Download - Punya Dina
PROPOSAL KULIAH KERJA PRAKTIK LAPANG (K2PL)
PENDAPATAN BURUH DIHITUNG DARI KINERJA DI
PTPN VII (PERSERO) UNIT USAHA GUNUNG DEMPO PAGAR ALAM
SUMATERA SELATAN
DISUSUN OLEH :
Nama :DINA RISNIATI
NPM : 01021000008
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUSI RAWAS
LUBUKLINGGAU
2013
HALAM PENGESAHAN
PROPOSAL KULIAH KERJA PRAKTEK LAPANG (K2PL)
PENDAPATAN BURUH DIHITUNG DARI KINERJA DI
PTPN VII (PERSERO) UNIT USAHA GUNUNG DEMPO PAGAR ALAM
SUMATRA SELATAN
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing
Pada tanggal……………………………
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.Ir Zaini Amin,MS Wartono,SP,M.Si
Mengetahui
Ketua Prodi
Ir.H.My Phariyanto,M.Pd
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, Karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehinnga penulis dapat menyelesaikan proposal laporan K2PL ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk melaksanakan K2PL pada Fakultas Pertanian prodi
Agribisnis Universitas Musi Rawas (UNMURA) Lubuklinggau.
Dalam penulisan ini penulis berusaha untuk menampilkan yang penulis memiliki
dan dengan bimbingan dosen pembimbing yang sangat membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan laporan ini.
Dalam kesempatan ini penulis sangat mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada Bapak Dr.Ir Zaini Amin, MS selaku pembimbing I dan Bapak
Wartono, SP, M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan pembuatan proposal kuliah K2PL ini. Terimakasih kami
sampaikan ke pada Dosen, Karyawan,Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa
UNMURA Fakultas Pertanian. Penulis mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun dari semua pihak demi perbaikan di waktu mendatang dan Semoga
segala bimbingan,arahan,dan dorongan yang telah diberikan akan dibalas dengan
pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT hendaknya.
Lubuklinggau, Juni201
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATAPENGANTAR ..................................................................................… iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iv
BAB.I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. LatarBelakang………………..………………………………….. 1
1.2. Masalah………………………..…………………………………. 8
1.3. Tujuan…………...……………………………………………….. 8
1.4. Manfaat…………………………………………………………... 8
BAB.II. DASAR TEORI .................................................................................. 10
2.1. Tijauan Pustaka............................................................................... 10
2.1.1 Aspek Agronomi Tanaman Teh.................................................... 10
2.1.2 Teh Hitam Orthodox.................................................................... 13
BAB.III. PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK LAPANG ....... 15
3.1.1 Waktu dan Tempat........................................................................ 15
3.1.2 Metode......................................................................................... 15
3.1.3 Alat dan Bahan.............................................................................. 16
3.1.4 Cara Kerja..................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18
BAB.I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
PT. Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Unit Usaha Gunung Dempo
Pagaralam Sumatera Selatan adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara yang
bergerak dalam bidang perkebunan teh, agroindustri dan agrowisata. Perkebunan
teh ini pada tahun 1963 – 1968 di kelolah oleh PPN antaraVII Bandung, lalu
dikelolah dibawah PNP X Bandar Lampung antara tahun 1968 – 1980. Perusahan
lalu dikelolah oleh PT.Perkebunan X (PERSERO) pada tahun 1980 -
1996,kemudian dari tahun 1996 sampai dengan sekarang dikelolah oleh
Perusahaan Perseroan (persero) PT.Perkebunan Nusantara VII yang merupakan
konsolidasi PTP XI, XXIII, XXXI (Persero) dengan wilayah kerja meliputi
provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung. PT. Perkebunan Nusantara
VII (Persero) Unit Usaha Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan dengan
ketingin tempat 900 – 1.850 dpl dan luas areal tanaman teh 1.438 Ha yang berada
di lereng gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan yang sudah memiliki
manajemen yang diatur secara sistematis, sehingga dalam setiap kegiatan yang
dilakukan berjalan dengan baik.Berdasarkan hal tersebut penulis terdorong untu
dapat mengetahui teteng manjemen produksi pengolahan teh hitam pada PT.
Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Gunung Dempo Pagar alam
Sumatera Selatan.
Prouktivitas tanaman teh terus meningkat dengan pelaksanaaan culture teknis
secara benar dan dengan pengaturan pangkas dalam, pangkas intermediete dan
pangkas produksi.perkebunana the gunung dempo didukung oleh satu unit pabrik
the hitam.sebelum tahun 2009 kapasitas 40 ton PTS/hari dan tahun 2001
dinaikkan lagi menjadi kapasitas 80ton PTS/hari.pemasaran the gunung dempo
selain lokal juga diekspor keluar negeri meliputi negara malaysia,india,timur
tengah,hongkong,inggris,belanda,rusia dll.
Teh hitam biasa disebut juga sebagai teh merah, hal tersebut dikarenakan
kebiasaan orang timur menyebutnya teh merah karena larutan teh yang dihasilkan
dari teh ini akan berwarna merah, sedangkan orang barat menyebutnya teh hitam
karena daun teh yang digunakan untuk penyeduhan biasanya berwarna hitam. Teh
hitam merupakan jenis teh yang paling banyak di produksi di Indonesia, dimana
Indonesia sendiri merupakan pengekspor teh hitam ke-5 terbesar di dunia.
Teh hitam merupakan daun teh yang paling banyak mengalami pemrosesan
fermentasi, sehingga dapat dikatakan pengolahan teh hitam dilakukan dengan
fermentasi penuh. Tahap pertama, daun diletakkan di rak dan dibiarkan layu
selama 14 sampai 24 jam. Kemudian daun digulung dan dipelintir untuk
melepaskan enzim alami dan mempersiapkan daun untuk proses oksidasi, pada
tahap ini daun ini masih berwarna hijau. Setelah proses penggulungan, daun siap
untuk proses oksidasi. Daun diletakkan di tempat dingin dan lembab, kemudian
proses fermentasi berlangsung dengan bantuan oksigen dan enzim. Proses
fermentasi memberi warna dan rasa pada teh hitam, dimana lamanya proses
fermentasi sangat menentukan kualitas hasil akhir. Setelah itu, daun dikeringkan
atau dipanaskan untuk menghentikan proses oksidasi untuk mendapatkan rasa dan
aroma yang diinginkan Visi dan misiPT. Perkebunan Nusantara VII (Persero).
Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung
pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada
kualitas sumber daya manusia (tenaga kerja). Tenaga kerja salah satu sumber daya
yang mempunyai peranan penting danperlu dihargai untuk menjamin kelancaran
aktifitas di perusahaan. Mereka merupakan salah satu komponen penting untuk
melaksanakan fungsi produksi yang akan mempengaruhi efisiensi dan efektifitas
operasional perusahaan.
Tenaga kerja adalah kekayaan paling berharga dan merupakan faktor produksi
yang paling dominan dalam perusahaan, baik tenaga kerja wanita maupun tenaga
kerja laki-laki. Mereka menjadi faktor penting dalam suatu perusahaan, begitu
juga di perusahaan perkebunan, tenaga kerja menjadi ujung tombak dalam
keberhasilan perkebunan itu sendiri. Di perkebunan, khususnya perkebunan teh
jumlah tenaga kerja wanita lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja laki-
laki. Keikutsertaan wanita untuk bekerja di luar rumah mengindikasikan adanya
kesetaraan gender walaupun masih dalam wujud yang sederhana.
