Download - Proposal Skripsi 3
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PROPOSAL SKRIPSI
NAMA : MOHAMMAD ROFI’I
NIM : 4301404052
PRODI : PENDIDIKAN KIMIA
I. JUDUL
“PENGARUH PENGGUNAAN BUKU TEKS KIMIA BERBASIS
CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP) TERHADAP HASIL
BELAJAR KIMIA DI SMA N 6 SEMARANG”.
II. LATAR BELAKANG
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
(UURI No. 20 Tahun 2003). Sistem pendidikan yang diberlakukan selama
ini belum dapat memenuhi harapan dari tujuan pendidikan nasional yang
tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tersebut.
Fenomena yang ada saat ini di negara Indonesia adalah banyak
orang-orang cerdas yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, bahkan
setiap tahunnya selalu diluluskan para sarjana mulai S1 sampai S3 dari
1
puluhan perguruan tinggi yang menyebar diseluruh nusantara. Hal ini
membuktikan bahwa negara indonesia yang kaya akan Sumber Daya Alam
(SDA) ini tidak kekurangan sumber Daya manusia (SDM) untuk
mengolahnya. Namun kenyataan yang ada adalah bahwa Sumber Daya
Alam kita sekarang ini masih banyak dikelola oleh orang-orang dari bangsa
asing. Hal ini bisa jadi karena kekampuan intelektual masyarakat indonesia
tidak diimbangi dengan kemampuan praktik sehingga dalam tataran konsep
kita subur tapi dalam tataran praktis kita mandul.
Kimia merupakan ilmu tentang materi dan energi, dan oleh karena
itu siswa yang mempelajari kimia seharusnya mengenal betul tentang apa
arti materi, bagaimana penggolongannya, sifat-sifat, struktur, sampai pada
energi yang menyertai jika materi itu berubah. Oleh karena itu dibutuhkan
pendekatan yang tepat dan efektif dalam mempelajari ilmu kimia. Agar
siswa memperoleh gambaran yang jelas dan detail terkait materi yang
sedang dipelajari.
Pembelajaran kimia di SMA cenderung text book oriented dan
kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari sehingga membuat pelajaran
menjadi abstrak dan cenderung menuju terjadinya kesulitan dalam
memahami materi yang diajarkan. Sementara itu guru yang mengajar kurang
memperhatikan kemampuan berfikir siswa yakni dengan pola pembelajaran
yang kurang bermakna. Metode yang digunakan pun kurang bervariasi
sehingga motivasi belajar siswa menjadi berkurang.
Pendidikan berkembang seiring dengan perkembangan peradaban
2
manusia. Manusia terus-menerus berusaha memperbaiki model
pembelajaran mulai dari yang paling sederhana seperti mencatat dan
ceramah sampai kepada model yang lebih bervariasi seperti yang banyak
dikenal sekarang ini (Ery, 2007 : 2). Semua hal tersebut dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan siswa yang mana di era seperti sekarang ini dituntut
untuk kreatif dan inovatif.
Konsep pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP) adalah suatu
pendekatan pembelajaran kimia yang kontekstual yaitu pendekatan
pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan obyek nyata. Tujuannya adalah
untuk memotivasi siswa agar mempunyai semangat berwirausaha. Dengan
pendekatan ini pengajaran kimia akan lebih menyenangkan dan memberi
kesempatan pada peserta didik untuk mengoptimalkan potensinya agar
menghasilkan produk. Bila peserta didik sudah terbiasa dengan kondisi
belajar yang demikian, tidak menutup kemungkinan akan memotivasi
mereka untuk berwirausaha (Supartono, 2006 : 9).
Dengan adanya pembelajaran dengan pendekatan CEP yang
notabenenya merupakan pendekatan pembelajaran kimia yang dikaitkan
dengan obyek nyata, maka diharapkan pula siswa atau peserta didik akan
menjadi lebih paham terhadap materi pelajaran kimia yang cenderung
abstrak.
Buku teks merupakan sumber belajar bagi siswa dimana didalamnya
terdapat materi-materi yang akan dipelajari oleh siswa. Buku teks yang
menarik akan membuat siswa sebagai peserta didik akan lebih bersemangat
3
untuk membacanya. Dan buku teks kimia berbasis CEP bisa dikatakan
menarik karena didalamnya ada muatan-muatan materi yang bisa
mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan teori-teori yang dipelajarinya
dalam kehidupan sehari-hari.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis terdorong untuk
melakukan penelitian mengenai “PENGARUH PENGGUNAAN BUKU
TEKS KIMIA BERBASIS CHEMOENTERPRENEURSHIP (CEP)
TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA DI SMA N 6 SEMARANG”.
III. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan dalam penelitian ini adalah : apakah ada pengaruh
penggunaan buku teks kimia berbasis chemoentrepreneurship (CEP)
terhadap hasl belajar kimia di SMA N 6 Semarang?
IV. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
ada pengaruh penggunaan buku teks kimia berbasis
chemoentrepreneurship (CEP) terhadap hasl belajar kimia di SMA N 6
Semarang?
V. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang terlibat dalam pembelajaran kimia baik siswa, guru, penulis
4
maupun peneliti lain.
1. Bagi Siswa
Melatih siswa agar lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar
menyelesaikan masalah-masalah kimia sehingga dapat meningkatkan
sikap positif siswa untuk berpikir runtut, kritis dan sistematis dalam
usaha pemecahan masalah, merangsang otak siswa dalam memahami
masalah dan cara menyelesaikannya. Hal ini akan memberi peluang
terjadinya peningkatan pemahaman dan kemampuan belajar siswa serta
memberi nuansa nyaman dan menyenangkan dalam belajar. Peserta
didik diberi peluang untuk melaksanakan kerja ilmiah dan dieksplorasi
potensinya secara optimal yang menumbuhkan sikap kewirausahaan.
2. Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi guru dan calon
guru kimia dalam memilih buku teks kimia sebagai media pembelajaran
berbasis chemoenterpreneurship (CEP) yang sesuai, efektif dan efisien
dalam kegiatan belajar-mengajar kimia sehingga dapat meningkatkan
kemampuan belajar siswa dan juga berkesempatan menerapkan model
pembelajaran lain yang unggul,kreatif dan inovatif.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan akan membantu penciptaan panduan
pembelajaran bagi mata pelajaran lain dan juga sebagai bahan
pertimbangan dalam memilih pendekatan pembelajaran yang akan
diterapkan bagi perbaikan di masa yang akan datang.
5
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini akan sangat berguna bagi peneliti yakni untuk
mengetahui apakah buku teks kimia sebagai media pembelajaran
berbasis chemoenterpreneurship (CEP) efektif untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas X semester II, dan juga untuk menyelesaikan tugas
belajar yang sedang ditunaikan.
VI. PENEGASAN ISTILAH
Penulis memberikan batasan-batasan istilah dalam judul yang
berbunyi “Pengaruh penggunaan buku teks kimia berbasis
chemoenterpreneurship (CEP) terhadap hasil belajar kimia di SMA N 6
Semarang” sebagai berikut:
1. Pengaruh
Dari kamus bahasa Indonesia (Purwodarminto, 1984) disebutkan
bahwa pengaruh adalah……………………. Pengaruh diukur dengan
koefisien determinasi (r2).
2. Buku Teks
Buku teks merupakan sumber belajar bagi siswa dimana
didalamnya terdapat materi-materi yang akan dipelajari oleh siswa
3. Pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP)
Konsep pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP) menurut
Supartono (2006 : 9) adalah suatu pendekatan pembelajaran kimia yang
kontekstual yaitu yaitu pendekatan pembelajaran kimia yang dikaitkan
6
dengan obyek nyata. Tujuannya adalah untuk memotivasi siswa agar
mempunyai semangat berwirausaha.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa secara
maksimal setelah melakukan proses pembelajaran. Menurut Nana
Sudjana (1990 : 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah sikap
ilmiah yang timbul dari dalam diri siswa setelah melakukan proses
pembelajaran.
VII. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Belajar dan Pembelajaran
1. Belajar
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-
mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji
dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Di samping itu, ada pula
sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka
seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis.Untuk
menghindari ketidaklengkapan persepsi tersebut, berikut ini akan
disajikan definisi dari beberapa ahli.
Skinner (dalam Syah, 2005: 64) berpendapat bahwa belajar
adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang
7
berlangsung secara progresif.
Gagne (dalam Sukarja, 2006: 261-262) menyatakan belajar
adalah suatu perubahan watak atau kemampuan (kapabilitas)
manusia yang belangsung selama suatu jangka waktu dan bukan
sekedar proses pertumbuhan.
Winkel (dalam Darsono, 2004: 4) menyatakan belajar adalah
suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.
Dari pengertian belajar yang dikemukakan diatas dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses yang
menghasilkan perubahan tingkah laku. Belajar pada mulanya adalah
akibat dorongan rasa ingin tahu.
