i
STRUKTUR DRAMA “SEBELUM SEMBAHYANG” KARYA KECUK
ISMADI C.R. DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI SMA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun Oleh:
Sarta Saogo
NIM: 131224071
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
STRUKTUR DRAMA "SEBELUM SEMBAHYANG" KARYA
KECUK ISMADI C.R. DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA
DISMA
Disusun 0leh:
J
Sarta Saogo
131224071
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I
~'Drs. Petrus Hariyanto, M.Pd.
Rishep.~Dewi, S.Pd.,M.Hum.
ii
Tanggal: 8 Oktober 2018
I I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
STRUKTUR DRAMA "SEBELUM SEMBAHYANG"
KARYA KEeUK ISMADI c.R. DAN RENCANA
PEMBELAJARANNYA DI SMA
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Sarta Saogo
131224071
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
pada tanggal24 Oktober 2018
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap
Ketua
Sekretaris
Anggota 1
Anggota ~
Anggota 3
: Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.
: Drs. Petrus Hariyanto, M.Pd.
: Septina Krismawati. S.S., M.A.
: Drs. Petrus Hariyanto, M.Pd.
: Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.
Tl1a Tangan
~~/
.~Y"./. ..
.....~ .
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus atas berkat, anugerah, dan penyertaan-Nya sehingga
skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.
2. Kedua orangtuaku alm Bapak Tetek Saogo dan Ibu Erna Samaloisa yang
telah banyak memberikan doa, nasihat dan dukungan dari awal kuliah hingga
selesai.
3. Saudara/i saya di kepulauan Mentawai yang selalu memberikan doa dan
semangat untuk kuliah khusunya di dusun Beleraksok.
4. Romo, Bapak/ Ibu dan seluruh KBKK yang selalu mendorong, memotivasi
memberikan fasilitas dan bantuan beasiswa dari awal sampai selesai studi.
5. Orang tua angkat yang selalu memberikan bantuan dan nasihat.
6. Sahabat-sahabatku I Made Bagus M, Kornelis Mauk, Yulius Steven Balubun,
Rinto, dan Giovano Engko yang selalu memberikan dukungan dan semangat
dari awal kuliah dan menyelesaikan skripsi.
7. Seluruh teman-teman angkatan 2013 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesiaa.
8. Almamaterku, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Motto
Harapan menjadi kekuatan terbesar seseorang untuk mencapai impian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya l11enyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak l11el11uat karya atau bagian karya orang lain, kecuali disebutkan dalal11
kutipan dan daftar pustaka, sebagail11ana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Oktober 2018
Penulis
Sarta Saogo
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dhanna
Nama : Sarta Saogo
Nomor Mahasiswa : 131224071
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dhanna karya ilmiah saya yang beljudul:
STRUKTUR DRAMA "SEBELUM SEMBAHYANG" KARYA KECUK
ISMADI c.R. DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI SMA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya
memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara
terbatas, dan mempublikasikatmya di intemet atau media lain untuk kepentingan
akademis, tanpa perlu meminta izin dari saya maupun membelikan roya1ity
kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Yogyakarta, 24 Oktober 2018
Yat1g menyatakan
~(Sarta Saogo)
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Saogo, Sarta. 2018. “Struktur Drama ‘Sebelum Sembahyang’ Karya Kecuk
Ismadi C.R. dan Rencana Pembelajarannya di SMA”. Skripsi: PBSI.
FKIP. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menganalisis struktur drama “Sebelum Sembahyang” karya Kecuk
Ismadi C.R. Struktur drama “Sebelum Sembahyang” karya Kecuk Ismadi C.R.
meliputi alur, latar, karakter, bahasa, dan tema. Tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan setiap struktur dan rencana pembelajaran yang disebut Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau studi pustaka
karena penelitian ini mengkaji objek berupa bahan-bahan tertulis yaitu struktur
drama Teknik baca serta catat yang digunakan mengumpulkan data untuk
menemukan dan menguraikan struktur drama.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam drama “Sebelum
Sembahyang” karya Kecuk Ismadi C.R. terdapat enam tokoh, yaitu copet I, copet
II, copet III, copet IV, Kiai, dan wanita. Alur dalam drama ini meliputi delapan
tahapan, yaitu eksposisi, rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan, klimaks, leraian,
dan penyelesaian. Latar meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar
tempat dalam drama “Sebelum Sembahyang” ini terjadi di sebuah gang yang sepi
dekat masjid pada sebuah desa. Latar waktu dalam drama “Sebelum
Sembahyang” ini terjadi pada sore hari. Latar sosial dalam drama “Sebelum
Sembahyang” ini menyaran pada perilaku kehidupan masyarakat baik secara
positif dan negatif, terutama para remaja sama halnya kehidupan masyarakat di
dunia nyata pada umumnya. Karakter tokoh dalam drama “Sebelum Sembahyang”
ini meliputi umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, penampilan dan ciri khas. Bahasa
yang digunakan dalam drama “Sebelum Sembahyang” ini berdasarkan pilhan kata
yang sederhana, pola kalimat dan bentuk sintaksis. Tema drama “Sebelum
Sembahyang” ini masalah kehidupan para remaja yang berkaitan dengan
pengetahuan, kemampuan dan perkembangan jiwa remaja. Hasil analisis ini dapat
diimplementasikan sebagai bahan pembelajaran kelas XI semester II sastra di
SMA. Tujuan pembelajaran drama ini adalah mendeskripsikan struktur drama dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
merancang rencana pembelajaran siswa di kelas berbentuk Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) di SMA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Saogo, Sarta. 2018. The structure of the drama “ Sebelum Sembahyang” by
Kecuk Ismadi C.R.and plan for learning in high school. Thesis: FKIP.
Sanata Dharma University Yogyakarta.
This studi analyzes the structure of the drama “ Sebelum Sembahyang” by
Kecuk Ismadi C.R. the structure of the drama “ Sebelum Sembahyang” by Kecuk
Ismadi C.R. includes the plot, background, character, language, and theme. The
purpose of this study is to describe each structure and learning plan called the
Learning Implementation Plan (RPP).
The type of this study was library study or literature study, because this
study examined objects in the form of written materials, namely the structure of
the drama. The notes used to collect data to find and describe the structure of the
drama.
The results of this study indicated that in the drama "Sebelum
Sembahyang" by Kecuk Ismadi C.R. there were six figures, namely copet I, copet
II, copet III, copet IV, Kiai, and women. The plot in this drama included eight
stages, namely exposition, stimulation, grooming, typing, formulation, climax,
divorce, and resolution. The background included the setting of place, time setting
and social setting. The setting of place of the drama "Sebelum Sembahyang" was
in a quiet alley near a mosque in a village. The time setting of the drama
"Sebelum Sembahyang" was in the afternoon. The social setting of the drama
"Sebelum Sembahyang" expressed the positive and negative behavior of people's
lives, especially teenagers, as well as people's lives in the real world in general.
The characters of the drama "Sebelum Sembahyang" included age, gender, body
shape, appearance and characteristics. The language used in the drama "Sebelum
Sembahyang" was based on simple words, sentence patterns and syntactic forms.
The theme of the drama "Sebelum Sembahyang" was the problem of the lives of
teenagers related to the knowledge, abilities and mental development of
adolescents. The results of this analysis could be implemented as learning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
materials for class XI of semester II of literature in high school. The purpose of
this drama learning was to describe the structure of the drama and to design
student's lesson plan in the classroom in the form of lesson plan (RPP) in high
school.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
KATA PENGANTAR
Puji syukur pertama-tama penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa yang telah memberikan berkah-NYA sehingga skripsi yang berjudul
Srtuktur Drama Sebelum Sembahyang karya Kecuk Ismadi C.R. dan Rencana
Pembelajarannya di SMA dapat penulis selesaikan dengan lancar. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, juga sebagai dosen pembimbing kedua, atas kesabaran dalam
membimbing serta bersedia meluangkan waktu untuk membimbing,
memberikan solusi dan masukkan kepada penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
3. Drs. Petrus Hariyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing pertama, atas
kesabaran dalam membimbing serta bersedia meluangkan waktu untuk
membimbing, memberikan solusi dan masukkan kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Septina Krismawati, S.S., M.A. selaku dosen triangulator yang bersedia
meluangkan waktu untuk mengoreksi dan memberi masukan terhadap
data-data penelitian penulis.
5. Para dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang memberi
dan mengajarkan banyak ilmu kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Ternan-ternan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia angkatan 2013, yang
telah memberikall dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
Ull.
7. Segenap karyawan perpustakaan yang dengan sabar meminjamkan buku-
bukunya yang penulis butuhkan.
Penulis menyadmi bahwa dalmn penulisan skripsi ini tentu masih
banyak kekurangan. Penulis sangat mengharapkan ktitik dan saran yang
membangun demi penyempumaan skripsi ini.
Yogyakarta, 24 Oktober 2018
Penulis
~Sarta Saogo
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................................ vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................ x
KATA PENGANTAR ....................................................................................... xii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
1.5 Batasan Istilah ...................................................................................... 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1.6 Sistematika Penyajian .......................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 9
2.1 Penelitian yang Relevan ....................................................................... 9
2.2 Kajian Teori ......................................................................................... 12
2.2.1 Pengertian Struktur ........................................................................... 12
2.2.1.1 Alur ................................................................................................ 13
2.2.1.1.1 Paparan ............................................................................... 15
2.2.1.1.2 Rangsangan ........................................................................ 15
2.2.1.1.3 Gawatan ............................................................................. 15
2.2.1.1.4 Tikaian ............................................................................... 15
2.2.1.1.5 Rumitan .............................................................................. 16
2.2.1.1.6 Klimaks .............................................................................. 16
2.2.1.1.7 Leraian ............................................................................... 16
2.2.1.1.8 Peneyelesaian ..................................................................... 16
2.2.1.2 Karakter .......................................................................................... 16
2.2.1.3 Latar ............................................................................................... 17
2.2.1.3.1 Latar Tempat ...................................................................... 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
2.2.1.3.2 Latar Waktu ....................................................................... 18
2.2.1.3.3 Latar Sosial ........................................................................ 19
2.2.1.4 Bahasa ............................................................................................ 20
2.2.1.4.1 Pilihan Kata ........................................................................ 21
2.2.1.4.2 Pola Kalimat dan Bentuk Sintaksis .................................... 21
2.2.1.5 Tema .............................................................................................. 22
2.2.1.6 Keterkaitan Antarunsur Drama ...................................................... 22
2.2.1.6.1 Hubungan Alur dengan Unsur yang lain ........................... 23
2.2.1.6.2 Hubungan Latar dengan Unsur yang lain .......................... 23
2.2.1.6.3 Hubungan Karakter dengan Unsur yang lain ..................... 24
2.2.1.6.4 Hubungan Bahasa dengan Unsur yang lain ....................... 24
2.2.1.6.5 Hubungan Tema dengan Unsur yang lain .......................... 24
2.3 Kurikulum 2013 ................................................................................... 25
2.3.1 Pembelajaran di SMA .............................................................. 26
2.3.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).............................. 27
2.3.2.1 Pengertian RPP .................................................................. 27
2.3.2.2 Prinsip-prinsip Pengembangan RPP .................................. 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
2.3.2.3 Komponen dan Langkah-langkah Pengembangan RPP .... 29
BAB III METEODOLOGI PENELITIAN .................................................... 32
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 32
3.2 Subjek Penelitian ................................................................................. 32
3.3 Metode Penelitian ................................................................................ 33
3.4 Sumber Data ......................................................................................... 33
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 34
3.6 Instrumen Penelitian ............................................................................ 34
3.7 Teknik analisis Data ............................................................................. 35
3.8 Triangulasi Data Penelitian .................................................................. 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 36
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 36
4.2 Struktur Drama “Sebelum Sembahyang” ............................................ 37
4.2.1 Alur Drama “Sebelum Sembahyang” ............................................... 37
4.2.1.1 Eksposisi atau Paparan .......................................................... 37
4.2.1.2 Rangsangan ........................................................................... 38
4.2.1.3 Gawatan ................................................................................ 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
4.2.1.4 Tikaian .................................................................................. 39
4.2.1.5 Rumitan ................................................................................. 40
4.2.1.6 Klimaks ................................................................................. 40
4.2.1.7 Leraian .................................................................................. 41
4.2.1.8 Selesaian ............................................................................... 42
4.2.2 Latar Drama “Sebelum Sembahyang” .............................................. 42
4.2.2.1 Latar Tempat ......................................................................... 43
4.2.2.2 Latar Waktu .......................................................................... 43
4.2.2.3 Latar Sosial ........................................................................... 44
4.2.3 Karakter ............................................................................................. 44
4.2.3.1 Copet I ................................................................................... 45
4.2.3.2 Copet II ................................................................................. 45
4.2.3.3 Copet III ................................................................................ 46
4.2.3.4 Copet IV ................................................................................ 46
4.2.3.5 Kiai ........................................................................................ 47
4.2.3.6 Wanita ................................................................................... 48
4.2.4 Bahasa Drama “Sebelum Sembahyang” ........................................... 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
4.2.4.1 Pilihan Kata ........................................................................... 49
4.2.4.2 Pola Kalimat dan Bentuk Sintaksis ....................................... 50
4.2.5 Tema Drama “Sebelum Sembahyang” ............................................. 50
4.2.6 Hubungan Antarunsur Drama “Sebelum Sembahyang” ................... 51
4.2.6.1 Hubungan Alur dengan Unsur yang lain .............................. 51
4.2.6.2 Hubungan Latar dengan Unsur yang lain ............................. 52
4.2.6.3 Hubungan Karakter dengan Unsur yang lain ........................ 52
4.2.6.4 Hubungan Bahasa dengan Unsur yang lain .......................... 53
4.2.6.5 Hubungan Tema dengan Unsur yang lain ............................. 54
4.3 Rancangan Pembelajaran drama “Sebelum Sembahyang” karya Kecuk
Ismadi C.R dalam bentuk RPP di SMA .............................................. 55
4.3.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).............................. 55
4.3.2 Pembahasan .............................................................................. 56
4.3.2.1 Struktur Drama ................................................................... 56
4.3.2.2 Langkah-langkah Pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran ...................................................................... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 66
5.1 Simpulan ....................................................................................................... 66
5.2 Implikasi ....................................................................................................... 68
5.3 Saran ............................................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 70
LAMPIRAN .......................................................................................................
TEKS DRAMA “SEBELUM SEMBAHYANG” KARYA KECUK ISMADI
C.R ...................................................................................................................... 72
TRIANGULASI DATA .................................................................................... 79
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ....................................... 103
BIODATA PENULIS ........................................................................................ 117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra baik dalam bentuk puisi, prosa, maupun drama, semuanya
mengungkapkan sesuatu, menceritakan sesuatu (Wiyanto, 2002: 21). Untuk
menandai sesuatu yang diceritakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, masing-
masing karya sastra diberi judul. Khusus untuk karya sastra yang berbentuk
drama, istilah yang digunakan bukan judul melainkan lakon. Lakon drama
bersumber pada kehidupan manusia, yang sebenarnya merupakan penyajian ulang
kisah yang dialami manusia. Penyajian ulang tentu saja cerita drama di panggung
tidak akan sama dan sebangun dengan kehidupan manusia yang sesungguhnya di
masyarakat.
Seseorang yang membaca karya sastra berupa cerpen, novel, roman, atau
drama pikirannya akan terimainasi oleh alan cerita karya sastra tersebut. Pembaca
seakan ikut dalam cerita itu dan mengalami sendiri kejadian yang ada di
dalamnya. Seseorang yang membaca sebuah cerita rekaan dan mencoba
menghayatinya untuk semntara waktu, sebetulnya memutuskan hubungan dengan
dunia nyata, masuk ke dalam dunia tak nyata yang bersifat pribadi. Secara fisik,
pembaca pasif tetapi dengan tuntunan pencerita imajinasi pembaca aktif
mengikuti cerita-cerita dalam karya sastra tersebut (Sudjiman, 1988: 14). Siswa
SMA dapat menikmati keindahan karya sastra, karena sastra masuk dalam materi
mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Kurikulum Nasional mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia
berorientasi pada hakikat pembelajran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah begitu
penting sabagai sarana komunikasi antar anggota masyarakat dalam
menyampaikan ide dan perasaan secara lisan dan tulis (Martaulina, 2015: 9).
Drama merupakan salah satu subpokok bahasan materi mata pelajaran bahasa dan
Sastra Indonesia di SMA kelas XI semester II dengan menggunakan
KD 3.4 mengidentifikasi struktur drama baik lisan maupun tulisan. Drama tidak
lain merupakan karya sastra (Hendy, 1988: 4). Karena itu, memang tidak dapat
dipisahkan dari unsur sastra itu sendiri, yaitu karya yang menggunakan bahasa
yang indah, bernas, dan padat maknanya, serta bersifat imajinatif (yaitu
mengandung dan mendorong kita untuk menalarkan pikiran). Melalui drama
“Sebelum Sembahyang” karya Kecuk Ismadi C.R. siswa dapat berlatih
berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Selain itu,
drama ini menghadirkan isu-isu sosial dan keagamaan yang di mana dalam drama
ini terdapat konfliks tentang kenakalan empat anak remaja yang telah salah
memilih jalan hidup, yakni menjadi pencopet yang di mana perbuatan seperti itu
adalah perbuatan yang salah dan melanggar hukum. Terjerumusnya keempat
orang pencopet ini salah satu faktornya adalah karena jauh dari agama yang
disebabkan oleh didikan orang tua yang telah salah serta faktor-faktor lingkungan
lainnya.
Penelitian ini menelaah karya sastra drama, karena drama memberikan
pengenalan tentang manusia beserta problemnya (Hamzah, 1985: 169). Anak-
anak SMA merupakan masa remaja. Masa remaja merupakan masa peralihan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
masa kanak-kanak menjadi dewasa. Pengenalan manusia dan problemnya yang
diambil dari drama dapat membantu menyiapkan remaja berperan dalam
kehidupan sebagai anggota masyarakat (Hamzah, 1985: 170). Karya sastra drama
dapat membantu siswa-siswa SMA mempersiapkan diri menghadapi tugas dalam
masyarakat sesuai dengan perannya.
Menurut Harymawan (1988: 1), kata drama berasal dari bahasa Yunani
draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya: dan
“drama” berarti: perbuatan, tindakan. Menurut Soemanto (melalui Priyatni, 2010:
182), Istilah drama berasal dari kata drame (Perancis) yang digunakan untuk
menjelaskan lakon-lakon tentang kehidupan kelas menengah. Sebagai sebuah
bentuk karya sastra, penyajian drama berbeda dengan bentuk kesusastraan
lainnya, misalnya cerpen dan novel. Drama adalah cerita konflik manusia dalam
bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan
dan action dihapan penonton (Harymawan, 1988: 12). Drama adalah sebuah
kesenian yang menggambarkan sifat dan sikap manusia dengan gerak. Melalui
percakapan dan gerak yang disajikan dalam drama, penonton terbantu memahami
isi cerita drama.
Tujuan dari mempelajari drama adalah untuk memahami tokoh yang
diperankan sebaik-baiknya dalam sebuah pementasn. Perkembangan drama dan
kesusastraan memberikan peran yang positif sebagai simbol sastra itu sendiri
selain karya-karya lainnya. Drama merupakan peragaan tingkah laku manusia
yang mendasar, drama baru dapat disusun dan dipentaskan dengan berhasil jika
diikuti pengamatan yang teliti baik oleh penulis atau para pemainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Pementasan drama bagi siswa SMA di sekolah selain sebagai bahan
pembelajaran, merupakan pelatihan karakter yang harus diperankan sekaligus
memberikan gambaran mengenai penjiwaan karakter peran yang dimainkan.
Pemilihan bahan atau materi adalah salah satu penentu keberhasilan dalam
pengajaran sastra. Pemilihan bahan harus sesuai dengan kemampuan siswa pada
tahapan pengajaran tertentu. Karya sastra yang dipilih sebagai materi harus
diklarifikasi tingkat kesukarannya dengan kriteria tertentu. Di samping itu dalam
mempelajari drama, siswa juga memperoleh barbagai variasi dalam menganalisa
drama secara struktural dan dapat menjalin komunikasi antara guru dan siswa,
sehingga terjalin hubungan yang dinamis.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menganalis
struktur drama “Sebelum Sembahyang” karya Kecuk Ismadi C.R. berkaitan
dengan alur, karakter, latar, Bahasa, dan tema. Penulis sengaja menganalisis
struktur drama yang kiranya dapat digunakan untuk mengungkapkan makna
drama “Sebelum Sembahyang”. Kemudian struktur yang terdapat dalam drama
“Sebelum Sembahyang” tersebut dihubungkan pembelajaran satra dan diterapkan
sebagai alternative bahan pembelajaran di SMA.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana struktur drama “Sebelum Sembahyang” karya Kecuk Ismadi
C.R?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.2.2 Bagaimana rencana pembelajaran struktur drama “Sebelum Sembahyang”
karya Kecuk Ismadi C.R. di SMA?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut penelitian mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1.3.1 Mendeskripsikan struktur drama “Sebelum Sembahyang” karya Kecuk
Ismadi C.R.
1.3.2 Mendeskripsikan rencana pembelajaran struktur drama “Sebelum
Sembahyang” karya Kecuk Ismadi C.R di SMA.
1.4 Manfaat Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat
teoretis dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teori yang berkaitan
dengan struktur drama.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Pengajar
Dapat dijadikan salah satu rujukkan dalam pembelajaran mengenal sastra
sehingga membantu para guru meningkatkan kualitas dan kreatifitas siswa dalam
memberikan makna pada sebuah karya sastra, khususnya drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.4.2.2 Bagi Pembelajaran Sastra di SMA
Diharapkan dapat memberikan alternative materi pembelajaran sastra di SMA.
Bagi Pembaca
Untuk memperluas dan memperdalam wawasan dalam mengenal sastra dan
meningkatkan ketekunan dalam membaca.