Lahirnya konsep kesetaraan gender sebenarnya lebih dikarenakan keinginan kaum
wanita untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya dengan tidak bergantung
kepada apakah ia (secara biologis) wanita atau laki-laki. Wanita, selayaknya
menikmati status yang sama dengan laki-laki, dimana keduanya berada dalam
kondisi dan mendapat kesempatan yang sama untuk merealisasikan 2 potensinya
sebagai hak-hak asasinya, sehingga sebagai wanita, ia dapat menyumbang secara
optimal pada pembangunan politik,ekonomi, sosial, budaya dan mempunyai
kesempatan yang sama dalam menikmati hasil pembangunan (Tapi Omas Ihromi,
2000: 8). Kondisi kehidupan tenaga kerja wanita di perkebunan, khususnya
diperkebunan teh pada kurun waktu 1979-1990 menjadi salah satu kajian yang
menarik untuk mengangkat isu mengenai kesetaraan gender. Keikutsertaan wanita
di sektor publik ini tidak terlepas dari adanya kebijakan pemerintah dengan
dikeluarkannya undang-undang yang menyiratkan keadilan gender, yaitu UU
80/1958. Undang-undang tersebut menentukan prinsip pembayaran yang sama
untuk pekerjaan yang sama. Wanita dan laki-laki tidak dibedakan dalam sistem
penggajian. Keluarnya UU inimerupakan salah satu contoh dari keberhasilan
perjuangan kaum wanita ketika itu. Selain itu ada juga UU No.12 tahun 1948
yang inti isinya yaitu pelarangan wanita bekerja di malam hari. Tetapi ada
beberapa perusahaan yang mengijinkan tenaga kerja wanita bekerja dalam jumlah
yang banyak dan di waktu malam, sesuai dengan peraturan Staatsblad 1925 No
648. Perusahaan tersebut diantaranya Pabrik teh, perusahaan kopi, perusahaan
tembakau,Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak
dalam bidang agribisnis dengan unit usaha yang tersebar di beberapa wilayah, PT.
Perkebunan Nusantara VII (Persero), selanjutnya untuk lebih mempermudah
disingkat penulisannya menjadi perkebunan gunung dempo. Perkebunan ini
membuka lapangan kerja baru bagi penduduk yang berada di sekitarnya. Sebagian
besar dari tenaga kerja yang terdapat di perkebunan ini adalah wanita, baik
sebagai buruh lepas maupun buruh tetap. Tenaga kerja wanita kebanyakan bekerja
sebagai pemetik teh. Pihak perkebunan lebih mengutamakan tenaga kerja wanita
pada proses pemetikan karena pekerjaan memetik teh dianggap pekerjaan ringan,
selain itu pekerjaan wanita lebih baik, rapi, telaten, dan disiplin dibandingkan
dengan tenaga kerja laki-laki, sedangkan pekerjaan yang lebih berat diserahkan
kepada tenaga kerja laki-laki seperti penggilingan. Mereka umumnya bekerja di
daerah perkebunan karena tidak memiliki keterampilan lain untuk bekerja di luar
perkebunan Karakteristik kehidupan masyarakat di perkebunan cenderung statis.
Hampir apat dipastikan bahwa kehidupan masyarakat perkebunan dipertaruhkan
dari dan untuk perkebunan. Mereka lahir, dewasa, kawin, menjadi tua dan
meninggal di perkebunan yang menyebabkan mobilitas sosial mereka sangat
lambat.
Hal ini merupakan kondisi yang wajar di lingkungan perkebunan dan
mencerminkan suatu komunitas yang terpisah dari dunia luar. Tenaga kerja di
perkebunan teh pagar alam, hampir keseluruhan berasal dari daerah sekitar dan
hampir 75% adalah wanita baik itu sebagai pemetik buruh lepas ataupun buruh
tetap. Proses pemetikan dianggap ringan maka diserahkan kepada tenaga kerja
wanita sedangkan untuk pekerjaan yang lebih berat seperti penggilingan
diserahkan kepada tenagakerja laki-laki. Adanya perbedaan ini menandakan
adanya steorotip dalam masyarakat bahwa wanita itu lemah dan laki-laki lebih
kuat dan berkuasa, hal ini berpengaruh pula pada jenis pekerjaan yang dilakukan.
