PENGARUH PENERAPAN IFRS, UKURAN PERUSAHAAN,
PROFITABILITAS, DAN KOMPLEKSITAS TERHADAP AUDIT DELAY
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftardi Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2008-2011)
SKRIPSIDiajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Siti Aliyah Nur Kholishah
NIM. 109082000107
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Siti Aliyah Nur Kholishah
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 12 Mei 1991
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jl. H. Marzuki No 65/146 rt.006/03
Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530
6. Telepon : 085693099205
7. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN Kebon Jeruk 06 pagi Tahun 1997-2003
2. MTs Nurul Huda Cirebon Tahun 2003-2006
3. MA N 1 KJ Palmerah Jakarta Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi-Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah JakartaTahun 2009-
2013
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Bendahara OSIS MA N 1 KJ Palmerah Jakarta, periode 2004-2005
2. Ketua Dewan Ambalan Putri, Pramuka MA N 1 KJ Palmerah Jakarta,
periode 2004-2005
3. Anggota LSO Dapur Seni angkatan 5 (2011) FST UIN Syarif
Hidayatullah
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : H. Achmad Baidlowi
2. Tempat Tanggal Lahir : Brebes, 12 Desember 1939
3. Ibu : Hj. Latifah
4. Tempat Tanggal Lahir : Cirebon, 11 Februari 1954
vii
5. Alamat : Jl. H. Marzuki No. 65/146 Rt. 006/03
Kebon Jeruk Jakarta Barat
6. Telepon : 021- 23707865
7. Anak ke dari : 4 dari 4 bersaudara
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Workshop menulis cerpen “Kupas Tuntas Rahasia Menulis Cerpen”, 25
Juni 2008.
2. Talkshow Narkoba “Make Your Life Without Drugs”, 8 Juni 2008.
3. Talkshow Pemberantasan Korupsi bersama KPK oleh BEMJ Akuntansi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 9 September 2009.
4. Pelatihan Manajemen Kualitas Diri (MKD) oleh BEMF Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
5. Visit Company PT Indofood Sukses Makmur, Tbk. oleh BEMJ
Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 13 Oktober 2009.
6. Peserta Olympiade Ekonomi Syariah, Jakarta 4-8 Februari 2009.
7. Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi” dalam acara
Insurance Goes to Campus, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 Mei
2010.
8. Seminar “Understanding The New Roles of Internal Audit in Detecting
& Preventing Fraud” dan Visit Company ”Ernst & Young” oleh SPA
FEUI Universitas Indonesia, 15 & 24 November 2010.
9. Peserta Training Organitation”We Are The Next Leader” oleh BEMF
FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 7 Mei 2011.
10. Workshop Komputer Akuntansi dengan Menggunakan Zahir
Accounting Edisi Standar 5.1, oleh HIMAS STAN, Jakarta 17 Maret
2012.
viii
The Effects of Implementation of IFRS, Client Size, Profitability and Complexity
on The Audit Delay
ABSTRACT
This research purposes to check the effects of implementation of IFRS, firm Size,
profitability and complexity on The Audit delay. This research used sample of
manufacturing industry which is listed in Indonesian Stock Exchange during 2008
to 2011 period. The number of manufacturing industries that were became in his
study were 68 companies with 4 year observation. Based on method purposive
sampling, research sample total is 272 financial statements. Hypothesis in this
research are tested by logistic regression. Result of this research indicates that
profitability influences significantly on the audit delay. On the other hand,
implementation of IFRS, firm Size, and complexity don’t influence significantly
audit delays.
Keywords : implementation of IFRS, firm Size, profitability, complexity on The
Audit delay
ix
Pengaruh Penerapan IFRS, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan
Kompleksitas terhadap Audit Delay
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan IFRS, ukuran
perusahaan, profitabilitas, dan kompleksitas terhadap audit delay. Penelitian ini
menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2008 sampai dengan 2011. Jumlah perusahaan
manufaktur yang dijadikan sample penelitian ini sebanyak 68 perusahaan dengan
periode pengamatan selama 4 tahun. Berdasarkan metode penelitian purposive
sampling, total sampel penelitian adalah 272 laporan keuangan. Pengujian hipotesis
menggunakan teknik regresi logistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa
profitabiltas berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Sedangkan penerapan
IFRS, ukuran perusahaan, dan kompleksitas tidak berpengaruh signifikan terhadap
audit delay.
Kata kunci : penerepan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas, kompleksitas,
audit delay.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
kehidupan, rahmat, dan Hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.
Shalawat dan salam penulis limpahkan kepada Baginda kita Nabi Muhammad
SAW, yang telah menuntun umatnya dengan penuh kesabaran menuju jalan yang
diridhoi Allah SWT, juga kepada keluarga, sahabat dan umatnya sepanjang zaman.
Skripsi ini berjudul ”Pengaruh Penerapan IFRS, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, dan Kompleksitas terhadap Audit Delay”. Penulisan skripsi ini
sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi.
Penulisan skripsi akan semakin tertunda dan tidak selesai tanpa bantuan semua
pihak. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Keluargaku : Abah dan Mimi, yang selalu memenuhi dan mengindahkan jiwa
ini Kakak tercinta (yayu atiyah, yayu lala, aa didik, abang Madi), Serta my
little Angle Ibrahim&Anwar. Mereka yang selalu ada untuk memberi semangat
dan support materil & nonmateril.. dan Love you so much.
2. Bapak Prof. Azzam Jasin Dr. MBA selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan kesempatan, mencurahkan perhatian dan memberikan banyak
masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
3. Ibu Wilda Farah, SE, Ak., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan kesempatan, mencurahkan perhatian dan memberikan banyak
masukan untuk kesempurnaan penelitian ini.Terima kasih untuk semuanya
kaka.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Rini, SE, Ak.,M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
xi
6. Bapak Hepi Prayudiawan SE, Ak.,M.Si selaku sekretaris Jurusan Akuntansi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Dr. Yahya Hamja, Bapak dosen yang telah membantu kesempurnaan
skripsi ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan segenap ilmunya.
9. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
10. Sahabat-sahabat yang telah memberikan semangat dan memberikan banyak
bantuan dalam penulisan skripsi ini, serta memberi kebahagiaan, keceriaan dan
kenangan. Terima kasih Immah Astinia, Dini Utami, Tita Puspitasari, Adi
Nugroho, Galih Ihsan, Erik Darmawan. Rosma Alia, Rufiyatun Nufus, Rika,
ka Rina, Ka Ria, My lovely Mom mama Arum dan My lovely Sister Ifta Aulia.
Thanks full for you All.
11. Sahabat yang jauh disana pipit, juju, dan yayat. Makasih doa dan dukungannya.
12. Sahabat seperjuangan Akun.C dan semua akuntansi angkatan 2009, teman-
teman dapur seni, sahabat MA N 1 (arip, bintin, maul, ozi, dede dkk), teman-
teman SD dan Teman yang tidak pernah jumpa tapi selalu memberi sinergi
positif
13. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, tanpa mengurangi rasa
hormat, terimakasih banyak atas segalanya.
Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang dimiliki
untuk menyempurnakan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini
sangat penulis harapkan.
Jakarta, Juni 2013
Siti Aliyah Nur Kholishah
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi............................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Kompre .................................................................. iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .................................................................... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ....................................................v
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................vi
Abstract .................................................................................................................viii
Abstrak................................................................................................................. ix
Kata Pengantar ...................................................................................................x
Daftar Isi ..............................................................................................................xii
Daftar Tabel.........................................................................................................xv
Daftar Gambar ....................................................................................................xvi
Daftar Lampiran ................................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
A. Latar Belakang Penelitian .........................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................15
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................15
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................18
A. Landasan Teori..........................................................................................18
1. Laporan Keuangan ............................................................................18
2. Audit dan Tujuan Audit ....................................................................21
a. Audit............................................................................................21
b. Tujuan Audit ..............................................................................25
3. Audit delay ........................................................................................26
4. Penerapan IFRS ................................................................................28
5. Ukuran Perusahaan ...........................................................................36
6. Profitabilitas .....................................................................................38
7. Kompleksitas.....................................................................................42
xiii
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Rumusan Hipotesis ................................43
1. Penerapan IFRS dengan audit delay .................................................43
2. Ukuran perusahaan dengan audit delay ............................................44
3. Profitabilitas dengan audit delay ......................................................44
4. kompleksitas dengan audit delay ......................................................45
C. Hasil Penelitian Sebelumnya.....................................................................45
D. KerangkaPemikiran...................................................................................51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................54
A. Ruang Lingkup Penelitian.........................................................................54
B. Metode Penentuan Sampel........................................................................54
C. Metode Pengumpulan Data .......................................................................55
D. Metode Analisis Data................................................................................56
1. Definisi Regresi logistik......................................................................56
2. Tahapan Regresi Logistik ...................................................................57
a. Statistik Deskriptif ........................................................................57
b. Pengujian Hipotesis Penelitian......................................................58
1) Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit).....................58
2) Koefisien Determinan (Nagelkerke R Square)..........................59
3) Menguji Kelayakan Model Regresi ..........................................60
4) Uji Multikolinieritas..................................................................60
5) Matriks Klasifikasi ....................................................................61
6) Model Regresi Logistik yang Terbentuk...................................61
E. Operasionalisasi Variabel..........................................................................62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................66
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian..............................................66
1. Deskripsi Objek Penelitian ...................................................................66
2. Deskripsi Sampel Penelitian.................................................................68
B. Hasil Uji Analisis Penelitian .....................................................................71
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif...............................................................71
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian .............................................................76
a. Hasil Uji kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ....77
xiv
b. Hasil Uji Koefisiensi Determinasi (Nagelkerke R Square)...........78
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi .............................................79
d. Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................80
e. Hasil Uji Matriks Klasifikasi ........................................................81
f. Hasil Uji Regresi Logistik dan Pembahasan.................................83
1) Pengaruh Penerapan IFRS (IFRS) terhadap Audit Delay
(AUD) .......................................................................................85
2) Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Audit Delay
(AUD) .......................................................................................87
3) Pengaruh Profitabilitas (ROA) terhadap Audit Delay (AUD)...88
4) Pengaruh Kompleksitas Perusahaan (KOMP) terhadap Audit
Delay (AUD) ............................................................................89
BAB V PENUTUP...............................................................................................92
A. Kesimpulan ...............................................................................................92
B. Implikasi....................................................................................................93
C. Keterbatasan .............................................................................................95
D. Saran .........................................................................................................96
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................97
LAMPIRAN.........................................................................................................100
xv
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1.1 Perbedaan Penelitian .......................................................................................11
2.1 Roadmap Konvergensi IFRS ..........................................................................30
2.2 Perbandingan PSAK dengan IFRS .................................................................33
2.3 Perbedaan Konvergensi, Adaptasi, dan Adopsi ..............................................34
2.4 Hasil Penelitian Terdahulu..............................................................................46
3.1 Operasional Variabel.......................................................................................65
4.1 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria ......................................................67
4.2 Sampel Penelitian............................................................................................68
4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Sektor Usaha ................................................70
4.4 Hasil analisis Statistik Deskriptif Variabel Skala Rasio .................................72
4.5 Deskripsi Data Audit Delay.............................................................................74
4.6 Deskripsi Data Audit Delay IFRS ...................................................................75
4.7 Deskripsi Data Kompleksitas.........................................................................76
4.8 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ...........................................78
4.9 Koefisiensi Determinasi ..................................................................................79
4.10 Kelayakan Model Regresi .............................................................................80
4.11 Matriks Korelasi............................................................................................81
4.12 Matriks Klasifikasi ........................................................................................82
4.13 Koefisiensi Regresi Logistik .........................................................................84
4.14 IFRS ..............................................................................................................86
4.15 Kompleksitas.................................................................................................90
4.16 Ringkasan Hasil Penelitian ...........................................................................91
xvi
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran............................................................................52
3.1 Persamaan Regresi ..........................................................................................61
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1 Data Sampel ................................................................................................101
2 Daftar SAK .................................................................................................117
3 Output SPSS ............................................................................................... .123
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis di Indonesia beberapa tahun terakhir ini sangat
pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia sebagai perusahaan go public. Pada periode Januari 2013
perusahaan yang tercatat di http://www.idx.co.id sebanyak 463 perusahaan.
Sebelumnya pada Desember 2012 perusahaan yang tercatat sebanyak 460
perusahaan. http://www.idx.co.id merupakan website resmi dari Bursa Efek
Indonesia (selanjutnya disebut BEI).
Setiap perusahaan yang telah terdaftar di BEI yang merupakan
perusahaan go public, diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan
yang telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah
diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal.
Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Nomor: Kep-134/BL/2006 Peraturan Nomor X.K.6 tentang
kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik
yang menyebutkan Laporan tahunan wajib memuat laporan keuangan tahunan
yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia dan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan di bidang akuntansi serta wajib diaudit oleh Akuntan yang
terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
2
Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen sebagai
pihak intern perusahaan dan investor atau lainnya sebagai pihak ekstern
perusahaan. Sebuah laporan keuangan berperan sebagai pedoman dalam
pengambilan keputusan oleh investor yang dapat mempengaruhi going
concern perusahaan dan tindak lanjut rencana bisnis yang telah disusun
oleh manajemen. Laporan keuangan yang dipublikasikan harus memiliki nilai
kredibilitas yang tinggi. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 1 (revisi 2009) menjelaskan bahwa tujuan dari laporan keuangan
adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Oleh
karena itu informasi yang diberikan manajemen harus bersifat informatif dan
terbuka atas semua informasi yang dituangkan dalam sebuah laporan
keuangan.(Margaretta, 2011:1)
Menurut International Accounting Standards Board (IASB) kualitas
mendasar (fundamental qualities) dari informasi akuntansi adalah relevansi
(relevance) dan penyajian tepat (faithfull presentation). Relevansi (relevance),
menunjukan sifat informasi terhadap pengambilan keputusan. Pengambil
keputusan akan menggunakan informasi yang relevan dengan area keputusan
yang diambil. Selanjutnya, Penyajian tepat (faithfull presentation) mengandung
arti bahwa laporan keuangan yang disajikan menggambarkan apa yang
sebenarnya terjadi. Dengan demikian informasi tersebut akan memberikan
manfaat yang nyata, tanpa ada distorsi. (Prihadi, 2012:14-15).
3
Dalam penelitian Margareta (2011:2) Ketepatan waktu penyajian laporan
keuangan berbanding lurus dengan relevansi dan kehandalan laporan
keuangan. Jadi semakin lama suatu perusahaan menerbitkan laporan
keuangannya maka semakin tidak relevan dan tidak handal laporan
keuangannya. Sehingga manfaat dari laporan keuangan itu akan
berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia pada waktunya. Ketepatan waktu
publikasi laporan keuangan merupakan salah satu elemen pokok yang harus di
perhatikan karena dapat mempengaruhi nilai informasi yang tercantum dalam
laporan keuangan tersebut, bahkan manfaatnya sebagai alat bantu dalam
pengambilan keputusan juga dapat berkurang.
Menurut Givoly dan Palmon dalam Aryani (2005) nilai dari ketepatan
waktu pelaporan keuangan merupakan faktor yang penting bagi kemanfaatan
laporan keuangan tersebut. Dalam penelitian Halim (2000), menyebutkan
bahwa ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan audit
(timelines) menjadi prasyarat utama bagi peningkatan harga saham perusahaan
atau emiten tersebut. Disisi lain, auditing merupakan kegiatan yang
membutuhkan waktu sehingga adakalanya pengumuman laba dan laporan
keuangan tertunda. Ketertundaan laporan keuangan ini dapat berdampak
negatif pada reaksi pasar. Makin lama masa tunda, maka relevansi laporan
kuangan makin diragukan Lestari (2010). Subekti (2004) menunjukan bahwa
pengumuman laba yang terlambat dapat menimbulkan abnormal return negatif
sedangkan pengumuman laba yang lebih cepat menunjukan hasil sebaliknya.
Hal ini terjadi karena investor pada umumnya menganggap keterlambatan
4
pelaporan keuangan (audit delay-nya >90hari) merupakan pertanda buruk bagi
kondisi kesehatan perusahaan. (Margareta, 2011:4)
Berkaitan dengan tuntutan ketepatan waktu publikasi suatu laporan
keuangan yang telah terdaftar di BEI, telah dilakukan oleh Badan Pengawasan
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (selanjutnya disebut BAPEPAM dan
LK). Dimana BAPEPAM dan LK adalah sebuah lembaga yang berfungsi
memberikan pengawasan terhadap pasar modal dan lembaga keuangan.
Regulasi ketepatan waktu pelaporan keuangan tertuang pada Peraturan
BAPEPAM dan LK No. X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM dan
LK Nomor: Kep/346/BL/2011 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan
Keuangan Berkala, BAPEPAM dan LK mewajibkan setiap perusahaan publik
yang terdaftar di Pasar Modal wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan
yang disertai dengan laporan auditor independen kepada BAPEPAM dan LK
selambat-lambatnya akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan
keuangan tahunan. Jika regulasi dilanggar, maka akan dikenakan sanksi.
Sanksi dapat berupa peringatan, sanksi administratif, dan sanksi denda.
Regulasi ini dimaksudkan agar perusahaan memberikan informasi yang
lebih cepat dan akurat kepada investor mengenai kondisi perusahaan publik
serta dalam rangka mengikuti perkembangan pasar modal global. Namun
kenyataannya masih banyak perusahaan yang terlambat menerbitkan laporan
keuangan. Utami (2006) dalam penelitiannya menunjukan untuk tahun 2002
masih terdapat 92 emiten yang terlambat publikasi laporan keuangan di media
5
masa. Lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal diselesaikan
laporan auditor independen, yang kemudian disebut audit delay.
Lestari (2010:19) menyebutkan audit delay sebagai rentang waktu
penyelesaian laporan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan
lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan keuangan auditor
independen atas audit laporan keuangan perusahaan sejak tanggal tutup buku
perusahaan, yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan
auditor independen. Misalnya, laporan keuangan tahun 2010 PT. Lion, Tbk.
dengan tanggal tutup buku 31 Desember 2010, kemudian pada laporan auditor
independennya yang telah ditandatangani tertera tanggal 11 maret 2011.
Terhitung sejak 31 Desember 2010 sampai dengan 11 Maret 2011 maka audit
delay yang dimiliki PT. Lion, Tbk. adalah 70 hari.
Dalam penelitian Utami (2006:20) juga dijelaskan bahwa berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh penelitian sebelumnya menunjukan bahwa
audit delay yang terjadi di Indonesia 85 hari. Hasil penelitian Halim (2000)
rata-rata audit delay di Indonesia ini tergolong lebih panjang bila dibandingkan
dengan diluar negeri, misalnya audit delay di Kanada lebih pendek, yaitu lebih
cepat 21,95 hari dibandingkan dengan di Indonesia. Beberapa penelitian lain
yang telah dilakukan menunjukan rata-rata audit delay yang berbeda. Ahmad
dan Kamarudin (2003) di Malaysia rata-rata audit delay lebih dari 100 hari.
Ahmad dan Abidin (2008) di Malaysia rata-rata audit delay sebesar 114 hari.
Hasil ini lebih panjang jika dibandingkan dengan hasil penelitian Yaacob dan
Ayoib (2012:171) yang menunjukan rata-rata audit delay di Malaysia 101 hari.
6
Dan beberapa penelitian di Indonesia seperti Meylisa (2000) sebesar 72,9 hari,
Subekti dan Widiyanti (2004) rata-rata sebesar 98,38 hari. Rahmawati (2008)
sebesar 76 hari, Kartika (2009) rata-rata audit delay perusahaan LQ 45 sebesar
69 hari. Sedangkan, Lisa dan Tri (2012) menunjukan hasil penelitiannya audit
delay sebesar 86 hari ditahun 2009 dan 2010 pada perusahaan LQ45. Audit
delay yang melewati batas waktu ketentuan BAPEPAM dan LK, tentu
berakibat pada keterlambatan publikasi laporan keuangan. Keterlambatan
publikasi laporan keuangan bisa mengindikasikan adanya masalah dalam laporan
keuangan emiten sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam
penyelesaian audit. Dalam penelitian Margareta (2011) dikatakan
keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar
modal. Karena di dalam laporan keuangan auditan berisi tentang informasi
laba yang dihasilkan, maka berdampak kepada keputusan para invenstor
untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimilikinya. Artinya
informasi laba dari laporan keuangan yang di publikasikan akan
menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham.
