Download - Prabowo Untuk Indonesia Raya
untuk
“Saya ingatkan kembali,
kalau orang-orang baik
diam, kita akan selalu
ditindas oleh bangsa
lain”
PRABOWOUNTUK INDONESIA RAYACopyright 2014, Khalilur R Abdullah Sahlawiy
Chief Editor:Herman Hidayat
Editor:Mohamad Nabil
Proofreader:Fathor Rasi
Perancang grafis:Rossi Nafile
Pernerbit:SEJAHTERA KITAJl. HOS Cokroaminoto No.103Larangan - Ciledug Tangerang
Cetakan II, Juni 2014
ISBN : 978-602-14625-1-5
C
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak CiptaLingkup Hak CiptaPasal 2:Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaan-nya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perun-dang-undangan yang berlaku.
Ketentuan PidanaPasal 72:Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
DAFTAR ISI
PROLOG: Prabowo; Sebuah Nama Untuk Indonesia......................1
KATA PENGANTAR............................................................................ix
DAFTAR ISI...........................................................................................vii
Prabowo Untuk Indonesia Raya
BAGIAN I LAHIR UNTUK MENGABDI
BAGIAN II MELURUSKAN JALAN SEJARAH
BAGIAN III MEMENUHI JANJI REFORMASI
1. Tumbuh dan Berkembang Sebagai Anak Bangsa............212. Prabowo, Antara Pluralisme dan Kebhinnekaan...............323. Timor Timur Saksi Bisu Pengabdian Prabowo....................37
1. Meluruskan Jalan Sejarah.................................................472. Prabowo, Penculikan Atau Tumbal Elite Militer........633. Prabowo Lakukan Kudeta?...............................................80
1. Melanjutkan Cita-Cita Pendiri Bangsa...................................952. Politik Sebagai Wadah Melanjutkan Cita-Cita Bangsa..1043. Gerindra, Jiwa dan Raga Rakyat............................................1144. Gerindra Sebagai Partai Modern..........................................1225. Sang Calon Presiden.................................................................133
viiP R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
viii P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
BAGIAN IV GERAKAN INDONESIA RAYA
EPILOG: Indonesia Sebagai Macan Asia..........................................185
1. Negara Kerakyatan.....................................................................1452. Gerindra dan Refomasi Sistem Pendidikan Nasional.....1673. Gerindra dan Transformasi Kesehatan Nasional..............176
CATATAN.............................................................................................202
DAFTAR RUJUKAN........................................................................219
INDEKS...............................................................................................225
ixP R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
KEHADIRAN BUKU ini dimaksudkan sebagai kontribusi sederhana dalam menumbuhkan tradisi menghargai bukan mengadili; tradisi mengoreksi bukan mencaci; menawarkan solusi bukan menggurui; serta merayakan kebaikan-kebaikan seluruh anak bangsa sekecil apapun itu.
Dalam rangka itu, buku sederhana ini hendak mengklarifikasi berbagai peristiwa sejarah masa lalu yang seringkali disalahpahami banyak orang. Dan sayangnya, ‘kesalahan-kesalahan’ tersebut acapkali secara sengaja dijadikan sebagai kampanye atau propaganda “hitam” yang tak produktif bagi pembangunan bangsa dan negara.
Suatu ‘peristiwa sejarah’ terjadi bukan karena sepenuhnya kuasa diri, tetapi beragam faktor melingkupi. Karena itu, sejarah tak bisa dipahami dalam konteks yang terbatas, apalagi tertutup. Peristiwa sejarah perlu dipahami dalam konteks yang terbuka sehingga memberi kemungkinan pada suatu pemahaman yang lebih utuh. Pasalnya seperti kita ketahui bersama, sejarah acapkali tak memihak mereka yang kalah dan juga lemah.
Dengan begitu, kita sebagai bagian dari anak bangsa tak perlu lagi berjuang dengan penuh kebencian, prasangka, apalagi saling jegal. Kita harus memancangkan optimisme tinggi bagi masa depan Indonesia, karena dengan begitu kita bisa mengembalikan harkat dan martabat Indonesia kita.
KATA PENGANTAR
x P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Tak ada gading yang tak retak dan tak ada hal yang sempurna di bawah langit. Demikian juga buku ini. Karena itu ucapan terima kasih saya sampaikan kepada mereka semua yang telah mendorong, membantu, memberikan saran-saran dan apresiasi atas segala upaya untuk menerbitkan buku ini. Kepada teman-teman KAMURA, di antaranya, Rosiyanto, Wasil, Anis Kurniawan, Abdur Roziqin, Sulaiman, Moh. Halil, Dany Ramdhany, Bahrur Rosi dan Romansah dihaturkan terima kasih atas bantuannya yang berharga dalam pencarian data awal penulisan buku sederhana ini. Juga tak lupa terima kasih saya sampaikan kepada Herman Hidayat, Mohamad Nabil dan Fathor Rasi yang masing-masing berkenan menjadi chief editor, editor dan proofreader.
Di atas segalanya, hanya kepada yang Kuasalah kesempuarnaan itu kita sematkan. Dan semoga sketsa sederhana ini memberikan kontribusi positif bagi negara kita tercinta, Indonesia.
Jakarta, Juni 2014
Khalilur R Abdullah Sahlawiy
PRABOWO SUBIANTO; SEBUAH NAMA UNTUK INDONESIA
1P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
WILLIAM SHAKESPEARE, pujangga asal Inggris, mengatakan:
“Apalah artinya sebuah nama? Andaikata memberikan nama
lain untuk bunga mawar, ia akan tetap berbau wangi.”1 Bagi
Shakespeare, barangkali arti sebuah nama tidak terlalu penting.
Nama hanyalah suatu identitas yang diberikan kepada seseorang
agar ia dapat dikenal. Nama hanyalah satu cara bagaimana orang
mengenal dan menyebut orang lain. Itulah arti sebuah nama
bagi Shakespeare.
Namun tidak demikian dengan Soemitro
Djojohadikoesoemo, ayah Prabowo Subianto. Ia merasa perlu
memberi nama untuk kedua anak lelakinya dengan penuh makna:
Prabowo Subianto dan Hashim Sujono Djojohadikoesoemo,
sebagai cara Soemitro untuk mengenang kedua adiknya, Letnan
Subianto Djojohadikoesoemo dan Sujono Djojohadikoesoemo,
yang gugur sebagai pahlawan. Mereka berdua gugur dalam
“pertempuran melawan Jepang di Desa Lengkong Wetan,
Serpong, Tangerang, Banten pada 25 Januari 1946,”2 sebuah
pertempuran yang di kemudian hari dikenal dengan sebutan
“peristiwa Lengkong”.
PRABOWO SUBIANTO; SEBUAH NAMA UNTUK INDONESIA
PROLOG:
Oleh: Herman Hidayat(Chief Editor)
PRABOWO SUBIANTO; SEBUAH NAMA UNTUK INDONESIA
2 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Bagi Soemitro, arti sebuah nama tidaklah sesederhana
seperti kata-kata Shakespeare. Nama tidak sekadar identitas agar
seseorang dapat dikenali orang lain. Baginya, mengenang nama
kedua adiknya, Subianto dan Sujono, juga berarti mengenang
kepahlawanannya, mengenang pengabdian dan keberanian
mereka dalam membela Tanah Air. Menyematkan nama kedua
saudaranya yang gugur kepada kedua anaknya adalah upaya
mewariskan semangat dan keberanian, sebuah doa agar kelak
setelah dewasa kedua anaknya hidup menjadi sosok yang
memiliki kedalaman cinta, dedikasi yang tinggi dan keberanian
membela Tanah Airnya meski kematian yang menjadi taruhannya.
“Sumitro berharap kelak Prabowo bisa menjadi pejuang seperti
halnya paman-pamannya yang merupakan keturunan dari
Banyumas yang menurutnya mewarisi tradisi berburu dan
berperang yang tangguh yaitu suatu tradisi perlawanan,” kata
Herdi Sahrasad dalam sebuah catatannya.3
Benar saja, nama itu benar-benar menyimpan kenangan
dan makna mendalam pada sosok Prabowo. Nama itu secara tidak
langsung membentuk karakter seorang Prabowo. Ia menjadi
sosok yang pemberani, cinta akan Tanah Air dan memiliki dedikasi
yang tinggi dalam membela negaranya. Prabowo mengagumi
kedua pamannya yang gugur sebagai seorang militer. Dan kelak
kekaguman itu berbuah satu keputusan penting dalam hidupnya:
Prabowo muda menempuh jalan hidup dengan berkarir di
militer, suatu jalan dimana kedua pamannya menghembuskan
nafas terakhir. Prabowo kecil mengenang kedua pamannya
sebagaimana direkam Ade Ma’ruf dalam sebuah monografnya:
PRABOWO SUBIANTO; SEBUAH NAMA UNTUK INDONESIA
3P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
“Bagi Prabowo, kenangan terhadap kedua pamannya yang gugur
dalam perjuangan merupakan salah satu alasan memilih karir
militer. Apalagi setiap tahun dia diajak oleh Soemitro, ayahnya,
untuk mengunjungi makam Subianto dan Sujono di Tangerang.
Kalau tengah singgah ke rumah kakeknya, Margono, di Jalan
Taman Amir Hamzah 10, Matraman, Jakarta Pusat, Prabowo kecil
juga sering bermain di bekas kamar dua pamannya itu. Di kamar
tersebut masih tersimpan beberapa atribut militer”.4
Pilihan Prabowo berkarir di militer adalah pilihan yang
tepat. Betapa tidak, karirnya di militer begitu cemerlang, tercepat
dalam sejarah ABRI dan bahkan sempat dijuluki the brightest star
atau the rising star.5 Dalam waktu singkat, ia telah begitu cepat
naik pangkat dan menyabet berbagai macam penghargaan.
Itulah harga sebuah keberanian dan kerja keras. Dan tentu saja,
sekali lagi, nama sang paman memiliki ruang tersendiri di dalam
sosok Prabowo. Mereka adalah kekuatan dan inspirasi.
Apalah arti sebuah nama? Bagi Shakespeare mungkin
tetaplah tidak penting. Tapi tidak bagi Prabowo. Baginya,
nama sang paman, yang diberikan sang ayah kepada dirinya
memiliki makna tersendiri, lebih dari sekadar identitas. Ia adalah
sumber motivasi dan kekuatan. Ia adalah penakluk ketakutan.
Sang paman yang gugur di medan perang telah memberinya
keberanian. Itulah pentingnya sebuah nama.
Petualangan hidup sang mantan Pangkostrad ini suka
atau tidak suka bisa digambarkan penuh dengan paradoks
yang saling bertegangan satu sama lain: antara kemalangan
PRABOWO SUBIANTO; SEBUAH NAMA UNTUK INDONESIA
4 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
dan kebahagiaan, kesedihan dan kegembiraan, kemenangan
dan kekalahan, dan tegangan-tegangan lainnya. Lihatlah, sejak
berumur lima setengah tahun, ia sudah harus menjalani hidup
dari satu negara ke negara lain; masuk akademi militer dengan
segudang prestasi, tapi pada saat yang sama berakhir dengan
antiklimaks pada 1998. Sejak saat itu kehidupannya kembali ke
titik nol, bahkan ia mengakui “hidupnya sudah selesai”. Tetapi
karena ia adalah “sebuah nama untuk Indonesia,” maka takdir
berkata lain. Ia hanya menjalani takdirnya. Entah jadi presiden
atau tidak, karena saat ini menjadi Capres, tapi kemampuannya
untuk bertahan dan bangkit dari segala keterpurukan dan
kontroversi, menjadikan Prabowo nama yang tak biasa. Karena
itu, “Prabowo Subianto adalah sebuah nama untuk Indonesia.”
Lolos dari Maut
Sebagai prajurit Prabowo menapaki karirnya dari bawah.
Berbagai masalah besar tak henti-hentinya membayangi
perjalanan karirnya. Mulai dari bayang-bayang peluru dan
kematian di medan tempur, kecemburuan di internal militer dan
fitnah yang kelak menghancurkan kebesaran karirnya, hingga
tuduhan keluarga Cendana kepadanya sebagai pengkhianat.
Marilah kita sedikit melihat kembali beberapa peristiwa yang
meloloskan Prabowo dari maut.
Sejarah mencatat perjuangan Prabowo di Timor
Timur sebagai medan tempur yang menandai awal titik lejit
kecemerlangan karir Prabowo. Pada 1976 ia dipercaya sebagai
Komandan Peleton Para Komando Grup I Komando Pasukan
PRABOWO SUBIANTO; SEBUAH NAMA UNTUK INDONESIA
5P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Sandhi Yudha (Koppasandha) yang bertugas sebagai bagian dari
operasi Tim Nanggala di Timor Timur. Tahun 1978 dia memimpin
pasukan Den 28 Kopassus yang bertugas membunuh pendiri
dan wakil ketua Fretilin, yang juga menjabat sebagai Perdana
Menteri Timor Leste, Nicolau dos Reis Lobato. Misi berhasil dan
target tewas tertembak di bagian perut dalam pertempuran di
lembah Mindelo pada 31 Desember 1978.6
Tapi di balik keberhasilan dan rupa-rupa kebahagiaan
karena karirnya melejit pasca itu, cerita di medan tempur
tak kalah menarik dan menegangkan untuk disimak. Ia dan
pasukannya hidup di antara desing peluru dan letusan meriam
yang setiap saat bisa membawa kematian. Bahkan, Prabowo dan
pasukannya hampir dijemput maut, kalau Tuhan tak berbicara
lain. JB. Soedarmanta menuturkan suatu situasi genting Prabowo
dengan demikian dramatis:
“Sewaktu bertugas di Timtim, Prabowo sebenarnya nyaris tewas
karena sempat terkepung pasukan Fretilin. Di saat terkepung,
pasukan Fretilin membakar habis tempat persembunyian
Prabowo. Tapi bagaikan seorang tokoh Rambo, Prabowo berhasil
menyelamatkan diri dengan masuk ke sebuah lubang dan
bertahan di sana selama sehari penuh”.7
Lolos dari kepungan api di seluruh penjuru adalah
sebuah keajaiban. Tuhan telah meloloskannya dari maut. Maut
yang menurut pikiran normal akan menjemputnya ketika itu
juga. Tetapi takdir berkehendak lain; takdir yang kelak akan
mengantarkan Prabowo sebagai calon presiden (Capres)
Indonesia 2014-2019.
PRABOWO SUBIANTO; SEBUAH NAMA UNTUK INDONESIA
6 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Retak dengan Cendana
Bayang-bayang masalah lainnya yang mengiringi karirnya
adalah kekurang-harmonisan hubungan ayah Prabowo dengan
keluarga Cendana. Keluarga Cendana, terutama Soeharto sendiri,
mertua Prabowo, memang acapkali mengeluhkan sikap Soemitro,
ayahnya, yang sering blak-blakan dan sangat kritis terhadap
kebijakan pemerintahan Soeharto. Sebagai seorang begawan
ekonomi, Soemitro memang tak jarang mengkritik kebijakan-
kebijakan ekonomi rezim Orde Baru. Bahkan meskipun kedua
orang ini telah menjalin hubungan besanan tak membuatnya
sungkan sedikitpun untuk menyampaikan gagasan-gagasan
kritisnya kepada pemerintah.
Pada kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI)
ke-12 di Surabaya, Soemitro melancarkan kritiknya yang tajam
tentang dana pembangunan yang bocor sampai 30%.8 Jelas
apa yang dilontarkan oleh Soemitro sangat keras dan tajam.
Ketakharmonisan kedua orang ini, Soemitro dan Soeharto,
barangkali hanyalah babak awal yang puncaknya terjadi pada
20 Mei 1998 ketika Prabowo dituduh sebagai dalang di balik
kerusuhan yang berujung pada lengsernya rezim Orde Baru.
Soeharto dan keluarganya mulai membenci Prabowo dan
mengusirnya dari Istana.
“Kamu pengkhianat! Jangan injakkan kakimu
di rumah saya lagi”, kata Mamiek, putri bungsu
Soeharto.
PRABOWO SUBIANTO; SEBUAH NAMA UNTUK INDONESIA
7P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Saat itu, Soeharto dan putra-putrinya sedang duduk
bersama Wiranto di ruang keluarga di Cendana.9 Prabowo yang
ditunjuk-tunjuk seperti itu oleh putri bungsu Soeharto tak dapat
memberikan penjelasan yang sesungguhnya. Dia tak dapat
berbuat apa-apa, kecuali menahan diri, lalu pergi meninggalkan
Cendana.
Kecurigaan keluarga Cendana terhadap Prabowo sebagai
dalang di balik makar terhadap Orde Baru bersumber dari
pertemuannya dengan sejumlah tokoh yakni Adnan Buyung
Nasution, Bambang Widjojanto, Fahmi Idris, W.S. Rendra, dan
Setiawan Djodi yang diketahui oleh Soeharto. Dalam pertemuan
itu memang sejumlah tokoh memberikan penilaian kritis
terhadap pemerintahan Soeharto. Namun pertemuan itu tidak
menghasilkan rumusan atau konsensus apapun.
“Pertemuan itu intinya hanyalah sumbangsih saran
dari para tokoh”.10
Sayang, keluarga Cendana lebih mempercayai isu yang
beredar. Isu itu telah lebih kuat mempengaruhi keluarga Cendana
daripada pengakuan jujur Prabowo. Akhirnya, hubungan dua
keluarga berbuah keretakan.
B.J. Habibie, yang naik menggantikan Soeharto pun juga
termakan isu bahwa Prabowo hendak melakukan kudeta. Berawal
dari laporan Wiranto pada tanggal 22 Mei 1998 pagi hari, yang
mengatakan bahwa telah terjadi pergerakan pasukan Kostrad
dari luar Jakarta, menuju Jakarta tanpa sepengetahuan dirinya
sebagai panglima ABRI. Juga terdapat konsentrasi pasukan di
PRABOWO SUBIANTO; SEBUAH NAMA UNTUK INDONESIA
8 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Patra Jasa Kuningan, di sekitar Kediaman B.J. Habibie tanpa
sepengetahuan Pangab. Padahal menurut Sintong, Prabowo
tidak terbukti hendak melakukan kudeta. Namun Wiranto telah
melakukan penafsiran yang lebih berat dalam mengolah situasi
keamanan. Bagaimana seandainya Prabowo hendak melakukan
kudeta? Bila ia ingin melakukan kudeta tentu saja bisa dilakukan
mengingat Prabowo memiliki 11.000 pasukan yang 99%
berkonsentrasi di Jakarta.11 Atas tuduhan itu, Prabowo diganti
jabatannya dari Panglima Kostrad menjadi Komandan Sekolah
Staf dan Komando ABRI (Dansesko ABRI).
Berbagai sandungan terus berlanjut. Selain tuduhan
dalang kerusuhan Mei, kudeta dan berbuntut hubungannya
dengan keluarga Cendana retak, Prabowo juga harus tersangkut
masalah HAM. Dia dianggap sebagai dalang di balik penculikan
sejumlah aktivis pro demokrasi yang melibatkan Kopassus.
Meskipun tidak pernah terbukti kebenaran tudingan tersebut,
namun publik, terutama para orang tua yang anak-anaknya
entah hilang kemana, telah terlanjur termakan isu itu. Di mata
publik, nama Prabowo telah hancur. Puncak kesialan nasibnya
berujung pada karir militernya. Prabowo dinon-aktifkan dari TNI
“setelah Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang diketuai KSAD
Jenderal Soebagyo HS memberi sanksi sehubungan dengan
kasus penculikan tersebut yang dilakukan Tim Mawar Kopassus
antara bulan Februari 1998 hingga Maret 1998”.12
Babak Baru; Mengasingkan ke Yordania
Berakhirnya karir militer Prabowo serta sorotan media
nasional setelah gejolak Mei 1998 memaksanya untuk keluar
PRABOWO SUBIANTO; SEBUAH NAMA UNTUK INDONESIA
9P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
dari ketegangan publik untuk menenangkan dirinya. Prabowo
tetap menunjukkan dirinya sebagai sosok yang berjiwa besar.
Ujian berat yang telah menimpa dirinya tidak kemudian
menyebabkannya terpuruk. Dia mampu mengendalikan dirinya,
sabar dan tetap tegar. Prabowo mampu menegaskan bahwa “ini
bukanlah akhir dari segala-galanya”.
Prabowo adalah sosok yang optimis. Ia menatap hari
depan dengan penuh percaya diri. Seburuk-buruknya masa
lalu dan kenyataan hari ini tidak boleh menghalangi seseorang
untuk menemukan keberhasilannya di masa depan. Masa depan
menyimpan berbagai kemungkinan untuk menjadi lebih baik.
Sifat dan karakter seperti itu memang tak perlu ditanyakan lagi.
Sebagai seorang mantan panglima, Prabowo telah merasakan
“asam-garam” bagaimana menjadi pemimpin. Ia harus
menguatkan mental prajuritnya, mendorong dan meyakinkan
mereka untuk terus bertempur sampai titik penghabisan.
