Download - Sars Dan Mers Cov
INFEKSI CORONA INFEKSI CORONA VIRUS SARS & VIRUS SARS &
MERS -COVMERS -COV
SARS
SARS adalah penyakit infeksi saluran napas yang
disebabkan oleh virus Corona, dengan sekumpulan gejala klinis yang berat.
Berpotensi menyebar sangat cepat, berimplikasi besar terhadap tenaga kesehatan
Jenis corona virus (CoV) yang menyebabkan outbreak pada tahun 2003 adalah virus baru
Perjalanan penemuan SARS
November 2002: Wabah penyakit pernapasan misterius terjadi di Provinsi Guangdong,
China, membuat ratusan sakit parah dan puluhan orang meninggal dunia.
Pertengahan Februari 2003: Virus menyebar ke Vietnam dan Hong Kong; melalui perjalanan antar
negara. Pertengahan Maret:
Virus menyebar ke Singapura dan Kanada. 15 Maret:
Seorang dokter Singapura melakukan perjalanan ke Jerman melalui New York, dalam perjalanan ia menderita sakit, ia didiagnosis SARS di Frankfurt.
17 Maret: Organisasi Kesehatan Dunia memfasilitasi kolaborasi dari 11
laboratorium di 10 negara untuk mengidentifikasi penyebab SARS. 24 Maret:
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit ( CDC) mengumumkan bahwa strain coronavirus menyebabkan SARS.
29 Maret: Dr Carlo Urbani, petugas WHO yang menagani kasus-kasus pada awal
kejadia di Hanoi, meninggal SARS
(MMWR 2003:52 (18): 405-11)
SARS CoV - infectivity
Sebagian besar kasus terjadi pada petugas kesehatan merawat pasien SARS dan anggota keluarga dekat dari pasien SARS.
Mortalitas keseluruhan 15%meningkat mortalitas dengan peningkatan usia (> 65 tahun - 50% kematian)
Kriteria Kasus SARSKriteria Kasus SARS
SUSPECT CASE ADALAH SESEORANG SETELAH 1 FEBRUARI 2003
MENDERITA SAKIT DG. GEJALA : DEMAM TINGGI (>38C), dengan satu atau lebih gejala
gangguan pernafasan yaitu : batuk, nafas pendek, kesulitan bernafa, dengan satu atau lebih keadaan sebagai berikut : dalam 10 hari terakhir sebelum sakit mempunyai
riwayat kontak erat dengan seseorang yang didiagnosis sebagai penderita SARS atau dalam 10 hari terakhir sebelum sakit melakukan perjalanan ke “affected areas”
DEFINISI KONTAK ERAT DAN “AFFECTED AREAS”
• KONTAK ERAT ADALAH ORANG YANGMERAWAT, TINGGAL SERUMAH, ATAU BERHUBUNGAN LANGSUNG DENGAN CAIRAN SALURAN PERNAFASAN ATAU JARINGAN TUBUH PENDERITA SARS
• “AFFECTED AREAS” MENURUT WHO (14 April2003) ADALAH KANADA (TORONTO),SINGAPURA,CINA (GUANGDONG,SHANXI,BEIJING,HONGKONG,TAIWAN) DAN VIETNAM (HANOI)
• PROBABLE CASE ADALAH SUSPECT CASEDENGAN GAMBARAN FOTO THORAXMENUNJUKKAN TANDA-TANDA PNEUMONIA ATAU “RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME”
ATAU • SESEORANG YANG MENINGGAL KARENA PENYAKIT
SALURAN PERNAFASAN YANG TIDAK JELAS PENYEBABNYA DAN PADA PEMERIKSAAN AUTOPSI DITEMUKAN TANDA PATOLOGIS BERUPA “ RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME “ YANG TIDAK JELAS PENYEBABNYA
MERS Cov
Definisi :MERS CoV : Penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang menyerang saluran pernapasan mulai dari ringan sampai berat
(The Coronavirus Study Group of the International Committee on Taxonomy of Viruses , May 2012)
Kasus pertama dilaporkan April 2012 di Arab Saudi
Tatalaksanan
•Isolasi•Pengobatan suportif•Tidak ada pengobatan yang spesifik
Sequencing
Laporan WHO
Negara Jumlah kasus (meninggal)
Prancis 2 (1)
Itali 1 (0)
Jordania 2 (2)
Qatar 5 (3)
Saudi Arabia 114 (47)
Tunisia 3 (1)
Inggris (UK) 3 (2)
Uni emirat Arab (UAE) 6 (2)
Total 130 (58)
Situasi kasus MERS CoV mulai April 2012 – 4 october 2013
Terjadinya kasus dari waktu ke waktu
Kasus dengan dugaan eksposur non-manusia
Analisis Situasi MERS-CoV
MERS-CoV pertama kali dilaporkan pada bulan September 2012 di Saudi Arabia
Sejak Sept 2012 s/d 20 September 2013 jumlah kasus MERS-CoV yg terkonfirmasi sebanyak 130 kasus dan meninggal 58 orang (CFR 44,6 %).