Subekti, Imam dan Novi (2004) menunjukkan bahwa pengumuman laba
yang terlambat menyebabkan abnormal returns negatif sedangkan
pengumuman laba yang lebih cepat menyebabkan hal yang
sebaliknya. Keterlambatan pelaporan, secara tidak langsung juga diartikan
oleh investor sebagai sinyal yang buruk bagi perusahaan. Oleh karena itu
diharapkan manajemen dapat menyeimbangkan manfaat relatif antara
pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi handal. Untuk menyediakan
7
informasi tepat waktu, seringkali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek
transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi kehandalan
informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui
informasi yang dihasilkan mungkin sangat handal tetapi kurang bermanfaat
bagi pengambilan keputusan.
Mengingat keterlambatan publikasi laporan keuangan bisa mengindikasikan
adanya masalah dalam laporan keuangan emiten sehingga memerlukan waktu
yang lebih lama dalam penyelesaian audit. Hal ini membuktikan bahwa
regulasi bukanlah satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi
lamanya rentang waktu penerbitan suatu laporan keuangan. Oleh karena itu
penelitianmengenaiauditdelay telah banyak dilakukan.
Banyak faktor yang mungkin dapat mempengaruhi audit delay pada
suatu emiten. Beberapa penelitian mengenai hal ini diantaranya Utami
(2006) secara simultan jenis opini auditor, laba/rugi emiten, lamanya
menjadi klien KAP, ukuran perusahaan, reputasi auditor, rasio hutang
terhadap ekuitas, dan juga jenis industri berpengaruh terhadap audit delay.
Secara empiris determinan audit delay meliputi faktor: lamanya emiten
menjadi sebuah klien sebuah kantor akuntan publik, emiten mengalami
kerugian dalam tahun berjalan, dan laporan keuangan emiten.
Yaacob dan Ayoib (2012) melakukan penelitian mengenai audit delay
pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Malaysia tahun 2005-2008.
Variabel yang digunakan adalah FRS 138 sebagai variabel independen dan 11
variabel kontrol yaitu, ukuran perusahaan, rasio total hutang terhadap total
8
asset, pendapatan tahun berjalan, opini audit, tanggal tutup buku laporan
keuangan, jenis industry, kompleksitas operasi (anak perusahaan), reputasi
KAP, proporsi komisaris independen, CEO duality, dan persentase bagian
kepemilikan.
Adanya pemberlakuan adopsi standar pencatatan dan pelaporan
akuntansi yang berlaku internasional yaitu International Financial
Reporting Standard (kemudian disebut IFRS). IFRS adalah standar yang
dibuat secara internasional oleh International Accounting Standard Board
(IASB) dengan tujuan memberi kumpulan standar penyusunan laporan
keuangan perusahaan dunia. Dengan begitu adanya konvergensi ke IFRS
ini diduga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi lamanya proses
penyelesaian karena mengharuskan auditor untuk menyesuaikan atau
beradaptasi dengan standar-standar yang telah berubah.
Pengujian pengaruh penerapan IFRS terhadap audit delay telah dilakukan
oleh Margareta (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Penerapan
IFRS Terhadap Keterlambatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil
penelitian Margaret tersebut menyebutkan bahwa penerapan IFRS tidak
memiliki pengaruh signifikan tetapi memiliki arah koefisiesi regresi yang
positif. Berarti, jika perusahaan melakukan penerapan IFRS maka cenderung
berpengaruh terhadap semakin tingginya tingkat keterlambatan penyampaian
laporan keuangan. Namun, hasil berbeda ditunjukan dalam penelitian
9
Yaacob dan Ayoib (2012) di Malaysia yang menunjukan bahwa penerapan
IFRS dan audit delay memiliki pengaruh negatif yang signifikan.
Pengujian atas pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay telah
dilakukan oleh Owusu dan Ansah (2000), Rahmawati (2008), Kartika (2009),
Ferdianto dan Margareta (2011). Hasil penelitian menunjukan ukuran
perusahaan memiliki pengaruh terhadap audit delay. Tetapi hasil penelitian
oleh Veny dan Ubaidillah (2005) dan Utami (2006) berbeda atau berlawanan,
yaitu menunjukan hasil bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh
terhadap audit delay. Perbedaan hasil tersebut membuat peneliti tertarik untuk
menguji kembali variabel ukuran perusahaan terhadap audit delay.
Hasil penelitian Subekti dan Widiyanti (2004), Petrolina (2007), dan
Kartika (2009), ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit
delay. Sementara itu menurut pendapat Boyton dan Kell dalam Utami
(2006), ukuran perusahaan dapat berpengaruh positif terhadap audit delay,
yang artinya audit delay akan semakin lama apabila ukuran perusahaan
yang akan diaudit semakin besar. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan
hasil penelitian Ahmad dan Kamarudin (2003), yang menunjukan hasil
bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Dalam penelitian Halim (2000) bahwa menurut Dyer dan Mc. Hugh
perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat waktu dibandingkan
perusahaan kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya. Pengaruh
ini ditunjukan dengan semakin besarnya nilai perusahaan maka semakin
pendek audit delay dan sebaliknya. Perusahaan yang besar diduga akan
10
menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil.
Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya yaitu manajemen
perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan intensif untuk
mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut
dimonitori oleh investor dan pengawas pemodalan pemerintah. Pihak-pihak
ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan
keuangan.
Pengujian atas pengaruh profitabilitas terhadap audit delay telah dilakukan
Owusu dan Ansah (2000), Veny dan Ubaidilla (2005), Rachmawati (2008),
Kartika (2009), Ferdianto (2011). Hasil penelitian menunjukan profitabilitas
tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay. Melihat hasil tersebut peneliti
ingin mencoba menguji kembali kebenaran tidak berpengaruhnya profitabilitas
terhadap audit delay, Sehingga pada penelitian ini peneliti menguji kembali
pengaruh profitabilitas terhadap audit delay.
Pada umumnya perusahaan memiliki tingkat operasi yang kompleks.
Kompleksitas operasi suatu emiten tingkatannya bergantung pada
keberadaan, jumlah dan lokasi unit perusahaan (cabang) serat diverifikasi
jalur produk dan pasarnya. Hal ini cenderung mempengaruhi waktu yang
dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya. Sehingga
dapat juga mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan
perusahaan publik. Dalam penelitian Ashton et.al dalam Owusu-ansah
(2000) yang menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara
kompleksitas operasi dan perusahaan dengan audit delay.
11
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dijelaskan dalam
tabel dibawah ini:
Tabel 1.1
Perbedaan Penelitian
No Perbedaan Peneliti terdahulu Peneliti
1. Variabel - Owusu-Ansah
(ukuran perusahaan,
profitabilitas,
kompleksitas
operasi perusahaan,
gearing (kecepatan),
item luar biasa,
bulan dari akhir
tahun keuangan,
umur perusahaan)
- Veny dan Ubaidillah
(tingkat
profitabilitas, ukuran
perusahaan, opini
audit, tingkat
leverage
perusahaan)
- Utami (lamamenjadi klien, jenisopini audit, rasiohutang terhadapekuitas, reputasiaudit, laba/rugiperusahaan, jenisindustri, ukuranperusahaan)
- Peneliti
menggunakan
variabel penerapan
IFRS, ukuran
perusahaan,
profitabilitas, dan
kompleksitas.
Bersambung pada halaman berikutnya
12
Tabel 1.1 (lanjutan)
No Perbedaan Peneliti terdahulu Peneliti
- Rachmawati(Profitabilitas,ukuran perusahaan,Solvabilitas, ukuranKAP, internal audit,timeliness)
- Kartika (ukuranopini audit ,perusahaan,profitabilitas, Laba /rugi operasi,reputasi auditor)
- Ferdianto (ukuranperusahaan,profitabilitas,solvabilitas, opiniaudit, reputasiKAP)
- Margareta (IFRS(InternationalFinancial ReportingStandards), ukuranperusahaan, ukuranKantor AkuntanPublik, opini audit .
2 Populasi - Owusu-Ansah (47Perusahaan DiZimbabwe)
- Veny Dan
Ubaidillah (laporan
keuangan
perusahaan go
public tahun 2005
yang telah diaudit
yang terdaftar pada
Bursa Efek Jakarta)
- Perusahaan manufakturgo public yangterdaftar di Bursa EfekIndonesia pada tahun2008-2011
Bersambung pada halaman berikutnya
13
Tabel 1.1 (lanjutan)
No Perbedaan Peneliti terdahulu Peneliti
- Utami (Laporan
Tahunan Perusahaan
Publik di Bursa Efek
Jakarta tahun 2000-
2002)
Rachmawati
(Seluruh perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada
tahun 2003-2005)
- Ferdianto (laporan
keuangan 100
perusahaan yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada
tahun 2006-2010)
Pada penelitian ini variabel yang digunakan empat variabel bebas atau
independen. Variabel penerapan IFRS digunakan karena IFRS merupakan
fenomena yang sedang hangat dibicara dalam dunia akuntansi. Kemudian,
variabel ukuran perusahaan perusahaan digunakan dalam penelitian ini karena
hasil penelitian terdahulu menunjukan hasil yang berbeda-beda, maka peneliti
tertarik untuk menguji kembali. Variabel profitabilitas dan kompleksitas
digunakan dalam penelitian ini karena hasil penelitian terdahulu mayoritas
menunjukkan ketidakadaan pengaruh terdapat audit delay tetapi memiliki
hubungan positif. Maka, peneliti tertarik untuk menguji kembali variabel ini.
14
Populasi yang dipilih pada penelitian ini dalah perusahaan yang
dikategorikan industri manufaktur go public dan merupakan emiten yang
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2011. Pemilihan
kategori industri manufaktur karena kategori ini mempunyai populasi industri
yang besar, selain itu karena salah satu variabel yang diuji adalah kompleksitas
maka manufaktur lebih cocok dibandingkan kategori lain.
Melihat pentingnya ketetapan waktu pelaporan keuangan bagi pembuatan
keputusan, menjadikan audit delay laporan keuangan serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya dapat menjadi salah satu objek penelitian yang diteliti.
Berdasarkan penjelasan diatas maka diadakan penelitian dengan judul
“Pengaruh Penerapan IFRS, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan
Kompleksitas Terhadap Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2008-
2011)”
15
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumuasan masalah yang akan
yang diteliti adalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan IFRS memiliki pengaruh signifikan terhadap audit
delay?
2. Apakah ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap audit
delay?
3. Apakah profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay?
4. Apakah kompleksitas perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap
audit delay?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, peneliti ingin menemukan bukti empiris
mengenai hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk menguji pengaruh signifikansi penerapan IFRS terhadap audit
delay
2. Untuk menguji pengaruh signifikansi ukuran perusahaan terhadap audit
delay
3. Untuk menguji pengaruh signifikansi profitabilitas terhadap audit delay
4. Untuk menguji pengaruh signifikansi kompleksitas terhadap audit delay.
16
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya:
1. Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademisi pada
umumnya, yaitu semoga dapat dijadikan referensi untuk menambahkan
pengetahuan para akademisi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
audit delay.
2. Auditor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para auditor pada
umumnya, yaitu semoga dapat dijadikan referensi dalam pelaksanaan audit
dan untuk menambahkan pengetahuan para auditor mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi audit delay.
3. Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan semoga dapat digunakan sebagai bahan
referensi dalam pengembangan penelitian yang berkaitan dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi audit delay.
4. Kantor Akuntan Publik (KAP)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan dalam
mengevaluasi kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor
yang mempengaruhi audit delay.
17
5. Pemakai laporan keuangan yang telah di audit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referen atau bahan
pertimbangan dalam menganalisis laporan keuangan untuk pengambilan
keputusan bagi investor, kreditor maupun manajemen.
6. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberi informasi dalam
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.
7. BAPEPAM dan LK
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk
pengembangan penyusunan undang-undang ketepatan waktu penyampaian
pelaporan keuangan bagi perusahaan publik di Indonesia.
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan mempunyai peranan penting karena laporan
keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
Dalam StandarAkuntansi Keuangan(IAI, 2012:6) disebutkan bahwa
laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas.Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari
komponen-komponen : (a) laporan posisi keuangan pada akhir periode, (b)
laporan laba rugi komprehensif, (c) laporan perubahan ekuitas selama
periode, (d) laporan arus kas selama periode, (e) catatan atas laporan
keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi
penjelasan lainnya, dan (f) laporan posisi keuangan pada awal periode
komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan
akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos
laporan keuangan, atau ketika mereklasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangan.
19
Menurut PSAK No.1 (IAI, 2012:5) tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus
kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
menunjukan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka
mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai perusahaan yang meliputi (1) asset (2) liabilitas (3) ekuitas (4)
pendapat dan beban termasuk dan kerugian (5) kontribusi dari dan distribusi
kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik (6) arus kas.
Adapun karakteristik kualitatif merupakan atribut yang menjadikan
infomasi dalam seperangkat laporan keuangan yang bermanfaat bagi
pengguna. Menurut kerangka, empat prinsip karakteristik kualitatif adalah
(Ankarath, 17-19) :
a. Dapatdipahami
Laporan keuangan harus memberikan informasi yang dapat dipahami oleh
pengguna laporan keuangan. Dengan kata lain, “dapat dipahami”
menunjukan kepada informasi yang siap untuk dapat untuk dapat dimengerti
oleh pengguna laporan keuangan.
b. Relevan
Informasi yang diberikan oleh seperangkat laporan keuangan dianggap
relevan untuk jika mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dan
20
diberikan tepat waktu guna mempengaruhi pengambilan keputusannya.
Relevan menunjukan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan
dari pemakai. informasi Informasi memiliki kualita srelevan bilamana
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, membantu
mengonfirmasi mengoreksi evaluasi mereka di masa lalu. Agar relevan,
informasi paling tidak harus mempunyai dua karakteristik berikut:
1) Nilai prediktif: banyak pengguna laporan keuangan menggunakan
informasi historis yang disediakan laporan keuangan untuk memprediksi
profitabilitas entitas masa dating, dan arus kasnya.
2) Nilai konfirmastif: banyak pengguna laporan keuangan menggunakan
informasi yang disediakan laporan keuangan untuk mengkonfirmasikan
ekspektasi mengenai kinerja atau manajemen entitas.
c. Dapat Dihandalkan
Informasi yang diberikan laporan keuangan mungkin relevan tetapi jika
tidak dapat dihandalkan maka dinggap kurang bermanfaat. Menurut
kerangka, sebuah informasi menjadi dapat dihandal, maka informasi harus:
1) Bebas dari kesalahan material
2) Netral yaitu bebas dari bias
3) Mewakili transaksi yang jujur dan kejadian lain yang bertujuan untuk
mewakili ataupun yang benar-benar diharapkan mewakili kejujuran
4) Melengkapi dalam batasan materialitas dan harga pokok
21
d. Dapatdibandingkan
Suatu laporan keuangan dapat diperbandingkan bila informasi tersebut dapat
saling diperbandingkan baik antar periode maupun antar perusahaan.
Laporan keuangan mempunyai peranan penting bagi banyak pihak, sehingga
ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan sangat dibutuhkan.
2. Audit dan Tujuan Audit
a. Audit
Menurut Arens&Beasley (2010:4 )dalam bukunya Auditingand
Assurance Services An Integrated Approach pengertian Auditinga
dalah: “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and established criteria. Auditing should
be done by a competent, independent person.”
Sedangkan menurut Mulyadi (2008:9) pengertian auditing adalah
sebagai suatu proses yang sistematis dalam memperoleh dan
mengevaluasibuktisecaraobjektifyangberhubungandenganpernyataan
tentang tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat.
22
Definisi audit berasal dari ASOBAC (A Statement of Basic
Auditing Concept)auditing sebagai suatu proses sistematis untuk
menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai
asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk
menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan
kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para
pemakai yang berkepentingan. Hubungan antara pernyataan tersebut
dengan criteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya
denganp ihak-pihak yang berkepentingan.(Halim, 2008:1)
Definisi tersebut dapat diuraikan menjadi tujuh elemen yang
harus diperhatikan dalam melaksanakan audit yaitu (Halim, 2008:1-2):
1) Proses yang sistematis
Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat
logis, terstruktur dan terorganisir.
2) Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif
Berarti bahwa proses sitematis yang dilakukan tersebut merupakan
proses untuk menghimpun bukti-bukti yang mendasari asersi-asersi
yang dibuat oleh individu maupun entitas. Auditor kemudian
mengevaluasi bukti-bukti yang diperoleh. Baik saat penghimpunanya
maupun pengevaluasian bukti, auditor harus objektif. Objektif berarti
mengungkapkan fakta apa adanya senyatanya, tidak bias, tidak
memihak dan tidak berprasangka buruk terhadap individu atau
23
entitas yang membuat representasi tersebut.
3) Asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi
Asersi merupakan suatu pernyataan, atau rangkaian pernyataan
secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggungjawab atas
pernyataan tersebut. Untuk audit laporan keuangan historis, asersi
merupakan pernyataan manajemen melalui laporan akuntansi sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Asersi-asersi
meliputi informasi yang terkandung dalam laporan keuangan,
laporan operasi internal, dan laporan biaya, maupun pendapatan
berbagai pusat pertangggungjawaban pada suatu perusahaan. Jadi,
asersi atau pernyataan tentang tindakan dan kejadian ekonomi
merupakan hasil proses akuntansi. Proses akuntansi merupakan
proses pengidentifikasian, pengukuran, dan penyampaian informasi
ekonomi yang dinyatakan dalam satuan.
4) Menentukan tingkat kesesuaian (degree of correspondence)
Hal ini berarti penghimpunan dan pengevaluasian bukti-bukti yang
dimakdsudkan untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai
tidaknya asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Tingkat kesesuaian tersebut dapat diekspresikan dalam bentuk
kualitatif maupun kuantitatif. Bentuk kuantitatif contohnya
persentase pencapaian penjualan bila dibandingkan dengan
penjualan yang dianggarkan. Bentuk kualitatif contoh kewajaran
laporan keuangan.
24
5) Kriteria yang ditentukan
Kriteria yang ditentukan merupakan standar-standar pengukuran
untuk mempertimbangkan (judgement) asersi-asersi atau
representasi-representasi. Kriteria tersebut dapat berupa prinsip
akuntansi yang berterima umum atau standar akuntansi, aturan-
aturan spesifik yang ditentukan oleh legislatif atau pihak lainnya,
anggaran atau ukuran lain kinerja manajemen.
6) Menyampaikan hasil-hasilnya
Hal ini berarti hasil-hasil audit dikomunikasikan melalui laporan
tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi
dan kriteria yang telah ditentukan. Komunikasi hasil audit tersebut
dapat memperkuat ataupun memperlemah kredibilitas representasi
atau pernyataan yang dibuat.
7) Para pemakai yang berkepentingan
Para pemakai yang berkepentingan merupakan para pengambil
keputusan yang menggunakan dan mengandalkan temuan-temuan
yang diinformasikan melalui laporan audit, dan laporan lainnya. Para
pemakai tersebut melalui investor di pasar modal, pemegang saham,
kreditor maupun calon kreditor, badan pemerintah, manajemen dan
publik pada umumnya.
Berdasarkan definisidiatasdapatdisimpulkan bahwaauditing
merupakanbentukkomunikasi ataskewajaran suatulaporankeuangan
perusahaan sebagaidasarpengambilankeputusanyangdigunakanoleh
25
parastakeholder,terutamainvestor.
b. Tujuan Audit
Menurut Standard Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP) dalam
Seksi 110 menyatakan bahwa:
“Tujuan auditing atas laporan keuangan oleh auditor independen
pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran,
dalam semua hal yang material,posisi keuangan, hasil usaha, perubahan
ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia”.
Audit laporan keuangan mencakup penghimpuan dan
pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan entitas dengan tujuan
untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar sesuai kriteria yang telah ditentukan yaitu prinsip
akuntansi yang berteriam umum (PABU). (Halim, 2008:5)
Audit laporan keuangan dilakukan oleh eksternal auditor biasanya
atas permitaan klien atau, kecuali dalam audit laporan keuangan BUMN
yang dilakukan oleh BPK atau BPKP. Audit tersebut buikan atas
permintaan klien, tetapi BPK atau BPKP memiliki hak untuk
melakukan pemeriksaan berdasarkan UU atau peraturan yang ada
(Halim, 2008:5). Auditorindependen mempunyai tanggungjawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan
tentanga pakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik
yang disebabkan oleh kekeliruan dan kesengajaan. Hasil audit akan
26
disajikan dalam bentuk tertulis yang disebut laporan auditor
independen.