Prabowo percaya bahwa “banyak jalan menuju roma”.
Setelah karirnya di militer kandas, ia lalu mengasingkan diri ke
Yordania. Seorang teman lamanya, Abdullah II, telah memberikan
jalan kepada Prabowo untuk tinggal di Yordania. Siapakah dia?
Abdullah II adalah kawan lama Prabowo sewaktu mereka sama-
sama menempuh pendidikan infanteri di Amerika Serikat dan
sewaktu menjalani latihan anti-teror di Jerman Barat. Hubungan
persahabatan berlangsung bahkan ketika mereka sama-sama
kembali ke negeri masing-masing dan memegang pos komando
pasukan khusus.13
PRABOWO SUBIANTO; SEBUAH NAMA UNTUK INDONESIA
10 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Cerita tentang keputusan Prabowo untuk mengasingkan
ke Yordania bermula saat Soemitro, sang ayah mengetahui situasi
tak menentu di dalam negeri. Betapa bertubi-tubinya tudingan
terhadap anaknya dan mengkhawatirkan keberadaannya, lalu
Soemitro memberi nasehat,
“Nak, pada hari-hari yang gelap, jangan pernah
berharap kepada orang yang pernah kamu tolong.
Tapi akan datang bantuan dari siapa saja”.
Benar saja! Sebuah telpon dari jauh menyambut, dari
pangeran Abdullah, Yordania, menawarkan apa yang bisa dia
bantu kepadanya. Saat itulah Prabowo memutuskan untuk pergi
ke Yordania.14
Di negara sahabatnya ini, Prabowo mendapatkan
suaka. Dia memperoleh jaminan keamanan dan kenyamanan.
Terutama dia dapat mengembalikan dirinya setelah peristiwa
demi peristiwa dan tudingan demi tudingan soal penculikan
aktivis membebani pikirannya. Di negeri ini, dia dapat memulai
kehidupannya yang baru. Mengikuti jejak adiknya, Hasjim Sujono
Djojohadikoesoemo, Prabowo menggeluti dunia bisnis.15
Menggeluti Bisnis
Karir Prabowo di dunia usaha mula-mula dengan
membeli perusahaan kertas milik Bob Hasan, pengusaha yang
dekat dengan Presiden Soeharto. Prabowo lalu mengubah
nama perusahaan kertas tersebut menjadi “Kertas Nusantara”.
Sebelumnya bernama Kiani Kertas dan bertempat tinggal di
Mangkajang, Kalimantan Timur.16 Selain Kertas Nusantara,
PRABOWO SUBIANTO; SEBUAH NAMA UNTUK INDONESIA
11P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Prabowo juga menguasai 27 perusahaan baik di dalam dan luar
negeri yang secara keseluruhan berada di bawah perusahaan
Nusantara Group miliknya. Usaha-usaha itu bergerak di bidang
perkebunan, tambang, kelapa sawit dan batubara.17
Dalam dunia bisnis, Prabowo juga cukup berhasil.
Perusahaannya yang ada di dalam dan luar negeri memberinya
kekayaan yang berlimpah. Pada pemilu 2009, ia menjadi cawapres
yang paling kaya,
“...dengan total aset sebesar Rp. 1,579 Triliun dan
US$ 7,57 juta, termasuk 84 ekor kuda istimewa yang
sebagian harganya mencapai 3 miliar per ekor serta
sejumlah mobil mewah seperti BMW 750 Li dan
Mercedes Benz E300”.18
Meskipun begitu, kenapa Prabowo masih menempuh karir
di dalam politik? Bukankah keberhasilannya dalam bisnis telah
membuatnya bergelimang kekayaan dan cukup membuatnya
hidup nyaman?
Meski begitu, keberhasilannya di bidang bisnis
ternyata tidak lalu membuatnya berpuas diri. Ia justru banyak
bersinggungan dengan rakyat kecil, mulai dari petani, buruh,
nelayan dan kaum tak mampu lainnya. Apa yang membuatnya
tertarik untuk bersentuhan dengan rakyat kecil dan kaum tak
mampu lainnya?
Ada dua hal yang bisa menjelaskan fenomena ini. Pertama,
Prabowo adalah keturunan dari keluarga pejuang, kakeknya,
Margono Djojohadikoesoemo bekas anggota BPUPKI dan
PRABOWO SUBIANTO; SEBUAH NAMA UNTUK INDONESIA
12 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
pendiri Bank BNI, ayahnya seorang begawan ekonomi dan bekas
menteri pada masa Orde Baru dan kedua pamannya adalah
seorang pahlawan yang gugur dalam peristiwa Lengkong.
Kedua, meskipun secara jabatan struktural dia tidak lagi aktif
sebagai seorang anggota TNI, rupanya jiwa dan raganya tetaplah
sebagai prajurit. Pendidikan dan janjinya untuk mengabdi pada
negera selama di militer tetap kuat dalam dirinya. Ia terikat pada
kesetiaan untuk mengabdi pada negeri.
“Seperti yang sering diucapkan, bahkan sejak masih
aktif dalam dinas militer, dirinya telah bersumpah
hendak mengisi hidupnya untuk mengabdi kepada
bangsa dan rakyat Indonesia”.19
Kecintaannya kepada Indonesia ia tunjukkan tidak hanya
saat dinas di militer, tetapi sejak kecil hal tersebut sudah tertanam
kuat dalam diri Prabowo. Pernah suatu ketika saat Soemitro
berada di Malaysia, sedang terjadi konfrontasi Indonesia-Malaysia.
Prabowo kecil merasakan lingkungan sosial yang tidak begitu
bersahabat. Dia mendapat olok-olokan dari teman-temannya
yang berisi cemoohan terhadap presiden RI. Lalu dengan berani
dia menemui ayahnya, protes dan mengancam ayahnya,
“Kenapa kita ke negeri ini? Saya tahu papi (Soemitro),
berseberangan dengan presiden Soekarno, tapi saya
tidak tahan semua meledek negara kita. Kalau sampai
satu tahun lagi saya di sini , saya akan menjadi pro
Soekarno”,20 demkian kata Prabowo.
Karena itu, pilihan Prabowo terjun ke politik bukan karena
mencari keuntungan, apalagi kekayaan. Sebab kekayaan yang
PRABOWO SUBIANTO; SEBUAH NAMA UNTUK INDONESIA
13P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
ia punya sudah melimpah. Terjun ke politik baginya adalah
sebuah panggilan nurani. Ia tidak rela melihat negerinya dalam
kondisi sering diperolok-olok oleh negeri lain. Ia ingin berbuat
untuk negeri tercintanya, Indonesia dan mengikuti jejak-jejak
keluarganya, yang sepenuhnya mendedikasikan hidupnya
mengabdi pada sang Ibu Pertiwi. “Kalau bukan karena dorongan
teman-teman dan panggilan nurani untuk ikut memulihkan
negara dari kondisi keterpurukan, ingin rasanya saya tetap
mengabdi di jalur bisnis. Saya pun ingin jadi petani,”21 demikian
kata Prabowo.
Membela Kaum Lemah Melalui HKTI dan APPSI
Dalam memenuhi panggilan jiwanya, Prabowo bergabung
dengan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), sebuah
organisasi sosial di Indonesia yang berskala nasional. Organisasi
ini berdiri pada 27 April 1973 di Jakarta melalui penyatuan empat
belas organisasi penghasil pertanian utama. Prabowo sempat
menjadi ketua HKTI untuk beberapa periode.22 Melalui organisasi
ini, dia mulai mengabdikan dirinya untuk masyarakat tani. Dan
melalui HKTI ia bisa membela para petani secara langsung.
Prabowo memiliki keyakinan bahwa petani adalah pahlawan
pangan. Karena itu, baginya, pemberdayaan masyarakat tani
adalah salah satu prioritas dalam membangun sebuah negara.
Bung Karno, presiden pertama Indonesia, pernah
mengatakan bahwa pangan rakyat adalah mati hidupnya suatu
bangsa.23 Suatu bangsa yang mengalami krisis pangan dan
bergantung pada negara lain adalah tanda kehancuran bangsa
PRABOWO SUBIANTO; SEBUAH NAMA UNTUK INDONESIA
14 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
itu sendiri. Karena itu ketahanan pangan adalah harga mati.
Masyarakat tani sebagai pahlawan pangan haruslah berdaya.
Pemerintah harus memperhatikan itu. Prabowo adalah orang
yang sangat getol dalam membela masyarakat tani.
Selain berkiprah di HKTI, Prabowo juga aktif di Asosiasi
Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), yakni sebuah
organisasi independen yang memperjuangkan hak dan
kesejahteraan pedagang pasar Indonesia. Untuk beberapa
waktu ia menjabat sebagai ketuanya. Keberadaan Prabowo
dalam organisasi juga merupakan bagian panggilan jiwanya.
Dalam pandangannya, selain petani, pedagang-pedang kecil
dan pasar-pasar tradisional juga harus diberi perlindungan. Pasar
tradisional ataupun sektor-sektor informal merupakan jantung
ekonomi rakyat kecil. Di sinilah nafas hidup perekonomian
mereka. Tanpa peran pemerintah, maka keberadaan mereka
semakin tak berdaya dan lama-lama tersingkirkan oleh maraknya
pasar-pasar modern yang berasal dari luar.
Prabowo melihat pasar-pasar modern yang tumbuh
subur di Indonesia sebagai satu masalah bagi pasar tradisional
apabila tidak segera ditangani dengan baik oleh pemerintah.
Dalam suatu kesempatan, ia menyerukan pemerintah agar pasar
seperti itu dibatasi dan jaraknya diatur agar tidak merugikan
pedagang kecil. Ia juga mengatakan bahwa selama ini pedagang
pasar tradisional tidak jarang selalu termarginalkan. Mereka
dianaktirikan sehingga ketika pasar modern didirikan para
pemilik modal, pedagang pasar harus rela dibubarkan karena
ada pembongkaran.24
PRABOWO SUBIANTO; SEBUAH NAMA UNTUK INDONESIA
15P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Berkiprah Dalam Dunia Politik
Politik tak hanya soal kekuasaan. Demikian pula prinsip
Prabowo. Baginya, terjun dalam politik bukan sekadar hasrat
kekuasaan apalagi mencari keuntungan ekonomi. Bukan!
Kalau sekadar mencari keuntungan ekonomi, Prabowo cukup
sukses dalam dunia bisnis. Di sana dia hidup dengan kekayaan
berlimpah. Terjun ke politik adalah murni sebagai pengabdian
diri untuk negeri sebagaimana janji sewaktu di dinas militernya.
Politik adalah sebagai panggilan jiwa untuk memenuhi cita-cita
para pendiri bangsa.
Nama Prabowo Subianto dalam pentas politik nasional
merupakan nama yang baru, ia jauh lebih dikenal sebagai seorang
jenderal TNI ketimbang politisi. Ingatan tentang jejak awal politik
sang mantan Pangkostrad ini mungkin belum terlalu lama. Mula-
mula ia bergabung dengan partai Golkar, dan mengikuti konvensi
Capres partai Golkar 2004. Meski lolos sampai putaran akhir,
namun langkahnya terhenti karena kalah suara dari seniornya
ketika di militer, Wiranto.25 Pada tahun 2008 dia bersama Hasjim
Sujono Djojohadikoesoemo, Fadli Zon dan Muchdi Pr. mendirikan
partai baru bernama Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan
ia terpilih sebagai ketua umum pertama. Walaupun terbilang
baru dalam karir politik, namun popularitasnya kian lama kian
meroket. Masyarakat Indonesia kian mengenal namanya.
Calon Presiden Indonesia 2014-2019
Pada tahun 2009, mantan Pangkostrad ini mengambil
langkah penting. Dia menjadi Cawapres Megawati Soekarnoputri
dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Pasangan
PRABOWO SUBIANTO; SEBUAH NAMA UNTUK INDONESIA
16 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
yang kemudian dikenal dengan sebutan “Mega-Pro” ini
mengangkat soal ekonomi kerakyatan. Maklum kedua orang
ini berasal dari dua partai yang memiliki platform perjuangan
yang kurang lebih sama. PDIP menampilkan dirinya sebagai
partai perjuangan bagi wong cilik, Gerindra juga lebih banyak
mengangkat isu-isu masyarakat kecil. Namun langkah Mega-Pro
tertahan setelah KPU memutuskan Susilo Bambang Yudhoyono-
Boediono sebagai pemenangnya.
Tahun 2014 adalah tahun paling bersejarah dalam
petualangan hidup Prabowo. Bila tahun 1998 adalah kesedihan;
maka tahun 2014 adalah kegembiraan. Karena pada tahun inilah,
ia secara mengejutkan mendapatkan tiket untuk berkompetisi
sebagai Capres Indonesia periode 2014-2019, didampingi Hatta
Rajasa sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres). Pada mulanya,
banyak kalangan meragukan ia bisa mendapatkan kesempatan
itu, mengingat partainya masih butuh sekitar 10 % suara nasional.
Akan tetapi, berkat kegigihannya dalam memperjuangkan posisi
tersebut, pada akhirnya ia didukung oleh koalisi partai Gerindra,
PKS, PPP, Golkar, PAN, dan PBB.
Momen ini adalah suatu kesempatan untuk mewujudkan
cita-citanya tentang Indonesia Raya; Indonesia yang bukan
hanya Jawa, juga bukan hanya Jakarta; Indonesia adalah dari
Sabang sampai Merauke; Indonesia adalah Nusantara. Cita-cita
besar tentang Indonesia adalah Nusantara ini mengingatkan
kita pada seorang Mahapatih Gajah Mada di masa kerajaan
Majapahit yang berhasil mempersatukan seluruh kerajaan
Nusantara. Hans Afnan, dalam suatu bukunya tentang Prabowo
PRABOWO SUBIANTO; SEBUAH NAMA UNTUK INDONESIA
17P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
menuturkan beberapa kesamaan kedua sosok ini, Prabowo
Subianto dan Mahapatih Gajah Mada. Pertama, Gajah Mada
maupun Prabowo sama-sama sosok yang memiliki Nasionalisme
yang tinggi.29 Pengabdiannya selama beberapa tahun di militer
banyak memberikan pelajaran tentang perasaan patriotisme dan
nasionalisme yang besar. Bukankah ia telah membuat janji untuk
sepenuhnya mendedikasikan hidupnya kepada negeri tercinta
ini. Demikian pula dengan Mahapatih Gajah Mada, kesetiaannya
kepada Majapahit tak perlu dipertanyakan lagi. Ambisinya untuk
menciptakan kerajaan besar adalah satu bukti pengabdiannya.
Kedua, Gajah Mada maupun Prabowo sama-sama berasal
dari pasukan khusus dan pasukan tempur bagian telik sandi.
Karir mereka berdua melesat di waktu mudanya (the rising star)
sehingga kemudian sama-sama menjadi komandan. Gajah Mada
menjadi komandan pasukan Bhayangkara, sementara Prabowo
adalah komandan jenderal Kopassus.30
Ketiga, karir militer mereka jatuh ditandai oleh peristiwa
huru-hara. Karir militer Gajah Mada berhenti setelah kasus huru
hara di Bubat, sedangkan karir militer Prabowo jatuh tidak lama
setelah kasus huru hara Mei 1998. Keduanya sama-sama dipecat
tidak lama setelah peristiwa huru hara itu.31
Keempat, pasca dipecat keduanya sama-sama
mengasingkan diri. Prabowo mengasingkan ke negara
sahabatnya, Yordania. Sedangkan Mahapatih Gajah Mada
mengasingkan diri entah kemana. Setelah kembali dari
tempat pengasingan, Gajah Mada lalu terlibat kembali dengan
pemerintahan dan menjadi Mahapatih terbesar dalam sejarah
PRABOWO SUBIANTO; SEBUAH NAMA UNTUK INDONESIA
18 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Majapahit yang membawa kerajaan ini ke zaman keemasannya.
Lalu bagaimana dengan Prabowo, akankah kesamaan-kesamaan
berikutnya menghampirinya pula? Hanya waktu yang bisa
menjawabnya.32
Sebagai manusia biasa, dengan segala kekurangan dan
kelebihannya, Prabowo telah melambangkan sebuah harapan.
“Tampaknya, Prabowo adalah sebuah harapan,” demikian kata
Yudi Latif, Direktur Reform Institute.33 Benar saja, ia adalah
harapan bagi petani, pedagang kecil, TKI/TKW, buruh, dan semua
kaum tak mampu lainnya. Sebagai Capres Indonesia 2014-2019,
harapan itu semakin menjulang tinggi karena Prabowo adalah
sebuah nama untuk Indonesia!
21P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
DARAH YANG MENGALIR dalam diri Prabowo Subianto adalah sosok ekonom terbaik bangsa. Gagasan ekonomi Soemitro masih tercatat jelas dalam buku-buku sejarah Indonesia. Sedangkan ibunya, Dora Marie Sigar, dengan latar pendidikan Eropa memberikan sentuhan tersendiri bagi jati diri Prabowo ketika beranjak dewasa, utamanya ajaran untuk hidup disiplin. Dari pasangan inilah, Prabowo Subianto lahir pada 17 Oktober 1951 di Jakarta.
Masa kecilnya, Prabowo sering ditinggalkan ayahnya yang menjadi buronan pemerintah. Soemitro, sang ayah adalah aktivis Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang oleh Soekarno dituduh korupsi. Ia dianggap menggelapkan dana negara untuk PSI. Sebagai aktivis PSI, ia juga pernah memberontak sehingga menjadi buron pada masa pemerintahan Soekarno. Pada awalnya, Soemitro menjadi menteri pada pemerintahan Soekarno dan akhirnya dipecat karena bergabung dalam pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Bertahun-tahun lamanya dia hidup berpindah-pindah negara karena menjadi buronan pemerintah Indonesia. Mulai dari Singapura negara yang pertama kali dijadikan tempat hijrah, Hongkong, Kuala Lumpur (Malaysia), Zurich (Swiss), London
TUMBUH DAN BERKEMBANG SEBAGAI ANAK BANGSA
22 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
(Inggris), sampai akhirnya di Bangkok (Thailand). Dengan pengalaman itu, Prabowo memiliki kemampuan beradaptasi secara baik dengan kondisi lingkungan barunya.4
Sebagai anak dari seorang buronan, Prabowo muda hidupnya selalu dipantau oleh kedua orang tuanya. Ia dilarang bergaul dekat dengan putra-putri diplomat di Kedutaan Besar RI tempat mereka mengasingkan diri. Alasannya sederhana, karena ia adalah anak dari seorang pemberontak yang gerak-geriknya akan selalu diawasi oleh pemerintah Soekarno.
Pendidikan dalam keluarganya sangat ketat, Ibunya menerapkan disiplin yang sangat tinggi, mulai dari cara makan pun Prabowo muda diatur. Tangan tak boleh jalan kemana-mana; serbet harus dilipat di pangkuannya; sementara sendok dan garpu tidak boleh bersentuhan hingga berbunyi. Begitulah etika Belanda yang ditanamkan oleh Dora pada anak-anaknya, sehingga anak-anaknya hidup penuh dengan kedisiplinan.
Karakter disiplin Ibunya, diwarisi oleh Prabowo. Sementara pemikirannya yang kritis dan bebas, merupakan titisan dari sang ayah. Ayahnya yang selalu meluangkan waktunya untuk bertukar pikiran mengenai isu seputar sosial, politik, ekonomi dan lainnya.
Perpaduan dua kepribadian orang tua inilah yang membentuk
dan diwarisi oleh Prabowo secara baik. Ia tumbuh dan besar
menjadi anak cerdik, kritis dan lugas tanpa basa-basi.
Setelah dua tahun lamanya di Singapura, Soemitro beserta
keluarganya pindah ke Hongkong. Di Hongkong Prabowo
berteman dengan Ronny Warouw, anak dari Joop Warouw.
Prabowo muda betah bermain dengan Ronny yang punya
23P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
banyak mainan militer yang lengkap. Pada akhirnya mainannya
itu dihibahkan ke Prabowo muda. Walaupun usianya berbeda,
Ronny sering berperan sebagai Abang pelindung bagi Prabowo,
karena menurutnya, Prabowo adalah anak yang cerdas dan selalu
ingin tahu.5
Prabowo muda adalah anak yang paling disayang oleh
ibunya; ia selalu mengikuti nasehat-nasehat Ibunya. Di sekolah,
ia dikenal sebagai anak yang kalem, pendiam sekaligus tidak
jahil. Tetapi di balik sifatnya yang pendiam itu, ia juga memiliki
sifat yang tegas, tergesa-gesa, dan kadang tempramental. Meski
untuk yang terakhir ini, ia sama sekali tak memiliki sifat sebagai
anak pendendam, sehingga tempramennya hanya sebentar dan
cepat hilang ketika saat itu juga.