9 negara terinfeksi : Perancis, Italia, Jordania, Qatar, Arab Saudi, Tunisia, Jerman, Inggris dan Uni Emirat Arab
Semua kasus berhubungan dg negara di Timur Tengah (Jazirah Arab), baik secara langsung maupun tidak langsung
Median usia 50 tahun (range 14 bulan - 94 tahun) 61 % kasus laki – laki Hingga saat ini belum ada laporan kasus di Indonesia. Indonesia mengirimkan sekitar 169.000 jemaah haji,
tahun 2013 sekiktar 750.000 jamaah Umrah, dan > 1 juta TKI ke Saudi Arabia setiap tahunnya ada potensi masuknya MERS-CoV ke Indonesia
Cara penularan MERS-CoV Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas,
dan tidak terdapat transmisi penularan antar manusia yang berkelanjutan. Tidak diketahui secara pasti mekanisme penularan.
Kemungkinan penularannya dapat melalui : Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat
pasien batuk atau bersin.Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang
terkontaminasi virus.
Gambaran klinis
ISPA Seperti infeksi pernapasan akut berat (severe acute
respiratory infection/SARI Pneumonia Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS),
disertai gagal ginjal, perikarditis dan Disseminated Intravascular Coagulation (DIC).
Pada pasien immunocompromise ditemukan gejala awal demam dan diare.
Deteksi dan Tatalaksana Dini
Sebelum menentukan pasien suspek MERS CoV dilakukan : Anamnesis:
demam suhu > 38 C, batuk dan sesak, ditanyakan pula riwayat bepergian dari negara timur tengah 14 hari sebelum onset
Pemeriksaan fisis: sesuai dengan gambaran pneumonia
Radiologi: Foto toraks dapat ditemukan infiltrat, konsolidasi sampai gambaran
ARDS Laboratorium:
ditentukan dari pemeriksaan PCR dari swab tenggorok dan sputum
Klasifikasi
"Kasus dalam penyelidikan"/Suspek Kasus Probable Kasus konfirmasi
1. Kasus dalam penyelidikan/suspek
A. Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan 3 gejala di bawah ini:Demam (≥38°C) atau ada riwayat demam,Batuk, Pneumonia, ARDS berdasarkan gejala klinis atau
gambaran radiologis yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Perlu waspada pada pasien dengan gangguan system kekebalan tubuh (immunocompromised) karena gejala dan tanda tidak jelas.
1. Kasus dalam penyelidikan/suspek DAN salah satu dari kriteria berikut :
klaster penyakit yang sama dalam periode 14 hari, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan /penyebab penyakit lain.
petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah merawat pasien ISPA berat (SARI / Severe Acute Respiratory Infection), Tu pasien yang memerlukan perawatan intensif, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan penyebab penyakit lain.
Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah (negara terjangkit) dalam 14 hari sebelum sakit kecuali ditemukan penyebab penyakit lain. Perburukan perjalanan klinis mendadak meski dengan pengobatan tepat, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan penyebab penyakit lain.
Kasus dalam penyelidikan/suspek (lanjutan)
B. Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah atau negara terjangkit dalam14 hari sebelum mulai sakit selain ISPA (pasien dengan gangguan kekebalan tubuh kemungkinan tanda dan gejala tidak jelas)
C. Seseorang dengan penyakit pernapasan akut dengan berbagai tingkat keparahan (ringan – berat) yang dalam waktu 14 hari sebelum mulai sakit, memiliki riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi atau kasus probable infeksi MERS-CoV yang sedang sakit
Tidak perlu menunggu hasil tes untuk patogen lain sebelum pengujian untuk MERS CoV.