3. Audit Delay
Menurut Dyer & McHugh (dalam Utami, 2006:22), “Auditors’
report lag is the open interval of number of days from the year end to the
date recorded as the opinion signature date in the auditor’s report”.
Selanjutnya menurut Subekti dan Widiyanti (2004:18), audit repot lag
merupakan nama lain dari audit delay. Audit delay adalah lamanya waktu
penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor yang diukur dari perbedaan
waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam
laporan keuangan.
Dyer dan Mc Hugh (dalam Hilmi dan Ali, 2008:5) menggunakan
tiga kriteria keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu dalam
penelitiannya:
a. Preliminary lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa;
b. Auditor’s report lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan
keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani;
c. Total lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.
Audit delay atau yang dikenal juga sebagai audit report lag inilah
yang dapat mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan,
27
sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan yang
berdasarkan informasi yang dipublikasikan. Semakin lama auditor
menyelesaikan pekerjaan auditnya, maka semakin lama pula audit delay.
Jika audit delay semakin lama, maka kemungkinan keterlambatan
penyampaian laporan keuangan akan semakin besar.(Kartika, 2009:3).
Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan rata-rata audit
delay yang berbeda-beda. Hasil penelitian Hossain (1998) di Pakistan rata-
rata audit delay sebesar 143 hari. Ahmad dan Kamarudin (2003) di
Malaysia rata-rata audit delay lebih dari 100 hari. Ahmad dan Abidin (2008)
di Malaysia rata-rata audit delay sebesar 114 hari. Dan penelitian di
Indonesia seperti penelitian yang dilakukan oleh Meylisa (2000) sebesar
72,9 hari, Subekti dan Widiyanti (2004) rata-rata audit delay sebesar 98,38
hari. Rachmawati (2008) sebesar 76 hari, Kartika (2009) rata-rata audit
delay perusahaan LQ 45 sebesar 69 hari. Hasil ini tergolong lebih panjang
jika dibandingkan dengan hasil penelitian Ashton, Willingham, dan Elliot
(1987) yang hanya sebesar 62,53 hari. Sedangkan hasil penelitian Ayoib dan
Abidin (2008) di Malaysia menunjukkan rata-rata audit delay yang lebih
panjang yaitu 114 hari. Didalam penelitian Utami dijelaskan bahwa
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
menunjukkan bahwa audit delay yang terjadi di Indonesia rata-rata 85 hari.
Rata-rata audit delay di Indonesia ini tergolong lebih panjang bila
dibandingkan dengan di luar negeri, misalnya audit delay di Kanada lebih
28
pendek, yaitu lebih cepat 21,95 hari dibandingkan dengan Indonesia
(Mumpuni, 2011:18).
4. Penerapan IFRS
Globalisasi membawa pengaruh mendasar pada pergerakan
informasi dan perpindahan modal. Dengan suatu gelombang globalisasi yang
menggelora yang mengejutkan dunia, maka bisnis lintas belahan dunia
terpengaruh oleh bagaimana kerasnya perusahaan berusaha. Secara pribahasa
“akuntansi adalah bahasa bisnis”, selanjutnya entitas bisnis seluruh tidak
akan dapat berbicara di dalam bahasa yang berbeda antara yang satu dengan
lainnya pada saat menukar atau membagi hasil keuangan dari aktivitas bisnis
internasionalnya dan juga pelaporan hasil bisnis. Secara historis, Negara di
dunia telah memiliki standar akuntansi nasionalnya sendiri. Namun, dengan
suatu dorongan untuk menjadi bagian dari pergerakan globalisasi, di mana
bisnis lintas batas Negara menyadari kelihaian strategi bisnis untuk
merangkul dunia sebagai tempat kerja dan pasarnya, dengan memiliki aturan
(standar) akuntansi yang berbeda untuk tujuan pelaporan keuangan, hal ini
tdak akan membantu mereka sama sekali. (Ankarath, dkk,2012:1-2)
IFRS (International Financial Reporting Standards) menjawab
tantangan bagaimana pelaporan keuangan harus dilakukan. Arus besar dunia
sekarang ini sedang menuju kedalam satu standar pelaporan
(Prihadi:2012:2). Standar pelaporan keuangan internasional (IFRS)
merupakan seperangkat standar yang disebarluaskan oleh dewan Standar
29
Akuntansi Internasional (IASB), yaitu suatu badan penentu standar
internasional di London. (Ankarath, dkk,2012:2)
IFRS digunakan lebih dari 100 negara. Sebuah angka signifikan dari
majalah Fortune bahwa 500 perusahaan telah menggunakan IFRS dan
jumlah ini diharapkan meningkat dengan konversi lebih lanjut kepada IFRS
oleh pemain global (seperti brazil, kanada dan india) dan konvergensi
subtansial dari Prinsip Akuntansi yang Diterima Umum local di Cina dan
Jepang kepada IFRS. Di Amerika Serikat, sejak 2002 , usaha yang sedang
berlangsung untuk melakukan konvergensi IFRS dan US GAAP. (Ankarath,
2012:10).
Pada dasarnya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun
oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan dipengaruhi Oleh International
Accounting Standards Board (IASB). Srtandar akuntansi nasional sedang
dalam proses konvergensi secara penuh dengan IFRS yang dikeluarkan oleh
IASB.(Prihadi, 2012:7)
Berikut roadmap konvergensi PSAK ke IFRS yang dibuat oleh DSAK
(Prihadi,2012:7)
30
Tabel 2.1
Roadmap konvergensi IFRS
Tahap adopsi
(2008-2010)
Tahap persiapan akhir
(2011)
Tahap implementasi
(2012)
Adopsi seluruh IFRS ke
PSAK
Penyelesaian persiapan
infrastruktur yang
diperlukan
Penerapan PSAK
berbasis IFRS secara
bertahap
Persiapan infrastruktur
yang diperlukan
Penerapan secara
bertahap beberapa
PSAK berbasis IFRS
Evaluasi dampak
penerapan PSAK secara
komprehensif.
Evaluasi dan kelola
dampak adopsi trhadap
PSAK yang berlaku
Dua puluh Sembilan standar akuntansi keuangan (SAK) masuk
dalam program konvergensi IFRS yang telah dicanangkan DSAK IAI tahun
2010 dan 2011. Sasaran konvergensi IFRS yang telah dicanangkan IAI pada
tahun 2012 adalah merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS
versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahu 2011/2012. (“29 SAK”,2009)
31
Program konvergensi DSAK selama tahun 2009 adalah sebanyak 12
standar, yang meliputi. (“29 SAK”, 2009) :
1. IFRS 2 Share-Based Payment
2. IAS 21 The Effects Of Changes In Foreign Exchange Rates
3. IAS 27 Consolidated And Separate Financial Statements
4. IFRS 5 Non-Current Assets Held For Sale And Discontinued Operations
5. IAS 28 Investment In Associates
6. IFRS 7 Financial Instrument: Disclosures
7. IFRS 8 Operating Segment
8. IAS 31 Interest In Joint Ventures
9. IAS 1 Presentation Of Financial
10. IAS 36 Impairment Of Assets
11. IAS 37 Provisions, Contingent Liabilities And Contingent Asset
12. IAS 8 Accounting Policies, In Accounting Estimates Errors
Program konvergensi DSAK selama tahun 2010 adalah sebanyak 17
standar sebagai beikut. (“29 SAK”, 2009) :
1. IAS 7 Cash Flow Statements
2. IAS 41 Agriculture
3. IAS 20 Accounting For Government Grants And Disclosure Of
Government Assistance
4. IAS 29 Financial Reporting In Hyperinflationary Economies
5. IAS 24 Related Party Disclosures
32
6. IAS 38 Intangible Asset
7. IFRS 3 Business Combination
8. IFRS 4 Insurance Contract
9. IAS 33 Earnings Per Share
10. IAS 19 Employee Benefits
11. IAS 34 Interim Financial Reporting
12. IAS 10 Events After The Reporting Period
13. IAS 11 Contruction Contract
14. IAS 18 Revenue
15. IAS 12 Income Taxes
16. IFRS Exploration For And Evaluation Of Mineral Resources
17. IAS26 Accounting And Reporting By Retirement Benefit Plan
Jika dibandingkan antara semua standar akuntansi yang dimiliki
Indonesia dengan IFRS, dengan jelas kita temukan perbedaan kuantitas
sebagai berikut(Simbolon, 2011:3) :
33
Tabel 2.2
Perbandingan PSAK dengan IFRS
PSAK IFRS
43 Standar (PSAK) 37 Standar
8 Syari’ah 8 IFRS
11 Interpretation (ISAK) 29 IAS
4 Technical Bulletins 27 Interpretation
1 SAK ETAP (Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik)
16 IFRIC Interpretation
11 SIC
Tidak semua standar IFRS diatas dicontek penuh dan dirubah
menjadi PSAK, itulah mengapa IAI memilih konvergensi dari para adaption
dan adoption. Perbedaan antara konvergensi, adaption dan adoption akan
digambarkan dalam tabel berikut (Simbolon, 2011:3) :
34
Tabel 2.3
Perbedaan Konvergensi, Adaptasi dan Adopsi
Perbedaan Adaption Convergence Full adoption
Arti
harafiah
Adaptasi/peny
elarasan
Pertemuan pada
suatu titik
Adopsi/pemak
aian
Standar
akuntansi
Membuat
standar yang
benar-benar
baru
Mebuat standar
baru dengan
mempertimbang
kan keadaan
yang berlaku
Mentranslate
standar lama
menjadi
standar baru
Contoh
Negara
Indonesia
sebelum IFRS
Indonesia
setelah 2012
Australia,
hongkong
IFRS memiliki tiga ciri utama yaitu principles based, lebih banyak
menggunakan nilai wajar sebagai dasar penilaian dan pengungkapan yang
lebih banyak. Standar yang bersifat principles based hanya mengatur hal-hal
prinsip bukan aturan detail. Konsekuensinya diperlukan professional
judgment dalam menerapkan standar. Untuk dapat memiliki professional
judgment seorang akuntan harus memiliki pengetahuan, skill dan etika
karena jika tidak memiliki ketiga hal tersebut maka professional judgment
yang diambil tidak tepat. Dalam standar yang lama sebenarnya telah
menggunakan dasar nilai wajar, namun nilai wajar diterapkan pada
pencatatan awal dan penilaian sesudah pencatatan awal untuk beberapa aset
yang memiliki nilai wajar yang dapat diandalkan (aset yang memiliki
35
kuotasi pasar aktif seperti saham). Dalam IFRS penggunaan nilai wajar
diperluas bahkan untuk aset biologi (contoh tanaman atau hewan ternak),
aset tetap, properti investasi dan aset tidak berwujud sebagai pilihan metode
selain metode biaya. IFRS mengharuskan pengungkapan yang lebih luas
agar pemakai laporan keuangan mendapatkan informasi yang lebih banyak
sehingga dapat mempertimbangkan informasi tersebut untuk pengambilan
keputusan.(Martini, 2012:2)
Untuk menerapkan PSAK diperlukan sumber daya manusia yang
memahami standar baru tersebut, sehingga pendidikan dan pemutakhiran
pengetahuan staf akuntansi harus dilakukan untuk menyongsong penerapan
PSAK secara penuh 2012. Staf harus disiapkan untuk menggunakan
professional judgment, membuat pengungkapan yang lebih banyak sesuai
persyaratan standard dan memahami teknik penilaian dengan menggunakan
nilai wajar. (Martini, 2012:2)
IFRS juga mengharuskan perusahaan melakukan review atas sistem
operasi dan prosedur akuntansi perusahaan. Beberapa standar mengharuskan
perusahaan melakukan review atas penggunakan estimasi pada tanggal
pelaporan untuk menguji apakah estimasi yang dilakukan masih valid untuk
digunakan. SOP akuntansi harus memasukkan prosedur untuk melakukan
review untuk mengadopsi ketentuan dalam standar tersebut. (Martini,
2012:3)
Dampak penerapan IFRS bagi perusahaan sangat beragam
tergantung jenis industri, jenis transaksi, elemen laporan keuangan yang
36
dimiliki dan juga pilihan kebijakan akuntansi. Ada yang perubahannya
besar sampai harus melakukan perubahan sistem operasi dan bisnis
perusahaan, namun ada juga perubahan tersebut hanya terkait dengan
prosedur akuntansi. Perusahaan perbankan, termasuk yang memiliki dampak
perubahan cukup banyak. Perubahan tidak hanya dilakukan pada tingkat
perusahaan namun perlu juga ada perubahan peraturan Bank Indonesia
contohnya tentang penyisihan atas kredit yang disalurkan. (Martini, 2012:3)
Proses audit dapat pula berpengaruh dengan adanya penerapan IFRS
tersebut. Menurut hasil penelitian Yacoob (2012:173) di Malaysia, adanya
penerapan atau pengadopsian IFRS memberi pengaruh positif yang
signifikan terhadap audit delay. Yacoob menunjukan penerapan atau
pengadopsian IFRS cenderung berpengaruh terhadap semakin panjangnya
audit delay. Berbeda dengan hasil peneletian di Indonesia oleh Margareta
(2011:67) yang menunjukan penerapan IFRS memiliki pengaruh positif
namun tidak signifikan.
5. Ukuran Perusahaan
Menurut Yusuf dan Soraya (2004) vol. 7, No 1 ukuran perusahaan
merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan,
ditunjukan oleh natural logaritma dari total aktiva.
Hasil penelitian Subekti dan Widiyanti (2004), Petronila (2007), dan
Kartika (2009), audit delay memiliki hubungan negatif dengan ukuran
perusahaan yang menggunakan proksi total asset. Artinya bahwa semakin
37
besar asset perusahaan maka semakin pendek audit delay. Menurut Ahmad
dan Kamarudin (dalam Prabandari dan Rustiana, 2007), penyebabnya adalah
pertama, perusahaan perusahaan go public atau perusahaan besar
mempunyai sistem pengendalian internal yang baik sehingga dapat
mengurangi tingkat kesalahan dalam penyajian laporan keuangan
perusahaan sehingga memudahkan auditor dalam melakukan pengauditan
laporan keuangan. Kedua, perusahaan-perusahaan besar mempunyai sumber
daya keuangan untuk membayar audit fee yang lebih besar guna
mendapatkan pelayanan audit yang lebih cepat. Dan yang ketiga,
perusahaan-perusahaan besar cenderung mendapat tekanan dari pihak
eksternal yang tinggi terhadap kinerja keuangan perusahaan, sehingga
manajemen akan berusaha untuk mempublikasikan laporan audit dan
laporan keuangan auditan lebih tepat waktu.
Menurut Dyer dan McHugh (dalam Kartika, 2009:4), perusahaan
besar lebih konsisten untuk tepat waktu dibandingkan perusahaan kecil
dalam menginformasikan laporan keuangannya. Pengaruh ini ditunjukkan
dengan semakin besar nilai asset perusahaan maka semakin pendek audit
delay dan sebaliknya. Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses
auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung
diberikan insentif untuk mengurangi audit delay, dikarenakan perusahaan-
perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas
permodalan dari Pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan
38
terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Carslaw dan
Kaplan serta Owusu-Ansah (dalam Hilmi dan Ali, 2008:18),beragumen
bahwa perusahaan yang memiliki sumber daya (asset) yang besar memiliki
lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi dan sistem
informasi yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian intern yang
kuat, adanya pengawasan dari investor, regulator dan sorotan masyarakat,
maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk melaporkan laporan
keuangan auditannya lebih cepat ke publik.
Sementara itu menurut Boynton dan Kell (dalam Utami, 2006:23),
ukuran perusahaan dapat berpengaruh positif terhadap audit delay, yang
artinya audit delay akan semakin lama apabila ukuran perusahaan yang akan
di audit semakin besar. Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah
sampel yang harus diambil dan semakin luasnya prosedur audit yang
dilakukan
6. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, danmodal saham
tertentu. Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan
perusahaan untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi
profitabilitas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba bagi perusahaannya. Ada tiga rasio yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan yaitu:
39
profitmargin ,return on asset (ROA), dan return on equity (ROE). (Prihadi,
2012:164).
Dalam analisis rasio, kemampuan menghasilkan laba dapat dikaitkan
dengan penjualan, asset atau modal. Pemilihan rasio bergantung sudut
pandang penilaiannya. Profitabilitas mendapat tempat tersendiri dalam
penilaian perusahaan. Hal ini mudah dipahami karena secara sadar
perusahaan didirikan untuk memperoleh laba (Prihadi, 2012:164).
Dalam Prihadi (2012:164-167) dijelaskan jenis-jenis rasio
profitabilitas, sebagai berikut :
a. Rasio Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Rasio ini mengukur tingkat profitabilitas produk sebelum dikurangi oleh
beban-beban yang lain. Sudah seharusnya rasio ini menghasilkan angka
positif. Jika menghasilkan angka positif maka perusahaan sulit
menanggung beban perusahaan lainnya. Perubahan rasio laba kotor bisa
terjadi karena perubahan dalam kebijakan penjualan, misalnya tingkat
potongan atau adanya produk baru. rasio ini hanya ditemui pada
perusahaan yang menghitung beban pokok penjualan, yaitu perusahaan
yang menjual produk. Kebanyakan perusahaan jasa tidak bisa
menghitung rasio laba kotor.
b. Rasio Laba Operasi (Operating Profit Margin)
Laba usaha (laba operasi) adalah laba dari kegiatan utama perusahaan.
Sebagai hasil utama, sudah seharusnya laba ini memberikan hasil lebih
besar dibandingkan dari laba yang bukan utama. Hal ini tidak berarti
40
pendapat lain-lain tidak boleh. Pendapat lain-lain boleh saja, akan tetapi
fokus kegiatan usaha terletakpada besarnya laba usaha.
c. Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak (Margin Before Interest dan Tax)
EBIT (earning before interest and tax) adalah laba sebelum dibebani
dengan bunga dan pajak. EBIT mencerminkan laba perusahaan sebelum
dipengaruhi oleh struktur modalnya, yaitu komposisi utang dan ekuitas.
Jadi perusahaan dengan utang yang lebih besar atau kecil., beban
bunganya belum mempunyai dampak pada EBIT. Cara cepat menghitung
EBIT adalah menambahkan beban bunga kedalam laba sebelum pajak.
d. Rasio Laba Sebelum Pajak (Pretax Margin)
EBT (earning before tax)mencerminkan laba setelah dipengaruhi oleh
struktur modal, berupa beban bunga, tetapi sebelum beban pajak.
Perusahaan dengan beban bunga besar akan memperoleh EBT negatif.
e. Rasio Laba Bersih (Net Profit Margin)
Rasio laba bersih terhadap penjualan sangat penting artinya bagi pemilik.
Bagi pemilik pada akhirnya sangat penting untuk mengetahui berapakah
laba yang menjadi haknya. Rasio ini megukur hasil akhir dari seluruh
kegiatan perusahaan. Selisih laba bersih dengan laba usaha dapat
mencerminkan berapa yang ditanggung perusahaan untuk beban-beban
non-operasional.
f. Rasio Laba Atas Aset (Return On Asset, ROA)
Istilah lain dari laba atas aset adalah tingkat pengembalian atas aset.
Tujuan perhitungan rasio ini adalah untuk mengetahui samapai seberapa
41
jauh aset yang digunakan dapat menghasilkan laba. ROA adalah
gabungan dari kemampuan, yaitu :
1) Kemampuan menghasilkan laba
2) Kemampuan memutar aset.
g. Rasio Laba Atas Ekuitas (Return On Equity, ROE)
Bagi pemilikmodal rasio ini lebih penting dari laba bersih terhadap
penjualan, yaitu untuk mengetahui sampai seberapa jauh hasil yang
diperoleh dari peneneman modalnya. Oleh karena yang dibandingkan
laba bersih dengan ekuitas atau modal sendiri. Pengertian ekuitas adalah
seluruh ekuitas yang tertanam di perusahaan, termasuk di dalamnya saldo
laba (laba ditahan). Dengan rasio tersebut, pemilik dapat
membandingkan antara hasil di perusahaan satu dengan perusahaan lain.
Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah rasio
laba atas aset (ROA). Menurut Hilmi dan Ali (2008:21) menemukan
bukti empiris bahwa profitabilitas secara signifikan berpengaruh terhadap
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Penelitian-penelitian
tersebut juga menunjukkan bukti bahwa perusahaan yang memperoleh
laba cenderung tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya dan
sebaliknya.
