1
PERAN SEKOLAH MASJID TERMINAL (MASTER) DI DEPOK DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK JALANAN TINGKAT SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA (SMP)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh:
AJAMI SHOLICHIN
NIM. 109015000045
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014
2
3
4
5
ABSTRAK
Ajami Sholichin. Peran Sekolah Masjid Terminal (MASTER) di Depok Dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Jalanan Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Program Studi Sosiologi-Antropologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan ada atau tidaknya Peran
Sekolah Masjid Terminal (MASTER) di Depok Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak
Jalanan Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu penelitian
yang menggambarkan apa adanya suatu feneomena, yang ditunjang oleh data-data yang
diperoleh melalui penelitian lapangan berupa observasi, wawancara dan kuesioner secara
acak, metode ini digunakan untuk menelaah Peran Sekolah Masjid Terminal (MASTER) di
Depok Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek
penelitian adalah anak jalanan yang bersekolah di sekolah MASTER.
Keberadaan sekolah MASTER telah memberikan peran besar dalam meningkatkan
motivasi belajar mereka sebagai anak jalanan.Para anak jalanan beralasan bahwa selain
mendapatkan pelajaran formal mereka juga mendapatkan pelajaran lain seperti kesenian,
mengaji, daur ulang dan pelatihan skill lainnya.
Kata Kunci:
Peran, Motivasi Belajar, Anak Jalanan.
6
ABSTRACT
Ajami Sholichin, the roles of Masjid Terminal School (MASTER) in Depok to
increase public homeless child’s motivation learn of Junior High School, the study of
sociological anthropology program, the major of department sociology, at Faculty of
Tarbiyah and teacher’s training of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
This research aims to know and prove that neither are there nor are there of roles
Masjid Terminal School in Depok to increase public homeless child’s motivation learn of
Junior High School.
The method used in this research is qualitative method that research describing what
just there is a phenomenon which is supported by data resulted by a field researches are
observation, interview, and random questionnaire. The method used to research the roles of
Masjid Terminal School to increase motivation of learning. As becomes subject of research is
public homeless child who has school at Masjid Terminal School.
MASTERschoolexistencehasa big rolein increasingtheirmotivation to learnas astreet
child. The street children reasoned that in addition togetting formal lessons they also get the
other subjects such as art, chanting, recycling and other skills training.
Keywords:
The role, motivation learn, homeless child
7
KATA PENGANTAR
Assalamualakum Warohmatullahi Wabarokatuh
Syukur yang tiada terkira penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat meyelsaikan skripsi yang berjudul “Peran Sekolah Masjid
Terminal (MASTER) di Depok Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Jalanan Tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP)”. Shalawat berserta salam semoga tercurah kepada
baginda Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah mendidik umatnya dengan tarbiyah
keimanan, ilmu pengetahuan serta akhlakul karimah.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya masih terdapat banyak
kekurangan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Namun berkat dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak akhirnya penelitian pendidikan ini dapat terselesaikan. Oleh
karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyusun karya ilmiah ini. Ucapan terimakasih tersebut penulis
sampaikan kepada:
1. Dra. Nurlena Rifa‟i, MA.Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan IPS, beserta seluruh staff
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Drs. Syaripulloh, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Cut Dhien Nourwahida, MA, sebagai pembimbing yang telah berkenan meluangkan
waktu dan dan memberikan ilmu untuk memberikan pengarahan.
5. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, sebagai dosen Penasihat Akademik yang banyak
membantu serta membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Para dosen yang mengajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya yang
mengajar di Jurusan Pendidikan IPS.
7. Mamah tercinta Juhamimah, kakak dan kakak ipar khususnya (Kak Dini dan Kak
Dudi) yang senantiasa mendo‟akan, memberikan dukungan moril dan materil juga
pengertiannya atas kesibukan penulis selain kuliah.
8. Rosiyana Kartika yang telah memberikan motivasi besar sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
8
9. Alm. Kakek dan Nenek H. Juhamidi Rain dan Rukyah yang telah menjaga dan
mendidik penulis sejak kecil.
10. Sahabat-sahabati PMII se-Cabang Ciputat dan KOMFAKTAR khususnya juga PMII
nasional yang menjadi inspirator perjuangan.
11. Kawan-kawan HMI, KAMMI, IMM, dan GMNI se-Ciputat.
12. Teman-teman Jurusan IPS angkatan „09 khususnya kelas B : Cikal, Kober, Jorge,
Halimi, Beles, Wahyu DJ, Ichal, dll. Terimakasih telah menjadi pendengar dan teman
berbagi pengalaman yang terbaik.
13. Seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS yang telah membantu saya sehingga
karya ilmiah ini terselesaikan.
14. Teman-teman kost nomaden Fatah, Bowo, Yogi, Habib, Syarif, Ahdan, Ari AHK, Bus
Julis, Ucup atas suportnya yang begitu luar biasa.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara langsung
maupun tidak langsung yang turut memberikan dukungan dan do‟a dalam proses
penyusunan skripsi ini.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan adalah semata-mata
keterbatasan ilmu yang penulis miliki.
Jakarta, 28 Agustus 2014
Penulis
9
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... i
ABSTRACT................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 6
D. Perumusan Masalah .................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL ................ 8
A. Peran ................................................................................................. 8
1. Pengertian Peran .......................................................................... 8
B. Motivasi ........................................................................................... 9
1. Definisi Motivasi ......................................................................... 9
2. Macam-macam Motivasi .............................................................. 12
3. Fungsi Motivasi ........................................................................... 16
4. Tujuan Motivasi ........................................................................... 16
C. Belajar .............................................................................................. 17
1. Pengertian Belajar ....................................................................... 17
2. Ciri-ciri Prilaku Belajar ............................................................... 19
3. Tujuan Belajar ........................................................................... 20
D. Prestasi Belajar ................................................................................. 21
E. Anak Jalanan .................................................................................... 24
F. Penelitian Relevan ............................................................................ 27
G. Kerangka Berpikir ............................................................................ 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 30
10
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 30
B. Metode Penelitian .............................................................................. 30
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 31
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 31
E. Teknik Pengolahan Data ................................................................... 34
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................ 35
G. Teknik Analisis Data ......................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 40
A. Profil Sekolah MASTER ................................................................... 40
1. Sejarah Singkat Sekolah MASTER ............................................. 40
2. Identitas Lembaga ....................................................................... 41
3. Visi dan Misi .............................................................................. 42
4. Keadaan Relawan dan Tutor ....................................................... 42
5. Sarana dan Prasarana .................................................................. 46
B. Tahap Penelitian ............................................................................... 48
C. Analisis dan Pembahasan ................................................................... 49
D. Deskripsi Data .................................................................................. 51
1. Keadaan Fisik Sekolah MASTER .............................................. 52
2. Pendapat Guru bidang Studi IPS dan Siswa yang
Berlatar belakang Anak Jalanan ................................................. 52
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 62
A. Kesimpulan ....................................................................................... 62
B. Saran ................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 64
LAMPIRAN-LAMPIRAN
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu elemen yang penting bagi kehidupan manusia, karena
pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Dengan pendidikan dapat
dikembangkan potensi dan keterampilan yang ada pada diri manusia, baik berupa
kemampuan, pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mewujudkan cita-cita dang harapan
yang dinginkan. Oleh karenanya lembaga pendidikan memiliki tugas untuk mempersiapkan
terbentuknya individu-individu yang cerdas dan berkarakter (berakhlak mulia). Terbentuknya
kedua kriteria ini memungkinkan terwujudnya kehidupan sosial yang ideal, yang disamai
semangat mengembangkan potensi diri dan memanfaatkannya untuk mencapai kebahagiaan
lahir dan batin serta keselamatan dunia dan akhirat.
Hal di atas senada dengan amanat Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB II Pasal
3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa tujuan dan fungsi pendidikan
Nasional adalah “agar berkembangnya potensi peserta didik untuk menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggungjawab”.1
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1
Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”2
Ngalim Purwanto mengatakan dalam bukunya,”pendidikan ialah pimpinan yang
diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak,dalam pertumbuhannya
(jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat”.3
1 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
Ayat 1 (Bandung: Citra Umbara, 2006), hal. 71-72 3 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 20040,cet.
16,h. 10
12
Sekolah sebagai institusi pendidikan merupakan tempat berkumpulnya siswa yang
memiliki latar belakang yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Baik dari segi
ekonomi, adat istiadat, agama, keluarga, kepribadian, maupun dari segi bakat dan minatnya
masing-masing. Sehingga tidak mustahil akan timbul berbagai macam permasalahan yang
mereka alami dalam menjalani proses pendidikan.
Sekolah juga sebagai tempat untuk mewariskan nilai-nilai lahiriyah kebudayaandan
mentransformasikannya ke dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi (akhirat) kepada anak
didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, cerdas, kreatif, mandiri dan berguna bangi
bangsa dan negara dimasa yang akan datang.
Pembangunan di Indonesia hakikatnya merupakan upaya untuk merealisasikan cita-
cita luhur kemerdekaan, yakni untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. Di negara Indonesia ini nyatanya masih banyak terjadi permasalahan
sosial. Masalah-masalah sosial yang terjadi diantaranya adalah masih maraknya anak jalanan,
gelandangan, tuna susila, pengemis, dll.
Sesuai dengan UU RI No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak BAB II pasal 2
dikatakan bahwa:
“Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan
kasih sayang baik dalam keluarga maupun didalam asuhan khusus untuk tumbuh kembang
dengan wajar”4
Dalam undang-undang RI Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak,
menyatakan bahwa :
“tanpa terkecuali, siapapun yang termasuk dalam kategori anak berhak mendapatkan
hak-haknya sebagai anak”5
Banyaknya jumlah anak jalanan yang berada di berbagai sudut jalan, selain
memprihatinkan dari sisi kemanusiaan, disaat yang sama juga melahirkan permasalahan
sosial baru yang cukup meresahkan. Kendati disadari bahwa tidak semua anak jalanan
melakukan tindakan-tindakan yang sampai mengganggu ketertiban umum, namun tidak dapat
dipungkiri bahwa ada sebagian diantara mereka yang merusak citra anak jalanan secara
keseluruhan dengan tindakan mereka yang mengarah kepada perilaku kriminal, seperti
memalak pemilik mobil, merusak kendaraan, atau terlibat dalam kegiatan premanisme kecil-
kecilan.
4 http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_4_79.htm di akses pada tanggal 23 Juni 2014 pukul 17.00 WIB
5 http://www.kumham-jogja.info/karya-ilmiah/37-karya-ilmiah-lainnya/801-perlindungan-atas-hak-anak-
dalam-undang-undang-nomor-23-tahun-2002 diakses pada tanggal 23 Juni 2014 pukul 17.30 WIB
13
Dampak dari kurangnya perhatian khusus kepada anak akan menimbulkan masalah
sosial yang lebih kompleks misalnya penyalahgunaan NAPZA, terlibat kriminal dan penyakit
sosial lainnya. Kondisi yang menyebabkan timbulnya permasalahan pada anak khususnya
anak jalanan bukan hanya disebabkan oleh faktor tunggal terkait dengan keterdesakan
ekonomi, tetapi juga banyak faktor lain seperti kurangnya kesempatan mendapatakan
pendidikan, menurunnya tanggung jawab orangtua mereka ketika beban ekonomi
menghimpit dan seterusnya, sehingga kebutuhan jasmani, spiritual maupun sosial mereka
tidak terpenuhi secara wajar. Masalah anak jalanan semakin nampak dalam situasi minimnya
sumber daya yang dimiliki oleh keluarga dan masyarakat untuk menghadapi permasalahan
sosial seperti kemiskinan dan kebodohan. Banyak orang tua tidak sanggup memenuhi fungsi
sosialnya dengan baik dalam mendidik, melindungi dan mengembangkan anak-anak mereka.
Padahal di periode perkembangannya, anak membutuhkan orang lain dan orang lain yang
paling utama dan pertama bertanggung jawab adalah orang tua sendiri.6
Dalam melakukan pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak, perlu peran
masyarakat, baik melalui lembaga pelayanan dan perlindungan anak, lembaga keagamaan,
lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha,
media massa, dan lembaga pendidikan serta dengan program-program yang medukung dan
sesuai dengan kebutuhan anak. Seperti memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk
pemenuhan kebutuhan anak dan mempersiapkan masa depannya sehingga menjadi
masyarakat yang produktif melalui program rumah singgah yang dilakukan oleh pemerintah.