1.4.2.3 Bagi peneliti lain
Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu acuan berbagai kepentingan dalam
bidang sastra selanjutnya yang berupa penelitian tentang kemampuan
menganalisis struktur-struktur drama pada jenjang Pendidikan.
1.5 Batasan Istilah
1.5.1 Drama
konfliks kehidupan manusia dan dituangkan dalam bentuk dialog untuk
dipentaskan dihadapan penonton (Pratiwi & Siswiyanti, 2014: 14).
1.5.2 Struktur
Struktur adalah tempat, hubungan, dan fungsi dari adegan-adegan di dalam
peristiwa-peristiwa dan di dalam satu kesatuan lakon (Satoto, 2012: 50).
1.5.3 Alur
Alur adalah rangkaian cerita yang bersifat kronologis, dibangun oleh urutan
waktu (Kosasih, 2014: 23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.5.4 Karakter
Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam
lakon drama (Wiyanto, 2002: 27).
1.5.5 Latar
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala keterangan, petunjuk, pengacuan
yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu
karya sastra membangun latar cerita (Sudjiman, 1988: 44).
1.5.6 Bahasa
Bahasa adalah sarana komunikasi antaranggota masyarakat dalam menyampaikan
ide dan perasaan secara lisan dan tulis (Martaulina, 2015: 9).
1.5.7 Tema
Tema adalah pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran pokok ini
dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang menarik (Wiyanto,
2002: 23).
1.5.8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi
dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus (Majid
dan Rochman, 2014: 261).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.6 Sistematika Penyajian
Penelitian ini akan disajikan dalam lima bab, dengan sistematika sebagai
berikut: untuk bab I berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah,
serta sistematika penyajian. Pada bab II berisikan landasan teori, yang terdiri atas
tinjauan pustaka, teori struktural, struktur drama, dan pembelajaran bagi siswa
SMA. Bab III berisikan berupa meteodologi penelitian yang terdiri atas
pendekatan, metode, pengumpulan data, dan sumber data. Bab IV berisikan
struktur drama “Sebelum Sembahyang” yang terdiri atas latar, alur, karakter,
bahasa, tema dan rencana pembelajaran drama “Sebelum Sembahyang” bagi
siswa SMA. Bab V simpulan, kritik, saran serta daftar pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang terdahulu masih relevan untuk dilaksanakan oleh peneliti
sekarang ini sebagai berikut. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Maria
Margareta Krismiati (2004) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Kedua,
penelitian yang dilakukan oleh Rintis Kartikajati (2004) Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Yuli Setiwan (2004)
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Keempat, penelitian yang dilakukan oleh
Bernadeta Vega Isti (2018) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Maria Margareta Krismiati (2004)
mengenai Struktur Drama “Tangis” Karya P. Hariyanto dan Implementasinya
sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMU. Peneliti ini menggunakan
pendekatan struktural yang bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan
keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra. Dari penelitian ini juga diketahui
dari aspek tokoh, terdapat tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh wirawan
atau wirawati. Dilihat dari aspek alur menggunakan alur lurus, karena dalam
drama tersebut ceritanya secara susul-menyusul berurutan. Dilhat dari aspek tema,
mengangkat masalah persahabat dan kekeluargaan antar teman. Pada bagian latar
yang digunakan ada tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Berdasarkan Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan dan peninjauan aspek
psikologis, aspek bahasa serta aspek latar belakang budaya, disimpulkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
drama “Tangis” dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra baik itu SMP
maupun SMA.
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Rintis Kartikajati (2004) meneliti
yang berkaitan tentang “Unsur Intrinsik Drama “Janji” Karya Djodi M. dan
Implementasinya dalam Silabus serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di
SMP. Penelitian tersebut berfokus pada sastra, khususnya unsur intrinsic sebuah
drama. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tersebut adalah
mendeskripsikan unsur intrinsik dan implementasinya dalam silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di SMP.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Yuli Setiawan (2004) meneliti yang
berkaitan tentang Tokoh, Alur, Latar, dan Tema Drama “Abu” karya B. Soelarto
Serta Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra di SMU. Struktur drama
“Abu” memuat realisasi unsur-unsur tokoh, alur, latar, dan tema. Penganalisan
tokoh yang dilakukan menghasilkan tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh
sentralnya terdiri dari protagonis dan antagonis, dan tokoh antiwirati. Alur drama
yang digunakan termasuk alur konvensional, yaitu menggunakan alur maju
(lurus). Berdasarkan aspek gaya bahasa, perkembangan psikologis, dan latar
belakang budaya siswa drama “Abu” khususnya mengenai aspek struktur berupa
tokoh dan tema dapat digunakan sebagai materi pembelajaran sastra di SMU kelas
II semester II. Dari tujuan dan butir pembelajaran itu dapat disusun, yaitu (1)
siswa dapat menyebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam drama “Abu”, (2)
siswa dapat menentukan tokoh utama dan tokoh bawahan yang terdapat dalam
drama “Abu”, (3) siswa dapat menyebutkan bagaimana penokohan yang terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dalam drama “Abu”, dan (4) siswa dapat menemukan tema yang terkandung
dalam drama “Abu”.
Penelitian yang keempat dilakukan oleh Bernadeta Vega Isti (2018)
meneliti Analisis Karakter dan Alur Drama “Sebelum Sembahyang” Karya
Kecuk Ismadi C.R. dan Rencana Pembelajarannya Dengan Metode Inkuiri Untuk
Siswa Kelas XI Semester I SMA Stella Duce Bantul Yogyakarta. Dalam penelitian
ini mendeskripsikan hasil analisis karakter dan alur pada “Sebelum Sembahyang’
karya Kecuk Ismadi C.R. serta penerapan pembelajaran karakter dan alur dengan
metode inkuiri yang diterapkan melalui silabus dan RPP. Jenis penelitiannya
adalah studi kepustakaan, sedangkan metode yang digunakan untuk pembelajaran
yang dirancang adalah metode inkuiri.
Penelitian yang dilakukan peneliti, menganalisis struktur drama “Sebelum
Sembahyang” karya Kecuk Ismadi C.R. dan rencana pembelajarannya di SMA.
Penelitian ini bertujuan untuk: mendeskripsikan struktur drama “Sebelum
Sembahyang” karya Kecuk Ismadi C.R. serta rencana pembelajaran struktur
drama “Sebelum Sembahyang” karya Kecuk Ismadi C.R di SMA. Peneliti
berfokus pada struktur drama meliputi, alur, karakter, latar, bahasa, dan tema serta
rencana pembelajaran di SMA kelas XI semester II dengan KD 3.4
mengidentifikasi struktur drama baik lisan maupun tulisan. menggunakan
kurikulum 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Pengertian Struktur
Menurut Pradopo (1987: 18), struktur adalah unsur-unsur yang bersistem.
Unsur-unsur tersebut terdiri dari tokoh dan penokohan, alur, tema, dan sudut
pandang. Menurut Nurgiyantoro (1995: 36), struktur karya sastra adalah
hubungan antara unsur intrinsik yang bersifat timbal balik, saling menentukan,
saling memengaruhi, yang secara Bersama membentuk kesatuan yang utuh.
Struktur merupakan komponen paling utama, dan merupakan prinsip
kesatuan lakuan (unity of action) dalam drama (Satoto, 1985: 14). Sistematika
pembicaraannya dilakukan dalam hubungannya dengan alur (plot) dan penokohan
(karakterisasi). Unsur-unsur penting yang membina struktur sebuah drama dapat
disimpulkan tema dan amanat, alur (plot), penokohan (karakterisasi, perwatakan),
dan pertikaian atau konflik serta setting (Ali dalam Satoto, 2012: 9).
Paul M Lovitt (melalui Satoto, 2012: 9) mengemukakan bahwa adegan di
dalam lakon merupakan hubungan unsur-unsur yang tersusun ke dalam satu
kesatuan. Tegasnya, “struktur” lakon adalah tempat hubungan dan fungsi dari
adegan-adegan di dalam peristiwa-perisriwa dan di dalam satu keseluruhan lakon.
Secara keseluruhan dari berbagai pendapat bahwa struktur drama adalah unsur-
unsur dalam satu kesatuan yang saling mempengaruhi untuk menghasilkan sebuah
cerita yang menarik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2.2.1.1 Alur
Menurut Hendy (1988: 6), alur (plot) ialah pertalian sebab-akibat dalam
sebuah cerita. Alur memandu rangkaian cerita atau peristiwa yang terjalin secara
seksama yang menggerakan jalan cerita dari awal (pengenalan), konflik, rumitan,
klimaks, dan penyelesaian (denomen). Luxemburg, dkk (1984: 149), yang
dinamakan alur ialah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan
peristiwa yang secara logic dan kronologik saling berkaitan dan yang diakibatkan
atau dialami oleh para pelaku.
Alur dalam drama sama dengan yang ada pada bentuk sastra lain, maka
harus bergerak maju dari permulaan (beginning), pertengahan (middle), dan
menuju akhir (ending) (Priyatni, 2010: 187). Alur dalam sebuah pertunjukkan
sama dengan alur novel atau cerpen, yaitu rentetan peristiwa yang terjadi dari
awal sampai dengan akhir yang memiliki hubungan sebab akibat. Namun, alur
drama mempunyai kekhususan dibandingkan dengan alur fiksi. Kekhususan itu
disebabkan oleh karakterisitik drama yang memang unik. Secara garis besar
drama memiliki alur, yaitu (1) klasifikasi atau introduksi. Bagian ini memberikan
kesempatan kepada penonton untuk mengetahui tokoh-tokoh utama serta peran
yang dibawakan mereka, dan memberi pengenalan terhadap permulaan masalah
atau konflik. (2) konflik. Pelaku cerita mulai terlibat dalam suatu masalah pokok.
Di sini mulai terjadi insiden. (3) komplikasi. Terjadilah persoalan baru dalam
cerita, atau disebut juga rising action. Beberapa watak mulai memperlihatkan
pertentangan saling memengaruhi, dan berkeinginan membawa kebenaran ke
pihak masing-masing sehingga terjadilah krisis demi krisis. Setiap krisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kecenderungan melampaui yang lain, namun satu krisis lahir disebabkan oleh
yang lain itu sebabnya dinamakan komplikasi. (4) penyelesaian (denoument).
Setiap segi pertentangan diadakan penyelesaian dan dicarikan jalan keluar.
Penyelesaian bisa sedih bisa juga menggembirakan.
Peristiwa yang diurutkan itu membangun tulang punggung cerita, yaitu
alur (Sudjiman, 1988: 29). Alur merupakan rentetan kejadian suatu peristiwa yang
tersusun menurut urutan waktu terjadinya, tidak semua kejadian di dalam hidup
tokoh ditampilkan secara berurutan sejak kelahiran si tokoh. Walaupun cerita
rekaan berbagai ragam coraknya, ada pola-pola tertentu yang hampir selalu
terdapat di dalam sebuah cerita rekaan (Sudjiman, 1988: 30).
Struktur umum alur menurut Sudjiman digambarkan sebagai berikut.
Paparan (exposition)
Awal Rangsangan (inciting moment)
Gawatan (rising action)
Tikaian (conflict)
Tengah Rumitan (complication)
Klimaks
Akhir Leraian (falling action)
Selesaian (denouement)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2.2.1.1.1 Paparan (exposition)
Eksposisi atau paparan adalah bagian karya sastra drama yang berisi
tentang keterangan tokoh-tokoh serta latar. Biasanya eksposisi terletak bagian
awal karya satra. Pengarang memperkenalkan para tokoh serta menjelaskan
tempat peristiwa dan memberikan gambaran yang akan terjadi pada cerita
tersebut.
2.2.1.1.2 Rangsangan (inciting moment)
Rangsangan adalah tahap alur ketika muncul kekuatan, kehendak,
tantangan yang muncul dalam sebuah drama. atau rangsangan bisa dikatakan
peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan. Peristiwa ini sering ditimbulkan
oleh masuknya tokoh baru atau datangnya berita yang merusak keadaan.
2.2.1.1.3 Gawatan (rising action)
Yang dimaksud dengan gawatan adalah ketidakpastian yang
berkepanjangan dan semakin menjadi-jadi. Dengan adanya tegangan menjadikan
penonton menyebabkan terpancing keingintahuannya akan kelanjutan cerita serta
penyelesaian masalah yang dihadapi tokoh.
2.2.1.1.4 Tikaian (conflict)
Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua
kekuatan yang bertentangan satu diantaranya diwakili oleh manusia atau pribadi
yang biasanya menjadi protagonist dalam cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2.2.1.1.5 Rumitan (complication)
Rumitan adalah pemaparan tahapan ketika suasana semakin panas karena
konflik semakin mendekati puncaknya. Rumitan mempersiapkan penonton untuk
menerima dampak dari klimaks.
2.2.1.1.6 Klimaks
Klimaks adalah titik puncak sebuah cerita. Peristiwa dalam tahap ini
adalah mengubah dari nasib seorang tokoh. Rumitan merupakan puncak yang
diikuti krisis atau titik balik.
2.2.1.1.7 Leraian (falling action)
Leraian adalah bagian struktur alur sesudah tercapai klimaks dan krisi,
merupakan peristiwa yang menunjukan perkembangan kearah selesaian. Di dalam
tahap ini kadar pertentangan yang terjadi mereda.
2.2.1.1.8 Selesaian (denouement)
Selesaian merupakan bagian akhir dari alur sebuah drama. Dalam tahap
segala kesalahapahaman atau rahasia yang berkaitan dengan alur cerita dapat
diketahui.
2.2.1.2 Karakter
Keberadaan karakter dalam drama sama pentingnya dengan alur tersebut.
Aristoteles (melalui Else, 2003: 41) mengatakan bahwa nilai penting drama
setelah alur adalah karakter. Sebuah drama adalah mimesis dari sebuah tindakan.
Proses imitasi tersebut dilakukan oleh karakter dan termuat dalam bangunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
peristiwa atau alur. Dengan demikian, kehadiran karakter sangat diperlukan arena
sebuah peristiwa tidak akan terjadi tanpa karakter. Sebuah drama setidaknya harus
memilih karakter protagonis dan karakter antagonis (Hamzah, 1985: 106).
Menurut Wiyanto (2002: 27), karakter atau perwatakan adalah
keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Seorang tokoh bisa
saja berwatak sabar, ramah, dan suka menolong. Sebaliknya, bisa saja tokoh
berwatak pemberang, suka marah, dan keji. Karakter ini diciptakan penulis lakon
untuk diwujudkan oleh pemain (aktor) yang memerankan tokoh itu. Agar dapat
mewujudkannya, pemain harus memahami benar karakter yang dikehendaki
penulis lakon drama. Untuk itu, dia perlu menafsirkan, membanding-bandingkan,
dan menyimpulkan watak tokoh yang diperankan, lalu mencoba-coba
memerankannya. Hal ini harus dilakukan supaya penampilannya benar-benar
seperti tokoh yang diperankan, persis seperti tokoh sesungguhnya.
2.2.1.3 Latar
Suatu cerita dapat terjadi pada suatu tempat atau lingkungan tertentu.
Tempat dalam hal ini mempunyai ruang lingkup yang sangat luas termasuk nama
kota, desa, sungai, gunung, lembah, sekolah, rumah, took, dan lain-lain. Unsur
tempat sangat mendukung terhadap perwatakan tema, alur, serta unsur yang lain.
Seseorang yang hidup di lingkungan sekolah tentu secara umum akan mempunyai
watak yang berbeda dengan orang yang tinggal di lingkungan kebun. Atau
seseorang yang dibesarkan di desa tentu akan memiliki watak yang berbeda
dengan orang yang lahir dan dibesarkan di kota (secara umum).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat,
waktu, dan sosial (Nurgiyantoro, 2007: 227). Ketiga unsur itu walaupun masing-
masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara
sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan
yang lainnya.
2.2.1.3.1 Latar Tempat
Menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat
dengan nama-nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama
jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah
mencerminkan atau paling tidak tak bertentangan dengan sifat dan keadaan
geografis tempat yang bersangkutan. Masing-masing tempat tentu saja memiliki
karakteristiknya sendiri yang membedakannya dengan tempat-tempat yang lain.
2.2.1.3.2 Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut
biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya dengan
peristiwa sejarah. Latar waktu dalam fiksi dapat menjadi dominan dan fungsional
jika digarap secara teliti, terutama jika dihubungkan dengan waktu sejarah.
Namun, hal itu juga membawa sebuah konsekuensi: sesuatu yang diceritakan
harus sesuai dengan perkembangan sejarah. Segala sesuatu yang menyangkut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
hubungan waktu, langsung atau tidak langsung, harus berkesesuaian dengan
waktu sejarah yang menjadi acuannya.
Akhirnya, latar waktu harus juga dikaitkan dengan latar tempat (juga
sosial) sebab pada kenyataannya memang saling berkaitan. Keadaan suatu yang
diceritakan mau tidak mau harus mengacu pada waktu tertentu karena tempat itu
akan berubah sejalan dengan perubahan waktu.
2.2.1.3.3 Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan social masyarakat mencakup berbagai masalah dalam
lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat,
tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain
yang tergolong latar spiritual seperti yang dikemukakan sebelumnya. Disamping
itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan,
misalnya rendah, menengah, atau atas.
Latar bukanlah hanya sebagai pelengkap dalam suatu cerita. Unsur ini
sangat mendukung terhadap unsur yang lain, seperti: tokoh dan tema. Tempat
terjadinya suatu peristiwa, waktu terjadinya suatu peristiwa dalam cerita tentu
tidak dipilih begitu saja oleh pengarang, tetapi juga disesuaikan oleh tindakan
tokoh cerita, pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang, atau hal lainnya.
Keberhasilan suatu cerita tentu sangat tergantung kepada keharmonisan
(keterpaduan) unsur-unsur intrinsik drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2.2.1.4 Bahasa
Menurut Nurgiyantoro (1995 : 272), bahasa merupakan sarana
pengungkapan sastra. Sastra lebih sekedar bahasa, deretan kata, namun unsur
kelebihannya hanya dapat diungkapkan dan ditafsirkan melalui bahasa. Bahasa
dalam sastra pun mengemban fungsi utama sebagai alat komunikasi. Begitu
pentingnya bahasa sebagai sarana komunikasi batasan atau pengertian bahasa
adalah sarana komunikasi antaranggota masyarakat dalam menyampaikan ide dan
perasaan secara lisan dan tulis (Martaulina, 2015: 9).
Bahasa adalah rangkaian system bunyi atau symbol yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia, yang memiliki makna dan secara konvensional digunakan oleh
sekelompok manusia (penutur) untuk berkomunikasi (melahirkan pikiran dan
perasaan) kepada orang lain (Suyanto, 2016: 15).
Menurut Wiyanto (2002: 29), naskah drama diwujudkan dari bahan dasar
bahasa. Dengan demikian, penulis lakon drama sebenarnya menggunakan bahasa.
Dalam wujudnya yang nyata, menggunakan bahasa itu menyampaikan kalimat-
kalimat terdiri dari kata-kata. Kata-kata inilah yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan karena kata mewakili makna. karena itu, penulis lakon drama harus
pandai memilih kata yang tepat sesuai dengan makna yang ingin disampaikannya
dan pandai merangkaikannya menjadi kalimat yang komunikatif dan efektif.
Bahasa sebagai bahan dasar diolah untuk menghasilkan lakon drama.
Karena itu, penulis lakon harus mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan
bahasa, misalnya ragam lisan dan ragam tulis, ragam resmi dan ragam tak resmi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Pengetahuan tentang hal itu sangat penting untuk menulis dialog. Dialog harus
ditulis denga ragam bahasa yang tepat sesuai dengan siapa yang berbicara, tempat
pembicaraan itu berlangsung, dan masalah yang dibicarakan. Semua itu
menentukan ragam bahasa yang dipakai. Juga, penulis perlu mengetahui dialek
dan majas. Pengetahuan tentang Bahasa dan keterampilan menggunakannya
menjadi syarat utama bagi penulis lakon drama.
Secara khusus penggunaan bahasa dalam karya sastra meliputi beberapa hal.
2.2.1.4.1 Pilihan Kata
Pilihan kata di dalam penggunaan bahasa, yaitu dengan menggunakan
kata-kata yang lugas dan konkret serta mudah dipahami arti katanya.
2.2.1.4.2 Pola Kalimat dan Bentuk Sintaksis
Bahasa di sini tidak hanya terdiri dari kalimat pokok saja, tetapi terdiri dari
beberapa kalimat pokok yang dihubungkan dengan kata penghubung dan kalimat
bawahan. Pembalikan kalimat dan penghilangan kata juga termasuk di dalam pola
kalimat maupun bentuk sintaksisnya (Kartikajati, 2009: 24-26).
Jadi bahasa sangatlah berperan penting dalam setiap hal, termasuk dalam
drama “Sebelum Sembahyang” bahasa terdapat kata maupun kalimat yang
nantinya digunakan oleh tokoh untuk berkomunikasi. setiap dialog berupa bahasa-
bahasa yang mempunyai makna. Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan uga
sebagai bahan pembelaaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2.2.1.5 Tema
Menurut Oemarjati (1969: 65), tema adalah keseluruhan cerita dan
kejadian serta aspek-aspeknya, sebagaimana diangkat pencipta dari sejumlah
kejadian yang ada, untuk dijadikan dasar lakonnya: inheren dalam tema adalah
saham-saham watak dan situasi. Bila dihubungkan dengan topik dan judul, tema
merupakan induknya, sedangkan topik dan judul berada pada level di bawah tema
(Nurbaya, 2011: 41-42).
Alasan pengarang hendak menyajikan cerita ialah hendak mengemukakan
suatu gagasan. Gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasar suatu karya sastra
itu yang disebut tema (Sudjiman, 1988: 50). Adanya tema membuat karya lebih
penting daripada sekedar hiburan.
Menurut Wiyanto (2002: 23), tema adalah pikiran pokok yang mendasari
lakon drama. pikiran pokok ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi
cerita yang menarik. Jadi, seorang penulis harus lebih dulu tema yang akan
dikembangkannya. Untuk menemukan tema dalam karya sastra harus disimpulkan
dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu saja.