Pada tahun 1960, keluarga Soemitro pindah ke Kuala
Lumpur Malaysia, di sana Prabowo berhasil lulus ujian masuk di
sekolah swasta paling tua dan terkenal di Kuala Lumpur, yaitu
Victoria Institution. Sekolah itu termasuk sekolah unggulan yang
dimiliki oleh Malaysia. Hanyalah anak-anak pejabat tinggi yang
bisa sekolah di sana.6
Prabowo termasuk orang yang beruntung sekolah di Victoria Institution karena sekolah ini adalah sekolah unggulan. Di sini ia berinteraksi dengan anak-anak Malaysia. Sebagai pendatang, ia sama sekali tak kalah saing dalam penguasaan pelajaran sekolah, sehingga sering sekali, Prabowo mendapatkan penghargaan di sekolah tersebut.
Namun di sekolah tersebut, Prabowo muda merasakan lingkungan yang tidak bersahabat dengannya. Ia sering
24 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
mendapat olok-olokan dari teman-temannya, karena pada waktu itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia. Karena tidak tahannya atas perlakuan olok-olokan itu, Prabowo muda sempat protes pada ayahnya, “Kenapa kita ke negeri ini? Saya tahu papi (Soemitro) berseberangan dengan Presiden Soekarno, tapi saya tidak tahan, semua meledek negara kita. Kalau sampai satu tahun lagi di sini, saya akan menjadi pro Soekarno!”.7
Prabowo muda dikenal dengan anak yang hobi baca, berbeda dengan saudara-saudarinya yang lain. Berkat dari hasil bacaannya tersebut ia selalu berdialog dengan ayahnya mengenai isu-isu sosial, politik bahkan ekonomi. Sementara ayahnya tak lupa menjelaskan mengenai keluarganya yang hidup berpindah-pindah ke negeri orang. Karena disebabkan sang ayah selalu memberontak terhadap pemerintah yang menganut paham komunis, karena ideologi tersebut dianggap merugikan bangsa Indonesia.
Di Malaysia Soemitro hanya tinggal dua tahun, karena ia di fitnah mengenai keterlibatan dirinya dalam konfrontasi di Malaysia. Hidupnya mulai bimbang; ia memikirkan keamanan keluarganya, sehinga ia mengkontak kawan-kawannya di luar negeri. Pada akhirnya dia memutuskan untuk meninggalkan Malaysia.
Kali ini tujuannya adalah Zurich, Swiss. Di Zurich ini perkembangan Prabowo terlihat semakin pesat. Di sana Prabowo melanjutkan sekolah di International School selama kurang lebih setahun. Pada waktu itu, usianya masih 14 tahun, namun ia menjadi prakarsa dalam menyusun racangan AD/ART Student Senate sekolah tersebut, kalau di Indonesia seperti Organisasi
25P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
Intra Sekolah (OSIS). Ini menjadi hal yang luar biasa bagi Prabowo, karena pada umumnya yang mengurus senat pelajar itu adalah siswa senior, yakni anak kelas 10 ke atas, sedangkan Prabowo masih duduk di kelas 9 saat itu.8
Wajar saja Prabowo muda mampu memprakarsai senat tersebut, karena Prabowo dikenal dengan anak yag rajin dan suka baca buku. Mulai dari buku yang agak ringan sampai pada buku-buku yang agak berat. Namun buku yang lebih disukai adalah buku-buku sejarah dan militer. Jadi, tidak heran bila Prabowo piawai di dalam strategi militer.
Uniknya lagi, walaupun berada di luar negeri, keluarga Soemitro menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Selain sangat disiplin dalam kesehariannya, mereka sangat protokoler dan sopan. Dalam keluarga tersebut, tidak sembarangan menerima tamu tanpa membuat janji sebelumnya.9
Kondisi seperti itu tidak dipungkiri dan keluarganya menyadari karena keberadaan Soemitro yang selalu dipantau oleh pemerintah Indonesia, sehingga mengharuskan anak dan istri Soemitro selalu siaga satu. Setiap kali Soemitro mau pergi, ia selalu berbohong pada keluarganya. Namun, keluarganya memahami hal itu.
Prabowo muda beserta kakak dan adiknya tidak tahu kapan sang ayah pergi, karena kepergian ayahnya dilakukan pada waktu malam, di saat masyarakat terlelap tidur. Itulah yang selalu digunakan oleh seorang aktivis pergerakan pada masa itu. Sehingga pulang dan pergi-pun tak ada yang mengetahui jejaknya.
26 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
Serentetan perjalanan Prabowo tak selalu mulus, tak heran bila Prabowo tumbuh matang dalam menghadapi situasi segenting apa pun. Sejak awal ia tahu dunia politik; mengenali dan mengetahui siapa musuh-musuh ayahnya. Bahkan ketika Prabowo berada di Zurich, ia sempat berdebat dengan Des Alwi mengenai ada atau tidaknya Dewan Jenderal dalam kasus gerakan 30 September 1965.10
Beberapa minggu kemudian Prabowo masih penasaran mengenai hal itu, setelah Prabowo membaca Cornell Paper, Prabowo baru percaya mengenai adanya Dewan Jenderal. Namun Des Alwi membantahnya, karena menurutnya Cornell Paper tersebut adalah sebatas laporan analisis Ben Anderson bersama peneliti Cornell University, AS.
Setelah dua tahun lamanya menetap di Swiss, Soemitro membawa keluarganya ke negeri Elizabeth, Inggris. Selama di negeri Elizabeth kehidupan keluarga Soemitro tidak banyak bergaul dengan masyarakat, takut gerak-geriknya diintai oleh pemerintah indonesia, meskipun tak berhubungan langsung dengan KBRI.
Di Negeri Elizabeth, Prabowo bersekolah di American School in London, Westminster. Sekolah menengah itu termasuk elit, didirikan oleh mantan wartawan British Broadcasting Corporation (BBC) yang juga alumnus Princeton University, Stephen L. Eckard. Hanyalah orang-orang yang memiliki kejeniusan di atas rata-rata yang bisa diterima di sekolah itu. Dan Prabowo adalah salah satu dari murid-murid yang memiliki kejeniusan di atas rata-rata itu.
27P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
Pada tahun 1951, sekolahnya masih kecil dan terdiri dari 13 siswa, namun sekarang berkembang menjadi besar dengan gedung yang mentereng dan memiliki lebih dari 80 ruang kelas di komplek baru yang luasnya sekitar 1,4 hektar. Sedangkan Prabowo mulai sekolah sejak tahun 1966 dan berhasil menamatkan sekolah menengahnya pada tahun 1967, waktu itu ia masih berusia 16 tahun.11
Di sekolah itu, Prabowo muda lebih bersahabat dengan lingkungannya, di sana siswanya lebih bersahabat dan menghormati adanya perbedaan. Ia lebih fokus pada pelajaran sekolah; tak ada teman yang mengolok-olok seperti di negera Malaysia. Dengan situasi yang nyaman ini, ia lulus dengan predikat terbaik.
Pada tahun 1968, Soemitro membawa pulang seluruh keluarganya termasuk Prabowo. Pada waktu itu Prabowo baru menamatkan sekolah di London. Padahal sebelum pulang ke Indonesia, Prabowo diterima di tiga Universitas di Amerika, yaitu Universitas Colorado, George Washington, dan Rhode Island.12
Sejak saat itu, Prabowo mengurungkan niatnya untuk melanjutkan ke bangku kuliah lantaran dia ikut keluarganya pulang ke Indonesia. Pulangnya Soemitro ke Indonesia tak lain hanya ingin memperkenalkan Indonesia kepada anak-anaknya. Sebagai bagian dari anak bangsa Soemitro merasa memiliki kewajiban untuk menanamkan kecintaannya kepada Tanah Air pada anak-anaknya.
Di sisi yang lain, Soemitro khawatir terhadap Prabowo jika benar-benar melanjutkan kuliah, karena di samping ia masih
28 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
muda, Soemitro khawatir nantinya tidak mampu menerima materi kuliah. Dan juga sebaliknya, kalaupun ia mampu, Soemitro khawatir anaknya menjadi orang yang angkuh dan sombong.
Saat di Indonesia, Prabowo muda diajak kakeknya ke Jawa Tengah dan Jogja untuk berziarah ke makam Raden Tumenggung Kertonegoro dan Adipati Mengkuprodjo, di Gembong Kebumen. Beliau berdua adalah Eyang Cicit dan Eyang Buyut Prabowo. Kemudian dilanjutkan ke Dawuhan (Banyumas), Candiwula (Wonosobo), Sleman dan Magelang untuk berziarah ke leluhur lainnya.13
Sebagai orang yang terlahir sebagai anak bangsa, Soemitro menyarankan kepada Prabowo untuk keliling Jawa dengan harapan ia mengenal lebih dekat negeri yang ditinggalkanya selama kurang lebih sepuluh tahun. Prabowo sendiri merespon dengan baik dan kelihatan menggebu-gebu, karena ia ingin memperbaiki kondisi negerinya.
Di Magelang, Prabowo dan Hasyim diajak mengunjungi bekas kantor Residen Magelang. Di tempat itu, kakeknya bercer-ita panjang lebar tentang Kepahlawanan Pangeran Diponegoro mulai ditangkap dan diasingkan. Kemudian Prabowo mengun-jungi Akademi Militer Nasional atau Akademi Angkatan Bersen-jata.14
Setelah berkeliling Jawa, Prabowo memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah di luar negeri. Ia lebih memilih mengunjungi daerah untuk membangun jaringan dengan para aktivis dan memilih aktif di berbagai organisasi kepemudaan. Di antaranya adalah Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) dan juga
29P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
mendirikan Korp Lembaga Pembangunan. Rupanya, sebagai bagian dari anak bangsa, menetapnya Prabowo di Indonesia membuatnya terpesona akan tumpah darahnya; semakin mencintai negerinya.
Menurut Yusuf AR, seorang aktivis yang akrab dengan Prabowo, mengatakan,
“Prabowo itu anak yang kreatif, mengagumkan sekali, biar masih muda tetapi ide-idenya banyak, padahal
umurnya masih 17-18 tahun”.
Dengan kecerdasan yang dimilikinya, banyak ide-ide cemerlang lahir darinya untuk melakukan kegiatan yang langsung menyentuh terhadap masyarakat kecil. Ia tak jarang melakukan kunjungan langsung ke masyarakat, walau sekadar menanyakan keluh-kesah masyarakat dan melakukan perbaikan lingkungan desa.15
Prabowo muda pernah mendirikan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak dalam pemberdayaan masyarakat. Ketika ada musibah, lembaga itu langsung bergerak memberikan pertolongan, misalnya mengadakan pengobatan gratis, dan seterusnya. Selain itu, lembaga tersebut sering membantu masyarakat memperbaiki aliran sungai yang buruk di sebuah desa. Dengan aktivitas itu, kunjungan ke desa-desa sudah dilakukan Prabowo mulai sejak kecil, makanya tak heran jika Prabowo itu banyak kenal dengan masyarakat.
Menurut Soe Hoek Gie, Prabowo adalah pemuda cerdas yang cepat memahami persoalan, tapi juga naif. Karena ia memahami persoalan dari cara pandang sebagai orang yang
30 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
menetap lama di luar negeri. “Kalau ia menetap dua sampai tiga tahun di dunia nyata ia akan berubah,”16 demikian kata Soe Hoek Gie dalam suatu catatanya.
Prabowo muda sudah terlihat jelas bahwa ia adalah pemuda yang cerdas dan berani berdebat. Hal ini terlihat ketika bergabung dengan aktivis senior seperti Soe Hoek Gie dan Soedjatmoko. Dengan kecerdasan dan kekritisan dalam berdiskusi, serta kepekaan Prabowo dalam merespon kondisi sosial itulah, ia mudah bergaul dengan para aktivis dan membaur dengan masyarakat untuk melakukan perubahan di negera yang ia cintai.
Bagi Prabowo, terjun ke masyarakat bukanlah hal yang baru. Ia sudah sering melakukan itu ke daerah-daerah waktu masih muda. Waktu mudanya, ia sering melakukan kerja bakti bersama masyarakat untuk memperbaiki infrastruktur desa, misalkan bikin jalan baru atau memperbaiki sungai di desa-desa bersama kawan-kawan aktivisnya.
Masa mudanya dipengaruhi oleh situasi heroik dan nasionalisme yang kental, mendorong dirinya untuk berkarier dalam bidang militer dan ketertarikannya terhadap dunia militer sudah kelihatan semenjak ia masih kecil. Bagi Prabowo, masuk militer terinspirasi oleh kenangan kedua pamannya (Subianto dan Sujono) yang gugur dalam perjuangan untuk meraih kemerdekaan Tanah Airnya.17
Setiap tahunnya, Prabowo selalu melakukan ziarah ke makam Pamannya di daerah Lengkong, Tangerang. Berkat ziarah yang terus menerus, sekaligus ingin meneruskan cita-cita
31P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
pamannya dalam membela Tanah Airnya itu, Prabowo lebih gigih dalam memantapkan niatnya melanjutkan ke akademi militer. Ia lebih memilih akademi ini ketimbang melanjutkan studinya ke luar negeri. Ini adalah manifestasi Prabowo akan kecintaannya yang tinggi pada Tanah Airnya. Menurutnya,
“Profesi prajurit sapta marga sebagai wadah pengabdian bela negara bisa diterapkan secara
langsung dalam arti yang sesungguhnya.”18
Pada tahun 1970, Prabowo mendaftarkan diri di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang. Ia diantar oleh Ronny dengan naik mobil pinjaman. Dan Prabowo diterima melalui sponsor Letjen Sutopo Juwono. Sejak saat itu ia menempuh pendidikan militer di Magelang, karirnya meroket, dan pada akhirnya ia harus angkat kaki dari kesatuan tempat ia mengabdi pada tahun 1998.19
32 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
“Komitmen kami sangat jelas kami tidak akan main-main dengan Bhinneka Tunggal Ika,”
(Prabowo Subianto, Debat Capres-Cawapres KPU 2014)
INDONESIA telah ditakdirkan menjadi bangsa dengan aneka
(Bhinneka) ragam suku, agama, warna kulit dan adat istiadat
yang berbeda-beda. Negara yang telah dirancang sang Pencipta
untuk menjadi “surga bagi keragaman” bukan sebaliknya yaitu
“neraka bagi perbedaan.” Inilah Negeri Pelangi dengan gradasi
warna-warni budaya yang indah untuk kemudian menyatu dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Perbedaan adalah ruh dan energi bangsa yang
mendorongnya untuk mampu berproses mematangkan diri dan
menemukan jati diri di tengah ancaman yang dapat memecah
belah kesatuan bangsa. Bhinneka Tunggal Ika hanya akan menjadi
slogan kosong jika tidak dikawal oleh sosok pemimpin yang tepat
yang muncul dari suara rakyat.
Saat ini kita sedang dihadapkan pada tantangan tersebut,
yaitu untuk memilih pemimpin yang mampu mengawal dan
membumikan nilai-nilai kebhinnekaan sebagai cita-cita bangsa,
PRABOWO, ANTARA PLURASLIMEDAN KEBHINNEKAAN
33P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
dan Indonesia saat ini sedang mengajukan dua nama. Salah satu
nama tersebut adalah Prabowo Subianto sebagai Capres RI pada
Pemilu 2014. Karena itu, kita sebagai anak bangsa, berkewajiban
untuk mengetahui rekam jejak dan latar berlakang Prabowo
Subianto sehingga kita yakin bahwa dialah orang tepat untuk
mengawal nilai-nilai kebhinnekaan tersebut.
Sejak kecil Prabowo selalu diajarkan untuk menerima dan
menghargai perbedaan. Kemampuannya untuk menerima dan
menghargai perbedaan tersebut tidak hanya didapatkan melalui
nasihat-nasihat dan ceramah yang diterima dari kedua orang
tuanya, melainkan dibenturkan langsung dengan fakta keseharian
di dalam lingkungan kehidupan keluarganya, terutama pelajaran
dan pengalaman dalam menyikapi perbedaan agama.
Ayahnya, Soemitro, adalah penganut agama Islam yang
taat, sedangkan Ibunya, Dora Marie Sigar adalah penganut
agama Kristen yang setia.1 Prabowo tumbuh dalam buaian dan
sentuhan perbedaan di antara keduanya. Ia belajar sejak dini
bagaimana sikap ayah dan ibunya ketika menyikapi perbedaan
namun tetap dalam satu bingkai keluarga yang utuh.
Bersama ayahnya, Prabowo berpindah-pindah dari satu
negara ke negara yang lainnya. Kehidupan yang demikian ia
jalani dengan mengikuti jejak ayahnya yang menjadi sorotan
pemerintahan Soekarno. Soemitro sebagai aktivis Partai Sosialis
Indonesia (PSI), dianggap menentang pemikiran komunis pada
waktu itu, sehingga untuk menyelamatkan diri dan keluarganya
ia harus berhijrah ke luar negeri.
34 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
Atmosfer politik yang demikian, memicu Soemitro untuk
pergi keluar negeri atas bantuan Des Alwi yang pada waktu itu
menjabat sebagai Diplomat Senior Departemen Luar Negeri RI.
Des Alwi mengalami nasib yang sama dengan Soemitro yaitu
sebagi aktivis PSI dan keberadaannya dicari-cari oleh pihak
pemerintah (aparat keamanan).2
Singapura menjadi tempat pelarian pertama Prabowo
saat mengikuti ayahnya. Waktu itu Prabowo masih berumur
sekitar 5,5 tahun dan adiknya Hasyim masih berumur sekitar
tiga tahun. Sedangkan kakaknya Maryani berumur tujuh tahun
dan Bianti berumur 8,5 tahun. Mereka masih terlalu muda untuk
memikirkan nasib ayahnya yang menjadi buronan.3
Selanjutnya Soemitro beserta keluarganya pindah ke Hong
Kong bersama Mawira dan Alwi. Di Hong Kong dia bergabung
dengan keluarga kolonel Jacob “Joop” Frederick Warouw, Atase
Militer Kedutaan Besar RI di Beijing Cina.4
Perjalanan hidup Soemitro dengan berpindah-pindah
dari satu tempat ke tempat lainnya menuntun Prabowo untuk
memahami keragaman masyarakat di seluruh belahan dunia,
termasuk nilai-nilai hidup untuk saling menghargai yang
tidak hanya didapatkan dari sekolah, di samping keragaman
keluarganya sendiri yang tentunya ikut berkontribusi besar.
Keluarga adalah elemen terkecil dari negara, namun
memiliki peran yang besar sebab keluarga adalah fondasi awal
dan struktur dasar untuk kehidupan bernegara yang tentunya
lebih luas. Hal ini juga dinyatakan sosiolog yang bernama William,
35P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
“Keluarga merupakan dasar pembantu utama
struktur sosial yang lebih luas (negara), dengan
pengertian bahwa lembaga-lembaga lain-nya (yang
lebih luas) tergantung pada eksistensinya.”2
Nilai-nilai “pluralisme” sebagai acuan untuk menghargai
kemajemukan, perbedaan, penghormatan terhadap orang
lain, dan membuka sikap untuk membuka diri bagi perbedaan
agama, telah ditimba Prabowo Subianto bukan dari orang lain
akan tetapi diawali keluarganya sendiri dalam kesehariannya.
Dalam konteks keagamaan, pluralisme diletakkan sebagai sikap
menghargai keyakinan keagamaan orang lain sebagai hak asasi,
dan nilai-nilai plural yang ditanamkan sejak ia masih kecil dalam
lingkungan keluarganya melekat hingga Prabowo tumbuh
dewasa.
Sikap menghargai perbedaan yang tertanam dalam
keluarga Soemitro tidak hanya dalam hal agama, akantetapi
juga dalam dikap saling menghargai atas perbedaan pendapat
sehingga menjadi bumbu keharmonisan keluarga tersebut. Hal
ini dapat kita lihat dalam diri Prabowo dan saudara kandung
Hasyim, mereka tidak se-agama dan sering memiliki pendapat
yang berbeda dalam menyikapi sesuatu, namun mereka tetap
berdampingan dan saling mendukung satu sama lain.
Latar belakang keluarga Soemitro yang sangat plural
tersebut menjadi modal dasar bagi Prabowo untuk memahami
Indonesia. Ia mampu bergaul dan bekerja sama dengan siapapun,
baik dengan mereka yang tergolong kelompok nasionalis, relijius
36 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
atau gabungan dari keduanya tanpa rasa kaku. Buah yang dipetik
dari ajaran pluralisme keluarga Soemitro tersebut bisa dilihat
langsung di tahun politik 2014 ini, yaitu melalui fleksibelitas
dalam menjalin hubungan dan kerja sama politik seperti
keberhasilannya membangun koalisi “tenda besar” termasuk
merangkul mereka yang Jawa dan non Jawa, tidak lepas dari
nilai-nilai yang diadopsinya sejak ia masih kecil.