Dimana bagi mereka disediakan rumah penampungan dan pendidikan.
Sebelum pihak pemerintah dan swasta berpartisipasi, sebenarnya sudah banyak
lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berupaya menjawab kebutuhan anak jalanan
dengan mendirikan yayasan sosial, contohnya Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. Melalui
sekolah MASTER nya yaitu anak-anak jalanan yang berada di sekitar kota Depok dengan
bebagai latar belakang dan mempunyai tempat berlindung sekaligus memanfaatkan akses
yang tersedia untuk memperoleh pelayanan sosial dibidang pendidikan. Yayasan Bina Insan
Mandiri sebagai lembaga yang melakukan pemberdayaan melalui pendidikan luar sekolah
memiliki peran penting bagi kehidupan anak-anak jalanan, sesuai fungsinya antara lain
sebagai tempat terbuka bagi anak jalanan untuk berlindung, beristirahat dan belajar. Yayasan
Bina Insan Mandiri juga berupaya untuk mengembalikan anak-anak jalanan itu kembali pada
kehidupan normal seperti anak-anak lain yang sebaya dengan mereka.
6 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1975) h.5
14
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisa seberapa
besar peran lembaga tersebut dalam meningkatkan motivasi belajar anak jalanan dalam
tingkatan Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang akan diuji melalui sebuah penelitian.
Adapun judul penelitian ini adalah : PERAN SEKOLAH MASJID TERMINAL
(MASTER) DI DEPOK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK
JALANAN TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka di temukan beberapa masalah
diantaranya :
1. Masih banyak terdapat anak jalanan dan anak kurang mampu yang belum
mendapatkan pendidikan yang layak.
2. Dibutuhkannya lembaga pendidikan yang dapat menaungi semua kalangan
khususnya bagi anak jalanan dan anak dari keluarga kurang mampu (dhuafa).
3. Perlunya suatu cara untuk meningkatkan motivasi belajar anak jalanan
4. Banyaknya faktor-faktor yang menyebabkan anak jalanan kurang antusias dalam
hal pendidikan.
C. Pembatasan masalah
Mengingat banyaknya masalah yang penulis ungkapkan, maka penelitian ini
memerlukan spesifikasi kajian agar penelitian lebih fokus. Oleh karena itu penulis membatasi
permasalah yaitu Peran sekolah MASTER sebagai salah satu lembaga pendidikan yang
peduli terhadap anak jalanan, berusaha meningkatkan motivasi belajar anak jalanan
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah adalah Bagaimana
peran sekolah Master dalam meningkatkan motivasi belajar anak jalanan khususnya di
tingkat sekolah menengah pertama (SMP) ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dapat penulis sebutkan yaitu Mengetahui seberapa besar peran sekolah
Master dalam meningkatkan motivasi belajar anak jalanan khususnya di tingkat sekolah
menengah pertama (SMP).
15
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Pembangunan pengetahuan bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan ilmu
pengetahuan sosial yang di dalamnya juga mengkaji berbagai macam permasalahan
sosial, yang salah satunya adalah anak jalanan.
2. Berguna bagi Sekolah Master untuk dapat meningkatkan kualitas motivasi belajar
menjadi lebih baik ke depannya.
3. Pemerintah kota dalam upaya meningkatkan pendidikan dan mengurangi gejala sosial
khususnya anak jalanan.
4. Masyarakat khususnya bagi mereka yang masih mendapatkan kesulitan dan
permasalahan dalam mendapatkan fasilitas pendidikan.
16
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Peran
1. Pengertian Peran
Peranan menurut Soerjono Soekanto adalah aspek dinamis dari kedudukan (status).
Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,
maka dia menjalankan suatu peranan.7
Peranan adalah lakon yang dimainkan oleh seorang pemain. Maksud peran dalam hal
ini adalah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas semua petugas dari kerjaan
atau jabatan tertentu. Peranan artinya “Suatu bagian memegang pimpinan yang terutama
(terjadinya suatu hal atau peristiwa)” misalnya tenaga ahli dan buruh yang memegang
peranan penting dalam pembangunan negara.
Pembedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu
pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu bergantung dengan
yang lain, dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa
peranan.8
Kemudian penulis mengaitkan pengertian di atas dengan sekolah, dimana sekolah
sebagai salah satu lembaga pendidikan telah memberikan pengaruh besar tidak hanya
dalam aspek ilmu pengetahuan dan moral. Akan tetapi juga dalam aspek peningkatan
motivasi dan semangat belajar siswa yang nantinya akan berpengaruh pada prestasi
belajar siswa.
B. Motivasi
1. Definisi motivasi
Istilah “motivasi berasal dari kata movere (latin) yang berarti menggerakkan, oleh
karena itu motivasi sering disebut sebagai penggerak perilaku (The Energizer of
Behaviour).”9
7 Soerjono Soekanto, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Jakarta: Rajawali Grafindo Utama, 2005), h. 243 8 ibid. Hal. 243 9 Irwanto, dkk, Psikologi Umum, Buku Panduan Mahamahasiswa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
1997), h. 95
17
Ames dan Ames(1984) menjelaskan motivasi dari pandangan kognitif. Menurut
pandangan ini, motivasi sebagai perspektif yang dimiliki seorang mengenai dirinya
sendiri dan lingkungannya sebagai contoh seorang mahasiswa yang percaya bahwa
dirinya memiliki kemampuan yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas akan
termotivasi untuk melakukan tugas tersebut. Konsep diri yang positif ini menjadi
motor penggerak bagi kemauannya. Motivasi dapat juga diartikan dengan segala
sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong
seseorang untuk memenuhi kebutuhan.10
Motivasi juga dapat diartikan “sebagai dorongan atau kekuatan dari dalam diri
seseorang yang mendorong orang untuk bertingkah laku atau berbuat sesuatu untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.”11
Dalam referensi lain motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia
ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Menurut Gleitman, yang
dikutip oleh Muhibbin Syah, “motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk
bertingkah laku secara terarah”.12
Sedangkan menurut Mc. Donald, yang dikutip oleh Sardiman A.M Bahwa motivasi
adalah “perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.”13
Menurut Vroom, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, “motivasi mengacu kepada
suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk
kegiatan yang dikehendaki.”14
Menurut John P. Campbell dan kawan-kawan yang dikutip oleh Ngalim Purwanto
mengemukakan bahwa motivasi mencakup di dalamnya arah atau tujuan tingkah laku,
kekuatan respon, dan kegigihan tingkah laku. Di samping itu, istilah itu pun
mencangkup sejumlah konsep seperti dorongan (drive), kebutuhan (need), rangsangan
10 http://tirman.wordpress.com/motivasi-dalam-pembelajaran/ diakses pada tanggal 12 Juni 2014 pukul 18.30
WIB 11 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangannya, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya,
2001), Cet. III, h. 128 12 Muhibbin Syah, Psikologi Dosenan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002),
Cet. VII, h. 136 13 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV Rajawali, 1990), h. 73 14 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2011), Cet. 25, h. 72
18
(incentive), ganjaran (reward), penguatan (reinforcement), ketetapan tujuan (goal
setting), harapan (expectancy).15
Menurut berbagai definisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu
menggerakkan, mengarahkan dan menopang tingkah laku manusia
1. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu memimpin seseorang
untuk bertindak dengan cara tertentu.
2. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku dengan demikian ia juga
menyediakan suatu orientasi tujuan tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
3. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan
intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.16
Jadi menurut para ahli yang telah disebutkan di atas bahwa, motivasi itu adalah
kekuatan yang ada pada diri seseorang yang mendorong untuk bertingkah laku atau
berbuat sesuatu yang mencapai tujuan tertentu dan dapat juga dikatakan serangkaian
usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi itu sebagai
sesuatu yang kompleks. motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi
yang ada pada diri manusia, sehingga akan menimbulkan persoalan gejala kejiwaan,
perasaan, dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini
didorong karena adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan. Atau dapat pula diartikan
sebagai kekuatan-kekuatan atau tenaga yang dapat memberikan dorongan kepada
kegiatan belajar mahasiswa.
Motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan atau mendorong siswa untuk belajar atau
menguasai materi pelajaran yang sedang diikutinya. Tanpa motivasi, siswa tidak akan
tertarik dan serius dalam mengikuti pelajaran. Sebaliknya, dengan adanya motivasi yang
tinggi, siswa akan tertarik dan terlibat aktif bahkan berinisiatif dalam proses
pembelajaran. Dengan motivasi yang tinggi siswa akan berupaya sekuat-kuatnya dengan
menempuh strategi yang positif untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.
2. Macam-macam Motivasi
15 Ibid, h. 72
16 Ibid, h. 72
19
Pendapat mengenai klasifikasi motif itu ada bermacam-macam. Beberapa yang
terkenal diantaranya adalah yang dikemukakan berikut ini:
Menurut Sartain, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, motif-motif itu d apat
dibedakan menjadi dua golongan sebagai berikut:
1. Physiological drive ialah: dorongan-dorongan yang bersifat fisik/jasmaniah,
seperti lapar, haus, seks dan sebagainya.
2. Social motives ialah: dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan
orang/manusia yang lain, seperti: dorongan estetis, dorongan ingin selalu
berbuat baik.17
Menurut Woodwort, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, membagi motif-motif
menjadi dua bagian, diantaranya:
Unlearned motives (motif-motif pokok yang tidak dipelajari) dan learned
motives (motif-motif yang dipelajari). Motif yang tidak dipelajari merupakan motif
yang pokok yang biasa disebut drive (dorongan). Yang termasuk kedalam unlearned
motives ialah motif-motif yang timbul disebabkan oleh kekurangan-kekurangan dalam
tubuh seperti: lapar, haus, sakit dan sebagainya.18
Kemudian Woodworth dan Marquis menggolongkan motif-motif menjadi tiga
macam yaitu:
1. Kebutuhan-kebutuhan organis, yaitu motivasi yang berkaitan dengan
kebutuhan-kebutuhan dalam, seperti makan, minum, tidur dan sebagainya.
2. Motivasi darurat (Emergency motive) yang mencakup dorongan untuk
menyelamatkan diri (Escape motive), dorongan untuk berusaha, dorongan
untuk membalas (Combat motive).
3. Motivasi obyektif, yaitu motivasi yang diarahkan kepada objek atau tujuan
tertentu di sekitar kita mencakup kebutuhan untuk eksplorasi, manipulasi,
menaruh minat (Interest). Motif-motif ini muncul karena adanya dorongan
untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.19
Motivasi juga dapat dibedakan menjadi dua macam :
a. Motivasi Instrinsik.
Motivasi Instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa
sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam
motivasi instrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya
17 Ibid, h. 62 18 Ibid, h. 62 19 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangannya, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya,
2001 ), Cet. III, h. 130
20
terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang
bersangkutan.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa
yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.20
Ada beberapa cara meningkatkan motivasi belajar dalam kegiatan belajar di
sekolah, misalnya saja seperti yang diungkapkan A.M. Sardiman yaitu :
a. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa
yang justru untk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang dikejar hanyalah
nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para
siswa merupakan motivasi belajar yang kuat. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa
pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati dan
bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya
bukan sekedar kognitifnya saja.
b. Hadiah
Hadiah dapat menjadi motivasi belajar yang kuat, dimana siswa tertarik pada
bidang tertentu yang akan diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan
untuk suatu pekerjaan yang tidak menarik bagi siswa.
c. Kompetisi
Persaingan, baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk
meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa akan
menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik.
d. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar memaksakan pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu
bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja keras siswa dapat terlibat
secara kognitif yaitu dengan mencari cara untuk dapat meningkatkan motivasi
belajar.
e. Memberi Ulangan
20 Ibid,hal.131
21
Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakannya ulangan. Tetapi
ulangan jangna terlalu sering dilakukan karena akan membosankan dan akan
hanya menjadi rutinitas belaka.
f. Mengetahui hasil
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi belajar anak.
Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih
giat. Apalagi jika hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha
mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk dapat meningkatkannya.
g. Pujian
Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu
diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan
memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu
yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan
mempertinggi motivasi belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
h. Hukuman
Hukuman dalah bentuk reinforcment yang negatif, tetapi jika diberikan secara
tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat motivasi belajar anak. Khusus untuk
pendidikan terdapat sejumlah asas yang memberi arah dalam merancang dan
melaksanakan pendidikan dengan semboyan :
Ing ngarsa sung tulada (jika di depan, menjadi contoh), Ing madya mangun karsa
(jika di tengah-tengah, membangkitkan kehendak, hasrat atau motivasi), dan Tut
wuri handayani (jika dibelakang, mengikuti dengan awas).21
3. Fungsi Motivasi
Diantara fungsi motivasi adalah sebagai berukut :
a. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Penentu arah perbuatan yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
21 Umar Tirtarahardja, et.al. Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta 2005) Cet 1. Hal. 118
22
c. Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi
senantiasa selektif dan terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.22
Jadi menurut para ahli fungsi motivasi itu ada tiga yaitu sebagai pendorong perbuatan,
pengarah perbuatan, dan penyeleksi perbuatan, dan motivasi pulalah yang mendorong
seseorang untuk melakukan kegiatan.
Maka dapat disimpulkan bahwasannya motivasi itu sangat diperlukan oleh seseorang,
karena motivasi mempunyai fungsi sebagai pendorong, pengarah dan penyeleksi
perbuatan yang dengan ketiga fungsi itu seseorang mendapat tujuan yang diinginkannya.
4. Tujuan Motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa “tujuan motivasi adalah untuk atau
mengarahkan seseorang agar timbul keinginan dan kemampuannya untuk melakukan
sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.”23
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan motivasi adalah mengarahkan seseorang untuk
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.
C. Belajar
1. Pengertian Belajar
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih
dahulu akan dikemukakan beberapa definisi belajar.
“Definisi belajar menurut para ahli:
a. Hilgard dan Bower, dalam buku Ngalim Purwanto mengemukakan, Belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang
dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan
atau dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-
keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya),
b. Gagne, dalam buku Ngalim Purwanto menyatakan bahwa, Belajar terjadi
apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia
mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.
c. Morgan,dalam buku Ngalim Purwanto mengemukakan, Belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman.
d. Witherington, dalam buku Ngalim Purwanto mengemukakan, Belajar adalah
suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola
22 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 75 23 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, h. 73
23
baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian,
atau suatu pengertian.”24
Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas dapat dikemukakan adanya
beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa
:
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu
dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan
mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman,
dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau
kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan
yang terjadi pada diri seorang bayi.
c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relative mantap, harus
merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.
d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai
aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti : perubahan dalam pengertian,
pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun
sikap.25
Menurut Ngalim Purwanto Belajar adalah “seperangkat proses kognitif yang
mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi
kapabilitas baru. Menurut gangne belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu
kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar”.26
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, maka
dikemukakan menurut beberapa definisi :
1. Igard dan Bower mengemukakan. Belajar berhubangan dengan perubahan
tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang – ulang dalam situasi itu, dimana perubahan
tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon
pembawaan, kematangan, atau keadaan – keadaan sesaat seseorang.
2. Morgan mengemukakakn belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
24 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 84. 25 Ibid, h.85 26 Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010) hal,84
24
3. Witherington, mengemukakan belajar adalah suatu perubahan didalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi
yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.
4. Menurut Gagne belajar adalah merupakan kegiatan yan kompleks. Hasil
belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai.”27
Berdasarkan pengertian belajar di atas maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang yang
disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang yang menyangkut aspek
kepribadian, baik fisik maupun psikis.
2. Ciri-Ciri Prilaku Belajar
Adapun ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang
penting adalah :
a. Perubahan intensional dalam arti bukan pengalaman atau praktik yang
dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan.
b. Perubahan positif dan aktif dalam arti baik, bermanfaat, serta sesuai dengan
harapan. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya
seperti karena proses kematangan, tetapi karena usaha siswa itu sendiri.
c. Perubahan efektif fungsional dalam arti perubahan tersebut membawa
pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa. Perubahan proses belajar
fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila
dibutuhkan, perubahan tersebut dapat diproduksi dan dimanfaatkan.28
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu
proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang karena adanya pengalaman-
pengalaman dan setiap orang memeiliki pengalaman yang berbeda-beda. Perubahan-
perubahan disini misalnya perubahan dalam aspek emosional, sikap, kebiasaan,
pengetahuan, jasmani dan lain sebagainya.
3. Tujuan belajar
“Belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang benar
– benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang
belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan atau
pembentukan tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar yang positif serta dapat
dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar mengajar
disekolah.”29
27 Ibid hal, 84 28 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelaran, (Yogyakarta : Multi Pressindo, 2013), h.6. 29 Alisuf sabri, psikologi pendidikan, ( Pedoman Ilmu Jaya : Jakarta, 1995 ) hal, 58
25
Menurut taksonomi Bloom yaitu “tujuan belajar siswa diarahkan utuk mencapai
ketiga ranah : kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan belajar kognitif untuk
memperoleh pengetahuan”.30
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah tercapainya tiga aspek dalam
diri seseorang baik itu ranah kognitif, afekif, maupun psikomotorik, sebagai hasil dari
proses belajar.
D. Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Untuk
memudahkan dalam memahaminya, maka penulis uraikan satu persatu apa itu prestasi dan
apa itu belajar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan prestasi adalah “Hasil
yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya”.31
Menurut Suharsimi Arikunto,
“Prestasi adalah hasil kerja yang keadaannya sangat kompleks”.32
Dengan demikian prestasi adalah hasil usaha yang dilakukan seseorang setelah
melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan.
Adapun belajar menurut pengertian secara psikologis, merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai suatu hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan
nyata dalam suatu aspek tingkah laku.
Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.”33
Menurut Aykaz Azhari, “Belajar merupakan proses perubahan perilaku atau pribadi
berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.”34
Morgan mengemukakan pengertian belajar
30 Alisuf sabri, psikologi pendidikan, ( Pedoman Ilmu Jaya : Jakarta, 1995 ) hal, 58 31 Kamus Besar Bahasa Indonesia, offline, v1.1 32 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2002) cet. Ke-1 hal. 4 33 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003) cet. Ke-4
hal.2 34 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta : Teraju, 2004) cet. Ke-1 hal. 122
26
adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman.35
Menurut Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa “Belajar adalah serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai suatu hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyakgkut kognitif,
afektif, dan psikomotorik.”36
Belajar (learning), sering kali didefinisikan sebagai perubahan yang secara relatif
berlangung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-
pengalaman..”37
Dengan beberapa definisi di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan tentang
definisi prestasi belajar merupakan hasil yang telah diperoleh siswa setelah melaksanakan
kegiatan belajar mengajar, baik berupa pengetahuan, sikap ataupun keterampilan. Hasil
belajar siswa itu biasanya dinyatakan dalam bentuk angka (skor) atau kalimat yang ditulis
guru dalam buku prestasi belajar siswa (raport).
Prestasi belajar siswa adalah hasil dari upaya dan daya yang tercermin dari partisipasi
belajar yang dilakukan siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang diajarkan oleh guru,
sebagaimana telah dijelaskan di depan, kuat dan lemahnya partisipasi belajar yang dilakukan
siswa dalam belajar bergantung pada seberapa kuat motivasinya dalam belajar. Semakin kuat
motivasi tersebut semakin kuat pula upaya dan daya yang dikerahkannya untuk berpartisipasi
dalam belajar. Sebaliknya, lemahnya motivasi akan melemahkan upaya dan dayanya untuk
belajar.
Refleksi diri dan penemuan jati diri itu penting sekali bagi kesadaran manusia, agar
dia tidak menjadi makhluk armorf tanpa bentuk, dan lupa daratan tanpa kesadaran, sebab
tidak tahu lagi purwaduksina (awal dan akhir keberadaannya). Sebaliknya refleksi diri dan
pengenalan jati diri itu mendorong orang untuk menyadari hak, kewajiban dan
status/kedudukannya di tengah kaum serta bangsanya. Dan bahwa eksistensi hidupnya itu
35 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1990), cet. Ke-5 hal. 84 36 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta :PT. Rineka Cipta, 2002) cet. Ke-1 hal.13 37 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2009) Hal.
205
27
harus selalu diperjuangkan secara terus-menerus sampai akhir hayat, lewat proses belajar dan
mendidik diri sendiri.38
Berprestasi merupakan bagian yang menyatu dalam kehidupan manusia, ada yang
tinggi dan ada yang rendah. Untuk memenuhi kebutuhan itu mereka berusaha dengan
berbagai cara. Cara yang sering dilakukan adalah belajar. Melalui cara ini orang akan
memperoleh kemampuan kognitif, afektif dan psimator. Melalui cara ini, siswa akan mudah
mencapai keunggulan atau kesuksesan yang mereka idamkan.
Yang dimaksud prestasi disini adalah usaha yang dilakukan oleh individu dalam
kegiatan belajar, baik yang dilakukannya sendiri maupun melalui bimbingan orang lain
sehingga mencapai hasil yang optimal. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa prestasi adalah
hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan, diciptakan, dan menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan bekerja individual maupun kelompok dalam suatu bidang tertentu.
E. Anak Jalanan
Anak jalanan atau sering disingkat ANJAL adalah sebuah istilah umum yang
mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih
memiliki hubungan dengan keluarganya. Tapi hingga kini belum ada pengertian anak jalanan
yang dapat dijadikan acuan bagi semua pihak. Di tengah ketiadaan pengertian untuk anak
jalanan, dapat ditemui adanya pengelompokan anak jalanan berdasar hubungan mereka
dengan keluarga. Pada mulanya ada dua kategori anak jalanan, yaitu anak-anak yang turun ke
jalanan dan anak-anak yang ada di jalanan. Namun pada perkembangannya ada penambahan
kategori, yaitu anak-anak dari keluarga yang ada di jalanan.
Pengertian untuk kategori pertama adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan
ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok
anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan
senantiasa pulang ke rumah setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi
dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara
pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.
38 Dr. Kartini Kartono, Tujuan Pendidikan Nasional, (PT. Pradnya Paramita, 1997) h.7
28
Kategori kedua adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar
waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan
orangtua atau keluarganya.
Kategori ketiga adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan
yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.
Kategori keempat adalah anak berusia 5-17 tahun yang rentan bekerja di jalanan, anak
yang bekerja dijalana, dan/atau yang bekerja dan hidup dijalanan yang menghabiskan
sebagaian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari.
Seorang anak yang mempunyai cita-cita yang tidak tercapai, karena ada sebuah faktor
perekonomian keluarga, sehingga mereka mencarai uang tambahan jajan dengan cara
mengamen di jalan dll.39
Fenomena anak jalanan di negara berkembang berkaitan dengan kemiskinan. Anak-
anak tidak bisa memenuhi kebutuhan dasarnya, yaitu bersekolah. Keterlantaran terjadi karena
kelalaian dan atau ketidakmampuan orang tua dan atau keluarga melaksanakan
kewajibannya, sehingga kebutuhan jasmaniah, rohaniah, maupun sosial mereka tidak
terpenuhi secara wajar. Masalah keterlantaran semakin nampak dalam situasi
tebatasnya/minimalnya ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga dan
masyarakat untuk mengatasi permasalahan sosial.
