i
RESI GUDANG SEBAGAI AGUNAN DALAM PEMBIAYAAN KOMODITI
TIMAH (Studi Atas Pembiayaan antara PT. Panca Mega Persada dengan PT.
Bank Syariah Mandiri)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
OLEH
DARA MAILANI
11140460000033
PROGRAM STUDI MUAMALAT (HUKUM EKONOMI SYARIAH)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H / 2018 M
i
RESI GUDANG SEBAGAI AGUNAN DALAM PEMBIAYAAN KOMODITI
TIMAH (Studi Atas Pembiayaan Antara PT. Panca Mega Persada Dengan PT.
Bank Syariah Mandiri)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh
Dara Mailani
11140460000033
Di Bawah Bimbingan
Faris Satria Alam, SHI., MH.
NIDN. 0325038802
PROGRAM STUDI MUAMALAT (HUKUM EKONOMI SYARIAH)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H / 2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Resi Gudang Sebagai Agunan Dalam Pembiayaan Komoditi
Timah (Studi Atas Pembiayaan antara PT. Panca Mega Persada dengan PT. Bank
Syariah Mandiri)”, yang ditulis oleh Dara Mailani, NIM 11140460000033, telah
diujikan dalam sidang skripsi pada Jumat, 05 Oktober 2018. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) pada Program
Studi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalat) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 05 Oktober 2018
Mengesahkan
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,
Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A.
NIP. 19691216 199603 1 001
Panitia Sidang :
Ketua : A.M. Hasan Ali, MA (………………….)
NIP. 19751201 200501 1 005
Sekretaris : Dr. Abdurrauf, M.A (………………….)
NIP. 19731215 200501 1 002
Pembimbing : Faris Satria Alam, SHI., MH. (………………….)
NIDN. 0325038802
Penguji I : Dr. Moch. Bukhori Muslim, M.A (………………….)
NIP. 19760626 200901 1 013
Penguji II : Dr. Khamami Zada, S.H., M.A (………………….)
NIP. 19750102 200312 1 001
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu (S1) Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 05 Oktober 2018
Dara Mailani
NIM 11140460000033
iv
ABSTRAK
Dara Mailani. NIM 11140460000033. RESI GUDANG SEBAGAI AGUNAN
DALAM PEMBIAYAAN KOMODITI TIMAH (Studi Atas Pembiayaan antara PT.
Panca Mega Persada dengan PT. Bank Syariah Mandiri), Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 Hijriah/2018 M.
Lx + 62 halaman 12 halaman lampiran.
Studi ini bertujuan untuk menjelaskan kedudukan para pihak dalam
pembiayaan komoditi timah, dan pengaturan hukum pembiayaan komoditi timah
dengan agunan resi gudang antara PT. Panca Mega Persada dan PT. Bank Syariah
Mandiri. Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya pertambangan yang
melimpah, terutama timah yang ada di pulau bangka. Namun, pada tahun 2014-2016
harga timah didunia cenderung menurun dari sekitar USD 24000/metric ton turun
sampai USD 14000/metric ton, akibat itu para pengusaha tambang mengalami
kesulitan dalam hal permodalan. Dengan adanya sistem resi gudang yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 9 tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang, dinilai dapat menjadi
alternatif bagi para pelaku usaha tambang untuk mendapat modal dalam
mengembangkan usahanya. Demi mendukung program pemerintah, Bank Indonesia
dan Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan peraturan PBI No. 14 tahun 2012 dan
POJK No. 16 tahun 2014 mengenai dibolehkannya resi gudang sebagai jaminan/
agunan dalam kredit atau pembiayaan di perbankan konvensional dan perbankan
syariah. Salah satu bank syariah yang menerima resi gudang sebagai agunan adalah
PT. Bank Syariah Mandiri, dimana pembiayaan tersebut terjadi pada tahun 2015.
Pembiayaan tersebut terjadi antara PT. Bank Syariah Mandiri dengan PT. Panca
Mega Persada dengan obyek pembiayaan komoditi timah.
v
Penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis-normatif dengan bentuk
analisis-deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan
perundang-undangan (statute approach). Data yang digunakan adalah data sekunder
yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi dan wawancara
dengan pihak BSM. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis isi (analysis
content).
Hasil penelitian dan pembahasan ini menentukan dua hal yaitu Bagaimana
kedudukan para pihak dalam pembiayaan komoditi timah? dan Bagaimana
pengaturan pembiayaan komoditi timah dengan agunan resi gudang antara PT. Panca
Mega Persada dengan PT. Bank Syariah Mandiri?. Acuan hukum yang digunakan
adalah UU No. 9 tahun 2011 tentang Perubahan Atas UU No. 9 Tahun 2006
Tentang Sistem Resi Gudang, PP No. 70 tahun 2013 perubahan atas PP No. 36 tahun
2007, Permendag No. 37 tahun 2011, POJK No. 16 tahun 2014 tentang Penilaian
Aset BUS dan UUS, Fatwa DSN MUI No. 8 tahun 2000 tentang Pembiayaan
Musyarakah, dan Fatwa DSN MUI No. 55 tahun 2007 Pembiayaan Rekening Koran
Syariah Musyarakah.
Kata kunci: Timah, Sistem Resi Gudang, Pembiayaan Perbankan Syariah.
Pembimbing : Faris Satria Alam, SHI., MH.
Daftar Pustaka : 2001 s.d. 2018
vi
Kata Pengantar
يم ب ح الر حمن للاه الر سم
Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan segala rahmat, nikmat, kekuatan, kesabaran, dan kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan bagi Rasulullah Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat
dan kaum muslimin yang istiqamah di jalan-Nya hingga akhir.
Skripsi ini penulis beri judul “RESI GUDANG SEBAGAI AGUNAN DALAM
PEMBIAYAAN KOMODITI TIMAH (Studi Atas Pembiayaan antara PT.
Panca Mega Persada dengan PT. Bank Syariah Mandiri)”. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana pada program studi
Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Asep Saepudin Jahar, MA. beserta seluruh
pimpinan, karyawan dan staf yang telah membantu penulis selama penulis
belajar dan mencari ilmu di kampus ini.
2. Bapak AM Hasan Ali dan Bapak Abdurrauf selaku ketua prodi dan sekertaris
prodi yang telah memberikan kemudahan atas urusan administrasi akademik.
3. Bapak Faris Satria Alam, SHI, MH selaku dosen pembimbing skiripsi yang
telah memberikan saran dan bimbingannya terkait skripsi ini.
4. Bapak Syahrul A’dam, MA. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan saran dan bimbingan terkait akademik penulis.
vii
5. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang tanpa lelah dan penuh
kesabaran memberikan ilmu yang sangat bermanfaat untuk penulis dalam
menghadapi masa depan.
6. Pihak-pihak terkait, segenap Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam pencarian
referensi, sumber dan data yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi
ini.
7. Bapak Alm. Rizaldi dan Ibu Yuniarti selaku orang tua yang telah mendidik dan
membesarkan penulis dari kecil hingga sekarang.
8. Almh. Fitria dan Rima Sahara selaku kakak tercinta yang telah mendukung
segala pilihan penulis dari kecil hingga sekarang.
9. Om Herman dan Tante Sri Rahyuni yang telah memberikan nomor kontak
pegawai BSM sehingga penulis bisa dengan mudahnya meminta wawancara
dan data terkait skripsi ini.
10. Farah Nadya A, Farah Annisa A, Rizky Abdul M, dan si kecil Alfath yang
telah menghibur dan menyemangati penulis dalam menyusun skripsi ini
11. Mas Saefudin dan Mba Novi selaku pegawai BSM kantor wisma mandiri
jakarta pusat yang bersedia meluangkan waktunya untuk wawancara dan
mengirimkan data terkait skripsi ini.
12. Teman-teman Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah 2014, khususnya Rinny,
Mulya, Sarda dan teman-teman kelas HES A yang telah menemani dan
membantu penulis selama perkuliahan.
13. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi yang besar
dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
viii
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga Allah SWT membalas semua amalan dan budi baik yang telah
diberikan semua pihak untuk membantu penulisan skripsi ini. Akhir kata, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dimasa yang akan datang. Amin.
Jakarta, 05 Oktober 2018
Dara Mailani
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................. 4
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .............................................................. 6
D. Kerangka Teori dan Konseptual.............................................................................. 6
E. Metode Penelitian .................................................................................................. 12
F. Sistematika Penulisan ............................................................................................ 15
BAB II SISTEM RESI GUDANG DAN AKAD DALAM PRODUK
PENYALURAN DANA BANK SYARIAH ........................................................... 16
A. Sistem Resi Gudang .............................................................................................. 16
1. Pengertian Resi Gudang ................................................................................ 16
2. Jenis Barang dalam Sistem Resi Gudang .. .................................................... 19
3. Resi Gudang Sebagai Surat Berharga . ........................................................... 21
B. Akad-Akad Dalam Produk Penyaluran Dana (Financing) Bank Syariah ............. 23
1. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli ............................................................ 23
2. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa ................................................................. 27
3. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil ......................................................... 27
4. Pembiayaan dengan Prinsip Akad Pelengkap ............................................... 32
BAB III PIHAK-PIHAK DALAM PEMBIAYAAN RESI GUDANG .............. 35
A. Gambaran Umum PT. Panca Mega Persada ........................................................ 37
1. Profil Perusahaan ........................................................................................... 37
2. Kedudukam Dalam Pembiayaan Komoditi Timah ........................................ 38
x
B. Gambaran Umum PT. Bhanda Ghara Reksa (Persero) .......................................... 38
1. Profil Perusahaan ........................................................................................... 38
2. Kedudukam Dalam Pembiayaan Komoditi Timah ........................................ 40
C. Gambaran Umum PT. Bank Syariah Mandiri ....................................................... 41
1. Profil Singkat Perusahaan ................................................................................ 41
2. Kedudukan Dalam Pembiayaan Komoditi Timah ........................................... 43
3. Produk Pembiayaan Corporate BSM .............................................................. 44
BAB IV ANALISIS HUKUM RESI GUDANG SEBAGAI AGUNAN
PEMBIAYAAN KOMODITI TIMAH ................................................................. 45
A. Akad-akad pada Pembiayaan Resi Gudang ......................................................... 45
B. Penerapan Pembiayaan Komoditi Timah dengan Agunan Resi Gudang .............. 47
C. Resiko Pembiayaan Resi Gudang ......................................................................... 54
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 58
Kesimpulan ............................................................................................................ 58
Saran ....................................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 60
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Bilyet Resi Gudang
2. Shipping Instruction PT. PMP
3. Lampiran Sellers Kit
4. Lampiran Hasil CFSI PT. PMP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembiayaan sangat dibutuhkan bagi dunia usaha untuk menjamin
kelancaran usahanya. Sistem Resi Gudang merupakan salah satu alternatif
dalam sistem pembiayaan. Sistem Resi Gudang dapat memfasilitasi
pemberian kredit bagi seseorang atau badan usaha terkait modal dengan
jaminan utama komoditi atau barang yang disimpan di gudang. 1
Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam mendukung
sistem resi gudang adalah penerbitan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006
tentang Sistem Resi Gudang (selanjutnya disebut UU SRG), yang merupakan
payung hukum utama sistem resi yang saat ini sudah disempurnakan pada
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 tentang perubahan Sistem Resi
Gudang (selanjutnya disebut UU SRG). Sistem resi gudang adalah kegiatan
yang berkaitan dengan penerbitan, pengalihan, penjaminan, dan penyelesaian
resi gudang. Resi gudang adalah dokumen bukti kepemilikan atas barang yang
disimpan di gudang yang diterbitkan oleh pengelola gudang.2
Melalui Resi Gudang, seseorang atau badan usaha dapat memperoleh
akses pembiayaan dengan mekanisme yang sederhana. Inti dari Sistem Resi
Gudang adalah kelayakan gudang (warehouse ability). Diharapkan dengan
Sistem Resi Gudang ini dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas
produk yang dihasilkan, serta menetapkan strategi produksi dan pemasaran
bagi badan usaha.
1 Lutfi Zulkarnain, “Analisis Transaksi Resi Gudang Dan Potensi Pengembangannya Ke Unit
Syariah”, Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah, Vol. 5 No.1, (April, 2017), h. 97 2 Pasal 1, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang,
LN No. 59 tahun 2006, TLN No. 4630 tahun 2006.
