Download - Riska - Endoftalmitis Post Op
Referat Post.Operasi Endophthalmitis
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam waktu empat dekade terakhir, teknik operasi katarak telah banyak
mengalami kemajuan dimana dapat memulihkan ketajaman pengelihatan dengan lebih
baik dan cepat. 1-2 Dengan instrumen operasi yang telah ditingkatkan, Phacoemulsi
dengan insisinya yang minimal telah diperkenalkan pada akhir tahun 1980-an. Namun
operasi katarak ini, mempunyai beberapa komplikasi yang diantaranya
Endophthalmitis. 3-6
Endophthalmitis itu sendiri adalah peradangan berat yang terjadi pada seluruh
jaringan intraokular, yang mengenai dua dinding bola mata, yaitu retina dan koroid
tanpa melibatkan sklera dan kapsula tenon yang biasanya terjadi akibat adanya
infeksi. Penyakit ini memerlukan perhatian pada tahun terakhir ini karena dapat
memberikan penyakit yang gawat, dimana dapat menyebabkan kerusakan tajam
pengelihatan yang berat dan atau bahkan kehilangan penglihatan selamanya. 7-9
Angka kejadian endoftalmitis setelah operasi di Amerika adalah 5 – 14% dari
semua kasus endoftalmitis. Sedangkan endoftalmitis yang disebabkan oleh trauma
sekitar 10 – 30% dan endoftalmitis yang disebabkan oleh reaksi antibody terhadap
pemasangan lensa yang dianggap sebagai benda asing oleh tubuh adalah 7 – 31%.
Kebanyakan kasus endoftalmitis eksogen terjadi setelah pembedahan bola mata.
Laporan insiden dari postoperative endophthalmitis sangat bervariasi, angka
kejadian itu sendiri dilaporkan 5% sampai 10% pada akhir 1800an 10-12 dan 1.5%
sampai 2 % pada akhir 1900an dan pada akhir 1990an insiden postoperative
endophthalmitis dilaporkan hanya 0.006% sampai 0.09% saja.13-14 Hal ini karena
adanya kemajuan dari tekhnik bedah mikro dan antiseptic, instrument bedah dan
penggunaan antibiotic profilaktif berspektrum luas dapat menekan terjadinya angka
infeksi postoperasi.
Terapi pada endoftalmitis adalah dengan secepatnya memulai pemberian
antibiotik empiris yang sudah terbukti efektif terhadap organisme spesifik yang
diduga secara intravitreal dengan dosis dan toksisitas yang diketahui. Tidak ada Drug
of choice pada endoftalmitis karena banyaknya varian penyebab pada penyakit ini. 7-9
Terapi pembedahan pada endoftalmitis dilakukan jika keadaan tajam
penglihatan pasien semakin menurun walaupun sudah diterapi obat-obatan. 7-9
BAB II
Kepanitraan Departemen Mata RSPAD GS
1
Referat Post.Operasi Endophthalmitis
PEMBAHASAN
A. Anatomi 3
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata
dibungkus 3 lapis jaringan, yaitu :
1. Tunika fibrosa, pada bagian posterior disebut sklera.
Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk
pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian
Anterior disebut kornea yang mempunyai 5 lapisan dan bersifat transparan
yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Dan diantara sklera
dengan kornea terdapat perbatasan yang disebut limbus.
2. Tunika vaskulosa, atau dengan nama lain traktus uvea.
Pada bagian anterior uvea terdapat iris yang oleh 3 susunan otot dapat
mengatur jumlah sinar masuk melalui pupil ke dalam bola mata, yaitu otot
dilatator, sfingter iris dan otot siliar. Selain iris pada bagian anterior uvea
juga terdapat badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan
cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum
yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera. Bagian posterior
uvea disebut khoroid yang merupakan jaringan vaskular berpigmen.
Khoroid diperdarahi dari anyaman arteri ciliaris posterior brevis.
3. Tunika nervosa
Lapisan terdalam bola mata ini disebut retina yang mempunyai
susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran
neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf
optik dan diteruskan ke otak.
Mata juga terdiri dari tiga ruangan, yaitu bilik mata depan/ anterior, bilik mata
belakang/ posterior dan ruangan vitreus.
