STRATEGI PEMASARAN PRODUK PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO
DALAM UPAYA MENARIK MINAT NASABAH (STUDI KASUS PADA
BANK SYARIAH MANDIRI KCP CILANDAK)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh:
ADE IKHWAN ANSHORI
NIM : 107046100316
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Ciputat, 2013 M
1434 H
Ade Ikhwan Anshori
ii
ABSTRAK
Ade Ikhwan Anshori (107046100316), “Strategi Pemasaran Produk
Pembiayaan Warung Mikro Dalam Upaya Menarik Minat Nasabah (Studi pada
Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak)”, Skripsi, Konsentrasi Perbankan
Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta 2013. Di bawah Bimbingan Dr. K.H.A.
Juaini Syukri, Lcs, M.A.
Dalam penelitian ini, penulis mengangkat suatu permasalahan yaitu
bagaimana Strategi Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak terhadap Produk
Pembiayaan Warung Mikro dalam upaya menarik minat nasabah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pemasaran produk
pembiayaan warung mikro, mekanisme pembiayaan warung mikro, dan kendala yang
dihadapi dalam memasarkan Produk Pembiayaan Warung Mikro. Data yang
digunakan untuk penelitian ini adalah hasil wawancara dengan bagian Pelaksana
Marketing Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Objek penelitian yaitu
Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak. Jenis penelitian yang digunakan merupakan
perpaduan antara penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan
(field research) yakni penelitian yang mengumpulkan data-data di lapangan. Teknik
pengumpulan data yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Teknik
analisis data ini berupa strategi pemasaran, mekanisme dan kendala Bank Syariah
Mandiri KCP Cilandak terhadap Produk Pembiayaan Warung Mikro pada periode
2012-2013 yang akan dianalisis dan dijadikan strategi pemasaran.
Kata kunci : Strategi, Pemasaran, Pembiayaan
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji serta syukur ke hadirat Ilahi Rabbi yang telah
menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna. Di antara salah satu
kesempurnaannya adalah Dia karuniakan manusia pikiran dan kecerdasan, serta
kemampuan memperoleh dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Shalawat dan
salam kita sanjungkan kepada pemimpin revolusioner umat Islam sedunia tiada lain
yakni, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan umatnya yang
selalu berpegang teguh hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, akhirnya penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “STRATEGI PEMASARAN PRODUK PEMBIAYAAN WARUNG
MIKRO DALAM UPAYA MENARIK MINAT NASABAH (STUDI KASUS
PADA BANK SYARIAH MANDIRI KCP CILANDAK)” dengan baik. Tentunya
penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi yang penulis lakukan bukanlah
apa-apa jika dibandingkan dengan karya-karya besar yang lebih dahulu ada, karena
masih banyak kekurangan, baik dalam penyusunan kata-kata maupun dalam
penyajian analisisnya. Namun penulis telah berusaha dengan semaksimal mungkin
dalam proses penulisan skripsi ini.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari adanya rintangan dan
ujian, namun pada akhirnya selalu ada jalan kemudahan. Tentunya tidak terlepas dari
beberapa pihak yang sepanjang penulisan skripsi ini banyak membantu dalam
iv
memberikan bimbingan dan masukan yang berharga kepada penulis guna
penyempurnaan skripsi ini.
Dengan demikian dalam kesempatan yang berharga ini penulis ingin
mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih tiada terhingga kepada berbagai pihak
yang secara langsung telah membantu penulis, diantaranya:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum.
2. Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Prodi Muamalat, dan Mu’min Rouf,
MA, selaku Sekretaris Prodi Muamalat.
3. Dr. K.H.A. Juaini Syukri, Lcs, M.A, selaku Pembimbing penulis yang tidak
kenal lelah meluangkan waktu dan memberikan arahan, masukan dan kritikan
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini, tanpa bimbingannya Skripsi ini
tidak ada apa-apanya.
4. Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, MPD dan Ibu Dwi Nuraini Ichsan, SE,
MM selaku penguji ujian munaqasyah.
5. Bapak Drs. Noryamin Aini, MA, selaku pembimbing akademik perbankan
syariah 2007, yang telah memberikan arahan dan motivasi selama menjadi
pembimbing kami di bangku perkuliahan.
6. Pada para Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Dosen Fakultas
Syariah dan Hukum Prodi Muamalat, beserta para Staf TU baik di Pusat atau
v
Fakultas tidak hanya Ilmu Pengetahuan yang dapat penulis raih, pengalaman
dan nasehat pun sangat berharga bagi Penulis.
7. Ibu Lily Choiriah, selaku Kepala KCP Bank Syariah Mandiri Cilandak yang
telah memberikan kebijakan dan izin kepada penulis untuk riset skripsi di
Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak.
8. Bapak Zulfan Afandi, selaku Kepala Pembiayaan Warung Mikro yang telah
banyak memberikan informasi dan masukan berharga dalam proses
penyusunan skripsi ini.
9. Saudara M. Syafiq Umam, selaku asisten analis warung mikro, Riyan
Permana Putra dan Abdul Fatah, selaku pelaksana marketing mikro dan juga
sahabat penulis yang telah banyak mambantu dan memberikan masukan yang
baik dalam proses penulisan skripsi ini.
10. Teristimewa buat Ayahanda tercinta H. Muchyar Basyir dan Ibunda tercinta
Hj. Yayah Riayah. Terima kasih atas segala doanya, kesabaran, jerih payah
dan pengorbanan serta nasihat yang senantiasa memberikan semangat tanpa
henti sehingga ananda dapat menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Tiada kata yang pantas selain ucapan terima kasih dan doa, sungguh
jasamu tiada tara dan tak akan pernah terbalaskan. Terima kasih juga untuk
Kakakku tercinta Aris Aminullah dan Isnani Royhanah yang telah
memberikan dukungan moril, dan terima kasih juga untuk Kakak iparku Irfan
vi
Apriandi yang telah memberikan dukungan moril dan spirituil dalam proses
penulisan skripsi ini.
11. Para sahabat Bayu Dian Pratama, Wahyudin Joni Sukamta, Sam Nur
Abdullah, M. Reza Hakim, Muhamad Iqbal, Setio Rohmadi, Azki Erlangga,
Ahmad Surya Caunk, Furkon Hakim, Burhan, Anton Kepri Band, Ananda
Key Kepri Band, Prass Godeg Kepri Band, teh Aas, Tiyo Sadewa Jamet yang
sudah memberikan banyak dukungan dalam menyelesaikan Skripsi ini.
12. Mahasiswa-mahasiswi Prodi Muamalat Jurusan Perbankan Syariah D 2007,
serta semua mahasiswa-mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum yang telah
banyak memberikan kontribusi pemikiran dan sharing pengalaman, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, Penulis ucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak.
Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya serta menjadi amal baik kita di sisi Allah SWT. Akhirnya, semoga
setiap bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah
SWT. Amin ya Rabbal ‘alamin.
Jakarta, 19 September 2013
Ade Ikhwan Anshori
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 7
D. Metodologi Penelitian ..................................................................... 8
E. Teknik Penulisan ............................................................................. 10
F. Kerangka Teori ................................................................................ 11
G. Riview Studi Terdahulu ................................................................... 14
H. Sistematika Penulisan ...................................................................... 16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Strategi Pemasaran .......................................................................... 18
1. Pengertian Strategi ...................................................................... 18
2. Tahapan-tahapan Strategi ........................................................... 19
viii
3. Jenis-jenis Strategi ...................................................................... 20
4. Pengertian Pemasaran ................................................................. 22
5. Pengertian Strategi Pemasaran ................................................... 23
B. Pembiayaan Dalam Perspektif Islam ............................................... 25
1. Pengertian Pembiayaan ............................................................... 25
2. Penilaian Pembiayaan ................................................................. 28
3. Akad-akad Pembiayaan Syariah ................................................. 30
C. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ................................................ 37
1. Pengertian UMKM ..................................................................... 37
2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah .............................. 39
BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI
A. Profil Perusahaan ............................................................................. 42
B. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri ........................................... 43
C. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri ............................................... 46
D. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri ..................................... 49
E. Produk-produk Pembiayaan Bank Syariah Mandiri ........................ 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan Warung Mikro Dalam Upaya
Menarik Minat Nasabah .................................................................. 55
B. Mekanisme Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri .... 73
C. Kendala Yang Dihadapi Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak
Dalam Memasarkan Produk Pembiayaan Warung Mikro ............... 84
ix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 87
B. Saran ................................................................................................ 93
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 95
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 ……………….……………………………………….……... 51
Gambar 3.2 ………………………………………………………………... 53
Gambar 3.3 ……………………………………………………………..... 53
Gambar 4.1 ………………………...….……………………...…………… 78
Gambar 4.2 ………………………...….……………………...…………… 83
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 ………………………………………………………………..…… 27
Tabel 4.1 ……………………..……………………………………………… 65
Tabel 4.2 ……………………..……………………………………………… 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi Islam dan praktik ekonomi Islam secara Internasional
maupun Nasional tidak bisa dibendung lagi. Di Indonesia ditandai dengan pesatnya
kajian dan publikasi mengenai prinsip-prinsip dan praktik-praktik perbankan syariah.
Saat ini kita adalah saksi bagi pertumbuhan pesat perbankan syariah di Indonesia.
Keadaan yang semakin kondusif ini seharusnya mampu mendorong pelaku bisnis
perbankan di Indonesia yang konon termasuk paling besar di dunia dalam hal jumlah
usaha dalam satu negara. Jika ratusan bank umum yang ada di Indonesia membuka
Unit Usaha Syariah (UUS), maka masyarakat akan semakin mudah mendapatkan
layanan perbankan syariah.
Perbankan selalu dituntut untuk lebih peduli terhadap UMKM sebagai pasar
potensial dalam penyaluran kreditnya. Di lain pihak perbankan sendiri masih
menghadapi sejumlah persoalan yang juga harus segera diselesaikan.1 Berbagai
kebijakan dan peraturan telah dikeluarkan pemerintah agar perbankan lebih
berorientasi kepada usaha mikro,kecil dan menengah (UMKM). Program-program
pengambangan UMKM seperti penyediaan kredit likuiditas (KL), keharusan memiliki
portofolio kredit usaha kecil (KUK) sebesar 25 persen, serta pencantuman komponen
1 K.H. Ma’ruf Amin, Prospek cerah perbankan syariah, Cet. I, (Jakarta : Lekas, 2007), Hal
134.
2
KUK dalam laporan keuangan, merupakan salah satu bukti pentingnya kepedulian
Bank terhadap UMKM.
Tidak dapat dipungkiri bahwa UMKM memiliki daya tahan yang tangguh
dalam menghadapi gejolak dan berbagai masalah. Sejak terjadinya krisis moneter
pada tahun 1998 yang diikuti oleh krisis ekonomi dan berbagai krisis lainnya,
ditemukan suatu kenyataan bahwa ketahanan perekonomian sesungguhnya ditopang
oleh UMKM.2 Oleh karena itu upaya untuk terus memberdayakan UMKM
merupakan suatu tantangan yang harus selalu ditingkatkan, termasuk dukungan
pembiayaan melalui perbankan.
Beberapa lama ini BI telah mengeluarkan kebijakan baru mengenai KUK.
Dalam ketentuan tersebut antara lain menyangkut plafon kredit untuk usaha kecil
maksimal Rp 500 juta dan Bank wajib menyantumkan jumlah kredit untuk usaha
kecil, dalam publikasi laporan keuangannya.3 Menyusul ketentuan BI tersebut, kini
sudah ada Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.
Pada intinya, semua kebijakan itu menekankan perlunya perbankan
memperhatikan usaha-usaha kecil. Akan tetapi yang menjadi persoalan bagi
perbankan adalah ditengah ketatnya peraturan yang menghendaki agar perbankan
beroperasi menurut prinsip perbankan yang sehat akan menemui kendala apabila
2 “Tak Punya Utang Luar Negri,UMKM Malah Tahan Krisis”. Kompas 27 November 2008.
3 Peraturan Bank Indonesia nomor 13/11/PBI/2011 Tentang Pencabutan Atas PBI Nomor
3/2/PBI/2011 tentang Pemberian Kredit Usaha Kecil dan surat edaran Bank Indonesia nomor 3/9/BKR
Perihal Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Kredit Usaha Kecil.
3
dihadapkan dengan kondisi usaha kecil yang belum diberdayakan. Masalah
persyaratan teknis Bank merupakan persoalan lama yang terus dihadapi oleh
Perbankan ataupun UMKM. Bagi bank, prinsip-prinsip perkreditan yang sehat
megharuskan setiap pembiayaan harus memenuhi standar teknis seperti kelayakan
peminjam, kelayakan hukum, kelayakan bisnis, kelayakan keuangan, dan kelayakan
jaminan.
Penerapan kelayakan tersebut mau tidak mau akan diterapkan oleh bank
karena selain hal tersebut merupakan kewajiban dan keharusan, Bank pun
mengharapkan jaminan keamanan atas dana masyarakat yang telah dihimpun, serta
harapan mendapatkan return yang optimal. Sementara pada sisi lain, standar-standar
tersebut masih menjadi masalah klasik bagi UMKM dan belum dapat dibenahi secara
optimal.
Pembangunn Ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menargetkan
penurunan pengangguran dari 9,7% tahun 2004 menjadi 5,1 % tahun 2009 yang
disertai dengan pengurangan kemiskinan dari 16,6 % tahun 2004 menjadi 8,2 %
tahun 2009. Salah satu dari “Tripel Strategy” pemerintah untuk mencapai sasaran
adalah dengan menggerakan sektor riil yang komponennya didominasi oleh UMKM
(Usaha Mikro Kecil dan Menengah) hingga 99,9 %. Secara lebih rinci, UMKM
mengambil peranan yang sangat strategis dalam menggerakkan aktivitas
perekonomian Indonesia dengan menyediakan 99,5 % kesempatan kerja penduduk
yang memproduksi sebanyak 57% kebutuhan barang dan jasa nasional. Devisa
4
Negara sebesar 19% volume ekspor merupakan hasil produksi UMKM serta
kontribusi 2 – 4% pertumbuhan nasional yang disumbangkan oleh UMKM.4
Walaupun menjadi fondasi struktur ekonomi Indonesia dan menjadi motor
penggerak pembangunan ekonomi, tetapi dukungan modal yang diterima UMKM
masih minim. Dengan keadaan seperti itu, bantuan seperti keuangan, teknologi, dan
manajemen untuk pembangunan kemampuan institusi sangat mereka butuhkan. Satu
hal yang sangat sulit ditemui saat ini pada UMKM adalah komitmen dan kepedulian
mereka terhadap moralitas. Disaat para pengusaha besar dan konglongmerat ramai
melakukan berbagai macam jenis kejahatan bisnis yang melanggar hukum, orang-
orang yang bergerak di bidang UMKM tetap berpegang teguh pada etika bisnis dan
moralitas.
Dengan memandang urgensi dan kontribusi UMKM terhadap pembangunan
ekonomi di Indonesia, maka sudah sewajarnya industri perbankan syariah melakukan
orientasi ulang pada sektor riil dengan memfokuskan pemberdayaan kepada
pengusaha UMKM. Salah satu target pencapaian sistem perbankan syariah nasional
yang tercantum pada Blue Print Perbankan Syariah Indonesia adalah memiliki peran
yang signifikan dalam sistem perekonomian nasional, serta mampu melakukan
perbaikan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan nilai-nilai prinsip syariah, visi
pengembangan perbankan syariah di Indonesia adalah “Terwujudnya sistem
perbankan syariah yang kompetitif,efisien dan memenuhi prinsip kehati-hatian yang
4 Bappenas, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 , Artikel Diakes
pada 10 Juni 2013 dari : http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/7642
5
mampu mendukung sektor riil secara nyata melalui kegiatan pembiayaan berbasis
bagi hasil (share-based financing) dan transaksi riil dalam kerangka keadilan, tolong-
menolong dan menuju kebaikan guna mencapai kemaslahatan masyarakat”.5
Beberapa hal yang dapat disiapkan oleh Bank Syariah untuk UMKM,
kaitannya dengan pencapaian target dan visi diatas, antara lain adalah : pertama,
Produk alternatif yang luas dengan bagi hasil sebagai produk utama. Produk-produk
dengan sistem profit and lost sharing yang berparadigma kemitraan sangat tepat
untuk memberdayakan UMKM. Kedua, pengelolaan bisnis berdasarkan moral dan
transaksi sesuai degan prinsip syariah. Keunggulan ini cocok dengan karakteristik
orang-orang yeng bergerak di bidang UMKM, yang menginginkan tetap berpegang
pada etika bisnis dan moralitas. Ketiga, mengelola dan memiliki akses kepada dana-
dana voluntary sektor. Hal ini sangat sesuai dengan komitmen Bank Syariah yang
peduli dengan pengembangan UMKM sebagai bagian dari pengentasan kemiskinan
melalui instrument Ekonomi Islam (Zakat,Infaq,Shadaqah,Wakaf).6
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis sangat
tertarik untuk mengangkat permasalahan yang berkaitan dengan pemberdayaan
UMKM, yaitu produk pembiayaan usaha mikro yang dimiliki oleh Bank Syariah
Mandiri. Nama dari produk tersebut adalah BSM Warung Mikro. Maka judul yang
akan diangkat oleh penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam bentuk
5 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta : Pustaka Alvabet, 2005)
h.37. 6 Muhammad, Bank Syriah : Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia, (Yogyakarta
: Graha Ilmu,2005),h.128.
