PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)
GUNUNG TUGEL PURWOKERTO
( Tinjauan Yuridis Undang-Undang No 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah )
SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
RICKY PRABOWO
E1A004240
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2011
PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)
GUNUNG TUGEL PURWOKERTO
( Tinjauan Yuridis Undang-Undang No 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah )
SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
RICKY PRABOWO
E1A004240
UNTUK MEMENUHI SALAH SATU PERSYARATAN
MEMPEROLEH GELAR SARJANA HUKUM
PADA FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2011
SKRIPSI
PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)
GUNUNG TUGEL PURWOKERTO
( Tinjauan Yuridis Undang-Undang No 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah )
Oleh :
RICKY PRABOWO
E1A004240
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman
Isi dan Format Telah Disetujui
Pada tanggal 1 Desember 2011
Para Penguji/ Pembimbing
Pembimbing I/ Penguji I
Rochati, SH, M.Hum
NIP. 19541009 198403 2 001
Pembimbing II/ Penguji II
H. Djumadi, SH, SU
NIP. 19470505 198303 1 001
Penguji III
Sunarto, SH
NIP. 19491111 198003 1 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman
Hj. Rochani Urip Salami, S.H., M.S.
NIP. 19520603 198003 2 001
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
Nama : RICKY PRABOWO
NIM : E1A004240
Judul Skripsi : PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT
PEMBUANGAN AKHIR (TPA) GUNUNG TUGEL
PURWOKERTO ( TINJAUAN YURIDIS
UNDANG-UNDANG NO 18 TAHUN 2008
TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH )
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan semua sumber data
serta informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa
kebenaranya.
Bila pernyatan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Purwokerto, Desember 2011
RICKY PRABOWO
NIM. E1A004240
ABSTRAK
Perkembangan pembangunan yang pesat di kota Purwokerto belum
diimbangi kewaspadaan serius terhadap dampak lingkungan hidup. Hal itu biasa
hadir sebagai risiko suatu kota yang bergerak menjadi kota besar.Jumlah
penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan
bertambahnya volume sampah. Disamping itu, pola konsumsi masyarakat
memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam,
antara lain sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh proses
alam.
Pengelolaan dan penanganan sampah mutlak diperlukan yakni dengan
perhatian khusus karena menyangkut lingkungan yang sangat vital. Banyak kota-
kota di Indonesia dalam membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tidak
memperhatikan standar pembuatan TPA dan memperhatikan Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL). Tak pelak jika banyak kasus dikota-kota besar
timbul diakibatkan sampah baik itu sampah rumah tangga maupun sampah
industri karena tidak diolah dan dikelola dengan baik. Sampah yang diproduksi
warga Purwokerto dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gunung Tugel.
Keprihatinan yang muncul saat ini banyak dilontarkan warga yang mendiami
wilayah sekitar TPA. Bau menyengat muncul pada siang hari atau saat sampah
diratakan.
Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah akhir-akhir ini
berkembang dengan cepat. Telah kita sadari masalah sampah sangat mengganggu
kesehatan dan keseimbangan lingkungan hidup. Untuk menanganinya perlu peran
aktif masyarakat dan pemerintah khususnya pemerintah daerah masing-masing.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berusaha untuk mengkaji apakah
pengelolaan sampah di TPA Gunung Tugel sudah memenuhi aturan yang berlaku
dalam Undang-Undang No 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
Kata Kunci : Pengelolaan sampah, TPA Gunung Tugel.
ABSTRACT
The rapid development in Purwokerto has not been matched with serious
precautions against environmental impacts. It is commonly appear as the risk of a
city growing to the big city. Large populations with high growth rates resulting in
the increased of waste volumes. Besides, the consumptive life style of
the society contributes to the rise of diverse types of waste, such as packaging
waste which is hazardous and difficult broken down by natural process .
Waste management and handling is absolutely necessary, ie, by giving
a special attention, because it is very influential on vital environment. In
building the final disposal site (TPA) many cities in Indonesia does not pay
attention to the development standards and pay no attention to environmental
impact assessment (AMDAL). No doubt if many cases in large cities arise as a
result of bad waste management and handling of household garbage
and industrial waste. It is happen because the waste is not treated and managed
properly. The waste produced by Purwokerto residents dumped to Gunung Tugel
final disposal site residents complained about the stench of garbage during the
day when the waste is treated.
Environmental pollution caused by garbage developed rapidly lately.
We realize the problem of waste is intensively interfere to the people
health and environmental balance. The active role of communities and local
governments are needed to overcome this problem. Based on this, this study try
to review whether the waste management and handling in TPA Gunung Tugel has
already met the existing regulations in accordance with Undang- Undang No 18
Tahun 2008 on the waste management.
Keywords : waste management, TPA Gunung Tugel.
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrohmanirrohim
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, segala puji bagi Allah SWT, Dialah Allah yang memiliki segala apa
yang ada di langit dan di bumi. Yang telah mengutus RosulNya dengan petunjuk
dan agama yang haq ( benar ). Maka Allah menyesatkan yang Dia kehendaki dan
member petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Alhamdulillah atas karunia
dan RahmatNya yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam meraih
gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Jenderal Soedirman. Skripsi ini mengambil judul, Pengelolaan sampah di tempat
pembuangan akhir (TPA) Gunung Tugel Purwokerto.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang tulus kepada :
1. Ibu Rochati, SH., M.Hum., selaku dosen pembimbing yang telah memberi
semangat dorongan, petunjuk dan pengarahan dari sejak awal bimbingan
sampai terselesainya skripsi ini.
2. Bapak H. Djumadi, SH., S.U., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan nasehat dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Sunarto, SH., selaku dosen penguji, yang telah memberikan kritik,
saran, serta perbaikan dalam penyusunan tugas akhir ini.
4. Orang Tua saya yang telah memberikan dukungan dan motivasi, sehingga
saya semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Seluruh civitas akademika Fakultas Hukum Unsoed, yang tidak mungkin
dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas semua tempaan ilmu dan
wawasan yang telah penulis peroleh selama ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan dan
penyelesaian skripsi ini.
Atas bantuannya penulis hanya bisa berdoa kepada Allah SWT, semoga
amal kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan pahala yang
sebesar-besarnya. Amin.
Purwokerto, Desember 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN SAMPUL DEPAN…………………………………………….. I
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… II
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………. III
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI……………………………………. IV
ABSTRAK…………………………………………………………………… V
ABSTRACT………………………………………………………………….. VI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. VII
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. IX
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………..... 9
C. Tujuan Penelitian…….…………………………………….. 10
D. Kegunaan Penelitian…..……….……………………………. 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………… 12
A. Hukum Lingkungan dan Sampah……………………………. 12
B. Pengelolaan sampah dan persoalannya………………………. 14
1. Klasifikasi sampah………………………………………... 18
2. Sistem pengelolaan sampah……………………………… 23
3. Akibat pencemaran sampah……………………………… 24
4. Manusia sebagai konsumen penghasil sampah….……… 28
5. Metode pembuangan akhir………………………………. 32
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………… 37
1. Metode pendekatan…………………………………………. 37
2. Spesifikasi penelitian………………………………………… 37
3. Metode pengumpulan data…………………………………. 37
4. Metode pengolahan data…………………………………… 38
a. Sumber data……………………………………………. 38
b. Teknik pengumpulan data……………………………… 38
c. Metode analisis data…………………………………… 39
d. Lokasi penelitian……………………………………….. 39
e. Obyek penelitian……………………………………….. 39
f. Waktu penelitian……………………………………….. 39
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………….. 40
A. Hasil penelitian…………………………………………….. 40
1. Dasar hukum pengelolaan sampah…………………….. 40
2. TPA Gunung Tugel……………………………………. 41
3. Permasalahan yang timbul dalam pengelolaan sampah.. 46
B. Pembahasan………………………………………………... 48
1. Deskripsi TPA…………………………………………. 48
2. Sumber sampah………………………………………... 53
3. Jenis sampah…………………………………………… 55
4. Cara pengelolaan…….…………………………………. 56
5. Pengelola TPA…………………………………………. 57
6. Dampak yang ditimbulkan……………………………... 58
7. Pengelolaan tinja……………………………………….. 61
8. Kondisi lapangan………………………………………. 61
BAB V. PENUTUP……………………………………………………….. 68
A. Kesimpulan………………………………………………… 68
B. Saran……………………………………………………….. 69
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 70
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
PEMBANGUNAN DI INDONESIA BERTUJUAN UNTUK MEWUJUDKAN SUATU
MASYARAKAT ADIL DAN MAKMUR YANG MERATA MATERIIL DAN SPIRITUAL SEPERTI
YANG TERTUANG DI GBHN DAN TUJUAN INI TIDAK DAPAT DIWUJUDKAN DUA – TIGA
REPELITA. SUNGGUHPUN PANJANG WAKTU PEMBANGUNAN INI, NAMUN TUJUAN
MULIA INI HARUS SUDAH MEMPENGARUHI CARA-CARA PEMBANGUNAN YANG KITA
TEMPUH. DALAM CARA-CARA PEMBANGUNAN YANG KITA TEMPUH. DALAM CARA-
CARA PEMBANGUNAN INI TERCAKUP KEPERLUAN UNTUK SENANTIASA
MELESTARIKAN SUMBER-SUMBER ALAM YANG DAPAT DIPERBAHARUI DENGAN
MEMBINA DAN MENGEMBANGKAN POTENSI YANG DIMILIKI OLEH MANUSIA SEBAGAI
MAKHLUK SOSIAL, SEHINGGA DAPAT DIMANFAATKAN TERUS MENERUS OLEH
GENERASI DEMI GENERASI. DALAM HUBUNGAN INI MENJADI PENTING PERANAN
MASYARAKAT YANG FORMAL MAUPUN NONFORMAL UNTUK MENJABARKAN
PEMBANGUNAN DENGAN MENGEMBANGKAN LINGKUNGAN HIDUP.
SEBAGAI UPAYA MENGISI KEMERDEKAAN BERLANDASKAN PULA UUD 1945,
KAEDAH DASAR YANG MELANDASI PEMBANGUNAN DAN PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP, INDONESIA TERDAPAT DALAM PEMBUKAAN UUD 1945 PADA
ALENIA KE-4, SEBAGAI BERIKUT
“KEMUDIAN DARI PADA ITU UNTUK MEMBENTUK SUATU PEMERINTAHAN
NEGARA INDONESIA YANG MELINDUNGI SEGENAP BANGSA INDONESIA DAN
SELURUH TUMPAH DARAH INDONESIA DAN UNTUK MEMAJUKAN
KESEJAHTERAAN UMUM MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA DAN IKUT
MELAKSANAKAN KETERTIBAN DUNIA BERDASARKAN KEMERDEKAAN,
PERDAMAIAN ABADI DAN KEADILAN SOSIAL, MAKA DISUSUNLAH
KEMERDEKAAN KEBANGSAAN INDONESIA ITU DALAM SUATU SUSUNAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA, YANG BERKEDAULAN RAKYAT DENGAN
BERDASARKAN PADA : KETUHANAN YANG MAHA ESA, KEMANUSIAAN
YANG ADIL DAN BERADAP, PERSATUAN INDONESIA, DAN KERAKYATAN
YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN DALAM
PERMUSYAWARATAN /PERWAKILAN, SERTA MEWUJUDKAN KEADILAN
SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA.”
TUJUAN PEMBANGUNAN NASIONAL YANG LUHUR INI AKAN DAPAT DICAPAI
APABILA BANGSA INDONESIA BERPEDOMAN PADA TATA NILAI DAN TATA ATURAN
YANG MENJAMIN TERCIPTANYA KESELARASAN DAN KESERASIAN HIDUP MANUSIA
SECARA DINAMIS DAN UTUH.
KEBIJAKSANAN PENGEMBANGAN LINGKUNGAN INI TERTUJU KEPADA EMPAT
SASARAN YAITU :
PERTAMA, MEMBINA HUBUNGAN KESELARASAN ANTARA MANUSIA DENGAN
LINGKUNGAN, SEBAGAI BAGIAN DARI TUJUAN PEMBANGUAN UNTUK MEMBINA
MANUSIA INDONESIA SEUTUHNYA YANG MEMILIKI CIRI-CIRI KESELARASAN :
a. Antara manusia dengan Tuhan penciptanya,
b. Antara manusia dengan masyarakat,
c. Antara manusia dengan alam sekitarnya.
KEDUA, MELESTARIKAN SUMBER DAYA ALAM AGAR BISA DIMANFAATKAN
TERUS-MENERUS OLEH GENERASI DEMI GENERASI. KETIGA, MENCEGAH
KEMEROSOTAN MUTU DAN MENINGKATKAN MUTU LINGKUNGAN SEHINGGA
MENAIKKAN KUALITAS HIDUP MANUSIA INDONESIA. PEMBANGUNAN INDUSTRI DAN
KEGIATAN SEKTOR LAINNYA PERLU DILESTARIKAN MELALUI CARA YANG
SEKALIGUS MENGINDAHKAN MUTU LINGKUNGAN. KEEMPAT, MEMBIMBING
MANUSIA DARI POSISI “PERUSAK LINGKUNGAN” MENJADI “PEMBINA LINGKUNGAN”
KARENA KURANG INFORMASI DAN PENGETAHUAN (EMIL SALIM, 1986 :30).
MANUSIA WAJIB TERUS MANGKAJI UNTUK MEMAHAMI DAN MEMAKLUMI
SELUK BELUK HIDUP, KEHIDUPAN DAN LINGKUNGAN HIDUP. AL QUR`AN
MEMPERINGATKAN KEPADA MANUSIA BAHWA ALAM BESERTA ISINYA DICIPTAKAN
UNTUK KEPENTINGAN MANUSIA, SEBAGAIMANA DISEBUTKAN DALAM AL QUR`AN
SURAT 28 (AL BAQARAH) AYAT 77 :
“DAN TUNTUTLAH TEMPAT TINGGAL DI AKHERAT DENGAN KEKAYAAN
YANG TELAH ALLAH ANUGERAHKAN KEPADA ENGKAU, DAN JANGANLAH
ENGKAU LUPAKAN BAGIAN (NASIB) ENGKAU DI DUNIA INI DAN BERBUAT
BAIKLAH KEPADA ORANG LAIN SEBAGAIMANA ALLAH TELAH BERBUAT BAIK
KEPADA ENGKAU. DAN JANGANLAH BERBUAT KERUSAKAN (BENCANA) DI
MUKA BUMI, SESUNGGUHNYA ALLAH TIDAK MENYUKAI KEPADA ORANG-
ORANG YANG BERBUAT KERUSAKAN”.