Anak jalanan dilihat dari sebab dan itensitas mereka berada di jalanan memang tidak
dapat disamaratakan. Dilihat dari sebab, sangat dimungkinkan tidak semua anak jalanan
berada dijalan karena tekanan ekonomi, boleh jadi karena pergaulan, pelarian, tekanan orang
tua, atau atas dasar pilihannya sendiri. Hal ini senada juga dengan yang diungkapkan oleh
Saparinah Sadli bahwa ada berbagai faktor yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap
timbulnya masalah gelandangan, antara lain : faktor kemiskinan (struktural dan pribadi),
faktor yang berhubungan dengan urbanisasi dan masih ditambah lagi dengan faktor pribadi
seperti tidak disiplin, biasa hidup sesuai dengan keinginannya sendiri dan berbagai faktor
lainnya.40
39 http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_jalanan. Artikel diakses pada 12 Juni 2014
40 Armai Arief, “Upaya Pemberdayaan Aanak Jalanan” Artikel diakses pada 12 Juni 2014 dari
www.bpk.go.id/publikasi/mp87102002xxii55.pdf
29
Sementara itu KPAI berpandangan bahwa akar persoalan anak terlantar dan anak
jalanan adalah ketidakberdayaan orang tua dan kebijakan negara dan seluruh sektor yang
membuat mereka terpuruk menjadi kelompok yang terpuruk dan termajinalisasi.41
Untuk memahami anak jalanan secara utuh, kita harus mengetahui definisi anak
jalanan. Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan adalah “anak yang sebagian
besar menghabiskan wattunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-
tempat umum lainnya”.42
Sedangkan menurut Paulo Freire, anak jalanan adalah ‟anak laki-laki maupun
perempuan yang berusia 7 sampai 17 tahun, yang hidup di jalanan dan bekerja untuk
memenuhi kebutuhan dirinya maupun keluargamya‟.43
UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan yaitu : street child are those who
have abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen
years of age, and have drifted into nomadic street life (anak jalanan merupakan anak-anak
berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan
lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan
raya)44
F. Penelitian Relevan
Ada beberapa penelitian yang mengangkat tentang Sekolah MASTER dan Anak
Jalanan diantaranya adalah:
1. Skripsi yang berjudul Persepsi Anak Jalanan Terhadap Pendidikan Formal, yang ditulis
oleh Dian Safitri dengan nomer induk 105015000631 merupakan mahasiswa FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa persepsi anak jalanan
terhadap pendidikan adalah penting. Akan tetapi pentingnya pendidikan tadi seolah
terkesampingkan apabila kebutuhan perut mereka belum terpenuhi. Di samping biaya
pendidikan yang juga mahal akan berbanding pula dengan kebutuhan makan sehari-hari
41 http://www/rakyatmerdeka.co.id/news/2010/03/22/90009/Gila,-Jumlah-Anak-Terlantar-17-Juta 42 Departemen Sosial RI Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Direktorat, Petunjuk Teknis Pelayanan Sosial Anak Terlantar di luar panti (Jakarta : DEPSOS Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak,
2005), h.1 43 Deasy Ria Santi, “Asistensi Belajar Dalam Program Street Based Anak Jalanan”, (FISIP Universitas
Indonesia, 2002), h. 24 44 Armai Arief, “Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan” Artikel diakses pada 12 Juni 2014 dari
www.bpk.go.id/publikasi/mp87102002xxii55.pdf
30
yang terkadang masih kurang. Sehingga mereka lebih mementingkan kebutuhan makan
terlebih dahulu dibandingkan dengan kebutuhan pendidikan.45
2. Skripsi yang berjudul Pemberdayaan anak jalanan melalui rumah singgah (studi
kebijakan penanganan anak jalanan di Indonesia), yang ditulis oleh Bakhrul Khair Amar
dengan nomer induk 6900520099 merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Indonesia. Dalam Penelitian ini adalah studi kebijakan tentang
pemberdayaan anak jalanan melalui Rumah Singgah . Pendekatan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini digunakan
karena peneliti ingin mendiskripsikan penanganan Anak Jalanan di Indonesia yang
menjadi perbandingan dengan negara- negara seperti Afganistan, Bangladesh, Nepal,
Pakistan, Srilangka, Filipina, Brazil, temyata Indonesia mempunyai perspektif yang
berbeda dengan penanganan anak jalanan yang dilakukan di berbagai Negara, dan daiam
mendefinisikan anak jalanan. Upaya penanganan anak jalanan, perlu melibatkan banyak
pihak, profesi dan disiplin ilmu karena masalah anak jalanan merupakan hasil dan
penghasil bagi masalah sosial lainnya. Rumah Singgah Anak Jalanan merupakan salah
satu bentuk usaha penanganan permasalahan sosial, terutama anak-anak jalanan.46
G. Kerangka Konseptual
Dalam proses belajar adakalanya siswa dipengaruhi oleh faktor intelegensi,
kreativitas, dan motivasi belajar siswa itu sendiri. Hasil belajar siswa akan tercapai apabila
didalam dirinya timbul suatu keinginan untuk berhasil. Sikap ini menampakkan adanya
keinginan pengembangan diri, penggalian potensi diri dan juga penghargaan karena ia
mampu dan berprestasi. Hasil belajar akan lebih optimal apabila siswa belajar dilandasi
dengan motivasi yang kuat. Motivasi memungkinkan seseorang dengan sukarela mau belajar,
karena terdapat dorongan dan kekuatan yang menyebabkan siswa belajar. Makin kuat
motivasi seseorang dalam mempelajari suatu mata kuliah, makin tinggi pula hasil yang
dicapai oleh siswa tersebut. Ciri siswa yang memiliki motivasi belajar dapat diamati pula dari
kesungguhan belajarnya yang dapat diamati dari indikator inisiatif belajar, keuletan, dan
komitmen belajar.
Motivasi belajar yang kuat perlu dimiliki oleh siswa mengingat dengan adanya
motivasi seseorang akan melakukan kegiatan belajar yang dilandasi oleh suatu kesadaran,
dengan memiliki motivasi belajar, maka mahasiswa akan lebih giat belajar dalam menggali
45 Dian Safitri, Persepsi Anak Jalanan Terhadap Pendidikan Formal ( FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta) 2009. 46 Bakhrul Khair Amar, Pemberdayaan anak jalanan melalui rumah singgah (studi kebijakan penanganan
anak jalanan di Indonesia) (FISIP Universitas Indonesia) 2002.
31
ilmu-ilmu yang diajarkan di sekolah. Dan intensitas belajar siswa sangat menentukan hasil
belajarnya, artinya semakin tinggi motivasi belajar mahasiswa akan menaikkan hasil belajar
dalam mempelajari pelajaran yang diajarkan di sekolah. Kemudian sekolah MASTER
sebagai salah satu lembaga pendidikan memberikan peran penting dalam meningkatkan
motivasi belajar siswanya yang diantara mereka terdapat siswa yang dikategorikan sebagai
anak jalanan. Dengan demikian, diduga terdapat hubungan positif dan signifikan antara peran
sekolah MASTER dalam meningkatkan motivasi belajar anak jalanan di tingkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP).
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Sekolah
MASTER
Penarikan
Kesimpulan
Pengolahan dan
analisis data
Wawancara
Pengamatan
(Observasi)
Anak Jalanan
Motivasi Belajar
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
H. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di sekolah Masjid Terminal (MASTER) Yayasan
Bina Insan Mandiri Depok. Obyek penelitian adalah anak jalanan yang masih aktif
bersekolah di sana khususnya tungkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) , dan subjek
penelitian adalah peningkatan motivasi belajar anak jalanan. Waktu penelitian dilakukan pada
semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.
I. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang hasilnya
berupa data deskriptif melalui pengumpulan fakta-fakta dari kondisi alami sebagai sumber
langsung dengan instrumen dari peneliti sendiri. “Metode penelitian yang berlandasan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi yang alamiah, melalui
pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumentasi.”47
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata menjelaskan penelitian kualitatif
(qualitative research) sebagai suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap,kepercayaan, persepsi, pemikiran
orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi tersebut digunakan untuk
menemukan prinsip-prinsip danpenjelasan yang menuju pada kesimpulan.”48
Penelitian kualitatif bersifat induktif, maksudnya peneliti membiarkan permasalahan-
permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Kemudian data
dihimpun dengan pengamatan yang seksama, meliputi deskripsi yang mendetil disertai
catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam (interview), kuesioner serta hasil analisis
dokumen dan catatan-catatan.
J. Populasi dan Sampel
47 Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, da R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet.
X, h. 15. 48 Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2005), h. 60.
33
Dalam penelitian kualititif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley
dinamakan sosial situation atau situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen yaitu: tempat
(place), pelaku (actors), dan aktivitas (actvity) yang berintegrasi secara sinergis.”49
Situasi
penelitian tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin dipahami secara
lebih mendalam mengenai apa yang terjadi didalamnya. Dalam penelitian ini penulis
menganalisis pengaruh sekolah Master terhadap motivasi belajar anak jalanan.
Sampelnya adalah sebagian atau wakil dari populasi.50
Sampel dalam penelitian ini
penulis menggunakan sebagai sumber data yang dianggap mengetahui tentang populasi atau
objek penelitian, dan untuk menentukan sampel tersebut peneliti menggunakan random
sampling dimana sampel pada penelitian ini sebanyak 5 orang yang diwawancara dan 30
orang siswa untuk angket yaitu siswa dan siswi SMP MASTER Depok.
K. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data penelitian, maka penulis melakukan tahap pengumpulan
data berikut ini:
1. Dokumentasi
Digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non-manusia, yang terdiri dari
dokumen dan foto.”51 Adapun dokumen yang diperlukan sebagai berikut :
Tabel 3.1 Data Dokumentasi
No Jenis Dokumen Keterangan
01 Data kesiswaan
Jumlah kelas
√
√
02 Data keterangan
Guru
√
√
49 Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, da R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet.
X, h. 297 – 298.
50 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Asdi Mhasatya),
cet-13, h.13. 51
Syamsuddin dkk, metode penelitian pendidikan bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet. II, h. 108
34
03 Sarana dan Prasarana
Fasilitas
Gedung dan ruangan yang ada
√
√
√
04 Manajemen
Rumusan visi dan misi
Motto dan slogan sekolah
Kurikulum dan pengembangannya
Prestasi yang pernah diraih baik
akademik maupun non akademik
√
√
√
√
√
05 Sejarah sekolah
Catatan perkembangan
Penelitian yang telah dilakukan sekolah
Penghargaan atau akreditasi sekolah
√
√
√
√
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan. Tujuan dilakukan wawancara
untuk memperoleh konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas,
organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan sebagainya.”52
Penulis mengadakan wawancara dengan objek penelitian yaitu guru dan anak
jalanan yang bersekolah di sekolah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok,
tujuannya untuk mengetahui latar belakang faktor yang memperngaruhi motivasi
belajar, pada pelaksanaan pedomannya pada format wawancara yang sudah
tersusun.
3. Observasi
Observasi menurut Hadari Nawawi dan Martin Hadari, “metode observasi
52Ibid., h. 94.
35
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala–gejala pada objek penelitian.
Unsur-unsur yang tampak disebut dengan data atau informasi yang harus diamati
dan dicatat secara benar dan lengkap.”53
Dengan teknik ini, maka Peneliti melakukan observasi pada lingkungan sekolah
Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok dengan memperhatikan kebiasaan
sehari-hari anak jalanan.
Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini dapat disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 3.2 Kisi-kisi observasi
No Ragam situasi yang
diamati
Keterangan
01 Keadaan fisik :
Situasi lingkungan
sekolah
Ruang kelas dan
pembelajaran
Sarana dan prasarana
yang menunjang
pembelajaran
Setting yang penting dan
menarik akan lebih
diperhatikan
02 Kegiatan Pembelajaran:
Kegiatan siswa saat
datang ke sekolah
Persiapan sebelum siswa
masuk kelas maupun di
luar kelas
Kegiatan praktik
Kegiatan pengembangan
diri
Dapat diperdalam
melalui wawancara dan
observasi
53 Hadari Nawawi dan M. Martin Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2006), h. 67.
36
Kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan lain yang
menunjang pada
pertumbuhan peserta
didik
03 Kegiatan lainnya:
Rapat atau pertemuan
kelas
L. Teknik Pengolahan Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang akan di pelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri dan orang lain.”54
Miles dan Huberman (1984) yang dikutip oleh Sugiono, mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif di lakukan secara interaktif dan dilakukan secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah penuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu:
data reduction, data display, dan conclusion drawing /verification.”55
a. Data Reduction
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu.
b. Data Display (penyajian data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan bentuk
uraian singkat, bagian, hubungan atar katagori dan sejenisnya. Dalam hal ini
Miles dan Huberman (1984) mengemukakan yang dikutip oleh Sugiono
54 Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, da R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet.
X, h. 335. 55 Ibid., h. 337 – 345.
37
menyatakan “the most frequent from of display data for qualitative reseracrh
data in the pas has been narrative tex”. Yang paling sering digunakan dalam
penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif.
c. Conclusion Drawing Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.56
M. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data digunakan untuk menentukan beberapa kriteria yaitu
derajad kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan
(dependability) dan kepastian (confirmability). Sedangkan tehnik pengecekan keabsahan data
dapat dilakukan dengan delapan cara yaitu perpanjangan, keikutsertaan, ketekunan, keajegan
pengamatan, tringulasi, pemeriksaan sejawat melakukan diskusi, analisis kasus negatif,
pengecekan anggota, uraian rinci dan auditing. Berdasarkan teori diatas, penelitian ini
menggunakan triangulasi sebagai alat pengecekan keabsahan data.57
Triangulasi adalah
tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Secara singkat, macam-
macam tehnik triangualsi adalah;
1) Triangulasi sumber data, yaitu menggunakan multi sumber data untuk
membandingkan dan mnegecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh.