Tema tidak sama dengan cerita tetapi tema merupakan dasar cerita, dan cerita
disusun berdasarkan tema yang ada. Dengan demikian, dapat menyampaikan
tema, makna, atau tujuan penulis cerita fiksi.
2.2.1.6 Hubungan Antarunsur Drama
Dalam naskah drama “Sebelum Sembahyang” karya Kecuk Ismadi C.R.
setiap unsur saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
beberapa tokoh dengan wataknya masing-masing, pembaca bisa berimajinasi pada
tokoh-tokoh baik itu para copet, Kiai, dan wanita muslim. Begitupula dengan alur
yang secara bertahap memaparkan rangkaian peristiwa dalam naskah drama
seolah-olah pembaca ikut dalam setiap kejadian yang terjadi di sebuah gang sepi
dekat masjid pada sebuah desa.
2.2.1.6.1 Hubungan Alur dengan Unsur yang lain
Alur dibicarakan terpisah dari penokohan dan sebagainya, pemisahan itu
sesungguhnya bersifat artifisial. Di dalam sebuah cerita unsur-unsur itu tidak
terlepas-lepas. Di dalam perkembangan cerita selalu ada interaksi antar unsur-
unsur cerita. Tentang tokoh dan alur, misalnya sulitlah mengatakan dengan pasti
mana yang lebih dahulu ada: tokoh atau alur. Ketika membicarakan sarana
pengikat peristiwa telah disinggung-singgung hubungan alur dengan tokoh dan
alur dengan tema (Kartikajati, 2009:29).
2.2.1.6.2 Hubungan Latar dengan Unsur yang lain
Meskipun di dalam suatu cerita rekaan boleh jadi latar, merupakan unsur
dominan, latar itu tidak pernah berdiri sendiri. Unsur latar merupakan bagian dari
suatu keutuhan artistic yang harus dipahami hubungannya dengan unsur-unsur
lain. Latar dapat menentukan tipe tokoh cerita, sebaliknya juga tipe tokoh tertentu
menghendaki latar yang tertentu pula. Latar juga mengungkapkan watak tokoh.
Dengan demikian latar sebagai unsur cerita dinamis yang dapat membantu
pengembangan unsur-unsur lainnya. Hubungannya dengan unsur-unsur itu boleh
jadi selaras, boleh jadi pula berkontras (Kartikajati, 2009:29).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2.2.1.6.3 Hubungan Karakter dengan Unsur yang lain
Untuk membuat karakter-karakter yang meyakinkan, pengarang harus
melengkapi diri dengan pengetahuannya luar dan dalam tentang sifat tabiat
manusia, serta tentang kebiasaan bertindak dan berujar di dalam lingkungan
masyarakat yang hendak digunakannya sebagai latar. Karakter dan latar memang
merupakan dua unsur cerita rekaan yang erat hubungannya dan tunjang-
menunjang (Kartikajati, 2009:28).
2.2.1.6.4 Hubungan Bahasa dengan Unsur yang lain
Bahasa berperan besar dalam mengungkapkan buah pikiran pengarang.
Kadang-kadang tokoh cerita menyinggung secara langsung atau tidak langsung
masalah, gagasan, dan pesan yang ingin disampaikan pengarang. Pembaca akan
menyimpulkan buah pikiran itu terutama melalui bahasa tokoh cerita (Kartikajati,
2009:30).
2.2.1.6.5 Hubungan Tema dengan Unsur yang lain
Unsur tema dalam karya sastra drama yang terdiri dari masalah, pendapat
dan pesan pengarang itu secara langsung disimak oleh pembaca atau penonton
yang baik. Unsur tema itu disimak sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan lagi dan menjadi kekayaan rohani pembaca. Di samping merupakan
nilai yang diterima oleh pembaca, tema pengarang itu memiliki pula beberapa
fungsi terhadap unsur-unsur drama lainnya. Tema merupakan tujuan akhir yang
harus diungkapkan oleh alur, karakter, maupun bahasa (Kartikajati, 2009:30).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2.3 Kurikulum 2013
Menurut Palupi (2016: 1), kurikulum merupakan komponen penting dalam
sistem pendidikan formal atau dikenal sebagai system persekolahan. Di dalamnya
terdapat rencana pembelajaran yang mengarahkan guru dalam melaksanakan
pembelajaran kepada siswa agar mereka memiliki kesiapan pribadi dan
kemampuan sesuai kebutuhan masyarakat.
Kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah
pendidikan (Fadlillah, 2014: 13). Berhasil dan tidaknya sebuah pendidikan sangat
bergantung pada kurikulum yang digunakan. Tanpa adanya kurikulum mustahil
Pendidikan akan dapat berjalan dengan baik, efektif, dan efisien sesuai yang
diharapkan. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan itulah, pemerintah melalui
Kemendikbud berusaha sekuat tenaga untuk menyusun, mengembangkan dan
menetapkan sebuah kurikulum yang berlaku pada tahun pelajaran 2013/2014.
Kurikulum baru ini diperkenalkan oleh pemerintah dengan sebutan kurikulum
2013.
Menurut Fadlillah (2014: 16), kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru
yang mulai ditetapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah
pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik Kurikulum
Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Hanya saja yang menjadi titik tekan pada
Kurikulum 2013 ini adalah adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan
hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Adapun dimensi ketiga aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan dapat
dilihat khususnya pada jenjang SMA/MA/SKM, SKL.
2.3.1 Dimensi Sikap, memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang
beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan dirinya sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
2.3.2 Keterampilan, memiliki kemampuan piker dan tindak yang efektif dan
kreatif dalam ranah abstrak dan konkret terkait dengan pengembangan
diri yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri.
2.3.3 Pengetahuan, memiliki kemampuan prosedural dan metakognitif dalam
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan
kemanusian, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian.
2.3.1 Pembelajaran Drama di SMA
Drama mudah disesuaikan untuk dimainkan dan dinikmati masyarakat
segala umur, drama sangat tinggi nilai pendidikannya. Drama baru dapat disusun
dan dipentaskan dengan berhasil jika diikuti dengan pengamatan yang teliti baik
oleh penulis maupun pemainnya. Tokoh-tokoh Pendidikan melihat bentuk sastra
ini sebagai suatu wadah bagi generasi muda dalam menuju kedewasaan, dengan
melakukan berbagai macam peran yang perlu dipahami benar. Meskipun
barangkali tidak terlalu sulit bagi guru untuk menyiapkan para siswanya
memasuki bidang drama dengan baik, tetapi kiranya tidaklah mudah untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
memilih bahan yang akan disajikan, metode yang akan dipakai bagaimana
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi para siswa.
Tujuan utama dalam mempelajari drama adalah untuk memahami
bagaimana suatu tokoh harus diperankan dengan sebaik-baiknya dalam suatu
pementasan. Untuk mempelajari pementasan ini memang tidak selalu mudah,
terutama bagi siswa yang sama sekali belum mengenal pelik-pelik keadaan suatu
pementasan drama. Untuk itu seorang guru (pelatih) drama bertanggung jawab
untuk memperkenalkan apa itu drama. Dalam memperkenalkan drama, tentu
harus mengacu dan disesuaikan kurikulum yang sedang diajarkan.
2.3.2 Rencana Pelaksnaan Pembelajaran (RPP)
Dalam kurikulum 2013, pengembangan silabus tidak lagi oleh guru, tetapi
sudah disiapkan oleh tim pengembang kurikulum, baik ditingkat pusat maupun
wilayah (Mulyasa, 2013: 80). Dengan demikian, guru tinggal mengembangkan
RPP berdasarkan buku panduan guru, buku panduan siswa dan buku sumber yang
semuanya telah disiapkan.
2.3.2.1 Pengertian RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi
dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus (Majid
dan Rochman, 2014: 261). Rencana pelaksanaan pembelajaran atau yang dikenal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dengan istilah RPP merupakan suatu bentuk perencanaan pembelajaran yang akan
dilaksanakan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran (Fadlillah, 2014: 143).
2.3.2.2 Prinsip-prinsip Pengembangan RPP
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau meyususn RPP dapat
dijelaskan sebagai berikut.
2.3.2.2.1 Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan
awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan
social, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang
budaya, norma, nilai, dan / atau lingkungan peserta didik.
2.3.2.2.2 Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan
semnagat belajar.
2.3.2.2.3 Mengembangkan budaya membaca dan menulis
Proses pembelajarn dirancang untuk mengembangkan kegemaran
membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk
tulisan.
2.3.2.2.4 Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan
program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan
remadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2.3.2.2.5 Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaiatan dan keterpaduan antara
SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian
kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman
belajar. RPP disusun dengan mengakomodasi pembelajaran tematik, keterpaduan
lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
2.3.2.2.6 Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi
dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi
dan kondisi.
2.3.2.3 Komponen dan Langkah-langkah Pengembangan RPP
Berbagai langkah-langkah penyusunan RPP dapat dijelaskan sebagai berikut.
2.3.2.3.1 Mencantumkan identitas
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : XI/ II
Standar Kompetensi :
Kompetensi Dasar :
Indikator :
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2.3.2.3.2 Mencantumkan tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran memuat pengusaan kompetensi ang bersifat
operasional yang ditargetkan/ dicapai dalam RPP (Majid & Rochman, 2014: 262).
Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan mengacu pada rumusan yang terdapat
dalam indikator, dalam bentuk pernyataan opersional. Tujuan pembelajaran dalam
RPP ini diharapkan siswa dapat mendeskripsikan struktur-struktur yang terdapat
dalam teks drama.
2.3.2.3.3 Mencantumkan materi pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Materi dalam RPP merupakan pengembangan dari materi pokok
yang terdapat dalam silabus (Majid & Rochman, 2014: 263).
2.3.2.3.4 Mencantumkan model/ metode pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula
diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada
karakteristik pendekatan atau strategi yang dipilih untuk diajarkan kepada peserta
didik (Majid & Rochman, 2014: 263).
2.3.2.3.5 Mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
Untuk mencapai satu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-
langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah memuat
pendahuluan/kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dan masing-
masing disertai alokasi waktu yang dibutuhkan. Akan tetapi, dimungkinkan dalam
seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model yang dipilih,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
menggunakan sintaksis yang sesuai dengan modelnya. Selain itu, apabila kegiatan
disiapkan untuk lebih dari satu kali pertemuan, hendaknya diperjelas pertemuan
ke-1, ke-2 atau ke-3 (Majid & Rochman, 2014: 263).
2.3.2.3.6 Mencatumkan media/ alat/ bahan/ sumber belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang terdapat dalam
silabus. Jika memungkinkan, dalam satu perencanaan disiapkan media, alat/bahan,
dan sumber belajar. Oleh karena itu, guru harus memahami secara benar
pengertian media, alat/bahan, dan sumber belajar (Majid &Rochman, 2014: 263).
2.3.2.3.7 Mencantumkan penilaian
Penilaian dijabarkan atas jenis/teknik penilaian, bentuk instrumen yang
digunakan untuk mengukur ketercapaian indicator dan tujuan pembelajaran.
Dalam penyajiannya dapat dituangkan dalam bentuk matriks horizontal maupun
vertikal (Majid &Rochman, 2014: 263-264).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (field research).
Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan
literature (kepustakaan), baik berupa buku, cacatan, maupun laporan hasil
penelitian dari hasil penelitian terdahulu (Kartikajati, 2009). Penelitian ini
menggunakan literatur berupa buku-buku yang membahas mengenai sastra dalam
bentuk prosa, puisi maupun drama. penelitian kepustakaan menggunakan data-data
atau bahan-bahan yang diperlukan dalam penyelesaian penelitian berasal dari
kepustakaan baik berupa buku-buku, ensiklopedi, kamus, jurnal, dokumen, majalah
dan lain sebagainya (Hadi, 1990).
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah drama “Sebelum Sembahyang” karya Kecuk
Ismadi C.R. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
struktural. Dalam pendekatan struktural konsep fungsi memegang peranan penting,
artinya unsur-unsur sebagai ciri khas teori tersebut dapat berperan secara maksimal
semata-mata dengan adanya fungsi, yaitu dalam rangka menunjukan hubungan
antar unsur-unsur yang terlibat (Johnson, 1990: 168).
Menurut Wiyatmi (2006: 89), pendekatan struktural adalah pendekatan
yang memandang dan memahami karya sastra dari segi struktur karya sastra itu
sendiri. Dalam penerapannya, pendekatan ini memahami karya sastra secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
tertutup tanpa melihat pengarangnya, hubungannya dengan realistis, maupun
pembaca.
3.3 Metode Penelitian
Suatu penelitian pastinya menggunakan metode. Metode diartikan sebagai
sebuah prosedur yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan (Krissandi, 2017:
28). Dalam pengertian yang lebih luas, metode dianggap sebagai cara-cara, strategi
untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan
rangkaian sebab akibat berikutnya (Ratna, 2004: 24). Sebagai alat, sama dengan
teori, metode berfungsi menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah
dipecahkan dan dipahami. Berdasarkan sumber bahan yang digunakan, penelitian
ini adalah peneliian kepustakaan atau disebut dengan studi pustaka. Penelitian studi
pustaka adalah penelitian yang mengkaji objek kajian berupa bahan-bahan tertulis
(Koentjaraningrat, 1991: 44).
3.4 Sumber Data
Pengumpulan data bertujuan memecahkan masalah peneitian. Sumber
tertulisnya adalah buku-buku kesusastraan yang memuat uraian atau data tentang
struktur dalam teks drama. Drama “Sebelum Sembahyang” merupakan drama bagi
remaja yang dikarang oleh Kecuk Ismadi C.R. Drama ini satu kumpulan dengan
beberapa drama lainnya, karena cerita yang ada dalam kumpulan drama tersebut
mempunyai satu kesamaan yaitu bagi kaum remaja serta sangat cocok untuk
pembelajaran drama, baik SMP maupun SMA. Kumpulan drama yang diterbitkan
pada tahun 1998 oleh Gramedia dibawah editor A. Rumadi dengan menampilkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
17 teks drama yang dikarang oleh beberapa pengarang salah satunya adalah Kecuk
Ismadi C.R.
Judul Buku : Kumpulan Drama Remaja
Editor Buku : A. Rumadi
Halaman Drama dalam Buku : 61‒ 67
Judul Drama : “Sebelum Sembahyang”
Pengarang Drama : Kecuk Ismadi C.R.
Penerbit Buku : Gramedia
Tahun Terbit : 1988
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca
dan teknik catat. Teknik baca adalah suatu kegiatan melihat bahan-bahan tertulis
berupa buku, karya ilmiah, surat kabar dan sebagianya. Setelah itu, dilakukan
kegiatan pencatatan itulah yang disebut teknik catat (Sudaryanto, 1993: 135).
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut sistematis
dan dipermudah olehnya. Instrumen penelitian alat atau fasilitas yang digunakan
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah, hasilnya lebih
baik, cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto,
2006:1630). Penelitian ini menggunakan instrumen berupa teori-teori yang diambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dari buku-buku yang membahas mengenai sastra, baik dalam bentuk prosa, puisi,
maupun drama.
3.7 Teknik analisis Data
Analisis data yang digunakan oleh penulis adalah analisis kajian isi.
Menurut Moleong (1989: 220), teknik analisis kajian isi adalah teknik yang
digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan, karakteristik
pesan, dilakukan secara objektif dan sistematis. Penelitian ini menghasilkan uraian
struktur yang terdapat dalam drama
Analisis data untuk mengolah penelitian ini sebagai berikut.
3.7.1 Penulis membaca terlebih dahulu drama “Sebelum Sembahyang” karya
Kecuk Ismadi C.R.
3.7.2 Mengidentifikasi alur, karakter, latar, bahasa, dan tema.
3.7.3 Menguraikan mengenai alur, karakter, latar, bahasa, dan tema.
3.7.4 Mengidentifikasi keterkaitan antarunsur drama “Sebelum Sembahyang”
karya Kecuk Ismadi C.R.
3.7.5 Menguraikan keterkaitan antarunsur drama “Sebelum Sembahyang” karya
Kecuk Ismadi C.R.
3.7.6 Menjelaskan penerapan struktur drama dan hubungan antarunsur itu di
dalam pembelajaran.
3.8 Triangulasi Data Penelitian
Untuk memvalidkan data hasil penelitian, peneliti membuat triangulasi
yang telah diuji oleh Ibu Septina Krismawati, S.S., M.A dan dijadikan salah satu
lampiran untuk memperkuat data pembuatan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Drama “Sebelum Sembahyang” menceritakan empat orang copet, Pak Kiai,
dan wanita muslim. Para copet ini sedang bercakap-cakap disebuah gang sepi dekat
masjid pada sebuah desa. Mereka sedang memperbincangkan mengenai suara adzan,
cerita masa lalu mereka yang dulu sampai membuli sehingga membuat suasana
percakapan menjadi tegang karena copet I mengajak mereka untuk berkelahi yang
ternyata hanya sandiwara belaka.
Di tengah-tengah percakapan mereka, seorang wanita muslim lewat menuju
masjid sehingga percapan mereka berakhir dan mengalihkan pandangan mereka
kepada wanita muslim tersebut. Para copet ini berencana akan mencopet dan
memerkosa wanita mulism, tetapi hal itu tidak terjadi kerena Pak Kiai datang tepat
waktu untuk mencega para copet berbuat yang tidak diinginkan.
Pak Kiai mencoba berkomunikasi dengan para copet untuk pergi, tetapi para
copet tidak ingin mundur, akhirnya terjadi perkelahian antara para copet dan Pak
Kiai. Walaupun Pak Kiai menghadapi para copet sendirian, Pak Kiai tetap unggul
dan mengalahkan para copet hingga membuat para copet kapok dan minta ampun
kepada Pak Kiai.
Setelah para copet minta ampun, Pak Kiai mencoba memberikan nasihat
kepada mereka untuk bertobat dan menyuruh mereka memilih atas kesadarannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
masing-masing. Akhirnya para copet berjanji untuk kembali pada jalan dan
keyakinan mereka.
Analisis struktur pada drama bertujuan untuk memperoleh gambaran
mengenai isi drama “Sebelum Sembahyang” secara menyeluruh. Analisis ini
dilakukan dengan mengidentifikasi dan mendeskripsikan struktur agar kebulatan
makna drama dapat ditemukan. Struktur yang dipilih dalam penelitian ini adalah
alur, latar, karakter, bahasa, dan tema.
4.2 Struktur Drama “Sebelum Sembahyang”
4.2.1 Alur Drama “Sebelum Sembahyang”
Menurut Sudjiman (1988: 30), secara umum alur dibagi kedalam beberapa
tahapan antara lain: paparan, rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan, klimak, leraian,
dan selesaian. Dalam menganalisis drama “Sebelum Sembahyang” menggunakan
pola seperti yang dipaparkan oleh Sudjiman. Alur yang digunakan dalam drama
“Sebelum Sembahyang” adalah alur maju. Bentuk teks yang digunakan, yaitu bentuk
teks berupa dialog antara copet I, copet II, copet III, copet IV, Kiai, dan wanita
dengan latar disebuah gang sepi dekat masjid pada sebuah desa
4.2.1.1 Eksposisi atau Paparan
Pemaparan adalah bagian karya sastra drama yang berisi keterangan
mengenai tokoh serta latar. Dalam tahapan ini pengarang memperkenalkan cara
tokoh, menjelaskan tempat peristiwa, dan menggambarkan peristiwa yang akan
terjadi (Sudjiman, 1988: 30). Pemaparan ini meliputi pemaparan munculnya para
copet pada sebuah gang sepi dekat masjid pada sebuah desa yang sedang
memperdebatkan masa lalu yang mereka sebelum menjadi seorang copet dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
bertemu dengan seorang wanita muslim yang kemudian mereka coba untuk
menggodanya dan berniat mencopet serta memperkosanya. Setelah itu, muncullah
Pak Kiai yang sedang lewat menuju masjid dan mencoba menghentikan para copet
berbuat jahat, tetapi para copet menentang Pak Kiai dan akhirnya terjadi perkelahian
antara Pak Kiai dan para copet. Adapun tokoh-tokoh dalam drama serta latarnya
sebagai berikut.
Para Pelaku
1. Copet I
2. Copet II
3. Copet III
4. Copet IV
5. Kiai
6. Wanita
Lokasi pada sebuah gang yang sepi dekat sebuah masjid pada sebuah desa. Terdengar
kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara adzan.
4.2.1.2 Rangsangan
Rangsangan adalah tahapan alur ketika muncul kekuatan, kehendak, kemauan,
sikap, dan pandangan yang saling bertentangan dalam drama. Rangsangan yang terjadi
pada drama “Sebelum Sembahyang” pada saat para copet sedang bercakap-cakap,
mereka melihat seorang wanita muslim lewat yang akan pergi shalat. Para copet
mendekati wanita muslim tersebut dan mengelaurkan kata-kata gombal untuk
merayunya, tetapi wanita muslim ini cukup berani untuk berhenti lalu menatap para
copet itu satu per satu. Hal ini ditunjukan dalam kutipan berikut:
52. Copet II, III, IV : O, tidak, tidak!
(Tiba-tiba datanglah seorang wanita berkerudung
sambil membawa mukena dan sajadah untuk
shalat). (Ismadi, hal 63).
53. Copet III : Ssst! Lihat, tuh! Ada mangsa datang! (Ismadi,
hal 63 )
54. Copet II : O, iya! Waduh cantiknya, Meks! (Ismadi, hal 63)
55. Copet IV : Stop, Nona! Mau ke mana? (Wanita muslim itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
berhenti dan menatap komplotan itu satu per satu).