Memiliki pemimpin yang menjunjung tinggi nilai-nilai
pluralisme dan kebhinnekaan adalah sarat mutlak agar bahtera
Indonesia tetap berlayar. Sebab tanpa pemimpin yang demikian,
Indonesia yang memiliki masyarakat sangat majemuk, terdiri dari
banyak agama, suku dan budaya akan sulit dipertahankan.
37P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
DEDIKASI PRABOWO, sebagai seorang prajurit, bagi Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak hanya pada saat negara
ini berada di ambang reformasi, sebagaimana sudah dijelaskan
pada bab sebelumnya, melainkan jauh sebelum gejolak Mei 1998
saat itu, yaitu saat pertama kali mengawal Operasi Tim Nanggala
di Timor Timur. Putra Ekonom terkemuka tersebut tidak mau
menjual polularitas ayah tercintanya untuk lari dari tugas dan
tanggung jawab sebagai seorang prajurit.
Totalitas dan pengabdian Prabowo dalam mengemban
tugas-tugas negara membuat namanya mulai menonjol di
kalangan petinggi militer saat itu. Sikapnya dalam memimpin
pasukan saat mengawal operasi bersejarah tersebut dipuji banyak
pihak, dengan tidak segan-segan untuk mengambil keputusan
meskipun mengancam nyawanya sendiri. Hal ini dapat dilihat
ketika terjadi baku tembak antara pasukan Kopassus dengan
Fretilin. Keberanian yang ia miliki saat di medan tempur mampu
memompa semangat para prajurit yang dipimpinnya. Waktu itu
Fretilin mengepung Prabowo dan prajuritnya namun akhirnya ia
mampu memukul mundur lawannya.
TIMOR TIMUR SAKSI BISU PENGABDIAN PRABOWO
38 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
Dibakar di Belantara Ilalang
Jakarta waktu itu dihebohkan oleh pertempuran Prabowo
dan pasukannya di Timor Timur. Dalam suasana baku tembak saat
memukul mudur pasukan lawan tersebut, radio penghubung
tiba-tiba rusak dihantam peluru Fretilin, sehingga membuat
komunikasi pasukan Prabowo dan Jakarta terputus. Jakarta
cemas dan resah sebab Prabowo sudah dianggap meninggal
di medan tempur. Namun saat radio penghubung berhasil
diperbaiki, salah satu prajurit kemudian menghubungi Jakarta
untuk memastikan bahwa Prabowo dan pasukannya selamat dari
baku tembak tersebut.
Tuhan masih memberikan kesempatan kedua bagi
Prabowo untuk terus menjalankan tugasnya sebagai seorang
prajurit. Prabowo dan pasukannya nyaris tewas saat dikepung
oleh pasukan Fretilin di medan perang penuh ilalang. Tanpa
ragu kelompok Fretilin membakar ilalang agar Prabowo
dan pasukannya terpanggang hidup-hidup, namun ia dan
pasukannya mampu menghindari ilalang yang dibakar tersebut
dengan memasuki lubang pengap dan sesak selama 12 Jam.
Pertempuran di ladang ilalang tersebut menuai hasil. Hal
itu terbukti dengan diciduknya Guido Soares sebagai Panglima
Angkatan Bersenjata Fretilin, Somotxo sebagai anggota Komite
Sentral Fretilin dan Koliman sebagai Komandan Sektor Fretilin,
pada malam tahun baru 31 Desember 1978.1
39P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
Kehebatan Prabowo tidak hanya terlihat dari caranya
bertempur, akan tetapi juga tampak dalam kesehariannya
bersama prajurit lainnya. Sikap egaliter yang dimilikinya
mendorong putra Soemitro tersebut untuk berbaur dengan para
prajuritnya. Hal penting yang membedakan Prabowo dengan
prajurit lainnya adalah prinsip yang dianutnya untuk memegang
teguh tradisi intlektual ayahnya dengan terus belajar dan
menggali ilmu dengan membaca di manapun dan kapanpun.
Banyak komentar sahabat-sabat dekat Prabowo terkaitnya
hobinya, dan jawaban yang paling populer dari para sahabat
tersebut menyatakan bahwa Prabowo suka membaca buku
alias “kutu buku.” Sebab ia selalu menggunakan waktu luangnya
membaca buku, dan buku yang paling diminati Prabowo adalah
buku-buku ekonomi, patriotisme, dan heroisme.2
Saat mengemban tugas di Timor Timur, Prabowo tidak
hanya fokus pada tugas keprajuritan saja. Probowo sering
meluangkan waktunya untuk bertemu rakyat di sana. Bahkan
ia sering berdiskusi untuk mengajak rakyat Timor Timur ikut
berpikir mencari jalan keluar untuk memajukan wilayahnya
tersebut, bahkan ia selalu berpesan kepada rakyat di sana untuk
tidak mempertajam perbedaan antar kelompok yang nantinya
berujung pada konflik.3
Gubernur Timor Timur saat itu memberikan kesaksian
menarik akan sosok Prabowo. Menurutnya, ada belasan anak
yang berhasil masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik
40 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
Indonesia (AKABRI), beberapa di antaranya disekolahkan
oleh Prabowo sejak Sekolah Dasar (SD). Sikap peduli lainnya
ditunjukkan Prabowo saat Timor Timur belum berpisah dengan
NKRI yaitu mengambil puluhan putra daerah untuk dijadikan
anak angkat.
Mendaki Prestasi Setinggi Gunung Everest
Keberhasilan Prabowo menembak mati Nicolao Lobato
(Presiden Fretilin) tahun 1978 menjadikan karir militer Prabowo
terus gemilang. Prabowo juga melengkapinya dengan berbagai
pelatihan dan prestasi yang dicapainya dari tahun ke tahun. Pada
tahun 1980, Prabowo mengikuti Pelatihan Anti Teroris di Fort
Bragg, Amerika Serikat. Setahun setelah mengikuti pelatihan di
Amerika Serikat Prabowo mengikuti pelatihan anti teroris GSG-9
di Jerman Barat yang kemudian menjadikannya sebagai lulusan
terbaik.
Pada tahun 1983, Prabowo menjabat sebagai wakil
Komandan Detasemen 81 Kopassus. Detasemen 81 ini dibentuk
berdasarkan usulan dari Mayor Luhut Panjaitan kepada L. B.
Moerdani. Luhut Panjaitan sebagai komandan datasemen
antiteror, sedangkan Prabowo sebagai wakil komandan.
Nama Detesemen 81/Antiteror diambil dari tahun
terbentuknya Detasemen 81, yakni 1981. Nama tersebut
diusulkan kepada Menteri Hankam atau Panglima ABRI Jenderal
TNI M. Jusuf oleh Luhut Panjaitan dan Prabowo Subianto. Jusuf
41P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
setuju atas usulan nama Detasemen 81, karena bagi Jusuf itu
juga mempunyai makna filosofis tersendiri. Angka 81 (8+1) jika
dijumkan menjadi 9. Pesawat Hercules yang sering digunakan
Jusuf mempunyai call sign A-1314 dan jika dijumlahkan hasilnya
9.4
Selanjutnya Prabowo menduduki jabatan Wakil
Komandan Batalion Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad setelah
dia menyelesaikan pelatihan “Spesial Forces Officer Corce” di Fort
Benning, Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 1987, menjadi
Komandan Batalion Infanteri Linud 328 di Timor Timur, pada saat
menjadi komandan 328 di Timor Timur Timnya menjadi Batalion
terbaik dan memperoleh tanda penghargaan Bala Yudha Perkasa.
Tahun 1991 sampai 1993 Prabowo dipindahkan ke
jabatan Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17/Kunang I/
Kostrad. Pada tahun 1993 Prabowo Kembali ke Kopassus sebagai
Komandan Group-3 yaitu Komandan Pusat Pendidikan Pasukan
Khusus di Baturajar, Jawa Barat. Sekitar setahun kemudian yakni
pada 1994 Prabowo menjadi Wakil Komando Kopassus yang
dikomandani oleh Brigadir Jenderal Subagyo Hadi Siswoyo.
Karir militer Prabowo terus merangkak naik, selanjutnya
Prabowo mendapatkan kenaikan pangkat menjadi Brigadir
Jenderal. Selama Prabowo di Kopassus banyak perestasi yang
digapai oleh Kopassus. Kopassus tercatat sebagai salah satu unit
militer yang paling terlatih dan kemampuannya dianggap setara
42 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
dengan pasukan elit di negara-negara lain di dunia. Seperti
diberitakan surat kabar The Times yang menyamakan “Kopassus
sejajar dengan pasukan elite terkemuka di dunia, yaitu SAS
Inggris dan Special Force Israel”
Prestasi gemilang yang dicapai Prabowo juga pada tahun
1996 dalam pembebasan tawanan Organisasi Papua Merdeka
(OPM). Prabowo berhasil membebaskan sandera yang terdiri dari
UNESCO yang didampingi oleh ahli biologi dari Indonesia dan
juga beberapa penduduk setempat seperti tercatat dalam buku
Herdi Sahrasad,
“Total sandera kurang lebih sebanyak 24 orang, yang
terdiri dari 17 orang Indonesia, 4 orang Inggris, 2
orang Belanda dan 1 orang Jerman.”
Beberapa sandera dilepaskan namun tersisa 15 orang
masih belum dilepaskan. Waktu itu ABRI sudah tidak sabar
untuk menyerang OPM, namun Prabowo menahan pasukannya
untuk bersabar, karena menurut kabar dari ICRC (palang merah
internasional), OPM akan melepaskan sanderanya. Tapi ternyata
kabar tersebut dibantah oleh pihak OPM dan mereka akan
tetap menyandera. Setelah Kopassus mendengar hal tersebut
sekitar 100 orang anggota Kopassus mengejar pemberontak
dan menyelamatkan sandera. Pengejaran tersebut menuai hasil.
Dari 11 sandera tersebut, ada 8 yang diselamatkan dan 3 sisanya
ditemukan terpisah, 1 orang Eropa ditemukan di balik pepohonan,
43P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
LAHIR UNTUK MENGABDI
sedangkan 2 orang WNI lainnya ditemukan meninggal. Dua
Pemberontak OPM berhasil ditangkap sedangkan 8 lainnya
tewas. Sedangkan dari pihak Kopassus dinyatakan selamat dan
tidak ada korban.
Prestasi lain yang tak kalah mentereng dari Komandan
Jenderal Kopassus, Mayor Jenderal TNI Prabowo Subianto
pada tahun 1997 ketika memprakarsai Tim Nasional Indonesia
sehingga berhasil mengibarkan sang saka Merah Putih di Mount
Everest puncak, yaitu gunung tertinggi dunia. Saat itu Prabowo
mendengar Malysia akan mengibarkan Benderanya di gunung
tertinggi tersebut, tapi Prabowo kemudian mendahului Malaysia.
Ia menegaskan,
“Waktu itu kita mendengar bahwa Malaysia sudah
mencanangkan akan mengibarkan bendera
kebangsaan mereka pada tanggal 10 Mei 1997. Saya
tidak rela bangsa Indonesia, sebagai bangsa 200 juta
jiwa, harus kalah dengan bangsa lain di kawasan kita.
Karena mancapai salah satu tonggak ukuran prestasi
suatu bangsa.”
Atas keberhasilan Prabowo dan Tim Nasional dalam
ekspedisi tersebut, Indonesia kemudian menjadi negara pertama
di Asia Tenggara yang berhasil mencapai puncak gunung
tertinggi dunia.5
Kini Indonesia memanggil kembali Prabowo Subianto
dengan memberikan kesempatan untuk menakodai Negara
Kesatuan Rebuplik Indonesia melalui Pemilihan Umum 2014
ini. Namanya yang kembali menggema di bumi Nusantara
adalah bukti bahwa ia sudah menyejarah dengan memberikan
kontribusi penting terhadap bangsa dan negara.
“Saya seorang yang beragama. Tuhan Maha Tahu. Saya cinta negeri ini. Saya orang yang menghargai kemanusiaan. Demi Allah, saya
tidak serendah itu”
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
47P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
SEJARAH MEMILIKI LIDAHNYA SENDIRI. Sejarah bukan soal bajak-membajak opini atau menulis buku tebal-tebal berdasarkan versi masing-masing, akan tetapi sejarah juga soal apa yang tidak tertulis dan tidak terkatakan yang bisa direkam dari simbol-simbol yang menawarkan banyak makna. Sejarah menjadi lebih bermakna ketika lisan dan tindakan dari sang aktor masih bisa kita rekam di antara simulakra wacana.
Fakta yang tidak bisa disangkal adalah, suka atau tidak suka, Indonesia kembali memberikan kesempatan kepada Prabowo, untuk berkontestasi memimpin NKRI dengan segala hambatan dan sandungan yang dihadapi. Apakah ini hanya kecelakaan politik atau jangan-jangan rakyat sudah membuat kesepakatan senyap antara dirinya dan Capres 2014 nomor 1 tersebut.
Prabowo telah memasuki puncak kontestasi politik, yaitu sebagai Capres. Indonesia telah memproses, menempa, menggodok, dan menggembleng cikal bakal pemimpin yang akan menahkodai perahu raksasa bernama NKRI menuju kontestasi global baik ekonomi, politik, dan budaya. Hiruk pikuk soal Prabowo Subianto menunjukkan bahwa ia bukan hanya bagian dari sejarah masa lalu, akan tetapi ia juga menjadi bagian
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
48 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
dari sejarah masa kini. Lahir ditempa oleh dialektika sejarah yang rumit dengan segala kontroversinya. Prabowo pernah memikul tanggung jawab atas eksistensi Indonesia ke depan. Ia dihadapkan pada dua pilihan: Indonesia lanjut atau menemui ajalnya dengan bersimbah darah.
Karena sejarah memiliki caranya sendiri untuk mengungkap dari apa yang tidak tertulis, bahkan tak terkatakan, maka tugas kita sebagai anak bangsa adalah terus mengurai simpul-simpul melalui pewacanaan yang terus menerus; meluruskan sejarah tersebut, apalagi di tengah para aktor (reformasi) yang masih hidup dengan rekam jejaknya masing-masing .
Menuju Reformasi
Anjloknya rupiah pada Oktober 1997 adalah awal kegelisahan rakyat sebelum menuju puncak kerusuhan pada Mei 1998. Krisis ekonomi tersebut kemudian disusul kehebohan ledakan bom di salah satu apartemen di Jakarta pada Januari 1998. Situasi semakin kritis, ditandai dengan melambungnya harga kebutuhan pokok. Keresahan di luar kampus terkait harga-harga yang mencekik, mulai mengusik para dosen, dekan, rektor dan mahasiswa.
Mahasiswa tak lagi mampu mencerna apa yang mereka baca akibat jeritan rakyat. Mereka terdorong menuntaskan persoalan yang ada di luar lingkungan kampus. Mula-mula keresahan berskala biasa bermunculan di universitas negeri maupun swasta di berbagai daerah. Pada 9 Februari 1998 internal Senat Mahasiswa Universitas Indonesia terpanggil untuk merespon situasi ekonomi yang terus memburuk terkait harga-harga yang terkendali. Kondisi yang terus menekan rakyat
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
49P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
memicu Ikatan Alumni UI (Iluni UI) mengekspresikan keprihatinan yang mendalam pada 26 Februari di Salemba.
Tuntutan “reformasi,” pelan namun pasti, mulai menggema bahkan diterjemahkan dalam bentuk konsep-konsep. Sekitar 20 mahasiswa yang berasal dari wakil-wakil mahasiswa Universitas Indonesia, menyampaikan konsep tersebut kepada Fraksi ABRI MPR pada 5 Maret 1998, berisi tuntutan reformasi politik dan ekonomi di Indonesia.
Pada hari yang sama berbagai aksi susulan mahasiswa selanjutnya terjadi di Universitas Gajah Mada, mahasiswa beserta para dosen menggelar aksi keprihatinan. Situasi ekonomi yang semakin mencekik menghasilkan beberapa tuntutan yaitu tersedianya bahan kebutuhan pokok sehari-hari dengan harga terjangkau, lapangan kerja yang layak, dan perlakuan adil bagi ekonomi rakyat.1 Aksi demonstrasi terus merembet ke Solo pada 23 Maret 1998 tepatnya di Universitas 11 Maret, menghasilkan bentrok mahasiswa melawan aparat 25 orang luka parah. Yogya kian memanas dan memuncak pada 3 April 1998.
Krisis ekonomi waktu itu menyebabkan depresi nilai rupiah terhadap dolar berdampak luas. Kelangkaan kebutuhan pokok dan kondisi Rupiah dari kisaran Rp 7000, Rp 8000 hingga 7 Mei nilai tukar Rupiah atas dolar merangkak pada angka Rp.9.650 menambah bara api kegeraman mahasiswa dan rakyat ditambah dengan melonjaknya kenaikan BBM, tarif listrik, angkot, dan sebagainya.2
Kran kebebasan berfikir dan berbicara yang disumbat selama 32 tahun, mulai diluapkan dengan lepas dan bebas seolah
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
50 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
menemukan momentumnya untuk kemudian meledak dan
dirayakan oleh mereka yang merasa terpasung dan bungkam
selama 32 tahun lamanya.
Tragedi Trisakti Sebagai Gerbang Reformasi
Mei 1998 adalah bulan bersejarah bagi Indonesia
sebab berada di ambang perubahan. Peristiwa penembakan
mahasiswa Universitas Trisakti pada 12 Mei 1998 menjadi pemicu
rangkaian amarah rakyat yang sulit diredam. Letupan emosi yang
diterjemahkan melalui pembakaran, penjarahan, dan kerusuhan
di Jakarta dan kota-kota lain.
Tragedi Trisakti tersebut pecah pada Selasa 12 Mei pukul
17:10. Aksi demonstrasi mahasiswa Trisakti tiba-tiba mencekam
saat terdengar tembakan dari arah belakang barisan mahasiswa,
yang akhirnya menelan 4 mahasiswa dinyatakan meninggal,
mereka adalah Elang Mulia, Heri Hartanto, Hendriawan, dan
Hafidin Alifidin Royan.
Peristiwa yang justru menambah ketegangan nasional
tersebut menyita perhatian publik termasuk para tokoh
masyarkat di antaranya, Amien Rais, Megawati, Rendra, Ali Sadikin
dan Emil Salim. Belasungkawa terus berdatangan. Pangdam Jaya,
Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoedin, didampingi Kasdam, Brigjen TNI
Sudi Silalahi, dan Kolonel Hendarji tiba di Gedung Sjarif Thajeb
di Kampus Trisakti. Wafatnya 4 mahasiswa tersebut memicu aksi
susulan di berbagai kampus-kampus di Jakarta dan di bebagai
daerah.3
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
51P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Sampai detik ini pertanyaan-pertanyaan terkait mengapa
aparat memuntahkan peluru tajam? Atas perintah siapa? Siapa
yang bertanggung jawab? Tragedi tersebut masih menjadi
misteri, sehingga menuntut pelurusan sejarah agar tak ada
pengaburan data kelak. Peristiwa Trisakti merupakan titik balik
penting dalam sejarah Indonesia kontemporer.
Setelah kejadian yang merenggut nyawa mahasiswa
tersebut, isu-isu tak sedap di kalangan internal elit meliter
menjadi liar dan mudah dikonsumsi publik. Rumor yang semakin
berkembang tersebut memunculkan dua nama petinggi militer
untuk kemudian menjadi kambing hitam maupun dalang di
balik tragedi tersebut. Nama pertama adalah Wiranto yang
manuvernya dicurigai untuk memukul mundur Soeharto
sehingga bisa dengan mudah menyingkirkan Prabowo dari ABRI.
Cerita lain seputar tindak-tanduk elit militer adalah,
justru Prabowo lah yang menjadi dalang kerusuhan untuk
menggulingkan Soeharto. Sejak setelah mundurnya Soeharto,
kecurigaan gerakan pejabat tinggi militer semakin santer
utamanya mengarah pada Letjen Prabowo beserta pasukannya
yang dianggap mengepung kediaman Presiden Habibie. Bahwa
Prabowo hendak mengambil alih kekuasaan dari tangan Habibie.4
Tetapi ada juga yang menilai kerusuhan tersebut
direncanakan oleh Jenderal Wiranto . Hal ini diceritakan oleh
Mayor Jenderal (Mayjen) Kivlan Zein dalam bukunya bertajuk
‘Konflik dan Integrasi TNI-AD’. Betulkah demikian?
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
52 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Reaksi Prabowo Saat Pecah Tragedi Trisakti
Beredarnya kabar beberapa mahasiswa tertembak selama
demonstrasi di Universitas Trisakti sangat membuat Prabowo
terkejut. Pada 12 Mei 1998 Prabowo dikagetkan berita tersebut
saat menerima panggilan telepon soal penembakan mahasiswa.
