STRATEGI PEMROGRAMAN RADIO FAS 103,7 FM UNTUK
MENARIK MINAT PENDENGAR
(Studi: komplek ADB 1, Alue Peunyareng, Aceh Barat)
SKRIPSI
OLEH :
MAULIDAR
NIM : 07C20220018
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FISIP)
UNIVERSITAS TEUKU UMAR (UTU)
MEULABOH-ACEH BARAT
2013
STRATEGI PEMROGRAMAN RADIO FAS 103,7 FM UNTUK
MENARIK MINAT PENDENGAR
(Studi: komplek ADB 1, Alue Peunyareng, Aceh Barat)
SKRIPSI
OLEH :
MAULIDAR
NIM : 07C20220018
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
IlmuKomunikasi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Teuku Umar (UTU)
2013
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FISIP)
UNIVERSITAS TEUKU UMAR (UTU)
MEULABOH-ACEH BARAT
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : STRATEGI PEMROGRAM RADIO FAS 103,7FM UNTUK MENARIK MINAT PENDENGAR.(Studi : Komplek Perumahan ADB 1, AluePeunyareng, Aceh Barat).
Nama Mahasiswi : MAULIDARNIM : 07C20220018Pogram Studi : ILMU KOMUNIKASI
Menyetujui,Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Syamsuar Basyariah, M.Ag, Banta Diman, S.Sos.I. M.Si,NIDN. 01-2612-6501
Mengetahui,
Ketua Program Studi Dekan
Junaidi, S.Sos.I, Sudarman Alwy, M.Ag,NIY. 012A.0029 NIDN. 01-0254-7601
Tanggal Sidang : 20 Juli 2013
i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi Dengan Judul
STRATEGI PEMROGRAMAN RADIO FAS 103,7 FM UNTUK
MENARIK MINAT PENDENGAR
(Studi: komplek ADB 1, Alue Peunyareng, Aceh Barat)
Yang disusun oleh :Nama Mahasiswi : MAULIDARNIM : 07C20220018Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikPogram Studi : Ilmu Komunikasi
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 20 juli 2013 dandinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
KOMISI PENGUJI
1. Dr. Syamsuar Basyariah, …………………………………NIDN. 01-2612-6501 Ketua
2. Banta Diman, M.Si, …………………………………Sekretaris
3. Saiful Asra, M.Soc,Sc, …………………………………NIDN. 01-1305-8201 Anggota I
4. Junaidi, S.Sos.I, …………………………………NIY. 012A.0029 Anggota II
5. Irwandi, S.Sos.I, …………………………………Anggota III
Alue Peunyareng, 20 Juli 2013Ketua Program StudiIlmu Komunikasi
Junaidi, S.Sos.INIY. 012A.0029
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Setiap bentuk media massa tentu memiliki kelebihan dan kekurangan,
begitu juga halnya dengan Radio. Kecepatan kemampuan menembus atmosfir
bisa diakses pada tempat dengan kesamaan waktu-murah dan mampu untuk
digunakan secara interaktif, adalah sebagian dari kekuatan Radio.
Media massa sebagai suatu sarana komunikasi, keberadaannya telah
melahirkan berbagai teori komunikasi massa, seperti pemanfaatan media massa
oleh khalayak dan efek media massa terhadap khalayaknya (Elvinaro Ardianto &
Lukiati Komala Erdinaya 2007, h. 155). Komunikasi yang menggunakan media
massa jelas disebut sebagai komunikasi massa dimana komunikator (pengirim
pesan) dan komunikan (penerima pesan) dihubungkan secara massal dengan
menggunakan saluran media yang menimbulkan efek pada khalayak. Ada
beberapa bentuk media massa yang digunakan khalayak oleh ramai seperti; surat
kabar, majalah (media cetak), Radio, televisi, film, dan media on line/ internet
(media elektronik).
Komunikasi massa melalui Radio merupakan komunikasi yang terjadi atau
berlangsung pada khalayak dengan bentuk penerimaan informasi hanya dapat
didengar oleh telinga. Radio sebagai media massa memiliki fungsi sebagai media
penyampai informasi. Program radio seperti news, infotainment bahkan talk show
atau live mampu memberikan informasi yang sekiranya diperlukan oleh khalayak
atau pendengar radio. Selain memberikan informasi, radio juga bisa bermanfaat
2
sebagai sarana pendidikan, pemujuk, dan hiburan di mana dapat digunakan untuk
pengawasan masyarakat pada umumnya.
Media Radio merupakan salah satu media massa yang banyak digunakan
oleh masyarakat luas. Pada umumnya dalam satu wilayah terdapat beberapa
stasiun Radio, dan itu menjadikan Radio sangat akrab dengan publik. Radio
sendiri telah menjawab kebutuhan untuk meyakinkan komunikasi yang dapat
memacu perubahan masyarakat, Radio merupakan media auditif yang bersifat
atraktif dengan memperdengarkan suara manusia untuk mengutarakan sesuatu.
( Kuspriyanto, www.eurakaindonesia.org. 2011).
Produksi program siaran Radio adalah proses mentransfer naskah suara,
yang ujungnya menjadi suatu hasil nyata dari sebuah ide. Produksi siaran Radio
pada dasarnya juga merupakan paduan penciptaan gambar suara dengan rangkaian
kata-kata, suara-musik, dan sound efek menjadi kesatuan yang utuh yang mampu
membangkitkan sugesti, emosi maupun imajinasi pendengarnya.
Perencanaan pemograman adalah tahap paling penting dalam setiap
kegiatan, tak terkecuali, membangun Radio FAS FM. Perencanaan akan
menentukan kemana arah Radio hendak dibawa, untuk kepentingan siapa mereka
ada, serta apa tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan penentuan format siaran adalah untuk memenuhi sasaran khalayak
secara spesifik dan untuk persiapan berkompetisi dengan media lainnya di suatu
lokasi siaran. Forma tsiaran lahir dan berkembang seiring dengan tuntutan
spesialisasi siaran akibat maraknya pendirian stasiun Radio. Format siaran dapat
ditentukan dari berbagai aspek,misalnya aspek demografis audien seperti
kelompok umur, jenis kelamin, profesi, hingga geografi.
3
Pada stasiun penyiaran Radio terdapat beberapa format, misalnya Radio
anak-anak, remaja, muda, dewasa, dan tua. Berdasarkan profesi, perilaku, atau
gaya hidup. Ada Radio berformat profesional, intelektual, petani, buruh,
mahasiswa, nelayan, dan sebagainya.
Didalam proses komunikasi sosial, peran ideal Radio FAS FM sebagai
media publik adalah mewadahi sebanyak mungkin kebutuhan dan kepentingan
pendengarnya, ada tiga bentuk kebutuhan, yaitu : (1) informasi; (2) pendidikan
dan; (3) hiburan. Tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan tersebut akan membuat
Radio FAS FM kehilangan fungsi sosial, dan kehilangan pendengar.
Khalayak pendengar Radio memiliki karakteristik yang khas yaitu :
1. Heterogen. Massa pendengar Radio terdiri dari orang-orang yang berbeda
usia, ras, suku, agam, strata sosial, latar belakang sosial-politik-budaya, dan
kepentingan
2. Pribadi. Pendengar adalah individu-individu, bukan tim atau organisasi.
Karenanya, komunikasi yang berlangsung bersifat interpersonal (antar
pribadi),yakni penyiar dengan pendengar, dengan gaya “ngobrol”. Penyiar
harus membayangkan seolah-olah sedang berbicara kepada satu orang saat
siaran.
3. Aktif. Pendengar Radio tidak pasif, tetapi berfikir, dapat melakukan
interpretasi, dan menilai apa yang didengarnya.
4. Selektif. Pendengar dapat memilih gelombang, frrekuensi, atau stasiun
Radio mana saja sesuai selera. Penyiar tidak bisa memaksa stay tune di
gelombang yang sama setiap saat.
4
Selain karakter tersebut, pendengar Radio juga memiliki beberapa karakter
lainnya, yaitu :
1. Rentang konsentrasi dengarnya pendek, cepat jenuh.
2. Dapat beralih cepat perhatiannya oleh gangguan orang atau peristiwa di
sekitar Radio.
3. Mudah memutuskan untuk mematikan Radio
4. Tak bisa menyerap informasi banyak dengan sekali dengar
5. Lebih tertarik hal-hal yang mempengaruhi kehidupan mereka, kehidupan
teman dan tetangga.
Sebagai sarana media publik, Radio adalah sarana yang sangat strategis
dalam mengembangkan segala informasi baik itu berita, iklan dan musik. Dan
begitu juga yang dilakukan oleh FAS 103,7 FM Meulaboh dalam Kabupaten Aceh
Barat menyajikan berbagai kebutuhan masyarakat pendengar di wilayah
Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten lainnya yang dekat dan dapat dijangkau
dengan pemancar Radio FAS 103,7 FM.
Namun dalam persaingan antara Radio swasta di Kabupaten Aceh
Barat,Radio Fas 103,7 FM perlu sebuah manajemen yang tepat dalam
membangun pencitraan di tengah-tengah masyarakat untuk merebut
audiens(pendengar). Untuk lebih dapat memahami strategi seperti apa, yang
digunakan managemen Radio FAS FM untuk dapat menarik minat pendengar,
serta program-program apa saja yang ditawarkan managemen FAS FM yang
diminati oleh para pendengar dan sejauh mana program-program Radio FAS FM
berdampak kepada pendengar. Oleh sebab itu penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul :
5
“STRATEGI PEMROGRAMAN RADIO FAS 103,7 FM UNTUK
MENARIK MINAT PENDENGAR (STUDI KASUS : KOMPLEK
PERUMAHAN ADB 1 (SATU) ALUE PEUNYARENG. ACEH BARAT)”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas dapat dirumuskan pokok-
pokok permasalahannya sebagai berikut :
1. Strategi pemrograman siaran Radio seperti apa yang digunakan oleh Radio
FAS FM untuk menarik minat pendengar?
2 Program-program apa saja yang ditawarkan managemen Radio FAS FM
yang diminati oleh para pendengar?
3 Sejauhmana program-program Radio Fas FM berdampak kepada para
pendengar?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menjawab rumusan masalah diatas, maka perlu dikemukakan tujuan
penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui strategi pemrograman siaran Radio seperti apa yang
digunakan oleh Radio FAS FM untuk menarik minat pendengar.
2. Untuk mengetahui program-program apa saja yang ditawarkan
managemen Radio FAS FM yang diminati oleh para pendengar.
3. Untuk mengetahui sejauhmana program-program Radio Fas FM,
berdampak kepada para pendengar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
6
1. Penulis
Dapat menambah wawasan penulis sebagai bahan perbandingan antara teori
yang telah dipelajari dengan praktek yang diterapkan berdasarkan hasil dari hasil
penelitian secara langsung.
2. Lingkungan Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah bahan
bacaan dan dapat menambah wawasan bagi mahasiswa Universitas Teuku Umar
pada umumnya dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) pada khususnya
dan dapat memberi wawasan lebih pada program studi komunikasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada perusahaan
Radio FAS FM, agar dapat terus menjaga dan terus menarik perhatian serta minat
pendengar khususnya dibagian siaran. Serta dapat menjadi pertimbangan bagi
pihak Radio FAS FM Meulaboh dalam menyusun program-program siaran Radio.
7
1.5. Sistematika Pembahasan
Bagian Pertama Dalam Pendahuluan; terdapat sub bab yang meliputi latar
belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian yang terbagi dua yakni, manfaat teoritis dan
manfaat praktis.
Bagian kedua Tinjauan Pustaka; yang menjelaskan tentang hal-hal
berkaitan dengan judul yang diajukan, berdasarkan
referensi, buku bacaan yang berhubungan dengan penelitan,
yaitu teori yang berhubungan dengan pemograman siaran
Radio.
Bagian Ketiga Metode Penelitian; yang terdiri dari metodelogi penelitian,
sumber data dan teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, teknik analisis data, pengujian kredibilitas data.
Bagian Keempat Hasil penelitian dan pembahasan; yaitu menjelaskan
mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan di
lapangan.
Bagian Kelima Kesimpulan dan saran; dalam bab ini berisikan mengenai
Kesimpulan dan Saran.
Daftar Pustaka
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori S-O-R
2.1.1. pengertian Teori S-O-R
Teori S-O-R ini pada mulanya adalah teori S-R (stimulus Respons) pada
dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek
merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. (Bungin, 2006: 277). Dengan nama
teori S-R (stimulus Respons) yang diungkapkan De Fleur yang didalamnya berisi
3 elemen penting, yaitu: Stimulus (S), yakni pesan dalam hal ini adalah program
acara yang disiarkan oleh Radio FAS FM, Organisme (O) yakni pihak penerima
(Receiver) dalam hal ini adalah pendengar Radio FAS FM yang berada di
Komplek ADB 1 Alue peunyareng yang akan diteliti dan Respons (R), yakni
akibat atau dampak kepuasan dan sosial yang ditimbulkan oleh siaran Radio FAS
FM.
Teori stimulus respon juga memandang bahwa pesan dipersepsikan dan
didistribusikan secara sistemik dan dalam skala yang luas. Pesan, karenanya tidak
ditujukan kepada orang dalam kapasitasnya sebagai individu, tetapi sebagai
bagian dari masyarakat. Untuk mendistribusikan pesan sebanyak mungkin,
penggunaan teknologi merupakan keharusan. Sedangkan individu yang tidak
terjangkau oleh terpaan pesan, diasumsikan tidak akan terpengaruh oleh isi pesan
(Mufid, 2007:22).
Prinsip stimulus respon ini merupakan dasar dari teori jarum hipodermik,
teori klasik mengenai proses terjadinya efek media massa yang sangat
berpengaruh dalam masyarakat massa, dimana prinsip stimulus respon
9
mengasumsikan bahwa pesan informasi dipersepsikan oleh media dan
didistribusikan secara sisitematis dan dalam skala yang luas (Bungin, 2006: 277).
Yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat
terhadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang
memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan (R) yang
kuat pula pada khalayak.
Azwar, (2008, http//digilib.petra.ac.id/s1/ikom/2009.) mengatakan asumsi
dasar yang melandasi studi Hovland dan kawan-kawannya adalah anggapan
bahwa efek suatu komunikasi tertentu yang berupa perubahan sikap akan
tergantung pada jumlah mana komunikasi itu diperhatikan, dipahami, dan
diterima. Langkah seperti pada gambar dibawah ini :
Gambar : 2.1 Teori SO—R
Gambar di atas dapat kita lihat bahwa stimulus yang disampaikan kepada
komunikan dapat berdampak diterima atau di tolak. “ Dalam proses perubahan
sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa
benar-benar melebihi semula. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada
komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan
berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan
mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.
Stimulus
Organisme:PerhatianPemahamanpenerimaan
Respons(Perubahan Sikap)
10
Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan
untuk mengubah sikap. (http://batasakhir.wordpress.com/2010/teori-s-o-r).”
2.1.2. Unsur- Unsur Teori S-O-R
Menurut stimulus respons ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus
terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsus-unsur
dalam model ini adalah :
1. Pesan (stimulus, S) menurut Widjaja (2010: 14-20) pesan adalah
keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya
mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalam usaha mencoba
mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara
panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir
dari komunikasi. Pesan dapat disampaikan dengan lisan atau langsung, tatap muka
dan dapat pula dengan menggunakan media atau saluran. Bentuk pesan dapat
bersifat informatif. Persuasif dan koersif atau memaksa dengan menggunakan
sanksi-sanksi. Dapat berbentuk perintah, instruksi dan sebagainya.
