BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara tentang epidemiologi tentu tidak lepas dari penelitian, karena untuk
mengetahui keadaan di lapangan dan untuk mendapatkan data yang konkrit
dibutuhkan suatu penelitian. Penelitian epidemiologi ditujukan untuk faktor-
faktor epidemiologis yang berkaitan dengan distribusi penyakit /masalah
kesehatan di masyarakat yang hasilnya dipergunakan untuk membuat
perencanaan intervensi atau upaya pencegahan yang sesuai.
Salah satu jenis penelitian yang sering digunakan adalah screening.
Mahasiswa perlu mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penelitian screening
tersebut sebelum nantinya terjun ke masyarakat untuk mengadakan penelitian.
Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih jauh mengenai penelitian
screening, di samping untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Epidemiologi.
1.2 Sistematika Penulisan
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
1.2 sistematika penulisan
1
BAB II ISI
2.1 Pengertian Screening
2.2 Dasar pemikiran adanya screening
2.3 Tujuan Screening
2.4 Prinsip Pelaksanaan
2.5 Macam-macam Screening
2.6 Kriteria untuk Melaksanakan Screening
2.7 Lokasi Screening
2.8 Validitas Tes Uji Screening
2.9 Kriteria Evaluasi
2.10 Pertimbangan Screening
2.11 Tes Screening HB Sahli dan HB Meter
2.12 Tinjauan Kasus
BAB III PENUTUP
3.1 kesimpulan
3.2 saran
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Screening
Screening adalah suatu strategi yang digunakan dalam suatu populasi untuk
mendeteksi penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu,
atau suatu usaha secara aktif untuk mendeteksi atau mencari penderita penyakit
tertentu yang tampak gejala atau tidak tampak dalam suatu masyarakat atau
kelompok tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan yang secara singkat dan
sederhana dapat memisahkan mereka yang sehat terhadap mereka yang
kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosis dan
pengobatan.
Screening dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur sederhana dan
cepat untuk mengidentifikasi dan memisahkan orang yang tampaknya sehat,
tetapi kemungkinan beresiko terkena penyakit, dari mereka yang mungkin tidak
terkena penyakit tersebut. Screening dilakukan untuk mengidentifikasi mereka
yang dididuga mengidap penyakit sehingga mereka dapat dikirim untuk menjalani
pemeriksaan medis dan studi diagnostic yang lebih pasti.
Uji tapis bukan untuk mendiagnosis tapi untuk menentukan apakah yang
bersangkutan memang sakit atau tidak kemudian bagi yang diagnosisnya posistif
dilakukan pengobatan intensif agar tidak menular, dengan harapan penuh dapat
mengurangi angka mortalitas.
Screening pada umumnya bukan merupakan uji diagnostic dan oleh karenanya
melakukan penelitian follow-up yang cepat dan pengobatan yang tepat pula.
3
2.2 Dasar pemikiran adanya screening
a. yang diketahui dari gambaran spectrum penyakit hanya sebagian kecil saja
sehingga dapat diumpakan puncak gunung es sedangkan sebagian besar masih
tersamar.
b. diagnosis dini dan pengobatan secara tuntas memudahkan kesembuhan
c. biasanya penderita datang mencari pengobatan setelah timbul gejala atau
penyakit telah berada dalam stadium lanjut sehingga pengobatan menjadi sulit
atau bahkan tidak dapat disembuhkan lagi.
d. penderita tanpa gejala mempunyai potensi untuk menularkan penyakit.
2.3 Tujuan Screening
a. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap
orang- orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit, yaitu
orang yang mempunyai resiko tinggi terkena penyakit (Population at risk).
b. Dengan ditemukan penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara
tuntas sehingga tidak membahayakan dirinya atau lingkungan dan tidak
menjadi sumber penularan penyakit, sehingga epidemic dapat dihindari.
c. Mencegah meluasnya penyakit
d. Mendidik masyarakat melakukan general check up
e. Memberi gambaran kepada tenaga kesehatan tentang suatu penyakit (waspada
mulai dini)
f. Memperoleh data epidemiologis, untuk peneliti dan klinisi
2.4 Prinsip Pelaksanaan
a. Tahap 1 : melalukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang
dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit.
1. Apabila hasil negatif, dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit.
2. Apabila hasil positif dilakukan pemeriksaan tahap 2
4
b. Tahap 2 : pemeriksaan diagnostik
1. Hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapat pengobatan.
2. Hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit (dilakukan pemeriksaan ulang
secara periodik).