2
Ada beberapa lembaga keuangan baik bank maupun non bank yang
menyalurkan kredit dengan agunan resi gudang. Bank Konvensional yang
menyalurkan kredit dalam sistem resi gudang, yaitu : Bank Mandiri, Bank
BRI, Bank Ekspor Indonesia, dan Bank Bukopin. 3
Sementara syariat Islam adanya jaminan pada utang dibolehkan
dengan dasar hukum yang terdapat pada Al-Baqarah ayat 283, sebagai
berikut:
Artinya : “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara
tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada
barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika
sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan
persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya
ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan”. (QS. Al-Baqarah : 283)
3 Anggo Doyoharjo, SH. MH, “Sistem Resi Gudang Sebagai Alternatip Sumber Pembiayaan Untuk
Komoditas Pertanian”, Wacana Hukum, Volume VII No.1, (April, 2008), h. 108
3
Dibolehkan adanya jaminan pada utang-piutang dalam syariat islam,
maka pembiayaan syariah dengan menggunakan agunan resi gudang boleh
dilakukan. Contoh pembiayaan dengan agunan resi gudang yakni sistem resi
gudang lada yang ada di provinsi Bangka Belitung dan produk pembiayaan
resi gudang BSM. Sistem pengelolaan lada dengan agunan resi gudang yaitu
pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada
pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Provinsi Bangka
Belitung bermitra dengan empat bank Syariah di Babel yaitu, Bank Syariah
Babel, Bank Sumsel Babel Syariah, Bank BRI Syariah dan Bank BJB
Syariah.4
Perbankan syariah yang menyediakan pembiayaan dengan agunan resi
gudang selain empat bank diatas adalah Bank Syariah Mandiri. Contoh
pembiayaan dengan agunan resi gudang yaitu pembiayaan komoditi timah
yang dilakukan oleh PT. Panca Mega Persada pada tahun 2015. Diperkirakan
pengajuan pembiayaan tersebut dikarenakan harga timah di dunia yang
cenderung menurun dari sekitar USD 24000/metric ton turun sampai USD
14000/metric ton pada tahun 2014-2015.5 Akan tetapi, komoditi timah belum
termasuk dalam aturan Permendag No. 37 tahun 2011. Akad pembiayaan
yang digunakan adalah musyarakah dengan skema revolving. Pada
pembiayaan tersebut ada tiga pihak yang terlibat yaitu PT. Panca Mega
Persada, PT. Bhanda Ghara Reksa, dan PT. Bank Syariah Mandiri, ketiga
pihak tersebut memiliki peran masing-masing dari nasabah pembiayaan,
penerbitan resi gudang, dan bank penyalur pembiayaan.
4 Petani Lada Bangka Belitung Mulai Antusias Manfaatkan Sistem Resi Gudang, berita dalam
Bangkapos, Diakses melalui http://bangka.tribunnews.com/2018/09/03/petani-lada-bangka-belitung-
mulai-antusias-manfaatkan-sistem-resi-gudang, pada tanggal 6 Oktober 2018 pukul 19.00 WIB 5 Diakses melalui https://www.sahamok.com/grafik-harga-komoditi/timah-2/, pada tanggal 1
september 2018 pukul 17.00 WIB
4
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi
terkait resi gudang sebagai agunan dalam pembiayaan bank syariah mandiri.
Praktek pembiayaan dengan agunan resi gudang yang akan diteliti adalah
pembiayaan komoditi timah dengan agunan resi gudang antara PT. Panca
Mega Persada dengan bank syariah mandiri. Hal-hal yang akan diperhatikan
adalah kedudukan para pihak, barang atau komoditi yang dijadikan agunan
dalam resi gudang, dan pengaturan hukum dalam agunan resi gudang
diperbankan syariah dalam aspek hukum positif, serta ketentuan jaminan pada
produk pembiayaan perbankan syariah berdasarkan fatwa DSN MUI.
Atas dasar itulah penulis memutuskan untuk membuat skripsi yang
berjudul : “Resi Gudang Sebagai Agunan Dalam Pembiayaan Komoditi
Timah (Studi Atas Pembiayaan antara PT. Panca Mega Persada dengan
PT. Bank Syariah Mandiri)”.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka di indentifikasikan
masalah-masalah sebagai berikut :
a. Resi gudang yang dapat digunakan sebagai agunan pada kredit
atau pembiayaan bagi pengusaha setelah keluarnya UU No. 9
tahun 2006 tentang sistem resi gudang.
b. Adanya peraturan tentang sistem resi gudang yang diatur pada UU
No. 9 tahun 2011 tentang perubahan atas UU No. 9 tahun 2006, PP
No. 70 tahun 2013 tentang perubahan atas PP No. 36 tahun 2007,
dan Permendag No. 37 tahun 2011.
c. Dibolehkan adanya jaminan pada utang-piutang dalam syariat
islam yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah 283 dan hadist.
5
d. Adanya praktek pembiayaan dengan menggunakan agunan resi
gudang secara prinsip syariah yaitu Sistem Resi Gudang Lada
Bangka Belitung dan Produk pembiayaan resi gudang BSM.
e. Belum adanya komoditi timah dalam Permendag No. 37 tahun
2011 pada saat pembiayaan berlangsung tahun 2015.
2. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini,
penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga
pembahasannya lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan
penulis. Di sini penulis hanya akan membahas tentang praktek
pembiayaan komoditi timah dengan agunan resi oleh PT. Panca Mega
Persada dengan PT. Bank Syariah Mandiri yang berlangsung pada
tahun 2015 ditinjau dari Fatwa DSN MUI No. 08 tahun 2000 tentang
Pembiayaan Musyarakah, Fatwa DSN MUI No. 55 tahun 2007
Pembiayaan Rekening Koran Syariah Musyarakah dan hukum positif
yang berlaku di Indonesia.
3. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dibawah ini penulis rinci dalam bentuk
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Bagaimana kedudukan para pihak dalam pembiayaan komoditi
timah?
b. Bagaimana pengaturan pembiayaan komoditi timah dengan
agunan resi gudang antara PT. Panca Mega Persada dengan PT.
Bank Syariah Mandiri?
6
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah :
a. Agar mengetahui kedudukan hukum para pihak dalam pembiayaan
komoditi timah.
b. Agar mengetahui pengaturan hukum terkait pembiayaan komoditi
timah dengan agunan resi gudang di bank syariah mandiri.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi perbankan syariah, diharapkan penelitian ini dapat
membantu mensosialisasikan pembiayaan resi gudang ke
masyarakat.
b. Bagi akademisi, diharapkan penelitian ini bisa menambah
khazanah ilmu pengetahuan, melengkapi dan memberikan
informasi mengenai pembiayaan resi gudang yang ada dibank
syariah mandiri
c. Bagi masyarakat umum, diharapkan penelitian ini menambah
wawasan lebih luas mengenai pembiayaan resi gudang bank
syariah mandiri.
D. Kerangka Teori dan Konseptual
1. Kerangka Teori
a. Hukum Jaminan
Menurut J. Satrio seorang akademisi dalam bidang hukum perdata
menyatakan bahwa hukum jaminan adalah peraturan hukum yang
mengatur tentang jaminan-jaminan piutang seorang kreditur terhadap
seorang debitur. Sedangkan, Salim HS berpendapat hukum jaminan
adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan
antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan
pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit. Jadi kesimpulan
7
dari dua pendapat diatas hukum jaminan adalah ketentuan hukum yang
mengatur hubungan hukum antara pemberi jaminan (debitur) dan
penerima jaminan (kreditur) sebagai akibat pembebanan suatu utang
tertentu (kredit) dengan suatu jaminan (benda atau orang tertentu). 6
Dasar hukum mengenai jaminan terdapat pada Ps. 1131 dan 1132
KUHPerdata.
Jaminan (zekerheid atau cautie), yaitu kemampuan debitur untuk
memenuhi atau melunasi perutangan kepada kreditur, yang dilakukan
dengan cara menahan benda tertentu yang bernilai ekonomis sebagai
tanggungan atas pinjaman atau utang yang diterima debitur terhadap
kreditur.7 Macam – macam jaminan adalah sebagai berikut:
1) Menurut cara terjadinya, yaitu jaminan yang lahir karena Undang –
undang dan jaminan yang lahir karena diperjanjikan.
2) Menurut objeknya, yaitu jaminan yang berobjek benda bergerak,
jaminan yang berobjek benda tidak bergerak atau benda tetap, dan
jaminan yang berobjek benda berupa tanah.
3) Menurut sifatnya, yaitu jaminan bersifat umum, jaminan bersifat
khusus, jaminan yang bersifat kebendaan, dan jaminan yang
bersifat perorangan.
4) Jaminan menurut kewenangan menguasai benda jaminannya, yaitu
yang menguasai benda jaminannya dan tanpa menguasai benda
jaminannya.8
Dalam dunia perbankan dikenal juga agunan atau jaminan
tambahan (accessoir). Pengertian agunan dalam Pasal 1 angka 23
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu
6 Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), h. 1
7 Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, h. 66 8 Gunawan Wijaya & Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis: Jaminan Fidusia, (Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2000), h. 74-78
8
jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank
dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah9.
b. Sistem Resi Gudang
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2006 Tentang Sistem Resi Gudang10
, Sistem Resi Gudang adalah
kegiatan yang berkaitan dengan penerbitan, pengalihan, penjaminan, dan
penyelesaian transaksi Resi Gudang. Resi Gudang adalah dokumen
bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di Gudang yang
diterbitkan oleh Pengelola Gudang.
Gudang adalah semua ruangan yang tidak bergerak dan tidak
dapat dipindah-pindahkan dengan tujuan tidak dikunjungi oleh umum,
tetapi untuk dipakai khusus sebagai tempat penyimpanan barang yang
dapat diperdagangkan secara umum dan memenuhi syarat-syarat lain
yang ditetapkan oleh Menteri. Pemegang Resi Gudang adalah pemilik
barang atau pihak yang menerima pengalihan dari pemilik barang atau
pihak lain yang menerima pengalihan lebih lanjut.
Badan Pengawas Sistem Resi Gudang yang selanjutnya disebut
Badan Pengawas adalah unit organisasi di bawah Menteri yang diberi
wewenang untuk melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan
pelaksanaan Sistem Resi Gudang. Lembaga Penilaian Kesesuaian
adalah lembaga yang telah mendapat persetujuan Badan Pengawas
untuk melakukan serangkaian kegiatan untuk menilai atau membuktikan
9 Pasal 1, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, LN No. 182, TLN No. 3790. 10 Pasal 1, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi
Gudang, LN No. 59 tahun 2006, TLN No. 4630.
9
bahwa persyaratan tertentu yang berkaitan dengan produk, proses,
sistem, dan/atau personel terpenuhi.
Pusat Registrasi Resi Gudang yang selanjutnya disebut Pusat
Registrasi adalah badan usaha berbadan hukum yang mendapat
persetujuan Badan Pengawas untuk melakukan penatausahaan Resi
Gudang dan Derivatif Resi Gudang yang meliputi pencatatan,
penyimpanan, pemindahbukuan kepemilikan, pembebanan hak jaminan,
pelaporan, serta penyediaan sistem dan jaringan informasi. Lembaga
Jaminan Resi Gudang yang selanjutnya disebut Lembaga Jaminan
adalah badan hukum Indonesia yang menjamin hak dan kepentingan
pemegang Resi Gudang atau Penerima Hak Jaminan terhadap
kegagalan, kelalaian, atau ketidakmampuan Pengelola Gudang dalam
melaksanakan kewajibannya dalam menyimpan dan menyerahkan
barang.
c. Bank Syariah Mandiri
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah
Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah
dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran11
. Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan bank milik
pemerintah pertama yang melandaskan operasionalnya pada prinsip
syariah.12
BSM Pembiayaan Resi Gudang adalah pembiayaan transaksi
komersial dari suatu komoditas/produk yang diperdagangkan secara luas
11
Pasal 1, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah,
LN No. 94, TLN No. 4867. 12
Muhammas Syafi’i Antonio, Bank Syariah : Dari Teori Ke Praktek , (Jakarta : Gema Insani
Press, 2001), Cet. 1, h. 26
10
dengan jaminan utama berupa komoditas/produk yang dibiayai dan
berada dalam suatu gudang atau tempat yang terkontrol secara
independen.13
d. Akad Pembiayaan Resi Gudang
Murabahah atau disebut juga ba’i bitsmanil ajil. Kata murabahah
berasal dari kata ribhu (keuntungan), sehingga murabahah berarti saling
menguntungkan. Jual beli secara Murabahah secara terminologis adalah
pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh shahib al-mal
dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan
penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai
lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi shahib al-mal dan
pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur.
Murabahah dalam pengertian lain adalah pembelian oleh satu
pihak untuk kemudian dijual kepada pihak lain yang telah mengajukan
permohonan pembelian terhadap suatu barang dengan keuntungan atau
tambahan harga yang transparan atau singkatnya jual beli murabahah
adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.14
Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini adalah proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis, al-
mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan
pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan
apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan
13
PT. Bank Syariah Mandiri, Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) 2016, (Jakarta: BSM,
2016), h. 99 14
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2013), h. 136-137
11
akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena
kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung
jawab atas kerugian tersebut.15
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana (atau amal/ expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.16
Wakalah berarti perlindungan (al-hifzh), pencukupan (al-kifayah),
tanggungan (al-dhamah), atau pendelegasian (al-tafwidh), yang diartikan
juga dengan memberikan kuasa atau mewakilkan.17
Wakalah secara
teknis yaitu pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain
dalam hal-hal yang diwakilkan.18
Wakalah boleh menggunakan ongkos
atau tidak, karena wakalah merupakan akad yang bersifat jaiz (wakil
tidak boleh menerima perwakilan). Karena itu diperbolehkan mengambil
ongkos sebagai imbalan. Jika dalam akad wakalah si wakil meminta
ongkos, maka hukumnya sebagaimana ijarah dalam arti wakil berhak
menerima ongkos ketika menyerahkan barang yang diwakilkan atau
setelah tugasnya selesai.19
15 Muhammas Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktek, h. 95 16
Muhammas Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktek, h. 90 17
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), cet. 1, h. 110. 18
Muhammas Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktek, h. 120 19
Dumairi Nor, Ekonomi Islam Versi Salaf, (Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2008), h. 136.
