{{
SEKILATAKUNTANSI
tim implementasi dan evaluasiakuntansi berbasis akrual
pemerintah kabupatenbanyuwangi
tahun 2015
Kacamata awam
SEKILAT AKUNTANSI - Kata Pengantar
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT
karena atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya, Tim
Penyusunan dan Pengembangan Konsep Akuntansi
Berbasis Akrual yang dibentuk melalui Surat Keputusan
Bupati Banyuwangi Nomor
188/177/KEP/429.011/2015 Tentang Pembentukan
Tim Implementasi dan Evaluasi Akuntansi Berbasis
Akrual telah menyelesaikan salah satu tahapan proses
diseminasi pengetahuan akuntansi kepada seluruh
jajaran pelaksana administrasi pelaporan keuangan
dalam bentuk buku “Sekilat Akuntansi Dalam Kacamata
Awam”.
Buku ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman tentang akuntansi secara umum kepada
seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, khususnya
pengelola keuangan daerah yang memiliki latar belakang
SEKILAT AKUNTANSI - Kata Pengantar
I
non akuntansi. Buku ini bersifat pemahaman umum
dengan gaya penulisan ringan yang dimaksudkan untuk
memudahkan pembaca menangkap esensi dasar ilmu
akuntansi. Pembahasan lebih dalam secara teoritis dan
teknis berdasarkan lingkungan pengelolaan keuangan
Kabupaten Banyuwangi akan disusun dalam buku
tersendiri.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang sudah membantu dalam penyusunan
buku ini. Kritik dan saran yang membangun dari segenap
pihak untuk perbaikan proses maupun tahapan
diseminasi peningkatan akuntabilitas pengelolaan selalu
kami harapkan. Tak ada gading yang tak retak, semoga
buku ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
Salam Akrual,
Tim Penyusun
SEKILAT AKUNTANSI-Daftar Isi
II
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................. I
Daftar Isi ......................................................................................... II
SekilasAkuntansi .......................................................................... 2
1. ApaituAkuntansi? .................................................................... 2
2. PersamaanDasarAkuntansi .................................................... 4
3. SiklusAkuntansi ........................................................................... 8
4. PerlakuanAkuntansi .................................................................. 15
5. Basis Akuntansi ........................................................................... 24
6. MengenalLaporanKeuangan .................................................. 27
KonsepAkuntansi Basis Akrual ............................................... 31
1. Kronologis ................................................................................... 31
2. AkuntansiPemerintahSelayang Pandang ......................... 33
a) PersamaanDasarAkuntansiPemerintah ................... 35
b) Basis AkuntansiPemerintah .......................................... 36
3. MengenalAkrualDalamLingkunganPemerintah ............ 38
3.1 LRA ....................................................................................... 40
3.2 Neraca................................................................................... 40
3.3 LAK ....................................................................................... 41
3.4 LaporanOperasional ....................................................... 41
3.5 LaporanPerubahanEkuitas .......................................... 44
3.6 LaporanPerubahanSaldoAnggaranLebih............... 45
4. ManfaatKeunggulanAkrual ..................................................... 48
PendapatanAkrual ....................................................................... 53
BebanAkrual .................................................................................. 65
1. BebanPegawai .............................................................................. 65
2. BebanBarang ................................................................................ 67
3. BebanBunga .................................................................................. 67
SEKILAT AKUNTANSI-Daftar Isi
II
4. BebanSubsidi ................................................................................ 68
5. BebanHibah ................................................................................... 69
6. BebanBantuanSoisal .................................................................. 69
7. BebanPenyisihanPiutang......................................................... 69
8. Beban Transfer ........................................................................... 70
Implementasi Basis AkrualdanWacana Ideal ................... 78
1. Akuntansi Basis AkrualdalamBayanganAparatur
InstansiPemerintah ......................................................... 84
2. Implementasi Basis AkrualdanTantangannya ...... 88
a. Komitmen ................................................................... 89
b. Resistensi/penolakanterhadap
perubahan ................................................................... 90
c. TersedianyaSDM yang kompeten ...................... 90
d. SistemAkuntansidan IT Based System ........... 91
3. SebuahPendekatanImplementasi
PemkabBanyuwangi ....................................................... 92
4. WacanaImplementasi Basis Akrual
Kualitas Super ................................................................... 99
Penutup ......................................................................................... 108
Tim Penyusun ............................................................................... 110
{bab}1
sekilas akuntansi
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
2
SEKILAS AKUNTANSI
1. Apa itu Akuntansi?
Mendengar kata akuntansi, sebagian orang akan
membayangkan sederet angka, penerimaan dan
pengeluaran, jurnal, buku besar, sampai dengan laporan
keuangan yang memusingkan kepala. Padahal, akuntansi
merupakan hal yang sederhana dalam kehidupan kita
sehari-hari. Ketika seorang pemilik warung mencatat
semua transaksi yang dilakukannya, seperti mencatat
hasil penjualan barang dagangan, mencatat siapa saja
yang berhutang padanya, dan mencatat belanja untuk
kebutuhan warungnya, maka pemilik warung tersebut
telah melakukan kegiatan akuntansi, lho!
Sebetulnya, akuntansi adalah hal yang cukup
mudah untuk dipahami, bahkan bagi orang awam
sekalipun. Untuk memahami akuntansi secara lebih jauh,
kita harus menguasai konsep dasar ilmu akuntansi
dengan memahami pengertian akuntansi terlebih
dahulu. Sebagai contoh, Bu Hanifah adalah seorang ibu
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
3
rumah tangga yang selalu melakukan pencatatan atas
semua transaksi yang terjadi dalam rumah tangganya,
baik transaksi penerimaan yang terkait dengan semua
uang yang ia dapatkan maupun transaksi pengeluaran
saat ia membelanjakan sesuatu. Dengan melihat catatan
keuangan hariannya, Bu Hanifah bisa menilai kondisi
keuangan keluarga saat ini. Apabila dirasa pengeluaran
uang yang selama ini dilakukan terlalu berlebihan, maka
Bu Hanifah akan mengendalikan pengeluaran-
pengeluaran yang bersifat tidak penting dan lebih
memprioritaskan kebutuhan-kebutuhan utama, seperti
sandang, pangan, kesehatan, dan pendidikan.
Berdasarkan contoh tersebut, kita dapat menarik
kesimpulan bahwa secara sederhana akuntansi diartikan
sebagai proses mencatat, menggolongkan, mengolah,
dan menyajikan data transaksi keuangan sehingga
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Tidak jauh berbeda dengan contoh di atas,
penerapan akuntansi secara profesional dalam sebuah
perusahaan atau entitas diharapkan dapat menjadi
sumber informasi tentang kondisi keuangan perusahaan
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
4
bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi tersebut.
Lalu, siapa sajakah yang membutuhkan informasi
akuntansi? Pihak-pihak yang membutuhkan informasi
akuntansi terbagi menjadi pihak internal dan eksternal
perusahaan. Pihak internal terdiri dari karyawan dan
manajer. Bagi pihak internal perusahaan, informasi
mengenai kondisi keuangan menjadi dasar untuk
membuat kebijakan dalam perusahaan. Sedangkan pihak
eksternal terdiri dari pemegang saham, investor,
kreditor, pemasok, dan masyarakat. Mereka
menggunakan informasi akuntansi untuk menilai kinerja
sebuah perusahaan atau entitas, apakah mendapatkan
keuntungan atau menderita kerugian, dalam kacamata
lain berupa surplus atau defisit.
2. Persamaan Dasar Akuntansi
Setelah memahami konsep dasar akuntansi,
selanjutnya kita akan belajar mengenai persamaan dasar
akuntansi. Langkah pertama, pelajarilah rumus
persamaan dasar akuntansi. Tenang, rumusnya
sederhana, kok! Rumusnya adalah:
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
5
Bagaimana? Mudah bukan?
Lalu, apa yang dimaksud dengan aset, hutang,
dan modal? Udah, nggak perlu pusing. Berikut ini adalah
masing-masing penjelasannya:
1. Aset merupakan kekayaan yang kita miliki. Aset
dapat berupa uang di laci, uang di lemari besi,
tabungan, peralatan, persediaan bahan makanan,
surat berharga, tanah, rumah, dan lain-lain.
Kekayaan juga bisa berasal dari hutang ataupun
dari kekayaan yang kita miliki sebelumnya.
2. Hutang adalah suatu kewajiban yang harus kita
bayar nantinya akibat dari perolehan aset yang
kita miliki sekarang.
3. Modal/ kekayaan bersih atau yang bahasa
kerennya “ekuitas” adalah kemampuan diri
sendiri yang kita jadikan modal untuk melakukan
Aset Hutang Modal
(Ekuitas)
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
6
aktivitas/ usaha.
Hal yang perlu diingat dari persamaan dasar
akuntansi adalah, kita anggap “=” (sama dengan)
sebagai pembatas sisi kiri dan sisi kanan. Jadi, sisi
kiri adalah aset dan sisi kanan adalah
penjumlahan hutang dan modal. Total sisi kiri dan
total sisi kanan harus sama. Ya iyalah, ‘kan
tandanya “sama dengan”, jadi harus sama, dong!
Pada aset, catat “debet” jika nilainya bertambah
atau catat “kredit” saat nilainya berkurang.
Sedangkan untuk hutang dan modal, catat “debet”
jika nilainya berkurang atau catat “kredit” jika
nilainya bertambah. Ilustrasi dari penjelasan
tersebut adalah sebagai berikut:
Aset
+
Biaya
Hutang
Modal
+
Pendapatan
(+) DEBET
(–) KREDIT
(–) DEBET
(+) KREDIT
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
7
Untuk mempermudah pemahaman kita terhadap
penjelasan di atas, perhatikanlah beberapa contoh
transaksi di bawah ini:
1. Pada tanggal 1 Oktober 2015, Tuan Petruk
mendirikan badan usaha yang bergerak di bidang
reparasi alat-alat elektronik dengan nama CV.
Aman Sentosa. Tuan Petruk menyetorkan uang
sebagai setoran awal sejumlah Rp 10.000.000,00.
Selain itu, Tuan Petruk mendapatkan pinjaman
dari Tuan Gareng sebesar Rp 5.000.000,00.
2. Kemudian pada tanggal 15 November 2015, CV.
Aman Sentosa juga mendapatkan pinjaman dari
Bank ABC sebesar Rp 10.000.000,00 untuk
membeli peralatan servis.
Aset
15.000.000
Hutang
5.000.000
Modal
10.000.000
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
8
3. Pada tanggal 29 November 2015, CV. Aman
Sentosa melunasi hutangnya kepada Tuan Gareng
sebesar Rp 5.000.000,00.
3. Siklus Akuntansi
Pada penjelasan sebelumnya, telah disebutkan
bahwa akuntansi diharapkan dapat memberikan
informasi tentang kondisi keuangan suatu perusahaan.
Pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa menemukan
Aset
15.000.000
+
10.000.000
Hutang
5.000.000
+
10.000.000
Modal
10.000.000
Aset
25.000.000
–
5.000.000
Hutang
15.000.000
–
5.000.000
Modal
10.000.000
DEBET KREDIT
KREDIT DEBET
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
9
informasi tersebut? Informasi terkait kondisi keuangan
suatu perusahaan terdapat dalam laporan keuangan
perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan
merupakan hasil akhir dari siklus akuntansi, dimana
siklus akuntansi adalah tahapan-tahapan kegiatan mulai
dari terjadinya transaksi keuangan sampai dengan
penyusunan laporan keuangan. Karena namanya “siklus”,
kegiatan-kegiatan ini akan terjadi secara berulang-ulang
dan terus menerus. Siklus akuntansi dimulai dari
mengumpulkan bukti transaksi, mencatat atau
menjurnal setiap transaksi, memindahkan setiap akun ke
dalam buku besar, dan pada akhir periode akuntansi,
umumnya per 31 Desember, akan menghasilkan laporan
keuangan. Daripada pusing ngebayanginnya, beginilah
kurang lebih ilustrasi dari siklus akuntansi:
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
10
1) Transaksi
Transaksi adalah suatu aktivitas yang
menimbulkan perubahan kekayaan perusahaan,
seperti menjual hasil produksi, membeli bahan
baku, serta membayar gaji dan berbagai macam
biaya lainnya.
2) Bukti-Bukti Transaksi
Jika ada seseorang bertanya, “Berapa biaya kuliah
S1-mu?”, mungkinkah kita bisa langsung
memberikan jawaban? Atau mungkin kita akan
menjawab, “Kira-kira Rp 150.000.000,00.”
SIKLUS AKUNTANSI SEDERHANA
TRANSAKSI BUKTI-BUKTI TRANSAKSI
LAPORAN KEUANGAN
JURNAL UMUM
JURNAL
PENYESUAIAN
NERACA PERCOBAAN (TRIAL BALANCE)
BUKU BESAR (GENERAL LEDGER)
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
11
Katakanlah kita nekad menjawab secara spontan,
apakah orang yang bertanya akan percaya
terhadap jawaban kita? Jelas tidak. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut secara pasti,
akurat, dan bisa dipercaya, kita perlu:
1. Mengumpulkan data pengeluaran sejak
pertama kuliah hingga lulus, yaitu berupa
nota, buku tabungan, bukti transfer, dan bukti
pengeluaran lainnya.
