Download - SAWITRI-fkik.pdf
-
GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN
PETUGAS KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)
PADA PELAKSANAAN PROGRAM IMUNISASI
TETANUS TOXOID (TT)
PADA CALON PENGANTIN WANITA
DI KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Oleh:
Sawitri
NIM: 107104001181
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
-
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN
PETUGAS KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)
PADA PELAKSANAAN PROGRAM IMUNISASI TETANUS TOXOID (TT)
PADA CALON PENGANTIN WANITA
DI KOTA TANGERANG SELATAN
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun oleh :
SAWITRI
107104001181
Pembimbing I
Ns. Uswatun Khasanah S.Kep, MNS
NIP. 19770401 2009 12 2003
Pembimbing II
Irma Nurbaeti S.Kp, M.Kep, Sp.Mat
NIP. 19700501 1996 01 2001
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
-
iii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI
Skripsi dengan judul
GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN
PETUGAS KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) PADA PELAKSANAAN PROGRAM
IMUNISASI TETANUS TOXOID (TT) PADA CALON PENGANTIN WANITA
DI KOTA TANGERANG SELATAN
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
SAWITRI
107104001181
Tangerang Selatan, September 2011
Pembimbing I
Ns. Uswatun Khasanah S.Kep, MNS
NIP. 19770401 2009 12 2003
Pembimbing II
Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat
NIP. 19700501 1996 01 2001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Tien Gartinah, MN
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp. And
Penguji III
Raihana Nadra Alkaff, S.KM, MMA
NIP. 19781216 2009 01 2005
Penguji I
Ns. Uswatun Khasanah S.Kep, MNS
NIP. 19770401 2009 12 2003
Penguji II
Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat
NIP. 19700501 1996 01 2001
-
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang Selatan, September 2011
SAWITRI
-
v
RIWAYAT HIDUP
Nama : Sawitri
Tempat lahir : Tangerang
Tanggal lahir : 31 Januari 1989
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Alamat : Jalan cemara II Rt.002/01 No. 22 Pamulang Barat
Pamulang 15417, Kota Tangerang Selatan
Anak ke : 3 dari 4 bersaudara
Telepon : 021-7414846 / 087877657419
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. TK Islam Al-Hidayah Pamulang (1994 1995)
2. SDN Cilandak Barat 07 Pagi (1995 2001)
3. SMPN 68 Jakarta Selatan (2001 2004)
4. SMAN 82 Jakarta Selatan (2004 2007)
5. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2007 2011)
Pengalaman Organisasi :
1. Anggota Ekskul Tari Tradisional tahun 2004-2006
2. Anggota Ekskul Pecinta Alam WERDHIBUWANA SMAN 82 Jakarta tahun 2004-2007
3. Ketua Ekskul Seni Bela Diri Tenaga Dalam (Jurus Seni Penyadar) SMAN 82 tahun 2006
-
vi
4. Kordinator Lapangan TLUP (Tata Laksana Upacara Bendera) SMAN 82 Jakarta tahun
2006
5. Anggota BEMJ Ilmu Keperawatan Divisi Kesenian dan Olahraga tahun 2007-2009
6. Anggota BEMJ Ilmu Keperawatan Divisi Infokom tahun 2009-2010
7. Anggota BEM FKIK Departemen Sosial tahun 2010-2011
Pengalaman seminar dan pelatihan:
1. Pelatihan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)
2. Talk show Dokter Muslim Profil Ideal Dokter Musllim dan Implementasi Islam dalam
Etika Kedokteran
3. Bedah buku Risalah Bala : Health Service with Spiritual Method in Globalization Age
4. Seminar Profesi K3 Amankah tabung gas subsidi anda
5. Seminar Keperawatan Prospek Karir Perawat di Era Globalisasi ; peluang kerja
perawat di dalam dan di luar negeri
6. Training Motivation Urgensi Motivasi untuk Meraih Prestasi
7. Seminar popular Move Your Body, Your Hearts Healthy
8. Seminar Profesi Gizi Generasi Sehat dengan Inisiasi Dini
9. Seminar eksternal mahasiswa sekolah tinggi ilmu kesehatan jayakarta (SEMESTA 08)
Its Time To Be a Professional Nurse
10. Seminar Keperawatan Cultural Approach in Holistic Nursing Care in Globalization
Era
11. FKIK Cleaning Care Toward Clean and Healthy Campus
12. Education USA Fair Spring 2008
-
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, September 2011
Sawitri, NIM: 017104001181
Gambaran Persepsi Petugas Kesehatan dan Petugas Kantor Urusan Agama (KUA) Pada
Pelaksanaan Program Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Calon Pengantin Wanita di
Kota Tangerang Selatan
xvi + 60 halaman + 4 tabel + 2 gambar + 8 lampiran
Kata kunci: Persepsi, Imunisasi Tetanus Toxoid, Calon pengantin wanita, Petugas
Kesehatan, Petugas KUA, Pelaksanaan Program Imunisasi TT
ABSTRAK
Tetanus neonatorum masih merupakan salah satu penyebab tersering kematian neonatal
di Indonesia, sekitar 40% kematian bayi terjadi pada masa neonatal. Salah satu strategi Depkes
RI untuk mencapai eliminasi tetanus neonatorum adalah dengan mengembangkan intensifikasi
imunisasi tetanus toxoid pada wanita usia subur yaitu para calon pengantin. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat gambaran persepsi petugas kesehatan dan petugas KUA
terhadap pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) bagi calon pengantin.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Informan dalam penelitian ini terdiri atas 6 informan utama (3 petugas kesehatan dan 3 petugas
KUA) dan 4 informan pendukung (calon pengantin). Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan observasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa petugas kesehatan dan petugas KUA
umumnya sudah mengetahui tentang program imunisasi TT bagi calon pengantin, tetapi
pengetahuan tersebut belum tersampaikan dengan efektif ke masyarakat sehingga calon
pengantin belum mengetahui manfaat program ini dengan jelas. Hambatan dalam program ini
berasal dari calon pengantin dan petugas. Hambatan dari calon pengantin diantaranya karena
kurangnya pengetahuan, takut untuk disuntik, dan adanya persepsi yang salah tentang imunisasi
TT bagi calon pengantin, sedangkan hambatan dari petugas antara lain masih kurangnya petugas,
beban kerja petugas yang terlalu banyak, dan terbatasnya petugas yang faham tentang program
tersebut. Sosialisasi program ini juga masih kurang efektif dikarenakan media sosialisasi yang
masih kurang dimanfaatkan. Jadi diharapkan sosialisasi program dapat ditingkatkan dengan
menggunakan media sosialisasi elektronik seperti televisi dan radio, serta pemberdayaan
posyandu dan penyediaan ruang konseling bagi calon pengantin.
Referensi : 35 (tahun 1995-2011)
-
viii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduate Thesis, September 2011
Sawitri, NIM: 017104001181
Description of health care provider dan religion affairs staff perception about
implementation of TT immunization for female prospective couple in South Tangerang.
xvi + 60 halaman + 4 tabel + 2 gambar + 8 lampiran
Key Word: Perseption, Tetanus Toxoid Imunization, Prospective Couple, Health Care
Provider, Religion Affairs Staff, Implementation of TT Immunization
ABSTRAK
Tetanus neonatorum still being one of frequently neonatal mortality in Indonesia, about
40% baby mortality happened in neonatal period. One of ministry of health of Indonesia strategy
is to eliminate tetanus neonatorum is by developing intensification of TT immunization to fertile
women that is prospective couple. Aimed of this study is to know description of health care
provider dan KUA officer perception about implementation of TT immunization for female
prospective couple.
This study used qualitative study with phenomenology approach. Informant of this study
contain of 6 main informants (3 health care provider and 3 religion affairs staff) and 4 supportive
(prospective couple) informants. Data collection technique in this study is done by indept
interview and observation.
Result of this study show that the officers generally have known about TT immunization
program for prospective couple, but that knowledge is not told effectively yet to the community
because prospective couple dont know yet about benefit of this program clearly. Barriers of this program come from prospective couple and the officers. Barrier from prospective couple such as
having less knowledge, apprehension of injection, and false perception about effect of TT
immunization to prospective couple, while barrier from the officers is having less officers, its to much work load, and the officers who know about this program still limited. Socialization of this
program also still less effective because socialization media is not been usefull yet. So, hopefully
socialization of TT immunization program can be increased by using electronic socialization
media such as television and radio, and also by posyandu empower and allocate conseling room
for prospective couple.
Reference : 35 (1995-2011)
-
ix
LEMBAR PERSEMBAHAN
Jangan pernah menyesal dengan apa yang kamu pilih, tapi jalani dan nikmatilah pilihan
kamu dan jadikan sebagai pilihan yang terbaik
-My mom-
Kebaikan sekecil apapun yang kamu lakukan pasti akan dibalas dengan sesuatu yang tidak
terduga
-Anonim-
Kerjakan apa yang kamu tulis dan Tulislah apa yang kamu kerjakan
-Ita Yuanita (sesi Keperawatan Dasar)-
Dalam kehidupan sehari-hari kita harus melihat, bahwa bukan kebahagiaan yang membuat
kita bersyukur, tapi bersyukur membuat kita bahagia
-David Seindl-Rast-
Yang bisa bertahan hidup bukan spesies yang paling besar, bukan juga yang paling kuat, tapi
yang paling responsive terhadap perubahan
-Charles Darwin-
Semakin keras seseorang bekerja, maka semakian sulit ia menyerah
-Vincent Lombardi-
Bukanlah kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita sulit. Karena
itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan jangan pernah menyerah untuk mencoba.