2. Komunikan (Organisme, O) adalah penerima pesan, dapat digolong dalam
tiga jenis yakni persona, kelompok dan massa.
3. Efek (respons, R) adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan
tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jika sikap
dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka komunikasi berhasil, demikian pula
sebaliknya.
11
2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Teori S-O-R
Dalam teori S-O-R dinamika tingkah laku disebabkan oleh pengaruh
internal dan eksternal. Teori ini dipengaruhi oleh faktor internal yang merupakan
faktor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu sendiri, faktor ini mengolah
pengaruh yang datang dari luar keinginannya yang biasanya disesuaikan dengan
motif yang mendorong terjadinya tingkah laku dalam diri manusia tersebut.
Sedangkan eksternal faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Yaitu
yang merupakan interaksi sosial di luar kelompok. Dalam teori S-O-R eksternal
ini yang dapat menjadi stimulus dan memberikan rangsangan sehingga
berubahnya sikap dan tingkah laku seseorang. Untuk keberhasilan dalam
mengubah sikap maka komunikator perlu memberikan tambahan stimulus
(penguatan) agar penerima berita mau mengubah sikap. Hal ini dapat dilakukan
dalam berbagai cara seperti dengan pemberian imbalan atau hukuman. Dengan
cara demikian ini penerima informasi akan mempersepsikannya sebagai suatu arti
yang bermanfaat bagi dirinya dan adanya sanksi jika hak ini dilakukan atau tidak.
Dengan sendirinya penguatan ini harus dapat dimengerti, dan diterima sebagai hal
yang mempunyai efek langsung terhadap sikap. Untuk tercapainya ini perlu cara
penyampaian yang efektif dan efisien.(http://ilmukomunikasi.blogspot.com:2008).
2.2. Media Radio
2.2.1. Pengertian Radio
Radio adalah media massa yang memiliki ciri khas tersendiri sebab hanya
menyiarkan suara saja. Radio memperoleh lambang-lambang komunikasi yang
berbunyi dan hanya dapat ditangkap oleh telinga (bersifat audial), jadi Radio
12
masuk pada jenis media berbentuk ucapan atau bunyi (the spoken words), (Arifin
1994, h.27). Siaran Radio menurut Undang-undang No 23 tahun 2002. Tentang
penyiaran
“Adalah sebuah kegiatan pemancarluasan siaran melalui saranapemancaran dan/atau sarana transmisi di udara, di darat, di laut ataudi antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi Radio melaluiudara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secaraserentak oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran, yangdilakukan secara teratur dan berkesinambungan.”(nurhasanahnana, nurhasanahnana.wordpress.com . 2010).
Lambang-lambang komunikasi yang berbunyi yang diterima oleh pesawat
penerima Radio dipancarkan atau disiarkan dari studio Radio. Dari studio inilah di
siarkan program Radio (berita, musik, reportase dan lain-lain), yang serentak
dapat diterima oleh ratusan ribu orang pada tempat yang relatif tak terbatas
melalui pesawat Radio. Ini dilakukan atas bantuan gelombang-gelombang Radio
yang didasarkan pada tenaga listrik (Arifin 1994, h. 27). Hal tersebut menjelaskan
bahwa Radio siaran merupakan media elektronik. Radio ialah siaran (pengiriman)
suara atau bunyi melalui udara (Hardaniwati et,al,2003, h.542).
Isi siaran Radio terbagi dua :tuturan dan musik yang dikemas dalam
berbagai jenis acara, yaitu:
1. Hiburan
1) Musik, lagu, iklan
2) Kuis, game, interaktif
3) Sandiwara, bercerita
2. Informasi
1) Berita pendek
2) Berita kisah (feature)
13
3) Berita buletin
Gabungan berita dan hiburan : infotainment.
Radio siaran sebagai salah satu media massa juga dapat melakukan fungsi
kontrol sosial, diantara empat fungsi lainnya yakni memberi informasi,
menghibur, mendidik dan melakukan persuasi (Ardianto& Komala Erdinaya
2007, h.119). Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan Radio siaran tersebut
dalam mempengaruhi khalayak adalah daya langsung, daya tembus, dan daya
tarik.
1. Daya langsung
Daya langsung Radio siaran berkaitan dengan proses penyusunan dan
penyampaian pesan pada pendengarnya yang relatif cepat.
2. Daya tembus
Kekuatan lain dari Radio siaran, ialah daya tembus. Melalui benda kecil
yang namanya Radio siaran, kita dapat mendengarkan siaran berita dari
BBC di London, atau ABC di Australia. Dengan mudah kita memindahkan
channel dari stasiun Radio siaran satu kepada stasiun Radio siaran lainnya,
dengan demikian Radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan.
3. Daya tarik
Daya tarik ini disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang
ada padanya, yakni musik, kata-kata dan efek suara (sound effect).Efek
suara tersebut menjadikan daya tarik tersendiri bagi pendengar Radio siaran
dan pendengar terbawa pada suasana yang sedang digambarkan.
Menurut Dominick, Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia,
dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi
14
dengan media lainnya (Ardianto & Komala 2007, h.115). sebab itulah Radio dapat
terus bertahan pada saat ini walaupun Radio adalah media elektronik yang tertua,
keunggulan dari Radio siaran ialah ia dapat berada dimana saja.
2.2.2. Karakteristik Radio Siaran
Mark W. Hall dalam buku broadcast Journalism mengemukakan bahwa
perbedaan mendasar antara media cetak dengan Radio siaran ialah media cetak
dibuat untuk “konsumsi” mata, sedangkan Radio siaran untuk “konsumsi” telinga
(Ardianto & Komala Erdinaya, 2007, h. 122). Penyampaian pesan melalui media
Radio siaran terdapat cara tersendiri, yakni apa yang disebut Radio siaran style
atau gaya Radio siaran. Gaya Radio siaran ini disebabkan oleh sifat Radio siaran
yang menjadi karakteristik dari Radio siaran itu sendiri, antara lain:
1. Imajinatif, karena hanya indra pendengaran yang digunakan oleh khalayak
dan pesannya pun selintas, maka Radio siaran dapat mengajak
komunikannya untuk berimajinasi. Dengan kata lain pendengar Radio siaran
bersifat imajinatif;
2. Auditori, sifat auditori itu sebagai konsekuensi dari Radio siaran untuk
didengar. Karena kemampuan mendengar manusia itu terbatas, maka pesan
komunikasi melalui Radio siaran diterima dengan selintas. Oleh sebab itu,
pesan Radio siaran harus disusun secara singkat dan jelas (concise and
clear) atau menurut istilah Mark W. Hall, pesan Radio siaran itu harus
becristal clear ;
3. Akrab, sifat Radio siaran yang lainnya adalah akrab, intim. Seorang penyiar
Radio siaran seolah-olah berada dikamar pendengar, menemani pendengar
dalam mobil, dan di tempat-tempat lainnya di mana saja pendengarnya
15
berada, maka dengan akrab dan cekatan dia menghidangkan acara-acara
yang bervariasi, mulai dari acara yang informatif sampai acara-acara
hiburan yang menggembirakan;
4. Gaya percakapan, sekalipun pesan Radio siaran didengar oleh ribuan orang,
tetapi pendengar berada di tempat yang terpisahkan dan bersifat pribadi.
Dengan demikian materi siaran kata Radio siaran bergaya percakapan
(conversational style).
Dibanding media lain, Radio memiliki karakter khas, yang di dalamnya
terkandung kekuatan, sekaligus kelemahan.
Menurut Helena Olii (2007;8) keunggulan Radio sebagai medium
pembelajaran dan informasi adalah pada program pengembangan dan program
informasinya. Keunggulan Radio antara lain :
1. Radio mempengaruhi imajinasi pendengar
Radio mampu melibatkan dan merangsang imajinasi, memiliki dimensi
waktu dan ruang serta ide yang disampaikan oleh Radio dapat
dikembangkan. Radio juga memiliki kemampuan untuk mengilhami dan
memotivasi. Semua keunggulan tersebut dapat diperoleh dari hasil program
Radio yang efektif.
2. Radio merupakan alat penerima program dengan biaya murah.
Dengan sedikit biaya, Radio berpotensi menjangkau tingkatan sosial seluruh
penduduk.
3. Radio mudah dibawa
Karena bentuknya kecil, Radio merupakan pesawat penerima siaran yang
mudah dibawa kemana-mana.
16
4. Radio sebagai media hiburan
Salah satu media hiburan yang efektif, karena Radio memiliki banyak
program acara untuk menghibur pendengar.
5. Radio menembus ruang dan waktu
Radio mampu mengatasi hambatan geografis, jarak, waktu dan biaya
(menembus ruang dan waktu).
6. Radio mampu menjangkau masyarakat luas
Pendengar Radio tidak harus pandai baca tulis, tidak mengenal umur
maupun tingkatan strata sosial.
Dibalik keunggulannya, Radio memiliki sejumlah kelemahan dan
keterbatasan. Pengelola harus mampu mengenali kelemahan tersebut sekaligus
mampu menyusun program siaran yang sesuai dengan sifat Radio. Kelemahan
Radio antara lain adalah :
1. Kurang detail : Siaran Radio hanya dihantarkan dengan suara. Padahal daya
ingat manusia sangat terbatas. Karena itu pendengar tidak bisa menerima
seluruh isi siaran yang terlalu panjang.
2. Tidak bisa disimpan (didokumentasikan): Siaran Radio bersifat sekali
dengar dan tidak tersimpan oleh pendengar. Sebenarnya menyimpan tetap
bias dilakukan, tapi butuh banyak biaya, alat dan waktu khusus untuk
melakukannya.
3. Selintas, sulit diingat: Karena sifatnya yang tidak bisa disimpan tersebut,
Radio hanya mengandalkan daya ingat pendengarnya..Bagaimanapun daya
ingat manusia sangat terbatas, sehingga hanya sedikit hal yang bisa mereka
ingat dari mendengarkan Radio.
17
4. Durasi program terbatas: Radio siaran dalam setiap programnya dibatasi
durasi waktu, setiap program memiliki rentang waktunya masing-masing.
Biasanya, maksimal durasi waktu program selama 240 menit atau 4 jam,
yang terbagi-bagi dalam segmen acara.
5. Mengandung gangguan: Radio siaran sebagai media massa juga tak lepas
dari gangguan yang sifatnya teknis (channel/mechanic noise faktor). Karena
kekuatan Radio siaran adalah bunyi atau suara, maka unsur ini pula yang
bisa menjadi kelemahan karena adanya gangguan sinyal , suara terdengar
menghilang atau terdapat noise.
6. Non visual: Radio tidak dapat memperlihatkan visualisasi tentang situasi
dalam Radio, sosok penyiar maupun nara sumber yang akan on air di Radio,
berbeda sekali dengan televisi yang mempunyai visualisasi dan audio.
2.2.3. Jenis-Jenis Radio
Jenis-jenis siaran Radio dapat dibagi ke dalam tiga kategori yaitu ditinjau
dari segi frekuensi, gelombang, dan dari penyelenggara (Dalam; Nurhasanah nana
2010).
1. Berdasakan frekuensi
Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang peristiwa dalam selang waktu
yang diberikan. Dalam hasi perhitungan dinyatakan dalam satuan Hertz (hz)
yaitu nama pakar fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz, penemu dari
fenomena ini. Berdasarkan frekuensi Radio terbagi dalam dua bagian yaitu;
Amplitudo Modulasi (AM), dan Frekuensi Modulasi (FM).
2. Berdasarkan gelombang
18
a. Gelombang panjang (long wave). Gelombang jenis ini memiliki signal yang
panjang sehingga mampu menjangkau range area yang sangat luas.
b. Gelombang pendek (short wave). Gelombang yang menggunakan udara
sebagai mediator.
c. Gelombang medium (medium wave). Gelombang yang menggunakan
permukaan bumi sebagai mediator.
3. Berdasarkan penyelenggara
a. Radio Milik Negara
Stasiun Radio yang pelaksanaannya dilakukan oleh lembaga negara dan
untuk kepentingan negara. Seperti Radio Republik Indonesia (RRI) sebelum
menjadi lembaga penyiaran publik, yang berstatus sebagai perusahaan
jawatan (perjan) yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tidak
mencari untung.
b. Radio Publik
Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI dikembangkan/ dibangun mengacu
pada UU No. 32/ 2002 dan PP No. 12/ 2005 sebagai lembaga yang
independen, netral dan tidak komersial dan berfungsi melayani kepentingan
masyarakat, sebagai corong publik bukan corong pemerintah.
c. Radio Swasta/ Komersial
Radio siaran swasta FM dan AM yang dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi, penyelenggaraan Radio swasta tentunya lebih
memfokuskan pada keuntungan, pengelolaan Radio swasta berdasarkan
hasil rating oleh surveyor dan juga selera/ atau kreatifitas pengelola.
Kepentingan Radio swasta diarahkan kepada segmen pasar yang disasar.
19
Dalam siarannya Radio swasta mengikuti keinginan dan selera pasar. Hidup
dan matinya Radio swasta terletak pada pemasang iklan.
d. Radio Komunitas
Adalah stasiun siaran Radio yang dimiliki, dikelola, diperuntukkan, di
inisiatifkan dan didirikan oleh sebuah komunitas. Pelaksaan penyiaran
(seperti Radio) komunitas disebut sebagai lembaga penyiaran komunitas.
Radio komunitas juga sering disebut sebagai Radio sosial, Radio
pendidikan atau Radio alternatif. Intinya Radio komunitas adalah “dari,
oleh, untuk dan tentang komunitas”, (Wikipedia 2011).
e. Radio Asing
Radio luar negeri yang bisa didengar di Indonesia, biasanya menggunakan
jaringan satelit.
2.2.4. Sejarah Radio Sebagai Media Publik
Radio siaran berasal dari Amerika Serikat dan Inggris, Radio siaran sebagai
alat komunikasi ditemukan setelah mesin cetak ditemukan. Donal McNicol dalam
bukunya Radio’s conquest of space, menyatakan bahwa “terkalahkannya” ruang
angkasa oleh Radio siaran, dimulai pada tahun 1802 oleh Dane, dengan
ditemukannya suatu pesan (message) dalam jarak pendek dengan menggunakan
alat sederhana berupa kawat beraliran listrik. Penemu kemajuan Radio siaran
berikutnya adalah, tiga orang cendekiawan muda diantaranya, bernama James
Maxwell berkebangsaan Inggris pada tahun1865. Ia mendapat julukan scientific
father of wireless, karena berhasil menemukan rumus-rumus yang diduga
mewujudkan gelombang elektromagnetik, yakni gelombang yang digunakan
20
Radio siaran dan televisi. Adanya gelombang elektromagnetik telah dibuktikan
oleh Henrich Hertz dengan melalui eksperimennya pada tahun 1884.
Perkembangan Radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan
Belanda, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan dan zaman orde baru. Pada
zaman Belanda, Radio siaran yang pertama waktu itu bernama Nederlands Indie-
Hindia Belanda, ialah Bataviase Radio Veregining (BRV) di Batavia (Jakarta
tempo dulu), yang resminya didirikan pada tanggal 16 Juni 1925 pada saat
Indonesia masih dijajah Belanda dan berstatus swasta. Setelah BRV berdiri,
secara serempak berdiri pula badan-badan Radio siaran lainnya di kota
Yogyakarta, Surakarta, Semarang, dan Surabaya. Yang terbesar dan terlengkap
adalah NIROM (Nederlandsch Indiesche Radio Omproep Mij) di Jakarta,
Bandung, Medan, karena mendapat bantuan dari pemerintah Hindia Belanda.
