Download - Seminar Askep
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG GELATIK RUMAH SAKIT JIWA MENUR
SURABAYA
Disusun Oleh:
1. Astrid Andryana N. (P27820108008)2. Fathoni Eko Adi S. (P27820108016)3. Feny Andriani (P27820108017)4. Nanik Ratnawati (P27820108028)5. Thurfah Kustiati (P27820108034)6. Vina Intihatus S. (P27820108039)7. Ary Kurnia (P27820108043)8. Claudia C.P.P. (P27820108044)9. Ferri Kusnadi (P27820108053)10. Gloria Paradita (P27820108057)11. Okky Andhika M. (P27820108067)12. Suhartiningsih (P27820108075)
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATANPROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SOETOMO
SURABAYA2010
1
Lembar Pengesahan
Seminar Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.S dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran Di Ruang Gelatik RS Jiwa Menur Surabaya telah di
periksa dan di sahkan sebagai praktik klinik DIII Program Studi Keperawatan
Soetomo Surabaya yang dilaksanakan pada tanggal 25 November 2010.
Surabaya, 23 November 2010
Pembimbing Ruangan Gelatik
SHODIKIN, S.Kep.,Ns.NIP. 19690312 199101 1001
Pembimbing Pendidikan
KASTUBI, S.Kep., Ns., M.Kes.NIP. 19630607 199003 1002
Mengetahui,
Kepala Ruangan Gelatik
SISWO, S.Kep.NersNIP. 19591201 198110 1004
2
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI PENDENGARAN
A. KASUS (MASALAH UTAMA)
Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi pendengaran
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra
sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya
mungkin organik, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1994).
Halusinasi dapat terjadi pada klien gangguan mental organik, psikosis,
sindroma putus obat, keracunan obat, gangguan afektif, gangguan
keseimbangan endokrin, gangguan tidur. Halusinasi merupakan salah satu
disfungsi yang paling sering terjadi pada skizofrenia yang menggambarkan
hilangnya kemampuan penilaian realitas.
2. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart and Sunden (1998 : 305) faktor predisposisi yang
menimbulkan halusinasi, antara lain :
a. Faktor Biologis
Abnormalitas otak yang menyebabkan respons neurobiologik.
Beberapa bahan kimia juga dikaitkan dapat menyebabkan respon
neurbiologis misalnya: dopamine neurotransmiter yang berlebihan,
ketidakseimbangan antara dopamine neurotransmiter lain dan masalah-
masalah pada sistem receptor dopamine.
b. Faktor sosial budaya
Stres yang menumpuk, kemiskinan, peperangan, dan kerusuhan, dapat
menunjang terjadinya respon neurobiologis yang maladaptif.
3
c. Faktor Psikologis
Penolakan dan kekerasan yang dialami klien dalam keluarga dapat
menyebabkan timbulnya respon neurobiologis yang maladaptif.
3. Faktor Pencetus
Menurut Stuart and sunden (1998: 310), faktor pencetus terjadinya halusinasi
antara lain:
a. Faktor biologis
Gangguan dalam putaran balik otak yang memutar proses informasi dan
abnormaltas pada mekanisme pintu masuk dalam otak mengakibatkan
ketidakmampuan menghadapi rangsangan. Stres biologis ini dapat
menyebabkan respon neurobiologis yang maladaptif.
b. Faktor Stres dan Lingkungan
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan merupakan stressor
lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan perilaku. Klien berusaha
menyesuaikan diri terhadap stressor lingkungan yang terjadi.
c. Faktor Pemicu Gejala
1. Kesehatan
Gizi yang buruk, kurang tidur, kurang tidur, keletihan, ansietas sedang
sampai berat, dan gangguan proses informasi.
2. Lingkungan
Tekanan dalam penampilan (kehilangan kemandirian dalam melakukan
aktivitas sehari-hari), rasa bermusuhan dan lingkungan yang selalu
mengkritik, masalah perumahan, gangguan dalam hubungan
interpersonal, kesepian (kurang dukungan sosial), tekanan pekerjaan,
keterampilan sosial, yang kurang, dan kemiskinan.
3. Sikap/ perilaku
Konsep diri yang rendah, keputusasaan (kurang percaya diri),
kehilangan motivasi untuk melakukan aktivitas, perilaku amuk dan
agresif.
4
4. Macam-macam halusinasi
a. Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan :
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang
luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu :
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
d. Halusinasi peraba :
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap :
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik :
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine. (Menurut Stuart, 2007)
5
5. Fase-fase halusinasi
a. Fase pertama (Comforting)
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stres, perasaan yang terpisah,
kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal
yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stres. Cara ini
menolong sementara. Klien masih dapat mengontrol kesadarannya dan
mengenal pikirannnya namun intensitas persepsi meningkat.
b. Fase kedua (Condemning)
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat listening pada halusinasi. Pemikiran
internal menjadi menonjol seperti gambaran suara dan sensasi. Halusinasi
dapat berupa bisikan yang tidak jelas. Klien takut apabila orang lain
mendengar, klien merasa tidak mampu mengontrolnya. Klien membuat
jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah
halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.
c. Fase ketiga (Controling)
Halusinasi lebih menonjol, mengusai dan mengontrol. Klien menjadi
terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi
kesenangan dan rasa aman yang sementara.
d. Fase keempat (Consquering)
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepasakan diri dariu kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah
menjadi mengancam, memerintah dan memarahi. Klien tidak dapat
berhubungan dengan orang lain karena terlaslu sibuk dengan
halusinasinya. Klien mungkin berada dalam dunia yang menakutkan
dalam waktu yang singkat, beberap a jam atau selamanya. Proses ini
menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
6
6. Rentang Respon
Rentang respon halusinasi ( berdasarkan Stuart dan Laria, 2001).
