pembantaian Muslim dan warga
Afghanistan.
Departemen Pencegahan Korban Sipil Emirat Islam Afghanistan sebagai
representasi dari Emirat Islam Afghanistan mengutuk semua kejahatan penjajah
ini dan menyatakan keterlibatan orang Amerika dan sekutu mereka dalam semua
kejahatan terhadap kemanusiaan dan menuntut komunitas internasional yang tidak
memihak dan organisasi hak asasi manusia untuk menuntut mereka atas kejahatan
yang disengaja ini.11
Misi Inti Taliban: Penegakan SyariatBerdirinya Gerakan Taliban didedikasikan untuk mereformasi masyarakat
Afghanistan sesuai dengan Islam tentang prinsip-prinsip keadilan. Tema lintas
sektoral dalam misi ini adalah mempromosikan amar makruf nahi mungkar (اال
.( مربالمعروف والنهی عن المنکر
Alat utama Taliban dalam melaksanakan amar makruf nahi mungkar adalah
prinsip-prinsip syariat, yang dengannya mereka akan mencoba mengatur kehidupan
warga Afghanistan. Pos-pos di mana penegak syariat Taliban akan mengatur upaya
mereka untuk menjalankannya sudah dikenal ketika Taliban mengendalikan negara.
11 http://www.alemarah-english.org/?p=31703
SYAMINAEdisi 9 / Agustus 2018
18
Pilar pertama penegakan syariat Taliban akan terdiri dari mempromosikan
ketaatan kepada Amir atau pemimpin tertinggi mereka. Mereka menyebut ini sebagai
doktrin d-ameer d-eta-at. Mereka akan mempertahankan perbedaan antara ketaatan
mutlak yang dimiliki oleh pejabat Emirat Islam Taliban, yang telah bersumpah setia
kepada Amir dan rasa hormat yang dituntut dari Muslim Afghanistan lainnya yang
menjadi bagian dari Taliban.
Dari perspektif Taliban, ketaatan pada amir memastikan tindakan moral yang
dilakukan di semua level gerakan karena amir mengikuti aturan ilahi dan dengan
demikian mengambil tanggung jawab moral ata tindakan bawahan. Dalam istilah
yang lebih sekuler, doktrin ketaatan kepada amir ini memungkinkan gerakan Taliban
untuk mempertahankan kekompakan dan keefektifannya sebagai sebuah organisasi
selama dua puluh tahun pertama, bertentangan dengan kecenderungan politik
“demokratis” yang dipromosikan pemerintah Kabul.
Taliban akan menantang apa yang mereka identifikasi sebagai elemen kunci dari
korupsi ekonomi. Mereka akan berusaha untuk mengekspose dan menghukum suap,
dengan fokus utama pada pejabat publik yang menyalahgunakan kantor mereka,
tetapi juga termasuk warga yang mencari bantuan ilegal dan dengan cara menyuap
pejabat korup. Mereka akan menghukum mereka yang secara ilegal mengakses
sumber daya publik (بیت المال).
Mereka juga akan berusaha untuk melindungi properti dari pengambilalihan
ilegal (الغسب), dengan fokus khususnya pada penyalahgunaan pengadilan oleh
orang-orang yang mengejar klaim palsu atas tanah dan bangunan. Karena peran
sentral dari peradilan dalam misi reformasi Taliban, mereka juga akan fokus untuk
memastikan kejujuran para hakim (القضاء dan menghukum mereka karena (العمل فی
keterlibatan dalam korupsi. Karena hakim-hakim Taliban sangat bergantung pada
bukti saksi, mereka juga akan mencoba untuk mempromosikan praktik yang baik
dalam pengambilan bukti (االقضیة و السهادات).
Tidak mengherankan, di samping upaya mereka untuk menjamin keadilan
ekonomi, Taliban juga mempromosikan gagasan hudud (حدود) - menegakkan bentuk-
bentuk hukuman fisik untuk pelanggaran kriminal mulai dari pencurian hingga
perzinahan. Demikian pula mereka akan mempromosikan praktik kisas (القصاص)
sebagai hukuman atas pembunuhan, di mana ahli waris orang yang meninggal
dapat menuntut eksekusi si pembunuh, atau mengabulkan grasi dan menerima
kompensasi.
Di luar tema utama untuk menjamin keadilan ekonomi dan menghukum kejahatan
terhadap orang tersebut, Taliban mengejar peluang lain untuk memerangi kezaliman
dan penindasan (الظلم) melalui yurisprudensi Islam. Sebagai gambaran, At-Turabi di
Sudan dan penasihatnya di Kementerian Kehakiman, pernah mengumpulkan 240
halaman contoh dan preseden untuk mengilustrasikan pentingnya tema-tema ini.
Taliban membutuhkan contoh semisal untuk membimbing sesama Taliban dalam
menerapkannya untuk mewujudkan keadilan Islam.