Stereotip inilah yang memberikan identitas gender antara pria-wanita. Gender
tidak hanya menunjukkan perbedaan jenis kelamin tetapi melalui proses
konstruksi sosial budaya, yang bisa diartikan sebagai realitas yang terbentuk
berdasarkan persepsi masyarakat dan dibentuk secara sengaja untuk tujuan-tujuan
tertentu. Pembagian kerja secara seksual ini telah berlangsung selama puluhan
tahun (semenjak dibangunnya PTPN VII) oleh karena itu orang cenderung
menganggapnya sebagai sesuatu yang alamiah.
Tenaga kerja wanita di perkebunan sebagian besar hanya lulusan Sekolah Dasar
(SD) bahkan ada yang tidak lulus. Hal ini tidak menjadi masalah karena tingkat
pendidikan bukan merupakan syarat utama untuk menjadi seorang pemetik. Untuk
keterampilan memetik teh para pemetik belajar terus menerus selama bertahun-
tahun. Mereka hanya membutuhkan bimbingan langsung di lapangan dari mandor
atau ibunya yang telah bekerja di perkebunan. Semakin sering mereka bekerja,
maka akan semakin mahir dalam memetik. Pemetikan dianggap pekerjaan yang
ringan makanya menjadi pekerjaan buruh wanita sedangkan pekerjaan yang lebih
berat diserahkan kepada buruh laki-laki. Dari sini dapat terlihat bahwa konsep
gender telah digunakan untuk membenarkan adanya pemisahan kerja antara laki-
laki dan wanita.Namun tidak sedikit buruh laki-laki yang mengambil lahan
pekerjaan untuk buruh wanita, seperti memetik teh. Hal ini memberikan indikasi
bahwa di perkebunan terjadi diskriminasi kerja dan ketidakadilan gender dalam
hal pekerjaan. Adanya pencanangan pembangunan yang mengikutsertakan wanita
mungkin tidak terlalu berdampak pada tenaga kerja di perkebunan, karena mereka
memang sudah berperan aktif dalam pekerjaan dengan tujuan menambah
penghasilan keluarga. Hal ini terutama didorong oleh keinginan untuk
meningkatkan kesejahteraan, terutama ketika bertambahnya anggota keluarga
serta keinginan untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak mereka.
Masalah tingkat pendidikan buruh wanita di perkebunan yang kebanyakan adalah
lulusan SD mempengaruhi produktivitas kerja mereka. Manusia adalah faktor
produksi utama selain modal, teknologi, dan sumber daya. Peningkatan
produktivitas dan efisiensi dapat dicapai bila kualitas manusia meningkat.
Oleh karena itu, pendidikan dianggap sebagai variabel penting dalam menentukan
produktivitas dan efisiensi. Berdasarkan pendekatanini angkatan kerja wanita
dipandang sebagai human capital berkualitas rendah karena pendidikannya
cenderung rendah. Hal ini dikarenakan perempuan tidak memegang peranan
utama dalam rumah tangga maka kesempatan untuk mendapatkan pendidikan juga
rendah. Sebagai akibatnya mungkin mereka tidak mendapat posisi yang baik
dalam bidang pekerjaan dan upah yang sama dengan laki-laki. Letak perkebunan
yang umumnya terdapat di pedesaan dan jauh dari kota menyebabkan mereka
tidak ada pilihan untuk bekerja selain di perkebunan, walaupun ada keinginan
untuk bekerja keluar mereka tidak memiliki keterampilan lainnya apalagi
kebanyakan dari mereka hanya lulusan SD. Hal inilah yang menyebabkan
kehidupan sebagai pekerja perkebunan seakan-akan statis.Murahnya tenaga kerja
wanita cukup menguntungkan perusahaan karena produksi akan meningkat
dengan biaya yang cukup murah. Wanita adalah ibu rumah tangga yang
mendominasi dalam pekerjaan rumah tangga sehingga fungsi wanita dalam
pendapatan keluarga hanyalah sebagai pembantu dalamperekonomian keluarga
walaupun pekerjaannya hampir sama beratnya dengan pekerjaan suami. Nilai-nilai
gender ini mempengaruhi sikap dan prilaku wanita sehari-hari termasuk dalam
lapangan pekerjaan. Di satu sisi, wanita pemetik teh selain sebagai pekerja mereka
juga sebagai ibu rumah tangga. Mereka dituntut untuk bisa menjalankan kedua
perannya baik itu sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pekerja
diperkebunan. Di rumah tangga, mereka bekerja setiap hari mulai dari memasak,
mencuci dan pekerjaan lainnya. Pulang dari perkebunan harus kembali
menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga berbakti kepada suami dan anak.