Adaptif Maladaptif
Pikiran logis Distorsi pikir Gangguan pikir
Persepsi kuat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosi meningkat Sulit berespon emosi
Perilaku sesuai Perilaku aneh/tidak biasa Perilaku disorganisasi
Berhub. Sosial Menarik diri Isolasi sosial
C. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Efek)
Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran (Core Problem)
Gangguan hubungan sosial : menarik diri (Etiologi)
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
D. MASALAH KEPERAWATAN
Masalah Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Efek)
2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran (Core Problem)
3. Gangguan hubungan sosial : menarik diri (Etiologi)
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
7
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran berhubungan dengan
gangguan hubungan sosial : menarik diri.
2. Gangguan hubungan sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan
Konsep diri : harga diri rendah.
3. Gangguan Konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan mekanisme
koping inefektif.
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Diagnosa 1
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran berhubungan dengan
gangguan hubungan sosial : menarik diri.
Tujuan : Klien mampu mengontrol halusinasinya
Kriteria Hasil :
Pasien dapat dan mau berjabat tangan.
Pasien mau menyebutkan nama, mau memanggil nama perawat dan mau
duduk bersama.
Pasien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri.
Pasien mau berhubungan dengan orang lain.
Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secara
bertahap dengan keluarga.
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya.
Buat kontrak dengan klien.
Lakukan perkenalan.
Panggil nama kesukaan.
Ajak pasien bercakap-cakap dengan ramah.
8
Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
serta beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaan penyebab
pasien tidak mau bergaul/menarik diri.
Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta yang
mungkin jadi penyebab.
Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan.
Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan.
Perlahan-lahan serta pasien dalam kegiatan ruangan dengan melalui
tahap-tahap yang ditentukan.
Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai.
Anjurkan pasien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari berhubungan.
Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan pasien mengisi waktunya.
Motivasi pasien dalam mengikuti aktivitas ruangan.
Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan.
Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling percaya dengan
keluarga.
Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebab dan
car a keluarga menghadapi.
Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi.
Anjurkan anggota keluarga pasien secara rutin menengok pasien minimal
sekali seminggu.
9
b. Diagnosa 2
Gangguan hubungan sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan
Konsep diri : harga diri rendah.
Tujuan : Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
Kriteria Hasil :
Pasien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan.
Pasien dapat menyebutkan efektifitas koping yang dipergunakan.
Pasien mampu memulai mengevaluasi diri.
pasien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Pasien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuai
dengan rencana.
Intervensi :
Dorong pasien untuk menyebutkan aspek positip yang ada pada dirinya
dari segi fisik.
Diskusikan dengan pasien tentang harapan-harapannya.
Diskusikan dengan pasien keterampilannya yang menonjol selama di
rumah dan di rumah sakit.
Berikan pujian.
Identifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh pasien
Diskusikan koping yang biasa digunakan oleh pasien.
Diskusikan strategi koping yang efektif bagi pasien.
Bersama pasien identifikasi stressor dan bagaimana penialian pasien
terhadap stressor.
Jelaskan bahwa keyakinan pasien terhadap stressor mempengaruhi pikiran
dan perilakunya.
Bersama pasien identifikasi keyakinan ilustrasikan tujuan yang tidak
realistic.
Bersama pasien identifikasi kekuatan dan sumber koping yang dimiliki
10
Tunjukkan konsep sukses dan gagal dengan persepsi yang cocok.
Diskusikan koping adaptif dan maladaptif.
Diskusikan kerugian dan akibat respon koping yang maladaptive.
Bantu pasien untuk mengerti bahwa hanya pasien yang dapat merubah
dirinya bukan orang lain
Dorong pasien untuk merumuskan perencanaan/tujuannya sendiri (bukan
perawat).
Diskusikan konsekuensi dan realitas dari perencanaan / tujuannya.
Bantu pasien untuk menetpkan secara jelas perubahan yang diharapkan.
Dorong pasien untuk memulai pengalaman baru untuk berkembang sesuai
potensi yang ada pada dirinya.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Budi Anni Keliat,Dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC
2. Maramis, Willy F .2009.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2;Surabaya.
3. Yosep, I.2009. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Refika Aditama: Jakarta.
4. Internet :
a. Http://www.blog.priyanto.com
b. Http://keperawatan-gun.blogspot.com
12
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN PSP : HALUSINASI PENDENGARAN
(Pertemuan Pertama : 15-11-2010)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien tampak menyendiri, gelisah, kontak mata kurang.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
3. Tujuan Khusus
TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
TUK 2: Klien dapat mengenal halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, ciptakan lingkungan
terapeutik.
b. Beri kesempatan klien ungkapkan perasaanya.
c. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati
d. Diskusikan dengan klien halusinasi yang dialaminya.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“ Selamat pagi Mas ? Perkenalkan nama saya Feny Andriyani, panggil
saja saya mbak Feny ya!, saya Mahasiswa Keperawatan Soetomo.”
b. Evaluasi/ validasi
“ Bagaimana perasaan Mas hari ini? Kenapa mas sampai dibawa kesini ?”
c. Kontrak
13
Topik : “ Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang suara-suara
yang sering mas dengar?”
