REVITALISASI BENTENG VASTENBURG SOLO (PRESEDEN
KEBERHASILAN BENTENG VREDEBURG YOGYAKARTA)
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik
Oleh
IWA DWI JAYANTO
D300140009
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
ii
i
ii
1
REVITALISASI BENTENG VASTENBURG SOLO (PRESEDEN
KEBERHASILAN BENTENG VREDEBURG YOGYAKARTA)
Abstrak
Saat ini, terdapat 2 bangunan bersejarah peninggalan penjajah Belanda. Kedua
bangunan memiliki persamaan dari segi arsitektur dan perbedaan dari segi
pengelolaannya, yaitu Benteng Vastenburg Solo dan Benteng Vredeburg
Yogyakarta. Persamaan yang terdapat di kedua bangunan seharusnya dapat
digunakan sebagai saling belajar terhadap kepengelolaannya, sehingga menghapus
perbedaan yang ada dan melestarikan kedua bangunan sebagai bangunan cagar
budaya. Hal itu menggerakan penulis untuk melakukan riset di Benteng Vredeburg
Yogyakarta. Hasil riset adalah temuan yaitu pengelolaan fisik dan pengelolaan non
fisik. Pengelolaan fisik berupa pengelola telah berhasil menciptakan ruang kota
yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan sesuai dengan UU No. 26 Tahun
2007 Tentang Penataan Ruang, dan melestarikan bangunan cagar budaya sesuai
dengan UU No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, serta merawat dan
memelihara bangunan sesuai dengan PERMEN PU No. 24/PRT/M/2008 Tentang
Pedoman dan Pemeliharaan Bangunan Gedung. Pengelolaan non fisik berupa
pengelola berusaha untuk mengajak masyarakat ikut andil dalam merawat dan
memelihara benteng dan menjadikan benteng tak hanya milik pengelola, namun
milik masyarakat khususnya milik masyarakat Yogyakarta. Revitalisasi Benteng
Vastenburg Solo dalam perencanaan dan perancangan mengacu pada hasil riset
yaitu keberhasilan Benteng Vrdeburg Yogyakarta. Konsep dari revitalisasi adalah
menghidupkan kembali kawasan benteng yang telah mati dengan menghadirkan
ruang publik yang dibutuhkan oleh masyarakat dan menonjolkan bangunan cagar
budaya, maka akan menciptakan ruang kota aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dan
menjadikan bangunan atau kawasan Benteng Vastenburg Solo lestari sesuai UU
No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.
Kata Kunci: Revitalisasi; Benteng; Preseden
Abstract
Currently, there are two historic buildings of the Dutch colonial heritage. Both
buildings have similarities in terms of architecture and differences in terms of
management, namely Vastenburg Fort Solo and Vredeburg Fortress Yogyakarta.
The equations contained in both buildings should be used as a mutual learning of
their management, thereby erasing existing differences and preserving both
buildings as cultural heritage buildings. It moved the writer to do research at
Benteng Vredeburg Yogyakarta. The results of research are the findings of physical
management and non-physical management. Physical management of managers
has succeeded in creating a safe, comfortable, productive and sustainable city
space in accordance with Law no. 26 of 2007 on Spatial Planning, and preserving
cultural heritage buildings in accordance with Law no. 11 of 2010 on Cultural
Heritage, as well as maintaining and maintaining the buildings in accordance with
PERMEN PU. 24 / PRT / M / 2008 About Building Guidelines and Maintenance.
Non-physical management in the form of managers seeks to invite the public to take
2
part in maintaining and maintaining the fort and make the fort not only the property
of the manager, but the community, especially the property of the people of
Yogyakarta. Revitalization of Vastenburg Castle Solo in planning and design refers
to the research result that is the success of Benteng Vrdeburg Yogyakarta. The
concept of revitalization is to revive the dead castle area by presenting the public
space needed by society and highlighting the building of cultural heritage, it will
create a safe, comfortable, productive and sustainable city space in accordance
with Law no. 26 Year 2007 About Spatial Planning and make the building or area
of Vastenburg Castle Solo sustainable in accordance with Law no. 11 Year 2010
About Cultural Heritage.
