AKTIFITAS ROHIS MASJID ATTAQWA PT. GMF AEROASIA GARUDA
INDONESIA BANDARA SOEKARNO HATTA
Skripsi
Diajukan Kepada fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar sarjana Komunikasi Islam ( S. Kom. I )
Oleh :
Sunita Juliantika NIM. 106051001892
Dibawah Bimbingan :
Drs. H. Hasanudin Ibnu Hibban, MA
NIP. 196606051994031005
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M / 1431 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “PERANAN ROHIS MASJID ATTAQWA DALAM PEMBINAAN
AKHLAK KARYAWAN PT. GMF AEROASIA GARUDA INDONESIA BANDARA
SOEKARNO HATTA” telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada …….. 2010. skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I) pada program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, Juli 2010
Sidang Munaqasah,
Ketua
Sekretaris
Penguji Ahli
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Juli 2010
Siti Sopianah
V
ABSTRAK
SUNITA JULIANTIKA
PERANAN ROHIS MASJID ATTAQWA DALAM PEMBINAAN AKHLAK KARYAWAN PT. GMF AEROASIA GARUDA INDONESIA BANDARA SOEKARNO HATTA. Masjid merupakan tempat ibadah dan tempat kegiatan ummat Islam yang didalamnya diisi dengan kegiatan- kegiatan dakwah yang tujuannya adalah untuk membentuk ummat Islam yang bertaqwa dan dapat melaksanakan ajaran Islam yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada ummatnya, masjid juga bukan hanya sebagai tempat ibadah saja, tapi juga merupakan pusat kegiatan dakwah bagi ummat Islam. Hal ini lah yang terjadi di Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia, dimana ROHIS yang merupakan pengurus dari masjid Attaqwa merancang program- program kegiatan dakwah yang bertujuan untuk menjadikan para karyawan muslim di lingkungan PT. GMF AeroAsia menjadi pribadi muslim yang berkualitas dan dapat menjadi rohmatan lil’alamiin.
Dalam skripsi yang berjudul “ Peranan ROHIS masjid Attaqwa dalam pembinaan akhlak karyawan PT. GMF AeroAsia Bandara Soekarno- Hatta “, penulis mencoba melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana usaha ROHIS masjid Attaqwa dalam pembinaan akhlak para karyawan melalui kajian- kajian dakwah yang dilakukannya, dan juga mengetahui peran dari ROHIS dalam pembinaan akhlak para karyawan.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan bentuk deskriptif analisis. Dimana penelitian ini dihasilkan dari data- data akurat yang berupa survey, wawancara kepada ketua ROHIS Masjid Attaqwa, dan juga angket yang telah disebarkan kepada para jama’ah, dan kemudian data angket tersebut di interpretasikan untuk diambil sebuah kesimpulan.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah bahwa ROHIS masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia sangat berperan penting dalam pembinaan akhlak karyawan. Hal ini terbukti dari perubahan signifikan yang terjadi pada diri jama’ah. Selain itu pun, perubahan ini berdampak positif dalam kehidupan para jamaah yang mulai bisa berprilaku luhur dan baik kepada Alloh SWT sebagai Sang Kholik, kepada sesama manusia, dan juga kepada lingkungannya.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan atas karunia yang dicurahkan-
Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat
serta salam selalu tercurah atas Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana strata satu (S1) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat
untuk kawan-kawan mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam khususnya dan
kawan-kawan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya.
Skripsi dengan judul “Peranan ROHIS Masjid Attaqwa dalam pembinaan
akhlak karyawan PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia Bandara Soekarno-
Hatta” merupakan karya yang memiliki banyak tantangan dalam proses
penyelesainnya. Namun, berkat bantuan serta motivasi dari berbagai pihak
Alhamdulillah, skripsi ini dapat terselesaikan.
Untuk itu, atas segala bantuannya penulis berterimakasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Komarudin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
beserta seluruh jajaran civitas akademik.
2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
3. Drs. Studi Rizal LK, MA selaku Pudek III bid. Kemahasiswaan.
ii
4. Ibu Umi Musyarafah, MA selaku sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
5. Bapak Drs. H. Hasanudin Ibnu Hibban, MA. selaku dosen pembimbing.
Terimakasih banyak pak, atas kesabarannya dalam membimbing penulis.
6. Ayahanda Suhardi dan Ibu Sumiyati atas segala bimbingan, motivasi, dan
juga kasih sayang yang diberikan kepada penulis.
7. Adinda Devi dan mas Anshor atas segala dukungan dan juga kasih
sayangnya.
8. Ketua ROHIS Masjid Attaqwa Bapak Eddy Suyanto beserta pengurus
ROHIS lainnya.
9. Sahabat-sahabat penulis, iqie, sofi, megha, tika, Serta kawan-kawan
seperjuangan KPI D angkatan 2006.
10. Serta semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa
disebutkan tapi tidak mengurangi rasa hormat saya pada teman-teman
semua, terimakasih.
Jakarta, September 2010
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………... i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….iii
ABSTRAK ……………………………………………………………………v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ………… ………………………………………………. 1
B. Pembatasan dan perumusan masalah …………………………………….6
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………7
D. Manfaat penelitian ……………………………………………………… .7
E. Metodologi Penelitian …………………………………………………….8
F. Sistematika penulisan ……………………………………………………13
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Peranan
1. Pengertian peranan…………………………………………………..14
2. Teori peran …………………………………………………………..14
B. Masjid
1. Pengertian masjid …………………………………………………...16
2. Peranan dan Fungsi masjid ………………………………………… 19
C. Pengertian ROHIS……..………………………………………………...22
D. Pembinaan Akhlak karyawan
1. Pengertian pembinaan akhlak………………………………………. 23
2. Tujuan pembinaan akhlak ………………………………………….. 25
3. Pembagian akhlak…………………………………………………... 27
iii
iv
4. Metode pembinaan akhlak …………………………………………. 28
5. Urgensi pembinaan akhlak ………………………………………….31
BAB III GAMBARAN UMUM ROHIS MASJID ATTAQWA PT. GMF AEROASIA
GARUDA INDONESIA BANDARA SOEKARNO HATTA
A. ROHIS Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia Bandara
Soekarno Hatta
1. Sejarah Masjid Attaqwa dan ROHIS masjid Attaqwa
PT. GMF AeroAsia ………………………………………………… 34
2. Visi dan Misi ROHIS Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia ………35
3. Struktur Organisasi ROHIS Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia….37
4. Program Kegiatan ROHIS Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia…...39
BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN
A. Analisis data ……………………………………………………………42
B. Interpretasi Data………………………………………………………...62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………...65
B. Saran…………………………………………………………………….66
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..68
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang memiliki nilai-nilai ajaran bersifat universal
untuk seluruh alam. Diantara nilai-nilai universal agama islam adalah
aqidah,dan ibadah, iman, dan amal, akhlaq dan perilaku, adab pergaulan dan
adab kehidupan dalam bermasyarakat1. Dari berbagai macam nilai-nilai
universal Islam tersebut, kesempurnaan akhlaq dan budi pekerti yang luhur
sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW. Karena tugas pokok beliau diutus
ke dunia ini adalah untuk menyempurnakan atau memperbaiki akhlaq
manusia sebagai mana sabda beliau:
قالخال اماركمم مت أل تثعابمنا
Artinya : ”Sesungguhnya aku diutus (oleh Allah) untuk memperbaiki akhalaq
”.2
Kesempurnaan Akhlaq, seperti pergaulan yang baik, sabar, adil,
bersikap lembut, pemaaf, sikap bersaudara, saling tolong menolong, rendah
hati, dan bersilaturahmi merupakan bagian kecil dari nilai-nilai universal
ajaran islam itu. Oleh karenanya secara otomatis apabila seorang manusia
yang meyakini dan mengamalkan semua yang telah diperintahkan oleh Allah
SWT melalui Rasul-Nya yang mulia, khususnya berkaitan dengan
1 Ali Abdul Halim Mahmud, Karakteristik Umat Terbaik, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996)h. 4
2 Al-Hufy Muhammad Ahmad, Akhlak Nabi Muhammad SAW, (Jakarta, Bulan Bintang 1981) h. 80
1
2
kesempurnaan dan keluhuran akhlaq, maka Allah SWT telah mempersiapkan
baginya yang memiliki akhlaq mulia serta senantiasa mengikuti semua
perintah Allah SWT berupa kesenangan surga di akhirat. Sebagaimana telah
dijelaskan dalam al-Quran, yaitu:
☺ ☯ ⌦
☺
Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya kami akan memberikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari pada apa yang telah mereka kerjakan”. (An-Nahl : 97).
Kemudian apabila ada di antara manusia yang membuat kerusakan
(kejahatan) seperti: kezaliman, perzinahan, perjudian dan berbagai macam
kemaksiatan lainnya dan melanggar perintah Allah SWT, maka mereka akan
sengsara diakhirat dengan siksaan neraka.3 Berkaitan dengan hal ini Allah
SWT juga menegaskan dengan firman-Nya yaitu:
⌧ ⌧
...
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat kami. Kelak akan kami masukan mereka ke dalam neraka…..”(An-Nisa : 56).
3 Muhammad bin Ibrahim AT-Tawajiri, Pilar-Pilar Agama Islam, Terj Farizal Tarmizi,
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2000)h. 27
3
Secara umum, apabila dikategorikan tingkah laku (akhlaq) yang
melekat pada diri manusia hanya ada dua tipe manusia yang ada di dunia ini,
yaitu yang memiliki tingkah laku atau perbuatan yang baik (akhlaq
mahmudah) dan yang mamiliki tingkah laku yang buruk (akhlaq
mazmumah).
Kedua tingkah laku ini akan muncul dengan sendirinya melalui
berbagai proses kehidupan yang dijalani oleh setiap individu manusia yang
ada. Baik ketika ia menjalani hidup dalam lingkungan masyarakat yang baik
atau lingkungan masyarakat yang buruk. Penyakit hati lebih berbahaya dari
pada penyakit tubuh.4
Peran hati terhadap seluruh anggota badan ibarat raja terhadap
prajuritnya. Semua bekerja atas dasar perintahnya, semua tunduk kepadanya
dan karena perintah hatilah sikap keistiqamahan dan semua penyelewengan
itu muncul.5 Maka sangatlah berbahaya dan merugi jika hati itu kotor dan
selalu terjangkit penyakit.
Dikarenakan banyaknya penyakit hati yang melekat pada manusia,
maka sangat dibutuhkan tempat yang bisa mengobati penyakit hati tadi. Dan
bagi kita ummat islam, masjid merupakan tempat yang paling tepat untuk
dijadikan sebagai pembinaan dalam memperbaiki dan juga mengobati
penyakit hati.
Ahmad Sutarmadi menjelaskan masjid pada masa Rasulullah SAW.
Dan juga para sahabat sudah mulai difungsikan mencakup semua aspek
4 Ibid, hal.129 5 Ibnu Qayyim Al-Juziyah, Tazkiyah An-Nafs, Terj Imtihan Asy-Syafi’I,(Solo: Pustaka
Arafah, )h. 54
4
kehidupan masyarakat islam waktu itu. Karena itu, masjid menempati posisi
sentral( Islamic centre ) yaitu sebagai kegiatan ibadah dan juga pusat
pembinaan ummat Islam.6
Masjid merupakan wadah yang paling strategis dalam membina dan
menggerakkan potensi ummat islam untuk mewujudkan sumber daya
manusia ( SDM ) yang tangguh, berkualitas, dan juga memiliki akhlak
yang mulia. Eksistensi masjid kini dihadapkan pada berbagai perubahan dan
tantangan yang terus bergulir di lingkungan masyarakat. Masjid juga
merupakan simbol eksistensi dari sebuah masyarakat muslim dalam sebuah
komunitas muslim, disamping dapat menggambarkan kuantitas muslimin
yang ada juga menggambarkan kualitas pemahaman dan pengamalan nilai-
nilai islam dan ajarannya.
Keberadaan masjid yang saat ini dapat kita temui dimana sajapun
manjadi salah satu eksistensi ummat islam yang selalu ingin meningkatkan
kualitas iman dan taqwanya melalui keberadaan sebuah masjid. Seperti hal
nya kita dapat temui masjid di sebuah perumahan atau juga sebuah
perusahaan. Karena mereka meyakini bahwa masjid adalah wadah yang tepat
untuk dijadikan pusat pembinaan untuk ummat islam dimanapun mereka
berada.
Demikian pula pemanfaatan masjid sesuai dengan fungsinya sebagai
pusat pembinaan ummat dan dakwah islamiyyah diharapkan akan semakin
semarak dengan berbagai kegiatan yang dikembangkan secara professional
6 Ahmad Sutarmadi, Visi, Misi, dan langkah strategis ; pengurus dewan Masjid dan
pengelola Masjid. (Logos, 2002.)h.28
5
oleh para pengelola masjid. Namun demikian mencermati kondisi saat ini
sudah saatnya dakwah yang dikelola masjid diarahkan pada pemberdayaan
kualitas keagamaan.7
Pengurus masjid yang telah mendapatkan kepercayaan untuk
mengelola masjid sesuai dengan fungsinya, memegang peranan penting
dalam menjadikan masjid makmur. Selain itu, pengurus masjid harus
memiliki kesungguhan dalam mengelola masjid.8
Seperti yang dilakukan para pengurus Masjid Attaqwa PT. GMF
AeroAsia atau yang disebut ROHIS dalam hal memakmurkan masjid.
Mereka melakukan banyak kegiatan keagamaan di lingkungan PT. GMF
AeroAsia. Mereka mempunyai harapan bahwa dengan segala kegiatan-
kegiatan keagamaan yang dilakukan di lingkungan perusahaan, para
karyawan dapat selalu meningkatkan kualitas keimanan dan juga ketaqwaan.
Selain itu, diharapkan juga para karyawan dapat memiliki akhlaqul karimah
yang nantinya akan berpengaruh pada kehidupan mereka sehari- hari,
khususnya ketika mereka sedang berada di lingkungan perusahaan.