Maka jangan katakan pada Allah SWT, aku punya masalah tetapi katakan pada masalah aku
punya Allah SWT yang Maha segalanya.
-imam Ali bin Abi Tholib-
Allah tidak selalu menjadikan langit itu selalu biru, bunga selalu mekar dan matahari selalu
bersinar. Ketahuilah bahwa Dia selalu memberi pelangi di setiap badai, senyuman di setiap air
mata, berkah di setiap cobaan, dan jawaban dari setiap doa.
-
x
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah S.W.T yang
telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya kepada peneliti, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul gambaran persepsi petugas kesehatan dan petugas
kantor urusan agama (KUA) terhadap pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) di
Kota Tangerang Selatan.
Proposal skripsi ini tentunya tidak akan selesai, tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. dr. MK Tajudin, Sp.And selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Tien Gartinah M.N selaku kepala program studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Uswatun Khasanah S.Kep, MNS selaku dosen pembimbing I, yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberikan masukan kepada peneliti.
4. Ibu Irma Nurbaeti, S. Kp, M. Kep, Sp. Mat selaku dosen pembimbing II, yang telah
banyak meluangkan waktunya memberikan bimbingan kepada peneliti.
5. Bapak dan ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah mengajarkan dan
membimbing penulis, serta staff akademik (Bapak azib Rosyidi S. Psi) atas
bantuannya yang telah memudahkan dalam proses birokrasi.
6. Orang tua tercinta (Mama dan Papa) atas kasih sayang, doa dan dukungannya baik
secara material dan spiritual yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Semoga
-
xi
kebaikan dan pengorbanan kalian tidak akan sia-sia dan akan dibalas oleh Allah
SWT. Semoga penulis dapat menjadi seperti apa yang kalian harapkan. Amin.
7. Kakak dan adik penulis yang tersayang (Mba Wiwi, Mba Noe, Catur) yang selalu
memberikan dukungan dan doa serta yang menjadi inspirasi penulis.
8. Empat serangkai (Rika Yunita, Susanti, Tintin Farihati) yang senantiasa dukungan,
bantuan serta doa dalam proses penulisan skripsi ini.
9. Teman-teman PSIK07 yang telah memberikan masukan dan semangat kepada
peneliti.
10. Semua informan yang telah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.
Peneliti menyadari dalam pembuatan proposal skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, peneliti mengharapkan saran dari berbagai pihak. Semoga proposal skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca dan penyusun khususnya.
Wassalamualaikum wr.wb
Tangerang Selatan, September 2011
Penulis
-
xii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................................ vii
LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... xvi
LAMPIRAN ......................................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 5
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................................. 6
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 6
1. Tujuan umum ........................................................................................................ 6
2. Tujuan Khusus ...................................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 7
1. Bagi profesi keperawatan ..................................................................................... 7
-
xiii
2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Selatan ......................................... 7
3. Bagi institusi kesehatan (Puskesmas Kecamatan Ciputat) ................................... 7
4. Bagi peneliti selanjutnya ....................................................................................... 7
F. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tetanus Neonatorum ................................................................................................. 9
B. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ................................................................................ 11
C. Petugas Kesehatan ..................................................................................................... 17
D. Petugas Kantor Urusan Agama (KUA) ..................................................................... 19
E. Persepsi ..................................................................................................................... 21
1. Definisi .............................................................................................................. 21
2. Macam macam persepsi ................................................................................. 22
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya persepsi ................................ 22
F. Teori Health Belief Model ........................................................................................ 23
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Konsep ...................................................................................................... 25
B. Definisi Istilah ........................................................................................................... 26
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ...................................................................................................... 27
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................... 28
C. Instrumen Penelitian ................................................................................................. 28
D. Informan Penelitian ................................................................................................... 28
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 29
-
xiv
F. Keabsahan Data ........................................................................................................ 32
G. Teknik Analisa Data ................................................................................................. 33
H. Etika Penelitian .......................................................................................................... 36
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum wilayah penelitian ........................................................................ 38
B. Hasil Penelitian ......................................................................................................... 38
1. Karakteristik informan .............................................................................................. 38
2. Pengetahuan tentang program dan pelaksanaan imunisasi TT bagi catin .................. 40
3. Persepsi tentang manfaat............................................................................................ 46
4. Persepsi tentang hambatan ......................................................................................... 48
5. Persepsi tentang petunjuk untuk bertindak ................................................................ 50
BAB VI PEMBAHASAN
A. Hasil Peelitian ........................................................................................................... 52
1. Pengetahuan tentang program dan pelaksanaan imunisasi TT bagi catin .................. 52
2. Persepsi tentang manfaat............................................................................................ 55
3. Persepsi tentang hambatan ......................................................................................... 57
4. Persepsi tentang petunjuk untuk bertindak ................................................................ 59
Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 61
BAB VII PENUTUP
1. Kesimpulan ............................................................................................................... 62
2. Saran ......................................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
-
xv
DAFTAR TABEL
Nomor tabel Halaman
Tabel 2.1 Jadwal pemberian Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur (WUS) 13
Tabel 2.2 Jadwal pemberian Imunisasi TT pada ibu hamil dan calon pengantin 14
Tabel 5.1 Karakteristik Informan Utama 39
-
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor gambar Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep 25
Gambar 4.1 Teknik Analisa Data 35
-
xvii
LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Responden
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 3 Lembar Check List Penataran calon pengantin oleh Petugas KUA
Lampiran 4 Lembar Check List Penataran calon pengantin oleh
Petugas Kesehatan
Lampiran 5 Pedoman wawancara mendalam informan utama
Lampiran 6 Pedoman wawancara mendalam informan pendukung
Lampiran 7 Persyaratan administrasi pendaftaran pernikahan
Lampiran 8 Hasil observasi dengan lembar check list
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tetanus neonatorum masih merupakan salah satu penyebab tersering kematian
neonatal di Indonesia, sekitar 40% kematian bayi terjadi pada masa neonatal. Salah satu
strategi Depkes RI untuk mencapai eliminasi tetanus neonatorum adalah dengan melakukan
imunisasi tetanus toxoid (TT) pada ibu hamil. Evaluasi tahun 1999-2000 menunjukkan
cakupan TT ibu hamil masih rendah. Oleh karena itu, Depkes RI mulai mengembangkan
intensifikasi imunisasi tetanus toxoid pada wanita usia subur yaitu para calon pengantin
(Depkes RI, 2008). Namun sampai saat ini, program tersebut dirasakan belum terlaksana
dengan baik. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis di KUA Kecamatan
Ciputat tanggal 11 April 2011, didapatkan data bahwa dari 543 calon pengantin yang
mendaftarkan diri di KUA Kecamatan Ciputat hanya sekitar 40% yang melampirkan kartu
tanda imunisasi TT dan dari berkas tersebut tercatat para calon pengantin hanya melakukan
imunisasi TT 1 kali, tidak ada yang melakukan imunisasi TT lengkap (2 kali sebelum
menikah) seperti yang seharusnya di anjurkan.
Pelaksanaan imunisasi tetanus toxoid bagi calon pengantin telah diatur dalam
ketetapan Departemen Agama: No. 2 Tahun 1989 No. 162-I/ PD.0304.EI tanggal 6 Maret
1989 tentang imunisasi tetanus toxoid calon pengantin bahwa setiap calon pengantin sudah
di imunisasi tetanus toxoid sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum pasangan tersebut
mendaftarkan diri untuk menikah di KUA dengan dibuktikan berdasaran surat keterangan
imunisasi/ kartu imunisasi calon pengantin (catin) dan merupakan prasyarat administratif
-
2
pernikahan. Pada kenyataannya dari hasil pengamatan dan wawancara pada saat studi
pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ciputat dan KUA Ciputat, penulis mendapatkan
informasi bahwa bagi calon pengantin yang tidak ingin melakukan imunisasi TT atau tidak
melengkapi dokumen administratif pernikahan dengan kartu imunisasi TT tetap diberi surat
izin menikah. Karena program imunisasi TT dan pengumpulan kartu tanda imunisasi TT
hanya dijadikan sebagai persyaratan pendukung. Dengan kata lain, petugas menganggap bila
program tidak dilakukan tidak masalah karena sepenuhnya hak pribadi dari tiap individu.
Penelitian yang dilakukan oleh Hamid, dkk (2010) didapatkan data dari 401
responden penelitian (calon pengantin) hanya 38,7% yang menyatakan melakukan tindakan
pemeriksaan kesehatan sebelum menikah (Pre Marital Screening) di puskesmas. Dari tujuh
kegiatan yang dilakukan pada Pre Marital Screening yaitu imunisasi, ukur lingkar lengan
atas, cek laboratorium, cek tekanan darah, berat badan dan mens terakhir, tes urin, dan
pemeriksaan kesehatan, yang paling banyak dilakukan adalah tindakan imunisasi, walaupun
imunisasi hanya dilakukan kepada 135 responden dari 401 responden penelitian yang ada
atau sekitar 33,6% responden. Dari sejumlah responden yang diberi imunisasi hanya 78
reponden (57,8% responden) yang menyebutkan bahwa imunisasi yang diberikan adalah
imunisasi tetanus.