7. Kompleksitas
Kompleksitas organisasi atau operasi merupakan akibat langsung
dari pembagian pekerjaan dan pembentukan departemen yang berfokus
42
pada jumlah unit yang berbeda secara nyata. Organisasi dengan berbagai
jenis atau jumlah pekerjaan dan unit menimbulkan masalah manjerial dan
organisasi yang lebih rumit karena terjadi ketergantungan yang semakin
kompleks (Martius, 2012:12)
Tingka tkompleksitas operasi sebuah perusahaan yang bergantung
pada jumlah dan lokasi unit operasinya (cabang) serta diversifikasi jalur
produk dan pasarnya,l ebih cenderung mempengaruhi waktu yang
dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya. Sehingga hal
tersebut juga mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan perusahaan kepada publik. Hubungan tersebut juga didukung oleh
penelitian Ashtonet.al (1987) dalam Owusu-Ansah (2000), dan Sulistyo
(2010) yang menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara
kompleksitas operasi perusahaan dengan audit delay.
43
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Penerapan IFRS dengan Audit Delay
Dalam Margaretta (2011:23) rule-based system menjadi principel-
based system, pencatatan menggunakan fair IFRS (Internasional Financial
Reporting Standards) adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur
keuangan global dan mencari solusi jangka panjan gterhadap kurangnya
transparansi informasi keuangan. Penerapan IFRS dapat menjadi salah satu
factor terjadinya audit delay dikarenakan :
a) Masih sedikitnya pengetahuan masyarakat tentangIFRS,
b) IFRS dalam penjelasannya masih menggunakan bahasa Inggris,
c) Infrastruktur profes I akuntan yang belum siap,
d) perubahan dari value. Untuk itu kita memerlukan banyak waktu untuk
memahami dan mempelajarinya.
Fakta yang ada menunjukan banyak sekali terjadi audit delay yang
melebihi batas waktu yang ditentukan BAPEPAM-LK. Berdasarkan berita
dari merdeka.com bahwa Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 54
emiten yang terlambat mengumpulkan laporan keuangan (LK) tahun 2011
yang telah diaudit untuk tahun 2012 dan tahun sebelumnya terdapat 62
emiten. (Yaputro dan Rudiawarni,2012:3)
Dalampenelitianinidikembangkan hipotesisasebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel penerapan IFRS
terhadap audit delay.
44
2. Ukuran perusahaan dengan audit delay
Ukuran perusahaan menunjukan besar atau kecilnya suatu
perusahaan diuku rberdasarkan nilai tertentu, dalam penelitianini
menggunakan total aktiva perusahaan.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sepertipenelitian Subekti,
ImamdanNovi (2004:942) menunjukan bahwa factor ukuran perusahaan
dengan indicator total aktiva memiliki pengaruh yang besar terhadap audit
delay. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva
perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Perusahaan
besar didugaakan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan
perusahaan kecil.Hal ini disebabkan oleh beberapa factor yaitu manajemen
perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk
mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut
dimonitori secara ketat oleh investor ,pengawa spermodalan, dan
pemerintah.
Dalam penelitian ini dikembangkan hipotesis sebagaiberikut:
H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan pada variabelukuran perusahaan
terhadap audit delay.
3. Profitabilitas dengan audit delay
Hasilpenelitian OwusudanAnsah(2000), bahwa profitabilitas dapat
mempengaruhi perilaku ketepatan waktu pelaporan keuangan. Oleh karena
itu,perusahaan yang mampu menghasilkan profit cenderung lebih tepat
waktu dalam pelaporan keuangannya dibandingkan perusahaan yang
45
mengalami kerugian. (Hilmi dan Ali, 2008:17)
Dalam penelitian ini dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
H3: Terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel profitabilitas terhadap
audit delay.
4. Kompleksitas dengan audit delay
Hasil penelitian yang dilakukan (Owusu-Ansah,2000), Okuga (2004)
menemukan bukti empiris bahwa tingkat kompleksitas operasi sebuah
perusahaan memiliki hubungan positif terhadap ketepatan waktu perusahaan
dalam menyampaikan laporan keuangan kepada publik. (Margaretta,
2011:33)
Dalam penelitian ini dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
H4: Terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel kompleksitas terhadap
audit delay
C. Hasil Penelitian Sebelumnya
Hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan
penelitian ini dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
46
Tabel 2.4
Hasil Penelitian Terdahulu
NoPeneliti
JudulVariabel
HasilPersamaan Perbedaan
1 Owusu danAnsah (2000)
Timeliness ofCorporate FinancialReporting inEmerging CapitalMarket: EmpiricalEvidence From TheZimbabwe StockExchange
Ukuranperusahaan,profitabilitas,kompleksitasoperasi perusahaan
Gearing (kecepatan),item luar biasa, bulandari akhir tahunkeuangan, umurperusahaan
Ukuran perusahaan,umur perusahaan, danbulan dari akhirkeuangan berpegaruhterhadap auditreporting lead time.Ukuran perusahaan,profitabilitas, umurperusahaan, dan auditreporting lead timeperusahaanmempengaruhikecepatan perusahandalam mengumumkanpendapatan awalnya,tetapi hanya ukuranperusahaan yangmempegaruhi
Bersambung pada halaman berikutnya
47
Tabel 2.4 (Lanjutan)
No Peneliti JudulVariabel
HasilPersamaan Perbedaan
ketepatan waktu
penyampaian
Laporan keuangan
akhir tahun yang
telah diaudit
2 Veny dan ubaidillah
(2005)
Audit delay pada
perusahaan manufaktur
Tingkat
profitabilitas,
ukuran perusahaan
Opini audit, tingkat
leverage
perusahaan,
Opini audit dan
tingkat leverage
perusahaan
berpengaruh
terhadap audit delay
dan memiliki
hubungan positif
3 Utami (2006) Analisis determinen
audit delay kajian
empiris di bursa efek
jakarta
Ukuran perusahaan, Lama menjadi
klien, jenis opini
audit, rasio hutang
terhadap ekuitas,
reputasi audit,
Laba/rugi
perusahaan, jenis
industri
Laba/rugi
perusahaan, lamanya
menjadi klien dan
jenis opini audit
berpengaruh positif
Terhadap audit delay
Bersambung pada halaman berikutnya
48
Tabel 2.4 (Lanjutan)
No Peneliti JudulVariabel
HasilPersamaan Perbedaan
4 Rachmawati(2008)
Pengaruh FaktorInternal dan EksternalPerusahaan TerhadapAudit Delay danTimeliness
Profitabilitas, ukuranperusahaan
Solvabilitas,ukuran KAP,internal audit,timeliness
Ukuran perusahaan danukuran KAP berpengaruhterhadap audit delay,secara bersama-samamemiliki pengaruhsignifikan terhadap auditdelay
5 Kartika (2009) Faktor-Faktor YangMempengaruhi AuditDelay di Indonesia(Studi EmpirisPerusahaan-perusahaan LQ 45yang terdaftar di BursaEfek Jakarta)
Ukuran perusahaan,profitabilitas,
Laba / rugioperasi, opiniaudit , reputasiauditor
Ukuran perusahaan, labarugi operasi, memilikipengaruh Negative danpengaruh signifikanterhadap audit delayperusahaan. Opini auditormemiliki pengaruh positifdan signifikan terhadapaudit delay perusahaan.
Bersambung pada halalaman berikutnya
49
Tabel 2.4 (Lanjutan)
No Peneliti JudulVariabel
HasilPersamaan Perbedaan
6 Ferdianto (2011) Pengaruh ukuranperusahaa,profitabilitas,solvabilitas, opiniaudit, dan reputasiKAP terhadap yangterdaftar di BursaEfek Indonesia.
Ukuran perusahaan,profitabilitas
Solvabilitas,opini audit,reputasi KAP
Ukuran perusahaanberpengaruh terhadapaudit delay. Secarasimultan ukuranperusahaan, profitabilitas,solvabilitas, opini audit,reputasi KAP berpengaruhterhadap audit delay
7 Margareta(2011)
Pengaruhpenerapan IFRS(InternationalFinancialReportingStandards )Terhadapketerlambatanwaktu
IFRS (InternationalFinancial ReportingStandards), ukuranperusahaan,
ukuran KantorAkuntan Publik,,opini audit.
penerapanIFRS,ukuranKAP, opini audit, tidakmemiliki pengaruh yangsignifikan terhadapketerlambatan waktupenyampaian laporankeuangan.
Bersambung ke halaman berikutnya
50
Tabel 2.4 (Lanjutan)
No Peneliti JudulVariabel
HasilPersamaan Perbedaan
penyampaianlaporan keuanganpada perusahaanmanufaktur yangterdaftar di BursaEfek Indonesia
Sedangkan yang memilikipengaruh yang signifikanterhadap keterlambatanwaktu penyampaianlaporan keuangan adalahukuran perusahaan
51
D. Kerangka Pemikiran
Menurut Hamid (2012:25) medefinisikan kerangka berpikir sebagai
berikut :
“Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
dari serangkaian masalah yang ditetapkan.”
Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori hubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting
dalam penelitian ini adalah penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas
dan kompleksitas yang mempengaruhi audit delay.
Berdasarkan uraian diatas, gambaran umum penelitian ini mengenai
faktor yang mempengaruhi terjadinya audit delay adalah sebagai berikut :
52
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir
Adanya perusahaan publik yang terlambat melaporkan laporan
keuangan tahunan yang telah diaudit
Peraturan BAPEPAM No. X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua
BAPEPAM Nomor: Kep/346/BL/2011 tentang Kewajiban
Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, BAPEPAM mewajibkan
setiap perusahaan publik yang terdaftar di Pasar Modal wajib
menyampaikan laporan keuangan tahunan yang disertai dengan
laporan auditor independen kepada BAPEPAM selambat-lambatnya
akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan
tahunan.
Basis Teori
Variabel independen variabel Dependen
Penerapan IFRS
Ukuran Perusahaan
Profitabilitas
Kompleksitas
Audit delay
Bersambung ke halaman berikutnya
Bersambung ke halaman berikutnya
53
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Metode analisis:
Regresi Logistik Biner
Hasil pengujian dan pembahasan
Kesimpulan, implikasi, keterbatasan, dan saran
54
BAB III
METODOLOGI
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat pengaruh kausalitas
yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan serta pengaruh antara dua atau
lebih gejala atau variabel. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
variable independen, yaitu penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas
dan kompleksitas terhadap variabel dependen, yaitu audit delay. Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di
BEI dengan periode 2008,2009,2010 dan 2011.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan
industri manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2011. Penentuan
populasi selama empat tahun sesuai tahapan persiapan konvergensi IFRS
berdasarkan roadmap yang dibuat DSAK. Metode penentuan sampel dalam
penelitian ini termasuk dalam purposive sampling karena terlebih dahulu
sudah ditentukan dengan kriteria yang akan diambil. kriteria tesebut adalah:
1. Perusahaan industri manufaktur melaporkan laporan keuangannya
selama 4 tahun berturut-turut di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-
2011.
2. Perusahaan industri manufaktur menerbitkan laporan keuangan dengan
tanggal tutup buku 31 Desember pada tahun 2008 – 2011.
55
3. Laporan keuangan memiliki data lengkap yang dibutuhkan setiap proksi
variabel dalam penelitian ini.
C. Metode Pengumpulan Data
Data penelitian mencakup penerapan IFRS, ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan kompleksitas sebagai variabel bebas yang dapat
mempengaruhi audit delay. Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan- perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau
menggunakan data-data sebelumnya. Data sekunder diperoleh melalui studi
kepustakaan yang diantaranya dengan mengumpulkan materi literatur, buku,
jurnal penelitian, dan sumber lain yang sekiranya dapat membantu peneliti
dalam menyusun penelitian ini secara teknis dan teoritis. Data sekunder
utama didapatkan dari Pusat Referensi Pasar Modal, www.idx.co.id, dan
Pusat Informasi Pasar Modal dengan mengumpulkan data dari laporan
keuangan auditan perusahaan jasa yang dipublikasikan di BEI pada tahun
2008-2011. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah statistik deskriptif dan pengujian regresi menggunakan binary
logistic.
56
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan
dengan cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan
kuantitatif. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang
dibutuhkan dalam analisis.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
logistik (logistic regression) dengan bantuan SPSS 17. Alasan penggunaan
alat analisis regresi logistik (logistic regression) adalah karena variabel
dependen bersifat dummy. Asumsi normal distribution tidak dapat dipenuhi
karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu (metrik)
dan kategorial (non-metrik). Hal ini dapat dianalisis dengan regresi logistik
(logistic regression) karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel
bebasnya. Gujarati (2006) menyatakan bahwa regresi logistik mengabaikan
heteroscedasity, artinya variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity
untuk masing-masing variabel independennya.
1. Definisi Regresi Logistik
Regresi logistik adalah bentuk khusus dimana variabel dependennya
terbagi menjadi dua bagian atau kelompok (biner). Walaupun formulanya
dapat saja lebih dari dua kelompok.
57
Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk mencari
persamaan regresi jika variabel dependennya merupakan variabel yang
berbentuk skala. Regresi logistik binariadalah regresi logistik dimana
variabel dependenya berupa variabel dikotomi atau variabel biner. Contoh:
Variabel dikotomi atau variabel biner adalah sukses – gagal, ya – tidak,
benar – salah, hadir – bolos, pria – wanita dan seterusnya.
2. Tahapan Regresi Logistik
Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik
(logistic regression) adalah statistik deskriptif dan pengujian hipotesis
penelitian, adapun penjelasannya diuraikan dalam paragraf di bawah ini
(Ghozali, 2009):
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu
data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (standard
deviation), dan maksimum-minimum. Mean digunakan untuk
memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel.
Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata dari sampel.
Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan
maksimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat
gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan
memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.
58
b. Pengujian Hipotesis Penelitian
Estimasi parameter menggunakan Maximum Likehood
Estimation (MLE).
Ho = β1 = β2 = β3 = ... = βi = 0
Ho ≠ β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ ... ≠ βi ≠ 0
Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (x) tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel respon yang diperhatikan
(dalam populasi). Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan
menggunakan α = 5%. Nilai α dinyatakan sebagai besarnya tingkat
kesalahan yang dapat ditolerir. Umumnya, besarnya α adalah 5%
(Nachrowi dan Usman, 2006). Kaidah pengambilan keputusan adalah:
a) Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5%, maka hipotesis alternatif
didukung.
b) Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5%, maka hipotesis alternatif
tidak didukung.
1) Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit).
Langkah pertama adalah menilai overall model fit terhadap
data. Beberapa uji statistik diberikan untuk menilai hal ini.
Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
59
Hipotesis ini tidak akan menolak hipotesis nol agar model fit
dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi
likelihood. Log Likelihood dari model adalah probabilitas bahwa
model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Pengujian
hipotesis nol dan alternatif dilakukan dengan cara L
ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan Likelihood (-2LL)
menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain
model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2009).
2) Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Cox and Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba
meniru ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada
teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1
(satu) sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R Square
merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell untuk
memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu).
Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox and Snell’s
R2dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R2dapat
diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen (Ghozali, 2009).
60
3) Menguji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa
data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan
antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika
nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama
dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang
berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai
observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model
tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari
0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model
mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan
model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya
(Ghozali, 2009).
4) Uji Multikolinieritas
Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya
gejala korelasi yang kuat di antara variabel bebasnya. Pengujian ini
menggunakan matrik korelasi antar variabel bebas untuk melihat
besarnya korelasi antar variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak
61
ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen sama
dengan nol (Ghozali, 2009).
5) Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari
model regresi. Tahap ini dilakukan untuk memprediksi
kemungkinan adanya pengungkapan keberadaan Risk Management
Committee yang dilakukan oleh perusahaan (Ghozali, 2009).
6) Model Regresi Logistik yang Terbentuk
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat faktor-
faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1
Persamaan Regresi
Y = β0 + βx1 + βx2 + βx3 + βx4 + ε
62
Y = audit delay
β0 = Konstanta
βx1 = IFRS (ada atau tidaknya pengaruh IFRS)
βx2 = Ukuran perusahaan ( Ln= total asset )
βx3 = Tingkat Profitabilitas ( ROA= lababersih/total asset)
βx4 = Kompleksitas ( ada atau tidaknya anak perusahan)
ε = Kesalahan
E. Operasionalisasi Variabel
Abdul Hamid (2012) menyatakan bahwa:
“Batasan operasional variabel merupakan pendefinisian dari
serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan. Hal ini dipandang
perlu agar ada kesamaan makna atas suatu variabel yang mungkin
mempunyai makna ganda. Dalam pendefinisian variabel-variabel sampai
dengan kemungkinan pengukuran dan cara pengukurannya”
Didalam suatu penelitian terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas
dan terikat. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi
atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variable
terikatnya (dependent) adalah audit delay. Sedangkan variable bebas adalah
penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan Kompleksitas.
63
1. Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah audit
delay. Variabel dependen ini diukur berdasarkan tanggal penyampaian
laporan keuangan tahunan auditan ke BAPEPAM dan LK. Perusahaan di
kategorikan tepat waktu jika laporan keuangan disampaikan selambat-
lambatnya pada tanggal 31 Maret, sedangkan perusahaan yang terlambat
adalah perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan setelah tanggal
31 Maret. Variabel ini diukur dengan menggunakan variable dummy
dengan kategorinya adalah bagi perusahaan yang tidak tepat waktu
(terlambat) masuk kategori 1 dan perusahaan yang tepat waktu masuk
kategori 0.
2. Variabel Independen
a. Penerapan IFRS
Penerapan IFRS dalam penelitian ini ditentukan dengan ada
tidaknya penyesuaian yang disebabkan oleh adanya revisi terhadap
PSAK yang sudah diterapkan dan berpengaruh pada penerapan IFRS.
Pengukurannya menggunakan variabel dummy. Di mana kategori 1
untuk perusahaan yang memiliki penerapan IFRS dan kategori 0 untuk
perusahaan yang tidak memiliki penerapan IFRS.
b. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya
ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aset, total
penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya.
64
Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin besar pula
ukuran perusahaan itu. Pada penelitian ini, ukuran perusahaan
diproksikan dengan menggunakan Ln total asset. Penggunaan natural
log (Ln) dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengurangi fluktuasi
data yang berlebih. Jika nilai total asset langsung dipakai begitu saja
maka nilai variabel akan sangat besar, miliar bahkan triliun. Dengan
menggunakan natural log, nilai miliar bahkan triliun tersebut
disederhanakan, tanpa mengubah proporsi dari nilai asal yang
sebenarnya.
c. Profitabilitas
Profitabilitas diukur dengan menggunakan return on asset
(ROA).Return on Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur
efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan cara
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Besarnya ROA diketahui
dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dan total aktiva.
Rasio ini bisa dihitung sebagai berikut:
Return On Assets (ROA) = Laba / Rugi bersihTotal Aset
d. Kompleksitas
Kompleksitas operasi dalam penelitian ini ditentukan dengan ada
tidaknya anak perusahaan. Pengukurannya menggunakan variabel
dummy. Di mana kategori 1 untuk perusahaan yang memiliki anak
perusahaan dan kategori 0 untuk perusahaan yang tidak memiliki anak
perusahaan.
65
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Indikator Skala
Audit Delay
Variabel Dummy, Laporan Keuangan
dikatakan terlambat apabila penyampaiannnya
lebih dari 90 hari setelah tanggal pelaporan
keuangan tahunan dan diberi nilai 1,maka jika
Nominal
IFRS
Variabel Dummy, IFRS dilihat dari apakah ada
penyesuaian pada laporan ekuitas yang di
pengaruhi oleh penerapan IFRS yang baru.jika
ada penerapan IFRS beri nilai 1, maka yang
tidak ada penerapan IFRS diberi nilai 0
Nominal
Ukuran PerusahaanUkuran perusahaa dilihat dengan besarnya total
asset dimana menggunakan Ln total asset.Rasio
Profitabilitas
Return On Assets (ROA) =
Laba Bersih
Total Aset
Rasio
Kompleksitas
Kompleksitas perusahaan dilihat dari ada atau
tidaknya anak perusahaan. Jika ada anak
perusahaan diberi nilai 1, maka yang tidak
memiliki anak perusahaan diberi nilai 0
Nominal
66
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memeperoleh bukti empiris mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. Populasi dalam penelitian
ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia
(BEI) mulai tahun 2008-2011. Industri manufaktur dipilih sebagai objek
penelitian karena memiliki jumlah perusahaan yang listing paling banyak
dibandingkan dengan industri lainnya. Periode tahun penelitian 2008
sampai dengan 2011 dipilih karena tahun 2008-2010 adalah tahap adopsi
seluruh IFRS ke PSAK dan tahun 2011 tahap persiapan akhir
pengadopsian IFRS. Alasan tersebut digunakan karena salah satu varibel
bebas dalam penelitian ini adalah penerapan IFRS. Adapun pemilihan
sampel dilakukan dengan purposive sampling yang telah ditetapkan
dengan beberapa kriteria tertentu.