2. Kasus Probable
Definisi dengan menggunakan kriteria klinis, epidemiologis, dan laboratoris:
Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan bukti klinis, radiologis atau histopatologis DAN Tidak tersedia pemeriksaan untuk MERS-CoV atau hasil
laboratoriumnya negative pada satu kali pemeriksaan spesimen yang tidak adekuat.
DAN Adanya hubungan epidemiologis langsung dengan kasus
konfirmasi MERS Co-V.
Kasus Probable ( lanjutan)
Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan bukti klinis, radiologis atau histopatologis DANHasil pemeriksaan laboratorium inkonklusif (pemeriksaan
skrining hasilnya positif tanpa konfirmasi biomolekular).
DANAdanya hubungan epidemiologis langsung dengan kasus
konfirmasi MERS Co-V.
3. Kasus konfirmasi
Seseorang menderita infeksi MERS-CoV dengan konfirmasi laboratorium ( PCR)
Perjalanan penyakit
Infeksi Pernapasan akut (ISPA) Demam > 38 C sakit tenggorokan, batuk, sesak/napas cepat Kriteria napas cepat pada anak : Usia < 2 bulan : 60 x/menit atau lebih Usia 2-<12 bulan : 50x/menit atau lebih Usia 1 - <5 tahun : 40 x/menit atau lebih
Pneumonia berat Pasien remaja atau dewasa dengan demam, batuk, frekuensi
pernapasan > 30 kali/ menit, gangguan pernapasan berat, saturasi oksigen (SpO2) <90%
Perjalanan penyakit
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) Onset: akut dalam waktu 1 minggu dari timbulnya
gejala klinis atau perburukan gejala respirasi, atau timbul gejala baru
Gambaran radiologis (misalnya foto toraks atau CT scan): opasitas bilateral, yang belum dapat dibedakan apakah karena efusi, kolaps paru / kolaps lobar atau nodul.
Edema paru: kegagalan pernafasan yang belum diketahui penyebabnya, apakah karena gagal jantung atau overload cairan
ARDS
Tingkat hipoksemia: ARDS ringan : 200 mm Hg
<PaO2/FiO2 ≤ 300 mm Hg dengan PEEP atau CPAP≥ 5 cm H2O;
ARDS sedang : 100 mm Hg <PaO2/FiO2 ≤ 200 mm Hg dengan PEEP ≥ 5 cm H2O
ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤ 100 mm Hg dengan PEEP ≥ 5 cm H2O
Ketika PaO2 tidak tersedia, rasio
SpO2/FiO2 ≤ 315 menunjukkan ARDS.
Perjalanan penyakit Sepsis Terbukti Infeksi atau diduga infeksi, dengan dua atau lebih kondisi
berikut: suhu> 38 ° C atau <36 ° C, HR> 90/min, RR> 20/min atau Pa CO2 <32 mm Hg, sel darah putih > 12 000 atau <4000/mm3 atau > 10% bentuk imatur
Sepsis berat Sepsis dengan disfungsi organ, hipoperfusi (asidosis laktat) atau
hipotensi. Disfungsi organ meliputi: oliguria, cedera ginjal akut, hipoksemia,
transaminitis, koagulopati, trombositopenia, perubahan kesadaran, ileus atau hiperbilirubinemia.
Syok septik Sepsis yang disertai hipotensi (Sistole <90 mm Hg) meskipun sudah
dilakukan resusitasi cairan adekuat dan terdapat tanda hipoperfusi.