Tanpa perintah Kapolres selaku pemegang komando, kata
Wiranto, Pasukan PHH mengeluarkan tembakan ke atas dan
disusul tembakan lainnya,
“Saya merasa sangat sedih, kesal dan menyesal, semuanya menggumpal menjadi satu,” kata Wiranto.5
Reaksi pertama Pangkostrad Prabowo spontan ketika mendengar kabar itu sebagai mana dikutip dari Asiaweek,
“Ya, Tuhan, ini bodoh”
Tanpa buang waktu saat kondisi yang sangat darurat waktu itu, Prabowo langsung beranjak pergi ke markas besarnya di Medan Merdeka, yang hanya terletak di samping markas garnisun. Sebagai Panglima Kostrad, tugas Prabowo adalah menyediakan anak buah dan peralatan. Prabowo langsung memanggil pasukan dan menyiagakan mereka. Prabowo menegaskan,
“Pasukan ini selalu di bawah kendali operasional dari komandan garnisun. Itulah sistem kami. Saya pada dasarnya hanya
berkapasitas sebagai pemberi saran. Saya tidak mempunyai wewenang.”
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
53P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Prabowo kembali ke rumah setelah tengah malam, tetapi kembali ke markas Kostrad pagi-pagi esok harinya, 13 Mei. Ketika perusuh mulai merampok dan membakar gedung-gedung, Prabowo menghabiskan waktu seharian untuk memikirkan cara bagaimana menggerakkan dan menampung batalion-batalionnya.6
Wajah Jakarta carut-marut. Aksi bakar-bakar, penjarah, pemerkosaan dan rentetan aksi kekerasan lainnya semakin telanjang diliput media nasional dan internasional. Kasum ABRI Letjen Fachrul Rozi berkoordinasi dengan Mayjen Kivlan Zein, kepala staf Kostrad, pada Rabu 13 Mei sekitar pukul 21.00, untuk memastikan pasukannya tetap dalam komando untuk tidak menggerakkan pasukannya.
Tanpa ragu Mayjen Kivlan Zein meyakinkan bahwa Kostrad
tetap berada dalam komando untuk tidak menggerakkan
pasukannya, namun dalam kondisi siap siaga bergerak jika
Kodam Jaya membutuhkan bantuan. Mayjen Sjafrie sebagai
Pangdam Jaya yang tahu persis kondisi Ibu Kota saat itu sehingga
langsung berkoordinasi ke Kostrad untuk meminta pasukan,
Kostradpun langsung mengamini tanpa ragu sebab kondisi
menuntut demikian.
Hal yang paling aneh dan tak masuk akal saat itu adalah ketika Mabes ABRI tidak bersedia memberikan angkutan Hercules untuk mengangkut pasukan Kostrad dari Jawa Timur dan Makassar menuju Jakarta.
Tanpa buang waktu pada saat aksi demonstrasi semakin liar dan melebar, Kostrad mengabil inisiatif dengan mencarter
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
54 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
pesawat milik Mandala dan pesawat milik Garuda di Surabaya untuk mengangkut pasukan dengan biaya sendiri.7
Terkait hal tersebut, Kivlan Zein tanpa ragu membeberkan kekeliruan yang dilakukan oleh Wiranto, yaitu dengan tidak memberikan izin Mabes ABRI untuk meminjamkan pesawat Hercules untuk membawa pasukan Kostrad dari Jawa Timur dan Makassar ke Jakarta.
“Karena Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin sebagai
Pangdam Jaya kekurangan pasukan dan meminta ke
Kostrad, maka Kostrad menyiapkan pasukan tersebut”
Prabowo menyewa pesawat milik Mandala di Makassar dan
pesawat milik Garuda di Surabaya Karena tidak mendapatkan
ijin dari Mabes ABRI, dengan biaya pribadi, sebab kondisi
Jakarta benar-benar tak terkendali dan sangat mendesak.
Pasukan inilah yang dinilai Habibie sebagai pasukan liar dan bisa
membahayakan. Sejumlah kalangan bahkan menuding Prabowo
hendak melakukan kudeta.
Kivlan, mencatat setidaknya ada dua kekeliruan Wiranto
selama menjadi Jenderal. Pertama adalah meninggalkan
tempat dalam keadaan gawat dan tidak menggunakan pasukan
cadangan di saat genting.
Menilai Wiranto tidak bertanggung jawab, maka beberapa
pihak memutuskan untuk bertemu dengan Prabowo di Markas
Kostrad pada malam harinya. Setiawan Djodi, Adnan Buyung
Nasution, Bambang Widjoyanto, Willibrordus Surendra Broto
Rendra yang kerap disapa WS Rendra, Fahmi Idris, Maher Algadri,
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
55P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Hashim Djojohadikusumo, Amran Nasution, Din Syamsuddin ,
Fadli Zon , Amidhan, Iqbal Assegraf, Hajriyanto Thohari, Kolonel
Adityawarman dan Kivlan sendiri.
Kehadiran mereka, kata Kivlan lebih lanjut, untuk meminta Prabowo mengambil alih keamanan, seperti yang dilakukan oleh mertuanya, Soeharto pada tahun 1965 yang saat itu menjabat sebagai Panglima Kostrad. Namun permintaan itu tidak langsung disetujui oleh Prabowo. Sebabnya, dia menilai situasi tahun 1965 dan 1998 sangat berbeda.
“Masih ada Panglima ABRI Jenderal Wiranto , KSAD Jenderal Subagyo HS, Wakil KSAD Letjen Sugiono.
Panglima Kostrad berada pada level ke-empat,” terang Kivlan.8
Bahkan jauh sebelum Tragedi Trisakti bergulir, saat situasi semakin genting dan mengarah pada 12 Mei 1998, Panglima TNI Wiranto tidak memerintahkan pasukan untuk berada di Jakarta. Atas permintaan Pangdam Jaya yang mendapat perintah dari Mabes ABRI, Pangkostrad Prabowo kemudian membantu pengamanan Ibu Kota.9
Kamis tanggal 14 Mei, Prabowo tetap bolak-balik ke Markas Besar Kostrad untuk tetap berkoordinasi dengan Syafrie Pangdam Jaya saat itu, terus mensurvei bagian barat kota dengan helikopter. Prabowo menerima ajakan Syafrie untuk bergabung. Sambil menyaksikan hari kedua kerusuhan dari langit yang berasap, Prabowo tak habis pikir.
“Mengapa terdapat begitu sedikit tentara di sekitarnya?” kata Prabowo Kepada Asiaweek.
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
56 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Tengah malam, Prabowo ditelepon sekretarisnya. Buyung Nasution dan sekelompok tokoh dari berbagai latar belakang ingin menemuinya. Untuk menanyakan apa sebenarnya yang terjadi. Dalam perjalanan kembali menuju markas Kostrad, Prabowo memperhatikan bahwa urat nadi bisnis utama Jakarta kelihatan tak terkawal. Dia bertemu komandan garnisun.
“Saya berkata: Syafrie, di Jalan Thamrin tidak ada tentara. Dia meyakinkan saya bahwa ada cukup tentara. Dia meminta saya
ikut, dan kami memeriksanya.”
Prabowo menyarankan untuk mengambil separuh dari 16 kendaraan lapis baja yang sedang menjaga Kementerian Pertahanan dan mengirim mereka ke Jalan Thamrin. Hal itu dilaksanakan.10
Prabowo di Sini, Wiranto di Sana
Jakarta kala itu sangat mencekam dan terus dalam kondisi penuh ketegangan. Tragedi Trisakti 12 Mei 1998 dibarengi kerusuhan massa yang lebih dahsyat pada 13-15 Mei 1998.
Beberapa pihak menuding Wiranto tidak serius menanganinya
pada saat ia memegang kekuatan TNI dan Polri, sebagai Panglima
ABRI.
Anehnya pada tanggal 14 Mei 1998 Wiranto tetap
berangkat ke Malang untuk menjadi inspektur upacara serah
terima tanggung jawab Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC),
meski Prabowo telah menyarankan agar Wiranto membatalkan
acaranya ke Malang. Cukup Kepala Staf Umum saja yang
ditugaskan.
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
57P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Kesimpulan Prabowo, ini berarti ada sikap pembiaran
begitu saja dan kerusuhan tak ditangani. Wiranto cuci tangan.
Jakarta seperti hutan rimba dan dibiarkan kosong sebab Soeharto
sedang di luar negeri.
Hal yang menarik adalah pembelaan Wiranto, dalam buku
Bersaksi di Tengah Badai, (2003)10 bahwa acara serah terima
Komando Pengendalian PPRC itu sudah lama diagendakan.
Kehadiran Pangab Jenderal Wiranto pada upacara itu juga
atas permintaan “Pangkostrad Letjen Prabowo”. Mengenai
keharusan ada di Jakarta, Wiranto berpendapat bahwa di zaman
teknologi maju, seorang Panglima bisa memberi komando dan
pengendalian dari mana saja, dari jarak yang jauh sekalipun.11
Siapapun tidak bisa menyangkal bahwa zaman sudah
maju dan Wiranto memiliki wewenang memberikan komando
dari mana saja. Namun, pertanyaan yang harus dijawab adalah,
bukankah kejadian penembakan di Kampus Trisakti adalah soal
koordinasi, profesionalisme, dan komando bahkan saat semua
petinggi militer berada di Jakarta. Waktu itu para petinggi militer
di Ibu Kota, dan keberadaan mereka di jantung huru-hara Ibu
Kota sama sekali tidak menjamin pasukan berada di dalam satu
komando, apa lagi jika perintah ataupun komando diberikan dari
jarak yang jauh atau lintas provinsi.
Banyak pihak menilai sebenarnya acara tersebut adalah
acara rutin yang bisa diwakilkan. Bahkan untuk serah terima
Pangkostrad saja Wiranto bisa beralangan hadir, apalagi pada
tanggal 13 Mei malam Wiranto memimpin rapat Garnisun Jakarta
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
58 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
untuk menanyakan situasi terakhir. Bahkan Pangkostrad Prabowo
saat itu sudah menunjuk Kasum TNI Fahrur Razi untuk menjadi
Inspektur upacara di Malang. Namun kemudian diambil alih oleh
Wiranto. Kepergian Wiranto ke Malang tidak sendirian dengan
mengajak para komandan seperti Danjen Kopassus, Komandan
Marinir, dan lain-lain.
Saat situasi semakin genting dan mengarah pada 12 Mei
1998, Panglima TNI Wiranto tidak memerintahkan pasukan
untuk berada di Jakarta. Atas permintaan Pangdam Jaya yang
mendapat perintah dari Mabes ABRI, Pangkostrad Pabowo
kemudian membantu pengamanan Ibu Kota.
Beberapa pihak menilai Wiranto tidak memiliki iktikad
baik untuk mencegah terjadinya bentrok dan kerusuhan. Bahkan
kubu Wiranto melempar kesalahan kepada Prabowo yang
dianggap mengakibatkan kerusuhan.
Pertanyaan publik terkait siapa yang bertanggung
jawab semakin kencang. Bukankah Wiranto mengadakan rapat
Garnisun pada tanggal 13 Mei 1998 soal perkembangan situasi
terakhir? Tidakkah Badan Intelijen, ABRI, Zaki Anwar Makarim,
melaporkan kondisi darurat Jakarta? Untuk apa Pam Swakarsa,
yang direncanakan sebagai perlawanan sipil terhadap pendemo,
dibentuk? Selanjutnya Pam Swakarsa dicurigai sebagai salah satu
sebab kerusuhan Mei, bahkan mantan Ka Staf Kostrad Kivlan
Zein bersaksi bahwa dialah yang diperintahkan Wiranto untuk
membentuk Pam Swakarsa. 12
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
59P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Dimusuhi Cendana
“Ada seni intrik istana yang sudah berakar ribuan
tahun. Anda berbisik dengan sangat hati-hati,
dan meracuni pikiran seseorang. Saya mencoba
memberikan informasi, tetapi saya justru dianggap
ikut campur. Ada orang yang meracuni pikirannya
(Soeharto): bahwa menantunya ada di sana hanya
untuk merebut kekuasaan.” (Prabowo, Asiaweek
2000)
Kemampuan Gerindra untuk membangun koalisi “Tenda Besar” pada pemilu 2014 tentunya tidak lepas dari sosok Prabowo Subianto. Koalisi tenda besar tersebut adalah cermin dari pribadi Prabowo sendiri sebagai sosok yang mau bersilaturrahmi, aktif menjalin komunikasi, dinamis dan cerdas memahami orang lain.
Sikap yang demikian juga terlihat dalam diri Prabowo pada saat ia menjabat Pangkostrad. Sejarah merekam bagaimana Prabowo turun gunung bertemu Amien Rais, Gus Dur, Adnan Buyung Nasution, Bambang Widjojanto, WS Rendra, Fahmi Idris Setiawan Djody dan tokoh-tokoh lainnya untuk membicarakan kondisi Ibu Kota.
Pertemuan-pertemuan dengan para tokoh yang kritis terhadap Soeharto. Terhadap sikap mereka yang kritis tersebut, Prabowo mengatakan bahwa jika rakyat menginginkan mundur, maka Soeharto pasti akan bersedia mundur “asalkan secara konstitusional.” Dari sinilah kemudian Prabowo dituduh merencanakan kudeta terhadap Soeharto.
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
60 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Bahkan lebih dari itu, beberapa bulan kemudian Tim
Gabungan Pencari Fakta (TGPF) melakukan penyelidikan terkait
pertemuan Prabowo dengan para tokoh yang kritis terhadap
Soeharto, yang kemudian disimpulkan sebagai rapat “makar.”13
Ketidaksukaan Soeharto terhadap Prabowo terbukti saat ia bertemu Prabowo di Bandara Halim. Pada saat itu, kerusuhan
yang semakin liar mendorong Soeharto mempercepat pulang
ke Tanah Air dan tiba di Halim Perdanakusuma, Jumat 15 Mei
dini hari. Dalam perjalanan pulang, ia mengeluarkan pernyataan
yang mengisaratkan dirinya bersedia mundur kalau rakyat
menghendaki. Presiden Soeharto bersama Panglima ABRI
Jenderal Wiranto dalam perjalanan menuju kediaman Soeharto
di Cendana. Nasib sial menimpa Letjen Prabowo saat mertuanya
itu bermuka masam kepada menantunya.14
Mencegah Bentrok Bersama Amien
Saat kondisi Jakarta carut-marut utamanya setelah Tragedi
Trisakti, Prabowo tak segan menemui tokoh reformasi yaitu
Amien Rais “sang pengendali massa dan mahasiswa”. Kondisi
semakin tak terkendali sehingga Prabawo menemui Amien Senin
18 Mei 1998 sekitar pukul 16.00 di Hotel Regent dalam upaya
menjelaskan kondisi dan berdiskusi dengan Amien Rais agar
pengerahan massa besar-besaran (people power) di Monas tidak
dilakukan karena berbahaya. Tidak hanya itu mereka sepakat
dan mendukung sepenuhnya bahwa reformasi harus berjalan
dengan mengacu pada konstitusi.
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
61P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Setelah berdiskusi dengan Amien Rais yang dikenal
dengan “Pahlawan Reformasi,” tanpa buang waktu langsung
malam harinya menuju Cendana dengan membawa kabar baik
setelah sepakat dengan Amien untuk tidak mengerahkan massa,
dan mungkin berharap bisa membuat tersenyum Presiden.15
Tanpa sengaja Prabowo melihat Wiranto di Cendana. Saat itu santer terdengar informasi, bahwa putra-putri Soeharto akan bereaksi dengan menempuh jalan kekerasan apabila mahasiswa terus memukul mundur Soeharto.16 Membawa kabar baik namun tiba-tiba seolah ditampar dengan pernyataan yang justru mempersulit keadaan.
Dalam suasana tegang putri Soehato, Tutut, dalam suatu kesempatan berdialog dengan Prabowo. Dialog keduanya disampaikan Prabowo kepada Asiaweek. Saat itu Tutut menanyakan apa yang harus dilakukan untuk mempertahankan kekuasaan Soeharto.
“Saran Saya” tegas Prabowo, “kita harus mengganti Wiranto atau memaklumatkan darurat perang.” “Tapi
Pak Harto Tidak Menginginkannya.” “Lalu apa ada cara lain?”
Kemudian Tutut bertanya apa yang akan terjadi jika ayahnya mundur. Prabowo menjawab,
“Sesuai UUD 1945, Habibie menggantikannya.”17
Tekanan mundur terhadap Soeharto semakin kencang. Loyalitas sipil kian rontok. Terbukti pada Senin, 18 Mei 1998 sore hari Harmoko meminta Presiden mengundurkan diri. Pernyataan
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
62 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Harmoko tersebut semakin mempertegas tuntutan mundur Soeharto. Kapasitasnya sebagai ketua DPR/MPR, Harmoko tahu persis kondisi demonstran yang berdiam di gedung DPR di mana ia berkantor setiap hari.
Artinya pendapat Prabowo dan Harmoko serupa tapi tak sama. Prabowo sebagai prajurit memberikan pilihan yaitu “jalan kekerasan” sebab amarah rakyat semakin menjadi-jadi, atau mempersilahkan B. J. Habibie sesuai konstitusi menggantikannya. Prabowo mengatakan apa yang harus dikatakan tanpa rasa takut dan ditutup tutupi.
Namun keadaan semakin runyam ABRI membantah pernyataan Harmoko dan langsung disambut dengan dikeluarkannya Inpres No. 16/1998 yang memberikan kewenangan untuk mengambil alih segala tindakan yang dianggap perlu guna mengatasi kekacauan. Menempatkan militer sebagai pemegang mandat kekuasaan pemerintahan. Alhasil, Inpres 16/1998 diberikan kepada Pangab Jenderal Wiranto sebagai sosok yang dipercayai. Terkait Inpres tersebut Sintong mengkritisi sikap Wiranto, menurutnya sikap Wiranto tidak jelas yang mestinya dengan Impres tersebut Wiranto menghimpun seluruh potensi Angkatan Bersenjata dan memimpin mereka menjamin stabilitas keamanan dan ketertiban.18
Akhirnya Presiden Soehato menyatakan mengundurkan diri pada Kamis 21 Mei 1998
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
63P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
“Saya seorang yang beragama. Tuhan Maha Tahu. Saya cinta negeri ini. Saya orang yang menghargai kemanusiaan. Demi Allah, saya tidak serendah itu”
PETIKAN KALIMAT di atas adalah tanggapan Prabowo saat wawancara yang dimuat oleh Majalah Detak. Prabowo Subianto dicecar seputar peristiwa penculikan, termasuk pertanyaan, akankah Prabowo diam dan membiarkan prasangka-prasangka buruk terhadap dirinya menjadi liar dikonsumsi publik? Prabowo hanya menegaskan, biarlah bajak-membajak opini publik terjadi, dirinya hanya ingin dikenal sebagai seorang “prajurit.”
Kata “prajurit” yang terlontar dari lidah Prabowo tentu memiliki makna yang mendalam, mengandung arti kesetiaan terhadap bangsa dan daya tolak keras terhadap penghianatan terhadap Ibu Pertiwi. Ia menegaskan,
“Biarkan saja orang berburuk sangka pada saya. Bersikap pasrah pada Sang Pencipta membuat saya
tenang. Apalah arti pangkat dan jabatan. Saya seorang prajurit yang mengabdi kepada bangsa dan
negara Indonesia. Bila harus, nyawa saya pun siap saya serahkan untuk Ibu Pertiwi.”
PRABOWO, PENCULIK ATAU TUMBAL ELIT MILITER
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
64 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Pertanyaan penting saat wawancara tersebut adalah ketika Prabowo ditanyai tentang “harapan” ke depan menyangkut dirinya. Namun lagi-lagi Prabowo menginginkan agar masyarakat tahu bahwa dirinya seorang “prajurit TNI.” Prabowo tidak meresponsnya melalui jawaban-jawaban dengan menyalahkan orang lain seperti, karakter saya dibunuh, karir saya dihancurkan, saya disingkirkan, dikhianati atau sejenis curhat lainnya, melainkan lagi-lagi dijawab dengan menekankan kata “prajurit.”
“Harapan saya agar masyarakat tahu; saya ini seorang prajurit TNI. Saya rasa itu saja1”
Konsistensi jawaban sejak dari awal mula pernyataan terucap dari lidah Prabowo Subianto yaitu dimulai dari “Saya Beragama, Tuhan Maha Tahu,” berlanjut ke “Cinta Negeri” kemudian “Kemanusiaan” ditutup dengan kata “Prajurit” seolah menjadi inti dari sikap dan pengertian dari kata “Prajurit” yang dia pahami.
