Download - RPJMN 2015-2019: Bidang Industri
RPJMN 2015-2019 : BIDANG INDUSTRI
Disiapkan oleh :
AHMAD DADING GUNADI
Perencana Madya
Direktorat Industri, Iptek, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
PERMASALAHAN DAN TANTANGANSEKTOR INDUSTRI
PERMASALAHAN 1
De-Industrialisasi
• Pada tahun 2000, sektor industri menyumbangkan 27,7% dalam PDB
• Pada tahun 2001 meningkat menjadi 29,0%
• Sejak 2002, menurun secara konsisten, hingga pada tahun 2013 hanya mencapai 23,7% dan industri nonmigas menyumbang 20,8%
TANTANGAN 1
“Mendorong akselerasi pertumbuhan industri untuk menangkal bahkan membalikkan gejaladeindustrialisasi yang secara singkat dapat disebut REINDUSTRIALISASI.”
Perkembangan Porsi Industri Dalam PDBTahun 2000 – 2013 (%)
Sumber : RPJMN 2015-2019
PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
PERMASALAHAN 2
Populasi dan Struktur Industri Lemah
• Jumlah total industri besar dan sedang meningkat tajam pada tahun 2006, terus menurun sampai tahun 2010, kemudian naik kembali tetapi tidak terlalu nyata
• Perusahaan mikro dan kecil hanya meningkat 2,5 persen pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013
TANTANGAN 2
“Mendorong investasi di sektor industri untuk meningkatkan jumlah populasi industri berskala besar dan menengah.”
Jumlah Industri Pengolahan Besar dan Sedang Tahun 2001-2013
Sumber : BPS, 2016
0
5 000
10 000
15 000
20 000
25 000
30 000
35 000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 *)
Un
it P
eru
sah
aan
Jawa Luar Jawa Jumlah
PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
PERMASALAHAN 3
Bahan mentah diekspor sementara bahan setengah jadi Diimpor
• Hingga tahun 2013, potensi ekonomi dari komoditi primer hasil kekayaan alam Indonesia belum termanfaatkan secara optimal.
• Komoditi primer diekspor langsung ke pasar global tanpa melalui proses penambahan nilai.
TANTANGAN 3
“Mendorong investasi industri untuk mengolah bahan mentah dari pertanian dan pertambangan (sektor primer) menjadi produk bernilai tambah tinggi (hilirisasi).”
PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
PERMASALAHAN 4
Ketergantungan pada Impor Tinggi
• Semakin tinggi porsi ekspor dan impornya,maka exposure-nya ke pasar global juga makin tinggi, makin sensitif terhadap gejola perekonomian global.
• Industri dalam negeri sangat tergantung pada bahan baku, komponen dan subassembly dari luar negeri.
TANTANGAN 4
“Mendorong investasi industri yang menghasilkan bahan baku, bahan setangah jadi, komponen, dan sub-assembly untuk mengurangi ketergantunganke pasar global.”
Exposure Industri Nasional pada Pasar Global Tahun 2011
Sumber : BPS – Diolah
PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
PERMASALAHAN 5
Produktivitas Rendah
• Produktivitas industri yang diukur dengan besarnya nilai tambah per tenaga kerja untuk kelompok-kelompok industri.
• menunjukkan urutan kelompok industri dari kelompok dengan produktivitas terbesar hingga terendah.
TANTANGAN 5
” Mendorong dan memfasilitasi usaha industri meningkatkan produktivitas.”
Nilai Tambah per Tenaga Kerja Menurut Kelompok Industri
Sumber : BPS - Diolah
PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
PERMASALAHAN 6
Industri Terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera
• Ketersediaan sarana dan prasarana di tambah lagi dengan besarnya penduduk yang menjadi pasar, Pulau Jawa telah lama menjadi pusat pengembangan industri.
• Hingga tahun 2011, penumbuhan usaha industri paling tinggi di Pulau Jawa dan berikutnya adalah Pulau Sumatera
TANTANGAN 6
“Mendorong investasi industri yang di luarPulau Jawa sesuai dengan karakteristik ekonomi dan sumber daya alam yang tersedia.”