6
skripsi adalah “STRATEGI PEMASARAN PRODUK PEMBIAYAAN
WARUNG MIKRO DALAM UPAYA MENARIK MINAT NASABAH (STUDI
KASUS PADA BANK SYARIAH MANDIRI KCP CILANDAK)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk menjaga agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari
kemungkinan pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang
diteliti, serta sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dibahas. Maka
skripsi ini dibatasi pada Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan Warung Mikro
Dalam Upaya Menarik Minat Nasabah di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Cilandak.
2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini
diantaranya adalah:
a. Bagaimana Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan Warung Mikro Bank
Syariah Mandiri KCP Cilandak Dalam Upaya Menarik Minat Nasabah?
b. Bagaimana Mekanisme Produk Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah
Mandiri KCP Cilandak?
c. Apa saja kendala yang dihadapi Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak dalam
memasarkan Produk Pembiayaan Warung Mikro kepada calon nasabah dan
bagaimana mengatasinya?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penenlitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, adapun
tujuan dan manfaat dari penelitian tentang Strategi Pemasaran Produk
Pembiayaan Warung Mikro Dalam Upaya Menarik Minat Nasabah (Studi Pada
Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Cilandak) adalah:
a. Mengetahui strategi Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak dalam memasarkan
Produk Pembiayaan Warung Mikro kepada calon nasabah.
b. Mengetahui mekanisme Produk Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah
Mandiri KCP Cilandak.
c. Mengetahui apa saja kendala yang dihadapi oleh Bank Syariah Mandiri KCP
Cilandak dalam memasarkan Produk Pembiayaan Warung Mikro kepada
calon nasabah.
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini diantaranya adalah untuk:
a. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
pihak perusahaan dalam mengidentifikasi strategi pemasaran yang tepat bagi
para calon nasabah.
b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan
pengetahuan dan menjadi alternatif pembiayaan masyarakat terkait dengan
Produk Pembiayaan Warung Mikro dalam upaya memberdayakan UMKM.
8
c. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan keilmuan
dibidang perbankan khususnya tentang Strategi Pemasaran Produk
Pembiayaan Warung Mikro dan hasil penelitian ini dapat menambah referensi
sebagai bahan acuan bagi penelitian yang akan datang.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Suatu metode penelitian akan mengemukakan secara teknis tentang
metode-metode yang digunakan dalam penelitian.7 Dalam buku yang berjudul
Metodologi Research karangan Sutrisno Hadi, pengertian metode penelitian
diambil dari dua kata, yaitu metode dan penelitian. Metode dalam dalam hal ini
diartikan sebagai suatu cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dengan
menggunakan alat-alat tertentu. Sedangkan penelitian adalah suatu usaha untuk
menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan yakni usaha di
mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode tertntu.8 Dalam penelitian
ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis metode deskriptif,
yaitu metode untuk mengungkapkan masalah dengan cara memaparkan atau
menggambarkan situasi atau pristiwa dari penelitian.
7 Neong Muhadjir. Metode Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta : Rake Sarasin, 1998), h. 3
8 Sutrisno Hadi. Metodologi Research. (Yogyakarta : UGM Press, 1997), h. 3
9
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
orang-orang dan perilaku yang diamati.9
2. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri
KCP Cilandak. Kemudian yang menjadi objek penelitian ini adalah mengenai
Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan Warung Mikro Dalam Upaya Menarik
Minat Nasabah.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh penulis langsung dari lembaga
yang diteliti.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data penunjang penelitian yang diperoleh dari
buku, jurnal, dan sumber-sumber lain yang memiliki kaitan dengan skripsi.
4. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat beberapa teknis atau cara dalam melakukan pengumpulan data,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakaya,
1997), Cet. Ke -10, h. 3
10
Metode ini dilakukan dengan cara wawancara yang dilakukan oleh dua
pihak yaitu pihak pewawancara (interviewer) dan pihak yang diwawancarai
(interview) karyawan maupun yang berkaitan dengan objek penelitian, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Dengan tujuan mengetahui kejadian,
kegiatan, dan lain-lain serta dapat memperoleh informasi yang diperlukan
dalam penelitian.
b. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.10
Peneliti
meminta data-data yang sesuai dengan kebutuhan penelitiannya kepada
lembaga yang diteliti, dalam hal ini Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak.
5. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif analisis,
yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu memaparkan
semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan kemudian menganalisisnya
dengan berpedoman kepada sumber-sumber yang tertulis.
E. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan pada skripsi ini berpedoman dan disesuaikan dengan
kaidah-kaidah penulisan skripsi pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kauntitatif Kualitatif dan R&B, (Bandung : Alfabeta, 2009),
Cet. Ke-6, hal. 240
11
diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2013.
F. Kerangka Teori
Dalam melakukan penelitian, perlu memakai beberapa teori yang digunakan,
yaitu:
1. Strategi
Kata “strategi” berasal dari bahasa yunani yaitu “strategas” (stratos :
Militer dan Ag : memimpin) yang berarti “generalship” atau sesuatu yang
dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk
memenangkan perang. Konsep ini relevan pada zaman dahulu yang sering
diwarnai perang dimana jenderal dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan
perang.
Dalam kamus istilah manajemen, strategi adalah rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan saling berhubungan
dalam waktu dan ukuran.11
Dalam sebuah perusahaan, strategi merupakan salah
satu faktor terpenting agar perusahaan dapat berjalan dengan baik. Strategi
menggambarkan arah bisnis yang mengikuti lingkungan yang dipilih dan
11
Panitia Istilah Manjemen Lembaga PPM, Kamus Istilah Manjemen, (Jakarta : Balai
Aksara), cet Ke-2 hal. 245
12
merupakan pedoman untuk mengalokasikan sumber daya usaha suatu
organisasi.12
2. Pemasaran
Drs. Bashu Swasto, MA dan Irawan mengungkapkan bahwa “pemasaran
sebagai suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditunjukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang dan jasa pada pembeli”.13
Pemasaran juga dapat dipahami sebagai suatu rencana untuk
memperbesar pengaruh terhadap pasar, baik jangka pendek maupun jangka
panjang, yang didasarkan pada riset pasar, penilaian, perencanaan produk,
promosi, perencanaan penjualan, dan distribusi secara spesifik.
3. Pembiayaan Dalam Perspektif Islam
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang/tagihan
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan/kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dengan imbalan atau
bagi hasil. Pembiayaan yang dipersamakan dengan kredit berdasarkan prinsip
syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya
12
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Andi, 2002), edisi ke-2, hal. 3 13
Bashu Swasta, Manajemen Pemasaran Modern, (Jogjakarta: Liberty, 1990), Cet. II, hal. 5
13
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian imbalan atau bagi hasil.14
Pembiayaan dalam perbankan syariah atau istilah teknisnya aktiva produktif,
menurut ketentuan Bank Indonesia adalah penanaman dana bank syariah baik
dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh,
surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal
sementara, komitmen dan kontinjensi pada rekening administratif serta Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia (SWBI).15
4. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM):
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagimana diatur
dalam Undang-Undang ini. Usaha Mikro memiliki kriteria aset maksimal
sebesar 50 juta dan omzet sebesar 300 juta.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
14
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-
Undang RI Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. (Pasal 1, ayat 12) 15
Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003
14
dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil memiliki kriteria aset sebesar 50 juta
sampai dengan 500 juta dan omzet sebesar 300 juta sampai dengan 2,5 milyar.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah memiliki
kriteria aset sebesar 500 juta sampai dengan 10 milyar dan omzet sebesar 2,5
milyar sampai dengan 50 milyar.
G. Review Studi Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian, penulis telah melakukan review studi
terdahulu dan menemukan beberapa penelitian yang sejenis dan relevan. Penelitian
tersebut diantaranya adalah :
No Identistas Substansi Lama Substansi Baru
1 Ibnu Halim
(Perbankan Syariah
2006)
Judul : Strategi
Pemasaran
Skripsi ini lebih
menekankan kepada
tingkat bagi hasil dan
seberapa besar nilai
pembiayaan yang
Skripsi saya lebih
memfokuskan
pembiayaan kepada
sektor UMKM yang
sulit untuk
15
Pembiayaan
Musyarakah dalam
upaya menarik minat
nasabah (studi pada
BMT AL-FATH
Pamulang)
diberikan kepada
masyarakat, dan
melihat hasil
perkembangan
pembiayaan tersebut
memperoleh akses
permodalan
2
Atep Misbahudin
(Perbankan Syariah
2008)
Judul : Strategi
Pemasaran gadai emas
pada BPRS PNM Al-
Ma’some dalam
meningkatkan
pendapatan Bank.
Skripsi ini lebih
menekankan kepada
teknis organisasi bisnis
dan pertumbuhan
peningkatan profit
penyelesaian gadai.
Skripsi saya lebih
menekankan kepada
pelaksana marketing
mikro dalam
memasarkan
produknya baik secara
internal maupun
eksternal
3 Muhammad Amin
(Perbankan Syariah)
Judul: Strategi BPRS
Dalam Pengelolaan
Resiko Pembiayaan
Membahas tentang
strategi BPRS dalam
pengelolaan resiko
pembiayaan UMKM
yaitu dengan
Dalam skripsi ini
penulis membahas
bagaimana strategi
Bank Syariah Mandiri
dalam memasarkan
16
UMKM. melakukan beberapa
strategi, diantaranya:
dengan menganalisis
prosedur pembiayaan
secara cepat, tepat,
cermat dan melakukan
strategi teknik dalam
pengumpulan piutang
naabah.
Produk Pembiayaan
Mikro kepada calon
nasabah serta apa saja
kendala yang dihadapi
dalam memasarkan
produk ini dan
bagaimana
mengatasinya.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan kemudahan dalam hal pembahasan dan penulisan skripsi
ini, maka penulis membaginya menjadi 5 bab. Adapun rinciannya adalah sebagai
berikut :
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang latar belakang
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metedologi penelitian dan
teknik penulisan yang digunakan, kerangka teori, review studi
terdahulu, serta sistematika penulisan.
17
BAB II: LANDASAN TEORI
Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa teori-teori yang
berkaitan dengan judul skripsi ini. Diantaranya adalah teori tentang
Strategi, pemasaran, pembiayaan dalam perspektif Islam, dan UMKM
(usaha mikro, kecil, dan menengah)
BAB III: GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI
Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang gambaran umum
perusahaan, meliputi sejarah perusahaan. Visi dan misi perusahaan,
struktur organisasi perusahaan, serta produk-produk yang terdapat
pada perusahaan.
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menjabarkan dan menganalisa hasil dari
penelitiannya, tentang bagaimana Strategi Pemasaran Produk
Pembiayaan Warung Mikro, Mekanisme Pembiayaan Warung Mikro,
serta kendala yang dihadapi Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak
dalam memasarkan Produk Pembiayaan Warung Mikro kepada calon
nasabah.
BAB V: PENUTUP
Pada bab ini penulis memaparkan kesimpulan skripsi ini serta saran-
saran. Dan bab penutup ini merupakan jawaban terhadap beberapa
pertanyaan yang termuat dalam rumusan masalah serta lampiran-
lampiran yang berkaitan dengan skripsi ini.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi Pemasaran
1. Pengertian Strategi
Kata “strategi” berasal dari bahasa yunani yaitu “strategas” (stratos :
Militer dan Ag : memimpin) yang berarti “generalship” atau sesuatu yang
dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk
memenangkan perang. Konsep ini relevan pada zaman dahulu yang sering
diwarnai perang dimana jenderal dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan
perang.
Dalam kamus istilah manajemen, strategi adalah rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan saling berhubungan
dalam waktu dan ukuran.1 Dalam sebuah perusahaan, strategi merupakan salah
satu faktor terpenting agar perusahaan dapat berjalan dengan baik. Strategi
menggambarkan arah bisnis yang mengikuti lingkungan yang dipilih dan
merupakan pedoman untuk mengalokasikan sumber daya usaha suatu
organisasi.2
Secara khusus, strategi adalah penempatan misi perusahaan, penetapan
sasaran organisasi dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan
1 Panitia Istilah Manjemen Lembaga PPM, Kamus Istilah Manjemen, (Jakarta : Balai Aksara),
cet Ke-2 hal. 245 2 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Andi, 2002), edisi ke-2, hal. 3
19
kebijakan dan cara tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan
implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan
tercapai.
Dewasa ini strategi adalah istilah yang sangat lazim untuk apa yang biasa
disebut kebijakan, tetapi tidak terdapat kesepakatan tentang hal itu. Strategi
induk dapat dijadikan sebagai kebijakan, biasanya digunakan dalam artian sama
untuk keputusan utama dan atau pada tingkat abstraksi yang tinggi. Namun,
untuk keputusan yang terinci terdapat perbedaan dalam arti bahwa harus
didefinisikan.3
2. Tahapan-tahapan Strategi
Seperti yang dikatakan oleh Joel Ross dan Michael bahwa sebuah
organisasi tanpa adanya strategi seperti kapal tanpa kemudi, bergerak, berputar
tanpa lingkaran. Organisasi yang demikian seperti pengembara tanpa tujuan
tertentu. Proses strategi terdiri dari tiga tahapan:4
a. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi termasuk didalamnya ialah
mengembangkan visi dan misi perusahaan, mengidentifikasi peluang dan
ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal
perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang perusahaan, membuat
3 George A. Steiner, john B. miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta: Erlangga,
1997), Edisi ke-2, hal. 18 4 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta; Indeks, 2004), h. 6-8
20
sejumlah strategi alternatif untuk perusahaan, dan memilih strategi tertentu
untuk perusahaan.
b. Pelaksanaan Strategi
Pelaksanaan strategi mengharuskan perusahaaan untuk menetapkan
sasaran tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan
mengalokasikan sumber daya sehingga perumusan strategi dapat
dilaksanakan. Penciptaan struktur organisasi perusahaan yang efektif,
pengarahan kembali usaha-usaha pemasaran, penyiapan anggaran,
pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta menghubungkan
kompensasi untuk karyawan dengan kinerja organisasi perusahaan.
c. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Para
manajer harus benar-benar mengetahui alasan strategi-strategi tertentu tidak
dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam hal ini, evaluasi strategi adalah cara
pertama untuk memperoleh informasi. Semua strategi dapat diubah sewaktu-
waktu karena faktor eksternal dan internal selalu berubah.
3. Jenis-jenis Strategi
Jenis-jenis strategi yaitu:5
a. Klasifikasi berdasarkan ruang lingkup
5 George A. Steiner, John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen (Jakarta: Erlangga,
1997), Edisi kedua, hal.18-20.
21
Strategi ini merupakan strategi utama (induk). Strategi ini dapat dirumuskan
secara lebih sempit seperti strategi progam, dan ini dapat dirancang sebagai
sub strategi.
b. Klasifikasi berdasarkan tingkat organisasi
Di dalam sebuah perusahaan yang terdiri atas sejumlah divisi yang sekurang-
kurangnya dua tingkat, yaitu strategi kantor pusat dan strategi divisi.
c. Klasifikasi berdasarkan sumber material dan bukan material
Kebanyakan strategi berkenaan dengan sumber yang bersifat fisik. Namun,
strategi dapat mengenai penggunan tenaga kerja manajer, tenaga ilmuan, dan
lain-lain. Strategi dapat juga berkenaan dengan gaya manajemen, pola
berpikir, atau falsafah, tentang hal-hal yang merupakan sikap suatu
perusahaan terhadap tanggung jawab sosial.
d. Klasifikasi berdasarkan tujuan atau fungsi
Sebagai contoh, pertumbuhan adalah sasaran utama dari kebanyakan
perusahaan dan terdpat banyak strategi yang dapat dipilih untuk menjamin
pertumbuhan tersebut.
e. Strategi pribadi manajer
Semakin tunggi tingkat manajer, semakin penting artinya strategi ini bagi
kehidupan organisasi. Strategi pribadi adalah petunjuk praktis yang meliputi
nilai-nilai, motivasi, perlindungan terhadap sikap bermusuhan dari
lingkungan, metode untuk mengubah lingkungan, teknik bergaul dengan
orang-orang, dan untuk terlaksananya suatu (perkerjaan) dengan baik, dan
22
cara untuk memaksimalkan kepuasan pribadi serta kebutuhan dasar. Strategi
ini bersifat mendasar, biasanya tidak tertulis, dan merupakan kerangka untuk
mengembangkan strategi perusahaan.
4. Pengertian Pemasaran
Apabila mendengar kata pemasaran, sering kali dikaitkan oleh banyak
pihak dengan penjualan (sales), iklan, promosi, atau produk. Namun sebenarnya
pemasaran tidaklah sesempit yang diidentikan oleh banyak orang, karena
pemasaran berbeda dengan penjualan. Pemasaran lebih merupakan suatu seni
menjual produk, sehingga pemasaran adalah proses penjualan yang dimulai dari
perancangan produk sampai dengan produk tersebut terjual. Berbeda dengan
penjualan yang hanya terfokus pada terjadinya transaksi penjualan barang atau
jasa.
Drs. Bashu Swasto, MA dan Irawan mengungkapkan bahwa “pemasaran
sebagai suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditunjukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang dan jasa pada pembeli”.6
Pemasaran juga dapat dipahami sebagai suatu rencana untuk
memperbesar pengaruh terhadap pasar, baik jangka pendek maupun jangka
panjang, yang didasarkan pada riset pasar, penilaian, perencanaan produk,
promosi, perencanaan penjualan, dan distribusi secara spesifik.