Keyword: Revitalization; Fort; Precedent
1. PENDAHULUAN
Saat ini, terdapat 2 bangunan bersejarah peninggalan penjajah Belanda. Kedua
bangunan memiliki persamaan dari segi arsitektur dan perbedaan dari segi
pengelolaannya, yaitu Benteng Vastenburg Solo dan Benteng Vredeburg
Yogyakarta. Perbedaan terhadap kepengelolaannya, terletak pada kepedulian
masyarakat di kedua kota, yaitu masyarakat Yogyakarta lebih peduli terhadap
bangunan Benteng Vredeburg dari pada masyarakat Solo yang kurang peduli
terhadap bangunan Benteng Vastenburg. Padahal kedua bangunan memiliki
banyak persamaan, seperti segi arsitektur bangunan, sejarah, dan predikat
sebagai bangunan cagar budaya. Padahal dalam UU No. 11 Tahun 2010 Tentang
Cagar Budaya mengatakan bahwa bangunan cagar budaya harus dilestarikan.
Persamaan yang terdapat di kedua bangunan seharusnya dapat digunakan
sebagai saling belajar terhadap kepengelolaannya, sehingga akan menghapus
perbedaan yang ada dan dapat melestarikan kedua bangunan sebagai bangunan
cagar budaya.
Persamaan dan perbedaan di kedua bangunan, menggerakan penulis untuk
melakukan riset dengan objek bangunan Benteng Vredeburg Yogyakarta.
Tujuannya adalah belajar keberhasilan dari pengelolaan Benteng Vredeburg
Yogyakarta untuk pengelolaan Benteng Vastenburg Solo. Hasil riset adalah
sebuah temuan yang dibagi menjadi pengelolaan fisik dan non fisik. Pengelolaan
fisik berupa pengelola telah berhasil menciptakan ruang kota yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang, dan telah melestarikan bangunan cagar budaya sesuai
3
dengan UU No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, serta merawat dan
memelihara bangunan sesuai dengan PERMEN PU No. 24/PRT/M/2008
Tentang Pedoman dan Pemeliharaan Bangunan Gedung. Pengelolaan non fisik
berupa pengelola telah berusaha untuk merawat dan memelihara bangunan
sehingga menciptakan suasana yang aman, dan nyaman, produktif dan
berkelanjutan.
Hasil dari riset akan digunakan sebagai acuan untuk merancang dan
merencanakan revitalisasi Benteng Vastenburg Solo. Acuannya bukan di fisik
bangunan, karena Benteng Vastenburg Solo bangunannya tinggal dinding
benteng, sehingga tidak dapat dilakukan pemugaran yang sesuai dengan Benteng
Vredeburg Yogyakarta. Penggunaan fungsi bangunan Benteng Vastenburg Solo
adalah museum sesuai dengan acuannya, yaitu Benteng Vredeburg Yogyakarta,
namun museum yang akan ditampilkan bukan tentang pameran benda bersejarah
karena Benteng Vastenburg Solo hanya memiliki dinding benteng yang dapat
dipamerkan, tetapi tentang teknologi tinggi seperti 4 dimensi, virtual reality,
digital art yang menjelaskan tentang sejarah. Museum yang akan dihadirkan
sebagai pelengkap museum-museum yang telah ada di Kota Solo. Preseden yang
akan ditekankan dalam perencanaan dan perancangan revitalisasi Benteng
Vastenburg Solo, adalah hasil temuan riset berupa pengelolaan non fisik, yaitu
bagaimana pengelola Benteng Vredeburg Yogyakarta mengajak masyarakat
untuk ikut andil dalam mengelola dan menjadikan bangunan cagar budaya
tersebut tidak hanya milik pengelola saja, namun milik masyarakat, khususnya
masyarakat Yogyakarta. Harapan dari hasil desain nantinya dengan acuan hasil
riset adalah Benteng Vastenburg Solo menjadi bangunan yang hidup dan
produktif, menciptakan ruang kota yang aman, nyaman dan berkelanjutan, sesuai
dengan UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dan bangunan cagar
budaya yang dilestarikan sesuai dengan UU No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar
Budaya.
