Download - Resensi Buku Colaborative Learning
-
7/22/2019 Resensi Buku Colaborative Learning
1/18
Tugas Individu
MK. Teori dan Strategi Pemebelajaran PTKOleh : Dr. Lumu Taris, M.Pd.
RESENSI BUKU
COLABORATIVE LEARNINGSTRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK SUKSES BERSAMA
Penulis : David W. johnson Roger T. Johnson dan Edythe Johnson Holubec
Tahun Penerbitan 2009
Penerbit : Nusa Media: Bandung
Oleh :
Muhammad Riska B.12B08089
Kelas PTK B
Program Studi Pendidikan Teknologi KejuruanProgram Pascasarjana Universitas Negeri Makassar
2013
-
7/22/2019 Resensi Buku Colaborative Learning
2/18
Daftar Isi
Tugas Individu........................................................................................1
Daftar Isi.................................................................................................2
A.Pendahuluan.......................................................................................3
B.Resensi Buku Colaborative Learning...................................................4
Bab I: Pembelajaran Kooperatif........................................................4
Bab II : Riset tentang Pembelajaran Cooperatif...............................6
Bab III : Komponen-komponen Esensial Pembelajaran Kooperatif. . .7
Bab IV : Pembelajaran Kooperatif Formal.........................................8
Bab V : Pembelajaran Koopertaif Informal.......................................9
Bab VI: Kelompok Inti Kooperatif......................................................9
Bab VII : Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Terintegrasi di Kelas
.......................................................................................................10
Bab VIII : Mengajarkan Skil-skil Kooperatif kepada Siswa..............10
Bab IX : Kooperasi dan Konflik.......................................................11
Bab X : Sekolah Kooperatif............................................................11
Bab XI : Perubahan Paradigma Belajar..........................................12
C.Pembahasan..................................................................................... 14
D.Kesimpulan.......................................................................................17
Daftar Pustaka......................................................................................18
-
7/22/2019 Resensi Buku Colaborative Learning
3/18
A. PendahuluanProses pembelajaran merupakan suatu kegiatan intraksi antara
guru dan murid dimana akan diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar ( dimyati dan mudjiono, 2006 : 3 ). Proses pembelajaran juga
diartikan sebagai suatu proses terjadinya intraksi antara pelajar,
pengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, yang
berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan waktu
tertentu pula ( hamalik, 2006 : 162 ).
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut di atas maka dapat
diartikan bahwa proses pembelajaran sebagai suatu proses intraksiantara guru dan murid dimana akan dikhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang
berlangsung dalam suatu lokasi dan jangka waktu tertentu.
Pada proses interaksi anatara guru dan peserta didik merupakan
salah satu hal yang terpenting dalam proses pembelajaran karena dari
proses tersebut merupakan kegiatan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pada proses pembelajaran tersebut guru haru memiliki
banyak strategi dan model pembelajaran yang tepat untuk
menyampaikan materi. Sebagai seorang guru harus mampu memilihmodel pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam
memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan
atau kondisi peserta didik, bahan pelajaran serta sumber-sumber
belajar yang ada agar penggunaan model pembelajara dapat
diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.
Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat
pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut
Sardiman A. M. (2004 : 165), guru yang kompeten adalah guru yang
mampu mengelola program belajar-mengajar. Mengelola di sini
memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang gurumampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuka
dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, bertanya,
memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru
menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan
melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
Pada resensi buku ini penulis akan mengangkat buku
Colaborative Learning yang ditulis oleh David W. Johnson, Roger T.
Johnson dan Edythe Johnson Holubec tahun 2010. Buku ini banyak
membahas tentang teori Colaborative Learning dan lebih spesifik
dengan Cooperative Learning yang membahas strategi pembelajaran
http://www.sarjanaku.com/2012/09/pelaksanaan-proses-belajar-mengajar.htmlhttp://belajarpsikologi.com/cara-meningkatkan-motivasi-belajar-anak/http://belajarpsikologi.com/cara-meningkatkan-motivasi-belajar-anak/http://www.sarjanaku.com/2012/09/pelaksanaan-proses-belajar-mengajar.html -
7/22/2019 Resensi Buku Colaborative Learning
4/18
untuk membidik target pengajaran. Buku ini terdapat uraian secara
teoritis dan praktis bagaimana membuat lingkungan pembelajaran,
mengorganisasi siswa, dan mengelolah konflik.
B. Resensi Buku Colaborative Learning
Bab I: Pembelajaran Kooperatif
Pada lingkungan sekolah guru memiliki pilihan untuk menyusun
pembelajaran supaya siswa dapat bekerja secara individu atau
bekerja bersama-sama dalam kelompok kecil ataupun besar
untuk mengusai materi pelajaran.