Dengan latar belakang inilah yang mengilhami penulis untuk
mengangkat penelitian dengan judul “PERANAN ROHIS MASJID
ATTAQWA DALAM PEMBINAAN AKHLAK KARYAWAN PT. GMF
AEROASIA GARUDA INDONESIA BANDARA SOEKARNO
HATTA”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
7 Yani Ahmad, Panduan Memakmurkan Masjid, ( Jakarta ; Dea press khoiru ummah. 1999) h.11. 8 Muhsin MK, Menjadikan Masjid Makmur, ( Jakarta; Ikatan Masjid Indonesia ) h. 56.
6
Dari judul yang penulis angkat, bisa dilihat bahwa penelitian ini
terbatas pada peranan ROHIS Masjid Attaqwa dalam pembinaan akhlaq
karyawan PT.GMF AeroAsia.
Berdasarkan pembatasan diatas, masalah yang dirumuskan oleh penulis
yaitu:
Bagaimana aktifitas dakwah yang diadakan ROHIS masjid Attaqwa
dalam pembinaan akhlaq karyawan?
C. Tujuan penelitian
Dari penelitian ini penulis mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
1. Mengetahui usaha yang dilakukan ROHIS masjid Attaqwa PT. GMF
AeroAsia Garuda Indonesia Bandara Soekarno Hatta dalam pembinaan
akhlaq.
2. Mengetahui peranan ROHIS masjid Attaqwa dalam pembinaan akhlaq
karyawan PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia Bandara Soekarno Hatta.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
1. Manfaat akademis : Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi
teoritis, dan dapat berguna bagi pengembangan pengetahuan ilmiah
dibidang dakwah islamiyah, khususnya penyampaian dakwah terhadap
karyawan-karyawan perusahaan.
7
2. Manfaat praktis : Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah
pengetahuan penulis tentang perkembangan dakwah islamiyah, sehingga
dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi umat
islam.
E. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di masjid Attaqwa yang berlokasi di bandara
Soekarno- Hatta jakarta. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni sampai
dengan bulan juli 2010.
F. Metodologi Penelitian
a. Teknik pengumpulan data
Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan sesuai dengan
permasalahan penelitian, penulis menggunakan teknik komunikasi
langsung dan tidak langsung berdasarkan data pustaka dan data lapangan.
Instrument yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:
1. Observasi atau Pengamatan : ialah “Pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki”.9 Observasi disini
adalah dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung di
lapangan dan menjadi bagian dari sample penelitian untuk
mendapatkan data-data dan keterangan yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan dakwah dan aktifitas para karyawan sehari-hari di
PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia Bandara Soekarno Hatta.
9 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offiset, 1992)h. 10
8
2. Angket : ialah penulis mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis
kepada responden yang menjadi sample penelitian dengan jawaban
yang telah disediakan atau angket tertutup, selain itu ada pula
beberapa pertanyaan yang menyediakan jawaban terbuka untuk
memperoleh data yang lebih menyeluruh. Pengajuan angket ini
bertujuan mencari informasi mengenai hal-hal yang menjadi
pertanyaan penelitian.
3. Wawancara : Wawancara yang akan dilakuakan adalah wawancara
mendalam (indeeps interview) dengan tujuan mendapatkan informasi
lebih jauh mengenai objek dan permasalahannya.10 Bertujuan
mencari informasi dan keterangan lain mengenai PT. GMF AeroAsia
Garuda Indonesia Bandara Soekarno Hatta, Masjid Attaqwa PT. GMF
AeroAsia Garuda Indonesia Bandara Soekarno Hatta, kegiatan-
kegiatan islam yang dilaksanakan oleh PT. GMF AeroAsia Garuda
Indonesia sehari-hari.
4. Dokumentasi : Dokumentasi merupakan suatu cara yang digunakan
untuk mengambil data-data berupa catatan atau dokumen yang
tersedia, yaitu: catatan atau dokumen resmi dan akurat PT. GMF
AeroAsia Garuda Indonesia Bandara Soekarno Hatta, catatan atau
dokumen Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia,
serta dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan PT. GMF
10 Koentjaraningrat, Metode Penelitian dalam Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia, 1993
Cet.V hal.129
9
AeroAsia Garuda Indonesia dan Masjid Attaqwa Bandara Soekarno
Hatta.
b. Model penelitian
Model penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan
metode kuantitatif, dan sesuai dengan perumusan dan pembatasan
masalah, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, menurut
Suharsimi Arikunto metode ini ialah:
“Salah satu metode yang dapat digunakan dalam prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan dan melukis
keadaan subjek dan objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat
dan lain-lain) pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak
atau sebagaimana adanya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa , metode
deskriftif analisis merupakan langkah-langkah melakukan reperesentasi
objektif tentang gejala-gejala yang terdapat didalam masalah yang
diselidiki.”11
Penulis mengadakan penelitian dengan cara observasi langsung
kelapangan dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dakwah serta kajian-
kajian islam yang diadakan di PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia
Bandara Soekarno Hatta, guna mendapatkan data-data yang objektif.
c. Populasi
11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineke Cipta. 1993)h. 22
10
“Populasi adalah jumlah keseluruhan subjek atau elemen yang ada
didalam wilayah penelitian.”12 Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini,
yaitu untuk memperoleh gambaran tentang bagaimanakah peranan
ROHIS Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia dalam pembinaan akhlaq
karyawan, lalu kemudian ditetapkan populasinya.
d. Sample
“Sample adalah bagian atau wakil dari populasi yang telah diteliti
dan dianggap dapat menggambarkan populasinya.”13 Pengambilan
sample berpedoman kepada : “ Apabila subjek kurang dari 100 orang
maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan
populasi.”14 Atau apabila yang mengikuti kajian dakwah islam di PT.
GMF AeroAsia Garuda Indonesia kurang dari 100 orang maka lebih baik
diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan populasi. Oleh karena
jama’ah yang menghadiri kurang dari 100 orang atau berjumlah 50 orang,
maka penulis mengambil semua jama’ah untuk dijadikan sampel.
e. Analisis Data
Setelah data-data diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah
mengolah data melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Editing: ialah proses mempelajari kembali berkas-berkas data
yang telah terkumpul, sehingga keseluruhan berkas itu dapat
12 Ibid, hal. 15 13 Irwan Suharsono Metodologi Penelitian Sosial, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya.
1999Cet,III Hal. 75 14 Ibid, Hal 107
11
diketahui dan dinyatakan baik, sehingga dapat disiapkan untuk
proses berikutnya.
2. Tabulating: ialah mentabulasikan atau memindahkan jawaban-
jawaban responden kedalam table yang kemudian dicari
prosentasenya untuk dianalisa. Adapun untuk memperoleh data
angket yang telah ditabulasikan dan diprosentasikan digunakan
rumus :
P = %100XNF
Keterangan :
-P : Prosentase
-F : Frekuensi (Jumlah jawaban responden)
-N : Number Case (jumlah responden)15
3. Penafsiran: penulis menggunakan skala prosentase sederhana,
yaitu untuk menafsirkan data kuantitatif yang telah diketahui
prosentasenya, penulis menggunakan hasil prosentase terbesar
sebagai gambaran dan fakta yang ada dilapangan.Sedang untuk
menafsirkan data kualitatif wawancara penulis menggunakan
teknik penalaran penyimpulan. Data-data tersebut kemudian di
interpretasikan secara rasional.
15 Anas S Darjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada,
1997)h. 43
12
G. Sistematika Penulisan
Untuk sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II: KERANGKA TEORITIS
Bab ini dijelaskan mengenai kerangka teoritis yang terdiri dari:
Pengertian peranan, pengertian masjid, peran dan fungsi masjid, pengertian
ROHIS, pengertian pembinaan akhlaq, tujuan pembinaan akhlaq, metode
pembinaan akhlaq, urgensi pembinaan akhlaq.
BAB III: GAMBARAN UMUM TENTANG PT. GMF AEROASIA
GARUDA INDONESIA BANDARA SOEKARNO HATTA DAN
ROHIS MASJID ATTAQWA
Bab ini dijelaskan tentang gambaran umum ROHIS masjid
Attaqwa yang terdiri: sejarah berdirinya, visi dan misinya, struktur organisasi
dan program kegiatannya.
BAB IV: ANALISIS HASIL PENELITIAN
Bab ini dijelaskan tentang: analisa data yang telah didapat dari
angket yang telah disebarkan kepada jama’ah masjid Attaqwa di PT.GMF
AeroAsia Garuda Indonesia Bandara Soekarno Hatta. Kemudian interpretasi
data yang menjelaskan secara deskriptif tentang hasil dari analisa yang telah
dilakukan.
13
BAB V: PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan-kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Peran
1. Pengertian Peran
Teori peran ( role theory ) adalah teori yang merupakan sebuah
perpaduan berbagai teori orientasi maupun disiplin ilmu. Pada dasarnya
peran tidak bisa dipisahkan dengan status kependudukan, walaupun
keduanya berbeda, akan tetapi saling berhubungan antara satu dengan
yang lainnya, karenanya peran diibaratkandua sisi mata uang yang
berbeda.1
Dalam kamus modern “ peran “ berarti sesuatu yang menjadi
kegiatan atau memegang pimpinan yang utama, peran, memerankan,
memainkan sesuatu, peran lakon, bagian utama.2
Jadi peran adalah seperangkat tindakan atau perbuatan,
pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang berkedudukan di
masyarakat dalam suatu peristiwa atau keadaan yang sedang terjadi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Gross. Mason dan A. W. Mc Eachern
sebagaimana dikutip oleh David Berry mendefinisikan peran sebagai
1 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori psikologi Sosial, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2003 ), h. 214 2 Poerwadarminta, WJS, Kamus modern, ( Jakarta : Jembatan, 1976 ) h. 473
14
15
seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang
menempati kedudukan social tertentu.3
Menurut David Berry harapan-harapan tersebut merupakan
imbangan-imbangan dari norma-norma social, oleh karena itu dapat
dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma masyarakat.
Artinya diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh
masyarakat di dalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan
lainnya.
Peranan menurut ahli sosiologi, seperti menurut Ralp Linton,
yaitu : The dynamic aspect of status. Seseorang menjalankan peranan
manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan statusnya.
Sedangkan suatu status adalah “a collection of right and duhes” suatu
kumpulan hak dan kewajiban. Robert k. Merton mempunyai pandangan
yang bebeda dengan linton ia memperkenalkan konsep perangkat peranan
(Role set), yang didefinisikan sebagai “Complement of Role Which
Person have by virtue of occupying a particular status” pelengkap
hubungan peranan yang dipunyai seseorang karena menduduki status
sosial tertentu.4
Dalam teorinya, Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam
teori peran empat golongan yaitu istilah yang menyangkut:
a) Orang yang mengambil bagian dalam interaksi tersebut.
3 N. Gross, W. S. Mason, and A. W. Mc eachern. Explorations in Role Analysis, dalam
David Barry, pokok- pokok Pikiran dalam sosiologi ( Jakarta; Raja Grafindo Persada 1995 )h.99 4 Kamanto Sunarto, Pengantar sosiologi, ( Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
UI, 1993) h.62- 63.
16
b) Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.
c) Kedudukan orang dalam perilaku.
d) Kaitan antara orang dan perilaku.5
Maka dari itu penjelasan tersebut bahwasannya peran merupakan
kewaiban yang harus dijalankan oleh seseorang sesuai dengan
kedudukannya didalam status tertentu dalam suatu lingkungan
masyarakat dimana dia berada. Dengan demikian ROHIS masjid Attaqwa
mempunyai peran yang sangat penting untuk meningkatkan masjid
sebagai pusat kegiatan dakwah dalam rangka pembinaan akhlaq karyawan
PT. GMF AeroAsia.
B. Masjid
1. Pengertian Masjid
Masjid berasal dari kata sajada yang artinya tempat sujud. Secara
teknis sujud (sujudun) adalah meletakkan kening ke tanah. Secara
maknawi, jika kepada Tuhan sujud mengandung arti menyembah, jika
kepada selain Tuhan, sujud mengandung arti hormat kepada sesuatu yang
dipandang besar atau agung. Sedangkan sajadah dari kata sajjadatun
mengandung arti tempat yang banyak dipergunakan untuk sujud,
kemudian mengerucut artinya menjadi selembar kain atau karpet yang
5 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori psikologi social, ( Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada
2003 ) h.215.
17
dibuat khusus untuk salat orang per orang. Oleh karena itu karpet masjid
yang sangat lebar, meski fungsinya sama tetapi tidak disebut sajadah.6
Adapun masjid (masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan arti
khusus. Masjid dalam arti umum adalah semua tempat yang digunakan
untuk sujud dinamakan masjid, oleh karena itu kata Nabi, Tuhan
menjadikan bumi ini sebagai masjid. Sedangkan masjid dalam pengertian
khusus adalah tempat atau bangunan yang dibangun khusus untuk
menjalankan ibadah, terutama shalat berjamaah.7
Pengertian ini juga mengerucut menjadi, masjid yang digunakan
untuk shalat Jum'at disebut Masjid Jami`. Karena shalat Jum`at diikuti
oleh orang banyak maka masjid Jami` biasanya besar. Sedangkan masjid
yang hanya digunakan untuk shalat lima waktu, bisa di perkampungan,
bisa juga di kantor atau di tempat umum, dan biasanya tidak terlalu besar
atau bahkan kecil sesuai dengan keperluan, disebut Musholla, artinya
tempat shalat. Di beberapa daerah, musholla terkadang diberi nama
langgar atau surau.
M. HR Songge menyatakan, masjid secara etimologis, bermakna
sebagai tempat para hamba yang beriman bersujud melakukan ibadah
mahdhah berupa shalat wajib dan berbagai shalat sunnah lainnya kepada
Allah SWT. Sedangkan masjid secara terminologisnya, adalah tempat
6 http://mubarok-institute.blogspot.com, ( minggu, 06 agustus 2006 ) 7 Moh. E ayub, Manajemen Masjid ( Jakarta; Gema Insani Press ), h.1-2.