Belajar sebagai proses adalah kegiatan yang dilakukan secara
sengaja melalui penyesuaian tingkah laku dirinya guna
meningkatkankualitas kehidupan. Sedangkan belajar sebagai hasil
adalah akibat dari belajar sebagai proses. Sehingga seseorang yang
telah mengalami proses balajar akan memperoleh hasil berupa
kemampuan terhadap sesuatu yang menjadi hasil belajar.
Benjamin Bloom (dalam Sudjana, 2001: 22) membagi hasil
belajar menjadi tiga ranah, yaitu:
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
8
analisis, sintesis dan evaluasi.
2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari
penerimaan jawaban atau reaksi, penilaian.
3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak.
2. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction
yang berarti self intruction (dari internal) dan external instruction
(dari eksternal) (Sugandi, 2004: 9).
Sementara Briggs (dalam Sugandi, 2004: 9) mengatakan
pembelajaran adalah perangkat peristiwa yang mempengaruhi si
belajar sedemikian rupa sehingga si belajar memperoleh
kemudahan dan berinteraksi dengan lingkungan.
Jadi pada hakikatnya pembelajaran adalah proses
interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga
terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Menurut Gafur (dalam Sukarja, 2006: 264) bahwa dalam
proses pembelajaran ada dua unsur yang sangat penting, yaitu
model pembelajaran dan media pembelajaran.
a. Model Pembelajaran
Menurut Winata putra (dalam Sugandi, 2004; 84)
model pembelajaran (models of teaching) adalah pola yang
digunakan guru dalam menyususn kurikulum,mengatur
9
materi pelajaran dan memberi petunjuk dalam setting
pembelajaran.
Sukamto (dalam Bakar, 2006: 27) mengartikan model
pembelajaran sebagai suatu kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur atau langkah-langkah yang sistematis
dalam mengelola pengalaman belajar sehingga para siswa
dapat mencapai kompetensi tertentu. Sementara kompetensi
diartikan sebagai kualifikasi atau seperangkat kemampuan
berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dituntut
oleh suatu jabatan tertentu (Arbi dan Syahrun dalam Bakar,
2006: 29). Kompetensi ini ditunjukkan dalam bentuk proses
atau hasil kegiatan yang didemonstrasikan oleh peserta didik
sebagai penerapan dari pengetahuan dan keterampilan yang
telah dipelajarinya (Mulyasa, 2003: 24).
b. Media Pembelajaran
Media dapat diartikan sbagai alat bantu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi dan bahan
pelajaran untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
keterampilan makna belajar (Mappa, 1994: 162).
Pada umumnya konsep kimia bersifat abstrak. Untuk
dapat memahaminya harus dimulai dari pengalaman konkrit.
Inilah fungsi pokok dari media, yaitu dapat membawa siswa
menuju pemikiran abstrak melalui pengalaman konkrit.
10
Jika tingkat konkrit-abstrak dan media yang
digunakan untuk pendekatannya dialurkan pada garis, di
dapat pola sebagai berikut:
konkrit astrak
pengalaman langsung simulasi gb. Hidup gb. Mati lambang verbal
(Sastrawijaya, 1988: 169)
media dapat digolongkan menjadi: 1) bahan tak
terproyeksikan (papan tulis, kartu peraga, bagan, foto objek);
2) rekaman suara (rekaman dalam kaset suara, rekaman
cakram); 3) gambar diam yang diproyeksikan (slide,
lembaran bening OHP); 4) gambar bergerak yang
diproyeksikan (film, rekaman video) (Marjohan, 1994: 188-
189).
B. Faktor yang Mempengaruhi hasil Belajar
Perolehan hasil belajar antar siswa tidak sama karena banyak
faktor yang mempengaruhi proses belajar. Secara garis besar, faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yakni:
a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan
fisiologis dan psikologis
1. keadaan fisiologis meliputi panca indera dan kondisi jasmani
yang melatarbelakangi aktivitas belajar seperti gizi yang
11
cukup dan lain-lain. Menurut Syah (2005: 146) panca indera
yang dominan adalah indera pendengaran dan penglihatan.
Daya pendengaran dan penglihatan yang rendah,
umpamanya, akan menyulitkan sensory register dalam
menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan
iconic (gema dan citra).
2. faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar siswa
meliputi: 1) kecerdasan/bakat, 2) motivasi, 3) perhatian, 4)
berpikir, 5) ingatan/lupa, dan sebagainya. (Mappa, 1994: 36)
b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu keadaan/kondisi
lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal meliputi lingkungan
sosial dan nonsosial.