2. Mengelompokkan bukti-bukti pengeluaran
tersebut, mana saja pengeluaran yang terkait
dengan urusan kuliah.
3. Menjumlahkan pengeluaran-pengeluaran
terkait dengan urusan kuliah.
Nah, nota, buku tabungan, dan bukti transfer
adalah contoh dari bukti transaksi. Bukti
transaksi adalah dokumen pendukung yang berisi
data transaksi yang dibuat setelah melakukan
transaksi.
Setiap transaksi yang terjadi harus memiliki bukti
transaksi yang dapat dipertanggungjawabkan.
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
12
Artinya, setiap transaksi yang terjadi harus dicatat
dalam bukti transaksi secara benar. Mengapa
demikian? Karena bukti transaksi menjadi dasar
dalam pencatatan akuntansi.
3) Jurnal Umum
Setelah tahap pengumpulan bukti transaksi
selesai, langkah berikutnya adalah mencatat nilai
transaksi yang ada pada bukti transaksi ke dalam
suatu catatan akuntansi atau yang sering disebut
dengan “jurnal umum”. Mengapa disebut dengan
jurnal umum? Hal tersebut dikarenakan bahwa
jurnal umum berisi catatan atas segala bukti
transaksi yang muncul akibat terjadinya
tranksaksi keuangan suatu perusahaan.
4) Buku Besar (General Ledger)
Dalam jurnal umum, catatan atas transaksi masih
dalam kondisi yang tercampur, dimana berbagai
jenis transaksi ditampung dalam satu catatan.
Pada langkah ini, catatan atas transaksi tersebut
kemudian dipindah ke dalam kelompok
peruntukannya menyesuaikan dengan jenis
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
13
transaksi. Kelompok peruntukan tersebut dikenal
dengan istilah “akun”. Sebagai contoh, jenis
transaksi penjualan dipindah ke dalam akun
penjualan, transaksi pembelian bahan baku
dimasukkan ke dalam akun persediaan, transaksi
pembelian aset dikelompokkan ke dalam akun
aset tetap, dan lain sebagainya.
Kelompok-kelompok akun tersebut kemudian
disebut dengan “buku besar”. Dalam buku besar,
satu jenis transaksi dikumpulkan menjadi satu
kelompok, semisal akun buku besar penjualan
terdiri atas semua transaksi penjualan saja, akun
kas terdiri atas transaksi yang hanya berupa kas
saja, akun aset tetap terdiri transaksi yang
melibatkan aktiva tetap saja.
Pada akhir proses ini, kumpulan dari nilai
transaksi pada masing-masing akun nantinya
akan membentuk nilai akhir yang biasa disebut
dengan “saldo akhir”. Saldo akhir ini bisa berupa
saldo debet atau saldo kredit, menyesuaikan
dengan jenis akunnya.
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
14
5) Neraca Percobaan (Trial Balance)
Tujuan utama penyusunan neraca percobaan
adalah untuk menguji kebenaran buku besar yang
telah dibuat. Salah satu indikator bahwa
penyusunan buku besar sudah dilakukan dengan
benar adalah jika jumlah seluruh akun yang
dikompilasi dalam laporan keuangan
menghasilkan neraca yang seimbang (balance)..
ingat persamaan akuntansi.
6) Jurnal Penyesuaian
Pada suatu periode akuntansi, dimungkinkan
adanya transaksi yang tidak tercakup dalam
operasional normal suatu entitas. Bisa juga
karena perlakuan suatu metode kebijakan
misalnya persediaan dihitung secara periodik,
maka saldo persediaan harus disesuaikan dengan
perhitungan pada periode pelaporan. Beberapa
macam variasi penyesuaian dimungkinkan pada
suatu periode pelaporan. Transaksi penyesuaian
ini dalam akuntansi diakomodir dalam bentuk
jurnal penyesuaian.
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
15
7) Laporan Keuangan
Penyajian saldo akun-akun dalam format yang
ditentukan seperti neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan modal itulah yang disebut
dengan laporan keuangan. Penyajian laporan
keuangan harus dilakukan sesuai dengan bentuk
yang sudah ditetapkan dalam standar penyajian
laporan.
4. Perlakuan Akuntansi
Terhadap setiap transaksi keuangan yang terjadi
perlu dimaknai sebagai kejadian yang harus
didokumentasikan. Dokumentasi akuntansi dilakukan
dalam bentuk pencatan transaksi sesuai dengan pola
akuntansi yang diterapkan. Pemaknaan sampai dengan
proses pencatatan tersebut dalam istilah akuntansi
dinamakan perlakuan akuntansi atau bahasa kerennya
accounting treatment.
Sekarang waktunya kita membuat kesepakatan,
tapi sebelum itu, kita mengkhayal sebentar...
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
16
Bayangkanlah kita mempunyai tiga amplop
besar. Di masing-masing amplop, kita tulis “Kantong
Makan”, “Kantong Transport”, dan “Kantong Tabungan”.
Tiba-tiba kita mendapatkan uang Rp 900.000,00 tunai.
Selanjutnya, uang tersebut kita bagi tiga dan kita
masukkan ke masing-masing kantong, sehingga masing-
masing kantong berisi Rp 300.000,00.
Suatu ketika, uang di kantong makan sudah
habis, sedangkan kita sangat lapar. Karena kita harus
makan, maka kita meminjam uang dari kantong
tabungan sebesar Rp 100.000,00. Supaya kita tidak lupa,
maka kita menulis di Kantong Tabungan, “diambil Rp
100.000,00”. Disaat yang sama, kita menulis di kantong
makan, “ditambah Rp 100.000,00”. Jadi, setiap kita
memindahkan uang dari satu kantong ke kantong
lainnya, maka kita harus mencatat di kedua kantong
tersebut.
Begitulah akuntansi. Kita harus mencatat
transaksi keuangan kita sesuai kelompok
peruntukannya. Pada saat kita hendak memindahkan
peruntukan uang dari satu kelompok ke kelompok yang
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
17
lain, maka kita harus mencatatnya di kedua kelompok
peruntukan. Kelompok-kelompok peruntukan itu
disebut sebagai “akun”, kalau dalam bahasa inggris
disebut “account”. Jangan tanya kenapa namanya begitu,
karena penulis juga nggak tau siapa yang ngasih nama...
Supaya lebih mudah, akun tersebut kita beri nomor.
Kesepakatan kita adalah memberi nomor untuk
setiap akun CV. Aman Sentosa. Berikut ini adalah nomor
dan nama akun CV. Aman Sentosa:
Aset
No. Akun Nama Akun
100
110
120
130
140
150
Kas
Piutang
Persediaan Suku Cadang
Peralatan
Gedung
Tanah
Hutang
No. Akun Nama Akun
200
210
Hutang usaha
Hutang bank
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
18
Modal
No. Akun Nama Akun
300 Modal Pemilik
Pendapatan
No. Akun Nama Akun
400 Pendapatan Jasa
Beban
No. Akun Nama Akun
500 Biaya sewa
Loh, kok ada tambahan pendapatan dan biaya?
Di rumus sebelumnya ‘kan cuma ada aset, hutang, dan
modal? Tenang, sebenarnya dua akun ini adalah bagian
dari modal. Anggap saja seperti ini, kita biasa
menyimpan uang di brankas atau laci rumah ‘kan? Ketika
kita akan berangkat bekerja, maka kita pindahkan uang
yang ada di laci ke dalam kantong untuk sementara. Pada
saat jam istirahat, kita mengeluarkan uang untuk
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
19
membeli makan siang. Sepulang makan siang, ternyata
kita mendapatkan honor dari perusahaan. Kemudian kita
menyimpannya dalam kantong. Sesampainya di rumah,
uang yang ada dalam kantong kita kembalikan lagi ke
dalam laci. Nah, brankas atau laci tadi, kita anggap
sebagai akun modal, sedangkan kantong celana, kita
gunakan untuk menampung pendapatan dan biaya.
Secara sederhana, pendapatan diartikan sebagai
penambahan jumlah aset, sedangkan biaya adalah
pengorbanan yang kita keluarkan untuk memperoleh
pendapatan. Udah, gitu aja!
Oke, sekarang kita akan membantu Tn. Petruk
untuk menyusun catatan akuntansi CV. Aman Sentosa.
Sejak memulai bisnisnya pertanggal 1 Oktober 2015, CV.
Aman Sentosa belum membuat pencatatan akuntansi
terkait transaksi-transaksi yang terjadi, sementara
pertanggal 31 Desember 2015, CV. Aman Sentosa harus
tutup buku. Sesuai permintaan, CV. Aman Sentosa ingin
periode pembukuannya adalah dari bulan Januari s/d
Desember tiap tahunnya. Berikut ini adalah catatan
pemilik CV. Aman Sentosa:
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
20
1. Pada tanggal 1 Oktober 2015, Tuan Petruk
mendirikan badan usaha yang bergerak di bidang
reparasi alat-alat elektronik dengan nama CV.
Aman Sentosa. Tuan Petruk menyetorkan uang
sebagai setoran awal sejumlah Rp 10.000.000,00.
Selain itu, Tuan Petruk mendapatkan pinjaman
dari Tuan Gareng sebesar Rp 5.000.000,00.
2. Pada tanggal 15 November 2015, CV. Aman
Sentosa juga mendapatkan pinjaman dari Bank
ABC sebesar Rp 10.000.000,00 untuk membeli
peralatan servis.
3. Pada tanggal 29 November 2015, CV. Aman
Sentosa melunasi hutangnya kepada Tuan Gareng
sebesar Rp 5.000.000,00.
4. Pada tanggal 11 Desember 2015, CV. Aman
Sentosa membeli peralatan reparasi dari Toko
Elektronik Jaya. Total pengeluaran adalah sebesar
Rp 6.500.000,00.
5. Pada tanggal 27 Desember 2015, CV Aman
Sentosa menerima pembayaran untuk jasa
reparasi mesin cuci dari pelanggan sebesar Rp
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
21
1.750.000,00.
Tugas kita adalah menyusun catatan di atas
menjadi sebuah catatan akuntansi yang disebut “Jurnal”.
Jurnal merupakan sebuah catatan harian semua
transaksi keuangan perusahaan. Perbedaan catatan di
atas dengan jurnal adalah, dalam jurnal, kita harus
menambahkan nama dan nomor akun yang sesuai.
Kapan kita harus membuat jurnal? Jurnal seharusnya
ditulis setiap terjadi transaksi.
Berhubung CV. Aman Sentosa sebelumnya
belum memahami akuntansi, terpaksa kita harus
merapel pembuatan jurnalnya. Ingat ya, saat menyusun
jurnal, kita harus menggunakan rumus dasar akuntansi
yang sudah kita bahas sebelumnya.
Berdasarkan transaksi pertama, kita akan
membuat jurnal untuk memasukkan modal usaha CV.
Aman Sentosa. Jurnalnya adalah sebagai berikut:
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
22
No. Tanggal Jurnal Ref Debet Kredit
1. 1-10-2015 Kas 100 15.000.000
Hutang usaha 200 5.000.000
Modal pemilik 300 10.000.000
Hal pertama yang harus kita lakukan adalah
mencatat nomor dan tanggal transaksi (lihat nomor 1
dan 2).
Transaksi ini terdiri dari setoran pemilik dan
hutang yang berupa uang tunai, pastinya uang tersebut
akan masuk ke dalam “Kas” perusahaan ‘kan? Lalu,
adakah akun kas? Ya, ada! Akun kas adalah salah satu
akun aset yang mempunyai nomor akun 100. Karena kas
merupakan akun aset yang berada di sis kiri, maka kita
akan menambahkan sebesar Rp 15.000.000,00 pada sisi
kiri.
Jika kita menambahkan Rp 15.000.000,00 pada
sisi kiri, artinya kita juga harus menambahkan Rp
15.000.000,00 pada sisi kanan. Tapi kita letakkan pada
akun apa? Karena kas tersebut berasal dari hutang dan
1 2 3 5 6 7 4 6 7
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
23
modal, maka kita gunakan akun modal dan hutang.
Adakah akun hutang dan modal? Ya! Ada akun hutang
usaha dengan nomor akun 200 dan akun modal pemilik
dengan nomor akun 300. Jadi, selain kita menulis akun
kas seperti nomor 3 pada tabel di atas, kita juga harus
menulis akun modal dan hutang seperti pada nomor 4.
Sekarang, saatnya mengingat aturan rumus
dasar akuntansi. Penambahan pada sisi kiri, harus kita
catat sebagai debet. Oleh karena itu, nilai Rp
15.000.000,00 pada akun kas, kita tulis di kolom debet
(lihat nomor 6). Sedangkan penambahan pada sisi kanan,
harus kita catat sebagai kredit. Jadi, kita tulis Rp
5.000.000,00 pada akun hutang usaha dan Rp
10.000.000,00 pada modal pemilik (lihat nomor 7).
Sip! Transaksi 1 sudah kita buat jurnalnya. Kalau
mau iseng menghitung sisi kiri dan kanan, sampai detik
ini, sama-sama Rp 15.000.000,00. Masih seimbang ‘kan?