18
dimana para hamba melakukan segala aktifitas, baik yang bersifat vertikal
maupun horizontal dalam kerangka beribadah kepada Allah SWT.8
Prof. TM Habsi Ash-shidddieqi berpendapat bahwa pengertian
masjid tiadalah khusus dengan tempat mendirikan jum’at saja, bahkan
perkataan masjid, mengenai segala tempat yang dijadikan tempat umum
untuk menegakkan shalat dan jama’ah.9
Syaikh Sayid Sabiq dalam bukunya fiqhus-sunnah mengartikan
masjid sebagai berikut : Sebagaimana Alloh telah mengkhususkan kepada
ummat ini, yaitu menjadikan bumi dalam keadaan suci dan sebagai
masjid, dimana saja seorang muslim telah sampai pada waktu shalat,
shalatlah dimana saja ia berada atau mendapatinya.10
Dalam pengertian sehari- hari, masjid merupakan bangunan tempat
suci kaum muslim. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna
tunduk dan patuh, hakikat masjid adalah tempat segala aktifitas yang
mengandung kepatuhan kepada Allah semata. Karena itu dalam Al-Qur’an
ditegaskan :
☺ ⌧
Artinya : “ Sesungguhnya masjid- masjid itu adalah milik Allah karena itu
janganlah menyembah selain Allah sesuatu pun”. ( Al-jinn : 18).11
8 M. HR Songge, Pesan Risalah Masyarakat Madani, ( Jakarta; PT. Mediacita, 2001 )h. 12- 13.
9 Hasbi Ash shiddieqi TM Prof, Koleksi Hadits hadits hokum, ( Bandung; PT. Al ma’arif 1979 ) jilid 2, cet. Ke-3.h. 346
10 Sayid Sabiq, Fiqhussunnah, ( Beirut; Dar al- fik, 1981 ) jilid 1 h. 209. 11 Budiman Mustafa, Manajemen Masjid, ( Solo ziyad Visi Media 2007 ) h. 17.
19
2. Peranan Dan Fungsi Masjid
Ketika masjid hendak kita maksimalkan peran dan fungsinya
sebagai pusat ibadah dan pembinaan ummat, maka ada banyak sisi
aktifitas yang harus dikembangkan, tegasnya semua anggota masyarakat
yang menjadi jama’ah masjid harus mendapat pembinaan dari masjid
sehingga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWT.12
Apabila masjid dituntut berfungsi untuk membina ummat, tentu
sarana yang dimilikinya harus tepat, menyenangkan dan menarik untuk
semua ummat, baik, dewasa, pria, wanita, yang sehat atau yang sakit, serta
yang kaya atau pun yang miskin.13
Al- Qur’an menyebutkan fungsi masjid antara lain didalam
firmanNya:
☺ ⌧
⌧
Artinya : “ Betasbihlah kepada Allah di masjid- masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut namaNya didalamnya pada waktu pagi dan petang, laki- laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak ( pula) oleh jual
12 Yani Ahmad, Menuju Masjid Ideal, ( LP2S 1 harmain 2001 ) cet. Ke-1, h. 19. 13 Shihab Quraish, wawasan Al- qur’an, ( Bandung Mizan, 2004 )cet. Ke- 15, h. 611
20
beli dari mengingat Allah dan dari mendirikan shalat, dan dari membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari, yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang”. ( Annur: 36-37).
Masjid telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam
bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya. Hamper dapat dipastikan,
dimana komunitas Islam berada, disitu ada masjid. Memang, ummat Islam
tak bias terlepas dengan masjid. Masjid telah menjadi sarana berkumpul,
menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat dakwah dan lain sebagainya,
dismping menjadi tempat ibadah.
Saat ini, masjid memiliki fungsi dan peran yang semakin terasa
penting dalam kehidupan ummat Islam, diantaranya sebagai berikut :
a. Tempat Beribadah.
Sesuai dengan namanya, masjid adalah tempat sujud, maka
diketahui, bahwa makna ibadah didalam Islam adalah luas fungsi
utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana
menyangkut segala aktifitas kehidupan yang ditujukan untuk
memperoleh ridho Allah SWT, maka fungsi masjid disamping sebagai
tempat shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas sesuai dengan
ajaran Islam.
b. Tempat Menuntut Ilmu.
Masjid sebagai tempat untuk belajar dan mengajar,
khususnya ilmu agama yang merupakan fardhu ‘ain bagi setiap ummat
Islam. Disamping itu, ilmu- ilmu lain pun dapat diajarkan dilmasjid
21
dan juga lingkungannya, seperti ilmu alam, soisal, keterampilan, dan
lain sebagainya.
c. Tempat Pembinaan Jamaah.
Dengan adanya ummat Islam disekitarnya, masjid perlu
mengaktualkan perannya dalam mengkoordinir mereka, baik untuk
ibadah maupun aktifitas lainnya, dalam rangka menyatukan potensi
dan kepemimpinan ummat. Selanjutnya, ummat yang terkoordinir
secara rapi oleh pengurus masjid ( dalam hali ini; DKM atau ROHIS )
dibina keimanan, ketakwaan, ukhuwah dan dakwah Islamiyyah.
d. Pusat Dakwah Dan Kebudayaan.
Masjid merupakan jantung kehidupan ummat Islam, yang
selalu berdenyut untuk menyebarluaskan dakwah Islamiyyah dan
budaya Islami. Di masjid pula seharusnya direncanakan, diorganisir,
dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan dakwah dan kebudayaan Islam
yang menyahuti kebutuhan masyarakat.14
e. Pusat Kaderisasi.
Sebagai tempat pembinaan jamaah dan kepemimpinan
ummat, masjid memerlukan aktifitas yang berjuang menegakkan Islam
secara berkesinambungan, patah tumbuh hilang berganti. Karena itu,
pembinaan kader perlu disiapkan dan dipusatkan di masjid sejak
mereka masih kecil sampai dewasa, diantaranya melalui wadah TPA,
remaja masjid, maupun ta’mir masjid dengan segala kegiatannya.
14 Ibid h.27
22
f. Basis Kebangkitan Ummat Islam.
Basis kebangkitan ummat Islam abad lima belas hijriyah ini
telah dicanangkan ummat Islam sebagai abad kebangkitan Islam.
Ummat Islam yang sekian lama tertidur dan tertinggal dalam
percaturan peradaban dunia, berusaha untuk bangkit dengan
berlandaskan diri pada ajaran Islam.15
g. Tempat Kegiatan Masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masjid
merupakan pusat ibadah dalam pengertian luas yang mencakup juga
pusat kegiatan muamalat. Di masjid kita dapat melakukan akad nikah.
Ketika rencana kehidupan rumah tangga dimulai. Dari masjid kita
dapat petuah dan wejangan tentang bagaimana kehidupan rumah
tangga dijalankan. Dari masjid juga dapat diperoleh kejelasan
bagaimana kehidupan Islami dapat dijalankan baik menyangkut aspek
ekonomi, social, politik, maupun budaya.16
C. Pengertian ROHIS
Rohis berasal dari kata "Rohani" dan "Islam", yang berarti sebuah
lembaga untuk memperkuat keislaman. Rohis biasanya dikemas dalam
bentuk ekstrakurikuler (ekskul). Padahal fungsi Rohis yang sebenarnya
adalah forum, mentoring, dakwah, dan berbagi. Susunan dalam ROHIS
15 Id h. 28 16 Nana Rukmana, Masjid Dan Dakwah , ( Jakarta; Al- Mawardi Prima, 2002 ) Cet. Ke-
1, h. 50- 51.
23
layaknya organisasi lainnya, di dalamnya terdapat ketua, wakil, bendahara,
sekretaris, dan divisi-divisi yang bertugas pada bagiannya masing-masing
ROHIS umumnya memiliki kegiatan yang terpisah antara anggota pria dan
wanita hal ini dikarenakan perbedaan muhrim diantara anggota.
kebersamaan dapat juga terjalin antar anggota dengan rapat kegiatan serta
kegiatan-kegiatan diluar ruangan. Tugas utama ROHIS adalah menjadikan
anggotanya lebih islami dan mengenal dengan baik dunia keislaman.
Dalam pelaksanaannya anggota ROHIS memiliki kelebihan dalam
penyampaian dakwah, karena mereka telah dididik dan dibimbing oleh
para mentornya yang merupakan seorang ustadz.17
D. Pembinaan Akhlak
1. Pengertian Pembinaan Akhlak
Pembinaan dan pendidikan adalah dua istilah yang berbeda, akan
tetapi penggunaan keduanya sering disama artikan dalam kegiatan diskusi
ilmiah. Orang kadang menggunakan pendidikan untuk merujuk
pembinaan, atau menggunakan istilah pembinaan untuk maksud
pendidikan. Mungkin karena substansi istilah mirip, sehingga orang
seringkali tidak terlalu memperdulikan istilah mana yang digunakan, yang
penting substansi dan alur pikirannya benar.18
17 http://id.wikipedia.org/wiki/Rohis
18 Dedih Surana, IQ, EQ, dan SQ dalam pembinaan Akhlak Karimah, Jurnal Ta’dib (Bandung : Fakultas tarbiyah Univ. Islam Bandung ) Vol. 2, februari 2002, h. 101.
24
Membina berarti membangun, mendirikan, mengusahakan upaya
lebih baik. Pembinaan adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara bedaya guna dan berhasil guna memperoleh hasil yang lebih baik.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, pembinaan watak
manusia sebagai pribadi dan makhluk sosial melalui pendidikan di
keluarga, sekolah, organisasi, pergaulan, ideologi agama.19
Adapun kata akhlak secara etimologi diambil dari bahasa arab yang
artinya tabi’at, kebiasaan, perangai bahkan agama.20 Kata ini tidak
ditemukan dalam al- Qur’an. Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal
dari kata tersebut yaitu khuluq, yang tercermin dalam al- Qur’an surat Al-
Qalam ayat 4,
Artinya: “ Sesungguhnya engkau ( Muhammad ) berada di atas budi
pekerti yang agung”. ( Al-Qalam : 4)
Sedangkan pengertian akhlak secara istilah banyak dikemukakan
oleh para pakar diantaranya :
Ibnu Maskawih, menurutnya akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
pmemerlukan pemikiran dan pertimbangan. Ibrahim Anis, menurutnya
19 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Bali pustaka, 1998 ) h. 134. 20 K.H. A.W. Munawwir, kamus Arab- Indonesia Terlengkap, ( Surabaya : Pustaka
progresif, 1997 ) cet. 14.
25
bahwa akhlak adalah kebiasaan kehendak itu dibiasakan terhadap sesuatu
perbuatan maka disebut akhlak.21
Menurut Al- Ghazalii, akhlak adalah :
ئة في النفس راسخة تصدر عنها الخلق عبارة عن هي األفعال بسهو لة ويسر من غير حاجة إلى فكر ورؤية
Artinya : “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-
macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.22
Jadi pada hakikatnya akhlak adalah suatu kondisi atau sifat- sifat
yang telah meresap dalam jiwa dan telah menjadi kepribadian hingga dari
situlah timbul berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah
tanpa dibuat- buat dan memerlukan pemikiran.
Dengan demikian, pembinaan akhlak lebih jelasnya dapat
disimpulkan sebagai upaya pemberian bimbingan, pengarahan secara
efektif yang dilakukan baik secara individu, organisasi, perkumpulan,
maupun lembaga kepada individu atau kelompok agar memiliki akhlak
yang baik atau lebih baik. Pembinaan tersebut menyangkut baik akhlak
kepada Allah, sesame manusia, diri sendiri, maupun lingkungan.
2. Tujuan Pembinaan Akhlak
Seacara moralistik, pembinaan akhlak merupakan salah satu cara
untuk membentuk mental manusia agar memiliki pribadi yang bermoral,
berbudi pekerti yang luhur dan bersusila atau berakhlak terpuji.23
21 Ahmad Amin, Ilmu Akhlak, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1991 ) h.62. 22 Al- Ghazalii, Ihya ulumuddin, jilid III, ( Beirut : Dar al- fikr) h. 56.
26
Akhlak merupakan pokok esensi ajaran Islam disamping syari’ah
dan aqidah. Karena dengan akhlak akan terbina mental dan jiwa seseorang
untuk memiliki kemanusiaan yang tinggi, dengan akhlak dapat dilihat
corak dan hakiakt manusia yang sebenarnya.
Adapun tujuan akhlak adalah untuk menciptakan manusia sebagai
makhluk yang tinggi dan sempurna, dan membedakan dari makhluk
lainnya. Akhlak hendak menjadikan orang berakhlak baik, bertindak
tanduk yang baik terhadap sesame manusia, terhadap sesame makhluk dan
terhadap Tuhan.24
Omar Muhammad Al Toumy Al Syaibany mengatakan bahwa
tujuan akhlak adalah untuk menciptakan kebahagiaan dua kampong (
dunia dan akhirat ), kesempurnaan jiwa bagi individu, dan menciptakan
kebahagiaan, kemajuan, kekuatan, dan keteguhan bagi masyarakat.25
Menurut M. Ali Hufi bahwa tujuan akhlak adalah digantungkan
kepada akhlak yang mulia yaitu mewujudkan kebajikan, keadilan yang
tinggi, terciptanya kecintaan dan kedamaian serta mengutamakan orang
lain dalam mengerjakan kebajikan dan meningkatkan ketakwaan.26
Dari pendapat- pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan
akhlak pada prinsipnya adalah untuk mencapai kebahagiaan dan
23 Sudarsono S.H, Etika Islam tentang kenakalan remaja, ( Jakarta: Bina Aksara, 1989)
h.151. 24 Anwar Masy’ari, Akhlaq al- Qur’an ( Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1990 ) h.4. 25 Omar At Taoumy Al Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, (
Jakarta : Bulan Bintang, 1979 ) h. 346. 26 M. Ali Hufi, Akhlak Nabi Muhammad SAW, ( Jakarta : BUlan Bintan, 1995 ) h. 78.
27
keharmonisan dalam berhubungan dengan Allah SWT. Disamping
berhubungan dengan sesame makhluk, dan juga alam sekitar.
Untuk lebih jelasnya dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Untuk mempertahankan hidup
b. Untuk membedakan manusia dengan binatang
c. Untuk memperoleh kebahagiaan dunia akhirat
d. Untuk mendapat ridho Allah SWT
3. Pembagian Akhlak
Dalam ajaran Islam, bahwa akhlak adalah meliputi semua aktifitas
manusia dalam segala bidang atau aspek kehidupannya. Namun secara
global pembagian akhlak menurut sifatnya terdiri dari dua macam.