Tabel 4.1 menyajikan proses tahapan seleksi sampel berdasar
kriteria tertentu yang telah ditetapkan.
67
Tabl 4.1
Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria
No Kriteria Tidak
memenuhi
kriteria
Akumul
asi
1 Jumlah populasi perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI
131
2 Perusahaan yang menerbitkan
laporan keuangan pada tanggal
tutup buku 31 Desember untuk
periode 4 tahun berturut-turut
2008,2009,2010 dan 2011.
55 76
3 Perusahaan yang tidak memiliki
data lengkap yang dibutuhkan
dalam penelitian.
8 68
5 Jumlah perusahaan sampel 68
6 Tahun pengamatan penelitian 4
7 Jumlah sampel total selama
periode penelitian
272
Sumber: data diolah
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2011 berjumlah 131 perusahaan dengan tanggal tutup
buku 31 Desember. Dari 131 perusahaan manufaktur tersebut 55
perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara berturut-
turut selama periode penelitian yaitu 2008 sampai 2011, dan 8 perusahaan
yang tidak memiliki data lengkap untuk penelitian. Sehingga jumlah
68
perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel peneltian sebanyak 68
perusahaan. Sedangkan periode tahun penelitian 4 tahun maka total sampel
dalam penelitian ini sebanyak 272 sampel.
2. Deskripsi sampel penelitian
Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan metode purposive
sampling dengan menggunakan kriteria yang telah ditentukan. Sampel
dipilih bagi perusahaan yang menyajikan data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini, seperti dalam catatan laporan keuangan adanya informasi
mengenai penerapan PSAK revisi yang telah mengadopsi IFRS, total asset,
jumlah laba untuk menhitung ROA, anak perusahaan dan tanggal
tandatangan auditor. Ringkasan sampel penelitian berdasarkan sesektor
industrinya disajikan dalam tabel 4.2
Tabel 4.2
Sampel Penelitian
No Jenis UsahaJumlah
2008 2009 2010 2011
1 Semen 3 3 3 3
2Keramik, porselen dan
kaca5 5 5 5
3 Logam dan sejenisnya 7 7 7 7
4 Kimia 4 4 4 4
Bersambung pada halaman berikutnya
69
Tabel 4.2 (lanjutan)
No Jenis UsahaJumlah
2008 2009 2010 2011
5 Plastik dan kemasan 4 4 4 4
6 Pakan ternak 2 2 2 2
7Kayu dan
pengolahannya1 1 1 1
8 Pulp dan kertas 2 2 2 2
9 Otomotif dan
komponen
8 8 8 8
10 Tekstil dan garment 5 5 5 5
11 Kabel 1 1 1 1
12 Makanan dan
minuman
11 11 11 11
13 Rokok 2 2 2 2
14 Farmasi 7 7 7 7
15 Kosmetik dan barang
keperluan rumah
tangga
3 3 3 3
16 Peralatan rumah
tangga
3 3 3 3
Jumlah 68 68 68 68
Akumulasi 272
Sumber: data diolah
Pada tabel 4.3 dibawah ini dapat dilihat bahwa sampel yang dipilih
tersebar secara acak dan hampir tersebar merata pada 16 sektor industri.
Perusahaan yang paling banyak berasal dari sektor Makanan dan
Minuman yaitu sebanyak 11 perusahaan dan paling sedikit perusahaan
70
berasal dari sektor Kayu dan pengolahannya dan sektor Kabel yaitu
hanya 1 perusahaan.
Tabel 4.3
Distribusi Sampel Berdasarkan Sektor Usaha
No Sector Usaha Frekuensi Persentase (%)
1 Semen 3 4,41
2 Keramik, porselen dan
kaca5
7,35
3 Logam dan sejenisnya 7 10,29
4 Kimia 4 5,88
5 Plastik dan kemasan 4 5,88
6 Pakan ternak 2 2,94
7 Kayu dan pengolahannya 1 1,47
8 Pulp dan kertas 2 2,94
9 Otomotif dan komponen 8 11,76
10 Tekstil dan garment 5 7,35
11 Kabel 1 1,47
12 Makanan dan minuman 11 16,18
13 Rokok 2 2,94
14 Farmasi 7 10,29
15 Kosmetik dan barang
keperluan rumah tangga3
4,41
16 Peralatan rumah tangga 3 4,41
Jumlah 68 100
Sumber: data diolah
71
B. Hasil Uji Analisis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi
logistik (logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran
yang menyeluruh mengenai variabel independen (penerapan IFRS, ukuran
perusahaan, ROA dan kompleksitas) terhadap variabel dependen yaitu Audit
Delay.
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Analisis pengujian statistik deskriptif berguna untuk menganalisis
data dengan cara menggambarkan keadaan data yang sebenarnya
bertujuan untuk mengidentifikasi profil, distribusi, populasi dan asal data
tersebut. Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai hasil pengujian statistik
deskriptif pada masing-masing variabel yaitu variabel penerapan IFRS,
ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran KAP, dan kompleksitas yang
diperoleh dari hasil uji dengan SPSS 17.
Tabel 4.3 menunjukkan statistik deskriptif variabel yang
menggunakan skala rasio yaitu ukuran perusahaan dan profitabilitas yang
dijelaskan dengan nilai minimum, nilai maksimum, nilai mean, nilai
median dan nilai standar deviasi yang besangkutan. Sedangkan Tabel 4.4
sampai dengan tabel 4.7 menunjukkan variabel yang menggunakan skala
ordinal yaitu penerapan IFRS, dan kompleksitas yang akan dijelaskan
secara umum tanpa menggunakan nilai minimum, nilai maksimum, nilai
mean, nilai median dan nilai standar deviasi karena variabel ini
menggunakan variabel dummy.
72
Nilai minimum adalah nilai terendah dari suatu populasi pada
periode tertentu, nilai maksimum adalah nilai tertinggi dari suatu populasi
pada periode tertentu, nilai mean adalah nilai yang dihasilkan dari hasil
bagi atas total jumlah nilai keseluruhan populasi dengan total
populasinya, nilai median adalah nilai tengah dari rangkaian data yang
telah disusun secara berurut, sedangkan standard deviation adalah
simpangan baku yang merupakan variabel sebaran data.
Berikut adalah penjelasan analisa pengujian statistik deskriptif
variabel skala rasio untuk keseluruhan tahun 2008 sampai dengan 2011.
Tabel 4.4
Hasil analisis Statistik deskriptif variabel skala rasio
SIZE ROA
N Valid 272 272
Missing 0 0
Mean 27.5038 .1073
Median 27.4363 .0626
Std. Deviation 1.56806 .18226
Minimum 21.75 -.46
Maximum 31.49 1.16
Quartiles Q1 26.5523 .0236
Q3 28.3975 .1301
Sumber: output SPSS
73
Pada ukuran perusahaan yang dicerminkan dengan log total asset,
maka didapatkan hasil bahwa SIZE terendah adalah 21,75 pada
Polychem Indonesia Tbk 2009 dan SIZE tertinggi adalah 31,49 pada
Indofood Sukses Makmur Tbk 2010. Berdasarkan laporan keuangan
tahunan perusahaan, diketahui bahwa pada t a h u n 20 09 Polychem
Indonesia Tbk memiliki total asset sebesar Rp 2.804.376.918 dan pada
tahun 2010 Indofood Sukses Makmur Tbk memiliki total asset sebesar Rp
47.275.955.000.000. Sedangkan nilai mean-nya adalah 27,5038 dan nilai
standard deviation-nya adalah 1.56806. Nilai kuartil 1 (Q1)
menunjukkan bahwa 25% perusahaan memiliki ukuran dibawah
26,5523, sementara nilai kuartil 3 (Q3) menjukkan bahwa 75%
perusahaan memiliki ukuran dibawah 28,3975.
Pada tingkat profitabilitas dicerminkan dengan menggunakan ROA
(Return On Assets) yaitu perbandingan antara besarnya laba/rugi suatu
perusahaan dengan total asset, maka didapatkan hasil ROA terendah
adalah -0,46 pada Asia Pacific Tbk 2008 dan ROA tertinggi adalah 1,16
pada Citra Turbindo Tbk 2008. Berdasarkan laporan keuangan tahunan
perusahaan diketahui bahwa pada tahun 2008 Asia Pacific Tbk
mengalami kerugian sebesar Rp 2.282.123.199.644 dari total asset Rp
4.912.990.190.007 dan pada tahun 2008 Citra Turbindo Tbk
mengalami keuntungan sebesar Rp 202.194.242.700 dari total asset Rp
173.594.621.200. Sedangkan nilai mean-nya adalah 0,1073, dan nilai
74
standard deviation-nya adalah 0,18226. Nilai kuartil 1 (Q1) menunjukkan
bahwa 25% perusahaan memiliki tingkat profitabilitas dibawah 0,0236,
sementara nilai kuartil 3 (Q3) menjukkan bahwa 75% perusahaan
memiliki tingkat profitabilitas dibawah 0,1301.
Berikut adalah penjelasan gambaran umum analisa pengujian
statistik deskriptif untuk keseluruhan tahun 2008 sampai dengan 2011
untuk variabel skala ordinal yang dilihat dengan menggunakan
frequency table. Adapun variable yang akan dijelaskan yaitu audit
delay, penerapan IFRS, ukuran KAP, dan kompleksitas perusahaan.
Tabel 4.5
Deskripsi Data Audit Delay
Audit Delay
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 252 92.6 92.6 92.6
1 20 7.4 7.4 100.0
Total 272 100.0 100.0
Sumber: output SPSS
Untuk perusahaan yang memiliki audit delay sampai dengan 90 hari
atau kurang dari 90 hari diberi kode (0) sedangkan perusahaan yang
memiliki audit delay lebih dari 90 hari diberi kode (1). Berdasarkan tabel
frekuensi, dihasilkan 252 (92,6%) perusahaan yang memiliki audit delay
75
dibawah atau sama dengan 90 hari dan 20 (7,4%) perusahaan yang
memiliki audit delay lebih dari 90 hari.
Tabel 4.6
Deskripsi Audit Delay
IFRS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 155 57.0 57.0 57.0
1 117 43.0 43.0 100.0
Total 272 100.0 100.0
Sumber: output SPSS
Untuk perusahaan yang tidak memiliki pengaruh terhadap IFRS
diberi kode (0) sedangkan perusahaan yang memiliki pengaruh terhadap
IFRS diberi kode (1). Berdasarkan tabel frekuensi, dihasilkan 155 (57%)
perusahaan yang tidak memiliki pengaruh terhadap penerapan IFRS dan
117 (38,3%) perusahaan yang memiliki pengaruh terhadap penerapan
IFRS.
76
Tabel 4.7
Deskripsi data kompleksitas
KOMPLEKSITAS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 86 31.6 31.6 31.6
1 186 68.4 68.4 100.0
Total 272 100.0 100.0
Sumber: output SPSS
Untuk perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan diberi kode
(0) sedangkan perusahaan yang memiliki anak perusahaan diberi
kode (1). Berdasarkan tabel frekuensi, dihasilkan 86 (31,6%)
perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan dan 186 (68,4%)
perusahan yang memiliki anak perusahaan.
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel dependen yang bersifat dummy
(mengungkapkan audit delay lebih dari 90 hari dan kurang dari atau sama
dengan 90 hari), maka pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji regresi logistik. Tahapan dalam pengujian dengan
menggunakan uji regresi logistik dapat dijelaskan sebagai berikut
(Ghozali, 2009):
77
a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2
Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2
Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Nilai -2LL
awal adalah sebesar 154,590. Setelah dimasukkan keempat variabel
independen, maka nilai -2LL akhir mengalami penurunan menjadi
128,393. Penurunan -2 Log Likelihood (-2LL) ini menunjukkan model
regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang
dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2009). Berikut Tabel 4.8
yang menunjukkan perbandingan antara nilai -2LL awal dengan -2LL
akhir.
78
Tabel 4.8
Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Consta
nt IFRS SIZE ROA KOMP
Step
1
1 154.590 -1.956 .234 .013 -.787 -.162
2 133.547 -3.089 .522 .036 -2.350 -.368
3 128.856 -3.946 .721 .064 -4.872 -.530
4 128.398 -3.961 .771 .063 -6.047 -.566
5 128.393 -3.931 .776 .062 -6.180 -.567
6 128.393 -3.930 .776 .062 -6.182 -.567
7 128.393 -3.930 .776 .062 -6.182 -.567
Initial -2 Log Likelihood: 142.895
Sumber: data output SPSS
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik
ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square
adalah sebesar 0,127 yang berarti variabilitas variabel dependen yang
dapat dijelaskan oleh variabel independen penerapan IFRS, ukuran
perusahaan, profitabilitas dan kompleksitas adalah sebesar 12,7%,
79
sedangkan sisanya sebesar 87,3% dijelaskan oleh variabel-variabel lain
di luar model penelitian, seperti opini audit, solvabilitas, ukuran
KAP,dan auditor internal. Berikut tabel 4.9 yang menunjukkan nilai
Nagelkerke R Square.
Tabel 4.9
Koefisien Determinasi
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 128.393a .052 .127
Sumber: output SPSS
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian menunjukkan nilai
Chi-square sebesar 8,914 dengan signifikansi sebesar 0,350.
Berdasarkan hasil tersebut, karena nilai signifikansi lebih besar dari
0,05 maka model dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai
observasinya. Berikut Tabel 4.10 yang menunjukkan hasil pengujian
Homser and Lemeshow’s Goodness of Fit Test.
80
Tabel 4.10
Kelayakan Model Regresi
Step Chi-square Df Sig.
1 8.914 8 .350
Sumber: output SPSS
d. Hasil Uji Multikolinieritas
Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya
gejala korelasi yang kuat di antara variabel bebasnya. Pengujian ini
menggunakan matriks korelasi antar variabel bebas untuk melihat
besarnya korelasi antar variabel independen. Hasil Tabel 4.11
menunjukkan tidak ada nilai matriks korelasi antar variabel yang lebih
besar dari 0,8. Apabila terjadi hal yang demikian, maka tidak ada gejala
multikolinieritas yang serius antar variabel bebas (Damayanti dan
Sudarma, 2008:14).
81
Tabel 4.11
Matriks Korelasi
Constant IFRS SIZE ROA KOMP
Step 1 Constant 1.000 .183 -.995 .068 .332
IFRS .183 1.000 -.249 .108 .130
SIZE -.995 -.249 1.000 -.086 -.386
ROA .068 .108 -.086 1.000 -.011
KOMP .332 .130 -.386 -.011 1.000
Sumber: output SPSS
e. Hasil Matrik Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan adanya audit delay lebih dari
90 hari yang dilakukan perusahaan. Berikut tampilan Tabel 4.12 beserta
penjelasannya.
82
Tabel 4.12
Matriks Klasifikasi
Observed
Predicted
AUD Percentage
Correct0 1
Ste
p 1
AUD 0 251 1 99.6
1 20 0 .0
Overall Percentage 92.3
Sumber: output SPSS
Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi
kemungkinan adanya audit delay lebih dari 90 hari yang dilakukan oleh
suatu perusahaan adalah sebesar 0%. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan menggunakan model regresi yang digunakan, tidak ada
perusahaan yang diprediksi akan memiliki audit delay lebih dari 90 hari
dari total 20 perusahaan yang audit delay-nya lebih dari 90 hari.
Kekuatan prediksi model perusahaan yang audit delay-nya tidak lebih
dari 90 hari adalah sebesar 99,6%, yang berarti bahwa dengan model
regresi yang digunakan ada sebanyak 1 perusahaan yang diprediksi
tidak memiliki audit delay kurang dari atau sama dengan 90 hari dari
total 251 perusahaan yang audit delay-nya tidak lebih dari 90hari.
83
f. Hasil Uji Regresi Logistic dan Pembahasan
Tahap akhir pengujian ini adalah uji koefisiensi regresi, dimana
pada pengujian ini kita dapat mengetahui sejauh mana suatu variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Adapun variebel
yang digunakan adalah penerapan IFRS (IFRS), ukuran perusahaan
(size), profitabilitas (ROA), dan kompleksitas perusahaan (KOMP),
sedangkan variabel dependennya audit delay.
Suatu variabel dikatakan berpengaruh apabila nilai profitabilitas
yang terdapat pada kolom siginificant pada tabel variabel in the
equation hasilnya kecil dari 5% (0.05) maka hipotesis diterima dan jika
lebih 5% (0.05) maka hipotesis ditolak yang berarti variabel tersebut
tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay. Hasil uji model regresi
logistik yang terbentuk disajikan pada tabel di bawah ini:
84
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model
berikut ini:
DELAY= -3,930 + 0,776IFRS + 0,062SIZE – 6,182ROA -
0,567KOMP + e
Berdasarkan pengujian regresi logistik (logistic regression)
sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, interpretasi hasil
disajikan dalam empat bagian. Bagian pertama membahas pengaruh
penerapan IFRS (IFRS) terhadap audit delay (AUD) (H1). Bagian kedua
Tabel 4.13
Koefisien Regresi Logistik
B S.E. Wald df Sig. ket
Step
1a
IFRS .776 .515 2.269 1 .132 Tidak
signifikan
SIZE .062 .186 .110 1 .740 Tidak
signifikam
ROA -6.182 2.358 6.876 1 .009 Signifikan
KOMP -.567 .527 1.157 1 .282 Tidak
signifikan
Constant -3.930 4.921 .638 1 .425
Sumber : output SPSS
85
membahas pengaruh ukuran perusahaan (size) terhadap audit delay
(AUD) (H2). Bagian ketiga membahas pengaruh profitabilitas (ROA)
terhadap audit delay (AUD) (H3). Bagian keempat membahas pengaruh
kompleksitas perusahaan (KOMP) terhadap audit delay (AUD) (H4).
Penjelasan ketujuh bagian tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pengaruh penerapan IFRS (IFRS) terhadap Audit delay (AUD)
Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa hasil regresi
pada variabel penerapan IFRS (International Financial Reporting
Standards) menunjukan nilai koefisiensi regresi sebesar 0,776,
yang berarti variabel ini menunjukan adanya arah positif antara
penerapan IFRS dengan audit delay. Hal ini menunjukan bahwa
jika suatu perusahaan melakukan penerapan IFRS maka audit delay
akan semakin panjang. Nilai signifikansinya sebesar 0,132. Hal ini
berarti tingkat signifikansi berada diatas α = 5% (0,05), sehingga
hipotesi ke-1 tidak berhasil didukung. Penelitian ini tidak berhasil
membuktikan bahwa penerapan IFRS berpengaruh signifikan
tehadap audit delay. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yaacob dan
Ayoib di Malaysia (2012), Hasil penelitian ini tidak berhasil atau
tidak signifikan karena pada data penelitian diketahui bahwa dari
272 perusahaan yang dijadikan sampel terdapat 155 perusahaan
86
yang tidak memiliki pengaruh terhadap penyesuaian IFRS dan 117
perusahaan yang memiliki pengaruh penyesuaian terhadap IFRS.
Tabel 4.13 menunjukan bahwa dari 252 perusahaan yang
audit delay-nya kurang dari atau sama dengan 90 hari ada sebanyak
148 perusahaan yang tidak memiliki pengaruh terhadap
penyesuaian IFRS dan 104 perusahaan yang memiliki pengaruh
terhadap penyesuaian IFRS. Namun demikian, jika dilihat dari 20
perusahaan yang audit delay-nya melebihi 90 hari terdapat 7
perusahaan yang tidak memiliki pengaruh terhadap penyesuaian
IFRS dan 13 perusahaan yang memiliki pengaruh terhadap
penyesuaian IFRS.