Sebagai pelopor timbulnya Radio siaran usaha bangsa Indonesia adalah Solosche
Radio Veregining (SRV) yang didirikan di kota Solo pada tanggal 1 April 1933
oleh Mangkunegoro VII dan Ir. Sarsisto Mangunkusumo.
Ketika Belanda menyerah pada tanggal 8 Maret 1942, sebagai
konsekuensinya, Radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta
dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, yang
merupakan pusat Radio siaran yang berkedudukan di Jakarta, serta mempunyai
cabang-cabang yang dinamakan Hoso Kyoku di Bandung, Purwakarta,
Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya dan Malang. Rakyat Indonesia pada
masa Jepang ini hanya boleh mendengarkan siaran dari Hoso Kyoku saja. Namun
demikian, dikalangan pemuda terdapat beberapa orang yang dengan resiko
kehilangan jiwa, secara sembunyi-sembunyi mendengarkan siaran luar negeri,
21
sehingga mereka dapat mengetahui bahwa pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang
telah menyerah pada sekutu.
Proklamasi kemerdekaan oleh Bung Karno dan Bung Hatta, tidak dapat
disiarkan langsung melalui Radio siaran, karena Radio siaran masih dikuasai
Jepang. Teks proklamasi kemerdekaan Indonesia baru dapat disiarkan dalam
bahasa Indonesia dan Inggris pukul 19.00 WIB, dan hanya dapat didengar oleh
penduduk di sekitar Jakarta. Baru pada tanggal 18 Agustus 1945, naskah
bersejarah itu dapat dikumandangkan keluar batas tanah air dengan resiko
petugasnya diberondong senjata serdadu Jepang. Tak lama kemudian dibuat
pemancar gelap, Radio siaran dengan stasiun “Call Radio Siaran Indonesia
Merdeka”. Dari sinilah wakil presiden Mohammad Hatta dan pemimpin lainnya
menyampaikan pidato melalui Radio siaran yang ditujukan kepada rakyat
Indonesia. Pada tanggal 11 September 1945 diperoleh kesepakatan dari hasil
pertemuan antara pemimpin Radio siaran untuk mendirikan sebuah organisasi
Radio siaran. Tanggal 11 September itu menjadi hari ulang tahun Radio
Republika Indonesia.
Sampai akhir tahun 1966, adalah satu-satunya Radio siaran di Indonesia
yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Peran dan fungsi Radio siaran
ditingkatkan, selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa
orde baru Radio siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi.
Acara pendidikan yang berhasil adalah “Siaran Pedesaan” yang mulai diudarakan
pada bulan September 1969 oleh stasiun RRI Regional, juga membantu
menginformasikan program-program pemerintah, seperti keluarga berencana,
transmigrasi, kebersihan lingkungan, imunisasi ibu hamil dan balita. Sejalan
22
dengan perkembangan sisoal budaya serta teknologi, maka bermunculan Radio
siaran amatir yang diusahakan oleh perorangan. Keadaan ini tidak dapat dihindari,
namun perlu ditertibkan. Pemerintah kemudian mengeluarkan peraturan
pemerintah No. 55 Tahun 1970 tentang Radio siaran non pemerintah. Karena
jumlah Radio siaran swasta niaga semakin lama semakin banyak, serta fungsi dan
kedudukannya penting bagi masyarakat, maka tahun 1974 stasiun-stasiun Radio
siaran swasta niaga berhimpun dalam wadah yang dinamakan Persatuan Radio
Siaran Swasta Niaga Indonesia, disingkat PRSSNI.
Bila pada zaman orde baru ada sebuah keharusan Radio-Radio swasta
merelai warta berita dari RRI, di era reformasi hal ini tidak lagi terjadi. Seperti
halnya media cetak, pada era reformasi bermunculan Radio-Radio siaran swasta.
Menurut catatan PRSSNI, hingga tahun 2005, terdapat sekitar 900 Radio siaran
swasta yang tidak terdaftar di PRSSNI. Karena sejak reformasi, Radio siaran tidak
lagi diwajibkan menjadi anggota PRSSNI. Radio-Radio tersebut mempunyai
kewenangan untuk menyiarkan warta berita secara mandiri dengan nama program
yang berbeda-beda. (http://wartapublik.blogdetik.com.2012)
2.3. Media Massa
2.3.1. Pengertian Media Massa
Media massa adalah bentuk media yang dirancang untuk menjangkau
khalayak ramai, diantaranya televisi, film, Radio, koran, majalah, buku, catatan,
video game, dan internet. Banyak penelitian telah dilakukan pada abad masa lalu
untuk mengukur efek media massa pada populasi, untuk menemukan teknik
terbaik untuk mempengaruhinya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, h.726). “Media massa
merupakan sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan
23
berita dan pesan kepada masyarakat luas”. Media merupakan alat yang digunakan
untuk menyampaikan informasi kepada khalayak massa.
Sementara massa itu sendiri adalah orang banyak yang tidak perlu berada
pada satu tempat tertentu, melainkan secara bersama-sama mengikuti peristiwa
atau kejadian penting. Menurut Mayor Polak, massa tidak lain sebagai refleksi
dari proses publisistik, yang secara prakteknya diwakili oleh pers, Radio, film dan
televisi (Arifin, 1994, h.33).
Media massa pada dasarnya terbagi dalam dua kategori media. Yaitu, media
cetak dan media elektronik. Yang mampu menyajikan informasi yang beragam
pada khalayak, seperti berita, iklan dan hiburan. Di sini penulis lebih
memfokuskan pada media elektronik khususnya media Radio siaran, media
massa mampu menjalankan fungsi-fungsinya. Pada umumnya media massa
memiliki empat fungsi yaitu, informasi, edukasi, hiburan dan persuasif.
2.3.2. Efek Media Massa
Media massa memiliki fungsi sebagai saluran informasi, pendidikan, dan
hiburan namun kenyataannya media massa memberikan efektif yang lain di luar
fungsinya. Efek media massa tidak saja mempengaruhi sikap seseorang namun
dapat pula mempengaruhi perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh. Efek
media massa dapat pula mempengaruhi pada sistem-sistem sosial maupun sistem
budaya masyarakat (Bungin 2006, h.315).
Denis McQuail (2002) menjelaskan, bahwa efek media massa memiliki
typology yang terdiri dari empat bagian yang besar.
“pertama, efek media merupakan efek yang direncanakan, sebagai
sebuah efek yang diharapkan terjadi baik oleh media massa sendiri
maupun orang yang menggunakan media massa untuk kepentingan
24
berbagai penyebaran informasi. Kedua, efek media massa yang tidak
direncanakan atau tidak dapat diperkirakan, sebagai efek yang benar-
benar di luar kontrol media, di luar kemampuan media ataupun orang
lain yang menggunakan media untuk penyebaran informasi melalui
media untuk mengontrol terjadinya efek media massa. Ketiga, efek
media massa terjadi dalam waktu pendek namun secara cepat, instan
dan keras mempengaruhi seseorang atau masyarakat. Keempat, Efek
media massa berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga
mempengaruhi sikap-sikap adopsi inovasi, kontrol sosial sampai
dengan perubahan kelembagaan, dan persoalan-persoalan perubahan
budaya.” (Bungin 2006, h. 315).
Dalam teori media dan masyarakat massa, seperti dikatakan Barran & davis
(Mufid 2007, h.19-20). Bahwa media memiliki sejumlah asumsi untuk
membentuk masyarakat, yakni ;
1. Media massa (tak terkecuali penyiaran) memiliki efek yang berbahaya
sekaligus menular bagi masyarakat. Untuk meminimalisir efek ini di Eropa
pada masa 1920-an, penyiaran dikendalikan oleh pemerintah, walaupun
ternyata kebijakan ini justru berdampak buruk di Jerman dengan
digunakannya penyiaran untuk propaganda NAZI.
2. Media massa memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi pola pikir rata-rata
audiennya. Bahkan pada asumsi berikutnya dalam teori ini dikatakan bahwa
ketika pola pikir seseorang sudah terpengaruh oleh media, maka semakin
lama pengaruh tersebut semakin besar.
3. Rata-rata orang yang terpengaruh oleh media, dikarenakan ia mengalami
keterputusan dengan institusi sosial yang sebelumnya justru melindungi dari
efek negatif media. Relevan dengan hal tersebut Jhon Dewey, seorang
pemikir pendidikan, misalnya perrnah berkata bahwa efek negatif media
dapat disaring melalui pendidikan.
25
2.4. Komunikasi Massa
2.4.1. Pengertian Komunikasi Massa
Beberapa definisi komunikasi massa yang dikutip oleh Ardianto & Komala
Erdinaya (2007, h.3).
Tan dan Wright, mendefinisikan: “Komunikasi massa sebagai komunikasi
publik, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam
menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak,
bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek
tertentu”.
Menurut Gerbner (1967), seorang ahli komunikasi yang lain. “Mass
communication is the tehnologically and institutionally based production and
distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial
societies”. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki
orang dalam masyarakat industri).
Definisi yang lain menurut Meletzke (1963) dalam Rakhmat (2005, h.188).
“Unter massenkomunikation verstehen wir jene form der
kommunikation, bei der aussagen offentlich durch technische
verbereitungsmittel indirect und einseitig an ein disperses
publikum”(komunikasi massa kita artikan setiap bentuk
komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka
melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu
arah pada publik yang tersebar). Ketiga definisi ini saling
berhubungan satu dan yang lainnya.
Menurut Elizabeth-Noelle Neuman, yang dikutip Jalaludin Rakhmat, (2005,
h. 189), terdapat empat tanda pokok dari komunikasi massa yaitu; (1) bersifat
tidak langsung, artinya harus melewati media teknis; (2) bersifat satu arah, artinya
26
tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (para komunikan); (3)
bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim; (4)
mempunyai publik yang secara geografis tersebar.
Sehingga saat melakukan komunikasi massa komunikator harus lebih aktif,
di sini komunikator harus dapat menyajikan pesan bagi publiknya yang beraneka
ragam dengan jumlah yang besar. Selain dari itu feedback yang terjadi adalah
feedback tertunda ( delayed feedback ). Keuntungan dengan menggunakan
komunikasi massa adalah dapat menjangkau audiens yang sangat luas, namun
kekurangannya adalah lebih menitik beratkan pada penyebaran informasi
(Widjaja 2010, h.24).
2.4.2. Karakteristik Komunikasi Massa
Karakteristik yang dimiliki oleh komunikasi massa menurut H.A.W.
Widjaja (2010, h.25), yaitu :
1. Bersifat simultan/ serempak, ialah bahwa walaupun komunikan berada pada
jarak satu sama lain terpisah, tetapi media massa mampu membina
keserempakan kontak dengan komunikan dalam penyampaian pesannya.
2. Bersifat umum, ialah pesan yang disampaikan melalui media massa
ditujukan kepada umum dan disamping itu juga mengenai kepentingan
umum.
3. Komunikannya heterogen, sebagai konsekuensi daripada penyebaran yang
teramat luas (jangkauan audiensnya), maka komunikan dari komunikasi
massa terdiri berbagai macam, inilah yang menjadikan komunikannya
heterogen.
27
4. Berlangsung satu arah. Ialah bahwa feedback yang terjadi adalah delayed
feedback, berbeda dengan komunikasi tatap muka.
2.4.3. Model Komunikasi Massa
Ada beberapa model komunikasi yang digunakan oleh komunikasi massa
untuk mengetahui pengaruh dari komunikasi yang disampaikan, program-program
pada Radio sebagai bentuk komunikasi massa yang bertujuan menarik minta
pendengar, juga dapat menggunakan model yang sama, agar dapat mengetahui
sejauh mana program-program Radio dapat menarik minat pendengar. Menurut
Widjaja (2010, h.22-23) terdapat empat model komunikasi massa yakni :
1. Model Jarum Hipodermik
Model komunikasi massa ini didasarkan atas anggapan bahwa media massa
mampu menimbulkan efek yang amat kuat. Artinya bahwa komunikan dapat
dianggap bersifat pasif, dengan demikian media massa dianggap sangat ampuh
terhadap komunikannya. Model ini mirip dengan model peluru (komunikasi satu
arah).
Model jarum hipodermik termasuk kedalam teori stimulus-respon, dimana
teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa efek merupakan reaksi terhadap
situasi tertentu. Dengan demikian seseorang dapat mengaharapkan sesuatu atau
memperkirakan sesuatu dengan sejumlah pesan yang disampaikan melalui
penyiaran. Teori ini memiliki tiga elemen, yakni, (a) pesan (stimulus); (b)
penerima (receiver); (c) efek (respon), (Mufid 2007, h. 22). Prinsip teori ini
kemudian yang memunculkan model jarum hipodermik.
28
2. Model Komunikasi Satu Tahap
Model ini didasarkan atas anggapan bahwa media massa secara langsung
sampai pada komunikannya. Tidak menggunakan pemuka sebagai penerus pesan
arti media massa tersebut. Namun model ini juga mengakui bahwa media bukan
merupakan alat yang teramat kuat pengaruhnya dan efek terhadap komunikannya
berbeda satu sama lain.
3. Model Komunikasi Dua Tahap
Model ini beranggapan bahwa dalam penyampaian melalui media massa,
tidak dapat langsung kepada publiknya tetapi pemuka pendapat. Artinya dari
media massa sampai pada pemuka pendapat kemudian baru para pemuka ini
meneruskannya kepada komunikan yang dimaksud oleh media massa tadi. Disini
sering terjadi erosi dari pada volume informasi atau juga dapat terjadi
penambahan volume informasi dari yang sebenarnya oleh para pemuka pendapat
tadi.
4. Model Komunikasi Tahap Ganda
Model ini beranggapan bahwa media massa tidak selalu langsung
menuju/sampai pada komunikannya yang dituju dan juga tidak selalu harus
melalui pemuka pendapat. Model ini mirip dengan teori difusi inovasi, yakni
pengaruh media dipandang tak secara langsung mengenai individu, tetapi terdapat
sumber non-media yang turut memengaruhi efektifitas pesan media, (Mufid 2007,
h.23). tidak harus melalui opinion leader tetapi bisa oleh siapa saja.
2.5. Strategi Program
Menurut Efendy (2008 : 9) strategi pada hakekatnya adalah perencanaan
(planning) dan manajemen (managemen) untuk mencapai suatu tujuan.
29
Strategi adalah hal menetapkan arah kepada “managemen” dalam arti
tentang sumber daya di dalam bisnis dan tentang bagaimana mengidentifikasikan
kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk memenangkan persaingan di
dalam pasar. (Dirgantoro, 2001;5)
Dari dua pengertian strategi yang sudah dijelaskan dapat dilihat bahwa
strategi yang baik sangat diperlukan sebagai salah satu cara untuk memenangkan
persaingan di dalam pasar. Strategi ini meliputi perencanaan dan manajemen
seperti yang dikatakan Efendy.
Sedangkan yang dimaksud pemrograman dalam penelitian ini adalah
penyusunan program secara Radio. Routhm NcGrath, Weis (dalam Siregar, 2001 ;
203) menjelaskan, “membuat program atau secara Radio dikenal dengan istilah
programing. Pada programing yang dimaksud untuk membentuk kepribadian
stasiun, merupakan langkah penting dalam media Radio”.