Waktu : “ Mau berapa lama kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau
selama 15 menit ?”
Tempat : “Mas mau ngobrol dimana?” Bagaimana kalau di ruang tamu?”
2. Kerja
a. Coba mas ceritakan suara-suara yang mas dengar!
b. Kapan saja suara itu muncul? Situasi yang bagaimana menurut mas
menjadi pencetus munculnya suara tersebut ?
c. Berapa kali suara itu mas dengar dalam sehari?
d. Apakah yang mas lakukan jika suara-suara itu muncul? Apakah mas
mengikuti printah suara-suara yang mas dengar?
e. Bagaimana perasaan mas ketika suara-suara itu muncul ?
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“ Bagaimana perasan mas sekarang setelah bercakap-cakap dengan saya?”.
b. Evaluasi obyektif
“ Coba masih ingat nama saya ? terus coba sebutkan lagi kenapa mas
dibawa kesini ?”
c. Rencana tindak lanjut
“ Baiklah mas karena waktu kita sudah habis kita sudahi sampai disini ya,
besok kita nomong-ngomong lagi ya ?
4. Kontrak
Topik : “ Besok kita bercakap-cakap lagi ya mas. Kita akan diskusikan
bagaimana cara mengontrol suara-suara yang mas dengar itu.”
Waktu : “ Jam berapa besok kita bisa bertemu? Bagaimana kalau jam 09.00
WIB selama 15 menit. Mas setuju?
Tempat: “Kita akan berbincang-bincang di taman, setuju?
14
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN PSP : HALUSINASI PENDENGARAN
(Pertemuan Kedua : 16-11-2010)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Kllien tampak menyendiri, gelisah, kontak mata kurang.
2. Diagnosa Keperawata.
Resiko mencederai diri sendiri /orang lain lingkungan berhubungan dengan
halusinasi pendengaran.
3. Tujuan khusus
TUK 3 : klien dapat mengontol halusinasinya.
4. Tindakan Keperawatan
a. Diskusikan dengan klien cara yang dilakukan selama ini untuk
mengontrol halusinasinya.
b. Diskusikan manfaat dan kerugian cara yang selama ini dilakukan.
c. Diskusikan dengan klien cara baru mengontrol halusinasinya.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. ORIENTASI
a. Salam terapeutik.
“ selamat pagi mas.?”
b. Evaluasi / validasi
“ bagaimana perasaan mas hari ini? Apakah mas masih mendengar
suara-suara seperti kemarin?”
c. Kontrak.
Topik : “ Seperti janji kita kemarin, hari ini kita akan membicarakan
tentang bagaimana supaya suara-suara yang mas dengan dapat
15
dikendalikan.”
Waktu : “ Mau berapa lama kita berbincang-bincang ? Bagaimana
kalau selama 15 menit ?”
Tempat : “Mas mau ngobrol dimana?” Bagaimana kalau di ruang
tamu?”
2. Kerja
a. Kalau mas mendengar suara-suara itu apa yang mas lakukan ?
b. Apakah dengan cara seperti itu suara-suara yang mas dengar
berkurang?
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan mas setelah kita berbincang-bincang?”
Evaluasi obyektif
“Jadi ada empat cara untuk mengendalikan suara-suara yang mas
dengar. Pertama mengendalikan halusinasi, kedua berbincang
dengan orang lain, ketiga mengatur aktifitas, sehingga tidak ada
waktu untuk melamun, dan keempat minum obat teratur”
b. Tindak lanjut klien
“Mas, kalau suara-suara itu muncul lagi, mas langsung mencoba cara
yang mas pilih tadi.”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “besok kita bercakap-cakap lagi ya mas. Kita akan diskusikan
obat-obatan yang mas minum untuk mengatasi suara-suara yang mas
dengar”
Waktu : “nanti kita bercakap-cakap selama 15 menit, mas setuju”
Tempat : “berbincang-bincangnya di taman saja ya?”
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
16
RS. JIWA DAERAH MENUR SURABAYA
RUANGAN RAWAT: GELATIK TANGGAL DIRAWAT: 27 – 10 -2010
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. S Tanggal Pengkajian : 15 – 11 -2010
Umur : 19 Tahun RM No. : 03-78-09
Informan : Status, Px dan Keluarga Px Pekerjaan : Pelajar
Status : Belum nikah Pendidikan : SMP
Alamat : Bulak Jaya VIII Surabaya
II. ALASAN MASUK
Klien masuk di ruang gelatik pada tanggal 27 Oktober 2010 karena px bicara dan
tertawa sendiri.
Keluhan saat pengkajian :
Px mengatakan sering mendengar bisikan-bisikan atau suara-suara yang menyuruh
untuk melaksanakan amalan-amalan (ilmu pelindung diri). Px tidak mengetahui
siapa yang membisikkan suara-suara itu. Suara itu muncul jika sendirian dan
respon pasien kadang diam, mondar-mondir dan memukul-mukul tembok.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalunya (tidak)
Px tidak pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalunya.