Berdasarkan profil kesehatan Depkes RI tahun 2008, Sekitar 40% kematian bayi
terjadi pada saat neonatal dan sebanyak 165 kasus terjadi karena tetanus neonatorum
dengan angka kematian 91 kasus atau Case Fatality Rate (CFR) 55% dengan angka
kejadian tetanus neonatorum tertinggi terjadi di provinsi Banten (50 kasus, 23 meninggal),
Jawa Barat (41 kasus, 28 meninggal), dan Sumatera Selatan (17 kasus, 9 meninggal). Dari
kasus tersebut sebagian besar adalah bayi yang persalinannya ditolong oleh dukun beranak
-
3
(Ditjen PP&PL, Depkes RI, 2008). Ibu dengan status imunisasi TT tidak lengkap atau tidak
imunisasi TT mempunyai kecenderungan 36 kali lebih besar bayinya menderita tetanus
neonatorum dibandingkan dengan ibu yang status imunisasi TT lengkap (Indrawati, 1998).
Dalam menjalankan program imunisasi tetanus toxoid (TT) diperlukan kerja sama
yang baik antar departemen yang terkait maupun antar staf dalam satu departemen.
Departemen Kesehatan menganut asas departementalisasi dan regionalisasi, dengan tujuan
agar program kesehatan dapat tersampaikan kepada masyarakat dengan baik.
Departementalisasi yaitu dibentuknya Direktorat Jendral, jajaran organisasi Depkes pusat,
subdinas, serta seksi-seksi di dinas kesehatan provinsi, kabupaten dan kota. Regionalisasi
adalah dibentuknya jajaran organisasi kesehatan mulai dari tingkat provinsi sampai tingkat
kecamatan dan desa serta puskesmas pembantu sampai posyandu (Muninjaya, 2004). Untuk
pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) pada calon pengantin, Departemen
Kesehatan menjalin kerjasama dengan Departemen Agama. Hal tersebut dilakukan karena
sasaran dari program ini adalah calon pengantin yang biasanya sudah mendaftarkan diri di
kantor urusan agama (KUA). Baik Dinas Kesehatan maupun KUA setempat, masing-masing
saling membentuk divisi atau bagian yang bertanggung jawab menangani program tersebut.
Beberapa hasil penelitian sebelumnya menjelaskan beberapa faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan program imunisasi TT. Menurut hasil penelitian Purwanto
(2002), faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi TT wanita usia subur
(WUS) antara lain umur, status perkawinan, pengetahuan, sikap, anjuran petugas kesehatan,
anjuran petugas non kesehatan, kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan. Menurut hasil
penelitian Sukmara (2000), variabel yang berpengaruh secara bermakna adalah sikap,
pendidikan, pemeriksaan kehamilan, persepsi terhadap jarak, dan anjuran. Menurut
-
4
penelitian Sumartini (2004), faktor-faktor yang berhubungan dengan imunisasi TT pada
calon pengantin di Puskesmas Liwa Kabupaten Lampung Barat antara lain variabel
pendidikan, pengetahuan, jarak dan ketersediaan kartu TT. Sedangkan berdasarkan hasil
wawancara yang peneliti lakukan pada kepala KUA di KUA Kecamatan Ciputat tanggal 11
April 2011, didapatkan informasi bahwa faktor yang menyebabkan beberapa calon
pengantin wanita tidak melakukan imunisasi TT antara lain karena tidak mengetahui
adanya program imunisasi bagi calon pengantin, tidak terlalu diwajibkan oleh pihak KUA
karena hanya sebagai persyaratan pendukung, takut jarum atau takut disuntik, sibuk bekerja
sehingga tidak ada waktu untuk ke puskesmas/ klinik/ rumah sakit, dan jauhnya jarak dari
rumah ke pelayanan kesehatan.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului pengindraan, yaitu dengan
diterimanya stimulus oleh reseptor, diteruskan ke otak atau saraf pusat yang diorganisasikan
dan di interpretasikan sebagai proses psikologis. Akhirnya individu menyadari tentang apa
yang dilihat dan didengarkan. Dengan persepsi individu dapat mengerti tentang keadaan
lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu,
sehingga individu dapat bersikap sesuai dengan persepsi yang diambil (Sunaryo, 2004).
Persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, budaya, ras, jenis
kelamin, dan juga pengalaman yang mereka alami sebelumnya. Perbedaan persepsi dapat
menjadi batu sandungan untuk mencapai komunikasi yang efektif dan persepsi seseorang
juga sangat sulit untuk diubah (Potter & Perry, 2003).
Dari latar belakang yang telah penulis ketahui dari pelaksanaan program imunisasi
TT pada calon pengantin yang dirasa masih kurang efektif, penulis berkeinginan mengetahui
gambaran persepsi petugas kesehatan dan petugas kantor urusan agama (KUA) terhadap
-
5
pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) bagi calon pengantin wanita di Kota
Tangerang Selatan.
B. Rumusan Masalah
Tetanus neonatorum masih merupakan salah satu penyebab tersering kematian
neonatal di Indonesia. Salah satu strategi Depkes RI untuk mencapai eliminasi tetanus
neonatorum adalah dengan melakukan imunisasi TT pada ibu hamil. Namun evaluasi tahun
1999-2000 menunjukkan cakupan TT ibu hamil masih rendah. Oleh karena itu, Depkes RI
mulai mengembangkan intensifikasi imunisasi tetanus toxoid pada wanita usia subur yaitu
para calon pengantin.
Pada kenyataannya masih banyak calon pengantin yang tidak ingin melakukan
imunisasi TT atau tidak melengkapi dokumen pernikahannya dengan kartu imunisasi TT
dengan berbagai alasan antara lain karena takut jarum atau takut disuntik, sibuk bekerja
sehingga tidak ada waktu untuk ke puskesmas/ klinik/ rumah sakit, tidak terlalu diwajibkan
oleh pihak KUA, kurang paham tentang imunisasi TT dan manfaatnya, dan jauhnya jarak
dari rumah ke pelayanan kesehatan. Selain itu, didapatkan data dari KUA Ciputat bahwa
hanya sekitar 40% calon pengantin yang mendaftarkan diri di KUA yang melampirkan
kartu tanda imunisasi TT dan dari berkas tersebut tercatat para calon pengantin hanya
melakukan imunisasi TT 1 kali, tidak ada yang melakukan imunisasi TT lengkap (2 kali
sebelum menikah) sesuai anjuran. Hal tersebut tidak dipermasalahkan oleh petugas KUA,
karena imunisasi TT hanya dianggap sebagai persyaratan pendukung.
Berdasarkan penjelasan diatas, pelaksanaan program imunisasi TT pada calon
pengantin dirasa masih kurang efektif. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian
-
6
ini adalah bagaimana gambaran persepsi petugas kesehatan dan petugas kantor urusan
agama (KUA) terhadap pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) bagi calon
pengantin wanita di Kota Tangerang Selatan.
C. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana gambaran persepsi petugas kesehatan dan petugas kantor urusan agama
(KUA) terhadap pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) bagi calon pengantin
wanita di Kota Tangerang Selatan?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran persepsi petugas kesehatan dan kantor urusan agama
(KUA) pada pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) bagi calon pengantin
wanita di Kota Tangerang Selatan.
2. Tujuan Khusus
A. Mengidentifikasi pengetahuan petugas KUA, petugas kesehatan setempat, dan calon
pengantin wanita tentang program dan pelaksanaan imunisasi TT bagi calon
pengantin wanita
B. Mengidentifikasi persepsi petugas dan calon pengantin tentang manfaat pelaksanaan
program imunisasi TT bagi calon pengantin wanita
C. Mengidentifikasi persepsi petugas dan calon pengantin tentang hambatan pada
pelaksanaan program imunisasi TT bagi calon pengantin wanita
-
7
D. Manfaaat Penelitian
1. Bagi profesi keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi profesi keperawatan
dalam mengembangkan perencanaan keperawatan komunitas tentang pelaksanaan
imunisasi TT pada calon pengantin wanita.
2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Selatan
Penelitian ini dapat membantu memberikan informasi bagi Dinas Kesehatan
setempat dalam membuat kebijakan mengenai program imunisasi TT pada calon
pengantin wanita.
3. Bagi institusi kesehatan (Puskesmas Kecamatan Ciputat)
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi institusi kesehatan
(pengelola program imunisasi setempat) tentang peran mereka dalam pelaksanaan
program imunisasi TT bagi calon pengantin.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat memberikan informasi dasar atau gambaran untuk penelitian lanjutan yang
berhubungan dengan imunisasi TT pada calon pengantin.
-
8
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam dan
observasi dengan menggunakan lembar check list dan telaah dokumen. Informan kunci
dalam penelitian ini adalah petugas kesehatan (petugas puskesmas) dan petugas KUA yang
bertanggung jawab atas program imunisasi TT calon pengantin dan mampu berkomunikasi
dengan baik. Penelitian ini akan dilakukan di tiga kecamatan di Kota Tangerang Selatan
yaitu Kecamatan Ciputat, Kecamatan Pamulang, dan Kecamatan Serpong Utara. Penelitian
ini akan dilakukan mulai bulan Juli Agustus 2011.
