i
SKRIPSI
PERAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM MENINGKATKAN
KESADARAN TERHADAP MASALAH KEPENDUDUKAN
(Penelitian Deskriftif Kualitatif di Forum Generasi Muda Peduli
Kependudukan Daerah Istimewa Yogyakarta)
Oleh :
M KHAIRUL APRIATAMA
NIM: 15530017
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PERAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM MENINGKATKAN
KESADARAN TERHADAP MASALAH KEPENDUDUKAN
(Penelitian Deskriftif Kualitatif di Forum Generasi Muda Peduli
Kependudukan Daerah Istimewa Yogyakarta)
Mengetahui
Dosen Pembimbing
Habib Muhsin, S.Sos.,M.Si
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2018
v
MOTTO
Sesungguhnya setelah ada kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila
kamu telah selesai (urusan dunia) maka bersungguh-sungguhlah (dalam
beribadah), dan hanya kepada Tuhanmu-lah berharap. (Q.S Al Insiraah : 6-
8)
Fikirkan tujuan dan motivasi sebelum bertindak
Tidak ada yang tidak mungkin jika usaha telah di barengi doa
Yang berlalu jadikanlah pelajaran hidup, karenan yang sedang terjadi
adalah penentu masa depan
Jangan terlalu repot untuk menghentikan orang yang bias membuatmu
jatuh, karna kelak kesuksesanmulah yang membuatnya sadar
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
vi
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya dalam menyelesaikan karya ini. Kupersembahkan karya ini kepada:
1. Bapak dan ibuku tercinta, terimakasih atas segala doa, kasih sayang, cinta,
dorongan, kepercayaan, jerih payah serta pengorbanan tanpa pamrih.
2. Almamaterku
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran komunikasi
interpersonal dan hambatannya, dalam meningkatkan kesadaran terhadap masalah
kependudukan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Peneliti melakukan pengumpulan data sesuai dengan peristiwa yang
ada. Peneliti kemudian melakukan pemaknaan data, menarik kesimpulan dari hasil
pemaknaan tersebut.
Sumber data penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi. Kemudian data dianalisis dengan cara pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data kemudian menarik kesimpulan atau verifikasi. Data kualitatif
yang sudah diverifikasi kemudian dilakukan teknik untuk mengabsahkan data
dengan menggunakan triangulasi metode dan sumber, yaitu membandingkan dan
mengecek balik data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi kemudian
membandingkan data hasil wawancara dengan instansi, dan anggota FORSADA
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan komunikasi
Interpersonal di FORSADA dapat disimpulkan bahwa sudah dilakukan
pelaksanaan komunikasi Interpersonal dengan cukup baik. Dilihat dari
kekompakan setiap anggota dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan. Namun
adapu hambatan di tinjau diri beberapa aspek yaitu, psikologis, sosiologis,
sematik, mekanis dan ekologis jug terdapat di dalam komunikasi interpersonal
yang dilakukan FORSADA.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “ Peran Komunikasi
Interpersonal Dalam Meningkatkan Kesadaran Terhadap Masalah Kependudukan
(Penelitian Deskriftif Kualitatif di Forum Generasi Muda Peduli Kependudukan
Daerah Istimewa Yogyakarta)”. Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian
persyaratan guna meraih Sarjana Ilmu Komunikasi. Penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu diucapkan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang tidak pernah berhenti melimpahkan semua
nikmat dan anugrahnya
2. Kedua orang tua Bapak dan Mama yang senantiasa memberikan dukungan
baik moral maupun moril, terimakasih atas kasih sayang yang begitu
besar.
3. Bpk. Habib Muhsin, S.Sos.,M.Si Selaku Ketua STPMD APMD sekaligus
Dosen Pembimbing yang bersedia meluangkan waktu untuk
membeimbing dan mengarahkan selama penyusunan skripsi.
4. Bpk. Ade Chandra, Sos., M.Si. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah banyak
memberikan ilmunya.
6. Ibu Joenanti selaku Kepala bidang Pengendalian Penduduk yang telah
memberikan izin untuk penelitian
ix
7. Teman-teman FORSADA yang bersedia menjadi narasumber demi
melanvcarkan penelitian.
8. Teman-teman yang selalu menyemangati dalam melaksanakan penelitian
dan penyusunan skripsi.
Dan semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu yang telah ikut
membantu dan memberikan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa, manusia tidak ada yang sempurna sehingga
apabila ada kesalahan dalam penusunan maupun penulisan skripsi ini, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang menbanyun agar skripsi ini menjadi lebih
sempurna.