Pedoman At-Turabi ini hanya satu contoh penting dari korpus Taliban yang jauh
lebih besar tentang bagaimana mereka bercita-cita untuk membentuk masyarakat
SYAMINA Edisi 9 / Agustus 2018
19
Afghanistan. Bahkan lebih banyak detail tersedia dalam media resmi Afghanistan
dari tahun-tahun IEA, yang merekam program legislatif Taliban, berupa beberapa
set peraturan yang dinilai rumit oleh sebagian pengamat Barat, yang bertujuan untuk
menyelaraskan perilaku pribadi dan kehidupan ekonomi dengan prinsip-prinsip
Islam.
Alasan mengapa hal ini dapat dengan pasti dikaitkan dengan isu-isu yang
berfokus dengan Taliban pada dekade ketiga adalah karena keterlibatan pada isu-isu
ini sangat penting bagi Taliban. Inti dari Taliban, yang menjadi komitmen di seluruh
lini gerakan, adalah mempromosikan syariat Islam.
Urgensi Taliban sebagai gerakan berbasis syariat adalah bahwa Taliban
memiliki visi untuk transformasi masyarakat Afghanistan dan, sebagai gerakan
yang dipimpin ulama, pejuangnya dididik dalam yurisprudensi Sunni-Hanafi, yang
berarti menempatkan ulama dalam peran utama untuk mempengaruhi transformasi
tersebut.
Peran-peran lain yang dicakup oleh Taliban dalam dua dekade pertama mereka,
terutama melakukan jihad bersenjata dan melawan kehadiran internasional di
Afghanistan, bergantung pada keadaan politik-militer. Taliban masih menjadi
Taliban bahkan sebelum mereka berperang melawan Amerika Serikat. Namun,
Taliban adalah sebuah Emirat Islam ketika mereka mempromosikan dan menerapkan
syariat Islam.12
Gambaran Kemampuan Taliban dalam Menjalankan PemerintahanMungkin proto-state-ness adalah tingkat terbesar pembangunan negara yang
dapat dicapai ketika Taliban melakukan mobilisasi di bawah bendera agama.
Namun, dalam konteks Siyasah Syar’iyyah, yang penting adalah berjalannya fungsi
pemerintahan (governance) dan menjalankan tugas dasarnya. Inilah yang bisa
dirasakan secara langsung oleh rakyat Afghanistan, daripada sekadar memenuhi
kriteria konsep “negara” (state) menurut teori politik modern-konvensional.
Overseas Development Institute menyampaikan sebuah laporan yang menarik
tentang kemampuan Taliban dalam menjalankan pemerintahan. Berdasarkan
sejumlah wawancara di berbagai daerah, laporan tersebut melukiskan potret yang
sangat berbeda dari yang selama ini banyak dicitrakan media Barat.13
Laporan berjudul Life Under the Taliban Shadow Government (“Kehidupan di
Bawah Pemerintahan Bayangan Taliban) menggambarkan “sistem pemerintahan
paralel yang canggih”, dengan komisi untuk setiap bidang layanan, seperti
kesehatan, peradilan dan keuangan, beroperasi di berbagai distrik yang sepenuhnya
atau sebagian dikendalikan oleh Taliban. Studi ini menyurvei 20 kabupaten di tujuh
provinsi.
12 https://www.stabilityjournal.org/articles/10.5334/sta.eh/ 13 https://www.stripes.com/news/the-taliban-has-successfully-built-a-parallel-state-in-many-parts-of-
afghanistan-report-says-1.534133
SYAMINAEdisi 9 / Agustus 2018
20
Kesimpulan utama dari laporan tersebut, yang ditulis oleh peneliti Ashley
Jackson, adalah bahwa Taliban menetapkan aturan “luas” di wilayah Afghanistan
dan jauh lebih peduli dengan kepentingan rakyat. Bergeser dari keterpaksaan
menjadi “kesadaran” atas rakyat Afghanistan melalui layanan dan kegiatan negara,
sering menjadi bagian dari “tatanan sosial” lokal, dan ia memandang dirinya sebagai
pemerintahan negara, bukan hanya untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik
ketika konflik berakhir, kata laporan itu.
Di banyak wilayah, laporan itu menemukan, perwakilan Taliban berinteraksi
hampir secara rutin dengan pejabat pemerintah lokal, lembaga bantuan dan
kelompok lain, bernegosiasi dalam sistem yang baik untuk memberikan layanan
kesehatan, pendidikan, dan layanan lainnya. Para birokrat Taliban mengumpulkan
pajak dan tagihan listrik. Dan para hakim mereka mendengar kasus-kasus perdata
dan pidana – beberapa bepergian dengan sepeda motor di antara persidangan.