(AL QUR`AN DAN TERJEMAHANNYA, 1986 : 623)
KERUSAKAN LINGKUNGAN ADALAH PENGARUH SAMPINGAN DARI TINDAKAN
MANUSIA UNTUK MENCAPAI SUATU TUJUAN YANG MEMPUNYAI KONSEKUENSI
TERHADAP LINGKUNGAN. PENCEMARAN LINGKUNGAN ADALAH AKIBAT DARI
AMBIQUITAS TINDAKAN MANUSIA. MANUSIA TELAH MEMASUKKAN ALAM DALAM
KEHIDUPAN KEBUDAYAANNYA, AKAN TETAPI IA NYARIS LUPA, BAHWA DIRINYA
SENDIRI SEKALIGUS MERUPAKAN BAGIAN DARI ALAM, DIMANA IA HIDUP. DENGAN
DEMIKIAN MANUSIA TIDAK HANYA BERTINDAK SEBAGAI PENGUASA TERHADAP
ALAM, AKAN TETAPI JUGA SEBAGAI PENGABDINYA. (KOESNADI HARDJASOEMANTRI,
1922 : 4).
UNTUK MENANAMKAN KESADARAN MENGENAI PELESTARIAN LINGKUNGAN
HIDUP MEMANG TIDAK MUDAH, TIDAK SEMUDAH MEMBALIK TELAPAK TANGAN,
WALAUPUN MENGENAI LINGKUNGAN HIDUP TELAH BANYAK DIBICARAKAN ORANG,
DALAM SEMINAR BAHKAN DIIKLANKAN DALAM TELEVISI,TETAPI KESADARAN
MANUSIA MASIH KURANG AKAN PENTINGNYA LINGKUNGAN HIDUP, KARENA PADA
HAKEKATNYA POLA PIKIR DAN KESADARAN MENGENAI PERLUNYA KEHIDUPAN
MASA MENDATANG DIANGGAP SESUATU YANG BELUM PASTI, SEHINGGA MANUSIA
CENDERUNG MEMUSATKAN PERHATIAN PADA HARI INI DAN HARI ESOK DAN LEBIH
BANYAK DITUJUKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI YANG AKHIRNYA MELUPAKAN
AKAN TUGAS PENGABDIAN.
KEHIDUPAN AKAN BERLANGSUNG DALAM BERBAGAI FENOMENA
KEHIDUPAN MENURUT PRINSIP TATANAN DAN HUKUM ALAM, SEPERTI ADANYA
KOMPETISI, MUTASI, EVOLUSI, KESEIMBANGAN DAN SEBAGAINYA. DI DALAM
LINGKUNGAN HIDUP SENDIRI ADANYA CAMPUR TANGAN MANUSIA TERHADAP
TATANAN EKOSISTEM. OLEH KARENA ITU DIPERLUKAN SUATU ATURAN MENGENAI
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.
UU NO. 23 TAHUN 1997 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UUPLH), YANG LEBIH DISEMPURNAKAN LAGI
DENGAN UU NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP, UNTUK SELANJUTNYA DISINGKAT UUPPLH.
UUPPLH MEMUAT KETENTUAN-KETENTUAN SEBAGAI BERIKUT:
1. Pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan pelestarian kemampuan
lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan
yang berkesinambunganbagi peningkatan kesejahteraan manusia.
2. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta
berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta
menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan.
3. Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam
rangka pengelolaan lingkungan hidup.
4. Usaha pengembangan lingkungan hidup tidaklah berlangsung dalam
keadaan terisolasi. Akan tetapi sebagai anggota masyarakat dunia, maka
langkah usaha di bidang lingkungan hidup harus mempunyai makna bagi
kehidupan suatu bangsa.
5. Pengelolaan lingkungan hidup menuntut dikembangkannya suatu sistem
dengan keterpaduan sebagai ciri utamanya.
(Koesnadi Hardjasoemantri, 1993 : 88-100)
Untuk menghindari dampak negatif yang terjadi akibat proses
pembangunan yang sedang berlangsung, maka pembanguan di Indonesia
mempunyai ciri yakni pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
UUPPLH. Bab I pasal 1 butir 3 menyatakan bahwa pembangunan yang
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan adalah :
“PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN ADALAH UPAYA SADAR DAN TERENCANA
YANG MEMADUKAN ASPEK LINGKUNGAN HIDUP, SOSIAL, DAN EKONOMI KE
DALAM STRATEGI PEMBANGUNAN UNTUK MENJAMIN KEUTUHAN
LINGKUNGAN HIDUP SERTA KESELAMATAN, KEMAMPUAN, KESEJAHTERAAN,
DAN MUTU HIDUP GENERASI MASA KINI DAN GENERASI MASA DEPAN.”.
Pemerintah Indonesia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat
mengelola masalah lingkungan hidup sebaik-baiknya untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat. Akan tetapi maksud baik pemerintah ini perlu diimbangi oleh
peran serta semua warga negara atau masyarakat Indonesia yakni kesadaran dalam
menjaga, memelihara dan mengelola lingkungan hidup, sehingga akan tercipta
suatu lingkungan hidup yang baik.
Salah satu penyebab dari semua pencemaran lingkungan hidup adalah
barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai atau nama populernya adalah
sampah. Dengan demikian meningkatnya jumlah penduduk, timbulnya tempat-
tempat pemukiman penduduk baru ditunjang dengan kemajuan teknologi, maka
volume sampah juga akan meningkat seirama dengan kegiatan manusia tersebut,
sehingga apabila penangulangan dan pengelolaan tidak baik akan menimbulkan
masalah besar dalam pelestarian lingkungan hidup.
Pengaturan mengenai pengelolaan sampah perkotaan diatur dalam Undang
– Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Mungkin salah
manusia juga jika sampah mengganggu. Manusia kurang arif dalam mengenali
sampah. Sampah hanya didefinisikan sebagai sesuatu yang harus dibuang karena
tidak mempunyai manfaat lagi. Tempat pembuangan bisa dimana saja. Bisa di
selokan, di jalanan, sungai, halaman, kantor, tempat parkir, bertebangan tidak
teratur dan sangat menggangu lingkungan. Terlebih lagi pada tempat pembuangan
sampah sementara, sampah meluap karena selain terbatasnya volume, juga armada
truk pengangkut sampah yang tidak biasa dimanfaatkan secara maksimal dalam
kenyataanya tidak semu truk yang siap operasional bisa ditingkatkan semaksimal
mungkin, karena dari 20 persennya jumlah yang operasional adalah truk tua (di
atas 10 tahun), sehingga wajar apabila pemerintah yang menangani sampah tidak
mengangkut semuanya ke tempat pembuangan akhir.
Ada aturan yang sangat sederhana yang apabila semua masyarakat
melaksanakannya maka akan tercipta suasana lingkungan yang bersih dan sehat,
aturan tersebut adalah “buanglah sampah pada tempatnya”. Aturan sederhana ini
tampaknya mudah dilaksanakan tetapi kenyataanya banyak sekali warga
masyarakat baik yang berpendidikan rendah maupun yang berpendidikan tinggi
yang masih membuang sampah disembarang tempat, kurangnya kesadaran dari
masyarakat mengenai kebersihan lingkungan dengan bertambah meningkatnya
pembangunan industri dan kurang meningkatnya aktivitas manusia serta ditunjang
dengan ketidak mampuan pemerintah dalam menangani masalah sampah karena
kurangnya sarana dan tenaga.
Menurut Koesnadi Hardjasoemantri, guna mendayagunakan dan
menghasilgunakan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup,
maka perlu dipenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Pemimpin eksekutif yang terbuka;
2. Peraturan yang akomodatif;
3. Masyarakat yang sadar lingkungan:
4. Lembaga masyarakat yang tanggap:
5. Informasi yang tepat: dan
6. Keterpaduan (Koesnadi Hardjasoemantri, 1986 : 16)
Sampah sebagai hasil samping dari berbagai aktifitas/kegiatan dalam
kehidupan manusia maupun sebagai hasil dari suatu proses alamiah, yang sering
menimbulkan permasalahan serius diberbagai perkotaan di dunia, khususnya bagi
kota Purwokerto.
Permasalahan sampah di berbagai perkotaan tidak saja mengancam aspek
keindahan dan kebersihan kota tersebut, namun lebih jauh akan memberikan
dampak negative bagi kelestarian lingkungan dan kesehatan masyarakat apabila
tidak ditangani secara baik. Pada suatu perubahan pembangunan suatu kota tentu
akan menimbulkan dampak bagi kota tersebut. Dengan bertambahnya populasi
penduduk kota maka, sudah tentu akan menghasilkan produk-produk sampah
yang memang harus dihadapi oleh kota tersebut. Oleh sebab itu maka, produk
sampah yang dihasilkan oleh masyarakat mestinya harus ditangani dengan baik
agar tidak menimbulkan masalah diatas masalah.
Untuk mengatasi masalah produk sampah sudah tentu dibutuhkan TPS
( Tempat Pembuangan Sampah ) sementara dan selanjutnya akan diangkut dan
dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah. Yang biasa dan yang akan
menjadi masalah dalam pembuangan sampah ke TPA adalah tempat TPA yang
kurang baik yang biasa dilakukan di berbagai kota yaitu dengan metode open
dumping dan sea dumping sudah tidak layak lagi, karena akhir dari pembuangan
sampah ke TPA akan menghasilkan masalah dan bukan menyelesaikan masalah.
Sehingga diperlukan TPA yang layak dan dapat dipergunakan diseluruh kota.
Dalam hal ini adalah kota Purwokerto yang pertumbuhan penduduknya semakin
pesat dengan makin banyaknya jumlah mahasiswa yang bersekolah di sini.
Purwokerto bisa dikatakan sebagai kota pelajar yang memiliki banyak Perguruan
Tinggi. Sehingga mau tidak mau konsumsi masyarakat semakin tinggi dan ini
menimbulkan banyak sampah yang akan terbuang. Salah satu tempat pembuangan
sampah di Kota Purwokerto adalah TPA Gunung Tugel.
B. RUMUSAN MASALAH
SEIRING DENGAN PERKEMBANGAN KOTA PURWOKERTO MENJADI SALAH
SATU PUSAT PERTUMBUHAN DI KABUPATEN BANYUMAS, TELAH MENINGKATKAN
JUMLAH PENDUDUK, AKTIFITAS PEREKONOMIAN DAN SIFAT-SIFAT KEKOTAANNYA,
MAKA BERDAMPAK PULA PADA MENINGKATNYA JUMLAH SAMPAH YANG
DIHASILKAN SEHINGGA PERLU DIDUKUNG DENGAN SISTEM PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN YANG MEMADAI. PELAKSANAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
SANGAT DIPENGARUHI KOMPONEN-KOMPONEN YANG MENDUKUNG YAITU ASPEK
TEKNIS, KELEMBAGAAN, HUKUM ATAU PERATURAN, PEMBIAYAAN MAUPUN PERAN
SERTA MASYARAKAT (KODOATIE, 2003:217)
SETELAH MELIHAT LATAR BELAKANG MASALAH DI ATAS, MAKA DAPAT
DIRUMUSKAN PERMASALAHN SEBAGAI BERIKUT :
APAKAH PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA GUNUNG TUGEL SUDAH
MEMENUHI ATURAN YANG BERLAKU DALAM UNDANG – UNDANG NO 18 TAHUN
2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui seberapa layakkah Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Gunung Tugel di Purwokerto berdasarkan Undang – Undang No 18 tahun
2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
D. KEGUNAAN PENELITIAN
PENELITIAN INI DIHARAPKAN DAPAT MEMBERIKAN MANFAAT TERHADAP :
1. KEGUNAAN TEORITIS.
HASIL PENELITIAN INI DIHARAPKAN DAPAT MEMBERIKAN MANFAAT
BAGI PENGEMBANGAN ILMU HUKUM PADA UMUMNYA DAN ILMU HUKUM
YANG BERKAITAN DENGAN PENGELOLAAN SAMPAH DI DAERAH PERKOTAAN
KHUSUSNYA KOTA PURWOKERTO.
2. KEGUNAAN PRAKTIS
HASIL PENELITIAN INI DIHARAPKAN DAPAT MEMBERIKAN MANFAAT
BAGI PEMERINTAH DAERAH PADA UMUMNYA DAN BAGI MEREKA YANG
BERGERAK DALAM BIDANG PENGOLAHAN SAMPAH PADA KHUSUSNYA.
a. HASIL PENELITIAN INI DIHARAPKAN DAPAT DIJADIKAN SEBAGAI BAHAN
PERTIMBANGAN BAGI PEMBUATAN KEBIJAKAN DALAM PERENCANAAN
PEMBENTUKAN HUKUM DAN MENGAMBIL KEPUTUSAN.
b. HASIL PENELITIAN INI DIHARAPKAN DAPAT DIJADIKAN SEBAGAI SUMBER
INFORMASI ILMIAH DALAM RANGKA PEMECAHAN MASALAH-MASALAH
PRAKTIS YANG BERKAITAN DENGAN PENGELOLAAN DI TEMPAT
PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hukum Lingkungan dan Sampah
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP ADALAH
UPAYA SISTEMATIS DAN TERPADU YANG DILAKUKAN UNTUK MELESTARIKAN
FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP DAN MENCEGAH TERJADINYA PENCEMARAN
DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP YANG MELIPUTI PERENCANAAN,
PEMANFAATAN, PENGENDALIAN, PEMELIHARAAN, PENGAWASAN, DAN
PENEGAKAN HUKUM.
Pengertian hukum lingkungan yang termuat dalam ketentuan Pasal 1
ayat (1) UU No. 23 tahun 1997 tentang Ketentuan Pokok-Pokok Lingkungan
Hidup yang telah diperbaharui dengan UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, sama dengan pengertian
istilah lingkungan itu sendiri. Dalam ketentuan Pasal 1 tersebut dinyatakan
bahwa hukum lingkungan (lingkungan hidup) adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
SAMPAH MENURUT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 18
TAHUN 2008 ADALAH SISA KEGIATAN SEHARI-HARI MANUSIA DAN/ATAU PROSES
ALAM YANG BERBENTUK PADAT. OLEH SEBAB ITU BAHWA DALAM
PENGELOLAAN SAMPAH DIPERLUKAN KEPASTIAN HUKUM, KEJELASAN
TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH,
SERTA PERAN MASYARAKAT DAN DUNIA USAHA SEHINGGA PENGELOLAAN
SAMPAH DAPAT BERJALAN SECARA PROPORSIONAL, EFEKTIF, DAN EFISIEN.
SAMPAH MENURUT PERDA KABUPATEN BANYUMAS NO 38 TAHUN
1995 TENTANG KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN LINGKUNGAN ADALAH JENIS
BUANGAN/KOTORAN PADAT, SISA PEMAKAIAN ATAU BARANG BEKAS YANG
TIDAK TERPAKAI LAGI YANG BERASAL ATAU DIHASILKAN DARI RUMAH
TINGGAL, INDUSTRY RUMAH TANGGA, PABRIK PERTOKOAN, PERKANTORAN,
RUMAH SAKIT, PASAR, BENGKEL, HOTEL, RUMAH MAKAN, DAN SEBAGAINYA
YANG DAPAT MENGGANGGU KEBERSIHAN, KESEHATAN DAN LINGKUNGAN
HIDUP.
Sampah menurut Soewedo Hadi Wiyoto, adalah sisa-sisa bahan yang
mengalami perlakuan-perlakuan baik karena telah diambil bagian utamanya,
ata karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada manfaatnya, yang ditinjau
dari segi ekonomis tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat
menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian (Hadi Wiyoto, 1983:
13).
