STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN.A DENGAN
GASTROENTERITIS AKUT DI RUANG MELATI
RSUD KARANGANYAR
DISUSUN OLEH :
ARIES JATMIKO DWI HANGGONO
NIM.P09006
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
i
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN.A DENGAN
GASTROENTERITIS AKUT DI RUANG MELATI
RSUD KARANGANYAR
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
ARIES JATMIKO DWI HANGGONO
NIM.P.09006
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ARIES JATMIKO DWI HANGGONO
NIM : P.09006
Program Studi : DIII KEPERAWATAN
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
PADA AN. A DENGAN GASTROENTERITIS
AKUT DI RUANG MELATI RSUD
KARANGANYAR
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar – benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari dapat di buktikan bahwa tugas akhir ini adalah
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, April 2012
ARIES JATMIKO DWI.H
NIM.P.09006
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini di ajukan oleh :
Nama : ARIES JATMIKO DWI HANGGONO
NIM : P.09006
Program Studi : DIII KEPERAWATAN
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. A DENGAN
GASTROENTERITIS AKUT DI RUANG MELATI RSUD
KARANGANYAR
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperwatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari / Tanggal : Jum’at, 27 April 2012
Pembimbing : Nurma Rahmawati S.kep., Ns. (……………………….)
NIK.201186076
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis ilmiah ini di ajukan oleh :
Nama : ARIES JATMIKO DWI HANGGONO
NIM : P.09006
Program Studi : DIII KEPERAWATAN
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. A DENGAN
GASTROENTERITIS AKUT DI RUANG MELATI RSUD
KARANGANYAR
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari / Tanggal : Senin, 30 April 2012
DEWAN PENGUJI
Penguji I : Nurma Rahmawati, S.Kep., Ns. ( …………………….. )
NIK.201186076
Penguji II : Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns ( …………………….. )
NIK. 201187065
Penguji III : Noor Fitriyani, S.Kep., Ns ( …………………….. )
NIK. 201187085
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Setiyawan , S.Kep., Ns
NIK. 201084050
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat, dan karunia –Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA AN. A DENGAN
GASTROENTERITIS AKUT DI RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR.”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari beberapa pihak, oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya
kepada yang terhormat :
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di
Stikes Kusuma Husada Surakarta.
3. Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji I yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan –
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji II yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan –
vi
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji III yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan –
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasanya
serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan support
baik moril maupun materi untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Adinda Riska Anjar Viani yang menjadi inspirasi dan semangat dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Kedua keponakanku Anagata dan Evelyn yang selalu memberikan semangat
dalam keceriaannya.
10. Buat sahabatku 3A yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual
dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Teman – teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Penulis berharap karya tulis ini dapat memberikan informasi kepada pihak
lain sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang penyakit gastroenteritis.
Walaupun dalam penulisan ini, penulis masih banyak kekurangan, tetapi dengan
kekurangan tersebut penulis mendapatkan masukan dari pihak lain sehingga
vii
penulis mampu melengkapinya dan menjadikan lebih sempurna serta dapat
menjadikan pembelajaran bagi penulis. Semoga laporan studi kasus ini
bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, April 2012
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................... 4
C. Manfaat Penulisan .................................................................. 5
BAB II LAPORAN KASUS
A. Pengkajian .............................................................................. 6
B. Perumusan Masalah Keperwatan ........................................... 9
C. Intervensi ................................................................................ 10
D. Implementasi Keperawatan .................................................... 11
E. Evaluasi Keperawatan ............................................................ 12
ix
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan ............................................................................ 14
B. Simpulan ................................................................................ 22
C. Saran ....................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Log Book
Lampiran 3 Format Pendelegasian Pasien
Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 6 Asuhan Keperawatan
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diare (gastroenterititis) merupakan gejala yang terjadi karena kelainan
yang melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare di
sebabkan oleh trasnportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di
seluruh dunia setiap tahun terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita
diare 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di Negara berkembang
berhubungan dengan diare serta dehidrasi (Wong, 2008). Diare merupakan
gejala infeksi yang sampai saat ini merupakan salah satu masalah utama
kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan masih tingginya angka
kesakitan karena diare dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi
dan anak balita (Noerasud dalam Maryatun, 2008)
Berdasarkan hasil survey menunjukkan bahwa diare untuk seluruh
golongan umur berkisar antara 120 sampai 360 per 1000 penduduk anak
balita menderita rata – rata 1 sampai 2 episode diare tiap tahunya atau 60%
dari semua kejadian diare. Dua belas persen dari smua kematian pada semua
golongan umum disebabkan oleh diare sekitar 64,4% per 100,000 penduduk.
Sebagian besar kematian (76%) terjadi pada bayi dan anak balita masyarakat
15,5% (Sunoto dalam Purwaningsih, 2008). Di Provinsi Jawa Tengah pada
kejadian diare menduduki urutan ke 10 dan dari sepuluh besar penyakit
sebanyak 18,8% pada tahun 2000. Sedangkan di Kota Surakarta diare
2
2
menduduki urutan ke tiga untuk provinsi Jawa Tengah dan menduduki ke
sepuluh. Dari sepuluh besar penyakit sebanyak 13,5 % pada tahun 2000
dengan CFR (Case fatality rate) 5,20% (Profil Kesehatan Seprovinsi Jawa
Tengah, dalam Purwaningsih, 200 )
Diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering
dari biasanya dengan konsistensi lebih encer. Menurut Nursalam (2005), diare
adalah frekuensi buang air lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak, dengan konsistensi feses cair, dapat bewarna hijau, atau dapat
bercampur lendir dan darah atau hanya lendir saja.