6 Bashu Swasta, Manajemen Pemasaran Modern, (Jogjakarta: Liberty, 1990), Cet. II, hal. 5
23
5. Pengertian Strategi Pemasaran
Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, strategi pemasaran merupakan
proses pemasaran yang mencangkup beberapa hal analisis atas kesempatan-
kesempatan, pemilikan sasaran-sasaran, pengembangan strategi, perumusan
rencana implementasi serta pengawasan.7
Strategi pemasaran dapat dipahami sebagai logika pemasaran yang
dengannya unit usaha dapat mencapai tujuan pemasarannya.8 Strtegi pemasaran
juga merupakan pernyataan mengenai bagaimana suatu merk atau lini produk
dapat memenuhi keinginan dan dapat memuaskan pelanggan. Selain itu
pemasaran sendiri dapat diartikan sebagai seleksi atas pasar sasaran, menentukan
posisi persaingan dan pengembangan suatu bauran pemasaran yang efektif untuk
mencapai dan melayani klien yang dipilih.9
Strategi pemasaran didasarkan atas 4 konsep strategi, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi suatu pasar menjadi
kelompok-kelompok pembeli yang berbeda yang memiliki kebutuhan,
karakteristik, atau perilaku yang berbeda yang mungkin membutuhkan produk
atau bauran pemsaran yang berbeda. Atau segmentasi pasar bisa diartikan
7 Save M. Dagum, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Yopgyakarta: BPFE, 1994), Edisi
Pertama, hal. 124 8 Philip Kotler dan Paul N. Blomm, Teknik dan Strategi Pemasaran Jasa Profesional,
(Jakarta: Intermedia, 1995), hal. 127 9 Kotler dan Amstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 1997), Edisi ke-2,
jilid 1, hal. 3
24
sebagai proses pengidentifikasian dan menganalisis para konsumen di pasar
produk, menganalisa perbedaan antara pembeli di pasar.
b. Pangsa Pasar
Pangsa pasar (market share) adalah presentase pasar yang ditentukan
dalam ukuran unit maupun revenue dan dihitung berdasarkan specific entity.
Market share merupakan sebuah indikator tentang apa yang dilakukan sebuah
perusahaan terhadap kompetitornya dengan dukungan perubahan-perubahan
dalam penjualan. Pangsa pasar menjelaskan penjualan perusahaan sebagai
presentase volume total penjualan dalam industri, market, ataupun produk.
c. Posisi Pasar
Posisi pasar adalah segala upaya untuk mendesain produk dan merk
kita agar dapat menempati sebuah posisi yang unik dimata pelanggan. Hasil
akhir dari positioning adalah terciptanya proposisi nilai yang pas yang
menjadi alasan bagi pelanggan untuk membeli. Dengan kata lain bahwa
positioning adalah tindakan merancang produk dan bauran pemasarannya agar
tercipta kesan tertentu dimata konsumen.
d. Marketing Mix
Marketing mix adalah suatu strategi yang menekankan bagaimana
menjual produk secara efektif. Berdasarkan data-data yang diperoleh dan
dikumpulkan baik melalui proses komputerisasi maupun data yang dikoleksi
berdasarkan langganan, agar proses penjualan berjalan lancar. Dengan kata
lain marketing mix merupakan variabel-vriabel yang digunakan di setiap
25
perusahaan, sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan para
konsumen. Jadi marketing mix itu sendiri terdiri atas himpunan variabel-
variabel yang dapat dikendalikan dan digunakan oleh perusahaan untuk
mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasarannya.
B. Pembiayaan Dalam Perspektif Islam
1. Pengertian Pembiayaan
Definisi pembiayaan yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain untuk mendukkung invenstasi yang telah direncanakan.10
Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah adalah penyediaan dana atau tagihan
yang dipersamakan dengan hal itu berupa:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
b. Transaksi sewa meyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik
c. Transaksi jual beli dlam bentuk piutang murabahah,salam, dan istishna
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh dan
e. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk jasa ijarah untuk transaksi multijasa,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antra Bank Syariah atau UUS dan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai atau diberi fasilitas dana
10
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP. AMN YKPN,
2002), h. 17
26
untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.11
Sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan
uang/tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan/kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai dengan imbalan atau bagi hasil. Pembiayaan yang dipersamakan
dengan kredit berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian imbalan atau bagi hasil.12
Pembiyaan dalam perbankan syariah atau
istilah teknisnya aktiva produktif, menurut ketentuan Bank Indonesia adalah
penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam
bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan,
penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada
rekening administrative serta Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI).13
Dalam aktivitas pembiayaan, bank syariah akan menjalankan dengan
berbgai teknik dan metode yang penerapannya tergantung pada tujuan dan
aktivitas nasabah penerima pembiayaan. Mekanisme perbankan syariah yang
11
UU No. 21 Tahun 2008 sebagai revisi UU no. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Syariah,
Pasal 1 ayat 25 12
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-
Undang RI Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. (Pasal 1, ayat 12) 13
Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003
27
berdasarkan prinsip mitra usaha adalah bebas bunga. Oleh karena itu, masalah
membayarkan bunga kepada debitur atau pembebanan bunga kepada nasabah
pembiayaan tidak akan timbul.
Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank
berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank
berdasarkan prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan,
bagi bank berdasarkan prinsip konvensional, keuntungan diperoleh melalui
bunga. Sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip syariah berupa imbalan/bagi
hasil. Perbedaan lainnya terdiri dari analisis pemberian pembiayaan (kredit)
beserta persyaratannya.14
Tabel 2.1
Tabel Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil15
BAGI HASIL BUNGA
Penentuan besarnya
rasio/nisbah bagi hasil dibuat
pada waktu akad dengan
berpedoman pada
kemungkinan untung rugi.
Penentuan bunga dibuat pada
waktu akad dengan asumsi harus
selalu untung.
14
Kashmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 72-73. 15
M. Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 61.
28
Besarnya rasio bagi hasil
berdasarkan jumlah
keuntungan yang diperoleh.
Besarnya presentase berdasarkan
pada jumlah uang (modal) yang
dipijamkan.
Bagi hasil bergantung pada
keuntungan proyek yang
dijalankan. Bila usaha merugi,
kerugian ditanggung bersama
kedua belah pihak.
Pembayaran bunga tetap seperti
yang dijanjikan tanpa
pertimbangan apakah proyek
yang dijalankan oleh pihak
nasabah untung atau rugi.
Jumlah pembagian laba
meningkat sesuai dengan
peningkatan jumlah
pendapatannya.
Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah
keuntngan berlipat atau keadaan
ekonomi sedang “booming”.
Tidak ada yang meragukan
keabsahan bagi hasil.
Eksistensi bunga diragukan (kalau
tidak dikecam) oleh semua
agama, termasuk Islam.
2. Penilaian Pemberian Pembiayaan
Ada beberapa syarat penilaian pembiayaan yang sering dilakukan,
diantaranya dengan analisis 5C, analisis 7P dan studi kelayakan. Analisis 5C dan
29
7P memiliki hubungan yang erat dimana analisis 7C merupakan penjelasan dari
analisis 5C.
Syarat pemberian pembiayaan dengan analisis 5C:16
a. Character (Karakter/Akhlak)
Karakter dapat terlihat dari interaksi kehidupan seseorang dengan keluarga
dan tetangganya. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai karakter seseorang
biasanya dilakukan dengan bertanya kepada tokoh masyarakat setempat
maupun para tetangga calon penerima pembiayaan.
b. Condition of economi (Kondisi usaha)
Usaha yang dijalankan oleh calon penerima pembiayaan harus baik, dalam arti
mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, menutupi biaya operasional
usaha dan kelebihan dari hasil usaha dapat menjadi modal usaha untuk lebih
berkembang lagi. Jika kelak mendapat pembiayaan, maka usaha terebut
diharapkan dapat tumbuh lebih baik dan akhirnya mampu melunasi
kewajibannya.
c. Capacity (Kemampuan manajerial)
Calon penerima pembiayaan harus mempunyai kemampuan manajerial yang
baik, handal, dan tangguh dalam melaksanakan usahanya. Biasanya seorang
wirausahawan sudah dapat mengatasi permasalahan yang timbul dari
usahanya apabila sudah berjalan minimal dua tahun.
16
Kashmir, “Manajemen Perbankan”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003)
30
d. Capital (Modal)
Calon penerima pembiayaan harus harus mampu mengatur keuangannya
dengan baik, dalam hal ini seorang pengusaha harus mampu menyisihkan
sebagian keuntungan usahanya untuk menambah modal sehingga skala
usahanya dapat ditingkatkan. Satu hal yang perlu diwaspadai adalah apabila
usaha calon penerima pembiayaan yang sebagian struktur permodalannya
berasal dari luar (bukan modal sendiri), maka hal ini akan menimbulkan
kerawanan pembiayaan bermasalah.
e. Collateral (Jaminan)
Petugas pembiayaan harus dapat menganalisis usaha calon anggota
pembiayaan dimana sumber utama pelunasan pembiayaan nantinya
dibayarkan dari hasil keuntungan usahanya. Unuk mengatasi kemungkinan
sulitnya pembayaran kembali dana pembiyaan maka perlu diadakannya
jaminan. Fungsi jaminan tersebut pertama, sebagai pengganti pelunasan
pembiayaan jika penerima pembiayaan sudah tidak mampu melunasi
pembiayaan. Kedua, sebagai pelunasan pembiayaan jika penerima
pembiayaan melakukan wanprestasi.
3. Akad-Akad Pembiayaan Syariah
Akad, (al-„Aqd) dalam bahasa arab berarti: perikatan, perjanjian dan
pemufakatan.17
Secara terminologi, akad memiliki arti umum dan khusus.
Adapun arti umum dari akad adalah segala sesuatu yang dikehendaki seseorang
17
Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990)
31
untuk dikerjakan, baik yang muncul dari kehendaknya sendiri, seperti kehendak
untuk wakaf, membebaskan hutang, thalaq dan sumpah, maupun yang
membutuhkan kehendak dua pihak dalam melakukannya, seperti jual beli, sewa
menyewa, perwakilan, gadai/jaminan.18
Sedangkan arti khusus akad adalah pertalian atau keterikatan antara ijab
dan qabul sesuai dengan kehendak syariah yang menimbulkan akibat hukum
pada obyek akad.19
Menurut Jumhur ulama hukum akad ada tiga; yaitu aqid
(orang yang menyelenggarakan akad seperti penjual dan pembeli), harga dan
barang yang ditransaksikan (ma‟qud alaih), dan sighatul „aqd (bentuk ucapan
akad).
Adapun akad-akad pembiayaan yang biasa dipergunakan dalam
pembiayaan pada bank syariah adalah sebagai berikut:
a. Mudharabah
1) Pengertian Mudharabah
Mudharabah adalah suatu perjanjian pembiayaan antara bank dan
nasabah, dimana bank menyediakan 100% pembiayaan bagi usaha tertentu
dari nasabah, sedangkan nasabah mengelola usaha tersebut tanpa campur
tangan bank.20
Dalam akad mudharabah bank mempunyai hak untuk
mengajukan usul dan melakukan pengawasan atas penyediaan dana. Dari
18
Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu, (Beirut, Dar al-Fikr, 2002) 19
Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.60. 20
Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga terkait di Indonesia, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1997), h.86.
32
pembiayaan tersebut bank mendapatkan imbalan atau keuntungan yang
besarnya ditetapkan atas dasar persetujuan kedua belah pihak. Apabila
terjadi kerugian, maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh bank,
kecuali kerugian akibat kelalaian nasabah.
2) Rukun dan Syarat Mudharabah
Adapun rukun dari akad mudhrabah yaitu:
a) Pemodal
b) Pengelola
c) Modal
d) Nisbah keuntungan
e) Sighat atau akad
Syarat dari akad Mudharabah
a) Pemodal dan pengelola merupakan orang cakap hukum
b) Sighat penawaran dan penerimaan (ijab dan qabul) harus diucapkan oleh
kedua belah pihak guna menunjukan kemauan mereka untuk
menyempurnakan kontrak.
c) Modal harus berupa uang tunai yang jelas jumlahnya.
b. Musyarakah
1) Pengertian Musyarakah
Musyarakah atau syirkah adalah suatu perjanjian usaha antara dua
atau beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya pada suatu
proyek dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut, serta
33
mewakilkan atau menggugurkan haknya dalam proyek.21
Keuntungan dari
hasil usaha dapat dibagi menurut proporsisi penyertaan modal masing-
masing sesuai dengan kesepakatan bersama.
2) Rukun dan Syarat Musyarakah
Adapun rukun dari Musyarakah yaitu :
a) Pemodal
b) Pengelola
c) Modal
d) Nisbah keuntungan
e) Sighat atau akad
Sedangkan syarat dalam musyarakah yaiu:
a) Pemodal dan pengelola harus cakap hukum.
b) Sighat penawaran dan penerimaan (ijab dan qabul) harus diucapkan
oleh kedua belah pihak guna menunjukan kemauan mereka untuk
menyempurnaan kontrak.
c) Modal harus berbentuk uang tunai yang jelas jumlahnya.
c. Murabahah
1) Pengertian Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang telah disepakati oleh penjual dan
21
Ahmad Ghazali, Serba-serbi Kredit Syariah Jangan ada Bunga Diantara Kita, (Jakarta:
Media Komputindo,2005), h.29.
34
pembeli (bank dan nasabah).22
Sedangkan pembiayaan murabahah yaitu
suatu perjanjian dimana bank membiayai barang yang diperlukan nasabah
dengan sistem pembayaran ditangguhkan. Dalam prakteknya, pembiayaan
murabahah dilakukan dengan cara bank membeli dan member kuasa
kepada nasabah atas nama bank, dan pada saat yang bersamaan bank
menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga pokok ditambah
sejumlah keuntungan atau margin untuk dibayar oleh nasabah dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian antara bank dengan
nasabah. Pembiayaan murabahah ditujukan untuk pembiayaan yang
sifatnya konsumtif seperti rumah, toko, mobil, motor dan sebagainya.23
Pada pembiayaan murabahah merupakan perjanjian yang disepkati
antara bank, dimana bank menyiapkan pembiayaan untuk pembelian bahan
baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan oleh nasabah yang akan
dibayarkan kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank
ditambah margin keuntungan) pada saat jatuh tempo.24
2) Syarat-syarat Murabahah
Para pihak :
a) Berwenang secara hukum
b) Rela atau suka sama suka
22
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, cet IV, (Jakarta: IIIT
Indonesia, 2003), h.61. 23
M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Tazkia Institute,
2000), h.251. 24
Muhammad Yusuf dan Junaedi, Pengantar Ilmu Ekonomi dan Perbankan Syariah, (Jakarta:
Ganeca Press 2006), h.69.
35
Obyek :
a) Ada secara fisik
b) Memiliki kepemilikan yang jelas
c) Bukan barang haram
d) Harga
e) Tidak berubah selama masa perjanjian
f) Merupakan kesepakatan
d. Salam
1) Pengertian Salam
Salam adalah jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum
ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh sedangkan
pembayaran dilakukan secara tunai.
2) Rukun dan Syarat Salam
Adapun rukun dalam akad salam yaitu :
a) Pembeli (Muslam)
b) Penjual (Muslam ilaih)
c) Modal
d) Barang (Muslam fihi)
e) Ijab qabul (Sighat)
Sedangkan syarat dalam akad salam yaitu :
a) Modal harus diketahui.
b) Barang harus jelas speifikasinya.
36
c) Harus dapat diidentifikasikan secara jelas untuk mengurangi kesalahan
akibat kurangnya pengetahuan tentang barang yang diperjualbelikan,
tentang kualifikasi kualitas, serta mengenai jumlahnya.
d) Penyerahan barang dilakukan dikemudian hari.
e) Boleh menentukan waktu di masa yang akan datang untuk penyerahan
barang.
e. Ijarah
1) Pengertian Ijarah
Akad antara bank (muajjir) dengan nasabah (musta‟jir) untuk
menyewa suatu barang atau obyek sewa (ma‟jur) milik bank dan bank
mendapatkan imbalan jasa atas barang yang disewanya, dan diakhiri
dengan pembelian obyek sewa oleh nasabah.25
Dalam pembiayaan ini pertama, bank akan membeli aset untuk
disewakan kepada nasabah dan dikategorikan sebagai aktiva ijarah. Setelah
dimiliki bank, selanjutnya nasabah akan menyewanya untuk jangka waktu
yang disepakati dengan membayar sewa. Selama jangka waktu yang
disepakati aktiva ijarah masih dimiliki bank dan akan dialihkan
kepemilikannya pada akhir masa sewa.
2) Rukun Ijarah
Adapun rukun dalam akad ijarah yaitu:
25
M. Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), h.118.
37
a) Sighat (ucapan): ijab (tawaran), qabul (penerimaan).
b) Pihak yang berakad (berkontrak): pemberi sewa (lessor-pemilik asset),
penyewa (lessee).
c) Obyek kontrak yang terdiri dari pembayaran (sewa) dan manfaat dari
penggunaan aset.
C. USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
1. Pengertian UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)
Keberadaan usaha kecil, mikro dan menengah dalam perekonomian
Indoesia memiliki sumbangan yang sangat positif, diantaranya dalam
menyediakan lapangan kerja, menyediakan barang dan jasa, serta pemerataan
usaha untuk mendistribusikan pendapatan nasional. Dengan peranan usaha kecil,
mikro dan menengah tersebut, posisi UMKM dalam pembangunan ekonomi
nasional menjadi sagat penting.
Pembahasan tentang UMKM meliputi pengelompokan jenis usaha, yaitu
jenis industri skala kecil menengah (ISKM) dan perdagangan skala kecil dan
menengah (PSKM). Karena dengan pengelompokannya pada akhirnya terfokus
pada permasalahan kesempatan lapangan kerja dan diletakkan pada kemampuan
pembangunan ISKM dan PSKM.26
26
Titik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soejono, Ekonomi Skala Kecil dan Kecil
Menengah dan Koperasi, (Jakarta: Galia Indonesia, 2002), h.16.