Program siaran Radio terdiri dari program regular atau harian (daily
program) dan program khusus atau mingguan (special program, wekly program).
Program regular disiarkan setiap hari. Sedangkan program khusus disiarkan
seminggu sekali, umumnya dijadwalkan malam hari dan akhir pekan (Romli,
2009 : 74)
Strategi program adalah perencanaan sebuah stasiun Radio untuk membuat
dan menyajikan program acara sedemikian rupa agar menjadi rangkaian acara
yang menarik sehingga tidak kalah saing dengan Radio lain.
Peter Pringle dan rekan dalam Morissan menjelaskan strategi program yang
ditinjau dari aspek manajemen strategi (management srtategic) yaitu sebagai
30
berikut : (1) Perencanaan program; (2) Produksi dan pembelian program; (3)
Eksekusi Program; dan (4) Pengawasan dan Evaluasi program (Morisson,
2009 23).
2.5.1. Perencanaan Program
Sebagaimana dikemukaan Pringle Star, dkk, (dalam Morissan 2009 : 232)
perencanaan program mencakup pekerjaan mempersiapkan rencana jangka
pendek, menengah, dan jangka panjang yang memungkinkan stasiun penyiaran
untuk dapat mendapatkan tujuan program dan tujuan keuangannya.
Pada stasiun Radio, perencanaan program mencakup pemilihan format dan
isi program yang dapat menarik dan memuaskan kebutuhan audien yang terdapat
pada segmen audien berdasarkan demografi tertentu. Perencanaan program Radio
juga mencakup mencari penyiar yang memiliki kepribadian dan gaya yang sesuai
dengan format yang sudah dipilih stasiun bersangkutan (Morissan, 2009 : 232).
Perencanaan program melibatkan berbagai keputusan, tidak saja mengenai
program itu sendiri namun juga berbagai aspek yang terlibat seperti nama
program, cara penyajian program (kemasan) dan hal-hal yang terkait dengan
pelayanan kepada audien dan pemasang iklan.
Menurut Pringle Star dkk, (dalam Morisson, 2009 : 245) terdapat empat hal
yang mempengaruhi keputusan perencanaan program yang terdiri atas : (1)
audiens; (2) pengelola dan pemilik stasiun; (3) pemasang iklan dan sponsor serta;
(4) regulator.
31
2.5.2. Produksi dan Pembelian Program
Media penyiaran membutuhkan program untuk mengisi waktu siarannya
dan tidak akan berfungsi apa-apa tanpa tersedia program untuk disiarkan. Kata
kunci untuk memproduksi atau membuat program adalah ide atau gagasan
(Morisson, 2009 : 266). Terkadang gagasan untuk membuat program dapat
berasal dari media massa, misalnya dari siaran Radio, surat kabar, dan sebagainya.
Program Radio dapat diperoleh melalui produksi sendiri, maupun pembelian
program melalui pihak lain. Dalam tahap produksi perlu direncanakan tema atau
topik apa yang akan dibahas dalam suatu program acara. Dalam kegiatan produksi
melibatkan banyak sumber daya manusia karena dalam kegiatan ini pembagian
tugas pada masing-masing divisis mulai ditetapkan dan mulai menjalankan
kewajiban mereka. Semua divisi saling bekerja sama untuk mendapatkan hasil
yang optimal.
2.5.3. Eksekusi Program
Eksekusi program mencakup kegiatan menayangkan program sesuai
dengan rencana yang sudah ditetapkan. (Morisson, 2009 : 302) menjelaskan
strategi penayangan program yang baik sangat ditentukan oleh bagaimana menata
atau menyusun berbagai program yang akan disiarkan. Menata program adalah
kegiatan meletakkan atau menyusun berbagai program pada suatu periode yang
sudah ditentukan. Program siaran tidak hanya bersaing dengan program siaran
sejenis tetapi juga dengan media lainnya. Program siaran juga bersaing dengan
kegiatan pribadi yang dilakukan audien. Menentukan jadwal penayangan suatu
acara ditentukan atas dasar perilaku audien, yaitu rotasi kegiatan mereka dalam
32
satu hari dan juga kebiasaan untuk mendengarkan Radio pada jam tertentu
(Morisson, 2009 : 304).
Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa eksekusi program
merupakan kegiatan menayangkan program sesuai dengan rencana yang sudah
ditetapkan serta penataan program yang sudah ditentukan pada suatu periode.
2.5.4. Pengawasan dan Evaluasi Program
Proses pengawasan dan evaluasi menentukan seberapa jauh suatu rencana
dan tujuan sudah dapat dicapai atau dijadwalkan oleh stasiun penyiaran,
departemen, dan karyawan. Kegiatan evaluasi secara periodik terhadap masing-
masing individu dan departemen memungkinkan manajer umum membandingkan
kinerja sebenarnya dengan kinerja yang direncanakan. Jika kedua kinerja tersebut
tidak sama, maka diperlukan langkah-langkah perbaikan (Morisson, 2009 : 312).
Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan dan evaluasi program
adalah suatu hal untuk menentukan apakah suatu rencana dan tujuan sudah dapat
dicapai oleh stasiun penyiaran, departemen, dan karyawan.
2.6. Program Radio
2.6.1. Pengertian Program Radio
Tidak ada yang lebih penting dari acara atau program sebagai faktor yang
paling penting dan menentukan dalam mendukung keberhasilan financial suatu
stasiun penyiaran (Morisson, 2009 : 199). Menurut Jhon R, Bittner (dalam
Masduki, 2004 : 35) program atau kerap disebut pula dengan istilah acara adalah
barang yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mendengarkannya.
Membuat program atau acara Radio dengan dengan istilah programing.
33
Programing adalah pekerjaan menata atau mengatur acara Radio sedemikian rupa,
guna mendapatkan dan mengembangkan jumlah pendengar (Romli, 2007 : 102).
Program merupakan suatu rangkaian yang dikemas dalam satu format.
Setiap stasiun Radio pada dasarnya harus mempunyai format stasiun yang jelas.
Format setiap stasiun dapat menjadi ciri khas dari stasiun Radio yang
bersangkutan. Secara langsung format Radio akan menentukan khalayaknya.
Monthe (1996 : 66) format adalah kemasan yang mengemas program pagi, siang,
sore, malam dan dini hari. Format tersebut dijabarkan dalam program-program
selanjutnya tersebar kesiaran mingguan, bulanan, dan tahunan. Setiap olah
produksi program siaran mengacu pada pilihan format stasiun Radio. Meurut B.
O’Donnel (dalam Masduki, 2004 : 36) format stasiun lebih dari sekedar musik,
melingkupi ; (1) produksi siaran; (2) personalitas siaran; (3) programa siaran.
2.6.2. Jenis Program Radio
Memproduksi sebuah program radio harus menarik. Ini diperlukan karena
sifat dari radio sendiri yang sepintas lalu. Morissan (2008, p.221) mengatakan
bahwa secara umum Program radio terdiri dari dua jenis yaitu informasi dan
musik. Dua jenis ini kemudian dikemas menjadi sebuah sebuah program yang
dapat memenuhi kebutuhan khalayak. Adapun program tersebut bisa terdiri dari
berita radio, talk show, jinggle, dan info hiburan.
1. Berita Radio.
Merupakan laporan atas suatu peristiwa yang dianggap penting dan
menarik. Akan tetapi, siaran berita berbeda dengan siaran informasi. Siaran
berita berasal dari fakta. Sedangkan siaran informasi tidak selalu berangkat
34
dari fakta.Walau begitu, siaran berita dan siaran informasi selalu diolah
berdasarkan kaidah-kaidah jurnalistik.
2. Perbincangan Radio (talkshow).
Merupakan gabungan antara seni berbicara dan seni wawancara. Jenis
program ini melibatkan penyiar sebagai pemandu acara. Tiga bentuk
talkshow adalah:
- One on one show. Perbincangan penyiar dengan narasumber
mendiskusikan suatu topik dengan keadaan posisi microphone terpisah pada
studio yang sama.
- Panel discussion. Pewawancara sebagai moderator ada bersama sejumlah
narasumber.
- Call in show. Perbincangan yang melibatkan pendengar melalui telepon
mengenai suatu topik. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan apabila
pendengar ingin menyampaikan informasi lain yang dianggap penting.
Dengan jenis perbincangan ini, khalayak dianggap aktif.
3. Jinggel Radio.
Jinggel radio merupakan gabungan kata-kata dan musik yang memberikan
identitas kepada sebuah stasiun radio tersebut. Tujuan lain dari
diciptakannya jinggel radio adalah agar pendengar dapat selalu mengingat
stasiun radio tersebut atau membentuk citra radio.
Salah satu dasar pembuatan program acara yang penting adalah mengacu
pada format station yang telah ditetapkan oleh stasiun radio. Beberapa format
radio yang banyak digunakan sebagai acuan oleh beberapa radio yang berada di
Indonesia, sebagai berikut :
35
1. Adult Contemporary
Format ini ditujukan untuk kaum muda dan dewasa dengan rentang umur
sangat luas antara 25-50 tahun, serta berdaya beli tinggi. Dalam format ini
siaranya antara lain meliputi music pop masa kini, soft rock, balada, berita
olah raga, ekonomi, serta politik.
2. Contemporary Hit Radio (CHR)/ Top 40 Radio
Format ini ditujukan untuk remaja yang berumur 12-20 tahun. Format ini
bisa disebut sebagai format paling populer dengan program siaran yang
berisi lagu-lagu Top 40/top 30, serta lagu baru dan terlaris.
3. All News/ All Talks, Sports
All Talks lebih dulu hadir pada tahun 1960 di Los Angeles dengan konsep
siaran talk show interaktif mengupas isu-isu lokal. Berita dan bincang
ekonomi-politik menjadi acara unggulan dalam format ini.
4. Classic/Oldies/Nostalgia
Format ini ditujukan untuk kalangan dewasa dan tua berumur 35-60 tahun.
Memutar lagu-lagu klasik, apresiasi penyanyi dan lirik lagu lebih penting
dari lagunya. Menyiarkan berita kilas balik masa lalu, serta berita mistik.
5. News/Berita
Format penyajian siaran porsi dominannya adalah berita dan program-
program interview, seperti contohnya segala isu/berita actual seputar
politik, ekonomu, sosial, dan budaya.
36
6. Album Oriented Rock
Format didasarkan dari album-album bergenre rock yang mulai marah
beredar sekitar tahun 80an. Contoh : Linkin Park, Nirvana, The Cure dan
U2
7. Dangdut
Format musiknya full dangdut dan melayu, format radio ini masih sangat
digemari di Indonesia, terutama oleh para kalangan bawah dimana saat ini
televisi masih belum mampu
memuaskan selera mereka mengenai musik dangdut.
8. Humor
Materi siaran yang digunakan humor dan cenderung memasukan unsul lucu
pada format radionya.
Acara Radio sangat beragam, masing-masing lengkap dengan visi, misi,
target pendengar, format, isi siaran, gaya siaran dan bahasa siaran serta durasinya.
Menurut Romli (2007 : 106) umumnya program Radio terdiri dari acara
pemutaran lagu (music program) , obrolan atau bincang-bincang (talkshow), dan
program berita (news program). Terkait dengan musik program. maka yang
menjadi tulang punggung Radio siaran adalah musik. Orang menyetel pesawat
Radio terutama untuk mendengarkan musik, karena musik merupakan hiburan
(Efendy, 1978 : 81).
Menurut Hilliard (dalam Masduki, 2004 : 43) ada lima tujuan dasar
menggunakan musik, yaitu : (1) sebagai isi untuk program musik, diputar secara
utuh; (2) sebagai tema untuk banyak program, diputar sebagai identitas sebuah
acara; (3) untuk menjembatani perpindahan segmen dalam sebuah acara (devisi),
37
sebagai selingan; (4) sebagai efek suara, pemberi suguhan yang menggugah
imajinasi terhadap suatu peristiwa atau lokasi tertentu; (5) sebagai latar belakang,
pemanis dengar saat penyiar dan reporter membacakan naskah.
Umumnya program musik ini divariasikan menjadi acara pemutaran lagu-
lagu pilihan pendengar (request), paduan lagu dan info ringan, tangga lagu, dan
live musik. Selain musik program, Radio juga mempunyai program talkshow atau
chatshow (obrolan, bincang-bincang, dialog interaktif) biasanya mendatangkan
nara sumber atau bintang tamu untuk bincang-bincang tentang sebuah tema atau
topik hangat (Romli, 2009 : 78). Setelah program musik dan talkshow terdapat
satu lagi jenis program yang sering kali kita dengar di Radio, yaitu news program
atau program berita. “berita Radio adalah uraian fakta dan atau pendapat, serta
penyajian pendapat narasumber yang relevan, yang dikombinasikan secara
dinamis dan variatif, sesuai dengan arah bahasan yang disusun oleh reporter, dan
sudah disajikan kepada khalayak melalui media Radio “. (Wahyudi, 1996 : 36).
Menurut Morisson (2009, 225) siaran berita dibedakan dengan siaran informasi,
siaran berita adalah sajian fakta yang diolah kembali menurut kaidah jurnalistik
Radio. Sedangkan siaran informasi tidak selalu bersumber dari fakta di lapangan
namun tetap dikerjakan menurut kaidah jurnalistik.
Format penyajian berita Radio terdiri atas : (1) siaran langsung (live saat
bersamaan melaporkannya dari lokasi, dan (2) siaran tunda, dalam hal ini reporter
mendapatkan fakta dari lapangan, kemudian kembali ke studio untuk
mengolahnya terlebih dahulu sebelum disiarkan (Morisson, 2009 : 226).
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa format penyiaran Radio adalah
siaran langsung dan siaran tunda. Siaran langsung yaitu yaitu reporter
38
mendapatkan berita di lapangan dan pada saat itu pula langsung disiarkan tanpa
editan atau pengolahan terlebih dahulu, sedangkan siaran tunda yaitu
reportermendapatkan berita kemudian diolah di studio baru kemudian disiarkan.
2.7. Minat
2.7.1. Pengertian Minat
Minat didefinisikan berbeda oleh beberapa orang ahli namun memiliki
tujuan yang sama. Masing-masing ahli mendefinisikannya sesuai dengan
pandangan dan disiplin keilmuan masing-masing. Keinginan atau minat dan
kemauan atau kehendak sangat memengaruhi corak perbuatan yang akan
dilakukan seseorang. Minat/keinginan erat hubungannya dengan perhatian yang
dimiliki. Karena perhatian mengarahkan timbulnya kehendak pada seseorang.
Kehendak atau kemauan ini juga erat hubungannya dengan kondisi fisik seseorang
misalnya dalam keadaan sakit, capai, lesu atau mungkin sebaliknya yakni sehat
dan segar. Juga erat hubungannya dengan kondisi psikis seperti senang, tidak
senang, tegang, bergairah dan seterusnya (Sobur, 2003:246).
Menurut kamus lengkap psikologi, minat (interest) adalah (1) satu sikap
yang berlangsung terus menerus yang memolakan perhatian seseorang, sehingga
membuat dirinya jadi selektif terhadap objek minatnya, (2) perasaan yang
menyatakan bahwa satu aktivitas, pekerjaan, atau objek itu berharga atau berarti
bagi individu, (3) satu keadaan motivasi, atau satu set motivasi, yang menuntun
tingkah laku menuju satu arah (sasaran) tertentu (dalam Chaplin, 2008:255).
