Download - Spektrometri Infra Merah
SPEKTROMETRI INFRA MERAH
I. Pendahuluan
Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 0,75 – 1.000 µm atau pada Bilangan Gelombang 13.000 – 10 cm-1.
Sinar infra merah dibagi atas tiga daerah, yaitu:
a. Daerah Infra Merah dekat.
b. Daerah Infra Merah pertengahan.
c. Daerah infra merah jauh.
Daerah panjang gelombang yang digunakan pada alat spektrofotometer infra merah
adalah pada daerah infra merah pertengahan, yaitu pada panjang gelombang 2,5 – 50 µm
atau pada bilangan gelombang 4.000 – 200 cm-1. Satuan yang sering digunakan dalam
spektrofotometri infra merah adalah Bilangan Gelombang ( ) atau disebut juga
sebagai Kaiser (Giwangkara, 2007).
II. Prinsip
Radiasi inframerah (2500-50000 nm atau 4000-200 cm-1) dapat menyebabkan
terjadinya vibrasi dan atau rotasi suatu gugus fungional dalam molekul sehingga gugus
fungsi yang berlainan dalam suatu struktur kimia masing-masing akan menunjukkan
spektrum serapan inframerah yang karakteristik.
Atom-atom di dalam molekul tidak dalam keadaan diam, tetapi biasanya terjadi
peristiwa vibrasi. Hal ini bergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang
1
menghubungkannya. Vibrasi molekul sangat khas untuk suatu molekul tertentu dan
biasanya disebut vibrasi finger print. Vibrasi molekul dapat digolongkan atas dua
golongan besar, yaitu vibrasi regangan (stretching) dan vibrasi bengkokan (bending).
Dalam vibrasi regangan, atom bergerak terus
sepanjang ikatan yang menghubungkannya
sehingga akan terjadi perubahan jarak antara
keduanya, walaupun sudut ikatan tidak berubah.
Vibrasi regangan ada dua macam, yaitu Regangan
Simetri (unit struktur bergerak bersamaan dan searah dalam satu bidang datar) dan
Regangan Asimetri (unit struktur bergerak bersamaan dan tidak searah tetapi masih
dalam satu bidang datar).
Jika sistem tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih besar, maka
dapat menimbulkan vibrasi bengkokan atau vibrasi deformasi yang mempengaruhi
osilasi atom atau molekul secara keseluruhan. Vibrasi bengkokan ini terbagi menjadi
empat jenis, yaitu Vibrasi Goyangan (Rocking - unit struktur bergerak mengayun
asimetri tetapi masih dalam bidang datar), Vibrasi Guntingan (Scissoring - unit struktur
bergerak mengayun simetri dan masih dalam
bidang datar), Vibrasi Kibasan (Wagging - unit
struktur bergerak mengibas keluar dari bidang
datar), dan Vibrasi Pelintiran (Twisting - unit
struktur berputar mengelilingi ikatan yang
menghubungkan dengan molekul induk dan
berada di dalam bidang datar).
Vibrasi yang digunakan untuk identifikasi
adalah vibrasi bengkokan, khususnya
goyangan (rocking), yaitu yang berada di daerah bilangan gelombang 2000 – 400 cm -1.
Karena di daerah antara 4000 – 2000 cm-1 merupakan daerah yang khusus yang berguna
untuk identifkasi gugus fungsional. Daerah ini menunjukkan absorbsi yang disebabkan
oleh vibrasi regangan. Sedangkan daerah antara 2000 – 400 cm-1 seringkali sangat rumit,
karena vibrasi regangan maupun bengkokan mengakibatkan absorbsi pada daerah
tersebut (Giwangkara, 2007).
III. Instrumen Spektrometri Infra Merah
2
Komponen-komponen dalam instrumentasi spektroskopi infra merah meliputi: (1)
Sumber radiasi; (2) Tempat sampel; (3) Monokromator; (4) Detektor; dan (5) Rekorder.
Terdapat dua macam spektroskopi infra merah yaitu spektroskopi infra merah dengan
berkas tunggal (single-beam), dan spektroskopi infra merah berkas ganda (double-beam).
