Download - Proposal PKL Padi Sutrisno
PROPOSAL PERAKTEK KERJA LAPANG (PKL)
BUDIDAYA PADI SAWAH (Oryza sativa) DI DESA BOJONG KULON, KECAMATAN SUSUKAN, KABUPATEN CIREBON
Oleh:
SUTRISNOJ3W409089
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI PRODUKSI DANPENGEMBANGAN MASYARAKAT PERTANIAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PROPOSAL PERAKTEK KERJA LAPANG (PKL)
BUDIDAYA PADI SAWAH (Oryza sativa) DI DESA BOJONG KULON, KECAMATAN SUSUKAN, KABUPATEN CIREBON
Oleh:
SUTRISNOJ3W409089
USULAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)SEBAGAI SALAH SATU PANDUAN UNTUK PRAKTEK LANGSUNG DI
LAPANGAN
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI PRODUKSI DANPENGEMBANGAN MASYARAKAT PERTANIAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Budidaya Padi Sawah (Oryza sativa) di Desa Bojong
Kulon, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon
Nama : Sutrisno
NIM : J3W409089
Program keahlian :Teknologi Produksi Dan Pengembangan Masyarakat
Pertanian
Menyetujui,
Dosen pembimbing
Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS. NIP 19590505 198503 1 004
Mengetahui,
Kordinator Program Keahlian
P ro f . Dr. Ir. H. M. H. Bintoro , M. Agr. NIP 19480108 197403 1 001
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allh SWT yang telah
memberikan taufik serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan usulan praktik kerja lapang (PKL) ini. Usulan ini berjudul
“Budidaya Padi Sawah (Oryza sativa) di Kelompok Tani Sri Jaya (UPT BP3K
Susukan), Desa Bojong Kulon, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon, Jawa
Barat”.
Usulan praktik kerja lapang ini dapat di selesaikan atas bantuan dan kerja
sama berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro, M. Agr. selaku Koordinator Program Keahlian
Teknologi Produksi Dan Pengembangan Masyarakat Pertanian.
2. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS. selaku dosen pembimbing dalam menyusun
usulan praktek kerja lapang.
3. Para staf kepegawaian Diploma IPB yang telah memfasilitasi penulis dalam
pembelajaran untuk bekal PKL.
4. Kelompok Tani di wilayah Kabupaten Cirebon yang berkenan memfasilitasi
penulis dalam kegiatan praktek kerja lapang ini.
5. Orang tua yang selalu mendukung penulis dalam berbagai hal, khusunya
dalam dukungan material dan spiritual.
6. Teman-teman yang senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan
usulan praktik kerja lapang (PKL) ini.
Semoga usulan praktek kerja lapang (PKL) ini dapat bermanpaat sebagai
acuan dalam melaksanakan kegiatan PKL ini.
Bogor, April 2011
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3
2.1. Arti Penting Dan Manfaat Padi Bagi Kehidupan Manusia.......................3
2.2. Teknologi Budidaya..................................................................................3
2.2.1. Syarat Tumbuh...................................................................................3
2.2.2. Persiapan Benih padi..........................................................................4
2.2.3. Persemaian.........................................................................................4
2.2.4. Pengolahan Tanah..............................................................................4
2.2.5. Tanam.................................................................................................5
2.2.6. Pemindahan Tanaman (Tanam Pindah).............................................6
2.2.7. Jarak Tanam.......................................................................................6
2.2.8. Penyulaman Bibit...............................................................................6
2.2.9. Pengairan............................................................................................6
2.2.10. Pemupukan.........................................................................................6
2.2.11. Pengendalian Gulma..........................................................................7
2.2.12. Pengendalian Hama dan Penyakit......................................................7
2.2.13. Panen dan Pasca Panen......................................................................8
III. METODE KAJIAN.....................................................................................13
1.1 Waktu dan tempat....................................................................................13
1.2 Metode Kajian.........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
LAMPIRAN...........................................................................................................16
ii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangDi indonesia yang beriklim tropis, padi ditanam diseluruh daerah dataran
rendah sampai dataran tinggi. Umumnya padi diusahakan sebagai padi sawah (85-
90%) dan sebagiam kecil (10-15%) sebagai padi gogo (Taslim dan Fagi, 1988).