Pertama, akhlak yang baik, disebut juga akhlak mahmudah ( terpuji ) atau
juga akhlakul karimah. Kedua, adalah akhlak yang buruk, disebut juga
akhlak madzmumah ( tercela ).
Berikut penjelasan mengenai kedua akhlak tersebut :
a. Akhlak Mahmudah
Yaitu merupakan tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda
kesempurnaan iman kepada Allah, akhlak yang terpuji dilahirkan dari
sifat- sifat terpuji pula.
b. Akhlak Madzmumah
Yang dimaksud dengan akhlak madzmumah adalah segala
perbuatan atau tingkah laku yang tercela yang dapat menjatuhkan
28
martabat manusia. Akhlak madzmumah adalah segala macam akhlak
yang bertentangan dengan akhlak mahmudah.
Sedangkan pembagian akhlak menurut objeknya atau kepada siapa
akhlak itu ditujukan, adalah sebagai berikut :
1. Akhlak kepada Allah, meliputi : ibadah kepada Allah, cinta kepada
Allah, cinta karena Allah, beramal karena Allah, takut kepada Allah,
tawadhu’ kepada Allah, tawakkal kepada Allah, taubat, dan nadam.
2. Akhlak kepada rasulullah, meliputi antara lain taat kepada Rasulullah
dan juga ajarannya, cinta kepada Rasulullah.
3. Akhlak kepada keluarga, meliputi antara lain akhlak kepada ayah dan
ibu, saudara kandung, nenek dan kakek, paman, keponakan dan
seterusnya.
4. Akhlak kepada orang lain, meliputi antara lain kepada tetangga, atasan,
bawahan, sesame muslim, kaum yang lemah dan lain sebagainya.
5. Akhlak kepada lingkungan, meliputi antara lain menyayangi binatang,
merawat tumbuhan, dan juga menjaga kelestarian alam.
Muhammad Daud Ali dalam bukunya pendidikan agama Islam
mengungkapkan bahwa secara garis besarnya akhlak dibagi menjadi dua
yaitu akhlak terhadap Allah sebagai kholik dan juga akhlak terhadap
makhluk.27
27 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1998 ) h. 352.
29
4. Metode Pembinaan Akhlak
Sebagaimana M. Abdul Quasem Kamil mengutip pendapat al-
Ghazali, bahwa akhlak yang baik dapat dicapai melalui usaha pendidikan
dan pembinaan yang sungguh- sungguh yaitu dengan metode sebagai
berikut :
a. I’tiyad ( pembiasaan ), yakni dengan menahan dan melatih diri dalam
melakukan amal perbuatan, bersumberkan akhlak yang baik, sehingga
menjadi kebiasaan dan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Apabila
seseorang itu dibiasakan untuk mengamalkan sesuatu yang baik, ia
pasti tumbuh diatas kebaikan.
b. Ta’allum ( belajar ) dengan cara memperhatikan dan bergaul dengan
orang- orang yang baik, ini merupakan factor eksternal yang secara
tidak langsung membentuk pribadi yang dapat dilihat dalam tingkah
lakunya sehari- hari. Perbuatan yang baik adalah suatu pendorong
untuk melahirkan perbuatan yang baik sehingga akan berpengaruh
dalam diri seseorang.
c. Memberikan latihan- latihan, cara latihan ini adalah meliputi
pembiasaan disiplin.28
Metode lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak adalah :
a. Pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan belangsung secara
berkesinambungan. Pada awalnya pendidikan akhlak yang bersifat
28 M. Abdul Quasem Kamil, Etika Al- Ghazali, ( Bandung : 1988 ) h.95.
30
lahiriyah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama
kelamaan akan menjadi kebiasaan.
b. Melalui keteladanan, penanaman akhlak yang baik tidak cukup dengan
hanya dengan pelajaran yang bersifat teoritis, instruksi, dan juga
larangan. Akan tetapi yang lebih utama dan tepat sasaran melalui
pendidikan dan contoh konkrit ( nyata) mengenai teladan yang baik-
baik. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Dengan budi pekerti yang mulia, dalam membina dan membentuk
akhlak para sahabatnya dan kaum muslimin.
c. Bergaul dan berteman dengan orang- orang yang baik. Jika seseorang
bergaul dengan orang- orang yang sholih dalam waktu yang relatif
lama, maka dengan tidak sadar akan tumbuh beberapa sifat kebaikan
dalam dirinya yang terjadi secara alamiah.
d. Selalu menganggap diri ini lebih banyak kekurangan dari pada
kelebihannya. Jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak mulia,
maka hendaknya ia lebih dulu menginstrospeksi kekurangan dan cacat
yang dalam dirinya serta membatasi sejauh mungkin untuk tidak
melakukan kezhaliman dan kesalahan.
e. Pembinaan Secara efektif, dapat pula dilakukan dengan cara
memperhatikan faktor- faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Oleh
karena itu, seorang pendidik harus mampu mengidentifikasi anak didik
atau jamah nya, sehingga kalau ada diantara jamaahnya atau binaannya
31
yang mengalami tekanan batin atau terlalu banyak masalah dapat
diberikan bimbingan khusus.
5. Urgensi pembinaan Akhlak
Pembinaan jiwa merupakan tumpuan perhatian utama dalam misi
Islam. Untuk menciptakan manusia yang berakhlak mulia, Islam
mengajarkan bahwa pembinaan jiwa haruslah didahulukan dari pembinaan
aspek- aspek lain, karena dari jiwa yang baik akan lahir perbuatan yang
baik yang pada gilirannya akan membuahkan kebaikan dan kebahagiaan
pada seluruh kehidupan manusia lahir dan batin.
Pembinaan kepribadian atau jiwa secara utuh hanya mungkin
dibentuk melalui pengaruh lingkungan khususnya pendidikan, baik formal
maupun non formal. Sasaran yang ditempuh atau dituju dalam
pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak
yang mulai, dan tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan tingkat
keimanan.
Allah menempatkan manusia sebagai makhluk mulia diantara
makhluk- makhluk allah lainnya. Ia diberikan tugas sebagai khalifah di
muka bumi, yaitu membangun dan mengolah dunia sesuai kehendak Allah
SWT. Tugas ini merupakan amanat yang harus dijaga, apalagi penetapan
kedudukan dan peranan ini sebelumnya ditentang dan ditolak malaikat (
QS. Al- Baqoroh : 30 )29
29 Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur’an, ( Jakarta : Mizan, 1998 ) h. 300.
32
Untuk menyelesaikan tugas kekhalifahan itu, Allah SWT
melengkapi manusia dengan potensi dan keistimewaan, yaitu diberikan
kemampuan untuk mengetahui sifat, fungsi, dan kegunaan berbagai
macam benda. Allah SWT berfirman :
Artinya : Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama- nama ( benda- benda ) seluruhnya….( Al- Baqoroh : 31 ).
Melalui potensi ini manusia dapat menemukan hukum- hukum
dasar alam raya, dan teori yang menyangkut ilmu pengetahuan. Teori-
teori hasil penemuannya itu kemudian berkembang menjadi teknologi
yang dengannya terciptalah alat- alat canggih guna menggali sumber daya
alam untuk memenuhi kebutuhan ummat manusia yang tak pernah ada
habisnya.
Akan tetapi seiring kemajuan teknologi, masyarakat justru
mengalami masalah besar. Banyak manusia yang kehilangan makna
hidupnya. Stress, depresi, gelisah, dan juga rasa takut sudah menjadi trend
bagi ummat manusia dewasa ini, terutama mereka yang tinggal di Negara-
Negara maju.
Modernisasi selain membawa berbagai kemudahan juga sekaligus
menjadi tantangan berat yang harus dihadapi masyarakat, selain tantangan
alamiah dari dalam dirinya sendiri, yaitu nafsu dunia, ego, dan sikap
individualistic, berkembangnya sarana informasi otomatis mengakibatkan
pertukaran budaya yang intensif antara satau bangsa dengan bangsa lain.
33
Ini akan mempengaruhi pola pikir, gaya hidup bahkan penghargaan
terhadap budaya bangsa sendiri yang terdominasi.
Oleh karena itu, pembinaan moralitas terhadap ummat Islam
semakin penting apabila melihat fenomena bangsa kita yang semakin
terpuruk dalam krisis ekonomi yang sangat parah dan bermuara pada
rusaknya moral secara missal.
Pembinaan mental dan akhlak di masyarakat apapun bentukdan
metodenya selama tidak keluar dari prinsip- prinsip Islam mutlak
diperlukan. Pembinaan akhlak harus dimulai dari individu, sebab kebaikan
individu itu akan menyebar kepada orang- orang di sekitarnya. Allah SWT
berfirman :
☺ ☯ ⌦
☺
Artinya: Barang siapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki- laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh akan kami beri balasan kepada mereka pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan ( An- Nahl : 97 )
BAB III
GAMBARAN UMUM
ROHIS MASJID ATTAQWA PT. GMF AEROASIA GARUDA
INDONESIA
A. ROHIS Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia Garuda Indonesia
1. Sejarah Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia Dan ROHIS Masjid
Attaqwa.
Masjid dalam pengertian umumnya merupakan tempat ibadah bagi
ummat Islam, khususnya sholat. Pada zaman sekarang masjid sudah
banyak didirikan dimana- mana, termasuk salah satunya di lingkungan
kantor. Gunanya sudah pasti dalam rangka untuk memfasilitasi para
karyawan yang beragama Islam dalam beribadah, khususnya dalam sholat
berjamaah.
Selain digunakan untuk ibadah sholat, masjid juga merupakan
tempat yang sangat strategis untuk mendidik ummat dalam memahami dan
juga mempelajari Islam. Hal ini juga yang melatarbelakangi berdirinya
masjid Attaqwa di lingkungan PT. GMF AeroAsia, dengan harapan agar
para karyawan dapat melaksanakan ibadah sholatnya secara berjama’ah.
Selain itu, para direksi juga mempunyai harapan, agar nantinya fungsi
masjid di lingkungan kantor dapat dikembangkan, tidak hanya untuk
34
35
sholat berjama’ah saja, tapi juga dapat sebagai tempat untuk mengakaji
Islam dan juga sarana berdakwah.
Oleh sebab itu, maka pada tahun 1985, para direksi PT. GMF
AeroAsia dan juga para karyawan sepakat dan merasa perlu untuk
mengangkat beberapa orang dari lingkungan karyawan sendiri untuk
dijadikan pengurus masjid yang biasa disebut ROHIS atau rohani Islam.
Tugas dan juga fungsi dari pengurus ROHIS ini adalah untuk
merencanakan, menyusun, dan juga melaksanakan program- program
kegiatan yang nantinya akan dilaksanakan sebagai kegiatan rutin Masjid
Attaqwa.
Dengan berjalannya waktu, ROHIS masjid Attaqwa semakin
mengembangkan program- program kegiatan dakwah yang
dilakukannya.kegiatannya tidak hanya pengajian rutin saja, tapi juga sudah
mulai melakukan kegiatan dakwah dengan hal yang lebih real, seperti
melakukan bakti sosial, mengadakan pelatihan computer bagi anak- anak
dhuafa, dan lain sebagainya. Secara internal pun ROHIS sudah mulai
menyiapkan generasi- generasi penerus sebagai kaderisasi yang nantinya
akan menjadi pengurus ROHIS di masa yang akan datang.
2. Visi dan Misi ROHIS Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia
36
Demi mewujudkan sebuah tujuan yang diinginkan seluruh jama’ah
masjid Attaqwa yang juga merupakan karyawan PT. GMF AeroAsia, para
pengurus ROHIS mempunyai visi yang sama, yaitu menjadikan insan
muslim PT. GMF menuju ikhsan melalui pembinaan sumber daya manusia
( SDM ) yang berorientasi masjid Attaqwa, agar nantinya PT. GMF dapat
menjadi perusahaan yang rohamatan lil’alamiin. Dalam wawancara yang
dilakukan penulis terhadap ketua ROHIS masjid Attaqwa, dapat diambil
kesimpulan bahwa ROHIS masjid Attaqwa ingin menjadikan setiap
karyawan muslim yang berada di lingkungan PT. GMF AeroAsia dapat
menjadi seorang muslim yang baik, yang dapat menerapkan ajaran- ajaran
Islam yang mereka telah dapatkan didalam masjid Attaqwa secara benar,
baik itu didalam lingkungan kantor ataupun lingkungan di luar
kantor.sehingga nantinya, para karyawan muslim dapat menjadi manusia
yang dapat berguna bagi setiap manusia lainnya, atau dengan kata lain
dapat menjadi rohmatan lil’alamiin.
Sedangkan misi- misi yang dilakukan ROHIS PT. GMF dalam
rangka untuk mencapai visinya adalah sebagai berikut,
a. Menyediakan sarana masjid sebagai pusat pembinaan jasadiyah dan
rohaniyah ( Moral Dan Mental ). Bapak Eddy Suyanto selaku ketua
ROHIS menjelaskan dalam sesi wawancara, bahwa yang dimaksud
dengan penyediaan masjid sebagai sarana untuk pusat pembinaan
adalah dengan menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan bagi setiap
karyawan muslim dalam rangka untuk membina moral dan mental
37
mereka agar nantinya para karyawan muslim dapat berkarya untuk
perusahaan dengan baik dan juga mempunyai dedikasi tinggi untuk
perusahaan.
b. Membuat kegiatan ROHIS sebagai mitra perusahaan dalam pembinaan
sumber daya manusia ( SDM ). Dalam misi ini, ketua ROHIS
menjelaskan bahwa misi ROHIS selanjutnya adalah merancang semua
program kegiatan dengan menyesuaikan kebutuhan perusahaan.
Seperti ROHIS memberikan kajian khusus tentang pembinaan akhlak
karyawan, dengan harapan agar nantinya karyawan dapat bekerja
dengan baik di perusahaan dengan landasan akhlak yang baik.
c. Membuat role model pembinaan SDM yang berakhlaqul karimah.
