Sinopsis Dokter 2030
Semua orang berpikir masa depan pasti tentang
segala hal yang indah dengan teknologi, hanya
sedikit orang yang sadar dan peka dengan bahaya
yang akan timbul di masa depan. (Penulis)
***
Novel ini berkisah tentang keadaan yang
mungkin akan terjadi di masa depan.
Berawal dari penggerebegan rumah yang
diduga sebagai teroris. Semua orang yang dicurigai
dikumpulkan di satu tempat yang dinamakan
KAMPUNG IDEALIS.
20 tahun kemudian. 2030.
Dunia benar-benar berubah. Kebebasan
menjadi semboyan dimanapun berada. Dengan
semakin canggihnya teknologi membuat semua orang
acuh dengan segala hal yang berada di sekelilingnya.
Alhasil, keseimbangan bumi terganggu. Suhu udara
hampir pernah mencapai derajat celcius. Terjadi
hujan asam. Sudah selamma 40 hari hujan selalu
turun. Mtahari selalu redup. Dan bermunculan
penyakit-penyakit baru, berbahaya, dan langka.
ASOSIASI dokter berkumpul untuk
membentuk tim dalam merumuskan pengobatan
penyakit baru.
Terpilih dokter Alex sebagai ketua penelitian.
Dia dikenal sebagai dokter jenius dengan tingkat
2
keberhasilan operasi 100%. Namun, ada hal berat
yang harus dihadapi oleh dokter Alex selain
merumuskan pengobatan yaitu satu tim bersama
dokter Jessika dan dokter Sabrina.
Apakah hubungan anatara dokter Alex dengan
dokter Sabrina dan dokter Jessika ?
Siapa yang dianggap teroris ? mengapa ?
Apa faktor penyebab penyakit mematikan
tersebut ?
Apakah penyakit iru merupakan usaha
depopulasi atau pengurangan populasi dunia ?
Dan mampuhkan dokter Alex merumuskan
pengobatan penyakit baru mematikan tersbut ?
3
DAFTAR ISI
Ceceran Darah Merah 6
Operasi Jantung 12
Ketua Research
Hologram Operasi
Tubuh yang Hitam
Dua Gelas Kopi Dua Wanita
Tatapan Setengah Sekarat
Wawancara
Raut Wajah Merah Atheis
Senyuman Manis Sabrina
Rayuan Maut Jessika
Endocarditis
Namaku Juliana
Segetiga Kegelapan
Table Death
4
Irama Detak Jantung
Pertemuan Meja Bundar
Staphylococcus
Bibir Tipis Jessika
Menghilang
Berkas Operasi
Jurnalis Edan
Operasi Pertama
Tangan Ahli Pencabut Nyawa
Rapor Merah Ekonomi Negara
Berita Besar
Perjumpaan Nostalgia
Rindu
Eksekusi Mati
Dokter Pecundang
Ujian Sesungguhnya
Rapat Orang-Orang Berjas Hitam
Musuh Menyelamatkan Musuh
5
Tumor Otak
Cinta Satu Darah
Senapan 20 tahun lalu
Indahnya Kepedihan
6
Ceceran Darah Merah
(Prolog)
“Alihkan isu. Bereskan semuanya !” Teriak pria
berkemeja putih kepada laki-laki berjas hitam,
bertubuh gagah besar di depannya.
“Siap pak !” Jawabnya lalu beranjak keluar
ruangan.
*****
Malam yang indah saat bintang malam
bersinaran. Angin-angin bertiup sedang,
menyegarkan badan. Suasana di perkampungan
seperti biasa saat malam menyapa, seketika menjadi
sepi, semuanya bersegara masuk ke dalam rumah
untuk beristirahat, kecuali sebagian orang yang
sedang menjalankan ronda malam.