Djuli Murtando dan Gumbira Said lebih lanjut menjelaskan sebagai
berikut: sampah pada dasarnya berarti bahan yang terbuang atau dibuang di
suatu sumber hasil dari aktivitas manusia, maupun proses-proses alam dan
tidak atau belum mempunyai ekonomis bahkan dapat mempunyai nilai
ekonomis yang negatif. Sampah dikatakan mempunyai nilai ekonomis yang
negatif karena penanganan untuk membuang atau membersihkannya
memerlukan biaya yang cukup besar di samping dapat mencemari lingkungan
(Djuli Murtandho dan Gumbira Said, 1988:1).
B. Pengelolaan sampah dan persoalannya
SAMPAH TELAH MENGEPUNG DI BUMI INI DI DARAT, LAUT DAN DI UDARA
YANG TELAH DIPENUHI DENGAN SAMPAH. DEWASA INI, BANYAK ORANG
MENGELUH TENTANG MASALAH SAMPAH YANG BUKAN MERUPAKAN SUATU HAL
YANG BARU LAGI, SAMPAH SUDAH DIVONIS SEBAGAI MUSUH KITA SEMUA DAN
TELAH BERKEMBANG MENJADI MASALAH LINGKUNGAN YANG SERIUS. SAMPAH
ITU SENDIRI TIMBUL BERASAL DARI KEGIATAN MANUSIA. SEMAKIN PESATNYA
PERTUMBUHAN PENDUDUK, PEMUKIMAN YANG PADAT, KEMAJUAN TEKNOLOGI,
DAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN SIFAT KONSUMERISMENYA YANG
TINGGI YANG MEMBUAT SAMPAH TERUS MENINGKAT.
SAMPAH (REFUSE) SEBAGIAN DARI SESUATU YANG TIDAK TERPAKAI,
TIDAK DISENANGI ATAU SESUATU YANG HARUS DIBUANG YANG UMUMNYA
BERASAL DARI KEGIATAN YANG BIASA DILAKUKAN OLEH MANUSIA, TERMASUK
KEGIATAN INDUSTRI, TETAPI YANG BUKAN BIOLOGIS KARENA HUMAN WASTE
TIDAK TERMASUK DIDALAMNYA DAN UMUMNYA BERSIFAT PADAT KARENA AIR
BEKAS TIDAK TERMASUK DI DALAMNYA (ASRUL ANWAR, 1996: 540).
DALAM KEGIATAN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN MANUSIA DIADAKAN
PROSES-PROSES YANG MENGHASILKAN SAMPAH, SEHINGGA SEMAKIN BESAR
JUMLAH MANUSIA DAN TINGKAT KEBUTUHANNYA MAKA SAMPAH YANG
DIHASILKAN MAKA SEMAKIN BESAR PULA. HAMPIR SEMUA KOTA DI INDONESIA
MENGHADAPI MASALAH PERSAMPAHAN TERUTAMA KOTA JAKARTA YANG
SARAT DENGAN KEGIATA INDUSTRY DAN MASYARAKATNYA YANG KOMPLEKS.
SAMPAH ADALAH BAHAN SISA BAIK BAHAN-BAHAN YANG TIDAK
BERGUNA LAGI (BARANG BEKAS) MAUPUN BARANG YANG SUDAH TIDAK
DIAMBIL BAGIAN UTAMANYA LAGI. DARI SEGI LINGKUNGAN, SAMPAH ADALAH
BAHAN BUANGAN YANG TIDAK BERGUNA DAN BANYAK MENIMBULKAN
MASALAH PENCEMARAN DAN GANGGUAN PADA KELESTARIAN LINGKUNGAN.
SAMPAH DAN PENGELOLAANNYA KINI MENJADI MASALAH YANG KIAN
MENDESAK DI KOTA-KOTA BESAR, SEBAB APABILA TIDAK DILAKUKAN
PENANGANAN YANG BAIK AKAN MENGAKIBATKAN TERJADINYA PERUBAHAN
KESEIMBANGAN LINGKUNGAN YANG MERUGIKAN ATAU TIDAK DIHARAPKAN
SEHINGGA DAPAT MENCEMARI LINGKUNGAN BAIK AIR, TANAH,DAN UDARA.
OLEH KARENA ITU, UNTUK MENGATASI MASALAH PENCEMARAN TERSEBUT
DIPERLUKAN PENANGANAN DAN PENGENDALIAN TERHADAP SAMPAH.
PENANGGULANGAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH BUKANLAH
PEKERJAAN YANG MUDAH KARENA AKTIVITAS DI DALAMNYA TEKANDUNG
BERBAGAI ASKPEK YANG SALING BERKAIT. SAMPAH MERUPAKAN MASALAH
YANG KOMPLEKS, TERUTAMA TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP YANG
BERHUBUNGAN LANGSUNG DENGAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN
YANG MEMPUNYAI EFEK NEGATIVE YANG SANGAT BESAR. EFEK NEGATIVE INI
SEMAKIN BESAR APABILA KESADARAN MANUSIA UNTUK MENANGANI DAN
MENYIKAPI SAMPAH KURANG. SAMPAH YANG DIANGGAP SEBAGAI MUSUH
SEBENARNYA DAPAT DIJADIKAN SEBAGAI SAHABAT DAM MERUPAKAN PELUANG
EKONOMI PENGHASIL UANG.
PENCEMARAN YANG PALING NAMPAK DAN BESAR ADALAH PRODUKSI
LIMBAH PADAT INI ATAU DISEBUT SAMPAH BAGI ORANG AWAM. DENGAN
BERTAMBAHNNYA SAMPAH DAN SEMAKIN BERANEKA RAGAM JENISNYA SECARA
TERUS MENERUS AKAN BERAKIBAT SEMAKIN SULITNYA DALAM
PENGELOLAANNYA. TIDAK HANYA MANUSIA YANG TERANCAM DENGAN
BAHAYA SAMPAH TETAPI JUGA MEMPENGARUHI LINGKUNGAN. KEHIDUPAN
DAPAT MENGALAMI KERUSAKAN. MUNGKIN SALAH MANUSIA JUGA JIKA
SAMPAH SANGAT MENGGANGGU, KARENA MANUSIA KADANG-KADANG KURANG
ARIF DALAM MEMPERLAKUKANNYA. MANUSIA HANYA MENDEFINISIKAN
SAMPAH SEBAGAI SESUATU YANG HARUS DIBUANG KARENA TIDAK MEMPUNYAI
MANFAAT LAGI. TEMPAT PEMBUANGANNYA DAPAT DI SEMBARANG TEMPAT,
MEMBUANG SAMPAH DENGAN SEENAKNYA SAJA.
MANUSIA TIDAK MENYADIR SEPENUHNYA, TERUTAMA BAGI ORANG
YANG TINGGAL DI KOTA BESAR SEPERTI JAKARTA BAHWA SEMAKIN BANYAK
MEREKA MENGKONSUMSI BARANG UNTUK MEMENUHI KEBUTUHANNYA,
TERUTAMA BARANG-BARANG YANG SEKALI PAKAI SEMAKIN BANYAK SMAPAH
YANG DIHASILKAN.
MAKA DIBUATLAH ATURAN TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH YANG
DIATUR DALAM UNDANG – UNDANG NO 18 TAHUN 2008. SAMPAH YANG
DIATUR DALAM UNDANG – UNDANG NO 18 TAHUN 2008 TERDAPAT PADA BAB
1 BAGIAN KEDUA PASAL 2 YAITU :
(1) SAMPAH YANG DIKELOLA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG INI
TERDIRI ATAS:
A. SAMPAH RUMAH TANGGA;
B. SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA; DAN
C. SAMPAH SPESIFIK.
(2) SAMPAH RUMAH TANGGA SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT
(1) HURUF
A BERASAL DARI KEGIATAN SEHARI-HARI DALAM RUMAH
TANGGA, TIDAK TERMASUK TINJA DAN SAMPAH SPESIFIK.
(3) SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA SEBAGAIMANA
DIMAKSUD PADA AYAT (1) HURUF B BERASAL DARI KAWASAN
KOMERSIAL, KAWASAN INDUSTRI, KAWASAN KHUSUS, FASILITAS
SOSIAL, FASILITAS UMUM, DAN/ATAU FASILITAS LAINNYA.
(4) SAMPAH SPESIFIK SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1)
HURUF C MELIPUTI:
A. SAMPAH YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN;
B.SAMPAH YANG MENGANDUNG LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN;
C. SAMPAH YANG TIMBUL AKIBAT BENCANA;
D. PUING BONGKARAN BANGUNAN;
E. SAMPAH YANG SECARA TEKNOLOGI BELUM DAPAT DIOLAH;
DAN/ATAU
F. SAMPAH YANG TIMBUL SECARA TIDAK PERIODIK.
(5) KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI JENIS SAMPAH SPESIFIK DI
LUAR KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (4)
DIATUR DENGAN PERATURAN MENTERI YANG
MENYELENGGARAKAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG
LINGKUNGAN HIDUP.
DENGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI YANG SEMAKIN MODERN
DAN SEMAKIN BANYAK PODUK-PRODUK YANG DIHASILKAN, BERARTI SAMPAH YANG
DIHASILKAN SEMAKIN BANYAK, SEMAKIN ANEH DAN BERBAHAYA BAGI MANUSIA
DAN LINGKUNGANNYA.
1. KLASIFIKASI SAMPAH
SAMPAH BERANEKA RAGAM, TERGANTUNG DARI SUMBER KEGIATANNYA DAPAT
DIKLASIFIKASIKAN MENJADI:
a. BERDASARKAN ASAL SAMPAH
1) SAMPAH RUMAH TANGGA / SAMPAH DOMESTIK
YAITU SAMPAH YANG DIHASILKAN DARI KEGIATAN-KEGIATAN RUMAH
TANGGA. DALAM KATEGORI INI TERMASUK JUGA SAMPAH DARI ASRAMA,
RUMAH SAKIT, HOTEL, DAN KANTOR.
2) SAMPAH INDUSTRI / PABRIK (INDUSTRIAL WASTE)
YAITU SAMPAH YANG DIHASILKAN DARI KEGIATAN PRODUKSI ATAU
BUANGAN INDUSTRI BAIK DALAM LINGKUP INDUSTRI MAUPUN INDUSTRI
KECIL ATAU INDUSTRI KERAJINAN.
3) SAMPAH PERTANIAN
YAITU SAMPAH DARI SISA PERTANIAN, TERMASUK DI DALAMNYA
PERKEBUNAN, KEHUTANAN, PETERNAKAN MAUPUN PERIKANAN.
4) SAMPAH PERDAGANGAN
YAITU SAMPAH YANG BERASAL DARI SAMPAH PASAR DAN TOKO-TOKO.
5) SAMPAH HASIL AKTIFITAS PEMBANGUNAN
YAITU SAMPAH YANG BERASAL DARI SISA-SISA ATAU BUANGAN DARI
KEGIATAN MEMBANGUN JALAN, GUDANG ATAU PERUMAHAN. SEPERTI
PUING-PUING, KAYU, DAN PLASTIK.
6) SAMPAH SAPUAN (STREET SWEEPING)
YAITU SAMPAH DARI HASIL SAPUAN JALANAN YANG BERISI BERBAGAI
SAMPAH DI JALAN, SEPERTI DEDAUNAN, KERTAS, DAN PLASTIC. DI KOTA-
KOTA BESAR LEBIH BANYAK DAN BERVARIASI KANDUNGANNYA.
b. BERDASARKAN KOMPOSISINYA
DALAM SUATU KEGIATAN MUNGKIN SAJA DIHASILKAN SAMPAH YANG
SAMA SEHINGGA KOMPONEN-KOMPONEN PENYUSUNNYA JUGA SAMA.
MISALNNYA SAMPAH YANG TERDIRI DARI KERTAS, PASTIK, ATAU
DEDAUNAN SAJA. WALAUPUN SAMPAH INI DAPAT BERCAMPUR DENGAN
BAHAN-BAHAN LAIN, TETAPI SEBAGIAN KOMPONEN-KOMPONENNYA MASIH
TERSUSUN OLEH KOMPONEN YANG SEJENIS ATAU SERAGAM. SAMPAJ
SEMACAM INI DAPAT DIBEDAKAN MENJADI DUA :
1) SAMPAH SERAGAM, SAMPAH YANG TERMASUK KATEGORI INI BIASANYA
BERASAL DARI INDUSTRI, PERKANTORAN, ATAU TEMPAT FOTO COPY.
DIGOLONGKAN SAMPAH SERAGAM JIKA SAMPAH TERSEBUT HANYA
TERDIRI DARI KERTAS, PLASTIC ATAU BESI.
2) SAMPAH TIDAK SERAGAM, MISALNYA SAMPAH YANG BERASAL DARI
PASAR-PASAR, TEMPAT REKREASI, TERMINAL ATAU DARI TEMPAT-TEMPAT
FASILITAS UMUM LAINNYA.
c. BERDASARKAN PROSES TERJADINYA
1) SAMPAH ALAMI
YAITU SAMPAH YANG TERBENTUK KARENA PROSE SALAMI, MISALNYA
DEDAUNAN YANG RONTOK, SAMPAH BANGKAI BINATANG (DEAD ANIMAL)
YANG BERASAL DARI BANGKAI BINATANG SEPERTI TIKUS, AYAM, DAN
BINATANG TERNAK YANG TELAH MENJADI BANGKAI.
JUMLAHNYA RELATIVE KECIL AKAN TETAPI JIKA TERJADI BENCANA ALAM,
GUNUNG MELETUS, KEMARAU PANJANG YANG MEMATIKAN BINATANG-
BINATANG SEKITARNYA, MAKA SAMPAH INI MENJADI MASALAH.
2) SAMPAH NON ALAMI
YAITU SAMPAH YANG TERBENTUK DAN DIHASILKAN KARENA KEGIATAN
MANUSIA.
d. BERDASARKAN SIFATNYA
1) SAMPAH ORGANIK (GARBAGE)
YAITU LIMBAH PADAT SEMI BASAH BERUPA BAHAN ORGANIC YANG
UMUMNYA BERASAL DARI SEKTOR PERTANIAN DAN MAKANAN. TERDIRI
ATAS DEDAUNAN, KAYU, SAYUR-SAYURAN, SISA-SISA MAKANAN, SISA
BUAH-BUAHAN, BANGKAI BINATANG DAN LAIN-LAIN.
MENGANDUNG SENYAWA ORGANIK YANG TERSUSUN DARI UNSUR-UNSUR
KARBON, OKSIGEN DAN HYDROGEN, MEMPUNYAI CIRI TERURAI OLEH
MIKRO ORGANISME DAN MUDAH MEMBUSUK, KARENA MEMPUNYAI
RANTAI KIMIA YANG RELATIVE PENDEK.