Menurut Crow & Crow (dalam Abror, 1993:112) minat adalah sesuatu yang
berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa
39
tertarik pada orang, benda, kegiatan ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif
yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
Rast, Harmin dan Simon (dalam Mulyati, 2004:46) menyatakan bahwa
dalam minat itu terdapat hal-hal pokok diantaranya: (1) adanya perasaan senang
dalam diri yang memberikan perhatian pada objek tertentu, (2) adanya
ketertarikan terhadap objek tertentu, (3) adanya aktivitas atas objek tertentu, (4)
adanya kecenderungan berusaha lebih aktif, (5) objek atau aktivitas tersebut
dipandang fungsional dalam kehidupan dan (6) kecenderungan bersifat
mengarahkan dan mempengaruhi tingkah laku individu.
Definisi minat menurut Shaleh (2004:262) adalah suatu kecenderungan
untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi
yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang.
Jadi minat merupakan kecenderungan atau arah keinginan terhadap sesuatu
untuk memenuhi dorongan hati, minat merupakan dorongan dari dalam diri yang
mempengaruhi gerak dan kehendak terhadap sesuatu, merupakan dorongan kuat
bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian
tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.
2.7.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Minat
Menurut Crow and Crow, ada tiga faktor yang menimbulkan minat yaitu
“Faktor yang timbul dari dalam diri individu, faktor motif sosial dan faktor
emosional yang ketiganya mendorong timbulnya minat”, (Johny Killis, 1988 :26).
Pendapat tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Sudarsono, faktor-faktor
yang menimbulkan minat dapat digolongkan sebagai berikut :
40
1. Faktor kebutuhan dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang
berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.
2. Faktor motif sosial, Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat didorong
oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, perhargaan dari
lingkungan dimana ia berada.
3. Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam
menaruh perhatian terhadap sesuat kegiatan atau objek tertentu.
Jadi berdasarkan dua pendapat diatas faktor yang menimbulkan minat ada tiga
yaitu dorongan dari diri individu, dorongan sosial dan motif dan dorongan
emosional. Timbulnya minat pada diri individu berasal dari individu, selanjutnya
individu mengadakan interaksi dengan lingkungannya yang menimbulkan
dorongan sosial dan dorongan emosional.
2.7.3. Macam-Macam Minat
Minat dibagi 2 yaitu :
1. Minat primitif atau biologis
Minat yang timbul dari kebutuhan – kebutuhan jasmani berkisar pada soal
makanan, comfort, dan aktifitas. Ketiga hal ini meliputi kesadaran tentang
kebutuhan yang terasa akan sesuatu yang dengan langsung dapat memuaskan
dorongan untuk mempertahankan organisme.
2. Minat kultural atau sosial
Minat yang berasal dari perbuatan belajar yang lebih tinggi tarafnya.
Orang yang benar – benar terdidik ditandai dengan adanya minat yang benar –
benar luas terhadap hal – hal yang bernilai (Witherington, H. C, 1999)
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode pengkajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan
sedalam-dalam nya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Sedangkan tipe
penelitian ini menggunakan tipe deskripsi kualitatif, dimana peneliti
mendeskripsikan wawancara mendalam dan penyebaran angket terhadap subjek
penelitian.
3.2. Sumber Data Dan Teknik Pengumpulan Data
3.2.1. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland sebagaimana dikutip oleh Moleong
(2004:157), sumber data adalah “sumber data utama penelitian kualitatif ialah
kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain”.
(Basrowi & Suwandi 2008, h. 169). Berdasarkan sumber pengambilannya data
terbagi dalam dua jenis data yaitu.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di
lapangan oleh peneliti. Data primer disebut juga data asli atau data baru. Contoh :
data kuesioner, data survey, data wawancara, data observasi dan sebagainya.
42
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan
atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu. Contoh : data di perpustakaan,
BPS, kantor-kantor, dan sebagainya (Sugiarto 2007, h. 46).
Sesuai dengan judul penelitian ini untuk dapat memperoleh data maka penulis
menggunakan berbagai sumber. Seperti penyiar Radio, kabag pemograman Radio,
kepala stasiun Radio dan juga pendengar Radio, yang berada di komplek
perumahan ADB 1 Alue Peunyareng yang sesuai dengan studi kasus penelitian.
Populasi masyarakat yang berada di komplek perumahan ADB 1 Alue
Peunyareng bila dilihat dari keseluruhan penduduk yang ada berjumlah ± 517
jiwa bila dipersenkan ialah sebanyak 30% yaitu berjumlah ± 172 jiwa.
Disebabkan begitu besarnya pendengar Radio yang ada di komplek perumahan
ADB 1 Alue Peunyareng, maka penulis hanya memfokuskan pada dua blok yaitu
blok C dan blok D sebagai sampel penelitian. Dengan populasi ± 50 jiwa.
Untuk menentukan sampel penelitian penulis menggunakan teknik sampling
random sederhana, disini setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama
untuk dipilih menjadi sampel. Periset menulis atau memberi nomor pada seluruh
anggota populasi, lalu mengundinya (merandom/mengacak) sampai mendapat
jumlah sampel yang dibutuhkan (Kriyantono 2007, h. 150). Dalam penelitian ini
penulis menggunakan sampel sebanyak 60 % yaitu 60 orang sebagai responden
dengan 10 orang yang akan diwawancara dari pihak Radio FAS FM. Yang
diharapkan mampu untuk mewakili seluruh populasi yang ada.
43
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka
digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi ( pengamatan)
Merupakan metode pengumpulan data yang digunakan pada riset kualitatif.
Observasi difokuskan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena riset.
Fenomena ini mencakup interaksi (perilaku) dan percakapan yang terjadi diantara
subjek yang diteliti. Sehingga keunggulan metode ini adalah data yang
dikumpulkan dalam dua bentuk: interaksi dan percakapan (conversation). Artinya
selain perilaku non verbal juga mencakup perilaku verbal dari orang-orang yang
diamati (Kriyantono 2007, h. 106). Disamping kemampuan berbicara dan
mendengarkan, sebagaimana digunakan dalam wawancara-wawancara, observasi
merupakan keterampilan harian lain sebagai secara metodelogis disistematisir dan
diterapkan dalam penelitian kualitiatif. Tidak hanya persepsi visual, tetapi juga
pesepsi beradasarkan pendengaran, perasaan, dan penciuman yang diintegrasikan
(Flick 2002, h. 135).
Berdasarkan pelaksanaan, observasi dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu : (1)
Observasi Partisipasi, yaitu observasi yang melibatkan peneliti atau observer
secara langsung dalam kegiatan pengamatan di lapangan. Jadi, peneliti bertindak
sebagai observer, artinya peneliti merupakan bagian dari kelompok yang
ditelitinya; (2) Observasi nonpartisipasi, yaitu observasi yang dalam
pelaksanaannya, tidak melibatkan peneliti sebagai partisipasi atau kelompok yang
diteliti. Cara ini banyak dilakukan pada saat ini.
44
2. Kuesioner (angket)
Merupakan suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau
menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan mereka akan
memberikan respon atas daftar pertanyaan yang ada. Dalam penelitian ini penulis
menyebarkan angket kepada masyarakat yang tinggal di komplek perumahan
ADB 1 Alue Penyareng, yang berkemungkinan mendengarkan Radio Fas FM.
3. Wawancara (interview)
Wawancara yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dari Radio FAS
FM dan dari pendengar Radio yang berada di komlek perumahan ADB 1 Alue
Peunyareng, dalam penelitian ini digunakan jenis wawancara mendalam (Depth in
Terview) adalah suatu cara pengumpulan data atau informasi dengan cara
langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan
mendalam (Kriyantono 2007, h. 98). Wawancara ini dapat dilakukan beberapa
kali dengan informan atau sekali saja dengan responden. Menurut Lexy J
Moleong (1991) dijelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud-
maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung
(face to face), untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan
mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Sesuai
dengan jenisnya, peneliti memakai jenis wawancara seperti yang dikatakan oleh
Lexy J Moleong (2002) yaitu ;
1. Wawancara berstruktrur;
2. Wawancara tidak berstruktrur;
3. Wawancara secara terang-terangan;
4. Wawancara dengan menempatkan informan sebagai sejawat.
45
Menurut lexy J Moleong (2002), teknik wawancara dalam pendekatan
kualitatif dibagi menjadi tiga kategori yaitu : (1) Wawancara dengan cara
melakukan pembicaraan informal (informal conversational interview); (2)
Wawancara umum yang terarah (general interview guide approach); dan (3)
Wawancara terbuka yang standar (standardized open-ended interview).
4. Studi kepustakaan (libray research)
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mempelajari berbagai literatur dan berbagai sumber bacaann, yang berkaitan erat
dengan penelitian.
3.3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah perangkat untuk menggali data primer dari
responden sebagai sumber data terpenting dalam sebuah penelitian survey.
Instrumen penelitian ilmu sosial umumnya berbentuk kuesinoner dan pedoman
pertanyaan (interview guide). Semua jenis instrumen penelitian ini berisi
rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal atau suatu permasalahan yang menjadi
tema pokok penelitian (Suyanto & Sutinah 2006,h.59).
Arikunto (1995) menuliskan, instrumen pengumpulan data atau disebut saja
sebagai instrumen riset adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh periset
dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan itu menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya. Sementara menurut Moleong (2002) riset kualitatif,
instrumen utama adalah periset sebagai “alat pengumpulan data”. Artinya periset
mempunyai kebebasan untuk menggali data tanpa aturan-aturan ketat seperti
pembuatan kuesioner, periset bebas menilai keadaan, bebas menentukan data
mana yang akan dipakai dan yang tidak (Kriyantono 2007, h.92-93).
46
Namun kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia
sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir
data dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian
instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari
keseluruhan proses penelitian (Basrowi & Suwandi 2008, h.173).
3.4. Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian berisi uraian tentang cara-cara analisis, yaitu
bagaimana memanfaatkan data yang terkumpul untuk dipergunakan dalam
memecahkan masalah penelitian. Maleong (2002) mendefinisikan analisi data
sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori,
dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Kriyantono 2007, h. 163).
Analisi data merupakan proses mengurai (memecah sesuatu kedalam
bagian-bagiannya). Terdapat tiga langah penting dalam analisis data : (1)
Identifikasi apa yang ada dalam data, (2) Melihat pola-pola, dan, (3) Membuat
interpretasi, (Basrowi & Suwandi 2008, h.192).
Analisis kualitatif memiliki banyak strategi dalam menganalisis data. Salah
satunya ialah, secara umum strategi menurut Bogdan & Biklen (1982). Mereka
mengatakan analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan :
1. Bekerja dengan data;
2. Mengorganisasikan data;
3. Memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola;
4. Mensintesiskannya;
5. Mencari dan menemukan pola;
47
6. Menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari
7. Memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. (Bungin 2009,
h.145).
Dalam penelitian digunakan berbagai teknik pengumpulan data, salah
satunya dengan menggunakan kuesioner. Setelah data hasil penyebaran kuesioner
dikumpulkan, maka data dapat diolah dengan menggunakan statistik persentase
dengan rumus, (Anas Sudijono dalam Hod Dina.S 2011, h.31):
P =f x 100 %
N
P = persentase
f = frekwensi
N = Jumlah sampel
Selanjutnya setelah data terkumpul kemudian diolah dengan menghitung
persentase jawaban dari responden. Nilai persentase yang diperoleh selanjutnya
dibuat suatu analisis sehingga dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang telah disebarkan.
Riset kualitatif adalah riset yang menggunakan cara berpikir induktif, yaitu
cara berpikir yang berangkat dari hal-hal yang khusus ( fakta yang empiris) yang
menuju hal-hal yang umum tataran konsep (Kriyantono 2007,h.192). seperti yang
tergambar dibawah ini ;
48
Gambar 3.1. Proses analisis data kualitatif
Fakta empirisTataran konseptual
Sumber: Kriyantono (2007, h.193)
Dari gambar tersebut dijelaskan bahwa analisis data kualitatif dimulai dari
analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan di lapangan. Data tersebut
terkumpul baik melalui observasi, kuesioner, serta wawancara. Kemudian data
tersebut diklasifikasikan kedalam kategori-kategori tertentu. Pengklasifikasian
atau pengkategorian ini harus mempertimbangkan kesahihan (kevalidan), dengan
memperhatikan kompetensi subjek penelitian, tingkat autentisitasnya dan
melakukan triangulasi berbagai sumber data. Setelah diklasifkasikan, peneliti
melakukan pemaknaan terhadap data. Pemaknaan ini merupakan prinsip dasar
kualitatif, yaitu bahwa realitas ada pada pikiran manusia, realitas adalah hasil
kontruksi sosial manusia dalam melakukan pemaknaan atau interpretasi tersebut,
periset dituntut berteori untuk menjelaskan dan berargumentasi, (Kriyantono
2007, h.192-194).
3.5. Pengujian Kredibilitas Data
Untuk menentukan kebenaran penelitian maka perlu adanya keabsahan dari
sebuah penelitian. Untuk penelitian kualitatif terletak pada proses sewaktu turun
kelapangan mengumpulkan data dan sewaktu proses analisis-interpretatif data
Analisis/klasifikasidata/kategori ciri-ciriumum
Pemaknaan/interpretasiCiri-ciri umum
Berbagai datadi lapangan
BERTEORI &KONTEKSTUAL
Kesahihan data-Kompetensi subjek-Authenticity&triangulasi-Intersubjectivity Agreemen
49
(Kriyantono 2007, h.70). untuk dapat menetapkan keabsahan data
(trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan, pelaksaan teknik
pemeriksaan, pelaksaan teknik pemeriksaan data didasarkan atas sejumlah
kriteria, ada empat kriteria , yaitu :
1. Derajat kepercayaan (credibility)
2. Keteralihan (transferability)
3. Kebergantungan (dependebility)
4. Kepastian (confirm-ability),(Suparno,www.sman 1 prambanan.sch.id.2011.
Tabel : 3.1
Teknik pemeriksaan Kredibilitas (derajat data kualitatif Moleong)
KRITERIA TEKNIK PEMERIKSAAN
Kredibilitas (derajatkepercayaan)
1) Perpanjangan keikutsertaan
2) Ketekunan pengamatan
3) Triangulasi
4) Pengecekan sejawat
5) Kecukupan referensial
6) Kajiaasus negatif
7) Pengecekan anggota/membercheck
Kepastian 8) Uraian rinci
Kebergantungan 9) Audit kebergantungan
Kepastian 10) Audit kepastian
Sumber: Bungin (2009, hal.254)
50
1. Perpanjangan keikutsertaan
Kehadiran peneliti dalam setiap tahap penelitian kualitatif membantu
peneliti untuk memahami semua data yang dihimpun dalam penelitian.
Moleong (2006) dalam Bungin (2009, h.255), mengatakan apabila peneliti lebih
lama di lapangan, maka ia akan membatasi; (1) gangguan dari dampak peneliti
pada konteks; (2) kekeliruan (biases) penelitian; (3) mengonpensasikan pengaruh
dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesaat.