Nilai Tambah per Tenaga Kerja Menurut Kelompok Industri
Sumber : BPS - Diolah
SASARAN
1. Pertumbuhan industri Tahun 2015-2019 ditargetkan lebih tinggi dari pertumbuhan PDB.
2. Untuk mencapai sasaran tersebut, jumlah industri berskala menengah dan besar perlu meningkat sekitar 9.000 unit usaha selama 5 tahun ke depan
Sasaran Pertumbuhan Industri Tahun 2015-2019
ARAH KEBIJAKAN
1. PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI DI LUAR JAWA
• Wilayah pusat pertumbuhan industri terutama yang berada dalam koridor ekonomi
• Kawasan peruntukan industri
• 14 Kawasan Industri
• 22 Sentra IKM
2. PENUMBUHAN POPULASI INDUSTRI 9.000 industri besar / sedang
• Hilirisasi bahan tambang, hasil pertanian, hasil hutan, dan hasil laut
• Industri bahan baku, industri barang modal, industri padat karya,
• Penumbuhan IKM
• Partisipasi dalam Global Production Network
ARAH KEBIJAKAN
3. PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING• Industri bernilai tambah tinggi –> industri kreatif, industri hijau• Pembaharuan mesin / proses produksi• Kemampuan disain produk• Keterampilan tenaga kerja
INDIKASI LOKASI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI TAHUN 2015-2019
WILAYAH SUMATRA WILAYAH JAWA
INDIKASI LOKASI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI TAHUN 2015-2019
WILAYAH KALIMANTAN WILAYAH SULAWESI DAN NTT
INDIKASI LOKASI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI TAHUN 2015-2019
WILAYAH PAPUA DAN MALUKU
FASILITASI DAN INSENTIF
1. Diprioritaskan pada: a. industri strategisb. industri maritimc. industri padat tenaga kerja
2. Terhadap impor bahan baku, komponen, dan barang setengahjadi diharmonisasikan sesuai dengan rantai pertambahan nilai berikutnya di dalam negeri, semakin besar forward linkage-nya semakin besar insentifnya.
KERANGKA PENDANAAN SEKTOR INDUSTRI
NO. PROGRAM APBNPERUSAHAAN
SWASTAMASYARAKAT
1. Sekolah VokasiIndustri
Investasi peningkatankapasitas dan kualitas
Investasi peningkatankapasitas dan kualitas
PenyelenggaraanPendidikan tercatat sebagai PNBP
2. Pelatihan Kerja Penyiapan tenaga terampil untuk industri baru dan sudah investasi
On the job training(spesifik industri)
Up-grading skill untuk mengisi medium skill job
3. Kawasan Industri Investasi swasta belum layak terutama di luarPulau Jawa
Di Pulau Jawa dandaerah lain yang layak
4. Industri Strategis Investasi Operasi bisnis denganBUMN
5. Revitalisasi Permesinan Industri
Kerja sama Pemerintah dan Swasta (berbagibeban)
Kerja sama Pemerintah dan Swasta (berbagibeban)
KERANGKA PENDANAAN SEKTOR INDUSTRI
NO. PROGRAM APBNPERUSAHAAN
SWASTAMASYARAKAT
6. LayananTeknologi
Peningkatankapasitas dankompetensi unitlayanan– Dukungan padaalih teknologi,disseminasiteknologi baru, dllpenugaspemerintah
Layanan teknologiyang bersifat marketpull dibiayai olehindustry client tercatatsebagai PNBP
7. Pembinaan IKM Bersama APBD Pemanfaatan CSR Partisipasi
KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN
REGULASI1. Harmonisasi tarif yang lebih mengutamakan pembebasan bea masuk
bagi bahan baku dan bahan setengah jadi (intermediates)
2. Harmonisasi regulasi sektor yang menghambat kegiatan industri, seperti pelarangan masuk bagi waste/scrap besi baja dengan alasan termasuk dalam limbah B3
KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN
KELEMBAGAAN1. Lembaga Pembiayaan Pembangunan Industri
2. Komite Industri Nasional (KIN)
3. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perindustrian
4. Kelembagaan Pembina IKM
5. Unit Penelitian dan Pengembangan (Litbang)