Untuk meningkatkan produksi padi nasional, pemerintah telah melakukan
berbagai upaya, termasuk mendorong penggunaaan teknologi baru seperti varietas
unggul, pemupukan yang tepat, perbaikkan cara bercocok tanam, pengendalian
hama dan penyakit, serta pengairan yang teratur, disamping peningkatan
penyuluhan, penyediaan kredit, pemberian subsidi terhadap sarana produksi dan
perbaikkan pemasaran hasil (Taslim, Partohardjono, dan Djunainah, 2010).
Sehingga, usaha penigkatan produksi harus dilakukan secara sinergis, meliputi
penelolaan pembibitan, kesuburan tanah dan pemanfaatan hara, pengairan,
pengendalian hama dan penyakit, gulma serta penggunaan alat mesin pertanian
yang kemudian dikenal sebagai pengelolaan tanaman terpadu (PTT)
(Kartaatmadja et al. 2001).
Dalam kurun waktu tahun 1970-2000an, kontribusi peningkatan produktivitas
dan luas areal panen terhadap peningkatan produksi padi nasional masing-masing
sekitar 56,1% dan 26,3%. Berbagai kendala fisik maupun sosial ekonomi
menghambat upaya perluasan areal pertanaman padi. Oleh karenanya, titik tumpu
peningkatan produksi padi nasional terletak pada peningkatan produktivitas, salah
satunya melalui pembentukan varietas unggul berdaya h.asil tinggi (Las et al.,
2004).
Sementara itu, sampai sekarang, semua teknologi perbaikkan tanaman untuk
memperbaikki hasil dapat digolongkan menjadi 5, yakni (1) pemuliaan dan budi
daya; (2) teknik radiasi; (3) kultur sel dan jaringan; (4) bio-regulation; dan (5)
rekayasa genetik (Makarim dan Suhartatik, 2009).
1
1.2 Tujuan
1. Menambah pengalaman dan keterampilan dalam budidaya di
lapangan.
2. Mempelajari serta melakukan langsung cara budidaya di lapangan.
3. Mengidentifikasi permasalahan yang ada di lapangan serta
memecahkannya dengan bekal ilmu yang telah di pelajari di
perkuliahan.
4. Bertukar ilmu yang telah di dapat dibangku perkuliahan dengan
pengalaman yang dimiliki para petani di lapangan.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
1.2. Arti Penting Dan Manfaat Padi Bagi Kehidupan Manusia
Beras memiliki peranan paling penting dalam konsumsi pangan
rumahtangga. Pengadaan beras dalam jumlah yang sesuai kebutuhan merupakan
upaya sangat penting dalam rangka membangun ketahanan pangan nasional.
Akibat pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita maka
kebutuhan beras secara nasional mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Dalam rangka peningkatan stabilitas pengadaan pangan dan mendukung
ketahanan pangan nasional maka upaya peningkatan produksi beras harus
ditempuh. Secara teknis upaya-upaya tersebut dapat diwujudkan melalui dua
pendekatan yaitu: (a) Ekstensifikasi (perluasan areal) atau (b) Intensifikasi
(peningkatan produktivitas usahatani). Peningkatan produktivitas usahatani
melalui peningkatan mutu intensifikasi yang dilakukan dengan perbaikan
teknologi usahatani merupakan pendekatan yang realitis karena upaya
ekstensifikasi melalui pencetakan sawah membutuhkan biaya investasi yang
sangat mahal. Upaya peningkatan mutu intensifikasi ini terutama paling realistis
dilaksanakan di Jawa mengingat perluasan lahan sawah di Jawa semakin sulit
dilakukan akibat terkendala oleh sumber daya lahan yang terbatas. Pulau Jawa
mempunyai peranan penting dalam produksi padi, karena selama 30 tahun Pulau
Jawa rata-rata menyumbang 59,8 persen produksi padi nasional dengan kisaran
55-63 persen (Irawan et.al, 2002).
Nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah 1821 calori
yang apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak
0,88 kg. Beras mengandung berbagai zat makanan antara lain: karbohidrat,
protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin. Disamping itu beras mengandung
beberapa unsur mineral antara lain: kalsium, magnesium, sodium, fosfor dan lain
sebagainya (Collin Clark Papanek).
1.1. Teknologi Budidaya
1.1.1. Syarat TumbuhDi Pulau Jawa, padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang
ketebalan lapisan atasnya antara 18-22 cm, terutama tanah muda dengan pH
3
antara 4-7. Sedangkan lapisan olah tanah sawah menurut IRRI adalah dengan
kedalaman 18 cm (Girisonta, 1990).