2. Ketekunan pengamatan
Pengamatan bukanlah suatu teknik pengumpulan data yang hanya
mengandalkan kemampuan pancaindra, namun juga menggunakan semua
pancaindra termasuk adalah pendengaran, perasaan, dan insting peneliti. Dengan
meningkatkan ketekunan pengamatan di lapangan, maka derajat keabsahan data
telah ditingkatkan pula (Bungin 2009, h.256).
3. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibiltas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, teknik pengumpulan data dan waktu.
1) Triangulasi sumber; Dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber;
2) Triangulasi teknik pengumpulan; Dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Bila dengan teknik
pengujian itu kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda
maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar;
51
3) Triangulasi waktu;
Dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,
observasi, kuesioner dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji
menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga
sampai ditemukan kepastian datanya (Suparno, www.sman1prambanan.sch.id.
2011).
4) Pengecekan sejawat
Teknik ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil akhir
yang diperoleh saat berdiskusi, memberikan masukan dan kritik dalam proses
penelitian; Menggunakan bahan referensi untuk meningkatkan nilai
kepercayaanakan kebenaran data yang diperoleh, dalam bentuk rekaman, tulisan,
copy-an, dll.
5) Kecukupan referensi
Keabsahan data hasil penelitian juga dapat dilakukan dengan
memperbanyak referensi yang dapat menguji dan mengoreksi hasil penelitian
yang telah dilakukan, baik referensi yang berasal dari orang lain maupun referensi
yang diperoleh selama penelitian seperti catatan harian di lapangan (Bungin 2009,
h.259)
6. Kajian kasus negatif
Kajian kasus negatif dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan
kasus yang tidak dengan dan kecendrungan informasi yang telah dikumpulkan dan
digunakan sebagai bahan pembanding (Bungin 2009, h. 258).
52
7. Membercheck
Pengecekan terhadap hasil-hasil yang diperoleh guna perbaikan dan
tambahan dengan kemungkinan kekeliruan atau kesalahan dalam memberikan
data yang dibutuhkan peneliti.
8. Uraian rinci
Teknik ini dimaksud adalah suatu upaya untuk memberi penjelasan kepada
pembaca dengan menjelaskan hasil penelitian dengan penjelasan yang serinci-
rincinya. Suatu temuan yang baik akan diterima orang apabila dijelaskan dengan
penjelasan yang terperinci dan gamblang, logis dan rasional. Sebaliknya
penjelasan yang panjang lebar dan berulang-ulang akan menyulitkan orang
memahami hasil penelitian itu sendiri (Bungin 2009, h. 259).
9. Audit kebergantungan
Dalam penelitian kualitatif, audit kebergantungan dilakukan dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian, caranya peneliti mulai
menentukan masalah/ fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data,
melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat
kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti (jejak aktivitas lapangan).
(Suparno, www.sman1prambanan.sch.id. 2011).
10. Audit kepastian
Menguji kepastian berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses
yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian
yang dilakukan maka penelitian tersebut telah memenuhi standar kepastian.
(Suparno, www.sman1prambanan.sch.id. 2011).
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.4.1.1. Komplek Perumahan ADB 1 Alue Peunyareng
Komplek perumahan ADB 1 terletak di depan kampus UTU, Desa Ranto
Panjang Timur, Kecamatan. Meureubo, Kabupaten. Aceh Barat. Komplek
perumahan ADB 1 berdiri di atas tanah seluas 10 hektar dengan jumlah rumah
sebanyak 241 rumah yang berada di Desa Ranto Panjang Timur dan berada dalam
pengawasan Keucik Ranto Panjang Timur.
Letak geografis komplek perumahan ADB 1. Berbatasan dengan beberapa
desa yaitu :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Ujong Tanoh Darat;
2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Gunong Kleng;
3. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Ranto Panjang Barat;
4. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Peunaga Paya;
Komplek perumahan ini dibangun oleh yayasan ADB diperuntukkan bagi
para pengungsi korban bencana alam dan gempa tsunami yang terjadi pada 26
Desember 2004 silam. Penduduk komplek perumahan ADB ini berasal dari
beberapa desa pinggiran pantai kota Meulaboh (Aceh Barat) yang direlokasi.
Warga desa yang direlokasi ke komplek perumahan ADB antara lain berasal dari :
1. Suak Indra Puri;
2. Ujong Baroh;
3. Padang Seurahet;
54
4. Gunong Kleng;
5. Pasir;
Penduduk yang paling banyak berasal dari desa Suak Indra Puri dan Pasir,
jadi penduduknya bersifat heterogen. Jumlah penduduk dari komplek perumahan
ADB 1 sendiri belum dapat dipastikan karena belum adanya pendatan secara
tertulis. Namun bila dilihat dari hasil pengamatan kepala komplek perumahan
ADB 1 mengatakan jumlah penduduk adalah 517 jiwa.
1. Mata pencaharian penduduk
Penduduk komplek perumahan ADB 1 terdiri dari berbagai profesi sebagai
mata pencaharian mereka, dari yang wiraswasta, nelayan sungai dan laut, buruh,
penarik becak, pedagang, dan lain-lain. Dari keseluruhan penduduk terdapat 10 %
yang tercatat sebagai PNS yang terdiri dari guru, TNI, dan lain-lain.
2. Agama
Dari segi agama keseluruhan penduduk komplek perumahan ADB 1
beragama Islam.
3. Budaya
Mayoritas penduduk komplek perumahan ADB 1 ialah warga Aceh asli dan
pendatang yang sudah lama menetap di Aceh.
4.4.1.2. Stasiun Radio Fas FM Meulaboh
FAS FM merupakan salah satu Radio hiburan dan informasi yang disiarkan
dari kota Meulaboh, Aceh Barat dengan sasaran audien secara umum (multi
segmen) yang mempunyai motto “ creadibel stasion music and news” berdiri
pada tanggal 25 November 1994. Saat Aceh dilanda konflik yang berkepanjangan
hingga pasca gempa dan tsunami melanda wilayah Nanggroe Aceh Darussalam
55
(NAD), FAS FM tetap mampu bertahan hingga sekarang, dan sampai saat ini FAS
FM berada di frekuensi 103,7 Mhz memposisikan diri sebagai Radio yang layak
menjadi pilihan pendengar dan perhitungan sesama pelaku bisnis Radio maupun
pemakai jasa Radio. FAS FM yang beralamat di jalan Beringin Jaya No.25
Meulaboh, menyediakan fasilitas akses siaran Radio via satelit jaringan RNW
pada siaran Ranesi ASIASAT 2. Data mengenai Radio FAS FM adalah sebagai
berikut :
Managemen profil Radio FAS FM.
1) Director/penanggung jawab : H. Bustami
2) General manager : Muhammad ikhsan
3) Marketing manager : Susanto
4) Program manager : Lola alfira
5) Acounting manager : Helma yahya
Data media Radio FAS FM.
1) Nama stasiun : PT. Fatia Amita Swara FM
2) Sebutan stasiun : Radio FAS FM
3) No. Izin siaran : PM 2CSL/Dirjen Postel IPP sudah FRB
16 Agustus 2010
4) Anggota PRSSNI : No. 797-XV/1996
Target khalayak (audien) yang ingin dituju oleh Radio FAS FM Meulaboh
lebih diprioritaskan pada remaja yaitu dengan prioritas pendengar yang berusia 15
s/d 25 tahun dari kelompok usia pendengar 15 s/d 45 tahun, dengan kategori
pendengar sebanyak 40 % pria dan 60 % wanita dan pendidikan prioritas SMA
56
dan Mahasiswa. Radio FAS FM dapat didengar oleh semua khalayak dari
berbagai profesi.
Jangkauan/radius pancar Radio FAS 103,7 FM yang dapat didengar oleh
khalayak audien dari beberapa wilayah, meliputi ;
1. Jangkauan efektif : kota Meulaboh, kota Calang (Aceh jaya), kota Jeuram
(Nagan Raya), kota Sinabang (Simelue);
2. Jangkauan tak terduga : kabupaten Pidie dan kabupaten Aceh Tengah;
Dalam kesehariannya, Radio FAS FM mengudara dari jam 5 pagi sampai
jam 12 malam, sepanjang waktu itu Radio FAS FM memiliki program siaran
sebanyak 10 program siaran, dengan 9 program yang aktif, yang terbagi dalam
beberapa segmen.
Tabel 4.1
Program Harian Radio FAS FM
Waktu Nama program Target audien keterangan
05.00 s/d 07.00 FAS Gerbang
Fajar Warta Dunia
RNW
Umum Sajian awal
jumpa halo
Meulaboh-musik
bernuansa islami
dan informasi
dari belahan
dunia
internasional
07.00 s/d 09.00 FAS Nuansa Pagi Ibu Rumah
Tangga dan
Umum
Sajian musik
dangdut, info
reporter, tips,
adlip
09.00 s/d 12.00 Derap Musik dan
Informasi & Fas
Giat Mitra
Umum Sajian musik pop
Indonesia dan
mancanegara,
info Aceh Barat,
dan tips
57
12.00 s/d 14.00 Slow Down Umum Musik soft
penghantar
istirahat siang
sejenak, info dan
tips
14.00 s/d 16.00 Fas SMS (Salam
Mitra Sebaya)
Pelajar,
Mahasiswa (I),
dan Umum
Request lagu
16.00 s/d 18.00 Fresh Musik Remaja dan umum Komplikasi
musik-musik
kreatif hingga
disco yang
dibarengi dengan
tips-tips menarik
18.00 s/d 19.00 Bias Musik
Persada
Umum Menyajikan
musik-musik
melankolis dari-
tahun 60-an
hingga sekarang
19.00 s/d 20.00 Fas Gerbang
Malam
Remaja dan
Umum
Sajian lagu pop
indonesia
kasmaran
20.00 s/d 22.00 Fas Line You And
Me
Remaja dan
Umum
Rangkaian
hiburan via
telp.(live) seperti
show legend, talk
show agama,
rubrik remaja
22.00 s/d 24.00 Fas Nuansa
Malam
Umum Rangkaian lagu-
lagu penghantar
tidur yang
dibarengi dengan
tips menarik
sajian untuk
mitra sebaya
Sumber : Data Radio fas
Informasi pemograman Radio yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah
strategi pemrograman yang dilakukan Radio FAS FM agar dapat menarik minat
para pendengar, dan program-program yang disiarkan Radio FAS FM yang
58
diminati oleh pendengar serta dampak program-program Radio FAS FM terhadap
pendengar. Yang dapat memberi pengetahuan juga pada managemen Radio FAS
FM untuk produksi-produksi program yang telah dilakukan. Dari sekian banyak
program yang telah diproduksi, program mana yang diminati pendengar dan
berapa banyak program Radio FAS FM yang diminati pendengar, hal ini akan
membuktikan apakah program-program Radio FAS FM telah benar-benar
memikat pendengar atau tidak, yang tentu akan berujung pula pada perbaikan
ekonomi Radio FAS FM sendiri.
Analisi data yang digunakan mengacu pada analisis data kualitatif sesuai
dengan metode yang digunakan. Data yang diperoleh dari hasil observasi,
penyebaran angket (kuesioner), wawancara mendalam dan tinjauan kepustakaan
yang terlebih dahulu dikumpulkan sebelum melakukan analisis labih lanjut untuk
mendapatkan hasil dari penelitian.
4.2. Strategi Pemrograman yang digunakan Radio FAS FM Untuk Menarik
Minat Pendengar
Strategi merupakan perencanaan dan managemen untuk mencapai suatu
tujuan, strategi juga merupakan hal menetapkan arah kepada manajemen tentang
sumber daya dalam bisnis, dan bagaimana cara mengetahui suatu kondisi yang
dapat memberikan keuntungan terbaik untuk memenangkan persaingan di dalam
pasar. Strategi pemograman di sini merupakan penyusunan menu sajian Radio
yang akan disiarkan oleh Radio FAS FM dengan maksud membentuk
karakteristik stasiun Radio FAS FM.
59
Media Radio merupakan media yang hanya mengandalkan kemampuan
suara dalam menarik pendengarnya, tak hanya suara tapi program-program yang
disiarkan juga akan mempengaruhi ketertarikan pendengar untuk mendengarkan
Radio. Dari hasil pengamatan (observasi) yang telah dilakukan oleh penulis di
stasiun Radio FAS FM, cara yang digunakan managemen Radio FAS FM untuk
dapat memikat pendengar adalah dengan cara mengangkat atau membicarakan
topik-topik pembicaran yang sedang menghangat untuk menjadi bahan
perbincangan dan bahan pengisi program di Radio. Hal tersebut sesuai dengan
wawancara yang dilakukan dengan Susanto seorang penyiar dan kabag iklan di
Radio FAS FM, yang mengatakan bahwa :
“Strategi yang digunakan adalah dengan cara mengangkat topik
perbincangan yang lagi hangat untuk diperbincangkan dan diobrolkan
ketika saya siaran, karena hal seperti itu dapat menarik pendengar
untuk tetap mengikuti siaran saya”.
(wawancara 13 Februari 2013)
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa perbincangan
yang membincangkan sesuatu yang sedang banyak diperbincangkan misalnya
tentang peraturan-peraturan baru yang dikeluarkan pemerintah daerah,
merupakan salah satu strategi Radio FAS FM untuk menarik minat pendengar.
Hal senada juga disampaikan H. Bustami yang merupakan direktur Radio FAS
FM, beliau mengungkapkan bahwa :
“Strategi yang dilakukan adalah dengan cara melihat dulu segmen
pendengar seperti apa, dan apa-apa saja yang dapat diterima oleh
masyarakat, karena hal ini menyangkut tentang keberlangsungannya
stasiun Radio, jika tidak demikian maka Radio akan mengalami
kebangkrutan dan kerugian yang besar, sebab mempertahan kan minat
pendengar merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah
stasiun Radio “.
(wawancara 13 Februari 2013)
60
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa, melihat segmen
pendengar dan mengetahui hal apa yang dapat diterima masyarakat sebagai
pendengar contohnya segmen remaja yang bagi kalangan ini Radio juga berfungsi
sebagai trendsetter karena melalui Radio remaja bisa mendapatkan informasi
tentang gaya hidup, gaya bicara, serta cara berperilaku. merupakan cara yang
ditempuh Radio FAS FM untuk dapat terus mempertahankan dan menarik minat
pendengar Radio, cara tersebut merupakan cara yang dilakukan agar tetap dapat
mempertahankan keberlangsungan Radio. Selain itu, strategi yang diterapkan
dalam program-program radio FAS FM adalah sesuai dengan strategi teori Susan
Tyler Eastman yakni strategi mempertahankan pendengar, yang di dalamnya
mencakup :
1) Strategi kesesuaian (Compability), strategi kesesuaian meliputi kesesuaian
penjadwalan, pemilihan tipe program, dan pokok masalah terhadap kebutuhan
khalayak pendengar. Radio siaran harus membuat program yang sesuai
dengan kegiatan sehari-hari pendengarnya, dan selalu berbeda-beda dari
waktu ke waktu. Karena hal itu untuk menyesuaikan kondisi dan kebiasaan
pendengar, perlu dilakukan pemilihan dan penjadwalan yang tepat.
2) Strategi pembentukan kebiasaan (Habbit Formation), pembentukan kebiasaan
di sini adalah membentuk kebiasaan-kebiasaan mendengarkan yang
dihasilkan dari adanya penjadwalan program acara melalui prediksi yang
seksama. Oleh karena itu, penyajian setiap program acara dilakukan secara
rutin dan selalu menempatkan waktu yang sama pada jangka waktu tertentu.