Sebelum mengerjakan jurnal-jurnal selanjutnya, pastikan
dulu Anda benar-benar memahami penjelasan di atas
ya... Berikut ini adalah jurnal untuk transaksi
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
24
selanjutnya:
No. Tanggal Jurnal Ref Debet Kredit
2. 15-10-
2015
Kas 100 10.000.000
Hutang
bank 210 10.000.000
3. 29-11-
2015
Hutang Usaha 200 5.000.000
Kas 100 5.000.000
4. 11-12-
2015
Peralatan 130 6.500.000
Kas 100 6.500.000
5. 27-12-
2015
Kas 100 1.750.000
Pendapatan
jasa 400 1.750.000
5. Basis Akuntansi
Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip
akuntansi yang menentukan kapan suatu transaksi harus
diakui dan dicatat. Pada umumnya, terdapat dua basis
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
25
akuntansi, yaitu basis kas (cash basis) dan basis akrual
(accrual basis). Dalam akuntansi berbasis kas, transaksi
keuangan diakui dan dicatat ketika kas diterima atau
dibayarkan dari kas. Sedangkan dalam akuntansi
berbasis akrual, transaksi ekonomi diakui dan dicatat
pada saat terjadinya transaksi tersebut, bukan pada saat
kas diterima atau dibayarkan.
Biar nggak makin pusing, kita simak aja contoh
berikut ini. Pada tanggal 28 Desember 2015, CV. Aman
Sentosa melakukan jasa reparasi televisi dengan total
tagihan Rp 750.000,00 atas nama Tn. Semar, tapi Tn.
Semar baru bisa membayar tagihannya pada tanggal 30
Desember 2015. Jika CV. Aman Sentosa menggunakan
pencatatan berbasis kas, maka jurnal pada tanggal 28
Desember 2015 adalah:
No. Tanggal Jurnal Ref Debet Kredit
6. 28-12-2015 TIDAK ADA
JURNAL
Berdasarkan jurnal tersebut, CV. Aman Sentosa
belum mengakui transaksi di atas sebagai pendapatan
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
26
karena belum ada aliran kas yang masuk. Namun, CV.
Aman Sentosa akan mengakuinya pada tanggal 30
Desember 2015 dengan jurnal sebagai berikut:
No. Tanggal Jurnal Ref Debet Kredit
6. 30-12-2015 Kas 100 750.000
Pendapatan
jasa 400 750.000
Jika CV. Aman Sentosa menggunakan basis
akrual, maka CV. Aman Sentosa mengakui transaksi
tersebut sebagai pendapatan pada tanggal terjadinya
transaksi, meskipun belum ada aliran kas yang masuk.
Jurnal CV. Aman Sentosa pada tanggal 28 Desember 2015
adalah:
No. Tanggal Jurnal Ref Debet Kredit
7. 28-12-2015 Piutang 110 750.000
Pendapatan
jasa 400 750.000
Karena belum ada aliran kas masuk, CV. Aman
Sentosa mengakui pendapatannya sebagai piutang. Nah,
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
27
jika Tn. Semar telah melunasi tagihannya pada tanggal
30 Desember 2015, maka jurnalnya adalah sebagai
berikut:
No. Tanggal Jurnal Ref Debet Kredit
7. 30-12-2015 Kas 100 750.000
Piutang 110 750.000
6. Mengenal Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses
akuntansi yang bermanfaat dalam memberikan
informasi keuangan bagi pihak internal dan eksternal
suatu perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari neraca,
laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan
modal, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan
keuangan biasanya dibuat untuk satu periode akuntansi,
yaitu dimulai bulan Januari sampai dengan Desember.
Harus dipahami bahwa apapun bentuk atau format
laporan keuangan pada berbagai entitas secara substansi
adalah sama yaitu memberikan informasi kepada pihak-
pihak yang berkepentingan. Proses akuntansi dan
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
28
laporan keuangan harus disusun sesuai dengan standar
akuntansi dan pelaporan yang sudah ditetapkan. Pada
perusahaan komersil, standar pelaporan mengacu
kepada SAK (Standar Akuntansi Keuangan) dan pada
entitas pemerintahan harus mengacu kepada SAP
(Standar Akuntansi Pemerintahan). Lebih detil terkait
SAK dan SAP, bisa ditanyakan pada Mbah Google atau
silakan mampir ke situs IAI (Ikatan Akuntan Indonesia).
Jenis laporan keuangan yang digunakan pada
perusahaan komersil adalah:
a. Laporan Laba Rugi
Sesuai namanya, laporan laba rugi artinya laporan
yang berisi informasi apakah sebuah perusahaan
mendapatkan keuntungan atau menderita
kerugian. Pasti masih ingat pepatah “besar pasak
dari pada tiang” ‘kan? Nah, itu contoh usaha yang
rugi. Pengeluarannya lebih besar daripada
pemasukan atau biaya yang dikeluarkan lebih
besar daripada pendapatan. Jadi, laporan laba
rugi adalah laporan yang membandingkan
SEKILAT AKUNTANSI - Sekilas Akuntansi
29
besarnya pendapatan dan biaya/beban.
b. Laporan Perubahan Modal
Laporan yang menyajikan perubahan modal
karena penambahan atau pengurangan modal
dari laba atau rugi.
c. Neraca
Laporan yang memuat informasi posisi jumlah
aset, hutang, dan modal suatu perusahaan pada
suatu periode tertentu.
d. Laporan Arus Kas
Laporan ini memberikan informasi arus kas
masuk dan arus kas keluar.
konsep akuntansi basis akrual
{bab}2
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
31
Konsep Akuntansi Basis Akrual
1. Kronologis
Pada tahun 2014 Kabupaten Banyuwangi
mendapatkan apresiasi dari banyak pihak karena
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
Kabupaten Banyuwangi sudah berbasis akrual.
Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah pertama di
Provinsi Jawa Timur yang menerapkan akuntansi
berbasis akrual dalam penyusunan LKPD. Melihat upaya
yang sudah dilakukan, pada sisi kepatuhan, Pemkab
Banyuwangi dinilai telah melakukan terobosan dalam
menyikapi ketentuan penyajian laporan keuangan
daerah.
Jika kita ingin menelusuri perjalanan standar
akuntansi di lingkungan pemerintahan, mari kita simak
ilustrasi di bawah ini:
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
32
Sudah menjadi pemahaman umum bahwa
implementasi akuntansi pemerintahan adalah
perubahan paradigma pelaporan yang telah berjalan
sejak Indonesia merdeka. Kebijakan penyusunan
laporan keuangan dalam bentuk neraca dan sebagainya
adalah bentuk reformasi akuntansi yang dilakukan
Tahun 2003
Reformasi bidang akuntansi di Indonesia dilakukan melalui UU No. 17 Tahun 2003 yang intinya pemerintah diwajibkan untuk menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis
akrual selambat-lambatnya tahun anggaran 2008.
Tahun 2005
Karena waktunya terlalu singkat, pada tahun 2005 disahkanlah PP No. 24 Tahun 2005 yang mengatur penggunaan basis cash toward
accrual (kas menuju akrual) atau sederhananya "setengah akrual". Artinya, ketentuan basis akrual UU No 17 Tahun 2003
masih belum bisa diterapkan.
Tahun 2010
Pemerintah telah mengesahkan PP 71/2010 sebagai pengganti PP 24/2005, yang artinya mengganti basis SAP dari yang semulanya
adalah cash toward accrual menjadi accrual basis, yang mengharuskan selambat-lambatnya tahun 2015 sudah dipake pada instansi pemerintah, termasuk Kabupaten Banyuwangi.
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
33
melalui UU 17 Tahun 2003. Adanya penundaan
pelaksanaan akuntansi basis akrual menunjukan bahwa
implementasi di lapangan tidak semudah yang
dibayangkan. Berkaca dari implementasi akuntansi yang
sudah berjalan, untuk pelaksanaan akuntansi basis
akrual diperlukan kesiapan khusus dan sistematis
karena menyangkut perubahan kebijakan akuntansi
yang sudah berjalan.
2. Akuntansi Pemerintah Selayang Pandang
Akuntansi pemerintahan merupakan salah satu
bidang akuntansi yang diterapkan di lembaga
pemerintahan. Tujuan dari akuntansi pemerintahan
adalah sebagai alat pertanggungjawaban pemerintah
terhadap penggunaan anggaran atau dana yang berasal
dari masyarakat. Pertanggungjawaban tersebut berupa
laporan keuangan pemerintah yang akan digunakan oleh
para pengguna laporan keuangan dalam menilai kinerja
pemerintah selaku pemberi pelayanan publik.
Siapa sajakah pengguna laporan keuangan
pemerintah? Pengguna utama laporan keuangan
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
34
pemerintah adalah masyarakat, wakil rakyat, lembaga
pengawas, lembaga pemeriksa, investor, dan kreditor.
Bagi pemerintah, laporan keuangan memberikan
informasi mengenai keberhasilan aparatur dalam
melaksanakan suatu program atau kegiatan, misalnya
apakah suatu program dan kegiatan telah dilaksanakan
secara tepat sasaran bagi masyarakat? Apakah aparatur
yang melaksanakan kegiatan tersebut cukup kompeten?
Bagaimana tingkat kepatuhan pelaksanaan suatu
kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan?
Tentunya informasi-informasi tersebut dinyatakan
dalam satuan moneter ya...
Berdasarkan informasi tersebut, pemerintah
dapat membuat berbagai kebijakan di masa depan,
seperti menentukan sumber daya manusia yang tepat,
menentukan program atau kegiatan yang harus
diutamakan, mencari solusi untuk mencegah dan
memperbaiki kegagalan di masa yang akan datang,
rencana investasi daerah, penggalian potensi daerah, dan
lain sebagainya.
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
35
a. Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan
Dalam akuntansi komersial, kita mengenal
persamaan dasar akuntansi sebagai berikut:
Persamaan tersebut, dalam akuntansi
pemerintahan menjadi:
Apa yang dimaksud ekuitas dana? Perbedaan
mendasar akuntansi komersial dengan akuntansi
pemerintahan terletak pada kepemilikannya. Pada
perusahaan, selisih antara aset dan hutang menunjukkan
besarnya modal pemilik perusahaan. Sementara dalam
organisasi pemerintahan, ekuitas dana menunjukkan
satu kesatuan kekayaan bersih Pemerintah tanpa adanya
kepemilikan yang bisa diakui oleh pihak lain diluar
pemerintahan tersebut.
Aset Hutang Modal
(Ekuitas)
Aset Hutang Ekuitas Dana
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
36
b. Basis Akuntansi Pemerintahan
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan
keuangan pemerintah sampai dengan tahun 2014 adalah
basis CTA (Cash Toward to Accrual) atau dikenal dengan
basis kas modifikasi. Pada basis CTA, akun neraca
menggunakan basis akrual yang disesuaikan pada saat
pelaporan, sedangkan akun realisasi anggaran
menggunakan basis kas.
Mulai tahun 2015 basis yang digunakan dalam
akuntansi pemerintahan adalah basis akrual. Entitas
pelaporan dan Entitas Akuntansi menyelenggarakan
akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan
menggunakan basis akrual dalam pengakuan
pendapatan-LO, beban, pengakuan aset, kewajiban, serta
ekuitas. Sedangkan untuk penyusunan LRA, mengikuti
basis yang diterapkan dalam penyusunan
penganggarannya. Sampai saat ini, pada seluruh
Pemerintahan di Indonesia masih menggunakan basis
kas dalam proses penganggarannya.
Untuk menggambarkan secara gamblang
perlakuan akuntansi terhadap transaksi basis kas
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
37
dengan transaksi basis akrual, dapat di ilustrasikan
seperti contoh transaksi yang antara ibu Hamid dan ibu
Mahmud. Misalkan, ibu hamid melakukan transaksi
penjualan daging sapi kepada ibu mahmud sebanyak 2
ton dengan total uang senilai Rp. 1.000.000,-. Ibu
mahmud telah sepakat dengan ibu hamid akan
membayar uang daging sapi tersebut pada bulan depan.
Nah, jika ibu hamid melakukan pencatatan akuntansi
menggunakan metode basis kas maka transaksi
penjualan tersebut dianggap tidak ada, dikarenakan uang
hasil penjualan daging sapi tersebut masih belum ada di
tangan ibu hamid alias masih belum dibayarkan oleh ibu
mahmud. Pencatatan akan dilakukan oleh ibu hamid
ketika ibu mahmud sudah membayar hasil penjualan
daging sapi tersebut. Pada basis CTA, penjualan tidak
diakui namun pada neraca dimunculkan adanya piutang
jika sampai dengan akhir tahun realisasi kas belum
terjadi. Pada basis akrual pengakuan piutang dilakukan
pada saat transaksi penjualan dilakukan dengan
pengakuan pendapatan LO pada Laporan Operasional.
Begitulah gambaran sekilas contoh singkat tentang
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
38
pengertian pencatatan basis kas, CTA dan basis akrual.
3. Mengenal Akrual dalam Lingkungan
Pemerintahan
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa
basis akrual adalah proses dasar akuntansi yang
mengakui dan mencatat transaksi keuangan, baik
penerimaan maupun pengeluaran pada saat terjadinya
transaksi tersebut, bukan pada saat kas diterima atau
dibayarkan. Jika kita mendapatkan uang atau apa saja
yang menjadi hak kita, maka itu merupakan penerimaan.
Sedangkan pengeluaran merupakan kewajiban kita
untuk mengganti atas penggunaan barang atau jasa yang
kita gunakan.