Yogyakarta 01 Oktober 2018
Penulis
M Khairul Apriatama
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ...................................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN. ......................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................... 9
C. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................ 9
D. KERANGKA TEORI ................................................................................ 9
a. Pengertian Komunikasi ........................................................................ 9
b. Unsur-Unsur Komunikasi .................................................................. 10
c. Komunikasi Interpersonal .................................................................. 13
a. Fungsi Komunikasi Interpersonal ...................................................... 14
b. Unsur-unsur Komunikasi Interpersonal ............................................. 15
xi
c. Kalsifikasi Komunikasi Interpersonal ................................................ 16
d. Tujuan Komunikasi Interpersonal ...................................................... 16
e. Efektivitas Komunikasi Interpersonal ................................................ 18
f. Hambatan Komunikasi Interpersoal ................................................... 21
E. METODE PENELITIAN ......................................................................... 23
a. Jenis Penelitian ................................................................................... 22
b. Waktu Dan Tempat Penelitian ........................................................... 23
c. Penentuan Sumberdata ....................................................................... 24
d. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 24
e. Teknik Analisi Data ........................................................................... 26
BAB II. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. .................................................... 29
A. Profil FORSADA. .................................................................................... 29
B. Visi dan Misi. ........................................................................................... 32
C. Struktur Organisasi. ................................................................................. 32
D. Program Kerja FORSADA. ..................................................................... 34
1. Forum Grup Diskusi. .......................................................................... 41
2. Penulisan Buletin ............................................................................... 42
3. Jambore Kependudukan. .................................................................... 42
4. Bakti Sosial Kependudukan ............................................................... 46
5. Penyuluhan Kependudukan ................................................................ 47
6. Pembuatan Media Promosi ................................................................ 48
7. Duta Kependudukan ........................................................................... 49
xii
BAB III. SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN. ................................................. 56
A. IDENTIFIKASI NARASUMBER ............................................................ 56
B. SAJIAN DATA ......................................................................................... 57
a. Komunikasi Antar Sesama Anggota.................................................... 58
b. Komunikasi Dengan Masyarakat ......................................................... 60
c. Komunikasi Interpersonal FORSADA dalam Meningkatkan
kesadaran terhadap Masalah Kepedudukan ......................................... 62
C. PEMBAHASAN ........................................................................................ 66
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 74
A. KESIMPULAN ......................................................................................... 74
B. SARAN ...................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 79
LAMPIRAN .............................................................................................................. 80
xiii
DAFTAR GAMBAR
Logo FORSADA ........................................................................................................ 30
Anggota FORSADA .................................................................................................. 42
Pembukaan jamboree kependudukan DIY 2017 ........................................................ 43
Peserta jamboree kependudukan 2017 ....................................................................... 44
Penampilan yel yel peserta jamboree ......................................................................... 44
Trauma hiling terhadap anak korban banjir ............................................................... 46
Sosialisasi kepada finalis duta mahasiswa ................................................................. 47
Penyuluhan isu kependudukan ................................................................................... 51
Narasumber talk show hari guru ................................................................................ 52
Sharing on air di RRI Jogja ........................................................................................ 52
Sosialisasi kepada masyarakat kampung KB ............................................................. 53
Pembawa acara workshop .......................................................................................... 54
Bakti sosial korban banjir Sriharjo ............................................................................. 54
Kunjungan kampung KB ........................................................................................... 55
xiv
DAFTAR TABEL
Identitas Anggota Inti FORSADA ............................................................................. 33
Matrik Program Kerja Internal ................................................................................... 34
Matrik Program Kerja Eksternal ................................................................................ 36
Data Narasumber yang diwawancarai ........................................................................ 58
Data Sosialisasi tahun 2017-2018 .............................................................................. 61
1
BAB I
PENDAHULIAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk
terbanyak di dunia, dilihat dari data BPS atau Badan Pusat Statistik, sensus
penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa.
Namun berdasarkan proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) di perkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tanun 2018
mencapai 265 juta jiwa. Sedangkan proyeksi Sebagai negara kepulauan
Indonesia mempunyai persebaran penduduk yang tidak merata, Fakta ini
dapat diartikan sebagai berkah sekaligus musibah. Dikatakan berkah karena
indonesia memiliki banyak sumber daya manusia yang dapat dijadikan
sumber tenaga kerja bagi industri. Namun disisi lain, besarnya jumlah
penduduk juga menjadi tanggungan bagi negara Indonesia. Terlebih jika
penduduk tersebut juga tidak produktif dalam multiplayer bagi prekonomian.
Dilihat juga dari cita-cita yang ingin diraih oleh pemerintah dalam hal
pengendalian laju pertumbuhan penduduk (LPP) hingga akhir tahun 2014,
adapun cita cita yang di maksud adalah terwujudnya penduduk tumbuh
seimbang. Terkait dengan cita-cita besar pemerintah tersebut, tidak lepas
dengan keberadaan remaja yang juga dapat membantu terwujudnya penduduk
tumbuh seimbang.
2
Indonesia juga dalam waktu dekat ini akan memiliki masa dimana
banyaknya jumlah penduduk usia produktif sehingga menurunkan resiko
ketergantungan. Sehingga pada masa inilah yang disebut dengan bonus
demografi. Peluang kemakmuran suatu negara karena besarnya proporsi
penduduk produktif usia 15-64 tahun, bonus demigrafi ini dapat dikatakan
peluang sekaligus musibah bagi Indonesia, hal ini merupakan dampak dari
adanya perlambatan pertumbuhan penduduk yang terjadi di Indonesia dalam
beberapa dekade terakhir. Perlambatan jumlah penduduk ini salah satunya
disebabkan oleh angka kelahiran di Indonesia yang menurun.
Menghadapi bonus demografi tersebut Indonesia diharapkan mampu
meningkatkan kualitas setiap penduduk sehinggan memenuhi syarat
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Menyongsong bonus demografi
memang perlu persiapan dan program yang matang dari segala elemen salah
satunya dari segi pendidikan. Tingkat pendidikan diharapkan berbanding
lurus dengan tingkat kesejahteraan. Sehingga pembangunan dalam bidang
pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah membawa dampak positif yang
signifikan terhadap kesejahteraan penduduk.
Kaitannya dengan bonus demografi tentunya peran remaja saat ini
sangatlah penting, demi menunjang penduduk yang produktif, dimana jumlah
remaja saat ini sangatlah besar sehingga remaja harus mampu bersaing dan
memiliki kreativitas yang tinggi. Dengan tinggiya populasi remaja saat ini,
Indonesia dihadapkan dengan tugas-tugas untuk mewujudkan remaja yang
produktif agar tidak terjadi musibah dimana meningkatnya jumlah remaja
melainkan remaja-remaja yang tidak produktif, hal ini dapat terjadi akibat
3
rendahnya pengetahuan dan kreatifitas serta meningkatnya kriminalitas pada
remaja.