Semakin lama waktu pendengar mengikuti program, maka akan semakin
berdampak pula pada pemasangan iklan.
61
3) Strategi pengontrolan arus pendengar (control of audience Flow),
pengontrolan arus pendengar dilakukan dalam rangka memaksimalkan
pendengar yang mengalir dari satu program ke program berikutnya. Dan
untuk meminimalkan pendengar mengalihkan saluran ke pihak pesaing. Hal
ini dapat dilakukan dengan menyajikan program yang berbeda dengan radio
lain (Countering), atau menyajikan program acara serupa atau mirip dengan
radio siaran lain (Blunting).
4) Strategi penyimpanan sumber-sumber program (Consevation of Program
Resources), penyimpanan sumber-sumber program ini dimaksudkan agar
program bisa dipakai lagi suatu saat, tapi tentu saja dengan cara penyajian
yang berbeda. Ketersediaan materi dan sumber daya lain sebagai pendukung
program harus benar-benar diperhitungkan karena jam siaran yang terus
menerus sepanjang hari, diantaranya dengan mengemas ulang materi tersebut
dengan pendekatan dan cara penyajian yang berbeda.
5) Strategi daya penarik massa (Mass Appeal), daya penarik massa sangat
penting untuk diperhatikan, karena stasiun-stasiun penyiaran mendapatkan
keuntungan dengan cara semaksimal mungkin untuk menarik perhatian
pendengar dengan mengemas program siaran semenarik mungkin dan sesuai
dengan kebutuhan pendengar. Perbedaan minat dan hal yang disukai oleh
pendengar harus diperhatikan oleh radio siaran, sehingga semuanya dapat
diakomodir dalam program yang disajikan.
Di dalam tabel berikut digambarkan berapa banyak pendengar Radio FAS
FM yang berada di komplek perumahan ADB 1 yang mendengarkan Radio :
62
Tabel : 4.2.
Pendengar Radio yang ada di komplek perumahan ADB 1
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi (%)
a.
b.
c.
d.
Sering
Kadang-kadang
Pernah
Tidak pernah
12
18
20
0
24
36
40
0
Jumlah 50 100
Sumber : hasil kuesioner tahun 2013
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mayoritas responden
adalah pendengar Radio, hal ini menjelaskan bahwa Radio masih mendapatkan
tempat di hati khalayak, meskipun media-media canggih lainnya sudah ada
banyak saat ini. Hal ini sesuai dengan jawaban yang diperoleh yakni dari 50
responden yang menjawab pernah mendengarkan Radio sebanyak 20 orang (40
%), menjawab sering sebanyak 12 orang (24 %), menjawab kadang-kadang
sebanyak 18 orang (36 %), dan tidak seorangpun yang menjawab tidak pernah.
Jawaban responden tersebut menjelaskan bahwa pada masa sekarang ini, media
Radio juga merupakan pilihan untuk mendapatkan perhatian dari pendengar
ketika senggang, hal ini sesuai dengan hasil angket di bawah ini yang
menggambarkan berapa lama pendengar radio yang berada di Komplek
Perumahan ADB 1 ketika mendengarkan radio dalam sehari.
63
Tabel : 4.3.
Waktu yang dipergunakan pendengar untuk mendengarkan Radio dalam sehari
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi (%)
a.
b.
c.
d.
Seharian
Malam saja
Sebentar saja
Bila senggang
10
10
25
5
20
20
50
10
Jumlah 50 100
Sumber : hasil kuesioner tahun 2013
Selain itu pada tabel di bawah ini kita dapat melihat berapa banyak
pendengar Radio yang ada di komplek perumahan ADB 1 yang mendengarkan
Radio FAS FM
Tabel : 4.4.
Pendengar Radio FAS FM yang berada di komplek ADB 1
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi (%)
a
b
c
d
Sering
Kadang-kadang
Pernah
Tidak pernah
11
15
23
1
22
30
46
4
Jumlah 50 100
Sumber : hasil kuesioner tahun 2013
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat yang ada di
komplek perumahan ADB 1 pernah mendengarkan Radio FAS FM, itu
64
membuktikan bahwa Radio FAS FM merupakan stasiun Radio yang menjadi
pilihan untuk didengarkan oleh masyarakat.
Maka dapat dipahami bahwa setiap pendengar mendengarkan siaran Radio
FAS FM, pastilah mereka mengetahui program-program apa saja yang disiarkan
oleh Radio FAS FM, sehingga mereka mau mendengarkan siaran radio FAS FM.
Tabel di bawah ini menggambarkan berapa persen pendengar yang berada di
komplek ADB 1 yang tahu mengenai program-program Radio FAS FM :
Tabel : 4.5.
Pendengar Radio FAS FM yang berada di komplek ADB 1 yang mengetahui
program-program Radio FAS FM :
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi (%)
a.
b.
c.
d.
Mengetahui
Tidak Mengetahui
Kurang Mengetahui
Mengetahui sedikit
17
3
16
14
34
6
32
28
Jumlah 50 100
Sumber : hasil kuesioner tahun 2013
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, pendengar yang berada di komplek
ADB 1 kebanyakan mengetahui mengenai program-program Radio FAS FM,
meski banyak pula yang menjawab kurang mengetahui, tapi selisih nya hanya
sedikit, dan hanya 3 orang atau 6 % yang menjawab tidak mengetahui dari 50
responden.Tabel berikut ini akan menggambarkan pendengar yang mengetahui
ada berapa program Radio FAS FM yang disiarkan.
65
Tabel : 4.6.
Pendengar yang mengetahui jumlah program Radio FAS FM
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi (%)
a.
b.
c.
d.
Dua
Empat
Enam
Sembilan
12
12
11
15
24
24
22
30
Jumlah 50 100
Sumber: hasil kuesioner tahun 2013
Dengan demikian dapat dipahami bahwa strategi pemrograman yang
digunakan Radio FAS FM untuk menarik minat pendengar telah berhasil dalam
mendapatkan pendengar yang mau untuk mendengarkan Radio FAS FM dan
mengetahui program-program yang disiarkan Radio FAS FM, karena mayoritas
responden mengetahui semua program-program Radio FAS FM.
4.3. Program-Program Radio FAS FM yang Diminati Pendengar
Tujuan dari produksi program adalah untuk mendapatkan dan
mengembangkan jumlah pendengar, hal ini guna mempengaruhi pendengar agar
sudi mendengarkan dan tertarik serta berminat untuk mendengarkan program
yang telah disusun sedemikian rupa. Untuk dapat menarik perhatian pendengar,
program di Radio FAS FM dibuat semenarik mungkin sehingga dapat
mempengaruhi pendengar untuk tetap mendengarkan siaran Radio FAS FM dan
menimbulkan dampak yang baik bagi pendengar sendiri. Seperti yang
disampaikan Lola Alfira seorang manajer program di Radio FAS FM, yaitu :
66
“kita berusaha agar program-program yang kita susun, dapat
memberikan dampak yang baik bagi pendengar, tidak hanya itu, kita
berusaha agar program Radio kita lebih menarik dari program Radio
lain, hal ini tentu akan menguntungkan Radio, karena jika programnya
tidak menarik, tidak akan ada pendengar yang tertarik memasang iklan
di Radio kita”.
(wawancara 22 Agustus 2012).
Berdasarkan wawancara di atas dapat dipahami bahwa program-program
yang disusun tidak hanya untuk menarik minat pendengar saja, akan tetapi juga
untuk menarik pemasang iklan di Radio FAS FM yang akan memberikan
keuntungan bagi Radio FAS FM .
Tabel berikut menggambarkan jumlah program yang diminati pendengar
dari sembilan program yang ada di Radio FAS FM.
Tabel : 4.7.
Jumlah program yang di minati pendengar Radio FAS FM yang ada di komplek
perumahan ADB 1.
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi (%)
a.
b.
c.
d.
Empat
Enam
Delapan
Semuanya
20
4
5
21
40
8
10
42
Jumlah 50 100
Sumber: hasil kuesioner tahun 2013
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa, mayoritas pendengar Radio FAS FM
yang ada di komplek perumahan ADB 1, menyukai semua program yang
disiarkan Radio FAS FM. Meskipun mereka menyukai semua program Radio
67
FAS FM, tentu ada beberapa program yang sangat diminati oleh pendengar Radio
FAS FM yang ada di komplek perumahan ADB 1. Hal ini dikarenakan pendengar
dapat berpartisipasi secara langsung atau karena pendengar menyukai jenis musik
yang diputarkan ketika program tersebut di siarkan. Sama halnya seperti yang di
ucapkan Novi (20) seorang penyiar Radio FAS FM, yakni :
“Pada program FAS SMS (Salam Mitra Sebaya), biasanya banyak
pendengar yang ikut berpartisipasi, karena di program ini pendengar
dapat meminta diputarkan lagu kesukaannya, dan bisa juga titip-titip
salam buat orang yang special bagi pendengar itu sendiri”.
(wawancara tanggal 22 Agustus 2012).
Dari wawancara di atas, dapat kita lihat bahwa pendengar lebih tertarik pada
program yang di dalam nya para pendengar bisa ikut berpartisipasi. Hal itu
menjadi menarik disebabkan karena pendengar bisa meminta lagu kesukaannya,
dan juga bisa berbicara langsung dengan penyiar. Sesuai dengan tabel di bawah
ini yang menggambarkan program-program yang diminati oleh pendengar Radio
FAS FM yang ada di komplek ADB 1
68
Tabel :4.8.
Program-program Radio FAS FM yang diminati oleh pendengar Radio FAS FM
yang ada di komplek ADB 1
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi
(%)
a.
b.
c.
d,
Dangdut, Derap Musik & Informasi
Slow down, Fas sms, Fres musik
Bias musik persada, fas gerbang malam
Fas line you and me, fas nuansa malam
13
33
0
4
26
66
0
8
Jumlah 50 100
Dari data tabel di atas, dapat kita lihat bahwa program Slow Down, Fas
SMS dan Fresh Musik merupakan program yang banyak di minati oleh pendengar
Radio FAS FM yang ada di komplek ADB 1, karena pendengar Radio FAS FM
yang ada di komplek ADB 1, yang dijadikan responden adalah siswa sekolahan
dan mahasiswa, tak banyak diantara mereka yang menyukai program Dangdut dan
program Fas line you and Me yang juga merupakan program yang mengajak
pendengar untuk berpartisipasi, hal ini karena mereka tidak punya waktu banyak
untuk mendengarkannya. Hal senada juga di ucapkan Avi (20) seorang penyiar
FAS FM, yaitu :
“Program Fas Sms memang ditujukan untuk umum yang disiarkan
jam 2 siang, tapi kebanyakan yang berpartisipasi adalah anak
sekolahan dan mahasiswa, karena kalau program dangdut atau Fas
Line You and Me, programnya kan pagi dan malam, kalau pagi
merekanya pergi sekolah, kalau malam anak sekolahan maupun
mahasiswa mungkin kebanyakan pada belajar, meski ada juga
69
yang iktu berpartisipasi tapi nggak sebanyak di program Fas
Sms”.
(wawancara 22 Agustus 2012)
Dari wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa FAS Sms
merupakan program yang mayoritas disukai oleh pendengar di komplek ADB 1,
karena pada jam tersebut anak sekolahan sudah memiliki waktu untuk
mendengarkan Radio, begitu juga bagi mahasiswa maupun pendengar lainnya
yang tinggal di komplek tersebut. Selain itu, program Slow down dan Fresh musik
banyak juga diminati karena pada program tersebut pendengar mendapatkan
informasi dan pengetahuan yang bermanfaat bagi pendengar.
Ketertarikan pendengar pada program-program tersebut karena beberapa
faktor, yakni faktor kebutuhan dari dalam, faktor motif sosial dan faktor
emosional, di mana pendengar merasa butuh utnuk bersosialisasi dengan
pendengar lain yang berbeda lingkungan dengan dirinya, sehingga dapat
menimbulkan rasa emosional terhadap sesama pendengar Radio FAS FM,
4.4. Dampak Program-Program Radio FAS FM Terhadap Pendengar.
Radio sebagai salah satu media massa, memiliki pengaruh terhadap
pendengarnya. Menurut Onong Uchyana Effendy (2006,p.8) yang termasuk dalam
efek atau pengaruh atau dampak komunikasi massa adalah Efek Kognitif
(Cognitive effect), Efek Afektif (Affective effect), serta Efek Behavioral
(Behavioral effect) yang sering juga disebut efek konatif.
A. Efek Kognitif(Cognitive Effect).
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya
informatif bagi dirinya. Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran,
70
sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang
tadinya bingung menjadi lebih jelas. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang
bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi
yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media
massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum
pernah kita kunjungi secara langsung. Bila majalah menyajikan penderitaan rakyat
miskin di pedesaan, dan hati kita tergerak untuk menolong mereka, media massa
telah menghasilkan efek prososial afektif. Bila surat kabar membuka dompet
bencana alam, menghimbau kita untuk menyumbang, lalu kita mengirimkan wesel
pos (atau, sekarang dengan cara transfer via rekening bank) ke surat kabar, maka
terjadilah efek proposional behavioral. Berdasarkan teori kognitif, efek yang
diberikan oleh program sebuah radio adalah pengetahuan yang didapat dari berita
yang disiarkan, pendengar yang tadinya tidak tahu menjadi tahu dan mengerti.
B. Efek Afektif.
Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar
atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televise atau film bioskop,
timbul perasaan tertentu pada khalayak. Perasaan akibat terpaan media massa itu
bisa bermacam-macam, senang hingga tertawa terbahak-bahak, sedih hingga
mencucurkan air mata, dan lain-lain perasaan yang hanya bergejolak di dalam
hati. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional
pesan dari media massa adalah sebagai berikut :
Suasana emosional, menonton sinetron di televisi atau membaca novel akan
mempengaruhi oleh suasana emosional kita. Adeganadegan lucu akan
71
menyebabkan kita tertawa terbahak-bahak bila kita menontonnya dalam keadaan
senang.
Skema Kognitif, merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita yang
menjelaskan tentang alur peristiwa. Kita mengerti bahwa dalam sebuah film
action ‘sang jagoan’ pada akhirnya akan menang.
Suasana Terpaan (Setting Exposure), Tayangan misteri di tv, membuat kita
berpikir bahwa kehidupan mahluk itu adalah sebagaimana yang kita lihat dalam
film atau sinetron tersebut.
Predisposisi Individual, mengacu pada karakteristik khas individu. Orang yang
melankolis cenderung menanggapi tragedi lebih emosional daripada orang yang
periang. Orang yang periang akan senang bila melihat adegan-adegan lucu atau
film komedi daripada orang yang melankolis. Beberapa pnelitian membuktikan
bahwa acara yang sama bisa ditanggapi berlainan oleh orang-orang yang berbeda.
Faktor Identifikasi, menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan
tokoh yang ditonjolkan dalam media massa. Dengan identifikasi, penonton,
pembaca atau pendengar
menempatkan dirinya dalam posisi tokoh tersebut. Berdasarkan teori afektiv, efek
yang diharapkan setelah mendengar berita atau informasi dari program radio.
Pendengar dapat merasa senang, sedih atau semangat.