Prabowo Subianto seolah ingin menegaskan bahwa, prajurit adalah mereka yang bertuhan, memiliki rasa cinta negeri yang kuat termasuk aset-aset di dalamnya, yaitu Tanah Air dan rakyat, yang kemudian membentuk pribadi Prabowo menjadi “Manusia Berjiwa Pasal 33” saat terjun ke dunia politik. Tanpa henti-henti, dimanapun berkampanye, Prabowo terus menggemakan cita-cita menggelora bahwa, Tanah Air yang dikandung Ibu Pertiwi sepenuhnya diperuntukkan untuk “Rakyat,” tanpa bosan-bosan Prabowo menyuarakan pasal tersebut. Jika kekayaan yang terkandung di bumi Indonesia adalah untuk rakyat, lalu bernarkah Prabowo membunuh rakyat? Dari konsistensi ucapan ataupun perkataan yang ia lontarkan tentunya direkam publik,
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
65P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
baik sejak sebelum ataupun pasca reformasi yang berlangsung paralel, lurus dan tidak ada yang berubah.
Rakyat nyatanya tidak menutup mata dan telinga. Mereka tentu terheran-heran melihat fakta bahwa para korban penculikan seperti Pius Lustrilanang, Desmon J. Mahesa, Haryanto Taslam dan Rusdian maju bersama Prabowo membesarkan Gerindra.2
Dari Korban Hingga Elit
Beberapa aktivis hilang secara misterius pada 27 April 1998. Pius Lustrilanang memberi kesaksian tentang penculikan dan dua bulan penahanannya. Hal tersebut adalah laporan pertama dari banyak laporan oleh para aktivis yang diculik. Selama interogasinya, Lustrilanang mengatakan, dia telah disetrum dengan aliran listrik dan dibenamkan ke dalam air. Walau Wiranto menyangkal bahwa penculikan itu adalah kebijakan, muncul kecurigaan umum yang diarahkan pada tubuh militer, khususnya Kopassus, yang masih identik dengan Prabowo, meskipun dia tidak lagi bersatu dengan unit tersebut.3
Dalam kesaksiannya, Mayor Jenderal (Purn) Kivlan Zein, saksi hidup, pelaku sejarah sebab ia menjabat sebagai Kakostrad pada 1998 saat Letjen Prabowo Subianto menjabat Pangkostrad, menyatakan tahu persis di mana 13 aktivis itu ‘dihilangkan’.
Tanpa ragu Kivlan menegaskan, “Tempatnya Saya tahu dimana, ditembak, dibuang,” tegas Kivlan kepada pemirsa TVOne yang dipandu oleh Alfito Deannova. Bahkan lebih dari itu, Kivlan menyatakan bersedia menjadi saksi jika nantinya disusun panitia untuk menginvestigasi kasus hilangnya 13 aktivis tersebut. “Kalau
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
66 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
nanti disusun nanti suatu panitia, saya akan berbicara ke mana ke-13 orang itu hilangnya, dan di mana dibuangnya.”
Sedangkan Prabowo Subianto menurut Kivlan tidak terlibat kasus penculikan 13 orang tersebut sebagaimana tudingan LSM, bahkan ia tahu di mana Wiji Thukul dan aktivis lainnya dihilangkan. Prabowo menurutnya hanya melakukan tindakan pengamanan terahadap 9 aktivis yang kini sudah kembali. Bahkan sebagian dari mereka bergabung dengan Prabowo di Gerindra.
Apa yang dilakukan Prabowo saat itu, lanjut Kivlan, untuk menghindari gangguan keamanan sebelum sidang umum MPR 1998. Adapun nasib tiga belas aktivis yang keberadaannya belum jelas hingga kini, mereka adalah Wiji Thukul, Petrus Bima Anugrah, Herman Hendrawan, Suyat, Yani Afri, Sonny, Dedi Hamdun, Noval Al Katiri, Ismail, Ucok Siahaan, Hendra Hambali, Yadin Muhidin dan Abdun Nasser, Kivlan menuding adanya operasi sampingan yang bergerak. Kivlan mengatakan,
“Di mana-mana operasi militer itu dilakukan ada yang namanya double agent.”
Hal terpenting dari pernyataan Kivlan adalah ketika dia menyatakan tahu siapa di balik operasi sampingan intelijen tersebut. Tanpa ragu ia menyatakan,
“Operasi sampingan intelijen (double agent )(oleh) lawan kepada Prabowo, saya tahu benar siapa lawan
Prabowo.”4
Senada dengan apa yang dinyatakan Kivlan Zein, Letjen Prabowo Subianto sebagai mantan Pangkostrad telah memberikan kesaksian di hadapan Dewan Kehormatan Perwira
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
67P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
(DKP) terkait penculikan aktivis pro-demokrasi tersebut. Ia
mengatakan tidak mengetahui pihak yang menculik tiga belas
orang lainnya. Dengan demikian, berarti ada pihak lain di luar
dirinya yang turut “bermain” dan belum terungkap.5
Saat itu, aktivis yang berada dalam daftar ‘aktivis radikal’
adalah aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD). Prabowo sendiri
mengatakan tidak ada perintah untuk menculik, melainkan
operasi untuk “mengamankan” aktivis radikal tersebut. Saat itu
jelang Sidang Umum MPR 1998 sedangkan negara terus dihantui
ancaman bom di mana-mana. Kabar yang beredar, bukan hanya
Prabowo saja yang menerima daftar para aktivis tersebut, KASAD
Jenderal Wiranto dan Pangab saat itu, Jenderal Feisal Tanjung,
juga menerima daftar serupa.6
Kekhawatiran atas peningkatan kegiatan aktivis radikal
tersebut mendorong Tim Mawar (satuan khusus yang dipimpin
Oleh Mayor Inf. Bambang Kristiono, Komandan Peleton 42
Kopassus) untuk mengamankan Sidang Umum tersebut.
Tim Mawar dan Putusan Mahkamah Militer
Sidang Mahkamah Militer Tinggi (Mahmiliti) pada
Selasa, 6 April 1999 berhasil menyedot perhatian publik.
Ruang sidang Mahmiliti II di Jakarta Timur dipadati ratusan
pengunjung. Masyarakat tentunya sangat menunggu
putusan majelis hakim yang akan membacakan vonis
terhadap 11 terdakwah yang seluruhnya prajurit
Komando Pasukan Khusus (Kopasus) TNI Angkatan Darat.
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
68 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Putusan pidana atas perkara nomor PUT.25-16/K-AD/
MMT-II/IV/19 pun akhirnya bergulir dengan menelan waktu
selama tujuh jam, dengan dibaca bergantian oleh Ketua Majelis
Hakim Kolonel (CHK) Susanto, dengan anggota Kolonel (CHK)
Zainuddin dan Kolonel CHK (K) Yamini. Dalam amar putusannya,
majelis hakim menyatakan, “para terdakwa terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana merampas
kemerdekaan aktivis politik sesuai ketentuan pasal 333 KUHP.”
Hasilnya, Komandan Tim Mawar, Mayor Inf. Bambang
Kristiono divonis hukuman 22 bulan penjara, bahkan ia dipecat
sebagai anggota ABRI. Adapun terdakwah lainnya, yaitu
Kapten Inf. FS Multhazar sebagai Wakil Komandan Tim Mawar,
Kapten Inf. Nugroho Sulistyo Budi, Kapten Inf. Yulius Selvanus,
dan Kapten Inf. Untung Budi Hartono, masing-masing divonis
hukuman 20 bulan penjara dan dipecat dari keanggotaan ABRI.
Sidang Mahkamah Militer II Jakarta Timur tersebut
merupakan rentetan ataupun “serial lanjutan” dari pengungkapan
kasus perampasan kemerdekaan yang menimpa para aktivis politik,
setelah 10 bulan sebelumnya, Agustus 1998, Mabes ABRI sudah
terlebih dahulu membentuk Dewan Kehormatan Perwira (DKP). 7
Kesaksian Bambang pada sidang Mahkamah
Militer Tinggi II berlangsung di Jakarta 23 Februari 1999,
Bambang mengaku sebetulnya merasa marah dijadikan
tumbal oleh para petinggi ABRI yang pasti mengetahui
operasi penculikan tersebut. Bambang menegasakan,
“Jenderal Wiranto meskipun tidak terlibat tapi beliau mengetahui.”
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
69P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
DKP dan Kesaksian Komadan Tim Mawar
Ada beberapa pertanyaan terkait independensi
DKP? Pertanyaan-pertanyaan tersebut secara perlahan
mulai menemukan jawabannya. Pilpres yang tidak lama lagi
akan digelar pada 9 Juli 2014, seakan mulai memberikan
jawaban. Ada beberapa nama anggota Dewan Kehormatan
Perwira (DKP) yang kembali muncul ke publik yaitu
(Letjen) Agum Gumelar dan Facrul Razi jelang Pilpres.
Sedangkan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono
memilih bersikap arif untuk tidak terjebak pada konflik elit
militer yang kembali mencuat ke ruang publik. Pertanyaannya
adalah, mengapa Presiden, sebagai anggota DKP saat itu, tidak
mau terlibat pada perdebatan tersebut? Bukankah semuanya
akan menjadi jelas? Bahkan ia bersedia menemui dan menerima
Prabowo berkali-kali di istana negara. Atau jangan-jangan ada
muatan politis dalam DKP tersebut, yaitu ingin merebut simpati
publik dengan cara mengajukan sejumlah oknum Kopassus dan
menjatuhi mereka hukuman untuk memuaskan tuntutan publik.
Dalam sidang DKP tersebut, sebagaimana sudah beredar
di berbagai media massa, Prabowo menyatakan siap bertanggung
jawab apabila ada anak buahnya melakukan kesalahan. Sikap
demikian persis dengan apa yang menjadi prinsip Prabowo yaitu,
“Tidak ada prajurit yang salah, hanya ada komandan yang salah.”
Sikap ksatria tersebut membuat Bambang
Kristiono dan anak buahnya di Tim Mawar tersentak kaget
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
70 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
mendengar pernyataan mantan Danjen di kesatuannya
itu. Bambang beserta anak buahnya mengaku terpukul dan
dihantui perasaan bersalah. Ia masih ingat ketika Prabowo
meminta dirinya dan seluruh anggota Tim Mawar untuk
menimpakan semua kesalahan kepada sang Jenderal,
“Selain dimaksudkan sebagai wujud tanggung jawab
seorang pemimpin, Beliau (Prabowo) sekaligus ingin
melindungi kami - anak-anak buahnya- dari jerat
hukum, “ tegas Bambang.
Bambang beserta anak buahnya merasa menyesal dan
berbuat zalim, karena membiarkan pimpinan mengambil alih
sesuatu yang tidak ia perintahkan.
“Kami merasa tidak adil menimpakan kesalahan yang
kami perbuat kepada beliau. Operasi yang mengarah
pada perampasan kemerdekaan terhadap sembilan
politik itu murni inisiatif saya,” kata Bambang.
Akhirnya, kepada majelis hakim, Bambang Kristiono dkk
juga menegaskan, semua aktivitas Tim Mawar tidak diketahui
dan tidak melibatkan atasan mereka di Kopassus.
“Kami bertanggung jawab terhadap apa yang
kami lakukan. Tidak ada pula korban perampasan
kemerdekaan di luar sembilan orang yang sudah kami
bebaskan itu,” tegas Bambang. 8
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
71P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Terkait pengamanan Sidang Umum MPR waktu itu, Prabowo mengatakan bahwa perintah pengamanan itu tidak rahasia. Dari atasan sejumlah instansi, termasuk Kodam dilibatkan. Jelang Sidang Umum MPR 1998 kala itu ada kurang lebih 28 orang yang harus diamankan bukan diculik.
“Ketika DKP saya kemukakan bahwa pengamanan itu tidak rahasia. Mereka, para jenderal yang memeriksa saya pun tahu. Itu dari atasan dan sejumlah instansi,
termasuk Kodam dilibatkan,” tegas Prabowo.9
Mantan Pangkostrad tersebut juga menegaskan,
“Semua yang saya lakukan, saya lakukan atas pengetahuan atasan-atasan saya, dengan
persetujuan mereka dan berdasarkan perintah mereka. Mungkin saja tidak semua itu menurut garis
komando, sebab atasan-atasan saya suka bekerja melompat beberapa tingkat tetapi saya mengatakan
ini tanpa ragu-ragu.”10
Ayahanda Prabowo, Soemitro Djojohadikoesoemo, melihat adanya muatan politis dari manuver Wiranto membentuk DKP, yaitu ingin merebut simpati publik dengan cara mengajukan sejumlah oknum Kopassus dan menjatuhi mereka hukuman untuk memuaskan tuntutan publik,
“ Ketika kemudian penyelidikan atas kasus ini seakan-akan terhenti, dengan tanpa melacak lebih lanjut
ke tingkat yang lebih tinggi guna mencari tahu siapa yang memberikan perintah kepada Prabowo
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
72 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
maka publik segera sadar bahwa pengungkapan kasus penculikan semata-mata mempunyai sasaran
tunggal: yakni menggeser Prabowo,” tegasnya.11
Saat para petinggi atasan Prabowo menolak untuk
bertanggung jawab, dengan tegas, bahkan di depan Dewan
Kehormatan Perwira (DKP), Prabowo mengakui “kesalahannya”,
tetapi tak dapat menolak dia hanya menjalankan perintah,
sebagaimana diketahui seluruh rekannya. Atasan Prabowo,
mantan Pangab Faisal Tandjung, dan penggantinya, Wiranto,
sama-sama menolak bahwa perintah tersebut berasal dari mereka,
atau dari Panglima Tertinggi Soeharto. Prabowo menyatakan
dia tidak pernah menerima secara langsung keputusan dewan
kehormatan.
Prabowo mengatakan, penculikan itu adalah operasi
tunggal. “Saya curiga,” tuturnya, “tapi pada akhirnya, hal itu masih
dalam tanggung jawab saya.”
Menurut Kontras, setidaknya selusin aktivis masih hilang.
Lustrilanang mengatakan bahwa sedikitnya tiga di antara
mereka pernah ditahan bersamanya. Prabowo terkejut dengan
fakta ini, dan dia menambahkan tidak mengetahui nasib mereka
yang hilang. Dia tetap enggan mengungkapkan identitas yang
memberi perintah.
Fakta apapun di balik kerusuhan, prasangka yang bisa
dibuktikan dan cerita yang benar akan sangat bermanfaat.
“Setelah TGPF,” Munir dari Kontras, almarhum, menegaskan,
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
73P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
“Apa yang berkembang adalah tak mungkin
menuduh Wiranto bertanggung jawab, walaupun
dalam hirarki dialah yang ada di puncak. Ini adalah
kemenangan politik Wiranto untuk meraih tiket
menuju rezim baru, padahal dirinya bagian tak
terpisahkan dari rezim lama yang tumbang.”
Di luar pendapat Munir di atas, sejumlah pengamat
militer beranggapan bahwa yang harus bertanggung jawab atas
kerusuhan Mei 1998 adalah Pangdam Jaya, kemudian Panglima
ABRI dan terakhir tentunya Presiden sebagai Panglima Tertinggi.
Akan tetapi mereka tak pernah dituntut untuk bertanggung
jawab atas tragedi tersebut karena secara politik mereka sedang
“tak tersentuh,” sebagaimana dikatakan almarhum Munir di atas
tadi:
“Ini adalah kemenangan politik Wiranto untuk meraih tiket
menuju rezim baru, padahal dirinya bagian tak terpisahkan dari
rezim lama yang tumbang.”
Bayangan bahwa Prabowo dianggap sebagai dalang di
balik berbagai kerusuhan, penculikan, dan penyalahgunaan
kekuasaan di berbagai bidang, semuanya kebanyakan muncul
setelah Soeharto tumbang. Bisa dikatakan, semua stigma yang
melekat pada diri Prabowo itu sebenarnya telah menyelamatkan
posisi banyak orang dari rezim lama yang telah tumbang tadi,
termasuk posisi para jenderal yang secara struktural menjadi
atasan Prabowo.
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
74 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
“Dia seharusnya tak menjadi satu-satunya orang yang dipersalahkan untuk semua hal,” kata Jaksa Agung Marzuki
Darusman kepada Asiaweek. “Dia sekadar sasaran yang empuk. Tapi itulah yang terjadi.” 12
Hal ini seolah membenarkan pernyataan Soemitro, Ayah Prabowo, bahwa dengan dikambing-hitamkannya Prabowo, tidak seorangpun kemudian akan berusaha mencari tersangka lain, atau menuntut jatuhnya karir perwira lainnya. Tak seorangpun akan balas dendam terhadap orang-orang yang masih hilang. Tak seorangpun memerlukan pengakuan bersalah. Sejauh ada cukup kepercayaan bahwa masalah seseorang akan lenyap bila ada pihak lain, baik perorangan maupun kelompok, yang dapat dipersalahkan dan kemudian disingkirkan.
Prabowo Mendompleng Popularitas Soeharto?
Isu miring lainnya yang bermunculan jelang Pilpres
2014 adalah bahwa, Prabowo diuntungkan oleh posisinya
sebagai menantu almarhum Presiden Soeharto. Karir yang
ia tapaki dari bawah direduksi dan dipangkas sepihak oleh
pihak tertentu untuk mengganjal jalannya menuju RI 1.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, atas
pertimbangan apa Soeharto menjadikannya sebagai menantu?
Apakah Prabowo ujuk-ujuk menjadi bagian dari keluarga
Cendana dengan check kosong tanpa prestasi? Bukankah
Soeharto, yang juga malang melintang di dunia militer, sangat
detil menilai seseorang? Pertanyaan inilah yang kemudian akan
mengungkap bagaimana Prabowo menapaki karir militernya.
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
75P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Prabowo bisa saja mencatut nama ayahnya,
Soemitro, ekonom kesohor yang pernah dimiliki republik
ini. Sebagai prajurit tangguh Ia tidak memilih jalan
tersebut. Pribadi yang tahu diri untuk memilah antara
ambisi pribadi dan kapasitasnya sebagai seorang prajurit.
Prabowo tetap merelakan diri pergi ke medan
tempur di Timor Timur, dibakar hidup-hidup di belantara
ilalang oleh pasukan Fretilin kemudian terkurung
menyelamatkan diri di lubang yang sesak selama 12 jam.
Ikut menuntaskan reformasi yang muncul dari arus
bawah (rakyat) hingga akhirnya dibenci Cendana sebab dituduh
bersekongkol dengan tokoh-tokoh pro reformasi. Sukses
mengantarkan B. J. Habibie menggantikan Soeharto sesuai
dengan yang dikehendaki konstitusi, meskipun kemudian ia
disingkirkan melalui isu kudeta yang nyatanya tidak pernah terjadi.
Museum Kopassus masih berdiri kokoh dan mempersilakan
siapa saja untuk mengetahui prajurit mana yang berprestasi.
Prabowo mendulang prestasi dengan keringatnya sendiri
jauh sebelum Cendana meliriknya untuk menjadi bagian dari
keluarga Soeharto. Apapun bisa terjadi di tahun politik ini,
utamanya bagi mereka yang tidak puas dengan masa lalunya
yang bersumber dari sifat iri. Tapi bila ingin melihat prestasi
Prabowo dengan kacamata yang berimbang dan terbuka,
maka Museum Kopassus membuka diri untuk memberi bukti.
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
76 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Pelanggaran HAM atau Komoditas Politik?
Fadli Zon menegaskan, tudingan pelanggaran HAM
atas Prabowo terus didaur ulang atau seperti fitnah rutin. Ia
membeberkan pengalamannya pada tahun 2004, waktu itu
banyak LSM meminta Fadli Untuk membedah bukunya yang
berjudul Politik Huru-Hara Mei 1998, menghantam Wiranto.
Menurut Fadli isu HAM yang diarahkan LSM jelang pilpres 2014
rentan kepentingan asing. Fadli Juga mempertanyakan kasus
HAM zaman petrus dan Tanjung Priok yang tidak pernah diproses.
Fadli juga mempersilakan pihak-pihak yang ingin
melaporkan jika ada bukti sesuai dengan prosedur hukum.
“Jika ada bukti laporkan saja…, kalau Anda punya bukti-bukti lain
silakan laporkan,” tegas Fadli Zon saat acara debat di TvOne.
Sedangkan Kivlan Zein mengatakan,
”Kita setuju bahwa itu harus dipertanggungjawabkan secara
hukum, dan Mahkamah Militer sudah menghukumnya, sampai
tingkat kebawah, waktu itu yang memimpin adalah mayor sudah
dihukum. Kemudian tingkat ke atas menurut hukum militer harus
bertanggung jawab dua tingkat ke atas Mayor di atas Letkol di
atasnya Kolonel sudah juga dihukum,” tegas Kivlan menjelaskan
aturan hukum Mahkamah Militer bahwa yang diproses adalah
dua tingkat ke atas.13
Tragedi Trisakti, penculikan dan isu HAM lainnya jelang
lahirnya “reformasi” seolah menjadi peluru tajam yang diarahkan
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
77P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
kepada pribadi Prabowo Subianto, utama jelang Pemilihan
Presiden 2014 yang semakin gencar. Seolah menjadi isu musiman
lima tahunan, dan terus memborbardir Prabowo sebagai
penjahat kemanusiaan.