1. Lingkungan sosial meliputi lingkunggn sekolah seperti guru,
para staf administrasi dan teman-teman sekelas dan
lingkungan sosial siswa seperti masyarakat dan tetanga juga
teman-teman sepermainan serta lingkungan keluarga.
2. lingkungan nonsosial meliputi gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar,
keadaan cuaca, dan waktu belajar siswa.
c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis
upaya belajar siswa yang melipuiti strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-
materi pelajaran.
12
C. Chemoenterpreneurship (CEP)
Menurut Nasution dalam Eri (2007 : 19) entrepreneur diartikan
sebagai orang yang pandai memanfaatkan peluang usaha lalu
menterjemahkannya menjadi usaha yang memiliki nilai tambah.
Entrepreneur adalah seorang motivator yang menggabungkan teknologi
yang berbeda dan konsep-konsep bisnis untuk menghasilkan produk atau
jasa baru yang mampu mengenali setiap kesempatan yang
menguntungkan, menyusun strategi dan yang berhasil menerapkan ide-
idenya. Erpreneurship adalah segala hal yang berkaitan dengan sikap,
tindakan dan proses yang dilakukan oleh para erpreneur dalam merintis,
menjalankan dan mengembangkan usaha mereka.
Konsep pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP) adalah suatu
pendekatan pembelajaran kimia yang kontekstual yaitu pendekatan
pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan obyek nyata. Tujuannya
adalah untuk memotivasi siswa agar mempunyai semangat
berwirausaha. Dengan pendekatan ini pengajaran kimia akan lebih
menyenangkan dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk
mengoptimalkan potensinya agar menghasilkan produk. Bila peserta
didik sudah terbiasa dengan kondisi belajar yang demikian, tidak
menutup kemungkinan akan memotivasi mereka untuk berwirausaha
(Supartono, 2006 : 9).
Untuk merancang pembelajaran dengan pendekatan CEP
13
diperlukan guru yang dapat mendesain dan melaksanakannya dengan
prinsip-prinsip pembelajaran kimia lainnya. Guru harus mengetahui
secara pasti materi-materi kimia yang tepat dan sesuai dengan
pendekatan pembelajaran CEP. Pembuatan desain pembelajaran harus
sesuai antara obyek atau fenomena yang dipelajari dengan kegiatan
siswa. Kegiatan siswa ini perlu dirancang sedemikian rupa agar sesuai
dengan kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Pembelajaran
ini di desain dan dilaksanakan berangkat dari obyek atau fenomena yang
ada disekitar kehidupan peserta didik, kemudian dikembangkan ke
konsep-konsep kimia yang berkaitan dengan proses kimia yang
melandasi, termasuk factor-faktor yang mengendalikan atau
mempengaruhi proses tersebut hingga sampai ke kesimpulan yang
bermakna. Kesimpulan yang bermakna ini dapat berupa penemuan suatu
produk yang bermanfaat, terobosan teknologi yang berkaitan dengan
konsep atau proses kimia yang dipelajari dan rekomendasi-rekomendasi
dampaknya terhadap kemaslahatan umat manusia dan lingkungan
(Supartono, 2006 : 9)
Dengan landasan pemikiran tersebut, pendekatan CEP menuntut
potensi peserta didik untuk belajar secara maksimal sehingga mampu
menampilkan kompetensi tertentu. Proses belajar siswa tidak lagi
berorientasi pada banyaknya materi pelajaran kimianya (subject matter
oriented), tetapi lebih berorientasi kepada kecakapan yang ditampilkan
oleh peserta didik (life-skill oriented). Dengan pendekatan pembelajaran
14
yang demikian, sejumlah kompetensi dapat dicapai, proses belajar
engajarnya menjadi lebih menarik, peserta didik lebih terfokus
perhatiannya dan termotivasi untuk mengetahui lebih jauh serta hasil
belajarnya menjadi lebih bermakna (Supartono, 2006 : 9).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan CEP
merupakan pendekatan pembelajaran kimia yang berhubungan dengan
obyek nyata sehingga siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu
bahan menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomi. Dengan
pembelajaran ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk
berwirausaha.