Meskipun pemerintah bayangan Taliban pertama didirikan lebih dari satu dekade
yang lalu, laporan itu mendokumentasikan seberapa luas mereka telah menyebar,
meskipun bertahun-tahun perang melawan militer Afghanistan dan asing.
Hal ini juga menunjukkan bagaimana mereka telah berevolusi dari menggunakan
kekuatan dan intimidasi terhadap penduduk lokal untuk membangun sistem yang
dikelola dengan hati-hati dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan
orang-orang, yang menurut beberapa penduduk mereka lebih jujur dan efektif
daripada kontrol pemerintah.
Laporan itu juga menyebutkan, para pejabat Afghanistan dan asing “tidak sadar”
tentang betapa giat Taliban bekerja untuk mencapai kontrol lokal, membuat barang
murah dan memberikan layanan. Hari ini, para pemimpinnya memandang diri
SYAMINA Edisi 9 / Agustus 2018
21
mereka bukan sebagai pemberontak tetapi sebagai “pemerintah” yang dinantikan,
kata laporan itu.
Pada saat tumbuh harapan nasional untuk perdamaian, konsolidasi kontrol
administratif Taliban di berbagai bidang tampaknya menantang argumen resmi
bahwa para pemberontak mungkin menerima peran hanya sebagai salah satu
kekuatan politik yang diharapkan untuk menyerahkan senjata dan menyelesaikan
perang.
Seiring waktu, studi menemukan, kebijakan-kebijakan Taliban di bidang kontrol
bergeser dari kekerasan represif ke kerja sama dan hubungan masyarakat. Pada 2011,
para pemimpin Taliban telah menandatangani perjanjian dengan 28 organisasi
bantuan, termasuk izin untuk melakukan vaksinasi polio. Ketika pasukan NATO
mengundurkan diri, profesionalisme Taliban tumbuh.
“Kita bisa cinta damai,” kata salah seorang anggota Taliban. Tidak seperti
penguasa Taliban pada tahun 1996 hingga 2001, para pejuang saat ini memiliki
“individu-individu profesional” yang berpengalaman untuk menjalankan berbagai
hal, menurut laporan tersebut.
Salah satu bidang evolusi paling dramatis dalam sikap Taliban adalah dalam
pendidikan. Di daerah-daerah yang berada di bawah kendalinya, ada kehadiran
guru dan murid yang lebih baik, lebih sedikit pencurian dan ketertiban lebih baik.
Namun, kata laporan itu, Taliban belum bisa menerima beberapa topik-topik
modern dan mungkin melarang bahasa Inggris untuk diajarkan. Secara keseluruhan,
mayoritas orang yang diwawancarai “merasa bahwa Taliban telah meningkat” dalam
menjalankan pendidikan publik.
Secara resmi, kebijakan Taliban sekarang tidak melarang sekolah atau pendidikan
bagi perempuan, tetapi dalam praktiknya banyak persyaratan ketat yang sulit untuk
dipenuhi, seperti bangunan terpisah dan semua guru harus perempuan. Para peneliti
tidak dapat menemukan satu sekolah menengah untuk gadis-gadis yang terbuka di
wilayah pengaruh Taliban. Namun, laporan itu juga menggambarkan keengganan
masyarakat dan pejabat yang lebih luas untuk mendidik anak perempuan, sejalan
dengan keinginan Taliban.
Dalam perawatan kesehatan, laporan itu menemukan situasi serupa dalam
interaksi profesional dengan fasilitas bantuan pemerintah dan swasta, dan mencatat
bahwa di antara para pekerja kesehatan di distrik-distrik yang dikendalikan Taliban,
masalah pemerintah yang paling terkenal, korupsi dan pencurian dari klinik sebagai
“lebih bermasalah” daripada masalah Taliban.
Peradilan yang cepat dan adil selalu menjadi nilai jual bagi Taliban di negara
di mana peradilan resmi secara kronis lambat dan korup. Di daerah-daerah yang
dikuasai Taliban, laporan itu menggambarkan sistem peradilan yang kompleks dan
multilevel yang menangani berbagai masalah mulai dari pembicaraan damai hingga
kejahatan umum. Masalah yang paling populer adalah menyelesaikan perselisihan,
masalah umum di daerah pedesaan.
SYAMINAEdisi 9 / Agustus 2018
22
Aturan peradilan Taliban juga menjadi semakin jauh jangkauannya. Laporan
tersebut menemukan bahwa hakim-hakim Taliban terlatih dengan baik dan
menggunakan norma-norma budaya dan akal sehat, bukan hanya ajaran Islam.
Laporan itu juga mencatat bahwa peraturan agama Taliban tetap sama dengan
rezim Taliban sebelumnya: jenggot, tidak ada musik, tidak ada TV, tidak ada wanita
di depan umum tanpa pendamping pria.