Kepanitraan Departemen Mata RSPAD GS
2
Referat Post.Operasi Endophthalmitis
1. Bilik mata anterior
Bilik mata anterior dibagian depan dibatasi oleh kornea dan bagian
belakang oleh permukaan depan iris dan lensa. Sedangkan dibagian
tepinya dibatasi oleh sudut bilik mata anterior. Bilik mata anterior
memiliki kadalaman maksimal pada bagian tengah yaitu 3 mm dan bagian
terdangkalnya terletak pada insersi iris bagian perifer. Pada manusia,
volume bilik mata depan sekitar 0,20 ml.
2. Bilik mata posterior
Bilik mata posterior memiliki batas anterior, yaitu iris, batas pinggir
yaitu processus siliaris dan batas posterior capsula lensa serta zonula zinii.
Volume bilik mata posterior pada orang dewasa sekitar 0,06 ml. Aquos
humor dihasilkan oleh epitel tak berpigmen pada prosesus siliaris kebilik
mata posterior yang kemudian akan mengalir melalui pupil kebilik mata
anterior.
3. Ruangan vitreus
Ruangan vitreus adalah ruangan terbesar pada mata. Ruangan ini
disebelah anterior dibatasi oleh lensa, zonula zinii dan badan siliar.
Sedangkan dibagian posteriornya dibatasi oleh retina dan syaraf optik.
Volume ruangan ini adalah 4,5 ml.
Kepanitraan Departemen Mata RSPAD GS
3
SkleKoroi
Korpu
s siliar
Referat Post.Operasi Endophthalmitis
B. Definisi
Endophthalmitis postoperasi katarak merupakan peradangan berat yang terjadi
pada seluruh jaringan intraokular, yang mengenai dua dinding bola mata, yaitu
retina dan koroid tanpa melibatkan sklera dan kapsula tenon yang terjadi akibat
adanya komplikasi infeksi supuratif setelah dilakukan tindakan pembedahan
misalnya operasi katarak.7-9
Berdasarkan sifatnya, endoftalmitis dapat dibedakan menjadi endofttalmitis
Supuratif, endoftalmitis non-supuratif.dan endoftalmitis fakoanafilaktik
C. Patofisiologi dan patogenesis 7-9
Endophthalmitis postoperasi katarak terjadi secara eksogen adanya infeksi
akibat masuknya mikroorganisme yang virulen, contohnya pada tindakan
pembedahan pengangkatan katarak, yang merupakan teknik pembedahan
Kepanitraan Departemen Mata RSPAD GS
4
Gambar 1. Segmen Anterior dan Segmen Posterior yang dipisahkan dengan iris
Vitreus
C C
Iri
Korn
Reti
Fovea
Sentral
Lensa
Pupil
Limb
Referat Post.Operasi Endophthalmitis
membuka bola mata. Hal ini terjadi karena pada operasi tersebut luka yang dibuat
pada limbus kornea sebagai port de entre.
Endoftalmitis yang bersifat supuratif karena adanya infeksi dan menimbulkan
proses inflamasi pada jaringan uvea sampai vitreous sehingga penglihatan
memburuk dan merusak retina kemudian menjadi abses.Sedangkan endoftalmitis
yang non supuratif terjadi karena adanya infeksi yang menimbulkan reaksi
hipersensitivitas yang menjadi inflamasi pada koroid, mengakibatkan nekrosis
jaringan sehingga penglihatan memburuk, merusak retina dan menjadi
fibrosis jaringan.