(Ismadi, hal 63)
60. Wanita Muslim : Minggir. (Sambil pasang kuda-kuda) (Ismadi,
hal 64)
61. Copet IV : Oit, melotot. Aksi! Mau melawan, ya?
(Copet IV mendekat akan mencolek, tiba-tiba
tangannya ditangkap dan diplintir, lalu ditendang)
(Ismadi, hal 64)
4.2.1.3 Gawatan
Gawatan adalah ketidakpastian yang berkepanjangan dan semakin menjadi-
jadi. Dengan adanya tegangan menjadikan penonton menyebabkan terpancing
keingintahuannya akan kelanjutan cerita serta penyelesaian masalah yang dihadapi
tokoh.
Dalam menumbuhkan gawatan pada drama “Sebelum Sembahyang” pengarang
mencoba dengan dialog yang terjadi antara copet I menghentikan keributan yang
dianggap spele dan mengarahkan pandangan mereka pada wanita yang akan menjadi
mangsa mereka yang rencananya akan dicopet dan perkosa. Tetapi rencana mereka
dicegat oleh Pak Kiai.
66. Copet I : Sudah, sudah, perkara sepele saja diributkan. Kan sekarang
ada perkara yang lebih menarik dan menguntungkan. Tuh,
tuh lihat dia mau pergi. Heit, heit, mau pergi ke mana, nih.
Ayo, Kawan cepat. Kita gasak saja. Kita preteli
perhiasannya. Kita perkosa orangnya. (Tiba-tiba datang
seorang Kiai) (Ismadi, hal 64)
67. Kiai : Ha...ha...ha... Sungguh pemandangan yang lucu.
Empat ekor serigala kelaparan mencoba memangsa kelinci
tak berdaya.Sungguh tak seimbang. (Ismadi, hal 64)
4.2.1.4 Tikaian
Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan
yang bertentangan satu diantaranya diwakili oleh manusia atau pribadi yang biasanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
menjadi protagonist dalam cerita. Di sini Pak Kiai mencoba untuk mencegat para
copet, memerintahkkan Zubbaidah minyingkir dan Pak Kiai menghadapi para copet
yang tak ingin mundur dari cegatan Pak Kiai.
68. Wanita Muslim : Guru! (Ismadi, hal 64) 69. Kiai : Minggirlah, Zubbaidah, mereka bukan lawanmu. Dan mereka
memang patut diberi pelajaran. (Ismadi, hal 64) 70. Copet I :Siapa kamu? Minggir! Kalau tidak parangku, Kiai
Kalamenjing ini, akan merobek tubuhmu. (Ismadi, hal 64) 71. Kiai : Oke,aku tidak mau minggir. Kalau memang penasaran
majulah! (Ismadi, hal 64)
4.2.1.5 Rumitan
Rumitan adalah pemaparan tahapan ketika suasana semakin panas karena
konflik semakin mendekati puncaknya. Rumitan mempersiapkan penonton untuk
menerima dampak dari klimaks. Dalam drama “Sebelum Sembahyang” dapat dilihat
terjadi perkelahian antara Pak Kiai dan para copet. Perkelahian berawal ketika para
copet mencoba berbuat jahat kepada seorang wanita, lalu datang Pak Kiai datang untuk
menceganya. Dalam kutipan ditunukkan sebagai berikut:
72. Copet I : Bangsat!
(Terjadi perkelahian, Kiai dikerubuti, tetapi tetap unggul)
(Ismadi, hal 64)
73. Copet III : Aduh, waduh bingung. Aku kapok. Pak Kiai, kapok!
(Ismadi, hal 65)
74. Copet IV : Waduh kepalaku banjut. Ampun! (Ismadi, hal 65)
75. Copet II : Seluruh tubuhku rasanya ngilu semuanya. Jangan, Pak Kiai,
saya jangan dipukuli lagi. (Ismadi, hal 65)
4.2.1.6 Klimaks
Klimaks adalah titik puncak sebuah cerita. Peristiwa dalam tahap ini adalah
mengubah dari nasib seorang tokoh. Rumitan merupakan puncak yang diikuti krisis
atau titik balik. Dalam drama “Sebelum Sembahyang” ini dapat dilihat ketika para
copet melawan Pak Kiai seorang diri, tetapi dengan keberanian Pak Kiai tetap unggul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
walaupun seorang diri mengahadapi copet empat orang. Setelah Pak Kiai menghajar
para copet, mereka akhirnya menjadi kapok. Kemudian Pak Kiai memberikan nasihat
kepada para copet untuk tidak berbuat jahat lagi. Hal ini dapat dilihat pada kutipan
berikut.
76. Copet I : Saya juga kapok, Pak Kiai. (Ismadi, hal 65)
77. Kiai : Benarkah kalian sudah kapok? (Ismadi, hal 65)
78. Copet I : Iya, Pak Kiai. Sungguh! (Ismadi, hal 65)
89. Kiai : Pada mulanya kalian ini adalah fitrah. Namun orang
tuamu telah salah dalam menjuruskan kalian. Di samping
kalian sendiri salah dalam memilih teman bergaul. Saya
tidak akan berkata panjang lebar. Hanya saya akan
menawarkan pada kalian. Jika kalian ingin meluruskan
jalan kalian, saya sanggup memberi petunjuk. Jika tidak,
toh itu urusan kalian juga. Aku akan segera meneruskan
perjalanan. (Ismadi, hal 65- 66)
4.2.1.7 Leraian
Tahap leraian merupakan bagian dari alur setelah tercapainya klimaks dan
krisis, merupakan peristiwa yang menunjukan perkembangan lakuan kearah selesaian.
Dalam hal ini kadar pertentangan mereda. Ketengangan emosional menyusut. Suasana
panas mulai mendingin. Menuju kembali pada keadaan semula seperti sebelum terjadi
pertentangan leraian dalam teks drama ini ditandai dengan nasehat sekaligus tawaran
untuk memberikan petunjuk yang diberikan oleh Pak Kiai supaya para copet kembali
meluruskan jalan mereka masing-masing.
90. Copet II :Kawan-kawan alangkah baiknya tawaran Pak Kiai. Kita
tellah ditaklukkannya. Dan jadi berandal pun lama-lama
bosan juga Pikiran selalu tidak tenang dan khawatir. Oh aku
jadi ingat sebuah nasihat.“Bahwa Tuhan tidak akan
mengubah nasib seseorang jika orang itu sendiri tidak mau
mengubah”. Betul begitu bukan, Pak Kiai? (Ismadi, hal 66)
91. Kiai :Ya, demikianlah. Sekarang bagaimana? (Ismadi, hal 66)
92. Copet III : Saya nurut saja, deh, kepada Pak Kiai. (Ismadi, hal 66)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
4.2.1.8 Selesaian
Tahap penyelelesaian ini merupakan bagian dari alur drama. Akhir dari
selesaian dalam drama “Sebelum Sembahyang” ini saat adanya perkacapan dari para
copet, dan Pak Kiai yang mengucapkan pamitan dan salam perpisahan kepada teman-
temanya untuk memulai hidup yang baru.
101. Copet II : Yuk, ikut saja deh. Saya ikut Anda. Pak Kiai. (Ismadi,
hal 66)
102. Copet I : Saya juga Pak Kiai. (Ismadi, hal 66)
103. Copet III : Saya juga, Pak. Tapi saya diajari wudhu dulu. (Ismadi,
hal 66)
104. Kiai : Baik! Marilah! (Ismadi, hal 66)
105. Copet IV : Saya pulang dulu, Pak Kiai. Kawan-kawan selamat
berpisah. Selamat berjalan di rel yang baru. Saya akan
pergi ke gereja mulai besok Minggu. (Ismadi, hal 67)
4.2.2 Latar Drama “Sebelum Sembahyang”
Latar merupakan salah satu unsur pembangun karya fiksi. Unsur latar dapat
dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial (Nurgiyantoro,
2007: 227). Ketiga unsur itu walaupun masing-masing menawarkan permasalahan
yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan
dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Latar peristiwa dalam drama “Sebelum Sembahyang” ini meliputi latar tempat,
latar waktu, dan latar sosial. Pelukisan latar di dalam karya sastra ini sangat
bermanfaat untuk menghidupkan suasana peristiwa sehingga pembaca dengan mudah
menangkap isi cerita. Peristiwa dalam cerita tidak mungkin terjadi. Oleh karena itu,
latar dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran di SMA. Siswa dapat berpikir
dengan mudah mengenai analisisnya, bahwa setiap peristiwa pasti terdapat tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
yang menjadi pijakan para tokoh. Demikian halnya siswa dalam menjalani hidupnya
sangat terikat oleh tempat, waktu, dan sosial.
4.2.2.1 Latar Tempat
Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi. Dalam drama “Sebelum Sembahyang” ini latar tempatnya
terjadi disebuah gang sepi dekat masjid disebuah desa. Hal ini ditunjukan dalam
kutipan berikut:
Panggung menggambarkan suatu lokasi. Pada sebuah gang yang sepi dekat
sebuah masjid pada sebuah desa. Terdengar kentongan dan bedug dipukul
orang, lalu disusul suara adzan. (Ismadi, hal 61)
4.2.2.2 Latar Waktu
Penggambaran latar waktu dalam drama “Sebelum Sembahyang” terjadi pada
sore hari saat copet I, II, III, dan IV berada di gang sepi dekat masjid terdengar
kentongan dan bedung dipukul orang, lalu disusul suara adzan. Kenapa peneliti
mengatakan latar waktunya terjadi sore hari, karena di agama Islam terjadi lima kali
adzan dalam sehari dan biasa terdengar kentongan dan bedug dipukul yang sering
peneliti lihat di televisi serta bertanya ke beberapa teman muslim kalau kentongan dan
bedug dipukul biasa lebih sering terjadi pada sore hari. Penggambaran latar dalam
drama itu dapat dilihat dari kutiban berikut ini.
Terdengar kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara adzan.
(Ismadi, hal 61)
01. Copet III : Itu suara apa? (Ismadi, hal 61)
02. Copet II : Suara orang adzan? (Ismadi, hal 61)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
4.2.2.3 Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata
cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang
cukup kompleks. Gambaran latar sosial yang terdapat dalam drama “Sebelum
Sembahyang” adalah taat agama, adanya sikap rasa peduli terhadap sesama, toleransi
yang berbeda keyakinan. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
93. Copet IV : Tapi gimana? Saya ini beragama Katholik, Pak Kiai.
Pakde saya ada yang jadi Pastur. Saya sejak lahir telah
dikukuhkan sebagai umat Kristiani, saya telah dibaptis.
Nama saya Fransiscus Xaverius Boiman. (Ismadi, hal 66)
94. Kiai : Oh, begitu! Jika demikian pulanglah kamu ke haribaan
agamamu. Minta ampunlah kepada orang tuamu. Segera
bertaubatlah kepada Allah dengan mengaku dosa lewat
pastur. Dan jalankan kehidupan Liturgi yang telah lama kau
lupakan. Rajin-rajinlah ke gereja, sesudah mengaku dosa
pada pasturnya. (Ismadi, hal 66)
4.2.3 Karakter
Menurut Wiyanto (2002: 27), Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan
ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Seorang tokoh bisa saja berwatak
sabar, ramah, dan suka menolong. Sebaliknya, bisa saja tokoh berwatak pemberang,
suka marah, dan keji. Karakter drama “Sebelum Sembahyang” dianalisis dengan cara
membaca naskah drama dan melihat penggambaran penulis pada bentuk fisik
karaktek-karakter yang meliputi antara lain: umur, jenis kelamin, bentuk tubuh,
penampilan dan ciri khas yang membuat penikmat mudah mengenali karakter-karakter
tersebut. Apakah orang itu humoris, periang, bijak, ceroboh, serius, atau orang yang
suka main-main. Selain itu, dengan mengenal karakter jalan cerita dan inti dari cerita
akan lebih mudah kita pahami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Drama “Sebelum Sembahyang” Kecuk Ismadi C.R. ini menghadirkan enam
karakter yang bermain dalam pementasan. Karakter-karakter tersebut yang pertama
adalah copet I, copet II, copet III, IV, wanita muslim, dan Kiai.
4.2.3.1 Karakter Copet I
Karakter copet I suka bercanda, mampu bersandiwara di depan teman-
temannya sehingga membuat mereka sampai ketakutan. Tetapi, dibalik sifat
kemarahannya pada waktu bersandiwara di depan teman-temanya, copet I orangnya
rama, baik dan setiakawan.
36. Copet I : Ayo, jangan bisik-bisik melulu. Ayo lawan aku! Saya anak
turunan Prabu Menakjingga yang perkasa. Ayo! Majulah!
Ini dia pangeran dari Blambangan. (Tiga copet yang lain
menjadi semakin ketakutan, setiap digertak mereka semakin
mengkeret dan mundur. Ketakutan memuncak, tiba- tiba
copet I tertawa terbahak-bahak yang lain jadi terkejut/heran)
? (Ismadi, hal 62-63)
44. Copet I : Edan apa? Masak sama kawan sendiri kok marah?
(Ismadi, hal 63)
4.2.3.2 Copet II
Karakter copet II lebih sering mengeluarkan kata-kata kasar. Dia juga pernah
menjadi seorang santri, karena kenakalannya kabur dari pondok gara-gara mencuri
petromaks dan akhirnya menjadi seorang copet.
02. Copet II : Adzan, Goblok! (Ismadi, hal 61)
03. Copet II : Adzan, tuli? (Ismadi, hal 61)
27. Copet II : Ya, jadi wong edan! (Semuanya tergelak-gelak)
(Ismadi, hal 62)
81. Copet II : Lho, diam-diam saya dulu pernah jadi santri di pondok, Pak
Kiai. (Ismadi, hal 65)
83. Copet II : Itulah Pak Kiai saya lari dari pondokgara-gara mencuri
petromaks. (Ismadi, hal 65)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
4.2.3.3 Copet III
Copet III terlahir dari keluarga yang kacau balau, bapaknya adalah seorang
tukang kepruk dan ibunya seorang pelacur jalanan sehingga membuatnya kurang
mendapat perhatian dari orang tua. Terlihat bahwa copet III tidak peduli dengan
keagamaan selama ini sehingga pemahamannya tentang ajaran agama menjadi kurang.
Selain itu, copet III juga gampang mengeluarkan kata-kata kasar. Dibalik sikapnya
yang tidak peduli, copet III berkeinginan untuk menjadi seorang dramawan besar. Hal
ini dapat dilihat dari percakapan-percakpan yang dipaparkan oleh penulis untuk
karakter seorang copet III dibawah ini.
04. Copet III : Itu suara apa? (Ismadi, hal 61)
08. Copet III : Adzan itu panggilan untuk menjalankan sembahyang. Iya
kan? Benar, kan? (Ismadi, hal 61)
21. Copet III : Jebulnya pensiunan wong edan! Hahahaha bekas orang gila.
(Saling Tertawa) Jebolan rumah sakit jiwa. (Ismadi, hal 62)
25. Copet III : Kalau saya cocoknya jadi dramawan besar seperti
Shakespeare, Anton Chekov, Stanislavky atau paling tidak
Rendra. (Ismadi, hal 62)
4.2.3.4 Copet IV
Karakter copet IV yang dipaparkan dalam teks drama meskipun dia seorang
copet, tetapi masih menunjukkan adanya kebaikan dalam hatinya untuk menghargai
agama lain. Hal ini dapat dilihat dari percakapannya dengan copet I ketika mengatakan
kalau adzan hampir sama dengan edan dan copet IV mengingatkan untuk tidak
menjelekkan karena dosa. copet IV juga mudah ketakutan hingga kencing dicelana
pada saat copet I pura-pura marah. Disamping itu, copet IV ini suka menggombal
wanita untuk mendapatkan perhatian. Hal ini dapat dilihat dari percakapan-percakapan
yang dipaparkan oleh penulis untuk karakter seorang copet IV dibawah ini.
10. Copet I : Adzan! Adzan! Wah baru kali ini aku dengar istilah itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Kok, hampir sama, ya? Adzan! Edan! (Ismadi, hal 61)
11. Copet IV : Hussss, dosaaaa! Dosa lho. Kamu (Ismadi, hal 61)
33. Copet IV : Wah, gawat nih. Dia marah sungguhan. Cilaka kita bakal
dihajarnya. (Ismadi, hal 62)
45. Copet IV : Wah, kalau tahu kau tadi tidak marah saya tidak akan
ketakutan seperti ini. Nih, lihat, gara-gara kamu pura-pura
marah, saya sampai terkencing kencing di celana. Lihat,
celanaku basah kuyup. (Ismadi, hal 63)
55. Copet IV : Stop, Nona! Mau ke mana? (Wanita muslim itu berhenti dan
menatap komplotan itu satu per satu) (Ismadi, hal 63)
59. Copet IV : Lho, lho, nanti dulu, Nona Ayu. Pertanyaanku belum
dijawab, bukan? Mau ke mana bidadariku? (Ismadi, hal 64)
61. Copet IV : Oit, melotot. Aksi! Mau melawan, ya?
(Copet IV mendekat akan mencolek, tiba-tiba tangannya
ditangkap dan diplintir, lalu ditendang) (Ismadi, hal 64)
62. Copet IV : Waduh-waduh! Tiada kusangka kalau dia pandai pencak
silat. (Ismadi, hal 64)
74. Copet IV : Waduh kepalaku banjut. Ampun! (Ismadi, hal 65)
93. Copet IV : Tapi gimana? Saya ini beragama Katholik, Pak
Kiai. Pakde saya ada yang jadi Pastur. Saya sejak lahir telah
dikukuhkan sebagai umat Kristiani, saya telah dibaptis.
Nama saya Fransiscus Xaverius Boiman. (Ismadi, hal 66)
95. Copet IV : Terima kasih, Pak Kiai! (Terdengar suara iqamah di mesjid)
(Ismadi, hal 66)
105. Copet IV : Saya pulang dulu, Pak Kiai. Kawan-kawan selamat berpisah.
Selamat berjalan di rel yang baru. Saya akan pergi ke gereja
mulai besok Minggu. (Ismadi, hal 67)
4.2.3.5 Kiai
Karakter dari seorang pak Kiai sebagai tokoh agama, orangnya bijaksana dalam
mengambil sebuah tindakan membela kaum lemah. Sebagai tokoh agama, pak Kiai
selalu memberikan arahan kepada mereka yang jalannya tersesat. Kebijakan pak Kiai
dapat dilihat ketika berhadapan dengan para copet yang mencoba berbuat jahat
terhadap seorang wanita muslim yang hendak pergi ke masjid. Pak Kiai memberikan
tawaran dan petunjuk kepada para copet untuk meluruskan jalan mereka kembali
supaya tidak berbuat jahat. Hal ini dapat dilihat dari percakapan-percakpan yang
dipaparkan oleh penulis untuk karakter seorang pak Kiai dibawah ini.
67. Kiai : Ha...ha...ha... Sungguh pemandangan yang lucu. Empat ekor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
serigala kelaparan mencoba memangsa kelinci tak berdaya.
Sungguh tak seimbang. (Ismadi, hal 64)
69. Kiai : Minggirlah, Zubbaidah, mereka bukan lawanmu. Dan
mereka memang patut diberi pelajaran. (Ismadi, hal 64)
71. Kiai : Oke,aku tidak mau minggir. Kalau memang penasaran
majulah! (Ismadi, hal 64)
77. Kiai : Benarkah kalian sudah kapok? (Ismadi, hal 65)
80. Kiai : Allaaaa! Pakai yakin “ainul yakin” segala. (Ismadi, hal 65)
81. Kiai : Lha, kenapa sekarang kok mrandal? (Ismadi, hal 65)
84. Kiai : Dasar! Lha kamu? (Ismadi, hal 65)
88. Kiai : Astagfirullah! Manusia memang tidak akan mengetahui apa
yang akan menjadi rencana-rencana Allah. Tuhan memang
mengemudi kita semua. Tetapi jika kalian terjerumus ke
jurang yang penuh onak dan cadas, jangan kalian salahkan
Tuhan. Sebab kalian telah turuti bujukan syaitan nirajim!
(Semua orang bengong, lalu bersama-sama mengangkat
tangan, seperti gaya orang mendoa “Amin” dalam kenduri)
(Ismadi, hal 65-66)
89. Kiai : Pada mulanya kalian ini adalah fitrah. Namun orang tuamu
telah salah dalam menjuruskan kalian. Di samping kalian
sendiri salah dalam memilih teman bergaul. Saya tidak akan
berkata panjang lebar. Hanya saya akan menawarkan pada
kalian. Jika kalian ingin meluruskan jalan kalian, saya
sanggup memberi petunjuk. Jika tidak, toh itu urusan kalian
juga. Aku akan segera meneruskan perjalanan. (Ismadi,
hal 66)
91. Kiai : Ya, demikianlah. Sekarang bagaimana? (Ismadi, hal 66) 94. Kiai : Oh, begitu! Jika demikian pulanglah kamu ke haribaan
agamamu. Minta ampunlah kepada orang tuamu. Segera
bertaubatlah kepada Allah dengan mengaku dosa lewat
pastur. Dan jalankan kehidupan Liturgi yang telah lama kau
lupakan. Rajin-rajinlah ke gereja, sesudah mengaku dosa
pada pasturnya. (Ismadi, hal 66)
4.2.3.6 Wanita
Karakter seorang wanita wuslim, yaitu rajin beribadah tidak banyak bicara,
tetapi dia selalu siap dan waspada apabila ada yang berbuat jahat terhadapnya. Ketika
para copet mencoba mendekati dan merayunya, dia mengelak dan memasang kuda-
kuda seakan siap meladeni para copet. Peran dari seorang wanita muslim pada diaolog
tidak benyak. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
60. Wanita Muslim : Minggir. (Sambil pasang kuda-kuda) (Ismadi, hal 64)
68. Wanita Muslim : Guru! (Ismadi, hal 64)
4.2.4 Bahasa Drama “Sebelum Sembahyang”
Bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami sehingga penonton atau
pembaca dengan mudah mengikuti jalan ceritanya meskipun ada satu dua kata
menggunakan bahasa daerah. Pemilihan bahasa yang dilakukan pengarang dibuat
mudah karena drama “Sebelum Sembahyang” merupakan drama yang ditujukan bagi
kaum remaja. Kosakata yang tepat membuat drama “Sebelum Sembahyang” dengan
cepat membawa penonton dalam penyelesaian cerita. Penggunaan bahasa sehari-hari
dalam drama “Sebelum Sembahyang” merupakan bahasa yang dapat membawa
penonton atau pembaca masuk kedalam cerita.