Pasien diare yang dirawat biasanya sudah dalam keadaan dehidrasi
berat dengan rata-rata kehilangan cairan sebanyak 12,5%. Pada dehidrasi
berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi rejatan hipovolemik
dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan
darah menurun, pasien sangat lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen,
kadang sampai soporokomateus) akibat dehidrasi dieresis berkurang (oliguria
sampai anuria) apabila sudah terjadi asidosis metabolic pasien akan tampak
pucat dan pernapasan cepat dan dalam (pernapasan khusmaul). Asidosis
metabolic dapat terjadi karena, kekurangan NHCO3 melalui feses diare,
ketosis kelaparan, produk – produk metabolic yang bersifat asam tidak dapat
dikeluarkan (karena oligiria), berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel
ke cairan intrasel, dan penimbunan asam laktat (Ngastiyah, 2005)
Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan
kematian dan dapat menimbulkan KLB (kejadian luar biasa). Penyebab
3
3
kematian pada diare adalah dehidrasi, yaitu sebagai akibat hilangnya cairan
dan elektrolit pada gejala diare. Dari angka serangan diare pada anak balita,
lima sampai lima belas persen ( 5 sampai 15 %) menjadi 28 sampai 76 %
letusan KLB diare per tahun sampai 89 daerah tingkat II dengan CFR 1,03 –
27 5 lebih besar dari CFR endemis (0,02%) (Dep kes RI dalam Maryatun A,
2008)
Pada kasus diare terjadi peningkatan motilitas usus yang menyebabkan
banyak air dan elektrolit terbuang, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
kekurangan volume cairan dan elektrolit, karena waktu yang tersedia untuk
penyerapan zat – zat tersebut di kolon berkurang sehingga individu yang
mengalami diare berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik
(Corwin, 2009)
Bayi dan anak kecil memiliki kebutuhan yang lebih besar terhadap air
dan lebih rentan terhadap perubahan keseimbangan cairan serta elektrolit.
Dibandingkan dengan anak yang lebih besar dan orang dewasa, mereka
memiliki asupan dan haluaran cairan yang relative lebih besar jika
dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Gangguan keseimbangan dan
elektrolit akan terjadi lebih sering dan lebih cepat, dan pasien anak – anak
kurang cepat untuk menyesuaikan diri dengan perubahan ini (Wong, 2008)
Kompartemen cairan pada bayi berbeda secara signifikan dengan yang
terdapat pada orang dewasa karena kompartemen ekstraselnya yang luas pada
bayi. Kompartemen cairan ektrasel (ekstracelluler fluid, ECF) membangun
lebih dari separuh jumlah total air tubuh pada saat bayi di lahirkan dan
4
4
mempunyai kandungan natrium serta klorida ektrasel yang relative besar. Bayi
kehilangan cairan dalam jumlah yang besar pada saat ia di lahirkan dan tetap
mempertahankan cairan ektrasel yang jumlahnya lebih besar dari pada yang
ada dalam tubuh orang dewasa hingga usia sekitar 2 tahun (Wong ,2008 )
Kehilangan cairan dapat mengakibatkan deficit kompartemen yang di
refleksikan di sepanjang durasi dehidrasi. Umumnya kurang lebih 60% cairan
hilang dari cairan ekstrasel, dan 40% sisanya berasal dari cairan intrasel
(intracelluer fluid, acid ICF). Jumlah cairan yang hilang dari cairan ekstrasel
mengalami peningkatan pada keadaan sakit yang akut dan penurunan pada
kehilangan cairan yang kronis (Wong, 2008)
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus kekurangan volume cairan dan elektrolit pada An. A
dengan gastroenteritis akut di ruang Melati RSUD Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
a) Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. A dengan kekurangan
volume cairan dan elektrolit pada gastroenteritis akut.
b) Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. A
dengan kekurangan volume cairan dan elektrolit pada gastroenteritis
akut.
c) Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada An. A
dengan kekurangan volume cairan dan elektrolit pada gastroenteritis
akut.
5
5
d) Penulis mampu melakukan implementasi pada An. A dengan
kekurangan volume cairan dan elektrolit pada gastroenteritis akut.
e) Penulis mampu melakukan evaluasi pada An. A dengan kekurangan
volume cairan dan elektrolit gastroenteritis akut.
f) Penulis mampu menganalisa kondisi cairan dan elektrolit yang terjadi
pada An. A dengan gastroenteritis akut.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
nyata penulis dalam memberikan asuhan keperwatan pada anak dengan
kekurangan volume cairan dan elektrolit pada gastroenteritis akut.
2. Bagi Profesi keperawatan
Menjadi bahan masukan bagi tenaga kesehatan lainya dalam
melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan cairan dan elektrolit
gastroenteritis akut, sehingga anak mendapatkan pelayanan yang
memuaskan, cepat, tepat dan optimal. Menambah informasi tentang
asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan volume cairan pada anak
dengan gastroenteritis akut.