-
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum biasanya dikarenakan infeksi C. tetani yang masuk melalui tali
pusat sewaktu proses pertolongan persalinan. Spora yang masuk disebabkan oleh proses
persalinan yang tidak steril, baik oleh peralatan yang terkontaminasi maupun obat untuk tali
pusat yang telah terkontaminasi. Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan
obat tradisional yang tidak steril merupakan penyebab utama terjadinya tetanus neonatorum,
misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu atau gunting yang tidak steril, setelah tali
pusat dipotong dibubuhi dengan abu, tanah, minyak, daun-daunan dan sebagianya (Staf
pengajar ilmu kesehatan anak FKUI, 1997).
Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang lurus, langsing, berukuran
panjang 2-5 mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron, bersifat gram positif, membentuk spora, dan
hidup obligat anaerob. Kuman ini membentuk eksotoksin yang disebut tetanospasmin, suatu
neurotoksin (menyerang system syaraf) yang kuat. Bakteri ini dijumpai pada tinja binatang
terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah yang terkontaminasi dengan
tinja binatang tersebut. Masa inkubasi dari toksin tersebut 5-14 hari, tetapi bisa lebih pendek
(1-3 hari atau beberapa minggu). Ada tiga bentuk tetanus yang dikenal secara klinis :
localized tetanus (tetanus lokal), cephalic tetanus, dan generalized tetanus (tetanus umum)
selain itu ada juga yang membagi berupa neonatal tetanus. Karakteristik dari tetanus antara
lain kejang bertambah berat selama 3 hari pertama dan menetap selama 5-7 hari, setelah 10
hari frekuensi kejang mulai berkurang, setelah 2 minggu kejang mulai hilang, biasanya
-
10
didahului dengan ketegangan otot terutama pada rahang sampai leher, kemudian timbul
kesukaran membuka mulut (trismus), kejang otot berlanjut ke kaku kuduk (opistotonus), dan
karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin,
bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak) (Ritarwan, 2004).
Menurut penelitian Hamid dalam Ritarwan, 2004, angka terjadinya tetanus
neonatorum melalui persalinan dengan cara tradisional 56 kasus (68,29%), tenaga bidan 20
kasus (24,39), dan selebihnya melalui dokter 6 kasus (7,32%). Berat ringannya penyakit
juga bergantung pada lamanya masa inkubasi, makin pendek masa inkubasinya biasanya
prognosis makin jelek. Prognosis tetanus neonatorum jelek bila: umur bayi lebih dari 7 hari,
masa inkubasi 7 hari atau kurang, periode timbulnya gejala kurang dari 18 jam, dijumpai
kaku otot (Ritarwan, 2004).
Langkah pencegahan pemerintah untuk menanggulangi angka tetanus neonatorum
sudah dicanangkan sejak lama, adapun beberapa langkah pencegahan penyakit tetanus
neonatorum antara lain peningkatan cakupan imunisasi TT terhadap wanita usia subur,
pemeriksaan kehamilan termasuk pemberian imunisasi TT ibu hamil, pertolongan persalinan
3 bersih serta perawatan tali pusat yang bersih, peningkatan kegiatan surveilans dalam
rangka penemuan dini kasus tetanus neonatorum dan penentuan faktor resiko yang menjadi
penyebab, serta pelayanan rujukan baik rumah sakit maupun di puskesmas dengan rawat
inap dan penyuluhan melalui kader, tokoh masyarakat serta keluarga (Depkes RI, 1996).
-
11
B. Imunisasi Tetanus Toxoid
1. Pengertian
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan
seseorang terhadap suatu penyakit sehingga bila terpapar dengan penyakit tersebut orang
tersebut hanya akan sakit ringan/ tidak sakit. Imunisasi tetanus toxoid adalah proses
untuk membangun kekebalan tubuh sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.
Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah dilemahkan
kemudian dimurnikan (Depkes RI, 2009).
Imunisasi untuk pencegahan penyakit tetanus dilakukan melalui tahapan-tahapan
tertentu sesuai dengan kelompok umur. Imunisasi DPT diberikan pada bayi umur 2 11
bulan sebanyak 3 kali dengan interval waktu minimal 4 minggu. Selanjutnya imunisasi
DT diberikan pada anak umur 6 7 tahun (kelas 1 SD) sebanyak 1 kali sebagai
imunisasi ulang. Imunisasi TT pada anak diberikan kepada anak sekolah kelas 2 dan 3
SD masing-masing diberikan sebanyak 1 kali. Terakhir imunisasi TT diberikan pada
WUS, ibu hamil dan calon pengantin (Depkes RI, 2009).
2. Manfaat
a. Melindungi calon bayi yang akan lahir dari penyakit tetanus neonatorum
b. Melindungi calon pengantin/ calon ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka.
3. Vaksin Tetanus
a. Deskripsi
Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah
dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3mg/ml aluminium sulfat. Thimeroksal 0,1
mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi
-
12
sedikitnya 40 IU. Vaksin TT digunakan untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi
yang baru lahir dengan mengimunisasi WUS (ibu hamil dan calon pengantin) dan
juga untuk pencegahan tetanus pada ibu.
b. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif/ imunisasi aktif terhadap tetanus.
c. Cara pemberian dan dosis
1) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen
2) Vaksin disuntikkan secara intramuscular atau subkutan dalam
3) Imunisasi TT untuk pencegahan terhadap tetanus/ tetanus neonatorum dari 2
dosis primer 0,5 ml yang diberikan secara intramuscular dengan interval 4
minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya.
4) Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada WUS, maka
dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis keempat diberikan 1 tahun setelah dosis
ketiga, dan dosis kelima diberikan 1 tahun setelah dosis keempat. Imunisasi TT
dapat diberikan elama kehamilan, bahkan pada periode trimester pertama.
5) Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka boleh digunakan selama 4
minggu, dengan ketentuan :
a) Vaksin belum kadaluarsa, VVM masih dalam kondisi A dan B
b) Vaksin disimpan dalam suhu +2o - +8oC
c) Tidak pernah terendam air
6) Sedangkan diposyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi
untuk hari berikutnya (Depkes RI, 2009).
-
13
4. Kekebalan vaksin tetanus terhadap tubuh
Daya proteksi vaksin tetanus sangat baik, yaitu sebesar 90 95 % . Antibody
yang terbentuk pada calon pengantin yang nantinya akan menjadi ibu, selain memberi
perlindungan pada ibu, juga memberikan perlindungan pada calon bayi yang akan lahir.
Plasenta meneruskan antibody tetanus (IgG) ke bayi dan melindungi bayi terhadap
kemungkinan masuknya toksin tetanus melalui luka pada tali pusat atau luka ditempat
lain yang dapat tercemar spora tetanus. Transfer antibodi ibu ke bayi mencapai
maksimal pada trimester akhir kehamilan (Depkes RI 1992 dalam Sukmara, 2000).
Tabel 2. 1
Jadwal Pemberian Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur
Jenis
Imunisasi
Pemberian
Imunisasi
Interval pemberian
minimal
Persentase
proteksi
Masa Perlindungan Dosis
Imunisasi
Tetanus
Toxoid
wanita
usia subur
(WUS)
TT1 -- -- Tidak ada 0,5 cc
TT2 4 minggu setelah TT1 80 % 3 tahun 0,5 cc
TT3 6 bulan setelah TT2 95 % 5 tahun 0,5 cc
TT4 1 tahun setelah TT3 99 % 10 tahun 0,5 cc
TT5 1 tahun setelah TT4 99 % Seumur hidup atau
selama usia subur/
(25 tahun)
0,5 cc
Sumber : Kep. MenKes no. 1611/ MENKES/ SK/ XI/ 2005 tentang pedoman Penyelenggaraan
Imunisasi dalam Petunjuk Teknis Imunisasi TT, 2005.
-
14
Tabel 2.2
Jadwal pemberian imunisasi TT pada ibu hamil dan calon pengantin
Sasaran Jumlah
vaksinasi
Interval waktu
pemberian minimal
Saran
Ibu Hamil 2x 4 minggu Bila ibu hamil belum pernah divaksinasi TT,
diberikan 2x selama kehamilan
Bila pada waktu kontak berikutnya ibu sudah
bersalin, TT2 tetap diberikan dengan maksud
memberikan perlindungan untuk kehamilan
selanjutnya
1x - Bila ibu hamil pernah mendapat imunisasi TT
2x pada waktu catin atau pada kehamilan
sebelumnya, cukup mendapat imunisasi TT
1x
Calon
Pengantin
Wanita
2x 4 minggu Sebelum akad nikah (waktu melapor atau
waktu menerima nasehat perkawinan)
Sumber : Depkes RI. Vaksin dan waktu pemberiannya, dalam Sukmara, 2000.
5. Keefektifan vaksin Tetanus Toxoid
Efektifitas imunisasi TT sebesar 60% - 90% proteksi dari penyakit tetanus
neonatorum selama 3 tahun terhadap calon pengantin yang melakukan imunisasi TT
sebanyak 2x (Purwanto, 2002). Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian Lilly indrawati,
1998, yang menyebutkan bahwa ibu dengan status imunisasi TT tidak lengkap atau tidak
imunisasi TT mempunyai kecenderungan 36 kali lebih beresiko bayinya menderita
tetanus neonatorum dibandingkan dengan ibu yang status imunisasi TT lengkap.