4
2. METODE
Di bawah ini merupakan metode yang dilakukan penulis dalam perencanaan
dan perancangan Revitalisasi Benteng Vastenburg Solo (Preseden
Keberhasilan Benteng Vredeburg Yogyakarta), sebagai berikut.
2. 1 Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah metode pengumpulan data dengan cara
melakukan observasi, survei, dan pencarian literatur. Observasi ke objek
perencanaan dan perancangan arsitektur atau objek acuan, dengan
melakukan pengamatan. Survei dengan pihak yang mengetahui tentang
objek perencanaan dan perancangan arsitektur atau objek acuan dan
bersedia dilakukan wawancara. Pencarian literatur di internet, berupa
jurnal penelitian, skripsi, tugas akhir, buku, dan artikel yang jelas
sumbernya, serta terdapat kaitannya dengan perencanaan dan
perancangan arsitektur.
2.2 Metode Analisa
Data yang terkumpul, kemudian dilakukan analisa yang hasilnya
digunakan untuk perencanaan dan perancangan arsitektur terkait
revitalisasi Benteng Vastenburg Solo dengan acuannya adalah hasil riset
keberhasilan Benteng Vredeburg Yogyakarta.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Di bawah ini merupakan hasil dari perencanaan dan perancangan
Revitalisasi Benteng Vastenburg Solo (Preseden Keberhasilan Benteng
Vredeburg Yogyakarta) yang akan dibahas oleh penulis, sebagai berikut.
3.1 Analisa Site
a. Makro
Pada gambar 1, terlihat bahwa Kota Solo terdapat fasilitas publik
yang lengkap, dari hiburan, kesehatan, transportasi, kebutuhan sehari-
hari, olahraga, pendidikan, dan penginapan.
5
Gambar 1 fasilitas publik di Kota Solo.
(Sumber: maps.google.com dan penulis, Maret 2018)
Pada gambar 2, terlihat bahwa Kota Solo memiliki banyak
bangunan dan kawasan yang bernilai bersejarah.
Gambar 2 bangunan dan kawasan di Kota Solo.
(Sumber: maps.google.com dan penulis, Maret 2018)
6
Pada gambar 3, terlihat bahwa jalur provinsi melewati Benteng
Vastenburg Solo.
Gambar 3, jalur sirkulasi di Kota Solo.
(Sumber: maps.google.com dan penulis, Maret 2018)
Kesimpulan dari analisa site makro adalah, Kota Solo memiliki
fasilitas publik yang lengkap dan tempat wisata bersejarah, maka hal itu
menguntungkan Benteng Vastenburg Solo sebagai ruang publik, karena
mempermudah dan memberikan kenyamanan bagi pengunjung dari luar
Kota Solo, apalagi jalur provinsi melewati Benteng Vastenburg, sehingga
lokasi Benteng sangat stategis untuk dijadikan sebagai ruang publik.
b. Analisa Messo
Kesimpulan dari analisa site messo adalah, jalur jalan raya yang
mengelilingi site Benteng Vastenburg Solo, ramai dilalui transportasi
umum maupun pribadi, apalagi adanya galabo yang merupakan pusat
wisata kuliner Solo, menambah macet jalan, dan penempatan tempat
parkir di lahan Benteng Vastenburg Solo merupakan suatu hal yang tidak
pas, serta bangunan Bank dan lahan terbengkalai membuat benteng
terlihat tidak indah.
7
Gambar 4 kawasan Benteng Vastenburg Solo.