6
BAB II
LAPORAN KASUS
Dalam bab ini menjelaskan tentang ringkasan asuhan keperawatan yang di
lakukan pada An. A dengan kekurangan volume cairan cairan dan elektrolit yang
di laksanakan pada tanggal 5 April 2012 sampai tanggal 6 April 2012. Asuhan
Keperawatan di mulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Dari pengkajian pada tanggal 5 April 2012 jam 09.00 WIB pada
kasus ini diperoleh dengan autoanamnesa dan alloanamnese, mengadakan
pengamatan atau observasi langsung, pemeriksaan fisik menelaah catatan
medis dan catatan perawat. Dari data pengkajian tersebut di dapat hasil
identitas bahwa klien bernama An. A, berumur 4 tahun, tanggal lahir 11
februari 2008, dan berjenis kelamin laki – laki, Nama orang tua Ny. S,
dengan Alamat bejen, RT : 05 RW : 05 Wonorejo, Kabupaten Karanganyar.
An. A masuk rumah sakit pada tanggal 4 April 2012 dengan diagnosa medis
adalah (gastroenteritis akut). Dengan keluhan utama An. A buang air besar
cair lebih dari 10 kali sekitar 150 cc dalam sehari dengan konsistensi cair
tanpa ampas dan bau khas. Riwayat penyakit sekarang satu hari sebelum
masuk rumah sakit, Ibu An. A mengatakan, An. A memakan makanan yang
sudah basi karena pada saat An. A makan diketahui oleh Ibu An. A dan
kemungkinan besar diare yang dialami An. A disebabkan oleh faktor
7
makanan yang sudah basi, dan kemudian An. A panas, terutama pada malam
hari kemudian pada tanggal 4 April 2012 An. A buang air besar cair dengan
konsistensi tanpa ampas dan bau khas kemudian An. A di bawa di RSUD
Karanganyar lalu dengan dokter UGD di anjurkan untuk di rawat inap.
Kemudian pasien di rawat di ruang Melati Nomor 18 Kelas III RSUD
Karanganyar.
Dalam pengkajian adapun riwayat pengkajian kesehatan dahulu,
bahwa An. A pernah sakit yang sama tetapi tidak sampai masuk rumah sakit,
Dalam kesehatan keluarga, ibu klien mengatakan tidak ada penyakit yang
sama dengan klien atau keturunan seperti Diabetes mellitus, Hipertensi. Dan
juga di dalam keluarga tidak ada penyakit menular seperti Hepatitis B, TBC
dan lain – lain. Dalam pengkajian adapun riwayat alergi, ibu pasien
mengatakan bahwa An. A tidak memiliki alergi obat, makanan maupun alergi
cuaca.