4.2.4.1 Pilihan Kata
Kata-kata yang dipakai dalam drama “Sebelum Sembahyang” menggunakan
kata-kata yang sederhana. Drama “Sebelum Sembahyang” menceritakan aksi dalam
mencopet, bahasa yang dipakai mudah untuk dimengerti. Dengan kata lain, drama ini
menggunkan bahasa sehari-hari dan tidak terlalu formal sehingga dialognya seakan-
akan yang berperan dalam cerita adalah penonton atau pembaca.
66. Copet I : Sudah, sudah, perkara sepele saja diributkan. Kan sekarang
ada perkara yang lebih menarik dan menguntungkan. Tuh,
tuh lihat dia mau pergi. Heit, heit, mau pergi ke mana, nih.
Ayo, Kawan cepat. Kita gasak saja. Kita preteli
perhiasannya. Kita perkosa orangnya. (Tiba-tiba datang
seorang Kiai) (Ismadi, hal 64)
67. Kiai : Ha...ha...ha... Sungguh pemandangan yang lucu. Empat
serigala kelaparan mencoba memangsa kelinci tak berdaya.
Sungguh tak seimbang. (Ismadi, hal 64)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
4.2.4.2 Pola Kalimat dan Bentuk Sintksis
Kalimat-kalimat yang terdapat dalam drama “Sebelum Sembahyang” tidak
hanya terdiri dari kalimat pokok saja, tetapi terdiri dari beberapa kalimat pokok yang
dihubungkan dengan kata perangkai atau kalimat penghubung dana kalimat bawahan.
Dengan demikian penceritaan drama “Sebelum Sembahyang” dapat lebih jelas
ditangkap dan dipahami oleh pembaca walaupun kalimatnya terlalu Panjang dan rumit.
Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut.
90. Copet II : Kawan-kawan alangkah baiknya tawaran Pak Kiai. Kita
tellah ditaklukkannya. Dan jadi berandal pun lama-lama
bosan juga. Pikiran selalu tidak tenang dan khawatir. Oh aku
jadi ingat sebuah nasihat. “Bahwa Tuhan tidak akan
mengubah nasib seseorang jika orang itu sendiri tidak mau
mengubah”. Betul begitu bukan, Pak Kiai? (Ismadi, hal 66)
4.2.5 Tema Drama “Sebelum Sembahyang”
Melalui karakter-karakter drama “Sebelum Sembahyang” Kecuk Ismadi C.R.
menghadirkan penilaian terhadap berbagai permasalahan dalam kehidupan remaja
baik berkaitan dengan pengetahuan, kemampuan, dan perkembangan jiwa remaja.
Karakter-karakter dalam drama “Sebelum Sembahyang” terlihat bahwa
permasalahan yang ditampilkan adalah permasalahan lingkungan masyarakat. Dalam
lingkungan tersebut menhadirkan karakter yang sangat tidak asing bagi kehidupan
masa remaja seperti yang ditampilkan oleh para copet yang menjadi penyakit
masyarakat terutama remaja.
Sikap para remaja, seperti yang ditampilkan para copet tidak dapat berubah
begitu saja tanpa adanya bimbingan dari keluarga terutama orang tua, masyarakat,
dan tokoh agama. Dalam drama “Sebelum Sembahyang” salah satu tokoh agama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dihadirkan di sana untuk menyadarkan kembali para copet ke jalan yang benar. Oleh
karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa tema yang terkandung dalam drama
“Sebelum Sembahyang” adalah kebijakan seorang Pak Kiai yang membuat para
copet sadar dan bertobat menuju jalan dan keyakinannya masing-masing. Gambaran
mengenai citra Pak Kiai sebabagi salah satu tokoh agama patut diteladani.
89. Copet II : Kawan-kawan alangkah baiknya tawaran Pak Kiai. Kita
tellah ditaklukkannya. Dan jadi berandal pun lama-lama
bosan juga. Pikiran selalu tidak tenang dan khawatir. Oh aku
jadi ingat sebuah nasihat. “Bahwa Tuhan tidak akan
mengubah nasib seseorang jika orang itu sendiri tidak mau
mengubah”. Betul begitu bukan, Pak Kiai? (Ismadi, hal 66)
90. Kiai : Ya, demikianlah. Sekarang bagaimana? (Ismadi, hal 66)
91. Copet III : Saya nurut saja, deh, kepada Pak Kiai. (Ismadi, hal 66)
92. Copet IV : Tapi gimana? Saya ini beragama Katholik, Pak Kiai. Pakde
saya ada yang jadi Pastur. Saya sejak lahir telah dikukuhkan
sebagai umat Kristiani, saya telah dibaptis. Nama saya
Fransiscus Xaverius Boiman. (Ismadi, hal 66)
93. Kiai : Oh, begitu! Jika demikian pulanglah kamu ke haribaan
agamamu. Minta ampunlah kepada orang tuamu. Segera
bertaubatlah kepada Allah dengan mengaku dosa lewat
pastur. Dan jalankan kehidupan Liturgi yang telah lama kau
lupakan. Rajin-rajinlah ke gereja, sesudah mengaku dosa
pada pasturnya. (Ismadi, hal 66)
4.2.6 Hubungan Antarunsur Drama “Sebelum Sembahyang”
Pada dasarnya analisis struktur bertujuan untuk memaparkan secermat
mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara
bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan.
4.2.6.1 Hubungan Alur dengan Unsur yang lain
Alur dibicarakan terpisah dari tokoh. Unsurnya juga tidak saling terlepas. Di
dalam sebuah cerita selalu ada interaksi antarunsur. Misalnya tokoh dan alur sangat
erat hubungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Di dalam drama “Sebelum Sembahyang” ini menunjukkan adanya alur lurus
yang menggambarkan peristiwa tanpa adanya penggambaran masa lalu. Tokoh juga
mengalami perubahan dan perkembangan ke arah yang lebih baik. hal ini
ditunjukkan dengan adanya gambaran tokoh Pak Kiai yang membuat para copet
kembali ke jalan yang benar. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut.
91. Copet II : Kawan-kawan alangkah baiknya tawaran Pak Kiai. Kita
tellah ditaklukkannya. Dan jadi berandal pun lama-lama
bosan juga. Pikiran selalu tidak tenang dan khawatir. Oh aku
jadi ingat sebuah nasihat. “Bahwa Tuhan tidak akan
mengubah nasib seseorang jika orang itu sendiri tidak mau
mengubah”. Betul begitu bukan, Pak Kiai? (Ismadi, hal 66)
92. Kiai : Ya, demikianlah. Sekarang bagaimana? (Ismadi, hal 66)
93. Copet III : Saya nurut saja, deh, kepada Pak Kiai. (Ismadi, hal 66)
4.2.6.2 Hubungan Latar dengan Unsur yang lain
Latar tidak pernah berdiri sendiri dan dari suatu keutuhan artistik yang harus
dipahami di dalam hubungannya dengan unsur-unsur yang lain. Latar dapat
menentukan tipe tokoh cerita. Latar juga mengungkapkan watak tokoh. Dalam drama
“Sebelum Sembahyang” ini menunjukan hubungan latar yang dapat mempengaruhui
unsur lain, hal ini ditunjukan dengan penggambaran tokoh yang mengalami tiap
peristiwa tentu terikat oleh waktu, tempat dan lingkungan sekitarnya yang menjadi
tempat tinggal tokoh. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut.
Pengarang : menggambarkan tempat pada sebuah gang sepi dekat sebuah
masjid pada sebuah desa di sore hari. Terdengar kentongan dan
bedug dipukul orang, lalu disusul suara adzan. (Ismadi, hal. 61)
4.2.6.3 Hubungan Karakter dengan Unsur yang lain
Untuk membuat karakter-karakter yang meyakinkan, pengarang harus
melengkapi diri dengan pengetahuannya luar dan dalam tentang sifat tabiat manusia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
serta tentang kebiasaan bertindak dan berujar di dalam lingkungan masyarakat yang
hendak digunakannya sebagai latar. Karakter dan latar memang merupakan dua
unsur cerita rekaan yang erat hubungannya dan tunjang-menunjang (Kartikajati,
2009:28). Setiap karakter yang terdapat dalam drama “Sebelum Sembahyang”
sangatlah berbeda-beda, tetapi pada dasarnya para copet masih mempunyai hati
nurani. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.
Para Pelaku
(1) Copet I (2) Copet II (3) Copet III (4) Copet IV (5) Kiai (6) Wanita
Panggung: Lokasi pada sebuah gang yang sepi dekat sebuah masjid pada sebuah
desa. Terdengar kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara adzan.
90. Copet II : Kawan-kawan alangkah baiknya tawaran Pak Kiai. Kita
tellah ditaklukkannya. Dan jadi berandal pun lama-
lama bosan juga. Pikiran selalu tidak tenang dan
khawatir. Oh aku jadi ingat sebuah nasihat. “Bahwa
Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang jika orang
itu sendiri tidak mau mengubah”. Betul begitu bukan,
Pak Kiai?
4.2.6.4 Hubungan Bahasa dengan Unsur yang lain
Bahasa berperan besar dalam mengungkapkan buah pikiran pengarang.
Kadang-kadang tokoh cerita menyinggung secara langsung atau tidak langsung
masalah, gagasan, dan pesan yang ingin disampaikan pengarang. Pembaca akan
menyimpulkan buah pikiran itu terutama melalui bahasa tokoh cerita (Kartikajati,
2009:30).
90. Copet II : Kawan-kawan alangkah baiknya tawaran Pak Kiai. Kita
tellah ditaklukkannya. Dan jadi berandal pun lama-lama
bosan juga. Pikiran selalu tidak tenang dan khawatir. Oh aku
jadi ingat sebuah nasihat. “Bahwa Tuhan tidak akan
mengubah nasib seseorang jika orang itu sendiri tidak mau
mengubah”. Betul begitu bukan, Pak Kiai? (Ismadi, hal 66)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
4.2.6.5 Hubungan Tema dengan Unsur yang lain
Keterkaitan antarunsur yang membentuk drama “Sebelum Sembahyang”
terdiri atas: alur, latar, karakter, bahasa, dan tema mempunyai bentuk sebagai satu
kesatuan dalam membentuk cerita drama. Unsur tema terdiri atas masalah, pendapat,
dan pesan yang pengarang/penulis. Tema mempengaruhi unsur-unsur drama lain.
Tema merupakan tujuan akhir dan menjadi dominan dari unsur drama yang lain.
Drama “Sebelum Sembahyang” berbagai masalah yang dihadapi dalam dunia
remaja saat ini, maka pendapat setiap pembaca pasti berbeda-beda dan pengarang
memberikan pesan kepada pembaca agar setiap tindakan yang merugikan orang lain
dapat disadari dengan baik.
Alur yang disajikan menggunakan alur maju dengan latar pada sebuah gang
sepi dekat sebuah masjid pada sebuah desa yang pemimpin agama dan para copet
mempunyai beragam karakter dan bahasa yang digunakan sederhana serta mudah
dipahami. Keterkaitan antarunsur dalam drama “Sebelum Sembahyang” juga dapat
dilihat dari tema yang terkandung didalamnya mengarah pada penyelesaian masalah
yang harus diselesaian oleh kebijakan Kiai dengan kata-katanya serta para copet
yang ingin mendengarkan sehingga membuat mereka berobat.
89. Kiai : Ya, demikianlah. Sekarang bagaimana? (Ismadi, hal 66)
90. Copet III : Saya nurut saja, deh, kepada Pak Kiai. (Ismadi, hal 66)
91. Copet IV : Tapi gimana? Saya ini beragama Katholik, Pak Kiai. Pakde
saya ada yang jadi Pastur. Saya sejak lahir telah dikukuhkan
sebagai umat Kristiani, saya telah dibaptis. Nama saya
Fransiscus Xaverius Boiman. (Ismadi, hal 66)
92. Kiai : Oh, begitu! Jika demikian pulanglah kamu ke haribaan
agamamu. Minta ampunlah kepada orang tuamu. Segera
bertaubatlah kepada Allah dengan mengaku dosa lewat
pastur. Dan jalankan kehidupan Liturgi yang telah lama kau
lupakan. Rajin-rajinlah ke gereja, sesudah mengaku dosa
pada pasturnya. (Ismadi, hal 66)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
4.3 Rancangan Pembelajaran drama “Sebelum Sembahyang” karya Kecuk
Ismadi C.R dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA
Pembelajaran sastra, khususnya drama di sekolah sampai saat ini masih
menitikberatkan pada aspek kognitif atau pengetahuan saja. Akibatnya, para siswa
hanya mampu mengetahui atau mungkin hafal istilah yang ada dalam teori drama.
Keadaan seperti ini saja tidak dapat dijadikan tuntutan agar siswa mampu aktif dalam
satu kegiatan. Untuk dapat menyampaikan materi pembelajaran drama dengan baik,
diperlukan tenaga pengajar yang benar-benar mampu mengusai seluk-seluk drama,
baik secara teori maupun praktik. Upaya yang pertama kali harus dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan apresiasi drama pada siswa adalah meningkatkan minat dan
kemampuan kita sebagai pengajar.
4.3.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran yang
dikembangkan dan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran. RPP
terdiri beberapa bagian, yaitu: (1) data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2)
materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indicator
pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pemebelajaran; (6) media,
alat dan sumber belajar: (7) langkah-langkah pembeajaran; dan (8) penilaian. (Majid,
2014: 87).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
4.3.2 Pembahasan
4.3.2.1 Struktur Drama
Menurut Nurgiyantoro (1995: 36), struktur karya sastra adalah hubungan antara
unsur intrinsik yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling memengaruhi,
yang secara bersama membentuk kesatuan yang utuh. Unsur-unsur inilah yang
menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra.
Struktur yang terdapat dalam drama “Sebelum sembahyang”, yaitu alur,
karakter, latar, bahasa dan tema. Dilihat dari analisis alur dalam drama “Sebelum
sembahyang” maka dapat disimpulkan alur merupakan urutan-urutan peristiwa dalam
setiap cerita. Hal ini dimaksudkan agar cerita dapat berjalan dengan baik dan utuh,
sehingga makna dapat dicapai. Pembagian alur dalam drama ini antara lain; eksposisi,
rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan, klimaks, leraian, dan penyelesaian. Dari urutan-
urutan alur itu, maka cerita dapat terangkai secara jelas.
Masalah demi masalah dapat terlihat dalam setiap dialog para tokoh yang
mengalami perubahan diri yang diagambarkan dalam setiap peristiwa. Alur merupakan
salah satu struktur drama yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran drama di
SMA. Alur mempermudah siswa dapat menganalisis struktur drama. Siswa dapat
memahami rangkaian peristiwa dalam drama maupun dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga siswa dapat bercermin dari hal itu. Guru sebagai pendidik harus dapat
mengarahkan siswanya ketika menganalisis drama. hal ini diaksudkan agar siswa juga
dapat memaknai setiap peristiwa dalam drama “Sebelum sembahyang” maupun dalam
kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Karakter drama “Sebelum Sembahyang” dianalis dengan cara membaca naskah
drama dan melihat penggambaran penulis pada bentuk fisik karaktek-karakter yang
meliputi antara lain: umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, penampilan dan ciri khas yang
membuat penikmat mudah mengenali karakter-karakter tersebut. Apakah orang itu
pergau, humoris, periang, bijak, ceroboh, serius, atau orang yang suka main-main.
Selain itu, dengan mengenal karakter jalan cerita dan inti dari cerita akan lebih mudah
kita pahami. Drama “Sebelum Sembahyang” Kecuk Ismadi C.R. ini menghadirkan
enam karakter yang bermain dalam pementasan. Karakter-karakter tersebut yang
pertama adalah copet I, copet II, copet III, IV, wanita muslim, dan Pak Kiai.
Latar dapat memberikan gambaran jelas mengenai tempat yang digunakan pada
setiap peristiwa. Demikian halnya terdapat latar dalam drama “Sebelum Sembahyang”,
antara lain; latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Analisis latar itu dapat diperoleh
keterangan tempat terjadinya drama itu. Hal ini juga mempermudah siswa untuk
menganalisis strukturnya. Peristiwa dalam cerita tidak mungkin terjadi. Oleh karena
itu, latar dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran di SMA. Siswa dapat berpikir
dengan mudah mengenai analisisnya, bahwa setiap peristiwa pasti terdapat tempat
yang menjadi pijakan para tokoh. Demikian halnya siswa dalam menjalani hidupnya
sangat terikat oleh tempat dan waktu serta kehidupan sosial masyarakat yang terdapat
dalam drama.
Pemilihan Bahasa yang dilakukan pengarang dibuat mudah karena drama
“Sebelum Sembahyang” merupakan drama yang ditujukan bagi kaum remaja.
Kosakata yang tepat membuat drama “Sebelum Sembahyang” dengan cepat
membawa penonton dalam penyelesaian cerita. Penggunaan bahasa sehari-hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
dalam drama “Sebelum Sembahyang” merupakan Bahasa yang dapat membawa
penonton atau pembaca masuk kedalam cerita.
Tema adalah pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra, khususnya
dalam hal ini drama. Tema juga dapat dituliskan melalui ucapan-ucapan para tokohnya
melalui dialog. Dalam analisis tema drama “Sebelum sembahyang” dapat diambil tema
sesuai dengan situasi dan kondisi para tokoh dalam cerita itu. Bahasa sangat berperan
penting dalam setiap hal, termasuk dalam drama “Sebelum sembahyang”. Bahasa
terdapat kata maupun kalimat yang nantinya digunakan oleh para tokoh untuk
berkomunkasi.
4.3.2.3 Langkah-langkah Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
4.3.2.3.1 Mencantumkan Identitas
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : XI/ II
Standar Kompetensi :
Kompetensi Dasar : 3.4 Mengidentifikasi struktur drama baik lisan maupun tulisan.
Indikator : 3.4.1 Siswa mampu mengidentifikasi struktur drama baik lisan
maupun tulisan.
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
4.3.2.3.3 Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran memuat pengusaan kompetensi ang bersifat operasional
yang ditargetkan/ dicapai dalam RPP (Majid & Rochman, 2014: 262). Tujuan
pembelajaran dirumuskan dengan mengacu pada rumusan yang terdapat dalam
indikator, dalam bentuk pernyataan opersional. Tujuan pembelajaran dalam RPP ini
diharapkan siswa dapat mendeskripsikan struktur-struktur yang terdapat dalam teks
drama yang disesuaikan dengan kurikulum 2013.
4.3.2.3.4 Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Materi dalam RPP merupakan pengembangan dari materi pokok yang
terdapat dalam silabus. Materi pembelajaran dalam RPP harus dikembangkan secara
terinci bahkan jika perlu dapat mengembangkannya menjadi buku siswa. Materi
pembelajaran dalam RPP ini, yaitu berupa teori-teori tentang drama. Materi
pembelajaran dalam RPP ini, yaitu mengenal pengenal pengertian drama dan
mengenal mengenal struktur drama.
4.3.2.3.5 Metode Pembejaran
Metode yang digunakan dalam RPP ini adalah metode Saintifik Learning
4.3.2.3.6 Langkah-langkah Pembelajaran
Untuk mencapai satu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah
setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah memuat pendahuluan/kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dan masing-masing disertai alokasi waktu
yang dibutuhkan. Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dengan karakteristik model yang dipilih, menggunakan sintaksis yang sesuai dengan
modelnya.
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Guru Peserta Didik
Pendahuluan
- Guru memulai
pelajaran dengan
memberi salam
kepada para siswa.
- Guru meminta salah
satu siswa untuk
memimpin doa
sebelum pelajaran
dimulai.
- Guru mempresensi
siswa.
- Guru memberikan
motivasi kepada
siswa dalam
mengikuti proses
pembelajaran.
- Peserta didik
menerima informasi
tentang keterkaitan
pembelajaran
sebelumnya dengan
yang akan
dilaksanakan.
- Guru
menyampaikan
kompetensi dasar,
indicator, tujuan
pembelajaran, dan
langkah-langkah
pembelajaran.
- Peserta didik
memberikan salam
balik kepada guru.
- Peserta didik
mendengarkan dan
mengangkat tangan
ketika namanya
dipanggil.
- Peserta didik
mendengarkan
penjelasan guru
seputar kegiatan
pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
15
menit
- Guru
menyampaikan hal-
hal yang berkaitan
dengan kegiatan
Mengamati
- Peserta didik
mengamati penjelasan
guru terkait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Kegiatan
Inti
pembelajaran yang
akan dilalui.
- Guru memberikan
intruksi kepada para
siswa untuk
membentuk
kelompok.
- Guru mengarahkan
para siswa dalam
setiap kelompok.
- Guru meminta
perwakilan setiap
kelompok untuk
pembelajaran yang
berlangsung.
menanya
- Peserta didik
menanyakan seputar
pengetian drama.
- Peserta didik membuat
pertanyaan yang
berhubungan dengan
struktur drama.
Mengeksplorasi
(Menalar)
- Peserta didik membuat
kelompok dalam satu
kelompok terdiri dari 3
orang.
Mengasosiasi (Mencoba)
- Peserta didik
berdiskusi dengan
kelompoknya dengan
bimbingan guru yang
siap mengarahkan.
- Peserta didik
mengidentifikasi
mengenai struktur
drama yang terdapat
dalam teks drama
“Sebelum
Sembahyang”.
- Peserta didik
berdiskusi dengan
teman kelompok.
- Kelompok membuat
kesimpulan dari hasil
temuan mereka.
Mengkomunikasikan
- Perwakilan kelompok
menyampaikan hasil
temuan mereka di
depan kelas.
60
menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
menyampaikan hasil
dari temuan mereka.
- Kelompok saling
menilai kebenaran dan
kejelasannya.
- Peserta didik
menanggapi presentasi
teman/kelompok lain
secara santun.