Pemeriksaan laboratorium
Bahan pemeriksaan : Spesimen dari saluran napas atas (hidung, nasofaring
dan/atau swab tenggorokan) Spesimen saluran napas bagian bawah (sputum,
aspirat endotracheal, kurasan bronkoalveolar)Tempat pemeriksaan :Laboratorium Badan Litbangkes RI Jakarta Ambil spesimen serial dari beberapa tempat dalam
waktu beberapa hari (setiap 2-3 hari) untuk melihat Viral shedding
Pemeriksaan laboratorium
Jenis pemeriksaan:1. Kultur mikroorganisme sputum dan darah2. Pemeriksaan virus influenza A dan B, virus influenza A
subtipe H1, H3, dan H5 (di negara-negara dengan virus H5N1 ditemukan pada unggas), RSV, virus parainfluenza, rhinoviruses, adenonviruses, metapneumoviruses manusia, dan corona virus baru
Pemeriksaan spesimen coronavirus baru dilakukan dengan menggunakan reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR)
Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan juga: pemeriksaan darah untuk menilai viremia, swab konjungtiva jika terdapat konjungtivitis, urin tinja cairan serebrospinal jika dapat dikerjakan
Data selama ini menunjukkan bahwa spesimen saluran napas bawah cenderung lebih positif daripada spesimen saluran napas atas.
Terapi
Terapi oksigen pada pasien ISPA berat /SARI Berikan terapi oksigen pada pasien dengan tanda depresi napas
berat, hipoksemia ( SpO2 <90%) atau syok. Mulai terapi oksigen dengan 5 L / menit lalu titrasi sampai SpO2
≥ 90% pada orang dewasa yang tidak hamil dan SpO2 ≥ 92-95% pada pasien hamil.
Pulse oximetri, oksigen, selang oksigen dan masker harus tersedia di semua tempat yang merawat pasien ISPA berat/SARI .
JANGAN membatasi oksigen dengan alasan ventilatory drive terganggu.
Terapi
Berikan antibiotik empirik untuk mengobati PneumoniaPada pasien pneumonia komuniti (CAP) dan diduga terinfeksi MERS CoV, dapat diberikan antibiotik secara empirik secepat mungkin sampai tegak diagnosis, kemudian disesuaikan berdasarkan hasil uji kepekaan.
Gunakan manajemen cairan konservatif pada pasien ISPA berat/SARI tanpa syokPada pasien ISPA berat/SARI harus hati-hati dalam pemberian cairan intravena, karena resusitasi cairan secara agresif dapat memperburuk oksigenasi, terutama dalam situasi terdapat keterbatasan ventilasi mekanis.
Terapi
Jangan memberikan kortikosteroid sistemik dosis tinggi atau terapi tambahan lainnya untuk pneumonitis virus diluar konteks uji klinis
Pemantauan secara ketat pasien dengan ISPA berat/SARI bila terdapat tanda-tanda perburukan klinis, seperti gagal nafas, hipoperfusi jaringan, syok dan memerlukan perawatan intensif (ICU)
Pencegahan dan Pengobatannya
Belum ada vaksin yang tersedia. Pengobatan yang bersifat spesifik belum ada, dan
pengobatan yang dilakukan tergantung dari kondisi pasien.
Pencegahan dengan PHBS, menghindari kontak erat dengan penderita, menggunakan masker, menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan dengan sabun dan menerapkan etika batuk ketika sakit.
Pencegahan dan pengendalian infeksi
Sama dengan pencegahan infeksi pada penyakit flu burung dan Emerging Infectious Disease lain yang mengenai saluran napas (Buku pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya : Kementerian kesehatan RI)
Penerapan kewaspadaan standard, kewaspadaan droplet kewaspadaan airborne
Pencegahan dan pengendalian infeksi
• Pencegahan transmisi droplet.• Pencegahan standar pada setiap pasien yang diketahui atau dicurigai
memiliki infeksi pernafasan akut, termasuk pasien dengan dicurigai, probable atau terkonfirmasi MERS-CoV
dimulai dari triase pada pasien dengan gejala infeksi pernapasan akut yang disertai demam.
• Pengaturan ruangan dan pemisahan tempat tidur minimal 1 meter antara setiap pasien yang tidak menggunakan APD.
• Pastikan triase dan ruang tunggu berventilasi cukup. • Terapkan etika batuk.• Pencegahan airborne digunakan untuk prosedur yang menimbulkan
penularan aerosol (intubasi trakea, pemasangan ventilasi non-invasif, tracheostomi dan bantuan ventilasi dengan ambu bag sebelum intubasi)
Kewaspadaan standar
Kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk menghindari kontak langsung dengan darah pasien, cairan tubuh, sekret (termasuk sekret pernapasan) dan kulit lecet atau luka.