. Pada gambar 2 diatas diperlihatkan bagaimana insisi kornea dilakukan pada
kolom 1 yang memungkinkan mikroorganisme masuk dari luka limbus tersebut,
yang lalu akan berkembang dari camera okuli anterior dan akan menjalar ke
segmen posterior bola mata. Kolom 2 dan 3 memperlihatkan proses dari operasi
Phacoemulsifikasi, sedangkan kolom 4 memperlihatkan ketika lensa intraokular
Kepanitraan Departemen Mata RSPAD GS
5
Gambar 2. Tehnik Bedah Phacoemulsifikasi pada katarak
1 3
2 4
Referat Post.Operasi Endophthalmitis
telah terpasang, kareana pada kolom 4 terlihat dua pantulan cahaya, yakni di
kornea dan di lensa intraokular. Kekeruhan vitreus karena peradangan atau
peradangan retina akan membuat tajam penglihatan pasien akan menurun
Jika segmen posterior sangat keruh, maka pemeriksaan fundus akan sulit
dinilai. Tetapi tingkat kerusakan disegmen posterior masih dapat diperkirakan
cukup parah jika pada tes refleks cahaya memperlihatkan adanya relatif aferent
pupil defek, dan keadaan segmen posterior masih dapat dinilai lebih baik dengan
menggunakan USG bola mata. Panuveitis yang terjadi akan memberikan
manifestasi klinis berupa injeksi siliar yang disertai dengan flare dan hipopion.
Pada pasien endophthalmitis, dari luar hanya tampak gejala peradangan luka
operasi. Namun gejala utama yang dirasakan penderita ialah penglihatan yang
lekas hilang dan tidak kembali lagi beberapa hari setelah dilakukannya operasi
katarak, hal ini karena terjadi peradangan pada koroid dan tidak dapat membaik
kembali. Lain halnya jika penyebab infeksi adalah bakteri yang kurang virulen
atau jamur, pada keadaan ini tanda-tanda peradangan dapat tidak terlihat seminggu
atau beberapa minggu sesudah pembedahan, hal ini karena masa inkubasi yang
lambat terkadang sampai 14 hari setelah infeksi dengan gejala mata merah dan
sakit.
Jadi tanda subjektifnya adalah :
Nyeri pada bola mata
Penurunan tajam penglihatan
Nyeri Kepala
Mata terasa bengkak
Kelopak mata merah, bengkak, kadang sulit untuk dibuka
Masa inkubasi bakteri biasanya berkisar antara 3-7 hari setelah operasi.
Mikroorganisme yang tersering menyebabkannya adalah bakteri gram positive, 56
– 90% dari seluruh kasus endoftalmitis. Beberapa kuman penyebabnya adalah
Staphylococcus Epidermidis, Staphylococcus Aureus dan Streptococcus. Bakteri
Kepanitraan Departemen Mata RSPAD GS
6
Referat Post.Operasi Endophthalmitis
gram negative seperti Pseudomonas, Escherichia Coli dan Enterococcus dapat
ditemukan dari trauma tembus bola mata.
Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata yang
terkena dan derajat infeksi/peradangan. Pemeriksaan yang dilakukan adalah
pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi.
Jadi tanda objektifnya adalah :
Udema pada palpebra superior.
Reaksi konjungtiva berupa: hiperemis dan kemosis.
Udema pada kornea
Keratik presipitat
Hipopion
Kekeruhan vitrous
Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak pucat ataupun
hilang sama sekali.
Pada endoftalmitis yang disebabkan jamur, di dalam badan kaca ditemukan
massa putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam badan kaca,
dengan proyeksi sinar yang baik.
Kepanitraan Departemen Mata RSPAD GS
7
Referat Post.Operasi Endophthalmitis
D. Pemeriksaan 7-9
1. Kultur cairan dari COA dan korpus vitreus
Tehnik kultur memerlukan waktu 48 jam – 14 hari. Media kultur dapat
menggunakan blood agar, chocholate agar, Sabourand’s media.
2. Sediaan apus dengan pewarnaan Gram, Giemsa, KOH.
3. USG mata
Jika dengan pemeriksaan oftalmoskop, fundus tidak terlihat. Dengan
pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah ada benda asing dalam bola mata,
juga dapat menilai densitas dari vitreitis yang terjadi dan mengetahui
apakah infeksi telah mencapai retina.
E. Terapi 7-9
Setelah hasil kultur dari cairan COA dan korpus vitreus didapatkan, maka
mikroorganisme penyebab beserta terapi medikamentosanya dapat diketahui.