Satu aspek hidup di bawah perlawanan adalah apa yang dideskripsikan oleh
para peneliti, masyarakat dengan senang hati “pelan tapi pasti loyal pada otoritas
Taliban” yang memungkinkan mereka mempersiapkan diri untuk mematuhi aturan
ketat dengan secara bertahap mengubah perilaku mereka atau memutuskan untuk
meninggalkan daerah itu.
Salah satu cara yang paling terlihat, Taliban mewujudkan suasana sebagai
pemerintah dengan mengumpulkan “pajak”. Laporan itu mengatakan kelompok
itu telah mengembangkan sistem pajak dan pengumpulan pendapatan yang
komprehensif, di berbagai bidang termasuk pertambangan, listrik, produksi pertanian
dan bea cukai. Mereka juga mengumpulkan zakat, serta pajak atas produksi opium,
sumber penghasilan yang sangat menguntungkan. Pajak Taliban mengacu kepada
konsep keuangan Islam seperti sistem negara resmi.
Pemerintahan Taliban lebih koheren daripada sebelumnya. Komisi tingkat tinggi
mengatur sektor-sektor seperti keuangan, kesehatan, pendidikan, peradilan dan
perpajakan, dengan rantai komando dan kebijakan yang jelas dari pimpinan yang
berbasis di Pakistan hingga ke desa-desa di Afghanistan.
Ketika pemerintah Afghanistan dan lembaga bantuan menyediakan barang dan
jasa publik, Taliban yang mengendalikan bantuan tersebut. Adapun kesehatan dan
pendidikan di wilayah Taliban dikelola bersama LSM dan layanan yang disediakan
negara, yang beroperasi sesuai dengan aturan Taliban. Taliban juga mengatur utilitas
dan komunikasi, mengumpulkan tagihan perusahaan listrik negara di setidaknya
delapan dari 34 provinsi Afghanistan dan mengendalikan sekitar seperempat
cakupan ponsel di negara itu.
Pemerintahan pro-Barat tidak datang untuk melayani setelah merebut wilayah.
Bahwa Taliban menetapkan aturan di banyak wilayah yang dikuasai pemerintahan
Kabul adalah kenyataan yang sedikit diketahui oleh komunitas internasional.
Pengaruh Taliban pada layanan dan kehidupan sehari-hari jauh melampaui
wilayah yang dapat mereka kontrol atau kuasai. Jangkauan pemerintahan Taliban
menunjukkan bahwa mereka tidak harus secara formal menduduki wilayah untuk
mengontrol apa yang terjadi di dalamnya. 14
14 https://www.odi.org/sites/odi.org.uk/files/resource-documents/12269.pdf
SYAMINA Edisi 9 / Agustus 2018
23
1 Ketika Taliban menjalankan fungsi pemerintahan bayangan dan
pelayanan publik, kekuatan militernya dalam kondisi tidak melemah,
justru meningkat tiga kali lipat. Hal ini dibuktikan lewat statistik serangan
reguler dan operasi khusus. Setelah berhentinya gencatan senjata, angka
kekalahan di pasukan Afghanistan meningkat. (Lihat: Seraamedia dan
laporan LWJ terbaru).
2 Mampu mempertahankan posisi tawar di dalam negeri.
3 Dukungan langsung dari kelompok-kelompok di luar Afghanistan, seperti
TTP dan kelompok jihadi Asia Tengah (Uzbekistan, Xinjiang)
4 Kontrol terhadap perdagangan opium.
5 Kemampuan terkini di dalam menggunakan teknologi IT (Laporan:
Syamina)
6 The State of Taliban (Aljazeera)
7 Kemampuan menyelenggarakan pelayanan publik terbatas.
- Arbitrase penyelesaian sengketa masyarakat.
- Misalnya, ketika Taliban mempersilakan lembaga Internasional untuk
melakukan pelayanan kesehatan, di antaranya vaksinasi.
8 Kemampuan dalam memainkan diplomasi internasional
Tabel Kolom: Faktor Internal Daya Tahan Taliban
1 Rakyat Amerika sendiri sudah pesimis akan perang Afghanistan. Alih-
alih memberi semangat. Bagi banyak rakyat Amerika, tidak pernah
tergambar yang namanya “negara” Afghanistan. Yang ada hanyalah
kumpulan dari suku, golongan, dan klan yang belum lengkap. Jika pun
ada yang namanya “Afghanistan”, pemerintahnya sangat korup dan
tidak mampu mengendalikan negaranya sendiri. Lantas, apa untungnya
AS berperang di sana?
2 Pendapat para tokoh militer, pengamat, akademisi, maupun lembaga
think tank berulang kali mengingatkan dan memberi pernyataan yang
bertentangan dengan pernyataan para pejabat dan juru bicara resmi AS
yang menyatakan situasi “progress” dan “baik-baik saja”.
3 Satu-satunya hal yang menyatukan rakyat Afghanistan adalah
kebenciannya kepada orang asing. Pasukan asing—di mana saja, apa
pun niat mereka—akan selalu dilihat sebagai penjajah dan musuh.