1. Sumber radiasi
Radiasi infra merah dihasilkan dari pemanasan suatu sumber radiasi dengan listrik
sampai suhu antara 1500 dan 2000 K. Sumber radiasi yang biasa digunakan adalah :
a. Nernst Glower merupakan campuran oksida dari zirkom (Zr) dan Yitrium (Y)
yaitu berupa senyawa ZrO2 dan Y2O3 atau campuran oksida thorium (Th) dan
Cerium (Ce). Nernst Glower ini berupa silinder dilapisi platina untuk melewatkan
arus listrik. Nernst Glower mempunyai radiasi maksimum pada panjang
gelombang 1,4 mm atau bilangan gelombang 7100 cm-1.
b. Globar merupakan sebatang silicon karbida (SiC) dengan ukuran diameter sekitar
5 mm dan panjang 50 mm. Radiasi maksimum Globar pada panjang gelombang
1,8 – 2,0 mm atau pada bilangan gelombang 5500 – 5000 cm-1.
c. Kawat Nikrom merupakan campuran nikel (Ni) dan khrom (Cr). Kawat nikhrom
berbentuk spiral dan mempunyai identitas radiasi yang lebih rendah dari Nernst
Glower dan Globar tetapi mempunyai umur yang lebih panjang.
3
2. Tempat sampel
Tempat sampel atau sel tergantung dari jenis sampel.
a. Untuk sampel berbentuk gas, digunakan sel gas dengan lebar sel atau panjang
berkas radiasi 40 mm. Hal ini dimungkinkan untuk menaikkan sensitivitas karena
adanya cermin yang dapat memantulkan berkas radiasi berulang kali melalui
sampel.
b. Tempat sampel untuk sampel yang berbentuk cairan umumnya mempunyai
panjang berkas radiasi kurang dari 1 mm biasanya dibuat lapisan tipis (film)
diantara dua keeping senyawa yang transparan terhadap radiasi infra merah.
Senyawa yang biasa digunakan adalah natrium klorida (NaCl), kalsium fluoride
(CaF2), dan kalsium iodide (CaI2). Dapat juga dibuat larutan yang kemudian
dimasukkan ke dalam sel larutan. Wadah sampel untuk larutan disebut sel larutan.
Sampel dilarutkan ke dalam pelarut organik dengan konsentrasi 1 – 5%. Pelarut
organik yang biasa dipakai adalah karbon tetraklorida (CCl4), karbon disulfide
(CS2) dan kloroform (CHCl3).
c. Wadah sampel untuk sampel padat mempunyai panjang berkas radiasi kurang dari
1 mm. Pelet KBr dibuat dengan menggerus sampel dan Kristal KBr (0,1 – 2,0 %
berdasarkan berat) sehingga merata, kemudian ditekan (sekitar 8 ton) sampai
diperoleh pellet atau pil tipis. Bentuk pasta dibuat dengan mencampur sampel dan
setetes bahan pasta sehingga merata kemudian dilapiskan antara dua keeping NaCl
yang transparan terhadap radiasi infra merah. Bahan pasta yang biasa digunakan
adalah paraffin cair. Lapis tipis dibuat dengan meneteskan larutan dalam pelarut
yang mudah menguap pada permukaan kepingan NaCl dan dibiarkan sampai
menguap.
3. Monokromator
Pada pemilihan panjang gelombang infra merah dapat digunakan filter, prisma atau
grating. Seperti alat spektroskopi pada gambar di atas, berkas radiasi terbagi dua,
sebagian melewati sampel dan sebagian melewati blanko (reference). Setelah itu
kedua berkas sinar tersebut bergabung kembali dan kemudian dilewatkan ke dalam
monokhromator.
Filter biasa dgunakan untuk tujuan analisis kuantitatif, sebagai contoh dengan
panjang gelombang 9,0 mm untuk penentuan asetaldehida. Filter dengan panjang
gelombang 13,4 mm untuk penentuan 0-diklorobenzena, dan filter dengan panjang
4
gelombang 4,5 mm untuk penentuan dinitrogen oksida. Ada juga filter yang
mempunyai panjang gelombang pada kisaran antara 2,5 sampai dengan 4,5 mm;
4,5 sampai dengan 8,0 mm, dan 8,0 sampai dengan 14,5 mm.