38
Adapun pengertian UMKM di berbagai Negara tidak selalu sama dan
bergantung pada konsep yang digunakan oleh Negara tersebut. Oleh karena itu
pengertian UMKM ternyata berbeda antara satu Negara dengan dan Negara
lainnya. Dalam pengertiannya mencakup dua aspek, yaitu aspek tenaga kerja dan
aspek pengelompokan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam
kelompok perusahaan tersebut (range of the member of employs).27
Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM):
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagimana diatur
dalam Undang-Undang ini. Usaha Mikro memiliki kriteria aset maksimal
sebesar 50 juta dan omzet sebesar 300 juta.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil memiliki kriteria aset sebesar 50 juta
sampai dengan 500 juta dan omzet sebesar 300 juta sampai dengan 2,5 milyar.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
27
Ibid, h.14.
39
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah memiliki
kriteria aset sebesar 500 juta sampai dengan 10 milyar dan omzet sebesar 2,5
milyar sampai dengan 50 milyar.
2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah Pasal 6 menyebutkan kriteria usaha mikro, kecil dan
menengah:28
a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut :
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut :
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah
40
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).
c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut :
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Terdapat beberapa acuan definisi UMKM yang digunakan berbagai
instansi di Indonesia, yaitu :29
1. UU No. 9 Tahun 1995 tentang mengatur kriteria usaha kecil berdasarkan nilai
asset tetap (diluar tanah dan bangunan) paling besar Rp 200 juta dengan omzet
pertahun maksimal Rp 1 milyar. Sementara itu berdasarkan Inpres No. 10
Tahun 1999 tentang Usaha Menengah, batasan asset tetap (diluar tanah dan
bangunan) untuk usaha menengah adalah Rp 200 juta hingga Rp 10 milyar.
2. Kementrian Koperasi dan UKM menggolongkan suatu usaha sebagai usaha
kecil jika memiliki omzet kurang dari Rp 1 milyar pertahun. Untuk Usaha
29
Studi, Pengertian UMKM dan Koperasi, Artikel diakses pada 15 Juni 2013 dari
http://www.studyandlearningnow.blogspot.com/2013/01/pengertian-umkm-dan-koperasi.html
41
Menengah batasannya adalah usaha yang memliki omzet antara Rp 1 milyar
sampai dengan Rp 50 milyar pertahun.
3. Departemen Perindustrian dan Perdagangan menetapkan bahwa industri kecil
dan menengah adalah industri yang memiliki nilai investasi sampai dengan Rp
5 milyar. Sementara itu usaha kecil di bidang perdagangan dan industri juga
dikategorikan sebagai usaha yang memiliki asset tetap kurang dari Rp 200 juta
dan omzet pertahun kurang dari Rp 1 milyar (sesuai Undang-Undang No. 9
Tahun1995).
4. Bank Indonesia menggolongkan usaha kecil dengan merujuk pada UU No. 9
Tahun 1995, sedangkan untuk usaha menengah BI menentukan sendiri kriteria
asset tetapnya dengan besaran yang dibedakan antara industry manufaktur (Rp
200 juta sampai dengan Rp 5 milyar) dan non manufaktur (Rp 60 juta sampai
dengan Rp 200 juta).
5. Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan suatu usaha berdasarkan jumlah
tenaga kerja. Usaha mikro adalah usaha yang memiliki pekerja 1-5 orang,
usaha kecil adalah usaha yang memiliki pekerja 6-19 orang, usaha menengah
adalah usaha yang memiliki pekerja 20-99 orang, dan usaha besar memiliki
pekerja sekurang-kurangnya 100 orang.
42
BAB III
GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI
A. Profil Perusahaan
Saat ini, dunia perbankan Indonesia tidak hanya didominasi oleh bank yang
berkonsep konvensional, tetapi bank yang berkonsep syariah pun mulai menjamur
untuk meramaikan persaingan antar bank di Indonesia. Bank Syariah Mandiri
merupakan salah satu bank yang berkonsep syariah di Indonesia. Bank syariah
mandiri juga merupakan salah satu pelopor berdirinya bank-bank yang berkonsep
syariah di Indonesia dan merupakan salah satu bank syariah terbesar di Indonesia saat
ini.
PT. Bank Syariah Mandiri didirikan pada tanggal 25 Oktober 1999 dan mulai
beroperasi pada tanggal 1 November 1999. Modal dasar pendirian Bank Syariah
Mandiri sebesar Rp 1 triliun rupiah dengan modal disetor sebesar Rp
658.243.565.000,- (enam ratus lima puluh delapan milyar dua ratus empat puluh tiga
juta lima ratus enam puluh lima ribu rupiah). Dengan modal sebesar itu sampai
Desember 2010 aset Bank Syariah Mandiri mencapai Rp. 32,48 triliun.1
Saat ini Bank Syariah Mandiri telah memiliki total kantor cabang mencapai
1.171 kantor, diluar cabang unit bisnis mikro. Dari jumlah tersebut, sebanyak 977
unit berstatus Kantor Cabang (KC) dan Kantor Cabang Pembantu (KCP) serta unit
1 Aset Bank Syariah Mandiri Rp. 32,48 triliun, Kompas, 19 April 2011, h.14.
43
berupa Kantor Kas (KK) yang semuanya tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Selain
itu Bank Syariah Mandiri juga memiliki jaringan ATM sejumlah 220 ATM Syariah
Mandiri, 4.795 ATM Mandiri, 20.487 ATM Bersama (termasuk ATM Mandiri dan
ATM BSM), 14.403 ATM Prima, 121.743 unit EDC BCA, 7.053 ATM BCA dan
7.435 unit Malaysia Elektronik Payment System (MEPS).
Sampai saat ini, hampir 100 persen BSM masih milik Bank Mandiri. Hanya
satu lembar saham yang dimiliki oleh Mandiri Sekuritas. Ini membuktikan bahwa
Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu bank dengan prinsip syariah terbesar di
Indonesia.
B. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri
Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997 yang disusul dengan krisis politik
nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi
bank-bank konvensional mengalami kolaps dan kekeringan likuiditas. Keadaan
tersebut menyebabkan Pemerintah Indonsia terpaksa mengambil kebijakan untuk
merestrukturisasi dan merekapitulasi bank-bank yang ada di Indonesia.
Kehadiran BSM sejak 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus
berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis
ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi dimensi
termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif
yang sangat hebat terhdap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia
usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh
44
bank-bank konvensional mengalami krisis yang luar biasa. Pemerintah akhirnya
mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitulasi sebagian bank-
bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh
Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota
Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan
melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor
asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah meakukan penggabungan (merger) empat
bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi
satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999.
Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk. Sebagai pemilik mayoritas BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan
tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok
perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 Tahun
1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syriah (dual
banking system).2
2 Mini Profile, Menemukan Kembali Konsep Perbankan Modern, (Jakarta, Bank Syariah
Mandiri), Edisi Juni 2001. h.4
45
Tim Pengembangan Perbankan Syariah mmandang bahwa pemberlakuan UU
tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila
Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim
Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan
infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional
menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank
Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23
tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh
Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999, BI menyetujui perubahan
nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal
tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak senin tanggal
25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi
kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah
yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di
perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju
Indonesia yang lebih baik.
46
C. Visi, Misi, Budaya Perusahaan dan Prinsip Opersional Bank Syariah Mandiri
1. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri
Visi dari Bank Syariah Mandiri adalah “Menjadi Bank Syariah
Terpercaya Pilihan Mitra Usaha”. Sedangkan misi yang ingin dicapai oleh Bank
Syariah Mandiri adalah sebagai berikut:
a. Menciptakan suasana pasar perbankan syariah agar dapat berkembang dengan
mendorong terciptanya syarikat dagang yang terkoordinasi dengan baik.
b. Mencapai pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan melalui
kinerja dengan mitra strategis agar menjadi bank syariah terkemuka di
Indonesia yang mampu meningkatkan nilai bagi para pemegang saham dan
memberikan kemaslahatan bagi masyarakat luas.
c. Memperkejakan pegawai yang professional dan sepenuhnya mengerti
operasional perbankan syariah.
d. Menunjukan komitmen terhadap standar kinerja operasional perbankan
dengan pemanfaatan teknologi mutakhir, serta memegang teguh prinsip
keadilan, keterbukaan dan kehati-hatian.
e. Mengutamakan mobilisasi pendanaan dari gologan masyarakat menengah dan
ritel, memperbesar portofolio pembiayaan untuk skala menengah dan kecil,
serta mendorong terwujudnya manajemen zakat, infaq dan shadaqah yang
lebih fektif sebagai cerminan kepedulian sosial.
f. Meningkatkan permodalan sendiri dengan mengundang perbankan lain,
segenap lapisan masyarakat dari investor baik lokal maupun asing.
47
2. Budaya Perusahaan
Bank Syariah Mandiri sebagai bank yang beroperasi atas dasar prinsip
syariah Islam menetapkan budaya perusahaan yang mengacu kepada sikap
akhlaqul karimah (budi pekerti mulia), yang terangkum dalam lima sikap dasar
yang disingkat SIFAT, yaitu:
a. Shiddiq
Menjaga martabat dengan integritas. Awali niat hati yang tulus, berpikir
jernih, bicara benar, sikap terpuji dan perilaku teladan.
b. Istiqomah
Konsisten adalah kunci menuju sukses. Pegang teguh komitmen, sikap
optimis, pantang menyerah, kesabaran dan percaya diri.
c. Fathonah
Profesional adalah gaya kerja kami. Semangat belajar berkelanjutan, cerdas,
inovatif, terampil dan adil.
d. Amanah
Terpercaya karena penuh tanggung jawab. Menjadi terpercaya, cepat tanggap,
obyektif, akurat dan disiplin.
e. Tabligh
Kepemimpinan berlandaskan kasih saying. Selalu transparan, membimbing,
visioner, komunikatif dan memberdayakan.3
3 Bank Syariah Mandiri, “Gambaran Umum, Visi dan Misi”, Diakses pada tanggal 18 Juni
2013 dari http://www.syariahmandiri.co.id/2013/06/gambaranumumvisidanmisi.html
48
3. Prinsip Operasional
Dalam operasionalnya, Bank Syariah Mandiri berada dalam koridor
prinsip-prinsip sebagai berikut:4
a. Keadilan
Bank Syariah Mandiri memberikan bagi hasil, transfer prestasi dari mitra
usaha sesuai dengan kerjanya masing-masing dalam proporsi yang adil.
Aplikasi prinsip keadian tersebut adalah pembagian keuntungan antara bank
dan pengusaha atas dasar volume penjualan riil. Besarnya pembagian
keuntungan tergantung kepada besarnya kontribusi modal masing-masing
serta posisi resiko yang disepakati. Semakin besar hasil usaha yang diperoleh
pengusaha maka semakin besar pula hasil yang diperoleh pemilik dana.
Dalam menjalankan usaha pembiayaan semuanya berlandaskan keadilan
dalam berbagi laba sesuai kontribusi dan resiko. Penghargaan akan faktor
upaya (skill, pemikiran, kerja keras dan waktu) mendapatkan tempat yang
sepadan dengan faktor modal dan resiko.
b. Kemitraan
Posisi nasabah investor, pengguna dan bank berada dalam hubungan yang
sejajar sebagai mitra usaha yang saling bersinergi untuk memperoleh
keuntungan bersama yang menguntungkan dan bertanggung jawab.
c. Transparasi (keterbukaan)
4 Mini Profile, Menemukan Kembali Konsep Perbankan Modern, (Jakarta, Bank Syariah
Mandiri), Edisi Juni 2001.
49
Transparasi merupakan faktor internal yang melekat dan menjadi bagian
dalam sistem perbankan syariah. Melalui laporan keuangan bank yang terbuka
secara berkesinambungan, nasabah pemilik dana dapat dengan segera
mengetahui tingkat keamanan dana, situasi dunia usaha, kondisi
perekonomian bahkan manajemen bank.
d. Universal
Dalam kemitraan Bank Syariah Mandiri harus manjadi alat ampuh untuk
mendukung perkembangan usaha tanpa membedakan suku, agama, ras dan
golongan dalam masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil
„alamin.
D. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Bank Syariah Mandiri terdiri dari Dewan Komisaris,
Dewan Direksi, Dewan Pengawas Syariah, Penasehat Direksi, Divisi dan Kantor-
kantor Cabang.
Dewan Direksi terdiri dari Presiden Direktur dan Direktur Bidang Pemasaran
Korporasi, Direksi Bidang Pemasaran Menengah Ritel, serta Direktur Bidang
Operasi, Kepatuhan dan Manajemen Cabang.
Sebagai Bank Syariah, pada struktur organisasinya terdapat Dewan Pengawas
Syariah yang bertugas mengarahkan, memeriksa dan mengawasi kegiatan bank guna
menjamin bahwa bank telah beroperasi sesuai dengan aturan dan prinsip-prinsip
Syariah Islam.
50
Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah:
1. Memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Bank
agar sesuai dengan Prinsip Syariah.
2. Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman operasional
dan produk yang dikeluarkan Bank.
3. Mengawasi proses pengembangan produk baru Bank.
4. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional untuk produk baru Bank yang
belum ada fatwanya.
5. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah terhadap
mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank.
6. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja Bank
dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
51
Gambar 3.1
Bagan Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri
52
Adapun struktur organisasi Bank Syariah Mandiri periode 2013 adalah
sebagai berikut:
Dewan pengurus
Presiden Direktur Utama : Yuslam Fauzi
Direktur Pembiayaan Koorporasi : Amran P. Nasution
Direktur Treasury dan Jaringan : Sugiharto
Direktur Pemb. Komersial dan Konsumer : Hanawijaya
Direktur Operasi dan Pendukung : Achmad Syamsudin
Direktur Kepatuhan dan Manajemen Resiko : Zainal Fanani
Dewan Komisaris
Presiden Komisaris : Achmad Marzuki
Komisaris Independen : Abdillah
Komisaris Independen : Ramzi A. Zuhdi
Komisaris : Lilis Kurniasih
Komisaris : Tardi
Dewan Pengawas Syariah
Ketua : Prof. KH. Alie Yafie
Anggota : Drs Mohammad Hidayat, MBA
Anggota : Dr. Muhammad Syafi‟I Antonio, Mec
53
Gambar 3.2
Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak
Gambar 3.3
Struktur Organisasi Divisi Pembiayaan Warung Mikro
Kepala Kantor Cabang
Pembantu
Marketting Operasional
Pelaksana
Marketting
support
Gadai Emas Pembiayaan
Mikro
Officer
Operasional
Back Office Teller Customer
Service
Security
Kepala KCP
Kepala Pembiayaan Mikro
Asisten Analis Mikro
Pelaksana Marketing Mikro Administrasi
54
E. Produk-Produk Pembiayaan Bank Syariah Mandiri
Secara umum semua produk pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank Syariah
Mandiri ada di Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak.
Produk-produk pembiayaan yang ada diantaranya:
1. Pembiayaan Warung Mikro
2. Pembiayaan Perumahan Griya BSM
3. Pembiayaan Pensiun
4. Pembiayaan Eduka (Pendidikan)
5. Pembiayaan Multiguna
6. Pembiayaan Konsumer
7. Pembiayaan Produktif
8. Pembiayaan Kendara Bermotor
9. Pembiayaan Talangan Haji dan Umrah
10. Pembiayaan Koperasi Karyawan
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan Warung Mikro Dalam Upaya Menarik
Minat Nasabah
Melihat tingginya minat masyarakat terhadap perbankan syariah, maka bank
syariah harus menyikapinya dengan baik. Bank syariah dapat melakukan
pengembangan pengenalan produk-produk yang ditawarkan sehingga memiliki daya
tarik dan nilai jual yang dapat memberikan pengaruh pada nasabah maupun calon
nasabah untuk mengetahui lebih jauh tentang produk-produk perbankan syariah.
Aktivitas pemasaaran diperlukan baik oleh perusahaan yang baru diluncurkan
maupun perusahaan yang telah berjalan. Pemasaran merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan suatu perusahaan karena itu pemasaran selalu memperoleh
posisi penting dan dipandang sebagai jantung suatu perusahaan. Tanpa pemasaran,
suatu perusahaan akan seperti kehilangan dorongan untuk bertahan dan bersaing yang
selanjutnya membawa perusahaan menuju titik kemunduran, bahkan kekalahan dalam
persaingan.1 Menurut analis pembiayaan warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP
Cilandak M. Syafiq Umam, pemasaran yang baik adalah pemasaran dengan metode
“jemput bola” yaitu layanan yang diberikan kepada nasabah maupun calon nasabah
untuk mempermudah nasabah karena nasabah sendiri pada umumnya ingin
dimanjakan dengan segala fasilitas dan kenyamanan termasuk dalam hal pelayanan.
1 Serian Wijatno, Pengantar Enterpreunership, h.172.
56
Dalam proses pengenalan Produk Pembiayaan Warung Mikro kepada
masyarakat, Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak juga memiliki strategi yang biasa
digunakan oleh lembaga-lembaga keuangan lainnya, yaitu dengan memanfaatkan
media yang ada seperti radio, TV, brosur, pemasangan spanduk di tempat-tempat
yang strategis dan menjadi sponsor dalam sebuah acara yang diyakini merupakan
target pasar yang tepat. Dengan demikian diharapkan dapat membentuk citra positif
ditengah masyarakat terhadap Bank syariah Mandiri KCP Cilandak.