Pesawahan hijau dengan kolam-kolam berada di
pinggir-pinggirnya, tidak, bukan hanya pesawahan
melainkan ada lahan-lahan lainnya. Ada lahan
hortikultura, lahan rempah dan obat, dan ada lahan
pangan lainnya selain pesawahan. Di setiap sisi lahan
pasti ada aliran air dengan sistem irigasi yang
sistematis. Selain itu, sekitar 20 meter dari lahan-
lahan itu, terdapat pohon-pohon besar. Inilah konsep
pertanian organik yang sudah berjalan selama tujuh
tahun.
7
Semua orang yang tinggal di kampung batu desa
karang anyar, mayoritas petani. Dalam kurun waktu
dua tahun terakhir kampung ini penyumbang
terbanyak bahan pangan bagi kebutuhan pangan di
tingkat kabupaten. Pertanian pangan menjadi
mayoritas petani di daerah ini, meskipun ada
beberapa petani yang menanam selain pangan.
Dengan prestasi itu, banyak mahasiswa pertanian dari
IPB, UIN, UNPAD yang sering datang ke kampung
ini untuk bertanya lebih tentang pangan.
Semua itu tak akan terjadi jika tidak ada pak
Irwan. Seorang petani lulusan S2 IPB, yang
sebelumnya S1 di UIN Bandung. Dia menikah
dengan seorang wanita dari kampung tersebut
bernama Siti Aisyah, seorang wanita yang dikenal
dengan kebaikannya. Dia juga dikenal sebagai
seseorang yang cerdas. Pak Irwan bersama istrinya
dikenal sebagai keluarga yang taat dalam agama.
Pada awalnya pak Irwan membangun kampung
petani ini karena keresahannya tentang GMO
(Genetic modified Organiszm), merupakan sebuah
rekayasa gen untuk memperbaiki gen sesuai dengan
kebutuhan yang diinginkan. Hasil tesisnya
membuktikan bahwa, penggunaan GMO lebih
banyak dampak buruknya bagi kesehatan. Salah
satunya dapat menumbuhkan sel-sel kanker.
Dengan alasan tersebut, pak Irwan berinisiatif
ingin mengembalikan kualitas bahan-bahan makanan
menjadi bahan makanan yang alami dan sehat.
Bahkan, dia sedang melakukan riset tentang alat
8
pemindai untuk mendeteksi bahan makanan yang
mengandung GMO.
*****
Adzan isya berkumandang. Biasanya pak Irwan
beserta kedua anaknya selalu tidak absen shalat
berjamaah di masjid tapi kali ini karena tidak enak
badan, dia mengajak istri dan kedua anaknya untuk
shalat berjamaah di mushola dalam rumahnya.
Anak pertamanya yang bernama Ibrahim
mengumandangkan adzan, lalu anak keduanya ismail
yang mengumandangkan iqamat. Pak Irwan
memimpin shalat,”Allahu’akbar.” Takbirnya.
Pada rakaat terakhir terdengar suara yang
mengetuk pintu. Keras. Bukan hanya itu, terdengar
juga suara hentakan kaki yang sedang berjalan cepat
di sekeliling rumah mereka. Suaranya mungkin dari
sekitar puluhan pasang kaki. Terdengar jelas,
kencang, menakutkan.
Pak Irwan menutup shalat dengan salam. Setelah
selesai, kedua anaknya bertanya panik kepada
ayahnya.
“Yah, ada apa itu?” Sahut Ismail, anak
bontotnya. Matanya membulat, heran. Tangannya
menggenggam erat baju gamis ayahnya. Sementara
ibrahim, dia memeluk ibundanya. Erat. Ketakutan.
“Tidak apa-apa nak, ga usah khawatir, mungkin
ada tamu yang ingin bertemu dengan ayah.”
Jawabnya, menenangkan kedua anaknya itu.
9
Pak Irwan tersenyum, menenangkan anak-anak
dan istrinya, lalu dia berdiri hendak membuka pintu.
“Blakkk.” Terdengar suara dobrakan pintu.