Dalam hal ini ketua ROHIS menjelaskan bahwa ROHIS membuat role
model dalam pembinaan sumber daya manusia di lingkungan
perusahaan yang berorientasi pada akhlaqul karimah.
d. Melaksanakan kaderisasi kepemimpinan, mengembangkan sistem
kerja dan juga iklim kerja yang islami. Pada misi ini ketua ROHIS
menjelaskan bahwa dalam ROHIS terdapat juga pelaksanaan
kaderisasi kepemimpinan yang bertujuan agar tidak terjadi suatu
kefakuman dari sebuah organisasi karena tidak adanya generasi
penerus yang dapat melanjutkan visi dan misi ROHIS. Selain itu,
ROHIS juga mempunyai misi untuk mengembangkan sistem kerja dan
38
juga iklim kerja didalam lingkungan perusahaan dengan system dan
iklim kerja yang islami.
3. Struktur organisasi ROHIS Masjid Attaqwa PT. GMF AeroASia
Organisasi merupakan kerjasama diantara beberapa orang untuk
mencapai tujuan dengan mengadakan pembagian dan pengaturan kerja
yang menjadi ikatan kerjasama dalam organisasi itu demi mencapai tujuan
secara efektif dan efisien.
Organisasi menjadi sangat penting untuk pengaturan dan
pembagian tugas. Pentingnya organisasi tersebut disebabkan terlalu
banyak tugas atau pekerjaan tertumpuk pada satu orang dan harus
dikerjakan dalam waktu tertentu, pekerjaan tersebut memerlukan banyak
keahilian yang tidak mungkin dapat dikerjakan oleh satu orang saja. Dan
apabila pekerjaan dikerjakan oleh lebih dari satu orang, maka perlu adanya
pembagian pekerjaan.
Struktur organisasi dalam sebuah kepengurusan diperlukan sebagai
kerangka untuk mengetahui ruang lingkup, jalur kordinasi, kegiatan dan
fungsi- fungsi yang dijalankan oleh masing- masing bagian yang ada
dalam struktur organisasi yang bersangkutan.
Berangkat dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa struktur
organisasi dimaksudkan sebagai kerangka kerjasama dimana orang- orang
39
akan bertindak, menyusun tenaga kerja dan tugas- tugas serta menyusun
bagian- bagian sedemikian rupa dengan penuh rasa tanggung jawab
sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dan sesuai dengan yang dicita-
citakan.
Dalam menyusun struktur organisasi atau kepengurusan, ROHIS
masjid Attaqwa bersifat terbuka. Semua karyawan mempunyai hak yang
sama untuk mengelola dan menempati secara bersam- sama, selain itu
setiap karyawan juga mempunyai hak yang sama untuk menjadi pengurus
yang dapat diganti menurut periode kepengurusannya.
Secara struktural, ROHIS masjid Attaqwa mempunyai dewan
penasihat dan syariah yang bertugas melakukan monitoring dan juga
pengawasan terhadap kegiatan yang diprogramkan oleh pengurus.
Kemudian, untuk melaksanakan visi dan misi yang dicita- citakan,
disusunlah sebuah kepengurusan ROHIS masjid Attaqwa PT. GMF
AeroAsia sebagai berikut :
Ketua : Eddy Suyanto
Bidang kesekretariatan dan kehumasan : Purubojo Soemadi
Bidang keuangan dan Usaha : Tarmidzi Abdullah
Bidang pengembangan dan kajian Islam : Ambar Harsanto
Bidang pembinaan dan dakwah : Yanto Kusmaryanto
40
Bidang Kemakmuran masjid dan sosial : Muhammad Thaib
Bidang Fasilitas umum : Djasno Pambudi
Bidang kewanitaan/ muslimat :Lestari wahyuningsih
4. Program kegiatan ROHIS Masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia
Dalam rangka mewujudkan maksud dan tujuan yang dicita-citakan,
maka disusunlah program- program kegiatan yang terarah, terancana dan
berkesinambungan. Berhasil atau tidaknya program- program tersebut
akan sangat bergantung dari kesungguhan, kerja keras dan dedikasi yang
tinggi dari seluruh pengurus serta dukungan dari para direksi dan juga
karyawan. Adapun program- program tersebut adalah sebagai berikut :
a. Program harian
Program ini berupa pelaksanaan sholat wajib berjama’ah di masjid
Attaqwa dan juga kulian zhuhur. Program harian ini bertujuan untuk
menambah wawasan dan juga mempererat ukhuwah islamiyah
diantara para karyawan. Program harian ini biasa dilaksanakan dari
hari senin sampai kamis untuk kuliah zhuhur, dan setiap hari untuk
pelaksanaan sholat berjama’ah. Untuk kuliah zhuhur, pengurus
ROHIS menerapkan metode ceramah dalam kajiannya, yang
41
dilanjutkan dengan Tanya jawab antara penceramah dan jama’ah.
Sedangkan materi yang disampaikan adalah aqidah, fiqih, akhlaq,
dan juga muamalat.
b. Program mingguan
Untuk program ini, ROHIS masjid Attaqwa memiliki beberapa
program, diantaranya adalah tahsin qur’an, pelajaran bahasa arab,
tarbiyah jasadiyah, dan kajian yang lebih intensif tentang islam untuk
para karyawan. Untuk tahsin qur’an dan bahasa arab, program ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas bacaan Al- Qur’an dari para
karyawan dan juga pemahaman mereka tentang bahasa arab,
program ini dilaksanakan setiap hari rabu sore. Kemudian tarbiyah
jasadiyah, program ini dilaksanakan setiap hari selasa dengan tujuan
untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh yaitu dengan
melakukan senam bersama. Sedangkan untuk program kajian intensif
tentang islam, program ini dilaksanakan setiap jum’at dengan tujuan
untuk membangun pribadi karyawan muslim yang benar dan juga
baik.
c. Program bulanan
Pada program ini, pengurus ROHIS mempunyai beberapa kegiatan,
yaitu MABIT, pelatihan pengembangan diri, pengajian
bulanan,beasiswa untuk anak yatim dan dhuafa,dan juga pelatihan
change spirit development.
42
d. Program tahunan
Pengurus ROHIS memfokuskan kegiatan ini di bulan ramadhan.
Beberapa kegiatannya adalah pesantren kilat, daurah ramadhan,
I’tikaf, dan juga santunan anak yatim dan dhuafa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Data
Data statistik yang akan dianalisa adalah skor- skor dari penyebaran
angket jama’ah yang ditemukan di lapangan, kemudian data tersebut diolah dalam
bentuk tabel –tabel prosentase yang dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 1
Materi yang diberikan dalam dakwah
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase % 1 Tauhid/ ibadah 2 4 2 Baca tulis al- Qur’an 1 2 3 Akhlak 5 10 4 semua 42 84 Total 50 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pemberian materi dalam
kajian dakwah meliputi beberapa materi, itu dapat dilihat dari hasil prosentase
jawaban 84% yang menjawab semua alternatif jawaban (tauhid/ Ibadah, Baca
tulis Al- Qur’an, dan Akhlak ), 10% yang menjawab akhlak, 2% yang menjawab
baca tulis Al-Qur’an, dan 4 % yang menjawab Tauhid/ Ibadah. Hal ini
membuktikan bahwa kajian dakwah ROHIS masjid Attaqwa tidak hanya
melakukan pembinaan atau pendidikan pada salah satu aspek saja, melainkan
semua aspek.
42
43
Tabel 2
Pemberian materi akhlak dalam kajian dakwah
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu 7 14 2 Sering 40 80 3 Kadang – kadang 3 6 4 Tidak pernah - - Total 50 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 14% dari responden
menyatakan bahwa pemberian materi akhlak selalu diberikan dalam kajian, 80%
menyatakan sering diadakan pemberian materi akhlak, 6% menyatakan kadang-
kadang dan 0% yang menyatakan tidak pernahnya pemberian materi akhlak dalam
kajian dakwah. Hal ini membuktikan bahwa kajian dakwah ROHIS Attaqwa
sangat berperan dalam pembinaan akhlak jamaahnya yang merupakan karyawan
dari PT. GMF AeroAsia.
Tabel 3
Materi akhlak yang diberikan
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Akhlak kepada Allah 6 12 2 Akhlak kepada diri sendiri 2 4 3 Akhlak kepada manusia dan
lingkungan 2 4
4 Semau jawaban benar 40 80 Total 50 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 12% yang menyatakan materi
akhlak yang diberikan yaitu Akhlak kepada Allah SWT, 4 % yang menyatakan
materi akhlak hanya akhlak kepada diri sendiri, 4% yang menyatakan pemberian
44
materi akhlak hanya akhlak kepada manusia dan lingkungan, dan 80% responden
menyatakan semua alternatif jawaban yakni pemberian materi akhlak meliputi
akhlak kepada Allah, kepada diri sendiri, kepada manusia dan juga lingkungan.
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya
keseimbangan dalam pemberian materi akhlak yang meliputi akhlak kepada
Allah, diri sendiri, manusia dan lingkungan, sehingga para kader memiliki akhlak
yang sempurna.
Tabel 4
Pengabaian metode dalam penyampaian materi akhlak
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase % 1 Selalu 1 2 2 Sering 7 14 3 Kadang – kadang 20 40 4 Tidak pernah 22 44 Total 50 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 2% menyatakan penggunaan
metode dalam penyampaian materi akhlak selalu diabaikan. 14% menyatakan
penggunaan metode dalam penyampaian materi akhlak sering diabaikan. 20%
menyatakan kadang- kadang diabaikan, dan 44% responden menyatakan bahwa
penggunaan metode dalam penyampaian materi akhlak tidak pernah diabaikan.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa para ustadz dalam
menyampaikan materi akhlak menggunakan metode yang sesuai agar mudah
diterima oleh para jamaah.
45
Tabel 5
Metode yang digunakan dalam penyampaian materi
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Ceramah 6 12 2 Tanya jawab 9 18 3 Diskusi 10 20 4 Kombinasi metode 25 50 50 100
Dari tebel diatas menunjukkan bahwa 12% responden yang menyatakan
penyampaian materi menggunakan metode ceramah, 18% menyatakan
penyampaian materi melalui metode Tanya jawab, 20% menyatakan
menggunakan metode diskusi dalam penyampaian materi, dan 25% yang
menyatakan menggunakan kombinasi metode dalam penyampaian materi.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa para ustadz sangat
memandang perlu penggunaan metode dalam penyampaian materi, ini terlihat dari
para responden yang menyatakan penggunaan berbagai macam metode yang
digunakan dalam penyampaian materi.
Tabel 6
Metode yang digunakan dalam penyampaian materi akhlak
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Sangat Menarik 20 40 2 Kurang menarik 12 24 3 Biasa saja 10 20 4 Tidak menarik 8 16 Jumlah 50 100
46
Dari tabel dapat diketahui bahwa 40% responden menyatakan bahwa
metode penyampaian materi sangat menarik, 24% menyatakan bahwa metode
yang diterapkan kurang menarik, 20% menyatakan biasa saja penggunaan metode
dalam penyampaian materi akhlak, dan 16% menyatakan bahwa metode
penyampaian materi tidak menarik.
Dari data diatas dapat disimpulakan bahwa metode yang digunakan ustadz
dalam menyampaikan materi dakwah secara keseluruhan dapat diterima dan
disukai oleh para jamaah.
Tabel 7
Sarana atau tempat yang digunakan dalam kajian dakwah
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Masjid 40 80 2 Kantor 8 16 3 Alam terbuka 2 4 4 Lembaga pendidikan - Total 50 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 80% responden menyatakan
masjid sebagai sarana atau tempat dalam kegiatan kajian dakwah, 16%
menyatakan kantor sebagai tempat untk kajian, 4% yang menyatakan alam
terbuka sebagai tempat untuk kajian, dan 0% untuk yyang menyatakan lembaga
pendidikan sebagai tempat untuk kajian.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sarana atau tempat yang
digunakan dalam kegiatan kajian bermacam- macam. Ini merupakan salah satu
cara mengatasi atau mengantisipasi kejenuhan
47
Tabel 8
Pemilihan sarana dan prasarana tidak disesuaikan dengan materi kajian
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu 5 10 2 Sering 5 10 3 Kadang – kadang 28 56 4 Tidak pernah 12 24 Total 50 100
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 10% responden menyatakan bahwa
dalam memilih sarana dan prasarana tidak selalu disesuaikan dengan materi
kajian,10% menyatakan bahwa pemilihan sarana dan prasarana sering tidak sesuai
dengan kajian, 56% menyatakan bahwa kadang- kadang pemilihan sarana dan
prasarana tidak sesuai dengan kajian, 24% menyatakan bahwa pemilihan sarana
dan prasarana tidak pernah tidak disesuaikan dengan kajian.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana sangat
diperhatikan dan disesuaikan dengan kajian yang akan dibahas.
Tabel 9
Reward diberikan kepada jama’ah yang terbaik
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu 2 4 2 Sering 3 6 3 Kadang – kadang 28 56 4 Tidak pernah 17 34 Total 50 100
Reward (penghargaan) merupakan salah satu alat untuk meningkatkan
semangat jama’ah, dan hal ini cukup menjadi perhatian dalam kegiatan dakwah.
Dapat dilihat dari data yang diperoleh bahwa 4% dari responden yang menyatakan
48
selalu ada reward bagi jama’ah, 6% menyatakan sering ada reward bagi jama’ah,
56% menyatakan kadang-kadang ada reward, sedangkan 34% dari responden
menyatakan tidak pernah ada reward bagi jamaah.
Tabel 10
Jenis Reward yang diberikan
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Materi 2 4 2 Jabatan - - 3 Buku 44 88 4 Piagam 4 8 Total 50 100
Data table diatas menujukan bahwa jenis penghargaan yang di berikan
pada jamaah bermacam-macam. Ini dapat dilihat dari 4% responden yang
menyatakan jenis penghargaan yang diberikan berupa materi, 88% yang
menyatakan bahwa jenis penghargaan yang diberikan bagi jama’ah yang
berpreatsi berupa buku, 8% yang menyatakan jenis penghargaan yang diberikan
berupa piagam.
Tabel 11
Jama’ah rutin mengikuti kajian dakwah
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu 40 80 2 Sering 6 12 3 Kadang – kadang 4 8 4 Tidak pernah - - Total 50 100
49
Dari data tabel diatas menunjukkan bahwa 80% responden yang
menyatakan selalu rutin mengikuti kegiatan kajian dakwah, 12% menyatakan
sering mengikuti kegiatan kajian dakwah, 8% menyatakan kadang- kadang
mengikuti kegiatan dakwah, 0% menyatakan tidak pernah mengikuti kegiatan
dakwah.