Tabel 4.14
IFRS
Audit delay≤ 90 hari > 90 hari Total
IFRS
Tidak ada
penyesuaian
148 7 155
Ada
penyesuaian
104 13 117
Total 252 20 272
Sumber : data diolah menggunakan Microsoft excel
Kondisi diatas diduga yang menyebabkan hasil penelitian
tidak berhasil atau tidak signifikan dengan arah positif. Selain itu
87
juga diduga karena penerapan IFRS pada banyak perusahaan yang
ternyata tidak berpengaruh material terhadap laporan keuangannya
dan arah positif diduga karena ditahun 2008 sampai dengan 2011
Indonesia masih dalam tahap adopsi dan persiapan ahir dalam
implementasi IFRS. Sehingga banyak perusahaan yang masih
menganalisis dampak dari penerapan IFRS atau dampak dari PSAK
revisi yang berbasis IFRS. PSAK sendiri sebenarnya sejak tahun
1994 disusun dengan menggunakan referensi utama International
Accounting Standard (IAS). (Martani. 2011:2)
2) Pengaruh ukuran perusahaan (SIZE) terhadap audit delay
(AUD)
Hasil regresi pada variabel ukururan perusahaan (size)
menunjukan nilai koefisien 0,062, yang berarti variabel ini
menunjukan arah positif antara ukuran perusahaan dengan audit
delay. Hal ini menunjukan bahwa jika suatu perusahaan semakin
besar maka audit delay-nya pun semakin panjang. Variabel SIZE
nilai signifikansinya 0,740 diatas signifikansi 0,05 (5%). Hal ini
mengandung arti bahwa hipotesi ke-2 dinyatakan tidak berhasil
didukung. Maka, variabel size memiliki pengaruh tidak signifikan
terhadap audit delay.
Penelitian ini tidak berhasil mendukung penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh margaretta (2011), Ferdianto
88
(2011), Kartika (2009), dan Rahmawati (2008), yang menyatakan
bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif yang
signifikan. Hal ini diduga, ukuran perusahaan tidak berpengaruh
signifikan karena sampel yang digunakan adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI yang di awasi investor, pengawas
modal, dan pemerintah. Atas dasar itu, perusahaan dengan asset
besar maupun kecil mempunyai kemungkinan yang sama dalam
mengahadapi tekanan atas penyampaian laporan keuangan.
Kemungkinan kedua, auditor menganggap bahwa dalam proses
pengauditan berapapun jumlah asset yang dimiliki tiap-tiap
perusahaan akan diperiksa dengan cara yang sama, sesuai dengan
prosedur dalam standar professional akuntan publik.
3) Pengaruh profitabilitas (ROA) terhadap audit delay (AUD)
Hasil regresi pada variabel profitabilitas menunjukan arah
negatif sebesar 6,182. Hal ini menunjukan bahwa jika tingkat
profitabilitas semakin tinggi cenderung audit delay-nya semakin
pendek. Sementara itu, nilai signifikansi sebesar 0,009. Hal ini
berarti signifikansi dibawah atau lebih kecil dar 0,05 (5%), maka
hipotesi ke-3 diterima dan berhasil didukung. Penelitian ini
mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Subekti (2004), Hilmi dan Ali (2008), lestari (2010), dan lianto dan
kusuma (2010) yang menunjukan bukti bahwa perusahaan yang
89
memperoleh laba cenderung tepat waktu (audit delay-nya ≤ 90
hari) menyampaikan laporan keuangannya dan sebaliknya,
perusahaan yang mengalami kerugian cenderung lebih lama dalam
menyampaikan laporan keuangannya. Alasan lain Karena ROA
merupakan gambaran kinerja perusahaan dalam mengelola
keuangan yaitu untuk menciptakan laba dan memutar asetnya,
sehingga hal ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap audit
delay. Perusahaan yang mengalami kerugian menimbulkan nilai
ROA rendah atau bahkan negatif, maka hal ini dapat menjadi
dugaan adanya masalah dalam kinerja keuangan yang menjadi
penyebab perusahan mengalami kerugian.
4) Pengaruh kompleksitas perusahaan (KOMP) terhadap audit
delay (AUD)
Hasil regresi pada variabel kompleksitas perusahaan (KOMP)
menunjukan arah negatif sebesar 0,567. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin kompleks suatu perusahaan maka cenderung audit
delay-nya semakin pendek. Sementara itu nilai signifikansi sebesar
0,282. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 (5%), maka
hipotesi ke-4 dinyatakan tidak berhasil didukung. Penelitian ini
tidak berhasil membuktikan bahwa kompleksitas perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hasil penelitian tidak
mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
90
Ukago (2004) yang menyatakan bahwa kompleksitas operasi
perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.
Hasil penelitian yang tidak signifikan diduga karena pada
kenyataan data yang diperoleh menunjukan dari 272 perusahaan
sampel terdapat 186 perusahaan yang memiliki anak perusahaan
dan 86 perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan. Pada
tabel 4.15 menunjukan bahwa dari 252 perusahaan yang audit
delay-nya kurang atau sama dengan 90 hari ada sebanyak 77
perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan dan 175
perusahaan yang memiliki anak perusahaan. Sedang dari 20
perusahaan yang memiliki audit delay lebih dari 90 hari terdapat 9
perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan dan 11
perusahaan yang memiliki anak perusahaan.
Tabel 4.15
Kompleksitas
Audit delay≤ 90 hari > 90 hari total
kompleksitas
Tidak adaanak
perusahaan77 9 86
Ada anakperusahaan
175 11 186
total 252 20 272
Sumber : data di olah
Alasan lain, Karena perusahaan yang memiliki anak
perusahaan cenderung perusahaan besar yang memiliki manajemen
91
yang baik disetiap perusahaannya baik perusahaan induk maupun
perusahaan anak. Sehingga hasil penelitian menunjukan bahwa
kompleksitas tidak berpengaruh dan memiliki arah negate terhadap
audit delay.
Ringkasan hasil penelitian disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.16
Ringkasan Hasil Penelitian
Variabel dependen
Variabel Independen
Audit delay
Penerapan IFRS (IFRS) (+) XUkuran Perusahaan (SIZE) (+) X
Profitabilitas (ROA) (-) VKompleksitas Perusahaan (KOMP) (-) X
Keterangan:
V = Variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen atau hipotesis diterima.
X = Variabel independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen atau hipotesis ditolak.
(+) = Koefisien regresi positif.
(-) = Koefisien regresi positif.
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bukti empiris
mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi audit delay. Faktor-faktor
tersebut terdiri dari penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas,
dan kompleksitas. Sedangkan variabel terikatnya adalah audit delay.
Pengujian dilakukan dengan pengujian statistik deskriptif dan regresi
binary logistic guna mengetahui sejauh mana penerapan IFRS, ukuran
perusahaan, profitabilitas, dan kompleksitas berpengaruh kepada audit
delay.
Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sampai dengan 2011,
yang melibatkan 68 perusahaan sampel terpilih, total data secara
keseluruhan dalam 4 tahun adalah 272. Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan mengenai pengaruh penerapan IFRS, ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan kompleksitas terhadap audit delay, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil uji regresi logistik penerapan IFRS tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay selama empat
tahun pengamatan (2008-2011). Hasil penelitian ini tidak mendukung
hasil penelitian Yaacob dan Ayoib (2012)
93
2. Berdasarkan hasil uji regresi logistik ukuran perusahaan berpengaruh
tidak signifikan terhadap audit delay selama empat tahun pengamatan
(2008-2011). hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian
Margaretta (2011), Yulianti (2011), Ferdianto (2011), Kartika (2009)
dan Rahmawati (2008).
3. Berdasarkan hasil uji regresi logistik prifitabilitas memiliki pengaruh
signifikan terhadap audit delay selama empat tahun pengamatan
(2008-2011). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian, Subekti
(2004), Hilmi dan Ali (2008), Lestari (2010), dan Lianto dan Kusuma
(2010),.
4. Berdasarkan hasil uji regresi logistic kompleksitas tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap audit delay selama empat tahun
pengamatan (2008-2011). hasil penelitian ini tidak mendukung hasil
penelitian Ukago (2004)
B. Implikasi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
pengembangan ilmu pemeriksaan akuntansi yang khususnya membahas
mengenai audi delay. Diharapkan pula dapat memberikan informasi
tambahan mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi audit
delay perusahaan.
Berdasarkan kesimpulan yang menunjukan penerapan IFRS tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay dengan arah positif.
94
Berarti perusahaan yang menerapkan IFRS tidak memiliki pengaruh
dengan panjangnya audit delay. Impilkasinya, auditor harus meng-update
dan memahami setiap adanya SAK yang telah direvisi dengan basis IFRS.
Perusahaan, akademisi, dan KAP harus mampu menyediakan SDM yang
kompeten terhadap perkembangan konvergensi IFRS. BAPEPAM dan LK
serta IAPI harus mempublikasi dan mensosialisasikan setiap perubahan
SAK dari konvergensi IFRS atau regulasi terkait penerapan IFRS.
Ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
audit delay, implikasinya auditor tetap melakukan audit sesuai prosedur
Profitbilitas berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay.
Perusahaan yang memiliki nilai ROAnya tinggi maka audit delaynya
pendek. Analisis ROA mampu menggambarkan kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba dan dalam memutarkan aset. Sehingga, ROA negatif dapat
memberikan dugaan adanya masalah dalam perusahaan. Implikasinya,
perusahaan harus mampu menjaga nilai ROA nya agar selalu positif dengan
kata lain harus mampu mengahasilkan laba yang tinggi.
Kompleksitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit
delay. Tingkat kompleksitas operasi perusahaan yang tergantung pada ada
atau tidaknya anak perusahaan. Hal ini disebabkan ada atau tidak adanya
anak perusahaan tidak bisa dijadikan salah satu tolak ukur dalam
penentuan audit delay. Impilkasinya perusahaan harus memiliki sistem
manajemen yang bagus agar bisa mengontrol anak perusahaannya dengan
baik. Auditor harus pandai membuat perencanaan audit dan menjaga
95
kinerja audit agar audit bisa terlaksana sacara menyeluruh di setiap
subtansi dari kompleksitas perusahaan
C. Keterbatasan
Dalam melakukan penelitian mengenai pengaruh faktor-faktor
penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran KAP, dan
kompleksitas terhadap audit delay maka peneliti menyadari adanya
keterbatasan dari penelitian ini, diantaranya :
1. Periode sampel dalam penelitian ini hanya empat tahun, yaitu tahun
2008 sampai tahun 2011, Sehingga berpotensi tidak tertangkapnya
gambaran yang sebenarnya atas pengaruh penerapan IFRS, ukuran
perusahaan, profitabilitas, dan kompleksitas terhadap audit delay
dikarenakan minimnya data yang digunakan dalam penelitian. Selain
itu, Variabel penerapan IFRS dalam penelitian ini j u g a belum
dapat memperoleh hasil yang maksimal dan rinci. Hal ini
dikarenakan pada tahun 2008 – 2011 Indonesia masih melakukan
adopsi terhadap IFRS dan tahun 2011 Indonesia akan melakukan
persiapan akhir dalam penerapannya. Sedangkan, pada tahun 2012
Indonseia baru melakukan implementasi secara keseluruhan.
2. Populasi dari penelitian hanya terbatas pada perusahaan
manufaktur saja, sehingga hasil yang kita temukan hanya terbatas
pada perusahaan manufaktur saja.
3. Variabel bebas yang digunakan hanya terbatas pada 4 variabel
96
saja, yaitu penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas,
dan kompleksitas. Masih banyak faktor-faktor lain yang dapat
berpengaruh terhadap audit delay.
D. Saran
Mengingat hasil penelitian ini memiliki keterbatasan, maka peneliti
mengajukan beberapa saran perbaikan untuk penelitian mengenai audit
delay di masa yang akan datang, yaitu:
1. Sebaiknya penelitian berikutnya menambahkan periode waktu
penelitian sehingga lebih dari 4 tahun, sehingga dapat diperoleh
gambaran yang mendekati keadaan sebenarnya mengenai pengaruh
penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas dan kompleksitas
terhadap audit delay.
2. Sebaiknya tambahkan jumlah data dan lingkup penelitian. Tidak
terbatas hanya pada perusahaan manufaktur saja.
3. Sebaiknya dilakukan penambahan variabel independen yang diyakini
dapat memperngaruhi audit delay. Beberapa referansi variabel
independen yang dapat di teliti adalah extraordinary item, laba rugi
usaha, pengalaman dan pergantian auditor, kepemilikan pihak luar,
kepemilikan pihak dalam, return saham, dan lain-lain.
97
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, R., & Kamarudin,K. 2003. Audit delay and the timeliness of corporate
reporting: Malaysia evidence. Communication Hawaii
International Conference on Business, (June), University of Hawaii-west
Oahu.
Arkarath, Nandakuma, dkk. 2012. “Memahami IFRS standar pelaporan keuangan
internasional”. Jakarta: PT. Indeks.
Bandi dan Hananto, Santoso Tri. 2000. “Ketepatan Waktu atas LaporanKeuangan Perusahaan Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi IIIIkatan Akuntan Indonesia. Hal: 66-77.
Dyer, J.d and A.J. McGough. 1975. “The Timeliness of The Australian AnnualReport” Journal of Accouting Research. Auntum, pp204-219.
Ferdianto, Rio. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit DelayPada Perusahaan Nonkeuangan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro. Semarang.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, D. 2006. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hanafi,Mamduh M. dan Abdul Halim. 2003. Analisis Laporan Keuangan.Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Halim, Abdul.2008. Auditing (dasar-dasar Audit Laporan Keuangan). UUPSTIM
Hamid, Abdul. 2012.“Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi danBisnis Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta,
Hilmi, Utari dan Syaiful Ali. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang MemepengaruhiKetepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris padaPerusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEJ). SimposiumNasional Akuntansi XI Ikatan Akuntan Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: SalembaEmpat.
Kartika, Andi. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia(Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan LQ 45 Yang Terdaftar di
98
Bursa Efek Jakarta). Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Maret 2009.
Lestari, Dewi. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay:Studi Empiris Pada Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar diBursa Efek Indonesia.Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro.Semarang.
Margareta, stevhany. 2011. Pengaruh penerapan IFRS (International Financial
Reporting Standards) Terhadap keterlambatan waktu penyampaian
laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina
Nusantara. Jakarta.
Martani, Dwi. Dampak Implementasi IFRS Bagi Perusahaan. Artikel Staf
pengajar Akuntansi FEUI, anggota tim implementasi IFRS.
staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2012/.../Dampak-Implementasi-IFRS.doc.
diakses: 31 Januari 2013. Pukul 11:05.
Martius. 2012. Analisis Praktik Akuntansi Manajemen Pada Perusahaan
Manufaktur (Studi Empiris di Kawasan Industri Batam). Artikel Program
Magister Sains Akuntansi Pascasarjana Universitas Andalas. Padang.
Mulyadi. 2008. Auditing. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat.
Mumpuni, Rahayu. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi AuditDelay Pada Perusahaan Nonkeuangan Di Bursa Efek Indonesia Tahun2006-2008. Skripsi. Fakultas ekonomi Universitas diponegoro Semarang.
Owusu-Ansah, Stephen. 2000. “Timeliness of Corporate Financial Reporting inEmerging Capital Market: Empirical Evidence from The ZimbabweStock Exchange”. Journal Accounting and Business Research. Vol.30.No.3.
Perdhana, G.S. 2009. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Opini Audit,
Ukuran KAP dan Jenis Industri Terhadap Lag Pada perusahaan Publik
yang terdaftar di BEI: Industri Manufaktur dan Perbankan.
Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Prihadi, Toto. 2012. Praktis Memahami Laporan Keuangan Sesuai IFRS&PSAK.
Jakarta : PPM.
Rachmawati, Sistya. 2008. ”Pengaruh Faktor Internal dan EksternalPerusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness”. Jurnal Akuntansi
99
Keuangan, Mei 2008.
Saleh, Rachmad dan Susilowati. 2004. ”Studi Empiris Ketepatan WaktuPelaporan Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”.Jurnal Bisnis Strategi. Vol.13. h. 67-80.
Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: ElexMedia Computindo.
Simbolon Harry Andrian. 2011. Perkembangan Konvergensi PSAK ke IFRS.Jakarta
Subekti, Imam dan Novi Wulandari W. 2004. Faktor-Faktor YangMempengaruhi Audit Delay di Indonesia, Simposium NasionalAkuntansi.
Sulistyo, Wahyu Adhy Noor. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang BerpengaruhTerhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan YangListing di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. Skripsi FakultasEkonomi Universitas Diponogoro. Semarang.
Ubaidillah dan Venny. 2008. Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnalpenelitian dan pengembangan akuntansi vol.2 No.2 juli 2008.
Ukago, Kristianus. 2004. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap KetepatanWaktu Pelaporan Keuangan Bukti Empiris Emiten di Bursa Efek Jakarta.Tesis Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas DiponegoroSemarang.
Utami, Wiwik. 2006. “Analisis Determinan Audit delay Kajian Empiris di BursaEfek Jakarta”. Bulletin penelitian No.09.
Yaacob, Najihah Marha dan Ayoib Che-Ahmad. 2012. Adoption of FRS 138 andAudit Delay in Malaysia. Iinternational Journal Of Economic andFinance vol.4 No. 1: January 2012.
Yaputro, Jeffry winarto dan Felizia Arni Rudiawarni. 2012. Hubungan AntaraTingkat Efektifitas Komite Audit Dengan Timeliness Laporan KeuanganPada Badab Usaha Go Publik Yang Terdaftar di BEI Tahun 2011. JurnalIlmiah Mahasiswa Universitas Surabaya vol.1 No.1:2012.