Untuk mengatasi masalah diatas pemerintah pusat sebagai penanggung
jawab berhak mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan langsung
dengan masalah kependudukan ini. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan
kebijakan melalui peraturan perundang-undangan mengenai masalah
kependudukan, dimana Undang-Undang yang dimaksud adalah Undang-
Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga yang dimana pada Pasal 20 yang berbunyi :
“Untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas,
Pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui
penyelenggaraan program keluarga berencana”. UU No.52 Tahun 2009,
Tentang Perkembangan Kependuduk dan Pembagunan Keluarga, Pasal 20 )
Kebijakan keluarga berencana sebagaimana yang dimaksud diatas
dilaksanakan untuk membantu calon pasangan suami istri yang ada dalam
masyarakat dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi
secara bertanggung jawab tentang :
Usia ideal perkawinan
Usia ideal melahirkan
Jumlah ideal anak
Jarak ideal kelahiran anak
Penyuluhan kesehatan reproduksi
4
Selain undang–undang yang telah disebutkan diatas, pemerintah (Presiden)
juga mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun
2010 Tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, pada
Pepres ini disebutkan pula tugas, fungsi serta wewenang dari BKKBN itu
sendiri. Seperti yang terdapat pada Pasal 2 yang berbunyi: BKKBN
mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah dibidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana. (PP No.62 Tahun 2010,
Tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pasal 2)
Pada umumnya jumlah penduduk sangat perlu untuk diperhatikan, tidak
hanya oleh pemerintah melainkan oleh masyarakat, dimana BKKBN atau
yang disingkat Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
Adalah badan pemerintahan non departemen Indonesia yang bertugas
melaksanakan tugas pemerintah dibidang keluarga berencana dan keluarga
sejahtera. Lembaga pemerintahan ini memiliki slogan dua anak cukup, dari
slogan ini dapat kita ketahui bahwa pemerintah telah memperhatikan
pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia yang setiap tahunnya meningkat.
Munculnya slogan ini diakibatkan karena pemikiran masyarakat di masa
lalu, dimana jika mereka memiliki banyak anak maka mereka beranggapan
akan memiliki banyak rezeki. Namun pada kenyataannya tidak, karena
banyaknya jumlah penduduk yang tidak produktif yang dapat dihasilkan dari
prilaku tersebut, makan hal ini akan menjadi beban bagi negara, sebab
tingginya tingkat kelahiran dalam satu keluarga akan menjadi tanggungan
bagi keluarga tersebut untuk menghidupi dan memberi pendidikan, jika
semua itu tidak terlaksana maka muncullah masyarakat-masyarakat yang
5
tidak produktif akibat selogan banyak anak banyak rezeki. Dan masyarakan
tidak produktif inilah yang menjadi tanggungan bagi negara Indonesia.
Dapat kita lihat pada saat ini remaja-remaja sudah mulai maju dan mampu
berfikir kedepan, pasalnya banyak bermunculannya organisasi-organisasi
yang dibentuk oleh remaja akibat kepedulian remaja terhadap masadepan
dirinya dan bangsa Indonesia, adapun beberapa organisasi remaja yang ada di
Yogyakarta yang mengangkat masalah-masalah kependudukan seperti Duta
Remaja GenRe, Duta remaja, FORSADA, Karang Taruna dan masih banyak
lagi organisasi atau forum yang berdiri akibat kepedulian remaja terhadap
kependudukan dan keluarga berencana.
Organisasi-organisasi remaja ini sangatlah penting keberadaannya demi
membantu pemerintah untuk menjalankan cita citanya, karena dengan adanya
organisasi-organi sasi ini pemerintah secara langsung didukung oleh remaja
dalam menyebarkan isu-isu kependudukan yang positif antar remaja,
sehingga komunikasi yang disampaikan dalam membangun aspek-aspek
kependudukan yang di inginkan oleh pemerintah akan tersampaikan dengan
versi sesama remaja.
Salah satu organisasi remaja yang sangat gencar dalam mengatasi masalah
kependudukan salah satunya adalah Forum Generasi Muda Peduli
Kependudukan atau yang lebih di kenal dengan FORSADA, forum atau
organisasi ini lahir di Daerah Istimewa Yogyakarta, dimana kota gudeg ini
memiliki banyak sekali remaja yang bisa dikatakan masuk ke dalam usia
produktif. Baik itu remaja asli maupun pendatang sebagai pelajar atau
mahasiswa yang menetap. Sehingga ini merupakan tugas bagi pemerintah
6
serta remaja yang peduli, sebagai penyalur aspirasi pemerintah dalam
menyampaikan masalah masalah kependudukan, agar dapat diterima oleh
remaja, sehingga mampu mencapai target Indonesia dalam melaksanakan
bonus demografi.
Berbicara masalah remaja terkadang kita harus mampu memahami ego
serta pemikiran masing-masing remaja yang berbeda-beda, karena di masa
remaja merupakan masa yang sangat rentan terjadinya pemberontakan,
dikarenakan usia remaja merupakan usia transisi antara awal usia anak-anak
sampai usia awal dewasa. Dengan rentannya usia remaja ini perlu adanya
dorongan yang positif agar terciptanya remaja yang cerdas dan kreatif,
sehingga mampu menjadi pelaku bonus demografi yang menguntungkan bagi
negara.
Salahsatu cita-cita dari FORSADA adalah menjadikan remaja kreatif,
positif dan mampu bersaing sehingga memberikan arti bonus demografi yang
positif. Maka dari itu FORSADA terus melakukan pendekatan terhadap
remaja khususnya yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai bukti
pengabdian FORSADA dalam mempersiapkan Bonus Demografi di tahun
2025. Selain sosialisasi, banyak juga aksi-aksi positif yang dilakukan seperti
penyuluhan kreatif, jambore kependudukan dan duta kependudukan. Acara
yang telah di laksanakan ini terbukti mampu menarik minat remaja utuk ikut
serta dalam menyongsong bonus demografi serta peduli terhadap
kependudukan.