Lalu, apakah perbedaan basis akrual dengan
basis kas menuju akrual? Perbedaan utama antara basis
akrual dengan basis kas menuju akrual terletak pada titik
pengakuan dan pengukuran pendapatan/hak maupun
beban/kewajiban, sedangkan secara fisik terlihat pada
bentuk penyajian laporannya. Kalau ada pemerintah
daerah yang masih menggunakan empat elemen laporan
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
39
keuangan, maka pemerintah daerah tersebut masih
menggunakan basis kas menuju akrual, sementara bagi
instansi pemerintah yang sudah menyajikan tujuh
elemen laporan keuangan, berarti sudah menggunakan
basis akrual. Berikut ini perbandingan elemen-elemen
laporan keuangan basis kas menuju akrual dengan basis
akrual:
Meskipun secara format, laporan yang disajikan dalam
basis menuju akrual (CTA) masih digunakan dalam
laporan keuangan berbasis akrual, namun dalam teknis
penyusunannya terdapat perbedaan yang krusial. Selain
substansi, terdapat perbedaan cara menghitung ekuitas
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
40
dalam neraca. Berikut akan diuraikan penjelasan masing-
masing komponen laporan keuangan basis akrual.
3.1 Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Laporan realisasi anggaran terdiri dari
penyajian realisasi pendapatan dan belanja yang sudah
dianggarkan. Kegiatan-kegiatan Pemda yang dibiayai
dari sumbangan pihak ketiga atau sponsor dalam bentuk
non kas tidak masuk dalam catatan laporan realisasi
anggaran ya...
3.2 Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu
entitas, yang terdiri dari aset, hutang, dan modal pada
tanggal tertentu. Neraca terbagi menjadi dua pos, yaitu
aktiva dan pasiva. Pos aktiva merupakan rincian dari
aset suatu entitas, yang terdiri dari aset lancar, investasi,
aset tetap, dan aset lainnya. Sedangkan pos pasiva terdiri
dari kewajiban dan ekuitas. Yang perlu diingat, dalam
menyajikan neraca, jumlah antara pos aktiva dan pasiva
harus seimbang, lho!
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
41
3.3 Laporan Arus Kas (LAK)
Laporan arus kas bertujuan untuk mencatat
aliran uang (kas) pemerintah daerah, yang mencakup
aliran kas masuk ke bendahara maupun aliran kas yang
keluar dari bendahara. Laporan ini hanya dibuat dan
disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi
perbendaharaan, seperti BUD dan Instansi yang
menerapkan pola PPK-BLUD.
3.4 Laporan Operasional (LO)
Laporan Operasional menyediakan informasi
mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas
pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO,
beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas
yang penyajiannya disandingkan dengan periode
sebelumnya. Pengguna laporan membutuhkan Laporan
Operasional dalam mengevaluasi pendapatan-LO dan
beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas
pemerintahan, sehingga Laporan Operasional
menyediakan informasi:
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
42
1. mengenai besarnya beban yang harus ditanggung
oleh pemerintah untuk menjalankan pelayanan;
2. mengenai operasi keuangan secara menyeluruh
yang berguna dalam mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan
kehematan perolehan dan penggunaan sumber
daya ekonomi;
3. yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO
yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah dalam periode mendatang dengan
cara menyajikan laporan secara komparatif;
4. mengenai penurunan ekuitas (bila terjadi defisit),
dan peningkatan ekuitas (bila surplus).
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
43
Mari kita amati contoh Laporan Operasional Dinas ABC
dan Dinas XYZ di bawah ini:
Pendapatan - LO 2015 2014
Pajak 110,00 100,00
Retribusi 65,00 50,00
Total Pendapatan - LO 175,00 150,00
Beban Operasi
Beban Gaji 53,00 50,00
Beban Sewa 52,00 50,00
Total Beban Operasi 105,00 100,00
Surplus 60,00 50,00
Laporan Operasional
Dinas ABC
Per 31 Desember 2015
Beban Operasi 2015 2014
Beban Gaji 53,00 50,00
Beban Sewa 52,00 50,00
Beban perjalanan dinas 105,00 100,00
Total Beban Operasi 210,00 200,00
Defisit (210,00) (200,00)
Laporan Operasional
Dinas XYZ
Per 31 Desember 2015
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
44
Berdasarkan kedua Laporan Operasional di atas,
terdapat perbedaan antara Laporan Operasional Dinas
ABC dengan Laporan Operasional Dinas XYZ. Pada
Laporan Operasional Dinas ABC mengalami surplus
dikarenakan memiliki pendapatan dan jumlah
pendapatan lebih besar dibandingkan jumlah beban.
Sedangkan pada Laporan Operasional Dinas XYZ
mengalami defisit karena tidak memiliki pendapatan.
3.5 Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Laporan perubahan ekuitas berfungsi
memberikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas
tahun pelaporan yang dapat kita bandingkan dengan
tahun sebelumnya.. Hasil dari LPE ini nantinya akan
dipakai pada pos ekuitas di neraca. Berikut ini adalah
contoh laporan perubahan ekuitas:
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
45
Ekuitas awal 150,00
Surplus/ defisit LO 50,00
Ekuitas akhir 200,00
Laporan Perubahan Ekuitas
Dinas ABC
Per 31 Desember 2015
3.6 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
(LP-SAL)
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-
SAL) berisi informasi tentang kenaikan atau penurunan
anggaran lebih selama satu periode atau 1 tahun
anggaran. Jumlah saldo anggaran lebih menunjukkan
keseriusan pemerintah dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Jika jumlah saldo anggaran lebih
semakin kecil tiap tahunnya, kinerja pemerintah dinilai
efektif. Namun jika nilai saldo anggaran lebih-nya
semakin tinggi tiap tahun, pemerintah dinilai tidak
efektif dalam menjalankan program, tidak
memperhatikan kebutuhan masyarakat, atau lain
sebagainya. Oleh karena itu, pemerintah harus cermat
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
46
dalam mengalokasikan anggaran dan tepat waktu dalam
pelaksanaannya. Berikut ini merupakan contoh laporan
perubahan saldo anggaran lebih.
Jika ditarik benang merahnya, elemen-elemen
laporan keuangan tersebut saling berhubungan, seperti
yang ditunjukkan grafis di bawah :
Laporan Finansial
Laporan Operasional
Laporan Perubahan
Ekuitas Neraca
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Dinas ABC
Per 31 Desember 2015
SAL awal 150,00
SAL yang digunakan (150,00)
SiLPA tahun berjalan 500,00
SAL akhir 500,00
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
47
Laporan Pelaksanaan Anggaran
Setelah SKPD menyusun laporan keuangan
berbasis akrual, maka selanjutnya laporan keuangan
SKPD tersebut digabung menjadi Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) melalui proses konsolidasi.
Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
(Entitas Pelaporan)
Laporan Keuangan "Dinas ABC"
(Entitas Akuntansi)
Laporan Keuangan "Kecamatan
DEF"
(Entitas Akuntansi)
Laporan Keuangan "Kelurahan GHI"
(Entitas Akuntansi)
Proses Konsolidasi
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
48
Apa yang dimaksud entitas pelaporan dan
entitas akuntansi? Entitas pelaporan dapat diartikan
sebagai pusat pertanggungjawaban keuangan dan
mengacu pada organisasi secara keseluruhan, contohnya
adalah Pemkab Banyuwangi. Sedangkan entitas
akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yang
mengelola dan menggunakan anggaran, contohnya
adalah badan, dinas, kantor, kecamatan, sampai
kelurahan. Proses konsolidasi adalah penggabungan
laporan entitas akuntansi ke dalam entitas pelaporan.
4. Manfaat dan Keunggulan Akrual
Manfaat penerapan akuntansi berbasis akrual
ternyata banyak sekali, lho! Manfaat tersebut antara lain:
1 Dalam akuntansi berbasis akrual, hak dan
kewajiban dicatat dan dilaporkan dengan
lebih tepat.
2 Akuntansi berbasis akrual berfungsi dalam
mengevaluasi kinerja pemerintah,
khususnya menilai biaya jasa layanan,
efisiensi, dan pencapaian tujuan.
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
49
3 Akuntansi berbasis akrual membuat kendali
terhadap defisit anggaran dan akumulasi
biaya pemerintah menjadi lebih baik.
Ketiga manfaat tersebut di atas memang
memberikan dampak teknis bagi instansi yang
menerapkannya, tapi secara umum terdapat efek yang
lebih besar dan langsung bisa didapatkan, yaitu:
Karena mekanisme pencatatan
sudah dilakukan per saat
kejadian maka secara logika tidak
ada lagi bottle neck menjelang
akhir tahun. Jika basis akrual
sudah bisa berjalan lancar dan
dengan didukung oleh teknologi
informasi yang oke, pada saat
akhir tahun nanti mungkin beban
pencatatan kita menjadi bisa
sedikit lebih ringan dibanding
sebelumnya.
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
50
Secara lebih detail keunggulan basis akrual
dibandingkan basis kas terkait dengan substansi
pelaporan dan manfaat yang bisa diperoleh adalah
sebagai berikut:
1. Laporan keuangan basis akrual menghasilkan
laporan finansial yang lebih baik dan memadai
tentang:
a. Kegiatan operasional pemerintahan
melalui Laporan Operasional
b. Perubahan ekuitas melalui Laporan
Perubahan Ekuitas
c. Posisi kekayaan dan kewajiban melalui
Neraca
2. Informasi laporan keuangan berbasis akrual
mendukung pengambilan kebijakan pemerintah
dalam:
a. perencanaan dan penganggaran
pendapatan dan belanja negara tahun
berikutnya
b. mendukung langkah-langkah strategis
pengukuran kinerja dan perhitungan biaya
SEKILAT AKUNTANSI - Konsep Akuntansi Basis Akrual
51
c. manajemen dan optimalisasi penggunaan
aset dan kewajiban
d. meningkatkan kualitas data fiskal bagi
pengambilan kebijakan fiskal dan
penyusunan data statistik nasional
Secara umum, implementasi basis akrual akan
menambah intensitas proses pencatatan pada level
pelaksana atas seluruh transaksi yang terjadi, namun
dengan melihat manfaat dan keunggulan seperti yang
sudah dijelaskan di atas, maka sepertinya memang sudah
seharusnya laporan keuangan pemerintah berbasis
akrual. Jadi, basis akrual mulai 2015...... Siapa takut?
pendapatan akrual
{bab}3
SEKILAT AKUNTANSI - Pendapatan Akrual
53
Pendapatan Akrual
“Pendapatan”, sering kita dengar istilah ini tapi
kadang kita masih belum paham “What is Pendapatan
itu???” Gak usah khawatir, disini kita akan ajak semua
pembaca agar bisa memahami arti pendapatan dari sisi
akuntansi. Zaki Baridwan, pengarang buku ekonomi,
menyatakan bahwa pendapatan adalah kenaikan aktiva
suatu badan usaha atau pelunasan utang selama suatu
periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan
barang, penyerahan jasa atau dari kerugian lain yang
merupakan kegiatan utama suatu badan usaha.
Panjang banget definisinya, kita sederhanakan,
pendapatan itu pemasukan atau penambahan harta atau
penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan
ekuitas, yang bukan berasal dari kontribusi pemilik
modal. Gampangnya, bisa kita simak contoh berikut,
semisal kita ada rumah atau mobil atau benda yang bisa
disewakan lalu kita sewakan ke orang dan kita dapat uang
sewa, nah itu yang namanya pendapatan. simpel bukan?
SEKILAT AKUNTANSI - Pendapatan Akrual
54
Pada tahun 2014 Kabupaten Banyuwangi sudah
meninggalkan akuntansi basis kas dan mulai
menjalankan Akuntansi Basis Akrual. Terus perlakuan
akuntansi pendapatannya bagaimana? kalo dilihat secara
garis besar sebenarnya akuntansi pendapatan pada basis
akrual tidak jauh berbeda dengan akuntansi pendapatan
pada saat menggunakan cash basis. Sedangkan ciri fisik
yang membedakan dua basis tersebut adalah
penambahan rekening pendapatan dan beban LO.
Transformasi dari basis kas menjadi basis akrual dapat
dilihat dari adanya pemilahan pendapatan menjadi dua
komponen yaitu Pendapatan Realisasi Anggaran (LRA)
dan Pendapatan Operasional (LO), perbedaan keduanya
hanya waktu pengakuan dan sifat penerimaannya. Sulit
dimengerti? Ini penjelasannya.
Pendapatan-LO adalah semua hak yang memiliki
potensi atau memiliki pendapatan pada pihak kita atau
Pemerintah Daerah meskipun itu belum terjadi sebuah
transaksi pendapatan secara keseluruhan atau
penerimaan kas langsung, maka pengakuan pendapatan
SEKILAT AKUNTANSI - Pendapatan Akrual
55
akan dicatat pada saat periode pelaporan disajikan.
Sedangkan pendapatan LRA lebih sederhana,
hanya mencatat transaksi yang sudah menghasilkan
uang sampai periode laporan keuangan disajikan,
simpelnya ketika Pemda terima pendapatan pada hari ini
akan dicatat hari ini juga sebagai penambah pendapatan.
Berikut contoh sederhana soal pendapatan,
misalnya Kabupaten Banyuwangi punya lahan kosong,
dan pada tahun 2015 ada pihak lain (sebut saja dia CV.