2.5 Macam-macam Screening
a. Penyaringan massal (Mass screening) adalah screening secara masal pada
masyarakat tertentu. Contoh : screening pra CA Serviks dengan metode IVA
Test pada 22.000 wanita.
b. Penyaringan yang ditargetkan (Selective screening) adalah screening secara
selektif berdasarkan kriteria tertentu. Contoh: pemeriksaan CA Paru pada
perokok, pemeriksaan CA Servik pada wanita yang sudah menikah, dan
pemeriksaan pada pekerja pabrik yang terpapar dengan bahan Timbal.
c. Penyaringan oportunistik (Single disease screening) adalah screening yang
dilakukan untuk satu jenis penyakit. Contoh: pemeriksaan pada klien yang
berkonsultasi kepada seorang dokter.
d. Penyaringan multiple (Multiphasic screening) adalah screening yang
dilakukan untuk lebih dari satu jenis penyakit. Contoh: pemeriksaan IMS dan
penyakit sesak nafas.
5
2.6 Kriteria untuk Melaksanakan Screening
a. Sifat penyakit
1. Serius
2. Prevalensi tinggi pada tahap praklinik
3. Periode yang panjang diantara tanda-tanda pertama sampai timbulnya
penyakit
b. Uji diagnostic
1. Sensitive dan spesifik
2. Sederhana dan murah
3. Aman dan dapat diterima
4. Reliable
5. Fasilitas adekwat
c. Diagnosis dan pengobatan
1. efektif dan dapat diterima
2. pengobatan aman dan telah tersedia
2.7 Lokasi Screening
Uji tapis dapat dilakukan dilapangan, rumah sakit umum, rumah sakit khusus,
pusat pelayanan kesehatan dan lain-lain.
2.8 Validitas Tes Uji Screening
Validitas adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan mereka
yang benar sakit terhadap yang sehat
a. Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan setiap individu dalam keadaan
yang sebenarnya (sehat atau sakit)
b. Validitas berguna karena biaya screening lebih murah daripada test
diagnostic
6
Komponen Validitas :
a. Sensitivitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan
mereka yang positif betul-betul sakit
b. Spesivicitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan
mereka yang negatif betul-betul tidak sakit.
Rumus :
Sensitivitas: TP / (TP + FN)
Spesivisitas: TN / (TN + FP)
2.9 Kriteria Evaluasi
a. Reliabilitas adalah kemampuan suatu test memberikan hasil yang sama/
konsisten bila test diterapkan lebih dari satu kali pada sasaran yang sama dan
kondisi yang sama
Ada 2 faktor yg mempengaruhi;
1. Variasi cara screening: stabilitas alat; fluktuasi keadaan (demam)
2. Kesalahan/perbedaan pengamat: pengamat beda/ pengamat sama dengan
hasil beda
Upaya Meningkatkan Reliabilitas :
Pembakuan/standarisasi cara screening
Peningkatan ketrampilan pengamat
Pengamatan yg cermat pada setiap nilai pengamatan
Menggunakan dua atau lebih pengamatan untuk setiap pengamatan
7
Memperbesar klasifikasi kategori yang ada, terutama bila kondisi
penyakit juga bervariasi/ bertingkat
b. Bentuk mScreening
Screening Seri adalah screening yang dilakukan 2 kali penyaringan dan
hasilnya dinyatakan positif jika hasil kedua penyaringan tersebut positif
Bentuk screening seri akan menghasilkan positive palsu rendah, negative
palsu meningkat
Screenig paralel adalah screening yang dilakukan 2 kali penyaringan dan
hasilnya dinyatakan positif jika hasil salah satu hasil penyaringan adalah
positive
Bentuk screening paralel akan menghasilkan positive palsu meningkat;
negative palsu lebih rendah
c. Predictive Value
Nilai Prediktif adalah besarnya kemungkinan sakit terhadap suatu hasil
tes
Nilai prediktif positive adalah porsentase dari mereka dengan hasil tes
positive yang benar benar sakit
Nilai prediktif negative adalah porsentase dari mereka dengan hasil tes
negative yang benar benar tidak sakit
Rumus predictive Value:
PPV: TP / (TP + FP)
NPV: TN / (TN + FN)
d. Derajat Screening (Yied)
Yied adalah kemungkinan menjaring mereka yang sakit tanpa gejala melalui
screening, sehingga dapat ditegakan diagnosis pasti serta pengobatan dini
Faktor yg mempengaruhi:
8
1. Derajat sensitivitas tes
2. Prevalensi penyakit
3. Frekuensi penyaringan
4. Konsep sehat masyarakat sehari-hari
2.10 Pertimbangan Screening
a. Penyakit yang dipilih merupakan masalah kesehatan prioritas
b. Tersedia obat potensial untuk terapi nya
c. Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis dan terapinya nya
d. Penyakit lama dan dapat dideteksi dengan test khusus
e. Screeningnya memenuhi syarat sensitivitas dan spesivisitas
f. Teknik dan cara screening harus dapat diterima oleh masyarakat
g. Sifat perjalanan penyakit dapat diketahui dengan pasti
h. Ada SOP tentang penyakit tersebut
i. Biaya screening harus seimbang (lebih rendah) dengan resiko biaya bila
tanpa screening
j. Penemuan kasus terus menerus
2.11 Tes Screening HB Sahli dan HB meter
a. Pengertian HB
Hemoglobin adalah protein tetramer yang terdiri dari dua pasang
subunit polipeptida yang berbeda (α,β,γ,δ,S). Meskipun memiliki panjang
secara keseluruhan yang serupa, polopeptida α (141 residu) dan β (146 residu)
dari hemoglobin A dikodekan oleh gen yang berbeda dan memiliki struktur
primer yang berlainan. Sebaliknya, rantai β,δ dan γ hemoglobin manusia
memiliki struktur primer yang sangat terlestarikan . Struktur tetramer
hemoglobin yang umum dijumpai adalah sebagai berikut: HbA (hemoglobin
dewasa normal) = α2β2, HbF (hemoglobin janin) = α2γ2, HbS (hemoglobin
9
sel sabit) = α2S2 dan HbA2 (hemoglobin dewasa minor) = α2δ2.
(Murray,Granner,Mayes,Rodwell,2003).
Sel-sel darah merah mampu mengkonsentrasikan hemoglobin dalam
cairan sel sampai sekitar 34 gm/dl sel. Konsentrasi ini tidak pernah meningkat
lebih dari nilai tersebut, karena ini merupakan batas metabolik dari
mekanisme pembentukan hemoglobin sel. Selanjutnya pada orang normal,
persentase hemoglobin hampir selalu mendekati maksimum dalam setiap sel.
Namun bila pembentukan hemoglobin dalam sumsum tulang berkurang, maka
persentase hemoglobin dalam darah merah juga menurun karena hemoglobin
untuk mengisi sel kurang. Bila hematokrit (persentase sel dalam darah
normalnya 40 sampai 45 persen) dan jumlah hemoglobin dalam masing-
masing sel nilainya normal, maka seluruh darah seorang pria rata-rata
mengandung 16 gram/dl hemoglobin, dan pada wanita rata-rata 14 gram/dl
( Guyton & Hall,1997).
Haemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang
berfungsi sebagaimedia transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan
tubuh dan membawakarbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru.
Kandungan zat besi yang terdapat dalamhemoglobin membuat darah berwarna
merah.Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain
metode Sahli,oksihemoglobin atau sianmethhemoglobin.
Dasar Penetapan
Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam
setelah darahditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan
dengan aquadest. Pengukuransecara visual dengan mencocokkan warna larutan
sampel dengan warna batang gelas standar.Metode ini memiliki kesalahan
sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk menghitungindeks eritrosit
Penetapan kadar Hb metode oksihemoglobin didasarkan atas
pembentukan oksihemoglobinsetelah sampel darah ditambah larutan
10
Natrium karbonat 0.1% atau Ammonium hidroksida.Kadar Hb ditentukan
dengan mengukur intensitas warna yang terbentuk secaraspektrofotometri
pada panjang gelombang 540 nm. Metode ini tidak dipengaruhi oleh
kadarbilirubin tetapi standar oksihemoglobin tidak stabil.
b. Tujuan pemeriksaan HB
a. Untuk mengetahui cara menentukan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah.
b. Untuk mengetahui variasi Hb darah antar mahasiswa.
c. Menurut Wasindar (2007), manfaat dilakukan pemeriksaan hemoglobin
pada ibu hamil yaitu:
1. mencegah terjadinya anemia dalam kehamilan
2. mencegah terjadinya berat bayi lahir rendah (BBLR)
3. memenuhi cadangan zat besi yang kurang
c. Prinsip Dasar/ Percobaan
Kadar Hb normal pada wanita dewasa adalah 13-14,5 gr/100 ml darah, pada
priadewasa 15-16 gr/100 ml darah, pada anak-anak 20 gr/100 ml darah dan
pada remaja 18gr/100 ml darah.
2.12 Tinjauan Kasus
A. LATIHAN 1
Pemeriksaan Hb terhadap 1000 MHS D3 Kebidanan KUTAI HUSADA, sehat
dengan cara Sahli didapatkan hasil yang positif 650 MHS, setelah
dikonfirmasi dengan alat HB meter ternyata yang anemia 400 MHS. Hitung
sensitivitas dan spesifisitasnya ?