Pembahasan strategi pemasaran akan dimulai bagaimana Bank Syariah
Mandiri melakukan segmentasi pasar (segmenting), penentuan target pasar
(targeting), dan positioning. Selanjutnya akan dibahas bagaimana Bank Syariah
Mandiri membangun bauran pemasarannya
1. Segmentasi Demografis
Pada segmentasi demografis, varibel yang sering digunakan adalah umur,
jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, daur hidup keluarga, generasi,
etnik, agama, kebangsaan, dan kelas sosial.2
Segmentasi demografis yang dilakukan Bank Syariah Mandiri terhadap
Produk Pembiayaan Warung Mikro hanya terbatas pada usia, yaitu usia minimal
21 tahun atau sudah menikah dan maksimal usia 55 tahun pada saat jatuh tempo
atau pembiayaan lunas. Selebihnya berhak untuk dapat memanfaatkan Produk
Pembiayaan Warung Mikro. Produk Pembiayaan Warung Mikro merupakan
produk alternatif yang ada di Bank Syariah Mandiri dan produk ini difokuskan
2 Ibid, h. 176
57
kepada nasabah perorangan atau badan usaha yang bergerak di sektor usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan limit pembiayaan Rp 2 juta sampai
dengan Rp 100 juta. Dengan adanya Produk Pembiayaan Warung Mikro di Bank
Syariah Mandiri, kelompok pengusaha UMKM dapat memanfaatkan produk ini
untuk memenuhi kebutuhan usahanya sehingga dapat mejalankan perputaran
ekonomi dengan baik dan berkembang.
2. Segmentasi Geografis
Segmentasi geografis misalnya menggunakan variabel seperti propinsi,
kabupaten, kota, dan densitas populasi.
Segmentasi geografis yang dilakukan Bank Syariah Mandiri terhadap
Produk Pembiayaan Warung Mikro adalah:3
a. Pedagang Pasar
1) Letak pasar maksimum 5 km dari kantor layanan warung mikro
2) Jumlah pedagang minimal 1000 pedagang
3) Jenis pasar retail / semi grosir
4) Pasar dikelola oleh pemda setempat
b. Usaha Mikro
1) Letak usaha dalam radius maksimum 10 km dari kantor layanan warung
mikro
3 M. Syafiq Umam, Analis Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak. Wawancara
Pribadi, Cilandak, 4 November 2013.
58
2) Jenis usaha perdagangan dan jasa, seperti warung kelontong, kaki lima,
warung sembako, bengkel, salon, dan usaha lain yang tidak termasuk
dalam negatif list Bank Syariah Mandiri
c. Usaha Mikro Cluster
Usaha-usaha mikro sejenis yang terdapat dalam satu wilayah dan memiliki
satu hubungan bisnis dengan lembaga pembinaan, contohnya cluster petani
sawit, cluster pengusaha kerajinan, cluster petani karet.
d. Usaha Supply Chain
Usaha-usaha mikro yang tergabung dalam satu rangkaian bisnis atau asosiasi
atau lembaga binaan yang lokasinya tersebar, contohnya seperti pengusaha
roti yang dikoordinir oleh produsen terigu bogasari, warung-warung binaan
makro, agen penyalur voucher.
Setelah proses segmentasi dilakukan maka langkah selanjutnya adalah
mengevaluasi daya tarik setiap segmen dan memeriksa apakah segmen tersebut sesuai
dengan kapabilitas dan sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Target pemasaran yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri terhadap Produk
Pembiayaan Warung Mikro adalah semua market dimasuki dari segi segmen
demografis dan geografis, dimana produk ini difokuskan pada sektor usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM) yang bertempat tinggal di daerah Cilandak dan
sekitarnya, seperti Pondok Labu, Ragunan, Cinere, Pasar Rebo dan daerah-daerah di
sekitaran Cilandak yang tidak jauh dari kantor layanan warung mikro, yaitu minimal
59
dalam radius 5 km sampai dengan 15 km dari kantor layanan warung mikro.4 Karena
Produk Pembiayaan Warung Mikro telah hadir di tengah-tengah masyarakat dalam
rangka memberi pembiayaan kepada calon nasabah perorangan atau badan usaha
yang bergerak di sektor UMKM, maka produk ini sangat bermanfaat sekali bagi
pengusaha-pengusaha yang bergerak di sektor UMKM karena proses dan persyaratan
pembiayaan yang relatif cukup mudah serta jumlah plafon pembiayaan yang dapat
disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu mulai dari Rp 2 juta sampai dengan Rp 100 juta.
Hal ini tentunya bisa menjadi solusi bagi pengusaha mikro dan kecil yang kesulitan
untuk memperoleh akses permodalan.
Setelah memilih target pasar, maka langkah perusahaan selanjutnya adalah
menetapkan „posisi‟ dirinya sedemikian rupa relatif terhadap pesaingnya. Artinya
perusahan harus memiliki dan memperlihatkan keunikannya.5
Produk Pembiayaan Warung Mikro yang diterapkan oleh Bank Syariah
Mandiri jelas akan dapat menarik minat masyarakat untuk menjadi calon nasabahnya
baik dari calon nasabah non muslim maupun nasabah muslim, karena Produk
Pembiayaan Warung Mikro memiliki keunggulan sebagai berikut:
1. Rasa tentram dan aman karena produk pembiayaan yang ada di Bank Syariah
Mandiri terhindar dari riba.
Seluruh agama melarang adanya transaksi ribawi. Riba bukan hanya merupakan
persoalan masyarakat Islam, tetapi kalangan diluar Islam pun memandang serius
4 M. Syafiq Umam, Analis Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak. Wawancara
Pribadi, Cilandak, 4 November 2013. 5 Serian Wijatno, Pengantar Enterpreunership, hal.178
60
masalah ini. Karenanya, kajian masalah riba dapat dirunut mundur hingga lebih
dari dua ribu tahun silam. Masalah riba telah menjadi bahan bahasan bagi
kalangan Yahudi, Yunani, demikian juga bangsa Romawi. Kalangan Kristen juga
mempunyai pandangan tersendiri mengenai riba dimana mereka juga mengecam
praktek pengambilan keuntungan dari transaksi ribawi.
2. Selama masa pembiayaan, besarnya angsuran tetap dan tidak berubah sampai
pembiayaan lunas.
Pada kredit konvensional, angsuran bersifat floating (mengambang) tergantung
pada tingkat suku bunga yang berlaku. Lain halnya dengan Produk Pembiayaan
Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri, angsuran akan tetap selama masa
pembiayaan sesuai dengan kesepakatan pada saat penandatanganan akad.
Nasabah tidak akan dipusingkan dengan masalah naiknya angsuran jika terjadi
kenaikan tingkat suku bunga, karena besarnya nilai angsuran tetap sampai masa
angsuran pembiayaan selesai.
3. Jumlah plafon pembiyaan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan calon
nasabah .
Dengan jumlah plafon pembiayaan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan
nasabah, yaitu mulai dari Rp 2 juta sampai dengan Rp 100 juta, hal ini tentunya
akan menjadi solusi bagi para pengusaha mikro dan kecil yang sulit untuk
mendapatkan akses permodalan.
4. Margin kompetitif
61
Dengan tingkat margin yang kompetitif, Produk Pembiayaan Warung Mikro ini
juga menjadi produk andalan Bank Syariah Mandiri untuk membiayai segmen
masyarakat menengah kebawah atau masyarakat kecil.
5. Proses pengajuan pembiayaan yang mudah dan relatif cepat
Proses pengajuan Pembiayaan Warung Mikro juga relatif mudah dan cepat.
Ketika nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan sudah melengkapi
persyaratan dan data-data yang dibutukan dan pengajuan pembiayaan itu telah
disetujui oleh pihak bank, maka selanjutnya akan diadakan akad atau kontrak
perjanjian antara nasabah dan pihak bank dan setelah itu dana pembiayaan bisa
langsung cair.
6. Jangka waktu pembiayaan yang panjang
Semakin panjang jangka waktu pembiayaan maka akan semakin kecil jumlah
angsuran yang disetorkan pada tiap bulannya. Dengan jangka waktu hingga 4
tahun, nasabah bisa mengangsur sesuai dengan kemampuan finansial yang
dimiliki oleh nasabah tersebut.
7. Adanya fasilitas auto debit online bagi nasabah yang membayar angsuran
pembiayaan, jadi tidak diperkenankan untuk collecting angsuran nasabah secara
langsung. Oleh karena itu sebelum mendapatkan fasilitas ini, calon nasabah
pemohon pembiayaan mikro diharuskan untuk memiliki atau membuka rekening
di Bank Syariah Mandiri. Fasilitas ini sangat bermanfaat bagi para nasabah
karena mudah untuk melakukan pembayaran angsuran pembiayaan di Bank
62
Syariah Mandiri yang terdekat dengan domisili nasabah dan juga sangat
memudahkan bagi pihak Bank Syariah Mandiri dalam collecting angsuran.
8. Merupakan salah satu perusahaan pemerintah yang memiliki brand yang cukup
familiar bagi masyarakat di Indonesia.
Untuk mencapai pasar sasaran tersebut strategi pemasaran Produk
Pembiayaan Warung Mikro yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri adalah
dengan metode marketing mix. Philip Kotler mendefinisikan marketing mix sebagai
seperangkat variabel pemasaran terkontrol yang digabungkan perusahaan untuk
menghasilkan tanggapan yang diinginkan dalam pasar sasaran.6 Marketing mix ini
meliputi empat variabel, yaitu product, price, place, dan promotion.
1. Product (Produk)
Dari keseluruhan bauran pemasaran, strategi produk adalah strategi yang
paling kursial. Ketiga elemen bauran pemasaran lainnya berkaitan dengan produk
yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan demikian strategi lainnya belum
relevan apabila produk yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut belum unggul.
Produk didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Dalam konteks pemasaran produk
mencangkup produk fisik, jasa, pengalaman, orang, tempat, property, organisasi,
informasi, ide, dan kejadian.
6 Philip Kotler, Dasar-Dasar Manajemen, edisi ke III, (Jakarta: FEUI, 1987) hal. 63.
63
Menurut Philip Kotler, produk adalah setiap apa saja yang ditawarkan di
pasar untuk mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian, atau konsumsi yang
dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan.
Dalam hal ini, salah satu produk yang dikeluarkan oleh Bank Syariah
Mandiri adalah Produk Pembiayaan Warung Mikro dengan menggunakan akad
murabahah. Akad murabahah adalah akad pembiayaan dengan prinsip jual beli
dengan menyertakan harga pokok dan keuntungan (margin) yang disepakati.
Dengan demikian masyarakat akan merasa tenang karena selama masa
pembiayaan besar angsuran tidak akan berubah meskipun kondisi ekonomi
sedang tidak baik.
Strategi Pemasaran Produk yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri
dalam upaya menarik minat nasabah adalah dengan menampilkan mutu dari
Produk Pembiayaan Warung Mikro tersebut serta mengedepankan keunggulan
dari produk-produk perbankan syariah dan memberi kemudahan bagi pengusaha-
pengusaha skala mikro dan kecil yang sulit untuk memperoleh akses permodalan,
sehingga Bank Syariah Mandiri dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan pasar
sasarannya.
Pembiayaan Warung Mikro sendiri menawarkan tiga jenis produk,
diantaranya adalah:
a. Pembiayaan Usaha Mikro Tunas
64
Pembiayaan usaha mikro dari Bank kepada perorangan atau badan usaha
dengan plafon pembiayaan keseluruhan minimum Rp2.000.000 dan
maksimum Rp10.000.000.
b. Pembiayaan Usaha Mikro Madya
Pembiayaan usaha mikro dari Bank kepada perorangan atau badan usaha
dengan plafon pembiayaan keseluruhan diatas Rp10.000.000 dan maksimum
Rp50.000.000.
c. Pembiayaan Usaha Mikro Utama
Pembiayaan usaha mikro dari Bank kepada perorangan atau badan usaha
dengan plafon pembiayaan keseluruhan diatas Rp50.000.000 dan maksimum
Rp100.000.000.
2. Price (Harga)
Harga adalah sejumlah uang yang dibayarkan konsumen untuk
memperoleh sebuah produk. Harga merupakan elemen bauran pemasaran yang
perlu diperhatikan. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Serian Wijatno,
ada empat alasan kenapa harga layak diperhatikan, pertama harga merupakan
salah satu komponen yang dapat digunakan oleh entrepreneur untuk
meningkatkan revenue perusahaan selain dengan meningkatkan volume produk
yang dijual, kedua harga merupakan elemen bauran pemasaran yang paling
mudah diubah. Mengubah produk, promosi, dan distribusi mungkin akan
memakan waktu cukup lama sedangkan mengubah harga bisa dilakukan pada
saat ini juga, ketiga strategi dan taktik harga pesaing memberikan pengaruh besar
65
terhadap penjualan suatu perusahaan, keempat harga merupakan salah satu
komponen yang digunakan untuk diferensiansi pada pasar yang telah jenuh dan
terjadi komoditasi produk.
Harga harus ditentukan besarnya, hal ini sangat penting karena harga
dapat menentukan laku tidaknya produk yang akan ditawarkan di pasar. Salah
menentukan harga maka akan berakibat buruk bagi produk yang ditawarkan
kepada konsumen.
Tabel 4.1
Margin Warung Mikro
Limit Pembiayaan
Price
(eq. efektif / th)
Rp2.000.000 s.d Rp10.000.000 36,00%
Rp10.000.000 s.d Rp50.000.000 32,00%
Rp50.000.000 s.d Rp100.000.000 28,00%
Dari tabel diatas, penetapan strategi harga pada Produk Pembiayaan
Warung Mikro yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri untuk masing-masing
pembiayaan adalah sebagai berikut:
a. Produk Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (PUM-Tunas) adalah 36% efektif
sesuai dengan periode angsuran, atau setara dengan ± 1,7% per bulan.
66
b. Produk Pembiayaan Usaha Mikro Madya (PUM-Madya) adalah 32% efektif
sesuai dengan periode angsuran, atau setara dengan ± 1,5% per bulan.
c. Produk Pembiayaan Usaha Mikro Utama (PUM-Utama) adalah 28% efektif
sesuai dengan periode angsuran, atau setara dengan ± 1,2% perbulan.
Penetapan price tersebut berlaku untuk pembiyaan segmen mikro yang
disalurkan melalui Warung Mikro baik untuk tujuan produktif maupun multiguna
dan pembiayaan segmen mikro produktif komersial yang disalurkan melalui
Kantor Cabang/Cabang Pembantu.
3. Place (Tempat)
Pemilihan lokasi sangat penting, karena apabila salah dalam memilih
lokasi maka akan menyebabkan meningkatnya biaya yang akan dikeluarkan dan
lokasi yang tidak strategis akan mengurangi minat nasabah untuk berhubungan
dengan bank.
Dalam hal ini lokasi yang dipilih oleh Bank Syariah Mandiri KCP ini
berada di pusat bisnis di Cilandak Jakarta Selatan. Lokasi yang mudah diakses
dan dikelilingi oleh sektor-sektor UMKM dan pasar-pasar tradisional yang
berada disekitar Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak. Pada lokasi ini tersedia
sarana dan prasarana seperti listrik, telepon, dan lain-lain serta respon masyarakat
yang baik, jumlah pesaing yang ada di lokasi tersebut, dan terdapat beberapa
fasilitas penunjang lainnya seperti pusat perbelanjaan atau perumahan.
67
4. Promotion (Promosi)
Promosi adalah arus informasi atau persuasi suatu arah yang dibuat untuk
mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan
pertukaran dalam pemasaran.7
Promosi merupakan aktivitas yang menunjang keberhasilan strategi
bauran pemasaran lainnya. Tanpa Promosi keunggulan produk tidak dapat
diketahui oleh konsumen. Program penentuan harga diskon yang disusun perlu
diperkuat dengan iklan sehingga dketahui oleh target pasar.
Promosi yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak pada
Produk Pembiayaan Warung Mikro adalah sebagai berikut:
a. Periklanan (Advertising) yaitu melakukan promosi dengan menggunakan
brosur, iklan majalah, spanduk baik di media cetak maupun media elektronik.
b. Publisitas (Publicity) yaitu promosi yang dilakukan untuk meningkatkan citra
perusahaan kepada para calon nasabah melalui kegiatan-kegiatan penyaluran
dana seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), yaitu
penyaluran dana berputar pemerintah kepada masyarakat untuk
penanggulangan kemiskinan. Dengan menerima mahasiswa magang dan
observasi juga merupakan salah satu cara untuk mempromosikan produk-
produk yang ada di Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak.
c. Penjualan Pribadi (Personal Selling), yaitu promosi yang dilakukan oleh
karyawan Bank Syariah Mandiri, dalam hal ini pemasaran pembiayaan
7 Bashu Swasta DH, Azas-azas Marketing, (Yogyakarta: Liberty, 1997), hal.269
68
dilaksanakan oleh Pelaksana Markerting Mikro (PMM) dalam melayani,
mensosialisasikan, menjelaskan kelebihan dan keunggulan Produk
Pembiayaan Warung Mikro kepada calon nasabah, serta melakukan survey
langsung ke lapangan (on the spot) dengan melakukan kunjungan pada sektor
UMKM seperti pasar tradisional, pedagang-pedagang kaki lima, industri
rumahan, dan lain-lain. Promosi ini dilakukan oleh Pelaksana Marketing
Mikro untuk mendapatkan informasi nasabah yang potensial.
Salah satu cara Pelaksana Marketing Mikro untuk mendapatkan
informasi tentang nasabah yang berpotensi adalah sebagai berikut:
1) Strategi akuisisi calon nasabah wirausaha:
a) Melakukan survey ke pusat perdagangan, sentra industri/pertanian untuk
mengetahui potensi pembiayaan kepada pedagang atau pengusaha yang
menjadi anggota kelompok atau paguyuban.
b) Melakukan survey untuk mengetahui potensi bisnis suatu daerah, sentra
usaha, dan pusat perdagangan.
c) Melakukan kunjungan atau pertemuan dengan ketua kelompok usaha,
perdagangan, paguyuban untuk mengetahui kemungkinan diberikan
pembiayaan kepada anggotanya.
d) Melakukan kunjungan atau pertemuan kepada anggota kelompok usaha,
perdagangan, paguyuban untuk mengetahui kelayakan penyaluran
pembiayaan.