TABEL DOSIS ANTIBIOTIK OKULAR
ANTIBIOTIK Sistemik (mg) Topika Sub- Intravitreal
Kepanitraan Departemen Mata RSPAD GS
8
Gambar 3. Manifestasi klinik dari endophthalmitis
Referat Post.Operasi Endophthalmitis
l (%) konjungtiva
(mg)
(mg)
PENICILIN
Ampicilin 150-200mg/kg/hr IV - 100 5
Carbenicilin 400-600mg/kg/hr IV 10 100 0,5-2,0
Dicloxacilin 0,12-0,5/6jam PO/IM - - -
Metchicilin 1-2g/4jamIV/IM 10 100 2
Nafcilin 1-2g/4jamIV/IM - - -
Oxacilin 1-2g/4jamIV/IM 6,6 100 0,5
Penisilin G 2-4 jtU/4-6jam IV 0,1 50000-1jt IU -
Piperacilin 200-500mg/kg/hr IV 5-10 - 1,5
Ticarcilin 250-300mg/kg/hr 5-10 100-150 3
CEPHALOSPORIN
Cefamandole 0,5g/6j-2g/4j IM/IV - 12,5 -
Cefazoline 0,25g/8j-2g/4j IM/IV 5-10 50-100 0,5-2
Cefatoxime 1g/8j-2g/4j IM/IV 5-10 100 0,4
Cefsulodin 1-1,5g/6j IV - 100 -
Ceftazidime 1-2g/8j-12j IM/IV - 125 2
Ceftriaxone 1-2g/12-24j IM/IV - 100 2
Cephalotin 0,5g/6-12j IM/IV 5 50-125 2
Moxalactam 1g/8j-2g/4j IM/IV 10 100 1,25-2
AMINOGLIKOSIDA
Amikacin 15mg/hr 8-12j IV/IM 0,5-1,5 25 0,4
Gentamicin 3-5mg/hr 8j IM/IV 0,3-1,5 10-40 0,2
Netilmicin 4-6,5mg/hr 8j IM/IV - - 0,25
Tobramicin 3-5mg/hr 8j IM/IV 0,3-1,5 20-40 0,2
Neomicin - 0,3-1,5 - -
Aztreonam 1g/8j-2g/j IV - 0,1 -
Bacitrasin - 10000
u/ml
-
Ciprofloxasin 250-750mg/12j PO - 1 -
Clindamisin 150-450mg/6j PO
150-900mg/8j IV/IM
1-5 50-100 2
Chloramfenikol 0,25-0,75g/6j PO - - -
Kepanitraan Departemen Mata RSPAD GS
9
Referat Post.Operasi Endophthalmitis
50mg/kg/hr IM/IV
Cotrimoxazole 2,5-5mg/kg/6j IV - - -
Asam fusidic 500mg PO/IV - - 0,5
Imipenem 0,5-1g/6j IV/IM - - -
Metronidazole 7,5mg/kg/6j IV/IM - - -
Teicoplanin 200mg/hr IV/IM 5 67 0,75
Vancomicin 1g,12j IV - 25 1
Antibiotik tersebut dapat diberikan secara tunggal ataupun kombinasi. Kombinasi
yang dianjurkan adalah gabungan antara golongan aminoglikosida. Pilihan
kombinasi tersebut yang terbaik, karena :
1. Kombinasi tersebut memberikan perlindungan luas terhadap
penyebab endophthalmitis
2. Toksisitas minimal tehadap retina dan jaringan okular
3. Kombinasi tersebut lebih memiliki arti klinis dibandingkan
pemberian antibiotik tunggal maupun kombinasi lainnya
4. Sebagai terapi awal yang agresif untuk mencegah kerusakan jaringan
intraokular yang luas, karena kadang mikroorganisme sulit
diidentifikssi dari endoftalmitis.
Tetapi jika tidak ada respon dari pasien setelah pemberian antibiotik dosis tunggal
atau kombinasi, dapat dicurigai adanya infeksi dari jamur. Adapun faktor-faktor
predisposisi infeksi jamur lainnya seperti, pasien datang dalam pengobatan
antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu lama, pasien menderita keganasan
ataupun dalam keadaan imunitas yang buruk, seperti pasien AIDS dan pasien
resipien transplantasi organ. Oleh sebab itu diagnosis infeksi jamur lama untuk
ditegakan karena onset waktu yang lama untuk mengidentifikasi jenis jamur.