Wanita sudah sewajarnya hidup di lingkungan rumah tangga,melahirkan dan
membesarkan anak, memasak serta memberikan perhatian kepada suaminya agar
kehidupan rumah tangga menjadi tentram dan sejahtera (Arif Budiman, 1982, 01).
Walaupun mereka telah bekerja yang sama dengan laki-laki, tetapi ketika
dihadapkan pada pilihan antara pekerjaan dengan keluarga, mereka harus lebih
mementingkan keluarga. Hal tersebut dikarenakan masih melekatnya pandangan
orang tua yang dikuatkan oleh ajaran agama, bahwa wanita seharusnya mengurus
rumah dan suami sebagai pemimpin bekerja mencari nafkah untuk keluarga.
Pandangan tersebut mengakibatkan suami terkadang memiliki perasaan gengsi
apabila harus ikut membantu pekerjaan rumah tangga istrinya. Pada akhirnya,
peran kaum wanita semakin sulit, karena beban peran ganda yang disandangnya
menuntut mereka untuk menjalaninya secara seimbang. Dari uraian di atas,
mengenai kondisi tenaga kerja wanita perkebunan.
I.2. Masalah
1. apa yang mempengaruhi pendapatan petani tersebut ?
2. bagaimana mengetahui kondisi tenaga kerja dan system upah petani
tersebut ?
3.kontribusi apa yang didapat oleh petani dalam mingkatkan taraf hidup ?
I.3. Tujuan
1. Adapun tujuan dari kuliah kerja praktek lapang (K2PL) adalah untuk
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis mengenai apa saja
yang mempengaruhi pendapatan dan sistem upah yang didapat oleh petani
the itu sendiri di PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha
Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan.
2. untuk mengetahui kontribusi apa saja yang diberikan oleh petani the itu
untuk meningkatakan taraf hidup petani teh PT. Perkebunan Nusantara
VII (Persero) Unit Usaha Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan.
I.4. Manfaat
Manfaat bagi mahasiswakuliah kerja praktek lapang (K2PL) ini yaitu
menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman kerja. Dengan adanya praktik
kerja lapang ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam
mempraktikan teori dan ilmu yang telah dipelajari dibangku kuliah dengan
kenyataan yang ada dilapangan.
Bagi lembaga objek penelitian dapat memberikan sumbangsih dan masukan
informasi kepada berbagai pihak dan secara khusus bagi pimpinan PT.
Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Unit Usaha Gunung Dempo Pagar
alam Sumatera Selatan.
Bagi perguruan tinggi sebagai bahan untuk menambah bahan kajian koleksi
khazanah perpustakaan serta sebagai bahan perbandingan bagi studi
penelitian-penelitian yang akan dilakukan berikutnya.
BAB.II. DASAR TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Aspek Agronomi Tanaman Teh
Tanaman teh atau bahasa kerennya camellia pertama kali ada di Indonesia sejak
tahun 1684 yang dibawa oleh seorang Jerman yang bernama Andreas Cleyer dari
Jepang yang berupa biji dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta.