Penutup
- Guru memberikan
kesempatan kepada
peserta didik untuk
menyimpulkan
pembelajaran.
- Guru menanyakan
kesulitan yang
dihadapi para siswa
pada saat
pembelajaran
berlangsung.
- Guru
menyampaikan
rencana
pembelajaran
selanjutnya.
- Pada akhir
pembelajaran guru
meminta salah satu
siswa memimpin
doa.
- Guru mengucapkan
salam dan terima
kasih.Peserta didik
dan guru
menyimpulkan
materi pelajaran.
- Peserta didik
menyimpulkan
pembelajaran sesuai
apa dipelajari dan di
pahaminya.
- Peserta didik
menyampaikan
kesulitannya.
- Peserta didik mencatat
pokok materi
selanjutnya supaya
mereka membacanya.
- Salah satu siswa
memimpin doa.
- Peserta didik balik
membalas salam dan
mengucapkan terima
kasih kepada guru.
15
menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
4.3.2.3.7 Media dan Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang terdapat dalam
silabus. Jika memungkinkan, dalam satu perencanaan disiapkan media, alat/bahan, dan
sumber belajar.
Media: Teks drama “Sebelum Sembahyang”
Sumber belajar: Buku Kumpulan Drama Remaja, buku yang berkaitan dengan teks
drama
4.3.2.3.8 Penilaian Hasil Pembelajaran
Penilaian dijabarkan atas jenis/teknik penilaian, bentuk instrumen yang digunakan
untuk mengukur ketercapaian indikator dan tujuan pembelajaran.
4.3.2.3.8.1 Penilaian Sikap
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : XI/ II
Karakter yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah menunjukkan perilaku
sikap tanggung jawab, peduli, responsive, dan santun dalam menggunakan Bahasa
Indonesia dalam pembelajaran drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Kolom aspek perilaku diisi dengan angka yang sesuai kriteria berikut:
Bubuhkan tanda (√) pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan!
4.3.2.3.8.2 Penilaian Pengetahuan
Teknik : Tertulis
Bentuk : Uraian
Instrument :
Mengidentifikasi sturktur drama “Sebelum Sembahyang”
4.3.2.3.8.3 Kriteria penilaian
No
soal
Deskripsi Skor
1 Mengidentifikasi sturktur drama “Sebelum
Sembahyang” sangat sempurna 4
2 Mengidentifikasi sturktur drama “Sebelum
Sembahyang” sempurna 3
3 Mengidentifikasi sturktur drama “Sebelum
Sembahyang” cukup sempurna 2
4 Mengidentifikasi sturktur drama “Sebelum
Sembahyang” kurang sempurna 1
Skor Maksimal 10
No Nama
Siswa
Aspek Perilaku yang Dinilai Keterangan
Tanggung
jawab
Disiplin Responsif Percaya
diri
Jujur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
4.3.2.3.8.4 Pedoman Penilaian
Skor maksimal= jumlah skor tertinggi setiap kriteria.
Nilai = Skor yang diperoleh x 100
Skor Maksimal
RPP dapat dilihat di halaman 104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Drama “Sebelum Sembahyang” adalah drama yang menceritakan tentang
kehidupan masyarakat terutama para remaja pada sebuah desa. Dalam drama
“Sebelum Sembahyang” ini dianalisis bagian struktur yang terdiri dari alur, latar,
karakter, bahasa, dan tema.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam drama ini disajikan dengan urutan
tertentu atau disebut alur. Alur dalam drama ini terjadi delapan tahapan, yaitu
eksposisi, rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan, klimaks, leraian, dan selesaian.
Eksposisi berupa paparan karya sastra drama berisi keterangan mengenai tokoh dan
latar. Rangsangan terjadi saat para copet sedang berdebat tentang masa lalu mereka,
tiba-tiba lewatlah seorang wanita muslim yang hendak pergi sembahyang dan
terjadilah gawatan ketika para copet menghentikan keributan spele dan
mengarahkan pandangan mereka kepada wanita muslim yang akan dicopet dan
diperkosa, tetapi rencana mereka dicegat oleh pak Kiai.
Akhirnya, terjadi tikaian sebagai akibat adanya dua kekuatan yang
bertentangan, satu diantaranya pribadi yang menjadi protagonist, yaitu pak Kiai dan
wanita muslim dan antagonis adalah para copet. Rumitan pun terjadi ketika
perkelahian dimulai yang berawal dari para copet mencoba berbuat jahat kepada
seorang wanita, lalu pak Kiai datang untuk menceganya dan terjadi perkelahian.
Walaupun Pak Kiai seorang diri melawan empat copet, Pak Kiai tetap unggul. Para
copet menjadi kapok dan berjanji tidak akan berbuat jahat lagi. Setelah tercapainya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
klimaks dan krisis, merupakan peristiwa yang menunjukan perkembangan lakuan
kearah selesaian. Dalam hal ini kadar pertentangan mereda, ketengangan emosional
menyusut dan suasana panas mulai mendingin kembali pada keadaan semula seperti
sebelum terjadi pertentangan leraian dalam teks drama. Hal ini ditandai dengan
nasehat sekaligus tawaran untuk memberikan petunjuk yang diberikan oleh Pak
Kiai supaya para copet kembali meluruskan jalan mereka masing-masing.
Latar yang terdapat dalam drama ini, yaitu latar tempat, latar waktu, dan
latar sosial. Latar tempat dalam drama “Sebelum Sembahyang” ini terjadi di gang
yang sepi pada sebuah desa. Latar waktu dalam drama “Sebelum Sembahyang”
terjadi sore hari tepat pada saat adzan. Latar sosial dalam drama “Sebelum
Sembahyang” adalah taat agama, adanya sikap rasa peduli terhadap sesama,
toleransi yang berbeda keyakinan. Karakter yang terdapat dalam drama “Sebelum
Sembahyang” ini menghadirkan enam karakter yang bermain dalam pementasan,
yaitu copet I, copet II, copet III, copet IV, Kiai, dan wanita.
Bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami sehingga penonton atau
pembaca dengan mudah mengikuti jalan ceritanya meskipun ada satu dua kata
menggunakan bahasa daerah. Pemilihan bahasa yang dilakukan pengarang dibuat
mudah karena drama “Sebelum Sembahyang” merupakan drama yang ditujukan
bagi kaum remaja. Kosakata yang tepat membuat drama “Sebelum Sembahyang”
dengan cepat membawa penonton dalam penyelesaian cerita. Karakter-karakter
dalam drama “Sebelum Sembahyang” terlihat bahwa permasalahan yang
ditampilkan adalah permasalahan lingkungan masyarakat desa. Di mana dalam
lingkungan tersebut menhadirkan karakter yang sangat tidak asing bagi kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
masa remaja seperti yang ditampilkan oleh para copet yang menjadi penyakit
masyarakat terutama remaja. Sikap para remaja, seperti yang ditampilkan para
copet tidak dapat berubah begitu saja tanpa adanya bimbingan dari keluarga
terutama orang tua, masyarakat, dan tokoh agama.
Untuk mengajarkan struktur drama kepada siswa, guru memerlukan
seperangkat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar dapat diajarkan kepada
siswa secara efektif dan efisien. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang dibuat dalam penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk kelas XI semester II yang disesuaikan dengan kurikulum 2013. Oleh
karena itu, drama “Sebelum Sembahyang” sangat cocok diterapkan di SMA
berkaitan dengan pembelajaran sastra.
5.2 Implikasi
Drama “Sebelum Sembahyang” karya Kecuk Ismadi C.R mengandung
pesan di dalamnya. Drama ini menggambarkan karakteristik remaja sekarang.
Siswa dapat memahami perilaku remaja yang buruk dapat merugikan diri sendiri
dan orang lain. Peneliti mengkaji tentang empat orang remaja yang berperan
sebagai copet, pak Kiai sebagai tokoh agama dan wanita sebagai orang biasa ini
dapat digunakan untuk mengetahui bakat siswa dalam bermain drama.
5.3 Saran
Berdasarkan uraian di atas, saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman tentang kajian
sastra, terutama struktur drama bagi mahasiswa PBSI. Oleh karena itu, sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
diharapkan agar mahasiswa PBSI bisa membaca hasil analisis struktur naskah
drama “Sebelum Sembahyang” karya Kecuk Ismadi C.R. sehingga bisa mengetahui
kekurangan dan kelebihannya.
5.3.1 Bagi Guru pengampu bidang studi Bahasa dan sastra Indonesia
Guru bidang studi Bahasa dan sastra Indonesia mampu mengusai materi
yang baik, metode pembelajaran dan strategi yang tepat dan menarik. Selain itu,
guru harus dapat memilih berbagai jenis drama dari berbagai pengarang yang
nantinya dapat dijadikan bahan belajar. Dan guru juga diharapkan memberi
motivasi dan mendorong bakat siswa yang terpendam terutama bermain drama atau
berakting.
5.3.2 Bagi peneliti lain
Bagi peneliti lain, diharapkan ada penelitian yang lebih lengkap dan
variative dalam menganalis drama, seperti (a) Tingkat kesulitan siswa menganalisis
drama “Sebelum Sembahyang” dan (b) Pengembangan Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:
Renika Cipta.
Else, Gerald F. 2003. Aristotle poetics. Terjemahan: Sugiyanto. Cetakan I.
Yogyakarta: Putra Langit.
Dewojati, Cahayaningrum. 2010. Drama Sejarah, Teori, dan Penerapannya.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Fadlillah. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,
SMP/MTS, dan SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Hamzah, Adjib. 1985. Pengantar Bermain Drama. Bandung: Rosda.
Harymawan, RMA. 1988. Dramaturgi. Bandung: Rosda.
Hendy, Zaidan. 1988. Pelajaran Sastra 2, Program Studi Pengetahuan Budaya.
Jakarta: Gramedia.
Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Johnson, Dayle Paul. 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern Vol:II. Jakarta:
Gramedia.
Kartikajati, Rintis. 2009. “Unsur Intrinsik Drama ‘Janji’ Karya Djody M. dan
Implementasi Dalam Silabus Serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Drama Di SMP. ”. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: PBSID USD.
Krismiati, Maria Margareta. 2004. “Struktur Drama ‘Tangis’ Karya P. Hariyanto
dan Implementasinya Sebagai bahan Pembelejaran Sastra di SMU”.
Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: PBSID USD.
Koentjaraningrat. 1991. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
Kosasih, Engkos. 2014. Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI,
Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Krissandi, Apri Damai Sagita. 2017. Pembelajaran Bahasa Indonesia Inovatif di
Sekolah Dasar. Yogyakarta: Penerbit WR.
Luxemburg, Jan Van, dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Terjemahan Dick
Hartoko. Jakarta: Gramedia.
Majid, Abdul & Chaerul Rochman. 2014. Pendekatan Ilmiah Dalam Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Martaulina, Sinta Diana. 2015. Bahasa Indonesia terapan. Yogyakarta:
Deepublish.
Muhaimin, dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta : RajaGrafindo Persada.
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Nurbaya, St. 2011. Bahasa Indonesia: Panduan Menulis Karya Ilmiah.
Yogyakarta: Kanwa Publisher.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Oemarjati, Boen Sri. 1969. Bentuk Lakon Dalam Sastra Indonesia. Jakarta: Gunung
Agung.
Palupi, Dyah Tri. 2016. Cara Mudah Memahami Kurikulum. Surabaya: Jaring
Pena.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta : Universitas Gajah
Mada.
Priyatni, Endah Tri. 2010. Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis.
Malang: Bumi Aksara.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rumadi, A. 1988. Kumpulan Drama Remaja. Jakarta: Gramedia.
Sastromiharjo, Andoyo. 2011. Bahasa dan Sastra Indonesia 3 SMA/MA Kelas XII.
Jakarta: Yudistira.
Satoto, Soediro. 1985. Wayang Kulit Purwa Makna dan Struktur Dramatiknya.
Surakarta: Javanologi.
2012. Analisis Drama dan Teater. Kartasura: Penerbit Ombak.
Setiawan, Yuli. 2004. “Tokoh, Alur, Latar, dan Tema Drama ‘Abu’ Karya B.
Soelarto Serta Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra di SMU.
Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: PBSID USD.
Suyanto, Edi. 2016. Bahasa, Cermin Cara Berpikir dan Bernalar. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Tjahjono, Liberatus Tengsoe. 1987. Sastra Indonesia Pengantar Teori dan
Apresiasi. Surabaya: Nusa Indah.
Wiyanto, Asul. 2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta: Grasindo.
Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
SEBELUM SEMBAHYANG
Kecuk Ismadi C. R.
Para Pelaku
1. Copet I
2. Copet II
3. Copet III
4. Copet IV
5. Kiai
6. Wanita
Lokasi pada sebuah gang yang sepi dekat sebuah masjid pada sebuah desa. Terdengar
kentongan dan bedug dipukul orang, lalu disusul suara adzan.
01. Copet III : Itu suara apa?
02. Copet II : Suara orang adzan
03. Copet I : Apa? Suara orang edan?
04. Copet II : Adzan, Goblok!
05. Copet I : Apa? (Meniling-nilingkan kepala)
06. Copet II : Adzan, tuli?
07. Copet I : Oh, orang adzan. Adzan itu apa toh?
08. Copet III : Adzan itu panggilan untuk menjalankan sembahyang. Iya
kan? Benar, kan?
09. Copet II : Ho-oh!
10. Copet I : Adzan! Adzan! Wah baru kali ini aku dengar istilah itu. Kok,
hampir sama, ya? Adzan! Edan!
11. Copet IV : Hussss, dosaaaa! Dosa lho. Kamu
12. Copet I : Lho, kok dosa? Ini kan fakta? Kata adzan aku memang jarang
mendengar. Lha, kalau kata edan mah itu sering kudengar
Waktu aku masih di asrama.
13. Copet III : Wah, gaya! Jadi kamu pernah tinggal di asrama?
14. Copet I : Jelas, dong! Dilihat tampangku kan kelihatan.
15. Copet IV : Mana, sih asramamu?
16. Copet I : Wah asrama saya sangat ngetop!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
17. Copet II : Lha iya, mana? Di mana itu?
18. Copet I : Di... Mana, ya? Kalau tak salah di Pakem
19. Copet II, III, IV : Oooooo, Pakem?! Pantas, pantas. (Tertawa)
20. Copet I : Kenapa kalian saling tertawa, ha? Kenapa? Ha? Kenapa?
21. Copet III : Jebulnya pensiunan wong edan! Hahahaha bekas orang gila.
(Saling Tertawa) Jebolan rumah sakit jiwa.
22. Copet I : Siapa yang pensiunan wong edan?
23. Copet IV : Lha, ya kamu itu! Lah kalau bukan kamu siapa? Saya? Ah ga
pantas dong. Saya kan cocoknya jadi presiden.
24. Copet II : Saya cocoknya jadi perdana menteri luar negeri.
25. Copet III : Kalau saya cocoknya jadi dramawan besar seperti
Shakespeare, Anton Chekov, Stanislavky atau paling tidak
Rendra.
26. Copet I : (Tersenyum-senyum) Kalau saya... Kalau saya... Cocoknya
jadi... Jadi...
27. Copet II : Ya, jadi wong edan! (Semuanya tergelak-gelak)
28. Copet I : Bangsat! Bangsat! Bangsat! Kenapa kalian terus tertawa?
Sedari tadi kalian mengataiku gila. Sekarang hilanglah
kesabaran saya. Aku tidak terima, aku tidak terima. Ha,
kenapa kalian bengong? Aku marah tahu! Marah!
29. Copet II : Sungguhan atau tidak?
30. Copet I : Sungguh!
31. Copet II : Wah, awas lho! Dia marah sungguh, lho.
32. Copet I : Hayo, maju sini. Jangan mundur-mundur begitu. Ayo, ayo
maju sini. Siapa yang tadi menghinaku, ha? Kenapa sekarang
takut? Ayo sini kerubutlah aku, kalau ingin benjut kepalamu!
33. Copet IV : Wah, gawat nih. Dia marah sungguhan. Cilaka kita bakal
dihajarnya.
34. Copet III : Lha kamu sih tadi ngejeknya keterlaluan. Kalau jadi begini
gimana?
35. Copet II : Wah lha saya nggak nyangka kalau dia bakal serius, kok.
36. Copet I : Ayo, jangan bisik-bisik melulu. Ayo lawan aku! Saya anak
turunan Prabu Menakjingga yang perkasa. Ayo! Majulah! Ini
dia pangeran dari Blambangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
(Tiga copet yang lain menjadi semakin ketakutan, setiap
digertak mereka semakin mengkeret dan mundur. Ketakutan
memuncak, tiba-tiba copet I tertawa terbahak-bahak yang
lain jadi terkejut/heran)
37. Copet II : Lho, kenapa sekarang dia malah ketawa?
38. Copet III : Kumat, mungkin? Kambuh sakit edan atau ayan?
39. Copet IV : Mat! Kenapa kau tertawa?
40. Copet I : (Masih terus tertawa)
41. Copet III : Mat, kamu tidak kumat, bukan?
42. Copet I : (Sambil terus tertawa) Wah, kenapa sekarang kalian menjadi
manusia-manusia tolol! Kenapa sekarang kalian mudah sekali
ditipu?
43. Copet II : O! Jadi kamu tadi tidak marah, Mat?
44. Copet I : Edan apa? Masak sama kawan sendiri kok marah?
45. Copet IV : Wah, kalau tahu kau tadi tidak marah saya tidak akan
ketakutan seperti ini. Nih, lihat, gara-gara kamu pura-pura
marah, saya sampai terkencing-kencing di celana. Lihat,
celanaku basah kuyup.
46. Copet I, III, IV : (Tertawa Bersama)
47. Copet II : Kamu cocok sebagai pemain sandiwara kalau begitu.
Permainanmu tadi sungguh-sungguh akting yang total sekali!
48. Copet I : Sungguh? Sungguhkah, kata-katamu itu?
49. Copet II : Iya, dong! Kau bisa jadi pemain watak.
50. Copet I : Hiihihik! (Sambil lari-lari kegirangan)
(Yang lain senyum-senyum sambil menempelkan telunjuk
masing-masing di jidat dengan posisi miring)
51. Copet I : Tapi, tapi saya tidak edan bukan?
52. Copet II, III, IV : O, tidak, tidak!
(Tiba-tiba datanglah seorang wanita berkerudung sambal
membawa mukena dan sajadah untuk shalat)
53. Copet III : Ssst! Lihat, tuh! Ada mangsa datang!
54. Copet II : O, iya! Waduh cantiknya, Meks!
55. Copet IV : Stop, Nona! Mau ke mana? (Wanita muslim itu berhenti dan
menatap komplotan itu satu per satu)
56. Copet II : Wah, tatapannya maut, sih. Keder juga aku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
57. Copet III : Kalau aku justru malah jatuh cinta! Oooh... Bidadariku, inikah
yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?
58. Copet I : Alaaa... Pandangan pertama gombal!
(Wanita itu kembali akan meneruskan perjalanan)
59. Copet IV : Lho, lho, nanti dulu, Nona Ayu. Pertanyaanku belum dijawab,
bukan? Mau ke mana bidadariku?
60. Wanita Muslim : Minggir. (Sambil pasang kuda-kuda)
61. Copet IV : Oit, melotot. Aksi! Mau melawan, ya?
(Copet IV mendekat akan mencolek, tiba-tiba tangannya
ditangkap dan diplintir, lalu ditendang)
62. Copet IV : Waduh-waduh! Tiada kusangka kalau dia pandai pencak silat.
63. Copet II : Nah, itu namanya ketanggor!
64. Copet III : Kamu ini bagaimana? Orang temannya kena celaka, tidak
ditolong malah dicela.
65. Copet II : Lha dia kemlinthi, kok! Lha ya biar kapok!
66. Copet I : Sudah, sudah, perkara sepele saja diributkan. Kan sekarang
ada perkara yang lebih menarik dan menguntungkan. Tuh, tuh
lihat dia mau pergi. Heit, heit, mau pergi ke mana, nih. Ayo,
Kawan cepat. Kita gasak saja. Kita preteli perhiasannya. Kita
perkosa orangnya. (Tiba-tiba datang seorang Kiai)
67. Kiai : Ha...ha...ha... Sungguh pemandangan yang lucu. Empat ekor
serigala kelaparan mencoba memangsa kelinci tak berdaya.
Sungguh tak seimbang.
68. Wanita Muslim : Guru!
69. Kiai : Minggirlah, Zubbaidah, mereka bukan lawanmu. Dan mereka
memang patut diberi pelajaran.
70. Copet I : Siapa kamu? Minggir! Kalau tidak parangku, Kiai
Kalamenjing ini, akan merobek tubuhmu.
71. Kiai : Oke,aku tidak mau minggir. Kalau memang penasaran
majulah!
72. Copet I : Bangsat!
(Terjadi perkelahian, Kiai dikerubuti, tetapi tetap unggul)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
73. Copet III : Aduh, waduh bingung. Aku kapok. Pak Kiai, kapok!
74. Copet IV : Waduh kepalaku banjut. Ampun!
75. Copet II : Seluruh tubuhku rasanya ngilu semuanya. Jangan, Pak Kiai,
saya jangan dipukuli lagi.
76. Copet I : Saya juga kapok, Pak Kiai.
77. Kiai : Benarkah kalian sudah kapok?
78. Copet I : Iya, Pak Kiai. Sungguh!
79. Copet II : Yakin - ainul - yakin “ainul yakin” segala.
80. Kiai : Allaaaa! Pakai yakin “ainul yakin” segala.
81. Copet II : Lho, diam-diam saya dulu pernah jadi santri di pondok, Pak
Kiai.
82. Kiai : Lha, kenapa sekarang kok mrandal?
83. Copet II : Itulah Pak Kiai saya lari dari pondokgara-gara mencuri
petromaks.
84. Kiai : Dasar! Lha kamu?
85. Copet I : Kalau saya dulu juga sering ke mesid, Pak Kiai. Terutama
kalau bulan puasa saya ikut terawehan. Tetapi terus menerus
saya nyolongi sendal baru di mesjid.