Pada pengkajian pertumbuhan dan perkembangan, Ibu pasien
mengatakan bahwa An. A lahir dengan berat badan 3500 gram dan panjang
50 cm pada saat An. A usia 6 bulan berat badan An. A 5500 gram kemudian
pada saat usia 1 tahun An. A berat badan mencapai 10.500 gram,
pertumbuhan An. A normal An. A dapat duduk pada 5 bulan, gigi An. A
tumbuh pada usia 7 bulan, An. A dapat merangkak pada usia 10 bulan dan
berdiri pada usia 11 bulan, Berat badan sekarang 15 Kg dan tinggi badan 101
cm. Dalam pengkajian kebiasaan klien, Ibu An. A mengatakan bahwa An.A
tidak memiliki kebiasaan khusus dalam kesehariannya. Dalam pengkajian
8
genogram Keluarga Tn. S terdiri dari 3 orang yaitu istri (Ny. S) dan An. A
berumur 4 tahun dan sekarang An. A sedang dirawat di ruang melati nomor
18 RSUD Karanganyar dengan diagnosa medis gastroenteritis akut.
Pada pola nutrisi dan metabolisme, sebelum sakit Ibu pasien
mengatakan makan tiga kali sehari dengan satu porsi nasi, lauk tempe, tahu,
telur dan kadang- kadang daging dan sayur. Minum ± 5 gelas per hari. Dan
selama sakit Ibu pasien mengatakan makan tiga kali sehari 3 sendok makan
nasi dan lauk sediaan dari RSUD Karanganyar. An. A minum ± 3 gelas
belimbing dan hasil pemeriksaan Z – score untuk WAZ: - 0,85 (Normal)
WHZ : - 5,109 (Normal) dan HAZ 5 (Normal)
Pada pengkajian fungsional menurut gordon, ditemukan data pola
eliminasi, sebelum sakit Ibu pasien mengatakan buang air besar satu kali per
hari dengan konsistensi lembek, bewarna kuning, dan bau khas, buang air
kecil lancar ± 6 kali dalam sehari dengan konsistensi warna kuning jernih,
dan bau khas. Selama sakit Ibu pasien mengatakan buang air besar cair ± 10
kali sekitar 150 cc dalam sehari dengan konsistensi cair, tanpa ampas, dan
bau khas, buang air kecil ± 6 kali dalam sehari dengan konsistensi warna
jernih, dan bau khas. Dari hasil pengkajian tersebut di dapatkan balance
cairan – 785 cc. Dengan penghitungan yang terdiri dari input yang terdiri
dari minum 600 cc, infus 1350 cc, air metabolisme 120 cc sehingga total
input sebesar 2.070 cc, output terdiri dari buang air besar 10 kali sekitar
150cc dalam sehari sehingga total 1500 cc, buang air kecil 5 kali dalam
sehari 75 cc sehingga total 375 cc, (insensible water loss) IWL 390 cc,
9
muntah 150 cc, peningkatan suhu 440. Sehingga untuk total output sebesar
2.855 cc,
Dalam pengkajian khususnya pemeriksaan fisik didapatkan data
bahwa keadaan umum An. A lemah, kesadaran composmentis, gelisah, dan
rewel penilaian Glasgow Coma Skale (GCS) adalah E4M6V5. Dengan
ketentuan mata membuka spontan, verbal berorientasi atau dapat
berkomunikasi dengan baik, motorik dengan perintah.di dapatkan
pengukuran pernapasan 20 kali per menit, nadi 80 kali per menit, dan suhu
39 derajat celcius
Pada pemeriksaan abdomen: inspeksi bentuk abdomen simetris,
cekung, tidak ada bekas luka, auskultasi bising usus 45 kali per menit,
perkusi hiperthympani, palpasi tidak teraba masa dan tidak ada nyeri tekan di
empat kuadran abdomen. Pada genetalia tidak ada kelainan, pada kulit
didapatkan turgor kulit kembali lambat dan mukosa bibir kering. Pada
muskulokeletal, tangan kanan terpasang infuse KA-EN 3A 15 tetes per menit
dengan menggunakan mikro set. Dan ekstermitas bawah tidak ada kelainan.
Dari data hasil pengkajian dan observasi di atas, penulis melakukan
analisa data kemudian memutuskan satu diagnose keperawatan yang sesuai
dengan prioritas, menyusun intervensi keperawatan, melakukan implementasi
dan evaluasi.
B. Rumusan Masalah Keperawatan
Prioritas diagnose keperawatan yang aktual adalah kekurangan
volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan volume cairan
10
aktif dengan data penunjang ibu An. A mengatakan An. A buang air besar ±
10 kali sekitar 150 cc dengan konsistensi cair, tidak ampas, dan bau khas.
An. A tampak lemah, suhu 39 derajat Celsius, gelisah, dan mukosa bibir
kering, turgor kulit kembali lambat lebih dari 3 detik, suhu 39 derajat Celsius
balance cairan –785 cc.
C. Intervensi
Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2 kali 24 jam. Diharapkan pasien menunjukan keseimbangan
volume cairan dengan kriteria hasil turgor kulit kembali cepat, mukosa bibir
lembab, balance cairan dalam rentang batas normal ± 100 cc, keadaan umum
baik, frekuensi dan irama nadi dalam rentang normal (60 sampai 100 kali per
menit), suhu 36 derajat Celsius.
Intervensi atau tindakan yang akan dilakukan yaitu monitor tanda –
tanda vital dengan rasional indikator keadekuatan volume sirkulasi, motivasi
pada klien untuk banyak minum air putih dengan rasional untuk memenuhi
kebutuhan cairan tubuh yang hilang, pantau kelembapan mukosa dan turgor,
dengan rasional indicator dehidrasi, kaji perubahan status mental dengan
rasional untuk menggetahui keadaan umum klien, catat input dan output
dengan rasional memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, ajarkan
pada orang tua untuk membuat larutan gula dan garam dengan rasional untuk
memenuhi kebutuhan cairan lewat oral, kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi cairan yang tepat dengan rasional menggantikan kehilangan
cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan.
11
D. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari kamis, tanggal 5
April 2012 jam 09.00 WIB mengkaji output klien, dengan respon subyektif
Ibu An. A mengatakan bahwa An. A buang air besar cair ± 10 kali sekitar
150 cc dalam sehari dengan konsistensi cair tanpa ampas dan bau khas,
dengan respon obyektif An. A tampak lemah, pada jam 09.15 WIB mengukur
tanda – tanda vital dengan respon obyektif suhu 39 derajat celcius, nadi 80
kali per menit, penapasan 20 kali per menit. Pada jam 09.20 WIB memantau
kelembapan mukosa bibir dengan respon obyektif bibir masih kering. Pada
jam 09.45 WIB mengajarkan pada keluarga untuk membuat larutan gula
garam, dengan respon subyektif Ibu An. A mau untuk diajarkan cara membuat
larutan gula garam, dan respon obyektif Ibu An. A sudah bisa untuk membuat
larutan gula garam. Pada Jam 11.25 WIB motivasi pada An. A untuk minum
air putih yang banyak dengan respon obyektif An. A minum setengah gelas
belimbing. Pada jam 12.30 mencatat input dan output An. A dengan respon
obyektif balance cairan An. A -785 cc.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari kamis, tanggal 6
April 2012 pada jam 09.00 WIB mengkaji output klien dengan respon
subyektif Ibu klien mengatakan An. A buang air besar cair ± 5 kali dalam
sehari dengan konsistensi cair tanpa ampas dan bau khas, dan respon obyektif
An. A tampak lemah. Pada Jam 09.15 WIB mengukur Tanda – Tanda vital
klien dengan respon obyektif suhu 37,5 derajat celcius, nadi 80 kali per menit
dan pernapasan 20 kali per menit, Jam 09.20 WIB mengkaji pada keluarga
12
apakah sudah benar membuat larutan gula garam dengan respon subyektif Ibu
mengatakan sudah bisa membuat larutan gula garam. Pada Jam 10.45 WIB
mencatat input dan out put pasien, dengan respon obyektif balance cairan
input (1270) – output (1655) = - 385cc. Pada Jam 12.30 memberi motivasi
pada pasien untuk minum air putih yang banyak, dengan respon obyektif An.