1.1.2. Persiapan Benih padiBenih yang digunakan berasal dari benih yang sudah bersertifikat
(merah jambu/ES). Ciri-ciri benih yang bagus adalah:
1) Bentuk bulat, seragam dan warnanya cerah
2) Kadar airnya 10-14%
3) Daya kecambah 80-90%
4) Berasal dari penangkar bersertifikat (Iskandar, 2007).
Sementara itu, perendaman padi dilakukan dengan cara merendamkan
benih selama 24 jam kemudian diperam selamaa 48 jam dan selanjutnya
ditutup dengan karung goni (Ghulamahdi, 2010).
1.1.3. PersemaianSebelum bibit padi ditanam disawah, biasanya bibit disemaikan
dahulu di persemaian. Ada beberapa macam cara persemaian padi yaitu
cara persemaian basah ( wet bed), persemaian kering (dry bed), dan
persemaian dapog. Umur bibit siap dipindahkan tergantung dari cara
persemaian. Bibit dari persemaian basah dapat dipindahkan pada umur 20-
30 hari, persemaian kering umur 20-30 hari setelah tabur dan cara dapog
bibit siap dipindahkan pada umur 9-14 hari. Tinggi genangan air
dipersemaian biasanya antara 2-5 cm (Taslim et al., 2010).
1.1.4. Pengolahan TanahPengolahan tanah merupakan faktor yang berpengaruh langsung
terhadap hasil padi selain pemupukan, pengairan yang cukup, dan
pengendalian hama/penyakit (Taslim et al., 2010).
Pengolahan tanah sawah meliputi 3 fase yaitu (1) penggenangan
tanah sawah sampai tanah jenuh air, (2) membajak, sebagai awal
pemecahan bongkah dan membalik tanah, dan (3) menggaru, untuk
menghancurkan dan melumprkan tanah dengan air (De Matta, 1981).
4
1.1.5. Tanama. Umur Bibit
Pemakaian bibit padi yang berumur lebih dari 30 hss akan
memberikan hasil yang kurang baik karena bibit yang digunakan
relatif tua sehingga beradaptasi lambat (stagnasi pertumbuhan
setelah tanam relatif lama), tidak seragam (mempunyai anakan
yang tidak seragam), perakaran dangkal dan rusak menyebabkan
pertumbuhan tanaman tidak berkembang dengan baik setelah
tanaman dipindah (Abdullah et al., 2000). Sementara itu,
pemindahan bibit pada umur yang lebih muda dapat mengurangi
kerusakan bibit, tanaman tidak mengalami stagnasi, dan
pertumbuhan tanaman lebih cepat (De Datta, 1981). Selanjutnya,
Pemakaian bibit padi sawah dengan umur yang relatif muda (umur
12-15 hss) akan membentuk anakan baru yang lebih seragam dan
aktif serta berkembang lebih baik karena bibit yang lebih muda
mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru setelah tanaman
dipindah (Kartaatmadja dan Fagi, 2000 serta Gani, 2003).
b. Jumlah Bibit
Penanaman bibit dengan jumlah yang relatif lebih banyak
(5-10 batang per rumpun, bahkan >10 batang per rumpun)
menyebabkan terjadinya persaingan sesama tanaman padi
(kompetisi inter spesies) yang sangat keras untuk mendapatkan air,
unsur hara, CO2, O2, cahaya, dan ruang untuk tumbuh sehingga
pertumbuhan akan menjadi tidak normal. Akibatnya, tanaman padi
menjadi lemah, mudah rebah, mudah terserang hama dan penyakit,
dan lebih lanjut keadaan tersebut dapat mengurangi hasil gabah.
Sedangkan penggunaan jumlah bibit yang lebih sedikit (1-3 batang
per rumpun) menyebabkan: (1) lebih ringannya kompetisi inter
spesies; dan (2) lebih sedikitnya jumlah benih yang digunakan
sehingga mengurangi biaya produksi (Gani, 2003 dan Abdullah
2004).
5
1.1.6. Pemindahan Tanaman (Tanam Pindah)Tanam pindah dilakukan karena tanam secara sebar langsung lebih
peka terhadap serangan tikus, siput dan burung. Pengendalian gulma lebih
mudah dilakukan bila bibit ditanam didalam barisan. Bibit ditanam pada
kedalaman yang tepat karena anakan umumnya berkembang 5-10 hari
setelah tanam. Tanam terlalu dalam dapat menunda pembentukan anakan
(Taslim et al., 2010).
1.1.7. Jarak TanamPada padi yang ditanam-pindah, jarak tanam merupakan faktor
produksi yang penting. Jarak tanam optimum tergantung dari kesuburan
tanah dan musim tanam. Untuk lahan 1 ha dengan jarak tanam 25 x 25 cm
akan terdapat 160.000 tanaman (rumpun). Bila satu rumpun terdiri dari 3
bibit maka untuk untuk 1 ha lahan diperlukan 160.000 x 3 bibit = 480.000
batang bibit. Alat pengukur jarak tanam digunakan camplak dari
kayu/bambu, dapat juga dengan menggunakan tali atau bambu yang
ditandai (Taslim et al., 2010).
1.1.8. Penyulaman BibitRumpun-rumpun (padi) yang mati dapat disulam dengan
menggunakan sisa bibit yang ditanam dipinggiran petakan sawah/galangan
dekat pemasukan air. Penyulaman dapat dilakukan 4-5 hari setelah tanam
(Taslim et al., 2010).
1.1.9. PengairanKondisi air dipersemaian setelah benih ditaburkan adalah macak-
macak. Setelah 3 hari, air selama persemaian dinaikkan sedikit demi
sedikit. Ketinggian air dipertahankan 1/3 dari tinggi tanaman hingga umur
dalam pembenihan 30-35 hari (30-40 hari) (Iskandar, 2007)
6
1.1.10. PemupukanPupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsure hara
tanaman yang jika diberikan ke pertanaman dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman. Sedangkan pemupukan adalah pemberian
pupuk ke pertanaman dalam jumlah yang rasional guna menigkatkan hasil
panen dan/atau keuntungan usahatani (Taslim et al., 2010).
Pemupukan dilakukan pada saat tanam dengan menggunakan
pupuk Urea = 125 kg/ha, SP36 = 150 kg/ha dan KCl = 100 kg/ha, macak-
macak selama 3-4 hari dan diberi Furadan 20kg/ha. Unutk pengaturan
ketersediaan air, diperlukkan saluran inlet dan outlet (Ghulamahdi, 2010).
1.1.11. Pengendalian GulmaGulma yang tumbuh bersama-sama tanman padi akan mengurangi
hasil gabah, karena (gulma) bersaing dalam pengambilan hara, air, udara,
dan ruang. Selain mengurangi kuantitas maupun kualitas hasil, gulma juga
dapat bertindak sebagai inang bagi hama dan penyakit (Bangun dan Syam,
2010).
Secara garis besar cara pengendalian gulma: 1) substitusi termasuk
persiapan tanam (pengolahan tanah) dan pengelolaan air; 2) preventif
dengan menanam benih yang bersih dari biji gulma atau persemaian yang
bebas gulma, saluran irigasi, peralatan dan mesin-mesin yang dipakai tidak
terkontaminasi gulma, termasuk didalamnya pencegahan terbentuknya biji
maupun umbi gulma-gulma yang berbahaya; 3) komplementer termasuk
cara tanam pindah lebih baik dari sebar langsung, pemilihan kultivar yang
tahan kompetisi gulma, pengaturan jarak tanam dan populasi tanaman dan
cara/waktu dan dosis pemupukan; 4) secara langsung misalnya dengan
disiang tangan tanpa atau menggunakan alat bantu, cara mekanis, dan cara
kimia (De Matta, 1980).
1.1.12. Pengendalian Hama dan PenyakitHama dan penyakit utama yang menyerang pada tanaman padi adalah
sebagai berikut:
1. Hama
7
a) Penggerek batang padi. Hama ini disebut sundep. Larva menggerek
batang sebelum berbunga. Disebut beluk menggerek pada masa
berbunga. Diatasi dengan insektisida Furadan 3G (Ghulamahdi,
2010).
b) Ganjur. Adanya pipa seperti daun bawang pada daun termuda.
Diatasi dengan insektisida Furadan 3G (Ghulamahdi, 2010).
c) Lalat bibit. Lalat ini memakan tepi daun. Diatasi dengan Furadan
3G (Ghulamahdi, 2010).
d) Hama putih. Larva membungkus dalam tabung daun. Diatasi
dengan insektisida Tiodan (Ghulamahdi, 2010).
e) Ulat tentara. Ulat ini menyerang daun pada malam hari. Diatasi
dengan insektisida misalnya Tiodan (Ghulamahdi, 2010).
f) Walang sangit. Serangga ini menyerang saat matang susu
(Ghulamahdi, 2010).
g) Wereng. Terdapat berbagai jenis wereng yaitu wereng padi hijau,
wereng padi loreng, dan wereng padi coklat (paling berbahaya)
(Ghulamahdi, 2010).
2. Penyakit
a) Kerdil kunig dan rumput kerdil. Daun kecil dan tegak, malai
kecil dan gabah hampa. Penyebab penyakit ini yaitu virus
(Ghulamahdi, 2010).
b) Tungro. Batang kerdil, sedikit tunas, dan jumlah gabah sedikit
dan ringan. penyakit ini disebabkan oleh virus (Ghulamahdi,
2010).
c) Penyakit Daun Jingga. Daun kuning jingga, daun menggulung
kedalam, anakan mengering dari pucuk daun. Penyakit ini
disebabkan oleh virus (Ghulamahdi, 2010).
d) Bercak daun, busuk leher oleh Pylicularia oryzae banyak pada
padi gogo. Penyakit-penyakit ini dapat diatasi dengan
Fungisida dan menggunakan varietas yang tahan terhadap
penyakit ini (Ghulamahdi, 2010).
8
1.1.13. Panen dan Pasca PanenPemanenan dan Proses Pasca Panen meliputi:
1. Pemanenan
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada umur panen yang tepat
dan dengan cara panen yang benar. Umur panen padi yang tepat
akan menghasilkan gabah dan beras bermutu baik, sedangkan cara
panen yang baik secara kuantitatif dapat menekan kehilangan hasil.
Oleh karena itu komponen teknologi pemanenan padi perlu
disiapkan (Anonim, 2009).
a. Umur panen
1) Sesuai dengan deskripsi varietas è dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya varietas, iklim, dan tinggi tempat, sehingga
umur panennya ± berbeda antara 5-10 hari (Anonim, 2009).
2) Berdasarkan kadar air gabah, padi yang dipanen pada kadar air
21-26% memberikan hasil produksi optimum dan
menghasilkan beras bermutu baik (Anonim, 2009).
3) Metode optimalisasi è padi dipanen pada saat malai berumur
30 – 35 hari setelah berbunga rata (HSB) sehingga dihasilkan
gabah dan beras bermutu tinggi (Anonim, 2009).
4) Kenampakan malai. Penentuan saat panen yang umum
dilaksanakan petani adalah didasarkan kenampakan malai,
yaitu 90 – 95 % gabah dari malai tampak kuning (Anonim,
2009).
b. Alat
Alat panen yang sering digunakan dalam pemanenan padi, adalah
(1) ani –ani, (2) sabit biasa dan (3) sabit bergerigi (BPS, 1996).
Dengan diintroduksikannya varietas –varietas unggul baru padi yang
memiliki potensi hasil tinggi dan berpostur pendek, maka terjadi
perubahan penggunaan alat panen dari ani-ani ke penggunaan sabit
biasa/sabit bergerigi. Cara panen padi tergantung kepada alat perontok
yang digunakan. Ani-ani umumnya digunakan petani untuk memanen
padi lokal yang tahan rontok dan tanaman padi berpostur tinggi dengan
cara memotong pada tangkainya. Cara panen padi varietas unggul baru
9
dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah
atau potong bawah tergantung cara perontokannya. Cara panen dengan
potong bawah, umumnya dilakukan bila perontokannya dengan cara
dibanting/digebot atau menggunakan pedal thresher. Panen padi
dengan cara potong atas atau potong tengah bila dilakukan
perontokannya menggunakan mesin perontok (Anonim, 2009).
c. Perontokan
Perontokan padi merupakan tahapan pascapanen padi setelah
pemotongan padi (pemanenan). Tahapan kegiatan ini bertujuan untuk
melepaskan gabah dari malainya. Perontokan padi dapat dilakukan
secara manual atau dengan alat dan mesin perontok. Prinsip untuk
melepaskan butir gabah dari malainya adalah dengan memberikan
tekanan atau pukulan terhadap malai tersebut. Proses perontokan padi
memberikan kontribusi cukup besar pada kehilangan hasil padi secara
keseluruhan. Prinsip untuk melepaskan butir gabah dari malainya
adalah dengan memberikan tekanan atau pukulan terhadap malai
tersebut. Proses perontokan padi memberikan kontribusi cukup besar
pada kehilangan hasil padi secara keseluruhan (Anonim, 2009).
Berdasarkan alat perontok padi, cara perontokan dapat
dikelompokkan menjadi beberapa cara, antara lain
(1) iles/injak-injak,
(2) pukul/gedig,
(3) banting/gebot,
(4) pedal thresher,
(5) mesin perontok (Anonim, 2009).
d. Penggunaan Mesin Pemanen Padi
Dengan semakin terbatas tenaga kerja panen tersebut, perlu
meningkatkan efisiensi dalam kegiatan panen, misalnya dengan
introduksi alat/mesin panen stripper, reaper dan combine harvester.
Dari unjuk kerja alat terlihat bahwa kapasitas kerja stripper jauh lebih
tinggi dibanding panen secara tradisional (manual), sedangkan dan
combine harvester Kubota menunjukkan kapasitas kerja tertinggi.
10
Namun demikian penggunaan combine harvester ini membutuhkan
banyak persyaratan, antara lain lahan harus cukup kering atau cukup
keras agar dapat menahan beban alat, disamping itu tanaman padi yang
akan dipanen tidak boleh basah agar tidak terjadi kemacetan di dalam
sistem perontokan (Anonim, 2009).
e. Perawatan Gabah Basah
Masalah lain yang tidak kalah pentingnya yang dihadapi petani
adalah penanganan gabah basah hasil panen dimusim hujan.
Terbatasnya lantai jemur dan tidak munculnya sinar matahari karena
hujan dan sulitnya mendapatkan mesin pengering serta mahalnya biaya
pengeringan mengakibatkan banyaknya petani mengalami kesulitan
dalam menyelamatkan gabah hasil panennya. Akibatnya gabah yang
dihasilkan menjadi rusak dan berkecambah. Oleh karena itu perlu
dirakit teknologi perawatan gabah basah yang sederhana dengan
dengan biaya murah dan mudah diterapkan ditingkat petani. Pada
prinsipnya tujuan dari perawatan gabah adalah mengawasi kecepatan
transpirasi, oksidasi dan infeksi hama dan penyakit. Untuk mengatasi
hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengurangi kadar air gabah
sampai kadar air simpan atau menghambat kenaikan suhu dalam
tumpukan gabah dengan menggunakan zat higroskopis. Masalah lain
yang tidak kalah pentingnya yang dihadapi petani adalah penanganan
gabah basah hasil panen dimusim hujan. Terbatasnya lantai jemur dan
tidak munculnya sinar matahari karena hujan dan sulitnya
mendapatkan mesin pengering serta mahalnya biaya pengeringan
mengakibatkan banyaknya petani mengalami kesulitan dalam
menyelamatkan gabah hasil panennya. Akibatnya gabah yang
dihasilkan menjadi rusak dan berkecambah. Oleh karena itu perlu
dirakit teknologi perawatan gabah basah yang sederhana dengan
dengan biaya murah dan mudah diterapkan ditingkat petani (Anonim,
2009).
11
Pada prinsipnya tujuan dari perawatan gabah adalah mengawasi
kecepatan transpirasi, oksidasi dan infeksi hama dan penyakit. Untuk
mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengurangi kadar
air gabah sampai kadar air simpan atau menghambat kenaikan suhu
dalam tumpukan gabah dengan menggunakan zat higroskopis
(Anonim, 2009).
2. Pasca Panen
Penanganan pascapanen padi dilakukan karena empat faktor
yaitu:
1) Hasil tanaman “hidup” (mengalami peristiwa fisiologis)
2) Adanya penyakit yang merusak/ mengubah sifat hasil tanaman
3) Kehilangan dalam bentuk fisik kebanyakan terkait dengan
kegiatan panen & pengangkutan hasil
4) Berkembangnya penyakit/hama selama penyimpanan (Anonim,
2009).
1. Ruang lingkup kegiatan pascapanen
Kegiatan pascapanen meliputi kegiatan pemungutan hasil (pemanenan),
perawatan, pengawetan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan,
penggundangan dan standardisasi mutu ditingkat produsen. Khususnya terhadap
komoditas padi, tahapan pascapanen padi meliputi pemanenan, perontokan,
perawatan, pengeringan, penggilingan, pengolahan, transportasi, penyimpanan,
standardisasi mutu & penanganan limbah (Anonim, 2009).
2. Tujuan penanganan pascapanen
a. Mengurangi tingkat kerusakan hasil panen dengan meningkatkan daya
simpan dan daya guna komoditas pertanian agar dapat menunjang
usaha penyediaan bahan baku industri dalam negeri,
b. Meningkatkan nilai tambah dan pendapatan,
c. Meningkatkan devisa negara dan perluasan kesempatan kerja, serta
d. Melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan hidup (Anonim, 2009).
12
III. METODE KAJIAN
1.1 Waktu dan tempatKegiatan praktik lapang ( PKL) ini akan di laksanakan pada bulan Mei 2011
sampai bulan Juli 2011. Praktik lapang (PKL) ini bertempat di Kelompok Tani Sri
Jaya (UPT BP3K Susukan), Desa Bojong Kulon, Kecamatan Susukan, Kabupaten
Cirebon.
1.2 Metode KajianKegiatan praktek lapang yang akan dilaksanakan di Tempat PKL diatas
dengan metode sebagai berikut:
1. Pengenalan tempat/intansi secara umum
Tujuan dari pengenalan tempat tersebut supaya penulis dapat mengenal
secara umum keadaan tempat yang dijadikan tempat praktek (PKL).
Pengenalan tempat di lakukan pada awal/minggu pertama penulis datang
ketempat tujuan.
2. Praktek langsung dilapangan yaitu meliputi:
a) Pengolahan tanah untuk tanaman padi sawah
b) Pemupukan dasar
c) Pembuatan bedengan untuk tanaman padi sawah
d) Penyiapan bibit tanaman padi sawah
e) Penanaman padi sawah, penanaman dilakukan seminggu setelah
pengolahan tanah
f) Pemeliharaan, meliputi pengairan, penyiangan, pemupukan pertama
dan selanjutnya, dan pengendalian hama dan penyakit.
g) Panen dan pasca panen
3. Pengamatan serta pengumpulan data tanaman dilapangan, pengamatan dan
pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui apa yang mempengaruhi
kegagalan atau keberhasilan budidaya padi sawah di Kecamatan Susukan
Kabupaten Cirebon.
4. Wawancara dan Studi Pustaka
13
Wawancara dan diskusi di lakukan di bawah bimbingan dosen
pembimbing. Sedangkan studi pustaka bisa didapatkan dari buku-buku atau
literatur dilapangan, hal tersebut untuk pelengkap data dalam laporan akhir.
Studi pustaka ini dilakukan setiap satu minggu sekali.
5. Penyelesaian laporan praktik kerja lapang
6.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, DR. 2010. Pengolahan Tanah dalam Sistem Produksi Padi Sawah Mendukung IP300/IP400. Prosiding Seminar Nasional hasil Penelitian Padi 2009. Subang: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, hlm. 508.
[Anonim]. 2009. Pengelolaan Pascapanen Padi. Universitas Lampung. LampungAtman. Teknologi Budidaya Padi Sawah Varietas Unggul Baru Batang Piaman.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat.http://warsitotti.files.wordpress.com/2010/01/teknologi-budidaya-padi-sawah.pdf (15 april 2011)
Bangun, P dan Syam, M. 2010. Pengendalian Gulma pada Tanamans Padi. Padi Buku 2. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor, hlm. 579-599.
Iskandar. 2007. Bertanam Padi Pandan Wangi. Sinergi. BandungGhulamahdi, M. 2010. Modul Kuliah Budi Daya Padi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.Taslim, H., Partohardono, S. dan Djunainah. 2010. Bercocok Tanam Padi Sawah.
Padi Buku 2. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor, hlm. 481-505.
Taslim H., Partohardono S. dan Subandi. 2010. Pemupukan Padi Sawah. Padi Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor, hlm. 445-479.
15
LAMPIRAN
Jadwal Kegiatan Mingguan Budidaya Tanaman Padi Sawah
Tabel 1 Lampiran jadwal kegiatan PKL
No. Jenis Kegitan Minggu Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
1Observasi keadaan umum
Petani dan instansi terkait
2Praktek Kerja Lapangan di
Tempat Kelompok Petani :
Pengolahan lahan
Persiapan benih dan
persemaian
Persiapan media tanam dan
penanaman
Penyulaman
Pengendalian gulma
Pengairan
Pemupukan
Pengendalian OPT
Panen
Pasca Panen
3 Kunjungan Kerumah Petani
4Wawancara, diskusi dan studi
pustaka
5Analisis data-data dan
Penulisan Laporan
6 Evaluasi
16