12
2. Kerangka Konseptual
Penelitian ini dapat digambarkan ke dalam kerangka konsep yang
berbentuk skema sebagai berikut:
E. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis-
normatif dengan bentuk analisis-deskriptif. Yuridis-normatif dalam
PT. Bank Syariah
Mandiri
PT. Panca Mega
Persada PT. Bhanda Ghara
Reksa
Jaminan Pada Akad Musyarakah
pada pembiayaan modal kerja :
1. Fatwa DSN MUI No. 8
tahun 2000 tentang
Pembiayaan Musyarakah
2. Fatwa DSN MUI No. 55
tahun 2007 Pembiayaan
Rekening Koran Syariah
Musyarakah
3.
Agunan Resi Gudang Pada
Pembiayaan Komoditi Timah:
1. UU No. 9 tahun 2011
tentang Perubahan Atas
UU No. 9 Tahun 2006
Tentang Sistem Resi
Gudang.
2. PP No. 70 tahun 2013
perubahan atas PP No. 36
tahun 2007
3. Permendag No. 37 tahun
2011.
4. POJK No. 16 tahun 2014
tentang Penilaian Aset
BUS dan UUS.
5.
13
penelitian ini yaitu menganalisis dan mensinkronisasikan pembiayaan
komoditi timah dengan agunan resi gudang antara Bank Syariah
Mandiri dengan PT. Panca Mega Persada terhadap fatwa DSN MUI
dan hukum positif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
undang-undang (statute approach). Pendekatan undang-undang
dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang
bersangkut paut dengan permasalahan (isu hukum) yang sedang
dihadapi20
.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah studi dokumentasi dari data-data yang berhubungan dengan
Pembiayaan Resi Gudang Di Bank Syariah Mandiri. Dan wawancara
dengan Bagian Pembiayaan Corporate Bank Syariah Mandiri Kantor
Pusat Wisma Mandiri Jakarta Pusat.
3. Sumber Data Penelitian
a. Bahan Hukum Primer
Bahan Hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat atau
yang membuat orang taat pada hukum seperti peraturan
perundangan dan putusan hakim21
. Bahan hukum primer yang
dimaksud dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1) Fatwa DSN MUI No. 8 tahun 2000 tentang Pembiayaan
Musyarakah dan Fatwa DSN MUI No. 55 tahun 2007
Pembiayaan Rekening Koran Syariah Musyarakah.
20 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Gruop, 2009), h.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 93 21 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 93
14
2) Undang-Undang No. 9 tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi
Gudang beserta peraturan pelaksana dibawahnya.
3) Wawancara dengan Pihak Bank Syariah Mandiri.
b. Bahan Hukum Sekunder
Data sekunder adalah bahan-bahan yang memberikan
informasi atau hal-hal yang berkaitan dengan isi sumber primer
serta implementasinya22
. Data sekunder yang dimaksud adalah
Undang-Undang tentang Sistem Resi Gudang, penjelasan undang-
undang, peraturan pemerintah, peraturan kementrian, peraturan
Bank Indonesia, peraturan OJK, artikel ilmiah, dan jurnal.
c. Bahan Hukum Tersier adalah Bahan hukum yang memberi
petunjuk, informasi dari beberapa sumber yakni website Bank
Syariah Mandiri (www. syariahmandiri.co.id)
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan adalah analisis isi
(content analysis) dengan pendekatan kualitatif yang bersifat
normatif.. Disamping itu, peneliti juga menafsirkan data yang
diperoleh sesuai yang direncanakan dalam penelitian, sehingga pada
akhirnya akan memperoleh kesimpulan penelitian secara deduktif
dengan menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menjadi
hal-hal yang bersifat khusus.
5. Teknik Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Buku Pedoman
Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.
22
Sri Mamudji, Dkk., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Depok: Badan Penerbit Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2005), h. 31
15
F. Sistematika Penelitian
Skripsi ini akan dirancang menggunakan pembahasan yang sistematis,
yang akan dibagi menjadi 5 (lima) bab. Adapun rancangan sistematika
penelitian sebagai berikut:
Bab Pertama, Pendahuluan, yang terdiri dari : Latar Belakang
Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penelitian, Tinjauan (Review) Studi Terdahulu, Metode
Penelitian, dan Sitematika Penulisan.
Bab Kedua, Sistem Resi Gudang Dan Akad Dalam Produk
Penyaluran Dana Bank Syariah, yang berisi tentang pembahasan mengenai
Sistem Resi Gudang dari teori dan peraturan mencakup pengertian, jenis
barang, dan resi gudang sebagai surat berharga. Selanjutnya teori Akad-akad
dalam produk penyaluran dana bank syariah yang mencakup ketentuan umum
akad dan jenis akad-akad dalam produk penyaluran dana di perbankan
syariah.
Bab Ketiga, Pihak-Pihak Dalam Pembiayaan Resi Gudang, yang
berisi tentang profil dan kedudukan dari PT. Panca Mega Persada, PT. Bhanda
Ghara Reksa (Persero), dan PT. Bank Syariah Mandiri yang terdiri dari profil
singkat, kedudukan, dan produk pembiayaan modal kerja
Bab Keempat, Analisis Hukum Resi Gudang Sebagai Agunan
Pembiayaan Komoditi Timah, yang berisi pembahasan mengenai akad yang
dipergunakan pada pembiayaan resi gudang, penerapan pembiayaan komoditi
timah dengan agunan resi gudang, dan resiko pembiayaan resi gudang.
Bab Kelima, Penutup, yang berisikan Kesimpulan dan Saran dari
penulis.
16
BAB II
SISTEM RESI GUDANG DAN AKAD DALAM PRODUK
PENYALURAN DANA BANK SYARIAH
A. Sistem Resi Gudang
1. Pengertian Resi Gudang
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006
Tentang Sistem Resi Gudang (selanjutnya disebut UU SRG). Dalam pasal
1 bagian Definisi disebutkan bahwa Sistem Resi Gudang adalah kegiatan
yang berkaitan dengan penerbitan, pengalihan, penjaminan, dan
penyelesaian transaksi Resi Gudang. Resi Gudang adalah dokumen bukti
kepemilikan atas barang yang disimpan di Gudang yang diterbitkan oleh
Pengelola Gudang. Hak Jaminan atas Resi Gudang adalah Hak Jaminan
yang dibebankan pada Resi Gudang untuk pelunasan utang yang
memberikan kedudukan untuk diutamakan bagi penerima hak jaminan
terhadap kreditur yang lain1.
Berdasarkan pasal 4 UU SRG, Sifat Resi Gudang meliputi dua hal,
yaitu:
1. Resi Gudang dapat dialihkan, dijadikan jaminan utang, atau digunakan
sebagai dokumen penyerahan barang.
2. Resi Gudang sebagai dokumen kepemilikan dapat dijadikan jaminan
utang sepenuhnya tanpa dipersyaratkan adanya agunan lainnya.
1 Pasal 1, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, LN No. 182, TLN No. 3790.
17
Dalam Pasal 3 UU Sitem Resi Gudang ditentukan bahwa Resi Gudang
terdiri dari dua jenis, yaitu Resi Gudang atas nama dan Resi Gudang atas
perintah. Resi Gudang atas nama adalah Resi Gudang yang
mencantumkan nama pihak yang berhak menerima penyerahan barang,
sedangkan Resi Gudang atas perintah adalah Resi Gudang yang
mencantumkan perintah pihak yang berhak menerima penyerahan barang.
Resi Gudang hanya dapat diterbitkan oleh pengelola gudang yang telah
memperoleh persetujuan Badan Pengawas.2
Dalam Sistem Resi Gudang kita perlu memahami terlebih dahulu
beberapa definisi ataupun istilah-istilah sebagai berikut3:
a. Surat perjanjian pengelolaan barang (SPPB), adalah surat
perjanjian yang ditandatangani oleh Pengelola Gudang dengan
pihak pemilik barang tentang penyimpanan barang;
b. Surat perintah angkut barang (SPAB), adalah surat perintah yang
diterbitkan oleh pemilik barang kepada perushaan pengangkut
barang/ekpeditur/transpotir untuk mengangkut barang sejak dari
tempat pemilik barang (supply point) sampai dengan gudang
tempat penyimpanan;
c. BA.BM (Berita Acara Barang Masuk), adalah berita acara yang
diterbitkan Bagian Administrasi Gudang apabila satu partai Resi
Gudang sudah selesai dimasukan. BA.BM harus diisi berdasarkan
penjumlahan laporan harian masuk barang dari Resi Gudang.
Sebagai tanda keabsahannya, maka BA.BM harus dibubuhi dengan
2 Avalisia Mahacakri Syahadat, “Resi Gudang Sebagai Jaminan Kredit Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Sistem Resi Gudang”, (Skripsi S-1 Fakultas Hukum
Universitas Lampung, 2011), h. 9-10 3 Iswi Hariyani dan R. Serfianto, Resi Gudang Sebagai Jaminan Kredit dan Alat Perdagangan,
(Jakarta : Sinar Grafika, 2010), h. 83-85
18
stempel dan ditandatangani oleh kedua belah pihak (Kepala
Gudang dan Pemilik Barang/Pengambil Barang yang Mewakili);
d. Staple atau unit load atau lot, adalah unit tumpukan sejumlah
barang yang tersusun secara rapih dimana kolinya mudah dihitung;
e. Kekurangan barang pada saat pemasukan, adalah selisih kurang
koli (barang kiriman atau bagasi) antara catatan dalam surat jalan
truk dengan catatan hasil bongkar;
f. Kesusutan barang pada saat pemasukan, adalah selisih berat antara
berat yang tercatat dalam surat jalan truk dengan berat hasil
timbang pada saat pembongkaran/pemasukan;
g. Kesusutan barang selama penyimpanan (susut timbun), adalah
kesusutan yang dihitung antara berat pada saat masuk dalam staple
atau lot dengan berat terakhir setelah penimbangan pada saat
keluar;
h. BA.PB (Berita Acara Pengelaran Barang), apabila satu partai
barang sesuai dengan SPAB (Surat Perintah Angkut Barang) yang
menyertai sudah selesai dibongkar/direalisir, maka bagian
Administrasi Gudang menerbitkan BA.PB yang didasarkan pada
jumlah Laporan Harian Keluar Barang dari SPAB tersebut;
i. Srg-Online, adalah penatausahaan Resi Gudang yang terintegrasi
dengan sistem pengawasan Bappebti yang disediakan dan
dipelihara oleh Pusat Registrasi dan bersifat akurat, aktual, aman,
terpecaya dan dapat diandalkan4;
4 Iswi Hariyani dan R. Serfianto, Resi Gudang Sebagai Jaminan Kredit dan Alat Perdagangan,), h.
83-85
19
j. Kode registrasi, adalah kode pengaman Resi Gudang yang
dterbitkan Pusat Registrasi;
k. Rekening resi gudang, adalah rekening yang diterbitkan Pusat
Registrasi dan diberikan kepada setiap Pemegang Resi Gudang
dalam rangka penatausahaan Resi Gudang yang dimilikinya;
l. Kode pengguna, adalah identitas pemakai yang dberikan oleh
Pusat Registrasi dan kepada setiap Pemegang Resi Gudang yang
dapat digunakan untuk mengakses Rekening Resi Gudang dan
informasi terkait lainnya;
m. Kode rahasia, adalah sandi pemakai yang diberikan oleh Pusat
Registrasi kepada setiap Pemegang Resi Gudang yang dapat
digunakan untuk mengakses Rekening Resi Gudang dan informasi
terkait lainnya.
2. Jenis Barang dalam Sistem Resi Gudang
Barang dalam Sistem Resi Gudang meliputi barang bergerak yang
dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu dan dapat diperdagangkan.
Benda bergerak yang dijadikan objek jaminan Resi Gudang adalah
barang-barang hasil panen pertanian/perkebunan/perikanan. Barang-
barang jenis ini mempunyai karakteristik khusus, yaitu5:
a. jangka waktu penyimpanan relatif lebih pendek dibanding barang non
pertanian;
b. bersifat mudah rusak atau mudah membusuk;
c. bersifat meruah (banyak makan tempat);
5 Iswi Hariyani dan R. Serfianto, Resi Gudang Sebagai Jaminan Kredit dan Alat Perdagangan, h.
14-15
20
d. proses penyimpanan di gudang harus dikontrol lebih ketat karena
mudah terserang hama penyakit;
e. mutu barang sangat dipengaruhi proses pengolahan pasca panen
terutama proses pengeringan dan proses grading-sortasi;dan
f. harga barang hasil panen pertanian cenderung fluktuatif dan sangat
dipengaruhi oleh musim.