2. Pengobatan sebelumnya
Pengobatan sebelumnya tidak pernah karena px baru pertama kali mengalami
sakit jiwa.
3. Pengalaman
17
Tidak didapatkan data pengalaman klien karena aniaya, kekerasan atau
tindakan criminal.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (Tidak)
Tidak ditemukan anggota keluarga yang mengalami sakit seperti klien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Px mengatakan saat di pondok pesantren px sering dimarah-marahi oleh
kyainya karena tidak bias melaksanakan amalan-amalan yang diberi oleh
kyainya.
Px mengatakan saat dirumah px juga seering di marah-marahi oleh
keluarganya karena dilarang untuk mengikuti ajaran kyainya yang tidak benar.
Masalah Keperawatan : Respon pasca Trauma
IV. FISIK
1. Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg N : 88 x/m S : 36,50c RR : 20
x/mnt
2. Ukur : TB : 160 cm BB : 55 kg
3. Keluarga Fisik (Tidak)
Jelaskan : Klien mengatakan tidak mengalami keluhan fisik
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan :
a. Posisi klien dalam keluarga
Px mengatakan px adalah anak ke 6 dari 10 bersaudara. Px berumur 19
tahun.
b. Tinggal serumah
18
Px mengatakan px tinggal serumah dengan ayah ibu kakak kelima dan
adik-adiknya
c. Faktor herediter
Px mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti
klien.
d. Hubungan antar keluarga
Px mengatakan hubungan antar keluarganya baik. Px dekat dengan kakak
kelima (Tn. Sm) karena px merasa nyaman jika sedang bercerita dengan
kakaknya
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri : Px mengatakan bagian tubuh yang disukai adalah
hidungnya karena hidungnya mancung. Px mengatakan
bagian tubuh yang tidak disukai adalah rambutnya
karena rambut px beruban.
b. Identitas : Px mengatakan bahwa dirinya adalah seorang laki-laki
berusia 19 tahun. Px meruapakan anak keenam dari
sepuluh bersaudara. Px masih sebagai pelajar di pondok
pesantren.
c. Peran : Px mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak. Px
mengatakan jarang membantu pekerjaan di rumah
karena px sekolah di pondok pesantren. (Di rumah)
Px mengatakan bahwa dirinya adalah px di ruang
gelatik. Px termasuk px yang kooperatif. (Di Rumah
Sakit Jiwa)
d. Ideal Diri : Px mengatakan bahwa px tidak mengetahui cita-citanya
nanti menjadi apa. Px hanya berharap cepat sembuh.
e. Harga Diri : Px mengatakan malu dengan dokter, perawat,
mahasiswa karena takut diejek sebagai orang gila.
19
Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Px mengatakan bahwa orang yang berarti adalah ayah dan ibunya karena
px ingin membahagiakan ayah dan ibunya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok
Px mengatakan bahwa px jarang mengikuti kegiatan di masyarakat dan di
rumah sakit. Px jarang bergaul dengan orang lain.
c. Hambatan dengan hubungan orang lain
Px jarang berkomunikasi dengan orang lain (pendiam).
Masalah Keperawatan : Resiko menarik diri
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Px mengatakan px beragama islam. Px menganggap bahwa penyakitnya
adalah ujian dari Tuhan Yang Maha Esa.
b. Kegiatan ibadah
Px mengatakan bahwa selama di rumah (sebelum MRS) px rajin beribadah.
Dan di rumah sakit jarang sholat.
Masalah Keperawatan : Disstres spiritual
GENOGRAM:
20
19
: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal Serumah
: Orang Terdekat
: Pasien
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Jelaskan : Saat dikaji penampilan px cukup rapi, menggunakan pakaian
sesuai dengan fungsinya, rambut pendek dan sedikit beruban,
kuku pendek, px tidak memakai alas kaki dan mandi dan sikat
gigi 2 kali sehari.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Penjelasan : Saat ditanya Px menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat
dan tidak mampu memulai pembicaraan.
Masalah Keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal
3. Aktivitas Motorik
Tegang dan gelisah.
Penjelasan : apabila px gelisah px mondar-mandir keluar masuk ruangan. Saat
Halusinasi pendengaran muncul Px selalu memukul-mukul
tembok.
Masalah Keperawatan : Resiko tinggi mencederai diri.
4. Alam Perasaan
Khawatir
21
Penjelasan : Px mengatakan khawatir jika bisikan-bisikan/suara muncul
kembali.
Masalah Keperawatan : Ansietas
5. Afek
Sesuai dengan keadaan
Penjelasan : Jika px diajak berbicara cerita lucu, px ikut senang dan tertawa.
Jika cerita sedih px ikut sedih.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Interaksi selama wawancara
Kontak mata kurang.
Penjelasan : Saat dikaji px sering menundukkan kepala dan mengalihkan
pandangan.
Masalah Keperawatan : Menarik diri
7. Persepsi
Halusinasi pendengaran
Penjelasan : Px mengatakan sering mendengar suara-suara/bisikan yang
menyuruhnya untuk mengamalkan amalan-amalan (Ilmu
kekebalan tubuh) dan Px tidak mengetahui siapa yang
membisikkan suara-suara itu. Suara itu muncul jika sendirian dan
respon pasien kadang diam, mondar-mondir dan memukul-mukul
tembok.