A minum satu gelas belimbing,
E. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada
hari kamis, tanggal 5 April 2012 jam 13.00 WIB dengan menggunakan
metode SOAP yang hasilnya adalah Ibu pasien mengatakan An.A buang air
besar ±10 kali cair dengan konsistensi tanpa ampas dengan bau khas. An A
tampak lemah, nadi 80 kali per menit, suhu 39 derajat Celsius balance cairan
-785 cc. Dari hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah
keperawatan kekurangan volume cairan dan elektrolit teratasi sebagian,
sehingga intervensi dilanjutkan meliputi pantau tanda – tanda vital, catat input
dan output, anjurkan pada orangtua untuk membuat larutan gula garam
sendiri untuk memenuhi kebutuhan cairan lewat oral, berikan terapi infuse
KA-EN 3A 15 tetes per menit dengan menggunakan mikro set sesuai programi
advis dokter,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada
hari Jum’at, tanggal 6 April 2012 jam 12.30 WIB, dengan menggunakan
metode SOAP yang hasilnya adalah Ibu pasien mengatakan An.A buang air
besar ± 5 kali dengan konsistensi cair, tanpa ampas dengan bau khas. An A
13
tampak lemah, nadi 80 kali per menit, suhu 37,5 derajat Celsius balance
cairan – 385 cc. Dari hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa
masalah kekurangan volume cairan dan elektrolit teratasi sebagian, sehingga
intervensi dilanjutkan meliputi pantau tanda – tanda vital, catat input dan
output, anjurkan pada orangtua untuk membuat larutan gula garam sendiri
untuk memenuhi kebutuhan cairan lewat oral, lanjutkan terapi sesuai advis
dokter zinc 10 mg per dua belas jam.
14
BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada asuhan
keperawatan yang dilakukan pada tanggal 5 April 2012 sampai tanggal 6 April
2012 di ruang Melati nomor 18 RSUD Karanganyar. Prinsip dari
pembahasan ini dengan memperhatikan aspek tahapan proses keperawatan,
pengkajian, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
Diare (gastroenterititis) merupakan gejala yang terjadi karena kelainan
yang melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare di
sebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di
seluruh dunia setiap tahun terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita
diare 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di Negara berkembang
berhubungan dengan diare serta dehidrasi (Wong, 2008).
Menurut Nursalam (2005), diare adalah frekuensi buang air lebih dari
4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsistensi feses cair,
dapat bewarna hijau, atau dapat bercampur lendir dan darah atau hanya lendir
saja. Menurut WHO dalam Amisbah (2007) diare adalah defekasi encer lebih
dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dengan atau tanpa lendir dalam
feses. Sedangkan Menurut Hidayat (2009) diare merupakan suatu keadaan
pengeluaran feses yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan
yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume buang air besar, keenceran
15
dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali sehari
dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari. Dari beberapa teori di atas sesuai
pada kasus kelolaan penulis pada An. A mengalami diare dengan keluhan
buang air besar ± 10 kali sekitar 150 cc setiap buang air besar dengan
konsistensi cair, tanpa ampas dan bau khas, di mana terdapatnya Invasi
mikroorganisme pathogen pada kasus GE (gastroenteritis) menyebabkan diare
melalui, produksi esterotoksin yang menstimulasi sekresi air dan elektrolit,
sehingga menyebabkan invasi serta destruksi langsung sel- sel epitel usus, dan
inflamasi lokal di sertai invasi sistemik oleh mikroorganisme tersebut
(Wong, 2008).