86. Kiai : Asem, kamu!
87. Copet III : Kalau almarhum kakek buyut saya dulu seorang modin, Pak
Kiai. Suka mimpin kenduri, itu kata orang tua saya. Tapi
sayang saya dilahirkan dalam rumah tangga yang kacau balau.
Bapak saya tukang kepruk. Ibu saya seorang pelacur jalanan.
88. Kiai : Astagfirullah! Manusia memang tidak akan mengetahui apa
yang akan menjadi rencana-rencana Allah. Tuhan memang
mengemudi kita semua. Tetapi jika kalian terjerumus ke
jurang yang penuh onak dan cadas, jangan kalian salahkan
Tuhan. Sebab kalian telah turuti bujukan syaitan nirajim!
(Semua orang bengong, Lalu bersama-sama mengangkat
tangan, seperti gaya orang mendoa “Amin” dalam kenduri)
89. Kiai : Pada mulanya kalian ini adalah fitrah. Namun orang tuamu
telah salah dalam menjuruskan kalian. Di samping kalian
sendiri salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
dalam memilih teman bergaul. Saya tidak akan berkata
panjang lebar. Hanya saya akan menawarkan pada kalian. Jika
kalian ingin meluruskan jalan kalian, saya sanggup memberi
petunjuk. Jika tidak, toh itu urusan kalian juga. Aku akan
segera meneruskan perjalanan.
90. Copet II : Kawan-kawan alangkah baiknya tawaran Pak Kiai. Kita tellah
ditaklukkannya. Dan jadi berandal pun lama-lama bosan juga.
Pikiran selalu tidak tenang dan khawatir. Oh aku jadi ingat
sebuah nasihat. “Bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib
seseorang jika orang itu sendiri tidak mau mengubah”. Betul
begitu bukan, Pak Kiai?
91. Kiai : Ya, demikianlah. Sekarang bagaimana?
92. Copet III : Saya nurut saja, deh, kepada Pak Kiai.
93. Copet IV : Tapi gimana? Saya ini beragama Katholik, Pak Kiai. Pakde
saya ada yang jadi Pastur. Saya sejak lahir telah dikukuhkan
sebagai umat Kristiani, saya telah dibaptis. Nama saya
Fransiscus Xaverius Boiman.
94. Kiai : Oh, begitu! Jika demikian pulanglah kamu ke haribaan
agamamu. Minta ampunlah kepada orang tuamu. Segera
bertaubatlah kepada Allah dengan mengaku dosa lewat
pastur. Dan jalankan kehidupan Liturgi yang telah lama kau
lupakan. Rajin-rajinlah ke gereja, sesudah mengaku dosa pada
pasturnya.
95. Copet IV : Terima kasih, Pak Kiai! (Terdengar suara iqamah di mesjid)
96. Kiai : Zubbaidah, ,arilah! Dengarlah Qomat di mesjid, sembahyang
sudah mulai. Tak apalah kita terlambat sedikit.
97. Wanita Muslim : Marilah, Guru.
98. Kiai : Hai, kalian bagaimana? Mau pulang atau ikut kami?
99. Copet I : Bagaimana?
100. Copet III : Lha, bagaimana?
101. Copet II : Yuk, ikut saja deh. Saya ikut Anda. Pak Kiai.
102. Copet I : Saya juga Pak Kiai.
103. Copet III : Saya juga, Pak. Tapi saya diajari wudlu dulu.
104. Kiai : Baik! Marilah!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
105. Copet IV : Saya pulang dulu, Pak Kiai. Kawan-kawan selamat berpisah.
Selamat berjalan di rel yang baru. Saya akan pergi ke gereja
mulai besok Minggu.
Layar turun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TRIANGULASI HASIL PENELITIAN
STRUKTUR DRAMA “SEBELUM SEMBAHYANG” KARYA KECUK ISMADI C.R.
DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI SMA
Bapak/Ibu guru Triangulator mohon untuk memeriksa dan mengecek kembali data yang diperoleh peneliti untuk keperluan keabsahan
data. Triangulator yang dipercaya untuk memeriksa data penelitian adalah penyidik yang memiliki kemampuan dalam bidang drama.
Petunjuk Pengisian:
1. Bapak/Ibu guru Triangulator mohon berikan tanda centang () pada kolom triangulasi jika setuju atau tidak setuju terhadap
analisis struktur drama “Sebelum Sembahyang” karya Kecuk Ismadi C.R.
2. Bapak/Ibu guru Triangulator mohon berilah cacatan pada kolom keterangan Triangulator.
No Struktur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis Setuju Tidak
Setuju
keterangan
1 Alur
Paparan
Pemaparan adalah bagian karya
sastra drama yang berisi
keterangan mengenai tokoh serta
latar. Dalam tahapan ini pengarang
memperkenalkan cara tokoh,
menjelaskan tempat
peristiwa, dan menggambarkan
peristiwa yang akan terjadi.
Pemaparan ini meliputi pemaparan
munculnya para Copet pada
sebuah gang sepi dekat masjid
pada sebuah desa yang sedang
memperdebatkan masa lalu yang
mereka sebelum menjadi seorang
copet dan bertemu dengan seorang
Wanita Muslim yang kemudian
mereka coba untuk menggodanya
dan berniat mencopet serta
Para Pelaku
1. Copet I
2. Copet II
3. Copet III
4. Copet IV
5. Kiai
6. Wanita
Lokasi pada sebuah gang yang sepi
dekat sebuah masjid pada sebuah desa.
Terdengar kentongan dan bedug
dipukul orang, lalu disusul suara
adzan.(Ismadi, hal 61)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rangsangan
Gawatan
memperkosanya.
Rangsangan adalah tahapan alur
ketika muncul kekuatan, kehendak,
kemauan, sikap, dan pandangan
yang saling bertentangan dalam
drama. Rangsangan yang terjadi
pada drama “Sebelum
Sembahyang” disaat para Copet
sedang bercakap-cakap, mereka
melihat seorang Wanita Muslim
lewat yang akan pergi shalat. Para
Copet mendekati Wanita Muslim
tersebut dan mengelaurkan kata-
kata gombal untuk merayunya,
tetapi Wanita Muslim ini cukup
berani untuk berhenti lalu menatap
para Copet itu satu per satu.
Gawatan adalah ketidakpastian
yang berkepanjangan dan semakin
menjadi-jadi. Dengan adanya
tegangan menjadikan penonton
menyebabkan terpancing
keingintahuannya akan kelanjutan
cerita serta penyelesaian masalah
yang dihadapi tokoh.
Dalam menumbuhkan gawatan
pada drama “Sebelum
Sembahyang” pengarang mencoba
dengan dialog yang terjadi antara
copet I menghentikan keributan
52. Copet II, III, IV: O, tidak, tidak!
(Tiba-tiba datanglah seorang wanita
berkerudung sambil membawa
mukena dan sajadah untuk shalat).
(Ismadi, hal 63).
53. Copet III: Ssst! Lihat, tuh! Ada
mangsa datang! (Ismadi, hal 63 )
54. Copet II: O, iya! Waduh cantiknya,
Meks! (Ismadi, hal 63)
55. Copet IV: Stop, Nona! Mau ke
mana? (Wanita muslim itu berhenti
dan menatap komplotan itu satu per
satu). (Ismadi, hal 63)
60. Wanita Muslim: Minggir. (Sambil
pasang kuda-kuda) (Ismadi, hal 64)
61. Copet IV: Oit, melotot. Aksi! Mau
melawan, ya? (Copet IV mendekat
akan mencolek, tiba-tiba tangannya
ditangkap dan diplintir, lalu
ditendang) (Ismadi, hal 64)
66. Copet I: Sudah, sudah, perkara
sepele saja diributkan. Kan
sekarang ada perkara yang lebih
menarik dan menguntungkan. Tuh,
tuh lihat dia mau pergi. Heit, heit,
mau pergi ke mana, nih. Ayo,
Kawan cepat. Kita gasak saja. Kita
preteli perhiasannya. Kita perkosa
orangnya. (Tiba-tiba datang seorang
Kiai) (Ismadi, hal 64)
67. Kiai :Ha...ha...ha...Sungguh
pemandangan yang lucu. Empat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tikaian
Rumitan
yang dianggap spele dan
mengarahkan pandangan mereka
pada wanita yang akan menjadi
mangsa mereka yang rencananya
akan dicopet dan perkosa. Tetapi
rencana mereka dicegat oleh Pak
Kiai.
Tikaian adalah perselisihan yang
timbul sebagai akibat adanya dua
kekuatan yang bertentangan satu
diantaranya diwakili oleh manusia
atau pribadi yang biasanya
menjadi protagonist dalam cerita.
Di sini Pak Kiai mencoba untuk
mencegat para copet,
memerintahkkan Zubbaidah
minyingkir dan Pak Kiai
menghadapi para copet yang tak
ingin mundur dari cegatan Pak
Kiai.
Rumitan adalah pemaparan
tahapan ketika suasana semakin
panas karena konflik semakin
mendekati puncaknya. Rumitan
mempersiapkan penonton untuk
menerima dampak dari klimaks.
ekor serigala kelaparan mencoba
memangsakelinci tak
berdaya.Sungguh tak seimbang.
(Ismadi, hal 64)
68. Wanita Muslim : Guru! (Ismadi, hal
64)
69 Kiai : Minggirlah, Zubbaidah,
mereka bukan lawanmu. Dan mereka
memang patut diberi pelajaran.
(Ismadi, hal 64)
70. Copet I: Siapa kamu? Minggir!
Kalau tidak parangku, Kiai
Kalamenjing ini, akan merobek
tubuhmu. (Ismadi, hal 64)
71. Kiai ak mau minggir. Kalau
memang penasaran majulah!
(Ismadi, hal 64)
72. Copet I: Bangsat!
(Terjadi perkelahian, Kiai
dikerubuti, tetapi tetap unggul)
(Ismadi, hal 64)
73. Copet III: Aduh, waduh bingung.Aku
kapok. Pak Kiai, kapok! (Ismadi, hal
65)
74. Copet IV: Waduh kepalaku banjut.
Ampun! (Ismadi, hal 65)
75. Copet II: Seluruh tubuhku rasanya
ngilu semuanya. Jangan, Pak Kiai,
saya jangan dipukuli lagi. (Ismadi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Klimaks
Klimaks adalah titik puncak
sebuah cerita. Peristiwa dalam
tahap ini adalah mengubah dari
nasib seorang tokoh. Rumitan
merupakan puncak yang diikuti
krisis atau titik balik.
hal 65)
76. Copet I: Saya juga kapok, Pak
Kiai. (Ismadi, hal 65)
77. Kiai : Benarkah kalian sudah
kapok? (Ismadi, hal 65)
78. Copet I: Iya, Pak Kiai. Sungguh!
(Ismadi, hal 65)
72. Copet I: Saya juga kapok, Pak Kiai.
(Ismadi, hal 65)
73. Kiai : Benarkah kalian sudah
kapok? (Ismadi, hal 65)
74. Copet I: Iya, Pak Kiai. Sungguh!
(Ismadi, hal 65)
89. Kiai : Pada mulanya kalian ini
adalah fitrah. Namun orang tuamu
telah salah dalam menjuruskan
kalian. Di samping kalian sendiri
salah dalam memilih teman bergaul.
Saya tidak akan berkata panjang
lebar. Hanya saya akan
menawarkan pada kalian. Jika
kalian ingin meluruskan jalan
kalian, saya sanggup memberi
petunjuk. Jika tidak, toh itu urusan
kalian juga. Aku akan segera
meneruskan perjalanan. (Ismadi, hal
65- 66)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Leraian
Selesaian
Tahap leraian merupakan bagian
dari alur setelah tercapainya
klimaks dan krisis, merupakan
peristiwa yang menunjukan
perkembangan lakuan kearah
selesaian. Dalam hal ini kadar
pertentangan mereda. Ketengangan
emosional menyusut. Suasana
panas mulai mendingin. Menuju
kembali pada keadaan semula
seperti sebelum terjadi
pertentangan leraian dalam teks
drama ini ditandai dengan nasehat
sekaligus tawaran untuk
memberikan petunjuk yang
diberikan oleh Pak Kiai supaya
para Copet kembali meluruskan
jalan mereka masing-masing.
Tahap penyelelesaian ini
merupakan bagian dari alur drama.
Akhir dari selesaian dalam drama
“Sebelum Sembahyang” ini saat
adanya perkacapan dari para
Copet, dan Pak Kiai yang
mengucapkan pamitan dan salam
perpisahan kepada teman-temanya
untuk memulai hidup yang baru.
Tahap penyelelesaian ini
merupakan bagian dari alur drama.
Akhir dari selesaian dalam drama
“Sebelum Sembahyang” ini saat
adanya perkacapan dari para
90. Copet II :Kawan-kawan alangkah
baiknya tawaran Pak Kiai. Kita
tellah ditaklukkannya. Dan jadi
berandal pun lama-lama bosan juga
Pikiran selalu tidak tenang dan
khawatir. Oh aku jadi ingat sebuah
nasihat.“Bahwa Tuhan tidak akan
mengubah nasib seseorang jika
orang itu sendiri tidak mau
mengubah”. Betul begitu bukan,
Pak Kiai? (Ismadi, hal 66)
91. Kiai :Ya, demikianlah. Sekarang
bagaimana? (Ismadi, hal 66)
92. Copet III: Saya nurut saja, deh,
kepada Pak Kiai. (Ismadi, hal 66)
101. Copet II: Yuk, ikut saja deh. Saya
ikut Anda. Pak Kiai. (Ismadi, hal
66)
102. Copet I: Saya juga Pak Kiai.
(Ismadi, hal 66)
103. Copet III: Saya juga, Pak. Tapi
saya diajari wudhu dulu. (Ismadi,
hal 66)
104. Kiai: Baik! Marilah! (Ismadi, hal
66)
105. Copet IV : Saya pulang dulu, Pak
Kiai. Kawan-kawan selamat
pergi ke gereja mulai besok
Minggu. (Ismadi, hal 67)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Copet, dan Pak Kiai yang
mengucapkan pamitan dan salam
perpisahan kepada teman-temanya
untuk memulai hidup yang baru.
2 Latar Tempat
Waktu
Sosial
Latar tempat menyarankan pada
lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya
fiksi. Dalam drama “Sebelum
Sembahyang” ini latar tempatnya
terjadi disebuah gang sepi dekat
masjid disebuah desa.
Penggambaran latar waktu dalam
drama “Sebelum Sembahyang”
terjadi pada sore hari saat copet I,
II, III, dan IV berada di gang sepi
dekat masjid terdengar kentongan
dan bedung dipukul orang, lalu
disusul suara adzan.
Latar sosial menyaran pada hal-hal
yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di
suatu tempat yang diceritakan
dalam karya fiksi. Tata cara
kehidupan sosial masyarakat
mencakup berbagai masalah dalam
lingkup yang cukup kompleks.
Gambaran latar sosial yang
terdapat dalam drama “Sebelum
Sembahyang” adalah taat agama,
adanya sikap rasa peduli terhadap
sesama, toleransi yang berbeda
keyakinan.
Lokasi pada sebuah gang sepi dekat
sebuah masjid pada sebuah desa.
01. Copet III: Itu suara apa? (Ismadi,
hal 61)
02. Copet II: Suara orang adzan
(Ismadi, hal 61)
93. Copet IV: Tapi gimana? Saya ini
beragama Katholik, Pak Kiai. Pakde
saya ada yang jadi Pastur. Saya
sejak lahir telah dikukuhkan sebagai
umat Kristiani, saya telah dibaptis.
Nama saya Fransiscus Xaverius
Boiman. (Ismadi, hal 66)
94. Kiai : Oh, begitu! Jika demikian
pulanglah kamu ke haribaan
agamamu. Minta ampunlah kepada
orang tuamu. Segera bertaubatlah
kepada Allah dengan mengaku
dosa lewat pastur. Dan jalankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kehidupan Liturgi yang telah lama
kau lupakan. Rajin-rajinlah ke
gereja, sesudah mengaku dosa pada
pasturnya. (Ismadi, hal 66)
3 Karakter Copet I
Copet II
Copet III
Karakter Copet I suka bercanda,
mampu bersandiwara di depan
teman-temannya sehingga
membuat mereka sampai
ketakutan. Tetapi, dibalik sifat
kemarahannya pada waktu
bersandiwara di depan teman-
temanya, copet I orangnya rama,
baik dan setiakawan.
Karakter Copet II lebih sering
mengeluarkan kata-kata kasar. Dia
juga pernah menjadi seorang
santri, karena kenakalannya Dia
kabur dari pondok gara-gara
mencuri petromaks dan akhirnya
menjadi seorang copet.
Copet III terlahir dari keluarga
yang kacau balau, Bapaknya
adalah seorang tukang kepruk dan
Ibunya seorang pelacur jalanan
36.Copet I: Ayo, jangan bisik-bisik
melulu. Ayo lawan aku! Saya anak
turunan Prabu Menakjingga yang
perkasa. Ayo! Majulah! Ini dia
pangeran dari Blambangan. (Tiga
copet yang lain menjadi semakin
ketakutan, setiap digertak mereka
semakin mengkeret dan mundur.
Ketakutan memuncak, tiba- tiba
copet I tertawa terbahak-bahak yang
lain jadi terkejut/heran) ? (Ismadi,
hal 62-63)
44. Copet I: Edan apa? Masak sama
kawa sendiri kok marah? (Ismadi, hal
63)
02. Copet II: Adzan, Goblok! (Ismadi,
hal 61)
03. Copet II: Adzan, tuli? (Ismadi, hal
61)
27. Copet II: Ya, jadi wong edan!
(Semuanya tergelak-gelak) (Ismadi,
hal 62)
04. Copet III: Itu suara apa? (Ismadi, hal
61)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Copet IV
sehingga membuatnya kurang
mendapat perhatian dari orang tua.
Terlihat bahwa Copet III tidak
peduli dengan keagamaan selama
ini sehingga pemahamannya
tentang ajaran agama menjadi
kurang. Selain itu, Copet III juga
gampang mengeluarkan kata-kata
kasar. Dibalik sikapnya yang tidak
peduli, Copet III berkeinginan
untuk menjadi seorang dramawan
besar.
Karakter Copet IV yang
dipaparkan dalam teks drama
meskipun dia seorang Copet, tetapi
masih menunjukkan adanya
kebaikan dalam hatinya untuk
menghargai agama lain. Hal ini
dapat dilihat dari percakapannya
dengan Copet I ketika mengatakan
kalau adzan hampir sama dengan
edan dan Copet IV mengingatkan
untuk tidak menjelekkan karena
dosa. Copet IV juga mudah
ketakutan hingga kencing dicelana
pada saat Copet I pura-pura marah.
Disamping itu, Copet IV ini suka
menggombal wanita untuk
mendapatkan perhatian. Hal ini
dapat dilihat dari percakapan-
percakpan yang dipaparkan oleh
penulis untuk
08. Copet III: Adzan itu panggilan
untuk menjalankan sembahyang.
Iya kan? Benar, kan? (Ismadi, hal
61)
21. Copet III: Jebulnya pensiunan wong
edan! Hahahaha bekas orang gila.
(Saling Tertawa) Jebolan rumah
sakit jiwa. (Ismadi, hal 62)
25. Copet III: Kalau saya cocoknya jadi
dramawan besar seperti
Shakespeare, Anton Chekov,
Stanislavky atau paling tidak
Rendra. (Ismadi, hal 62)
10. Copet I: Adzan! Adzan! Wah baru
kali ini aku dengar istilah itu. Kok,
hampir sama, ya? Adzan! Edan!
(Ismadi, hal 61)
11. Copet IV: Hussss, dosaaaa! Dosa
lho. Kamu (Ismadi, hal 61)
55. Copet IV: Stop, Nona! Mau ke
mana? (Wanita muslim itu berhenti
dan menatap komplotan itu satu per
satu) (Ismadi, hal 63)
59. Copet IV: Lho, lho, nanti dulu,
Nona Ayu. Pertanyaanku belum
dijawab, bukan? Mau ke mana
bidadariku? (Ismadi, hal 64)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kiai
Wanita
Karakter dari seorang Pak Kia
sebagai tokoh agama, orangnya
bijaksana dalam mengambil
sebuah tindakan membela kaum
lemah. Sebagai tokoh agama, pak
Kiai selalu memberikan arahan
kepada mereka yang jalannya
tersesat. Kebijakan pak Kiai dapat
dilihat ketika berhadapan dengan
para Copet yang mencoba berbuat
jahat terhadap seorang Wanita
Muslim yang hendak pergi ke
masjid. Pak Kiai memberikan
tawaran dan petunjuk kepada para
Copet untuk meluruskan jalan
mereka kembali supaya tidak
berbuat jahat.
Karakter seorang Wanita Muslim,
rajin beribadah tidak banyak biaca,
tetapi dia selalu siap dan waspada
apabila ada yang berbuat jahat
88. Kiai: Astagfirullah! Manusia
memang tidak akan mengetahui apa
yang akan menjadi rencana-rencana
Allah. Tuhan memang mengemudi
kita semua. Tetapi jika kalian
terjerumus ke jurang yang penuh
onak dan cadas, jangan kalian
salahkan Tuhan. Sebab kalian telah
turuti bujukan syaitan nirajim!
(Semua orang bengong, lalu
bersama-sama mengangkat tangan,
seperti gaya orang mendoa “Amin”
dalam kenduri) (Ismadi, hal 65-66)
89. Kiai: Pada mulanya kalian ini
adalah fitrah. Namun orang tuamu
telah salah dalam menjuruskan
kalian. Di samping kalian sendiri
salah dalam memilih teman
bergaul. Saya tidak akan berkata
panjang lebar. Hanya saya akan
menawarkan pada kalian. Jika
kalian ingin meluruskan jalan
kalian, saya sanggup memberi
petunjuk. Jika tidak, toh itu urusan
kalian juga. Aku akan segera
meneruskan perjalanan. (Ismadi,
hal 66)
60. Wanita Muslim : Minggir. (Sambil
pasang kuda-kuda) (Ismadi, hal 64)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terhadapnya. Ketika para copet
mencoba mendekati dan merayu,
dia mengelak dan memasang kuda-
kuda seakan siap meladeni para
copet.