Belum kering dari ingatan kita bagaimana pasangan
Capres-Cawapres, Megawati-Prabowo pada Pilpres 2009
mendeklarasikan tanpa ada sedikitpun orang mempersoalkan
pelanggaran HAM. Bahkan menurut dokumen kontrak politik
antara PDIP dan Partai Gerindra, keduanya sepakat untuk
mendukung Prabowo sebagai Capres pada Pilpres 2014.
Namun apa yang terjadi, seperti bertepuk sebelah tangan, janji
tinggal janji, kontrak tinggal kontrak, kesepakatan pun retak.
Kini masing-masing, PDIP dan Partai Gerindra, berjalan sendiri-
sendiri, bahkan berhadapan. Akibatnya harmoni yang pernah
terjalin pada Pilpres 2009 dan bahkan tertoreh dalam kontrak
“koalisi” untuk 2014, berubah menjadi gesekan dengan isu-isu
yang saling menyerang. Atmosfer politik pun panas dengan
bumbu kampanye hitam.
Isu yang hilang, bahkan tak muncul, pada saat Prabowo
menjadi Cawapres 2009 muncul ke permukaan saat memantapkan
diri untuk maju sebagai Capres 2014. Beberapa pihak mengungkit
masa lalu Prabowo. Ironisnya yang mengungkitnya adalah yang
pada Pilpres 2009 mendukung Megawati-Prabowo. Masalah
HAM, status hukum sebagai tentara yang “dipecat” ataupun
“diberhentikan” bergemuruh seiring keberhasilan Prabowo
membangun koalisi tenda besar.
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
78 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Masing-masing kita tentu punya keputusan atas dinamika
politik yang kompleks. Namun, benarkah Prabowo adalah dalang
dibalik itu semua? Ada dua hal yang penting dipertimbangkan.
Pertama, kalau benar Prabowo adalah dalang semua pelanggaran
HAM, maka sungguh Prabowo menjadi sosok yang luar biasa
yang bisa menentukan sebuah sistem komando dalam dunia
militer, padahal Prabowo bukanlah KSAD apalagi panglima
ABRI. Kedua, apabila benar Prabowo adalah dalang pelanggaran
HAM, bagaimana mungkin Megawati mengangkatnya sebagai
Cawapres untuk mendampinginya pada Pilpres 2009. Sedangkan
kita tahu kapasitas Megawati jelang reformasi lahir adalah
tokoh yang ikut mengawal reformasi bersama tokoh-tokoh lain
berjuang menuntaskannya. Bahkan Megawati menjadi salah satu
ikon perlawanan terhadap pemerintahan Orde Baru.
Begitu juga dengan dukungan Amien Rais terhadap
Prabowo sebagai Capres 2014. Sebagai Pahlawan Reformasi,
Amien Rais dikenal tokoh yang dekat dengan mahasiswa dan
berada di garda terdepan berhadapan dengan rezim yang
ditopang oleh tentara saat itu. Kalau betul Prabowo adalah
dalang pelanggaran HAM, sebegitu mudahkan Amien Rais
menggadaikan perjuangan meruntuhkan rezim otoriter untuk
mendukung Prabowo. Baik Amien Rais maupun Megawati
merupakan aktor reformasi sebagaimana terekam dalam sejarah
reformasi.
Bahkan Mahfud MD, “manusia hukum” yang terkenal
kehatian-hatiannya sekaligus keberaniannya dalam bertindak
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
79P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
dan memutuskan demi menegakkan keadilan dan kebenaran
bersedia mendukung Prabowo untuk RI 1. Tentu kita masih
ingat bagaimana Mahfud dengan gagah bersedia membongkar
institusi yang dipimpinnya, yaitu Mahkamah Konstitusi ketika
dituduh ada permainan di dalamnya. Dan tak terbukti. Mahfud
berani karena benar. Karena itu, pilihan Mahfud mendukung
Prabowo tidak lepas dari ijtihad atau pertimbangan hukum dan
politik dengan melihat “rekam jejak Prabowo.”
Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa Prabowo bukan
sosok yang digambarkan secara simplistis dengan stigmatisasi
dan pengadilan sepihak oleh para lawan politiknya. Dukungan
masyarakat terhadap pencapresannya, menunjukkan bahwa
Prabowo masih lebih diperhitungkan oleh rakyat bahkan
dibandingkan dengan mereka yang mengadilinya secara
sepihak.
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
80 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
“Saya dan Prabowo tidak pernah sekalipun memikirkan untuk kudeta. Kenapa? Karena sekali kudeta dilakukan, pasti akan selalu
berulang... “1
SEBELUM MEMBENARKAN pernyataan di atas marilah kita
tengok apa yang terjadi di Thailand sebagai negara yang
kecanduan untuk menuntaskan masalah kenegaraan terkait
konflik politik dan kekuasaan yang selalu diselesaikan dengan
cara “kudeta.” Kita masih ingat atas apa yang terjadi pada Mantan
Perdana Menteri Thaksin Sinawatra. Perdana Menteri Thailand
tersebut digulingkan dari kekuasaannya lewat aksi kudeta militer
pada tahun 2006 silam.
Kudeta militer selanjutnya terjadi pada Yingluck Sinawatra
yakni Perdana Menteri Thailand yang digulingkan, merupakan
adik dari Thaksin pada Kamis, 22 Mei 2014 lalu. Thailand
seolah menganut paham “sekali kudeta tetap kudeta”. Militer
Thailand terus menerus ikut campur dan melakukan kudeta dan
mengambil alih pemerintahan.
Gelar Thailand sebagai negeri dengan kudeta
militer terbanyak di dunia semakin tak terhindarkan.
PRABOWO LAKUKAN KUDETA?
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
81P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Sejak 1932, terjadi 12 kali kudeta militer dan tujuh kali
percobaan kudeta. Jika kudeta 1912 dan 1917 dimasukkan,
maka sudah lebih dari 20 kali kudeta di Thailand.
Kudeta yang paling dikenal dalam sejarah modern Thailand
terjadi pada 1932 yang dikenal sebagai Revolusi Siam, ketika
pemerintahan absolut Kerajaan Prajadhipok digulingkan
sekaligus membentuk wajah baru Thailand. Sejak saat itu kudeta
militer datang silih berganti baik yang berhasil maupun yang
gagal. Kudeta militer terjadi pada 2006 saat menggulingkan PM
Thaksin Shinawatra dan terakhir terjadi pada Yingluck.
Di Indonesia rumor terakhir adanya perebutan kekuasaan
begitu santer dan beredar liar terdengar setelah masa-masa
kerusuhan Mei 1998. Rumor tersebut membidik Prabowo
Subianto sebagai aktor kudeta, saat itu dia menjabat sebagai
Panglima Kostrad TNI AD (Pangkostrad). Rumor tersebut langsung
dibantah oleh Fadli Zon bahwa Prabowo sama sekali tidak punya
niat untuk merebut kekuasaan.
Fadli Zon bersaksi bahwa dialah yang menyarankan
melakukan kudeta waktu itu. Meminta Prabowo untuk
mengambil alih kekuasaan selama enam bulan, setelah itu
baru diselenggarakan Pemilu untuk pemerintahan baru. Saran
tersebut tidak diiyakan Prabowo ketika itu. Prabowo memiliki
prinsip dan pendapat sendiri soal transisi kekuasaan tersebut.
Prabowo menolak mentah-mentah saran itu karena
menurut Prabowo, “kudeta hanya akan melahirkan kudeta-
kudeta lanjutan.” Sebagai prajurit kutu buku tentunya Prabowo
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
82 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
paham akan sejarah negara-negara yang menempuh cara kudeta
termasuk konsekuensinya. Potensi Prabowo untuk mengambil
alih kekuasaan waktu itu sangat besar dengan kekuatan Kostrad
dan beberapa bataliyon Kodam Jaya tentu bisa terealisasi. Juga,
Danjen Kopassus, Muchdi PR, saat itu, justru tidak menentang
saran apapun.2
Retak dengan Habibie
Amanat Pasal 8 UUD 1945 mengantarkan B.J. Habibie menjadi Presiden di samping adanya faktor lain. Juga kekuatan Soeharto yang mulai melemah utamanya dukungan dari militer. Akhirnya pada 21 Mei 1998 Habibie sebagai Wakil Presiden secara resmi menggantikan Soeharto. Hubungan Habibie dengan Prabowo sebelum terjadi perubahan peralihan kekuasaan masih berlangsung baik dan tidak ada masalah. Namun setelah Habibie menjadi Presiden tiba-tiba berubah drastis.
Detik-detik peralihan kekuasaan dari Soeharto ke Habibie memang penuh ketegangan, rasa curiga dan saling hasut untuk memperoleh pengaruh dan perhatian dari Habibie. Hal tersebut dibuktikan saat Prabowo bertemu 44 pemimpin Ormas Islam di Jalan Suwiryo 6 Menteng, Jakarta Pusat, pada 21 Mei 1998 malam,
“Lalu saya bawa mereka kepada Pak Habibie, pukul 23:00 WIB. Kok
tiba-tiba besoknya saya dituduh menggerakkan pasukan untuk
kudeta,” tegas Prabowo sebagaimana dimuat dalam wawancara
Tempo (8 Oktober 2006).3
Ketegangan kalangan elit militer di awal kepemimpinan
Habibie juga dibenarkan oleh Sjafrie Sjamsoeddin selaku Pan-
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
83P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
glima Komando Operasi Jaya. Ia mengatakan
“Saat itu masa transisi dari Presiden Soeharto kepada Presiden
Habibie. Sehingga banyak isu, banyak rumor. Ini menimbulkan
disinformasi, khususnya di kalangan elite. Sedangkan di lapangan,
tidak ada suatu gangguan, perubahan, atau getaran apa pun yang
berkaitan dengan pengendalian operasi yang dipimpin Pangkoops
Jaya. Jadi itu hanya ada disinformasi.”
Adapun yang menginformasikan gerakan pasukan ke Kuningan adalah Wiranto yang memang tidak pernah ada rasa kecocokan dengan Prabowo. Terkait siapa yang menyampaikan informasi itu, dalam buku Habibie disebutkan,
“Pangab melaporkan bahwa pasukan Kostrad dari luar Jakarta
bergerak menuju Jakarta dan ada konsentrasi pasukan di
kediaman saya di Kuningan, demikian pula Istana Merdeka.
Jenderal Wiranto mohon petunjuk. Dari laporan tersebut, saya
berkesimpulan bahwa Pangkostrad bergerak sendiri tanpa
sepengetahuan Pangab,” tulisnya di halaman 82.4
Tidak hanya itu, pada 15 Februari 1999, Habibie juga
membeberkan hal tersebut di depan para jurnalis Asia dan
Jerman di Jakarta:
“Pasukan-pasukan itu atas perintah seseorang yang namanya
tidak akan saya sembunyikan, Jenderal Prabowo, berpusat di
beberapa tempat, termasuk rumah saya.”
Saat itu Habibie mengindikasikan bahwa Wiranto telah
melaporkan situasi tersebut kepadanya dan melindunginya.
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
84 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Adapun inti persoalan versi cerita Habibie tersebut adalah
bahwa pasukan yang melindungi kediamannya diperintahkan
untuk berada di sana tidak oleh Prabowo, melainkan oleh
Wiranto. Mengacu Pada briefing komando pada 14 Mei, Pangab
telah memerintahkan Kopassus menjaga kediaman Presiden
dan Wakil Presiden. Perintah tersebut ditetapkan secara tertulis
pada 17 Mei kepada perwira senior, termasuk Syafrie, Komandan
Garnisun pada waktu itu, yang menunjukkan salinan perintah
itu pada saya. Dalam pernyataannya di depan parlemen pada
23 Februari 1999, Wiranto mengatakan, “Tidak ada percobaan
kudeta.”
Versi lain berdasarkan keterangan Hartono Mardjono,
Habibie menerima laporan dari ajudannya, Letjen Sintong
Panjaitan, bahwa kediaman Habibie telah dikepung oleh pasukan
Kostrad dan Kopassus. Tidak hanya itu, menurut Presiden
Habibie, Panjaitan telah menyelamatkan keluarganya dengan
menerbangkan mereka ke Istana Negara.5
Mendepak Prabowo Sebelum Matahari Terbit
Mimpi buruk Prabowo diawali oleh datangnya seorang kolonel ke Markas Kostrad untuk mengambil pataka atau panji-panji Kostrad atas perintah KSAD Jenderal Subagyo Hadisiswoyo. Panji- panji Kostrad terpaksa harus diambil berarti dirinya akan diganti. Faktanya memang demikian. Presiden BJ Habibie memberikan perintah kepada Panglima ABRI yang pada waktu itu dijabat Jenderal Wiranto.
“Sebelum matahari terbenam, Pangkostrad sudah harus diganti dan kepada penggantinya diperintahkan agar semua pasukan
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
85P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
di bawah Komando Pangkostrad harus segera kembali ke basis kesatuan masing-masing.”6
Prabowo mungkin sepenuhnya memahami bahwa pergantian Pangkostrad tersebut lebih pada kalkulasi politik sebab ia bagian dari Cendana yaitu sebagai menantu Soeharto. Prabowo pun merasa dirinya akan diganti. Berdasarkan tulisan Wiranto di Kompas (2 Oktober 2006), Prabowo menerima keputusan itu walaupun merasa amat terkejut dan kecewa.7 Pertanyaannya adalah: Apakah kudeta yang ditakuti penguasa terjadi? Atau jangan hanyalah senjata untuk menyingkirkannya? Jika Prabowo menginginkan dengan didukung sahabat-sahabat militernya yang militan dan setia, bukankah sangat memungkinkan untuk mewujudkan kudeta? Prabowo seolah ingin menunjukkan sikapnya sebagai “prajurit.” Cukuplah bagi Prabowo mewujudkan keinginan rakyat yang menginginkan Soeharto mundur, untuk kemudian mengantarkan Habibie menggantikannya sesuai dengan apa yang diatur oleh konstitusi. Kenyataannya memang benar bahwa Prabowo tidak melakukan kudeta dan tidak melawan keputusan presiden atas keputusan pergeseran jabatannya.
Sebagai petinggi elit militer Prabowo sangat yakin dirinya berpeluang besar untuk merebut kekuasaan pada hari-hari kekacauan Mei 1998. Tapi kenyataannya dia tidak melakukannya. Prabowo menegaskan,
“Keputusan untuk memecat saya adalah sah,” kata Prabowo.
“Saya tahu kebanyakan pasukan saya akan mematuhi perintah
saya. Tapi saya tidak ingin mereka mati karena berperang
membela jabatan saya. Saya ingin menunjukkan bahwa saya
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
86 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
menempatkan kepentingan negara dan rakyat di atas diri saya.
Saya membuktikan bahwa saya adalah prajurit yang setia. Setia
pada negara, setia pada republik.”8
Penjelasan Tertulis Prabowo Atas Semua Tudingan Terhadapnya
Prabowo sudah memberikan penjelasan tertulis yang dibacakan dalam jumpa persnya di Ballroom Hotel Regent Jakarta. Pada waktu itu Prabowo tengah berada di Amman, Jordan, sehingga dalam jumpa pers itu ia diwakili oleh Achmad Soemargono, Fadli Zon, Farid Prawiranegara, dan Yunus Hutapea.
sebagaimana penjelasan berikut ini:
1. Semua pengerahan dan penempatan pasukan yang berada
di bawah komando saya pada saat yang dimaksud (12-
22 Mei 1998) telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur
yang berlaku, dilaksanakan sepenuhnya di bawah kendali
Panglima Komando Operasi Jaya, yaitu Panglima Jaya,
Komandan Garnisun Ibu Kota. Semua pengerahan
pasukan dilaporkan kepada komando atas. Laporan situasi
disampaikan terus-menerus kepada komando atas,dan
pengendalian pengarahan dilaksanakan melalui sebuah
posko yang diselenggarakan oleh Komando Operasi Jaya. Di
posko semua Asisten Operasi dari seluruh Komando Utama
Operasi yang berada di jajaran Garnisun Ibu Kota hadir
sendiri atau mengirimkan wakilnya.
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
87P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
2. Saya selaku Panglima Kostrad tidak memiliki wewenang
komando operasional atas apapun. Terhadap pasukan
Kostrad pun saya tidak memiliki wewenang komando
operasional. Tugas Panglima Kostrad hanya menyiapkan dan
menyediakan pasukan secepat mungkin kepada komando
pengguna dalam hal ini adalah Komando Operasi Jaya
sesuai dengan petunjuk dan pimpinan ABRI. Hal ini sudah
menjadi sistem komando dan pengendalian di jajaran ABRI
sejak belasan tahun.
3. Pada rapat yang dipimpin oleh Bapak Panglima ABRI
Jenderal Wiranto pada 14 Mei 1998 sekitar pukul 21.30 di
Markas Komando Garnisum Ibu Kota, telah diberikan tugas
kepada beberapa panglima Komando Ops ABRI yang ada
di Ibu Kota dalam rangka mendukung tugas Pangkoops
Jaya. Antara lain Panglima Kostrad diberi tugas membantu
pasukan yang mengamankan objek-objek vital di Ibu
Kota. Komandan Korps Marinir membantu pasukan yang
mengamankan kedutaan-kedutaan asing, serta Komandan
Jenderal Kopassus membantu pasukan yang mengamankan
presiden dan wakil presiden.
4. Sesuai dengan prosedur tetap mengamankan Ibu Kota
yang selama ini berlaku dan juga sesuai dengan berbagai
perintah operasi yang dikeluarkan pada saat itu, dalam
keadaan genting pasukan Kopassus bertanggung jawab atas
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
88 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
keamanan dan keselamatan Presiden dan Wakil Presiden.
Hali ini telah berkali-kali dilakukan sebelum kejadian bulan
Mei 1998, yaitu sebagai contoh pada Peristiwa 27 Juli 1996,
pasukan Kopassus ditempatkan mengamankan Istana,
kediaman Presiden dan Wakil Presiden. Dalam rangka
pengamanan, posisi pasukan selalu mengelilingi objek yang
diamankan, di luar lingkaran yang pertama yang dilakukan
oleh Pasukan Pengamanan Presiden.
5. Jadi, jelas semua penempatan dan pengerahan pasukan
pada saat-saat yang dimaksud adalah justru untuk
mengamankan semua objek vital, terutama keselamatan
Presiden dan Wakil Presiden.
6. Menjelang tanggal 20 Mei 1998, tersiar berita bahwa akan ada
gerakan massa sebanyak satu juta orang ke arah lapangan
Monas. Juga terbetik berita bahwa akan ada gerakan ke arah
kediaman Presiden Soeharto di Cendana. Secara logis pun
terdapat ancaman terhadap keselamatan wakil Presiden
di Kuningan. Pada rapat malam hari tanggal 19 Mei 1998
pukul 21.00 di Markas Besar ABRI di Medan Merdeka Barat,
oleh Bapak Pangab Jenderal TNI Wiranto yang memimpin
rapat tersebut, ditegaskan dengan sangat jelas dan berkali-
kali, bahwa tidak boleh satu orang pun massa yang masuk
ke Lapangan Monas ataupun kediaman Presiden Soeharto
di jalan Cendana. Oleh karena itu, saya telah mengusulkan
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
89P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
kepada rapat, juga kepada Bapak Pangab langsung
penggunaan kawat-kawat berduri sehingga seandainya
memang ada gerakan massa, dapat dihindari kontak
langsung antara aparat dan massa.
7. Tidak pernah terlintas dalam pikiran dan hati saya untuk
melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan konstitusi.
Ratusan perwira dan ribuan prajurit yang pernah saya
pimpin di berbagai satuan menjadi saksi bahwa saya
selalu mengajarkan pada setiap santiaji, ceramah, briefing,
maupun apel-apel, dan parade-parade, serta dalam setiap
jam komandan, untuk selalu menjunjung tinggi Pancasila
dan Undang Undang Dasar negara Kesatuan Republik
Indonesia 1945. Saya selalu mengajarkan untuk menegakkan
Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. Sesungguhnya perwira-
perwira dan prajurit-prajurit ABRI yang pernah saya pimpin
hampir semuanya adalah pribadi-pribadi yang dewasa,
patriotik, selalu rela berkorban demi bangsa dan rakyat kita.
Sangat sulit bagi mereka untuk diajak melakukan tindakan
yang tidak sesuai dengan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit,
terutama untuk melanggar konstitusi yang sah.
8. Untuk menjernihkan keadaan, mungkin perlu dilakukan
pengecekan langsung kepada puluhan perwira dan ratusan
prajurit yang ditempatkan di titik penting Ibu Kota, terutama
yang mengamankan Presiden dan Wakil Presiden (yang
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
90 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
kemudian pada 21 Mei 1998 menjadi Presiden). Mungkin
perlu ditanyakan kepada mereka, apa perintah yang mereka
terima, siapa pun yang memberikan dan sebagainya. Saya
yakin akan jelas bahwa semua penempatan tersebut adalah
justru untuk mengamankan dan menjaga keselamatan
Presiden dan Wakil Presiden (yang kemudian menjadi
Presiden pada 21 Mei 1998).