Kontak dekat dengan pasien yang mengalami gejala pernapasan (misalnya batuk atau bersin) pada saat memberikan pelayanan, gunakan pelindung mata karena semprotan sekresi dapat mengenai mata.
pencegahan jarum suntik atau cedera benda tajam,pengelolaan limbah yang aman; pembersihan dan
disinfeksi peralatan serta pembersihan lingkungan
Pencegahan droplet
Gunakan masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter dari pasien.
Tempatkan pasien dalam kamar tunggal, atau berkelompok dengan diagnosis penyebab penyakit yang sama.
Jika diagnosis penyebab penyakit tidak mungkin diketahui, kelompokkan pasien dengan diagnosis klinis yang sama dan berbasis faktor risiko epidemiologi yang sama dengan pemisahan minimal 1 meter.
Batasi gerakan pasien dan pastikan bahwa pasien memakai masker medis saat berada di luar kamar.
Pencegahan airborne
•Pastikan bahwa petugas kesehatan menggunakan APD (sarung tangan, baju lengan panjang, pelindung mata, dan respirator partikulat (N95 atau yang setara)) ketika melakukan prosedur tindakan yang dapat menimbulkan aerosol.
•Bila mungkin, gunakan satu kamar berventilasi adekuat ketika melakukan prosedur yang menimbulkan aerosol.
Dari data kasus konfirmasi yang dilaporkan ke WHO terdapat penularan pada petugas kesehatan yang merawat kasus MERS CoV, petugas kesehatan merupakan salah satu orang yang rentan terhadap penularan MERS CoV.
Diperlukan pengawasan petugas kesehatan yang merawat pasien suspek MERS CoV apabila mengalami gejala dalam kurun waktu 14 hari setelah merawat pasien MERS CoV agar diperlakukan seperti suspek MERS CoV
Tatalaksana Depresi Napas Berat,Hipoksemia dan ARDS
Kenali kasus yang berat tidak cukup hanya oksigen saja Meskipun oksigen yang diberikan sudah tinggi pasien dapat
terus mengalami work of breathing atau hipoksemia
ventilasi mekanis secara dini
Pertimbangkan NIV pada pasien imunosupresi, ARDS ringan tanpa gangguan kesadaran atau gagal jantung
(pada fasilitas terbatas tetapi petugas terlatih untuk NIV)pantau pasien secara ketat di ICU, jika NIV tidak berhasil
jangan menunda intubasi endotrakeal untuk ventilasi mekanik
Tatalaksana Depresi Napas Berat,Hipoksemia dan ARDS
Gunakan lung protective strategy ventilation (LPV) untuk pasien dengan ARDS
Untuk mencapai target LPV, dimungkinkan permisif hypercapnia.
gunakan PEEP adekuat untuk mengatasi hipoksemia. Double triggering, bentuk umum dari asynchrony, dapat diatasi dengan
meningkatkan aliran inspirasi, memperpanjang waktu inspirasi, suction trachea, membuang air dari tabung ventilator, dan mengatasi kebocoran sirkuit.
Tingkat kedalaman sedasi harus dipertimbangkan jika tidak dapat mengendalikan volume tidal.
Gunakan kateter in-line untuk suction Minimalkan transportasi.
Tatalaksana Depresi Napas Berat,Hipoksemia dan ARDS
Pada pasien dengan ARDS berat, pertimbangkan terapi ajuvan awal, terutama jika gagal mencapai target LPV
Pemberian blokade neuromuskular 48 jam pertama berhubungan dengan peningkatan kelangsungan hidup dan peningkatan waktu bebas ventilator tanpa menyebabkan kelemahan otot yang signifikan.