Milkimil) ingin menyewa lahan tersebut untuk
membangun toko dalam jangka waktu 5 tahun ke depan
dengan sewa 10 juta. berikut tabel transaksi :
LRA LO
Mencatat pendapatan
langsung pada 2015
sebesar 10 juta
Mencatat pendapatan secara
berkala sebesar 2 juta per
tahun sampai 2019
SEKILAT AKUNTANSI - Pendapatan Akrual
56
Pada Laporan Operasional (LO), pihak
Pemerintah Daerah mencatat pendapatan dari CV.
Milkimil itu di awal sebesar 2 juta setiap tahun sampai 5
tahun kedepan, tepatnya sampai 2019 akan dicatat
sebesar 2 juta per tahun. Sedangkan pada LRA seperti
biasa, pendapatan diakui secara langsung 10 juta sesuai
dengan jumlah kas yang diterima pada tahun 2015,
karena LRA itu masih dalam lingkup cash basis yang
ketika ada penerimaan sebesar 10 juta ya dicatat sebagai
pendapatan 10 juta pada tahun 2015. sederhana bukan?
Pengaruh dari pengakuan antara basis kas dan
akrual terhadap pendapatan adalah munculnya piutang
dan pendapatan diterima dimuka(utang). Piutang adalah
hak kita (Pemda) atas pihak luar yang disebabkan
adanya transaksi yang menimbulkan hak tagih.
Sedangkan pendapatan diterima dimuka adalah
transaksi yang menimbulkan kewajiban pemenuhan
(contra prestasi) atas penerimaan kas yang sudah
diterima saat ini. Sebagaimana contoh transaksi di atas,
nilai penerimaan sebesar 10 juta hanya diakui sebagai
pendapatan sebesar 2 juta dan senilai 8 juta dianggap
SEKILAT AKUNTANSI - Pendapatan Akrual
57
sebagai pendapatan diterima dimuka yang akan di
kompensasikan setiap tahun sebagai pendapatan sebesar
2 juta sampai dengan tahun 2019.
Pola pengakuan pendapatan atas penerimaan
piutang pada basis akrual berbeda dengan akuntansi
berbasis kas. Dalam pendapatan LRA, piutang akan
dicatat sebagai “penambah pendapatan” dalam neraca
pada tahun pembayaran piutang. Masuknya piutang
sebagai penambah pendapatan karena pendapatan LRA
masih menggunakan basis kas yang berasumsi ketika
ada piutang pada tahun kemarin atau sebelumnya dan
dibayarkan pada tahun sekarang, LRA akan mencatat
penambahan pendapatan pada tahun yang sekarang.
Tetapi pengakuan LO sebaliknya, LO akan
mengakui sebagai “pengurang piutang” dikarenakan
piutang tersebut merupakan hak Pemerintah Daerah
yang sudah menjadi pendapatan tahun sebelumnya dan
bukan sebagai pendapatan tahun ini.
SEKILAT AKUNTANSI - Pendapatan Akrual
58
LRA LO
Sebagai penambah
pendapatan
Sebagai pengurang
piutang
Contoh sederhana, Pemerintah daerah tahun
2014 memiliki piutang pada CV. Milkimil sebesar 15 juta
rupiah dan dibayarkan pada tahun 2015. Pencatatan
pendapatan pada LRA akan mencatat piutang sebagai
penambahan pendapatan pada tahun 2015, sedangkan
pada pendapatan LO akan dicatat sebaliknya, piutang
akan menjadi sebagai pengurang pendapatan pada tahun
2015, dikarenakan 15 juta yang harusnya diberikan CV.
Milkimil kepada Pemerintah Daerah pada tahun 2014
baru diberikan pada tahun 2015.
Sampai disini, dapat dipahami bahwa konsep
pendapatan akrual pada dasarnya hanya terkait
pengakuan yang seharusnya dilakukan atas penerimaan
kas atau pengakuan atas potensi pendapatan yang akan
diterima di masa mendatang. Berdasarkan ilustrasi di
atas dapat disimpulkan bahwa akrualisasi pendapatan
membutuhkan penatausahaan atas pendapatan yang
SEKILAT AKUNTANSI - Pendapatan Akrual
59
timbul melalui pengakuan piutang dan penatausahaan
piutang yang terkait dengan pemantauan terhadap
penerimaan kas atas pembayaran piutang.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, alur
proses akuntansi terkait pendapatan-LO jika dilihat dari
aspek pengakuan, pencatatan, klasifikasi dan
pengungkapan adalah sebagai berikut :
Pengakuan, dilakukan pada saat timbulnya hak atas
pendapatan (hak tagih) atau jika terjadi pendapatan
yang sudah direalisir (diterima secara kas).
Pencatatan, dilakukan secara bruto maksudnya
pendapatan harus dicatat secara utuh keseluruhan
dan tidak diperkenankan untuk dinettokan atau
dikurangi langsung dengan biaya yang terkait.
Klasifikasi, pendapatan diklasifikasikan sesuai
dengan sumber pendapatannya. Untuk
memperjelasnya, akun yang digunakan disesuaikan
dengan klasifikasi pendapatan yang dimiliki.
Pengungkapan, pendapatan harus diungkapkan
berdasarkan rincian lebih detail atas sumber
SEKILAT AKUNTANSI - Pendapatan Akrual
60
pendapatan dan informasi terkait lainnya yang
diperlukan. Pengungkapan atas rincian pendapatan
disajikan di dalam CALK.
Penatausahaan pendapatan dalam akuntansi
basis akrual perlu mendapat perhatian. Hal ini
dikarenakan dokumentasi transaksi yang terjadi melalui
pencatatan akuntansi adalah merupakan bukti
kepatuhan implementasi basis akrual. Analisis
penatausahaan pendapatan basis akrual dapat ditinjau
dari 6 aspek sebagai berikut :
• OBYEK Pengakuan Pendapatan
• SUBSTANSI Treatment akuntansi pendapatan tergantung pada titik pengakuan yang sudah diatur dalam kebijakan
• ASSURANCE Pencatatan penerimaan dan pengakuan pendapatan sudah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
SEKILAT AKUNTANSI - Pendapatan Akrual
61
• PENDEKATAN - Lakukan yang mampu untuk dilakukan, landasi yang dilakukan dengan kebijakan
- Prakteknya tergantung pada kebijakan penatausahaan pendapatan, apakah bersifat perpetual, periodik atau gabungan
• TEKNIS - Analisis kebijakan dan praktek nyata
- Perpetual, Periodik, dan Gabungan
• PRAKTIK - Pelaksanaan nyata penatausahaan pendapatan sudah berbasis akrual
- Kesesuaian pelaksanaan dengan kebijakan yang dibuat
Analisis sesuai aspek dalam matrik di atas dapat
digunakan sebagai acuan apakah implementasi akrual
pendapatan yang kita lakukan, sudah memenuhi kondisi
minimal model implementasi yang diharapkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait
pendapatan LO sesuai dengan kondisi nyata administrasi
pendapatan yang ada saat ini dapat disikapi dengan
pelaksanaan kebijakan pendapatan di antaranya sebagai
SEKILAT AKUNTANSI - Pendapatan Akrual
62
berikut :
1. Pengakuan pendapatan perlu dibedakan untuk yang
bersifat official assesment (dengan penetapan)
maupun yang self assesment ( tanpa penetapan).
2. Terhadap pendapatan pajak yang self assesment
(pajak hotel dan pajak restoran) dan pendapatan
retribusi tanpa penetapan diakui pada saat
penerimaan kas.
3. Terhadap pendapatan yang bersifat official
assesment, pendapatan diakui pada saat penerbitan
SKPD, SKP kurang bayar pendapatan transfer dan
bagi hasil pajak serta keputusan pembebanan
TP/TGR.
4. Adanya periodesasi pendapatan yang jelas atas
penerimaan kas lintas periode.
5. Setiap pengakuan harus dilandasi dengan dokumen
pengakuan yang berkaitan dengan adanya atau
timbulnya pendapatan.
SEKILAT AKUNTANSI - Pendapatan Akrual
63
Nah, sudah jelaskan.. Silahkan SKPD penghasil
atau yang memiliki pendapatan, monggo dicross check
pelaksanaan akrualisasi pendapatan ditempatnya
masing-masing. Kalau belum pas, ya segera disesuaikan
sebelum tutup buku akhir tahun. Entar jadi temuan lho.
beban akrual
{bab}4
SEKILAT AKUNTANSI - Beban Akrual
65
Beban Akrual
Kita tentu sering mendengar kata beban. Beban
listrik, beban air, atau bahkan beban telepon. Apa
sebenarnya yang dimaksud dengan beban? Beban
merupakan kewajiban yang harus ditanggung atas
penerimaan barang/jasa. Korelasi beban dengan
pengeluaran belanja adalah belanja digunakan untuk
membayar kejadian beban yang telah terjadi. Misal kita
membayar listrik di awal Februari untuk listrik yang
telah dipakai selama bulan Januari. Beban juga bisa
terjadi akibat pemakaian barang/jasa atau asset yang
sudah kita peroleh melalui belanja.
Dalam keuangan pemerintah daerah terdapat
beberapa macam beban. Adapun macam-macam beban
adalah sebagai berikut:
a. Beban Pegawai
Beban pegawai merupakan kompensasi terhadap
pegawai baik dalam bentuk uang atau barang, yang
harus dibayarkan kepada pejabat negara, pegawai
negeri sipil, dan pegawai yang dipekerjakan oleh
SEKILAT AKUNTANSI - Beban Akrual
66
pemerintah daerah yang belum berstatus PNS
sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan
dengan pembentukan modal.
Pembayaran atas beban pegawai dapat dilakukan
melalui mekanisme UP/GU/TU seperti honorarium
non PNS, atau melalui mekanisme LS seperti beban
gaji dan tunjangan.
Beban pegawai yang pembayarannya melalui
mekanisme LS, beban pegawai diakui saat
diterbitkan SP2D atau pada saat timbulnya
kewajiban pemerintah daerah (jika terdapat
dokumen yang memadai).
Beban pegawai yang pembayarannya melalui
mekanisme UP/GU/TU, beban pegawai diakui ketika
bukti pembayaran beban (misal: bukti pembayaran
honor) telah disahkan pengguna anggaran.
SEKILAT AKUNTANSI - Beban Akrual
67
b. Beban Barang
Beban barang merupakan penurunan manfaat
ekonomi dalam periode pelaporan yang
menurunkan ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya
kewajiban akibat transaksi pengadaan barang dan
jasa yang habis pakai, perjalanan dinas,
pemeliharaan termasuk pembayaran honorarium
kegiatan kepada non pegawai dan pemberian hadiah
atas kegiatan tertentu terkait dengan suatu prestasi.
Beban barang diakui ketika bukti penerimaan
barang atau Berita Acara Serah Terima
ditandatangani. Dalam hal pada akhir tahun masih
terdapat barang persediaan yang belum terpakai,
maka dicatat sebagai pengurang beban.
c. Beban Bunga
Beban bunga merupakan alokasi pengeluaran
pemerintah daerah untuk pembayaran bunga
(interest) yang dilakukan atas kewajiban
penggunaan pokok utang (principal outstanding)
SEKILAT AKUNTANSI - Beban Akrual
68
termasuk beban pembayaran biaya-biaya yang
terkait dengan pinjaman dan hibah yang diterima
pemerintah daerah seperti biaya commitment fee
dan biaya denda.
Beban bunga meliputi Beban Bunga Pinjaman dan
Beban Bunga Obligasi. Beban bunga diakui saat
bunga tersebut jatuh tempo untuk dibayarkan.
Untuk keperluan pelaporan keuangan, nilai beban
bunga diakui sampai dengan tanggal pelaporan
walaupun saat jatuh tempo melewati tanggal
pelaporan.
d. Beban Subsidi
Beban subsidi merupakan pengeluaran atau alokasi
anggaran yang diberikan pemerintah daerah kepada
perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual
produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh
masyarakat. Beban subsidi diakui pada saat
kewajiban pemerintah daerah untuk memberikan
subsidi telah timbul.
SEKILAT AKUNTANSI - Beban Akrual
69
e. Beban Hibah
Beban hibah merupakan beban pemerintah daerah
dalam bentuk uang, barang, atau jasa kepada
pemerintah, pemerintah daerah lainnya, perusahaan
daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan,
yang bersifat tidak wajib dan tidak mengikat.
Pengakuan beban hibah sesuai NPHD dilakukan
bersamaan dengan penerbitan SP2D.
f. Beban Bantuan Sosial
Beban bantuan sosial merupakan beban pemerintah
daerah dalam bentuk uang atau barang yang
diberikan kepada individu, keluarga, kelompok
dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara
terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk
melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko
sosial.
g. Beban Penyisihan Piutang
Beban penyisihan piutang merupakan cadangan
yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu
SEKILAT AKUNTANSI - Beban Akrual
70
dari akun piutang terkait ketertagihan piutang.
Beban penyisihan piutang diakui saat akhir tahun.
h. Beban Transfer
Beban transfer merupakan beban berupa
pengeluaran uang atau kewajiban untuk
mengeluarkan uang dari pemerintah daerah kepada
entitas pelaporan lain yang diwajibkan oleh
peraturan perundang-undangan. Beban transfer
diakui saat diterbitkan SP2D atau pada saat
timbulnya kewajiban pemerintah daerah (jika
terdapat dokumen yang memadai). Dalam hal pada
akhir Tahun Anggaran terdapat pendapatan yang
harus dibagihasilkan tetapi belum disalurkan dan
sudah diketahui daerah yang berhak menerima,
maka nilai tersebut dapat diakui sebagai beban.