4 Jenghis Khan, Inggris, dan Rusia semua berusaha untuk “menang” di
Afghanistan, dan mereka semua gagal. Bukan kebetulan jika Afghanistan
gagal ditaklukkan tiga imperium besar.
SYAMINAEdisi 9 / Agustus 2018
24
5 AS tidak dapat menang perang ketika terus membunuh warga sipil.
Namun, di Afghanistan di mana batas antara kombatan dan warga
sipil adalah tipis, AS harus membunuh warga sipil banyak sekali setiap
waktu. Itulah yang menyebabkan warga Afghanistan lebih memilih
untuk mendukung Taliban.
6 Mungkin AS harus kembali bertanya apakah mereka berperang melawan
terorisme ataukah melawan Islam? Pertanyaan semisal ada di benak
masyarakat Afghanistan.
7 AS tidak akan bisa membuat warga Afghanistan merasa bebas sementara
AS sendiri mengokang senapan, dan itulah yang dilakukan oleh tentara
AS di Afghanistan.
8 Tidak ada cara yang lebih baik untuk melahirkan teroris baru daripada
membuat perang terhadap umat Islam atas nama perang melawan
terorisme.
9 AS tidak bisa menyelamatkan dunia, dan risikonya kehilangan apa yang
terbaik di homeland Amerika ketika nekat untuk melakukan hal itu.
Lewat alokasi anggaran yang tidak pada tempatnya.
10 Kekuatan militer dan senjata yang luar biasa yang diterapkan dari luar
lebih cenderung merusak daripada mempertahankan perkembangan
demokrasi di negara berkembang. Padahal, demokrasi inilah alasan
utama yang digembar-gemborkan.
11 Al-Qaeda bukanlah Afghanistan dan bukan pula Taliban. Jika AS
beralasan memerangi Al-Qaeda, kenyataannya yang jadi korban adalah
rakyat Afghanistan, dan kini Al-Qaeda bukan hanya ada di Afghanistan.
12 AS tidak bisa membiayai perang luar negeri yang kerap dipertanyakan
dan malah tidak mampu memulihkan ekonomi di rumah sendiri,
dan jika mencoba melakukannya malah cenderung menyebabkan
perang tanpa arah dan merusak keadilan bagi rakyatnya sendiri.
Sepertinya Amerika Serikat semakin kepayahan, mengingat ia berperang
tanpa target yang jelas. Cukup masuk akal jika AS pada akhirnya memilih
pulang.
13 Taliban mampu merespons upaya propaganda politik yang diprakarsai
oleh pemerintah Afghanistan yang didorong oleh Amerika Serikat
ketika mengumpulkan para cendekiawan dan tokoh masyarakat yang
tidak punya akar rumput untuk mendelegitimasi perjuangan rakyat
Afghanistan bersama Emirat Islam.
Tabel Kolom Faktor Eksternal Daya Tahan Taliban
Upaya Melemahkan Taliban lewat Perundingan InternasionalKetika pihak koalisi internasional gagal melemahkan Taliban secara organisk, baik
secara militer maupun politik lokal, mereka melakukan upaya lain lewat konferensi
SYAMINA Edisi 9 / Agustus 2018
25
internasional yang mengatasnamakan Dunia Islam. Konferensi tersebut melibatkan
para cendekiawan muslim tentang Afghanistan di Arab Saudi (11/7). Konferensi
tersebut melibatkan pihak ketiga atau negara lain seperti Indonesia, Pakistan, dan
Arab Saudi.
Konferensi tersebut menghasilkan dua kesimpulan inti: (a) bahwa Taliban adalah
kelompok teroris; (b) bahwa konflik Afghanistan bukan konflik antarrakyat dan
antarmuslim. Namun, konferensi tersebut tidak menyinggung sama sekali Amerika
yang telah selama 17 tahun menjajah dan membunuh ribuan rakyat Afghanistan.
Perang Afghanistan yang dimulai 17 tahun yang lalu dipicu dan dimulai dengan
agresi AS atas negara Afganistan dan menggulingkan pemerintahan Taliban.
Pihak Emirat Islam Afghanistan (EIA) pun menanggapi konferensi tersebut lewat
media resmi mereka. EIA menggarisbawahi beberapa poin penting terkait keputusan
tersebut.
- Jihad melawan pasukan penyerbu Amerika di Afghanistan adalah perjuangan
defensif melawan invasi kafir yang wajib menjadi perhatian dalam pandangan Islam.
Semua kitab fikih menyatakan bahwa Jihad melawan invasi kafir menjadi wajib pada
setiap pria dan wanita. Ini adalah perintah yang jelas dari Allah Yang Mahakuasa dan
menjadi keyakinan setiap orang yang beriman.