Prisma yang terbuat dari kuasa digunakan untuk daerah infra merah dekat (0,8
sampai dengan 3,0 mm). Prisma yang paling umum digunakan adalah terbuat dari
Kristal natrium klorida dengan daerah frekuensi 2000 sampai 670 cm-1 (atau 5 –
15 mm). Contoh prisma lainnya adalah Kristal kalium bromide dan cesium
bromide yang sesuai untuk daerah spectrum infra merah jauh yaitu pada kisaran 15
– 40 mm. Kristal LiF juga dapat digunakan untuk daerah spectrum infra merah
dekat yaitu pada panjang gelombang antara 1 – 5 mm.
Grating umumnya memberikan hasil yang lebih baik daripada prisma. Biasanya
grating dibuat dari gelas atau plastic yang dilapisi dengan aluminium.
4. Detektor
Setelah radiasi infra merah melewati monokhromator, kemudian berkas radiasi ini
dipantulkan oleh cermin dan akhirnya ditangkap oleh detector. Detektor pada
spectrometer infra merah merupakan alat yang bisa mengukur atau mendeteksi energi
radiasi akibat pengaruh panas. Berbeda dengan jenis detector lainnya (misalnya
phototube), pengukuran radiasi infra merah lebih sulit karena intensitas radiasi rendah
dan energi foton infra merah juga rendah. Akibatnya signal dari detector infra merah
kecil sehingga dalam pengukurannya harus diperkuat.
Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
Kepekaan yang tinggi
Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
Terdapat dua macam detector yaitu thermocouple dan bolometer. Detektor yang
paling banyak digunakan dalam spektrofotometer infra merah adalah thermocouple.
Detektor thermocouple merupakan alat yang mempunyai impedans tinggi.
Detektor thermocouple terdiri dari dua kawat halus yang terbuat dari logam
seperti platina (Pt) dan perak (Ag) atau antimony (Sb) dan bismuth (Bi). Energi
radiasi infra merah akan menyebabkan terjadinya pemanasan pada salah satu
5
kawat dan panasnya ini sebanding dengan perbedaan gaya gerak listrik yang
dihasilkan dari kedua kawat.
Bolometer merupakan semacam thermometer resistans yang terbuat dari kawat
platina atau nikel. Dalam hal ini akibat pemanasan akan terjadi perubahan
tahanan pada bolometer sehingga signal menjadi tidak seimbang. Signal yang
tidak seimbang ini kemudian diperkuat sehingga dapat dicatat atau direkam.
5. Rekorder
Signal yang dihasilkan dari detector kemudian direkam sebagai spectrum infra
merah yang berbentuk puncak-puncak serapan. Spektrum infra merah ini
menunjukkan hubungan antara absorban dan frekuensi atau bilangan gelombang atau
panjang gelombang. Sebagai absis adalah frekuensi (cm-1) atau panjang gelombang
(mm) atau bilangan gelombang (cm-1), dan sebagai ordinat adalah transmitan (%)
atau absorban.
Cara Penanganan cuplikan tergantung pada wujud cuplikan gas, cair atau padatan.
a. Gas
Dimasukkan dalam sel gas, yang menghadap langsung ke sumber sinar IR.
Wadah (sel gas) tidak menyerap sinar pada gelombang IR.
b. Cairan
Cairan diteteskan pada pelat NaCl berupa film tipis, dan bila larutannya berair
harus cepat-cepat dikeringkan agar pelat NaCl tidak rusak. Namun untuk larutan
berair biasanya digunakan pelat CsI dan CaF2. Pelarut organic yang umumnya
digunakan adalah yang tidak mengandung gugus fungsi utama agar jangan
mengganggu analisa seperti toluene, heksana, kloroform, dll
c. Padatan
Ada tiga cara untuk menangani cuplikan padatan
Pelet Kbr
Menumbuk cuplikan (0,1 – 2,0 %) dengan KBr kemudian ditekan dalam setakan
hingga membentuk pellet KBr.
Mull atau Pasta
Mencampur cuplikan dengan minyak pasta kemudian dilapiskan pada dua
keeping NaCl.