Beban diakui pada saat:
1. Timbulnya kewajiban
Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya
peralihan hak dari pihak lain ke Pemerintah Daerah
tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah.
SEKILAT AKUNTANSI - Beban Akrual
71
Contohnya tagihan rekening telepon dan rekening
listrik.
2. Terjadinya konsumsi aset
Terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran
kas kepada pihak lain yang tidak didahului
timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset
nonkas dalam kegiatan operasional Pemerintah
Daerah.
3. Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa
Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa terjadi pada saat penurunan nilai aset
sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/
berlalunya waktu. Contohnya adalah penyusutan
atau amortisasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, alur
proses akuntansi terkait beban jika dilihat dari aspek
pengakuan, pencatatan, klasifikasi dan pengungkapan
dapat diuraikan sebagai berikut :
SEKILAT AKUNTANSI - Beban Akrual
72
Pengakuan, dilakukan pada saat timbulnya
kewajiban, terjadinya konsumsi aset dan adanya
penurunan manfaat ekonomi maupun potensi jasa.
Pencatatan, dicatat sebesar beban yang terjadi
selama periode pelaporan dan dinilai sebesar
akumulasi beban yang terjadi selama satu periode
pelaporan.
Klasifikasi, pendapatan diklasifikasikan sesuai
dengan klasifikasi ekonomi (line item).
Pengungkapan, beban harus diungkapkan
berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi
lain yang dipersyaratkan menurut ketentuan.
Pengungkapan beban disajikan di dalam CALK.
Pemenuhan alur proses akuntansi atas beban ini harus
dilakukan secara integral satu kesatuan terhadap
masing-masing transaksi yang terjadi.
Pengakuan beban dalam akuntansi basis akrual
perlu mendapat perhatian. Hal ini dikarenakan
dokumentasi transaksi yang terjadi melalui pencatatan
akuntansi adalah merupakan bukti kepatuhan
SEKILAT AKUNTANSI - Beban Akrual
73
implementasi beban basis akrual. Terutama untuk beban
persediaan yang harus didukung dengan penatausahaan
persediaan. Analisis pengakuan beban basis akrual dapat
ditinjau dari 6 aspek sesuai tabel berikut :
• OBYEK Pengakuan Beban
• SUBSTANSI Treatment akuntansi beban disesuaikan dengan mekanisme belanja yang dilakukan
• ASSURANCE Pencatatan Beban dan Belanja sudah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
• PENDEKATAN - Lakukan yang mampu untuk dilakukan, landasi yang dilakukan dengan kebijakan
- Prakteknya tergantung pada kebijakan penatausahaan belanja dan pengakuan beban. Pencatatan dilakukan sesuai dengan titik pengakuan
• TEKNIS - Analisis kebijakan dan praktek nyata
- Perpetual, Periodik, dan Gabungan
SEKILAT AKUNTANSI - Beban Akrual
74
• PRAKTIK - Pelaksanaan nyata penatausahaan beban sudah berbasis akrual
- Kesesuaian pelaksanaan dengan kebijakan yang dibuat
Analisis sesuai aspek dalam matrik beban di atas
dapat digunakan sebagai acuan apakah implementasi
beban akrual dan belanja yang kita lakukan, sudah
memenuhi kondisi minimal model implementasi yang
diharapkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait
pengakuan beban sesuai dengan kondisi nyata
administrasi belanja yang ada saat ini dapat disikapi
dengan pelaksanaan kebijakan pengakuan beban di
antaranya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Beban yang timbul dari belanja yang bersifat
langsung diakui pada saat timbulnya kewajiban
pembayaran yaitu saat penerbitan SPM. Contohnya
beban pemeliharaan, beban pegawai, beban bunga,
beban transfer, beban hibah dan bansos.
SEKILAT AKUNTANSI - Beban Akrual
75
2. Terhadap pembayaran oleh bendahara untuk belanja
UP, pembebanannya dilakukan pada saat
pengesahan belanja oleh Pejabat Penatausahaan
Keuangan.
3. Terhadap beban yang bersifat pemakaian seperti
persediaan diakui secara perpetual sesuai dengan
saat kejadian. Sedangkan beban yang bersifat
penurunan nilai diakui secara priodik seperti
penyusutan, amortisasi dan penyisihan piutang.
4. Adanya periodesasi beban yang jelas atas
pengeluaran belanja sesuai penggunaan dan
pemanfaatannya.
Beberapa hal yang membedakan akrualisasi
belanja dan pengakuan beban dengan kondisi yang
sudah terjadi sebelumnya adalah pengakuan kapan
beban itu timbul. Penyelesaian beban tersebut
diselesaikan melalui belanja daerah. Pengakuan
pencatatan dan perlakuan akuntansi lainnya
membutuhkan konsistensi pelaksanaan. Sudah saatnya
kita buka kembali bagaimana kebijakan pengakuan
SEKILAT AKUNTANSI - Beban Akrual
76
belanja, pengakuan beban yang sudah disusun dalam
kebijakan akuntansi kita.
Hayooo... dicek ulang pencatatan bebannya.
Sudah akrual, jangan pernah lagi menunda pencatatan.
Beban yang terjadi setiap
bulan harus dicermati dan
direkonsiliasi.. Jangan lupa...
tingg... tingg...!
implementasi basisakrual wacana ideal
{bab}5
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
78
Implementasi Basis Akrual
dan Wacana Ideal
Pada segmen bagian buku ini, kita akan berpikir
bagaimana basis akrual dapat diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan pemerintah (daerah)
sesuai dengan peraturan terkait. Secara lebih jauh kita
(mungkin) harus berpikir bagaimana seharusnya kondisi
ideal yang optimal terkait implementasi akuntansi basis
akrual pada sektor pemerintahan.
Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab. II,
Sistem Akuntansi Pemerintah berbasis akrual mengakui
dan mencatat transaksi keuangan, baik penerimaan
maupun pengeluaran pada saat terjadinya transaksi
tersebut bukan hanya pada saat kas diterima atau
dibayarkan. Pada dunia nyata akuntansi pemerintahan
yang terlihat seringnya adalah tumpukan transaksi yang
belum dicatat, data yang tidak update, aparat yang
malas-malasan, dokumentasi berkas yang berceceran
dan semua hal negatif atas ketidak tertiban dalam bidang
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
79
administrasi merupakan kondisi umum yang sering
terjadi. Lha kalau sekarang harus menerapkan basis
akrual dalam pelaporan akuntansinya dengan kondisi
serabutan seperti itu kira-kira jadinya nanti seperti apa
yaa..? Atau sebaliknya, bisa tidak basis akrual diterapkan
dalam kondisi lingkungan administrasi yang serabutan..?
Sebelum masuk dalam pembahasan
implementasi basis akrual, coba kita pinjam alat
Doraemon yang namanya “Pintu Kemana Saja”, mari kita
berkunjung ke suatu daerah Entah Berantah yang
katanya akuntabilitasnya nomer wahid di jagat dunia
administrasi pemerintahan. Daerah Entah Berantah
layaknya pemerintah daerah umumnya di Indonesia,
namun yang membedakannya adalah ketertiban dan
keteraturan aparatnya dalam berakuntabilitas melalui
proses akuntansi yang diselenggarakan. Setiap unit SKPD
pada daerah tersebut sampai dengan unit terkecil secara
tertib dan teratur melakukan pencatatan semua
transaksi yang terjadi pada saat kejadian.
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
80
Pencatatan administrasi kejadian ataupun
transaksi menggunakan aplikasi yang mudah
dioperasikan, tinggal klik-klik edit tambah simpan hapus
dan enter, beres. Seluruh sistem yang digunakan sudah
terhubung dalam arti semua aplikasi transaksi
terintegrasi dan terkoneksi pada semua titik kejadian
transaksi di semua SKPD sampai dengan level terkecil.
Begitu canggihnya sistem mereka sehingga tidak ada
satupun pencatatan administrasi yang bersifat
pengulangan maupun duplikasi. Semua serba otomatis
disediakan oleh sistem, hal ini sudah menjadi mindset
jajaran pengelola keuangan pada daerah tersebut
dimana semua memiliki pikiran yang sama bahwa
seluruh kejadian dan transaksi harus dicatat saat
kejadian dan proses akuntansi selanjutnya dilakukan
oleh sistem secara Real Time Clock (RTC) dan otomatis,
ujug-ujug semua laporan akuntansi maupun
administratif yang diperlukan menjadi tersedia begitu
saja.. tinggal print out dan ditandatangani, yakin bener
1000 %. Katanya kondisi ini sudah mereka alami sejak
saat basis kas masih menjadi dasar pencatatan
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
81
akuntansinya. Saat ini mereka sudah menerapkan basis
akrual, dan menurut mereka perbedaan basis akuntansi
tersebut cuma masalah proses dan format laporan.
Waahhh... hebat yaa sistem mereka. Pantesan
staf akuntansinya dan pengelola administrasinya pada
seger-seger semua. Mereka jarang lembur kecuali hanya
saat insidentil ada kebutuhan mendesak. Hari sabtu dan
minggu mereka benar-benar nikmati sebagai hari libur.
Semua laporan yang dibutuhkan dapat diselesaikan tepat
waktu dengan akurasi yang tinggi. Beda banget dengan
gambaran pemda pada umumnya, dimana kadang
laporannya masih sering ada kesalahan dan jauh lebih
sering terlambatnya daripada tepat waktunya. Belum
lagi staf akuntansi dan pengelola administrasinya yang
terlihat kuyu kurang tidur karena mabuk lembur dan
mumet nyari selisih angka yang jatuh entah dimana.
Sepertinya pekerjaan akuntansi dan
administratif di daerah Entah Berantah banyak
difasilitasi oleh sistem pengelolaan keuangan yang
handal, mencakup prosedur operasional maupun sistem
aplikasi yang mumpuni. Tapi yang jelas komitmen atas
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
82
ketertiban dan keteraturan sampai dengan level
pelaksana terdepan itulah yang menjadikan bangunan
sistem berjalannya dengan baik tanpa hambatan. Ngirii
deh.. kapan ya kita bisa seperti itu..?
Kembali ke dunia nyata pemerintah daerah pada
umumnya... Kayaknya kondisi yang ada terpaut jauh
dibandingkan dengan Daerah Entah Berantah. Belajar
dari daerah tersebut ternyata bukan masalah basis
akuntansinya, namun komitmen atas ketertiban dan
keteraturan dari seluruh jajaran mulai dari level
tertinggi sampai level pelaksana terdepan. Hal ini
menunjukan bahwa tidak ada masalah dengan
perubahan basis akuntansi, artinya basis akuntansi mau
dirubah jadi apapun selama bisa dikondisikan
implementasinya maka semuanya akan baik-baik saja.
Persoalannya justru terhadap upaya pengkondisian
lingkungan pengelolaan sesuai dengan dinamika
perubahan sistem. Sepertinya irama/komitmen
pimpinan dan internalisasi nilai-nilai yang diyakini bagus
adalah merupakan entry point pengkondisian lingkungan
pengelolaan keuangan yang baik. Dua hal tersebut adalah
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
83
merupakan sebagian bentuk cerminan terselenggaranya
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang
memadai pada suatu lingkungan pengelolaan.
Dengan ditetapkannya PP No. 71 Tahun 2010
maka penerapan sistem akuntansi pemerintahan
berbasis akrual telah mempunyai landasan hukum. Ini
berarti bahwa pada saat ini merupakan masa peralihan
bagi instansi pemerintah untuk melakukan perubahan
penggunaan basis akuntansi dalam pencatatan dan
pelaporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Suka ataupun tidak, jika sudah menjadi
keharusan maka harus dilaksanakan. Oleh karenanya,
saat ini yang harus dilakukan setiap entitas
pemerintahan adalah menemukan cara dan strategi
bagaimana mengimplementasikan basis akrual dalam
sistem pencatatannya. Peribahasa “banyak jalan menuju
roma” dan “roma tidak dibangun dalam semalam”
sepertinya cocok disandingkan dengan berbagai upaya
pemda untuk mengkondisikan perubahan basis
akuntansi tersebut dalam lingkungan pengelolaan
keuangannya. Sejauh mana basis akrual bisa
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
84
diimplementasikan, atau seberapa besar tingkat
kesesuaian implementasinya dengan SAP, pada dasarnya
merupakan trik dan strategi masing-masing daerah
sesuai kondisi lingkungan pengelolaan yang dimilikinya.
1. Akuntansi Basis Akrual dalam Bayangan
Aparatur Instansi Pemerintah
Sebagaimana kondisi yang terjadi saat
terminologi basis akrual dalam akuntansi pemerintahan
mulai diperbincangkan, banyak kebingungan dan
kegalauan yang timbul pada jajaran pengelola
administrasi pemerintahan. Basis akrual pada dasarnya
cenderung merupakan image akuntansi perusahaan atau
sektor korporat. Pertanyaan yang sering muncul dari
sebagian orang yang awam masalah akuntansi (siapa
ya?) adalah apakah memang akuntansi basis akrual
dapat diterapkan dalam sektor pemerintahan? Senada
pesimis lainnya adalah pertanyaan terkait apa perlunya
akuntansi pemerintahan berbasis akrual?