VIII. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan
yang sifatnya masih sementara dan masih lemah dan perlu pembuktian lebih
lanjut. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Hi : Ada Pengaruh penggunaan buku teks kimia berbasis
chemoenterpreneurship (CEP) terhadap hasil belajar kimia di SMA N
6 Semarang.
Ho : Tidak ada Pengaruh penggunaan buku teks kimia berbasis
chemoenterpreneurship (CEP) terhadap hasil belajar kimia di SMA N
6 Semarang.
IX. METODE PENELITIAN
15
Penentuan Subjek Penelitian
1. Populasi
Menurut Arikunto (2002:108), populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
semua siswa kelas XI SMA N 6 Semarang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2002:109). Sampel pada penelitian ini tidak menggunakan
siswa kelas XI secara keseluruhan, tetapi hanya sebagian saja. Agar
sampel dikatakan representatif (mewakili populasi), diperlukan
teknik pengambilan sampel yang tepat. Teknik pengambilan sampel
yang dilakukan adalah teknik cluster random sampling, yaitu secara
acak dipilih dua kelas sebagai sampel, dengan syarat populasi
tersebut harus bersifat normal dan homogen. Salah satu kelas
bertindak sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan
menggunakan buku teks kimia berbasis chemoenterpreneurship
(CEP), sedangkan kelas lainnya sebagai kelas kontrol diajar dengan
metode konvensional.
3. Variabel
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi
perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002:96). Variabel dalam
penelitian ini adalah :
16
a. Variabel bebas yaitu variabel yang
mempengaruhi suatu kejadian. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah
penggunaan buku teks kimia berbasis CEP.
b. Variabel terikat yaitu variabel sebagai akibat
dari variabel bebas.Variabel terikat dalam
penelitian ini hasil belajar siswa kelas XI
SMA N 6 Semarang tahun pelajaran
2007/2008 pada pokok bahasan koloid.
A. Faktor yang diteliti
Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang
dilihat dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hasil belajar
kognitif siswa diukur dengan tes objektif, hasil belajar afektif diukur
dengan kuisioner, sedangkan hasil belajar psikomotor diukur dengan
lembar observasi.
B. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 17), sumber penelitian adalah
subjek dari mana data diperoleh. Sumber data penelitian ini adalah
siswa kelas XI SMA 2 Semarang, guru, serta lingkungan yang
mendukung pelaksanaan penelitian.
2. Jenis Data
Data yang didinginkan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data
17
kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar. Data kualitatif diperoleh
dari angket dan lembar observasi.
3. Cara Pengambilan Data
a. Tes hasil belajar
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok (Arikunto, 2002:127). Tes dalam penelitian ini
merupakan tes prestasi atau achievement test, yaitu tes yang
digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah
mempelajari sesuatu (Arikunto, 2002:128). Dalam penelitian ini ,
tes digunakan untuk mengukur hasil belajar kimia siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Metode tes yang digunakan adalah
pre tes dan post tes.
b. Lembar observasi
Menurut Arikunto (2002:133), observasi merupakan kegiatan
pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera. Dalam penelitian ini, metode
observasi digunakan untuk mengetahui hasil pembelajaran siswa
pada aspek psikomotorik.
c. Angket
Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
18
arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang responden
ketahui (Arikunto, 2002:128). Metode ini digunakan untuk
memperoleh data mengenai tanggapan siswa terhadap
pembelajaran kimia dengan menggunakan buku teks kimia
berbasis chemoenterpreneurship (CEP).
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari tahap persiapan, tahap uji coba, dan
tahap pelaksanaan penelitian.
1. Tahap Persiapan
a. Observasi tentang materi-materi pelajaran yang mendukung
penelitian
b. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian berdasarkan indikator
dan ranah kognitif yang digunakan
c. Menyusun instrumen penelitian
2. Tahap Uji Coba
a. Instrumen diuji cobakan pada siswa kelas XII SMA 6 Semarang
b. Memberi skor dan menganalisis hasil tes uji coba, untuk
menentukan instrumen yang akan digunakan pada akhir
penelitian.
3. Tahap pelaksanaan penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan buku teks kimia berbasis
CEP pada kelas eksperimen dan menggunakan metode pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol.
19
D. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah desain control
group pre test post test yaitu desain eksperimen dengan melihat
perbedaan pre tes maupun post test antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Tabel 3 Rancangan Penelitian
Kelas Keadaan Awal Perlakuan Keadaan Akhir
Eksperimen Y1 X1 Y2
Kontrol Y1 X2 Y2
Keterangan:
X1: Pembelajaran kimia dengan menggunakan buku teks kimia berbasis
CEP.
X2: Pembelajaran kimia dengan menggunakan metode konvensional
Y1: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pre test
Y2: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi post test
E. Instrumen Penelitian
Tujuan uji coba adalah untuk memperoleh butir tes yang
mempunyai kategori baik dan bisa dipakai untuk penelitian. Analisis
perangkat tes adalah analisis untuk mengetahui validitas , reliabilitas ,
indeks kesukaran soal dan daya pembeda soal.