Lapisan tipis
6
Padatan dilarutkan dalam pelarut yang “volatile” kemudian diteteskan pada peleet
NaCl. Bila pelarut sudah menguap maka akan diperoleh lapisan tipis pada pelat.
IV. Prosedur Preparasi Sampel
Penyiapan Sampel Pada FTIR
a. Sampel padat
Padatan dihaluskan sampai kurang dari 2 µm. Proses penghalusan dilakukan hati-
hati agar tidak merusak strukturnya. Partikel kasar perlu dihaluskan karena dapat
menghasilkan pemencaran radiasi inframerah. Selanjutnya sampel disiapkan dengan
menggunakan salah satu metode berikut:
Metode Mull
Sampel Disuspensikan ke dalam minyak mineral Nujol (hidrokarbon jenuh
berantai panjang). Sampel harus dihaluskan di mortir untuk mengurangi ukuran
partikel rata-rata 1 sampai 2 mikron. Sekitar 5 sampai 10 mg sampel ditumbuk
halus kemudian ditempatkan ke piring KBr, kemudian setetes minyak mineral
ditambahkan dan piring kedua ditempatkan di atasnya. Distribusi campuran antar
pelat harus merata. Campuran harus terlihat sedikit transparan dan tidak ada
gelembung.
Metode Pelet KBr
Ditimbang serbuk KBr halus sebanyak 100 mg dan ditimbang sampel padat
kering (bebas air) sebanyak 1mg (1% dari berat KBR). Campurkan serbuk KBr
dan sampel dalam mortal agate, kemudian gerus sampai halus dan tercampur rata.
Siapkan cetakan pelet, cuci bagian sample base dan tablet frame dengan
klorofom. Masukkan campuran dalam set cetakan pelet. Untuk meminimalkan
kadar air hubungkan dengan pompa vacum. On-kan pompa vacum 5 menit.
Cetakan diletakkan pada pompa hidrolik, kemudian diberi tekanan sampai tanda
80. Matikan pompa vacum, kemudian turunkan tekanan dalam cetakan
dengan cara membuka kran udara. Lepaskan pelet KBr yang sudah terbentuk.
Tempatkan Pelet KBr pada tablet holder, lakukan pengukuran dengan alat FTIR.
Metode Lapis Tipis
Sampel disuspensikan dengan cara “sonifikasi”. Suspensi kemudian dipipet ke
dalam sel jendela Irtran-II (kristal ZnS) atau kristal NaCl. Sampel akan
mengering setelah didiamkan pada suhu kamar.
7
b. Sampel Padat Larut Air
Sejumlah kecil sampel (2-5 mg) senyawa ditempatan di piring dan ditambahkan satu
tetes pelarut, atau sampel dilarutkan dalam tabung kecil dan diteteskan ke piring IR.
c. Sampel Cair
Teteskan sedikit cairan sampel (bebas air) yang akan diukur pada satu bagian
window KBr, kemudian pasangkan satu bagian window KBr lagi sehingga cairan
merata pada permukaan window. Siapkan window KBr pada holder, kemudian
lakukan pengukuran dengan alat.
d. Sampel Gas
Sampel dimasukkan ke dalam sel inframerah tertentu.
(Mudzakir, 2010).
Contoh Prosedur Preparasi Sampel dan Analisis Spektrometri IR
A. Preparasi Sampel
2 gram sampel jaringan lemak diiris kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam beaker
glass. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam dry oven yang sudah diatur suhunya
(750C), dan dibiarkan selama 6 jam hingga jaringan lemaknya mencair. Lemak padat
yang sudah mencair dipisahkan dan dimasukkan ke dalam corong pisah untuk
selanjutnya dimurnikan dengan penambahan pereaksi n-heksan. Lemak yang sudah
dimurnikan disaring dalam kertas saring yang sudah ditambahkan natrium sulfat
(Na2SO4) untuk mengikat air yang masih ada pada lapisan lemak.