Yulianti, Ani. 2011. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BursaEfek Indonesia pada tahun 2007-2008). Skripsi Fakultas Ilmu Sosial danEkonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
100
LAMPIRAN
101
LAMPIRAN 1 : DATA SAMPEL
NO NAMA TAHUN IFRS SIZE LN SIZE ROA KOMPLEKSITAS TANGGAL
DUMMY
DELAY
1 ADES 2008 1 185,015,000,000 25.9437 -0.0822 0 25-Mar-09 0
2 ADMG 2008 1 3,855,930,121 22.0729 -0.0683 1 25-Mar-09 0
3 AISA 2008 1 1,016,957,755,151 27.6478 0.0368 1 14-Mar-09 0
4 AMFG 2008 1 1,993,033,000,000 28.3207 0.1145 0 24-Mar-09 0
5 ARNA 2008 1 736,091,719,029 27.3246 0.0738 1 27-Feb-09 0
6 AUTO 2008 1 3,981,316,000,000 29.0126 0.1422 1 20-Feb-09 0
7 BRAM 2008 1 1,672,766,471,000 28.1455 0.0057 1 25-Mar-09 0
8 BRNA 2008 1 432,641,907,567 26.7932 0.0480 1 12-Mar-09 0
9 BTON 2008 1 70,508,814,577 24.9790 0.2953 0 16-Mar-09 0
10 BUDI 2008 1 1,698,750,000,000 28.1609 0.1941 1 25-Mar-09 0
11 CEKA 2008 1 604,641,844,990 27.1279 0.0461 0 30-Jan-09 0
12 CNTX 2008 1 423,804,000,000 26.7725 -0.2165 0 27-Mar-09 0
13 CTBN 2008 1 173,594,621,200 25.8800 1.1647 1 12-Mar-09 0
14 DLTA 2008 1 698,296,738,000 27.2719 0.1199 1 20-Mar-09 0
15 DPNS 2008 1 142,627,256,412 25.6835 0.0579 1 31-Mar-09 0
16 DVLA 2008 1 637,660,844,000 27.1811 0.1111 1 18-Feb-09 0
17 EKAD 2008 1 140,763,761,567 25.6703 0.0327 1 26-Feb-09 0
102
NO NAMA TAHUN IFRS SIZE LN SIZE ROA KOMPLEKSITAS TANGGAL
DUMMY
DELAY
18 ESTI 2008 1 530,247,658,720 26.9966 -0.0415 1 18-Mar-09 0
19 GJTL 2008 1 8,713,559,000,000 29.7959 -0.0717 1 27-Mar-09 0
20 HMSP 2008 0 16,133,819,000,000 30.4119 0.2414 1 20-Mar-09 0
21 IGAR 2008 0 305,782,633,658 26.4461 0.0240 1 5-Mar-09 0
22 INAI 2008 1 622,405,086,863 27.1569 0.0016 1 23-Mar-09 0
23 INDF 2008 1 39,594,264,000,000 31.3097 0.0261 1 19-Mar-09 0
24 INDS 2008 1 918,227,729,873 27.5457 0.0347 1 28-Mar-09 0
25 INTP 2008 1 11,286,706,863,779 30.0546 0.1547 1 4-Mar-09 0
26 JKSW 2008 0 300,344,857,854 26.4282 -0.0996 0 26-Mar-09 0
27 JPFA 2008 1 5,384,809,000,000 29.3146 0.0471 1 21-Apr-09 1
28 JPRS 2008 1 399,343,736,262 26.7131 0.1231 0 23-Mar-09 0
29 KAEF 2008 1 1,445,669,799,639 27.9996 0.0383 1 23-Mar-09 0
30 KBLM 2008 0 459,110,629,071 26.8526 0.0087 1 27-Mar-09 0
31 KDSI 2008 1 485,721,853,713 26.9089 0.0118 1 17-Mar-09 0
32 KIAS 2008 1 830,751,093,800 27.4456 0.0566 1 23-Mar-09 0
33 KICI 2008 1 86,218,216,167 25.1801 0.0355 0 3-Mar-09 0
34 KLBF 2008 1 5,703,832,411,898 29.3722 0.1239 1 16-Mar-09 0
103
NO NAMA TAHUN IFRS SIZE LN SIZE ROA KOMPLEKSITAS TANGGAL
DUMMY
DELAY
35 LION 2008 1 253,141,852,363 26.2572 0.1495 1 16-Mar-09 0
36 LMPI 2008 1 560,078,203,949 27.0513 0.0046 0 2-Feb-09 0
37 LMSH 2008 1 61,987,805,413 24.8502 0.1490 0 11-Mar-09 0
38 LPIN 2008 1 182,939,871,224 25.9324 0.0260 1 30-Mar-09 0
39 MERK 2008 1 375,064,492,000 26.6504 0.0256 0 19-Feb-09 0
40 MLBI 2008 1 941,389,000,000 27.5706 0.2361 1 10-Mar-09 0
41 MLIA 2008 1 3,733,017,638,000 28.9482 -0.2032 1 16-Mar-09 0
42 MRAT 2008 1 354,780,623,962 26.5948 0.0628 1 23-Mar-09 0
43 MYOR 2008 1 2,922,998,415,036 28.7036 0.0671 1 20-Mar-09 0
44 NIPS 2008 1 325,008,127,626 26.5071 0.0048 0 3-Apr-09 1
45 PBRX 2008 0 952,742,296,192 27.5826 -0.0433 1 18-Mar-09 0
46 POLY 2008 1 4,912,990,190,007 29.2229 -0.4645 1 27-Mar-09 0
47 PRAS 2008 1 555,320,858,382 27.0428 -0.0267 0 23-Mar-09 0
48 PSDN 2008 1 286,965,007,378 26.3826 0.0329 1 6-Mar-09 0
49 PYFA 2008 1 98,655,309,435 25.3149 0.0234 0 28-Feb-09 0
50 RMBA 2008 1 4,455,531,963,727 29.1252 0.0537 1 6-Feb-09 0
51 SAIP 2008 1 2,523,434,393,139 28.5566 172.2664 0 10-Mar-09 0
104
NO NAMA TAHUN IFRS SIZE LN SIZE ROA KOMPLEKSITAS TANGGAL
DUMMY
DELAY
52 SCPI 2008 1 199,526,342,351 26.0192 0.0332 0 28-Feb-09 0
53 SIAP 2008 1 142,216,191,282 25.6806 0.0260 1 5-Mar-09 0
54 SIPD 2008 1 1,384,706,617,390 27.9565 0.0197 1 20-Mar-09 0
55 SKLT 2008 1 201,003,449,401 26.0266 0.0212 1 19-Mar-09 0
56 SMCB 2008 1 7,674,980,000,000 29.6690 0.0368 1 2-Feb-09 0
57 SMGR 2008 1 10,602,963,724,000 29.9922 0.2380 1 12-Mar-09 0
58 SMSM 2008 1 929,753,183,773 27.5582 0.0984 1 11-Mar-09 0
59 SPMA 2008 1 1,564,901,725,746 28.0788 -9.1394 0 2-Feb-09 0
60 SQBI 2008 1 294,724,871,000 26.4093 0.3199 0 20-Mar-09 0
61 SRSN 2008 1 392,937,045,000 26.6969 0.0173 0 14-Mar-09 0
62 STTP 2008 1 626,749,784,472 27.1638 0.0077 0 2-Feb-09 0
63 SULI 2008 1 2,169,944,583,777 28.4057 -0.1210 1 16-Feb-09 0
64 TCID 2008 1 910,789,677,565 27.5376 0.1261 0 20-Feb-09 0
65 TOTO 2008 1 1,031,130,721,298 27.6617 0.0614 0 20-Mar-09 0
66 TRST 2008 1 2,158,865,645,281 28.4006 0.0269 1 17-Mar-09 0
67 ULTJ 2008 1 1,740,646,379,006 28.1853 0.1745 1 25-Mar-09 0
68 UNVR 2008 1 6,504,736,000,000 29.5036 0.3701 1 25-Mar-09 0
105
NO NAMA TAHUN IFRS SIZE LN SIZE ROA KOMPLEKSITAS TANGGAL
DUMMY
DELAY
69 ADES 2009 1 178,287,000,000 25.9067 0.0915 0 25-Mar-10 0
70 ADMG 2009 1 2,804,376,918 21.7544 0.0192 1 15-Mar-10 0
71 AISA 2009 1 1,347,036,482,667 27.9289 0.0281 1 9-Apr-10 1
72 AMFG 2009 0 1,972,397,000,000 28.3103 0.0341 0 29-Mar-10 0
73 ARNA 2009 1 822,686,549,168 27.4358 0.0777 1 8-Mar-10 0
74 AUTO 2009 1 4,644,939,000,000 29.1668 0.8571 1 19-Feb-10 0
75 BRAM 2009 1 1,349,630,935,000 27.9309 0.0534 1 19-Mar-10 0
76 BRNA 2009 1 507,226,402,680 26.9522 0.0399 1 8-Mar-10 0
77 BTON 2009 0 69,783,877,404 24.9687 0.1345 0 5-Mar-10 0
78 BUDI 2009 0 1,598,824,000,000 28.1003 0.0916 1 23-Mar-10 0
79 CEKA 2009 1 56,832,939,854 24.7634 0.8709 0 5-Mar-10 0
80 CNTX 2009 0 415,749,871,000 26.7533 -0.1371 0 6-Apr-10 1
81 CTBN 2009 1 2,101,946,111,800 28.3739 0.0645 1 5-Feb-10 0
82 DLTA 2009 1 760,425,630,000 27.3571 0.0002 1 23-Mar-10 0
83 DPNS 2009 1 142,551,475,929 25.6830 0.0500 1 25-Mar-10 0
84 DVLA 2009 1 783,613,064,000 27.3872 0.0922 1 17-Feb-10 0
85 EKAD 2009 0 165,122,502,774 25.8300 0.9958 1 17-Mar-10 0
106
NO NAMA TAHUN IFRS SIZE LN SIZE ROA KOMPLEKSITAS TANGGAL
DUMMY
DELAY
86 ESTI 2009 0 518,857,361,261 26.9749 0.0148 1 17-Mar-10 0
87 GJTL 2009 0 8,877,146,000,000 29.8145 0.1020 1 17-Mar-10 0
88 HMSP 2009 1 17,716,447,000,000 30.5055 0.2872 1 24-Mar-10 0
89 IGAR 2009 1 317,808,701,451 26.4847 0.0778 1 2-Mar-10 0
90 INAI 2009 0 470,415,971,203 26.8769 -0.0273 1 24-Mar-10 0
91 INDF 2009 1 40,382,953,000,000 31.3294 0.0514 1 18-Mar-10 0
92 INDS 2009 0 621,140,423,109 27.1548 0.0946 1 19-Mar-10 0
93 INTP 2009 1 13,276,270,232,548 30.2170 0.2069 1 3-Mar-10 0
94 JKSW 2009 0 270,366,547,227 26.3230 0.0249 0 31-Mar-10 0
95 JPFA 2009 1 6,070,137,000,000 29.4344 0.1342 1 7-Apr-10 1
96 JPRS 2009 1 353,951,009,577 26.5924 0.0054 0 9-Feb-10 0
97 KAEF 2009 0 1,562,624,630,137 28.0774 0.0400 1 26-Mar-10 0
98 KBLM 2009 1 354,780,873,513 26.5948 0.0048 1 26-Mar-10 0
99 KDSI 2009 0 550,691,466,904 27.0344 0.0191 1 12-Mar-10 0
100 KIAS 2009 1 1,320,515,798,062 27.9090 0.0207 1 19-Mar-10 0
101 KICI 2009 1 84,276,874,394 25.1574 -0.0619 0 3-Mar-10 0
102 KLBF 2009 1 6,482,446,670,172 29.5001 0.1433 1 11-Mar-10 0
107
NO NAMA TAHUN IFRS SIZE LN SIZE ROA KOMPLEKSITAS TANGGAL
DUMMY
DELAY
103 LION 2009 0 271,366,371,297 26.3267 0.1239 1 10-Mar-10 0
104 LMPI 2009 1 540,513,720,495 27.0158 0.0111 0 15-Feb-10 0
105 LMSH 2009 0 72,830,915,980 25.0114 0.0330 0 5-Mar-10 0
106 LPIN 2009 1 137,909,659,938 25.6499 0.0740 1 30-Mar-10 0
107 MERK 2009 0 433,970,635,000 26.7962 0.3380 0 23-Feb-10 0
108 MLBI 2009 0 993,465,000,000 27.6245 0.3427 1 3-Mar-10 0
109 MLIA 2009 0 3,238,732,534,000 28.8062 0.4452 1 15-Mar-10 0
110 MRAT 2009 1 365,635,717,933 26.6249 0.0575 1 15-Mar-10 0
111 MYOR 2009 0 3,246,492,515,952 28.8086 0.1186 1 19-Mar-10 0
112 NIPS 2009 0 314,477,779,213 26.4742 0.0117 0 23-Apr-10 1
113 PBRX 2009 1 819,565,245,320 27.4320 0.0406 1 12-Mar-10 0
114 POLY 2009 1 4,569,623,653,917 29.1505 0.2588 1 15-Mar-10 0
115 PRAS 2009 1 420,714,339,156 26.7652 -0.0861 0 10-Mar-10 0
116 PSDN 2009 1 353,628,509,667 26.5915 0.0918 1 5-Mar-10 0
117 PYFA 2009 1 99,937,383,195 25.3278 0.0378 0 19-Feb-10 0
118 RMBA 2009 1 4,302,659,178,165 29.0903 0.0058 1 22-Mar-10 0
119 SAIP 2009 0 2,413,702,901,350 28.5122 0.1390 0 12-Mar-10 0
108
NO NAMA TAHUN IFRS SIZE LN SIZE ROA KOMPLEKSITAS TANGGAL
DUMMY
DELAY
120 SCPI 2009 0 206,257,212,000 26.0524 0.0523 0 31-Mar-10 0
121 SIAP 2009 1 147,434,615,301 25.7167 0.0212 1 25-Mar-10 0
122 SIPD 2009 0 1,641,295,139,974 28.1265 0.0227 1 8-Apr-10 1
123 SKLT 2009 1 196,186,028,659 26.0023 0.0653 1 18-Mar-10 0
124 SMCB 2009 1 7,265,366,000,000 29.6141 0.1233 1 2-Feb-10 0
125 SMGR 2009 1 12,951,308,161,000 30.1922 0.2805 1 17-Mar-10 0
126 SMSM 2009 0 941,651,276,602 27.5709 0.1411 1 17-Mar-10 0
127 SPMA 2009 1 1,432,637,490,340 27.9905 0.0188 0 30-Mar-10 0
128 SQBI 2009 1 318,933,869,000 26.4882 0.4116 0 22-Mar-10 0
129 SRSN 2009 0 413,776,708,000 26.7486 0.0613 0 8-Mar-10 0
130 STTP 2009 0 548,720,445,825 27.0309 0.0749 0 26-Mar-10 0
131 SULI 2009 1 2,009,536,359,513 28.3289 -0.0517 1 10-Mar-10 0
132 TCID 2009 1 946,202,225,969 27.5757 0.1317 0 2-Mar-10 0
133 TOTO 2009 1 1,012,921,909,021 27.6439 0.1805 0 22-Mar-10 0
134 TRST 2009 1 1,921,660,087,991 28.2842 0.0749 1 18-Mar-10 0
135 ULTJ 2009 0 1,732,701,994,634 28.1807 0.0353 1 24-Mar-10 0
136 UNVR 2009 0 7,484,990,000,000 29.6439 0.4067 1 23-Mar-10 0
109
NO NAMA TAHUN IFRS SIZE LN SIZE ROA KOMPLEKSITAS TANGGAL
DUMMY
DELAY
137 ADES 2010 0 324,493,000,000 26.5055 0.0976 0 10-Mar-11 0
138 ADMG 2010 1 3,766,135,060 22.0493 0.0100 1 18-Mar-11 0
139 AISA 2010 1 1,936,949,441,138 28.2921 0.0392 1 29-Apr-11 1
140 AMFG 2010 0 2,372,657,000,000 28.4950 0.1395 0 25-Mar-11 0
141 ARNA 2010 1 873,154,085,922 27.4954 0.0905 1 15-Mar-11 0
142 AUTO 2010 1 5,585,852,000,000 29.3513 0.2043 1 18-Feb-11 0
143 BRAM 2010 1 1,492,727,607,000 28.0316 0.0899 1 21-Mar-11 0
144 BRNA 2010 1 550,907,477,000 27.0348 0.0728 1 21-Mar-11 0
145 BTON 2010 0 89,824,014,717 25.2211 0.0934 0 9-Mar-11 0
146 BUDI 2010 0 1,967,633,000,000 28.3079 0.0272 1 23-Mar-11 0
147 CEKA 2010 1 850,469,914,144 27.4691 0.0035 0 4-Mar-11 0
148 CNTX 2010 1 315,630,738,000 26.4778 -0.0333 0 30-Mar-11 0
149 CTBN 2010 1 3,038,796,039,900 28.7425 1.0845 1 17-Feb-11 0
150 DLTA 2010 1 708,583,733,000 27.2865 0.1970 1 23-Mar-11 0
151 DPNS 2010 1 175,682,792,596 25.8919 0.0840 1 25-Mar-11 0
152 DVLA 2010 1 854,109,991,000 27.4733 0.1298 1 28-Feb-11 0
153 EKAD 2010 1 204,470,492,995 26.0437 0.0122 1 21-Mar-11 0
110
NO NAMA TAHUN IFRS SIZE LN SIZE ROA KOMPLEKSITAS TANGGAL
DUMMY
DELAY
154 ESTI 2010 1 583,252,944,571 27.0919 0.0025 1 16-Mar-11 0
155 GJTL 2010 1 10,371,567,000,000 29.9701 0.0801 1 22-Mar-11 0
156 HMSP 2010 1 20,525,123,000,000 30.6527 0.3129 1 16-Mar-11 0
157 IGAR 2010 1 347,473,064,455 26.5740 0.0925 1 21-Mar-11 0
158 INAI 2010 1 389,007,411,195 26.6869 0.0409 1 24-Mar-11 0
159 INDF 2010 1 47,275,955,000,000 31.4870 0.0625 1 11-Mar-11 0
160 INDS 2010 1 770,606,281,603 27.3704 0.0923 1 22-Mar-11 0
161 INTP 2010 1 15,346,145,677,737 30.3619 0.2101 1 28-Feb-11 0
162 JKSW 2010 0 289,987,562,836 26.3931 0.0234 0 24-Mar-11 0
163 JPFA 2010 1 6,979,762,000,000 29.5740 0.1374 1 25-Mar-11 0
164 JPRS 2010 0 411,281,598,196 26.7425 0.0692 0 23-Mar-11 0
165 KAEF 2010 1 1,657,291,834,312 28.1362 0.0837 1 25-Mar-11 0
166 KBLM 2010 1 403,194,715,268 26.7227 0.0097 1 25-Mar-11 0
167 KDSI 2010 1 557,724,815,222 27.0471 0.0303 1 11-Mar-11 0
168 KIAS 2010 1 1,266,122,276,023 27.8670 0.0115 1 18-Mar-11 0
169 KICI 2010 1 85,942,208,666 25.1769 0.0379 0 7-Mar-11 0
170 KLBF 2010 1 7,032,496,663,288 29.5816 0.1914 1 8-Mar-11 0
111
NO NAMA TAHUN IFRS SIZE LN SIZE ROA KOMPLEKSITAS TANGGAL
DUMMY
DELAY
171 LION 2010 1 303,899,974,798 26.4400 0.1271 1 11-Mar-11 0
172 LMPI 2010 0 608,920,103,517 27.1350 0.0046 0 15-Mar-11 0
173 LMSH 2010 1 78,200,046,845 25.0825 0.0940 0 4-Mar-11 0
174 LPIN 2010 0 150,937,167,032 25.7401 0.0936 1 10-Mar-11 0
175 MERK 2010 1 434,768,493,000 26.7981 0.2732 0 23-Feb-11 0
176 MLBI 2010 1 1,137,082,000,000 27.7595 0.3896 1 2-Mar-11 0
177 MLIA 2010 1 4,532,299,525,000 29.1423 0.6696 1 25-Mar-11 0
178 MRAT 2010 1 386,352,442,915 26.6800 0.0655 1 21-Mar-11 0
179 MYOR 2010 1 4,399,191,135,535 29.1124 0.1141 1 18-Mar-11 0
180 NIPS 2010 1 337,605,715,524 26.5451 0.0374 0 1-Apr-11 1
181 PBRX 2010 1 887,284,106,449 27.5114 0.0402 1 22-Mar-11 0
182 POLY 2010 1 3,988,442,112,390 29.0144 0.0840 1 23-Mar-11 0
183 PRAS 2010 1 461,968,722,867 26.8588 0.1228 0 7-Apr-11 1
184 PSDN 2010 1 414,611,350,180 26.7506 0.0312 1 9-Mar-11 0
185 PYFA 2010 1 100,586,999,230 25.3343 0.0417 0 14-Mar-11 0
186 RMBA 2010 1 4,902,597,000,000 29.2208 0.0446 1 28-Mar-11 0
187 SAIP 2010 1 2,211,701,041,860 28.4248 -0.0363 0 14-Mar-11 0
112
NO NAMA TAHUN IFRS SIZE LN SIZE ROA KOMPLEKSITAS TANGGAL
DUMMY
DELAY
188 SCPI 2010 1 233,756,072,000 26.1775 -0.0344 0 31-Mar-11 0
189 SIAP 2010 1 150,912,563,271 25.7400 0.0267 1 18-Mar-11 0
190 SIPD 2010 1 2,037,458,582,968 28.3427 0.0300 1 28-Mar-11 0
191 SKLT 2010 1 199,375,442,469 26.0185 0.0242 1 7-Mar-11 0
192 SMCB 2010 1 10,437,249,000,000 29.9764 0.0812 1 31-Jan-11 0
193 SMGR 2010 1 15,562,998,946,000 30.3759 0.2350 1 8-Mar-11 0
194 SMSM 2010 1 1,067,103,249,531 27.6960 0.1545 1 21-Mar-11 0
195 SPMA 2010 1 1,490,033,771,432 28.0298 0.0199 0 17-Mar-13 0
196 SQBI 2010 1 320,023,490,000 26.4917 0.2895 0 18-Mar-11 0
197 SRSN 2010 1 364,004,769,000 26.6204 0.0270 0 21-Mar-11 0
198 STTP 2010 0 649,273,975,548 27.1991 0.0657 1 6-Apr-11 1
199 SULI 2010 1 1,955,353,689,750 28.3016 0.0009 1 15-Apr-11 1
200 TCID 2010 1 1,047,238,440,003 27.6772 0.1255 0 2-Mar-11 0
201 TOTO 2010 1 1,091,583,115,098 27.7187 0.1781 0 28-Mar-11 0
202 TRST 2010 1 2,029,558,232,720 28.3388 0.0670 1 11-Mar-11 0
203 ULTJ 2010 1 2,006,595,762,260 28.3275 0.0535 1 24-Mar-11 0
204 UNVR 2010 1 8,701,262,000,000 29.7945 0.3890 1 23-Mar-11 0
113
NO NAMA TAHUN IFRS SIZE LN SIZE ROA KOMPLEKSITAS TANGGAL
DUMMY
DELAY
205 ADES 2011 0 316,048,000,000 26.4792 0.0818 0 19-Mar-12 0
206 ADMG 2011 1 5,247,203,768 22.3810 0.0541 1 26-Mar-12 0
207 AISA 2011 1 3,590,309,000,000 28.9093 0.0418 1 12-Apr-12 1
208 AMFG 2011 1 2,690,595,000,000 28.6208 0.1252 0 28-Mar-12 0
209 ARNA 2011 1 831,507,593,676 27.4465 0.1154 1 5-Mar-12 0
210 AUTO 2011 1 6,964,227,000,000 29.5718 0.1103 1 20-Feb-12 0
211 BRAM 2011 1 1,660,119,065,000 28.1379 0.0331 1 22-Mar-12 0