Berdasarkan pasal 3 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 37 tahun
2011 (selanjutnya disebut permendag no. 37) dinyatakan bahwa barang
yang dapat disimpan di gudang untuk diterbitkan resi gudang paling
sedikit memenuhi persyaratan sebagai berikut 6:
1. Memiliki daya simpan paling sedikit 3 (tiga) bulan
2. Memenuhi standar mutu tertentu; dan
3. Jumlah minimum barang yang disimpan.
Jenis-jenis barang yang dapat disimpan di gudang dalam rangka
Sistem Resi Gudang untuk pertama kalinya antara lain gabah, beras,
jagung, kopi, kakao, lada, karet, rumput laut, dan rotan (Pasal 4 Angka (1)
Permendag No.37 Tahun 2011). Jenis-jenis barang yang dapat diterapkan
dalam Sistem Resi Gudang masih dimungkinkan untuk dapat ditambah
dengan jenis barang baru (Pasal 4 Angka (2) Permendag No.37 Tahun
2011). Penambahan jenis barang baru tersebut dapat dilakukan dengan
mempertimbangan rekomendasi dari Pemerintah Daerah, instansi terkait,
atau asosiasi komoditas dengan tetap memperhatikan persyaratan yang
ditentukan dalam Pasal 3 Permendag No.37 Tahun 2011. Peluang
6 Pasal 3, Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2011 Tentang
barang yang dapat disimpan di gudang dalam Penyelenggaraan sistem resi gudang, BN No. 806.
21
penambahan jenis barang ini seharusnya dapat merangsang pertumbuhan
dan perkembangan Sistem Resi Gudang di masa depan.7
3. Resi Gudang Sebagai Surat Berharga
Resi Gudang merupakan salah satu contoh surat berharga yang dapat
dialihkan dan diperjualbelikan berkali-kali. Oleh karena itu, pemegang
Resi Gudang yang paling akhir adalah pihak yang paling berhak atas
barang yang disimpan digudang. Resi Gudang dijadikan sebagai salah satu
jenis surat berharga karena Resi Gudang merupakan surat yang memiliki
harga atau nilai jual. Dengan Resi Gudang, maka para petani diharapkan
dapat melakukan pembayaran dengan cara lain yang tidak biasa. Untuk itu
dapat dinyatakan bahwa Resi Gudang dapat disebut sebagai surat berharga
karena memiliki unsur dapat digunakan sebagai alat pembayaran, dapat
diperjualbeikan, dan dapat digunakan sebagai bukti kepemilikan hak tagih.
Pemberlakuan sistem Resi Gudang di samping memiliki tujuan yang
bersifat umum, juga memiliki manfaat yang bersifat khusus yang
dirasakan oleh para pihak terkait, yaitu petani, lembaga keuangan bank
dan nonbank, pemerintah, masyarakat desa, para investor (pemilik modal)
di pasar komoditi berjangka, pedagang di Pasar Lelang Komoditas, dan
lembaga yang terkait dengan Resi Gudang. Adapun beberapa manfaat dari
penerapan Resi Gudang adalah:
a. membantu petani kecil mengatasi persoalan kesulitan biaya pasca
panen;
b. membebaskan petani/nelayan kecil dari jerat para tengkulak dan
rentenir;
7 Avalisia Mahacakri Syahadat, “Resi Gudang Sebagai Jaminan Kredit Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Sistem Resi Gudang”, h. 17
22
c. menambahkan penghasilan petani kecil dengan cara menjual hasil
panen saat harga pasaran sedang tinggi;
d. menjaga stabilitas harga komoditi pertanian/perkebunan/perikanan;
e. menambah jenis jaminan atau agunan kredit;
f. mempermudah transaksi perdagangan komoditas agribisnis;
g. memperbanyak nilai dan volume transaksi perdagangan melalui
kegiatan jual beli produk derivatif resi gudang melalui bursa
dan/atau diluar bursa;
h. mempermudah dan memperbaiki sistem pemantauan stok
komoditas nasional;
i. memperbaiki kualitas barang komoditas agribisnis untuk tujuan
ekspor;
j. mendorong petani untuk memperbaiki kualitas hasil panen sesuai
standar:
k. mendorong tumbuhnya lebih banyak gudang terakreditasi di sentra
produksi;
l. memajukan sektor perokonomian pedesaan dan perekonomian
kerakyatan;
m. memberdayakan sektor usaha mikro, usaha kecil, dan
petani/nelayan kecil untuk memajukan perkonomian nasional
secara umum.8
8 Ibid., h. 20-22
23
B. Akad-Akad Dalam Produk Penyaluran Dana (Financing) Bank Syariah
Konsep akad pada bank syariah menurut hasil musyawarah (ijma
internasional) para ahli ekonomi muslim beserta para ahli fiqih dan Academi
Fiqih di Mekah pada tahun 1973, dapat disimpulkan secara garis besar ada lima
konsep akad, yakni: Prinsip Simpanan Murni (Al-Wadiah), Bagi Hasil (Syirkah),
Prinsip Jual beli (At-Tijarah), Prinsip Sewa (Al-Ijarah), dan Prinsip Jasa/Fee (Al-
Ajr wal umullah)9.
Produk Penyaluran Dana (financing) yang ditawarkan oleh perbankan
syariah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan
penggunaannya, yakni:
1. Pembiayaan dengan Prinsip Jual-Beli
Prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Transaksi jual beli
dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan
barangnya, yakni sebagai berikut:
a. Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana si penjual
(Bank) menyebutkan harga pembelian barang kepada si pembeli (Nasabah),
kemudian penjual mensyaratkan adanya keuntungan dalam jumlah tertentu.
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam
murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian setelah ada
pemesanan dari nasabah. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat
mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang
dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat
9 DR. Neni sri neni imaniyati, SH., MH., Perbankan Syariah dalam Perspektif Hukum Ekonomi,
(Bandung: CV. Mandar Maju, 2013), Cet. 1, h. 99-100
24
membatalkan pesanannya10
. Landasan syariah murabahah terdapat pada Al-
Baqarah ayat 275:
Artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah: 275)
Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.
Dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang
untuk cara pembayaran yang berbeda. Bank dapat memberikan potongan
apabila nasabah:
1. Mempercepat pembayaran cicilan; atau
10
NUR’AINI, “Analisis Pembiayaan Dengan Prinsip Jual Beli Murabahah Dan Perlakuan
Akuntansinya Pada PT. Bank Riau Syariah Pekanbaru”, (Skripsi S-1 FEIS UIN Sultan Syarif Kasim,
2011), h. 23
25
2. Melunasi piutang murabahah sebelum jatuh tempo
Berdasarkan sumber dana yang digunakan, pembiayaan murabahah secara
garis besar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok.
1. Pembiayaan murabahah yang didanai URIA (Unrestricted Investment
Account = Investasi tidak terikat)
2. Pembiayaan murabahah yang didanai RIA (Restricted Investment Account
= Investasi terikat)
3. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan modal bank.
Dalam setiap pendesainan sebuah pembiayaan, faktor-faktor yang
perlu diperhatikan adalah kebutuhan nasabah dan kemampuan finansial
nasabah. Faktor-faktor ini juga akan mempengaruhi sumber dana yang
akan digunakan untuk pembiayaan tersebut11
.
b. Pembiayaan Salam
Salam adalah akad jual-beli yang barang diserahkan kemudian hari
sementara pembayaran telah dilakukan dimuka12
. Dalam praktik
perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada bank, maka bank akan
menjualnya kepada rekanan nasabah atau kepada nasabah itu sendiri
secara tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh bank
adalah harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan. Dalam hal
bank menjualnya secara tunai biasanya disebut pembiayaan talangan.
Sedangkan dalam hal bank menjualnya secara cicilan, kedua pihak harus
menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Umumnya
transaksi ini diterapkan dalam pembiayaan barang yang belum ada seperti
11 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), Ed. 3-4, h. 113-117 12 Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), h. 12
26
pembelian komoditi pertanian. Ketentuan umum pembiayaan salam
sebagai berikut:
Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas
seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlahnya.
Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan
akad maka nasabah (produsen) harus brtanggung jawab dengan cara
antara lain mengembalikan dana yang telah diterimanya atau
mengganti barang yang sesuai dengan pesanan.
Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya
sebagai persediaan (inventory), maka dimungkinkan bagi bank untuk
melakukan akad salam kepada pihak ketiga (pembeli kedua), seperti
BULOG, pedagang pasar, atau rekanan. Mekanisme seperti ini disebut
paralel salam13
.
c. Pembiayaan Istishna’
Istishna’ adalah kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang
menuntut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli
akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga dan sistem pembayaran
dilakukan dimuka atau melalui cicilan ataupun ditangguhkan sampai waktu
yang akan datang14
. Produk istishna’ menyerupai produk salam, tapi dalam
istishna’ pembayaran dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin)
pembayaran. Skim itishna’ dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada
pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
Ketentuan umum pembiayaan istishna’ adalah spesifikasi barang
pesanan jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlah. Harga jual yang
13 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), Ed. 3-4, h. 99-100 14 Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, h. 12
27
telah disepakati dicantumkan dalam akad dan tidak boleh berubah selama
berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi
perubahan harga setelah akad ditandatangani, seluruh biaya tambahan tetap
ditanggung nasabah15
.
2. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa
Transaksi ijarah dilandasi adanya pindahan manfaat. Pada dasarnya
prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada
objek transaksi. Bila pada jual beli objek transaksi adalah barang maka ijarah
adalah jasa. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang
disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal
ijarah muntahiyyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya
kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian16
.
Ijarah Muntahiya Bittamlik adalah perjanjian sewa antara pihak pemilik aset
tetap dan penyewa, atas barang yang disewakan, penyewa mendapat hak opsi
untuk membeli objek sewa pada saat masa sewa berakhir. Ijarah muntahiya
bittamlik yaitu gabungan antara transaksi sewa dan jual beli, karena pada
akhir masa sewa, penyewa diberi hak opsi untuk membeli objek sewa.17
3. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil
sebagai berikut18
:
a. Pembiayaan Musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah
(syirkah atau syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya
15 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), Ed. 3-4, h. 100 16
Ibid. h. 100 17 Drs. Ismail, MBA., Ak., Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 160-161 18 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, h. 101
28
keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai
aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk
usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka secara
bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud.
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama
dapat berupa dana, barang perdagangan (trading asset),
kewirausahaan (entrepreneurship), kepandaian (skill), kepemilikan
(property), peralatan (equipment), atau intangible asset (seperti
hak paten atau goodwill), kepercayaan atau reputasi (credit
worthiness) dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan
uang. Dengan merangkum seluruh kombinasi dari bentuk
kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu
menjadikan produk ini sangat fleksibel19
. Landasan Syariah
musyarakah dalam al-quran adalah:
فهم شركاء في الثلث
Artinya: “... maka mereka berserikat pada sepertiga...” (QS. An-
Nisa ayat 12)
Ketentuan umum Pembiayaan Musyarakah sebagai berikut:
1) Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek
musyawarah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik
modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan
usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik
19
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), Ed. 3-4, h. 102
29
modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah
dan tidak boleh melakukan tindakan seperti:
a) Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.
b) Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain
tanpa izin pemilik modal lainnya.
c) Memberi pinjaman kepada pihak lain
d) Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerja
sama apabila:
(1) Menarik diri dari perserikatan
(2) Meninggal dunia,
(3) Menjadi tidak cakap hukum
2) Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka
waktu proyek harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi
sesuai porsi kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai
dengan porsi kontribusi modal.
3) Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad.
Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana
tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk
bank20
.
b. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih
pihak dimana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan
20 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), Ed. 3-4, h. 102-103
30
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja
sama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-
maal dan keahlian dari mudharib21
.
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib al-
maal dalam manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan,
mudharib harus bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk
setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian. Sedangkan sebagai
wakil shahib al-maal dia diharapkan untuk mengelola modal
dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal. Perbedaan
yang essensial dari musyarakah dan mudharabah terletak pada
besarnya kontribusi atas manajemen dan keuangan atau salah satu
di anatara itu. Dalam mudharabah, modal hanya berasal dari satu
pihak, sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua pihak
atau lebih.
Musyarakah dan mudharabah dalam literatur fiqih berbentuk
perjanjian kepercayaan (uqud al-amanah) yang menuntut tingkat
kejujuran yang tinggi dan menjunjung keadilan. Karenanya
masing-masing pihak harus menjaga kejujuran untuk kepentingan
bersama dan setiap usaha dari masing-masing pihak untuk
melakukan kecurangan dan ketidakadilan pembagian pendapatan
betul-betul akan merusak ajaran islam22
. Landasan Syariah
mudharabah pada Al-Quran terdapat pada surah Al-Jumu’ah ayat
10:
21 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), Ed. 3-4, h. 103 22 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, h. 103-104
31
لة فانتشروا في الرض وابتغوا من فضل للا فإذا قضيت الص
كثيرا لعلكم تفلحون واذكروا للا
Artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah
kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
Ketentuan umum skema pembiayaan mudharabah adalah sebagai
berikut23
:
1) Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku
pengelola modal harus diserahkan tunai, dan dapat berupa
uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan
uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap harus
jelas, tahapannya dan disepakati bersama.
2) Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah
dapat diperhitungkan dengan cara, yakni:
a) Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue
sharing)
b) Perhitungan dari keuntungan proyek (profit
sharing)
3) Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad,
pada setiap bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku
pemilik modal menanggung seluruh kerugian kecuali
akibat kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah, seperti
penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana.
4) Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan
namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha
23 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, h. 104
32
nasabah. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja,
misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda
pembayaran kewajiban, maka ia dapat dikenakan sanksi
administrasi.
4. Pembiayaan dengan Prinsip Akad Pelengkap
Akad pelengkap tidak ditujukan untuk mencari keuntungan,
tapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan.24
Akad
pelengkap ini adalah akad tabarru’, yakni:
a. Hiwalah (alih utang-piutang). Tujuan fasilitas ini adalah untuk
membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan
produksinya. Bank mendapat ganti biaya atas jasa pemindahan utang.
Untuk mengantisipasi risiko kerugian yang akan timbul, bank perlu
melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang berhutang dan
kebenaran transaksi antara yang memindahkan piutang dengan yang
berhutang. Katakanlah seorang supplier bahan bangunan menjual
barangnya kepada pemilik proyek yang akan dibayar dua bulan
kemudian. Karena kebutuhan supplier akan likuiditas, maka ia meminta
bank untuk mengambil alih piutangnya. Bank akan menerima
pembayaran dari pemilik proyek25
.
b. Rahn (gadai). Tujuan akad ini adalah untuk memberikan jaminan
pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.
Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria berikut: milik
nasabah sendiri, jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan
nilai riil pasar, dan dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan
24 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, h. 105 25 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, h. 105
33
bank. Apabila nasabah wanprestasi, bank dapat melakukan penjualan
barang yang digadaikan atas perintah hakim.26
c. Qardh adalah pinjaman uang. Pinjaman qardh biasanya diberikan oleh
bank kepada nasabahnya sebagai fasilitas pinjaman talangan pada saat
nasabah mengalami overdraft. Fasilitas ini dapat merupakan bagian dari
satu paket pembiayaan lain, untuk memudahkan nasabah bertransaksi.
Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya dalam empat hal, yaitu27
:
1) Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji
diberikan pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran
biaya perjalanan haji. Nasabah akan melunasinya sebelum
keberangkatan haji.
2) Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit
syariah, dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang
tunai milik Bank melalui ATM. Nasabah akan mengembalikan
sesuai waktu yang ditentukan.
3) Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil dimana menurut
perhitungan Bank akan memberatkan si pengusaha bila diberi
pembiayaan dengan skema jual-beli Ijarah atau bagi hasil.
4) Sebagai pinjaman kepada pengurus Bank, dimana Bank
menyediakan fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya
kebutuhan pengurus Bank. Pengurus Bank akan mengembaliaknnya
secara cicilan melalui pemotongan gajinya.
26 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, h. 106 27
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah: Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2003), h. 81
34
d. Wakalah secara etimologi bermakna penyerahan/pemberian mandat,
pemeliharaan atau penjagaan28
. Sedangkan Menurut Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah pada Pasal 20 ayat 19 yang dimaksud dengan
Wakalah adalah pemberian kuasa kepada pihak lain untuk mengerjakan
sesuatu. Bank syariah dapat memberikan jasa wakalah, yaitu sebagai
wakil dari nasabah sebagai pemberi kuasa (muwakil). Dalam hal ini,
bank akan mendapatkan upah atau biaya administrasi atas jasa tersebut.
Sebagai contoh, bank dapat menjadi wakil untuk melakukan
pembayaran tagihan listrik atau telepon kepada perusahaan listrik atau
telepon29
.
e. Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil)
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung. Dalam pengertian lain kafalah berarti mengalihkan
tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada
tanggungjawab orang lain sebagai penjamin30
. Kafalah (garansi bank)
dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu
kewajiban pembayaran. Bank dapat mensyarakat nasabah untuk
menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. Banka
dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadi’ah. Untuk jasa-
jasa ini, bank mendapatkan pengganti biaya atas jasa yang diberikan31
.
28
Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatha al-Dimyathi al-Bakri, I’anah ath-Thalibin, (Beirut:
Dar al-Fikr, 2007), Jilid III, hlm. 144 dikutip dari Dr. Hj. Isnawati Rais, MA. dan Dr. H. Hasanudin,
M.Ag, Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 179 29
Dr. Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 306 30 Muhammas Syafi’i Antonio, Bank Syariah : Dari Teori Ke Praktek , (Jakarta : Gema Insani
Press, 2001), Cet. 1, h. 123 31
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), Ed. 3-4, h. 107
35
BAB III
PIHAK-PIHAK DALAM PEMBIAYAAN RESI GUDANG
Secara umum Ada beberapa pihak yang terlibat dalam proses sistem
resi gudang diantaranya, sebagai berikut :
Pengelola gudang adalah pihak yang melakukan usaha pergudangan,
baik gudang milik sendiri maupun milik orang lain, yang melakukan
penyimpanan, pemeliharaan, dan pengawasan barang yang disimpan
oleh pemilik barang serta berhak menerbitkan Resi Gudang. Pengelola
harus berbentuk badan usaha yang berbadan hukum dan telah
memeperoleh persetujuan dari badan pengawas. Pengelola gudang
dilarang menerbitkan lebih dari satu Resi Gudang untuk barang yang
sama yang disimpan di Gudang. Sebagai penerbit Resi Gudang,
keberadaan pengelola gudang sangat diperlukan dalam pengembangan
sistem Resi Gudang.
Lembaga Penilaian Kesesuaian adalah lembaga terakreditasi yang
melakukan serangkaian kegiatan untuk menilai atau membuktikan
bahwa persyaratan tertentu yang berkaitan dengan produk, proses,
sistem dan/atau personel terpenuhi. Akreditasi terhadap lembaga
penilaian kesesuaian dilakukan oleh badan pengawas Resi
Gudang.Kegiatan Lembaga Kesesuaian dalam Sistem Resi Gudang
mencakup kegiatan sertifikasi, inspeksi, dan pengujian yang berkaitan
dengan barang, gudang, dan pengelola gudang.
Badan Pengawas Sistem Resi Gudang adalah unit organisasi di bawah
menteri yang diberi wewenang untuk melakukan pembinaan,
pengaturan, dan pelaksanaan sistem Resi Gudang. Saat ini
kewenangan Badan Pengawas Sistem Resi Gudang dilaksanakan oleh
36
Badan Pengawas Perdagangan Bursa Komoditi (BAPPEBTI) yang
juga melakukan tugas pembinaan, pengaturan, dan pengawasan
terhadap kegiatan perdagangan berjangka komoditi. Badan Pengawas
juga dituntut untuk mengawasi orang-orang atau pihak-pihak yang
dilarang mengelola lembaga-lembaga yang terkait dengan Sistem Resi
Gudang.
Pusat Registrasi merupakan badan usaha berbadan hukum yang
mendapat persetujuan Badan Pengawas Perdagangan Bursa Komoditi
(BAPPEBTI) untuk melakukan penatausahaan Resi Gudang dan
derivatif Resi Gudang yang meliputi pencatatan, penyimpanan,
pemindahbukuan kepemilikan, pembebanan hak jaminan, pelaporan
serta penyedian sistem dan jaringan informasi. Peran Pusat Registrasi
dalam penyelenggaraan Sistem Resi Gudang sangat penting, sebab
lembaga ini bertugas mengelola dan menyimpan semua data penting
yang terkait dengan pelaksanaan Sistem Resi Gudang. Oleh karena itu,
Pusat Registrasi harus memiliki pengalaman kerja yang memadai di
bidang tugasnya serta harus selalu menjunjung tinggi asas kejujuran,
kecepatan, dan ketepatan.
Penerbit Derivatif Resi Gudang merupakan Lembaga Perbankan,
Lembaga Keuangan Nonbank, dan pedagang berjangka yang telah
mendapatkan izin/persetujuan dari Badan Pengawas Perdagangan
Bursa Komoditi (BAPPEBTI).1
Dalam praktek pembiayaan komoditi timah pada bank syariah mandiri
yang menggunakan sistem resi gudang, secara garis besar pihak yang
terlibat adalah sebagai berikut:
1 Avalisia Mahacakri Syahadat, “Resi Gudang Sebagai Jaminan Kredit Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Sistem Resi Gudang”, h. 14-15
37
A. Gambaran Umum PT. Panca Mega Persada
1. Profil Singkat PT. Panca Mega Persada (PMP)
PT. Panca Mega Persada adalah perusahaan yang bergerak
industri pertambangan timah, yang kegiatannya adalah peleburan
timah dan pemurnian timah. PT. Panca Mega Persada dipimpin oleh
direktur Siauw sui thin. Di bulan November 2014, PMP telah
diaudit oleh Conflict-Free Sourching Initiative (CFSI)2 dan telah
dinyatakan lolos dan memenuhi persyaratan regulasi dengan No.
Register: CID001457 dan hasil audit dilampirkan pada lampiran-
lampiran. Head Office PMP beralamat di Jl. Dr. Susilo Raya No. C-
5 RT.001, RW.005, Grogol, Jakarta Barat 11450 dan Factory di Jl.
Raya Jelitik No. 1-A Sungailiat Provinsi Bangka Belitung. Visi
PMP adalah Menjadi Perusahaan yang terbaik di Indonesia maupun
Internasional yang profesional dan ramah lingkungan. Dan misi
sebagai berikut:
a. Meningkatkan sumber daya manusia secara profesional.
b. Menjaga standard mutu produk sesuai dengan kualitas
nasional dan internasional.
c. Memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan pelayanan
yang professional.
d. Memberikan kontribusi keuntungan kepada pemegang
saham serta meningkatkan kesejahteraan karyawan.
2 Lembaga yang mengaudit industri mineral perihal Responsible Minerals Initiative (RMI)/
tanggungjawab terhadap insiatif mineral yang dulu disebut Conflict-Free Sourcing Initiative (CFSI)
38
e. Turut serta membangun perekonomian daerah Bangka dan
masyarakat disekitar Perusahaan.3
2. Kedudukan Dalam Pembiayaan Komoditi Timah
PT. Panca Mega Persada adalah perusahaan pertambangan
timah yang mengajukan pembiayaan di bank syariah mandiri
menggunakan sistem resi gudang. PT. PMP dalam pembiayaan ini
berperan sebagai nasabah atau syarik. Resi gudang dapat dijadikan
jaminan berdasarkan ketentuan UU SRG Pasal 4, yang berbunyi
“Resi Gudang dapat dialihkan, dijadikan jaminan utang, atau
digunakan sebagai dokumen penyerahan barang. Dan Resi Gudang
sebagai dokumen kepemilikan dapat dijadikan jaminan utang
sepenuhnya tanpa dipersyaratkan adanya agunan lainnya”4.
B. Gambaran Umum PT. Bhanda Ghara Reksa (Persero)
1. Profil Singkat PT Bhanda Ghara Reksa (BGR)
PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) adalah BUMN yang
berdiri pada tanggal 11 April 1977 berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 26 tahun 1976. BGR turut mengemban misi
menunjang kebijaksanaan pemerintah dan membantu pelaku bisnis
dan industri, khususnya di bidang penyelenggara jasa penyewaan
dan pengelolaan gudang serta proses pengiriman barang dengan
memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang sehat dan
undang-undang perseroan terbatas.
Dengan motto "Integrated Logistics Solution", BGR didukung
oleh jaringan kerja berupa 24 cabang yang tersebar di seluruh
3 Diakses dari http://pmp.fongsgroup.com, pada tanggal 8 Juni 2018 pukul 15. 05 WIB
4 Pasal 4, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi
Gudang, LN No. 59 tahun 2006, TLN No. 4630 tahun 2006.
39
wilayah Indonesia dan siap menjadi mitra terpercaya pelaku bisnis
dan industri dalam menangani berbagai kegiatan logistik antara lain:
1. BGR Integrated Logistics Service (ILS)
2. BGR Transportation
3. BGR Warehousing
4. BGR Express
5. Freight Forwarding
Visi dan misi dari PT. Bhanda Ghara Reksa adalah sebagai berikut :
a. Visi : Menjadi Perusahaan Logistik Yang Memberikan Solusi,
Handal dan Terkemuka.
b. Misi : 1. Menyelenggarakan jasa logistik dengan sistem IT
yang handal, adaptable & user friendly, 2. Meningkatkan nilai
perusahaan melalui jaringan, infrastruktur modern dan
diversifikasi usaha yang relevan., 3. Menumbuhkan
kesejahteraan karyawan melalui produktivitas, dan 4.
Menciptakan logistics solution service untuk menjalin
kemitraan.
Saat ini BGR mengelola sekitar 600 gudang yang terdiri dari
gudang milik, gudang sewa dan gudang manajemen yang luasnya
sekitar 1 juta meter persegi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Gudang Milik sebanyak 150 unit dengan kapasitas 455.800 ton,
Gudang Sewa sebanyak 200 unit dengan kapasitas 756.500 ton dan
40
Gudang Manajemen sebanyak 129 unit dengan kapasitas 342.632
ribu ton.5
2. Kedudukan Dalam Pembiayaan Komoditi Timah
Dalam praktek pembiayaan komoditi timah antara PT. Panca Mega
Persada dengan PT. Bank Syariah Mandiri, PT. Bhanda Ghara Reksa
berperan sebagai pengelola gudang dan penerbit bilyet resi gudang.