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
20
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan
valid bila instrumen itu, untuk maksud dan kelompok tertentu,
mengukur apa yang semestinya diukur, derajat ketepatan
mengukurnya benar dan validitasnya tinggi (Ruseffendi, 1994:132).
Untuk mengukur validitas butir soal dalam penelitian ini digunakan
rumus korelasi point biseral yaitu:
q
p
S
MMr
t
tppbis
dimana 2)(1
2:
pbis
pbishit
r
nrt
(Arikunto, 2003:79)
Keterangan:
rpbis = koefisien korelasi point biseral
Mp = rerata skor siswa yang menjawab benar
Mt = rerata skor siswa total
P = proporsi siswa yang menjawab benar
q = proporsi siswa yang menjawab salah
q = 1 - p
St = standar deviasi dari skor total
n = jumlah siswa
Setelah dihitung thit dibandingkan dengan ttabel , dengan taraf
signifikan 5 % , jika thit > ttabel maka butir soal dikatakan valid.
2. Reliabilitas
Reliabilitas instrumen atau alat evaluasi adalah ketetapan alat
21
evaluasi dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab alat
evaluasi itu. Sebuah alat evaluasi dikatakan reliabel apabila hasil dari
dua kali atau lebih pengevaluasian dengan dua atau lebih alat
evaluasi yang senilai (ekivalen) pada masing-masing pengetesan
akan sama. Suatu alat evaluasi dikatakan baik, bila reliabilitasnya
tinggi (Ruseffendi, 1994:142). Dalam penelitian ini, pengujian
tingkat reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan
reliabilitas internal, yakni perhitungan dilakukan berdasarkan data
dari satu kali hasil pengetesan (Arikunto, 2002:155). Perhitungan
reliabelitas internal untuk instrumen ini menggunakan rumus KR-21,
dengan rumus sebagai berikut:
tVk
MkM
k
kr
.1
111
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
Vt = varians total
M = skor rata-rata
k = jumlah butir soal (Arikunto, 2002:164)
Harga r11 yang dihasilkan dikonsultasikan dengan rtabel. Harga r11
yang diperoleh diterima jika memenuhi kriteria r11 > rtabel.
3. Indeks Kesukaran Soal
Indeks kesukaran soal merupakan bilangan yang
menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Soal yang baik adalah
22
soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang
terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya
(Arikunto, 2003:207). Rumus yang digunakan untuk mengukur
indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut :
BA
BA
JSJS
JBJBIK
Keterangan:
IK = indeks kesukaran
JBA = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada
kelompok atas
JBB = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada
kelompok bawah
JSA = banyaknya siswa pada kelompok atas
JSB = banyaknya siswa pada kelompok bawah
Kriteria indeks kesukaran soal disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4 Kriteria Indeks Kesukaran soal
Interval IK Kriteria
IK = 00,00
0,00 < IK ≤ 0,30
0,30 < IK ≤ 0,70
Terlalu Sukar
Sukar
Sedang
23
0,70 < IK < 1,00
IK = 1,00
Mudah
Terlalu Mudah
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (upper group) dengan siswa
yang kurang pandai (lower group). Soal dianggap mempunyai daya
pembeda yang baik jika soal tersebut dijawab benar oleh kebanyakan
siswa pandai dan dijawab salah oleh kebanyakan siswa kurang
pandai (Arikunto, 2003:211). Makin tinggi daya pembeda soal ,
makin baik pula kualitas soal tersebut. Rumus yang digunakan
sebagai berikut:
A
BA
JS
JBJBDP
Keterangan:
DP = daya pembeda soal
JBA = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada
kelompok atas
JBB = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada
kelompok bawah
JSA = banyaknya siswa pada kelompok atas
Kriteria yang digunakan seperti tabel di bawah ini :
Tabel 5 Kriteria Daya Pembeda Soal
24
Interval DP Kriteria
DP ≤ 0,00
0,00 < DP ≤ 0,20
0,20 < DP ≤ 0,40
0,40 < DP ≤ 0,70
0,70 < DP ≤ 1,00
Sangat jelek
Jelek
Cukup
Baik
Sangat baik
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan terbagi dalam dua tahap , yaitu tahap awal
dan tahap akhir.
1. Analisis Tahap Awal
Analisis tahap awal digunakan untuk melihat kondisi awal
populasi sebagai pertimbangan dalam pengambilan sampel yang
meliputi uji normalitas , homogenitas dan analisis varians.
a. Uji normalitas
Uji ini berfungsi untuk mengetahui apakah data keadaan awal
populasi terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang
digunakan adalah uji chi kuadrat (χ2) , persamaannya adalah
sebagai berikut :
χ2 = 2
1
k
i i
ii
E
EO (Sudjana, 2002:273)
25
Keterangan:
χ2 = chi kuadrat
Oi = frekuensi hasil pengamatan
Ei = frekuensi harapan
k = banyaknya kelas interval
Hasil perhitungan nilai χ2 dikonsultasikan dengan nilai χ2 pada
tabel dengan dk = k-3 (k adalah banyaknya kelas interval) ,
dengan taraf signifikansi 5 %. Jika χ2hitung ≤ χ2tabel , data
tersebut terdistribusi normal
b. Uji homogenitas
Uji ini untuk mengetahui seragam tidaknya varians sampel –
sampel yang diambil dari populasi yang sama. Dalam penelitian
ini jumlah kelas yang diteliti ada dua kelas. Setelah data
homogen baru diambil sampel dengan teknik cluster random
sampling. Uji kesamaan varians dari k buah kelas (k>2) populasi
dilakukan dengan menggunakan uji Barlett (Sudjana, 2002:261).
Langkah – langkah perhitungannya sebagai berikut:
1. Menghitung s2 dari masing – masing kelas
2. Menghitung varians gabungan dari semua kelas dengan
rumus:
1
1 2
2
i
ii
n
sns
26
3. Menghitung harga satuan B dengan rumus:
1log 2insB
4. Menghitung nilai statistik chi kuadrat (χ2) dengan rumus:
22 log110ln ii snB
Kriteria pengujian : Ho diterima jika χ2hitung ≤ χ2 (1-α) (k-1) ,
dimana χ2 (1-α) (k-1) didapat dari daftar distribusi chi kuadrat
dengan peluang (1-α) dan dk = (k-1) (Sudjana , 2002:263).
2. Analisis Tahap Akhir
a. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari
kedua kelompok terdistribusi normal atau tidak dan untuk
menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik
atau non parametrik. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah :
Ho : data berdistribusi normal
Ha : data tidak berdistribusi normal
Kenormalan data dihitung dengan menggunakan uji chi kuadrat
(χ2) dengan rumus:
χ2 =
2
1
k
i i
ii
E
EO
(Sudjana, 2002:273)
Keterangan:
χ2 = chi kuadrat
Oi = frekuensi hasil pengamatan
27
Ei = frekuensi harapan
K = banyaknya kelas interval
Data akan berdistribusi normal jika χ2hitung ≤ χ2tabel dengan
taraf signifikan 5 % dan derajat kebebasan dk = k – 3.
b. Uji kesamaan dua varians
Uji kesamaan varians bertujuan untuk mengetahui apakah
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai tingkat
varians yang sama (homogen) atau tidak.
22
21
s
sF
Keterangan:
s12 = varians kelompok eksperimen
s22 = varians kelompok kontrol
Kriteria pengujian adalah terima hipotesis Ho jika : F(1-α)(n1-1)
< F < F1/2α(n1-1, n2-1) (Sudjana, 2002:249).
c. Uji hipotesis penelitian
Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang kedua.
Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah:
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
Keterangan :
µ1= rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen
µ2= rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol
Uji t dipengaruhi oleh hasil uji kesamaan dua varians antara
28
kelompok yaitu:
a) jika varians kedua kelompok sama, maka rumus yang
digunakan adalah:
21
21
11
nns
xxt
dimana
2
)1()1(
21
222
2112
nn
snsns
Keterangan :
1x rata-rata nilai kelas eksperimen
2x rata-rata nilai kelas kontrol
21s varians nilai-nilai kelas tes eksperimen
22s varians nilai-nilai kelas tes kontrol
n1 = jumlah anggota kelas eksperimen
n2 = jumlah anggota kelas kontrol
Kriteria pengujiannya terima Ho, jika –t1-1/2α ≤ tdata ≤ t1-
1/2α dimana t1-1/2α didapat dari daftar distribusi t dengan
dk = (n1+ n2 - 2) dan peluang (1-1/2α) (Sudjana, 2002:239-
240).