JAWABAN :
HASIL TESTSTATUS PENYAKIT
SAKIT TIDAK SAKIT
11
POSITIF TP 400 FP 250 650
NEGATIF FN 250 TN 100 350
650 350 1000
RUMUS :
a. Sensivitas : TP
400
400
b. Spesifisitas : TN
100
100
B. LATIHAN 2
12
TP + TNX 100%
TN + FP
100 + 250
350
500
400 + 100
X 100%
X 100%
X 100%
X 100%
X 100%
= 80 %
= 28,7 %
Pemeriksaan Hb terhadap 6000 jiwa penduduk Desa Pugu, sehat dengan cara
Sahli didapatkan hasil yang anemia 1000 jiwa, konfirmasi dengan alat HB
meter ternyata yang anemia 800 jiwa. Hitung efektivitas dan spesifisitasnya ?
JAWABAN ;
HASIL TESTSTATUS PENYAKIT
SAKIT TIDAK SAKIT
POSITIF TP 800 FP 200 1000
NEGATIF FN 200 TN 4800 5000
1000 5000 6000
RUMUS :
a. Sensivitas : TP
800
800
b. Spesifisitas : TN
4800
BAB III
13
= 96 %
X 100%TP + TN
800 + 4800
5600
TN + FP
4800 + 200
= 14,28 %
X 100%
X 100%
X 100%
X 100%
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Screening atau penyaringan kasus adalah cara untuk mengidentifikasi
penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur
lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita
penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita.
Latar belakang sehingga screening ini dilakukan yaitu karena hal berikut ini:
a. Banyaknya kejadain penomena gunung es (Ice Berg Phenomen)
b. sebagai langkah pencegahan khususnya Early diagnosis dan prompt
treatment.
c. Banyaknya penyakit yang tanpa gejala klinis.
d. Penderita mencari pengobatan setelah studi lanjut.
e. Penderita tanpa gjl mempunyai potensi untuk menularkan penyakit.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan ibu hamil lebih diperhatikan uji
tapis anemia dalam kehamilan dengan pemeriksaan kadar Hb, begitu juga untu
mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
14
Noor, 1997, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Bustan, 2000, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Bustan, 2002, Pengantar Epidemiologi, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Notoatmojo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip Dasar, Jakarta,
PT. Rineka Cipta
Entjang, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti
Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan
Kabupaten, Bandung, ITB
KATA PENGANTAR
15
Puji dan syukur kami panjatkan pada ALLAH SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya akhirnya “Makalah EPIDEMILOGI tentang Pemeriksaan Screening
pada HB Sahli dan HB Meter” dapat diselesaikan dengan waktu yang telah
ditentukan. Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswi berusaha menggali
ilmu dalam makalah yang telah kami buat.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan dimasa mendatang.
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi teman-teman Mahasiswi
Akademi Kebidanan lainnya dan dapat menjadi bahan bacaan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan.
Tenggarong, 23 April 2013
Kelompok 5
MAKALAH EPIDEMILOGI
16
ii
PEMERIKSAAN SCREENING pada HB SAHLI dan HB METER
Disusun Oleh Kelompok 5(A) :
1. AMELIA PRAMESWHARI 6. JAUHAR LATIFAH
2. ANDIKA DELIMA 7. RUSNAINI
3. IKA NOVIA SARI 8. SITTI MARDIAH
4. INDAH PUSPITA
YAYASAN MITRA HUSADA TENGGARONG AKADEMI KEBIDANAN KUTAI HUSADA
TENGGARONG 2012/2013
DAFTAR ISI
17
HALAMAN JUDUL ................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar belakang ............................................................ 1
1.2 sistematika penulisan ................................................. 1
BAB II ISI
2.1 Pengertian Screening ................................................. 3
2.2 Dasar pemikiran adanya screening ............................. 4
2.3 Tujuan Screening ........................................................ 4
2.4 Prinsip Pelaksanaan .................................................... 4
2.5 Macam-macam Screening .......................................... 5
2.6 Kriteria untuk Melaksanakan Screening .................... 6
2.7 Lokasi Screening ........................................................ 6
2.8 Validitas Tes Uji Screening ........................................ 6
2.9 Kriteria Evaluasi ......................................................... 7
2.10 Pertimbangan Screening ........................................... 9
2.11 Tes Screening HB Sahli dan HB Meter ................... 9
2.12 Tinjauan Kasus ......................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 kesimpulan ................................................................ 14
3.2 saran .......................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
18