Dalam kaitannya menyampaikan isu kependudukan yang sangat kreatif
ini, selain mampu menarik minat remaja juga di lirik oleh BKKBN yang
7
memang satu visi dan misi dengan sub bidang kependudukan yang ada di
pemerintahan. Dengan ini FORSADA melakukan komunikasi yang sangat
luarbisa yang tidak banyak organisasi remaja mampu melakukannya. Dengan
berbekal tekat dan percaya diri Dalam melakukan komunikasi yang baik dan
positif serta mengedepankan etika dalam berkomunikasi membuat forsada
mampu bertahan dan berkembang menjadi Forum Generasi Muda Peduli
Kependuduan yang dikenal di seluruh Indonesia, selain itu FORSADA juga
berdiri sebagi cerminan atau contoh dari banyak organisasi serupa yang di
dirikan bersama sama dengan BKKBN yang ada di luar Yogyakarta. Dari
prestasinya ini FORSADA mampu menjadi role model bagi organisasi lain
dam mampu mengembangkan sayap di seluruh indonesi.
Dalam kaitannya bersosialisasi FORSADA bekerjasama dengan beberapa
perguruan tinggi dan sekolah di Yogyakarta diantaranya Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, SMA BOPKRI 1, dan SMAN 1 Banguntapan
yang menjadi langganan bagi FORSADA dalam menyiarkan masalah
kependudukan di usia remaja, pada sosialisasi ini dilakukan dengan cara yang
sangat kreatif dengan memberikan permainan-permainan yang menarik
sehingga peserta tidak merasakan jenuh pada saat sosialisasi. Selain itu
kampung-kampung KB yang menjadi kampung binaan dari BKKBN juga
menjadi sasaran tempat bertukar fikiran tentang masalah kependudukan,
dimana FORSADA sering menjadi pembicara tentang masalah kependudukan
yang diadakan oleh BKKBN.
Tidak hanya dengan bersosialisasi FORSADA juga terjun langsung
membantu masyarakat yang tertimpa bencana, ini merupakan bentuk
8
kepedulian dari sebuah forum remaja yang peduli terhadap masal-masalah
kependudukan. Contohnya seperti melakukan baktisosial yang merupakan
bentuk kepedulian FORSADA terhadap sesama, dimana dalam kesempatan
ini FORSADA melakukan baktisosial di Dusun Kedungmiri Desa Sri Harjo
kabupaten Bantul. Pada hari Kamis 7 desember 2017 lalu, dimana dusun ini
tertimpa musibah banjir akibat meluapnya sungai yang ada di daerah tersebut.
Dengan mengadakan trauma hiling pada anak-anak yang terkena bencana
FORSA mampu memulihkan senyum mereka kembali, selain itu pemberian
bantuan berupa pakaian lauyak pakai dan sembako yang berguna bagi
masyarakat yang terkena bencana.
Dalam menyebarkan isu-isu kependudukan yang positif terhadap remaja,
FORSADA melakukannya dengan sangat kreatif sehingga menimbulkan
minat besar bagi remaja untuk bergabung bersama FORSADA. Dengan
dilaksanakannya Jambore Kependudukan setiap tahunnya, kegiatan ini sangat
diminati dikalangan remaja dilihat dari jumlah pendaftar setiap tahunnya yang
selalu meningkat dan melebihi kuota yang ditentukan. Pada jambore tahun
2017 FORSADA menargetkan 150 peserta dalam aksi jambore
kependudukan, namun nyatanya peseta yang mendaftar melebihu kuota dua
kali lipat dilihat dari antusias peseta mendaftar dan mengunduk formulir
melalui web yang telah disiapkan. Tidak hanya sampai disitu FORSADA
juga membuat gebrakan baru di kalangan remaja baru-baru ini dengan
mengadakan sebuah pemilihan yaitu Duta Remaja, dimana duta ini
merupakan wadah untuk mencari remaja-remaja yang berbakat, kreatif dan
mampu menyebarkan isu-isu kependudukan pada masyarakat. Dalam acara
9
pemilihan duta ini FORSADA tidak hanya memilih, melainkan membekali
peserta dengan mendatangkan langsung beberapa ahli dibidang
kependudukan sebagai pembicara dalam pembekalan para finalis Duta
Kependudukan DIY.
Dari banyaknya prestasi yang telah dilakukan FORSADA membuat
banyak kalangan di BKKBN pusat dan remaja ingin mengetahui bagaimana
organisasi ini terbentuk, bahkan siapa saja penggerak organisasi ini yang
selalu melakukan sosialisasi dan juga membuat acara untuk remaja peduli
kependudukan terhadap remaja.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah peran komunikasi interpersonal di FORSADA ( Forum
Generasi Muda Peduli Kependudukan ) dalam meningkatkan kesadaran
terhadap masalah kependudukan ?.
C. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi interpersonal yang
di gunakan FORSADA untuk meningkatkan kesadaran generasi muda
terhadap masalah kependudukan.
2. Menetahui hambatan yang ada didalam komunikasi interpersonal yang di
gunakan FORSADA untuk meningkatkan kesadaran generasi muda
terhadap masalah kependudukan.
D. Kerangka Teori
a. Pengertian Komunikasi
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tidak pernah lepas dari
kegiatan berkomunikasi, dikarenakan komunikasi sangatlah penting untuk
10
menjalin sebuah silaturahmi selain itu juga berkomunikasi juga berarti
menyampaikan maksud dan tujuan seseorang atau kelompok yang berisi
makna atau pesan tertentu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:585), komunikasi
merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang
atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Sementara itu, Effendy (2006:9-11) mengemukakan bahwa:
komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata
dalam bahasa latin communication, dan bersumber dari kata communis
yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.