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran
8. Proses Pikir
Penjelasan : Saat ditanya Px menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat
dan tidak mampu memulai pembicaraan.
Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir (Arus pikir : Blocking)
9. Isi Pikir
Penjelasan : Saat dikaji px tidak ditemukan kelainan isi pikir.
22
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat Kesadaran
Penjelasan : px tau bahwa dia sekarang berada di RS Jiwa tempat orang sakit
jiwa, saat ditanya sekarang ini pagi, siang atau malam px dapat
menjawab dengan benar yaitu pagi dan siapa saya (pengkaji) px
dapat menjawab dengan benar yaitu mahasiswa yang sedang
praktek.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Penjelasan : Ketika ditanya oleh pengkaji kapan px dibawa ke rumah sakit px
dapat menjawab dengan benar yaitu “kira-kira 3 minggu yang lalu
mb.” Saat ditanya pengalaman masa lalunya px bisa menceritakan
ceritanya dengan runtut.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Penjelasan : Saat pengkaji meminta px untuk menghitung [(25 x 2) : 5 + 10 -
5] px dapat menjawab dengan benar, yaitu 15 dengan waktu 45
detik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Penjelasan : Saat ditanya mandi dulu baru makan atau sebaliknya. Px
menjawab mandi dulu, alasannya dia ingin bersih badannya dulu
biar saat makan terasa enak.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
14. Daya Tilik Diri
Penjelasan : Px menerima dan menyadari tentang keadaan penyakitnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi / menyediakan kebutuhan
23
Penjelasan : Klien mampu memenuhi atau menyediakan kebutuhannya sendiri,
seperti kebutuhan makan, keamanan, perawatan kesehatan,
pakaian.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan Diri
Penjelasan : Px dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri, seperti,
mandi, makan, BAK-BAB, serta mengganti pakaian sendiri.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
b. Nutrisi
Penjelasan : Px puas dengan pola makan yang ada dan tidak memisahkan
diri saat makan, karena px merasa bahwa menu makanan yang
telah disediakan sesuai dengan keinginan px. Px makan
dengan frekuensi 3x sehari dan udapan 2x sehari. BB px 60
kg.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
c. Tidur
Penjelasan: Px mengatakan tidak mempunyai gangguan tidur, merasa segar
setelah bangun tidur, px memiliki kebiasaan tidur siang (± 2
jam). Waktu tidur malam pukul 20:00 WIB, waktu bangun
pukul 05:00 WIB.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Kemampuan klien
Penjelasan : Px mampu mengatasi / mengantisipasi kebutuhan sendiri,
membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri, tetapi
mengatur penggunaan obat dibantu oleh petugas.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Klien memiliki sistem pendukung
24
Penjelasan : Px mengatakan didukung oleh keluarganya dalam melakukan
pengobatan di RSJ Menur. Keluarga terkadang menjenguk px.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang menghasilkan atau
hobi
Penjelasan : Px mengatakan selama di RSJ Menur selalu mengikuti senam
pagi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
VIII. MEKANISME KOPING
Menghindar dan diam
Penjelasan : px mengatakan apabila px mempunyai masalah px hanya diam
dan menghindar dari masalah.
Masalah Keperawatan : Koping Individu Inefektif
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Penjelasan : Px adalah seorang yang pendiam. Px jarang berkomunikasi dengan
orang lain. Px sekolah di pondok pesantren tetapi tidak kuat/tidak
mampu mengamalkan amalan-amalan yang diberikan oleh kyainya.
Ketika px meminta sepeda motor, keinginan px tidak dituruti oleh
keluarganya.
Masalah Keperawatan : Menarik Diri
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Penjelasan : px tidak mengerti tentang penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping,
system pendukung, dan obat-obatan.
Masalah Keperawatan : Defisit Pengetahuan
XI. DATA LAIN-LAIN
25
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 28 Oktober 2010
Faal Hati
Bilirubin Direct 0,30 mg/dl 0,1 – 0,2 mg/dl
Bilirubin total 1,00 mg/dl 0,2- 1,0 mg/dl
Gamma GT 15 u/L L 11-49 u/L
SGOT 26 u/L ≤ 40 u/L
SGPT 13 u/L ≤ 40 u/L
Faal Ginjal
BUN 10,8 mg/dl 4,5- 23 mg/dl
Kreatinin 1,0 mg/dl 0,8-15 mg/dl
Asam Urat 7,0 mg/dl L 3-7 P 2-6
Gula Darah
Gula Puasa 92 mg/dl 60-110 mg/dl
XII. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : Skizofrenia Hebefrenik
Terapi : CPZ (Chlorpromazin) 2 x 100 mg : 1 – 0 – 1
Risperidone 2 x 2 mg : 1 – 0 – 1
XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Respon pasca Trauma
2. Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
3. Disstres spiritual
4. Kerusakan komunikasi verbal
5. Resiko tinggi mencederai diri
6. Ansietas
7. Menarik diri
26
8. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
9. Koping Individu Inefektif
10. Defisit Pengetahuan
XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran berhubungan dengan
gangguan hubungan social : menarik diri
3. Gangguan hubungan social : menarik diri berhubungan dengan ketidak
efektifan koping individu.