69
2) Strategi akuisisi calon nasabah perorangan dengan penghasilan tetap:
a) Menginventarisir instansi pemerintah/daerah/perusahaan nasabah
existing di cabang-cabang Bank Syariah Mandiri setempat.
b) Menginventarisir instansi pemerintah/daerah/perusahaan dengan
reputasi yang baik disekitar wilayah kerja.
c) Mencari informasi mengenai contact person dari instansi
pemerintah/daerah/perusahaan yang menjadi target market.
d) Melakukan kegiatan promosi kepada instansi
pemerintah/daerah/perusahaan yang menjadi target market dengan
memberikan brosur, melalui telepon atau melakukan presentasi.
e) Melakukan kunjungan atau pertemuan dengan salah satu karyawan
perusahaan tersebut untuk mengetahui kemungkinan kerjasama BSM
dan instansi tersebut untuk pembiayaan kepada karyawan lainnya.
f) Melakukan kunjungan atau pertemuan kepada karyawan perusahaan
dimaksud untuk mengetahui kelayakan penyaluran pembiayaan.
Strategi promosi yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri KCP
Cilandak melalui periklanan baik majalah, brosur, spanduk, dan media lainnya
cukup menarik minat nasabah untuk menggunakan Produk Pembiayaan Warung
Mikro yang ditawarkan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak dengan
menjelaskan manfaat dan keuntungan yang diperoleh dari produk pembiayaan
ini.
70
Promosi yang dilakukan dengan publisitas melalui Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), yaitu penyaluran dana berputar pemerintah
kepada masyarakat untuk penanggulangan kemiskinan, diharapkan agar
masyarakat dapat melihat bahwa Bank Syariah Mandiri peduli dengan masyrakat
yang kurang mampu, sehingga dapat mengurangi beban masyarakat yang sangat
membutuhkan bantuan melalui kegiatan PNPM tersebut.
Jadi kesimpulannya, strategi pemasaran yang dilakukan oleh Bank Syriah
Mandiri KCP Cilandak ada empat, yaitu strategi dalam bidang produk, harga,
distribusi, dan promosi. Keempat strategi pemasaran ini diatur dalam Pedoman
Opersional Produk Pembiayaan Warung Mikro yang berlaku umum tetapi
tergantung kondisi cabang yang berbeda-beda. Dan yang terkait dengan
kebijakan strategi pemasaran ini adalah dewan direksi Bank Syariah Mandiri
yang membuat strategi pemasaran secara umum dan seluruh karyawan Bank
Syariah Mandiri bertanggung jawab dalam melakukan pemasaran atas Produk
Pembiayaan Warung Mikro tersebut.
Dalam periode Januari sampai dengan Oktober 2013, realisasi pencairan
dana pembiayaan warung mikro Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak mencapai
Rp 1.759.000.000,- (satu milyar tujuh ratus lima puluh sembilan juta rupiah).
Dari periode bulan Januari sampai dengan Oktober 2013, pada bulan Agustus
tidak ada pencairan dana, hal ini disebabkan karena ada beberapa nasabah yang
mengajukan pembiayaan tetapi datanya tidak memenuhi persyaratan, seperti
kurangnya nilai jaminan, usia calon nasabah masih dibawah 21 tahun dan diatas
71
55 tahun. Sedangkan persyaratan pengajuan pembiayaan warung mikro di Bank
Syariah Mandiri nilai jaminan adalah sebesar 30% dari total plafon pembiayaan
dan umur pemohon minimal 21 tahun atau sudah menikah dan maksimal 55
tahun pada saat jatuh tempo pembiayaan. Apabila pemohon tidak memenuhi
persyaratan tersebut maka Bank Syariah Mandiri tidak dapat menyetujui
pembiayaan dan mencairkan dana tersebut.
Tabel 4.2
Pencairan Pembiayaan Januari – Oktober 2013
Bulan
Pencairan Pembiayaan
(dalam jutaan rupiah)
Januari 2013
Februari 2013
Maret 2013
April 2013
Mei 2013
Juni 2013
Juli 2013
Agustus 2013
September 2013
Oktober 2013
173.000.000
92.000.000
287.000.000
283.000.000
85.000.000
229.000.000
200.000.000
-
145.000.000
265.000.000
72
Adapun strategi khusus yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri KCP
Cilandak ketika memasarkan Produk Pembiayaan Warung Mikro kepada calon
nasabah, yaitu dengan cara memberi pemahaman secara khusus tentang konsep dan
aplikasi akad murabahah yang diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri terhadap
Produk Pembiayaan Warung Mikro, serta menekankan manfaat dan keunggulan dari
Produk Pembiayaan Warung Mikro dengan kredit konvensinal.8 Dalam akad
murabahah prinsip yang digunakan adalah jual beli, sedangkan prinsip dasar yang
digunakan oleh kredit konvensional adalah prinsip pinjam meminjam, dan
keuntungan dalam akad murabahah adalah margin penjualan yang didalamnya sudah
termasuk harga jual, sedangkan keuntungan pada kredit konvensional didasarkan
pada tingkat suku bunga. Nasabah yang mendapatkan kredit dari bank konvensional
dibebani kewajiban membayar cicilan beserta dengan bunga pinjaman sekaligus.
Selain melakukan upaya untuk memasarkan Produk Pembiayaan Warung
Mikro, Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak juga melakukan upaya untuk
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan karyawan Pelaksana Marketing Mikro
terhadap Produk Pembiayaan Warung Mikro dalam melayani nasabah dan juga
membantu melancarkan proses sosialisasi Produk Pembiayaan Warung Mikro.
Langkah-langkah yang dilakukan Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak untuk
meningkatkan kualitas SDM karyawan adalah dengan mengadakan pelatihan-
pelatihan tentang pemahaman perbankan syariah dan juga mengenalkan Produk
8 M. Syafiq Umam, Analis Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak. Wawancara
Pribadi, Cilandak, 4 November 2013.
73
Pembiayaan Warung Mikro. Pelatihan ini berupa simulasi pada sistem agar Pelaksana
Marketing Mikro terbiasa dan maksimal dalam melayani nasabah, selain itu adanya
tambahan bonus dan penaikan jenjang karir bagi Pelaksana Marketing Mikro apabila
bisa mencapai target yang diinginkan. Dengan adanya pemberian bonus atau dan
penaikan jenjang karir apabila target tercapai, hal ini bisa menjadi motivasi bagi
Pelaksana Marketing Mikro untuk mendapatkan calon nasabah.
Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak juga melakukan pengawasan atau
monitoring terhadap Pelakasana Marketing Mikro. Dalam hal pengawasan, Bank
Syariah Mandiri KCP Cilandak melaksanakannya baik secara langsung maupun
periodik yang dilakukan oleh pimpinan maupun kepala pembiayaan warung mikro.
Pengawasan dilakukan secara langsung pada saat operasional dan pelaksanaan
program kerja Bank Syariah Mandiri berlangsung seperti adanya absensi untuk
karyawan, laporan neraca laba rugi harian, pengecekan terhadap kelengkapan
administrasi, serta adanya laporan mingguan (pipe line) yang diserahkan kepada
pelaksana marketing mikro untuk pimpinan dalam hal pencapaian target, sehingga
pimpinan dapat mengevaluasi para marketing dalam hal pencapaian target.9
B. Mekanisme Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri
Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri adalah pembiayaan Bank
kepada nasabah perorangan atau badan usaha yang bergerak di bidang UMKM untuk
9 M. Syafiq Umam, Analis Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak. Wawancara
Pribadi, Cilandak 4 November 2013
74
membiayai kebutuhan usahanya melalui pembiayaan modal kerja atau pembiayaan
investasi dengan maksimal limit pembiayaan Rp 2 juta sampai dengan Rp 100 juta.
Persyaratan yang mudah, proses pembiayaan cepat, dan angsuran ringan serta tetap
hingga jatuh tempo adalah nilai plus dari produk Pembiayaan Warung Mikro ini.
Dengan keunggulan tersebut maka diharapkan dengan fasilitas yang diberikan
Warung Mikro, masyarakat kecil dan pelaku UMKM dapat tetap menjalankan bisnis
dan usahanya secara maksimal.
Pembiayaan Warung Mikro menawarkan tiga jenis produk pertama,
Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (non agunan) dengan nilai pmbiayaan Rp 2 juta
sampai dengan Rp 10 juta, kedua Pembiayaan Usaha Mikro Madya dengan nilai
plafon diatas Rp 10 juta sampai dengan Rp 50 juta, ketiga Pembiayaan Usaha Mikro
Utama dengan nilai plafon diatas Rp 50 juta sampai dengan Rp 100 juta.
Akad yang digunakan pada Produk Pembiayaan Warung Mikro adalah akad
murabahah. Implikasi dari akad murabahah sendiri mengharuskan adanya penjual,
pembeli, dan barang yang akan dijual. Dan kita ketahui, dalam akad murabahah
fungsi Bank adalah sebagai penjual barang untuk kepentingan nasabah, dengan cara
membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kembali
kepada nasabah dengan harga jual yang sepadan dengan harga beli ditambah
keuntungan Bank dan Bank harus memberitahukan secara jujur harga pokok barang
berikut biaya yang diperlukan serta menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian barang kepada nasabah.
75
Pada aplikasinya Bank Syariah Mandiri menggunakan akad Wakalah dengan
memberikan kuasa kepada nasabah untuk membeli barang tersebut. Dengan adanya
akad Wakalah tersebut maka bank sepenuhnya menyerahkan dana tersebut kepada
nasabah untuk membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah. Walaupun bank telah
menggunakan akad wakalah kepada nasabah, namun bank akan tetap melakukan
pengawasan terhadap barang-barang yang akan dibeli oleh nasabah agar semua
transaksi jual beli tersebut sesuai dengan prinsip Islam. Hal ini dilakukan untuk
mencegah adanya nasabah yang melakukan transaksi jual beli yang dilarang dalam
Islam, misalnya menggunakan dana pembiayaan tersebut untuk membeli barang-
barang yang haram.10
Adapun perbedaan antara murabahah dengan kredit konvensional adalah
sebagai berikut:11
Prinsip yang digunakan murabahah adalah akad jual beli sedangkan prinsip dasar
yang digunakan kredit konvensional adalah pinjam meminjam.
Dalam praktek pembiayaan murabahah, hubungan antara Bank Syariah dan
nasabahnya adalah penjual dan pembeli, sedangkan pada praktek kredit
konvensional, hubungan antara pihak Bank Konensional dengan nasabahnya
adalah kreditur dan debitur.
10
M. Syafiq Umam, Analis Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak. Wawancara
Pribadi, Cilandak, 4 November 2013. 11
Ahmad Ghazali, Serba-serbi Kredit Syariah Jangan Ada Bunga Diantara Kita, (Jakarta:
Media Komputindo, 2005).
76
Dalam murabahah hanya menghendaki satu harga dan tidak tergantung dengan
jangka waktu pembayaran, sedangkan dalam kredit konvensional mengharuskan
adanya perbedaan pembayaran sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditentukan. Semakin lama waktu pembayaran semakin besar jumlah tanggungan
yang harus dibayar.
Keuntungan dalam praktek murabahah berbentuk margin penjualan yang
didalamnya sudah termasuk harga jual. Sedangkan keuntungan pada kredit
konvensional didasarkan pada tingkat suku bunga. Nasabah yang mendapatkan
kredit dari bank konvensional dibebani kewajiban membayar cicilan beserta
bunga pinjaman sekaligus.
1. Prosedur Umum Pengajuan Pembiayaan Warung Mikro
Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri merupakan produk
alternatif dari pembiayaan Bank Syariah Mandiri yang diperuntukan untuk
pengusaha dengan skala kecil atau biasa disebut dengan UMKM (usaha mikro
kecil dan menengah). Pembiayaan Warung Mikro ini menggunakan akad
murabahah.
Prosedur pengajuan Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri
dijelaskan pada poin-poin berikut ini:
a. Nasabah datang ke Bank Syariah Mandiri untuk mengajukan permohonan
pembiayaan. Pihak pelaksana dan administrasi warung mikro akan melakukan
pengecekan terhadap kelengkapan persyaratan yang telah diserahkan nasabah.
77
b. Setelah semua persyaratan terpenuhi, pelaksana warung mikro akan
melakukan analisis secara administratif dan bila diperlukan melakukan survey
langsung ke lapangan.
c. Selanjutnya Analis Warung Mikro akan membuat proposal pembiayaan untuk
diajukan kepada komite pembiayaan dan kepala cabang. Dalam proses ini
terdapat dua kesimpulan, yaitu nasabah yang diterima kreditnya dan ditolak.
d. Bila proposal pembiayaan sudah disetujui oleh komite pembiayaan dan kepala
cabang, maka selanjutnya bank melakukan akad atau kontrak perjanjian
dengan nasabah.
e. Setelah akad dilakukakan dengan nasabah maka bank akan mencairkan dana
pembiayaan dengan mentransfer langsung ke rekening nasabah.
f. Dengan akad wakalah, bank menunjuk kepada nasabah sebagai wakil dari
bank untuk membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah (dalam hal ini
kebutuhan untuk usaha) atas nama bank secara tunai.
g. Ketika akad sudah ditandatangani, maka kewajiban nasabah terhadap bank
telah dimulai, yaitu membayar angsuran pembiayaan dengan besaran dan
jangka waktu yang sudah disepakati dalam perjanjian akad.
78
Gambar 4.1
Prosedur Pengajuan Pembiayaan Warung Mikro
2. Persyaratan Umum Pembiyaan Warung Mikro
Dalam Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri terdapat dua
kriteria nasabah yang dapat mengajukan pembiayaan, pertama Golbertap yakni
nasabah dengan sumber pembayaran (repayment) berasal dari gaji atau
penghasilan tetap yang diterima setiap bulan, termasuk di dalamnya Pegawai
Negri Sipil (PNS), pegawai BUMN, pegawai BUMD, TNI, POLRI, dan pegawai
perusahaan swasta yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan
Nasabah datang ke
bank untuk mengajukan
permohonan
pembiayaan
Bank melakukan
analisis serta
melakukan
survey langsung
ke lapangan
Nasabah menyerahkan
kelengkapan data dan
persyaratan yang
dibutuhkan
Bila proposal pembiayaan sudah
disetujui oleh komite pembiayaan
dan kepala cabang, selanjutnya
bank akan melakukan akad
dengan pihak nasabah
Analis Warung Mikro akan
membuat proposal pembiayaan
untuk diajukan kepada komite
pembiayaan dan kepala cabang
Dengan akad wakalah, bank akan
menunjuk nasabah sebagai wakil
dari bank untuk membeli barang
yang dibutuhkan
Bank akan mencairkan
dana pembiayaan dengan
cara mentransfer langsung
ke rekening nasabah
79
yang berlaku. Kedua Non Golbertap yakni nasabah dengan sumber pembayaran
berasal dari usaha yang dikelolanya sendiri (wiraswasta), baik dalam sektor
perdagangan, pertanian, industri rumah tangga, peternakan, perikanan, dan jasa-
jasa.
Persyaratan umum Pembiayaan Warung Mikro Bank Syarah Mandiri
adalah sebagai berikut:
a. Persyaratan pengajuan pembiayaan bagi Pegawai / Karyawan (golbertap):
1) Status pegawai tetap dengan masa dinas minimal satu tahun.
2) Usia minimal 21 tahun pada saat pengajuan dan maksimal 55 tahun pada
saat jatuh tempo fasilitas pembiayaan.
3) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas, tercatat,
dan terdokumentasi.
4) Hasil BI checking tidak termasuk dalam kategori pembiayaan non lancar.
Adapun kelengkapan dokumen yang harus dipenuhi saat nasabah ingin
mengajukan Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri adalah:
a) Fotokopi KTP/Paspor, kartu keluarga (KK), surat nikah pemohon dan
suami/istri
b) Slip gaji dan rekening tabungan 3 bulan terakhir
c) SK pengangkatan pertama dan terakhir
d) NPWP untuk pembiayaan diatas Rp 50 juta
e) Jaminan:
1) Sertifikat, IMB, Akte Jual Beli, SPPT
80
2) Girik, Keterangan tidak sengketa, Perjanjian jual beli
3) BPKB kendaraan >2005, Faktur Pembelian, Gesekan nomor rangka,
nomor mesin, STNK
4) Deposito
f) Rencana usaha dan peruntukan pembiayaan tercatat
b. Persyaratan pengajuan pembiayaan bagi Wiraswasta / Profesional (non
golbertap):
1) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun
2) Rumah tempat tinggal milik sendiri atau milik keluarga
3) Usia minimal 21 tahun atau sudah menikah. Maksimal usia 55 tahun saat
pembiayaan lunas
4) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas, tercatat,
dan terdokumentasi
5) Hasil BI checking tidak termasuk dalam kategori pembiayaan non lancar
Adapun kelengkapan dokumen yang harus dipenuhi saat nasabah ingin
mengajukan Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri adalah:
a) Fotokopi KTP/Paspor, kartu keluarga (KK), surat nikah pemohon dan
suami/istri
b) Pas foto terbaru 3X4 pemohon dan suami/istri
c) Surat keterangan usaha (SKU) dan rekening tabungan 3 bulan terakhir
d) Jaminan:
1) Sertifikat, IMB, Akte Jual Beli, SPPT
81
2) Girik, Keterangan tidak sengketa, Perjanjian jual beli
3) BPKB kendaraan >2005, Faktur Pembelian, Gesekan nomor rangka,
nomor mesin, STNK
4) Deposito
e) Rencana usaha dan peruntukan pembiayaan tercatat
3. Tahapan Proses Pembiayaan Warung Mikro
Secara garis besar ada 4 tahapan yang akan dilakukan oleh nasabah ketika
mengajukan Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri, diantaranya:
a. Tahap Inisiasi / Aplikasi
Dalam tahap ini nasabah akan melakukan permohonan pengajuan pembiayaan
dan mengajukan jumlah pembiayaan yang diinginkan kepada bank sayariah
mandiri. Setelah pengisian aplikasi permohonan, maka selanjutnya nasabah
akan mengumpulkan kelengkapan data persyaratan pembiayaan warung
mikro.
b. Tahap Analisa
Tahap analisa ini akan dilakukan oleh analis Pembiayaan Warung Mikro yang
ada di Bank Syariah Mandiri. Dalam analisa ini, analis warung mikro akan
melakukan 3 pilar analisa, pertama kemampuan nasabah, kedua aspek
legalitas, ketiga objek akad. Analisa kemampuan nasabah dapat dilihat dari
fotokopi rekening tabungan (mutasi tabungan rekening perbulan), slip gaji, BI
Checking untuk mengetahui apakah calon nasabah memiliki pinjaman di bank
lain atau tidak. Analisa legalitas data-data dapat diketahui melalui hasil
82
wawancara dengan nasabah dan memverifikasi data-data calon nasabah yang
sudah masuk baik melalui telepon dan survey ke lapangan (on the spot).