212 BRNA 2011 1 643,963,801,000 27.1909 0.0737 1 26-Mar-12 0
213 BTON 2011 1 118,715,558,433 25.5000 0.1609 0 21-Mar-12 0
214 BUDI 2011 1 2,123,285,000,000 28.3840 0.0309 1 22-Mar-12 0
215 CEKA 2011 1 823,360,918,368 27.4367 0.1170 0 12-Mar-12 0
216 CNTX 2011 1 316,427,505,560 26.4804 0.1059 0 29-Mar-12 0
217 CTBN 2011 1 2,708,452,681,000 28.6274 0.2095 1 16-Feb-12 0
218 DLTA 2011 1 6,961,666,760,000 29.5714 0.0218 1 27-Mar-12 0
219 DPNS 2011 1 172,322,620,690 25.8726 -0.0385 1 19-Apr-12 1
220 DVLA 2011 1 928,290,993,000 27.5566 0.1303 1 15-Feb-12 0
221 EKAD 2011 1 237,592,308,314 26.1938 0.1168 1 7-Mar-12 0
114
NO NAMA TAHUN IFRS SIZE LN SIZE ROA KOMPLEKSITAS TANGGAL
DUMMY
DELAY
222 ESTI 2011 1 636,930,474,525 27.1799 0.0051 1 20-Mar-12 0
223 GJTL 2011 1 1,155,414,000,000 27.7755 0.8188 1 27-Mar-12 0
224 HMSP 2011 1 19,376,343,000,000 30.5951 0.4155 1 16-Mar-12 0
225 IGAR 2011 1 355,579,995,944 26.5970 0.1556 1 2-Feb-12 0
226 INAI 2011 1 544,282,443,363 27.0227 0.0484 1 22-Mar-12 0
227 INDF 2011 1 5,358,593,300,000 29.3097 0.9363 1 15-Mar-11 0
228 INDS 2011 1 1,139,715,256,754 27.7618 0.1057 1 26-Mar-12 0
229 INTP 2011 1 18,151,331,000,000 30.5298 0.1984 1 12-Mar-12 0
230 JKSW 2011 1 287,131,908,141 26.3832 -0.0089 0 30-Mar-12 0
231 JPFA 2011 1 8,266,417,000,000 29.7432 0.0787 1 26-Mar-12 0
232 JPRS 2011 1 437,848,660,950 26.8051 0.0861 0 21-Mar-12 0
233 KAEF 2011 1 1,794,242,423,105 28.2156 0.0957 1 21-Mar-12 0
234 KBLM 2011 1 642,954,768,386 27.1893 0.0296 1 27-Mar-12 0
235 KDSI 2011 1 587,566,985,478 27.0993 0.0402 1 14-Feb-12 0
236 KIAS 2011 1 2,049,632,940,571 28.3487 -0.0099 1 29-Mar-12 0
237 KICI 2011 1 87,419,114,499 25.1940 0.0041 0 7-Mar-12 0
238 KLBF 2011 1 8,274,554,112,840 29.7442 0.1861 1 9-Mar-12 0
115
NO NAMA TAHUN IFRS SIZE LN SIZE ROA KOMPLEKSITAS TANGGAL
DUMMY
DELAY
239 LION 2011 1 365,815,749,593 26.6254 0.1436 1 12-Mar-12 0
240 LMPI 2011 1 685,895,619,326 27.2540 0.0079 0 19-Mar-12 0
241 LMSH 2011 1 38,019,132,648 24.3614 0.2866 0 12-Mar-12 0
242 LPIN 2011 1 157,371,466,252 25.7819 0.0719 1 30-Mar-12 0
243 MERK 2011 1 584,388,578,000 27.0938 0.3956 0 23-Feb-12 0
244 MLBI 2011 1 1,220,813,000,000 27.8305 0.4156 1 2-Mar-12 0
245 MLIA 2011 1 6,119,185,665,000 29.4425 0.2219 1 26-Mar-12 0
246 MRAT 2011 1 422,493,037,089 26.7694 0.0610 1 19-Mar-12 0
247 MYOR 2011 1 6,599,845,533,328 29.5181 0.0733 1 8-Feb-12 0
248 NIPS 2011 1 446,688,457,381 26.8251 0.0399 0 30-Apr-12 1
249 PBRX 2011 1 1,515,038,439,895 28.0465 0.0474 1 15-Mar-12 0
250 POLY 2011 1 3,683,205,736,554 28.9348 0.1657 1 21-Mar-12 0
251 PRAS 2011 1 481,911,700,412 26.9010 0.0094 0 17-Apr-12 1
252 PSDN 2011 1 421,366,403,319 26.7668 0.0566 1 12-Mar-12 0
253 PYFA 2011 1 118,033,602,852 25.4942 0.0438 0 28-Feb-12 0
254 RMBA 2011 1 6,333,957,000,000 29.4769 0.0483 1 22-Mar-12 0
255 SAIP 2011 1 2,067,405,320,348 28.3573 0.1229 0 19-Mar-12 0
116
NO NAMA TAHUN IFRS SIZE LN SIZE ROA KOMPLEKSITAS TANGGAL
DUMM
Y DELAY
256 SCPI 2011 1 312,518,674,000 26.4679 -0.0813 0 11-Apr-12 1
257 SIAP 2011 1 163,233,383,441 25.8184 0.0200 1 6-Feb-12 0
258 SIPD 2011 1 2,641,602,932,160 28.6024 0.0089 1 21-May-12 1
259 SKLT 2011 1 214,237,879,424 26.0904 0.0279 1 15-Mar-12 0
260 SMCB 2011 1 10,950,501,000,000 30.0244 0.0963 1 14-Feb-12 0
261 SMGR 2011 1 19,661,602,767,000 30.6097 0.2014 1 19-Mar-12 0
262 SMSM 2011 1 1,136,857,942,381 27.7593 0.1929 1 7-Mar-12 0
263 SPMA 2011 1 1,551,777,407,073 28.0704 0.0213 0 19-Mar-12 0
264 SQBI 2011 1 361,756,455,000 26.6142 0.3319 0 16-Mar-12 0
265 SRSN 2011 1 361,182,183,000 26.6126 0.0664 0 29-Mar-12 0
266 STTP 2011 1 934,765,927,864 27.5636 0.0457 1 5-Apr-12 1
267 SULI 2011 1 1,695,019,360,412 28.1587 -0.1858 1 16-Apr-12 1
268 TCID 2011 1 1,130,865,062,422 27.7540 0.1238 0 2-Mar-12 0
269 TOTO 2011 1 1,339,570,029,820 27.9234 0.1633 0 27-Mar-12 0
270 TRST 2011 1 2,132,449,783,092 28.3883 0.0675 1 22-Mar-12 0
271 ULTJ 2011 1 2,179,181,979,434 28.4100 0.0465 1 26-Mar-12 0
272 UNVR 2011 1 10,482,312,000,000 29.9807 0.3973 1 30-Mar-12 0
117
LAMPIRAN 2 : DAFTAR SAK
PSAK, ISAK,PPSAK
Referensi(IFRS/IAS/IFRIC/SIC)
TahunPenge-sahan
TanggalEfektif
PSAK 1Penyajian LaporanKeuangan (revisi 2009)
IAS 1Presentation of FinancialStatements(1 Januari 2009)
2009 1 Jan2011
PSAK 2Laporan Arus Kas(revisi 2009)
IAS 7Statement of Cash Flows(1 Januari 2009)
2009 1 Jan2011
PSAK 3Laporan KeuanganInterim(revisi 2010)
IAS 34Interim Financial Reporting(1 Januari 2009)
2010 1 Jan2011
PSAK 4Laporan KeuanganKonsolidasian danLaporan KeuanganTersendiri(revisi 2009)
IAS 27Consolidated and SeparateFinancialStatements(1 Januari 2009)
2009 1 Jan2011
PSAK 5Segmen Operasi(revisi 2009)
IFRS 8Operating Segmen(1 Januari 2009)
2009 1 Jan2011
PSAK 7Pengungkapan Pihak-pihakBerelasi(revisi 2010)
IAS 24Related Party Disclosure(4 November 2009)
2010 1 Jan2011
PSAK 8Peristiwa SetelahPeriodePelaporan(revisi 2010)
IAS 10Events after The ReportingPeriod(1 Januari 2009)
2010 1 Jan2011
PSAK 10Pengaruh PerubahanKursValuta Asing(revisi 2010)
IAS 21The Effects of Changes inForeignExchange Rates(1 Januari 2009)
2010 1 Jan2012
PSAK 12Bagian Partisipasi dalamVentura Bersama(revisi 2009)
IAS 31Interest in Joint Ventures
2009 1 Jan2011
118
PSAK, ISAK,PPSAK
Referensi(IFRS/IAS/IFRIC/SIC)
TahunPenge-sahan
TanggalEfektif
PSAK 13Properti Investasi(revisi 2007)
IAS 40Investment Property(1 Januari 2007)
2007 1 Jan2008
PSAK 14Persediaan(revisi 2008)
IAS 2Inventory(1 Januari 2008)
2008 1 Jan2009
PSAK 15Investasi pada EntitasAsosiasi(revisi 2009)
IAS 28Investment in Associates(1 Januari 2009)
2009 1 Jan2011
PSAK 16Aset Tetap(revisi 2007)
IAS 16Property, Plant andEquipment(1 Januari 2007)
2007 1 Jan2008
PSAK 18Akuntansi danPelaporan ProgramManfaat Purnakarya(revisi 2010)
IAS 26Accounting and Reporting byRetirement Benefit Plans(1 Januari 2009)
2010 1 Jan2012
PSAK 19Aset Takberwujud(revisi 2010)
IAS 38Intangible Assets(1 Januari 2009)
2010 1 Jan2011
PSAK 22Kombinasi Bisnis(revisi 2010)
IFRS 3Business Combinations(1 Januari 2009)
2010 1 Jan2011
PSAK 23Pendapatan(revisi 2010)
IAS 18Revenue(1 Januari 2009)
2010 1 Jan2011
PSAK 24Imbalan Kerja(revisi 2010)
IAS 19Employee Benefits(1 Januari 2009)
2010 1 Jan2012
PSAK 25KebijakanAkuntansi,Perubahan EstimasiAkuntansi, danKesalahan (revisi2009)
IAS 8Accounting Policies, Changesin Accounting Estimates andErrors (1 Januari 2009)
2009 1 Jan2011
119
PSAK, ISAK, PPSAKReferensi
(IFRS/IAS/IFRIC/SIC)
TahunPenge-sahan
TanggalEfektif
PSAK 26Biaya Pinjaman(revisi 2008)
IAS 23Borrowing Cost(1 Januari 2008)
2008 1 Jan2010
PSAK 30Sewa(revisi 2007)
IAS 17Leases(1 Januari 2007)
2007 1 Jan2008
PSAK 34Kontrak Konstruksi(revisi 2010)
IAS 11Construction Contracts(1 Januari 2009)
2010 1 Jan2012
PSAK 46Pajak Penghasilan(revisi 2010)
IAS 12Income Tax(1 Januari 2009)
2010 1 Jan2012
PSAK 48Penurunan Nilai Aset(revisi 2009)
IAS 36Impairment of Assets(1 Januari 2009)
2009 1 Jan2011
PSAK 50Instrumen Keuangan:Penyajian danPengungkapan (revisi
IAS 32Financial Instruments:Presentation and Disclosures(1 Januari 2006)
2006 1 Jan2010
PSAK 50Instrumen Keuangan:Penyajian(revisi 2010)
IAS 32Financial Instruments:Presentation(1 Januari 2009)
2010 1 Jan2012
PSAK 53Pembayaran BerbasisSaham(revisi 2010)
IFRS 2Share-based Payment(1 Juni 2009)
2010 1 Jan2012
PSAK 55Instrumen Keuangan:Pengakuan danPengukuran (revisi2006)
IAS 32Financial Instruments:Measurement andRecognition (1 Januari 2006)
2006 1 Jan2010
PSAK 57Provisi, LiabilitasKontinjensi, dan AsetKontinjensi(revisi 2009)
IAS 37Provisions, ContingentLiabilities andContingent Assets(1 Januari 2009)
2009 1 Jan2011
120
PSAK, ISAK, PPSAKReferensi(IFRS/IAS/IFRIC/SIC)
TahunPenge-sahan
TanggalEfektif
PSAK 58Aset Tidak Lancar yangDimiliki untuk Dijual danOperasi yang Dihentikan(revisi 2009)
IFRS 5Non-current Assets Held forSale andDiscontinued Operations(1 Januari 2009)
2009 1 Jan2011
PSAK 60Instrumen Keuangan:Pengungkapan
IFRS 7Financial Instruments:Disclosures(1 Januari 2009)
2010 1 Jan2012
PSAK 61Akuntansi HibahPemerintah danPengungkapan BantuanPemerintah
IAS 20Accounting for GovernmentGrants and Disclosure ofGovernment
2010 1 Jan2012
ISAK 7Konsolidasi EntitasBertujuan Khusus (revisi2009)
SIC 12Consolidated-SpecialPurpose Entities(1 Januari 2009)
20091 Jan2011
ISAK 8Penentuan apakah SuatuPerjanjian MengandungSuatu Sewa danPembahasan Lebih LanjutKetentuan Transisi PSAK30
IFRIC 4Determining whether anArrangement contains aLease(1 Januari 2007)
20081 Jan2008
ISAK 9Perubahan atas LiabilitasPurna Operasi, Restorasi,dan Kewajiban Serupa
IFRIC 1Changes in ExistingDecommissioning,restoration and SimilarLiabilities(1 Januari 2009)
20091 Jan2011
ISAK 10Program LoyalitasPelanggan
IFRIC 13Customer LoyaltyProgrammes(1 Januari 2009)
20091 Jan2011
121
PSAK, ISAK,PPSAK
Referensi(IFRS/IAS/IFRIC/SIC)
TahunPenge-sahan
TanggalEfektif
ISAK 11Distribusi AsetNonkasKepada Pemilik
IFRIC 17Distributions of Non-cashAssets toOwners(1 Januari 2009)
20091 Jan2011
ISAK 12PengendalianBersama Entitas:kontribusiNonmoneter olehVenturer
SIC 13Jointly Controlled Entities-Non- Monetary Contributionsby Venturer (1 Januari 2009)
20091 Jan2011
ISAK 13Lindung NilaiInvestasi Neto dalamKegiatan Usaha LuarNegeri
IFRIC 16Hedges of a Net Investment inaForeign Operation(1 Januari 2009)
20101 Jan2012
ISAK 14Aset TidakBerwujud-BiayaSitus Web
SIC 32Intangible Assets-Web SiteCosts(1 Januari 2009)
20101 Jan2011
ISAK 15PSAK 24-Batas AsetImbalan Pasti,PersyaratanPendanaan Minimumdan Interaksinya
IFRIC 14IAS 19-The Limit on a DefinedBenefit Asset(1 Januari 2009)
20101 Jan2012
ISAK 17Laporan KeuanganInterim danPenurunan Nilai
IFRIC 10Interim Financial ReportingandImpairment(1 Januari 2009)
20101 Jan2011
122
PSAK, ISAK,PPSAK
Referensi(IFRS/IAS/IFRIC/SIC)
TahunPenge-sahan
TanggalEfektif
ISAK 18BantuanPemerintah – TidakAda RelasiSpesifik denganAktivitas Operasi
SIC 10GovernmentAssistance- No SpecificRelation to OperatingActivities(1 Januari 2009)
20101 Jan2012
ISAK 20Pajak penghasilan -Perubahan dalamStatus PajakEntitas atau paraPemegang Saham
SIC 25Income Taxes- Chagesin the Tax Status of anEntity or itsShareholders (1 Januari2009)
20101 Jan2012
123
LAMPIRAN 3 : OUTPUT SPSS
Frequencies
Statistics
SIZE ROA
N Valid 272 272
Missing 0 0
Mean 27.5038 .1073
Median 27.4363 .0626
Std. Deviation 1.56806 .18226
Minimum 21.75 -.46
Maximum 31.49 1.16
Percentiles 25 26.5523 .0236
50 27.4363 .0626
75 28.3975 .1301
Statistics
IFRS KOMP AUD
N Valid 272 272 272
Missing 0 0 0
IFRS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 155 57.0 57.0 57.0
1 117 43.0 43.0 100.0
Total 272 100.0 100.0
124
KOMP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 86 31.6 31.6 31.6
1 186 68.4 68.4 100.0
Total 272 100.0 100.0
AUD
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 252 92.6 92.6 92.6
1 20 7.4 7.4 100.0
Total 272 100.0 100.0
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa
N Percent
Selected Cases Included in Analysis 272 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 272 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 272 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
125
Dependent Variable
Encoding
Original
Value Internal Value
0 0
1 1
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 159.018 -1.706
2 143.775 -2.322
3 142.901 -2.516
4 142.895 -2.534
5 142.895 -2.534
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 142.895
c. Estimation terminated at iteration number 5
because parameter estimates changed by less than
.001.
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
AUDPercentage
Correct0 1
Step 0 AUD 0 252 0 100.0
1 20 0 .0
Overall Percentage 92.6
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
126
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -2.534 .232 118.952 1 .000 .079
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables IFRS 4.257 1 .039
SIZE .008 1 .927
ROA 5.925 1 .015
KOMP 1.788 1 .181
Overall Statistics 10.844 4 .028
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant IFRS SIZE ROA KOMP
Step 1 1 154.590 -1.956 .234 .013 -.787 -.162
2 133.547 -3.089 .522 .036 -2.350 -.368
3 128.856 -3.946 .721 .064 -4.872 -.530
4 128.398 -3.961 .771 .063 -6.047 -.566
5 128.393 -3.931 .776 .062 -6.180 -.567
6 128.393 -3.930 .776 .062 -6.182 -.567
7 128.393 -3.930 .776 .062 -6.182 -.567
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 142.895
d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than
.001.
127
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 14.501 4 .006
Block 14.501 4 .006
Model 14.501 4 .006
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 128.393a
.052 .127
a. Estimation terminated at iteration number 7 because
parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 8.914 8 .350
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
AUD = 0 AUD = 1
TotalObserved Expected Observed Expected
Step 1 1 27 26.799 0 .201 27
2 27 26.310 0 .690 27
3 26 26.014 1 .986 27
4 27 25.825 0 1.175 27
5 25 25.683 2 1.317 27
6 26 25.409 1 1.591 27
7 27 25.030 0 1.970 27
8 22 24.500 5 2.500 27
9 22 23.863 5 3.137 27
10 23 22.567 6 6.433 29
128
Classification Tablea
Observed
Predicted
AUDPercentage
Correct0 1
Step 1 AUD 0 251 1 99.6
1 20 0 .0
Overall Percentage 92.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
IFRS .776 .515 2.269 1 .132 2.173
SIZE .062 .186 .110 1 .740 1.064
ROA -6.182 2.358 6.876 1 .009 .002
KOMP -.567 .527 1.157 1 .282 .567
Constant -3.930 4.921 .638 1 .425 .020
a. Variable(s) entered on step 1: IFRS, SIZE, ROA, KOMP.
Correlation Matrix
Constant IFRS SIZE ROA KOMP
Step 1 Constant 1.000 .183 -.995 .068 .332
IFRS .183 1.000 -.249 .108 .130
SIZE -.995 -.249 1.000 -.086 -.386
ROA .068 .108 -.086 1.000 -.011
KOMP .332 .130 -.386 -.011 1.000
129
Step number: 1
Observed Groups and Predicted Probabilities
80 ++
||
||F ||R 60 ++E ||Q ||U | 0|E 40 + 0+N | 00|C | 00|Y | 00 1|
20 + 0000+
|00000000 11|
|00000000000|
|000000000000111 100|Predicted ---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+----------
Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5.6 .7 .8 .9 1
Group:0000000000000000000000000000000000000000000000000011111111111111111111111111111111111111111111111111
Predicted Probability is of Membership for 1The Cut Value is .50Symbols: 0 - 0
1 - 1Each Symbol Represents 5 Cases.