b) jika varians kedua kelompok tidak sama, maka rumus yang
digunakan adalah
29
2
22
1
21
21
n
s
n
s
xxt i
Keterangan :
1x rata-rata nilai kelas eksperimen
2x rata-rata nilai kelas kontrol
21s varians nilai-nilai kelas tes eksperimen
22s varians nilai-nilai kelas tes kontrol
n1 = jumlah anggota kelas eksperimen
n2 = jumlah anggota kelas kontrol
Kriteria yang digunakan adalah terima hipotesis Ho jika :
21
2211
ww
twtw
< 21
22111
ww
twtwt
dengan
1
21
1 n
sw
dan 2
22
2 n
sw
t1 = t(1-1/2α), (n1-1) dan t2 = t(1-1/2α), (n2-1)
(Sudjana, 2002:241)
d. Analisis terhadap pengaruh variabel
Untuk menentukan hubungan antara variabel bebas dengna
variabel terikat digunakan koefisien korelasi biserial. Rumus
yang digunakan adalah :
30
yb us
pqYYr
)( 21 (Sudjana, 2002:390)
Keterangan :
rb = koefisen korelasi biserial
1Y = rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
2Y = rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
p = proporsi siswa kelompok eksperimen
q = proporsi siswa kelompok kontrol
q = 1 – p
u = tinggi ordinat pada kurva normal pada titik-titik yang
memotong bagian normal baku menjadi bagian p dan
q
sy = simpangan baku untuk semua nilai dari kedua
kelompok
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi
yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat
berpedoman pada ketentuan sebagai berikut :
0,0 – 0,199 = sangat rendah
0,2 – 0,399 = rendah
0,4 – 0,599 = sedang
0,6 – 0,699 = kuat
0,7 – 0,899 = sangat kuat (Sugiyono, 2001:216)
e. Analisis deskriptif untuk data aspek afektif dan psikomotorik
31
siswa
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui nilai afektif dan psikomotorik siswa baik
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Rumus yang
digunakan adalah :
Persentase skor = %100max
skor
perolehskoryangdi (Sudjana,
2002:47)
f. Analisis deskriptif terhadap pembelajaran kimia dengan
menggunakan buku teks kimia berbasis CEP.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa
terhadap pembelajaran kimia dengan buku teks kimia berbasis
CEP. Rumus yang digunakan adalah :
Persentase skor = %100max
skor
perolehskoryangdi (Sudjana, 2002:47)
X. SISTEMATIKA SKRIPSI
Susunan skripsi ini terdiri atas tiga bagian yaitu :
a. Bagian Pendahuluan
Bagian pendahuluan skripsi ini berisi halaman judul,
pengesahan, motto dan persembahan, abstraksi, kata pengantar,
daftar isi, daftar lampiran, daftar gambar, dan daftar tabel.
b. Bagian Isi
Bagian ini terdiri atas lima bab, yaitu:
32
Bab I : Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, permasalahan, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan
sistematika skripsi.
Bab II : Landasan Teori dan Hipotesis
Berisi teori-teori yang mendukung dan berkaitan
dengan permasalahan, yaitu meliputi tinjauan tentang
proses belajar-mengajar, factor yang mempengaruhi
hasil belajar, dan buku teks kimia berbasis
chemoenterpreneurship (CEP).
Bab III : Metode Penelitian
Berisi metode penentuan subyek penelitian, faktor yang
diteliti, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian,
instrumen penelitian, dan analisis data.
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisi hasil-hasil penelitian serta pembahasan.
Bab V : Penutup
Berisi kesimpulan dari penelitian dan saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Bakar, Usman. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Konpetensi dalam
33
Mata Pelajaran Kimia di SMA. Jurnal Pengajaran. Vol 29 (1): 26-41.
Darsosno, M. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Ery susanti. 2007. Peningkatan Kreatifitas dan Hasil Belajar Kimia Melalui
Pendekatan CEP Dengan Bantuan Game Simulation di SMA N 9
Semarang (Skripsi). Semarang: Jurusan Kimia FMIPA UNNES.
Mappa, Syamsu&Basleman, Anisah. 1994. Teori Belajar Orang Dewasa.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mulyana. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Rueffendi, E.T. 1994. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Biidang Non-
Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press
Sastrawijaya, Tresna. 1988. Proses Belajar-Mengajar di Perguruan Tinggi.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudjana, Nana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT UNNES PRESS.
Sukarja. 2006. Peningkatan Mutu Pembelajaran Kimia SMA dengan
Menggunakan Teaching Guide Berbantuan Komputer. VIII (2): 256-
273.
Supartono. 2006. Peningkatan Kualitas peserta Didik Melalui Pembelajaran
Kimia Dengan Pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP). Semarang:
Jurusan Kimia FMIPA UNNES
34
Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
35