2) SAMPAH ANORGANIK (RUBBISH)
YAITU LIMBAH PADAT YANG CUKUP KERING. MERUPAKAN SAMPAH YANG
TIDAK TERSUSUN OLEH SENYAWA ORGANIK DAN SULIT TERURAI OLEH
MIKROORGANISME, SEHINGGA SULIT MEMBUSUK. HAL INI DISEBABKAN
OLEH SENYAWA YANG MEMILIKI RANTAI KIMIA YANG PANJANG DAN
KOMPLEKS. CONTOHNYA PLASTIK, KACA, KALENG, MIKA, BESI, DAN
LOGAM LAINNYA.
e. BERDASARKAN BENTUKNYA
1) SELAIN DALAM BENTUK PADAT (SOLID) DAN MUDAH TERLIHAT OLEH
MATA, ADA JUGA BENTUK LAINNYA.
2) SAMPAH ABU (ASH), YAITU LIMBAH PADAT YANG BERUPA ABU-ABUAN,
MUDAH TERBAWA ANGIN, KARENA RINGAN DAN MUDAH MEMBUSUK.
MISALNYA ABU HASIL PEMBAKARAN, DEBU JALANAN, ABU DARI HASIL
PEMBANGUNAN.
f. BERDASARKAN JENISNYA
JENIS SAMPAH INI DAPAT DIBAGI MENJADI BERMACAM-MACAM
1) SAMPAH MAKANAN, TERMASUK SISA-SISA MAKANAN TERNAK.
2) SAMPAH KEBUN/PEKARANGAN.
3) SAMPAH KERTAS.
4) SAMPAH PASTIK, KARET, DAN KULIT.
5) SAMPAH KAIN.
6) SAMPAH KAYU.
7) SAMPAH LOGAM.
8) SAMPAH GELAS, KACA, DAN LOGAM.
9) SAMPAH BERUPA DEBU.
SAMPAH PERUPAKAN SALAH SATU MASALAH LINGKUNGAN HIDUP YANG
ERAT KAITANNYA DENGAN KEBERSIHAN, LINGKUNGAN, KESEHATAN,
KEINDAHAN, DAN KEAMANAN. SEMAKIN BANYAK JUMLAH PENDUDUK
AKAN MENGAKIBATKAN JUMLAH VOLUME SAMPAH TERUS BERTAMBAH
DARI WAKTU KE WAKTU. BERTAMBAHNYA SAMPAH DAN SEMAKIN
BERANEKA RAGAM JENISNNYA, SECARA TERUS MENERUS AKAN
BERAKIBAT SEMAKIN SULITNYA PENANGGULANGANNYA.
2. Sistem Pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah ialah usaha mengatur atau mengelola sampah
dari proses pengumpulan, pemisahan, pemindahan sampai pengolahan dan
pembuangan akhir (Cipta Karya, 1993). Pengelolaan sampah terdiri dari 2
jenis yaitu pengelolaan setempat (individu) dan pengelolaan terpusat untuk
lingkungan atau perkotaan. Menurut Kodoatie (2003). Sistem pengelolaan
sampah perkotaan pada dasarnya dilihat dari komponen-komponen yang
saling mendukung satudengan yang lain saling berinteraksi untuk
mencapai tujuan yaitu kota yang bersih sehat dan teratur. Komponen
tersebut adalah:
A) ASPEK TEKNIK OPERASIONAL (TEKNIK)
B) ASPEK KELEMBAGAAN (INSTITUSI)
C) ASPEK PEMBIAYAAN (FINANSIAL)
D) ASPEK HUKUM DAN PENGATURAN (HUKUM)
E) ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT.
SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT PERKOTAAN HARUS UTUH
DAN TIDAK TERPOTONG RANTAI EKOSISTEMNYA MAKA DIPERLUKAN
TINDAKAN TERKOORDINATIF, SINKRONISASI DAN SIMPLIKASI. UNTUK
PENINGKATAN PENANGANAN PERSAMPAHAN BANYAK HAL YANG HARUS
DITINJAU DIANTARANYA OPERASIONAL PENGUMPULAN, PENGANGKUTAN
DAN PEMBUANGAN AKHIR SERTA PERALATAN YANG DIGUNAKAN.HAL YANG
SANGAT BERPERAN LAINNYA ADALAH ASPEK ORGANISASI DAN MANAJEMEN
DI DALAM PENGELOLAANNYA. SK SNI T-13-1990-F MENYATAKAN BAHWA
PADA DASARNYA SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN DILIHAT
SEBAGAI KOMPONEN-KOMPONEN SUBSISTEM YANG SALING MENDUKUNG,
SALING BERINTERAKSI, DAN SALING BERHUBUNGAN SATU SAMA LAIN.
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT (SAMPAH) TERDAPAT 6 (ENAM) FUNGSI
ELEMEN YAITU TIMBULAN SAMPAH, PENANGANAN PADA SUMBER,
PENGUMPULAN SAMPAH DARI SUMBERNYA PEMISAHAN DAN PROSES
PENGOLAHAN, PEMINDAHAN DAN PENGANGKUTAN, SERTA PEMBUANGAN.
3. AKIBAT PENCEMARAN SAMPAH
USAHA PENCEGAHAN PENCEMARAN MENDESAK UNTUK DILAKSANAKAN
DAN DIKEMBANGKAN. APABILA SAMPAH TERSEBUT MEMASUKI LINGKUNGAN
DAN MENYEBABKAN TERJADINYA PERUBAHAN KESEIMBANGAN LINGKUNGAN
YANG MERUGIKAN ATAU TIDAK DIHARAPKAN, MAKA SAMPAH TERSEBUT
DIKATAKAN TELAH MENCEMARI LINGKUNGAN TERSEBUT DAN TERJADILAH APA
YANG DISEBUT PENCEMARAN LINGKUNGAN. SECARA UMUM PENCEMARAN
LINGKUNGAN MELIPUTI PENCEMARAN TANAH, PENCEMARAN AIR, DAN
PENCEMARAN UDARA.
YANG DILAKSUD PENCEMARAN LINGKUNGAN, DISEBUT DALAM UU NO.
32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP PADA PASAL 1 BUTIR 14. PENCEMARAN LINGKUNGAN ADALAH:
“MASUKNYA ATAU DIMASUKKANNYA MAHLUK HIDUP, ZAT, ENERGY, DAN
ATAU KOMPONEN LAIN KE DALAM LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN
MANUSIA SEHINGGA KUALITASNYA TURUN SAMPAI KE TINGGKAT
TERTENTU YANG MENYEBABKAN LINGKUNGAN HIDUP TIDAK DAPAT
BERFUNGSI SESUAI DENGAN PERUNTUKANNYA.”
BAGI LIMBAH PADAT ATAU SAMPAH LEBIH BESAR PENGARUHNYA
TERHADAP TANAH. PENCEMARAN TANAH OLEH SAMPAH INI DAPAT
MEMPENGARUHI KESUBURAN TANAH, DAPAT MENIMLBULKAN DAMPAK POSITIF
DAN DAMPAK NEGATIVE. POSITIFNYA BILA TANAH TERSEBUT DICEMARI OLEH
SAMPAH ORGANIC TERUTAMA YANG BERASAL DARI DEDAUNAN, KARENA
DEDAUNAN YANG MENGALAMI PEMBUSUKAN MENGANDUNG UNSURE HARA
YANG DAPAT MENYUBURKAN TANAH. DARI SEGI NEGATIFNYA BILA SAMPAHNYA
BERUPA ANORGANIK TERUTAMA SAMPAH PLASTIK YANG DAPAT MERUSAK
STRUKTUR DAN KESUBURAN TANAH, KARENA SAMPAH PLASTIK SULIT HANCUR
DAN MEMAKAN WAKTU BERTAHUN-TAHUN.
SAMPAH YANG TERBUANG DI LINGKUNGAN SERING BANYAK
MENIMBULKAN MASALAH BAGI KEHIDUPAN DAN KESHATAN LINGKUNGAN.
TERUTAMA KEPADA MANUSIA, BAHKAN MASALAH TERSEBUT PADA AKHIR-AKHIR
INI PALING BANYAK DISOROTI UNTUK DISELESAIKAN. DALAM KEADAAN PADAT,
LIMBAH ATAU SAMPAH INI TERLALU SULIT PENAGGULANGANNYA, TETAPI BILA
TERBAWA AIR AKAN MENYEBAR KE MANA-MANA DAN SAMPAH ORGANIK LEBIH
MUDAH LARUT SEHINGGA LEBIH MUDAH MENYEBAR KE LINGKUNGAN YANG
LEBIH LUAS.
DI SISI LAIN SAMPAH PADAT TIDAK SEFLEKSIBEL LIMBAH CAIR DAN
LIMBAH GAS TERUTAMA DALAM PERGERAKANNYA, SEHINGGA APABILA TELAH
MENUMPUK DI SUATU TEMPAT MAKA AKAN TETAP BERADA DI TEMPAT TERSEBUT
SAMPAI ADA YANG MENANGANINYA. HAL INILAH YANG MENYEBABKAN DAMPAK
PENCEMARAN DARI SAMPAH TERASA LEBIH LAMA, TERUTAMA JIKA DIBIARKAN
TANPA PENANGANAN YANG SERIUS.
SAMPAH YANG TIDAK DIKELOLA DENGAN BAIK TERUTAMA PADA BAK-BAK
SAMPAH KELUARGA, BAK PENAMPUNGAN SEMENTARA DAN PENAMPUNGAN
AKHIR DAPAT MENIMBULKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN. TINGKAT PENCEMARAN
YANG DITIMBULKAN TERGANTUNG DARI TINGKAT PENGELOLAANNYA DAN POSISI
DARI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR TERHADAP PEMUKIMAN SERTA LINGKUNGAN
SEKITARNYA.
APABILA SAMPAH YANG TERBUANG MEMPUNYAI JUMLAH RELATIVE
SEDIKIT DAN LINGKUNGAN TEMPAT BUANGAN SAMPAH TERSEBUT MASIH MAMPU
MENETRALKANNYA, MAKA SAMPAH TERSEBUT BELUM MEMBAHAYAKAN
LINGKUNGAN, AKAN TETAPI BILA JUMLAH SAMPAH DI ATAS NILAI AMBANG
BATAS (NAB) YANG DIPERKENANKAN, MAKA MAU TIDAK MAU AKAN
MEMPUNYAI DAMPAK YANG MERUGIKAN TERHADAP MANUSIA DAN EKOSISTEM DI
SEKITARNYA. BESAR TIDAKNYA DAMPAK TERGANTUNG DARI SIFAT DAN JUMLAH
SERTA DAYA DUKUNG ATAU KEPEKAAN LINGKUNGAN YANG MENERIMANYA.
YANG PALING RINGAN DAMPAKNYA ADALAH PENURUNAN KEINDAHAN
LINGKUNGAN ITU YANG SERING DIIKUTI OLEH BAU BUSUK (OTTO SOEMARWOTO,
1994:244).
DAMPAK NEGATIVE YANG LEBIH BESAR LAGI ADALAH GANGGUAN
TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN. DARI TUMPUKAN SAMPAH DAN AIR
COMBERAN ATAU SELOKAN YANG TERGENANG MERUPAKAN TEMPAT HIDUP
YANG BAIK (RESERVOIR) BAGI BERBAGAI JENIS HEWAN YANG MENULARKAN
PENYAKIT, ANTARA LAIN NYAMUK, LALAT, DAN TIKUS. JENIS PARASIT YANG
TERLIHAT MATA MISALNYA CACING, SEDANGKAN YANG TIDAK TERLIHAT OLEH
MATA BERBAGAI JENIS KUMAN. HAL INI MERUPAKAN SARANG BIBIT PENYAKIT.
SEPERTI PENYAKIT TIPUS, KOLERA, GATAL-GATAL, CACINGAN, DESENTRI, DAN
SEBAGAINYA.
SAMPAH YANG BERBENTUK DEBU BAHAN ORGANIC DAPAT MENCEMARI
UDARA, TERUTAMA JIKA DIHEMBUSKAN ANGIN KENCANG. BAU YANG
DITIMBULKAN DARI BAHAN-BAHAN ORGANIK YANG MEMBUSUK AKAN TERBAWA
ANGIN KEMANA-MANA MENIMBULKAN BAU YANG TIDAK SEDAP. APABILA MUSIM
KEMARAU DEBU YANG BETERBANGAN, SELAIN MEMBAHAYAKAN SALURAN
PERNAFASAN JUGA MENGGANGGU PANDANGAN DAN KESEHATAN MATA. DARI
TUMPUKAN SAMPAH DAPAT JUGA TERJADI BENCANA PADA MUSIM HUJAN.
SAMPAH YANG MENUMPUK DAN MENGHALANGI JALANNYA SALURAN AIR DAPAT
MENGAKIBATKAN BANJIR TERUTAMA BAGI MASYARAKAT YANG SUKA
MEMBUANG SAMPAH DI SUNGAI ATAU SELOKAN-SELOKAN DI SEKITAR
LINGKUNGANNYA. MUSIBAH BANJIR DAN TIMBULNYA BERBAGAI JENIS PENYAKIT
MENULAR TIDAK DAPAT DIELAKAN LAGI. PADA MUSIM KEMARAU PANJANG
DAPAT MENIMBULKAN KEBAKARAN. DARI TUMPUKAN SAMPAH KERING APABILA
SESEORANG YANG TIDAK BERTANGGUNG JAWAB MEMBUANG PUNTUNG ROKOK
YANG MASIH MENYALA DI TEMPAT MENUKIMAN PENDUDUK, BIASANYA DAERAH
PEMUKINAN YANG PADAT.
HAMPIR SEMUA KOTA-KOTA BESAR DI INDONESIA AIRNYA TELAH
TERCEMAR OLEH SAMPAH, ANTARA LAIN SUNGAI, DAN AIR SUMUR. PENCEMARAN
AIR SUNGAI JUGA MEMPENGARUHI PERSEDIAAN AIR DI SEKITARNYA BAIK BERUPA
BAU, RASA MAUPUN PERUBAHAN WARNA DARI BENING MENJADI HIJAU ATAU
KEHITAM-HITAMAN, DAN PERSEDIAAN AKAN AIR BERSIH UNTUK KEPERLUAN
RUMAH TANGGA SANGAT TERBATAS TERUTAMA DI KOTA JAKARTA, SEMARANG,
DAN SURABAYA. SEPERTI DIKEMUKAKAN OLEH KOESNADI HARDJOSOEMANTRI,
DI JAWA DI MANA PERSEIAAN AIR PEMUKIMAN MAKIN SEDIKIT, TELAH TERJADI
PENCEMARAN YANG CUKUP BERAT DISEBABKAN OLEH LIMBAH INDUSTRY DAN
LIMBAH RUMAH TANGGA. MUT AIR YANG RENDAH INI AKAN MENINGKATKAN
BIAYA KESEHATAN BAGI MASYARAKAT DAN MENINGKATKAN BIAYA
PENGOLAHAN AIR BAKU UNTUK KEPERLUAN INDUSTRY DAN AIR MINUM
(KOESNADI HARDJOSOEMANTRI, 1992:54).
MASALAH AIR SEMAKIN BERAT, PENYEDIAAN AIR BERSIH, TIDAK SAJA
MENGALAMI PROBLEM KUALITAS, NAMUN JUGA PROBLEM KUANTITAS SECARA
RELATIVE, KHUSUSNYA PULAU JAWA AKAN KESULITAN MENCARI BAHAN BAKU
PENGOLAHAN AIR YANG BAIK.