TABEL DOSIS ANTIFUNGI OKULAR
Anti fungi Sistemik (mg) Topikal
(%)
Sub-
konjungtiva
(mg)
Intravitreal
(mg)
Amfoterisin
B
0,25-0,5mg/kg/hr IV 0,1-5,0 0,75 0,005-0,01
Kepanitraan Departemen Mata RSPAD GS
10
Referat Post.Operasi Endophthalmitis
Econazol 30 mg/kg/hr IV
200mgPO
1 5-10 -
Clotrimazol 60-100mg/kg/hr PO 1 - -
Fluconazol 50-400mg/kg/hr
PO/IV
- - 0,1
Flucitosin 0,125-0,5g/6j PO/IV 1 - 0,1
Itraconazol 50-150mg/kg/hr PO - - 0,001
Ketokenazol 200-120mg/hr PO 1 - 0,54
Terconazol - - 5 10
Untuk reaksi inflamasi yang terjadi dapat kita berikan antiinflamasi berupa
steroid, sedangkan siklopegik topikal dapat diberikan untuk mengurangi rasa
nyeri, menstabilkan aliran darah dan dapat juga mencegah terjadinya sinekia
posterior jika pupil mengalami midriasis.
Terapi steroid pada penyakit mata adalah untuk mengurangi inflamasi yang
disertai eksudat dan untuk mengurangi granulasi jaringan. Kedua efek ini penting
untuk endoftalmitis, karena dasar dari endoftalmitis adalah inflamasi, dimana
prognosis visusnya dipengaruhi oleh inflamasi yang terus berlanjut. Sampai saat
ini pemberian kortikosteroid pada endoftalmitis masih kontroversi walaupun
sudah banyak penelitian menunjukkan hasil yang memuaskan dari pemberian
Dexamethason dalam menghambat reaksi inflamasi dan reaksi imun abnormal
yang dapat menimbulkan kerusakan luas pada mata. Dexamethason dapat
diberikan secara intravitreal dengan dosis 0,4 mg dan 1 mg secara intraokular
sebagai profilaksis.
Kepanitraan Departemen Mata RSPAD GS
11
Referat Post.Operasi Endophthalmitis
Gambar diatas merupakan ilustrasi dari vitrektomi pars plana yang biasanya
dilakukan pada kasus yang berat, yang bertujuan untuk mengeluarkan organisme
beserta produk toksin dan enzim proteolitiknya yang berada dalam vitreus dengan
mengunakan vitrectome, dan juga dapat meningkatkan distribusi antibiotik dan
mengeluarkan membran siklitik yang terbentuk, yang potensial menimbulkan
ablasi, serta dapat diharapkan juga kembalinya kejernihan vitreus.
F. Kesimpulan
Endophthalmitis sebagai komplikasi dari post operasi katarak bisa menjadi
fatal jika tidak segera diterapi dengan baik. Selain bisa menyebabkan penurunan
visus yang menetap, kebutaan merupakan akibat dari endophtalmitis yang paling
dikhawatirkan.
Pada dasarnya terapi yang dilakukan sama dengan terapi endophthalmitis lainnya,
dari medika mentosa sanpai ke tekhnik pembedahan vitrektomi jika
endophthalmitis yang terjadi telah mengkhawatirkan terjadiinya komplikasi yang
lebih berat.
Kepanitraan Departemen Mata RSPAD GS
12
Gambar 4. Ilustrasi dari vitrektomi
Referat Post.Operasi Endophthalmitis
Daftar Pustaka
1. Jaffe NS. History of cataract surgery. Ophthalmology. 1996;103:S5-16.
2. Olson RJ, Mamalis N, Werner L, Apple DJ. Cataract treatment in the
beginning of the 21st century. Am J Ophthalmol. 2003;136:146-154.
3. Leaming DV. Practice styles and preferences of ASCRS members—2003
survey. J Cataract Refract Surg. 2004;30:892-900.
4. Leaming DV. Practice styles and preferences of ASCRS members–2002
survey. J Cataract Refract Surg. 2003;29:1412-1420.