Kemudian baru pada tahun 1694 perdu teh muda yang berasal dari Cina tumbuh
di Taman Istana Gubernur Jenderal Champhuys di Jakarta berdasarkan laporan
dari Valentijn, perdu teh muda yang berasal dari Cina ini biasa di sebut dengan
bahasa kerennya Camellia Sinensis. Semenjak itu maka di budidayakanlah teh
asal cina ini atau biasa disebut Camellia Sinensis di Perkebunan Teh Indonesia.
Baru pada tahun 1877 seorang Insinyur asal Belanda yang bernama Ir.Rudolp
Eduard Korkhoven membawa Teh jenis Asam atau bahasa latin Camellia
Assamica ke Indonesia dari Srilangka dan menanamnya di Kebun Gambung,
Jawa Barat.
Teh Asam atau Camellia Assamica inilah secara berangsur-angsur menggantikan
tanaman Teh asal Cina di Indonesia dan sejak saat itu tanaman Teh Asam atau
Camellia Assamica menjadikan perkebunan Teh Indonesia berkembang makin
luas Kata teh berasal dari Cina. Masyarakat Cina daerah Amoy menyebut teh
dengan tay sementara masyarakat daerah Kanton menyebut nya cha. Nama ini
kemudian menyebar ke mancanegara dengan penyebutan yang sedikit berbeda.
Orang Inggris menyebutnya tea, di daerah Spanyol diucapkan te, dan di Jerman
teh disebut dengan tee. Keanekaragaman nama tersebut menunjukkan bahwa teh
sudah banyak dikenal di dunia. Teh, minuman yang paling banyak dikonsumsi di
dunia setelah air, diproduksi dari daun tanaman teh (Camelia sinensis). Daun teh
yang diambil biasanya adalah dua sampai tiga pucuk daun yang paling ujung
(terminal leaves) beserta batang muda (growing apex) kemudian diperlakukan
dengan proses pengolahan tertentu (Setiawati dan Nasikun 1991). Tanaman teh
(Camelia sinensis) tumbuh dengan baik pada kondisi beriklim hangat dan lembab
dengan curah hujan yang cukup tinggi dan juga terdapat banyak paparan sinar
matahari, tanah berasam rendah serta drainasi tanah yang baik (Wan et al.
2009).Kusumaningrum (2008) juga menyatakan bahwa tanaman teh dapat tumbuh
dengan optimum di daerah pegunungan beriklim sejuk dengan ketinggian lebih
dari 1800 meter di atas permukaan laut. Pertumbuhan tanaman teh yang baik akan
menghasilkan produk teh dengan kualitas yang tinggi, dimana akan berbeda-beda
sesuai dengan teknik budidaya teh dan kondisi lingkungan, seperti jenis tanah,
ketinggian, dan iklim dari perkebunan teh tersebut.
Pucuk daun teh (Yadi 2009) Menurut Nazaruddin dan Paimin (1993), jenis teh
berdasarkan botaninya dibedakan menjadi teh Sinensis dan Assamica.Teh Sinensis
memiliki ciri-ciri ukuran daun yang lebih kecil, warna daun yang lebih tua, serta
produktivitas yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan teh Assamica.
Meskipun demikian, keduanya memiliki kualitas teh yang samabaiknya.Selain itu,
menurut Wan et al. (2009), teh digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan
perbedaan cara pengolahannya, khususnya tingkat fermentasi, yaitu teh hijau
(tanpa fermentasi), teh oolong (fermentasi sebagian), dan teh hitam (fermentasi
penuh). Tidak seperti proses pengolahan teh hijau yang dilakukan dengan
inaktivasi enzim, pada pengolahan teh hitam aktivitas enzim secara optimum
justru sangat diperlukan untuk membentuk pigmen (theaflavin dan thearubigin).
Proses fermentasi tersebut merupakan proses yang paling kritis dalam penentuan
kualitas produk akhir teh hitam. Gondoin et al. (2010) menambahkan bahwa
terdapat jenis teh lain, yaitu teh putih. Daun teh yang dipetik pada pengolahan teh
putih hanya daun paling ujung yang belum terbuka atau masih kuncup dan masih
mengandung bulu-bulu halus, sedangkan pengolahan yang dilakukan menyerupai
pengolahan teh hijau.