Dari data ini dapat disimpulkan bahwa para jama’ah aktif dan rutin dalam
mengikuti kajian dakwah yang diadakan oleh ROHIS.
Tabel 12
Mengikuti kajian banyak menyita waktu
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu - - 2 Sering 6 12 3 Kadang – kadang 3 6 4 Tidak pernah 41 82 Total 50 100
Pada tebel diatas menunjukkan 0% responden yang menyatakan mengikuti
kegiatan dakwah selalu menyita waktu, 12% menyatakan bahwa mengikuti
kegiatan dakwah sering menyita waktu, 6% menyatakan bahwa mengikuti kajian
dakwah kadang- kadang menyita waktu, 82% menyatakan bahwa mengikuti
kegiatan kajian dakwah tidak pernah menyita waktu.
Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa para jama’ah mengikuti
kegiatan kajian dengan tulus, ikhlas, dan telah menetapkan waktu khusus untuk
mengikuti kajian sehingga pekerjaan yang lain tidak terganggu atau terabaikan.
50
Tabel 13
Ustadz memberikan suri tauladan yang baik
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu 42 84 2 Sering 7 14 3 Kadang – kadang 1 2 4 Tidak pernah - - Total 50 100
Peran ustadz dalam hal ini memberi suri tauladan yang baik kepada para
jama’ah sangat berperan dalam pembentukan kepribadian atau akhlak yang baik
bagi apara jama’ah. Berdasarkan tabel dibuktikan bahwa para pengajar member
suri tauladan yang baik kepada para jama’ah. Dengan hasil persentase jawaban
84% responden yang menyatakan ustadz selalu member suri tauladan yang baik
kepada jama’ah, 14% yang menyatakan ustadz sering member suri tauladan yang
baik kepada jama’ah, 2% yang menyatakan ustadz kadang- kadang ustadz
member suri tauladan yang baik kepada jama’ah.
Tabel 14
Ustadz mengevaluasi akhlak para jama’ah
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu 4 8 2 Sering 28 56 3 Kadang – kadang 12 24 4 Tidak pernah 6 12 Total 50 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 8% responden yang menyatakan
para ustadz selalu mengevaluasi akhlak jama’ah setelah mengikuti kajian, 56%
menyatakan ustadz sering mengevaluasi akhlak para jama’ah setelah mengikuti
51
kajian, 24% menyatakan bahwa ustadz kadang- kadang mengevaluasi akhlak
jama’ah, dan 12 % menyatakan bahwa ustadz tidak pernah mengevaluasi akhlak
para jama’ah.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa para ustadz sangat
memperhatikan kemajuan atau perkebangan akhlak para jama’ah.
Tabel 15
Pengaruh positif terhadap pribadi
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu 43 86 2 Sering 6 12 3 Kadang – kadang 1 2 4 Tidak pernah - - Total 50 100
Berdasarkan tabel diatas, mengasumsikan bahwa mengikuti kajian sangat
berpengaruh positif terhadap kepribadian atau pembentukan akhlakul karimah. Ini
dapat dilihat dari persentase yang menyatakan bahwa 86% responden selalu
mengalami perubahan positif setelah mengikuti kajian, 12 % menyatakan bahwa
kajian dakwah sering mempengaruhi perubahan positif terhadap pribadi, 2%
menyatakan bahwa kajian dakwah kadang- kadang mempengaruhi kepada hal
yang positif terhadap pribadi.
52
Tabel 16
Sebelum mengikuti kajian dakwah, melaksanakan shalat berjama’ah
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu 15 30 2 Sering 20 40 3 Kadang – kadang 8 16 4 Tidak pernah 7 14 Total 50 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 30% responden yang menyatakan
sebelum mengikuti kajian dakwah selalu melaksanakan shalat berjama’ah, 40%
menyatakan sebelum mengikuti kajian dakwah sering melaksanakan shalat
berjama’ah, 16% menyatakan sebelum mengikuti kajian kadang- kadang
melaksanakan shalat berjama’ah, 14% menyatakan sebelum melaksanakan kajian
dakwah tidak pernah melaksanakan shalat berjama’ah.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan shalat
berjama’ah para jama’ah sebelum mengikuti kajian sudah melaksanakan sholat
berjama’ah dangan kesadaran yang bagus.
Tabel 17
Setelah mengikuti kajian dakwah, melaksanakan shalat berjama’ah
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu 30 60 2 Sering 16 32 3 Kadang – kadang 3 6 4 Tidak pernah 1 2 Total 50 100
53
Dari tabel di atas dapat diasumsikan bahwa kegiatan kajian dakwah
memberi pengaruh besar dalam perubahan akhlak kadernya, salah satunya dalam
mengikuti sholat berjama’ah terjadi peningkatan setelah mereka mengikuti kajian
dakwah, dapat dilihat dari prosentase 60% yang menyatakan selalu melaksanakan
sholat berjama’ah setelah mengikuti kajian dakwah, 32% menyatakan sering
melaksanakan sholat berjama’ah setelah mengikuti kajian dakwah, 6%
menyatakan kadang-kadang melaksanakan sholat berjama’ah setelah mengikuti
kajian dakwah, 0% menyatakan tidak pernah melaksanakan sholat berjama’ah.
Tabel 18
Sebelum mengikuti kajian dakwah, selain membayar zakat fitrah juga membayar zakat maal
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu 24 48 2 Sering 18 36 3 Kadang – kadang 6 12 4 Tidak pernah 2 4 Total 50 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 48% responden yang menyatakan
sebelum mengikuti kajian dakwah selalu membayar zakat maal selain zakat fitrah,
36% menyatakan sebelum mengikuti kajian dakwah sering membayar zakat maal
selain zakat fitrah, 12% menyatakan sebelum mengikuti kajian dakwah kadang-
kadang membayar zakat maal selain zakat fitrah, 4% menyatakan sebelum
mengikuti kajian dakwah tidak pernah membayar zakat maal selain zakat fitrah.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa kesadaran jama’ah dalam
mengeluarkan zakat maal sudah cukup baik.
54
Tabel 19
Sesudah mengikuti kajian dakwah, selain membayar zakat fitrah juga membayar zakat maal
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu 40 80 2 Sering 8 16 3 Kadang – kadang 2 4 4 Tidak pernah - - Total 50 100
Dari tabel diatas dapat terllihat adanya peningkatan bagi para kader dalam
membayar zakat maal selain zakat fitrah, dengan perolehan hasil prosentase 80%
responden menyatakan setelah mengikuti kajian dakwah selalu mengeluarkan
zakat maal selain zakat fitrah, 16% menyatakan sering mengeluarkan zakat maal
selain zakat fitrah, 4% menyatakan kadang-kadang membayar zakat maal selain
zakat fitrah,dan tidak ada dari jama’ah yang tidak pernah membayar zakat maal
selain zakat fitrah.
Tabel 20
Sebelum mengikuti kajian dakwah, mempunyai motivasi kerja yang tinggi
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu 30 60 2 Sering 13 26 3 Kadang – kadang 6 12 4 Tidak pernah 1 2 Total 50 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 60% jama’ah selalu mempunyai
motivasi kerja yang tinggi sebelum mengikuti kajian dakwah, 26% dari jama’ah
sering mempunyai motivasi kerja yang tinggi sebelum mengikuti kajian dakwah,
55
12% jama’ah menyatakan kadang- kadang mempunyai motivasi kerja yang tinggi
sebelum mengikuti kajian, dan 2% dari jama’ah yang tidak pernah punya motivasi
tinggi dalam kerja sebelum mengikuti kajian dakwah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa para jama’ah sebelum
mengikuti kajian dakawah telah mempunyai motivasi kerja yang tinggi.
Tabel 21
Setelah mengikuti kajian dakwah, mempunyai motivasi kerja yang tinggi
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu 35 70 2 Sering 10 20 3 Kadang – kadang 5 10 4 Tidak pernah - - Total 50 100
Tabel diatas menunjukkan bahwa 70% responden menyatakan bahwa
setelah mengikuti kajian para jama’ah selalu mempunyai motivasi kerja yang
tinggi, 20% menyatakan bahwa setelah mengikuti kajian para sering mempunyai
motivasi kerja yang tinggi, 10% menyatakan bahwa setelah mengikuti kajian para
jama’ah kadang- kadang memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja, dan 0%
dari jama;ah yang tidak pernah mempunyai motivasi kerja yang tinggi setelah
mengikuti kajian dakwah.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan signifikan bagi
para jama’ah dalam motivasi kerja setelah mereka mengikuti kajian dakwah.
56
Tabel 22
Sebelum mengikuti kajian dakwah, tidak terbiasa mengucapkan kalimat yang
thoyyibah ( seperti basmalah, istighfar, tahmid, tasbih, dan lain- lain )
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu 6 12 2 Sering 12 24 3 Kadang – kadang 18 36 4 Tidak pernah 14 28 Total 50 100
Dari pernyataan negatif diatas yakni pernyataan tidak terbiasa
mengucapkan kalimat thoyyibah sebelum mengikuti kajian dakwah, dapat
dikatakan bahwa jama’ah kurang terbiasa dalam mengucapkan kalimat thoyyibah.
Ini dibuktikan dari hasil prosentase yaitu 12% menyatakan selalu tidak terbiasa
mengucapkan kalimat thoyyibah, 24% menyatakan sering, 36% menyatakan
kadang-kadang, dan 28% menyatakan tidak pernah.
Tabel 23
Setelah mengikuti kajian dakwah, tidak terbiasa mengucapkan kalimat yang
thoyyibah ( seperti basmalah, istighfar, tahmid, tasbih, dan lain- lain )
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu - - 2 Sering 5 10 3 Kadang – kadang 10 20 4 Tidak pernah 35 70 Total 50 100
Dari tabel diatas dapat diketahui adanya peningkatan dalam hal kebiasaan
mengucapkan kalimat thoyyibah setelah para jama’ah mengikuti kajian dakwah,
hal ini dapat dibuktikan dengan hasil prosentase 0% menyatakan selalu tidak
57
terbiasa mengucapkan kalimat thoyyibah, 10% menyatakan sering tidak terbiasa ,
20% menyatakan kadang- kadang, 70% menyatakan tidak pernah. Dapat
disimpulkan bahwa para jama’ah menjadi terbiasa untuk mengucapkan kalimat
thoyyibah dalam kehidupan sehari- hari setelah mereka mengikuti kajian dakwah.
Tabel 24
Sebelum mengikuti kajian dakwah, acuh terhadap orang tua
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu - - 2 Sering 2 4 3 Kadang – kadang 20 40 4 Tidak pernah 28 56 Total 50 100
Dari tabel diatas dapat diketahui prosentase mengenai sikap acuh para
jama’ah terhadap perintah orang tua sebelum mereka mengikuti kajian dakwah,
ini terlihat dari sebagian mereka yang terkadang suka acuh terhadap orang tua,
namun hanya sebagian kecil saja. Hal ini dapat dilihat dari prosentase yang
diperoleh bahwa 0% menyatakan selalu, 4% menyatakan sering, 40% menyatakan
kadang- kadang, dan 56% menyatakan tidak pernah acuh terhadap orang tua
sebelum mereka mengikuti kajian dakwah.
Tabel 25
Setelah mengikuti kajian dakwah, acuh terhadap orang tua
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu - - 2 Sering - - 3 Kadang – kadang 18 36 4 Tidak pernah 32 64 Total 50 100
58
Orang tua adalah orang yang sangat berjasa kepada kita, oleh karena itu
Islam mengajarkan kepada ummatnya untuk memperlakukan orang tua dengan
baik. Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa sikap para jama’ah terhadap
orang tua dinilai baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil prosentase mereka yang tidak
memilih alternatif jawaban selalu dan sering sebanyak 0%, yang memilih kadang-
kadang 36%, dan yang menyatakan tidak pernah acuh terhadap orang tua cukup
besar yakni 64%. Data ini terlihat ada peningkatan dari data sebelum mereka
mengikuti kajian dakwah.
Tabel 26
Sebelum mengikuti kajian dakwah, kurang menghormati yang lebih tua dan juga
atasan
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu - - 2 Sering 4 8 3 Kadang – kadang 17 34 4 Tidak pernah 29 58 Total 50 100
Dari data tabel diatas memberkan gambaran bahwa sikap para jama’ah
terhadap orang yang lebih tua dan juga atasan sebelum mereka mengikuti kajian
dakwah cukup baik. Ini dilihat dari jawaban mereka yang tidak memilih alternatif
jawaban selalu sebanyak 0% atau tidak ada, yang memilih alternatif jawaban
sering hanya sedikit sekali sebanyak 8% saja,34% memilih kadang- kadang dan
58% yang memilih tidak pernah.
59
Tabel 27
Setelah mengikuti kajian dakwah, kurang menghormati yang lebih tua dan juga
atasan
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu - - 2 Sering - - 3 Kadang – kadang 12 24 4 Tidak pernah 38 76 Total 50 100
Dari tabel diatas dapat diketahui adanya peningkatan sikap para jama’ah
dalam menghormati yang lebih tua dan juga para atasan setelah mereka mengikuti
kajian, walaupun tidak terlalu jauh perubahannya dari sebelum mereka mengikuti
kajian dakwah, karena sebelum mengikuti kajian sikap mereka terhadap yang
lebih tua dan juga para atasan sudah baik. Perubahan ini dapat dibuktikan dari
pernyataan mereka yang memilih alternatif jawaban selalu 0% atau tidak ada,
sering 0% atau tidak ada, sedikit yang memilih jawaban kadang- kadang hanya
24% saja, dan memilih alternatif jawaban tidak pernah sangat besar yakni 76%.
Tabel 28
Dalam pergaulan sesama karyawan, saling menghargai dan juga menghormati
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu 46 92 2 Sering 4 8 3 Kadang – kadang - - 4 Tidak pernah - - Total 50 100
Dari data tebel diatas menunjukkan bahwa sikap sesama karyawan saling
menghargai dalam pergaulan, dapat diasumsikan bahwa ukhuwah Islamiyah
60
mereka cukup kuat, ini dapat dibuktikan dari hasil prosentase dengan perolehan
92% menyatakan selalu saling menghargai dalam pergaulan sesama karyawan,
8% menyatakan sering saling menghargai dalam pergaulan sesama karyawan, 0%
yang menyatakan kadang- kadang dan tidak pernah saling menghargai dalam
pergaulan sesama karyawan.
Tabel 29
Sebelum mengikuti kajian dakwah, tidak memelihara dan menjaga lingkungan
alam
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu - - 2 Sering 7 14 3 Kadang – kadang 17 34 4 Tidak pernah 26 52 Total 50 100
Lingkungan alam merupakan amanah Allah SWT yang harus kita jaga dan
lestarikan. Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa kesadaran dalam menjaga
lingkungan masih agak kurang. Hal ini dapat dibuktikan dari pernyataan mereka
yang memilih alternatif jawaban selalu 0% atau tidak ada, 14% menyatakan sering
tidak memelihara dan menjaga lingkungan alam, 34% menyatakan kadang-
kadang tidak memelihara lingkungan alam, dan hanya 52% yang menyatakan
tidak pernah tidak memelihara dan menjaga lingkungan alam sebelum mereka
mengikuti kajian dakwah.
61
Tabel 30
Setelah mengikuti kajian dakwah, tidak memelihara dan menjaga lingkungan alam
No Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase% 1 Selalu - - 2 Sering 3 6 3 Kadang – kadang 13 26 4 Tidak pernah 34 68 Total 50 100
Dari data tabel diatas dapat dilihat adanya perubahan dalam diri para
jama’ah setelah mereka mengikuti kajian dakwah dalam sikap memelihara dan
menjaga lingkungan alam, walaupun perubahan itu tidak terlalu besar karena
sebelum mengikuti kajian dakwah pun mereka telah mempunyai kesadaran yang
cukup baik dalam memelihara dan menjaga lingkungan alam. Hal ini dapat
dibuktikan dari pernyataan mereka yang tidak memilih alternatif jawaban selalu
yakni 0% atau tidak ada, dan memilih alternatif jawaban sering hanya sebagian
kecil saja yakni 6%, yang memilih alternatif jawaban kadang- kadang 26%, dan
yang menyatakan tidak pernah cukup banyak dengan hasil prosentase 68%.
62
B. Interpretasi Data
Selanjutnya penulis menginterpretasikan data- data yang telah dianalisa
dengan cara mendeskripsikan seluruh hasil data.
Tabel 31
Rekapitulasi Tabel Pembinaan Akhlak Sebelum dan Sesudah Kajian
Dakwah yang dilakukan ROHIS
No
Variabel
Alternatif Jawaban
Sebelum
( % )
Sesudah
( % )
Selalu 30 60
Sering 40 32
Kadang 16 6
1 Pelaksanaan Sholat Jama’ah
Tidak pernah 14 2
Selalu 48 80
Sering 36 16
Kadang 12 4
2 Membayar zakat mal
Tidak pernah 4 0
3 Motivasi kerja yang tinggi Selalu 60 70
63
Sering 26 20
Kadang 12 10
Tidak pernah 2 0
Selalu 12 0
Sering 24 10
Kadang 36 20
4 Tidak terbiasa mengucapkan
kalimat thoyyibah
Tidak pernah 28 70
Selalu 0 0
Sering 4 0
Kadang 40 36
5 Acuh terhadap orang tua
Tidak pernah 56 64
Selalu 0 0
Sering 8 0
Kadang 34 24
6 Kurang menghormati yang
lebih tua dan juga atasan
Tidak pernah 58 76
Selalu 0 0
Sering 14 6
Kadang 34 26
7 Tidak memelihara dan
menjaga lingkungan alam
Tidak pernah 52 68
Dari keseluruhan tabel di atas menunjukkan bahwa hampir seluruh
(sebagian besar) responden menyatakan bahwa kajian dakwah yang dilakukan
ROHIS mempunyai peranan yang penting dalam pembinaan akhlak karyawan PT
64
GMF Aeroasia. Hal ini dapat dilihat dari jawaban mereka yang memilih jawaban
selalu dan sering pada pernyataan-pernyataan yang positif(lihat tabel 31 nomor
1,2, dan 3) dan memilih alternatif jawaban kadang-kadang dan tidak pernah pada
pernyataan-pernyataan negatif (lihat tabel 31 nomor 4,5,6,dan 7), hal ini juga
dapat terlihat jelas dari jawaban mereka yang banyak mengalami perubahan sikap
lebih baik pada pernyataan sebelum dan sesudah mereka mengikuti kajian dakwah
dan hanya sebagian kecil responden yang mengalami perubahan tidak terlalu
besar, ini dapat diketahui dari jawaban mereka pada pernyataan sebelum dan
sesudah mengikuti kajian dakwah disebabkan memang sikap atau akhlak mereka
sudah cukup baik sebelum mengikuti kajian dakwah.
Tabel 32
Rekapitulasi pernyataan positif dengan jawaban paling besar sebelum dan
sesudah kajian ROHIS
NO
VARIABEL
Jawaban selalu
untuk sebelum
kajian ( % )
Jawaban Selalu
untuk sesudah
kajian (% )
1 Melaksanakan Sholat Jama’ah 30 60
2 Membayar zakat maal 48 80
3 Motivasi kerja yang tinggi 60 70
Total 138 210
Rata- rata 46 70
65
Tabel 33
Rekapitulasi Pernyataan Negatif dengan jawaban paling besar sebelum dan
sesudah kajian ROHIS
NO
Variabel
Jawaban Tidak
pernah sebelum
kajian ( % )
Jawaban Tidak
Pernah Sesudah
Kajian ( % )
1 Tidak terbiasa mengucapkan kalimat
thoyyibah 28 70
2 Acuh terhadap orang tua 56 64
3 Kurang menghormati yang tua dan atasan 58 76
4 Tidak memelihara lingkungan 52 68
Total 194 278
Rata- rata 48. 5 69. 5
Dari dua tabel rekapitulasi jawaban terbesar untuk pernyataan- pernyataan
positif dan negatif diatas, dapat dinyatakan bahwa ada perubahan positif yang
terjadi pada diri jamaah setelah mereka mengikuti kajian dakwah ROHIS masjid
Attaqwa. Hal ini dapat dilihat dari rata- rata prosentase yang ada, untuk
pernyataan- pernyataan positif menghasilkan perubahan dari 46 % menjadi 70 %.
Kemudian untuk pernyataan- pernyataan negatif menghasilkan perubahan dari
48,5 % menjadi 69,5 %. Sehingga dapat di simpulkan bahwa ROHIS masjid
66
Attaqwa memiliki peran yang penting bagi pembinaan akhlak karyawan PT. GMF
AeroAsia.
Jika dilihat dari aktifitas dakwah, yakni memberikan pendidikan,
pengajaran, menanamkan pembiasaan, keteladanan dalam rangka terwujudnya
kesadaran islam yang menyeluruh dan benar. Kajian dakwah merupakan salah
satu wadah pembinaan yang dapat membantu meningkatkan sikap mental spiritual
(membentuk pribadi muslim yang tangguh dan berakhlak karimah) bagi setiap
jama’ah. Oleh karena itu, kajian dakwah yang dilakukan ROHIS PT GMF
Aeroasia dianggap berperan dalam membina akhlakul karimah jama’ah masjid At-
taqwa yang merupakan karyawan dari PT.GMF Aeroasia.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan perumusan masalah yang dibuat dan hasil peelitian yang
dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kegiatan ROHIS masjid Attaqwa PT. GMF AeroAsia cukup banyak
dan tersusun rapi. Kegiatan disusun oleh setiap seksi yang bertanggung
jawab terhadap kegiatan tersebut. Diantaranya kegiatan atau program
kerjanya yaitu :
• Kuliah zhuhur, yaitu kegiatan yang merupakan program harian
dari ROHIS.
• Tahsin Qur’an, pelajaran bahasa Arab, dan tarbiyah jasadiyah
yang merupakan kegiatan mingguan.
• Pengajian bulanan, MABIT, pelatihan pengembangan diri, dan
juga pemberian beasiswa untuk anak yatim dan dhuafa.
Program- program ini merupakan kegiatan bulanan yang
dilaksanakan oleh ROHIS.
• Untuk program tahunan, pengurus ROHIS lebih memfokuskan
kegiatan di bulan ramadhan, seperti pesantren kilat,daurah,
I’tikaf, dan juga santunan anak yatim dan dhuafa.
65
66
2. Akhlakul karimah dapat dibina melalui kajian- kajian dakwah, karena
hal ini termasuk dari salah satu tujuan dakwah, yakni untuk
membentuk pribadi muslim yang mempunyai kekuatan jiwa yang
besar yang tercermin dalam keteguhan aqidahnya, keluhuran
akhlaknya, kebersihan hatinya dalam beribadah, dan juga kebaikan
tingkah lakunya dalam lingkungan perusahaan ataupun lingkungan
masyarakat. Pembinaan itu biasanya dilakukan dengan pembiasaan
melakukan amalan- amalan baik, pemberian materi dalam kajian
dakwah, suri tauladan, dan sebagainya.
3. Dakwah yang dilakukan ROHIS memiliki peran yang besar pada
proses perubahan dalam diri jama’ah menuju kondisi yang lebih baik.
Dakwah ini tidak hanya memberikan materi- materi tentang Islam,
tetapi dakwah berusaha untuk membentuk pribadi muslim yang
mempunyai aqidah dan akhlak yang mulia, memiliki izaah islam (
harga diri ) dan juga berperan aktif untuk menularkan kembali hal- hal
positif kepada para jama’ah lainnya.
B. Saran
1. Hendaknya dalam penyampaian materi menggunakan metode yang
berkombinasi, agar tidak menimbulkan kejenuhan dan kemotonan,
sehingga lebih bervariatif dan lebih efektif dalam mencapai tujuan.
2. Diharapkan pengurus ROHIS dapat menjadi suri tauladan bagi para
jama’ah yang lain. Selain itu, diharapkan pengurus ROHIS dapat
67
berinteraksi aktif kepada para jama’ah, agar mereka dapat mengetahui apa
yang menjadi keinginan jama’ah.
3. Diharapkan kepada para pengurus ROHIS untuk selalu melakukan
evaluasi kegiatan, agar dapat diketahui kekurangan- kekurangan yang
terjadi selama pelaksanaan program. Hal ini menjadi penting dengan
harapan di kegiatan selanjutnya tidak terjadi lagi kekurangan- kekurangan
yang terjadi di kegiatan sebelumnya.