5. Elder M, Leaming D. The New Zealand cataract and refractive surgery survey
2001. Clin Experiment Ophthalmol. 2003;31:114-120.
6. Oshika T, Amano S, Araie M, Majima Y, Leaming DV. Current trends in
cataract and refractive surgery in Japan: 1999 survey. Jpn J Ophthalmol.
2001;45:383-387.
7. Ilyas S. Prof. dr., Glaucoma, dalam : Ilyas S. Prof. dr, Ilmu Penyakit Mata.
Ed.3, FKUI, Jakarta, 2004. p.212.
8. Ilyas S. Prof. dr, dkk, Glaucoma, dalam : Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter
Umum dan Mahasiswa Kedokteran, Ed.2, C.V Sagung Seto, Jakarta, 2002.
hal.239-261
9. Vaughan, D.G, Asbury, T. Riodan-Eva, P. Glaukoma, dalam : Oftalmologi
Umum, Ed.14, Jakarta, Widya Medika, 2000. Hal: 220-232
10. Abel R Jr, Binder PS, Bellows R. Postoperative bacterial endophthalmitis:
section I. Ann Ophthalmol. 1976;8:731-744.
11. Theodore FH. Bacterial endophthalmitis after cataract surgery. Int Ophthalmol
Clin. 1964;32:839-859.
12. Starr MB. Prophylactic antibiotics for ophthalmic surgery. Surv Ophthalmol.
1983;27:353-373
13. Callahan A. Effect of sulfonamides and antibiotics on panophthalmitis
complicating cataract extraction. Arch Ophthalmol. 1953;49:212-219.
14. Javitt JC, Vitale S, Canner JK, et al. National outcomes of cataract extraction:
endophthalmitis following inpatient surgery. Arch Ophthalmol. 1991;109:1085-
1089.
Kepanitraan Departemen Mata RSPAD GS
13
Referat Post.Operasi Endophthalmitis
REFERAT
ENDOFTALMITIS POST OPERASI
Oleh :
Riska Yudianti
110 1999 184
FK Yarsi
Pembimbing :
dr. Nurbuanto, SpM
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT
GATOT SOEBROTO
JAKARTA
2008
Kepanitraan Departemen Mata RSPAD GS
14
Referat Post.Operasi Endophthalmitis
REFERAT
ENDOFTALMITIS POST OPERASI
Disusun oleh :
Riska Yudianti
110 1999 184
FK Yarsi
Telah disetujui pada tanggal :
Dipresentasikan pada tanggal :
Pembimbing :
dr. Nurbuanto, SpM
Kepanitraan Departemen Mata RSPAD GS
15
Referat Post.Operasi Endophthalmitis
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
rahmat dan karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan penyusunan referat yang
berjudul “Endoftalmitis post Operasi”
Tujuan dari pembuatan referat ini adalah untuk memenuhi tugas
kepaniteraan di Departemen Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Pusat Angkatan
Darat Gatot Soebroto Jakarta serta untuk menambah wawasan kami sebagai
coass di bagian Ilmu Penyakit Mata dan sebagai calon dokter umum mengenai
“Endoftalmitis post Operasi”
Dalam penyusunan referat ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan dari pembaca, agar
dapat memberikan karya yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Harapan saya semoga referat berjudul “Endoftalmitis post Operasi”
ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan setiap pembacanya.
Jakarta, Juni 2008
Penyusun
Kepanitraan Departemen Mata RSPAD GS
16
Referat Post.Operasi Endophthalmitis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Anatomi ......................................................................................................2
B. Definisi .......................................................................................................4
C. Patofisiologi dan patogenesis .....................................................................5
D. Pemeriksaan ................................................................................................8
E. Terapi ..........................................................................................................9
F. Kesimpulan ................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
Kepanitraan Departemen Mata RSPAD GS
17
Referat Post.Operasi Endophthalmitis
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Segmen anterior dan segmen posterior yang dipisahkan dengan iris ....4
Gambar 2 Tehnik bedah phacoemulsifikasi pada katarak......................................5
Gambar 3 Manifestasi klinik dari endofthalmitis ..................................................8
Gambar 4 Ilustrasi dari vitrektomi .......................................................................12
Kepanitraan Departemen Mata RSPAD GS
18