Semuanya tercengang kaget mendengar itu. Lebih
kaget lagi ketika melihat benda yang meraka bawa di
tangannya.
”Jangan bergerak!” Teriak pria berbaju tertutup,
memakai penutup kepala. Menodongkan senjata laras
panjang tepat ke kepala pak Irwan. Di susul oleh
kedua temannya, melakukan hal yang sama.
Melihat itu kedua anaknya merintih menangis,
memeluk ibundanya. Pak Irwan mencoba bersikap
tenang,”Ada apa ini ?” Tanyanya.
“Jangan bergerak ! Angkat tangan !” Teriak
salah satu dari mereka.
“Oke. Tapi ada apa ini. Kita selesaikan jangan di
depan anak kecil.” Sahut pak Irwan.
“Sudah kubilang Jangan bergerak. Angkat
tanganmu !” Kali ini pria itu membentak. Bola mata
di belakang kacamata tebalnya terlihat membulat.
Anak-anak semakin erat memeluk ibundanya.
Kepala mereka dimasukan ke dalam mukena yang
dipakai ibunya. Sementara ibundanya, menahan
nafas, tegang, melihat suaminya ditodong oleh pistol.
“Oke. Tapi jangan di depan anak-anak.” Sahut
pak Irwan sekali lagi.
Doorrr..Dorrr...Dorrr ..!!!! Peluru petugas
berpakaian hitam menghantam dada pak Irwan.
10
Ceceran darah mengalir di lantai. Pak Irwan
tersungkur, jatuh.
“Ayaaaaah ! Ayaaaaaaah !” Teriak ibu dan anak-
anak. Mereka melihat jelas apa yang terjadi.
“Apa yang kalian lakukan,” Sahut Aisyah kepada
petugas yang menembak suaminya,” Dasar biadab !
tak bermoral ! gila ! bajingan !” Aisyah terus
bersungut-sungut.
Ismail memeluk ayahnya yang tegelatak di
lantai. Darah ayahnya menempel di bajunya,”Ayah !
ayah! Ayah ! Bangun.” Bocah berumur 5 tahun itu
terus menggerak-gerakan badan ayahnya agar
bangun.
Aisyah masih bersungut-sungut kepada
pembunuh di depannya. Ibrahim, dia mengepalkan
tangannya, lalu menonjok bagian wajah pria yang
menembak ayahnya. Pukulan anak kecil yang baru
berumur 8 tahun itu, berhasil merobohkan pria itu
sampai tersungkur di lantai,”Dasar keparat.”
Teriaknya. Kata yang sering didengarnya saat teman-
temannya berkelahi.
Beberapa orang masuk ke dalam.
Mereka mengamankan Aisyah, Ibrahim, dan
Ismail. Mereka menariknya. Memegang meraka erat.
Ismail dan Ibrahim menangis kencang. Aisyah, dia
masih bersungut-sungut, berteriak meminta tolong.
Plaaakkkk..! tamparan di bagian belakang
pundaknya membuat Aisyah diam, jatuh pingsan.
11
“Ibuuuuuuuu !” Teriak Ibrahim dan Ismail.
Mereka geram, marah, sedih, menangis dengan
sangat kencang.
Ibrahim dan Ismail masih dipegang erat oleh dua
orang berpakaian penutup kepala. Mereka
menyaksikan semuanya. Ceceran darah. Tubuh
ayahnya yang dibawa. Dan ibunya yang diseret.
Mereka menyaksikan semuanya. Mereka tidak dapat
melawan. Tidak dapat berbuat apapun. Hanya
menangis melihat kejadian yang mengerikan ini.
12
Operasi Jantung
20 tahun kemudian. 12- Januari-2030
Peradaban dunia sudah berubah. Berbagai
inovasi teknologi diperkenalkan. Dimulai dari robot-
robot yang sudah bisa melakukan pekerjaan manusia,
permainan yang super cangging, dan kemajuan
lainnya.