Pengaturan pengelola gudang terdapat pada Undang-undang Nomor 9
Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang (UU SRG), yaitu:
a. pengelola gudang harus berbentuk badan usaha berbadan hukum
dan telah mendapat persetujuan Badan Pengawas. Dan pengelola
gudang dilarang menerbitkan lebih dari satu resi gudang untuk
barang yang sama yang disimpan di gudang.
b. Pengelola Gudang wajib membuat perjanjian pengelolaan
barang secara tertulis dengan pemilik barang atau kuasanya. Dan
perjanjian pengelolaan barang sekurang-kurangnya memuat: a.
identitas para pihak; b. hak dan kewajiban para pihak; c. jangka
waktu penyimpanan; d. deskripsi barang; dan e. asuransi.
c. Jika pemegang resi gudang cedera janji, pengelola gudang dapat
menjual resi gudang secara langsung atau melalui lelang umum
berdasarkan peraturan perundang-undangan dengan persetujuan
badan pengawas.
d. Pengelola gudang bertanggung jawab atas kesalahan penulisan
keterangan dalam resi gudang. Dan pengelola gudang
bertanggung jawab atas kehilangan dan/atau kerugian barang
5 Diakses dari http://bgrindonesia.com, pada tanggal 8 Juni 2018 pukul 15.00 WIB
41
yang disebabkan oleh kelalaiannya dalam menyimpan dan
menyerahkan barang.6
Pengaturan mengenai penerbitan bilyet resi gudang diatur pada Peraturan
pemerintah no. 36 tahun 2007, yaitu :
a. Resi Gudang hanya dapat diterbitkan oleh Pengelola Gudang yang telah
memperoleh persetujuan Badan Pengawas. Pengelola Gudang
menerbitkan Resi Gudang untuk setiap penyimpanan barang setelah
pemilik barang menyerahkan barangnya dan Pengelola Gudang
mendaftarkannya ke Pusat Registrasi untuk memperoleh kode
pengaman. Setiap Resi Gudang yang diterbitkan, ditatausahakan oleh
Pusat Registrasi. Terhadap Resi Gudang yang diterbitkan dapat
diterbitkan Derivatif Resi Gudang. Setiap Derivatif Resi Gudang yang
diterbitkan wajib didaftarkan oleh penerbit Derivatif Resi Gudang
untuk ditatausahakan pada Pusat Registrasi.
b. Barang yang diterbitkan resi gudang adalah setiap benda bergerak yang
dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu dan diperdagangkan secara
umum. Barang paling sedikit memenuhi persyaratan sebagai berikut: a.
memiliki daya simpan paling sedikit 3 (tiga) bulan; b. memenuhi
standar mutu tertentu; dan c. jumlah minimum barang yang disimpan.7
C. Gambaran Umum PT. Bank Syariah Mandiri
1. Profil Singkat PT. Bank Syariah Mandiri (BSM)
Berdasarkan data dan info yang diperoleh penulis berdasarkan
sumber dari laporan keberlanjutan (Sustainability Report) 2016 PT. Bank
6 Pasal 23, 24, 26, dan 27, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2006 Tentang
Sistem Resi Gudang, LN No. 59 tahun 2006, TLN No. 4630 tahun 2006. 7 Pasal 2-3, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2007 Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang, LN No. 79 tahun
2007, TLN No. 4735 tahun 2007.
42
Syariah Mandiri, berikut sejarah singkat bank syariah mandiri yang penulis
uraikan. PT Bank Syariah Mandiri (Bank/BSM) didirikan pertama kali
dengan nama PT Bank Industri Nasional disingkat PT BINA atau disebut
juga PT National Industrial Banking Corporation Ltd. Dan mengalami
perubahan nama sebanyak 4 kali, perubahan terakhir terjadi pada tahun
2000 dari nama PT Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT
Bank Syariah Mandiri.
Selanjutnya Bank mendapatkan izin usaha dari Bank Indonesia
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.
1/24/KEP.GBI/1999 tanggal 25 Oktober 1999 sebagai bank umum
berdasarkan prinsip syariah dan mulai beroperasi sejak tanggal 1 November
1999. PT Bank Syariah Mandiri berlokasi dengan alamat kantor pusat di
Jalan M.H. Thamrin No. 5 Jakarta 10340. Per tanggal 31 Desember 2016,
BSM memiliki pangsa pasar dan kantor operasional yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia dengan rincian, yakni 129 kantor cabang, 389
kantor cabang pembantu, 52 kantor kas, 145 kantor payment point dan, 50
kantor layanan gadai. Aset BSM selama 5 (lima) tahun terakhir tumbuh
signifikan dengan rata-rata sebesar 9,80%.8
Di BSM terdapat bagian yang menjalankan bisnis pembiayaan
untuk perusahaan-perusahaan dengan nama Corporate Business. Dibawah
ini adalah Struktur Organisasi BSM Bagian Corporate Business :
8 Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) 2016 PT. Bank Syariah Mandiri, h. 27-29
43
*RM singkatan dari Relationship Manager.9
2. Kedudukan Dalam Pembiayaan Komoditi Timah
PT. Bank Syariah Mandiri berperan sebagai bank syariah yang
menyediakan produk pembiayaan dengan agunan resi gudang. Dasar
hukum BSM dapat menerima agunan resi gudang adalah pasal 45 POJK
No. 16 tahun 2014 tentang Penilaian Aset BUS dan UUS, yang berbunyi :
“Agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam perhitungan
PPA (penyisihan penghapusan aset) ditetapkan sebagai berikut: a. Surat
Berharga Syariah dan saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek di
Indonesia atau memiliki peringkat investasi dan diikat secara gadai; b.
tanah, gedung, dan rumah tinggal yang diikat dengan hak tanggungan; c.
mesin yang merupakan satu kesatuan dengan tanah yang diikat dengan hak
9 Novy Tri Muktiyah, Pegawai BSM bagian CB Corporate 1 Jakarta, Interview Pribadi, 30 Mei
2018.
44
tanggungan; d. pesawat udara atau kapal laut dengan ukuran di atas 20 (dua
puluh) meter kubik yang diikat dengan hipotek; e. kendaraan bermotor dan
persediaan yang diikat secara fidusia; dan/atau f. resi gudang yang diikat
dengan hak jaminan atas resi gudang”.10
3. Produk Pembiayaan Corporate
Produk pembiayaan corporate terdiri dari pembiayaan modal kerja dan
pembiayaan investasi. Pembiayaan modal kerja terdiri dari :
a. BSM Pembiayaan Musyarakah adalah Pembiayaan khusus
untuk modal kerja, yaitu dana dari bank merupakan bagian dari
modal usaha nasabah dan keuntungan dibagi sesuai dengan
nisbah yang disepakati.
b. BSM Pembiayaan Mudharabah adalah Pembiayaan atas seluruh
modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank.
Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang
disepakati.
c. Pembiayaan Dana Berputar adalah Fasilitas pembiayaan modal
kerja dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat
dilakukan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah.
d. BSM Pembiayaan resi gudang adalah pembiayaan transaksi
komersial dari suatu komoditas/produk yang diperdagangkan
secara luas dengan jaminan utama berupa komoditas/produk
yang dibiayai dan berada dalam suatu gudang atau tempat yang
terkontrol secara independen.11
10 Pasal 45, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 16 tahun 2014 tentang Penilaian Aset
BUS dan UUS, LN No. 347 tahun 2014, TLN No. 5625 tahun 2014. 11
Laporan Tahunan (Annual Report) 2016 PT. Bank Syariah Mandiri, h. 69-70
45
BAB IV
ANALISIS HUKUM RESI GUDANG SEBAGAI AGUNAN PEMBIAYAAN
KOMODITI TIMAH
A. Akad-akad pada Pembiayaan Resi Gudang
Akad-akad yang disediakan oleh Bank Syariah Mandiri terdiri dari
murabahah, mudharabah, dan musyarakah. Penggunaan akad disesuaikan dengan
skema usaha nasabah (tailor made). Adapun skema pembiayaannya adalah sebagai
berikut:
Akad yang digunakan pada pembiayaan antara PT. Panca Mega Persada
(selanjutnya PT. PMP) dengan Bank Syariah Mandiri (BSM) adalah musyarakah.
Skema pembiayaannya adalah musyarakah revolving. Musyarakah revolving
adalah musyarakah dengan metode bagi hasil dan bisa direvolving, dengan
ketentuan jika ada pelunasan maka plafond pembiayaan jadi naik lagi dan bisa
menarik pembiayaan lagi.1 Berdasarkan skema diatas ada kerjasama antara bank
dengan PT. Sucofindo mengunakan akad wakalah sebagai collateral manager, pada
1 Novy Tri Muktiyah, Pegawai BSM bagian CB Corporate 1 Jakarta, Interview Pribadi, 16 Mei
2018.
46
umumnya ujrah dibayarkan oleh nasabah.2 Akan tetapi, pada pembiayaan komoditi
timah antara PT. PMP dengan BSM collateral managernya adalah PT. Suveryor
Indonesia.
Pembiayaan antara PT. PMP dengan BSM merupakan produk pembiayaan
modal kerja, dimana akad pembiayaan modal kerja diatur pada fatwa DSN MUI
No. 55 tahun 2007 tentang Pembiayaan Rekening Koran Syariah Musyarakah.
Dalam fatwa tersebut tidak disebutkan mengenai dibolehkannya ada jaminan,
tetapi pada bagian ketentuan akad angka 7 fatwa tersebut dikatakan “Fatwa DSN
nomor: 8/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah berlaku pula dalam
pelaksanaan Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) Musyarakah”3, maka
dari itu penulis mengambil kesimpulan jaminan resi gudang diperbolehkan dalam
pembiayaan ini.
Jaminan pada pembiayaan dengan akad musyarakah sebenarnya tidak ada,
tetapi lembaga keuangan syariah (LKS) boleh meminta jaminan untuk menghindari
terjadinya penyimpangan. Seperti yang diatur pada Fatwa DSN MUI No. 8 tahun
2000 pada pasal 3 huruf a angka 3, yang berbunyi “Pada prinsipnya, dalam
pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya
penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan”4, maka agunan resi gudang pada
pembiayaan musyarakah di Bank Syariah Mandiri dibolehkan. Dengan tujuan
apabila nasabah melakukan pelanggaran atau wanprestasi, maka pihak bank tetap
memiliki aset yang dapat digunakan untuk menyelesaikan pembiayaan nasabah
yang melakukan pelanggaran atau untuk berjaga-jaga jika nasabah memiliki itikad
buruk dalam proses pembiayaan. Jadi, adanya agunan resi gudang pada
2 Novy Tri Muktiyah, Pegawai BSM bagian CB Corporate 1 Jakarta, Interview Pribadi, 16 Mei
2018. 3 Diakses melalui https://dsnmui.or.id/produk/fatwa/, Fatwa, pada tanggal 14 Agustus 2018
pukul 19.30 WIB. 4 Diakses melalui https://dsnmui.or.id/produk/fatwa/, Fatwa, pada tanggal 25 Juni 2018 pukul
19.00 WIB.
47
pembiayaan Bank Syariah Mandiri tidaklah melanggar atau menyalahi aturan
dalam Fatwa DSN MUI No. 8 tahun 2000.
B. Penerapan Pembiayaan Komoditi Timah dengan Agunan Resi Gudang
Pembiayaan resi gudang adalah pembiayaan transaksi komersial dari suatu
komoditas/produk yang diperdagangkan secara luas dengan jaminan utama
berupa komoditas/produk yang dibiayai dan berada dalam suatu gudang atau
tempat yang terkontrol secara independen (independently controlled
warehouse)5. Adapun yang menjadi persyaratan dokumen adalah sebagai
berikut6:
a. Memiliki legalitas usaha yang masih berlaku (Akte pendirian/perubahan
berikut pengesahannya, SIUP, TDP, SKDP, NPWP)
b. Memiliki pengalaman usaha minimal 3 tahun
c. Menyerahkan mutasi rekening minimal 6 bulan terakhir
d. Untuk wiraswasta menyerahkan legalitas perorangan yang masih berlaku
(KTP, NPWP, akte nikah, KK)
e. Menyerahkan bukti kepemilikan agunan yang sah
Syarat-syarat diatas dapat diubah sesuai dengan kondisi nasabah.
Adapun Fitur Pembiayaan yang diberikan adalah sebagai berikut :
a. Limit pembiayaan di atas > Rp500 juta s.d Rp5 Miliar
b. GAS (Gross Annual Sales) s.d Rp25 Miliar
c. Valuta IDR
5 Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) 2016 PT. Bank Syariah Mandiri, h. 99
6 Diakses melalui https://www.syariahmandiri.co.id/business-banking/small-
banking/pembiayaan-modal-kerja, pada 2 Juni pukul 19.00 WIB.
48
d. Jangka waktu sampai dengan 1 tahun (dapat diperpanjang sesuai dengan
ketentuan Bank)
e. Revolving atau Non Revolving7
f. Pilihan akad musyarakah, mudharabah atau murabahah sesuai dengan
spesifikasi kebutuhan modal kerja
g. Diperuntukkan untuk perorangan (wiraswasta), dan badan usaha
h. Untuk usaha tertentu dapat memanfaatkan Pembiayaan Dana Berputar
(PDB) sehingga memudahkan dalam penarikan pembiayaan.8
Dari penjelasan fitur pembiayaan poin d diatas maka nilai agunan resi gudang
yang dapat diperhitungkan sebagai Pengurang Penyisihan Penghapusan Aset
(PPPA) sesuai ketentuan POJK No. 16 tahun 2014 tentang Penilaian Aset BUS dan
UUS adalah “ tanah dan/atau bangunan bukan untuk tempat tinggal, mesin yang
dianggap sebagai satu kesatuan dengan tanah, pesawat udara, kapal laut, resi
gudang, kendaraaan bermotor, dan persediaan paling tinggi sebesar: 70% (tujuh
puluh perseratus) dari penilaian apabila penilaian dilakukan dalam 12 (dua belas)
bulan terakhir. Nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam
perhitungan PPA dilarang melebihi nilai pengikatan agunan”.9
Pembiayaan antara Bank Syariah Mandiri dengan PT. Panca Mega Persada
terjadi pada tahun 2015 dan sudah lunas pada tahun tersebut.10
Komoditi
7 Revolving adalah bentuk fasilitas kredit yang bisa dilakukan berulang-ulang sepanjang masih
dalam batas maksimum plafond yang disetujui oleh bank, melalui pinjaman ini, peminjam boleh
membayar sebagian atau seberapa saja daripada jumlah pinjaman dalam jangka masa yang di
tetapkan oleh pihak bank. Sedangkan Non Revolving adalah pinjaman atau loan atau kredit yang
setelah dilunasi atau di angsur hingga lunas sesuai kesepakatan, tidak dapat digunakan lagi. 8 Diakses melalui https://www.syariahmandiri.co.id/business-banking/small-
banking/pembiayaan-modal-kerja, pada 2 Juni pukul 20.00 WIB. 9 Pasal 48-49, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 16 tahun 2014 tentang Penilaian Aset
BUS dan UUS, LN No. 347 tahun 2014, TLN No. 5625 tahun 2014. 10
Novy Tri Muktiyah, Pegawai BSM bagian CB Corporate 1 Jakarta, Interview Pribadi, 21
May 2018.
49
pembiayaan adalah timah dengan agunan resi gudang yang diterbitkan oleh PT.
Bhanda Ghara Reksa (Persero) dengan letak warehouse di GD. Ketapang.
Kuantitas timah yang tersimpan di warehouse sebanyak 5.006,70 KG. Adapun
contoh bilyet resi gudang terlampir pada bagian lampiran-lampiran skripsi ini.
Ketentuan terkait bentuk atau format bilyet resi gudang diatur pada pasal 4 PP No.
70 tahun 2013, yang berbunyi:11
a. Dokumen Resi Gudang sah apabila memuat:
1) judul Resi Gudang;
2) jenis Resi Gudang;
3) nama dan alamat pihak pemilik barang;
4) lokasi Gudang tempat penyimpanan barang;
5) tanggal penerbitan;
6) nomor penerbitan;
7) waktu jatuh tempo simpan barang;
8) deskripsi barang;
9) biaya penyimpanan;
10) kode pengaman;
11) kop surat Pengelola Gudang; dan
12) tanda tangan pemilik barang dan tanda tangan Pengelola
Gudang.
b. Kode pengaman ditetapkan oleh Pusat Registrasi.
c. Ketentuan mengenai tanda tangan dapat dilakukan secara elektronis
dalam bentuk tanda tangan digital bagi Resi Gudang Dalam Bentuk
Tanpa Warkat.”
Diketahui format bilyet resi gudang yang diterbitkan oleh PT. Bhanda Ghara
Reksa (BGR) yang dijadikan agunan gudang tidak menyantumkan biaya
11
Pasal 4, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang, LN No. 172
tahun 2013, TLN No. 5459 tahun 2013.
50
penyimpanan, tetapi dijelaskan pada sellers kit dan mekanisme keanggotaan di
Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) yang diserahkan oleh PT. Panca
Mega Persada ke pihak bank mandiri syariah.
PT. Panca Mega Persada melaksanakan traksaksi jual-beli timah di PT. Bursa
Komoditi & Derivatif Indonesia (BKDI). Hari perdagangan adalah Senin – Jumat
dengan mekanisme perdagangan berupa lelang terbuka. Mekanisme traksaksi di
BKDI akan dijelaskan dibawah ini dalam bentuk skema :
Sebelum Transaksi Transaksi Setelah Transaksi
Memverifikasi asal
biji timah dan
kualitas timah
Menyimpan timah di BGR
Menerima bukti
simpan timah
Menyelesaikan
proses penerimaan
anggota
Memasukan
harga
penawaran jual
Menerima
alokasi
perdagangan
Menerima
clearing
statement
Menerbitkan
invoice &
menyerahkan bukti
bayar royalti
Menerima
pembayaran awal
Menerima
pelunasan
pembayaran
Menyediakan
dokumen ekspor
51
Adapun skema lebih rinci tentang mekanisme transaksi di BKDI akan
dilampirkan pada bagian lampiran-lampiran. Dibawah ini penjelasan dari
skema yang dilampirkan.
a. Memverifikasi Asal Biji Timah dan Kualitas Timah
1) Pada saat akan menyimpan timah di bgr, penjual wajib: Menyerahkan
surat keterangan asal (SKA) biji timah yang telah diverifikasi oleh
surveyor. Dan Menyertai setiap lot dengan certificate of analysis
(COA) yang dikeluarkan oleh surveyor.
2) Surveyor yang ditunjuk: Sucofindo (BUMN) dan Surveyor Indonesia
(BUMN)
b. Menyimpan Timah Di BGR
1) Setelah menerima timah batangan beserta COA dan SKA, BGR akan
menerbitkan bukti simpan timah (BST).
2) BST harus diserahkan kepada isi kliring sebelum dapat melakukan
transaksi.
c. Menerima Alokasi Perdagangan
1) Pada akhir sesi perdagangan: Isi kliring akan menerbitkan alokasi
perdagangan kepada pemenang jual sebelum pukul 18.00 wib.
2) Alokasi perdagangan terdiri dari: a. Nomor alokasi perdagangan b.
Nama pembeli dan penjual c. Nomor bst d. Kuantitas dan kualitas e.
Harga lelang f. Nilai kontrak g. Pelabuhan pemuatan yang ditunjuk
d. Menerima Clearing Statement
1) Clearing statement merupakan laporan keuangan member yang
dapat diakses melalui: http://member.isiclearing.com/pclear/
52
2) Clearing statement terdiri dari: Kode anggota, Nama anggota, Saldo
awal, Nilai transaksi, Biaya-biaya, dan Saldo akhir
e. Menerbitkan Invoice & Menyerahkan Bukti Bayar Royalti
Penjual harus menyerahkan: Invoice, Bukti bayar royalti (BBR), Surat
kuasa pengeluaran barang; kepada isi kliring sebelum pukul 12.00 wib pada
hari kerja kedua setelah transaksi (t+2).
f. Menerima Pembayaran Awal
Penjual akan menerima pembayaran awal sebesar 70% dari nilai kontrak
pada hari kerja ketujuh setelah transaksi (t+7).
g. Menyediakan Dokumen Ekspor
Setelah menerima instruksi pengapalan dari isi kliring, penjual harus
menyediakan dokumen ekspor sebagai berikut: i. Packing list (p/l) ii.
Laporan surveyor (l/s) yang diterbitkan oleh surveyor yang ditunjuk iii.
Certificate of origin (sesuai permintaan pembeli) yang diterbitkan oleh
dinas perdagangan iv. Pemberitahuan ekspor barang (PEB)
h. Menerima Pelunasan Pembayaran
Penjual akan menerima pelunasan pembayaran setelah isi kliring menerima
bill of lading atau maksimal 21 hari setelah transaksi.
i. Biaya-biaya yang ada dalam Mekanisme Perdagangan Timah
1) Biaya Transaksi : 0,06 % dari nilai kontrak, belum termasuk PPN 10%
dan termasuk biaya Kliring
2) Biaya Gudang
a) Jasa penyimpanan Timah Batangan sebelum terjual di Bursa Timah
yaitu sejak diterima di Gudang atau Tempat Penyimpanan Timah
53
Batangan sampai terjadi transaksi adalah sebesar USD 0,6 (Nol
Koma Enam Dollar Amerika) per metric ton per hari sudah
termasuk PPN.
b) Jasa Free On Board (FOB) Timah Batangan, yang terdiri dari
handling masuk, penyimpanan selama 21 hari setelah Timah
Batangan ditransaksikan di Bursa Timah, dan handling keluar
sampai ke atas kapal termasuk stuffing, pengangkutan dan
clearance document adalah sebesar USD 30 (Tiga Puluh Dollar
Amerika) per metric ton sudah termasuk PPN.
3) Biaya Surveyor : $ 17,5 per ton, belum termasuk PPN 10%.12
Dari penjelasan diatas diketahui barang yang jadi obyek pembiayaan adalah
komoditi timah. Diketahui bahwa komoditi timah pada saat berlangsungnya
pembiayaan tersebut belum termasuk barang yang disebutkan dalam sistem resi
gudang yang diatur pada Permendag no. 37 tahun 2011. Adapun barang yang dapat
disimpan di gudang dalam rangka sistem resi gudang adalah : gabah, beras, jagung,
kopi, kakao, lada, karet, rumput laut, dan rotan. Kedua, penetapan selanjutnya
tentang barang dalam rangka sistem resi gudang dilakukan dengan pertimbangan
rekomendasi dari pemerintah daerah, instansi terkait, atau asosiasi komoditas,
dengan tetap memperhatikan persyaratan pada pasal 3. Akan tetapi, komoditi timah
dapat diterbitkan bilyet resi gudang dengan mempertimbangkan syarat-syarat yang
terdapat pada pasal 3, yaitu memiliki daya simpan paling sedikit 3 (tiga) bulan,
memenuhi standar mutu tertentu, dan jumlah minimum barang yang disimpan.13
12
Novy Tri Muktiyah, Pegawai BSM bagian CB Corporate 1 Jakarta, Data Pribadi, 30 Mei
2018. 13 Pasal 3-4, Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2011 Tentang
barang yang dapat disimpan di gudang dalam Penyelenggaraan sistem resi gudang, BN No. 806
tahun 2011.
54
C. Resiko Pembiayaan Resi Gudang
Berdasarkan data yang didapat dari wawancara pribadi dengan pegawai
bank syariah bagian corporate bussiness, berikut penjelasan mengenai resiko
pada pembiayaan resi gudang:14
Risiko Mitigasi Risiko
a. Bonafiditas pembeli
b. Kontrak yang merugikan
c. Sifat barang/inventory yang
diperjualbelikan
a. Pembiayaan lebih ditekankan
kepada usaha yang memiliki
track record bisnis yang baik
dengan mengutamakan
kecepatan perputaran usaha
dengan memperhatikan:
- Likuiditas dan
marketable barang
/inventory yang
diperjualbelikan.
- Daya tahan barang/
inventory.
- Ketersediaan barang.
b. Kontrak tidak dapat dibatalkan
sepihak (contoh: dalam bentuk
irrevocable L/C).
c. Adanya kepastian pembayaran
yang diyakini oleh bank dalam
14
Novy Tri Muktiyah, Pegawai BSM bagian CB Corporate 1 Jakarta, Data Pribadi, 30 Mei
2018.
55
bentuk L/C, SKBDN, sales
contract atau garansi
pembayaran lainnya.
a. Risiko pada saat pemesanan barang/inventory kepada supplier adalah
sebagai berikut :
Risiko Mitigasi Risiko
Ketersediaan barang oleh
supplier sesuai jumlah dan
waktu yang ditentukan.
Kontrak antara nasabah dan supplier
yang mengatur pembelian barang
hingga pengantaran ke gudang nasabah.
b. Risiko pada saat supplier mengirim barang/inventory ke gudang nasabah
dan selama barang/inventory disimpan di gudang adalah sebagai berikut :
Risiko Mitigasi Risiko
Keamanan barang dari kerusakan,
kehilangan dan kebakaran.
Asuransi dan pemilihan gudang
yang memenuhi persyaratan.
c. Risiko pada saat pembayaran barang/inventory ke supplier adalah sebagai
berikut :
Risiko Mitigasi Risiko
a. Ketersediaan self financing
nasabah karena Bank tidak
membiayai 100%.
b. Ketidaksesuaian barang antara
a. Self financing harus disetorkan
terlebih dahulu ke bank.
b. Melakukan cross check antara
Warehouse Receipt dengan
56
Warehouse Receipt dengan sales
Contract.
sales contract. Bank hanya
melakukan pembayaran ke
supplier atas dasar Warehouse
Receipt (W/R) yang
dikeluarkan oleh PT Sucofindo
dan sesuai dengan sales
contract.
d. Risiko pada saat barang/inventory dikirim kepada pembeli adalah sebagai
berikut :
Risiko Mitigasi Risiko
a. Barang/inventory ditolak
karena rusak atau hilang di
perjalanan.
b. Delivery barang /inventory
terlambat.
a. Asuransi.
b. Pemilihan jasa angkutan yang
bonafid
e. Risiko dari sisi hukum
Pasal 4 Permendag no. 37 tahun 2011 menyatakan bahwa ayat (1)
Barang yang dapat disimpan di gudang dalam rangka sistem resi gudang
adalah : gabah, beras, jagung, kopi, kakao, lada, karet, rumput laut, dan
rotan. Dan ayat (2), penetapan selanjutnya tentang barang dalam rangka
sistem resi gudang dilakukan dengan pertimbangan rekomendasi dari
pemerintah daerah, instansi terkait, atau asosiasi komoditas, dengan tetap
memperhatikan persyaratan pada pasal 3. Dilihat dari regulasi tersebut,
terdapat risiko hukum jika terjadi sengketa saat berlangsungnya
57
pembiayaan. Risiko tersebut terdapat dari sisi perlindungan hukum bagi
BSM yang dinilai lemah karena komoditi timah belum termasuk barang-
barang yang disebutkan pada permendag no. 37 tahun 2011. Dari hasil
wawancara mitigasi risiko yang digunakan pada berlangsungnya
pembiayaan komoditi timah tahun 2015, pihak bank langsung
menyelesaikan secara internal dengan cara berdiskusi langsung dengan
nasabah.
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pembiayaan komoditi timah ini terdapat tiga pihak yang berkaitan
dan memiliki peran masing-masing. Pertama, PT. Panca Mega Persada selaku
nasabah (syarik) yang melakukan pembiayaan dengan agunan berupa resi gudang
timah. Kedudukan hukum PT. PMP selaku nasabah (syarik) diatur pada pasal 4
UU SRG. Kedua, PT. Bhanda Ghara Reksa selaku pengelola gudang dan penerbit
resi gudang. Kedudukan hukum PT. BGR diatur pada pasal 23,24, 26 dan 27 UU
SRG dan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang Pasal 2-3. Ketiga, PT.
Bank Syariah Mandiri sebagai bank syariah yang menyediakan produk pembiayaan
dengan agunan resi gudang. Dasar hukumnya adalah pasal 45 POJK No. 16 tahun
2014 tentang Penilaian Aset BUS dan UUS. Hubungan antara PT. PMP dengan
BSM bersifat kemitraan, dimana PT. PMP selaku nasabah (syarik) pembiayaan
yang melakukan kegiatan pertambangan timah dan BSM sebagai pemberi
pinjaman modal dalam kegiatan tersebut. PT. BGR adalah pengelola gudang yang
menyimpan hasil kegiatan pertambangan timah PT. PMP untuk menerbitkan resi
gudang.
Pembiayaan komoditi timah yang dilakukan PT. PMP dengan BSM
menggunakan akad musyarakah dengan skema musyarakah revolving, maka
ketentuan dalam akad tersebut diatur pada fatwa DSN MUI No. 55 tahun 2007
tentang Pembiayaan Rekening Koran Syariah Musyarakah dan Fatwa No. 8 tahun
2000 tentang Pembiayaan Musyarakah. Dalam fatwa tersebut tidak
mempermasalahkan adanya jaminan berupa resi gudang, walaupun tidak dijelaskan
secara signifikan hanya disebutkan bahwa setiap pembiayaan LKS boleh meminta
jaminan dengan tujuan menghindari terjadinya penyimpangan. Adapun mengenai
59
aturan agunan resi gudang dalam hukum positif pada pembiayaan komoditi timah
ini diatur dalam UU No. 9 tahun 2011 tentang Perubahan Atas UU No. 9 Tahun
2006 Tentang Sistem Resi Gudang, PP No. 70 tahun 2013 perubahan atas PP No.
36 tahun 2007, Permendag No. 37 tahun 2011, POJK No. 16 tahun 2014 tentang
Penilaian Aset BUS dan UUS. Dari keempat peraturan tersebut yang belum
terpenuhi adalah Permendag No. 37 tahun 2011 karena pada peraturan tersebut
komoditi timah belum termasuk 9 komoditi yang dapat disimpan di gudang dalam
rangka sistem resi gudang.
B. Saran
Diharapkan PT. Bank Syariah Mandiri dapat lebih mengoptimalkan dan
memaksimalkan pembiayaan dengan agunan resi gudang dengan cara
mengoperasikan kembali pembiayaan tersebut, walaupun dengan resiko melakukan
pengecekan barang setiap saat. Hal tersebut bertujuan untuk dapat membantu
UMKM dan para petani dalam mengembangkan usahanya tanpa harus berpikir
panjang tentang barang yang akan dijaminkan. Dan juga dapat mendukung
pemerintah dalam menjalankan Undang-undang nomor 9 tahun 2011 tentang
sistem resi gudang. Sosialisasi sistem resi gudang yang dilakukan oleh pemerintah
atau perbankan (konvensional ataupun syariah) agar lebih ditingkatkan kepada para
petani dan/atau pelaku usaha.
60
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammas Syafi’i. Bank Syariah : Dari Teori Ke Praktek. Jakarta :
Gema Insani Press, 2001.
Adhigya, Hero Yudha. Penerbitan Resi Gudang Sebagai Jaminan Hutang. Depok:
Skripsi. Program S1 Ilmu Hukum Kekhususan Hukum Tentang Hubungan
Antara Sesama Anggota Masyarakat Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2012.
Aini, Nur. Analisis Pembiayaan Dengan Prinsip Jual Beli Murabahah Dan
Perlakuan Akuntansinya Pada PT. Bank Riau Syariah Pekanbaru. Riau:
Skripsi Program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN
Sultan Syarif Kasim, 2011.
Ashari. Potensi Dan Kendala Sistem Resi Gudang (Srg) Untuk Mendukung Pembiayaan Usaha Pertanian Di Indonesia. Bogor : Jurnal Forum
Penelitian Agro Ekonomi, Volume 29 No. 2, (2011) :129 – 143.
Doyoharjo, Anggo, SH. MH.. Sistem Resi Gudang Sebagai Alternatip Sumber Pembiayaan Untuk Komoditas Pertanian. Surakarta : Wacana Hukum
Volume VII, No.1, (2008): 100-115.
Drs. Ismail, MBA., Ak. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana, 2011.
DSN MUI. https://dsnmui.or.id/produk/fatwa/. (diakses tanggal 14 Agustus 2018).
Hariyani, Iswi dan R. Serfianto. Resi Gudang Sebagai Jaminan Kredit dan Alat
Perdagangan. Jakarta : Sinar Grafika, 2010.
Huda, Nurul dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis
dan Praktis, cet. 1. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
61
Imaniyati, DR. Neni sri neni SH., MH. Perbankan Syariah dalam Perspektif
Hukum Ekonomi. Bandung: CV. Mandar Maju, 2013.
Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan. Ed. 3-4. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Khoirunnisa, Oktaviani. Upaya Hukum Lembaga Perbankan Dalam Penyaluran
Kredit Usaha Dengan Jaminan Resi Gudang : Studi Pada PT. Bank Rakyat
Indonesia KCP Mungkid. Yogyakarta : Skripsi. Program S1 Ilmu Hukum
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
2016.
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2011 tentang Barang Yang Dapat Disimpan Di Gudang Dalam Penyelenggaraan Sistem
Resi Gudang. Berita Negara Republik Indonesia tahun 2011 No. 806.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 16 tahun 2014 tentang Penilaian Aset
BUS dan UUS. Lembar Negara Republik Indonesia No. 347 tahun 2014.
Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia tahun 2014 No. 5625.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi
Gudang. Lembar Negara Republik Indonesia tahun 2013 No. 172.
Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia tahun 2013 No. 5459.
PT. Bank Syariah Mandiri. Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report).
Jakarta, 2016.
PT. Bank Syariah Mandiri. Laporan Pelaksanaan GCG. Jakarta, 2016.
PT. Bank Syariah Mandiri. www.syariahmandiri.co.id.
PT. Bhanda Ghara Reksa. http://bgrindonesia.com. (diakses tanggal 8 Juni 2018).
62
PT. Indopersda Primamedia. Artikel Bangkapos. http://bangka.tribunnews.com/.
(diakses pada tanggal 6 Oktober 2018)
PT. Panca Mega Persada. http://pmp.fongsgroup.com. (diakses pada tanggal 8 Juni
2018).
Mamudji, Sri, Dkk. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Depok: Badan
Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Mardani,. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013.
Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media
Gruop, 2009.
Nor, Dumairi. Ekonomi Islam Versi Salaf. Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2008.
Rahmawati, Yuke. Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Ciputat: UIN Jakarta Press,
2013.
Rais, Dr. Hj. Isnawati MA. dan Dr. H. Hasanudin, M.Ag. Fiqih Muamalah dan
Aplikasinya pada LKS. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah: Deskripsi dan Ilustrasi.
Yogyakarta: Ekonisia, 2003.
Sustyaningrum, Evi. Eksistensi Resi Gudang Sebagai Lemabaga Jaminan Di Indonesia. Surakarta : Jurnal Reportorium, Volume 1 No. 2, (2014): 2355-
2646.
Sutedi, Adrian. Perbankan Syariah. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009.
63
Syahadat, Avalisia Mahacakri. Resi Gudang Sebagai Jaminan Kredit Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Sistem Resi Gudang.
Lampung: Skripsi. Program S1 Ilmu Hukum Bagian Hukum Keperdataan
Fakultas Hukum Universitas Lampung, 2011.
Usman, Rachmadi. Hukum Jaminan Keperdataan. Jakarta : Sinar Grafika, 2008.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan. Jakarta. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998
Nomor 182. Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1998
No. 3790.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi
Gudang. Jakarta. Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2006 No. 59.
Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2006 No. 4630.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah. Jakarta. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
94. Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 4867.
Wijaya, Gunawan dan Ahmad Yani. Seri Hukum Bisnis: Jaminan Fidusia. Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
Zulkarnain, Lutfi. Analisis Transaksi Resi Gudang Dan Potensi Pengembangannya Ke Unit Syariah. Depok : Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah Vol. 5.
No.1, (2017): 2355-1755, online: 2579-6437.
WAKTU dan MEKANISME PERDAGANGAN
• Hari Perdagangan:
– Senin sampai Jumat
• Jam Perdagangan:
• Mekanisme Perdagangan: Lelang Terbuka
KodeKontrak
Jam Perdagangan (WIB) Periode Perdagangan(menit)Mulai Selesai
TINPB300 14.30 14.37 7
TINPB200 14.40 14.47 7
TINPB100 14.50 14.57 7
TINPB050 15.00 15.07 7
TIN4NINE 15.10 15.17 7
MENYELESAIKAN PROSES PENERIMAAN ANGGOTAMelengkapi
Dokumen ICDX, ISI,BAPPEBTI, dan
Dokumen Verifikasi
MelakukanPembayaran (Sesuai
SEB)
PermohonanSertifikat Pedagang
Berjangka keBappebti( 4 Hari)
Pengajuan DokumenVerifikasi ke Komite
Kunjungan SmelterDibutuhkan
Tim Survey ICDX danISI beserta Surveyorakan memverifikasi
Smelter
Pengajuan HasilKunjungan Smelter ke
Komite
DisetujuiDapat memasukan
Timah ke BGR
Kunjungan SmelterTidak Dibutuhkan
Tidak Disetujui
DiberikanRekomendasiPembinaan
1.Memperbaikikualitas2.Toll smelt
CLEARING STATEMENT
PENJUAL
BKDI
1. Penyimpanan TimahBatangan disertai CoA
3. Penyerahan BST
5. Laporan Transaksi
2. Penerbitan BST
6.PemberitahuanAlokasiPerdagangan
4.H
arga
penaw
aran
jual
ISI KLIRING
BGR
MEKANISME PERDAGANGAN TIMAH
PENJUAL
3. Invoice, BBR & Surat KuasaPengeluaran Barang
ISI KLIRING
4.InstruksiPembayaran
Awal
1. Clearing Statement
SETTLEMENT MECHANISM
2. Informasi identitaspenerima Timah
5. Pembayaran Awal
DELIVERY MECHANISM
SELLER SHIPPINGCOMPANY
5. Bill of Lading (Copy)
BGR
2. Required Export Doc.
ISI CLEARING
4. Shipping
PORT OFDISCHARGE
3.Load
ingTin
onBoard
5. Bill of Lading
1.ShippingInstruction
OPSI ALTERNATIVE DELIVERY PROCEDURES
• Hanya untuk penyelesaian transaksi.
• Disetujui oleh Penjual dan Pembeli.
• Penyerahan formulir Alternative Delivery Procedure (ADP) yangdipersyaratkan oleh ISI Kliring harus ditandatangani Pembeli dan Penjualdan diserahkan kepada ISI Kliring sebelum pukul 12.00 WIN pada harikerja berikutnya setelah transaksi.
• Setelah Penyerahan formulir Alternative Delivery Procedure (ADP) kepadaISI Kliring, Pembeli dan Penjual bertanggung jawab untuk penyelesaiantransaksi.
• Pemilihan Alternative Delivery Procedure (ADP) tidak menghilangkankewajiban keuangan Pembeli dan Penjual kepada ISI Kliring dan BKDI.