Menurut Ngastiyah (2005) adapun faktor penyebab diare sebagai
berikut faktor infeksi, ada dua jenis yaitu infeksi enteral dan parental. Untuk
infeksi enteral infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut: infeksi bakteri
Vibrio, E.coli, Salmonella, Shighela, Campylobacter, Yersinea, Aeromonas,
dan sebagainya. Infeksi virus Entero virus, (virus ECHO, Coxsackie,
poliomyelitis) Adeno virus, rota virus, dan lain – lain. Infeksi parasit cacicng
(Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides) protozoa (Entamoeba histolytica,
Giardia lamblia, Trichomonas hominis) jamur Candida albicans. Infeksi
parental ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut
(OMA), tonsillitis, bronkopnemonie, ensefalitis, biasanya terjadi pada anak di
bawah usia 2 tahun. Faktor malabsorbsi antara lain malabsorbsi karbohidrat
missal disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida
16
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa) pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering (intoleransi laktosa), malabsorbsi lemak, malabsorbsi
protein. Faktor makanan misal makanan basi, makanan beracun, alergi
terhadap makanan. Dan yang terakhir adalah faktor psikologis, rasa takut dan
cemas. Hal ini sesuai dengan kasus kelolaan penulis dari hasil pengkajian, Ibu
An. A mengatakan sebelum An. A sakit diare An. A memakan makanan yang
sudah basi karena pada saat An. A makan diketahui oleh Ibu An. A dan
kemungkinan besar diare yang dialami An. A disebabkan oleh faktor makanan
yang sudah basi. Dari hasil pengkajian pada An. A didapatkan buang air besar
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair, tanpa ampas dan bau khas,
gelisah, turgor kulit kembali lambat, dimana hal ini sesuai dengan teori, tanda
dan gejala diare adalah defekasi berulang lebih dari tiga kali sehari, perasaan
tidak nyaman pada perut kuadran bawah, lemah otot dan tidak bertenaga,
mukosa bibir kering dan turgor kembali lambat, perasaan haus, gelisah, mata
cowong, ubun – ubun cekung (Suriadi dalam Almisbah, 2007).
Gambaran klinis ditandai dengan pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada nafsu makan, kemudian
timbul diare. Feses cair, mungkin disertai lendir dan lendir darah. Warna feses
makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan
daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan feses makin lama
makin asam sebagai akibat semakin banyak asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak di absorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat
timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut
17
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
(Ngastiyah, 2005). Dari hasil pengkajian pada An. A didapatkan muntah 1 kali
sekitar 150 cc, suhu tubuh 39 derajat celsius, gelisah, rewel dan bagian anus
tidak terdapat lecet. Kendati demikian, gangguan fisiologis paling serius
terkait dengan penyakit diare yang berat adalah, terjadinya kekurangan
volume cairan dan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa dengan
asidosis, dan syok yang terjadi ketika keadaan dehidrasi berlanjut hingga titik
terjadinya gangguan yang serius pada status sirkulasi
Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala
dehidrasi awal tampak berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun –
ubun besar menjadi cekung (pada bayi) selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat di bagi
menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Bila berdasarkan tonisitas plasma
dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonic, dan hipertonik (Ngastiyah, 2005)
Pasien diare yang dirawat biasanya sudah dalam keadaan dehidrasi
berat dengan rata-rata kehilangan cairan sebanyak 12,5%. Pada dehidrasi
berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi rejatan hipovolemik
dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan
darah menurun, pasien sangat lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen,
kadang sampai soporokomateus). Akibat dehidrasi diuresis berkurang
(oliguria sampai anuria). Bila sudah terjadi asidosis metabolic pasien akan
tampak pucat dan pernapasan cepat dan dalam (pernapasan khusmaul).
Asidosis metabolic terjadi karena kekurangan NHCO3 (bikarbonat) melalui
18
feses diare, ketosis kelaparan, produk – produk metabolic yang bersifat asam
tidak adapat dikeluarkan (karena oligiria), berpindahnya ion natrium dari
cairan ekstrasel ke cairan intrasel dan penimbunan asam laktat (Ngastiyah,
2005). Pada penderita diare bila tidak segera di tangani, maka dapat terjadi
dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dan kemudian berlanjut menjadi dehidrasi
berat (Hasan dan Alatas, 2002). Berdasarkan teori pada An. A terjadi dehidrasi
ringan dimana An. A gelisah, rewel, dan cubitan kulit perut kembali lambat,
An. A buang air besar ± 10 kali dalam sehari sekitar 150 cc setiap buang air
besar sehingga dapat terjadi kehilangan cairan dan elektrolit yang
mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolic,
hipokalemi) dengan penghitungan balance cairan An. A -785 cc.
Dimana pada kasus diare terjadi peningkatan motilitas usus yang
menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya kekurangan volume cairan dan elektrolit, karena waktu yang
tersedia penyerapan zat – zat tersebut di kolon berkurang sehingga individu
yang mengalami diare berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik
(Corwin, 2009)
Pada An. A tanggal 5 April 2012 mendapatkan terapi KaEn 15 tetes
per menit, di mana dengan tujuan untuk mengembalikan cairan tubuh yang
hilang hal ini sesuai. Terdapat beberapa penatalaksanaan pada kasus diare
antara lain, rehidrasi merupakan tindakan utama pada diare untuk
mengembalikan cairan tubuh yang hilang. Pemberian cairan dapat secara oral
dan parental apabila mengalami kesulitan dapat dilakukan pemasangan NGT,
19
pemberian larutan gula garam dapat di lakukan dengan pembuatan sendiri,
pemberian parental dapat diberikan dengan ringer laktat (RL), natrium klorida
(NaCL 0,9 %). Monitor tanda – tanda dehidrasi, dimana dehidrasi merupakan
perhatian khusus pada penderita terhadap pemantauan tanda – tanda vital dan
pengamatan yang terus menerus akan dapat menjauhkan resiko bahaya yang
akan muncul pada penderita, balance cairan di ukur dengan memperhatikan
jumlah input dan out put, tanda – tanda vital, mukosa, dan turgor kulit
(Smeltzer dalam Almisbah, 2007). Pada An. A tidak dilakukan pemasangan
NGT di karenakan An. A tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan
cairan lewat oral. Pada keluarga An. A penulis juga mengajarkan bagaimana
cara membuat larutan gula garam, dalam rangka untuk mengembalikan cairan
tubuh yang hilang, serta sebagai tambahan pengetahuan kepada keluarga
tentang penatalaksanaan pertama diare yang dapat dilakukan di rumah dengan
larutan gula garam.