-
15
6. Efek samping
Dalam buku pedoman teknis imunisasi , vaksin TT adalah vaksin yang aman dan
tidak mempunyai kontraindikasi dalam pemberiannya kecuali bagi klien yang
mengalami reaksi anafilaksis setelah pemberian dosis pertama. Meskipun demikian,
imunisasi TT tidak boleh diberikan kepada:
a. WUS dengan riwayat alergi terhadap imunisasi TT yang lalu,
b. WUS dengan panas tinggi dan sakit berat, namun demikian WUS tersebut dapat
diimunisasi segera setelah sembuh.
7. Pandangan Islam
Pernikahan merupakan pengalaman hidup yang sangat penting sebagai media
penyatuan fisik dan psikis antara dua insan dan penggabungan kedua keluarga besar
dalam rangka ibadah melaksanakan perintah Allah SWT. Hal itu tentunya memerlukan
berbagai persiapan yang cukup matang terkait persiapan fisik sebelum menikah antara
lain tes kesehatan dan fertilitas, walaupun tidak ada riwayat dan indikasi penyakit
ataupun kelainan keturunan di dalam keluarga, berdasarkan prinsip syariah tetap
dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan standar. Hal ini dikarenakan prinsip sentral
syariah Islam adalah hikmah dan kemaslahatan umat manusia di dunia dan di akhirat.
Kemaslahatan ini terletak pada keadilan, kerahmatan, kemudahan, keamanan,
keselamatan, kesejahteraan dan kebijaksanaan yang merata. Apa saja yang bertentangan
dengan prinsip tersebut maka akan dilarang syariah, namun sebaliknya segala hal yang
dapat mewujudkan prinsip tersebut dapat dipastikan dianjurkan syariah.
Tujuan utama ketentuan syariat (maqashid as-syariah) adalah tercermin dalam
pemeliharaan pilar-pilar kesejahteraan umat manusia yang mencakup lima maslahat
-
16
dengan memberikan perlindungan terhadap aspek keimanan (hifz din), kehidupan (hifzd
nafs), akal (hifz aql), keturunan (hifz nasl) dan harta benda mereka (hifz mal). Apa saja
yang menjamin terlindunginya lima perkara ini adalah maslahat bagi manusia dan
dikehendaki syariah dan segala yang membahayakannya dikategorikan sebagai mudharat
atau mafsadah yang harus disingkirkan. Dalam proses pemilihan pasangan dan prosedur
pernikahan, Islam di samping aspek keimanan dan keshalihan (hifdz din) juga sangat
memperhatikan aspek keturunan serta aspek kesehatan fisik dan mental (hifdz nasl dan
hifdz aql). Hal itu dapat kita kaji dari hadits Rasulullah saw maupun ayat-ayat al-Quran
seputar pernikahan.
Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-
saudaramu yang perempuan, saudara-saudara ayahmu yang perempuan, saudara-saudara
ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-
anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusui kamu,
saudara-saudara sesusuanmu, ibu-ibu istrimu, anak-anak perempuan dari istrimu (anak tiri)
yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur
dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu (menikahinya), (dan
-
17
diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu), dan diharamkan mengumpulkan
dalam pernikahan dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa
lampau. Sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.(An. Nisa : 23)
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (ar-Ra'du:11)
Dengan demikian, berdasarkan manfaat dari pemeriksaan kesehatan tersebut
syariat Islam sangat menganjurkan agar calon pengantin melakukan pemeriksaan
fertilitas dan tes kesehatan fisik maupun mental serta tindakan imunisasi termasuk
imunisasi TT pra menikah agar dapat diketahui lebih awal berbagai kendala dan kesulitan
medis yang mungkin terjadi untuk diambil tindakan antisipasi yang semestinya sedini
mungkin berdasarkan prinsip Sadd Adz-Dzariah (prinsip pengambilan langkah preventif)
terhadap segala hal yang dapat membahayakan lima maslahat.
C. Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan professional
dibidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun yang tidak.
Sementara itu, petugas kesehatan menurut PP No.32/1996 adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan yang terdiri dari tenaga medis, tenaga
keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga
keterapian fisik, dan tenaga ketekhnisian medis (Depkes RI, 2008).
-
18
Petugas kesehatan dalam melaksanakan tugasnya mempunyai aturan yang tercermin
dalam UU No. 32 tahun 1992 tentang kesehatan. Dalam Undang-undang tersebut,
dinyatakan bahwa tenaga kesehatan dalam melaksanakan kewajibannya wajib memenuhi
standar profesi dan harus menghormati hak-hak pasien (Depkes RI, 2008). Untuk
melaksanakan tugasnya perawat memiliki beberapa peran yaitu:
a. Sebagai pelaksana kesehatan
Peran sebagai pelaksana kesehatan dapat memberikan pelayanan pada tingkat
individu, keluarga, kelompok melalui upaya promotif dan preventif untuk meningkatkan
status kesehatan masyarakat.
b. Sebagai pendidik
Petugas kesehatan memberikan pendidikan dan pemahaman kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dalam menanamkan perilaku hidup sehat.
c. Sebagai pengelola
Petugas kesehatan diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan
kesehatan dan masalah kesehatan yang ada di masyarakat.
d. Sebagai konsultan
Petugas kesehatan dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat untuk memecahkan berbagai masalah di bidang kesehatan.
e. Sebagai manajer
Petugas kesehatan sebagai manajer adalah bertugas untuk mengambil keputusan,
bertanggung jawab terhadap kegiatan, mengerahkan sumber daya, dan bekerjasama
dengan orang lain untuk mencapai tujuan.
f. Sebagai peneliti
-
19
Petugas kesehatan melakukan identifikasi dan pengamatan terhadap suatu
fenomena yang terjadi di masyarakat yang mengancam status kesehatan masyarakat
(Mubarak, 2009).
D. Petugas KUA
Petugas KUA adalah semua orang yang bekerja dikantor urusan agama (KUA) yang
bernaung dibawah Departemen Agama. Petugas KUA yang menangani bagian pembinaan
atau penataran calon pengantin adalah badan penasehatan pembinaan dan pelestarian
perkawinan (BP4). BP4 merupakan organisasi semi resmi yang bernaung dibawah
Departemen Agama yang bergerak dalam bidang konsultasi hukum atau pemberian nasehat
perkawinan, perselisihan dan perceraian. Dapat juga diartikan sebagai konsultan perkawinan
dan perceraian mengenai nikah, talak dan rujuk.
Secara formil, tujuan dibentuknya BP4 dirumuskan untuk mempertinggi nilai
perkawinan dan terwujudnya tatanan rumah tangga yang sejahtera dan bahagia menurut
tatanan islam. Adapaun untuk mencapai tujuan tersebut, maka BP4 melakukan beberapa
usaha sebagai berikut:
1. Memberikan bimbingan, penasehatan dan penerangan mengenai nikah, talak, cerai dan
rujuk kepada masyarakat baik perorangan maupun kelompok
2. Memberikan bimbingan dan penyuluhan agama, UU perkawinan, hukum munakahat, UU
peradilan agama, dan kompilasi hukum islam
3. Memberikan bantuan dalam mengatasi masalah perkawinan, keluarga dan perselisihan
rumah tangga
4. Bekerjasama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang memiliki kesamaan tujuan
-
20
5. Menerbitkan dan menyebarluaskan majalah perkawinan dan keluarga, buku, brosur, dan
media elektronik yang dianggap perlu
6. Menyelenggarakan kursus calon pengantin, penataran atau pelatihan, diskusi, seminar
dan kegiatan-kegiatan sejenis lainnya yang berkaitan dengan perkawinan dan keuarga
7. Menyelenggarakan pendidikan keluarga untuk peningkatan, penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlakul karimah dalam rangka
membina keluarga sakinah
8. Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan untuk membina keluarga
sakinah
9. Meningkatkan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga
Tugas dan wewenang BP4 pada dasarnya adalah bagaimana menciptakan keluarga
sakinah, mawadah, warahmah serta mencegah perceraian dan permasalahan lain yang
terdapat dalam rumah tangga, guna membentuk bangsa dengan akhlak yang mulia sesuai
dengan ajaran agama Islam. Sebagaimana yang tersurat dalam firman Allah SWT dalam
surat Ar-Rum ayat 21:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Allah telah menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda bagi kaum berfikir(QS. Ar-Rum: 21).
Untuk melaksanakan tugas dan wewenang tersebut, petugas KUA memiliki beberapa
peran yaitu :
a. Memberikan bimbingan, nasehat dan pelayanan kepada masyarakat mengenai
keagamaan rumah tangga yang ideal dalam kehidupan bermasyarakat
-
21
b. Memberikan penataran kepada calon pengantin wanita yang hendak melangsungkan
akad nikah dengan materi-materi tentang UU perkawinan, ibadah dan muamalah,
munakahat, hukum pernikahan, imunisasi, konsep keluarga berencana dan kesehatan
c. Memberikan nasehat kepada suami-istri yang datang untuk berkonsultasi, melaporkan
adanya perselisihan atau permasalahan dalam rumah tangganya sehingga tercipta
keadaan yang diinginkan, yaitu keluarga bahagia dan sejahtera terhindar dari perceraian
d. Bekerjasama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang memiliki kesamaan tujuan
e. Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan untuk membina keluarga
sakinah (Setiawan, 2006).
E. Persepsi
1. Definisi persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi atas apa yang terjadi, setiap orang merasakan,
mengintepretasikan, dan memahami kejadian secara berbeda (Potter & Perry, 2005).
Persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui panca indera yang
didahului oleh pengamatan sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan
menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada diluar maupun dalam individu
(Sunaryo, 2004). Dengan kata lain, persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses
individu dalam menerima rangsangan baik dari dalam atau dari luar diri individu,
sehingga individu tersebut dapat mengetahui, mengerti dan menginterpretasikan
rangsagan tersebut.
-
22
2. Macam macam persepsi
a. External perception
Persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang dating dari luar diri
individu.
b. Self perception
Persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam diri
individu (Sunaryo, 2004).
3. Faktor faktor yang mempengaruhi persepsi
Persepsi yang terbentuk pada diri individu berbeda antara satu orang dengan
orang lain. Perbedaan ini disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi
pembentukannya. Pengalaman, pendidikan, serta kebudayaan mempengaruhi persepsi
individu (Hardjana, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sebuah persepi menurut Baltus
(1983) dalam Astuti (2005) yaitu:
a. Kemampuan dan keterbatasan fisik panca indera, dimana faktor ini dapat
mempengaruhi persepsi untuk sementara waktu atau permanen
b. Kondisi lingkungan
c. Pengalaman masa lalu
d. Kebutuhan dan keinginan
Ketika individu membutuhkan atau menginginkan sesuatu, maka ia akan terus
berfokus pada hal yang dibutuhkannya
-
23
F. Teori Health Belief Model
Teori ini digunakan untuk menjelaskan perubahan dan pemeliharaan perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan dan sebagai kerangka pedoman untuk intervensi perilaku
kesehatan. Teori HBM juga diartikan sebagai model pengharapan akan suatu nilai yang
intinya mengacu pada asumsi bahwa orang akan melibatkan diri dalam perilaku kesehatan
bila mereka menilai menjadi sehat terkait dengan perilakunya dan mereka berfikir bahwa
perilaku tersebut dapat memberikan hasil yang diharapkan.
Setelah dilakukan penelitian untuk memperjelas model ini, secara umum seseorang
akan mengambil tindakan untuk mencegah atau mengontrol kondisi kesehatan jika mereka
menganggap diri mereka rentan terhadap suatu kondisi, percaya kondisi tersebut akan
berdampak sangat serius, percaya bahwa tindakan yang tersedia akan bermanfaat dalam
mengurangi kerentanan mereka dengan tingkat keparahan kondisi, dan percaya bahwa
hambatan yang dapat diantisipasi sebanding dengan manfaatnya.
a. Persepsi terhadap kerentanan (perceived susceptibility)
Persepsi ini dibangun dengan mengacu pada persepsi seseorang terhadap resiko
dirinya mengalami masalah kesehatan atau derajat resiko yang dirasakan seseorang
terhadap masalah kesehatan yang akan dialaminya.
b. Persepsi terhadap keparahan (perceived severity)
Persepsi terhadap keparahan adalah tingkat kepercayaan seseorang bahwa
konsekuensi masalah kesehatan akan menjadi parah. Perasaan tentang keseriusan tertular
penyakit atau tidak diobati mencakup evaluasi dari kedua konsekuensi ini yaitu
konsekuensi medis dan klinis. Kombinasi kerentanan dan keparahan telah diberi label
sebagai ancaman yang dirasakan.
-
24
c. Persepsi terhadap manfaat (perceived benefits)
Penerimaan pribadi untuk suatu kondisi yang diyakini sebagai suatu ancaman
dapat menghasilkan tenaga yang mengarah kepada perilaku atau tindakan tertentu yang
akan diambil tergantung pada keyakinan terhadap efektifitas tindakan tersebut untuk
mengurangi ancaman. Jadi seorang individu akan menunjukkan keyakinan yang optimal
dari kerentanan dan tingkat keparahan, namun tidak akan diharapkan individu akan
menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan kecuali tindakan tersebut dianggap
mempunyai potensi berkhasiat.
d. Persepsi terhadap hambatan (perceived barrier)
Aspek negatif yang potensial dari suatu tindakan kesehatan tertentu atau
hambatan yang dirasakan dapat menjadi halangan seseorang untuk melakukan tindakan
yang diharapkan. Gabungan antara kerentanan dan keparahan menyediakan energy atau
kekuatan untuk bertindak dan persepsi terhadap hambatan menyedikan jalur pilihan
untuk bertindak.
e. Petunjuk untuk bertindak (cues of action)
Isyarat tindakan terbukti penting, tetapi individu perlu rangsangan atau belajar
secara sistematis. Petunjuk untuk bertindak terahadap suatu keadaan biasanya bersumber
dari peristiwa eksternal yang memotivasi seseorang untuk bertindak.
f. Kepercayaan/efikasi diri untuk melakukan tindakan
Efikasi diri adalah kepercayaan seseorang atas kemampuannya untuk melakukan
suatu tindakan.
-
25
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Konsep
Konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang
diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti
menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2008). Konsep merupakan
abstraksi maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep dapat diamati dan
diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel (Notoatmodjo,
2005).
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Pelaksanaan program
imunisasi TT bagi calon
pengantin wanita
Persepsi petugas kesehatan dan petugas KUA
Manfaat (benefit)
Hambatan (barrier)
-
26
B. Definisi Istilah
1. Persepsi
Proses diterimanya rangsang melalui panca indera yang didahului oleh pengamatan
sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang
diamati, baik yang ada diluar maupun dalam individu (Sunaryo, 2004).
2. Petugas kesehatan
Setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan yang terdiri dari
tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat,
tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga ketekhnisian medis (Depkes RI, 2008).
3. Petugas kantor urusan agama (KUA)
Petugas KUA adalah semua orang yang bekerja dikantor urusan agama (KUA) yang
bernaung dibawah Departemen Agama.
4. Imunisasi tetanus toxoid
Proses untuk membangun kekebalan tubuh sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi
tetanus (Depkes RI, 2009).
5. Imunisasi tetanus toxoid bagi calon pengantin
Imunisasi tetanus toxoid yang diberikan kepada wanita usia subur (usia 15- 45 tahun)
sebelum mereka menikah.
6. Calon pengantin
Individu yang sudah mendaftarkan keinginannya untuk menikah di KUA setempat.
-
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Penelitian kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan kokoh,
dan memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat.
Penelitian kualitatif ini dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab
akibat dalam lingkup pikiran orang setempat, memperoleh penjelasan yang kaya dan
bermanfaat karena penelitian kualitatif isinya adalah narasi kata-kata (Siswanto, 2005 dalam
Prastowo, 2010). Sedangkan menurut Saryono & Mekar (2010), penelitian kualitatif adalah
metode penyelidikan untuk mencari jawaban atas suatu pertanyaan, dilakukan secara
sistematik menggunakan prosedur untuk menjawab pertanyaan, mengumpulkan fakta,
menghasilkan suatu temuan yang tidak bisa ditetapkan sebelumnya, dan menghasilkan suatu
temuan yang dapat dipakai melebihi batasan-batasan penelitian yang ada pada penelitian
kuantitatif.
Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan fenomena,
penampilan dari sesuatu yang khusus, misalnya pengalaman hidup (Streubert, 1995). Fokus
utama fenomenologi adalah pengalaman nyata. Hal yang akan dikaji adalah deskripsi
mengenai bagaimana pengalaman orang lain dan apa maknanya bagi mereka. Fenomena
yang diamati dapat berupa emosi, hubungan, perkawinan, pekerjaan, dan sebagainya
(Saryono & Mekar, 2010).
-
28
B. Lokasi dan Waktu penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas dan KUA di Kota Tangerang
Selatan, antara lain;
a. Puskesmas dan KUA di Kecamatan Ciputat
b. Puskesmas dan KUA di Kecamatan Pamulang
c. Puskesmas dan KUA di Kecamatan Serpong Utara
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Agustus 2011.
A. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pedoman wawancara mendalam (indepth interview) dengan bantuan alat pencatat dan
alat perekam suara (tape recorder),
2. Observasi dengan menggunakan lembar check list.
B. Informan Penelitian
Pemilihan informan penelitian ini ditetapkan secara langsung (purposive) dengan
prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy). Informan dalam penelitian
ini adalah :
-
29
1. Informan Kunci
Informan kunci dalam penelitian ini merupakan petugas yang sudah ditetapkan
menjadi pemegang program imunisasi TT bagi calon pengantin. Informan kunci dalam
penelitian ini terdiri dari ;
a. 1 orang Petugas kesehatan (petugas puskesmas) penanggung jawab program
imunisasi TT bagi calon pengantin, masing-masing dari Kecamatan Ciputat,
Pamulang dan Serpong utara
b. 1 orang Petugas KUA penanggung jawab program imunisasi TT dan penataran bagi
calon pengantin, masing-masing dari Kecamatan Ciputat, Pamulang dan Serpong
utara
2. Informan Pendukung
Informan pendukung dalam penelitian ini terdiri dari ;
a. 3 orang calon pengantin wanita.
Kriteria inklusi : semua calon pengantin wanita baik yang sudah maupun yang belum
melaksanakan imunisasi TT bagi calon pengantin, sudah terdaftar di KUA setempat,
dan mengikuti kelas penataran calon pengantin.
C. Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan laporan
penelitian, ada beberapa tehnik, cara atau metode yang dilakukan oleh peneliti dan
disesuaikan dengan jenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder.