– Jihad yang sedang berlangsung di Afghanistan bukanlah pertempuran antar
warga-afghan atau pertempuran anatar sesama umat Islam. Perang ini dimulai 17
tahun lalu ketika Amerika menginvasi Afghanistan menggunakan kekuatan udara
dan darat dan negara Mujahid Afghanistan melancarkan Jihad melawan invasi
illegal tersebut. Sejak saat itu seluruh perencanaan perang, strategi dan pengawasan
terhadap kita (Taliban) menjadi tanggung jawab orang Amerika.
Jika itu adalah pertempuran antarsesama warga Afghan maka pasukan
internasional tidak akan menghabiskan setengah miliar dolar untuk biaya perang,
puluhan ribu pasukan Amerika tidak akan terbunuh dan terluka. Strategi terbaru
perang ini pun dirancang dan dilaksanakan oleh pemimpin Amerika ‘Trump’ dan
anggaran militernya disetujui oleh Kongres Amerika untuk perluasan dari perang
ini. Bangsa Afghan dengan jelas dan mata telanjang bisa melihat pesawat Amerika,
pesawat tanpa awak dan helikopternya terbang di atas kepala mereka dan pasukannya
di tanah Afghan.
– Tentang adanya mereka yang mendukung penjajah Amerika di Afghanistan
dan melawan agama, negara, dan nilai-nilai nasional dan didukung oleh Amerika,
kehadiran mereka di barisan penjajah tidak bisa mengubah sifat sengketa. Karena
mereka tidak independen, mereka dipaksakan oleh Amerika, mereka menerapkan
strategi Amerika.
Awalnya perang ini tidak dilancarkan terhadap mereka, jadi mereka hanyalah
boneka AS seperti rezim komunis Afghanistan di era Uni Soviet, yang tidak
mempengaruhi legitimasi Jihad pada waktu itu. Ada perintah yang jelas dari Allah
SYAMINAEdisi 9 / Agustus 2018
26
Yang Maha Kuasa tentang Jihad melawan mereka yang memihak orang-orang kafir
yang memerangi Muslim.
– Emirat Islam Afghanistan bukanlah kelompok pemberontak atau teroris. Tetapi
Emirat Islam adalah nama dari perjuangan bangsa Afghanistan yang berjumlah
tiga puluh juta orang dengan satu tujuan demi tegaknya Islam dan kemerdekaan
Afghanistan. Emirat Islam memiliki akar yang dalam di Afghanistan. Saat ini
mengontrol penuh atas 70% wilayah Afghanistan.
Tujuannya adalah sistem Islam yang independen sesuai dengan keinginan
bangsa Afghanistan. Emirat Islam taat dengan Syariah Islam, menghormati hukum
internasional, lingkungan yang baik, hubungan persahabatan dan lingkungan
internasional yang damai untuk hidup bersama dan menginginkan hubungan positif
dengan masyarakat dunia. Akan sangat tidak adil dan irasional untuk menyebut
suatu bangsa yang bersejarah sebagai teroris dan pemberontak. Tidak ada yang
berhak melakukan ini.
– Mengingat poin di atas jika masih ada orang yang menyatakan perintah Islam
sangat jelas untuk berjihad sebagai terorisme dan memberi sebutan bagi para
Mujahid sebagai bangsa teroris dan pemberontak, hanya demi untuk menyenangkan
Presiden Amerika Donald Trump dan teman-temannya maka ia akan terlibat dalam
invasi agresor Amerika yang membantai kaum muslimin yang lemah.
– Mereka berharap agar Pemerintah Arab Saudi dan para ulama tidak memihak
penjajah Amerika dalam pertempuran antara Islam dan kekafiran ini. Bangsa
Afghanistan, karena persaudaraan Islam berharap pemerintah Saudi akan membantu
dan mendukung negara Afghanistan yang lemah di masa yang sulit ini seperti yang
mereka lakukan terhadap Jihad menghadapi Uni Soviet. Negara Mujahid Afghanistan
berterima kasih kepada Arab Saudi atas bantuannya dalam Jihad melawan invasi Uni
Soviet di masa lalu.
– Konferensi Islam harus berdiri bersama rakyat Afghanistan dan mendukung
perjuangan lurus bangsa Afghanistan dalam tragedi ini seperti dukungan dalam
Jihad melawan Uni Soviet.
Penutup: Proyeksi tentang Taliban hingga Tahun 2024
Ada sebuah analisis yang ditulis oleh Michael Semple (2014), dan dirilis oleh
International Journal of Security and Development, tentang proyeksi Taliban pada
tahun 2024. Kesimpulannya, masa depan pemberlakuan syariat Islam yang adil akan
menyebabkan Taliban sulit dieliminasi.15
15 https://www.stabilityjournal.org/articles/10.5334/sta.eh/
SYAMINA Edisi 9 / Agustus 2018
27
Pada tahun 2024 Taliban diprediksi akan menjelma menjadi gerakan yang
berjuang untuk mempromosikan syariat sebagai prinsip pengorganisasian
untuk kehidupan di seluruh Afghanistan. Sambil melakukannya, ia akan terus
memperjuangkan kepentingan dan mengamankan mata pencarian konstituen
intinya—bagian dari komunitas Sunni yang setelah 1994 memilih untuk mengakui
Mulla Umar sebagai amir mereka.