Menurutnya juga, proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses
penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada
orang lain (komunikan).
Sedangkan Deddy Mulyana (2005:62) menjelaskan bahwa
komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada
suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku
mereka. Hampir sejalan dengan pengertian tersebut, Arni Muhammad
(2005:4-5), mengemukakan bahwa komunikasi merupakan pertukaran
pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si penerima
pesan untuk mengubah tingkah laku.
b. Unsur-unsur Komunikasi
Dari pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, bahwa terdapat
komponen atau unsur-unsur komunikasi. Unsur-unsur dalam komunikasi
merupakan syarat yang wajib dipenuhi dalam komunikasi agar pesan
11
dapat tersampaikan dengan baik. Adapun unsur-unsur yang ada dalam
kegiatan komunikasi antara lain :
1. Sumber
merupakan unsur paling utama dalam berkomunikasi, unsur
tersebut merupakan komunikator atau orang yang menyampaikan
pesannya sendiri. Sumber pesan tersebut dapat berupa orang, lembaga,
buku, dan lain sebagainya. Widjaja (2000:30).
2. Pesan
pesan adalah sesuatu yang disampaikan dari sumber ke penerima.
Didalam pesan terdapat inti pesan yaitu makna, jadi pesan merupakan
bungkusan dari makna yang ingin disampaikan oleh komunikator ke
komunikan. Yuyun (2006:9).
3. Saluran/Media
Adalah sarana yang digunakan dalam penyampaian pesan dari
seorang komunikator kepada komunikan. Adapun beberapa media
yang dimaksud yaitu media cetak, media elektronik, dan media sosial
Suranto (2010:6)
4. Decoding
Adalah proses penetapan makna pada lambang yang disampaikan
komunikator kepada komunikan. Dengan kata lain Decoding
merupakan proses penguraian informasi yang didapatkan oleh
komunikan atau reaksi yang ditimbulkan setelah mendapatkan pesan.
12
5. Penerima/Komunikan
Adalah penerima pesan dari komunikator. Namun tugas dari
penerima tidak hanya semata-maata menerima pesan saja, akan tetapi
ia juga menganalisis dan menafsirkan sehingga dapat memahami
makna pesan.
6. Respon
Adalah tanggapan dan reaksi yang diberikan komunikan ketika
menerima pesan.
7. Umpan balik ( feedback)
Merupakan sebuah balasan atau memberi respon kembali apa
yang disampaikan komunikator. Umpan balik memberikan gambaran
kepada komunikator tentang seberapa berhasil komunikasi yang
dilakukannya. Adapun beberapa jenis feedback dalam komunikasi
yaitu :
1) feedback positif-feedback negative
2) feedback netral-feedback zero
3) feedback internal-feedback eksternal
4) feedback verbal-feedback non-verbal.
8. Gangguan
Gangguan merupakan sifat yang melekat pada komunikasi,
karena dapat mengubah dan mencampuri penerimaan pesan. Adanya
gangguan komunikasi ini dapat menyebabkan gangguan dan
perubahan presepsi yang diterima oleh komunikan Secara umum
13
gangguan dalam berkomunikasiterdiri dari dua hal yaitu: faktor
internal, dan faktor eksternal. Effendy (2003:1)
c. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi
diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di
antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Arni,
(2005:158-159).
Menurut De Vito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian
pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau
sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan
peluang untuk memberikan umpan balik segera Effendy (2003:30).
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara
tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi
orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal.
Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang,
seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan
sebagainya Mulyana Deddy (2005:73).
Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah
komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini
dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau
perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan.
Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan
komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan,
komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau
14
negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan
pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.
Untuk memperjelas apakah suatu komunikasi merupakan komunikasi
interpersonal, Everett M. Rogers dalam Liliweri (1991: 13)
mengemukakan beberapa ciri-ciri komunikasi interpersonal yang
membedakan dengan bentuk komunikasi lainnya. Ciri-cirinya adalah :
a. Arus pesan cenderung dua arah
b. Konteks komunikasinya terbuka
c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi
d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi
e. Kecepatan jangkauan terhadap audience besar
f. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap
McDavid & Harari (1993) Fungsi komunikasi interpersonal sebagai
berikut.
A. Fungsi Komunikasi interpersonal sebagai berikut:
a. Untuk mendapatkan respon/umpan balik. Hal ini sebagai salah
satu tanda efektivitas proses komunikasi.
b. Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon/umpan
balik.
c. Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial, yaitu
komunikator dapat melakukan modifikasi perilaku orang lain
dengan cara persuasi.
15
B. Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal Burgon & Huffner (2002):
a. Sensasi, yaitu proses menangkap stimulus (pesan/informasi verbal
maupun non verbal). Pada saat berada pada proses sensasi ini
maka panca indera manusia sangat dibutuhkan, khususnya mata
dan telinga.
b. Persepsi, yaitu proses memberikan makna terhadap informasi
yang ditangkap oleh sensasi. Pemberian makna ini melibatkan
unsur subyektif. Contohnya, evaluasi komunikan terhadap proses
komunikasi, nyaman tidakkah proses komunikasi dengan orang
tersebut.
c. Memori, yaitu proses penyimpanan informasi dan evaluasinya
dalam kognitif individu. Kemudian informasi dan evaluasi
komunikasi tersebut akan dikeluarkan atau diingat kembali pada
suatu saat, baik sadar maupun tidak sadar. Proses pengingatan
kembali ini yang disebut sebagai recalling.
d. Berpikir, yaitu proses mengolah dan memanipulasi informasi
untuk memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan masalah. Proses
ini meliputi pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan
berfikir kreatif. Setelah mendapatkan evaluasi terhadap proses
komunikasi interpersonal maka ada antisipasi terhadap proses
komunikasi yang selanjutnya.