Posisi prone pada pasien dapat meningkatkan oksigenasi dan kelangsungan hidup tetapi perlu perawatan khusus saat mengubah posisi pasien dengan aman
Lung Recruitment Manuver dan PEEP yang tinggi dapat meningkatkan oksigenasi dan mengurangi kebutuhan terapi lainnya
Gunakan strategi tatalaksana cairan konservatif untuk pasien ARDS yang tidak shock
Tatalaksana Syok Sepsis• Kenali syok sepsis yaitu ketika pasien mengalami hipotensi (SBP <90 mm Hg)
yang menetap setelah challenge pemberian cairan atau tanda-tanda hipoperfusi jaringan (konsentrasi laktat darah> 4 mmol / L) dan mulai resusitasi
• Berikan cairan infus kristaloid secara dini dan cepat untuk syok sepsis• Resusitasi cairan yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan
pernapasan. • Jangan memberikan cairan hipotonik• Jangan gunakan balans cairan sebagai panduan untuk mengelola atau
mengurangi volume pemberian loading cairan.• Gunakan vasopressor ketika syok tetap berlanjut meskipun resusitasi
cairan telah diberikan secara adekuatPemberian vasopresor diberikan pada dosis minimum yang diperlukan untuk mempertahankan perfusi (SBP> 90 mm Hg) guna mencegah efek samping.Pertimbangkan pemberian hidrokortison intravena (sampai 200 mg / hari) atau prednisolon (sampai 75 mg / hari) pada pasien dengan syok persisten
Pencegahan Komplikasi
Antisipasi Dampak
Tindakan
Mengurangi hari penggunaan ventilasi mekanis invasif (IMV)
•Protokol penyapihan meliputi penilaian harian kesiapan bernapas spontan•Protokol Sedasi untuk titrasi pemberian obat penenang pada target tertentu, dengan atau tanpa interupsi harian infus obat penenang
Pencegahan Komplikasi
Antisipasi Dampak
Tindakan
Mengurangi kejadian ventilator-associated pneumonia
•Intubasi oral adalah lebih baik daripada intubasi nasal•Lakukan perawatan antiseptik oral secara teratur•Jaga pasien dalam posisi semi-telentang•Gunakan sistem penyedotan tertutup, kuras dan buang kondensat dalam pipa secara periodik•Gunakan sirkuit ventilator baru untuk setiap pasien, ganti sirkuit jika kotor atau rusak•Ganti alat heat moisture exchanger jika tidak berfungsi, ketika kotor atau setiap 5-7 hari•kurangi hari IMV
Pencegahan Komplikasi
Antisipasi Dampak
Tindakan
Mengurangi kejadian tromboemboli vena
Gunakan obat profilaksis (heparin 5000 unit subkutan dua kali sehari) pada pasien tanpa kontraindikasi. Pasien dengan kontraindikasi, gunakan perangkat profilaksis mekanik seperti intermiten pneumatic compression device.
Mengurangi kejadian infeksi terkait kateter aliran darah
Gunakan checklist sederhana selama pemasangan kateter IV sebagai pengingat dari setiap langkah yang diperlukan untuk pemasangan yang steril dan pengingat harian untuk melepas kateter jika tidak diperlukan
Pencegahan Komplikasi
Antisipasi Dampak Tindakan
Mengurangi kejadian ulkus karena tekanan
Rubah posisi pasien setiap dua jam
Mengurangi kejadian stres ulcer dan pendarahan lambung
Berikan nutrisi enteral dini (dalam waktu 24-48 jam pertama), berikan histamin-2 receptor blocker atau proton-pump inhibitors
Mengurangi kejadian kelemahan terkait ICU
Mobilisasi dini
Pencegahan dan pengendalian infeksi
sama dengan pencegahan infeksi pada penyakit flu burung dan Emerging Infectious Disease lain yang mengenai saluran napas (Buku pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya : Kementerian kesehatan RI)
Penerapan kewaspadaan standard, kewaspadaan droplet kewaspadaan airborne
Langkah-langkah penanganan pasien dengan severe acute respiratory infections (SARI) yang dicurigai MERS:
1. Pencegahan dan kontrol infeksi 2. Pemberian oksigen3. Pengambilan sampel sebelum pemberian antibiotik4. Antibiotika segera yang sesuai untuk community-acquired pathogens 5. Pemberian cairan intravena6. Steroid kontraindikasi pada pasien dengan SARI7. Pengawasan yang ketat
•Alur penatalaksanaan MERS-CoV mengikuti alur penatalaksanaan Flu Burung , merujuk pada buku tatalaksana Flu Burung di rumah sakit