2) Triangulasi metode, yaitu menggunakan berbagai macam metode pengumpulan data
untuk menggali data sejenis.
Maka sesuai dengan pengertian macam-macam triangulasi diatas, peneliti
menggunakan triangulasi metode, yaitu menggunakan berbagai macam metode pengumpulan
data seperti: wawancara, observasi dan dokumentasi untuk menggali data yang sejenis.
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, data yang terkumpul akan dianalisis
dengan analisis deskriptif, melalui proses pengumpulan data secara keseluruhan yang
56 Ibid., h. 337 – 345
57 Lexy.J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal-324
38
diperoleh setelah penelitian, yang kemudian data tersebut di klasifikasikan sesuai dengan
hasil pengumpulan data sesudah proses penelitian, selanjutnya data tersebut diverifikasi yaitu
penyahihan atau pembuktian kebenaran dari data yang diperoleh tersebut.
Adapun tindakan yang dilakukan adalah:
1. pengambilan data dari berbagai narasumber, yaitu peneliti, dan mahasiswa (Source
Triangulation).
2. penggunaan berbagai alat atau instrumen agar data yang terkumpul lebih akurat
(Instrument Triangulation). Langkah yang ditempuh adalah mengisi lembar observasi,
pedoman wawancara.
3. penggunaan berbagai metode atau cara analisis, sehingga data yang terkumpul dapat
dipercaya. Dalam hal ini bisa dilakukan pengamatan, wawancara, dan pengambilan
gambar dalam foto.
4. memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul baik tentang kejanggalan-
kejanggalan, keaslian maupun kelengkapnnya.
mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.
N. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data, peneliti memperoleh data melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi kemudian data diolah dan di edit yang kemudian selanjutnya di analisa dan
disimpulkan. Analisis nonstatistik dilakukan terhadap data yang bersifat kualitatif, berupa
data studi literer atau studi empiris.58
1. Teknik Pengolahan Data
Untuk mengelola data penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Editing yaitu memeriksa kembali jawaban daftar pertanyaan yang diserahkan
responden. Kemudian angket tersebut diperiksa satu persatu, tujuannya untuk
mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang telah
diselesaikan.
b) Scoring yaitu tahap pemberian skor terhadap butir-butir pernyataan yang terdapat
dalam angket. Dalam setiap pernyataan dalam angket terdapat 4 butir jawaban yaitu
sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai yang harus dipilah oleh
58 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), hal-198
39
responden. Maka penulis melakukan perhitungan skor rata-rata dengan ketentuan
sebagai berikut:
Untuk pernyataan positif skornya:
Sangat Setuju (SS) : 4
Setuju (S) : 3
Tidak Setuju (TS) : 2
Sangat Tidak Setuju (STS) : 1
Untuk pernyataan negative skornya:
Sangat Setuju (SS) : 1
Setuju (S) : 2
Tidak Setuju (TS) : 3
Sangat Tidak Setuju (STS) : 4
c) Tabulating yaitu setelah diketahui setiap indikatornya, maka seluruh data tersebut
ditabulasikan dalam sebuah tabel untuk kemudian diketahui perhitungannya.
2. Teknik Analisis Data
Data dari angket dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis secara
kualitatif yang dinamakan deskriptif analisis yaitu menggambarkan apa adanya hasil
penelitian.
Langkah pertama adalah membuat tabel yang dilengkapi dengan presentase. Dalam
hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:
P = 𝐅
𝐍 X 100 %
Keterangan: P = Angka Presentase
F = frekuensi yang dicari
N = Number of cases (jumlah frekuensi/ banyaknya individu)
100% = Bilangan Tetap
Setelah didapat hasil presentase dari angket yang disebarkan kepada siswa, maka akan
menentukan kategori penilaian dari hasil penelitian tersebut, penulis merumuskan sebagai
berikut:
40
Tabel 3.3
Kategori Penilaian
No Presentase Penafsiran
1. 100 % Seluruhnya
2. 90 % - 99 % Hampir seluruhnya
3. 60 % - 89 % Sebagian besar
4. 51 % - 59 % Lebih dari setengah
5. 50 % Setengahnya
6. 40 % - 49 % Hampir setengahnya
7. 20 % - 39 % Sebagian kecil
8. 10 % - 19 % Sedikit
9. 0,1 % - 9 % Sedikit sekali
10. 0 % Tidak ada sama sekali
41
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Profil Sekolah Master
1. Sejarah Singkat Sekolah MASTER
Pada tahun 2000, Nurohim seorang pengusaha sembako yang berada di
kawasan terminal Depok merasa tergugah oleh pemandangan sehari-hari disekitar
tempat usahanya yang sering dijadikan tempat mangkal atau tempat nongkrong
para pengamen yang sering menitipkan peralatan mengamen di warungnya.
Pada saat itu, Nurohim selain sebagai penjual sembako, Ia juga aktif dalam
organisasi kepemudaan Ikatan Pemuda dan Remaja Masjid Al Muttaqien terminal
Depok. Tergugah keprihatinan Ia pun berjuang dengan rekannya untuk merbuat
sesuatu yaitu memberikan pendidikan dan pesantren kilat bagi anak-anak jalanan.
Kegiatan tersebut di rintis pada tahun 2002 yang memanfaatkan sebuah masjid
yang berada di kawasan terminal Depok. Selain mengadakan pesantren kilat
kegiatan tersebut juga memberikan pendidikan membaca, tulis dan berhitung.
Berawal dari kegiatan inilah akhirnya Nurohim bersama rekannya tadi yaitu
Poerwandriono, Toni dan Masrudin mendirikan kelompok belajar untuk anak-
anak jalanan serta anak-anak dari keluarga miskin di wilayah terminal Depok dan
sekitarnya dengan memanfaatkan sebagian tempat di Masjid Terminal untuk
kegiatan belajar mengajar, dan penampungan anak jalanan. Karena kegiatan
tersebutlah maka lembaga ini dinamakan MASTER (Masjid Terminal) yang
seiring waktu berubah menjadi Yayasan Bina Insan Mandiri.
Dalam perjalanannya Nurohim mencoba untuk membangun sebuah gedung
yang sederhana dengan memanfaatkan lahan seluas 5000 m2 yang terbagi dari
2000 m2 tanah hibah dan 3000 m2 merupakan tanah fasum-fasum terminal yang
telah diserahkan Pemda Depok ke Sekolah MASTER.
Kemudian di awal tahun 2005 lembaga ini resmi menjadi Yayasan Bina Insan
Mandiri yang berlanjut meningkatkan sistem pendidikan dalam bentuk sistem
kejar paket B (setara SMP). Karena kebutuhan anak jalanan dan kaum dhuafa
akan pendidikan lebih lanjut, dan dengan keluarnya izin PKBM (Pusat Kegiatan
42
Belajar Mengajar) dari Dinas Pendidikan sub Penilik PLS (Pendidikan Luar
Sekolah) pada tahun 2006, berdirilah pendidikan PAUD, kejar paket A, dan C.59
Semakin berlanjut dalam tingkat akademik, pada tahun 2007 pengajaran pun
meluas menjadi pelatihan life skill antara lain pendidikan montir, komputer, dan
seni. Serta memberikan pelayanan non formal seperti pelayanan sosial, kesehatan
dan pemberdayaan. Dan kini berawal dari hanya 20 anak didik sekolah MASTER
telah memiliki sekitar 1500 anak didik yang tidak hanya diperuntukkan bagi anak
jalanan tetapi juga bagi anak-anak miskin yang tidak memiliki biaya untuk
sekolah secara gratis.
2. Identitas Lembaga
Sekolah MASTER atau YABIM (Yayasan Bina Insan Mandiri) adalah
yayasan independen yang bergerak dibidang pendidikan, sosial, dakwah, ekonomi
kerakyatan serta pemberdayaan sosial bagi anak jalanan dan kaum dhuafa yang
terletak dikawasan strategis Kota Depok. Tepat ditengah-tengah antara terminal,
ITC Depok, Stasiun kereta api Depok Baru, dan pasar Kemirimuka yang menjadi
konsentrasipusat bisnis Kota Depok, sehingga banyak warga yang berharap
mendapatkan rezeki dengan berbagai aktivitas baik mereka yang berdagang, sopir
angkot, pedagang asongan, pengamen, pemulung, dsb.
Nama Yayasan : Yayasan Bina Insan Mandiri (biasa disebut
dengan sebutan sekolah MASTER)
Alamat : Jl. Margonda Raya No. 58 Terminal
Terpadu Kota Depok Jawa Barat Indonesia. Telp. (021)
92612047
Akte Notaris : Dwi Priharyanto SH, No : 2 tgl 25 Februari
2005
3. Visi dan Misi
Dalam menjalankan pendidikan dan pemberdayaan sekolah MASTER
memiliki visi dan misi yang dijadikan pedoman dalam pencapaian yang
diinginkan.
Visi
59 Wawancara dengan Bapak Mustamiin pengurus Harian YABIM (MASTER) pada tanggal 24 Juni 2014
43
Meningkatkan sumber daya muslim untuk menyiapkan kebangkitan umat
menuju umat yang sejahtera dibawah naungan Al-Qur‟an dan sunnah.
Misi
a. Menyiapkan masyarakat yang mandiri, handal melalui keterampilan tepat
guna dan berhasil guna berdasarkan nila-nilai kemandirian dan
kemanusiaan.
b. Menyelenggarakan pendidikan gratis dan berkualitas sehingga
meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukung
kemandirian
c. Membangun kader masyarakat yang bersifat mengasuh dan membimbing
terutama bagi anak-anak yang terpinggirkan.
4. Keadaan Relawan dan Tutor
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pihak lembaga yaitu
Bapak Mustaamiin, diketahui bahwa sekolah MASTER atau YABIM memiliki
60 orang staff pengajar. Menurutnya, terdapat tiga kategori staff pengajar di
Sekolah MASTER atau YABIM Depok, diantaranya adalah guru karir, alumni
dan guru tamu. Adapun pengertian dari ketiganya adalah sebagai berikut :
a. Guru karir merupakan guru yang direkrut untuk mengajar di sekolah
MASTER. Pada umumnya guru karir ini adalah lulusan dengan gelar S.Pd
(sarjana pendidikan). Terdapat sekitar lima guru karir yang direkrut untuk
mengajar. Mereka tidak dibayar, tetap sekolah MASTER memberikan
kompensasi sebagai uang transportasi mereka. Pemberian uang jalan ini
diberikan setelah mereka mengajar, apabila mengajar lebih dari satu kali
pertemuan maka uang jalan pun akan dilipatgandakan sesuai pertemuan.
b. Alumni adalah pengajar yang mengabdi di sekolah MASTER setelah
mereka mendapatkan ijazah kelulusan mereka. Bahkan ada dari lulusan
sekolah MASTER yang melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia dan
setelah lulus menjadi relawan dan megajar di sana.
c. Guru tamu adalah staff pengajar yag berasal dari kerjasama antara sekolah
MASTER dengan berbagai universitas di Jabodetabek. Jumlahnya
lumayan banyak dan berganti setiap bulannya. Banyak dari mereka yang
nanti ingin berkarir menjadi seorang guru dan melakukan praktek
mengajar dan mencari data untuk menyelesaikan skripsi atau tesis mereka.