-
30
1. Untuk data primer meliputi :
a. Wawancara
Moleong (2001) dijelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan
maksud untuk maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan
langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara jelas dengan tujuan
mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Sesuai dengan
jenisnya, peneliti memakai jenis wawancara tidak berstruktur adalah wawancara
dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lebih luas dan leluasa tanpa terikat
oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, biasanya pertanyaan
muncul secara sepontan sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi ketika
melakukan wawancara (Sugiyono, 2007 dalam Prastowo, 2010).
Field & Morse 1985 dalam Holloway & Wheeler, 1996, menyarankan bahwa
wawancara harus selesai dalam satu jam. Peneliti harus melakukan kontrak waktu
dengan partisipan, sehingga responden dapat merencanakan kegiatannya pada hari
itu tanpa terganggu oleh wawancara, umumnya partisipan memang menginginkan
waktunya cukup satu jam. Peneliti harus menggunakan penilaian mereka sendiri,
mengikuti keinginan partisipan, dan menggunakan waktu sesuai dengan kebutuhan
topik penelitiannya. Umumnya lama wawancara tidak lebih dari tiga jam. Jika lebih
dari tiga jam, konsentrasi tidak akan diperoleh bahkan bila wawancara tersebut
dilakukan oleh peneliti berpengalaman sekalipun. Beberapa kali wawancara singkat
akan lebih efektif dibanding hanya satu kali dengan waktu yang panjang.
-
31
b. Observasi
Observasi dilakukan sebagai penguat data sebelumnya serta untuk cross
check data dan memperkaya informasi. Observasi dinilai dengan menggunakan
lembar check list. Dalam penelitian ini, beberapa hal yang di observasi antara lain;
1) Kegiatan penataran calon pengantin yang dilakukan di Kantor Urusan Agama
(KUA), antara lain:
a) Pendaftaran calon pengantin dan pengumpulan berkas persyaratan nikah
(termasuk kartu imunisasi TT)
b) Penjadwalan untuk penataran calon pengantin
c) Saat penataran : Memberikan materi kesehatan, antara lain :
a. Kesehatan reproduksi,
b. Imunisasi,
c. Gizi ibu dan anak,
d. Keluarga berencana (KB),
e. Penyakit infeksi menular seksual.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen yang terkait dengan penelitian.
Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk melengkapi hasil penelitian. Data sekunder
yang di ambil dari telaah dokumen antara lain ;
a. Program Puskesmas tahun 2011 tentang imunisasi TT bagi calon pengantin
b. Persyaratan administratif pernikahan dari KUA
-
32
D. Keabsahan Data
Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu
subyektivitas peneliti yang dominan, instrumen penelitian yang digunakan banyak
mengandung banyak kelemahan, dan sumber data yang kurang credible akan mempengaruhi
hasil keakuratan penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan
keabsahan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1. Kredibilitas
Kredibilitas merupakan criteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan
informasi yang dikumpulkan. Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian
yaitu:
a. Memperpanjang masa pengamatan (prolonged engagement), memungkinkan
peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, dapat menguji informasi
dari responden dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti.
b. Pengamatan yang terus-menerus (persistent observation)
c. Triangulasi
1) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara cross-check data dari sumber
yang berupa informan berbeda-beda. Datanya harus memperkuat atau tidak ada
kontradiksi dengan yang lainnya.
2) Triangulasi metode
Dilakukan dengan menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan
data yaitu selain menggunakan metode wawancara juga dilakukan observasi
(Kresno dkk, 2006).
-
33
2. Transferabilitas
Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi
yang lain dengan subyek lain yang memiliki tipologi yang sama.
3. Dependabilitas
Dependabilitas yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti
dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika
membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat digunakan untuk
menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak
4. Konfirmabilitas
Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya
dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam
laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang
yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat
lebih objektif (Saryono & Mekar, 2010).
E. Teknik Analisa Data
Langkah-langkah analisis data pada studi fenomenologi, yaitu:
1. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang
fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan.
2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang
dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data.
3. Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden
dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan
-
34
memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan
pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan,
sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun
dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).
4. Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran
tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.
5. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut
sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textural
description (mengenai fenomena yang terjadi pada responden) dan structural description
(yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi).
6. Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena
yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman responden mengenai fenomena
tersebut.
7. Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan dari gambaran
tersebut ditulis (Saryono & Mekar, 2010).
-
35
Gambar 4.1
Teknik analisa data
Sumber: Colaizzi ,1978, dalam Streubert & Carpenter, 1999, dalam Saryono & Mekar, 2010
Membaca transkrip
secara berulang-ulang
Mengelompokkan kata kunci
Membuat kategori-kategori
Merumuskan tema
Mengintegrasikan hasil analisis ke
dalam bentuk deskriptif
Mencatat data yang diperoleh
(hasil wawancara dan observasi)
Memiliki gambaran yang jelas
tentang fenomena yang diteliti
Kembali ke responden untuk
klarifikasi data hasil penelitian
Menggabungkan data yang baru
diperoleh saat dilakukan validasi
-
36
F. Etika Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan bahwa responden perlu mendapat
perlindungan dari hal-hal yang merugikan selama penelitian, dengan memperhatikan aspek-
aspek self determination, privacy, anonymity, confidentially dan protection from discomport
(Polit, 2006). Peneliti juga membuat Informed consent sebelum penelitian dilakukan.
a. Self Determination
Responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak
mengikuti kegiatan penelitian dengan sukarela, setelah semua informasi yang berkaitan
dengan penelitian dijelaskan dengan menandatangani Informed Consent yang telah
disediakan.
b. Privacy
Peneliti juga menjaga kerahasiaan atas informasi yang diberikan responden untuk
kepentingan penelitian. Nama responden akan dirahasiakan sebagai ganti digunakan nomor
responden.
c. Anonymity
Selama kegiatan penelitian nama responden akan dirahasiakan sebagai gantinya
digunakan inisial.
d. Confidentially
Peneliti menjadi kerahasiaan identitas responden dan informasi yang diberikan.
Semua catatan dan data responden disimpan sebagai dokumentasi penelitian.
-
37
e. Protection From Disconfort
Peneliti menekankan apabila responden merasa tidak aman atau nyaman selama
mengikuti kegiatan penelitian sehingga menimbulkan masalah baik fisik maupun psikologis,
maka peneliti mempersiapkan responden untuk menghentikan partisipasinya.
-
38
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota dari 8 kabupaten/kota di Provinsi
Banten, Kota Tangerang Selatan merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang,
diresmikan sebagai daerah otonom pada tanggal 28 Oktober 2008 dengan diberlakukannya
Undang-undang nomor 51 tahun 2008. Kota Tangerang Selatan merupakan daerah strategis
karena berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, berjarak 20 kilometer ke ibukota negara
dan 20 menit dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Secara administratif Kota
Tangerang Selatan terdiri dari tujuh kecamatan yakni : Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur,
Pondok Aren, Setu, Serpong dan Serpong Utara. Kota Tangerang Selatan memiliki luas
wilayah 147,19 Km2.
Kota Tangerang Selatan terdapat 14 rumah sakit, 11 puskesmas, 18 puskesmas
pembantu, 140 klinik, 97 rumah bersalin, 211 dokter praktek , 175 bidan praktek dan 913
posyandu yang semuanya tersebar di 7 kecamatan di Kota Tangerang Selatan.
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik informan
Dalam penelitian ini informan dibagi menjadi dua yaitu informan utama dan
informan pendukung. Informan utama adalah petugas kesehatan dan petugas KUA yang
bertanggung jawab sebagai pemegang program imunisasi tetanus toxoid bagi calon
pengantin wanita. Karakteristik dari informan utama yang diperoleh antara lain nama,
-
39
umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Sedangkan untuk informan
pendukung terdiri dari calon pengantin wanita yang mengikuti penataran sebelum
menikah bagi calon pengantin di KUA setempat. Karakteristik dari informan pendukung
yang diperoleh antara lain nama, umur, pendidikan terakhir dan status imunisasi TT
calon pengantin.
a. Informan utama
Informan utama dalam penelitian ini adalah petugas kesehatan dan petugas
KUA yang bertanggung jawab sebagai pemegang program imunisasi tetanus toxoid
bagi calon pengantin wanita yang terdiri dari 3 orang petugas kesehatan (petugas
puskesmas) dan 3 orang petugas KUA, masing-masing dari wilayah Kecamatan
Pamulang, Ciputat, dan Serpong Utara.
Tabel 5.1
Karakteristik informan utama
No Nama Jenis kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan
1. Ibu T P 52 th D3 Petugas Puskesmas
2. Ibu E P 36 th D3 Petugas Puskesmas
3. Ibu S P 36 th D3 Petugas Puskesmas
4. Bp. S L 50 th S1 Petugas KUA
5. Bp. R L 45 th S1 Petugas KUA
6. Bp. F L 42 th S1 Petugas KUA
-
40
b. Informan pendukung
informan pendukung dalam penelitian ini adalah calon pengantin wanita
yang mengikuti penataran sebelum menikah di KUA setempat yang terdiri dari 4
orang responden. Usia responden antara 21 30 tahun dengan tingkat pendidikan
antara SMA kuliah. Wawancara dengan informan pendukung dilakukan karena
peneliti melihat bahwa dalam pelaksanaan program imunisasi ini para calon
pengantin wanita yang dapat merasakan bagaimana program imunisasi ini
dilaksanakan. Tujuan wawancara dengan informan pendukung adalah untuk
mendapatkan informasi tambahan, cross check data serta untuk memperkaya data
penelitian.