ANALISA DATA
27
No Data Etiologi Masalah TTD
1 Ds:
Px mengatakan sering
mendengar bisikan-
bisikan yang
menyuruhnya untuk
mengamalkan amalan-
amalan (ilmu
kekebalan tubuh)
Do:
- Px Tampak tegang
dan gelisah
- Kontak mata px
kurang
- Saat terjadi
halusinasi px
mondar-mandir
memukul-mukul
tembok
Gangguan
persepsi
sensori:
halusinasi
pendengaran
Resiko
Mencederai
diri sendiri,
orang lain,
dan
lingkungan
Feni
28
Pohon masalah
29
Resiko Mencederai Diri
(efek)
Gangguan Interaksi
sosial :menarik diri
(etiologi)
Gangguan konsep
diri: harga diri
rendah
Gangguan persepsi
sensori: Halusinasi
pendengaran
( core problem)
Koping Mekanisme
individu tidak efektif
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
TANGGALNo.
Dx.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAANINTERVENSI
RASIONAL
TUJUAN KRITERIA HASIL
1. Resiko mencederai
diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan
berhubungan dengan
gangguan persepsi
sensori : halusinasi
pendengaran
Ditandai dengan
Px Tampak
tegang dan
gelisah
Kontak mata px
kurang
Saat terjadi
halusinasi px
mondar-mandir
dan memukul-
mukul tembok
Tujuan Umum:
Pasien tidak
mencederai diri
sendiri, orang lain,
dan lingkungan.
Tujuan Khusus
1. Pasien dapat
membina
hubungan saling
percaya.
1.1 Ekspresi wajah
bersahabat,
menunjukkan rasa
senang, ada kontak
mata, mau memberi
salam, mau berjabat
tangan, duduk
berdampingan dengan
perawat, dan mau
mengutarakan masalah
yang dihadapi.
1.1.1 Bina hubungan saling
percaya dengan
menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik.
Sapa pasien dengan
nama baik verbal
maupun non verbal
Perkenalkan diri
dengan sopan
Tanyakan nama
lengkap dan nama
panggilan yang
disukai pasien
Hubungan saling
percaya sebagai
dasar interaksi
perawat dan pasien
30
2. Pasien dapat
mengenal
halusinasinya
2.1 Pasien dapat
menyebutkan waktu isi
dan frekuensi
munculnya halusinasi
Tunjukkan sikap
empati dan merima
pasien dengan apa
adanya
Berikan perhatian
kepada pasien dan
perhatikan kebutuhan
pasien
2.1.1 Adakan kontak sering
dan singkat secara
bertahap
2.1.2 Observasi tingkah laku
pasien yang terkait
dengan halusinasi
2.1.3 Membantu pasien
2.1.1.1 Menghindari
waktu kosong
yang dapat
menyebabkan
halusinasi
2.1.1.2 Halusinasi
harus dikenal
terlebih
dahulu agar
intervensi
efektif
31
untuk mengenal
halusinasinya :
a. Jika menemukan
pasien sedang
berhalusinasi :
Tanyakan apakah
ada suara yang di
dengarnya
b. Jika px menjawab
ada, lanjutkan :
Apa yang
dikatakan suara itu
c. Katakan bahwa
perawat percaya
pasien mendengar
suara itu, namun
perawat tidak
mendengarnya
2.1.4 Diskusikan dengan
2.1.1.3 Mengenali
perilaku pada
saat halusinasi
32
3. Klien dapat
mengontrol
halusinasinya
3.1 Klien dapat
menyebutkan tindakan
yang biasanya
dilakukan untuk
mengendalikan
halusinasinya.
3.2 klien dapat
menyebutkan cara baru
mengontrol halusinasi.
pasien situasi yang
menimbulkan
halusinasi
3.1.1 Identifikasi bersama
klien tindakan yang
dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah
menyibukan diri, dll).
3.1.2 Diskusikan manfaat
cara yang digunakan
pasien, jika bermanfaat
beri pujian pada klien.
3.2.1 Diskusikan dengan klien
tentang cara baru
mengontrol
halusinasinya:
Menghardik
/mengusir/tidak
memedulikan
halusinasinya
3.1.2.1 Agar pasien
dapat mengenal
halusinasinya.
3.1.1.1Agar pasien
mengontrol
halusinasinya.
3.1.2.1Agar pasien
merasa dihargai.
3.2.1.1 Agar pasien
dapat mengetahui
cara mengontrol
halusinasinya.
33
3.3 klien dapat
mendemonstrasikan
cara menghardik/
mengusir/ tidak
memperdulikan
halusinasinya
Bercakap-cakap dengan
orang lain jika
halisinasinya muncul.
Melakukan aktivitas
sehari-hari .
3.3.1. Beri contoh cara
menghardik
halusinasinya:”pergi!
Saya tidak mau
mendengar kamu, saya
mau mencuci
piring/bercakap-cakap
dengan suster”
3.3.2. Minta klien mengikuti
contoh yang dberikan
dan minta klien
mengulanginya.
3.3.1.1Agar klien
dapat
mendemonstrasikan
cara mengontrol
halusinasinya.