(Sumber: maps.google.com dan penulis, Maret 2018)
Gambar 5 keterangan gambar pada gambar 4.
(Sumber: maps.google.com dan penulis, Maret 2018)
Gambar 6 kawasan Benteng Vastenburg Solo.
(Sumber: maps.google.com dan penulis, Maret 2018)
8
Gambar 7 keterangan gambar pada gambar 6.
(Sumber: maps.google.com dan penulis, Maret 2018)
c. Analisa Mikro
.
Gambar 8 orientasi
(Sumber: maps.google.com dan penulis, Maret 2018)
9
Pada gambar 8, orientasi bangunan benteng adalah ke segala arah,
namun bila diamati bahwa desain orientasi bangunan adalah ke barat.
Gambar 9 pencapaian
(Sumber: maps.google.com dan penulis, Maret 2018)
Pada gambar 9 panah warna merah adalah sirkulasi mobil
memasuki dan keluar dari site. Panah warna biru adalah sirkulasi roda
dua memasuki dan keluar dari site. Panah warna kuning adalah
pengunjung memasuki dan keluar dari bangunan.
Gambar 10 vegetasi
(Sumber: maps.google.com dan penulis, Maret 2018)
Pada gambar 10, vegetasi yang tumbuh di site, akan ditata dan di
rencanakan, tidak di tebang. Pada gambar 11, aturan pembangunan
bangunan yang sesuai dengan peraturan daerah Kota Surakarta.
10
Gambar 11 aturan
(Sumber: maps.google.com dan penulis, Maret 2018)
3.2 KEBUTUHAN RUANG
Tabel 1 kebutuhan ruang ajang pentas seni dan budaya
(Sumber: penulis, Maret 2018)
11
Tabel 2 kebutuhan museum peradaban Solo
(Sumber: penulis, Maret 2018)
Tabel 3 kebutuhan ruang publik
(Sumber: penulis, Maret 2018)
12
Tabel 4 kebutuhan ruang fasilitas pengunjung
(Sumber: penulis, Maret 2018)
Tabel 5 kebutuhan ruang pengelola
(Sumber: penulis, Maret 2018)
13
Tabel 6 kebutuhan ruang parkir
(Sumber: penulis, Maret 2018)
Tabel 7 kebutuhan ruang lain
(Sumber: penulis, Maret 2018)
3.3 KONSEP REVITALISASI
Gambar 12 konsep revitalisasi
(Sumber: penulis, Maret 2018)
14
3.4 ZONIFIKASI
Gambar 13 zonifikasi lantai dasar
(Sumber: penulis, Maret 2018)
Gambar 14 zonifikasi lansekap
(Sumber: penulis, Maret 2018)
15
Gambar 15 zonifikasi basement lantai 1
(Sumber: penulis, Maret 2018)
3.5 KONSEP
a. Konsep Ajang Pentas Seni dan Budaya
Gambar 16 konsep ajang pentas seni dan budaya
(Sumber: penulis, Maret 2018)
b. Konsep Museum Peradaban Solo
Konsep Museum Peradaban Solo adalah lorong-lorong yang berhubungan
dengan nama ruang yaitu human, building, dan land. Museum Human akan
membahas tentang sejarah manusia, museum building akan membahasa
tentang sejarah bangunan, museum land akan membahas tentang
perkembangan kota. Museum lorong agar pengunjung dapat merasakan
menjelajah waktu dengan bantuan teknologi tinggi Virtual Reality.