Komitmen Taliban untuk misi berbasis syariat berpotensi kompatibel dengan
Afghanistan yang damai jika pimpinan Taliban menyatakan bahwa jihadnya telah
berjalan dan gerakannya mencakup akomodasi politik. Kehadiran Taliban, yang
terlibat dalam kegiatan damai, dalam tatanan politik, dinilai oleh Semple bisa
menjadi kekuatan stabilisasi yang signifikan di Afghanistan pada 2024 karena
gerakan itu akan menarik loyalitas dari kelompok-kelompok orang Afghanistan
yang sebelumnya berjuang melawan pemerintah Kabul. Masalahnya, sulit untuk
mendapatkan pengakuan Taliban tentang legitimasi islami atas sistem politik Kabul.
Jika itu terwujud, akan lebih sulit bagi generasi baru gerakan anti Pemerintah Kabul,
atau bahkan proksi regional, untuk mendapatkan legitimasi jihad.
Tantangan Barat untuk mengalihkan Taliban ke peran damai—dalam arti proses
politik—sangat besar dan akan membutuhkan kombinasi visi kepemimpinan dalam
gerakan dan pengakuan kepentingan bersama dari musuh-musuh lama mereka di
antara para elite yang membangun tatanan politik 2001–2014 di Kabul. Tingkat kerja
sama yang signifikan di tengah perpecahan politik akan diperlukan untuk menarik
Taliban dalam transisi damai.
Tantangan lain menuntut perubahan sistem mata pencaharian dan budaya dari
kelas tokoh masyarakat yang bertikai, dengan koneksi kuat ke komunitas pendukung
mujahidin di Pakistan. Keberhasilan akan bergantung pada memenangkan dukungan
dari militer Taliban, membayangkan peran baru bagi pemimpin gerakan dan
melepaskan Taliban dari aliansi mereka dengan kelompok militan yang berkomitmen
pada visi jihad yang lebih global.
Jika Taliban dan pemerintah Kabul yang menjadi lawan mereka terbukti tidak
mampu melakukan orkestrasi yang diperlukan untuk mengubah gerakan ke peran
damai, Taliban akan mengejar jalur jihad untuk menegaskan diri sebagai pembela
syariat. Pilihan default untuk Taliban pada dekade ketiga (>2014) adalah untuk
mempertahankan perjuangan bersenjata melawan pemerintah Kabul.
Selanjutnya, ketika Taliban mampu merebut wilayah-wilayah. Hal ini akan
memungkinkan baik untuk menegakkan syariat di kantong-kantong ‘wilayah
dibebaskan’ atau, dalam ketika runtuhnya pemerintah, untuk mengembalikan Emirat
Islam dan status quo dari kombinasi penegakan tingkat syariat di level nasional dan
jihad melawan oposisi bersenjata residual. Jihad permanen dan penegakan syariat
yang damai adalah dua versi alternatif yang tampaknya terus dilakukan pada masa
depan oleh Taliban.
SYAMINAEdisi 9 / Agustus 2018
28
Jika diringkas, apa yang dilakukan Taliban sehingga mampu survive hingga lebih
dari satu setengah dekade dalam menghadapi tantangan musuh-musuhnya adalah
sebagai berbuat:
- Terlibat dinamika politik. Secara global, hal ini tampak dari pembukaan
kantor politik di Qatar. Ini menunjukkan fleksibilitas Taliban dalam kerangka Siyasah
Syar’iyyah. Adapun dalam kancah politik lokal, Taliban bersedia melakukan gencatan
senjata dengan pemerintah Kabul ketika momen Idulfitri, seperti pada tahun 2018.
- Berpeluang menang sambil menunggu waktu. Ini menunjukkan kesabaran
Taliban untuk menempuh perjuangan jangka panjang. Ketika pemerintah Kabul dan
kekuatan koalisi asing tidak mampu mengimbangi kesabaran tersebut, mereka yang
justru meminta negoisasi terhadap Taliban.
- Bijak dalam menyikapi dan merespons dinamika kebutuhan masyarakat. Hal
ini bisa dilihat dari kebijakan mereka dalam menyikapi perdagangan opium. Selain
itu, mereka mampu menyediakan kebutuhan dasar masyarakat, seperti keamanan,
peradilan, pendidikan, dan kesehatan. Misalnya, tata kelola aset wakaf dengan baik
untuk kehidupan sosial dalam skala kecil.