Mungkin tidak ada salahnya pertanyaan tersebut
muncul, lha wong akuntansi yang sudah ada sebelumnya
saja belum diaplikasikan secara maksimal. Hal ini
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
85
terlihat dari rendahnya capaian opini WTP pada laporan
keuangan pemerintah meskipun reformasi pengelolaan
keuangan sudah berjalan lumayan lama. Apa sih
susahnya membuat laporan keuangan sehingga capaian
opini auditor eksternal masih menjadi momok bagi
sebagian besar instansi pemerintahan..? Keharusan
melaksanakan basis akrual bagi sebagian instansi
pemerintah dirasakan seperti ungkapan “belum tegak
berdiri, tiba-tiba disuruh berlari”... Gimana caranya?
Meskipun hujan protes dan keluhan, akuntansi basis
akrual sudah menjadi peraturan yang harus
dilaksanakan. Fenomena yang terjadi saat ini instansi
pemerintah di wilayah manapun bagian negeri tercinta
Indonesia terjangkit wabah studi banding. Entah karena
ketakutan atau hal lainnya, saat ini hilir mudik
kunjungan antar instansi pemerintah untuk melihat
kondisi daerah lain tak ubahnya seperti peta jalur
penerbangan yang terhubung antar daerah. Sebagian lagi
malah seperti “setrika”, bolak-balik melakukan
kunjungan.. (sepertinya sekali tidaklah cukup).
Sedemikian fenomenanya sampai ada pihak swasta yang
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
86
mau terlibat untuk mengakomodir kepentingan kegiatan
tersebut, semacam epen orgenaiser studi banding begitu
katanya.
Akuntansi basis kas untuk penyusunan neraca
daerah, saat ini sudah tinggal kenangan. Saatnya beralih
ke akuntansi basis akrual. Berkaca kepada akuntansi
basis kas yang sudah sekian lama kita terapkan, mungkin
kita bisa belajar dari argumen para pakar akuntansi yang
mengkritisi perbedaan basis kas dan basis akrual,
diantaranya :
a. Akuntansi berbasis kas tidak menghasilkan
informasi yang cukup tentang hutang dan piutang,
sehingga penggunaan basis akrual sangat
disarankan. (Ingat cerita Ibu Hamid dan Ibu
Mahmud) jika menggunakan basis akrual, maka
dapat diketahui berapa pendapatan sebenarnya ibu
hamid, berapa uang yang masih belum diterima
oleh ibu hamid (Piutang) dan bagi ibu mahmud
berapa banyak utang atau uang yang masih belum
dibayarkan kepada ibu hamid.
b. Akuntansi berbasis akrual menyediakan informasi
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
87
yang tepat untuk menggambarkan biaya operasi
yang sebenarnya (full costs of operation). Meskipun
ibu mahmud belum membayar uang pembelian
daging sapinya, akan tetapi jika ibu mahmud
menggunakan basis akrual maka pembelian daging
sapi itu sudah diakui sebagai belanja.
c. Akuntansi berbasis akrual dapat menghasilkan
informasi yang dapat diandalkan dalam informasi
aset dan kewajiban. Tentu saja informasi yang
dihasilkan oleh basis akrual dapat memberikan
gambaran proyeksi posisi keuangan yang lebih
memadai untuk membuat keputusan masa
mendatang.
Sesuai dengan perbedaan kondisi antara kedua
basis, sepertinya akuntansi basis akrual banyak memiliki
kelebihan dibandingkan basis kas. Untuk saat ini
mungkin secara kongkrit manfaatnya belum terlihat (Lha
wong baru mulai). Betewe, percaya dah dengan para
pakar, toh mereka memang ahli di bidangnya. Lagi pula
saat ini siapa yang mau membantah lagi? Khan sudah
jadi SAP, jadi kalo tidak mau mengikuti berarti tidak
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
88
ingin dapat opini WTP. Yahh, sepertinya rugi kalau sudah
kerja keras menyajikan laporan keuangan sebagai
bentuk akuntabilitas instansi pemerintah tapi gak bisa
dapat opini terbaik. Wis, pokoke madhep manthep ...
Saatnya kita dukung program pemerintah... Go Akrual
2015!!!
2. Implementasi Basis Akrual dan Tantangannya
Penerapan sistem akuntansi berbasis akrual di
pemerintahan menyajikan tantangan baru, untuk itu agar
proses penerapannya dapat berjalan dengan baik perlu
dibuatkan suatu pedoman yang dapat menjelaskan
proses pembangunan sistem akuntansi pemerintahan
berbasis akrual ini secara lebih detail.
Keberhasilan perubahan akuntansi
pemerintahan sehingga dapat menghasilkan laporan
keuangan yang lebih transparan dan lebih akuntabel
memerlukan upaya dan kerja sama dari berbagai pihak.
Beberapa tantangan dalam implementasi
akuntansi pemerintahan berbasis akrual diantaranya :
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
89
a. Komitmen
Komitmen dalam sebuah lingkungan
pengelolaan adalah merupakan kunci utama
pelaksanaan sebuah kebijakan.
Implementasi basis akrual merupakan suatu
kebijakan yang membutuhkan komitmen
penuh dari semua unsur pelaksananya pada
semua tingkatan pengelola. Kemauan
pelaksanaan hanya akan menjadi retorika
Sistem Akuntansi dan IT
TANTANGAN AKRUAL
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
90
belaka jika berhenti pada tataran kebijakan
namun tidak dilaksanakan dalam
pengelolaan keuangan sebenarnya.
b. Resistensi / penolakan terhadap perubahan
Sebagaimana layaknya untuk setiap
perubahan, bisa jadi ada pihak internal yang
sudah terbiasa dengan sistem yang lama dan
enggan untuk mengikuti perubahan. Untuk
itu, perlu disusun berbagai kebijakan dan
dilakukan berbagai sosialisasi sehingga
penerapan akuntansi pemerintahan
berbasis akrual dapat berjalan dengan baik.
Resistensi dapat diminimalisir jika
komitmen dari unsur pimpinan telah
diinternalisasikan menjadi komitmen pada
tataran pelaksana.
c. Tersedianya SDM yang kompeten
Penyiapan dan penyusunan laporan
keuangan berbasis akrual memerlukan SDM
yang mampu menguasai akuntansi
pemerintahan. Bukan hanya pemahaman
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
91
terhadap penyusunan laporan keuangan
berbasis akrual namun juga penguatan
pemahaman pada proses penatausahaan
keuangan terkait dengan basis akrual yang
terkait. Untuk itu, pemerintah pusat dan
daerah perlu secara serius menyusun
perencanaan SDM di bidang akuntansi
pemerintahan. Peningkatan kapasitas
pemahaman atas SDM keuangan yang
dimiliki perlu terus ditingkatkan agar
kendala implementasi dari aspek kesiapan
SDM dapat diminimalisir. Peran dari
perguruan tinggi dan organisasi profesi
tidak kalah pentingnya untuk memenuhi
kebutuhan akan SDM yang kompeten di
bidang akuntansi pemerintahan.
d. Sistem Akuntansi dan IT Based System
Melihat kompleksitas implementasi
akuntansi berbasis akrual, dapat dipastikan
bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual
di lingkungan pemerintahan memerlukan
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
92
sistem akuntansi dan IT yang lebih rumit.
Melihat kompleksitas transaksi
pemerintahan yang semakin meningkat dan
dukungan SDM yang belum sepenuhnya
mumpuni dalam ranah akuntansi basis
akrual, maka diperlukan aplikasi sistem
komputer yang dapat memudahkan dalam
penerapan akuntansi berbasis akrual.
3. Sebuah Pendekatan Implementasi Pemkab
Banyuwangi
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Pemkab
banyuwangi pada tahun 2014 sudah disusun
berdasarkan basis akuntansi akrual. Sebagaimana
komitmen bersama yang dituangkan dalam sebuah
rencana aksi Road Map Implementasi Banyuwangi
Akrual Basis 2015, rencana implementasi dibagi dalam
tiga tahapan penerapan yang akan dimulai pada
penyusunan Laporan Keuangan Daerah Tahun 2013,
yaitu :
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
93
Tahun Implementasi
Sistem
Keterangan
2013 CTA - Konversi
laporan akrual
Laporan Keuangan CTA
akan dikonversi dalam
standar pelaporan akrual,
sehingga laporan
keuangan daerah tahun
2013 dapat disajikan
sesuai format PP 71/2010
2014 Dual Sistem (CTA
– Akrual)
Implementasi dual sistem
sebagai proses diseminasi
sistem akuntansi yang
baru. Pada tahun 2014,
diharapkan laporan
keuangan versi PP 71
sudah dapat dihasilkan
melalui Sistem Informasi
Pengelolaan Keuangan.
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
94
Tahun Implementasi
Sistem
Keterangan
2015 Akrual Penuh Implementasi sistem
akrual secara penuh. Pada
tahun ini diharapkan
seluruh aspek pengelolaan
keuangan telah beralih
secara penuh dari basis
CTA menjadi basis akrual.
Technical proses yang rencanakan adalah
sebagai berikut :
Tahun 2013 – Konversi Laporan Keuangan CTA
1. Pembentukan tim yang akan menjadi gugus tugas
implementasi akrual basis.
2. Pembahasan konsep perubahan mencakup
pemetaan kondisi existing dan terobosan
penyesuaian konversi format laporan.
3. Sosialisasi dan penjelasan implementasi PP 71
Tahun 2010 pada seluruh Pengelola Keuangan
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
95
SKPD.
4. Sosialisasi konsep dan perubahan sistem yang akan
dilaksanakan.
Tahun 2014 – Pelaksanaan Dual Sistem
1. Evaluasi kesiapan SDM dan pemantapan
pemahaman konsep
2. Evaluasi pelaksanaan tahap I dan perbaikan yang
diperlukan
3. Pemrograman sistem informasi akrual.
4. Evaluasi kesesuaian lingkungan sistem untuk
menjamin kemudahan proses integrasi antar
sistem pengelolaan ( Sistem Informasi Barang dan
Sistem Informasi Pendapatan )
5. Fasilitasi pelaksanaan dual sistem.
6. Brainstorming perubahan sistem pengelolaan
khususnya pelaksana akuntansi SKPD.
Tahun 2015 – Implentasi akrual basis penuh.
1. Fasilitasi pelaksanaan sistem akuntansi akrual.
2. Evaluasi hasil penerapan dual sistem dan akomodir
perbaikan yang diperlukan.
3. Evaluasi stabislitas sistem informasi akuntansi
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
96
berbasis akrual.
4. Troubleshooting dan debugging sistem informasi
untuk menjamin kelancaran pelayanan dan
pemenuhan kebutuhan.
Sesuai dengan hasil evaluasi Tim Implementasi
Basis Akrual, pada tahun 2014 secara umum proses
implementasi telah menunjukan hasil, dimana proses
konversi laporan tahun 2013 telah dapat dilakukan
secara in-system. Berdasarkan kebijakan pimpinan,
untuk mengetahui apakah implementasi yang sudah
dilakukan telah sesuai dengan SAP maka LKPD tahun
2014 agar disajikan berdasarkan basis akrual. Hal ini
dimaksudkan agar hasil pemeriksaan auditor eksternal
atas LKPD 2014 dapat dijadikan pedoman
penyempurnaan basis akrual selanjutnya.
Lingkungan sistem aplikasi pengelolaan
keuangan pemkab Banyuwangi yang berbasis Web,
menginspirasi munculnya ide untuk mengintegrasikan
seluruh aplikasi keuangan. Aplikasi yang digunakan
untuk pengelolaan keuangan adalah SIMRAL(Sistem
Informasi Manajemen Perencanaan, Penganggaran dan
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
97
Pelaporan meliputi proses perencanaan, penatausahaan
dan pelaporan. Sedangkan aplikasi yang digunakan
untuk pengelolaan pendapatan adalah SIMPADA (Sistem
Informasi Pendapatan Daerah), dan aplikasi pengelolaan
barang adalah SIMBADAWANGI (Sistem Informasi
Manajemen Barang Daerah Banyuwangi).
Proses integrasi secara umum dimaksudkan
agar tidak terjadi duplikasi entry antar sistem dan
meningkatkan pengendalian akuntansi atas proses
pencatatan pendapatan dan belanja barang. Dalam
pelaksanaannya, integrasi antar sistem ini selanjutnya
merubah konsep pencatatan pendapatan dan konsumsi
barang yang sudah berjalan selama ini. Sebelumnya
pencatatan akuntansi untuk pendapatan dan konsumsi
barang menggunakan metode periodik, dengan adanya
integrasi antar sistem maka pola pencatatan pendapatan
dapat dilakukan secara perpetual atau setiap saat
kejadian.
Sistem aplikasi dimodifikasi sedemikian rupa
untuk memudahkan proses operasi pencatatan. Hal ini
dimaksudkan agar operator masing-masing sistem
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
98
aplikasi tidak merasa kesulitan yang nantinya akan
menjadikan resistensi penggunaan aplikasi dalam
pelaksanaan basis akrual. Komitmen dan dukungan tidak
hanya dibangun pada level pimpinan tapi juga antar
operator sistem aplikasi dalam SKPD. Evaluasi atas
keselarasan hasil input pencatatan dalam aplikasi pada
SKPD terus difasilitasi secara periodik. Selain
membangun koordinasi pada level pemerintah daerah,
masing-masing SKPD diharapkan dapat memiliki
kesadaran akuntansi atas seluruh proses administrasi
keuangan yang telah dilaksanakan.