Selain itu bank juga akan memeriksa data-data calon nasabah melalui Sistem
Informasi Debitur (SID) untuk mengetahui apakah calon nasabah masuk
dalam daftar hitam Bank Indonesia atau tidak.
c. Tahap Dokumentasi
Dalam tahap dukumentasi ini, bila masih ada kekurangan data yang belum
dilengkapi oleh nasabah, maka nasabah harus segera melengkapi data-data
tersebut. Ketika semua data persyaratan sudah lengkap, maka analis
pembiayaan warung mikro akan membuat proposal pembiayaan untuk
dilaporkan kepada komite pembiayaan dan kepala cabang. Proposal tersebut
akan dibawa ke rapat komite pembiayaan. Apabila komite pembiayaan beserta
kepala cabang menyetujui permohonan pembiayaan tersebut, maka bisa
dilanjutkan pada tahapan berikutnya.
d. Tahap Pencairan
Dalam tahap ini pihak bank akan melakukan akad dengan nasabah dan
penandatanganan akad dilakukan dengan cara bertahap dalam waktu satu hari
sehingga dapat mengefisiensikan waktu tanpa melanggar ketentuan akad
syariah, yaitu tanpa paksaan, berdasarkan kesepakatan bersama dan tidak
merugikan satu sama lain. Setelah penandatanganan akad dilaksanakan paling
lambat keesokan harinya nasabah dapat mencairkan dana pembiayaan sesuai
dengan yang telah diajukan dan kemudian dana pembiayaan tersebut akan
83
langsung ditransfer oleh bank ke rekening nasabah. Sebelumnya nasabah
harus terlebih dahulu melunasi biaya administrasi yang menjadi kewajiban
nasabah. Kemudian nasabah bisa menyetorkan angsuran pembiayaan pertama
sebulan setelah ditandatanganinya akad dengan cara menyetorkan angsuran
perbulannya sebesar yang telah disepakati dalam akad. Dengan akad wakalah
yang diberikan kepada nasabah, maka nasabah dapat langsung menggunakan
dana pembiayaan tersebut untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan
untuk modal usahanya.
Gambar 4.2
Skema Kriteria dan Sub Kriteria Proses Pengajuan Pembiayaan
Keputusan Pengambilan Pembiayaan
Latar Belakang
Debitur
Kondisi
Usaha
Resiko
Jaminan
Analisa
Keuangan
Analisa
Resiko
Hasil BI
Checking
Identitas
Debitur
Status
Tempat
tinggal
Riwayat
Hutang
Debitur
Tujuan
Pengajuan
Lama
Usaha
Jenis
Usaha
Prospek
Usaha
Jenis
Jaminan
Lokasi
Jaminan
Nilai
Jaminan
Status
Kepemilikan
Sejarah
Keuangan
Tingkat
Perputaran
Uang
Proyeksi
Cash Flow
Resiko
Jangka
Pendek
Resiko
Jangka
Menengah
Resiko
Jangka
Panjang
84
C. Kendala Yang Dihadapi Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak Dalam
Memasarkan Produk Pembiayaan Warung Mikro Kepada Calon Nasabah
Profesionalitas dan nilai-nilai agama merupakan rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan dalam berbisnis apapun jenis bisnisnya. Karena hal ini merupakan bagian
dari prinsip pemasaran perbankan syariah.
Dalam perusahaan berbasis syariah, pengukuran yang jelas dan transparan
merupakan suatu hal yang sangat penting. Mengaplikasikan nilai-nilai prinsip
Ekonomi Islam dalam berbagai bidang khususnya dalam bagian pemasaran yang
secara langsung berhubungan dengan masyarakat sebagai calon nasabah, akan tetapi
setiap menjalankan kegiatan usaha pasti akan ditemui berbagai macam kendala yang
dihadapi oleh perusahaan. Strategi atau langkah-langkah yang sudah tersusun rapih
tidak dapat berjalan sesuai dengan rencana dan target yang diharapkan.
Dalam memasarkan Produk Pembiayaan Warung Mikro, Bank Syariah
Mandiri KCP Cilandak memiliki beberapa kendala, diantaranya adalah sebagai
berikut:12
1. Kurang atau minimnya pengetahuan para calon nasabah terhadap istilah-istilah
dan akad-akad yang digunakan oleh perbankan syariah serta konsep dan aplikasi
yang digunakan pada Produk Pembiayaan Warung Mikro itu sendiri.
2. Umumnya calon nasabah yang mengajukan Pembiayaan warung Mikro tidak
memiliki jaminan.
12
M. Syafiq Umam, Analis Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak. Wawancara
Pribadi, Cilandak, 4 November 2013.
85
3. Nilai jaminan adalah 30% dari total plafon pembiayaan tetapi ada beberapa
nasabah yang nilai jaminannya dibawah 30%.
4. Batas usia pengajuan pembiayaan mikro adalah minimal 21 tahun dan
maksimum 55 tahun pada saat jatuh tempo pembiayaan, ada beberapa calon
nasabah yang berusia lebih dari 55 tahun pada saat jatuh tempo pembiayaan
sehingga Bank Syariah Mandiri tidak dapat menyetujui pembiayaan.
5. Setelah dianalisa oleh pihak Bank Syariah Mandiri, ternyata calon nasabah tidak
memiliki usaha seperti yang dimaksudkan oleh calon nasabah itu sendiri.
6. Adanya bank pesaing yang memiliki produk sejenis dengan Produk Pembiayaan
Warung Mikro yang dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri, contohnya seperti
Produk Micro Business Bank Mandiri konvensional, Unit Mikro Bank BRI, DSP
(Danamon Simpan Pinjam) Bank Danamon, Bank Perkreditan Rakyat BPR.
Untuk menyelesaikan kendala-kendala yang dihadapi oleh Bank Syariah
Mandiri KCP Cilandak, upaya yang akan dilakukan adalah:13
1. Memberikan pemahaman secara langsung dan jelas tentang bagaimana
mekanisme, konsep dan aplikasi serta akad yang digunakan pada Produk
Pembiayaan Warung Mikro.
2. Jika calon nasbaah tidak memiliki jaminan, maka pihak yang masih ada
hubungan keluarga dengan calon nasabah dapat memberikan jaminan.
13
M. Syafiq Umam, Analis Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak. Wawancara
Pribadi, Cilandak, 4 November 2013.
86
3. Melakukan survey langsung ke lapangan terhadap usaha calon nasabah sebelum
realisasi pembiayaan.
4. Apabila calon nasabah usianya lebih dari 55 tahun pada saat jatuh tempo, maka
keluarga calon nasabah yang lebih muda, misalnya anak dari calon nasabah dapat
mengajukan pembiayaan dengan syarat minimal usianya 21 tahun atau sudah
menikah.
5. Untuk menyiasati persaingan dengan competitor, Bank Syariah Mandiri
memberikan kemudahan kepada calon nasabah yang akan mengajukan
pembiayaan warung mikro.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan oleh penulis pada bab-bab
sebelumnya, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut:
1. Dalam proses pengenalan Produk Pembiayaan Warung Mikro kepada
masyarakat, Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak juga memiliki strategi yang
biasa digunakan oleh lembaga-lembaga keuangan lainnya, yaitu dengan
memanfaatkan media yang ada seperti radio, TV, brosur, pemasangan spanduk di
tempat-tempat yang strategis dan menjadi sponsor dalam sebuah acara yang
diyakini merupakan target pasar yang tepat. Dengan demikian diharapkan dapat
membentuk citra positif ditengah masyarakat terhadap Bank syariah Mandiri
KCP Cilandak.
2. Strategi yang digunakan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak untuk
mengembangkan dan memasarkan Produk Pembiayaan Warung Mikro adalah
dengan menggunakan metode marketing mix. Marketing mix ini meliputi
product, price, place, dan promotion (4P). Product, dalam hal ini produk yang
dikeluarkan oleh Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak adalah Produk
Pembiayaan Warung Mikro dengan menggunakan akad murabahah. Pembiayaan
Warung Mikro sendiri menawarkan tiga jenis produk, yaitu pertama Pembiayaan
Usaha Mikro Tunas dengan plafon pembiayaan keseluruhan minimum
88
Rp2.000.000 dan maksimum Rp10.000.000, kedua Pembiayaan Usaha Mikro
Madya dengan plafon pembiayaan keseluruhan diatas Rp10.000.000 dan
maksimum Rp50.000.000, ketiga Pembiayaan Usaha Mikro Utama dengan
plafon pembiayaan keseluruhan diatas Rp50.000.000 dan maksimum
Rp100.000.000. Price, Penetapan strategi harga pada Pembiayaan Warung Mikro
yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri untuk masing-masing pembiayaan
adalah, pertama Produk Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (PUM-Tunas) adalah
36% efektif sesuai dengan periode angsuran atau setara dengan ± 1,7% per bulan,
kedua Produk Pembiayaan Usaha Mikro Madya (PUM-Madya) adalah 32%
efektif sesuai dengan periode angsuran atau setara dengan ± 1,5% per bulan,
ketiga Produk Pembiayaan Usaha Mikro Utama (PUM-Utama) adalah 28%
efektif sesuai dengan periode angsuran atau setara dengan ± 1,2% perbulan.
Place, Dalam hal ini lokasi yang dipilih oleh Bank Syariah Mandiri KCP ini
berada di pusat bisnis, yaitu Cilandak Jakarta Selatan. Promotion, Bank Syariah
Mandiri KCP Cilandak melakukan promosi Produk Pembiayaan Warung Mikro
melalui, pertama periklanan (advertising) dengan menggunakan brosur, iklan
majalah, dan spanduk di media cetak atau elektronik, kedua publisitas (publicity)
yaitu promosi yang dilakukan untuk meningkatkan citra perusahaan kepada para
calon nasabah, ketiga penjualan pribadi (personal selling) yaitu promosi yang
dilakukan oleh karyawan Bank Syariah Mandiri, dalam hal ini pemasaran
pembiayaan dilaksanakan oleh Pelaksana Markerting Mikro (PMM).
89
3. Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri adalah pembiayaan Bank
kepada nasabah perorangan atau badan usaha yang bergerak di bidang UMKM
untuk membiayai kebutuhan usahanya melalui pembiayaan modal kerja atau
pembiayaan investasi dengan maksimal limit pembiayaan Rp 2 juta sampai
dengan Rp 100 juta. Akad yang digunakan pada Produk Pembiayaan Warung
Mikro adalah akad murabahah. Implikasi dari akad murabahah sendiri
mengharuskan adanya penjual, pembeli, dan barang yang akan dijual. Dan kita
ketahui, dalam akad murabahah fungsi Bank adalah sebagai penjual barang untuk
kepentingan nasabah, dengan cara membeli barang yang diperlukan oleh nasabah
dan kemudian menjualnya kembali kepada nasabah dengan harga jual yang
sepadan dengan harga beli ditambah keuntungan Bank dan Bank harus
memberitahukan secara jujur harga pokok barang berikut biaya yang diperlukan
serta menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian barang kepada
nasabah. Pada aplikasinya Bank Syariah Mandiri menggunakan akad Wakalah
dengan memberikan kuasa kepada nasabah untuk membeli barang tersebut.
Dengan adanya akad Wakalah tersebut maka bank sepenuhnya menyerahkan
dana tersebut kepada nasabah untuk membeli barang yang dibutuhkan oleh
nasabah. Walaupun bank telah menggunakan akad wakalah kepada nasabah,
namun bank akan tetap melakukan pengawasan terhadap barang-barang yang
akan dibeli oleh nasabah agar semua transaksi jual beli tersebut sesuai dengan
prinsip Islam. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya nasabah yang
90
melakukan transaksi jual beli yang dilarang dalam Islam, misalnya menggunakan
dana pembiayaan tersebut untuk membeli barang-barang yang haram.
4. Secara garis besar ada 4 tahapan yang akan dilakukan oleh nasabah ketika
mengajukan Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri, diantaranya:
a. Tahap Inisiasi / Aplikasi
Dalam tahap ini nasabah akan melakukan permohonan pengajuan pembiayaan
dan mengajukan jumlah pembiayaan yang diinginkan kepada bank sayariah
mandiri. Setelah pengisian aplikasi permohonan, maka selanjutnya nasabah
akan mengumpulkan kelengkapan data persyaratan pembiayaan warung
mikro.
b. Tahap Analisa
Tahap analisa ini akan dilakukan oleh analis Pembiayaan Warung Mikro yang
ada di Bank Syariah Mandiri. Dalam analisa ini, analis warung mikro akan
melakukan 3 pilar analisa, pertama kemampuan nasabah, kedua aspek
legalitas, ketiga objek akad. Analisa kemampuan nasabah dapat dilihat dari
fotokopi rekening tabungan (mutasi tabungan rekening perbulan), slip gaji, BI
Checking untuk mengetahui apakah calon nasabah memiliki pinjaman di bank
lain atau tidak. Analisa legalitas data-data dapat diketahui melalui hasil
wawancara dengan nasabah dan memverifikasi data-data calon nasabah yang
sudah masuk baik melalui telepon dan survey ke lapangan (on the spot).
Selain itu bank juga akan memeriksa data-data calon nasabah melalui Sistem
91
Informasi Debitur (SID) untuk mengetahui apakah calon nasabah masuk
dalam daftar hitam Bank Indonesia atau tidak.
c. Tahap Dokumentasi
Dalam tahap dukumentasi ini, bila masih ada kekurangan data yang belum
dilengkapi oleh nasabah, maka nasabah harus segera melengkapi data-data
tersebut. Ketika semua data persyaratan sudah lengkap, maka analis
pembiayaan warung mikro akan membuat proposal pembiayaan untuk
dilaporkan kepada komite pembiayaan dan kepala cabang. Proposal tersebut
akan dibawa ke rapat komite pembiayaan. Apabila komite pembiayaan beserta
kepala cabang menyetujui permohonan pembiayaan tersebut, maka bisa
dilanjutkan pada tahapan berikutnya.
d. Tahap Pencairan
Dalam tahap ini pihak bank akan melakukan akad dengan nasabah dan
penandatanganan akad dilakukan dengan cara bertahap dalam waktu satu hari
sehingga dapat mengefisiensikan waktu tanpa melanggar ketentuan akad
syariah, yaitu tanpa paksaan, berdasarkan kesepakatan bersama dan tidak
merugikan satu sama lain. Setelah penandatanganan akad dilaksanakan paling
lambat keesokan harinya nasabah dapat mencairkan dana pembiayaan sesuai
dengan yang telah diajukan dan kemudian dana pembiayaan tersebut akan
langsung ditransfer oleh bank ke rekening nasabah. Sebelumnya nasabah
harus terlebih dahulu melunasi biaya administrasi yang menjadi kewajiban
nasabah. Kemudian nasabah bisa menyetorkan angsuran pembiayaan pertama
92
sebulan setelah ditandatanganinya akad dengan cara menyetorkan angsuran
perbulannya sebesar yang telah disepakati dalam akad. Dengan akad wakalah
yang diberikan kepada nasabah, maka nasabah dapat langsung menggunakan
dana pembiayaan tersebut untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan
untuk modal usahanya.
5. Dalam memasarkan Produk Pembiayaan Warung Mikro kepada calon nasabah,
Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak memiliki kendala-kendala yang dihadapi.
Kendala yang dihadapi oleh Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak yaitu, pertama
kurang atau minimnya pengetahuan para calon nasabah terhadap istilah-istilah
dan akad-akad yang digunakan oleh perbankan syariah serta konsep dan aplikasi
yang digunakan pada Produk Pembiayaan Warung Mikro itu sendiri, kedua
umumnya calon nasabah yang ingin mengajukan Pembiayaan warung Mikro
tidak memiliki jaminan, ketiga setelah dianalisa oleh pihak Bank Syariah
Mandiri, ternyata calon nasabah tidak memiliki usaha seperti yang dimaksudkan
oleh calon nasabah itu sendiri (usaha fiktif/data palsu), keempat batas usia
pengajuan pembiayaan mikro adalah minimal 21 tahun dan maksimum 55 tahun
pada saat jatuh tempo pembiayaan, ada beberapa calon nasabah yang berusia
lebih dari 55 tahun pada saat jatuh tempo pembiayaan sehingga Bank Syariah
Mandiri tidak dapat menyetujui pembiayaan, kelima adanya bank pesaing yang
memiliki produk sejenis dengan Produk Pembiayaan Warung Mikro yang
dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri, contohnya seperti Produk Micro Business
93
Bank Mandiri konvensional, Unit Mikro Bank BRI, DSP (Danamon Simpan
Pinjam) Bank Danamon, Bank Perkreditan Rakyat BPR.