Tanda dan gejala pada pasien gastroenteritis akut berdasarkan dengan
teori, tidak semuanya muncul pada pasien pengelolaan penulis tetapi pada
dasarnya tanda dan gejala yang muncul sama seperti pasien yang ada di klinik.
Tanda dan gejala yang muncul pada An. A buang air besar cair ± 10 kali
dalam sehari sekitar 150 cc setiap buang air besar dengan konsistensi cair,
tidak ada ampas, dan bau khas. Dari hasil observasi, pasien tampak lemah,
suhu pasien 39 derajat celcius, turgor kulit kembali lambat, rewel dan mukosa
bibir kering. Dalam menegakkan diagnosa medis secara pasti dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium darah dan feses.
20
Pada penatalaksanaan pasien gastroenteritis akut dengan kekurangan volume
cairan dan elektrolit, semuanya sama dengan di teori yang lakukan pada
pasien pengelolaan penulis pada saat di klinik.
Dari hasil pengkajian pasien, penulis merumuskan masalah
keperawatan kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan volume cairan aktif. Dan masalah keperawatan kekurangan volume
cairan tersebut diprioritaskan penulis dari beberapa masalah keperawatan yang
muncul pada pasien. Alasan penulis memprioritaskan masalah kekurangan
volume cairan karena kekurangan volume cairan merupakan salah satu
masalah kebutuhan dasar manusia yang berkaitan dengan cairan dan elektrolit.
Dimana cairan dan elektrolit tersebut lebih dahulu untuk di atasi.
Dengan ditegakannya diagnosa keperawatan kekurangan volume
cairan dan elektrolit, penulis merencanakan tindakan untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien yaitu monitor tanda – tanda vital
dengan rasional sebagai indicator keadekuatan volume sirkulasi, motivasi pada
klien untuk banyak minum air putih dengan rasional rasional untuk memenuhi
cairan tubuh yang hilang, pantau kelembapan mukosa dan turgor dengan
rasional sebagai indicator dehidrasi, catat input dan output dengan rasional
memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, ajarkan pada orang tua
untuk membuat larutan gula dan garam dengan rasional untuk memenuhi
kebutuhan cairan lewat oral, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
terapi cairan yang tepat dengan rasional untuk menggantikan kehilangan
cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan. Penulis melakukan
21
implementasi pada An. A sesuai intervensi yang telah di rencanakan penulis
yang di lakukan pada hari kamis, tanggal 6 April 2012 pada jam 09.00 WIB
mengkaji output klien dengan respon subyektif Ibu klien mengatakan An. A
buang air besar cair ± 5 kali dalam sehari dengan konsistensi cair tanpa ampas
dan bau khas, dan respon obyektif An. A tampak lemah. Pada Jam 09.15 WIB
mengukur Tanda – Tanda vital klien dengan respon obyektif suhu 37,5 derajat
celcius, nadi 80 kali per menit dan pernapasan 20 kali per menit, Jam 09.20
WIB mengkaji pada keluarga apakah sudah benar membuat larutan gula
garam dengan respon subyektif Ibu mengatakan sudah bisa membuat larutan
gula garam. Pada Jam 10.45 WIB mencatat input dan out put pasien, dengan
respon obyektif balance cairan input (1270) – output (1655) = - 385cc. Pada
Jam 12.30 memberi motivasi pada pasien untuk minum air putih yang banyak,
dengan respon obyektif An. A minum satu gelas belimbing,
Penulis mengevaluasi keadaan pasien pada hari ke dua dengan hasil
Ibu pasien mengatakan An.A buang air besar ± 5 kali dalam sehari sekitar 150
cc setiap buang air besar dengan konsistensi cair, tanpa ampas dengan bau
khas. An A tampak lemah, balance cairan – 385 cc. Dari hasil data tersebut
dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan kekurangan volume cairan
dan elektrolit teratasi sebagian, sehingga intervensi dilanjutkan meliputi
pantau tanda – tanda vital, catat input dan output, anjurkan pada orangtua
untuk membuat larutan gula garam sendiri untuk memenuhi kebutuhan cairan
lewat oral, serta lanjutkan terapi sesuai advis dokter, zinc 10 mg per dua belas
jam.
22
Pada hari Jum’at tanggal 6 April 2012 jam 13.00 WIB. Pada pasien
kelolaan hanya bisa dikelola dua hari dikarenakan pasien pada hari kedua
pengkajian keluarga An. A minta APS (alasan pulang paksa) sehingga, data
penunjang laboratorium feses belum ada.
B. Kesimpulan
Penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah di
susun untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit pasien, sehingga
kebutuhan cairan dan elektrolit pasien terpenuhi. Pada tahap terakhir penulis
mengevaluasi keadaan pasien setiap hari setelah tindakan keperawatan
dilakukan selama dua hari.