Pengklasifikasian tanaman teh sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Parietales
Family : Theinae
Genus : Camelia
Spesies : Cameliasinesis
Teh hitam merupakan salah satu jenis teh yang namanya diambil dari warnanya
yang hitam atau gelap akibat fermentasi sempurna dari daun teh segar. Setelah
dipanen dan dibersihkan, daun teh segar dilayukan agar tidak putus saat
penggulungan dan proses kimia berlangsung dengan baik saat fermentasi
(Adisewojo,1982). Pelayuan daun teh biasanya dilakukan pada ruangan bersuhu
30-40oC selama 16-20 jam untuk mengurangi kadar air dari 70-85% menjadi 55-
65% (Ullah,1991). Pelayuan terjadi karena air-air dalam daun secara perlahan
akan menguap dan lambat laun daun akan menjadi layu. Proses pelayuan akan
berpengaruh terhadap kualitas dari teh kering yang dihasilkan. Jika daun terlalu
cepat layu, teh kering yang dihasilkan akan memiliki karakteristik aroma yang
kurang harum. Sebaliknya jika daun terlalu lama layu, teh kering akan memiliki
karakteristik rasa yang kurang sedap. Daun teh layu yang baik memiliki ciri
kering namun tidak putus dan tidak ada suara retak jika digenggam.
2.1.2. Teh Hitam Orthodox
Teh hitam orthodox adalah daun teh yang mengalami proses fermentasi paling
lama sehingga warnanya sangat pekat dan aromanya paling kuat. Teh hitam
merupakan jenis teh yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di dunia
(khususnya oleh bangsa inggris). Teh Orthodox adalah teh yang diolah melalaui
proses pelayuan selama 16 jam, penggulungan, fermentasi, pengeringan, sortasi,
terbentuk teh jadi.
Teh hitam termasuk salah satu dari jenis teh yang ada, teh hitam diproduksi dari
pucuk daun teh muda tanaman teh, teh hitam biasa disebut juga dengan teh merah
karena larutan teh yang dihasilkan dari teh ini akan berwarna merah dan
penyeduhan teh ini berwarna hitam. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling
banyak diproduksi di Indonesia , Indonesia merupakan pengekspor teh hitam ke-5
di dunia.
PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero)perkomitmen untuk terus meningkatkan
produk teh hitam orthodox yang dihasilkan. Ptpn VII yakin produknya dengan
merk gunung dempo, mampu bersaing karena memiliki banyak kelebihan.Teh
hitam gunung dempo memiliki cirri berbeda dibandingkan teh-teh pabrikan yang
banyak beredar luas dipasaran Indonesia. Warna coklat mengingat,.Aromah yang
tajam dan rasa yang lebih sepat adalah cirri teh hitam asal gunung dempo, kota
pagar alam , sumatera selatan, dibandingkan dengan teh yang beredar luas di
pasaran Indonesia. Posisi tanaman teh yang berada di lereng timur gunung,
sehingga mendapat sinar matahari langsung, membuat rasa teh gunung dempo
sangat khas.
Teh hitam orthodox gunung dempo diproduksi dikota pagar alam, sumatera
selatan. Selain itu teh yang diproduksi oleh PTPN VII ini berkualitas tinggi.
Pengolahannya dilakukan secara higenis, tanpa bahan pengawet serta tanpa bahan
pewarna. Selain itu, posisi ketinggian teh gunung dempo juga paling sesuai, yaitu
berkisar antara 1000 sampai 1200 m. Jika terlalu tinggi, warna teh akan pekat.