UNTUK MENGURANGI TINGKAT PENCEMARAN SAMPAH TERUTAMA DI
KOTA BESAR DI INDONESIA KHUSUSNYA KOTA PURWOKERTO UNTUK LEBIH
MEMANFAATKAN SAMPAH KOTA DENGAN MEMPERHATIKAN PENGOLAHANNYA
DAN PEMUSNAHANNYA.
4. MANUSIA SEBAGAI KONSUMEN DAN PRODUSEN PENGHASIL SAMPAH
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA UNTUK KELANGSUNGAN HIDUPNYA
ADALAH KEBUTUHAN HAYATI. KEBUTUHAN INI ADALAH KEBUTUHAN YANG
PALING POKOK. UNTUK DAPAT MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUP
SECARA HAYATI MANUSIA MEMERLUKAN AIR, UDARA, DAN MAKANAN.
KEBUTUHAN TERSEBUT TIDAK HANYA KUANTITASNYA SAJA, TETAPI JUGA
KUALITASNYA. JIKA DIHUBUNGKAN DENGAN KUALITAS YANG ADA MISALNYA,
BERARTI MANUSIA TIDAK CUKUP SEKEDAR HIDUP SECARA HAYATI, KARENA
KEBUDAYAANNYA MANUSIA JUGA MEMERLUKAN HIDUP SECARA MANUSIAWI.
DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PANGAN TIDAK HANYA ASAL MAKAN
MELAINKAN HARUS DISAJIKAN DENGAN RASA, WARNA DAN BENTUK YANG
MENARIK. KEBUTUHAN DASAR HIDUP MANUSIAWI SEBAGIAN BERSIFAT
MATERIIL, SEBAGIAN BERSIFAT NON MATERIIL. SELAIN KEBUTUHAN PANGAN,
SANDANG, PAPAN ATAU KEBUTUHAN LAINNYA TIDAK KALAH PENTINGNYA
ADALAH PENDIDIKAN. DENGAN PENDIDIKAN MANUSIA TIDAK HANYA BELAJAR
MENDAPAT KEBUTUHAN DASAR HAYATI DENGAN MENGEMBANGKAN SESUAI
DENGAN KEBUTUHAN DAN ZAMANNYA.
DENGAN AKALNYA MANUSIA MENGGALI ILMU-ILMU PENGETAHUAN YANG
PADA AKHIRNYA MENCAPAI KEMAJUAN TEKNOLOGI YANG TINGGI UNTUK
MENCAPAI KEMUDAHAN-KEMUDAHAN DALAM MEMENUHI SEGALA
KEBUTUHANNYA YANG SEMAKIN MENINGKAT. BERKEMBANGNYA ILMU
PENGETAHUAN DAN BUDAYA SOCIAL MANUSIA TELAH MELAHIRKAN BERBAGAI
MACAM KEBUTUHAN. KEBUTUHAN DALAM PERUMAHAN, MAKANAN,
KESEHATAN, PAKAIAN, DAN KEBUTUHAN-KEBUTUHAN LAINNYA.
KEBUTUHAN HIDUP SEMAKIN MENINGKAT SEIRING DENGAN POLA HIDUP
DAN BUDAYA HIDUP, MENINGKAT KEBUTUHAN INI TIDAK SAJA DALAM
KUANTITASNYA TETAPI MENINGKAT PULA KUALITASNYA. UNTUK
MENDAPATKAN KUANTITAS SEKALIGUS LUALITAS DALAM KEBUTUHAN
HIDUPNYA YAITU DENGAN KEMAMPUAN MEMILIH UNTUK MENDAPATKAN YANG
TERBAIK DEMI KELANGSUNGAN HIDUPNYA.
KESEMPATAN MEMILIH MERUPAKAN HAL YANG ESENSIAL DAN
MENENTUKAN HIDUP DALAM KEHIDUPAN MANUSIA. KESEMPATAN MEMILIH
DIPENGARUHI BERBAGAI MACAM FACTOR ANTARA LAIN FACTOR EKONOMI,
FACTOR SOCIAL BUDAYA, UNDANG-NDANG DAN PERATURAN PEMERINTAH
LAINNYA.
SEMAKIN KOMPLEKS KEBUTUHAN HIDUP DAN MASALAH MANUSIA
DIPERLUKAN SUATU PEMBAGIAN KELOMPOK BERDASARKAN SUATU SYSTEM, ADA
YANG DINAMAKAN KONSUMEN YANG MERUPAKAN SEBUTAN BAGI KELOMPOK
PEMAKAI PRODUK-PRODUK YANG DIHASILKAN OLEH PRODUSEN UNTUK
MEMENUHI KEBUTUHANHIDUPNYA. DI LAIN PIHAK ADA KELOMPOK PRODUSEN,
SUATU KELOMPOK YANG MENGHASILKAN PRODUK UNTUK KEBUTUHAN
MASYARAKAT ATAU KONSUMEN.
ANTARA KONSUMEN DAN PRODUSEN MERUPAKAN DUA UNSUR YANG
TIDAK DAPAT DIPISAHKAN, KEDUANYA SALING MEMBUTUHKAN DAN MEMPUNYAI
HAK DAN KEWAJIBAN YANG HARUS DIPENUHI DEMI KELANGSUNGAN SIKLUS
KEBUTUHAN HIDUP AGAR TERUS BERJALAN.
HAK DAN KEWJIBAN KONSUMEN DAN PRODUSEN TIDAK HANYA TIMBUL
ANTARA DUA BELAH PIHAK TETAPI JUGA TERHADAP KEBUTUHAN LUNGKUNGAN
HIDUP. KARENA DENGAN MEMPRODUKSI, PEMASARAN DAN TEKNOLOGI,
BERBAGAI SUMBER ALAM DIPAKAI UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN MANUSIA.
APABILA PADA SAAT INI PEMAKAIAN BERBAGAI SUMBER ALAM DIPAKAI SECARA
BOROS UNTUK MENOPANG POLA KONSUMSI YANG BERLEBIHAN YANG SISA
HASILNYA HANYA BERUPA SAMPAH, LIMBAH DAN KOTORAN YANG
MENCEMARKAN LINGKUNGAN.
MESKIPUN JUMLAH SAMPAH OLEH KEGIATAN PEMAKAI PRODUK ATAU
KONSUMEN TIDAK SEBANYAK JUMLAH SAMPAH YANG DIBUANG DARI KEGIATAN
PEMBUATAN PRODUK ATAU PRODUSEN, TETAPI SECARA KOLEKTIF JUMLAHNYA
RELATIVE BESAR DAN TIDAK JARANG MENIMBULKAN MASALAH LINGKUNGAN.
PERANAN DAN PERMINTAAN KONSUMEN MENENTUKAN PEMAKAIAN SUMBER-
SUMBER ALAM DAN BESAR PENGARUHNYA TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP.
PERMINTAAN KONSUMEN AKAN BARANG DAN JASA MEMPENGARUHI ANTARA
LAIN:
1. SUMBER ALAM YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGHASILKAN BARANG UTAMA
YANG DIMINTA;
2. TEKNOLOGI PENGGALI SUMBER ALAM DAN TEKNOLOGI TRANSFORMASI
BAHAN MENTAH MENJADI BAHAN BAKU DAN BARANG JADI;
3. LIMBAH, SAMAPH, BUANGAN, DAN KOTORAN YANG DIHASILKAN OLEH SETIAP
TAHAPAN PRODUKSI DAN KONSUMSI;
4. SUMBER ALAM DAN TEKNOLOGI PRODUKSI BERIKUT PENCEMARAN, LIMBAH
KOTORAN DAN SAMPAH YANG MENYERTAI BARANG DAN JASA PENUNJANG
BARANG UTAMA YANG DIBUTUHKAN SEMULA;
5. POLA HIDUP (LIFE STYLE) YANG MEMPENGARUHI SYSTEM NILAI, NORMA,
UKURAN PERGAULAN, STATUS INDIVIDU DALAM MASYARAKAT DAN
SEBAGAINYA (EMIL SALIM, 1991:211).
PERMINTAAN KONSUMEN SECARA LANGSUNG MEMBER DAMPAK
LINGKUNGAN HIDUP SEMAKIN BESAR DAN TINGGINYA PERMINTAAN KONSUMEN,
BERATE SEMAKIN BANYAK JUMLAH PEMAKAIAN SUMBER ALAM DAN SEMAKIN
BANYAK PULA BUANGANNYA.
5. Metode Pembuangan Akhir
Beberapa metode pembuangan akhir sampah di TPA yang sering
digunakan antara lain adalah :
a). Sistem Open Dumping
Sistem open dumping merupakan sistem pembuangan sampah yang
tertua dan paling sederhana yang sering dipakai di Negara berkembang.
Metode ini pada prinsipnya hanya membuang sampah dan menumpuk
begitu saja tanpa ada penutupan. Metode penumpukan ini menimbulkan
banyak masalah pencemaran diantaranya bau, kotor, mencemari air dan
sumber penyakit karena dapat menjadi tempat berkembangnya vektor
penyakit seperti lalat dan tikus. (Murtadho dan Sahid, 1987).
b. Sistem Controlled Landfill
Sistem Pengolahan Sampah Contrlled Landfill ini merupakan
kombinasi antara sistem open dumping dan sistem sanitary landfill, namun
dalam metode controlled landfill penerapannya lebih mendekati metode
sanitary landfill.
c. Sistem Landfill
Sistem pembuangan dan pemusnahan sampah dengan sistem landfill
merupakan sistem yang paling sesuai untuk digunakan didaerah perkotaan,
dimana jumlah dan fluktuasi sampah didaerah perkotaan cukup basar.
Sistem landfill adalah menempatkan sampah pada suatu tempat yang rendah
atau didalam tanah, kemudian menimbunnya. (Soewedo, 1983).
Ada tiga metode pembuangan sampah di TPA yaitu, metode open dumping,
metode controlled landfill dan metode sanitary landfill. Metode open
dumping yaitu sampah dibuang begitu saja pada suatu tempat tanpa ada
proses. Untuk metode controlled landfill dan metode sanitary landfill pada
prinsipnya relatif sama, yang membedakan hanya frekuensi penutupan
lapisan sampah dengan tanah penutup.
Metode controlled landfill adalah menimbun sampah pada daerah yang
cekung atau untuk mempertinggi daerah tersebut sampai pada ketinggian
yang dikehendaki, atau bisa dengan penggalian tanah sebagai tempat
pembuangan sampah, kemudian tumpukan sampah ditimbun atau ditutup
dengan lapisan tanah setelah TPA penuh atau setiap periode tertentu (7
hari/sebulan sekali) dan dilakukan pemadatan dengan alat berat. (Anonim,
1994).
Metode ini merupakan suatu metode yang lebih baik dari pada
metode open dumping, karena merupakan metode open dumping yang
ditingkatkan. Dimana sampah yang dibuang ke tempat pembuangan
mengalami perlakuan yang lebih baik.
d. Metode Sanitary Landfill
Metode sanitary landfill merupakan salah satu metode terkontrol
dalam pembuangan limbah padat. Prinsip metode ini adalah membuang dan
menumpuk sampah kesuatu lokasi berlegok, memadatkan sampah tersebut
id, kemudian menutupnya dengan tanah. (Djuli Murtadho, E. Gumbira Said
1988).
Sistem sanitary landfill merupakan suatu cara pembuangan atau
pemusnahan sampah yang dilakukan dengan meratakan dan memadatkan
sampah yang dibuang serta menutupnya dengan lapisan tanah setiap akhir
hari operasi. Sehingga setelah operasi berakhir tidak terlihat adanya
timbunan sampah dan akan meniadakan kekurangan yang ada pada sistem
open dumping yang ditingkatkan. (Anonim, 1990).
Beberapa metode dalam proses sanitary landfill (Soewedo, 1983)
1. Metode Parit (trench method)
Metode ini pada prinsipnya menggunakan lobang memanjang
berupa parit dengan lebar antara 20 – 30 kaki atau minimum 2 kali
lebar peralatan pemadat, dengan kedalaman sekitar 4,5 m. Setelah
penuh kemudian dipadatkan dan ditutup dengan tanah hasil galian
parit di sebelah parit yang telah ditutup. Dasar parit mempunyai
kemiringan kesatu arah dan sekeliling parit dibuatkan saluran
drainaseuntuk air hujan dan tanah galian dapat digunakan sebagai
tanggul sementara.
2. Metode Lapangan (area method)
Metode ini mempunyai prinsip menggunakan suatu pelataran
yang cekung menandai sebagai tempat pembuangan sampah, tanpa
membuat lubang buatan seperti pada metode parit. Setelah penuh
secara bertahap dilakukan penutupan dengan tanah.
3. Metode Lereng (ramp method)
Metode ini sangat baik untuk lokasi yang sedikit miring.
Kadang- kadang dilakukan penggalian tanah diatasnya untuk
mendapatkan tanah penimbun sampah. Begitu seterusnya hingga
sampai puncak lereng.
4. Metode Dataran Rendah (low-land method)
Metode ini mempunyai prinsip menggunakan dataran yang
rendah atau cekung ke bawah sebagai tempat pembuangan sampah dan
tanpa dilakukan penggalian tanah. Secara bertahap sampah dipadatkan
dan ditutup.
5. Metode Jurang (valley method)
Metode ini memanfaatkan lembah atau jurang untuk tempat
pembuangan sampah. Secara bertahap sampah dipadatkan dan ditutup
dengan tanah. Setelah penuh dilakukan penutupan akhir dengan tanah
tebal. Metode ini memiliki keuntungan kapasitas yang besar sehingga
dapat digunakan selama bertahun-tahun.
BAB III
METODOLOGI
1. Metode Pendekatan
METODE PENDEKATAN YANG DIPAKAI DALAM PENELITIAN INI
ADALAH MENGGUNAKAN PENDEKATAN YURIDIS NORMATIF YAITU
PENDEKATAN YANG MENGGUNAKAN KONSEPSI LEGISME POSITIVIS YANG
MEMANDANG HUKUM IDENTIK DENGAN NORMA-NORMA TERTULIS YANG
DIBUAT DAN DIUNDANGKAN OLEH LEMBAGA ATAU PEJABAT BERWENANG.
SELAIN KONSEPSI INI JUGA MENINJAU HUKUM SEBAGAI SUATU SISTEM
NORMATIF MANDIRI, BERSIFAT TERTUTUP DAN TERLEPAS DARI KEHIDUPAN
MASYARAKAT YANG NYATA.
2. Spesifikasi Penelitian
SPESIFIKASI PENELITIAN YANG DIPAKAI ADALAH DESKRIPTIF
ANALITIS, YAITU MENGGAMBARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
YANG BERLAKU DIKAITKAN DENGAN TEORI-TEORI HUKUM DAN PRAKTEK
PELAKSANAAN HUKUM POSITIF YANG MENYANGKUT PERMASALAHAN DI
ATAS.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Penelitian kepustakaan yaitu mengumpulkan data dan mempelajari data
yang berhubungan dengan obyek penelitian dengan bantuan buku-buku
literature, peraturan perundang-undangan dan lain-lain
b. Observasi, metode ini dilakukan guna mendapatkan semua jenis
kegiatan yang berhubungan dengan data primer yang dibutuhkan.