68
DAFTAR PUSTAKA
Ali Abdul Halim Mahmud, Karakteristik Umat Terbaik, Jakarta: Gema Insani Press, 1996
Al- Ghazalii, Ihya ulumuddin, jilid III, ( Beirut : Dar al- fikr)
Al-Hufy Muhammad Ahmad, Akhlak Nabi Muhammad SAW, (Jakarta, Bulan Bintang 1981)
Al-Juziyah Ibnu Qoyyim, Tazkiyah An-Nafs, Terj Imtihan Asy-Syafi’I,Solo: Pustaka Arafah, 2001
Amin Ahmad, Ilmu Akhlak, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1991 )
Ayub E Mohammad, Manajemen Masjid ( Jakarta; Gema Insani Press )
Darjono Anas S, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 1997
Daud Ali Muhammad, Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998 )
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Bali pustaka, 1998 )
Hadi Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offiset, 1992
Hasbi Ash shiddieqi TM Prof, Koleksi Hadits hadits hokum, ( Bandung; PT. Al ma’arif 1979 )
http://mubarok-institute.blogspot.com, ( minggu, 06 agustus 2006 )
http://id.wikipedia.org/wiki/Rohis
Koentjaraningrat, Metode Penelitian dalam Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia, 1993
Kamanto Sunarto, Pengantar sosiologi, ( Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1993)
K.H. A.W. Munawwir, kamus Arab- Indonesia Terlengkap, ( Surabaya : Pustaka progresif, 1997 )
Malik bin Anas, Al-Muwatto, Daar Al-Hadist, 1993
Masy’ari Anwar, Akhlaq al- Qur’an ( Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1990 )
69
M. HR Songge, Pesan Risalah Masyarakat Madani, ( Jakarta; PT. Mediacita, 2001 )
Muhammad bin Ibrahim AT-Tawajiri, Pilar-Pilar Agama Islam, Terj Farizal Tarmizi, Jakarta: Pustaka Azzm, 2000
Muhsin MK, Menjadikan Masjid Makmur, Jakarta; Ikatan Masjid Indonesia
Mustafa Budiman, Manajemen Masjid, ( Solo ziyad Visi Media 2007 )
N. Gross, W. S. Mason, and A. W. Mc eachern. Explorations in Role Analysis, dalam David Barry, pokok- pokok Pikiran dalam sosiologi ( Jakarta; Raja Grafindo Persada 1995 )
Omar At Taoumy Al Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1979 )
Poerwadarminta, WJS, Kamus modern, ( Jakarta : Jembatan, 1976 )
Quasem Kamil Abdul M, Etika Al- Ghazali, ( Bandung : 1988 )
Sabiq Sayyid, Fiqhussunnah, ( Beirut; Dar al- fik, 1981 )
Shihab Quraish, wawasan Al- qur’an, ( Bandung Mizan, 2004 )
Sudarsono S.H, Etika Islam tentang kenakalan remaja, ( Jakarta: Bina Aksara, 1989)
Suharsono Irwan Metodologi Penelitian Sosial, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya. 1999
Sutarmadi Ahmad, Visi, Misi, dan langkah strategis ; pengurus dewan Masjid dan pengelola Masjid. Logos, 2002.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineke Cipta. 1993
Wirawan Sarwono Sarlito, Teori psikologi Sosial, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003 )
Yani Ahmad, Menuju Masjid Ideal, ( LP2S 1 harmain 2001 )
KISI- KISI ITEM PERTANYAAN ANGKET PENELITIAN
No Variabel Dimensi Variabel Indikator Jumlah
Variabel
Nomor Item
Materi dakwah Materi yang
diberikan
3 1, 2, 3
Metode Dakwah Metode yang
digunakan
3 4, 5,6
Sarana dakwah Penggunaan sarana
dan prasarana
2 7, 8
Alat dakwah Reward atau
penghargaan
2 9, 10
Rutin mengikuti
kajian
1 11
Keaktifan Mengikuti kajian
banyak menyita
waktu
1 12
Peran Da’i Da’I memberikan suri
tauladan yang baik
1 13
Evaluasi Setelah mengikuti
kajian
1 14
1 Dakwah
ROHIS
( Variabel X
)
Tujuan
Kajian yang
diberikan
berpengaruh positif
terhadap pribadi
1 15
Sebelum- sesudah
mengikuti kajian
dakwah
melaksanakan shalat
berjamaah
2 16, 17
Akhlak Kepada Tuhan
Sebelum- sesudah
kajian membayar
zakat maal
2 18, 19
2 Akhlak
Karimah
( variable Y )
Sebelum- sesudah
mengikuti kajian
motivasi kerja
bertambah
2 20, 21
Sebelum- sesudah
mengikuti kajian
tidak terbiasa
mengucap kalimat
yang thoyyibah
2 22, 23
Sebelum- sesudah
mengikuti kajian
acuh terhadap orang
tua
2 24, 25
Sebelum- sesudah
mengikuti kajian
kurang menghargai
dan menghormati
kepada yang lebih tua
atau atasan
2 26, 27
Akhlak kepada diri
sendiri
Saling menghargai
pergaulan sesama
karyawan
1 28
Akhlak kepada
lingkungan
Sebelum- sesudah
mengikuti kajian
tidak memelihara
alam dan menjaga
alam
2 29, 30
JUMLAH 30 1- 30
PERTANYAAN ANGKET PENELITIAN
Variabel X ( Dakwah ROHIS )
1. Materi yang diberikan dalam kajian
( jawaban boleh lebih dari satu )
a. Tauhid/ ibadah
b. Baca tulis Al-qur’an
c. Akhlaq
d. semua
2. Pemberian materi akhlak dalam kajian
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
3. Materi akhlak yang diberikan meliputi
a. Akhlak kepada Allah SWT
b. Akhlak kepada diri sendiri
c. Akhlak kepada manusia
d. Akhlak kepada lingkungan
4. Penggunaan metode dalam penyampaian materi akhlak diabaikan
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
5. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi
a. Ceramah b. Tanya jawab c. Diskusi d. Kombinasi
metode
6. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi akhlak
a. Sangat menarik b. Kurang menarik c. Biasa saja d. Tidak menarik
7. Sarana atau tempat yang digunakan dalam kajian dakwah
( jawaban boleh lebih dari satu )
a. Masjid b. kantor c. Alam terbuka d. Lembaga
pendidikan
8. Pemilihan sarana dan prasarana tidak disesuaikan dengan materi kajian
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
9. Reward diberikan kepada jama’ah yang terbaik
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
10. Reward yang diberikan berupa( jawaban boleh lebih dari satu)
a. Materi ( uang ) b. Jabatan c. Buku d. Piagam
11. Saudara rutin mengikuti kajian dakwah
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
12. Apabila saudara mengikuti kajian, banyak menyita waktu
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
13. Para ustadz/ ustadzah memberi suri tauladan yang baik kepada para jama’ah
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
14. Setelah mengikuti kajian dakwah, para ustadz mengevaluasi akhlak para jama’ah
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
15. Selama mengikuti kajian dakwah ada pengaruh positif terhadap pribadi saudara
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
Variabel Y ( Akhlak Karimah )
16. Sebelum mengikuti kajian dakwah, saudara melaksanakan shalat berjama’ah
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
17. Setelah mengikuti kajian dakwah, saudara melaksanakan shalat berjama’ah
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
18. Sebelum mengikuti kajian dakwah, selain membayar zakat fitrah saudara juga membayar
zakat maal
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
19. Sesudah mengikuti kajian dakwah, selain membayar zakat fitrah saudara juga membayar
zakat maal
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
20. Sebelum mengikuti kajian dakwah, saudara mempunyai motivasi kerja yang tinggi
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
21. Setelah mengikuti kajian dakwah, saudara mempunyai motivasi kerja yang tinggi
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
22. Sebelum mengikuti kajian dakwah, saudara tidak terbiasa mengucapkan kalimat yang
thoyyibah ( seperti basmalah, istighfar, tahmid, tasbih, dan lain- lain )
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
23. Setelah mengikuti kajian dakwah, saudara tidak terbiasa mengucapkan kalimat yang
thoyyibah ( seperti basmalah, istighfar, tahmid, tasbih, dan lain- lain )
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
24. Sebelum mengikuti kajian dakwah, saudara acuh terhadap orang tua
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
25. Setelah mengikuti kajian dakwah, saudara acuh terhadap orang tua
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
26. Sebelum mengikuti kajian dakwah, saudara kurang menghormati yang lebih tua dan juga
atasan
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
27. Setelah mengikuti kajian dakwah, saudara kurang menghormati yang lebih tua dan juga
atasan
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
28. Dalam pergaulan sesama karyawan, saudara saling menghargai dan juga menghormati
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
29. Sebelum mengikuti kajian dakwah, saudara tidak memelihara dan menjaga lingkungan alam
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
30. Setelah mengikuti kajian dakwah, saudara tidak memelihara dan menjaga lingkungan alam
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas segala ni’mat, rahmat dan
karunia-Nyalah kita dapat dipertemukan hari ini dalam keadaan sehat wal afiat.
Sholawat serta salam kepada qudwah kita Nabi Muhammad SAW, yang telah
membimbing kita selaku ummatnya, dari zaman dengan segala kegelapan kepada zaman yang
penuh dengan nur islam.
Sehubungan dengan diadakannya penelitian skripsi “PERANAN ROHIS MASJID
ATTAQWA DALAM PEMBINAAN AKHLAQ KARYAWAN PT. GMF AEROASIA
GARUDA INDONESIA BANDARA SOEKARNO HATTA”. Maka, saya selaku Mahasiswi
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, memohon dan
mengharapkan bantuan bapak atau Saudara untuk meluangkan waktunya guna mengisi angket
ini.
Saya mengharapkan kejujuran anda dalam mengisi angket ini, karena sangat membantu
saya untuk mendapatkan data yang akurat, Atas waktu dan kesempatan yang saudara berikan,
saya ucapkan banyak terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Hormat Saya
Sunita Juliantika
Petunjuk Pengisian
A. Isilah identitas terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajaukan
B. Bacalah pertanyaan-pertanyaan dengan baik dan benar.
C. Jawaban diisi dengan memeberikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang
sesuai dengan yang saudara alami.
D. Apapun jawaban yang saudara berikan beserta identitas dijamin kerahasiaannya
IDENTITAS RESPONDEN
Usia :
Jabatan :
PERTANYAAN ANGKET PENELITIAN
Variabel X
1. Materi yang diberikan dalam kajian
( jawaban boleh lebih dari satu )
a. Tauhid/ ibadah
b. Baca tulis Al-qur’an
c. Akhlaq
d. semua
2. Pemberian materi akhlak dalam kajian
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
3. Materi akhlak yang diberikan meliputi
a. Akhlak kepada Allah SWT
b. Akhlak kepada diri sendiri
c. Akhlak kepada manusia
d. Akhlak kepada lingkungan
4. Penggunaan metode dalam penyampaian materi akhlak diabaikan
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
5. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi
a. Ceramah b. Tanya jawab c. Diskusi d. Kombinasi metode
6. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi akhlak
a. Sangat menarik b. Kurang menarik c. Biasa saja d. Tidak menarik
7. Sarana atau tempat yang digunakan dalam kajian dakwah
( jawaban boleh lebih dari satu )
a. Masjid b. kantor c. Alam terbuka d. Lembaga pendidikan
8. Pemilihan sarana dan prasarana tidak disesuaikan dengan materi kajian
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
9. Reward diberikan kepada jama’ah yang terbaik
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
10. Reward yang diberikan berupa( jawaban boleh lebih dari satu)
a. Materi ( uang ) b. Jabatan c. Buku d. Piagam
11. Saudara rutin mengikuti kajian dakwah
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
12. Apabila saudara mengikuti kajian, banyak menyita waktu
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
13. Para ustadz/ ustadzah memberi suri tauladan yang baik kepada para jama’ah
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
14. Setelah mengikuti kajian dakwah, para ustadz mengevaluasi akhlak para jama’ah
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
15. Selama mengikuti kajian dakwah ada pengaruh positif terhadap pribadi saudara
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
Variabel Y
16. Sebelum mengikuti kajian dakwah, saudara melaksanakan shalat berjama’ah
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
17. Setelah mengikuti kajian dakwah, saudara melaksanakan shalat berjama’ah
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
18. Sebelum mengikuti kajian dakwah, selain membayar zakat fitrah saudara juga membayar zakat
maal
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
19. Sesudah mengikuti kajian dakwah, selain membayar zakat fitrah saudara juga membayar zakat
maal
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
20. Sebelum mengikuti kajian dakwah, saudara mempunyai motivasi kerja yang tinggi
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
21. Setelah mengikuti kajian dakwah, saudara mempunyai motivasi kerja yang tinggi
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
22. Sebelum mengikuti kajian dakwah, saudara tidak terbiasa mengucapkan kalimat yang thoyyibah
( seperti basmalah, istighfar, tahmid, tasbih, dan lain- lain )
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
23. Setelah mengikuti kajian dakwah, saudara tidak terbiasa mengucapkan kalimat yang thoyyibah (
seperti basmalah, istighfar, tahmid, tasbih, dan lain- lain )
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
24. Sebelum mengikuti kajian dakwah, saudara acuh terhadap orang tua
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
25. Setelah mengikuti kajian dakwah, saudara acuh terhadap orang tua
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
26. Sebelum mengikuti kajian dakwah, saudara kurang menghormati yang lebih tua dan juga atasan
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
27. Setelah mengikuti kajian dakwah, saudara kurang menghormati yang lebih tua dan juga atasan
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
28. Dalam pergaulan sesama karyawan, saudara saling menghargai dan juga menghormati
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
29. Sebelum mengikuti kajian dakwah, saudara tidak memelihara dan menjaga lingkungan alam
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
30. Setelah mengikuti kajian dakwah, saudara tidak memelihara dan menjaga lingkungan alam
a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
Wawancara
Wawancara ini dilakukan kepada ketua ROHIS, yaitu Bapak Eddy Suyanto. Wawancara ini
dilakukan pada tanggal 20 Juli 2010 di ruang sekretariat ROHIS PT. GMF AeroAsia.
Sunita : penjelasan visi dan misi dari ROHIS masjid Attaqwa, mohon penjelasan dari
bapak..
Pak Eddy: intinya sebetulnya adalah Menjadikan Insan Muslim GMF menuju Ikhsan melalui
pembinaan SDM yang berorientasi Masjid At-Taqwa agar GMF menjadi
perusahaan yang rohmatan lil’alamin. Dimana pengurus berharap agar nantinya
setiap karyawan PT. GMF dapat menjadi insan yang taqwa yang rohmatan
lil’alamin…
Sedangkan misinya yaitu. Meyediakan sarana Masjid sebagai pusat pembinaan
jasadiyah & rohaniah. Untuk misi ini Rohis mengadakan banyak kegiatan, untuk
rohani ROHIS mengadakan kajian- kajian dakwah, dari program harian sampai
dengan program tahunan. Sedangkan jasadiyah, biasanya ROHIS mengadakan
kegiatan olahraga bersama setiap minggu dan juga melakukan kegiatan outbond.
Lalu yang kedua, Membuat kegiatan Rohis sebagai mitra perusahaan dalam
pembinaan SDM (MindSet). Untuk hal ini, ROHIS menjadi mitra perusahaan
untuk membina mental danmoral para karyawan yang muslim. Yang ketiga,
Membuat role model Pembinaan SDM yang berakhlaqul karimah , lalu yang
keempat Menumbuhkan kembangkan kepemimpinan, sistem kerja & iklim-kerja
yang Islami (Mobile). Misi ini berarti bahwa dalam ROHIS terdapat juga
pelaksanaan kaderisasi kepemimpinan yang bertujuan agar tidak terjadi suatu
kefakuman dari sebuah organisasi karena tidak adanya generasi penerus yang
dapat melanjutkan visi dan misi ROHIS. Selain itu, ROHIS juga mempunyai misi
untuk mengembangkan sistem kerja dan juga iklim kerja didalam lingkungan
perusahaan dengan system dan iklim kerja yang islami.
Sunita : Lalu bagaimana kegiatan yang ada Di ROHIS itu sendiri pak…
Eddy : banyak ya… nanti saya akan berikan rincian dari program kegiatan ROHIS.
Intinya seh kita membagi program tersebut menjadi beberapa waktu. Dari program
harian seperti kuliah zhuhur, mingguan seperti tahsin Qur’an, tarbiyah jasadiyah.
Kemudian bulanan seperti pengajian bulanan seluruh karyawan dan juga direksi,
dan juga tahunan, tapi tahunan ini biasanya kita berfokus kepada kegiatan di bulan
ramadhan.
Sunita : Lalu strategi apa yang diterapkan ROHIS untuk mengajak jamaah agar mereka
mau mengikuti kegiatan di ROHIS..dan bagaimana juga mempertahankan para
jamaah yang telah aktif lama dalam kegiatan
Pak Eddy : yang pasti kita mempunyai banyak strategi agar para jamaah selalu tertarik untuk
mengikuti kegiatan di masjid. Salah satunya dalam kajian dakwah kita selalu
memanggil para da’I dari luar. Selain itu, kita juga melakukan kegiatan- kegiatan
diluar masjid, seperti out bond, smart camp dan juga tarbiyah jasadiyah.
Sunita : ya mungkin untuk sementara itu saja dulu pak yang dapat saya tanyakan.
Pak Eddy : Baik kalau begitu…semoga skripsinya bias lancar..nanti saya akan kirim via
email susunan pengurus ROHIS, visi dan misi ROHIS, Job description dari setiap
pengurus, dan juga nanti akan kita kirim program- program kegiatan ROHIS
selama satu tahun
Sunita : Terima kasih pak atas kesempatan wawancaranya…
Pak Eddy : Ya ..sama- sama..
Nara Sumber
Eddy Suyanto