3.3.2.1Untuk
mengetahui apakah
klien mengerti dan
mampu
melaksanakan cara
mengontrol
halusinasi yang telah
34
3.3.3. Beri pujian atas
keberhasilan klien
3.3.4. Susun jadwal latihan
klien dan minta klien
untuk mengisi jadwal
kegiatan (self-
evaluation)
3.3.5. Tanyakan kepada
klien:”bagaimana
perasaan Tn. S setelah
menghardik?
Apakah halusinasinya
berkurang?” berikan
pujian.
diberikan
3.3.3.1Agar klien
merasa dihargai
3.3.4.1Agar klien
memiliki waktu
khusus untuk latihan
mengontrol
halusinasinya.
3.3.5.1Agar dapat
mengetahui tingkat
perkembangan klien
35
3.4 klien dapat
mendemonstrasikan
bercakap-cakap dengan
orang lain.
3.4.1. Beri contoh percakapan
dengan orang
lain:”suster saya
dengar suara-suara,
temani saya bercakap-
cakap”
3.4.2. Minta klien memberi
contoh percakapan dan
mengulanginya.
3.4.3. Beri pujian atas
keberhasilan klien
3.4.4. Susun jadwal klien
untuk melatih diri,
mengisi kegiatan
dengan bercakap-
cakap, dan mengisi
3.4.1.1Agar klien
dapat memahami
cara yang diberikan.
3.4.2.1 Agar klien
dapat
mendemonstrasikan
cara bercakap-cakap
yang benar.
3.4.3.1Agar klien
merasa dihargai
3.4.4.1Agar klien
memiliki waktu
khusus untuk latihan
mengontrol
36
3.5. klien dapat
mendemonstrasikan
pelaksanaan kegiatan
sehari-hari.
jadwal kegiatan (self-
evaluation).
3.4.5. Tanyakan kepada
klien:
Bagaimana perasaan Tn
S setelah latihan
bercakap-cakap?
Apakah halusinasi
berkurang?”berikan
pujian.
3.5.1. Diskusikan klien
tentang kegiatan harian
yang dapat dilakukan
dirumah dan di rumah
sakit (untuk klien
halusinasi dengan
perilaku kekerasaan,
sesuaikan dengan
control perilaku
kekerasaan).
halusinasinya.
3.4.5.1Agar
mengetahui tingkat
perkembangan klien.
3.5.1.1Agar klien
mengetahui cara
mengalihkan
halusinasinya.
37
3.6. klien dapat
mengikuti terapi
aktifitas kelompok .
3.5.2. Latih klien untuk
melakukan kegiatan
yang disepakati dan
masukkan kedalam
jadwal kegiatan. Minta
klien mengisi jadwal
kegiatan (self-
evaluation).
3.5.3. tanyakan kapada klien:
“bagaimana perasaan tuan S
setelah melakukan
kegiatan harian?
Apakah hakusinasinya
berkurang? “ berikan
pujian.
3.6.1. Anjurkan klien untuk
mengikuti TAK,
orientasi realita,
stimulant persepsi
3.5.2.1Agar klien
lebih memahami
cara
mendemonstrasikan
pelaksaan kegiatan
sehari-hari.
3.5.3.1 Agar
mengetahui tingkat
perkembangan klien.
3.6.1.1Agar klien
dapat mengalihkan
halusinasinya.
38
3.7. klien dapat
mendemonstrasikan
kepatuhan minum obat
untuk mencegah
halusinasi.
(pedoman untuk
sendiri).
3.7.1. Klien dapat
menyebutkan jenis,
dosis, dan waktu
minum obat serta
manfaat obat tersebut
(prinsip 5 benar: benar
orang, obat, dosis,
waktu dan cara)
a. Diskusikan dengan
klien tentang jenis
obat yang diminum
(nama, warna, dan
besarnya) : waktu
minum obat (jika 3x :
pukul 07.00, 13.00 dan
19.00) : dosis : cara
b. Diskusikan dengan
klien tentang manfaat
minum obat secara
3.7.1.1 Agar klien
mengetahui prinsip
lima benar tesebut.
39
teratur :
Beda perasaan
sebelum dan sesudah
minum obat
Jelaskan bahwa dosis
hanya boleh diubah
oleh dokter
Jelaskan tentang akibat
minum obat tak
teratur, misalnya :
penyakit kambuh
3.7.2. Klien
mendemonstrasikan
kepatuhan minum obat
sesuai jadwal yang di
tetapkan
a. Diskusikan proses
minum obat :
Klien meminta obat
kepada perawat (jika
dirumah sakit), kepada
keluarga (jika
3.7.2.1 Agar klien
mengetahui jenis
obat, manfaat dan
cara
mengkonsumsinya.
40
dirumah)
Jika memeriksa obat
sesuai dosisnya
Klien meminta obat
pada waktu yang tepat
b. Susun jadwal minum
obat bersama klien
3.7.3. Klien mengevaluasi
kemampuan dalam
mematuhi minum obat
a. Klien mengevaluasi
pelaksanaan minum
obat dengan mengisi
jadwal kegiatan harian
(self-evaluation)
b. Validasi pelaksanaan
minum obat klien
c. Beri pujian atas
keberhasilan klien
d. Tanyakan kepada
klien:
“Bagaimana perasaan
3.7.3 Agar klien
mengetahui
kemampuannya
dalam
mengkonsumsi
obatnya.