4. Metode Pengolahan Data
a. Sumber data :
Dalam penelitian ini, bahan atau materi penelitian diperoleh dari
sumber data sebagai berikut :
i. Peraturan Perundang-undangan: Undang – Undang Perlindungan
dan Pengelolaan Sampah, Undang - Undang Lingkungan Hidup,
Peraturan-peraturan dan Lembaran Daerah yang berhubungan
dengan obyek penelitian.
ii. Literatur : buku-buku, makalah, majalah dan koran yang yang
berhubungan dengan obyek penelitian.
iii. Dan lain-lain yang mendukung sumber data: observasi.
b. Teknik pengumpulan data
Dalam kaitannya dengan penetuan responden, teknik penarikan
sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Pada
prinsipnya simple random sampling memberikan kesempatan yang
sama bagi setiap unit populasi untuk dipilih sebagai sampel
c. Metode analisis data
Mempergunakan metode deduktif dan induktif. Metode ini digunakan
untuk keperluan menganalisa data yang berbentuk perturan
perundang-undangan serta dokumen resmi dan referensi.
d. Lokasi penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini lokasinya berada di TPA
Gunungtugel Purwokerto.
e. Obyek penelitian
Dalam penelitian ini obyek yang diteliti adalah :
KELAYAKAN TPA GUNUNG TUGEL PURWOKERTO BERDASARKAN
UNDANG – UNDANG – UNDANG NO 18 TAHUN 2008 TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH.
f. Waktu penelitian
Waktu penelitian bulan Maret – Agustus terhitung dari mulainya
pengajuan judul sampai dengan laporan akhir.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Dasar hukum pengelolaan sampah
1.1 Undang – Undang No 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah
1.2 UNDANG – UNDANG NO 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN
DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
1.3 UNDANG – UNDANG NO 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
1.4 KEPUTUSAN DIRJEN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN
PENYEHATAN PEMUKIMAN DEPARTEMEN KESEHATAN NO. 281
TAHUN 1989 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN
PENGELOLAAN SAMPAH
1.5 SNI NO. 03-3241-1997 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN LOKASI
TPA
1.6 PERDA KABUPATEN BANYUMAS NO 35 TAHUN 1995 TENTANG
KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN LINGKUNGAN
1.7 SK BUPATI NO.658.1/721/87 TAHUN 1987
2. TPA Gunung Tugel
TPA atau Tempat Pembuangan Akhir sampah merupakan
suatu tempat pembuangan akhir sampah dari mata rantai pengelolaan
sampah. Idealnya pengelolaan TPA memenuhi beberapa hal diantaranya
: tempat TPA mestinya memenuhi jarak minimal 5 km dari
permukiman, luasan yang mencukupi untuk kapasitas sampah pada
umur rencana kurang lebih 20 tahun, sarana dan prasarana serta
didukung sumber daya manusia yang memenuhi kualitas dan
kuantitasnya. TPA Gunung Tugel merupakan tempah pembuangan
sampah akhir dari penduduk kota Purwokerto, yang berada di desa
Kedungrandu Kecamatan Patikraja Kab. Banyunmas terletak di sebelah
selatan kurang lebih 5 km dari pusat kota Purwokerto, berbatasan
dengan kelurahan Karangklesem Kecamatan Purwokerto Selatan.
Sebelah utara dibatasi jalan lingkungan dan ladang, sebelah timur
dibatasi beberapa permukiman dan persawahan, sebelah selatan dibatasi
saluran, ladang dan percontohan pemukiman untuk transmigrasi,
sebelah barat dibatasi jalan Purwokerto-Pegalongan. TPA Gunung
Tugel memiliki luas lahan kurang lebih 5 Ha. Sejak dibangun TPA
Gunung Tugel tahun 2003 dengan umur rencana 20 tahun, pada tahun
2006 luasan lahan yang tersedia menjadi minimalis. Saat ini untuk
menampung kapasitas sampah kurang lebih 325 m3 per hari, TPA
Gunung Tugel mengandalkan pada sisa lereng-lereng. TPA Gunung
Tugel memiliki jenis tanah lempung, sebenarnya merupakan jenis yang
cukup membantu mengurangi infiltrasi terhadap air tanah. Sampah
dibuang dan diolah secara open dumping, namun demikian upaya
menuju sanitary landfill terus diupayakan dengan cara setiap periode
tiga bulan untuk sampah baru dilakukan penutupan dengan tanah.
Sarana dan prasarana sudah jauh dari kualitas yang diharapkan,
diantaranya saluran dan instalasi pengolah air lindi, pipa pembuang gas
dan bulldozer kurang berfungsi dengan baik.
Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk kota
Purwokerto maka jumlah sampah yang dibuang ke TPA Gunung Tugel
akan semakin banyak, artinya luasan lahan yang tersedia menjadi
ancaman serius. Sarana dan prasarana yang kurang memenuhi syarat
juga menjadi hambatan dalam pengelolaan sampah di TPA Gunung
Tugel. Hal ini diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negatif bagi
lingkungan sekitarnya secara khusus dan bagi kota Purwokerto pada
umumnya. Untuk mencegah/ meminimalkan terjadinya dampak negatif
maka pengelolaan sampah di TPA Gunung Tugel perlu di rencana ulang
secara komprehensif disertai upaya pengelolaan dan upaya
pemantauannya serta di konkritkan pada pelaksanaan jangka pendek,
menengah dan jangka panjang.
2.1. Sumber
Sampah di TPA Gunung Tugel bersumber dari seluruh kota
Purwokerto. Seluruh sampah yang terkumpul di TPA Gunung
Tugel terdiri dari sampah rumah tangga, sampah terminal, sampah
pasar, sampah industry dan sampah jalan raya.
Berdasarkan pasal 2 Undang-Undang No 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah, sampah yang harus dikelola adalah :
(1) SAMPAH YANG DIKELOLA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG INI
TERDIRI ATAS:
A. SAMPAH RUMAH TANGGA;
B. SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA; DAN
C. SAMPAH SPESIFIK.
(2) SAMPAH RUMAH TANGGA SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT
(1) HURUF
A BERASAL DARI KEGIATAN SEHARI-HARI DALAM RUMAH
TANGGA, TIDAK TERMASUK TINJA DAN SAMPAH SPESIFIK.
(3) SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA SEBAGAIMANA
DIMAKSUD PADA AYAT (1) HURUF B BERASAL DARI KAWASAN
KOMERSIAL, KAWASAN INDUSTRI, KAWASAN KHUSUS, FASILITAS
SOSIAL, FASILITAS UMUM, DAN/ATAU FASILITAS LAINNYA.
(4) SAMPAH SPESIFIK SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1)
HURUF C MELIPUTI:
A. SAMPAH YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN;
B. SAMPAH YANG MENGANDUNG LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN;
C. SAMPAH YANG TIMBUL AKIBAT BENCANA;
D. PUING BONGKARAN BANGUNAN;
E. SAMPAH YANG SECARA TEKNOLOGI BELUM DAPAT DIOLAH;
DAN/ATAU
F. SAMPAH YANG TIMBUL SECARA TIDAK PERIODIK.
(5) KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI JENIS SAMPAH SPESIFIK DI
LUAR KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (4)
DIATUR DENGAN PERATURAN MENTERI YANG
MENYELENGGARAKAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG
LINGKUNGAN HIDUP.
2.2. VOLUME
Volume sampah warga kota Purwokerto yang dibuang ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gunung Tugel saat ini
mencapai kurang lebih 325 m3 per hari. Jumlah itu belum
termasuk sampah yang dibuang di sembarangan tempat sekitar
permukiman warga. Kondisi tersebut yang dinilai menjadi salah
satu penyebab daya tampung TPA menjadi sudah tidak layak lagi
untuk digunakan. Apalagi sampah-sampah yang dikirim itu
belum dipisahkan antara sampah organik yang bisa terurai dengan
sampah anorganik yang tidak dapat terurai.
Sebenarnya sikap dari masyarakat untuk memilah sampah
dapat mengurangi volume sampah yang dikirim ke TPA. Sehingga
secara tidak langsung akan memperpanjang umur TPA. Namun
hal itu belum sepenuhnya dilakukan masyarakat. Sementara
sebagai lokasi pengganti TPA Gunung Tugel yang sudah tak layak
pakai, lanjutnya, saat ini pemda telah menyiapkan lokasi
pengganti yang memadai. Lokasinya di Desa Kaliori, Banyumas.
Sebenarnya TPA Kaliori sudah digunakan, namun luas lahannya
baru sekitar 1,07 ha. Sehingga muncul wacana dengan
memperluas lahan menjadi kurang lebih 5 ha.
2.3. Jenis
Jenis sampah yang berada di TPA Gunung Tugel terdiri dari
62,88% sampah organik dan 37,12% sampah anorganik. Sampah
organik seperti daun-daun, batang pohon dan sisa makanan,
sedangkan sampah anorganiknya seperti plastik, karet, kertas dan
barang bekas.
2.4 Pengelolaan sampah
Sampah dikelola menggunakan tehnik Open Dumping.Open
Dumping ialah tehnik pengolahan sampah dengan meratakan
sampah di tempat terbuka dan luas.TPA Gunung Tugel ini
dikelola oleh Dinas Cipta Karya Kebersihan dan Tata Ruang
Kabupaten Banyumas (BMS). Luas TPA Gunung Tugel ialah 5
hektar.
Sistem sanitary landfill merupakan metode yang paling
efektif untuk meminimalkan efek buruk TPA terhadap lingkungan
sekitar.Peningkatan volume sampah menyebabkan kebutuhan lahan
penimbunan di TPA semakin meningkat. Cukup sulit memperoleh
lahan yang luas dan memenuhi syarat-syarat untuk TPA di kota,
sehingga TPA terpaksa ditempatkan di pinggiran kota atau bahkan
di luar kota. Hal tersebut mengakibatkan jarak TPS yang umumnya
dekat dengan sumber timbulan terhadap TPA cukup jauh waktu
tempuhnya (time trip) dan biaya transportasi yang dibutuhkan lebih
besar akibat jauhnya jarak tersebut seperti yang terjadi di TPA
Gunung Tugel merupakan TPA open dumping. Sistem open
dumping dilarang digunakan oleh hukum internasional.
3 Permasalahan yang timbul dalam pengelolaan sampah
PERMASALAHAN YANG TIMBUL ADALAH MASALAH ARMADA
SAMPAH YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGANGKUT SAMPAH DI SELURUH
WILAYAH PURWOKERTO. IDEALNYA TPA PALING TIDAK MEMILIKI 20
SAMPAI DENGAN 40 ARMADA PENGANGKUT SAMPAH. SEMENTARA TPA
GUNUNG TUGEL HANYA MEMILIKI 40-AN ARMADA PENGANGKUT
SAMPAH, 24-AN ARMADA YANG MASIH LAYAK DIPAKAI SISANYA SUDAH
TUA. MASALAH BIAYA OPERASIONAL YANG TINGGI DAN SEMAKIN
SULITNYA RUANG YANG PANTAS UNTUK PEMBUANGAN MERUPAKAN
MASALAH SELANJUTNYA.
ADAPUN PERMASALAHAN YANG LAIN KARENA MANAJEMEN
SAMPAH YANG TIDAK TERTANGANI, SEPERTI :
3.1. Aspek Kesehatan
SAMPAH YANG TIDAK TERKENDALI DENGAN JUMLAHNYA
YANG MENGGUNUNG ATAU MENIMBULKAN BAU YANG TAK SEDAP,
AKAN MENYEBABKAN BERBAGAI JENIS VEKTOR PENYAKIT
(SERANGGA, TIKUS,CACING) BERDATANGAN DAN MENJADIKANNYA
SEBAGAI RUMAH SERTA LADANG HIDUPNYA.
3.2. Aspek Lingkungan
SEJUMLAH SAMPAH YANG DIBUANG DI SEMBARANG TEMPAT
ATAU DI PEMBUANGAN SAMPAH YANG TERKOLEKTIF NAMUN TIDAK
TERJAGA KERAPIHANNYA, MAKA HAL INI AKAN MENYEBABKAN
GANGGUANG DALAM HAL ESTETIKA LINGKUNGAN. SELAIN HAL
ESTETIKA, KUALITAS UDARA DI SEKITARNYAPUN AKAN MENGALAMI
PENURUNAN, UDARA MENJADI TIDAK SEHAT AKIBAT HASIL
PEMBUSUKAN SAMPAH OLEH MIKROORGANISME DAN BAKTERI-
BAKTERI PEMBUSUKAN.
PEMBUANGAN SAMPAH YANG SEMBARANGANPUN AKAN
MENYEBABKAN BERBAGAI MACAM GANGGUAN LINGKUNGAN, SEBUT
SAJA PEMBUANGAN SAMPAH DI AREAL PERAIRAN. HAL INI AKAN
MENYEBABKAN PENCEMARAN AIR DAN MENYEBABKAN KEBANJIRAN.
3.3. ASPEK SOSIAL MASYARAKAT
HAL INI BEGITU SANGAT PENTING BAGI KEMAJUAN SUATU
DAERAH YAKNI MENYANGKUT PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI
MASYARAKAT. DENGAN MANAJEMEN SAMPAH YANG BAIK AKAN
DAPAT MENYEBABKAN BANYAKNYA TURIS LOKAL YANG
BERKUNJUNG KE DAERAH TERSEBUT GUNA SEKEDAR MEMANDANGI
ALAM SEKITARNYA YANG ASRI DAN BERSIH, TERLEBIH LAGI BILA
DAERAH TERSEBUT TERDAPAT AREA WISATA, PASTINYA AKAN
SEMAKIN BANYAK WISATAWAN LOKAL ATAUPUN MANCANEGARA
YANG BERKUNJUNG DAN MENYEBABKAN SEMAKIN TINGGINYA NILAI
EKONOMI DAERAH TERSEBUT.
B. Pembahasan
Sumber pendapat di atas berdasarkan Undang-Undang No 18
Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau
proses alam yang berbentuk padat.
1. Deskripsi TPA
Tempat pembuangan akhir (TPA) gunung tugel mempunyai luas
5 hektar.TPA Gunung Tugel berdiri pada tahun 1983 dan diresmikan
dengan SK Bupati NO.658.1/721/87 pada tahun 1987. TPA ini dahulu
dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup akan tetapi sekarang beralih ke
Dinas Cipta Karya Kebersihan dan Tata Ruang kabupaten Banyumas.
Tinjauan Operasional menelaah peraturan yang menjadi acuan yaitu
Keputusan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Pemukiman Departemen kesehatan No. 281 tahun 1989 tentang
Persyaratan Kesehatan Pengelolaan Sampah yaitu:
a. Pengelolaan sampah yang baik dan memenuhi syarat kesehatan
merupakan salah satu upaya untuk mencapai derajat kesehatan
yang mendasar.
b. Masyarakat perlu dilindungi dari kemungkinan gangguan kesehatan
akibat pengelolaan sampah sejak awal hingga tempat pembuangan
akhir.