Dengan dukungan seluruh SKPD, laporan
keuangan pemerintah kabupaten Banyuwangi pada
tahun 2014 memperoleh opini WTP (Wajar Tanpa
Pengecualian) dari Auditor Eksternal. Hal ini
menunjukan bahwa dengan kerja keras dan komitmen
yang tinggi, implementasi basis akrual dalam laporan
keuangan pemerintah bukanlah suatu hal yang
menakutkan.. (padahal waktu penyerahan opini sempat
deg-degan). Selama ada kemauan, disitu pasti ada jalan.
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
99
4. Wacana Implementasi Basis Akrual Kualitas
Super
Pertanyaan yang selalu menjadi bahan
pembicaraan di antara penggiat akuntansi pemerintahan
selama ini adalah seperti apa laporan keuangan
pemerintah basis akrual itu? Atau lebih dalam lagi,
bagaimana sih seharusnya basis akrual diterapkan dalam
pemerintahan?
Sebagaimana umumnya penyusunan laporan
keuangan pemerintah daerah, kita terbiasa dengan
contoh yang sudah ada, atau bagaimana laporan
keuangan itu disusun sebelumnya, selalu menjadi acuan
dalam penyusunan laporan keuangan berikutnya.
Pemahaman adanya standar pelaporan, secara umum
masih relatif rendah di lingkungan pengelola keuangan
daerah. Lebih parah lagi opini laporan keuangan masih
lebih diyakini berasal dari adanya masalah keuangan
umum hasil pemeriksaan bukan dari penyajian laporan
keuangan yang sudah disusun.
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
100
Sedikit demi sedikit kesadaran atas penyajian
laporan yang sesuai standar mulai dipahami oleh
pengelola keuangan meskipun belum seutuhnya, namun
capaian opini WTP sedikit banyak merangsang minat
dan upaya pengelola keuangan untuk dapat meraihnya.
Obrolan sebagian pengelola keuangan, capaian opini
WTP sudah menjadi gengsi yang dapat mengindikasikan
kredibilitas penyusunan laporan keuangan daerah,
meskipun sangat disadari bahwa opini WTP tidak
menjamin pengelolaan keuangan yang bebas dari
penyelewengan.
Kembali lagi kepada pertanyaan seperti apa
laporan keuangan basis akrual itu? Kalau hanya untuk
dapat menyajikan laporan keuangan sesuai format basis
akrual mungkin secara mudah dapat dilakukan. Kita bisa
melihat format laporan akrual, kemudian dilakukan
konversi atas data yang ada mungkin dengan serta merta
laporan format akrual bisa kita hasilkan. Nah, kalau cuma
begitu saja berarti mudah khan? Tapi apakah cukup
begitu saja? Pada kenyataannya tidaklah demikian,
ternyata auditor juga melihat bagaimana laporan akrual
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
101
(atau konversi laporan ) itu dihasilkan.
Pada beberapa kesempatan, baik auditor
eksternal maupun KSAP (Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan) menyatakan bahwa laporan akrual atau
konversinya harus memenuhi syarat by transaction, by
process dan by aplication. Arti gampangnya laporan
akrual harus disajikan sesuai dengan dukungan
transaksi, melalui sebuah proses akuntansi dan
dihasilkan melalui aplikasi. Nah, loh.. ternyata tidak
semudah yang kita pikirkan sebelumnya.
Dengan demikian untuk dapat menyajikan
laporan keuangan berbasis akrual memang diperlukan
strategi khusus dan rencana implementasi yang jelas dari
masing-masing daerah sesuai kondisi dan karakteristik
pengelolaan keuangan yang dilakukan. Setidaknya
strategi dan rencana implementasi tersebut akan
memberikan panduan apakah penyusunan laporan
keuangan yang dilakukan sudah sesuai dengan standar
atau belum. Apakah laporan keuangan yang sesuai
standar akan menjamin perolehan opini WTP?... Eh,
jangan keburu dulu. Sesuai dengan ketentuan laporan
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
102
keuangan yang baik yaitu kesesuaian dengan standar
dan dukungan Sistem Pengendalian Intern yang
memadai, dua-duanya harus terpenuhi. Hal ini berarti
jika laporan keuangan kita sudah bagus sesuai dengan
standar namun banyak temuan pengendalian intern yang
cukup material, opini WTP tentu saja jauh dari
jangkauan. Jadi, jangan sampai karena fokus dalam
implementasi basis akrual kemudian kita banyak
kecolongan dalam pelaksanaan kegiatan yang berbuah
temuan pemeriksaan. Dua-duanya harus seimbang,
laporan keuangan harus sesuai standar dan
pengendalian intern harus tetap ditingkatkan.
Sekarang coba kita lihat dapur akrual kita.
Keberhasilan pemkab Banyuwangi dalam menghasilkan
laporan akrual pada tahun 2014 telah menginspirasi
berbagai pihak. Hal ini terbukti dengan banyaknya
kunjungan dari daerah lain yang ingin mengetahui
sampai dengan mengadopsi proses migrasi akrual yang
sudah kita terapkan. Secara sistem, kalau hanya untuk
menghasilkan laporan akrual dapat dikatakan bahwa
kita sudah pengalaman. Besar harapan untuk
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
103
penyusunan laporan keuangan akrual di masa-masa
mendatang kita tidak akan menemui kesulitan lagi.
Melihat capaian yang sudah kita peroleh sampai
dengan saat ini, dan antusiasme daerah lain terhadap
pengembangan basis akrual, belum saatnya kita
berpangku tangan. Semangat untuk tetap dapat
menyajikan yang terbaik harus terus kita bangun,
rasanya aneh nantinya kalau kita yang duluan
mengimplementasikan basis akrual namun akhirnya
nanti kita malah yang tertinggal dibandingkan dengan
daerah lain dalam penerapan basis akrual. Oleh
karenanya inovasi dan perbaikan harus terus dilakukan
untuk penyempurnaan implementasi basis akrual di
Pemkab Banyuwangi.
Kembali lagi ke pertanyaan awal, bagaimana
basis akrual itu seharusnya diterapkan dalam akuntansi
pemerintahan? Kalau melihat lingkungan pengelolaan
kita sendiri, sepertinya masih banyak celah administrasi
umumnya saat ini yang dapat dieksplorasi untuk
pengembangan basis akrual masa mendatang.
Sebagaimana sistem pengelolaan keuangan daerah Entah
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
104
Berantah yang sudah nge-link pada semua tahapan dan
laporan keuangan yang dapat disajikan secara real time,
dapat kita jadikan tujuan untuk pengembangan sistem
pengelolaan basis akrual selanjutnya. Apakah mungkin?
Apa sih yang tidak mungkin selama ada kemauan?
Sebenarnya kalau kita teliti lebih dalam terkait
ketentuan pengelolaan dan standar pelaporan
pemerintahan, kita seperti melihat kepingan pengelolaan
yang terbagi dalam beberapa aspek yang seakan-akan
terpisah. Sebagaimana kita pahami laporan realisasi
anggaran pendapatan dan belanja yang masih disusun
berdasarkan basis kas karena penganggaran atas
perencanaan daerah masih menggunakan dasar kas.
Pada sisi lain kita dituntut menerapkan basis akrual
dalam pelaporan pendapatan dan beban dalam laporan
operasional. Jika kita tanyakan kenapa penganggaran
tidak sekalian menggunakan basis akrual, tentu saja
memerlukan analisis lebih lanjut terkait bagaimana hal
tersebut dapat dilakukan.
Terlepas dari berbagai macam pertanyaan, kita
pada tataran pelaksana kebijakan dan serangkaian
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
105
peraturan terkait pola administrasi dan pelaporan sudah
selayaknya untuk mengikuti dan patuh dalam
pelaksanaannya. Bagaimana kita menerapkan sebuah
kebijakan dan peraturan adalah merupakan ranah
improvisasi yang dapat dilakukan kemudahan
penerapan. Selama tidak bertentangan dengan
peraturan, sebuah sistem tidak dapat dikatakan benar
atau salah tapi lebih cenderung kepada kuat dan
lemahnya pengendalian intern dalam penerapan sebuah
aplikasi pengelolaan.
Integrasi sistem pengelolaan pendapatan dan
sistem pengelolaan barang ke dalam sistem keuangan
daerah, adalah merupakan langkah awal dari langkah
selanjutnya yang mungkin akan dilakukan kemudian.
Meskipun belum sepenuhnya tertib, penatausahaan
transaksi yang difasilitasi oleh masing-masing sistem
dengan integrasi pencatatan akuntansi pada sistem
keuangan telah memberikan sedikit kemudahan
penyusunan laporan. Pada kondisi saat ini, peningkatan
ketertiban pencatatan masih memerlukan proses
pengawasan dan evaluasi periodik, namun sangat
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
106
diyakini bahwa jika internalisasi sistem telah optimal
pada masing-masing pelaksana maka rekonsiliasi dan
evaluasi akan terjadi secara otomatis pada masing-
masing SKPD. Bilamana hal ini dapat terjadi, tentu saja
jika dukungan komitmen pengelola keuangan pada
setiap tingkatan dapat terus dijaga konsistensinya.
Kelemahan yang umumnya dialami oleh hampir
semua pemda adalah kurang terkordinasinya tahapan
pengelolaan yang dilakukan. Masing-masing bagian
dalam internal pemda ataupun tingkat SKPD berjalan
sendiri-sendiri dengan mengedepankan tupoksinya
tanpa melihat kepentingan akuntabilitas secara
keseluruhan. Jika seluruh kepentingan telah diakomodir
dan integrasi secara menyeluruh dalam kerangka
pengendalian intern telah dapat dilakukan secara
otomatis maka ego sektoral bagian akan dapat
diminimalisir.
Bayangkan jika integrasi sistem pengelolaan
telah dapat diintegrasikan secara keseluruhan mulai dari
tahap perencanaan, penganggaran, penatausahaan
sampai dengan pelaporan dengan mengakomodir
SEKILAT AKUNTANSI - Implementasi Basis Akrual Wacana Ideal
107
kebutuhan masing-masing aspek pengelolaan, maka
akuntansi pemerintahan bukanlah sesuatu hal yang
menyulitkan selama ada komitmen dan konsistensi
penerapan kebijakannya. Bukan suatu impian jika
seluruh aspek pengelolaan telah mendukung, seluruh
transaksi baik pendapatan maupun belanja dan beban
dicatat secara real time pada setiap titik kejadian, serta
proses akuntansi telah difasilitasi oleh sistem yang andal,
pada suatu waktu nanti neraca daerah dapat diterbitkan
setiap saat bukan lagi per tanggal tapi setiap saat
dibutuhkan. Memungkinkan atau tidak, yang jelas tidak
ada salahnya untuk berusaha.
SEKILAT AKUNTANSI - Penutup
51 108
PENUTUP
Buku “Sekilat Akuntansi Dalam Kacamata
Awam” disusun berdasarkan kondisi latar belakang
sumber daya pengelola keuangan daerah yang berasal
dari beraneka ragam disiplin ilmu. Dalam rangka
peningkatan pemahaman terhadap akuntabilitas
pelaporan terkait implementasi akuntansi berbasis
akrual, buku ini diharapkan dapat menjadi jembatan atas
kesenjangan pengetahuan dalam dunia akuntansi.
Sangat disadari bahwa materi buku ini bersifat
dasar dan umum serta cenderung mengarah ke
pemahaman terkait akuntansi pemerintahan secara
implementatif. Penerapan basis akrual dalam laporan
keuangan pemerintah memerlukan dasar pemahaman
yang kuat terhadap perlakuan akuntansi atas setiap
transaksi keuangan yang terjadi. Materi umum yang ada
dalam buku ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam
proses pembelajaran dan diseminasi implementasi basis
akrual tahap-tahap selanjutnya dalam rangka
SEKILAT AKUNTANSI - Penutup
51 109
peningkatan kualitas akuntabilitas di masa yang akan
datang.
Setiap kesuksesan berawal dari satu langkah
kecil. Sebagaimana buku sederhana ini, adanya
kesepahaman dasar pada seluruh jajaran pengelola
keuangan terhadap tantangan akuntabilitas dapat
membangun semangat kebersamaan dalam membangun
akuntabilitas publik Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
yang lebih baik.
GO ACCRUAL... TETAP WTP!
SEKILAT AKUNTANSI - Tim Penyusun
52 110
TIM PENYUSUN
Drs. Djadjat Sudradjat, M.Si.
Samsudin, S.E., M.Si.
Drs. DMA Budi Siswanto, M.E.
Firman Hidayat, S.E.
Retno Wilis, S.E.
Nuriazha Novatilala, S.E.
Kwartika Dyah Wulaningrum, S.E.
Henry Januar Bayuangga, S.E.
Yuli Adhantini, S.E.
Zubdatin Niswah, S.E.
Anindya Dianing Pratiwi, S.E.
Roma Dahliaseva
Andika Permana Putra, A.Md.
Tanjung Shinta Yudaningtyas, A.Md.