Kompetisi : Ketika siswa berkometisi mereka dituntut untuk
bersaing satu dan yang lain untuk mecapai suatu tujuan yang
hanya dapat dicapai oelah beberapa orang atau hanya seorang
saja. Bahkan bisa saja dalam kompetisi siswa berusaha keras
untuk menjadi yang terbaik dari teman sekalasnya yang lain.
Bahkan bisa juga mereka bekerja untuk menjadtuhkan rekan
kelasnya dan merayakan jika rekan kelasnya gagal.
Individualisme : Ketika siswa dituntut bekerja secaraindividualistik, mereka bekerja sendiri-sendiri untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang tidak dipandang sebagai tidak ada
hubungannya dengan siswa.
Kooperasi : Kooperasi berarti bekerja bersama untuk mencapai
tujuan bersama. Dalam kegiatan yang kooperatif setiap anak
berusaha mencapai hasil yang menguntungkan bagi diri sendiri
dan semua anggota kelompok.
Pembelajaran Kooperatif adalah sebuah proses belajar mengajar
yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang
memungkinkan siswa untuk bekerja secara bersama-sama di
dalamnya guna memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri
dan pembelajaran satu sama lain. Idenya, setelah menerima
pelajaran dari guru, anggota kelas dibagi menjadi kelompok
kecil kemudian diberi tugas sama bagi setiap kelompok. Dengan
tugas kooperatif seperti ini peserta didik berusaha untuk
menyelesaikan tugas bersama-sama den berusaha tahu dan
saling memberi manfaat terhadap satu dengan yang lainnya.
-
7/22/2019 Resensi Buku Colaborative Learning
5/18
Di dalam kelas yang ideal, semua siswa akan belajar tentang
baigaimana cara bekerja sama secara kolaboratif (kerja bareng)
dengan orang lain, bersaing untuk bersenang-senang danbergembira, serta bekerja sendiri-sendiri secara otonom. Yang
jelasnya ada lebih banyak hal yang diperlu dilakukan dalam
pemeblajaran kooperatif daripada sekedar pengaturan tempat
duduk.
Pembelajaran Kooperatif Formal : Pembelajaran kooperatif
adalah suatu bentuk pembelajaran kooperatif di mana siswa
bekerja secara bersama-sama, pada jam pelajaran tertentu
selama beberapa minggu untuk mencapai tujuan pembelajaran
bersama-sama dengan memastikan bahwa mereka dan temansatu kelompoknya berhasil menyelesaikan tugas belajar yang
diberikan dengan baik.
Pembelajaran kooperatif Informal : membantu guru
memastikan bahwa siswa melakukan tugas-tugas intelektual
seperti mengorganisasikan, menjelaskan, merangkum, dan
mengintegrasikan materi kedalam struktur-struktur konseptual
yang ada selama pengajaran berlangsung.
Kelompok-kelompok Kooperatif Inti : (Colaborative Base
Group) bersifat jangka panjang. Ini merupakan kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif yang hetrogen dengan
keanggotaan tetap yang bertahan sampai semua anggotanya
lulus.
Struktur Kooperatif: Agar dapat menggunakan pembelajaran
kooperatif pada sebagian besar jam pelajaran, guru harus
mengidentifikasi dan menyusun pelajaran umum secaraa
kooperatif dan kegiatan-kegiatan rutin mata pelajarn yang
sifatnya repetitif (berulang). Ketika guru menggunakan
kelompok kooperatif formal, informal, inti dan struktur kooperatifumum seperti naskah pembelajaran maka keahlian mereka akan
terasah dan secara otomatis akan memulai menggunakan
pembelajaran kooperatif sesuai kebutuhan.
Sekolah Kooperatif : Sebagai konteks alternatifnya adalah
struktur organisasional yang berbasis kelompok dan berkinerja
tinggi (team base and high performance organisational
structures) diman setiap individu bekerja secara kooperatif di
dalam tim yang memiliki tanggung jawab atas seluruh proses
dan produk. Struktir organisasional yang baru ini dikenal sebagai
Sekolah Kooperatif (cooperative School).
-
7/22/2019 Resensi Buku Colaborative Learning
6/18
Level kedua dari sekolah kooperatif adalah para tenaga pengajar
yang bekerja dalam kelompok-kelompok kelegial yang saling
mendukung yang bertujuan untntuk meningkatkan keberhasilanproses pengajaran mereka
Mengetahui tentang bagaimana melakukan sesuatu bukanlah
sebuah skil tetapi menjadi mampu melakukan sesuatu dengan
biak baru bisa dikatakan skil. Pengembangan skil membutuhkan
waktu dan usaha yang keras untuk berkembang. Penerapan
pembelajaran kooperatif membutuhkan kebiasaan
dalampenerapannya di kelas. Bukan hanya itu tetapi bagaimana
seorang guru menerapkan pembelajaran cooperatif agar siswa
lebih mudah menyerap pembelajaran sampai mencapai tujuan
pembelajaran.
Bab II : Riset tentang Pembelajaran Cooperatif
Dua lebih baik dari satu, karena dua akan memperoleh imbalan
yang lebih besar atas usahanya. Karena jika mereka jatuh maka
yang lain akan menolong, tetapi jika bekerja sendirian jika
terjadi kesalahan tidak ada yang menolog.(Ecclesiastes 4: 9-12). Begitulah berengkali pandangan tentang bekerja secara
bekolompo/tim, satu dan yang lain anggota kelompok saling
mendukung dan saling membantu dalam memahami materi
pembelajaran. Pada Bab II ini ada tiga perspektif teoritis umum
yang berkembang yaitu Social-Intedependence Theory,
CognitiveDevelopmental Teory, dan Behavioral Learning Teory
yang telah menjadi pedoman riset tentang pembelajaran
kooperatif.
Keefektifan pembelajaran kooperatif telah ditegaskan baik oleh
riset teoritis maupun demostrasi, dan literaturnya meliputiliteratur ilmiah maupun literatur profesional.
Hubungan Interpersonal dan Dukungan Sosial : Di dalam setiap
kelas guru hati siswanya jika merak ingin agar para siswa
mampu menunjukkan usaha yang luar biasa dalam belajar, dan
hubungan dengan teman sekelas atau sebaya adalah kunci
untuk meraih hati siswa. Setiap individu akan lebih peduli
terhadap satu sama lain dan lebih berkomitmen terhadap
keberhasilan satu sama lain ketika mereka bekerja bersama
-
7/22/2019 Resensi Buku Colaborative Learning
7/18
secara kooperatif dibandingkan jika mereka harus bersaing
sendiri-sendiri.
Bab III : Komponen-komponen Esensial
Pembelajaran Kooperatif
Kerja sama lebih baik dari sekedar pengaturantempat duduk.
Pembelajaran kooperatif melibatkan lebih dari sekedar
menempatkan siswa beberapa orang disatu tempat duduk dan
menyuruh mereka untuk saling membantu satu samalain.
Banyak hal yang dapat melukai kegiatan kelompok yang kurang
mampu hanya menyerahkan sepenuhnya kepada yang lebih
mampu atau bisa dikatakan ada anggota kelompok yang hanya
mengekor saja. Perlunya Interpendensi Positif untuk setiap
anggota kelompok semua untuk satu, satu untuk semua.
Dibutuhkan kerja sama yang kompak dalam satu kelompok dan
diperlukan adanya tanggung jawab satu sama lain antara
nggota kelompok. Interpendensi positif dibangun melalui empat
cara. Interpendensi tujuan positif, Interpendensi
Imbalan/Selebrasi Positif, Interpendensi sumber daya Positif, dan
Interpendensi Sumberdaya Positif.
Tetapi semakin tinggi interpendensi positif di satu kelompok
pembelajaran, semakin besar kemungkinan terjadinya ketidak
sepakatan intelektual dan konflik di antara kelompok ketika
mereka saling membagi informasi, presepsi, pendapat dan
kesimpulan.
Interpendensi positif akan menghasilkan komponen esensial
kedua dalam pembelajaran kooperatif, yaitu interaksi promotif.
Interaksi promotif merujuk pada para siswa yang yeng saling
memfailitasi keberhasilan satu sama lain.
Tanggung jawab Individual/Tanggung Jawab Personal :
Komponen esesnsail ketiga dari pembelajaran kooperatif, yakni
tanggung jawab individual. Setiap anggota kelompok
seharusnya memiliki tanggung jawab masing-masing terhadap
materi dan tugas yang diberikan. Bertanggung jawab atas
keberhasilan teman kelompoknya.
Skil-skil kelompok kecil dan interpersonal adalah komponen
esensial keempat dari pembelajaran kooperatif. Kelompok
pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk mempelajari
-
7/22/2019 Resensi Buku Colaborative Learning
8/18
mata pelajaran (tugas pokok) akademis serta skil-skil kelompok
kecil dan interpersonal yang dibutuhkan dalam menjalankan
funsi sebagai anggota kelompok.Komponen esesnial pembelajaran kooperatif yang kelima adalah
pemrosesan kelompok. Kerja kelompok yang efektif dipengaruhi
oleh apakah setiap kelompok merenungkan/memproses atau
tidak mengenai seberapa baik mereka telah berfungsi.
Bayak pendidik yang meyakini mereka telah menggunakan
pembelajaran kooperatif padahal mereka kehilangan
esesnsinya. Ada perpedeaan penting antara hanya sekedar
menempatkan siswa dalam kelompok untuk belajar dengan
menyusun struktur kerja sama di antara para siswa.
Bab IV : Pembelajaran Kooperatif Formal
Dalam pembelajaran kooperatif formal para siswa bekerja
bersama-sama yang waktunya berkisar dari satu priode kelas
sampai beberapa minggu untuk mencapai tujuan pembelajaran
bersama dan menyelesaikan tugas-tugas dan pekerjaan spesifik.
Dalm situasi pembelajaran kooperatif, guru membentuk
kelompok-kelompok pembelajaran, mengajarkan konsep-konsepdan strategi-strategi dasar, memonitor bagimana masing-
masing kelompok pembelajaran berfungsi mengintervensi untuk
mengajarkan skil-skil kelompok kecil, memberikan bantuan
untuk menyelesaikan tugas jika dibutuhkan, mengevaluasi
pembelajaran siswa dengan menggunakan sebuah sistem
dengan rujukan kriteria, serta memastikan bahwa kelompok-
kelompok tersebut memproses seberapa efektif setiap anggota
bekerja sama. Para siswa berusaha mendapatkan bantuan,
umpan balik, penguatan, dan dukungan dari teman-temanya.
Seorang guru punya enam bagian peran di dalam pembelajran
kooperatif formal (Johnson dan Johnson 1994; Johnson, Johnson,Holubec 1993):
1. Menentukan secara spesifik tujuan sebuah pembelajran;
2. Membuat keputusan-keputusan pra pengajaran berkaitan
dengan kelompok pembelajaran, pengaturan ruangan, materi
pengajaran, dan peran siswa didalam kelompok.
3. Menjelaskan susunan tugas dan tujuan kepada para siswa;
4. Mengatur pelajaran kooperatif yang akan dilaksanakan;
5. Mengawasi efektifitas kelompok pembelajaran kooperatif dan
memberikan masukan apabila diperlukan;
-
7/22/2019 Resensi Buku Colaborative Learning
9/18
6. Mengevaluasi pencapaian siswa dan membantu mereka
mendiskusikan tentang seberapa baik mereka telah
berkolaborasi satu sama lain.
Bab V : Pembelajaran Koopertaif Informal
Pembelajaran kooperatif informal terdiri dari kegiatan-kegiatan
yang membuat para siswa bekerja bersama untuk mencapai
sebuah tujuan pembelajaran bersama dalam kelompok-
kelompok yang bersifat sementara dan khusus yang bertahan
sekitar beberapa menit saja dalam satu priode kelas. Kelompok-
kelompok seperti ini dapat digunakan untuk memfokuskanperhatian siswa terhadap materi yang akan dipelajari,
menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar, memastikan
bahwa para siswa memproses secara kognitif materi yang sudah
diajarkan dan memberikan penutup bagi sebuah sesi
pengajaran.
Beberapa contoh prosedur untuk pembelajaran kooperatif
informal untuk membantu guru dalam menerapkanya 1. Diskusi
Terfokus (Pengorganisasian Awal) , 2. Segmen Penyampaian
Pelajaran (1. Menyampaikan segmen pertama dari pelajaran) , 3.Diskusi Berpasangan, 4. Segmen Penyampaian Pelajaran
(menyampaikan segmen kedua dari pelajaran) , 4. Diskusi
Berpasangan (Memebrikan tugas diskusi) , 5. Ulangi bagian
segmen penyampaian semua pelajaran, 6. Diskusi Terfokus
(Penutup).
Bab VI: Kelompok Inti Kooperatif
Kelompok-kelompok inti kooperatif adalah kelompo
pembelajaran kooperatif jangka panjang dengan keanggotaan
yang stabil yang tanggung jawab utamanya adalah untuk
membantu para siswa memberikan dukungan, dorongan, dan
asistensi kepada satu sama lain dalam menyelesaikan tugas dan
saling menjaga tanggung jawab masing-masing dalam usaha
mereka belajar.
Kelompok Inti kelas dan kelompok inti sekolah, dimana
kelompok inti kooperatif membantu siswa untuk membangun
-
7/22/2019 Resensi Buku Colaborative Learning
10/18
hubungan jangaka panjang yang permane. Kelompok-kelompok
inti kooperatif dapat digunakan pada tingkatan manapun untuk
memberikan jaringan pendukung pada siswa. Apabila digunakanbersama-sama dengan pembelajaran kooperatif formal dan
informal, kelompok inti akan menguatkan pembelajaran di
dalam kelas, mengecek lagi pemahaman mereka terhadap
konten pembelajadarn dan tugas, dan membangun hubungan
yang bermakna dengan teman-temannya.
Bab VII : Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
Terintegrasi di Kelas
Pada kelas berapa pun dan kelas berapa pun dapat disusun
dengan pembelajaran kooperatif. Semua kelas dapat memiliki
perpaduan antara kelompok formal, informal, inti serta dapat
menggunakan naskah-naskah kooperatif dengan tingkat yang
berbeda. Tipikal sebuah sesi kelas terdiri dari pertemuan
kelompok inti, penyampaian pelajaran singkat dan atau proyek
kelompok, serta diakhiri dengan pertemuan kelompok inti.
Kombinasi dari pembelajaran formal dan informal serta
kelompok inti kooperatif yang dibarengi dengan struktur
kooperatif adalah sebuah cara yang efektif untuk menyusunstruktur pelajaran atau kelas pada setiap tingkatan.
Bab VIII : Mengajarkan Skil-skil Kooperatif
kepada Siswa
Tidak semua siswa memiliki kemampuan tentang bagaimana
berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan berinteraksi dan
interpersonal seorang anak tidak serta merta muncul begitu saja
secara ajaib ketika dia dibutuhkan. Banyak siswa sekolah dasardan menengah yang tidak memiliki skil-skil sosial dasar seperti
mampu memahami orang lain atau mendiskusikan secara benar
tugas yang diberikan. Sehingga banyak guru yang menemukan
siswanya kesulitan untuk berkolaborasi dengan rekannya yang
lain. Maka dari itu dalam situasi kooperatif inilah ada sebuah
tugas yang harus diselesaikan dengan skil-skil sosial yang
relevan dan mesti diajarkan.
Mengajarkan skil-skil kooperatif ada empat aturan umum yang
menunjang pengajaran, yang pertama adalah konteks kooperatif
-
7/22/2019 Resensi Buku Colaborative Learning
11/18
harus dibangun lebih dulu sebelum mengajarkan skill kooperatif.
Kedua skil-skil kooperatif harus diajarkan secara langsung.
Ketiga, sementara guru menyusun struktur kerja sama di dalamkelas dan pada awalnya menentukan skil-skil yang dibutuhkan
untuk bekerja sama, anggota kelompok lainnya sebagian besar
menentukan apakah skil-skil tersebut dipelajari dan dihayati.
Keempat, semakin cepat para siswa dipelajari skil-skil
kooperatif, semakin baik.
Ada sangat banyak skil interpersonal yang mempengaruhi
keberhasilan usaha kolaboratif. Ada empat tingkatan skil
kooperatif : 1. Formatif (membentuk) , 2. Fuctioning
(memungsikan) , 3. Formulating (merumuskan) , 4. Fermenting(mengembangkan).
Bab IX : Kooperasi dan Konflik
Kooperasi dan konflik selalu berjalan beriringan. Kooperasi atau
kerja sama yang terjadi pada pembelajaran kooperatif kadang
diiringi dengan konflik antar anggota. Tidak adanya konflik yang
terjadi pada kelompok mungkin merupakan sebuah pertanda
adanya sikap acuh atau tidak peduli. Semakin beras kepeduliananggota kelompok dengan tujuan kelompok semakin besar
kemungkinan terjadi konflik. Apabila dikelolah secara konstruktif
atau terbimbing, konflik akan menjadi sumber kreatifitas,
kesenangan, dan penalaran. Sedangkan jika dikelolah secara
destruktif, konflik akan menjadi bencana, kemarahan, dan
kegagalan.
Maka dari itu semua untuk memastikan konflik itu konstruktif-
guru harus menciptakan sebuah konteks kooperatif di dalam
kelas maupun di sekolah, mengajarkan siswa bagaimana
mengelolah konflik-konflik intelektual yang inheren di dalamkelompok pembelajaran melalui kontroversi akademik, serta
mengajari para siswa untuk menegosisasikan sendiri resolusi-
resolusi yang konstruktif yang konstruktif serta membantu
menyelesaikan konflik teman sekelas mereka melalui mediasi.
Bab X : Sekolah Kooperatif
-
7/22/2019 Resensi Buku Colaborative Learning
12/18
Struktur keorganisasian dari setiap sekolah mencerminkan
sistem sekolah di mana struktur tersebut diterapkan dan
asumsi-asumsi dasar mengenai bagaimana siswa belajar danbagaimana mereka harus belajar. Struktur berbasis tim dikenal
sebagi sekolah kooperatif, yang melibatkan penggunaan
pembelajaran kooperatif di dalam kelas, kelompok-kelompok
pendukung kolegia tenaga pengajar di sekolah, struktur
pengambilan keputusan berbasis sekolah atau di rumuskan
secara bersama-sama, serta rapat dewan guru yang dilakukan
dengan cara-cara kooperatif. Inti dari sekolah kooperatif adalah
tim pengajar kolegial yang memfokuskan perkembangan
berkelanjutan keahlian guru dalam menggunakan pembelajaran
kooperatif.
Berkonstribusi terhadap setiap usaha tim merupakan hal yang
terpenting pada setiap level organisasi moderen. Tak terkecuali
dengan sekolah, setiap pengajar dan siswa haru semimiliki
keinginan saling berbagi dan berkonstribuso sebagi tim. Mereka
harus mengambil posisi dan mempertahankan pandangan
mereka secara kreatif. Tingkat pertama dari struktur sekolah
kooperatif adalah dimulai dari ruang kelas di mana
pembelajaran kooperatif digunakan pada sebagian besar
jampelajaran. Tingkat kedua sekolah kooperatif yaitu
menciptakan struktur kooperatif dengan membentuk tim-timpengalaman kolegial, satuan tugas, dan kelompok ad-hok
pengambilan keputusan di dalam sekolah.
Bab XI : Perubahan Paradigma Belajar
Pembelajaran kollaboratif merupakan sebuah perubahan
paradigma yang lebih luas yang terjadi dalam bidang
pembelajaran. Paradigma pembelajaran yang lama menganngap
guru merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapatmentransfer ilmu ke siswa, pembelajaran dimana siswa bersaing
secara individu dengan menggunakan sumber belajar yang
monoton, guru merupakan tenaga ahli yang pasti bisa mengajar.
Sedangkan paradigma pembelajaran baru bukan hanya guru
yang menjadi sumber pembelajaran tetapi bisa berkolaborasi
antara guru dan siswa. Siswa telah menggunakan berbagai
sumber belajar baik rekan sebayanya maupun lingkungan
belajaranya, bukan hanya guru yang menjadi tenaga ahli yang
bisa mengajar tetapi siswa juga bisa menjadi tenaga ahli dalam
proses pembelajaran di kelas.
-
7/22/2019 Resensi Buku Colaborative Learning
13/18
Jadi pada pembelajaran kooperatif ini ditekankan untuk
membangun kerja sama antar siswa bukan hanya pengaturantempat duduk saja tetapi juga pengaturan yang sistemati oleh
guru proses pembelajarannya. Dengan perubahan paradigma
lama ke paradigma pembelajaran baru khususnya pembelajaran
kooperatif. Teman sekelas dan guru seharusnya dipandang
sebagai kolaborator dan bukanya penghalang bagi keberhasilan
akademisi dan pribadi para siswa. Jadi seharusnya guru
menyusun situasi pembelajaran supaya siswa mampu bekerja
sama untuk memaksimalkan pencapaian satu sama lain.
-
7/22/2019 Resensi Buku Colaborative Learning
14/18
C.Pembahasan
Pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mecapai tujuan pembelajaran. Pada kelas apapun dan
pada mata pelajaran dapat disusun dengan model kooperatif. Dalam
pembelajaran kooperatif memiliki unsur 1). Peserta, 2). Aturan, 3).
Upaya belajar dari anggota kelompok, 4). Tujuan yang ingin dicapai.
Khas kooperatif juga siswa ditempatkan dalam satu kelompok untuk
beberapa minggu atau beberapa bulan untuk mencapai satu tujuanpembelajaran. Dengan terlebih dahulu diberikan penjelasan atau
panduan bagaimana cara bekerja sama dalam kelompok, pembagian
tugas atau peran, serta mengarahkan siswa agar bisa bertanggung
jawab.
Pembelajaran kooperatif tidak dirancang seperti pemeblajaran
kompetitif atau individualistik, pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran dimana setiap anggota saling bekerja sama, saling
menopang dan saling mendukung untuk mencapai tujuan kelompok.
Setiap anggota kelompok harus merasa jika kita gagal maka semuaanggota kelompok akan gagal.
Para siswa disatukan dalam satu kelompok yang memiliki latar
belakang yang berbeda-beda (hetrogen) dan bisa juga di campur
ditinjau dari minat dan bakat yang dimiliki setiap siswa. Yang dapat
dikelompokkan dengan empat sampai enam orang dalam satu tim.
Setiap kelompok akan mendapat penghargaan (reward) jika mampu
untuk menunjukkan hasil yang memuaskan dari segi kerja sama
kelompok dan pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan begitu setiap
anggota kelompok akan memiliki ketergantungan positif satu dan yang
lainnya sehingga tumbuhlah skil interpersonal untuk saling membantu
untuk menyelesaikan tugas yan diberikan.
Pada makalah Ahmad Noor mengatakan ketergantungan positif
berlangsung ketika anggota-anggota kelompok merasakan bahwa
mereka berhubungan dengan satu sama lainnya dalam suatu cara
dimana seseorang tidak dapat mengerjakannya kecuali bekerja
bersama. Guru harusmembangun presepsi bahwa siswa akan
tenggelam atau berenang bersama- maksudnya kalau gagal sama
dengan gagal satu kelompok dan jika berhasil sama dengan berhasil
satu kelompok. Selain itu juga guru memfasilitasi siswa bagaimana
-
7/22/2019 Resensi Buku Colaborative Learning
15/18
cara berinteraksi secara efektif dengan rekan kelompoknya maupun
kelompok lain. Selain itu juga guru membagi peran masing-masing
anggota untuk bertanggung jawab- misalnya saja ada yan mengawasitentang proses diskusi dan peran aktif setiap anggota.
Karakteristik pembeljaran kooperatif 1). Pembelajaran secara tim
maksudnya tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan oleh karena
itu tim harus mampu untuk membantu setiap siswa untuk belajar. 2).
Disasarkan pada manajemen kooperatif maksudnya pembelajaran
kooperatif memerlukan perencanaan yang matang tidak muncul begitu
saja pada saat pembelajaran, agar pembelajaran berjalan secara
efektif. Misalnya saja tujuan apa yang ingin dicapai, bagaimana cara
untuk mencapai tujuan tersebut, menggunakan apa untuk mencapaitujuan tersebut dan perangkat pemebalajarn apa yang dibutuhkan dan
apa saja yang menjadi kebutuhan dalam pembelajaran. 3). Kemauan
untu bekerja sama maksudnya pembelajaran kooperatif di tentukan
oleh kelompok, semakin baik kerja sama dalam tim itu semakin dapat
mencapai tujuan kelompok atau keberhasilan. 4). Keterampilan bekerja
sama, kemampuan bekerja sama itu dituangkan dalam aktifitas
kelompok. Guru harus berperan dalam mendorong setiap anggota
kelompok untuk berperan aktif dalam aktifitas kelompok. Bisa juga
guru menunjuk satu dari anggota kelompok sebagai pengawas
keaktifan kelompok atau bisa juga peran ketua kelompok atau
manager sebagai penangung jawab kerja samanya kelompoknya.
Peran guru pada pembelajaran kooperatif ini selalu memonitor
interaksi para siswa di dalam setiap kelompok pembelajaran dan
mengintervensi untuk membantu mereka belajar dan berinteraksi
dengan lebih baik. Pekerjaan guru sebagai observer semakin serius
ketika kelompok mulai berkeja- guru memonitor kemajuan akademis
masing-masing kelompok. Dalam memonitor kerja masing-masing
kelompok guru mengklarifikasi instruksi-instruksinya- meninjau
prosedur dan mengetahui strategi apa yang digunakandalam
mencapai tujuan kelompok. Guru juga bisa melakukan intervensi untukmengetahui proses yang ada denga bertanya misalnya saja Apa yang
sedang kalian lakukan? atau Mengapa kalian melakukan hal ini? jadi
guru disini bukan hanya memonitor tetapi juga memmbantu siswa
untuk menalarkan apa yang mereka akan lakukan atau yang sedang
merka lakukan.Berikut ini merupakan prosedur secara umum tentang
pembelajaran kooperatif:
1. Penyampaian Materi
Pada bagian ini merupakan proses penyampaian pokok-pokokmateri yang akan diberikan. Penyampaian tujuan pembelajaran-
pengumpulan ide awal dan membangun pemahaman awal
-
7/22/2019 Resensi Buku Colaborative Learning
16/18
siswa. Memberikan gambaran secara umum tentang kegiatanyang akan berlangsung di masing-masing kelompok dan tugas-
tugas yang akan diselesaikan.
2. Pengelompokan
Setelah diberikan penjelasn umum- siswa akan bekerja dalam
kelompoknya masing-masing untuk mencapai tujuan masing-
masing kelompok. Pengelompokan ini dilakukan baik secara
acak maupun berdasarkan kemampuan sesuai kebutuhkan dan
tugas yang diberikan di kelompok nantinya.
3. Penilaian
Seperti yang telah dijelakan beberapa paragaf sebelumnya jika
penilaian pembelajaran kooperatif bisa berupa tes maupun kuis.
Tes atau kuis dapat dilakukan secara individual maupun
kelompok- penilaian juga dapat dilakukan ketika melakukan
observasi saat proses kegiatan di kelompok sedang
berlangsung.
4. Pengakuan Tim
Pengakuan tim disini merupakan penetapan tim yang lebih
menonjol pada saat kegiatan di kelompok dan pencapaian
tujuan atau bisa dikatakan juga timyang berprestasi selama
pembelajaran berlangsung. Tim yang berprestasi tersebut di
beri hadiah (reward) sebagai motivasi bagi tim yang lain juga
utuk bisa lebih bekerja keras dan bekerja sama untuk
mendapatkan hadiah.
Tidak melepas juga kemungkinan ada modifikasi sedikit dari
prosedur yang telah disebutkan di atas. Yang jelasnya pembelajaran
kooperatif bukan hanya pembagian kelompok atau menempatkan
siswa dalam satu meja tetapi yang lebih penting peran serta meraka di
dalam kelompok sehingg mencapai tujuan pembelajaran- bukan hanya
dari aspek akademis tetapi juga dari aspek sosial.
Menurut Kagan (1994) dalam buku Pakematik (W.Gora &
Sunarto:2011) bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai banyak
manfaat :
a. Dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa;
b. Dapat meningkatkan kemahiran sosial dan memperbaiki
hubungan sosial;
c. Dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan;
d. Dapat meningkatkan kepercayaan diri;
e. Dapat meningkatkan kemahiran teknologi;
-
7/22/2019 Resensi Buku Colaborative Learning
17/18
Beberapa contoh pembelajaran kooperatif yang biasa kita dengar
yaitu Jigsaw, Teams Game Tournamen (TGT), Studen Teams
Achiefement Devition (STAD), Group Investigation (GI), dan metodestruktural.
Jadi selain kemampuan individual juga kemampuan interpersonal
atau kooperatif sangat diperlukan oleh siswa, bukan hanya untuk
semata-mata untuk di kelompoknya di kelas tetapi tujuannya untuk
membantu mereka dapat bekerja sama dan memahami orang lain.
Pembelajaran kooperatif ini bukan hanya mengasah aspek akademis
tetapi juga aspek sosial, atau bisa disebut juga dengan soft skil.
D. Kesimpulan
Perubahan paradigma pembelajaran dari paradigma lama menjadi
baru membuat banyaknya perubahan dari sisi strategi pembelajaran.
Dulunya guru menjadi sumber utama pembelajaran tetapi sekarang
bukan hanya guru tetapi siswa juga bisa menjadi sumber pembelajaran
bagi rekan-rekannya. Sehingga pembeajaran kompetitif atau
individualistik mulai ditinggalkan dengan pembelajaran kerja sama
atau kooperatif. Pembelajran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mecapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif tidak hanya mengatur kursi dan meja dan
menggabungkan siswa dalam satu kelompok tetapi juga proses yang
lebih dipentingkan denga guru sebagai perancang kegiatan
pembelajaran kooperatif di kelas. Prosedur pembelajaran kooperatif 1).
Penyampaian materi- 2). Pembagian Kelompok- 3). Penilaian- dan 4).
Pengakuan Tim.
Berbagai manfaat dari pembelajaran kooperatif ini adalah
meningkatkan keterampilan sosial- interaksi tatap muka- pelajar/siswa
harus bergantung positif- meningkatkan kepercayaan diri- serta
pencapaian kemampuan kognitif.
-
7/22/2019 Resensi Buku Colaborative Learning
18/18
Daftar Pustaka
Gora. W. & Sunarto. (2011). Pakematik : Strategi Pemeblajaran
Inovatif Berbasis TIK. Elex Media Komputindo : Jakarta.
Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran. Insan Media: Yogyakarta.
Johnson. D.W. , R. Jonhnson and Holubec. E.J. (2010). Colaborative
Learning ; Strategi Pembelajaran untuk Sukses Bersama. Nusa Media :
Bandung.
Les Parsons. (2009). Bullied Teacher Bullied Studen. Casindo :
Jakarta.
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan
Profesional Guru. Rajawali Pers: Jakarta.