6. Untuk menyelesaikan kendala-kendala yang dihadapi oleh Bank Syariah Mandiri
KCP Cilandak, upaya yang akan dilakukan adalah pertama, memberikan
pemahaman secara langsung dan jelas tentang bagaimana mekanisme, konsep
dan aplikasi serta akad yang digunakan pada Produk Pembiayaan Warung Mikro,
kedua, jika calon nasbaah tidak memiliki jaminan, maka pihak yang masih ada
hubungan keluarga dengan calon nasabah dapat memberikan jaminan, ketiga,
melakukan survey langsung ke lapangan terhadap usaha calon nasabah sebelum
realisasi pembiayaan, keempat, apabila calon nasabah usianya lebih dari 55 tahun
pada saat jatuh tempo, maka keluarga calon nasabah yang lebih muda, misalnya
anak dari calon nasabah dapat mengajukan pembiayaan dengan syarat minimal
usianya 21 tahun atau sudah menikah, kelima, untuk menyiasati persaingan
dengan competitor, Bank Syariah Mandiri memberikan kemudahan kepada calon
nasabah yang akan mengajukan pembiayaan warung mikro.
B. Saran
Merujuk pada kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan
masukan dan saran kepada Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak yang mungkin bisa
menjadi bahan pertimbangan kedepannya:
1. Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak harus lebih mensosialisasikan Produk
Pembiayaan Warung Mikro kepada masyarakat dan pengusaha-pengusaha yang
94
bergerak di sektor UMKM agar lebih banyak masyarakat dan pengusaha-
pengusaha skala kecil yang mengenal produk pembiayaan mikro ini, karena
sektor UMKM berkontribusi besar terhadap perekonomian masyarakat secara
real. Diharapkan juga untuk dapat memberikan margin seringan mungkin agar
tidak terlalu membebani nasabah demi perkembangan dan lancarnya usaha
nasabah yang bergerak di bidang UMKM .
2. Plafon pembiayaan mikro Bank Syariah Mandiri pada saat ini adalah maksimal
Rp 100 juta, sedangkan target yang diberikan oleh manajemen kepada pelaksana
marketing mikro (PMM) adalah Rp 250 juta/bulan, menurut saran saya plafon
pembiayaan mikro bisa dinaikan sampai dengan Rp 500 juta sehingga beban
pelaksana marketing mikro (PMM) bisa berkurang dan targetnya cepat tercapai.
3. Harus diterapkan training atau pelatihan khusus yang diberikan kepada pelaksana
marketing mikro agar lebih terbiasa dan maksimal ketika melayani ataupun
menghadapi calon nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan ini.
95
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/11/PBI/2011 Tentang Pencabutan Atas PBI
Nomor 3/2/PBI/2011 Tentang Pemberian Kredit Usaha Kecil dan surat edaran
Bank Indonesia Nomor 3/9/BKR Perihal Petunjuk Pelaksanaan Pemberian
Kredit Usaha Kecil.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan
Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. (Pasal 1, ayat
12)
Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003.
UU No. 21 Tahun 2008 sebagai revisi UU no. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
Syariah, Pasal 1 ayat 25.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan
Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. (Pasal 1 ayat 12)
Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah.
Buku
Amin, Ma’ruf. Prospek cerah perbankan syariah. Jakarta: Lekas, 2007. Cet 1.
“Tak Punya Utang Luar Negri,UMKM Malah Tahan Krisis”. Kompas 27 November
2008.
Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet,
2005.
Muhammad. Bank Syriah : Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.
Muhadjir, Neong. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: UGM Press, 1997.
96
Moleong, J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakaya, 1997. Cet. Ke -10.
Sugiyono. Metode Penelitian Kauntitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta,
2009. Cet. Ke-6.
Dagum, M. Save. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: BPFE, 1994. Edisi
Pertama.
Nasution, Harun. Ensiklopedia Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1992.
Panitia Istilah Manjemen Lembaga PPM, Kamus Istilah Manjemen. Jakarta: Balai
Aksara. Cet ke-2.
Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi, 2002. Edisi ke-2.
Steiner, A. George, Miner B. John. Kebijakan dan Strategi Manajemen.Jakarta:
Erlangga, 1997. Edisi ke-2.
David, R. Fred. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Indeks, 2004.
Swasta, Bashu. Manajemen Pemasaran Modern. Jogjakarta: Liberty, 1990. Cet ke-2.
Kotler, Philip dan Blomm, N. Paul. Teknik dan Strategi Pemasaran Jasa Profesional.
Jakarta: Intermedia, 1995.
Kotler dan Amstrong. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga, 1997. Edisi 2.
Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP. AMN
YKPN, 2002.
Kashmir. Manajemen Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.
Antonio, M. Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press, 2001.
Yunus, Mahmud. Kamus Bahasa Arab Indonesia. Jakarta: PT. Hidakarya Agung,
1990.
Zuhaili, Wahbah. al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu. Beirut: Dar al-Fikr, 2002.
Lathif, Azharudin. Fiqh Muamalat. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.
97
Sumitro, Warkum. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga terkait di Indonesia.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.
Ghazali, Ahmad. Serba-serbi Kredit Syariah Jangan ada Bunga Diantara Kita.
Jakarta: Media Komputindo, 2005.
Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: IIIT Indonesia,
2003. Cet ke-4.
Antonio, M. Syafi’i. Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum. Jakarta: Tazkia
Institute, 2000.
Yusuf, Muhammad dan Junaedi. Pengantar Ilmu Ekonomi dan Perbankan Syariah,
Jakarta: Ganeca Press, 2006.
Partomo, Sartika, Titik Sartika dan Soejono, Rachman, Abd. Ekonomi Skala Kecil
dan Kecil Menengah dan Koperasi. Jakarta: Galia Indonesia, 2002.
Mini Profile. Menemukan Kembali Konsep Perbankan Modern. Jakarta: Bank
Syariah Mandiri. Edisi Juni 2001.
Wijanto, Serian. Pengantar Enterpreunership.
Kotler, Philip. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: FEUI, 1987. Edisi ketiga.
Artikel
Bappenas, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 Artikel
Diakes pada 10 Juni 2013 dari
http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/7642
www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-non-muslim-dalam-ilmu-fikih.html,
diakses pada hari Senin 10 Juni 2013.
Studi. Pengertian UMKM dan Koperasi, Artikel diakses pada 15 Juni 2013
dari http://www.studyandlearningnow.blogspot.com/2013/01/pengertian
umkm-dan-koperasi.html
Aset Bank Syariah Mandiri. Rp. 32,48 triliun. Kompas, 19 April 2011.
Bank Syariah Mandiri, “Gambaran Umum, Visi dan Misi”, Diakses pada tanggal 18
Juni 2013 dari
http://www.syariahmandiri.co.id/2013/06/gambaranumumvisidanmisi.html
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Hasil Wawancara
Narasumber : M. Syafiq Umam
Jabatan : Asisten Analis Pembiayaan Warung Mikro
Hari/tanggal : 4 November 2013
Tempat : Kantor Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak, Jl. Cilandak KKO
No. 5E, Ragunan Jakarta Selatan 12550, Indonesia
Waktu : 09.00 WIB s.d selesai
1. Bagaimana mekanisme pembiayaan warung mikro di Bank Syariah Mandiri?
Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri adalah pembiayaan
Bank kepada nasabah perorangan atau badan usaha yang bergerak di bidang
UMKM untuk membiayai kebutuhan usahanya melalui pembiayaan modal kerja
atau pembiayaan investasi dengan maksimal limit pembiayaan Rp 2 juta sampai
dengan Rp 100 juta.
Pembiayaan Warung Mikro menawarkan tiga jenis produk pertama,
Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (non agunan) dengan nilai pmbiayaan Rp 2
juta sampai dengan Rp 10 juta, kedua Pembiayaan Usaha Mikro Madya dengan
nilai plafon diatas Rp 10 juta sampai dengan Rp 50 juta, ketiga Pembiayaan
Usaha Mikro Utama dengan nilai plafon diatas Rp 50 juta sampai dengan Rp
100 juta.
Akad yang digunakan pada Produk Pembiayaan Warung Mikro adalah
akad murabahah. Implikasi dari akad murabahah sendiri mengharuskan adanya
penjual, pembeli, dan barang yang akan dijual. Dan kita ketahui, dalam akad
murabahah fungsi Bank adalah sebagai penjual barang untuk kepentingan
nasabah, dengan cara membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan
kemudian menjualnya kembali kepada nasabah dengan harga jual yang sepadan
dengan harga beli ditambah keuntungan Bank dan Bank harus memberitahukan
secara jujur harga pokok barang berikut biaya yang diperlukan serta
menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian barang kepada
nasabah.
Pada aplikasinya Bank Syariah menggunakan akad Wakalah dengan
memberikan kuasa kepada nasabah untuk membeli barang tersebut. Dengan
adanya akad Wakalah tersebut maka bank sepenuhnya menyerahkan dana
tersebut kepada nasabah untuk membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah.
2. Apakah produk pembiayaan warung mikro di KCP ini mencangkup semua
nasabah termasuk nasabah non muslim?
Ya, Produk Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri KCP
Cilandak mencangkup seluruh nasabah, baik nasabah muslim maupun nasabah
non muslim, namun untuk nasabah non muslim di Bank Syariah Mandiri KCP
Cilandak ini baru ada 1 nasabah saja dari 86 total nasabah, dan nasabah non
muslim itupun dalam kriteria nasabah yang baik, selebihnya adalah nasabah
muslim. Hal ini disebabkan, karena mayoritas masyarakat yang tinggal di
sekitar Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak adalah penduduk asli dan
mayoritas beragama muslim.
3. Apakah prosedur nasabah non muslim sama dengan nasabah muslim?klo tidak
sama apa perbedaannya?
Semua prosedur yang kita lakukan sama dan tidak ada perbedaan untuk
nasabah muslim maupun nasabah non muslim. Nasabah mengisi form aplikasi
pembiayaan sebagai pengajuan kredit, setelah itu nasabah mengumpulkan data
dan setelah data sudah lengkap 70%, analis warung mikro akan melakukan
survey dan setelah melakukan survey akan dilakukan proses analisa penilaian
calon nasabah, dalam proses analisa terdapat dua kesimpulan, yaitu nasabah
yang diterima kreditnya dan ditolak. Nasabah yang diterima kreditnya bisa
diturunkan plafonnya atau pengajuan dananya diterima100%, kemudian
dibuatlah akad dan setelah dibuatnya akad dana pembiayaan akan langsung
ditransfer ke rekening nasabah.
4. Apakah ada manajemen strategi yang baku/umum yang diterapkan di KCP ini
untuk pembiayaan warung mikro?
Secara garis besar, strategi pemasaran yang dilakukan oleh Bank Syriah
Mandiri KCP Cilandak ada empat, yaitu strategi dalam bidang produk, harga,
distribusi, dan promosi. Keempat strategi pemasaran ini diatur dalam Pedoman
Opersional Produk Pembiayaan Warung Mikro yang berlaku umum tetapi
tergantung kondisi cabang yang berbeda-beda. Dan yang terkait dengan
kebijakan strategi pemasaran ini adalah dewan direksi Bank Syariah Mandiri
yang membuat strategi pemasaran secara umum dan seluruh karyawan Bank
Syariah Mandiri bertanggung jawab dalam melakukan pemasaran atas Produk
Pembiayaan Warung Mikro tersebut.
5. Bagaimana strategi dalam menarik minat nasabah non muslim?apakah ada
cara/trik khusus?
Sebenarnya tidak ada cara ataupun trik khusus dalam melakukan strategi
Produk Pembiayaan Warung Mikro kepada calon nasabah non muslim maupun
nasabah muslim, namun untuk nasabah non muslim pelaksana marketing mikro
akan memberi pemahaman secara khusus tentang konsep dan aplikasi akad
murabahah yang diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri terhadap Produk
Pembiayaan Warung Mikro, serta menekankan manfaat dan keunggulan dari
Produk Pembiayaan Warung Mikro dengan kredit konvensinal.
6. Bagaimana kebijakan perusahaan untuk memotivasi karyawan agar mendapatkan
nasabah?
Mengadakan pelatihan-pelatihan tentang pemahaman perbankan syariah
dan juga mengenalkan Produk Pembiayaan Warung Mikro. Pelatihan ini berupa
simulasi pada sistem agar Pelaksana Marketing Mikro terbiasa dan maksimal
dalam melayani nasabah, selain itu adanya tambahan bonus atau intensif bagi
Pelaksana Marketing Mikro apabila bisa mencapai target yang diinginkan.
Dengan adanya pemberian bonus atau intensif dan penaikan jenjang karir
apabila target tercapai, hal ini bisa menjadi motivasi bagi Pelaksana Marketing
Mikro untuk mendapatkan calon nasabah.
7. Bagaimana prosedur evaluasi setelah melakukan pemasaran produk ini?
Adanya laporan mingguan (pipe line) yang diserahkan pada marketing
untuk pimpinan, sehingga pimpinan dpat mengevaluasi para pelaksana
marketing mikro terutama dalam hal pencapaian target.
8. Bagaimana segmentasi pasarnya,apakah ada ketentuan khusus?
Segmentasi demografis yang dilakukan Bank Syariah Mandiri terhadap
Produk Pembiayaan Warung Mikro hanya terbatas pada usia, yaitu usia minimal
21 tahun atau sudah menikah dan maksimal usia 55 tahun pada saat jatuh tempo
atau pembiayaan lunas
Segmentasi geografis yang dilakukan Bank Syariah Mandiri terhadap
Produk Pembiayaan Warung Mikro adalah:
a. Pedagang Pasar
1) Letak pasar maksimum 5 km dari kantor layanan warung mikro
2) Jumlah pedagang minimal 1000 pedagang
3) Jenis pasar retail / semi grosir
4) Pasar dikelola oleh pemda setempat
b. Usaha Mikro
1) Letak usaha dalam radius maksimum 10 km dari kantor layanan warung
mikro
2) Jenis usaha perdagangan dan jasa, seperti warung kelontong, kaki lima,
warung sembako, bengkel, salon, dan usaha lain yang tidak termasuk
dalam negatif list Bank Syariah Mandiri
9. Apa target yang ingin dicapai?
Agar outlet warung mikro memiliki hutang pokok nasabah sebesar Rp 3,5
milyar yang di review pertahun.
10. Apa saja yag dinilai terhadap nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan poduk
ini?
Dilihat dari segi karakter nasabah
Jaminan
Analisa keuangan/capital
Legalitas hukum
Seperti KTP, KK, surat nikah, jika pengusaha harus ada surat keterangan
usahanya, jika pegawai dilihat dari slip gaji.
11. Kelompok UMKM apa saja yang bisa mengajukan pembiayaan produk
pembiayaan warung mikro?
Pedagang kaki lima, pedagang yang ada di ruko, industri rumahan,
pasar tradisional, kelompok petani
12. Kendalanya apa saja yang dihadapi dalam memasarkan produk ini dan
bagaimana cara mengtasinya?
Kendala yang dihadapi dalam memasarkan produk ini adalah:
a. Kurang atau minimnya pengetahuan para calon nasabah non muslim
terhadap istilah-istilah yang digunakan perbankan syariah serta konsep dan
aplikasi yang digunakan pada Produk Pembiayaan Warung Mikro itu sendiri.
b. Umumnya calon nasabah yang mengajukan Pembiayaan warung Mikro tidak
memiliki jaminan.
c. Nilai jaminan adalah 30% dari total plafon pembiayaan tetapi ada beberapa
nasabah yang nilai jaminannya dibawah 30%.
d. Batas usia pengajuan pembiayaan mikro adalah minimal 21 tahun dan
maksimum 55 tahun pada saat jatuh tempo pembiayaan, ada beberapa calon
nasabah yang berusia lebih dari 55 tahun pada saat jatuh tempo pembiayaan
sehingga Bank Syariah Mandiri tidak dapat menyetujui pembiayaan.
e. Setelah dianalisa oleh pihak Bank Syariah Mandiri, ternyata calon nasabah
tidak memiliki usaha seperti yang dimaksudkan oleh calon nasabah itu
sendiri.
f. Adanya bank pesaing yang memiliki produk sejenis dengan Produk
Pembiayaan Warung Mikro yang dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri,
contohnya seperti Produk Micro Business Bank Mandiri konvensional, Unit
Mikro Bank BRI, DSP (Danamon Simpan Pinjam) Bank Danamon, Bank
Perkreditan Rakyat BPR.
Untuk menyelesaikan kendala-kendala yang dihadapi oleh Bank Syariah Mandiri
KCP Cilandak, upaya yang akan dilakukan adalah:
a. Memberikan pemahaman secara langsung dan jelas tentang bagaimana
mekanisme, konsep dan aplikasi serta akad yang digunakan pada Produk
Pembiayaan Warung Mikro.
b. Jika calon nasbaah tidak memiliki jaminan, maka pihak yang masih ada
hubungan keluarga dengan calon nasabah dapat memberikan jaminan.
c. Melakukan survey langsung ke lapangan terhadap usaha calon nasabah
sebelum realisasi pembiayaan.
d. Apabila calon nasabah usianya lebih dari 55 tahun pada saat jatuh tempo,
maka keluarga calon nasabah yang lebih muda, misalnya anak dari calon
nasabah dapat mengajukan pembiayaan dengan syarat minimal usianya 21
tahun atau sudah menikah.
e. Untuk menyiasati persaingan dengan competitor, Bank Syariah Mandiri
memberikan kemudahan kepada calon nasabah yang akan mengajukan
pembiayaan warung mikro.