B. Analisa Pola Spectrum Lemak Hewani dengan FTIR
Sampel lemak yang telah disaring dan dimurnikan, diteteskan pada salah satu
permukaan sel KBR. Diantara kedua sel KBr diberi pembatas berupa
politetrafluoroetilen (PTFE) untuk menghasilkan ketebalan lapisan lemak 0,1 mm. Sel
bagian lainnya ditangkupkan hingga terbentuk lapisan tipis lemak. Scanning
dilakukan dengan kisaran panjang gelombang 4000 cm-1 sampai 650cm-1 dengan
resolusi 4cm-1. Hasil scanning direkam dan dianalisa lebih lanjut.
C. Profil Lemak Hewani Hasil Analisa FTIR
Analisa spektroskopi FTIR didasarkan pada karakteristik gugus fungsi yang terdapat
pada sampel. Berikut adalah data yang dihasilkan berdasarkan hasil scanning sampel
8
lemak (babi, ayam, dan sapi) dengan alat FTIR Spectrum One Perkin Elmer pada
penelitian Hermanto (2009), pada daerah IR dengan frekuensi 4000-600 cm -1 dan
resolusi 4 cm-1.
Perbandingan Spektrum FTIR untuk Lemak Babi dan Lemak Ayam
Perbandingan Spektrum FTIR untuk Lemak Babi dan Lemak Sapi
Sampel lemak secara umum menunjukan perbedaan yang menonjol pada serapan C-H
stretching di daerah bilangan gelombang 3050-2800cm-1, serapan gugus karbonil
(O=C-H) dari aldehid pada daerah 1746-1744 cm-1, dan pola serapan fingerprint di
1000-900 cm-1.
Perbedaan signifikan berada pada penyerapan spectra di daerah 3010-3000, 1120-
1095 dan 968-966 cm-1.
Untuk sampel lemak babi , pola serapan yang muncul pada daerah 3010 cm -1
menunjukan puncak yang relatif tinggi, dan mempresentasikan stretching vibration
dari ikatan rangkap C=C cis.
Pada frekuensi 1120-1095 cm-1, sampel lemak babi menunjukan overlapping dari dua
peak dengan absorbansi maksimum pada bilangan gelombang 1118 dan 1098 cm -1.
9
Overlapping ini menunjukan adanya perbedaan kandungan asam lemak jenuh dan
asam lemak tidak jenuh dari masing-masing sampel.
Titik perbedaan dari ketiga pola spectrum pada sampel muncul pada daerah bilangan
gelombang 966-967 cm-1 yang menunjukan keberadaan asam lemak tidak jenuh trans.
Menurut AOCS (American Oils Chemistry Standard), rentang frekuensi IR pada
daerah 975-965 cm-1 merupakan dasar metode kuantisasi asam lemak trans pada
sampel lemak dan minyak.
(Hermanto dan Anna, 2009).
V. Interpretasi Data Spektrometri Infra Merah
TAHAPAN MENGENALI GUGUS FUNGSI
Serapan karakteristik gugus fungsi molekul organik :
1. Senyawa karbonil
Mencari ada atau tidaknya gugus karbonil.
Pita dalam spektrum infra merah yang disebabkan karena adanya gugus karbonil
(C=O) dijumpai puncak yang kuat pada daerah 1820-1640 cm-1 .
2. Apabila terdapat gugus karbonil:
A. Asam karboksilat
Asam karboksilat menunjukkan serapan C=O yang khas dan juga menunjukkan
serapan pita O-H yang sangat khas, yaitu puncak pada sekitar 3330 cm -1 . O-H
karboksil mempunyai spectrum yang nampak berbeda dari spectrum O-H alcohol.
Asam karboksilat menunjukkan pita sangat lebar, serapan regang yang kuat pada
daerah puncak OH yang melebar pada 3300-2500 cm-1. Pita biasanya terpusat
dekat 3000 cm-1 .
B. Amida
Posisi serapan gugus karbonil suatu amida beraneka ragam dan tergantung pada
sejauh mana pengikatan hydrogen antara molekul-molekul. Amida menunjukkan
puncak NH pada 3500 cm-1, terkadang berupa puncak kembar.
C. Ester
10
Ester menunjukkan pita karbonil yang khas dan suatu pita C-O. Pita C-O itu
dijumpai dalam daerah sidik jari, menunjukkan puncak yang kuat pada 1300-1110
cm-1.