Kondisi TPA Gunung Tugel menejemen tentang dampak bagi
kesehatan manusia kurang diperhatikan. Berdasarkan wawancara,
responden memaparkan bahwa tidak berjalannya pemeriksaan
kesehatan bagi para pemulung dan petugas pada tahun 2011 ini. Dalam
lampiran Keputusan Dirjen tersebut dijelaskan pula persyaratan
kesehatan pengelolaan sampah untuk Pembuangan Akhir Sampah yang
dinyatakan antara lain dalam hal lokasi untuk TPA harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
1.1. Tidak merupakan sumber bau, asap, debu, bising, lalat, binatang
pengerat bagi pemukiman terdekat (minimal 3 Km).Perbandingan
kondisi yang ada pada TPA gunung Tugel yaitu menimbulkan bau
yang sangat tajam terutama pada tempat timbunan sampah dan
berbahaya bagi orang yang sangat sensitive dengan bau yang
tajam karena dapat menimbulkan rasa pusing, mual hingga
muntah. Kondisi ini dapat mengganggu kesehatan para pekerja,
pengunjung (dalam jangka pendek), dan masyarakat yang
bertempat tinggal di dekat TPA Gunung Tugel. Kegiatan
pembakaran sampah dapat berakibat buruk karena adanya
kandungan Dioxin. Dioxin adalah salah satu zat beracun,zat kimia
yang terbentuk dari hasil pembakaran sampah komersial atau
sampah dari perkotaan. terjadi terutama pada wajah dan tubuh
bagian atas, pada kulit lainnya, perubahan warna kulit, bulu pada
tubuh yang berlebihan, dan kerusakan organ tubuh lainnya seperti:
ginjal dan saluran pencernaan. Dampak penyakit yang
mengancam manusia di lingkungan Tempat Pembuangan Akhir
yaitu:
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena
virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat
dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah
(haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di
daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah
satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh
cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam
pencernaaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa
sisa makanan atau sampah.
1.2. Tidak merupakan pencemar bagi sumber air baku untuk minum
dan jarak sedikitnya 200 meter dan perlu memperhatikan struktur
geologi setempat. Keadaan di TPA Gunung Tugel rumah
penduduk berada pada kurang dari 200 meter, maka dari itu tidak
dapat dinyatakan TPA Gunung Tugel sebagai tempat yang baik
sesuai standar.
1.3. Tidak terletak pada daerah banjir. TPA Gunung Tugel apabila
dibandingkan dengan standar telah aman dengan banjir karena
berada pada dataran yang tinggi di atas bukit yang aman dari
bencana banjir.
1.4. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan airnya tinggi. TPA
Gunung Tugel berada pada lokasi permukaan air yang rendah
yaitu berada pada bukit dan bukan merupakan dataran rendah
seperti pantai.
1.5. Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memperhatikan
aspek estetika. TPA Gunung Tugel merupakan sumber bau yang
sangat mengganggu, estetika yang kurang baik karena masih
banyak sampai maupun tinja yang tercecer pada jalan masuknya
tempat penimbunan, namun demikian tingkat kecelakaan pada
daerah ini relatif rendah bardasarkan wawancara yang dilakukan.
1.6. Jarak dari bandara tidak kurang dari 5 Km. TPA Gunung Tugel
berada lebih dari 5 km karena Bandara terletak di Kabupaten
Purbalingga.
Seperti halnya yang tercantum dalam Pasal 1 butir 8 Undang –
Undang No 18 Tahun 2008 yang berbunyi sebagai berikut :
`` TEMPAT PEMROSESAN AKHIR ADALAH TEMPAT UNTUK
MEMPROSES DAN MENGEMBALIKAN SAMPAH KE MEDIA LINGKUNGAN
SECARA AMAN BAGI MANUSIA DAN LINGKUNGAN ``.
BERDASARKAN BUNYI PASAL TERSEBUT, HARUSLAH SEBUAH
TEMPAT TPA JAUH DARI TEMPAT PEMUKIMAN WARGA, AMAN BAGI
LINGKUNGAN SEKITAR SEHINGGA TIDAK MENIMBULKAN MASALAH BARU
SEPERTI HALNYA BANYAKNYA PENYAKIT YANG TIMBUL DARI EFEK SAMPAH
YANG TERDAPAT DI TPA TERSEBUT.
PEMERINTAH DAERAH BANYUMAS PUN MENANGGAPI DENGAN
SERIUS PERMASALAHAN PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN DIBUATNYA
PERATURAN PEMERINTAH DAERAH TINGKAT II KABUPATEN BANYUMAS
DALAM PERDA NO 38 TAHUN 1995 TENTANG KEBERSIHAN DAN
KEINDAHAN LINGKUNGAN PASAL 3 AYAT (2) YANG BERISI :
a. Memelihara kebersihan dan keindahan lingkungan jalan protocol,
jalan umum, tempat-tempat umum, dan saluran umum.
b. Mengadakan sarana dan prasarana kebersihan
c. Mengatur dan menetapkan lokasi TPS.
d. Memberikan pelayan penganggkutan sampah dari TPS, Tranfers
Depo dan TPA.
e. Memusnahkan dan memanfaatkan sampah dengan cara yang
memadai di lokasi TPA.
f. Memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap kebersihan dan
keindahan lingkungan.
2. Sumber sampah
Sampah yang berada di TPA Gunung Tugel bersumber dari
seluruh kecamatan di Purwokerto, terdiri dari sampah rumah tangga,
sampah terminal, sampah pasar, sampah industri dan sampah jalan raya.
Sampah-sampah ini diangkut menggunakan 42 armada truk, dimana
setiap armada menampung muatan ±5 m3 sehingga dalam sehari
volume sampah sekitar 300 m3 yang terdiri dari 62,88% sampah
organik dan 37,12% sampah non organik.
Sampah yang dikelola oleh pemerintah telah tercantum dalam
Undang – Undang No 18 Tahun 2008 pada Pasal 2 yaitu :
(1) SAMPAH YANG DIKELOLA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG INI
TERDIRI ATAS:
A. SAMPAH RUMAH TANGGA;
B. SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA; DAN
C. SAMPAH SPESIFIK.
(2) SAMPAH RUMAH TANGGA SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT
(1) HURUF
A BERASAL DARI KEGIATAN SEHARI-HARI DALAM RUMAH
TANGGA, TIDAK TERMASUK TINJA DAN SAMPAH SPESIFIK.
(3) SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA SEBAGAIMANA
DIMAKSUD PADA AYAT (1) HURUF B BERASAL DARI KAWASAN
KOMERSIAL, KAWASAN INDUSTRI, KAWASAN KHUSUS, FASILITAS
SOSIAL, FASILITAS UMUM, DAN/ATAU FASILITAS LAINNYA.
(4) SAMPAH SPESIFIK SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1)
HURUF C MELIPUTI:
A. SAMPAH YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN;
B. SAMPAH YANG MENGANDUNG LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN;
C. SAMPAH YANG TIMBUL AKIBAT BENCANA;
D. PUING BONGKARAN BANGUNAN;
E. SAMPAH YANG SECARA TEKNOLOGI BELUM DAPAT DIOLAH;
DAN/ATAU
F. SAMPAH YANG TIMBUL SECARA TIDAK PERIODIK.
(5) KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI JENIS SAMPAH SPESIFIK DI
LUAR KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (4)
DIATUR DENGAN PERATURAN MENTERI YANG
MENYELENGGARAKAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG
LINGKUNGAN HIDUP.
SAMPAH MENURUT PERDA KABUPATEN BANYUMAS NO 38
TAHUN 1995 TENTANG KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN LINGKUNGAN
BERASAL ATAU DIHASILKAN DARI RUMAH TINGGAL, INDUSTRI RUMAH
TANGGA, PABRIK PERTOKOAN, PERKANTORAN, RUMAH SAKIT, PASAR,
BENGKEL, HOTEL, RUMAH MAKAN, DAN SEBAGAINYA YANG DAPAT
MENGGANGGU KEBERSIHAN, KESEHATAN DAN LINGKUNGAN HIDUP.
3. Jenis sampah
TPA Gunung Tugel merupakan tempat yang digunakan untuk
menampung sampah yang hanya dikelola namun tidak ada pengolahan
lebih lanjut terhadap sampah organik maupun non organik. Pengelolaan
hanya dilakukan pada sampah yang masih mempunyai nilai ekonomi
dan bagi sampah yang sudah tidak mempunyai nilai ekonomi seperti
sampah organik seperti sayur dan buah tidak dilakukan pengolahan
lanjut.
Dalam UU No 18 Tahun 2008 Pasal 19 huruf a telah dikatakan
bahwa pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan
sampah. Ini diperjelas kembali di pasal berikutnya yaitu Pasal 20 UU
No 18 Tahun 2008 yang berbunyi sebagai berikut :
`` PENGURANGAN SAMPAH SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM
PASAL 19 HURUF A MELIPUTI KEGIATAN:
A. PEMBATASAN TIMBUNAN SAMPAH;
B. PENDAURAN ULANG SAMPAH; DAN/ATAU
C. PEMANFAATAN KEMBALI SAMPAH.``
4. Cara pengelolaan
Teknik yang digunakan untuk mengelola TPA adalah
menggunakan teknik Open Dumping. Teknik tersebut merupakan teknik
menampung sampah di tempat terbuka, luas dan diratakan. Pertama kali
diresmikan, TPA tersebut memiliki tempat atau gedung yang digunakan
untuk pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos akan tetapi
hal tersebut hanya berjalan dalam waktu yangtidak lama dan berhenti di
tengah jalan karena tidak ada pihak terkait, baik dari petugas maupun
masyarakat untuk berpartisipasi dalam program tersebut. Selain itu juga
digunakan teknik pengurukan (penimbunan), dimana teknik ini
digunakan untuk menimbun sampah yang tingginya sudah mencapai
lebih dari 1 meter dengan menggunakan tanah. Tujuan dari pengurukan
tanah ini ialah untuk mengurangi kepadatan lalat serta bau yang tidak
sedap yang muncul dari sampah, sedangkan untuk pengolahan air lindi
tidak dilakukan oleh TPA tersebut. Teknik Open Dumping ini sudah
tidak layak dipakai oleh TPA-TPA, dalam Hukum Internasional pun
sudah tidak diperbolehkan digunakannya teknik ini. Dalam Pasal 22 UU
No 18 Tahun 2008 telah disebutkan bahwa TPA di seluruh Indonesia
sebaiknya melakukan :
a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan
sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan/atau sifat sampah.
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan
sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan
sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu.
c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber
dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau
dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat
pemrosesan akhir.
d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,
komposisi, dan jumlah sampah dan/ atau,
e. Pemprosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian
sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke
media lingkungan secara aman.
5. Pengelola TPA
Pengelolaan sampah juga dilakukan oleh masyarakat sekitar
dan sewaktu-waktu masyarakat dari bukan warga sekitar yang
berprofesi sebagai pemulung. Pemulung di tempat tersebut memilah-
milah menjadi kelompok macam-macam sampah anorganik seperti
plastik-plastik, kemudian dijual kepada pengepul barang bekas atau
sering disebut pengepul rosok. Jumlah pemulung di TPA tersebut
sekitar ±125 pemulung. Pemulung tersebut bervariasi, ada orang
dewasa dan juga anak-anak (saat selesai jam sekolah), akan tetapi
mayoritas adalah orang dewasa dari masyarakat sekitar TPA.
Pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a. Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa tidak berkembang biak
dan tidak menimbulkan bau. Keadaan yang sebenarnya banyak
terdapat sangat banyak lalat dan nyamuk yang berkembang biak dan
menimbulkan bau, dan untuk kecoa serta tikus praktikan tidak
menemukan pada saat praktikum dilaksanakan.
b. Memiliki drainase yang baik dan lancar sedangkan keadaan TPA
Gunung Tugel memiliki drainase namun tidak berjalan dengan baik
dan lancar.
c. TPA yang digunakan untuk membuang bahan beracun dan
berbahaya, lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di
Kantor Pemda. Penataan di TPA Gunung Tugel tidak terdapat
pengelompokan yang khusus untuk sampah bahan beracun dan
berbahaya dan hanya terdapat pengelompokan sampah yang
dianggap masih dapat dimanfaatkan oleh para pemulung yang
memiliki tujuan-tujuan tertentu.
6. Dampak yang ditimbulkan
Banyak masyarakat sekitar TPA mengeluh seperti bau yang
tidak sedap ketika bekerja di sekitar TPA, ada menyatakan bahwa
mengalami keluhan seperti batuk-batuk dan juga bau tidak sedap, dan
sesuai pendapat salah satu pemulung tersebut mengenai air bersih yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di wilayah sekitar
TPA tidak mengalami pencemaran dan biasa digunakan untuk MCK,
minum dan memasak.
TABEL . DAMPAK POTENSIAL KEGIATAN PEMBUANGAN AKHIR
TAHAP
PEMBANGUNAN KEGIATAN PRAKIRAAN DAMPAK
PRAKONSTRUKSI
PEMILIHAN LOKASI
TPA.
PERENCANAAN.
PEMBEBASAN
LAHAN.
LOKASI YANG TIDAK
MEMENUHI
PERSYARATAN AKAN
MENCEMARI
LINGKUNGAN DAN
MENGGANGGU
KESEHATAN
MASYARAKAT
PERENCANAAN YANG
TIDAK DIDUKUNG OLEH
DATA YANG AKURAT
AKAN MENGHASILKAN
KONSNTRUKSI YANG
TIDAK MEMADAI
GANTI RUGI YANG TIDAK
MEMADAI AKAN
MENIMBULKAN
KERESAHAN
MASYARAKAT
KONSTRUKSI
MOBILISASI ALAT
BERAT & TENAGA.
PEMBERSIHAN
LAHAN.
PEKERJAAN SIPIL
MENINGKATKAN POLUSI
UDARA (DEBU,
KEBISINGAN)
KERESAHAN SOSIAL
APABILA TENAGA
SETEMPAT TIDAK
DIMAANFAATKAAN
PENGURANGAN
TANAMAN
PEMBUATAN
KONSTRUKSI YANG
TIDAK MEMENUHI
PERSYARATAN AKAN
MENYEBABKAN
KEBOCORAN LINDI, GAS
DAN LAIN-LAIN
OPERASI
PENGANGKUTAN.
PENIMBUNAN DAN
PEMADATAN.
PENUTUPAN TANAH.