41
Tn. S dengan minum
obat secara teratur?”
“Apakah keinginan
marahnya berkurang?”
42
PELAKSANAAN
No.
Dx.
TANGGAL/
JAMDiagnosis Implementasi Evaluasi
1. 15 November
2010
Jam
08.00-10.00
1. Resiko Mencederai diri
sendiri, orang lain, dan
lingkungan berhubungan
dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi
pendengaran
Ditandai dengan
Px Tampak tegang dan gelisah
Kontak mata px kurang Saat terjadi halusinasi
px mondar-mandir dan memukul-mukul tembok
TUK 1: pasien dapat
membina hubungan saling
percaya dengan perawat
a. BHSPSalam terapeutik“Selamat Pagi, mas” (sambil berjabat tangan)
“Perkenalkan nama saya
Feny dari mahasiswa
akper Soetomo Surabaya.
“Siapa namanya, mas?”
“Biasanya nama
panggilannya siapa?
b. evaluasi
“Bagaimana kabar mas
hari ini?”
c.Kontrak - Topik : “Pada kesempatan
ini saya ingin mengenal mas lebih jauh”
- Waktu : “apakah kita bisa berbincang-bincang selama 15menit?”
- Tempat : “bagaimana kalau kita ngobrol disini saja”
S: suhri, baik,
senang
O: klien mau
berjabat tangan dan
memperkenalkan
diri
- Kontak mata kurang
- Klien menjawab singkat pertanyaan
A: klien dapat
membina hubungan
saling percaya
P : perthankan
TUK 1, Lanjutkan
TUK 2
S: Pasien berteriak
“nenek!!!”
O: Pasien hanya
diam saja, kontak
43
“Oh ya, mbak. Hari ini kita
saling berkenalan dulu ya.
Besok kita ketemu lagi jam
08.00 WIB ya, mbak.”
mata kurang.
A: tujuan belum
tercapai.
P: Pertahankan
TUK 1, Lanjutkan
TUK 2.
1. 15 November
2010
Jam 08.00
Gangguan persepsi sensori
halusinasi berhubungan
dengan interaksi sosial
menarik diri yang di tandai
dengan :
Pasien tampak menyendiri
Pasien tampak tiduran
Saat terjadi halusinasi pasien berteriak-teriak “Mati”.
Kontak mata kurang
TUK 1: BHSP
“Selamat Pagi, mbak!!!”
“Masih ingat kami, mbak?’
“Bagaimana perasaan mbak
sekarang?”
“Oh ya udah kalau begitu.
Nanti kami kesini lagi.
Sekarang Mbak istirahat
ya!”
S: -
O: Pasien tampak
tersenyum saja,
kontak mata ada.
A: Tujuan tercapai
sebagian
P: Lanjutkan TUK
2.
1 15 November
2010
Jam
10.00
2. Resiko Mencederai diri
sendiri, orang lain, dan
lingkungan berhubungan
dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi
pendengaran
Ditandai dengan
Px Tampak tegang dan gelisah
Kontak mata px kurang Saat terjadi
halusinasi px mondar-mandir dan
TUK 2:
“Permisi, mas suhri.”
“Bagaimana keadaan, mas?”
Coba mas ceritakan suara-
suara yang mas dengar!
S : “Alhamdulillah
baik mbak”
O: kontak mata
ada, pasien
menundukkan
kepala.
S: “suara yang saya
dengar tidak begitu
jelas mbak”
O: pasien tampak
44
memukul-mukul tembok
Kapan saja suara itu
muncul? Situasi yang
bagaimana menurut mas
menjadi pencetus
munculnya suara tersebut ?
Berapa kali suara itu mas
dengar dalam sehari?
Apakah yang mas lakukan
jika suara-suara itu muncul?
Apakah mas mengikuti
perintah suara-suara yang
mas dengar?
Bagaimana perasaan mas
ketika suara-suara itu
muncul ?
menyeringai.
S : suara muncul
ketika saya
sendirian mbak.
Ketika suasana
saya lagi kosong.
S : suara-suara itu
muncul kira-kira 4
kali dalam sehari.
S : “saya biasanya
mondar-mandir
mbak”.
S : “Saya mencoba
untuk tidak
mengikutinya
tetapi rasanya sakit
semua”
S : “Perasaanya ya
takut mbak”
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan TUK
3.
1 6 November 2010
Jam 08.00-10.00
3. Resiko Mencederai diri
sendiri, orang lain, dan
lingkungan berhubungan
TUK 3 :
“Selamat pagi mas?”
“Bagaimana kabarnya hari S : “Alhamdulillah
45
dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi
pendengaran
Ditandai dengan
Px Tampak tegang dan gelisah
Kontak mata px kurang Saat terjadi halusinasi px
mondar-mandir dan
memukul-mukul tembok
ini mbak?”
“Kalau mas mendengar
suara-suara itu apa yang
mas lakukan ?”
“Apakah dengan cara
seperti itu suara-suara yang
mas dengar berkurang?”
baik”
S : “saya biasanya
mengikuti dan
kadang mencoba
untuk menolak
mbak tapi susah”
S : “kadang
berhasil dan
kadang juga tidak
mbak”
A : Masalah
teratasi sebagian
P : pertahankan
TUK 1,2,3
46