16
C. Klasifikasi Komunikasi Interpersonal
Muhammad (2004:159-160) mengembangkan klasifikasi
komunikasi interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan sosial,
interogasi atau pemeriksaan dan wawancara.
a. Interaksi intim termasuk komunikasi di antara teman baik,
anggota keluarga, dan orang-orang yang sudah mempunyai ikatan
emosional yang kuat.
b. Percakapan sosial adalah interaksi untuk menyenangkan
seseorang secara sederhana. Tipe komunikasi tatap muka penting
bagi pengembangan hubungan informal dalam organisasi.
Misalnya dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara
tentang perhatian, minat di luar organisasi seperti isu politik,
teknologi dan lain sebagainya.
c. Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang
yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut
informasi dari yang lain. Misalnya seorang karyawan dituduh
mengambil barang-barang organisasi maka atasannya akan
menginterogasinya untuk mengetahui kebenarannya.
d. Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal di
mana dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya
jawab. Misalnya atasan yang mewawancarai bawahannya untuk
mencari informasi mengenai suatu pekerjaannya.
D. Tujuan Komunikasi Interpersonal
17
Komunikasi interpersonal mempunyai 6 tujuan., antara lain
Muhammad (2004:165-168 ) :
a. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah
menemukan personal atau pribadi. Bila individu terlibat dalam
pertemuan interpersonal dengan individu lain maka individu
tersebut belajar banyak tentang diri sendiri maupun orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada
individu untuk berbicara tentang apa yang disukai, atau mengenai
dirinya sendiri. Sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi
mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan
membicarakan diri sendiri dengan orang lain, individu
memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan,
pikiran, dan tingkah laku pribadi.
b. Menemukan Dunia Luar
Komunikasi interpersonal menjadikan individu dapat
memahami lebih banyak tentang diri sendiri dan orang lain yang
berkomunikasi dengannya. Banyak informasi yang seseorang
ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak
jumlah informasi yang datang dari media massa hal itu seringkali
didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui
interaksi interpersonal.
c. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
18
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah
membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak
waktu dipergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan
untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang
lain.
d. Berubah Sikap dan Tingkah Laku
Banyak waktu dipergunakan untuk mengubah sikap dan
tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Setiap
individu boleh memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang
baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca
buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu
benar atau salah.
E. Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas
umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati
(empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif
(positiveness), dan kesetaraan (equality). Devito (1997;259-264).
a. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang
efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini
tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan
semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi
biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada
19
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang
biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Aspek
keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator
untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang
yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan
peserta percakapan yang menjemukan. Setiap orang ingin orang lain
bereaksi secara terbuka terhadap apa yang diucapkan. Tidak ada
yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan
ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. seseorang
memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan
terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan”
perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui
bahwa perasaan dan pikiran yang seseorang lontarkan adalah
memang miliknya dan orang tersebut bertanggungjawab atasnya.
b. Empati (empathy)
kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami
orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu,
melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah
merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan
berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang
mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan
yang sama dengan cara yang sama.
20
c. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana
terdapat sikap mendukung (supportiveness). Komunikasi yang
terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang
tidak mendukung. Seseorang memperlihatkan sikap mendukung
dengan bersikap deskriptif, bukan evaluatif, spontan, bukan
strategik, dan profesional, bukan sangat yakin.
d. Sikap positif (positiveness)
Setiap individu mengkomunikasikan sikap positif dalam
komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: menyatakan
sikap positif dan secara positif mendorong orang yang menjadi
teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua
aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi
interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap
diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi
pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak
ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang
yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara
menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
e. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah
seorang mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik,
atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang
yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari
21
ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila
suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam
bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa
masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai
oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat
sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada
sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak
mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua
perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita
menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan
meminta seseorang untuk memberikan ”penghargaan positif tak
bersyarat” kepada orang lain.
Dalam melakukan komunikasi seringkali komunikan tidak saling
memahami maksud pesan atau informasi dari komunikator. Hal ini
disebabkan beberapa masalah, dan adapun beberapa hal yang sering
menghambat komunikasi diantaranya:
F. Hambatan Komunikasi Interpersonal
a. Komunikator
1. Hambatan biologis, misalnya komunikator gagap.
2. Hambatan psikologis, misalnya komunikator yang
gugup.
3. Hambatan gender, misalnya perempuan tidak bersedia
terbuka terhadap lawan bicaranya yang laki-laki.
22
b. Media
1. Hambatan teknis, misalnya masalah pada teknologi
komunikasi (microphone, telepon, power point, dan lain
sebagainya).
2. Hambatan geografis, misalnya blank spot pada daerah
tertentu sehingga signal telepon selular tidak dapat
ditangkap.
3. Hambatan simbol/ bahasa, yaitu perbedaan bahasa yang
digunakan pada komunitas tertentu. Misalnya kata-kata
“wis mari” versi orang Jawa Tengah diartikan sebagai
sudah sembuh dari sakit sedangkan versi orang Jawa
Timur diartikan sudah selesai mengerjakan sesuatu.
4. Hambatan budaya, yaitu perbedaan budaya yang
mempengaruhi proses komunikasi.
c. Komunikan
1. Hambatan biologis, misalnya komunikan yang tuli.
2. Hambatan psikologis, misalnya komunikan yang tidak
berkonsentrasi dengan pembicaraan.
3. Hambatan gender, misalnya seorang perempuan akan tersipu
malu jika membicarakan masalah seksual dengan seorang
lelaki.