Jika terlalu rendah rasa dan aromanya akan berkurang. Luas perkebunan teh
dilereng gunung tertinggi di SUM_SEL mencapai 1.478 hektar. Perkebunan
tersebut dikelolah oleh PTPN VII unit pagar alam. Produksi daun teh hitam rata-
rata menghasilkan 40 ton teh pucuk basah stiap hari dan cenderung meningkat
dalam setahun, produk teh gunung dempo rata-rata mencapai 14000-17000 ton teh
pucuk basah atau setara 3600-4250 ton teh kering
BAB.111. PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK LAPANG
3.1.1. Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan kuliah kerja praktek lapang (K2PL) ini akan dilaksanakan
Selama dua bulan di mulai dari bulan Juli hingga bulan Agustus 2013 Di
PT.Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Unit Usaha Pagar Alam yang terletak
di kaki gunung dempo. Jalan Raya Gunung Dempo km 10, Kelurahan Gunung
Dempo. Kecamatan Pagar Alam Selatan yang berjarak 9 km dari Kota Pagar
Alam provinsi sumatera selatan
3.1.2. Metode
Metode yang digunakan dalam K2PL ini adalah metode observasi langsung,yaitu
suatu metode yang dilakukan untuk mendapat data secara langsung dan aktual
melalui pengamatan dilapangan di PT. Perkebunan Nusantara VII (Peresero)
Unit Usaha Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan.
3.1.2.2. Metode Pengambialan Data
Metode pengambilan data yang dilakukan dalam praktik lapang ini adalah :
Pengambilan data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara mengdakan
wawancara dengan pekerja di perkebunan teh di PT. Perkebunan Nusantara VII
(Persero) Unit Usaha Gunung Dempo Pagar Alam terutama dengan pemetik teh.
Mencari data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan dan dokumen
perusahaan atau literatur yang berkaitan dengan manajemen pengolahan produksi
pada PT. Perkebunan Nusantara VII ( Persero) Unit Usaha Gunung Dempo Pagar
Alam.
3.1.3. Alat dan Bahan
Kendaraan,yang dipakai adalah mobil untuk melakukan survei lokasi K2PL di
PTPN VII Unit Usaha Gunung Dempo Pagar Alam
Alat-Alat tulis untuk mengambil data dari hasil pemaparan menejer PTPN VII
Unit usaha Gunung Dempo Pagar Alam
Laptop untuk mengetik proposal yg akan di ajukan kepada pihak kampus sbagai
syarat untuk melakukan k2pl di PTPN VII Unit Usaha Gunung Dempo
Pagaralam.
3.1.4. Cara Kerja
1. Survei Pendahuluan
pada tanggal 1 mei 2013 kami melakukan survei yang pertama untuk
melaksanakan kuliah kerja praktek lapang (K2PL) untuk mengetahui situasi dan
kondisi yang ada pada perusahaan yang akan dijadikan tempat kuliah kerja
praktek lapang.
2. Tinjauan Lokasi
Pemberangkatan yang kedua yaitu tepatnya pada tanggal 3 juni 2013 ,pada
kunjungan yang kedua ini kami terjun langsung ke perkebunan teh PT.
Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Unit Usaha Gunung Dempo untuk
melihat realita yang ada dilapangan.
3. Observasi Lapangan
Untuk observasi lapangan ini mahasiswa melakukan penelitian sesuai dengan
metode penelitian yang dipakai.
4. Pemberangkatan
Pemeberangkatan ke pagar alam akan dilaksanakan pada tanggal 5 juli 2013
untuk melaksanakan kuliah kerja praktek lapang (K2PL).
5. Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek Lapang
Pelaksanaan kuliah kerja praktek lapang ini akan dilaksanakan selama dua bulan
selaama dua bulan mahasiswa wajib melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan
oleh pihak fakultas pertanian maupun pihak perusahaan sesuai dengan devisi
masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Adisewodjo. 1982. Bercocok Tanam Daun Teh. Aditya Media. Yogyakarta.
http://teh2tea. /2010/10/asal-mula-tanaman-teh-di-indonesia. Tuminah (2004)
http://google.com Sumber: Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2001.
Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan,
Jakarta.
http://google.com sumber Hendry (Perpustakaan Universitas Indonesia)