68. Wanita Muslim : Guru! (Ismadi, hal
64)
4 Bahasa Pilihan kata
Pola
kalimat dan
bentuk
sintaksis
Kata-kata yang dipakai dalam
drama “Sebelum Sembahyang”
menggunakan kata-kata yang
sederhana. Drama “Sebelum
Sembahyang” menceritakan empat
orang remaja sebagai copet, Pak
Kiai sebagai tokoh agama dan
Wanita muslim.
Kalimat-kalimat yang terdapat
dalam drama “Sebelum
Sembahyang” tidak hanya terdiri
dari kalimat pokok saja, tetapi
terdiri dari beberapa kalimat pokok
yang dihubungkan dengan kata
perangkai atau kalimat
penghubung dana kalimat
bawahan. Dengan demikian
penceritaan drama “Sebelum
Sembahyang” dapat lebih jelas
ditangkap dan dipahami oleh
pembaca walaupun kalimatnya
66. Copet I: Sudah, sudah, perkara
sepele saja diributkan. Kan
sekarang ada perkara yang lebih
menarik dan menguntungkan. Tuh,
tuh lihat dia mau pergi. Heit, heit,
mau pergi ke mana, nih. Ayo,
Kawan cepat. Kita gasak saja. Kita
preteli perhiasannya. Kita perkosa
orangnya. (Tiba-tiba datang seorang
Kiai) (Ismadi, hal 64)
67. Kiai :Ha...ha...ha... Sungguh
pemandangan yang lucu.
Empatserigala kelaparan mencoba
memangsa kelinci tak berdaya.
Sungguh tak seimbang. (Ismadi, hal
64)
90. Copet II: Kawan-kawan alangkah
baiknya tawaran Pak Kiai. Kita
tellah ditaklukkannya. Dan jadi
berandal pun lama-lama bosan juga.
Pikiran selalu tidak tenang dan
khawatir. Oh aku jadi ingat sebuah
nasihat. “Bahwa Tuhan tidak akan
mengubah nasib seseorang jika
orang itu sendiri tidak mau
mengubah”. Betul begitu bukan,
Pak Kiai? (Ismadi, hal 66)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terlalu Panjang dan rumit.
5 Tema
Melalui karakter-karakter drama
“Sebelum Sembahyang” Kecuk
Ismadi C.R. menghadirkan
penilaian terhadap berbagai
permasalahan dalam kehidupan
remaja baik berkaitan dengan
pengetahuan, kemampuan, dan
perkembangan jiwa remaja.
Karakter-karakter dalam drama
“Sebelum Sembahyang” terlihat
bahwa permasalahan yang
ditampilkan adalah permasalahan
lingkungan masyarakat desa. Di
mana dalam lingkungan tersebut
menhadirkan karakter yang sangat
tidak asing bagi kehidupan masa
remaja seperti yang ditampilkan
oleh para Copet yang menjadi
penyakit masyarakat terutama
remaja.
Sikap para remaja, seperti yang
ditampilkan para Copet tidak dapat
berubah begitu saja tanpa adanya
bimbingan dari keluarga terutama
orang tua, masyarakat, dan tokoh
agama. Dalam drama “Sebelum
Sembahyang” salah satu tokoh
agama dihadirkan di sana untuk
menyadarkan kembali para Copet
ke jalan yang benar. Oleh karena
itu, dapat ditarik kesimpulan
bahwa tema yang terkandung
dalam drama “Sebelum
89. Copet II: Kawan-kawan alangkah
baiknya tawaran Pak Kiai. Kita
tellah ditaklukkannya. Dan jadi
berandal pun lama-lama bosan juga.
Pikiran selalu tidak tenang dan
khawatir. Oh aku jadi ingat sebuah
nasihat. “Bahwa Tuhan tidak akan
mengubah nasib seseorang jika
orang itu sendiri tidak mau
mengubah”. Betul begitu bukan,
Pak Kiai? (Ismadi, hal 66)
90. Kiai:Ya, demikianlah. Sekarang
bagaimana? (Ismadi, hal 66)
91. Copet III: Saya nurut saja, deh,
kepada Pak Kiai. (Ismadi, hal 66)
92. Copet IV: Tapi gimana? Saya ini
beragama Katholik, Pak Kiai. Pakde
saya ada yang jadi Pastur. Saya
sejak lahir telah dikukuhkan sebagai
umat Kristiani, saya telah dibaptis.
Nama saya Fransiscus Xaverius
Boiman. (Ismadi, hal 66)
93. Kiai: Oh, begitu! Jika demikian
pulanglah kamu ke haribaan
agamamu. Minta ampunlah kepada
orang tuamu. Segera bertaubatlah
kepada Allah dengan mengaku
dosa lewat pastur. Dan jalankan
kehidupan Liturgi yang telah lama
kau lupakan. Rajin-rajinlah ke
gereja, sesudah mengaku dosa pada
pasturnya. (Ismadi, hal 66)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sembahyang” adalah kebijakan
seorang Pak Kiai yang membuat
para copet sadar dan bertobat
menuju jalan dan keyakinannya
masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah Menengah Atas (SMA)
Drama “Sebelum Sembahyang” sesuai dengan Kurikulum 2013
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : XI/ II
Materi Pokok : Teks Drama
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
A. Kompetensi Inti
KI3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan factual, konseptual,
procedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomen dan keadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara afektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
No Kompetensi Dasar Indikator
1 3.4 Mengidentifikasi struktur drama
baik lisan maupun tulisan.
3.4.1 Siswa mampu mengidentifikasi
struktur drama baik lisan maupun
tulisan.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran diharapkan:
1. Siswa dapat mengidentifikasi struktur drama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
D. Materi Pembelajaran
1. Mengenal pengertian drama
2. Mengenal struktur drama
E. Metode Pembejaran
Metode: Saintifik Learning
F. Media dan Sumber Belajar
Media: Teks drama “Sebelum Sembahyang”
Sumber belajar:
1. Buku Kumpulan Drama Remaja
2. Buku yang berkaitan dengan teks drama
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Guru Peserta
Didik
Pendahuluan
- Guru memulai pelajaran
dengan memberi salam
kepada para siswa.
- Guru meminta salah satu
siswa untuk memimpin
doa sebelum pelajaran
dimulai.
- Guru mempresensi siswa.
- Guru memberikan
motivasi kepada siswa
dalam mengikuti proses
pembelajaran.
- Peserta didik menerima
informasi tentang
keterkaitan pembelajaran
sebelumnya dengan yang
akan dilaksanakan.
- Guru menyampaikan
- Peserta didik
memberikan salam
balik kepada guru.
- Peserta didik
mendengarkan dan
mengangkat tangan
ketika namanya
dipanggil.
- Peserta didik
mendengarkan
penjelasan guru
seputar kegiatan
pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
15 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
kompetensi dasar,
indicator, tujuan
pembelajaran, dan
langkah-langkah
pembelajaran.
Kegiatan Inti
- Guru menyampaikan hal-
hal yang berkaitan
dengan kegiatan
pembelajaran yang akan
dilalui.
- Guru memberikan
intruksi kepada para
siswa untuk membentuk
kelompok.
- Guru mengarahkan para
siswa dalam setiap
kelompok.
Mengamati
- Peserta didik
mengamati penjelasan
guru terkait
pembelajaran yang
berlangsung.
menanya
- Peserta didik
menanyakan seputar
pengetian drama.
- Peserta didik
membuat pertanyaan
yang berhubungan
dengan struktur
drama.
Mengeksplorasi
(Menalar)
- Peserta didik
membuat kelompok
dalam satu kelompok
terdiri dari 3 orang.
Mengasosiasi
(Mencoba)
- Peserta didik
berdiskusi dengan
kelompoknya dengan
bimbingan guru yang
siap mengarahkan.
- Peserta didik
mengidentifikasi
mengenai struktur
drama yang terdapat
dalam teks drama
“Sebelum
60 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
- Guru meminta
perwakilan setiap
kelompok untuk
menyampaikan hasil dari
temuan mereka.
Sembahyang”.
- Peserta didik
berdiskusi dengan
teman kelompok.
- Kelompok membuat
kesimpulan dari hasil
temuan mereka.
Mengkomunikasikan
- Perwakilan kelompok
menyampaikan hasil
temuan mereka di
depan kelas.
- Kelompok saling
menilai kebenaran dan
kejelasannya.
- Peserta didik
menanggapi
presentasi
teman/kelompok lain
secara santun.
Penutup
- Guru memberikan
kesempatan kepada
peserta didik untuk
menyimpulkan
pembelajaran.
- Guru menanyakan
kesulitan yang dihadapi
para siswa pada saat
pembelajaran
berlangsung.
- Guru menyampaikan
rencana pembelajaran
selanjutnya.
- Pada akhir pembelajaran
guru meminta salah satu
siswa memimpin doa.
- Guru mengucapkan
salam dan terima
- Peserta didik
menyimpulkan
pembelajaran sesuai
apa dipelajari dan di
pahaminya.
- Peserta didik
menyampaikan
kesulitannya.
- Peserta didik mencatat
pokok materi
selanjutnya supaya
mereka membacanya.
- Salah satu siswa
memimpin doa.
- Peserta didik balik
membalas salam dan
15 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
kasih.Peserta didik dan
guru menyimpulkan
materi pelajaran.
mengucapkan terima
kasih kepada guru.
H. Penilaian Hasil Pembelajaran
1. Penilaian Sikap
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : XI/ II
Karakter yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah menunjukkan
perilaku sikap tanggung jawab, peduli, responsive, dan santun dalam menggunakan
Bahasa Indonesia dalam pembelajaran drama.
Kolom aspek perilaku diisi dengan angka yang sesuai kriteria berikut:
Bubuhkan tanda (√) pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan!
2. Penilaian Pengetahuan
Teknik : Tertulis
Bentuk : Uraian
Instrument : Mengidentifikasi sturktur drama “Sebelum Sembahyang”
No Nama Siswa Aspek Perilaku yang Dinilai Keterangan
Tanggung
jawab
Disiplin Responsif Percaya
diri
Jujur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Kriteria penilaian
No soal Deskripsi Skor
1 Mengidentifikasi sturktur drama “Sebelum Sembahyang”
sangat sempurna 4
2 Mengidentifikasi sturktur drama “Sebelum Sembahyang”
sempurna 3
3 Mengidentifikasi sturktur drama “Sebelum Sembahyang”
cukup sempurna 2
4 Mengidentifikasi sturktur drama “Sebelum Sembahyang”
kurang sempurna 1
Skor Maksimal 1
0
Pedoman Penilaian
Skor maksimal= jumlah skor tertinggi setiap kriteria.
Nilai = Skor yang diperoleh x 100
Skor Maksimal
Yogyakarta, 5 Februari 2018
Praktikan
Sarta Saogo
NIM: 131 224 071
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
LAMPIRAN
1. Pengertian Drama
Menurut Harymawan (1988: 1), kata drama berasal dari Bahasa Yunani draomai yang
berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya: dan “drama” berarti:
perbuatan, tindakan. Drama merupakan salah satu subpokok bahasan materi mata pelajaran
Bahasa da Sastra Indonesia. Drama tidak lain merupakan karya sastra (Hendy, 1988: 4).
Karena itu, memang tidak dapat dipisahkan dari unsur sastra itu sendiri, yaitu karya yang
menggunakan Bahasa yang indah, bernas, dan padat maknanya, serta bersifat imajinatif
(yaitu mengandung dan mendorong kita untuk menalarkan pikiran). Melalui drama, siswa
dapat berlatih berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
2. Struktur drama
Struktur merupakan komponen paling utama, dan merupakan prinsip kesatuan lakuan
(unity of action) dalam drama (Satoto, 1985: 14). Sedangkan menurut Nurgiyantoro (1995:
36), struktur karya sastra adalah hubungan antara unsur intrinsik yang bersifat timbal balik,
saling menentukan, saling memengaruhi, yang secara bersama membentuk kesatuan yang
utuh. Paul M Lovitt melalui Satoto (2012: 9), mengemukakan bahwa adegan di dalam lakon
merupakan hubungan unsur-unsur yang tersusun ke dalam satu kesatuan. Tegasnya,
“struktur” lakon adalah tempat hubungan dan fungsi dari adegan-adegan di dalam peristiwa-
perisriwa dan di dalam satu keseluruhan lakon.
a. Alur
Menurut Luxemburg, dkk (1984: 149), yang dinamakan alur ialah konstruksi yang
dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logic dan kronologik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
saling berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami oleh para pelaku. Walaupun cerita
rekaan berbagai ragam coraknya, ada pola-pola tertentu yang hampir selalu terdapat di
dalam sebuah cerita rekaan (Sudjiman, 1988: 30). Struktur umum alur menurut Sudjiman
digambarkan sebagai berikut.
Paparan (exposition)
Awal Rangsangan (inciting moment)
Gawatan (rising action)
Tikaian (conflict)
Tengah Rumitan (complication)
Klimaks
Akhir Leraian (falling action)
Selesaian (denouement)
1. Paparan (exposition)
Eksposisi atau paparan adalah bagian karya sastra drama yang berisi tentang
keterangan tokoh-tokoh serta latar. Biasanya eksposisi terletak bagian awal karya satra.
Pengarang memperkenalkan para tokoh serta menjelaskan tempat peristiwa dan
memberikan gambaran yang akan terjadi pada cerita tersebut.
2. Rangsangan (inciting moment)
Rangsangan adalah tahap alur ketika muncul kekuatan, kehendak, tantangan yang
muncul dalam sebuah drama. atau rangsangan bisa dikatakan peristiwa yang mengawali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
timbulnya gawatan. Peristiwa ini sering ditimbulkan oleh masuknya tokoh baru atau
datangnya berita yang merusak keadaan.
3. Gawatan (rising action)
Yang dimaksud dengan gawatan adalah ketidakpastian yang berkepanjangan dan
semakin menjadi-jadi. Dengan adanya tegangan menjadikan penonton menyebabkan
terpancing keingintahuannya akan kelanjutan cerita serta penyelesaian masalah yang
dihadapi tokoh.
4. Tikaian (conflict)
Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang
bertentangan satu diantaranya diwakili oleh manusia atau pribadi yang biasanya menjadi
protagonist dalam cerita.
5. Rumitan (complication)
Rumitan adalah pemaparan tahapan ketika suasana semakin panas karena konflik
semakin mendekati puncaknya. Rumitan mempersiapkan penonton untuk menerima
dampak dari klimaks.
6. Klimaks
Klimaks adalah titik puncak sebuah cerita. Peristiwa dalam tahap ini adalah
mengubah dari nasib seorang tokoh. Rumitan merupakan puncak yang diikuti krisis atau
titik balik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
7. Leraian (falling action)
Leraian adalah bagian struktur alur sesudah tercapai klimaks dan krisi, merupakan
peristiwa yang menunjukan perkembangan kearah selesaian. Di dalam tahap ini kadar
pertentangan yang terjadi mereda.
8. Selesaian (denouement)
Selesaian merupakan bagian akhir dari alur sebuah drama. dalam tahap segala
kesalahapahaman atau rahasia yang berkaitan dengan alur cerita dapat diketahui.
b. Karakter
Menurut Wiyanto (2002: 27), Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-
ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Seorang tokoh bisa saja berwatak sabar,
ramah, dan suka menolong. Sebaliknya, bisa saja tokoh berwatak pemberang, suka
marah, dan keji. Karakter ini diciptakan penulis lakon untuk diwujudkan oleh pemain
(aktor) yang memerankan tokoh itu. Agar dapat mewujudkannya, pemain harus
memahami benar karakter yang dikehendaki penulis lakon drama. Untuk itu, dia perlu
menafsirkan, membanding-bandingkan, dan menyimpulkan watak tokoh yang
diperankan, lalu mencoba-coba memerankannya. Hal ini harus dilakukan supaya
penampilannya benar-benar seperti tokoh yang diperankan, persis seperti tokoh
sesungguhnya.
c. Latar
Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan
sosial (Nurgiyantoro, 2007: 227). Ketiga unsur itu walaupun masing-masing menawarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya
saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
1. Latar Tempat
Menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat
dengan nama-nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama
jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah
mencerminkan atau paling tidak tak bertentangan dengan sifat dan keadaan
geografis tempat yang bersangkutan. Masing-masing tempat tentu saja memiliki
karakteristiknya sendiri yang membedakannya dengan tempat-tempat yang lain.
2. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut
biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya dengan
peristiwa sejarah.
Latar waktu dalam fiksi dapat menjadi dominan dan fungsional jika
digarap secara teliti, terutama jika dihubungkan dengan waktu sejarah. Namun,
hal itu juga membawa sebuah konsekuensi: sesuatu yang diceritakan harus sesuai
dengan perkembangan sejarah. Segala sesuatu yang menyangkut hubungan waktu,
langsung atau tidak langsung, harus berkesesuaian dengan waktu sejarah yang
menjadi acuannya. Akhirnya, latar waktu harus juga dikaitkan dengan latar tempat
(juga sosial) sebab pada kenyataannya memang saling berkaitan. Keadaan suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
yang diceritakan mau tidak mau harus mengacu pada waktu tertentu karena
tempat itu akan berubah sejalan dengan perubahan waktu.
3. Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan social masyarakat mencakup berbagai masalah dalam
lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat,
tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain
yang tergolong latar spiritual seperti yang dikemukakan sebelumnya. Disamping
itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan,
misalnya rendah, menengah, atau atas.
Latar bukanlah hanya sebagai pelengkap dalam suatu cerita. Unsur ini
sangat mendukung terhadap unsur yang lain, seperti: tokoh dan tema. Tempat
terjadinya suatu peristiwa, waktu terjadinya suatu peristiwa dalam cerita tentu
tidak dipilih begitu saja oleh pengarang, tetapi juga disesuaikan oleh tindakan
tokoh cerita, pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang, atau hal lainnya.
Keberhasilan suatu cerita tentu sangat tergantung kepada keharmonisan
(keterpaduan) unsur-unsur intrinsik drama.
d. Bahasa
Bahasa adalah rangkaian system bunyi atau symbol yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia, yang memiliki makna dan secara konvensional digunakan oleh sekelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
manusia (penutur) untuk berkomunikasi (melahirkan pikiran dan perasaan) kepada orang
lain (Suyanto, 2016: 15).
Bahasa sebagai bahan dasar diolah untuk menghasilkan lakon drama.
Karena itu, penulis lakon harus mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan
Bahasa, misalnya ragam lisan dan ragam tulis, ragam resmi dan ragam tak resmi.
Pengetahuan tentang hal itu sangat penting untuk menulis dialog. Dialog harus ditulis
denga ragam Bahasa yang tepat sesuai dengan siapa yang berbicara, tempat
pembicaraan itu berlangsung, dan masalah yang dibicarakan. Semua itu menentukan
ragam Bahasa yang dipakai. Juga, penulis perlu mengetahui dialek dan majas.
Pengetahuan tentang Bahasa dan keterampilan menggunakannya menjadi syarat
utama bagi penulis lakon drama.
Secara khusus penggunaan Bahasa dalam karya sastra meliputi beberapa hal.
1. Pilihan Kata
Pilihan kata di dalam penggunaan bahasa, yaitu dengan menggunakan kata-kata
yang lugas dan konkret serta mudah dipahami arti katanya.
2. Pola Kalimat dan Bentuk Sintaksis
Bahasa di sini tidak hanya terdiri dari kalimat pokok saja, tetapi terdiri dari
beberapa kalimat pokok yang dihubungkan dengan kata penghubung dan kalimat
bawahan. Pembalikan kalimat dan penghilangan kata juga termasuk di dalam pola
kalimat maupun bentuk sintaksisnya (Kartikajati, 2009: 24-26).
Jadi bahasa sangatlah berperan penting dalam setiap hal, termasuk dalam drama
“Sebelum Sembahyang” Bahasa terdapat kata maupun kalimat yang nantinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
digunakan oleh tokoh untuk berkomunikasi. setiap dialog berupa Bahasa-bahasa
yang mempunyai makna. Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan uga sebagai
bahan pembelaaran.
e. Tema
Menurut Oemarjati (1969: 65), tema adalah keseluruhan cerita dan kejadian serta
aspek-aspeknya, sebagaimana diangkat pencipta dari sejumlah kejadian yang ada, untuk
dijadikan dasar lakonnya: inheren dalam tema adalah saham-saham watak dan situasi.
Bila dihubungkan dengan topik dan judul, tema merupakan induknya, sedangkan topik
dan judul berada pada level di bawah tema (Nurbaya, 2011: 41-42).
Untuk menemukan tema dalam karya sastra harus disimpulkan dari keseluruhan
cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu saja. Tema tidak sama dengan
cerita tetapi tema merupakan dasar cerita, dan cerita disusun berdasarkan tema yang ada.
Dengan demikian, dapat menyampaikan tema, makna, atau tujuan penulis cerita fiksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Biodata Penulis
Sarta Saogo, lahir di Beleraksok 25 September 1993.
Anak terakhir dari delapan bersaudara pasangan alm
Tetex Saogo dan Erna Saleleubaja. Menyelesaikan
sekolah dasar pada tahun 2007 di SDN No. 21 Makalo.
Setelah itu melanjutkan di SMP Negeri 1 Pagai Utara
Selatan dan selesai tahun 2010. Studi dilanjutkan kembali
di SMA Negeri 1 Pagai Utara Selatan dan selesai tahun 2013. Kemudian
melanjutkan Pendidikan di Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta, yaitu
Universitas sanata Dharma dengan jurusan Pendidikan dan Seni, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Bahasa Sastra Indonesia. Untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan peneliti membuat skripsi dengan judul:
Struktur Drama “Sebelum Sembahyang” Karya Kecuk Ismadi C.R dan Rencana
Pembelajarannya di SMA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI