Download - Refrat Forensik Kelompok 3
2.4 Penatalaksanaan Jenazah yang Meninggal di Rumah Sakit
Jenazah secara etis harus diperlakukan penghormatan sebagaimana manusia, karena dia
adalah manusia. Martabat kemanusiaan ini secara khusus adalah perawatan kebersihan
sebagaimana kepercayaan/adatnya, perlakuan sopan dan tidak merusak badannya tanpa indikasi
kepentingan kemanusiaan, termasuk penghormatan dan kerahasiaannya.1
2.4.1 Tujuan pelayanan jenazah di rumah sakit
Tujuan pelayanan jenazah di rumah sakit yaitu:1
- Pencegahan penularan penyakit
Prinsip-prinsip dalam pencegahan penularan penyakit dari jenazah yaitu:
1. Jangan sampai petugas yang merawat dan orang-orang sekitarnya menjadi tertular .
2. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh jenazah (kencing, darah, kotoran, dll) bisa
mengandung kuman sehingga menjadi sumber penularan.
3. Penerapan universal precaution (menggunakan tutup kepala, menggunakan googles,
menggunakan masker, sarung tangan, skot, sepatu boot.
4. Alat yang dipakai merawat jenazah diperlakukan khusus dengan cara dekontaminasi
(direndam) dengan klorin 0,5% selama 10 menit.
- Penegakan Hukum
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 (KUHAP), setiap dokter baik dokter
umum, dokter ahli kedokteran Kehakiman (Dokter Spesialis Forensik) maupun dokter
spesialis klinik lain wajib memberi bantuan kepada pihak berwajib untuk kepentingan
peradilan, bila diminta oleh petugas kepolisian/pihak penyidik yang berwenang.
2.4.2 Jenis Pelayanan terkait Kamar Jenazah
Pelayanan jasa yang terkait kamar jenazah dikelompokkan ke dalam 6 kategori yakni:1
1. Pelayanan jenazah purna-pasien atau “mayat dalam”
Cakupannya berupa akhir pelayanan rumah sakit , setelah pasien dinyatakan
meninggal, sebelum jenazahnya diserahkan ke pihak keluarga atau pihak
berkepentingan lainnya.
2. Pelayanan kedokteran forensic terhadap korban mati atau “mayat luar”
Rumah sakit pemerintah sering merupakan sarana bagi dibawanya jenazah atau mayat
tidak dikenal atau memerlukan pemeriksaan identitas dari luar kota setempat yang
memerlukan pemeriksaan forensik. Ada dua jenis pemeriksaan forensik, yakni visum
luar (pemeriksaan luar) maupun visum dalam (pemeriksaan otopsi), keduanya dengan
atau tanpa diikuti pemeriksaan penunjang seperti patologi anatomi, radiologi,
toksikologi/farmakologi, analis mikrobiologi, dll.
Pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam dilakukan di ruang otopsi, di atas meja
otopsi (kalau dapat merangkap brankar lemari pendingin)
3. Pelayanan sosial kemanusiaan lainnya: pencarian orang hilang, rumah duka/penitipan
jenazah.
4. Pelayanan bencana atau peristiwa dengan korban mati missal.
5. Pelayanan untuk kepentingan keilmuan atau pendidikan/penelitian.
2.4.3 Penalataksanaan Jenazah di Rumah Sakit
Pasien yang datang ke rumah sakit pada prinsipnya dibagi menjadi 2 yaitu:1
1. Pasien yang tidak mengalami kekerasan.
2. Pasien yang mengalami kekerasan.
Ad.1. Pasien yang tidak mengalami kekerasan apabila meninggal dunia lansung
diberi surat kematian. Jenazah dibawa ke kamar jenazah hanya untuk dicatat
dalam buku register
Ad.2. Pasien yang mengalami kekerasan misalnya karena percobaan bunuh diri,
kecelakaan dan pembunuhan, pasien overdosis narkoba disamping dokter
menolong pasien, dokter melapor polisi atau menyuruh keluarga pasien untuk
melapor polisi. Apabila pasien meninggal dokter tidak memberikan surat
kematian tetapi korban dikirim ke kamar jenazah dengan disertai surat
pengantar yang ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan
Pada kasus tertentu, dimana belum ada Surat Permohonan Visum et Repertum (SPVeR)
dan keluarga menolak untuk melapor ke polisi, maka diberikan surat pernyataan dan tidak
diberikan surat kematian. Apabila jenazah dilengkan dengan SPVeR maka keluarga diminta
membuat surat pernyataan tidak keberatan untuk dilakukan otopsi. Setelah otopsi selesai
dibuatkan surat kematian.1
Pedoman Penatalaksanaan jenazah yang meninggal di rumah sakit berbeda di tiap-tiap
instansi rumah sakit. Setiap rumah sakit memiliki Standar Prosedur Operasional (SPO) tersendiri
dalam hal penatalaksanaan jenazah yang meninggal di rumah sakit.
Berikut adalah alur jenazah dan Surat Keterangan Kematian (SKK) berasalkan Depkes
tahun 2004:1
Gambar 1. Konsep alur pelayanan jenazah di rumah sakit dalam kondisi sehari-hari.1
DOKTER JAGA UGD
-MENAHAN JENAZAH-LAPOR POLISI
DOKTER JAGA/ YANG MERAWAT
FORM MODEL A
Gambar di atas merupakan alur standar pelayanan jenazah berdasarkan Depkes 2004. SPO
pelayanan jenazah di rumah sakit lain tidak jauh berbeda dengan standard depkes di atas.
Perbedaan biasanya terletak pada hal administrasi rumah sakit. Berikut adalah contoh alur
pelayanan jenazah di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. M. Djamil Padang.2
Gambar 2. Alur tatalaksana jenazah di RSUP Dr. M. Djamil Padang2
ALUR TATALAKSANA JENAZAH DI RUMAH SAKIT
KEMATIAN DI RUMAH SAKIT
DEATH ON ARRIVAL (DOA) KEMATIAN DALAM RAWATAN DI RUMAH SAKIT
DOKTER JAGA UGD
SURAT KET. MATI
KELUARGA
LAPOR KEMATIAN DI PUSKESMAS
TATALAKSANA JENAZAH DI PUSKESMAS
TATALAKSANA JENAZAH TIDAK
WAJAR
TATALAKSANA ADA KEMATIAN KELUARGA
KELUARGA
KEKERASAN +
KEMATIAN TAK WAJAR
PENYAKIT
KEMATIAN WAJAR
2.4.4 Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam
sesuai dengan yang dimintakan polisi penyidik yang menangani kasus. Hal ini tercantum dalam
KUHAP pasal 133 ayat 1. Pemeriksaan luar adalah pemeriksaan jenazah dengan mengamati
sangat hati-hati atas kelainan yang ditimbulkan oleh tindak kekerasan pada tubuh korban dan
kemudian dicatat dan dibuat deskripsi secara sistematis dengan menggunakan titik-titik anatomis
yang tetap pada tubuh korban.3
Sistematika pemeriksaan luar pada jenazah meliputi identitas korban (sesuai dengan
SPVeR) dan hasil pemeriksaan luar. Hasil pemeriksaan luar yang dideskripsikan secara
sistematis terdiri atas label, tutup/bungkus mayat, perhiasan mayat, pakaian mayat, benda sampig
mayat, kaku mayat dan lebam mayat, identifikasi umum jenazah (panjang badan, berat badan,
rambut, dll), identifikasi khusus jenazah (kelainan congenital yang diderita, jejas luka lama, dll),
rambut, mata, hidung, telinga, mulut, gigi geligi, rongga-rongga tubuh, luka-luka, dan fraktur.
Hasil pemeriksaan luar dituangkan dalam sebuah visum et repertum sebagai bentuk pemeriksaan
luar yang dilakukan demi kepentingan peradilan.3
2.4.5 Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam atau autopsy adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, meliputi
pemeriksaan bagian luar maupun bagian dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit atau
adanya cedera, melainkan interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan
penyebabnya serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan
dengan penyebab kematian.3
Saat ini dikenal 3 macam autopsi, yaitu autopsi anatomi untuk keperluan pendidikan
mahasiswa fakultas kedokteran, autopsi klinis yang dilakukan terhadap jenazah yang meninggal
selama perawatan di rumah sakit terhadap penyakitnya, dan autopsi forensic yang dilakukan atas
permintaan penyidik. Pada pemeriksan dalam ini, dalam tahap proses autopsi, dilakukan
deskripsi organ secara sistematis meliputi ukuran, permukaan, konsistensi, kohesi, dan potongan
penampang melintang pada kepala, dada, dan abdomen.
Daftar Pustaka
1. Purwadianto A et al. Standar Kamar Jenazah. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Depkes 2004.
2. Standar Prosedur Operasional Pelayanan Jenazah di RSUP Dr. M. Djamil Padang (fadhil
krg tau lo baa cara buek dafpusnyo lan)
3. Susanti R, Hidayat T. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Padang: FK Unand. 2013.