Semua orang terlalu mendewakan teknologi,
hidup tanpa teknologi seolah menjadi waktu ajal bagi
mereka.
Perubahan peradaban ini membentuk perubahan
karekteristik setiap orang. Alhasil, karakter setiap
orang menjadi tidak peka dan tidak sadar terhadap
sekelilingnya. Kebebasan menjadi semboyan setiap
orang dimanapun mereka berada. Perzinahan-miras-
perjudian, seakan menjadi kegiatan sehari-hari. Tak
ada henti, tak ada reda. Orang-orang idealis seolah
disingkirkan secara perlahan. Semenjak peristiwa
penggerebegan dengan alasan terorisme, beberapa
orang di berbagai tempat ditangkap dengan alasan
yang sama.
Seiring berjalannya waktu, terjadi pengasingan-
pengasingan akibat kekhwatiran akan terorisme.
Orang-orang yang memiliki pemikiran idealisme,
mereka dikumpulkan di suatu tempat dengan
penjagaan ketat para petugas. Hanya beberapa orang
13
yang dibolehkan untuk keluar masuk area tersebut
untuk bekerja. Mereka menamakan tempat itu dengan
kampung idealis.
Selain itu, kondisi ini membuat keseimbangan
bumi terganggu. Banyaknya polusi-polusi, suhu
udara hampir pernah mencapai 60ºC, terjadi hujan
asam, saat ini sudah selama 40 hari hujan selalu turun
dan matahari setiap hari redup. Semua orang panik
dengan kejadian fenomena alam ini. Ditambah
dengan bermunculannya penyakit-penyakit baru,
berbahaya dan langka.
Efek dari matahari yang redup, hujan yang terus
mengguyur, banyak petani yang gagal panen.
Kemudian terjadi kesenjangan bahan makanan. Dan
kondisi ini juga menambah kesenjangan ekonomi
yang sudah lama terjadi. Karena itu juga kasus-kasus
kejahatan terus bertambah.
Baru-baru ini pemerintah membuat kebijakan
penghematan energi listrik, dengan tujuan agar
membuat keseimbangan alam kembali. Dengan
keseimbangan yang kembali sehingga dapat membuat
tatanan pertanian dapat berjalan seperti sedia kala,
dan kebutuhan masyarakat akan terpenuhi. Mereka
terus berupaya agar semua ini dapat kembali seperti
semula. Matahari bekerja seperti biasa sebagai
penyuplai energi utama, air sebagai pengurai, dan
dengan itu penghijauan dapat dilakukan.
Setiap rumah sakit selalu penuh dikunjungi
pasien yang berobat. Begitupun para dokter, mereka
14
selalu sibuk merumuskan mencari obat untuk
penyakit baru yang bermunculan.
Terutama di Rumah Sakit The Masion Hospital
yang bertempat di daerah Gede Bage Bandung, tepat
di depan danau alun-alun bandung, 1 km dari utara
stadion Bandung Lautan Api.
Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, rumah
sakit ini menjelma menjadi rumah sakit terbesar di
Indonesia. Bahkan dua tahun yang lalu mendapatkan
prestasi sebagai rumah sakit terbaik di Indonesia.
Sebagai rumah sakit dengan peralatan yang lengkap,
disini menjadi pusat pengembangan pengobatan
penyakit baru. Dan tentunya terdapat dokter-dokter
yang hebat. Salah satunya, Dr. Alex. Dokter lulusan
Universitas Harvard. Dokter termuda yang meraih
gelar professor. Di umur yang ke 26, dia sudah
mendapatkan gelar tersebut.
Namanya dikenal sebagai dokter yang selalu
sukses melakukan operasi. Dia merupakan anak dari
mantan menteri pertahanan. Ayahnya menyekolahkan
dirinya di Harvad. Jadi pantas jika dia merupakan
dokter hebat dan banyak prestasi yang diraihnya.
Selain dikenal dengan prestasinya yang luar
biasa, dia juga dikenal dengan kepribadiannya aneh.
Sebagai dokter yang hebat, dia tidak mencerminkan
itu. Pakaiannya yang selalu memakai kaos, sikapnya
yang tengil, rambutnya yang kusut. Banyak orang
yang tidak percaya dia merupakan dokter muda
terbaik jika tidak memakai jas dokter.
15
Waktu istirahat tiba, dokter Alex selalu
mengisinya dengan menonton berita atau membaca
koran ataupun membaca berita di gadzetnya. Dia
selalu asik, dan fokus saat menonton atau membaca
berita, seolah ingin tahu banyak tentang semua yang
terjadi.
“Serius bener nonton beritanya. Nih, ngopi dulu,
pak.” Sahut Arman, asistennya. Dia meletakkan satu
gelas berisi kopi di atas meja.
“Oke. Makasih.” Jawab Alex, datar, tersenyum,
dengan mata masih fokus melihat ke arah TV.
“Berita apa pak ?
“Eh, sudah kubilang jangan panggil pak. Serasa
sangat tua. Panggil dengan panggilan lain aja.”
Potong Alex.
“Lagi nonton berita apa kakak?” Ulang Arman.
Alex merubah pandangannnya, melihat Arman,
dia tersenyum tengil,”Ini berita tentang munculnya
penyakit baru, yang belum ada obatnya.”
“Oh, soal itu, bukannya nanti malam ada
pertemuan untuk membahas tentang itu ya.”Mata
Arman membulat, membayangkan pertemuan nanti
malam.
“Mmm, ya udah jangan terlalu dipikirkan. Fokus
aja sama operasi nanti sore.”
“Apakah kakak yakin akan mengoperasi pasien
itu. Bukannya operasi ini dapat dilakukan oleh robot
dokter yang sudah diprogram untuk mengoperasi
16
bypass atau kalau engga, operasi ini juga bisa
dilakukan menggunakan teknologi yang sekarang
atau prosedur bypass?”
Alex mematikan Tvnya,”Apakah kamu dan
teman-teman kamu dan juga dokter magang nanti
dapat bertanya kepada dokter robot tentang
operasinya dan juga apakah kamu pernah mengikuti
operasi jantung terbuka ?”
“Iyaa. Engga ..” Arman tidak dapat berkata-kata
lagi.
“Dokter lain mungkin menggunakan robot untuk
operasi ini. Namun, bagiku selama tanganku ini
masih dapat dipakai untuk menyelamatkan orang,
maka aku akan lakukan itu dengan tanganku sendiri,
tidak peduli seberapa susahnya itu, juga seberapa
gampangnya itu. Karena aku seorang dokter.” Alex
membukakan telapak tangannya, menunjukannya
kepada Arman.
“Dan juga aku ingin memberikan pelajaran
tentang bedah jantung terbuka, karena mungkin suatu
saat teknologi itu tidak akan bisa digunakan. Seperti
saat kalian suasana perang.” Papar dokter Alex,
diselingi dengan senyuman tengilnya.
“Cepat kamu salin, panggil yang lainnya. Kita
ketemu lagi di ruang operasi.”
“Siap. Tapi kak, ada kabar baik buat kakak.”
Arman tersenyum menyampaikannya.
“Hoh, apa ?”
17
“Dokter Jessika, tunangan kakak, dia hari ini
balik lagi ke rumah sakit ini. Ciee” Jawab Arman
menggoda, lalu pergi.
Tarikan nafas Alex serasa terhenti mendengar
nama itu kembali. Rasa sakit itu kembali lagi, beradu
dengan sisa-sisa rasa rindu kepada wanita itu.
Tangannya bergetar, matanya menatap kosong ke
layar TV, bayangannya terlihat hitam. Dia merasa
rasa sakitnya terlalu besar, walaupun ada sisa rindu
yang menyapa.
Sakit. bayangan itu muncul kembali. .
******
Dokter Alex mengganti pakaiannya dengan
pakaian operasi, serba hijau. Konon katanya saat dia
sekolah kedokteran, pemakaian seragam warna hijau
berfungsi agar pikiran dokter selalu jernih, setelah
berjam-jam hanya melihat organ-organ tubuh dan
darah, karena warna hijau dapat memberikan daya
tarik untuk membuat pikiran menjadi segar seperti
tanaman-tanaman hijau.
Dia berjalan menuju ruang operasi. Tarikan
nafasnya masih terasa sesak. Pikiran tentang dokter
Jessika masih terus dipikirkannya. Rasa sakit
dirasakannya lebih besar. Kenangan-kenangan dulu
bersamanya bermunculan. Setiap muncul bayangan
senyuman dokter Jessika, membuatnya semakin sakit.
Dokter Alex membersihkan tangannya dengan
sabun. Dia menggosokan sabun secara merata sampai
siku tangannya. Hal ini dilakukan agar tangannya
18
bersih dari patogen atau mikroba pembawa penyakit
yang mungkin dapat menginfeksi pasien yang akan
dioperasi.
Badannya semakin bertambah menggigil, dingin,
dengan udara di ruang operasi. Perawat memakaikan
jubah operasa, sarung tangan, dan kacamata loupe
atau lebih dikenal dengan kacamata pembesar khusus
operasi. Dokter Alex berjalan ke posisinya. Dia
menarik nafas panjang, lalu menghembuskanya.
Suara musik pop sudah dinyalakan untuk membuat
suasana ruang operasi tidak tegang.
“Pasien ini seorang bapak berumur 47 tahun.
Menderita aterosklerosis 1. Terjadi penyumbatan
arteri pada jantung sehigga darah tidak dapat berjalan
lancar. Setalah aku membedah dan memasang selang-
selang, nyalakan mesin cardiopulmonary 2. Setelah
itu, aku akan memulai melakukan bypass3.” Dokter
Alex menjelaskan dengan suara bergetar. Tubuhnya
terasa lemah, masih memikirkan kenangan buruknya.
“Apakah semuanya sudah mengerti ?” Tanya
Dokter Alex. Memastikan.
“Iya mengerti dok.”
1 Penimbunan lemak di dalam arteri jantung
2 Alat yang digukanan untuk menghentikan sementara keadaan jantung (atau
disebut juga mesin jantung-paru.)
3 Membuat pembuluh darah baru dari aorta(pembuluh darah besar)
melewati pembuluh darah koroner yang tersumbat, sehingga jantung kembali mendapat pasokan darah
19
Semuanya siap melakukan operasi. Dokter
Arman berada di depan Dokter Alex. Lusi dan Gilang
berada di samping, mereka berdua sebagai dokter
instrument. Fiska, sebagai dokter anestasi. Dan ada
beberapa dokter kaos4.
“Kondisi vital pasien stabil dok. Silahkan anda
mulai operasinya.” Sahut Fiska.
“Scalpel.” Pinta Alex. Lusi memberikannya.
Dokter Alex mengambil pisau bedah, tangannya
bergetar saat hendak memulai pembedahan.
Badannya terasa lemas, memikirkan kenangan
dengan Jessika.
Arman melihat itu, kaget,”Kenapa kak ? Apakah
kakak baik-baik saja ?” Tanyanya.
Mata Alex dia arahkan kepada Arman, lalu
mengerditkan kedua matanya. Dia menarik nafas
panjang, lalu mulai menyayat kulit bagian tengah
dada. Darah segar keluar ketika tajamnya pisau
membelah bagian kulit. Asisten membersihkan darah
yang keluar. Ada sedikit darah yang keluar dari
nadinya.
“Bovie.” Pinta Alex. Dia mulai
membersihkannya. Lalu mulai membuka tulang dada.
“Reftraktor.”