2. Pengetahuan tentang program dan pelaksanaan imunisasi TT bagi calon pengantin
a. Pengetahuan tentang program
Pengetahuan petugas kesehatan dan petugas KUA tentang program imunisasi
TT bagi calon pengantin umumnya sudah baik. Karena berdasarkan hasil
wawancara, para petugas dapat menyebutkan manfaat, sasaran, jadwal dari program
ini dan hal tersebut sesuai dengan panduan dari Kementrian Kesehatan tentang
program imunisasi TT bagi calon pengantin.
imunisasi TT itu adalah program untuk mencegah penyakit (tetanus) yang dapat
dicegah dengan imunisasi.program imunisasi TT diberikan bagi ibu hamil, wanita
usia subur (WUS) serta calon pengantin. Manfaat imunisasi TT itu sendiri, pertama
untuk mencegah penyakit tetanus baik bagi ibu dan janin, kedua juga bisa untuk
meningkatkan daya tahan tubuh si ibu untuk mempersiapkan kehamilan(Ibu E, 36
thn, petugas puskesmas)
-
41
Imunisasi TT meupakan program untuk memberikan kekebalan pada tubuh kita
terhadap penyakit tetanus. Manfaatnya untuk memberikan kekebalan pada tubuh
terhadap penyakit tetanus bagi ibu dan janinnya (Ibu T, 52 thn, petugas
puskesmas)
Imunisasi TT adalah program imunisasi untuk mencegah penyakit tetanus,
program tersebut diberikan kepada ibu hamil, WUS dan calon pengantin.
Manfaatnya itu untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus baik pada ibu maupun
pada janin (Ibu S, 36 thn, petugas puskesmas)
Sedangkan para calon pengantin menyatakan bahwa mereka tidak tahu
dengan jelas manfaat dari imunisasi TT bagi calon pengantin, mereka hanya
disarankan oleh pihak keluarga dan KUA untuk imunisasi tapi tidak diberi
penjelasan yang lebih lanjut. Sehingga para calon pengantin lebih memilih
menunggu sampai mendapatkan penjelasan tentang imunisasi TT pada saat kelas
penataran calon pengantin atau tidak melakukan imunisasi sama sekali. Hal tersebut
dinyatakan oleh informan pendukung sebagai berikut:
Belum begitu faham, makanya sekarang ikut penataran (Nn. M, 25 thn, calon
pengantin)
Masih kurang faham, kemarin dari KUA cuma disarankan untuk imunisasi TT tapi
belum dijelaskan jadi belum tahu manfaatnya buat apa. (Nn. P, 21 thn, calon
pengantin)
masih belum ngerti banget gunanya buat apa, kalo memang harus sebelum
menikah imunisasi, gunanya sendiri belum tahu (Nn. C, 22 thn, calon pengantin)
-
42
b. Pengetahuan tentang pelaksanaan
Pelaksanaan program imunisasi TT bagi calon pengantin dilakukan dengan
cara sosialisasi program, pendataan (screening TT), pelaksanaan pemberian
imunisasi TT, dan pencatatan.
1) Sosialisasi program
Menurut petugas kesehatan dan petugas KUA, sosialisasi program
imunisasi TT bagi calon pengantin dilaksanakan di puskesmas, posyandu
(dilaksanakan di meja 4 oleh kader), dan KUA (kelas penataran calon pengantin)
serta petugas puskesmas juga menyatakan bahwa sosialisasi program juga
menggunakan media sosialisasi seperti leaflet dan poster.
Untuk sosialisasi, dilakukan penyuluhan di puskesmas, KUA dan posyandu.
penyuluhan di posyandu dilakukan oleh kader di meja 4, sebelumnya para kader
mendapat pelatihan pada KIE(komunikasi informasi edukasi) dan Lokmin
(lokakarya mini) yang dilakukan di kelurahan dan puskesmas, tiap bulan 1x
(Ibu T, 52 thn, petugas puskesmas)
Untuk sosialisasinya itu biasanya penyuluhan di posyandu oleh petugas
puskesmas atau dengan kader dan penyuluhan di KUA (Ibu S, 36 thn, petugas
puskesmas)
sosialisasi dalam gedung saat pelaksanaan imunisasi TT di puskesmas dan
luar gedung melalui rapat kelurahan, posyandu, kader, penataran di KUA dan
lewat leaflet (Ibu E, 36 thn, petugas puskesmas)
Menurut hasil wawancara dengan informan pendukung, didapatkan hasil
bahwa para calon pengantin tidak pernah mendapatkan penjelasan tentang
-
43
imunisasi TT dari petugas sebelum mengikuti kelas penataran calon pengantin di
KUA.
Kemarin saat daftar, dari KUA menyarankan untuk imunisasi ke pukesmas tapi
belum dijelaskan apa-apa, makanya sekarang ikut penataran. Belum ke
puskesmas karena menunggu jadwal penatarannya saja. (Nn. M, 25 thn, calon
pengantin)
Para calon pengantin juga tidak pernah datang ke posyandu, karena
mereka menganggap bahwa posyandu hanyalah tempat untuk pemeriksaan balita
dan ibu hamil/ wanita yang sudah memiliki anak.
Masih kurang faham, kemarin dari KUA cuma disarankan untuk imunisasi TT
tapi belum tahu manfaatnya buat apa. Belum pernah ke puskesmas atau
posyandu dan lagi pula posyandu itu kan tempat untuk periksa anak dan ibu
hamil. (Nn. P, 21 thn, calon pengantin)
Selain itu dari hasil observasi juga didapatkan hasil bahwa peneliti tidak
melihat adanya poster yang dipajang ataupun leaflet tentang imunisasi TT yang
akan dibagikan ke masyarakat. Hal ini menunjukkan upaya sosialisasi yang
dilakukan oleh para petugas belum memanfaatkan media-media sosialisasi yang
mudah difahami oleh masyarakat seperti leaflet atau poster.
2) Pendataan
Pendataan (screening TT) dalam program ini dilakukan untuk mengetahui
kelengkapan status imunisasi TT pada wanita usia subur usia 15 45 tahun.
Program pelaksanaaan imunisasi dari puskesmas, pertama pendataan
(screening TT) yaitu pendataan kelengkapan status imunisasi TT pada WUS usia
15-45 tahun.(Ibu T, 52 thn, petugas puskesmas)
-
44
Pelaksanaan program imunisasinya, tiga bulan yang lalu diprogramkan dari
dinas kesehatan untuk serentak dilakukan pendataan (screening TT) yaitu untuk
mendata kelengkapan status imunisasi TT pada WUS usia 15-45 tahun (Ibu S,
36 thn, petugas puskesmas)
Pelaksanaan program imunisasinya itu, pertama ada pendataan (screening TT)
itu untuk mendata status imunisasi TT pada WUS usia 15-45 tahun, jadi
semuanya didata dan yang belum imunisasi TT akan langsung disarankan untuk
imunisasi TT. (Ibu E, 36 thn, petugas puskesmas)
Sedangkan menurut hasil wawancara dengan informan pendukung
didapatkan data bahwa mereka tidak pernah didata dan juga tidak tahu tentang
adanya pendataan bagi wanita usia subur (WUS) terkait imunisasi TT diwilayah
tempat tinggal mereka.
Tahu dari orang tua. Setahu saya tidak ada pendataan imunisasi TT di daerah
rumah, karena tidak ada orang yang pernah kerumah untuk mendata (Nn. C, 22
thn, calon pengantin)
Dari tante karena kemarin kan baru nikah dan dari KUA juga disarankan. Tapi
tidak ada petugas yang melakukan pendataan. (Nn. M, 25 thn, calon pengantin)
Dari petugas KUA waktu daftar nikah. Tidak ada petugas yang melakukan
pendataan imunisasi TT (Nn. P, 21 thn, calon pengantin)
Pernah dengar dari keluarga yang sudah nikah dan teman. Tidak ada petugas
yang melakukan pendataan (Nn. A, 30 thn, calon pengantin)
Hal tersebut menunjukkan bahwa pendataan yang dilakukan oleh petugas
belum maksimal karena masih ada wanita usia subur yang belum di data dan
-
45
informasi tentang pendataan imunisasi TT juga belum diketahui oleh calon
pengantin.
3) Pelaksanaan
Pelaksanaan pemberian imunisasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan sudah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pemberian imunisasi. Karena dari hasil
observasi pada pemberian imunisasi TT bagi calon pengantin yang di lakukan di
puskesmas didapatkan data bahwa cara pemberian sudah sesuai dengan tata cara
pemberian obat.
4) Pencatatan
Pencatatan dilakukan setelah calon pengantin diberikan imunisasi TT.
Pencatatan dilakukan pada buku laporan imunisasi yang dimiliki pihak puskesmas
dan untuk calon pengantin akan diberikan kartu tanda imunisasi TT (kartu
kuning). Informan kunci yang peneliti wawancara mengatakan bahwa pencatatan
untuk imunisasi TT digabung menjadi satu (TT calon pengantin dan TT ibu
hamil), hal ini dikarenakan pihak puskesmas menilai kelengkapan status imunisasi
TT sampai dengan TT-5 bukan berdasarkan status saat pasien diimunisasi. Tetapi
hal tersebut dapat menyulitkan bagi petugas kesehatan untuk melihat cakupan
atau keberhasilan dari masing-masing program (imunisasi TT calon pengantin dan
imunisasi TT ibu hamil).
Setelah imunisa