SISTEM MEDIASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN PARA PIHAK DALAM PERKARA
PERDATA
KARYA ILMIAH
OLEH :
NURTIANINGSIH. NIM : 12106018
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS NAROTAMA
SURABAYA
2 0 0 8
DAFTAR ISI
JUDUL...................................................................................................... i
KATAPENGANTAR................................................................................ ii
RINGKASAN ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 2
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 3
F. Metode Penelitian .............................................................................. 3
a. Pendekatan Masalah ................................................................ 3
b. Sumber Bahan Hukum ............................................................. 4
c. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Hukum ............... 4
d. Analisis Bahan Hukum ............................................................... 4
G. Sistematika Penulisan ........................................................................ 5
BAB II PENGATURAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN PERKARA
A. Landasan Hukum Mediasi ..............................................................6
B. Tahapan Mediasi ............................................................................7
BAB III AKIBAT HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI
MEDIASI
A. Ketidak Sepakatan Dalam Proses Mediasi……………………. 15
B. Kesepakatan Dalam Proses Mediasi…………………………….15
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan .................................................................................... 22
2. Saran ................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA
RINGKASAN
Pelaksanaan mediasi merupakan ketertiban hukum dapat diraih dengan mandi rinya
kekuasan peradilan. Dan kemandirian bisa berjalari asalkan posisi hakim bebas. Tulisan
ini mengatakan bahwa peradilan dapat berjalan baik asalkan dapat mengatasi beberapat
faktor penghambat yang nyatanya cukup kompleks. Tidak diturutnya prinsip Trias Politik
dan dikukuhkannya kembali konsep Integralistik telah membuat dunia peradilan kurang
berperan secara maksimal. Padahal semua nya tahu, kekuasan peradilan adalah pilar bagi
tegaknya negara -hukum. Melalui tulisan ini diajak untuk membaca kembali, beberapa
peraturan yang punya kaitan erat dengan Lembaga Peradilan di Indoesia. Bahwasanya
perdamaian bagi seseo rang yang berperkara di pengadiian negeri adalah suatu jalan yang
terbaik karena berperkara dengan jalan damai tidak ada pihak yang dirugikan ataupun
yang diuntungkan. Namun kenyataan menunjukkan bahwa perkara yang masuk ke penga
dilan negeri jarang yang di akhiri dengan perdamaian hanya 10% saja perkara yang
menjalan kan pola tersebut. Hal ini disebabkan karena pasal 130 HIR/154 R.Bg yang
mengatur tentang perdamaian tidak mengatur adanya keharusan bagi hakim untuk mengu
sahakan perdamaian di antara pihak-pihak yang berperkara. Untuk memberdayakan pasal
130 KIR /154 R.Bg maka MARI mengeluarkan PERMA No 2 th 2003 tentang mediasi
yang kemudian diperbaharui dengan PERMA N. 1 tahun 2008 tentang prosedur mediasi
di Pengadilan dengan harapan perkara-perkara yang Harus ke Pengadiilan Negeri bisa di
akhiri dengan jalan damai. Tegasnya, badan-badan peradilan harus dilepaskan dari
Departemen Peme rintahan dan meski institusi tidak mengharuskan pemisahan tapi itu
perlu bagi kebebasan keku asan kehakiman. Mudahnya kekuasan diluar peradilan
melakukan intervensi sebe narnya satu faktor penyebab tidak mandirinya kekuasan
peradilan. Ada akibat yang dica tat kalau budaya peradilan Indonesia seperti ini dibiarkan
akan terjadi pergeseran posisi peradilan dari kedudukan sentra berubah ke posisi
marginal
Tulisan ini beranggapan tetaplah Penataan kedepan Peradilan kita berupaya untuk
melepaskan diri dari cengeraman kekuasan eksekutif dalam membina dunia peradilan..
Demikian kajian yang dibahas dalam penulisan tesis ini. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian / Yayasan Penerbitan Fakultas PsikologiUGM, Yogyakarta 1983 Suhekti.R. Tjipto Sudibyo; Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Yusniar Kamil. Eksekusi dan eksekutorial. Yogyakarta : Hanindita 2001
Peraturan Perundang-undangana. Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang
No. 14 Tahun 1970 tentang Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman.b. Undang-undang No. 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang
No. 14 Tahun 1985 tentang Pokok-pokok Mahkamah Agung. c. Undang-undang No. 8 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang
No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum.d. Undang-undang Hukum Acara Perdata (HIR dan Rbg).e. Surat Edaran Mahkamah Agung Rl No. 06 Tahun 1992 tentang Penanganan
dan Penyelesaian Perkara selesai dalam Tempo 6 bulan.f. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1 tahun 2008 tentang
prosedur mediasi di Pengadilan