44
Tabel 4.1 Data Tutor dan Relawan60
60 Data diambil pada Tata Usaha Yayasan Bina Insan Mandiri pada tanggal 24 Juni 2014
NO Nama Lengkap L/
P
Tempat dan
Tanggal Lahir
Pendidikan Jurusan
1 Agus Salim L Tegal, 9 Januari
1985
UNINDRA T. informatika
2 Ahmad
Syarifudin
L Jakarta, 25 Juni
1989
SMU IPS
3 Ais Rahim L Gorontalo, 22
Desember 1988
UI Sastra Jawa
4 Angga Roman
W
L Jember, 15
Agustus 1974
S1 Interlive Sastra Inggris
5 D. Syofiansyah L Jakarta, 31
Desember 1979
AL-Qudwah Tarbiyah
6 Dede
Hermawan
L Bandung, 30
Januari 1984
S1 IISIP B.Inggris
7 Diana Nur
Farida
P Depok, 06
september 1980
PTJ Inggris Bisnis
8 Dicky Nugraha L Jakarta, 22
Februari 1980
SMU IPS
9 Drs.
Poewwandriyon
o
L Jakarta, 24 Juli
1987
IKIP Jakarta Teknik
10 Eka L Depok, 29
November 1988
SMA IPA
11 Ekawanto TP L Depok, 7
Oktober 1984
S1
UNINDRA
IPS
12 Emi Maya P Bojonegoro, 5
Februari 1984
STIAMI Administrasi
13 Firman Rizaki
Hidayat
L Jakarta, 4
September 1990
SMA IPS
14 Fitriyah P Depok, 26 Juni
1989
UIN Jakarta Dakwah
15 Hendra Pujianto L Jakarta, 11
September 1986
TRIANANR
A
Ekonomi
16 Ilhamsyah D,
S.Ked
L Jakarta, 3 April
1972
S1 UI Kedokteran
17 Ismail L Jakarta, 14 Maret
1986
AL-Qudwah Tarbiyah
18 Komarudin L Sukabumi, 11
April 1986
AL-Qudwah Tarbiyah
19 Lianti P Bogor, 29
Agustus 1985
AL-Qudwah Tarbiyah
20 M Ansori
L Depok, 18
Februari 1988
UI Hukum
45
21 M. Ayatullah
Komeni
L Bengkulu, 16
Juni 1989
UI Sastra Jawa
22 Ma‟rifah P Depok, 11 Maret
1977
Univ. Mutiara
Islam
PGTK
23 Masfufah P Depok, 30
Januari 1983
MA IPS
24 Muh Nasir L Dompu, 16 Juli
1987
SMA IPS
25 M. Ramdani L Purwakarta, 2
November 1971
D3 STIM Akutansi
26 Mustamin, S.
Psi
L Depok, 19
Oktober 1980
UIN Jakarta Psikologi
27 Nova Dwi N P Jakarta, 30
November 1983
UNJ PAUD
28 Nur Laela P Jakarta, 8
September 1988
AL-Qudwah Tarbiyah
29 Nur Rohmah P Jakarta, 4
Oktober 1984
UIN Jakarta Tarbiyah
30 Nurohim, Amd L Jakarta, 24 Juli
1973
Ma‟had
Zaitun Jakarta
Pendidikan
31 Nyimas P Jakarta, 26
Februari 1985
PNJ Akutansi
32 Reza Nia Umi P Bogor, 11
September 1984
UNJ PAUD
33 Rizky
Badruzzaman
L Jakarta, 18
Januari 1986
TRIANAND
RA
Ekonomi
34 Syamsul
Ma‟arif
L Pemalang, 18
Mei 1982
MA IPS
35 Sartika P Jakarta, 12
Oktober 1988
SMK Sekretaris
36 Sigit Wahyudi
Ariyanto
L Jakarta, 13 April UNJ PLS
37 Siti Khoriyah P Depok, 3 Mei
1983
Univ. Mutiara
Islam
PGTKIT
38 Siti Nurhasanah P Jakarta, 25 Juni
1972
SLTA IPS
39 Syekhur Rozi L Pemalang, 13
November 1987
TRIANAND
RA
Ekonomi
40 Tommy Ade Y
A Q
L Depok, 23 Mei
1979
Pon-Pes
Lirboyo
Ilmu Al-
Qur‟an
41 Tony Zulhendra L Binjay, 15 Mei
1983
SMA IPS
42 Tri L Jakarta, 15
Februari 1987
SMA IPS
43 Ucup Ismail L Bandung, 30
September 1986
TRIANAND
RA
Manajemen
44 Ucup Wahyudi L Bandung, 19 SMA IPS
46
Tabel 4.2
Jumlah Siswa kelas 2 SMP MASTER
NO NAMA SISWA AKUNTANSi KELAS
1 Adji yusuf A
2 Ainul yaqin J A
3 Anis durrotunnafisa A
4 Ayub A
5 Dina fajrotul H A
6 Fitri putri I A
7 Hamidah latifah A
8 Ita lestari A
9 Ilham A
10 Karmila sari A
11 Khoirul umam A
12 Lala rosmala A
13 Lia khoirul ummah A
14 Lina wati dewi A
15 M.rianto A
16 Muslimawati B
17 Muzdalifah B
19 Nabila nuril zein B
20 Nur annisa B
21 Putri purwanti B
22 Rahmat hidayat B
23 Rizki subagza B
24 Rofiatul ummah B
25 Rosita dewi B
26 Saifullah B
27 Sarnah susanti B
28 Siska dewi B
29 Slamet surendi B
30 Suryanah B
Februari 1984
45 Umi Astuti P Jakarta, 8
Oktober 1980
SMEA Sekretaris
46 Wahyu Hidayat L Jakarta, 13 Mei
1983
PNJ
47 Wiguna Satria
A W
L Bandung, 30
Juni 1990
SMA IPS
48 Winda Agus W P Depok, 16
Agustus 1987
SMEA Sekretaris
49 Wira L Depok, 28 April SMA IPA
50 Yuli P Jakarta, 16
Januari 1987
SMA IPS
47
5. Sarana dan Prasarana
Terkait dengan fasilitas pendukung yang tersedia di sekolah MASTER, maka
disediakan sarana dan prasarana sebagai fasilitas penunjang yang meliputi saraa
belajar, fasilitas akomodasi asrama, media olah raga, tempat ibadah dan ruang
kesehatan, yang kesemuanya sebagai bentuk kelengkapan fasilitas guna mencapai
output yang maksimal.
Tabel 4.3 Data Gedung Yayasan Bina Insan Mandiri
No Sarana Jumlah Keteragan
1
Ruang Kelas
15
Ruang kelas yang terbuat dari
peti kemas dan ada juga yang
berbentuk saung dengan papan
triplek. Sebagian berlantai
keramik dan papan beratapkan
seng dan asbes. Anak-anak tidak
berseragam dan duduk dilantai
dengan sejumlah meja kecil.
2 Ruang Guru 4 Baik
3 Ruang TU 1 Baik
4 Perpustakaan 1 Terdapat berbagai macam buku
dari tingkat TK, SD s/d SMA
dan umum
5 Ruang Lab-Skill 2 Digunakan untuk praktek
pelatihan keterampilan otomotif
dan sablon
6 Lapangan Futsal 1 Baik
7 Kamar
mandi/WC
16 Baik
8 Masjid 1 Baik
9 Ruang
Kesehatan
1 Baik
10 Asrama Putra 1 3 ruang
48
11 Asrama Putri 1 2 ruang
12 Ruang Komputer 1 Terdapat 10 unit computer
untuk praktek anak binaan dan
siswa
13 Dapur Umum 1 Digunakan untuk memasak dan
menyediakan nasi bungkus
untuk anak jalanan dan
pengurus
B. Tahap-tahap Penelitian
Mengingat peneliti merupakan alat penelitian maka analisis data perlu dilakukan
sejak awal pengumpulan data, peneliti melakukan penelitian dengan tahap-tahap
berikut:
1. Tahap Lapangan
a. Menyusun rancangan penelitian
Rancangan penelitian disusun atas dasar tujuan yang telah dikemukakan
pada bab pendahuluan yaitu mengetahui Peran Sekolah Master dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Jalanan Tingkat Sekolah Menengah
Pertama. Selain itu, juga memerlukan teori-teori yang berkaitan dengan
permasalahan tersebut, serta membuat instrumen penelitian yaitu
menyusun kisi-kisi instrumen untuk wawancara dan strudi dokumentasi
pada Rencana Strategis (RENSTRA ) dan Teacher Handbook sekolah.
b. Memilih Lapangan Penelitian
Lapangan penelitian yang peneliti ambil melihat perkembangan dan
kemajuan sekolah tersebut semakin banyak diminati oleh masyarakat
setempat adalah Sekolah Master di sekitar Terminal Kota Depok.
c. Perizinan
Agar mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di Sekolah Master
Kota Depok diperlukan surat izin dari Sekolah Master Kota Depok, hal ini
untuk mempermudah pengumpulan data.
2. Tahap Kerja Lapangan
Karakteristik yang telah ditetapkan, yaitu dan guru bidang studi IPS di sekolah
MASTER.
49
a. Menentukan key information yang menjadi sampel sesuai dengan
karakteristik yang telah ditetapkan, yaitu dua orang guru bidang studi IPS
SMP di sekolah MASTER.
b. Mengumpulkan dan mempelajari dokumentasi berupa RENSTRA dan
Teacher Hand Book yang dibuat oleh key informan untuk sekolah.
c. Melakukan pengamatan pada key informan mengetahui dan mendalami
aktivitas yang dilakukan key informan sekolah.
d. Mengadakan wawancara pada key informan dan guru/karyawan di sekolah
untuk menguatkan dan membandingkan data yang diperoleh di studi
dokumentasi.
e. Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan.
3. Tahap pengecekan dan pemeriksaan data
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah mengadakan
pengecekan data dengan informasi dan subyek penelitian maupun dokumen-
dokumen yang membuktikan keabsahan data yang telah diperoleh. Di sini juga
dilakukan perbaikan-perbaikan, baik dari segi bahasa. Sistematika penulisan
maupun penyederhanaan data agar hasil dari laporan peneliti ini benar-benar
dapat dipertanggungjawabkan keabsahannnya.
C. Analisis Data
Pada analisis kualitatif, kata-kata dibangun dari hasil wawancara atau
pengamatan terhadap data yang dibutuhkan untuk dideskripsikan dan dirangkum.
Data yang telah diperoleh dengan cara pengamatan terlibat, wawancara terstruktur
dan dokumenter tersebut diproses melalui pencatatan, pengetikan, akan tetapi analisis
kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang
diperluas.
Dalam analisis kualitatif dari beberapa sumber yang peneliti baca bahwa ada 3
(tiga) kegiatan yang terjadi secara bersamaan. Dan ketiga hal yang dimaksud tersebut
adalah:
1. Reduksi
Reduksi diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari
catatan-catatan lapangan. Reduksi data terus menerus selama pengumpulan
data.
50
Dalam reduksi data inilah peneliti menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data
dengan sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat
ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Pada bagian ini, setelah mereduksi data peneliti sudah dapat
mengumpulkan informasi yang dapat memberi peluang untuk mengambil
kesimpulan. Sehingga dapat tersaji dengan baik tanpa adanya data yang
sudah tidak dibutuhkan.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagaian dari suatu kegiatan dari
konfigurasi yang utuh. Verifikasi dapat dilakukan untuk mencari
pembenaran dan persetujuan, sehingga validitas dapat tercapai.
Di akhir analisis data ini, peneliti mengambil sebuah kesimpulan setelah
melakukan pencarian arti benda-benda, pola penjelasan dan konfigurasi
dari wawancara semi terstruktur dengan guru bidang studi IPS dan
beberapa siswanya pada pengumpulan data, yang kemudian hasilnya
disajikan dalam penyajian data. Analisis data dalam penelitian ini,
merupakan upaya mencari tata hubungan sistematik antara catatan hasil
lapangan, hasil wawancara mendalam untuk memperoleh pemahaman
yang mendalam tentang Peran Sekolah Master di Depok dalam
meningkatkan Motivasi Belajar Anak Jalanan Tingkat Sekolah Menengah
Pertama.
D. Deskripsi Data
Pemenuhan kebutuhan ekonomi merupakan faktor yang paling mendasar yang
menyebabkan anak jalanan memilih tetap berada di jalan daripada harus mengikuti
proses belajar mengajar di sekolah. Kebutuhan ekonomi yang dimaksud adalah
pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan.
Terutama di wilayah kota Depok. Banyaknya anak jalanan yang ada di
terminal dan stasiun terlihat jelas, yang seharusnya merupakan tanggung jawab
51
pemerintah kota Depok dalam membina dan memperhatikan anak-anak jalanan yang
ada di sana.