16
Gambar 17 konsep museum peradaban Solo
(Sumber: penulis, Maret 2018)
4. PENUTUP
Benteng Vastenburg Solo yang berbeda jauh dengan Benteng Vredeburg
Yogyakarta dalam pengelolaannya, perlu dihidupkan kembali agar
keberadaannya tidak terbengkalai dan tetap lestari sebagai bangunan cagar
budaya, maka perlu adanya aktivitas masyarakat disana dengan menyediakan
ruang publik yang bersifat gratis. Hal itu akan mengundang masyarakat untuk
berkunjung dan menggunakannya, serta menjadikan Benteng Vastenburg Solo
milik masyarakat, sehingga akan timbul kesadaran masyarakat untuk merawat
dan memelihara bangunan cagar budaya tersebut. Sementara itu, disediakan
hiburan yang beredukasi dan inovatif serta berseni dan berbudaya, yaitu Museum
Peradaban Solo yang menggunakan teknologi tinggi, dan ajang pentas seni dan
budaya bersifat membayar, tujuannya adalah untuk biaya perawatan dan
pemeliharaan bangunan. Dalam desain, Benteng Vastenburg Solo akan
ditonjolkan dan menjadi titik fokus pengunjung untuk memandang kawasan
tersebut, sehingga bangunan cagar budaya menjadi ikon disana. Perencanaan dan
perancangan yang dilakukan penulis merupakan hasil dari riset di Benteng
Vredeburg Yogyakarta yang memberikan acuan dan ide, sehingga diharapkan
desain akan tercipta ruang kota yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
dan Benteng Vastenburg Solo tidak terbengkalai, menjadi lestari sesuai dengan
UU No. 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum. 2006. UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2009. UU No. 11 Tahun 2010 Tentang
Cagar Budaya
Pemerintah Kota Surakarta. 2015. Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 8 Tahu
2016 Tentang Bangunan Gedung
Dwi, jayanto Iwa. 2017. Belajar Keberhasilan Dari Pengelolaan Benteng Vredeburg
Yogyakarta Untuk Benteng Vastenburg Solo
Fauzi, Muh. Luthfi. 2010. Revitalisasi Benteng Vastenburg Dengan Taman Budaya
Sebagai Sebuah Rekomendasi Fungsi Baru
Etiningsih, Eva. 2016. Fungsi Taman Kota Sebagai Ruang Publik (Studi Di Taman
Merdeka Kota Metro)
Mardikasari, Awita Aryani. 2016. Revitalisasi MAN 2 Surakarta Sebagai Pusat
Edukasi Islam Di Surakarta
Munirwanto. 2009. Konservasi Kawasan Segitiga “Stasiun-Benteng-Gede (SBG)
Kota Solo
Parameswari, Citra. 2008. Implementasi Lingkuan Virtual Reality Pada Aplikasi
Bersepeda di UI Dengan Memanfaatkan Kacamata wireless3 dimensi e-
dimensional untuk PC.
Riyadi, Firman Setiawan. Sumarudin, A. Bunga, Munengsih Sari. 2017. Aplikasi
3D Virtual Reality Sebagai Media Pengenalan Kampus Politeknik Negeri
Indramayu Berbasis Mobile.
Suraya. Sholeh, Muhammad. E-Museum Sebagai Media Memperkenalkan Cagar
Budaya di Kalangan Masyarakat.
Siagaan, Yohanes Oktavianus. 2013. Menikmati (Ruang) Pertunjukan : Kajian
Mengenai Kehadiran Pengalaman dan Apresiasi Dalam Ruang Pertunjukan Seni.
Neufert, Ernest. 2002. Data Arsitek. Jilid 2. Terjemahan. Penerbit Erlangga:
Jakarta.
Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek. Jilid 1. Terjemahan. Penerbit Erlangga: Jakarta
http://dprd.surakarta.go.id/selayang-pandang/ , diakses pada tanggal 31 April 2018
http://www.surakarta.pro/sejarah-kota-solo/ , diakses pada tanggal 31 April 2018
http://makalahdanskripsi.blogspot.co.id/2009/03/definisi-revitalisasi.html , diakses
pada tanggal 31 April 2018
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/search , diakses pada tanggal 31 April 2018
https://jejakbocahilang.wordpress.com/2015/09/28/mengenal-4-stasiun-kereta-api-
kota-solo/ , diakses pada tanggal 31 April 2018