Penjelasan sosiologis tentang bagaimana pendekatan Taliban terhadap
masyarakat bisa dibaca dari bagaimana mereka berubah gaya pendekatannya
dalam cara berdakwah dan cara mendidik masyarakat. Perubahan pendekatan ini
mendapatkan sambutan baik dari masyarakat sehingga meningkatkan dukungan
terhadap Taliban.
Jihad, dakwah dan penyuluhan, serta penguatan keluarga merupakan kegiatan
inti dalam konteks penjagaan Maqashid Syari’ah. Ilustrasinya bisa dalam mengelola
pendidikan keluarga khususnya perempuan atau wanita. Dalam hal ini Taliban
melakukan model pendekatan yang adaptatif. Ada perubahan pendekatan secara
gradual; dari sebelumnya wanita sempat dilarang sekolah. Kemudian setelah itu
sekolah untuk wanita diselenggarakan dalam konteks untuk menanamkan kembali
nilai-nilai Islam dan mengembalikan peran wanita dalam keluarga.16
Kesimpulannya, kemampuan menjalankan dan mengelola alat vital yang
mendorong sebuah sistem berjalan dengan baik. Jika sebuah kelompok tidak menjaga
fungsi-fungsi vital dari fungsi pemerintahan Islam—bagaimanapun kondisinya—
merupakan kunci bertahannya sebuah kelompok. Jika kemampuan Taliban dalam
hal ini semakin meningkat, maka dukungan dan pengakuan terhadap eksistensi
pemerintahan Emirat Islam Afghanistan akan semakin kuat
16 ShakilAhmad.2012.TheTalibanandGirlsEducationinPakistanandAfghanistan–withacasestudyofthesituationintheSwatDistrict.TesisMagister.DepartementofSociology,LundUniversity.
SYAMINA Edisi 9 / Agustus 2018
29
DAFTAR PUSTAKA
A.H. Sinno. 2008. Organizations at War in Afghanistan and Beyond. Ithaca, NY:
Cornell University Press.
Anna Mulrine. “Who is winning Afghanistan war? US officials increasingly disagree.”
Christian Science Monitor, 16 Maret 2011. https://www.csmonitor.com/
USA/Military/2011/0316/Who-is-winning-Afghanistan-war-US-officials-
increasingly-disagree
Ashley Jackson. “Life Under the Taliban Shadow Government”. 21 Juni 2018. Overseas
Development Institute. https://www.odi.org/publications/11144-life-under-
taliban-shadow-government
David Kilcullen. “Can We Defeat the Taliban?”. National Review, 12/3/2009.
https://www.nationalreview.com/2009/03/can-we-defeat-taliban-david-
kilcullen/
David Adesnik. “How to Fight the Taliban”. National Review, 1/9/2014.
https://www.nationalreview.com/2014/09/how-fight-taliban-david-adesnik/
Department for Prevention of Civilian Casualties and Complaints. “Civilian
Casualty Report of the first six months of 2018.” 16 Juli 2018. Islamic Emirate
of Afghanistan: Commission for Military Affair. http://www.alemarah-english.
org/?p=31703
Ivan Elan. 2013. The Failure of Counterinsurgency: Why Hearts and Minds Are
Seldom Won.
http://kijkophulpmiddelen.com/the-failure-of-counterinsurgency--paper.pdf
Ivan Elan. “In Afghanistan, a Continuing Trend of US Military Incompetence”.
2/12/2014 via Antiwar.com
http://original.antiwar.com/eland/2014/12/01/in-afghanistan-a-continuing-trend-
of-us-military-incompetence/
Michael Semple. 2014. The Taliban in 2024. Stability: International Journal of Security
and Development. 3(1), p.Art. 36. DOI: http://doi.org/10.5334/sta.eh
Matt Taibbi. “How to Survive America Kill List”. 19/7/2018. https://www.rollingstone.
com/politics/politics-features/how-to-survive-americas-kill-list-699334
Pamela Constable. “The Taliban has successfully built a parallel state in many parts
of Afghanistan, report says.” The Washington Post, 21 Juni 2018, via https://
www.stripes.com/news/the-taliban-has-successfully-built-a-parallel-state-in-
many-parts-of-afghanistan-report-says-1.534133
Robert M. Gates. “Unwinable stupid war.” Washington Times, 27/11/2014 via
Antiwar.com.
SYAMINAEdisi 9 / Agustus 2018
30
Shakil Ahmad. 2012. The Taliban and Girls Education in Pakistan and Afghanistan
– with a case study of the situation in the Swat District. Tesis Magister.
Departement of Sociology, Lund University.
SIGAR (Special Inspector General for Afghanistan Reconstruction). “High-Risk
List: Report on program areas and elements of reconstruction effort that are
especially vulnerable to waste, fraud and abuse.” 3 Oktober 2018. http://www.
sigar.mil/pdf/spotlight/High-Risk_List.pdf