Dokter Alex dan dokter Arman, menjepit bagian
jaringan kulit yang baru disayat, lalu menghubungnya
4 Panggilan untuk dokter magang.
20
satu sama lain. Jantung sebesar ukuran kepalan
tangan itu terlihat berdetak pelan. Dokter Alex mulai
memasang pipa dari alat cardiopulmonary pada aorta
dan atrium kanan.
“Siapkan Bypass !” Seru dokter Alex.
“Bypass siap dok.” Tegas dokter Arman.
“Clamp.” Pinta dokter Arman.
Clamp yang mirip bentuknya seperti tang sudah
berada di tangan dokter Arman. Lalu, dia mulai
mengentas atau menjepit aorta dengan clamp,
seketika darah merah segar mengalir sepanjang
saluran pompa menuju tubuh pasien, menuju ke
jantung dan kembali ke mesin sebagai cairan gelap
yang kekurangan oksigen. Dan saat itu juga, jantung
tidak mengandung darah dan berhenti bekerja
digantikan oleh mesin yang terpasang.
“Gunting.” Pinta dokter Alex.
Dokter Alex, membuat lubang dalam arteri
koroner yang tersumbat, untuk melakukan bypass.
Namun, sebelum itu, dia dengan teliti manarik keluar
bagian-bagian kecil sumbatannya untuk mencegah
sumbatan itu ikut mengalir ke dalam sirkulasi dan
menyumbat cabang pembuluh darah yang memasok
makanan bagi otot jantung.
“Needle holder.”
Kaca pembesar yang dipakai dokter Alex,
memperbesar ukuran vena, arteri dan jahitan menjadi
3,5 kali lipat. Luope kaca itu juga yang cukup
21
membantu ketika menjahit vena ke arteri yang
tersumbat menggunakan filamen polipropolen5.
Walaupun tangannya lihai ketika menjahit tapi dia
tetap fokus dan berhati-hati.
“Irigation. Tissu.” Pinta dokter Alex.
Dia membersihkan bagian-bagian yang terkotori
darah. Dia memasukan tangannya ke dalam tubuh
pasien, membersihkan darah yang tertempel. Lalu,
setelah itu, dia mencabut clamp yang menjepit aorta.
Darah mengalir ke vena yang kini berperan sebagai
arteri yang baru dan kembali ke jantung.
Beberapa saat berselang, jantung yang diam tiba-
tiba berdenyut pelan, lalu jantung berdenyut lebih
cepat, menggelepar seperti ikan, lalu tidak lama,
denyutan irama jantung kembali normal dan teratur.
Melihat itu. Semua orang tersenyum lega, karena
operasinya berhasil. Dokter Alex menutup jantung,
memasang kembali tulang-tulang dada menggunakan
kawat khusus.
“Hanya tinggal menjahit. Bisa kamu
selesaikan?” Tanya Alex kepada Arman.
“Iya siap bisa dok.” Sahut semua dokter yang
berada disana.
5 Benang untuk menjahit yang sama ukurannya dengan benang pancing namun dengan diameter setebal rambut.
22
“Ingat operasi selanjutnya, harus kamu yang
pimpin.” Gurau dokter Alex, membuat terkejut
dokter Arman.
Dokter Alex keluar ruangan operasi.
Dokter Alex masuk ke dalam ruangannya. Dia
duduk, merebahkan punggungnya. Pikirannya
kembali tertuju kepada Jessika. Dia tidak mengerti
kenapa hanya karena wanita itu dirinya bisa terlihat
lemah seperti itu. Sampai saat hendak membedahpun
tangannya bergetar, lemas. Pikiran itu membuatnya
gila. Hatinya yang tidak karuan ditambah dengan
pikiran yang kacau.
Waktu pertemuan membahas tentang penyakit
baru yang bermunculan sekitar tiga jam lagi. Dokter
Alex memanfaatkan waktu tersebut untuk
merebahkan badannya di kasur, lalu tertidur.