Sebelum pihak pemerintah dan swasta berpartisipasi, sebenarnya sudah
banyak lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berupaya menjawab kebutuhan
anak jalanan dengan mendirikan yayasan sosial, contohnya Yayasan Bina Insan
Mandiri Depok. Melalui sekolah MASTER nya yaitu anak-anak jalanan yang berada
di sekitar kota Depok dengan bebagai latar belakang mempunyai tempat berlindung
sekaligus memanfaatkan akses yang tersedia untuk memperoleh pelayanan sosial
dibidang pendidikan. Sekolah MASTER (Masjid Terminal) Yayasan Bina Insan
Mandiri sebagai lembaga yang melakukan pemberdayaan melalui pendidikan luar
sekolah memiliki peran penting bagi kehidupan anak-anak jalanan, sesuai fungsinya
antara lain sebagai tempat terbuka bagi anak jalanan untuk berlindung, beristirahat
dan belajar. Sekolah MASTER juga berupaya untuk mengembalikan anak-anak
jalanan itu kembali pada kehidupan normal seperti anak-anak lain yang sebaya
dengan mereka.
1. Keadaan fisik Sekolah MASTER.
Saya datang ke sekolah MASTER pada tanggal 24 Juni 2014. Pertama kali
saya observasi di sekolah MASTER ini adalah melakukan pengamatan lingkungan
sekitar sekolah MASTER. Setelah memasuki gerbang dan memakirkan motor, saya
pun berjalan santai berkeliling di sekolah ini untuk melakukan pengamatan tentang
ruangan kelas, ruang guru dan ruang praktek siswa.
Yang saya temukan di sekolah ini adalah beberapa ruang kelas ada yang
terbuat dari peti kemas bekas, akan tetapi sudah di renovasi sederhana
menggunakan lukisan-lukisan diluarnya senhingga terlihat indah. Kemudian ada
sebagian ruang kelas lain yang hanya dipisahkan dengan papan triplek antara
ruangan yang satu dengan ruangan yang lainnya. Lalu saya mencari ruang tata
usaha dan disanalah saya berkenalan dengan Bapak Mustamiin salah satu staff Tata
Usaha. Di sana saya berbincang sebentar kemudian memohon izin untuk meminta
data tutor dan relawan dan identitas lembaga Sekolah MASTER atau Yayasan Bina
Insan Mandiri (YABIM) Depok.
2. Pendapat Guru bidang Studi IPS dan Siswa yang Berlatar belakang Anak Jalanan.
Setelah mendapatkan data tutor dan identitas lembaga sekolah MASTER pada
tanggal 24 Juni 2014. Saya kembali ke sekolah MASTER pada tanggal 10 Juli
2014 untuk melakukan wawancara mengenai pertanyaan yang berkaitan dengan
52
sekolah MASTER dan motivasi belajar. Saya mengambil sampel 2 orang guru
bidang studi IPS tingkat SMP dan 3 orang siswa anak jalanan yang bersekolah
disana.
Informant pertama berpendapat tentang visi dan misi sekolah Master
“Menurut saya visi dan misi sekolah ini adalah menciptakan manusia terdidik yang
tidak hanya baik dalam akademik dan spiritual akan tetapi juga kemampuan atau
skill individu itu sendiri sebagai penunjangnya. Juga membuka selebar-lebarnya
kesempatan pendidikan bagi mereka yang kurang mampu.”61
Kemudian informant kedua yang juga berpendapat tentang visi dan misi
sekolah ini “Menurut saya visi dan misi sekolah ini adalah memberikan pendidikan
gratis bagi para siswa yang berlatar belakang dari keluarga yang kurang mampu
juga anak jalanan sehingga menjadi insan yang terdidik, terampil, agamais dan
mampu bersaing dengan kreatifitas.62
Kemudian penulis juga mewawancarai informant mengenai fasilitas yang ada
di sekolah MASTER. “Untuk sementara sudah cukup menunjang meskipun cara
belajar dan ruang belajar yang sederhana, yaitu ruangan yang terbuat dari peti
kemas dan kondisi belajar yang masih lesehan. Tapi untuk lab komputer sendiri
Alhamdulillah sudah diperbarui dan diresmikan dari Alcatel dan World Education
bulan Maret lalu. Para siswa disini sudah bisa belajar komputer dengan fasilitas
internet untuk menambah wawasan belajar melalui media online.”63
Mengenai pendekatan belajar yang dilakukan oleh guru bidang studi IPS di
sekolah MASTER, penulis menemukan dua pendapat yang berbeda. “Pendekatan
yang saya lakukan adalah melalui emosional siswa. Karena dalam pembelajaran
bagi anak jalanan harus kita yang mengikuti alur mereka, apabila itu sudah kita
lakukan, sedikit demi sedikit barulah kita arahkan meereka agar lebih konsentrasi
dengan pelajaran.”64
Pada pendapat diatas penulis menganalisis bahwa pendekatan yang dilakukan
adalah pendekatan pada aspek afektif, dimana pada pendekatan ini perasaan siswa
berperan penting terhadap motivasi belajar dan konsentrasi belajar siswa dikelas.
61 Informant 1. Wawancara dengan Kak Ghifar, Koordinator SMP sekaligus guru bidang studi IPS SMP sekolah Master. 10 Juli 2014 pukul 11.30
62 informant 2. Wawancara dengan Kak Muh Nasir, guru bidang studi IPS SMP Sekolah MASTER. 10 Juli 2014
pukul 12.15
63 ibid
64
informant 1. Wawancara dengan Kak Ghifar, koordinator sekaligus guru bidang studi IPS SMP Sekolah MASTER. 10 Juli 2014 pukul 11.40
53
“Biasanya saya melakukan pendekatan dengan pembelajaran yang
memberikan contoh langsung kepada lingkungan sekitar sehingga mereka bisa
menyelesaikan masalah mereka masing-masing ketika mereka berada di luar
lingkungan sekolah.”65
Pada pendapat ini penulis menganalisis bahwa guru melakukan pendekatan
kontekstual dimana mencontohkan dengan keadaan lingkungan sekitar agar siswa
memahami kegiatan belajar dengan alamiah.
Penulis juga meminta pendapat lewat wawancara bagaimana pendapat
informant mengenai perbedaan mengajar siswa yang berlatarbelakang anak jalanan
dengan siswa pada umumnya, kedua informant menjawab dengan jawaban yang
relatif sama yaitu agak sulit mengatur siswa karena kehidupan keras jalanan sedikit
banyak mempengaruhi psikologis siswa. Sehingga ketika siswa tadi perlu
beradaptasi kembali dengan lingkungan sekolah, meskipun peraturan sekolah
MASTER ini tidak seperti sekolah formal pada umumnya.
Kemudian pada pukul 14.55 penulis mencoba mewawancarai beberapa siswa
SMP sekolah MASTER dan meminta pendapat mereka mengenai sekolah
MASTER melalui beberapa pertanyaan. Diantaranya adalah Apakah kegiatan anda
selain belajar di sekolah ini ? “Selain sekolah saya juga bekerja menjadi
pengamen.”66
Informant lain juga ada yang bekerja menjadi tukang asongan dan tukang
semir sepatu selain bersekolah di sini. Tetapi dengan kesibukan mereka mencari
uang mereka masih tetap menyempatkan waktu untuk sekolah, karena mereka
masih mempunyai impian atau cita-cita untuk dapat melanjutkan sekolah.
Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan Bagaimana pendapat anda tentang
cara mengajar guru disini ? “Guru disini baik-baik dan menyenangkan banyak
permainan dalam pembelajaran”
Terlebih juga di sini mereka memanggil guru-guru mereka dengan sebutan
kak. Selain para tutor di sini sebagian besar masih berusia muda, panggilan kak
juga disenangi oleh mereka karena sebutan bapak atau ibu seperti di sekolah lain
pada umumnya terasa ada jarak untuk anak bertanya dan belajar.
65 informant 2. Wawancara dengan Kak Muh Nasir, guru bidang studi IPS SMP Sekolah MASTER. 10 Juli
2014. Pukul 12.30 66 informant 3. Wawancara dengan Ilham, siswa SMP Sekolah MASTER. 10 Juli 2014 Pukul 14.55
54
Ini sesuai dengan teori motivasi menurut Sartain yaitu psycological drive
dimana pengaruh tadi menciptakan dorongan secara fisik/jasmaniah juga social
motives yaitu dorongan yang berhubungan langsung dengan orang lain. Sehingga
siswa yang berlatarbelakang anak jalanan cukup termotivasi untuk belajar di
sekolah ini karena mereka merasa nyaman dan tidak canggung.67
Penulis juga menanyakan tentang kendala, apa saja yang diajarkan dan
fasilitas yang ada di sekolah MASTER. “Tidak ada. Karena disekolah ini bebas
tidak perlu pakai seragam dan sepatu, kita pakai pakaian biasa aja. Tapi harus
disiplin waktu.”68
Tentang apa saja yang diajarkan “Banyak. Kita juga diajarkan mengaji dan
belajar kesenian juga. Ada juga pelatihan membuat kaerajinan tangan dan
sablon.”69
Mengenai fasilitas sekolah MASTER” Sudah cukup bagus fasilitas yang ada.
Terutama lab komputernya bagus dan nyaman”70
Dari pendapat diatas penulis menganalisis bahwa para siswa dan siswi yang
berlatar belakang anak jalanan mempunyai pekerjaan atau setidaknya pernah
mengamen. Kemudian dari cara pembelajaran yang diajarkan oleh para guru
menurut mereka sangat menarik dan tidak membosankan. Pelatihan atau praktek
seperti belajar komputer yang di dalamnya terdapat pelajaran design grafis sebagai
penunjang untuk ilmu dasar dalam percetakan udangan, sablon, baliho dan
sejenisnya. kemudian memainkan alat musik dan membuat kerajinan tangan sangat
disukai oleh mereka.
Peraturan di sekolah MASTER ini juga tidak terlalu mempersulit para siswa
dan siswinya. Mereka bebas berpakaian apa saja dalam proses belajar mengajar di
sekolah asalkan sopan. Akan tetapi meskipun begitu. Para siswa dan siswi SMP
sekolah MASTER tetap disiplin waktu.
Akhirnya penulis selesai mengumpulkan data wawancara pukul 15.30 karena
para siswa dan siswi sekolah MASTER sudah masuk pada jam pelajaran
berikutnya setelah istirahat kurang lebih 30 menit.
Setelah wawancara maka tahapan yang terakhir untuk lebih menguatkan hasil
penelitian maka dilakukanlah penyebaran angket kepada 30 informan. Tahapan ini
67 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2011), Cet. 25, h. 62
68
ibid
69 informant 4. Wawancara dengan Adji, siswa SMP Sekolah MASTER. 10 Juli 2014 Pukul 15.05
70 informant 5. Wawancara dengan Putri, siswi SMP Sekolah MASTER. 10 Juli 2014 Pukul 15.25
55
adalah tahapan terakhir dari penelitian setelah observasi pada siswa SMP Sekolah
MASTER dan wawancara dengan siswa SMP Sekolah MASTER, kemudian data
yang diperoleh dinyatakan dengan persen, kemudian dianalisis dan hasilnya adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.4
Pertama kali masuk sekolah ini suasananya menyenangkan
No Soal Alternatif Jawaban F P
1
Sangat Setuju 16 53,4%
Setuju 14 46,5%
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 30 100%
Dari data di atas menunjukkan untuk pertama kali masuk ke sekolah
MASTER suasana menyenangkan, bahwa 53,4% yang menjawab sangat setuju,
46,5% yang menjawab setuju, 0% yang menjawab tidak setuju, dan 0% yang
menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa suasana sekolah MASTER
menyenangkan bagi mereka.
Tabel 4.5
Sekolah MASTER lebih nyaman dari sekolah biasa
No Soal Alternatif Jawaban F P
2
Sangat Setuju 16 53,4%
Setuju 14 46,5%
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 30 100%
Dari data di atas menunjukkan sekolah MASTER lebih nyaman dari sekolah
biasa, bahwa 53,4% yang menjawab sangat setuju, 46,5% yang menjawab setuju,
0% yang menjawab tidak setuju, dan 0% yang menjawab sangat tidak setuju. Ini
menunjukkan bahwa bersekolah di sekolah MASTER lebih nyaman bagi anak
jalanan.