1. Hasil pengkajian yang dilaksanakan pada Setelah pada An. A dengan
gastroenteritis dapat disimpulkan bahwa penulis telah mengkaji pasien dan
mendapat data sesuai keluhan pasien yaitu ibu An. A mengatakan bahwa
An.A buang air besar ± 10 dalam sehari setiap buang air besar ± 150 cc,
mukosa bibir kering, gelisah, rewel, turgor kembali lambat dan suhu 39
derajat celsius, balance cairan – 785 cc.
2. Perumusan diagnosa keperawatan data tersebut penulis memprioritaskan
diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif sebagai diagnosa
yang diprioritaskan.
3. Intevensi atau tindakan yang akan di lakukan yaitu monitor tanda – tanda
vital, motivasi pada klien untuk banyak minum air putih, pantau
kelembapan mukosa dan turgor, catat input dan output, ajarkan pada orang
23
tua untuk membuat larutan gula dan garam, serta kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian terapi cairan yang tepat.
4. Penulis melakukan implementasi pada hari Kamis, tanggal 4-6 April 2012
pada An. A sesuai intervensi yang telah direncanakan yang dilakukan jam
09.00 WIB mengkaji output klien dengan respon subyektif Ibu klien
mengatakan An. A buang air besar cair ± 5 kali dalam sehari dengan
konsistensi cair tanpa ampas dan bau khas, dan respon obyektif An. A
tampak lemah. Pada Jam 09.15 WIB mengukur tanda – tanda vital klien
dengan respon obyektif suhu 37,5 derajat celcius, nadi 80 kali per menit
dan pernapasan 20 kali per menit, Jam 09.20 WIB mengkaji pada keluarga
apakah sudah benar membuat larutan gula garam dengan respon subyektif
Ibu mengatakan sudah bisa membuat larutan gula garam. Pada Jam 10.45
WIB mencatat input dan out put pasien, dengan respon obyektif balance
cairan input (1270) – output (1655) = - 385cc. Pada Jam 12.30 memberi
motivasi pada pasien untuk minum air putih yang banyak, dengan respon
obyektif An. A minum satu gelas belimbing.
5. Penulis mengevaluasi keadaan pasien pada hari kedua dengan hasil Ibu
pasien mengatakan An.A buang air besar ± 5 kali dalam sehari sekitar 150
cc setiap buang air besar dengan konsistensi cair, tanpa ampas dengan bau
khas. An A tampak lemah, gelisah, rewel, turgor kulit kembali kurang dari
tiga detik dan suhu 37,5 celsius, balance cairan – 385 cc. Dari hasil data
tersebut dapat di simpulkan bahwa masalah keperawatan kekurangan
volume cairan dan elektrolit teratasi sebagian, sehingga intervensi
24
dilanjutkan meliputi pantau tanda – tanda vital, catat input dan output,
anjurkan pada orang tua untuk membuat larutan gula garam sendiri untuk
memenuhi kebutuhan cairan lewat oral, lanjutkan terapi sesuai advis
dokter zinc 10 mg per dua belas jam.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberi saran yang
diharapkan bermafaat antara lain:
1. Bagi rumah sakit
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien seoptimal
mungkin dan meningkatakan mutu pelayanan rumah sakit.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana
yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan ketrampilannya dalam melalui praktek klinik dan
pembuatan laporan.
3. Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan
waktu seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan pada klien secara optimal.
25
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito. 2007 . Faktor Resiko Diare pada Bayi dan Balita di Indonesia
Sistematik Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat.
Http://agaesbooks.blogspot.com/.../faktor-risiko-diare-pada-bayi-dan.//.
Diakses tanggal 20 April 2012. jam 07.45 WIB.
Almisbah. 2007. Penatalaksanaan Keperawatan pada Gangguan Sistem
Pencernaan Bawah Diare Non Spesifik. Http : // isjd.pdii.go.id / admin
/jurnal / Ed 1 feb ags 072023. Diakses tanggal 9 April 2012. jam 15.18
WIB.
Carpenito. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, alih bahasa Yasmin Asih
Edisi 10. Jakarta : EGC.
Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Alih Bahasa, Nike Budhi Subekti Edisi 3.
Jakarta : EGC.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
Keperawatan, alih bahasa, I Made kariasa, Ni made Sumarwati. Jakarta :
EGC.
Hasan dan Alatas. 2002. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Unversitas Indonesia.
Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Kushartono. 2006. Terapi Cairan dan Elektrolit pada Anak. Http:// www.
pediatric.com / pkb / 061022023336 – xvm 7143. Diakses tanggal 9 April
2012. Jam 15.13 WIB.
Maryatun. 2008. Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang diare dengan
kejadian diare pada anak balita wilayah kerja puskesmas setabelan
Surakarta. http : // isjd. pdii.lipi.go.id / admin / jurnal / Ed 03085056.
Diakses tanggal 9 April 2012. jam 13.51 WIB.
Nanda. 2005. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Nursalam, M.N, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat.
Jakarta : Salemba Medika.
Rohmah dan Walid. 2010 . Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Arus Media.
Wilkinson, J.M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.
Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa, Andry Hartono,
dkk. .Edisi 6. Jakarta : EGC.