C. Efek Behavioral
Efek ini bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung
menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk perilaku, maka
sebagaimana disinggung di atas, efek behavioral sering juga disebut dengan efek
konatif. Efek behavioral tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media
72
massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan/atau efek afektif. Efek yang
diharapkan setelah mendengarkan program radio, pendengar setelah mengerti lalu
tumbuh perasaan dan melakukan tindakan. Tindakan ini dapat mulai mengubah
perilaku seseorang, perubahan perilaku ini berbeda-beda setiap individu. Efek
komunikasi massa berbeda pada setiap individu, hal itu tergantung dari tingkat
pemahaman masing-masing individu.
Dampak yang baik bagi pendengar adalah tujuan dari semua stasiun Radio,
tak terkecuali Radio FAS FM, karena Radio tidak hanya menyajikan musik
sebagai hiburan tetapi juga sebagai media pembelajaran bagi pendengarnya.
Meskipun fokus utama sebuah stasiun Radio adalah musik, tetapi hal-hal yang di
sampaikan dalam penyampaian siarannya harus lebih mendidik dan memberi
informasi agar pendengar mendapat ilmu pengetahuan dan menambah wawasan
bagi pendengar yang mendengarkan Radio FAS FM. Selain itu, program-program
yang menarik dan mendidik juga dapat mempengaruhi pendengar untuk tetap
mendengarkan Radio FAS FM. Seperti tabel berikut yang memperlihatkan
persentase pengaruh program Radio FAS FM, agar pendengar tetap
mendengarkan Radio FAS FM :
73
Tabel : 4.9.
Pengaruh program Radio FAS FM pada pendengar yang ada di komplek ADB 1
untuk mendengarkan Radio FAS FM.
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi (%)
a.
b.
c.
d.
Terpengaruh
Sangat terpengaruh
Kurang terpengaruh
Tidak terpengaruh
15
10
17
8
30
20
34
16
Jumlah 50 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa, pendengar Radio FAS FM yang berada di
komplek ADB 1, mayoritas kurang terpengaruh oleh program-program Radio
FAS FM untuk terus mendengarkan Radio FAS FM. Hal tersebut tidak lepas dari
faktor-faktor yang bisa menimbulkan minat yang mempengaruhi pendengar,
selain itu minat sendiri dikelompokkan dalam dua bagian yakni minat primitif
biologis dan minat kultural atau sosial, yang timbul karena kebutuhan-kebutuhan
untuk dapat memuaskan dorongan mempertahankan kelompok, dan karena
tertarik dengan hal-hal yang bernilai.
Tabel di bawah ini memperlihatkan dampak yang ditimbulkan program
Radio FAS FM terhadap pendengar :
Tabel : 4.10Dampak kepuasan yang ditimbulkan oleh program-program Radio FAS FM
terhadap pendengar yang ada di komplek ADB 1
74
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi (%)
a.
b.
c.
d.
Baik
Sangat baik
Kurang baik
Tidak baik
32
13
3
2
64
26
6
4
Jumlah 50 100
Sumber: hasl kuesiner tahun 2013
Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa mayoritas pendengar Radio FAS
FM yang ada di komplek ADB 1 merasakan dampak yang baik dari program-
prgram Radio FAS FM, hal ini karena program-program yang dirancang oleh
manajemen Radio FAS FM memang bertujuan memberikan dampak yang baik
bagi pendengarnya. Seperti yang di ucapkan Helma (37) seorang acounting
manager FAS FM, yaitu :
“program Radio FAS FM adalah hasil rancangan kami sendiri,
Tujuan merancang program agar memberikan dampak yang baik
bagi pendengar adalah tujuan utama dari rancangan program
Radio FAS FM, dampak yang baik itu akan membuahkan hasil
yang baik pula itu akan membuat Radio FAS FM tetap
mendapatkan tempat di hati pendengar”.
(wawancara 22 Agutus 2012).
Dari hasil wawancara di atas, terlihat bahwa berusaha memberikan yang
terbaik bagi pendengar adalah tujuan utama dari perancang program Radio FAS
FM, karena dengan memberikan yang terbaik, juga akan mendapatkan hasil yang
baik pula. program-program yang telah di susun tentu harus efektif terhadap
pendengarnya dalam mempengaruhi pendengar agar tetap mendengarkan Radio
FAS FM. Meskipun demikian, pendengar radio FAS FM yang berada di
KOMPLEK PERUMAHAN ADB 1, masih kurang merasakan dampak sosial dari
75
program-program yang ada di Radio FAS FM, hal tersebut karena melalui siaran
radio yang hanya didengarkan, pendengar tidak dapat melihat langsung apa yang
di iklankan maupun apa yang diberitakan, setragis apapun kecelakaan yang terjadi
atau sebagus apapun barang yang diiklankan efek afektif tidak berpengaruh
sepenuhnya untuk mempengaruhi pendengar, meskipun efek kognitif dapat
mempengaruhi sebagian pendengar. Tabel berikut menjelaskan ke efektifan
program Radio FAS FM dalam mempengaruhi khalayak untuk tetap
mendengarkan Radio FAS FM.
Tabel : 4.11.
Keefektifan program Radio FAS FM dalam mempengaruhi khalayak untuk tetap
mendengarkan Radio FAS FM pada pendengar yang ada di komplek ADB 1
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi (%)
a.
b.
c.
d.
Efektif
Sangat efektif
Kurang efektif
Tidak efektif
20
8
21
1
40
16
42
2
Jumlah 50 100
Sumber: hasil kuesioner tahun 2013
Dari tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa program-program Radio
FAS FM masih kurang efektif dalam mempengaruhi pendengar nya untuk tetap
mendengarkan Radio FAS FM. Kefektifan program Radio dapat tercapai apabila
program-program yang di rancang berhasil memikat pendengar, dan juga dapat
memberikan keuntungan financial bagi Radio FAS FM. Program-program yang
76
telah ada harus benar-benar memberikan pengaruh yang positif bagi pendengar,
karena selain dapat menghibur, Radio juga dapat dijadikan media pendidikan
yang dapat mencerdaskan anak bangsa. Oleh sebab itu manager pemrograman
Radio FAS FM harus lebih jeli dalam menyusun program, agar efektif dalam
menarik minat pendengar untuk tetap mendengarkan Radio FAS FM.
4.5.Pembahasan
Komplek perumahan ADB 1 Alue Peunyareng merupakan komplek
perumahan yang dibangun oleh yayasan ADB diperuntukkan bagi para pengungsi
korban bencana alam gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada 26 Desember
2004 silam. Penduduk komplek perumahan ADB ini berasal dari beberapa desa
pinggiran pantai kota Meulaboh (Aceh Barat) yang direlokasi. Dalam keseharian
masyarakat yang tinggal di komplek ADB ini tentunya membutuhkan hiburan dan
informasi yang bisa didapat baik melalui media televisi atau radio.
Radio FAS FM merupakan salah satu Radio hiburan dan informasi yang di
siarkan dari kota Meulaboh, Aceh Barat. Dengan sasaran audien secara umum
multi segmen. Berdiri pada tanggal 25 November 1994 dan memiliki motto
“creadibel stasion music and news” .
Berkaitan dengan latar belakang permasalahan dalam penelitian ini, maka
peneliti melakukan penelitian terhadap warga yang tinggal di komplek Perumahan
ADB 1 sebanyak 50 orang sebagai responden dari 517 jiwa yang tinggal di
komplek perumahan tersebut. dan 10 orang dari pihak manajemen Radio Fas FM.
Setelah peneliti menganalisis data dari kuesioner yang telah diisi oleh 50
responden yang ada di komplek perumahan ADB 1, penulis mengetahui bahwa
77
pendengar radio yang ada di komplek perumahan tersebut mayoritas mengetahui
program-program yang ada di Radio Fas FM, akan tetapi mereka hanya meminati
tiga program yang ada di Radio Fas FM, meskipun mereka mengakui bahwa
mereka menyukai semua program-program Radio Fas FM.
Mengenai dampak yang di timbulkan oleh program Radio Fas FM,
pendengar di komplek tersebut merasa dampak kepuasan yang mereka rasakan
adalah baik, meskipun dampak sosial yang ditimbulkan oleh program-program
Radio Fas FM masih kurang dirasakan oleh pendengar.
Strategi pemrograman yang dilakukan oleh managemen Radio Fas FM guna
menarik minat pendengar yang pertama, merupakan strategi kesesuaian, yaitu
acara yang disiarkan sesuai dengan kebutuhan pendengar. Kedua, merupakan
strategi pembentukan kebiasaan, yaitu upaya membiasakan pendengar untuk
mendengarkan program adlibs dan pembuatan rundown yang tepat. Ketiga,
merupakan strategi pengontrolan arus dengar, yaitu menetapkan standar mutu
program. Keempat, strategi penyimpanan sumber-sumber program, yaitu
menyimpan pelaksanaan program yang kreatif. Kelima, strategi daya penarik
massa, yaitu program harus memiliki daya tarik yang berbeda dengan program
lainnya.
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab kesimpulan dan saran ini merupakan bab terakhir dari penulisan
skripsi, di mana pada bab ini penulis akan menarik beberapa kesimpulan yang
berhubungan dengan pembahasan ini. Adapun kesimpulan dan saran-sarannya
adalah :
5.1. Kesimpulan
1. Strategi yang digunakan managemen Radio Fas FM merupakan strategi
mempertahankan pendengar kriteria Susan Tyler Eastman, yakni strategi
kesesuaian, pembentukan kebiasaan, pengontrolan arus dengar,
penyimpanan sumber-sumber program, dan strategi daya penarik massa.
2. Program-program Radio Fas FM yang diminati oleh pendengar hanya tiga
program dari sepuluh program yang di tawarkan Radio Fas FM.
3. Dampak kepuasan yang dirasakan oleh pendengar adalah baik, sedangkan
dampak sosial masih kurang dirasakan oleh pendengar dari program-
program yang ditawarkan managemen Radio Fas FM.
5.2. Saran-saran
Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian, penulis ingin memberikan saran-
saran yaitu :.
1. Diharapkan kepada Manager program Radio FAS FM, untuk
memperhitungkan lagi tentang program-program yang memberikan
79
pengetahuan yang mendidik bagi pendengarnya, serta adanya program berita
peliputan jurnal yang terbaru terutama di kawasan kota Meulaboh.
2. Diharapkan kepada managemen Radio FAS FM, agar menciptakan program
yang berdampak bagi sosial masyarakat. Dan juga menjaga keefektifan
program agar lebih efektif dalam mempengaruhi minat pendengar terhadap
Radio FAS FM.
3. Kepada pendengar Radio FAS FM, agar lebih teliti ketika mendengarkan
Radio, tidak semua program Radio menguntungkan bagi pendengar, maka
sebaiknya manfaatkanlah waktu ketika mendengarkan Radio untuk sekalian
menimba ilmu.
1
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya, 2007. Komunikasi Massa:SuatuPengantar. Cet.ketiga. Simbiosis Rekatama Media. Bandung.
Arifin, Anwar. 1994. Strategi Komunikasi; Sebuah Pengantar Ringkas.Cet.Ketiga. Armico. Bandung.
Arikunto, S. 1995. Memilih Instrumen Pengumpulan data dalam manajemenpenelitian. Jakarta : Rineka Cipta, 134-153.
Basrowi &suwandi. 2008. Memahami Penelitian kualitatif. Rineka cipta. Jakarta.Bungin, Burhan. 2006.Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, Dan Diskursus
Teknologi Komunikasi Di Masyarakat. Ed. Pertama. Cet. Ketiga. Kencana.Jakarta.
Bungin, Burhan. 2009. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.Bogdan, R.C. & Biklen S.K. (1982). Qualitative Research for EducationAn
Introduction to Theory and Methode. Boston : Allyn and Bacon, Inc.Denis McQuail.. Mass Communication Theory (Teori Komunikasi Massa).
Jakarta: Erlangga.Dirgantoro C. 2001. Manajemen Stratejik. Konsep, Kasus, dan Implementsi.
Jakarta: PT. Gramedia Wisiasarana Indonesia.Duta Generasi Berencana BKKBN Aceh. 2011. Radio dan even Esek-esek.
Serambi Indonesia. No. 8024 Thn. Ke-23, 8 Oktober. Hal. 8.Effendy, Onong Uchjana. 1978. Radio Siaran Teori & Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung:
PT. Remaja RosdaKarya.Eastman Susan Tyler. 1985. Broadcast/Cable Programing: Strategies and
Practices. California: Wads Worth publishing company.Flick, Uwe. 2002. “Qualitative and Quantitative Research”, in An Introduction to
Qualitative Research, London: SAGE.H.C. Witherington, Educational Psychology diterj. oleh M. Buchari: Psikologi
Pendidikan (Cet. VII; Jakarta:PT Rineka Cipta, 1999).Hardinawati, Menuk, Isti Meruni, dan Sari sulastri. 2003. Kamus Pelajar : SLTP,
Pusat Bahasa, Jakarta.Hod Dina. S, Nour. 2011. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga
Pada Era Globalisasi (Studi Kasus Di Suak Indrapuri). Sekolah TinggiAgama Islam (STAI). Meulaboh.
John Killis. (1988). Hubungan Minat Kerja, Motivasi Ekstrinsik dan Bimbingandalam Pelajaran dengan Kecakapan Kerja Teknik Listrik Lulusan STMpada Industri-industri DIY.Tesis. Jakarta: Fakultas Pasca Sarsana IKIPJakarta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005, Jakarta:Departemen Pendidikan NasioalRepublik Indonesia.
Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Periset Komunikasi: Di Sertai contohPraktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi organisasi,Komunikasi Pemasaran, Ed I, Cet. Kedua. Kencana. Jakarta.
Lexy, J. Moleong, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. 13. RemajaRosdakarya Bandung.
2
Morissan. 2009. Manajemen Media Penyiaran; Strategi Mengelola radio &Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Mufid, Muh Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka SetiaChaplin,J. P. 2008. Kamus Psikologi Lengkap. Jakarta: PT Raja Grafindo
Mulyati. 2004. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Andi PublisherMasduki. 2004. Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta: Lkis Yogyakarta.Mufid, Muhammad. 2007. Komunikasi & Regulasi Penyiaran: Kencana Prenada
Media Group.Olii, Helena. 2007. Berita & Informasi Jurnalistik Radio. Jakarta: PT Indeks.Rahmat, Jalaluddin, 2005. Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.Suyanto, Bagong dan Sulinah. 2006. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.Siregar, Ashadi. 2001. Menyingkap Media Penyiaran; Membaca Televisi Melihat
Radio. Yogyakarta: LP3Y Yogyakarta.Sugiarto (2007), Teknik Sampling, Gramedia, JakartaShaleh, Abdul Rahman & Wahab, Muhbib Abdul. 2004. Psikologi Suatu
Pengantar Dalam Persfektif Islam. Jakarta: KencanaWahyudi, J.B. 1996. Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti.Widjaja, H A W. 2010. Komunikasi (Komunikasi Dan Humas). Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Situs internet :
Http://suparno,www.sman 1 prambanan.sch.id.2011, diakses 24 Januari 2013.Http://www.Nurhasanahnana.wordpress.com.2010, diakses 24 Januari 2013.http://www.wartapublik.blogdetik.com.2012, diakses 24 Januari 2013.Http://www.wikipedia.com.2011, diakses 24 Januari 2013.Http:// Kuspriyanto, www.eurakaindonesia.org. 2011, diakses 24 Januari 2013Http//digilib.petra.ac.id/s1/ikom/2009, diakses 5 maret 2013Http://batasakhir.wordpress.com/2010/teori-s-o-r, diakses 5 maret 2013Http://ilmukomunikasi.blogspot.com:2008, diakses 5 maret 2013