D. Anhidrida asam
Anhidrida asam mempunyai dua gugus C=O, umumnya menunjukkan pita karbonil
rangkap dalam spectrum infra merahnya yaitu 2 puncak C=O pada 1818-1750 cm-1.
E. Aldehid
Aldehida mempunyai spektra senyawa karbonil yang sangat mirip dengan spektra
keton. Beda yang penting antara aldehida dan suatu keton adalah bahwa aldehida
mempunyai –H yang terikat pada karbon karbonil. Ikatan C-H istimewa ini
menunjukkan dua pita regang karakteristik yaitu puncak pada 2820-2900 cm-1 dan
2700-2780 cm-1, Kedua pita C-H ini runcing tetapi lemah.
3. Apabila tidak terdapat gugus karbonil :
A. Alkohol
Fenol menunjukkan serapan regang O-H, berupa puncak lebar pada 3700-3000
cm-1 . Alkohol dan fenol juga menunjukkan serapan C-O yang ditegaskan dengan
adanya puncak pada 1260-1000 cm-1.
B. Amina
Pada amina menunjukkan adanya puncak N-H pada 3500 cm-1 serapan regang
yang jelas pada sekitar 3700-3000 cm-1. Bila terdapat dua hydrogen pada suatu
nitrogen amina (amina primer, -NH2), serapan N-H Nampak sebagai pita kembar.
Jika terdapat hanya satu H pada N itu (amina sekunder, -NHR), maka hanya
terlihat satu pita saja. Tentu saja bila tak terdapat NH (amina tersier, R3N) tak
terdapat serapan regang pada daerah ini.
C. Eter
Eter mempunyai suatu pita dari serapan gugus C-O yang terletak pada daerah sidik jari pada 1260-1050 cm-1.
4. Apabila terdapat ikatan rangkap atau cincin aromatic
Ikatan karbon-karbon dan karbon-hidrogen
A. Ikatan karbon-karbon
11
Ikatan antara karbon sp2 (C=C) seringkali menunjukkan absorpsi karakteristik
pada puncak sekitar 1700-1600 cm-1.
Ikatan karbon-karbon aril, yaitu pada gugus aromatic ikatan antara karbon sp2
(C=C) menunjukkan serapan pada frekuensi yang sedikit lebih rendah, yaitu
pada puncak 1600-1450 cm-1 yang ditegaskan dengan adanya puncak daerah
C-H.
B. Ikatan karbon-hidrogen
Berbagai jenis ikatan C-H menunjukkan serapan di bagian tertentu dari
daerah regang C-H (3300-2700 cm-1)
Tabel. Serapan vibrasi regang C-H berbagai gugus fungsi
Jenis H v (cm-1) Intensitas pita
Ar − H 3030 Sedang
C ≡ C – H 3300 Tinggi
C = C – H 3040-3010 Sedang
−CH3 2960 dan 2870 Tinggi
CH2− 2930 dan 2850 Tinggi
≡ CH 2890 Rendah
Aldehid 2720 Rendah
Dari tabel tersebut terlihat bahwa vibrasi regang ikatan Ar−H , C≡C–H , C=C–H
contohnya pada gugus aromatic dan vinil mengabsorpsi di atas 3000 cm -1, sedangkan
ikatan C-H alifatik dan aldehida mengabsorpsi di bawah 3000 cm-1.
5. Apabila terdapat triple bond (ikatan rangkap 3)
A. Ikatan C≡N
Adanya ikatan C≡N menghasilkan adanya puncak tajam pada 2250 cm-1.
B. Ikatan C≡C
12
Adanya ikatan antara karbon sp (C≡C) menunjukkan adanya serapan lemah
terdapat puncak tajam pada 2150 cm-1 (rentang 2250-2100 cm-1) yang ditegaskan
dengan adanya ≡C-H pada 3300 cm-1.
6. Gugus Nitro
Terdapat dua puncak kuat pada 16500-1500 cm-1 dan 1390-1300 cm-1.
7. Hidrokarbon
a. Adanya puncak C-H pada 3000 cm-1, namun tidak spesifik mengingat hampir
semua senyawa organik memiliki gugus C-H.
b. Adanya puncak CH2 pada 1450 cm-1
c. Adanya puncak CH3 pada 1375 cm-1
13