Tabel 4.6
Sekolah MASTER memfasilitasi siswa dengan materi belajar yang mudah dipahami
No Soal Alternatif Jawaban F P
3
Sangat Setuju 15 50%
Setuju 11 36,4%
Tidak Setuju 4 13,6%
56
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 30 100%
Hasil penelitian pada tabel 5 dapat diketahui bahwa 50% yang menjawab
sangat setuju, 36,4% yang menjawab setuju, 13,6% yang menjawab tidak setuju,
dan 0% yang menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan hampir seluruh siswa
setuju bahwa Sekolah MASTER memfasilitasi siswa dengan materi belajar yang
mudah dipahami.
Tabel 4.7
Sekolah MASTER memberikan peran positif bagi keinginan belajar saya
No Soal Alternatif Jawaban F P
4
Sangat Setuju 26 86,6%
Setuju 4 13,4%
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 30 100%
Hasil penelitian pada tabel 6 dapat diketahui bahwa 86,6% yang menjawab
sangat setuju, 13,4% yang menjawab setuju, 0% yang menjawab tidak setuju, dan
0% yang menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan hampir seluruh siswa
setuju bahwa Sekolah MASTER memberikan peran positif bagi keinginan belajar
mereka.
Tabel 4.8
Sekolah MASTER memiliki guru yang baik dan menyenangkan
No Soal Alternatif Jawaban F P
5
Sangat Setuju 21 70%
Setuju 9 30%
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 30 100%
Hasil penelitian pada tabel 7 dapat diketahui bahwa 70% yang menjawab
sangat setuju, 30% yang menjawab setuju, 0% yang menjawab tidak setuju, dan
0% yang menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan hampir seluruh siswa
setuju bahwa Sekolah MASTER memiliki guru yang baik dan menyenangkan.
Tabel 4.9
Sekolah MASTER membantu siswanya menggapai cita-cita mereka
57
No Soal Alternatif Jawaban F P
6
Sangat Setuju 17 56,6%
Setuju 13 43,4%
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 30 100%
Hasil penelitian pada tabel 8 dapat diketahui bahwa 56,6% yang menjawab
sangat setuju, 43,4% yang menjawab setuju, 0% yang menjawab tidak setuju, dan
0% yang menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan hampir seluruh siswa
setuju bahwa Sekolah MASTER membantu siswa menggapai cita-cita siswanya.
Tabel 4.10
Sekolah MASTER tidak berperan penting dalam minat belajar saya
No Soal Alternatif Jawaban F P
7
Sangat Setuju - -
Setuju - -
Tidak Setuju 9 30%
Sangat Tidak Setuju 21 70%
Jumlah 30 100%
Hasil penelitian pada tabel 9 di atas jelas terlihat 0% yang menjawab sangat
setuju (SS), 0% yang menjawab setuju (S), 30% yang menjawab tidak setuju (TS),
dan 70% yang menjawab sangat tidak setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa lebih
dari setengah siswa yaitu 70%, tidak mengakui bahwa sekolah MASTER tidak
berperan penting dalam minat belajar mereka dan justru berdampak positif dimana
peran sekolah MASTER berperan penting dalam meningkatkan minat belajar
siswanya.
Tabel 4.11
Sekolah MASTER membantu saya dalam mengembangkan kemampuan bermusik dan
kerajinan tangan
No Soal Alternatif Jawaban F P
8
Sangat Setuju 16 53,3%
Setuju 14 46,7%
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 30 100%
Hasil penelitian pada tabel 10 dapat diketahui bahwa 53,3% yang menjawab
sangat setuju, 46,7% yang menjawab setuju, 0% yang menjawab tidak setuju, dan
58
0% yang menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan hampir seluruh siswa
setuju bahwa Sekolah MASTER membantu siswanya mengembangkan skill
bermusik siswanya.
Tabel 4.12
Sekolah MASTER memberikan siswanya kemampuan berkreatifitas dan mandiri
No Soal Alternatif Jawaban F P
9
Sangat Setuju 25 83,3%
Setuju 5 16,7%
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 30 100%
Hasil penelitian pada tabel 11 dapat diketahui bahwa 83,3% yang menjawab
sangat setuju, 16,7% yang menjawab setuju, 0% yang menjawab tidak setuju, dan
0% yang menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan hampir seluruh siswa
setuju bahwa Sekolah MASTER memberikan siswanya kemampuan berkreatifitas
dan kemandirian.
Tabel 4.13
Sekolah MASTER menjadi harapan cerah bagi anak-anak jalanan dan kurang mampu
yang ingin melanjutkan sekolah
No Soal Alternatif Jawaban F P
10
Sangat Setuju 26 86,6%
Setuju 4 13,4%
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 30 100%
Hasil penelitian pada tabel 12 dapat diketahui bahwa 86,6% yang menjawab
sangat setuju, 13,4% yang menjawab setuju, 0% yang menjawab tidak setuju, dan
0% yang menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan hampir seluruh siswa
setuju bahwa Sekolah MASTER menjadi harapan cerah bagi anak-anak jalanan
dan kurang mampu yang ingin melanjutkan sekolah.
Dari pernyataan di atas terkait peran sekolah MASTER dalam meningkatkan
motivasi belajar, maka perhitungannya berdasarkan hasil penyebaran angket adalah
dapat dilihat pada grafik berikut:
59
Grafik di atas menunjukan bahwa adanya peran sekolah MASTER dalam
meningkatkan motivasi belajar anak jalanan tingkat SMP setelah di akumulasi
maka siswa sebanyak 59,3% sangat setuju, 29,3% setuju, 4,36% tidak setuju dan
7% sangat tidak setuju.
Seperti pada wawancara dan observasi di atas dijelaskan bukti angket
menjelaskan bahwa motivasi belajar siswa terbangun oleh adanya peran sekolah
MASTER yang didalamnya terdapat suasa yang menyenangkan, guru-guru yang
menyenangkan pula, juga melalui program life skill yang diberikan oleh sekolah
MASTER tersebut.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SS
S
TS
STS
Gambar 4.1Grafik Presentase Peran MASTER terhadap motivasi belajar
: 59,3
: 29,3
: 4,36
: 7
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil peneltian ini menggambarkan tentang kondisi pembelajaran yang dilakukan di
sekolah Masjid Terminal (MASTER) Yayasan Bina Insan Mandiri di Depok. Khususnya
pada siswa tingkat SMP kelas 2 yang beberapa diantaranya masuk ke dalam kategori anak
jalanan. Sekolah MASTER merupakan salah satu sekolah yang di dalamnya terjadi kegiatan
belajar dan mengajar yang sebagian besar anak didik atau siswanya adalah anak jalanan yang
masih membutuhkan pendidikan yang layak sekaligus dapat meningkatkan motivasi belajar
mereka, sehingga perlu ada perhatian khusus dari warga maupun pemerintah agar sekolah
semacam ini dapat terus berkembang lebih baik lagi.
Dalam keberadaannya sekolah MASTER telah menjadi sebuah cahaya harapan bagi
gelap dan kerasnya kehidupan anak jalanan. Sekolah MASTER mampu berperan sebagai
salah satu wadah bagi anak jalanan, tidak hanya sebagai rumah singgah tempat bernaung
bagi mereka tetapi juga memiliki peranan penting bagi pendidikan mereka sehingga mereka
memiliki sebuah harapan baru menghadapi masa depan yang lebih baik.
Selain itu, yang peneliti temukan dalam peranan sekolah MASTER ini telah mampu
meningkatkan motivasi belajar anak jalanan yang biasanya ketika seorang anak telah
menghidupi kehidupan keras di jalanan, mereka akan tidak acuh dalam hal pendidikan
karena beberapa dari mereka sebelum masuk ke sekolah MASTER, hanya berorientasi pada
bagaimana cara untuk mendapatkan uang sebagai kebutuhan hidup utama. Tetapi terlihat
berbeda dari beberapa anak jalanan yang sudah masuk dan bergabung bersama sekolah
MASTER. Mereka juga bisa belajar meningkatkan potensi akademis dan life skill mereka
demi masa depan yang lebih baik. Seperti belajar mengaji dan baca tulis Al-Qur‟an sehingga
dari mereka ada yang menjadi muadzin dan mengikuti kegiatan pengajian remaja di
sekitaran tempat tinggalnya, membuat kerajinan tangan dari barang bekas sehingga memiliki
nilai jual seperti bingkai foto dari bekas stik ice cream, botol dan gelas bekas minuman
mineral yg dijadikan kerajinan seperti kincir angin dll. Dan kesenian seperti melukis dan
belajar berbagai macam alat musik yang dapat menghasilkan karya yang lebih baik seperti
lebih mahir dalam memainkan alat musik dan bernyanyi lebih enak didengar. Ada juga
pelatiha otomotif dan sablon juga percetakan untuk menambah skill anak jalanan di sana.
61
Dengan fasilitas seperti ruang kelas yang terbuat dari peti kemas, kondisi belajar di
kelas yang hanya beralaskan karpet tanpa kursi duduk, juga lab komputer sederhana sekolah
MASTER telah berjuang meningkatkan motivasi sekaligus prestasi belajar anak jalanan.
Kemudian juga dengan dukungan guru-guru relawan yang selalu setia mengabdikan diri
mereka di dalam dunia pendidikan yang telah bekerja dengan keras tanpa pamrih demi
terciptanya masa depan bagi anak jalanan yang lebih baik di samping juga membantu
permasalahan sosial yang ada di sekitar kota Depok. Tak hanya pendidikan akademis, life
skill, pendidikan agama juga sama di tingkatkan dalam pendidikan di sekolah MASTER ini.
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka penulis mencoba memberikan saran-saran
kepada pihak-pihak terkait yang sekiranya berguna saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menambahkan lab bahasa sebagai penunjang kemampuan berbahasa asing
bagi siswa.
2. Memperbanyak pelatihan dalam mengolah barang bekas menjadi barang yang
memiliki nilai jual.
3. Mempunyai peralatan kesenian daerah dan modern sehingga dapat
meningkatkan kemampuan bermusik yang lebih baik.
4. Meningkatkan relasi dengan pemerintah agar dapat diperhatikan lagi dalam
pengembangan sekolah.
5. Menjaga hubungan dengan masyarakat dan lebih meningkatkan kwalitas agar
masyarakat luas tertarik dan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan sekolah MASTER.
6. Dengan adanya sekolah MASTER ini selanjutnya bisa menjadi contoh untuk
lebih banyak lembaga-lembaga sejenis.
62
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,
Jakarta: Kencana, 2009
Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta : Teraju, 2004 cet.
Ke-1
Alisuf sabri, psikologi pendidikan, Pedoman Ilmu Jaya : Jakarta, 1995
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelaran, Yogyakarta : Multi
Pressindo, 2013
Deasy Ria Santi, “Asistensi Belajar Dalam Program Street Based Anak
Jalanan”,FISIP Universitas Indonesia, 2002
Departemen Sosial RI Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Direktorat, Petunjuk Teknis Pelayanan Sosial Anak Terlantar di luar panti Jakarta :
DEPSOS Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak, 2005
Dr. Kartini Kartono, Tujuan Pendidikan Nasional, PT. Pradnya Paramita, 1997
Hadari Nawawi dan M. Martin Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006
Irwanto, dkk, Psikologi Umum, Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1997
Kamus Besar Bahasa Indonesia, offline, v1.1
Lexy.J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangannya, Jakarta: CV
Pedoman Ilmu Jaya, 2001
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2002
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2005
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010
Ngalim Purwanto, Psikologi Dosenan, Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2003
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta : PT. Bumi
Aksara, 2006
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: CV Rajawali, 1990
63
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan, Jakarta : BPK Gunung Mulia,
1975
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka
Cipta, 2003 cet. Ke-4
Soerjono Soekanto, Sosiologi Sebuah Pengantar, Jakarta: Rajawali Grafindo
Utama, 2005
Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, da R & D,
Bandung: Alfabeta, 2010
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : PT. Bumi
Aksara, 2002) cet. Ke-1
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta :PT. Rineka Cipta, 2002 cet.
Ke-1
Syamsuddin dkk, metode penelitian pendidikan bahasa, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007, cet. II
Umar Tirtarahardja, et.al. Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta 2005
Cet 1
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 Bandung: Citra Umbara, 2006, hal. 71-72
http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_jalanan. Artikel diakses pada 12 Juni 2014
http://www/rakyatmerdeka.co.id/news/2010/03/22/90009/Gila,-Jumlah-Anak
Terlantar-17-Juta
www.bpk.go.id/publikasi/mp87102002xxii55.pdf Armai Arief, “Upaya
Pemberdayaan Aanak Jalanan” Artikel diakses pada 12 Juni 2014