VENTILASI GAS
PENGUMPULAN LINDI
DAN PENGOLAHAN
LINDI
PENGANGKUTAN
SAMPAH DALAM
KEADAAN TERBUKA
DAPAT MENYEBABKAN
BAU DAN SAMPAH
BERCECERAN DI
SEPANJANG JALAN YANG
DILALUI TRUK
PENIMBUNAN SAMPAH
YANG TIDAK
BERATURAN DAN
PEMADATAN YANG
KURANG BAIK
MENYEBABKAN MASA
PAKAI TPA LEBIH
SINGKAT
PENUTUPAN TANAH
YANG TIDAK MEMADAI
DAPAT MENYEBABKAN
BAU, POPULASI LALAT
TINGGI DAN
PENCEMARAN UDARA
VENTILASI GAS YANG
TIDAK MEMADAI
MENYEBABKAN
PENCEMARAN UDARA,
KEBAKARAN DAN
BAHAYA ASAP
LINDI YANG TIDAK
TERKUMPUL DAN
TEROLAH DENGAN BAIK
DAPAT MENGGENANGI
JALAN DAN MENCEMARI
BADAN AIR DAN AIR
TANAH
PASCA OPERASI
REKLAMASI LAHAN
REKLAMASI YANG
TIDAK SESUAI DENGAN
PERUNTUKAN LAHAN
PEMANTAUAN
KUALITAS LINDI DAN
GAS
APALAGI DIGUNAKAN
UNTUK PERUMAHAN
DAPAT MEMBAHAYAKAN
KONSTRUKSI BANGUNAN
DAN KESEHATAN
MASYARAKAT
TANPA UPAYA
PEMANTAUAN YANG
MEMADAI, MAKA AKAN
MENYULITKAN UPAYA
PERBAIKAN KUALITAS
LINGKUNGAN
7. Pengelolaan tinja
Tempat pembuangan akhir (TPA) Gunung Tugel tersebut
berdampingan dengan tempat pembuangan tinja. Tempat ini terdiri dari
3 kolam, 2 kolam besar yang berkedalaman 3 meter dan 1 kolam kecil
berkedalaman 1,5 meter. Kolam-kolam tersebut digunakan sebagai bak
penampumg tinja yang selanjutnya diolah menjadi pupuk organik.
Pupuk tersebut diperoleh melalui pengurasan bak penampung tinja dalm
waktu 3 bulan sekali atau ketika 2 bak penampung sudah penuh,
selanjutnya endapan kolam di keringkan dan kemudian siap digunakan
menjadi pupuk. Pemanfaatan pupuk dari tinja dahulu dilakukan oleh
pihak swasta di luar pihak terkait dan saat ini tidak lagi berjalan.
Sekarang ini sewaktu-waktu masih berjalan adalah pemanfaatan
pengolahan pupuk oleh petani sekitar.
8. Kondisi di lapangan
Lokasi TPA merupakan tempat pembuangan akhir sampah
yang akan menerima segala resiko akibat pola pembuangan sampah
terutama yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya pencemaram
lindi (leachate) ke badan air maupun air tanah, pencemaran udara oleh
gas dan efek rumah kaca serta berkembang biaknya vektor penyakit
seperti lalat Judith, Qasim dan Thobanoglous et al menyatakan bahwa
potensi pencemaran leachate maupun gas dari suatu landfill ke
lingkungan sekitarnya cukup besar mengingat proses pembentukan
leachate dan gas dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama yaitu
20-30 tahun setelah TPA ditutup, dan dengan demikian maka perlu ada
suatu upaya yang harus dilakukan untuk pengamanan pencemaran
lingkungan. Upaya pengamanan lingkungan TPA diperlukan dalam
rangka mengurangi terjadinya dampak potensial yang mungkin terjadi
selama kegiatan pembuangan akhir berlangsung. Upaya tersebut
meliputi :
a. Penentuan lokasi TPA yang memenuhi syarat (SNI No. 03-3241-
1997 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA). Pembangunan
fasilitas TPA yang memadai, pengoperasian TPA sesuai dengan
persyaratan dan reklamasi lahan bekas TPA sesuai dengan
peruntukan lahan dan tata ruang.
b. Penanganan sampah harus sesuai dengan Undang – Undang No 18
Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah yang tercantum pada Bab
2 Pasal 3 tentang asas dan tujuan pengelolaan sampah yaitu
``Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung
jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas
kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan
asas nilai ekonomi``.
Syarat Pembangunan fasilitas perlindungan lingkungan pada
pengolahan TPA meliputi:
a. Lapisan Dasar Kedap Air
Tempat pembuangan akhir TPA Gunung Tugel tidak mempunyai cara
pengolahan yang baik sesuai dengan ketentuan yang aman. Ketentuan
yang baik dan yang seharusnya ada yaitu lapisan dasar kedap air
berfungsi untuk mencegah terjadinya pencemaran lindi terhadap air
tanah. Untuk itu maka konstruksi dasar TPA harus cukup kedap, baik
dengan menggunakan lapisan dasar geomembrane/geotextile maupun
lapisan tanah lempung dengan kepadatan dan permeabilitas yang
memadai (<1-6 cm/det), proses serta sarana dan prasarana ini tidak
terdapat pada TPA gunung Tugel. Lapisan tanah lempung sebaiknya
terdiri dari 2 lapis masing-masing setebal 30 cm. Hal tersebut dilakukan
untuk mencegah terjadinya keretakan akibat kerusakan lapisan pertama
karena terpapar cukup lama. Alternatif lain dapat dilakukan dengan
menghindari terjadinya keretakan lapisan dasar tanah lempung, maka
sebelum dilakukan penimbunan sebaiknya lapisan dasar terlindung.
Implikasi sebagai contoh yaitu dapat dilakukan penanaman rumput atau
upaya lain yang cukup memadai.
b. Jaringan Pengumpul Lindi
Pipa jaringan pengumpul lindi di dasar TPA berfungsi untuk
mengalirkan lindi yang terbentuk dari timbunan sampah ke kolam
penampung lindi. Jaringan pengumpul lindi dapat berupa pipa PVC
berlubang yang dilindungi oleh gravel. Tipe jaringan disesuaikan
dengan kebutuhan seperti luas TPA, tingggi timbunan, debit lindi dan
lain-lain. Keadaan yang terjadi pada TPA Gunung Tugel mempunyai
saluran untuk penyaluran air lindi, namun demikian saluran yang
terdapat pada TPA gunung tugel tidak lagi berfungsi dengan baik
karena diakibatkan banyaknya sampah yang yang telah menumpuk
sehingga terjadi penyumbatan pada saluran lindi.
Manfaat jaringan pengumpul lindi bagi tempat pembuangan akhir
sebenarnya sangat vital karena instalasi atau kolam pengolahan lindi
berfungsi untuk menurunkan kadar pencemar lindi sampai sesuai
dengan ketentuan standar efluen yang berlaku. Mengingat karakteristik
lindi didominasi oleh komponen organik dengan nilai BOD rata-rata
2000-10.000 ppm (Qasim, 1994), maka pengolahan lindi yang
disarankan minimal dengan proses pengolahan biologi (secondary
treatment). Proses pengolahan lindi perlu memperhatikan debit lindi,
karakteristik lindi dan badan air penerima tempat pembuangan efluen.
Hal tersebut berkaitan dengan pemilihan proses pengolahan, penentuan
kapasitas dan dimensi kolam serta perhitungan waktu detensi, Secara
umum proses pengolahan lindi secara sederhana terdiri dari beberapa
tahap:
1) Pengumpulan lindi, dilakukan di kolam pengumpul. Proses
anaerobik, dilakukan di kolam anaerob (kedalaman > 2m). Proses ini
diharapkan dapat menurunkan BOD sampai 60 %.
2) Proses fakultatif yang merupakan proses peralihan dari anaerobik,
dilakukan di kolam fakultatif. Proses ini diharapkan dapat
menurunkan BOD sampai 70 %.
3) Proses maturasi atau stabilisasi, dilakukan di kolam maturasi dengan
efisiensi proses 80 % .
4) Land treatment, dilakukan dengan membuat lahan yang berfungsi
sebagai saringan biologi yang terdiri dari ijuk, pasir, tanah dan
tanaman yang dapat menyerap bahan polutan.
5) Dalam kondisi efluen belum dapat mencapai nilai efluen yang
diharapkan, maka dapat dilakukan proses resirkulasi lindi ke lahan
timbunan sampah melalui pipa ventilasi gas. Adanya proses serupa
“trickling filter”, diharapkan dapat menurunkan kadar BOD lindi.
Jaringan pengumpul lindi dapat berupa pipa PVC berlubang yang
dilindungi oleh gravel. Tipe jaringan disesuaikan dengan kebutuhan
seperti luas TPA, tingggi timbunan, debit lindi dan lain-lain. Sebagai
contoh :
Penampang melintang jaringan pengumpul lindi adalah sebagai berikut
:
c. Ventilasi Gas
Ventilasi gas berfungsi untuk mengalirkan gas dari timbunan sampah
yang terbentuk karena proses dekomposisi sampah oleh aktivitas
mikroorganisme. Tanpa adanya ventilasi yang memadai, akan dapat
menyebabkan tingginya akumulasi gas di timbunan sampah sehingga
sangat mudah terbakar. Gas yang mengalir dan keluar dari pipa
ventilasi sebaiknya diolah sebagai biogas (di negara maju, gas dari
landfill dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik). Tetapi apabila
tidak dilakukan pengolahan gas TPA, maka gas yang keluar dari pipa
vent harus dibakar, hal tersebut untuk menghindari terjadinya dampak
negatif terhadap pencemaran udara berupa efek rumah kaca (green
house effect). TPA Gunung Tugel tidak memiliki pengolahan dengan
pengadaan ventilasi gas dan terkadang dilakukan pembakaran namun
pembakaran tidak dilakukan secara merata.
Pemasangan pipa gas berupa pipa PVC berlubang (vertikal) yang
dilindungi oleh casing yang diisi kerikil, harus dilakukan secara
bertahap sesuai dengan ketinggian lapisan sel sampah. Letak pipa gas
agar berada pada jalur jaringan pipa lindi.
d. Green Barrier
Untuk mengantisipasi penyebaran bau dan populasi lalat yang tinggi,
maka perlu dibuat green barrier berupa area pepohonan disekeliling
TPA.Tebal green barrier kurang lebih 10 m (canopi). Hai ini tidak
terdapat di TPA Gunung Tugel.
e. Sumur Uji
TPA Gunung Tugel tidak memiliki sumur uji diperlukan untuk
mengetahui ada tidaknya pencemaran terhadap air tanah yang
disebabkan oleh adanya rembesan lindi dari dasar TPA (dasar TPA
tidak kedap, adanya retakan lapisan tanah, adanya kebocoran
geomembran.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengelolaan
Sampah Di Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ) Gunung Tugel Purwokerto (
Tinjauan Yuridis Undang-Undang No 18 tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah), maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tempat Pembuangan Akhir Sampah ( TPA ) Gunung Tugel belum dapat
memenuhi prosedur kelayakkan yang sesuai dengan Undang – Undang
No 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan sampah. Karena dalam hal ini
masih banyak kekurangan yang perlu lagi dibenahi. Seperti halnya teknik
pengelolaan sampah yang masih menggunakan teknik open dumping
yaitu teknik pembuangan sampah yang tertua dan paling sederhana yang
sering dipakai di Negara berkembang. Metode ini pada prinsipnya hanya
membuang sampah dan menumpuk begitu saja tanpa ada penutupan dan
pengelolaan lebih lanjut. Metode penumpukan ini menimbulkan banyak
masalah pencemaran diantaranya bau, kotor, mencemari air dan sumber
penyakit karena dapat menjadi tempat berkembangnya vektor penyakit
seperti lalat dan tikus. Sehingga daerah sekitar TPA Gunung Tugel sangat
bau seperti yang dikeluhkan oleh masyarakat sekitar.
2. Tempat Pembuangan Akhir Sampah ( TPA ) Gunung Tugel sudah tidak
layak dikarenakan timbunan sampah di TPA Gunung Tugel sudah
overcapacity dan perlu perluasan lahan agar tidak membahayakan
masyarakat sekitar, khususnya para pemulung yang mencari nafkah dari
sampah yang ada di TPA tersebut disebabkan menumpuknya timbunan
sampah yang menggunung.
B. Saran
1. Sampah yang berada di sekitar TPA Gunung Tugel sebaiknya dikelola lebih
lanjut seperti pendaur-ulangan sampah atau pemisahan sampah organik dan
anorganik agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan menjauhkan dari
sumber penyakit. Tidak hanya itu, untuk kelancarannya perlu adanya
pengawasan dari pemerintah yang sesuai dengan Undang – Undang No 18
Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah dan Perda Kabupaten Banyumas
No 35 Tahun 1995 Tentang Kebersihan dan Keindahan Lingkungan.
2. Memperluas daerah tempat pembuangan sampah sehingga timbunan sampah
tidak semakin membumbung tinggi akibat banyaknya sampah yang dikelola
sehingga tidak membahayakan masyarakat sekitar khususnya para pemulung.
3. Untuk pengelolaan sampah di Purwokerto antara swadaya masyarakat dengan
Pemda perlu ditingkatkan kerja sama dalam hal pengintesifkan kegiatan
penyuluhan serta dikembangkan dan ditingkatkannya pula sistem manajemen
operasionalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Literatur :
Azwar. 1990. Pengantar Ilmu Lingkungan.Mutiara Sumber Widya, Jakarta.
Bahar, Y. 1986. Teknologi Penanganan Dan Pemanfaatan Sampah. Waca Utama
Pramesti, Jakarta.
Djuli Murtadho dan Gumbira Said. 1988. Penanganan Dan Pemanfaatan Limbah
Padat, PT Melton Putra, Jakarta.
Emil Salim.1986. Pembangunan Berwawasan Lingkungan, LP3ES, Jakarta.
Hartono, I, G. 2000. Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan. Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Koesnadi Hardjasoemantri. 1993. Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada
University Press, Edisi ke-5, cetakan ke-10, Yogyakarta.
Ma’ruf Ahmad. 1992. Pengelolaan Sampah Pemukiman Yang Dikaitkan Dengan
Partisipasi Masyarakat, Lingkungan Dan Pembanguna, 171-182.
Otto Soemarwoto. 1994. Ekologi, Lingkungan Hidup Dan Pembangunan,
Djambatan, Jakarta.
Outterbridge, Thomas, B. (ED). 1991. Limbah Padat Di Indonesia Masalah Atau
Sumber Daya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Perpustakaan Departemen Kesehatan RI. 2009. Tata Ruang Tempat Pembuangan
Akhir. Diakses pada tanggal 02 Juni 2011.
Soerjono Soekanto. 1976. Beberapa Permasalahan Dalam Kerangka
Pembangunan Di Indonesia, Universitas Indonesia.
SNI 19-2454. 2002. Tata Cara Teknik Operasional Pegelolaan Sampah
Perkotaan. www.sanitasi.or.id. Diakses pada tanggal 25 juli 2011.
Soewedo Hadiwiyoto. 1983. Penanganan Dan Pemanfaatan Sampah, Idayu
Press.
Sudikno Mertokusumo. 1988. Pengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberti,
Yogyakarta.
Peraturan Perundang-undangan :
UNDANG – UNDANG NO 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH.
UNDANG – UNDANG NO 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.
UNDANG – UNDANG NO 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP.
KEPUTUSAN DIRJEN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN PENYEHATAN
PEMUKIMAN. DEPARTEMEN KESEHATAN NO. 281 TAHUN 1989 TENTANG
PERSYARATAN KESEHATAN PENGELOLAAN SAMPAH.
SNI NO. 03-3241-1997 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN LOKASI TPA.
PERDA KABUPATEN BANYUMAS NO 35 TAHUN 1995 TENTANG KEBERSIHAN DAN
KEINDAHAN LINGKUNGAN.
SK BUPATI NO.658.1/721/87 TAHUN 1987.