23
E. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriftif kualitatif, untuk
mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal yang ada di FORSADA,
dalam meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap masalah
kependudukan.
Adapun pertimbangan untuk menggunakan penelitian kualitatif
adalah:
1. Penelitian kualitatif memiliki sumber data yang langsung secara alami,
dalam hal ini sumber data alaminya adalah organisasi itu sendiri dan
orang-orang yang terkait di dalamnya.
2. Penelitian kualitatif bersifat deskriftif, yaitu dalam bentuk kata-kata
atau gambar, data yang diperoleh berupa transkrip wawancara,
dokumentasi pribadi dan lain-lain
3. Penelitian kualitatif menekankan pada makna, dan fokus terkait
langsung dengan interaksi manusia yang menjadi objek penelitian,
dalam hal ini proses terjadinya sosialisasi dan kinerja yang dilakukan
FORSADA, seperti kegiatan rapat internal, dan kegiatan sosialisasi
terhahap masyarakat.
b. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di FORSADA BKKBN Daerah Istimewa
Yogyakarta, karena terkait sekertariat Forsada yang memang berada di
gedung bidang pengendalian penduduk BKKBN DIY . Selain itu penelitian
24
ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2017 sampai bulan Februari tahun
2018.
c. Penentuan Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari
mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua
sumber data yaitu :
1. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti (atau petugasnya) dari sumber pertamanya Sumadi (1987:93).
Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah
anggota FORSADA,sedangkan Kepala Bidang Pengendalian Penduduk
Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai pembanding atau informan. Dan
perlu diketahui bahwa pengambilan sampel dalam penelitian ini secara
purposive sampling dengan sampel berjumlah 8 orang.
2. Sumber data skunder, data ini biasanya berasal dari penelitian lain yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga atau organisasi seperti BPS dan lain-
lain, bisa juga data berupa dokumen-dokumen dari suatu lembaga yang
diteliti. Dalam penelitian ini, dokumentasi gambar dan angket
merupakan sumber data sekunder.
d. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendukung analisis dan perencanaan dalam penelitian ini,
sangat diperlukan data pendukung baik dari lingkup organisasi FORSADA,
BKKBN, dan remaja yang terkait dengan sosialisi yang di lakukan oleh
FORSADA.
Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan cara:
25
1. Wawancara, yaitu melakukan wawancara langsung dengan personil
yang mengetahui tentang objek yang sedang diteliti. Seperti
mewawanarai Ketua FORSADA, Ketua Bidang Pengendalian
Penduduk BKKBN DIY, serta anggota Forsada yang mengetahui
tentang FORSADA. Dimana peneliti melakukan wawancara secara
langsung dengan narasumber melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah
disusun secara terstruktur, agar penulis dapat mengetahui secara jelas
dan terperinci informasi yang dibutuhkan.
2. Observasi atau pengamatan, dengan melakukan pencatatan secara
cermat dan sistematis, serta melakukan pengamatan peristiwa, kejadian,
pose dan sejenisnya disertai dengan data yang perlu diobservasi
langsung di lokasi objek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan
yang dilakukan oleh FORSADA, seperti halnya dalam kegiatan rapat
yang dilakukan FORSADA, peneliti melakukan pengamatan secara
langsung, melihat apa yang terjadi sehinga penulis mendapatkan hasil
observasi yang nyata. Hasil dari observasi dapat dikomfirmasikan
dengan hasil penelitan, dari observasi ini memungkinkan penulis utuk
menafsirkan sendiri temuan dan bagimana menginterpretasikannya,
selain itu juga penulis dapat mencatat situasi yang tidak dapat didi
temui dalam wawancara.
3. Dokumentasi, pengumpulan data melalui dokumen atau arsip kegiatan
yang telah dilakukan oleh FORSADA, peneliti juga mengambil bukti
dokumentasi sebagai bukti fisik penelitian. Di samping itu juga di
lakukan dengan membaca buku literatur, artikel, dan lain-lain yang
26
dapat mendukung penulis untuk mendapatkan informasi tentang
FORSADA.
4. Tinjauan Literatur, peneliti membaca buku buku yang dapat membantu
peneliti melakukan penelitian untuk memperoleh data yang relevan.
Tinjauan literatur digunakan sebagai bagian dari komponen teknik
pengumpulan data.
e. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh
adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan
rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur
klasifikasi. Data bisa saja dikumpulkan dalam aneka macam cara
(observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman) dan biasanya
diproses terlebih dahulu sebelum siap digunakan(melalui pencatatan,
pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi analisis kualitatif tetap
menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang
diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau statistika
sebagai alat bantu analisis.
Kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/ferivikasi. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data ,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi sebagai sesuatu yang
saling jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaksi pada saat
sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang
membangun wawasan umum yang disebut “analisis” Silalahi (2009:
27
339).Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif
mencakup transkip hasil wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi data
dan triangulasi. Dari hasil analisis data yang kemudian dapat ditarik
kesimpulan. Berikut ini adalah teknik analisis data yang digunakan:
1. Reduksi Data
Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Reduksi
data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Kegiatan reduksi data
berlangsung terus-menerus, terutama selama proyek yang berorientasi
kualitatif berlangsung atau selama pengumpulan data. Selama
pengumpulan data berlangsung, terjadi tahapan reduksi, yaitu membuat
ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus,
membuat partisi, dan menulis memo.
2. Triangulasi
Selain menggunakan reduksi data peneliti juga menggunakan teknik
Triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana
dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil
wawancara terhadap objek penelitian Moloeng (2004:330).
Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang
berbeda Nasution, (2003:115) yaitu wawancara, observasi dan
dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran
data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain
28
itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran
peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif. Adapun
untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai
berikut
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
29
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Profil FORSADA
Penduduk Indonesia sebagian besar hidup didaerah pedesaan yang masih
memiliki rasa kekeluargaan antar sesama. Kependudukan di Indonesia memiliki
empat ciri-ciri umum yaitu Jumlah penduduk yang semakin bertambah, sebagian
besar penduduk berusia muda, persebaran penduduk tidak merata pada setiap
pulau, sebagain besar penduduk berkerja di sektor pertanian.
Pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah.
Dilihat dari cita-cita yang ingin diraih oleh pemerintah dalam hal pengendalian
laju pertumbuhan penduduk (LPP) hingga akhir tahun 2014, adapun cita-cita
yang dimaksud adalah terwujudnya penduduk tumbuh seimbang. Terkait dengan
cita-cita besar pemerintah tersebut, tidak lepas dengan keberadaan remaja yang
juga dapat membantu terwujudnya penduduk tumbuh seimbang. Dapat dilihat
dari dukungan yang dapat dilakukan oleh remaja, yaitu pendewasaan usia
perkawinan (PUP), ini sebagai wujud kepedulian terhadap permasalahan
kuantitas penduduk, serta berpendidikan tinggi dapat mewujudkan kepedulian
remaja terhadap permasalahan kualitas penduduk.
Kualitas sumber daya manusia merupakan indikator kualitas penduduk
Indonesia. Kualitas penduduk menurut PBB dapat dilihat dari tiga aspek yaitu
pendidikan, tingkat kesehatan, serta pendapatan. Kualitas penduduk merupakan
komponen penting dalam menunjang pembangunan. Penduduk yang berkualitas
30
akan menunjang pembangunan yang lebih baik. Jumlah penduduk yang besar
jika tidak diikuti dengan kualitas penduduk yang baik hanya akan menimbulkan
masalah dan menjadi beban pembangunan.
Cara meningkatkan kualitas penduduk salah satunya yaitu melalui
meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan Tidak hanya sampai disitu,
menyebarkan isu-isu kependudukan yang positif juga termasuk dalam dukungan
remaja terhadap kependudukan di Indinesia.
Forum generasi muda peduli kependudukan atau yang sering di kenal dengan
FORSADA ini berdiri pada tanggal 22 November 2014 dengan masa bakti
selama 2 tahun (2014-2016) dan sejak itu aktif melakukan sosialisasi kepada
sebayanya. FORSADA bertempat kedudukan di kantor BKKBN DIY Jalan
Kenari no 58 lantai 2 ruang bidang Pengendalian Penduduk.
Gambar 2.1. Logo FORSADA
FORSADA beranggotakan remaja dari berbagai latar belakang disiplin ilmu
yang peduli terhadap masalah dan isu kependudukan. Forum ini juga ditujukan
untuk para remaja yang diharapkan sadar dan peduli tentang kependudukan dan
dapat ikut serta dalam mensukseskan setiap program kependudukan. dan karena
31
sudah habis masa baktinya, sehingga pada tanggal 1 Desember 2016 yang lalu,
Kepengurusan FORSADA masa bakti 2016-2018 dikukuhkan oleh Kepala
Perwakilan BKKBN DIY, yang pada awalnya FORSADA berdiri atas dasar
kepedulian beberapa remaja dalam masalah kependudukan pada saat itu,
Memperhatikan data Sensus Penduduk Tahun 2010, bahwa 24,15 % penduduk
DIY adalah remaja (usia 10-24 Tahun), dan untuk mewujudkan Penduduk
Tumbuh Seimbang (PTS) tidak hanya dapat dilakukan melalui pengendalian
jumlah penduduk, perencanaan keluarga dan slogan “2 anak Cukup” tetapi dapat
dimulai dari komitmen para remaja.
Dalam kiprahnya FORSADA sangat dikenal dari banyak kalangan remaja
maupun pemerintahan, banyaknya kegiatan yang sukses diselenggarakan dan
juga FORSADA mampu memperkenalkan masalah kependudukan kepada
remaja dan masyarajat. Tekat untuk menjadikan remaja indonesia menjadi
remaja yang produktif di era bonus demografi. Dimana pada saat itu usia
produktif di harapkan mampu bersaing dan memiliki kreativitas yang tinggi.
Karena pada era bonus demografi nanti akan terjadi melimpahnya usia muda
yang siap untuk bekerja, jika tidak di siapkan sejak awal, maka bonus demografi
akan menjadi masalah kependudukan yang sangat berat. Karena akan ada
banyak remaja yang tidak produktif (pengangguran) dan bisa menjadi beban
bagi negara
32
B. Visi Dan Misi
Dalam membantu memenuhi tujuan dan target kerja, tentunya dibantu dengan
adanya visi dan misi dari sebuah organisasi tersebut, dan adapun visi misi dari
FORSADA adalah sebgai berikut.
VISI
Meningkatkan Kepedulian Generasi Muda terhadap Isu-Isu Kependudukan
melalui Peningkatan Pengetahuan Sikap dan Perilaku
MISI
1. Mempromosikan program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional yaitu Generasi Muda Peduli Kependudukan.
2. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku generasi muda tentang
berbagai aspek yang terkait dengan kependudukan.
3. Melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) tentang isu-isu
kependudukan dengan menjalin kemitraan bersama elemen masyarakat.
C. Struktur Organisasi
Organisasi ini bisa di katakan organisasi yang kecil, namun kiprahnya yang
cukup besar, membuat nama FORSADA terkenal di kalangan remaja dan
masyarakat khusunya yang peduli terhadap kependudukan. Dan adapun struktur
organisasi dari FORSADA terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara , Devisi
iternal dan eksternal.
Dalam organisasi ini terbentuk dua devisi yaitu divisi Internal dan Eksternal.
Dimana divisi internal bertugas untuk menyiapkan data dan materi, melakukan