9. Saya justru sangat sedih dengan munculnya persepsi bahwa
saya berbuat mengancam keselamatan Presiden BJ Habibie,
seorang yang sejak lama saya kagumi dan seorang tokoh
yang selalu saya junjung tinggi dan saya bela di banyak
kesempatan umum maupun tertutup, di hadapan ratusan
perwira maupun kalangan sipil. Rasanya sulit bagi saya
membayangkan untuk berbuat negatif terhadap seseorang
yang telah saya kagumi, dan yang telah saya anggap sebagai
orangtua saya sendiri. Pada 21 Mei 1998 dini hari, kurang
lebih pukul 02.00, puluhan tokoh dari kurang lebih 44 ormas,
menanyakan kepada saya tentang sikap saya atas terbetiknya
berita bahwa Presiden Soeharto akan mengundurkan diri. Di
hadapan puluhan Ormas saya menyampaikan bahwa saya
mendukung proses konstitusional, dan secara konstitusional
Bapak Wakil Presiden B. J. Habibie seharusnya menggantikan
Bapak Presiden Soeharto berhenti atau berhalangan. Jadi
sungguh menyedihkan bagi diri saya bahwa telah muncul
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
91P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
persepsi yang sangat berlawanan dengan kenyataan yang
sebenarnya. Saya sungguh berharap bahwa dapat muncul
sikap arif dan bijaksana agar dapat diluruskan persepsi-
persepsi yang menurut keyakinan dan hati nurani sangat
keliru.
10. Seluruh hidup saya sebagai prajuriit ABRI telah saya curahkan
untuk kepentingan dan kehormatan bangsa dan negara,
serta keselamatan seluruh rakyat Indonesia. Ratusan perwira
dan ribuan prajurit ABRI yang pernah bertugas bersama saya
selama 24 tahun, serta ribuan pejuang-pejuang sipil yang
telah berjuang dan berkorban demi Merah Putih bersama
saya di berbagai tempat saya yakin akan menjadi saksi bagi
saya9.
Dukungannya terhadap Pemerintahan Habibie mungkin
membuat karir militernya berakhir. Citra diri Prabowo seolah
rusak (dirusak) baik di mata publik maupun di mata Soeharto.
Akan tetapi hal terpenting yang harus kita catat niat kuatnya
untuk menjadi “Prajurit Sejati.”
Kesetiaannya pada kedua aset penting negara yaitu
Presiden (Soeharto) dan Wakil Presiden bahkan hingga Habibie
melenggang menjadi Presiden, dapat menjadi bukti kuat
pengorbanan diri dan karir militernya yang dia rintis. Sekaligus
membungkam mereka yang menyatakan bahwa dia merancang
MELURUSKAN JALAN SEJARAH
92 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
kerusuhan atau kudeta, yang tidak pernah terjadi baik pada rezim
Presiden Soeharto maupun Presiden Habibie.
Kudeta adalah candu bagi generasi prajurit TNI
selanjutnya, Kudeta adalah jalan pintas yang mudah
utamanya bagi mereka yang berseragam dan
bersenjata, dan para petinggi militer Thailand telah
memberikan contoh terhadap bangsa ini.
Mungkin itulah yang mengganjal ambisi Prabowo untuk
melalukan “kudeta,” sebab menurut riwayat para sahabat
dekatnya, Prabowo tidak hanya cerdas melatih fisik ataupun
mengangkat senjata, akan tetapi dia selalu mematangkan
jiwanya dengan membaca. MEMENUHI JANJI R E F O R M A S I
“Kalau rakyat membutuhkan pelayan dan bangsa ini menginginkan pemimpin untuk mensejahterakan
rakyat, saya siap mengabdi kepada rakyat dan negara. Tapi bukan sekadar menjadi presiden. Untuk apa saya
menjadi presiden kalau tidak membawa kemaslahatan dan kesejahteraan bagi rakyat.”
MEMENUHI JANJI REFORMASI
95P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
NILAI-NILAI KEBANGSAAN seperti cinta Tanah Air, pengabdian untuk melindungi aset-aset bangsa yang tertanam kokoh saat menjadi prajurit, masih melekat kuat dalam diri Prabowo. Ia hadir kembali bukan dengan senjata, melainkan dengan Pasal 33 UUD ‘45 agar kekayaan yang terkandung di perut bumi Indonesia betul-betul untuk rakyat. Prabowo seolah terus bangkit mencari jalan demi terwujudnya cita – cita pendiri bangsa. Jiwa kepemimpinan yang ditempa sejak memutuskan untuk menjadi prajurit, utamanya saat Indonesia berada di ambang pintu reformasi, menuntunnya kembali untuk mengabdi kepada bangsanya.
Semangat yang dimilikinya seolah tidak pernah padam. Pahit dan manisnya kehidupan mampu dijalani dengan tegar. Perangainya yang tegas dan tidak pernah mengeluh dalam menjalani semua tantangan, menjadikannya sebagai idola dari para teman-temanya saat masih aktif di dunia militer. Prabowo memiliki kisah perjalanan hidup yang menarik, sebab itu banyak pihak menuturkan citra pribadinya dengan berbagai sudut pandang ataupun versi masing-masing penutur.
MELANJUTKAN CITA-CITA PENDIRI BANGSA
MEMENUHI JANJI REFORMASI
96 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Berakhirnya Karir Militer
Tahun 1998 merupakan momen terpenting dari seluruh
rangkaian perjalan hidup Prabowo Subianto sebagai seorang
prajurit sebelum ia memutuskan terjun ke dunia politik. Beban
dan tanggung jawab yang dipikulnya sangatlah berat sebab saat
itu, dalam kapasitasnya sebagai prajurit, ia harus mengamankan
aset-aset bangsa di tengah kekacauan situasi massa pada
huru-hara Mei 1998. Ia juga berada dalam tekanan rakyat dan
mahasiswa untuk menuntaskan reformasi dan pada saat yang
bersamaan ia harus melindungi keselamatan Soeharto sebagai
Presiden Republik Indonesia yang sah sebagai mertuanya sendiri.
Reformasi kemudian bergulir ditandai dengan mundurnya
Soeharto sebagai Presiden RI. Selanjutnya atas nama konstitusi
Prabowo ikut mengantarkan Habibie untuk menjadi Presiden
menggantikan Soeharto mertuanya sendiri.
Sejak itu isu tak sedap menimpa Prabowo, termasuk isu
kudeta, dalang kerusuhan dan penculikan semakin liar di ruang
publik. Prabowo dicopot jabatannya sebabagai Pangkostrad dan
dipindahkan ke Komandan Sesko ABRI, kemudian ia diperiksa
oleh Dewan Kehormatan Perwira (DKP). Dalam keputusan
persidangan (DKP), Prabowo dinyatakan bersalah karena tidak
mengetahui kegiatan bawahannya yang melakukan penculikan
aktivis pro-demokrasi.
MEMENUHI JANJI REFORMASI
97P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1998, DKP melakukan sidang terakhir dan merekomendasikan agar Letjen Prabowo Subianto dijatuhi sangsi Administratif dan diproses di Mahkamah Militer. Sangsi ini dianggap sesuai dengan kelalaian yang diperbuat oleh Prabowo. DKP tidak menjatuhkn sangsi berupa pemberhentian sebagai Jenderal di angkatan militer. “Masa dinas Jenderal Prabowo di ABRI diakhiri” Tegas Wiranto.1 Sehingga berakhirlah perjalanan sang Jenderal yang memiliki setumpuk prestasi sejak masuk di dunia militer.
Tuduhan keterlibatan Prabowo atas kasus-kasus pada 1998 tersebut, dinilai beberapa pakar baik sipil maupun militer tidak benar. Mereka menilai Prabowo hanyalah sebagai tumbal elit militer sekaligus sebagai alat cuci tangan mereka. Bahkan beberapa dari petinggi militer saat itu siap menjadi saksi jika isu HAM yang dikaitkan dengan Prabowo tersebut diangkat kembali.
Bangkit Kembali
Pada saat dihadapkan pada siatusi yang sulit tersebut, pada tanggal 27 Mei 1998 Prabowo mengambil langkah pasti terkait status dirinya, yaitu untuk memutuskan pensiun dini
dari dinas militer. Prabowo meminta surat pensiun dirinya dan
segara diterbitkan kepada Wiranto, agar lebih leluasa untuk
bisa mencari kehidupan lain menafkahi keluarganya. Waktu itu
adiknya Hashim sedang merintis bisnis di timur tengah.
“Saya perlu mencari nafkah” jelasnya.2
Surat pensiun Prabowo ditandatangani pada 20 November
1998. Cukup jauh jangka pemberitahuannya jika dirunut dari Tim
MEMENUHI JANJI REFORMASI
98 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Pencari Fakta (TGPF) yang menyampaikan laporannya pada 3
November 1998.3
Kematangan diri yang diuji sejak awal karir hingga akhir
karir militer Prabowo, menuntunnya untuk tidak berhenti dan
menyerah pada keadaan. Prabowo seakan menarik diri dari hiruk
pikuk fitnah terhadap dirinya yang berkembang tak terkendali
di tengah masyarakat. Tentu keputusan yang diambilnya sudah
melalui kalkulasi yang matang, untuk kemudian bisa berbakti
kembali terhadap Tanah Air yang ia cintai. Seperti kata orang
bijak,
“untuk memperbaiki keadaan bangsa tentu harus dimulai dengan
memperbaiki diri kita sendiri.”
Prabowo yang digempur berbagai tuduhan serius dan
bangkit kembali tanpa ada kata menyerah sedikitpun. Masa lalu
yang dijalaninya dianggap sebagai lembaran pelajaran hidup
semata. Sedangkan masa depan harus tetap dihadapi dan
dijalani karena tidak ada pesan final baginya untuk terus berbakti
kepada NKRI.
Arus balik dari kehidupan Prabowo bermula ketika menekuni dunia bisnis. Saat hiruk pikuk ‘98 mulai reda, Prabowo pergi ke Inggris dan kemudian memilih untuk menetap di Yordania. Di sinilah Prabowo mulai merintis karir di dunia bisnis. Prabowo mempunyai kebiasaan cepat belajar selain itu ia juga sudah lama hidup di tengah keluarga berlatar belakang bisnis. Ia bersama adiknya Hashim Djojohadikusumo akhirnya sukses,
MEMENUHI JANJI REFORMASI
99P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
dan pelan-pelan mulai menuai hasil. Berbeda dengan Prabowo, Hashim memang sudah lama menekuni usaha dagang sewaktu Prabowo masih aktif di dinas militer.
Saat berada di Yordania, Prabowo mendapat perlakuan khusus oleh Raja Yordania, Abdullah, sahabat Prabowo saat belajar di sekolah militer. Raja Abdullah sangat mengaguminya dan mengetahui semua keunggulannya, bahkan dia sangat menghormati Prabowo. Sehingga melalui usaha teman dekatnya tersebut, Prabowo diterima dengan tangan terbuka oleh Negara Yordania.
Kepergiannya ke Timur Tengah tersebut sempat membuat gaduh Indonesia. Prabowo belum sepenuhnya lepas dari sorotan media nasional di manapun ia berada. Hal itu dapat dilacak dari pemberitaan media massa yang terus mengaitkannya dengan kasus penculikan 1998 dan diasumsikan sebagai bentuk pelarian dari tanggung jawab. Namun dengan tegas dalam berbagai kesempatan Prabowo menjalaskan kepada publik, bahwa kepergiannya dalam rangka menekuni kegiatan barunya dalam bidang perdagangan.
Ketika menetap di Yordania, Prabowo sering berkunjung ke Jerman, tidak hanya untuk perjalanan bisnis, melainkan juga untuk memberi ceramah di sekolah komando angkatan bersenjata. Ha ini pernah diberitakan oleh seorang wartawan Jerman,
“Ia beberapa kali memberi ceramah di sebuah sekolah komando angkatan bersenjata di Jerman.”4
MEMENUHI JANJI REFORMASI
100 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Setelah sukses menekuni bisnis di Yordani dan sebagian
masyarakat Indonesia memahami konflik elit politik saat ia
menjabat Pangkostrad, Prabowo memutuskan kembali ke
Indonesia. Sekembalinya ke Tanah Air, Prabowo semakin
memantapkan bisnisnya. Hal ini terlihat dari beberapa perusahan
yang dipimpinnya. Prabowo tercatat sebagai Komisaris
Perusahaan Migas Karazanbasbunai, Kazakhtan, juga sebagai
presiden dan CEO PT. Tidar Kerinci Agung (perusahaan minyak
kelapa sawit), Presiden dan CEO PT. Nusantara Energy, bergerak
di bidang usaha Migas, Pertambangan, Pertanian, Kehutanan
dan Pulp, dan sebagai Presiden sekaligus CEO dari PT. Jaladri
Nusantara yang bergerak di bidang perikanan. Perusahaan lain
yang menjadi tanggung jawabnya yakni PT. KIANI (perusahaan
penghasil kertas). Selain memiliki PT. Kertas Nusantara, Prabowo
juga diketahui memiliki perusahaan bernama Nusantara Group
yang membawahi 27 perusahaan di dalam dan luar negeri.
Perusahaan-perusahaan yang dimiliki Prabowo bergerak di
bidang perkebunan, tambang, batu bara, dan kelapa sawit.5
Prabowo seakan terus berpacu dengan waktu guna
mendapatkan modal untuk membangun negeri ini. Anak
ketiga dari pakar ekonomi Indonesia terkemuka tersebut, ingin
membuktikan bahwa di luar dunia militer dirinya juga bisa sukses.
Dengan beberapa perusahaan yang dibawahinya, Prabowo
tercatat sebagai pengusaha pendatang baru yang sukses
di Indonesia. Keberhasilan dalam menjalankan perusahaan
membuktikan adanya multitalenta yang dimilikinya. Sukses
dalam bisnis yang ditekuninya mengantarkan Prabowo ke
MEMENUHI JANJI REFORMASI
101P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
jenjang apa yang dia cita-citakan, yakni ingin mengabdikan diri
kepada Tanah Air.
Seakan ada yang mengganjal dalam diri Prabowo di
tengah kesuksesannya tersebut, yaitu ingin melanjutkan cita-
cita para pendiri bangsa, mengorbankan apa yang dimilikinya
baik gagasan, harta bahkan mungkin jiwanya demi mencapai
kesejahteraan bersama. Hal ini terlihat dalam setiap pidato-
pidato kampanyenya yakni rakyat harus “merdeka di negeri
Sendiri,” sehingga Indonesia mampu melepaskan diri dari
cengkraman para penjajah modern. Pemikiran Prabowo banyak
diinspirasi oleh Bung Karno utamanya gagasan Soekarno yang
dikenal dengan Trisakti (berdaulat secara politik, berdirikari di
bidang ekonomi dan berwibawa dalam kebudayaan) sebagai
modal acuan dasar untuk membangun bangsa yang besar dan
berdaulat.
Gagasan Trisakti tersebut berpijak pada keadilan serta
kemakmuran yang merupakan cita-cita bersama. Soekarno
dalam pidato-pidatonya sering menekankan,
“Untuk membangun suatu negara yang demokratis, maka suatu
ekonomi yang merdeka harus dibangun. Tampa adanya ekonomi
yang merdeka tak mungkin kita mencapai kemerdekaan, tak
mungkin mandirikan negara, tak mungkin kita tetap hidup’’.6
Dari sini bisa disimpulka bahwa cita-cita keadilan dan
kemakmuran yang merupakan tujuan dari kemerdekaan harus
diwujudkan melalui demokrasi politik dan demokrasi ekonomi.
MEMENUHI JANJI REFORMASI
102 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Prabowo seakan ingin mengatakan bahwa kita belum
sepenuhnya merdeka sehingga memerlukan kemerdekaan
Indonesia jilid II yang sudah di depan mata. Membangun
Indonesia dari keterpurukan selama ini merupakan cita-cita
kemerdekaan jilid II tersebut, yaitu dengan mengelola sumber
daya alam melimpah, yang saat ini belum bisa dimanfaatkan
dengan maksimal untuk kepentingan rakyat, sehingga
menyebabkan Indonesia hidup dalam garis kemiskinan.
“Sejak delapan tahun lalu saya ungkapkan keadaan yang
saya namakan Paradoks Indonesia’. Bangsa yang kaya tapi
rakyatnya miskin,” kata Prabowo.7
Tanpa henti Prabowo terus menuangkan gagasannya
termasuk masalah kedaulatan pangan. Dengan melewati
ketergantungan terhadap produk impor, Prabowo meyakini
negara ini akan keluar dari kemiskinan. Sehingga dalam hal ini
Prabowo mencoba untuk memfokuskan perbaikan pada ranah
yang belum tersentuh secara maksimal oleh pemerintah. Pasal
33 dalam UUD 45 yang terkait dengan perekonomian dan
kesejahteraan sosial yang menjadi fokus utama dalam setiap
kesempatan.
Baginya, mewujudkan cita-cita bangsa yang ada pada
pasal 33 adalah harga mati yang tidak bisa tawar, sebab pasal
tersebut adalah roh bagi perwujudan kesejahteraan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Pasal ini menekankan kerjasama
dengan berdasarkan kekeluargaan dan memiliki pandangan
perekonomian kerakyataan.
MEMENUHI JANJI REFORMASI
103P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Prabowo juga optimis bahwa kedaulatan pangan bisa
dicapai jika para petani Indonesia terus diberdayakan. Indonesia
menurutnya mampu keluar dari ancaman krisis pangan dunia
sebab bumi Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai
cita-cita tersebut. Indonesia dianggap mampu melakukan
pengendalian pangan, dan usaha untuk memenuhi kebutuhan
pangan nasional bukan sekadar impian. Indonesia pernah
berswasemabada pangan, bukan hal yang mustahil untuk dapat
bangkit kembali. Bung karno pernah mengatakan bahwa pangan
rakyat adalah mati hidupnya sebuah bangsa.8 Sehingga dalam
menempuh perjuangan dalam membangun bangsa harus sudah
terkonsep dalam benak seseorang, lebih – lebih pada penyediaan
pangan itu sendiri.
Prabowo Subianto memiliki visi untuk mengembalikan
kembali kedaulatan negara melalui ketahanan pangan. Dari
sini kita dapat menarik benang merah akan visinya bahwa
pemerintahannya nanti, jika terpilih, akan memberikan perhatian
serius terhadap pemenuhan pangan dalam negeri, sehingga
ketergantungan impor bisa dihindari agar macan Asia kembali
mengaung dan Berjaya.
MEMENUHI JANJI REFORMASI
104 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
PRABOWO SUABIANTO menyadari bahwa untuk mencapai
cita-cita luhur bangsa tidaklah mudah. Memperjuangkan amanat
Pasal 33 UUD ‘45, pelayanan kesehatan, pendidikan dan harga
kebutuhan pokok yang terjangkau bagi rakyat akan menjadi sulit
tanpa didukung oleh kebijakan yang berpihak atas terwujudnya
cita-cita tersebut. Maka kemudian Prabowo mendirikan Gerindra
sebagai kendaraan untuk berada di pusat kekuasaan sehingga
dapat menciptakan kebijakan yang berpihak kepada rakyat.
Adapun upaya untuk melanjutkan cita-cita pendiri
bangsa, harus tetap diperjuangkan karena sudah melekat pada
dirinya. Prabowo tidak hanya memperkaya diri dengan terjun
ke dunia bisnis, namun ia juga mencoba untuk memperbaiki
negeri ini dengan cara terjun langsung ke politik praktis. Hal ini
disebabkan karena ia menganggap kondisi bangsa sudah mulai
memprihatinkan, bahkan dianggapnya negara ini memiliki
disintegrasi yang cukup tinggi.
Tergerusnya nilai-nilai Pancasila di kalangan pemuda
semakin nyata. Identitas dan jati diri bangsa secara perlahan
mulai menghilang, bahkan banyak yang menganggap Pancasila
POLITIK SEBAGAI WADAH MELANJUTKAN CITA-CITA
BANGSA
MEMENUHI JANJI REFORMASI
105P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
sudah usang dan tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Kondisi ini
mengetuk hati Prabowo untuk mengembalikan nilai-nilai yang
mulai tergerus tersebut dengan menyumbangkan sebagian dari
kekayaan ke dunia pendidikan.
Perhatian Prabowo juga tertuju pada peningkatan taraf
hidup rakyat Indonesia yang tidak kunjung meningkat.Hal ini
dapat dilihat dari semakin tajamnya kesenjangan hidup antara
si kaya dan si miskin. Kondisi itulah yang mendorong Prabowo
Subianto memperjuangkan cita-cita bangsa melalui jalur politik.
Politik bagi Prabowo bukan soal memburu kekuasaan atau bagi-
bagi kekuasaan, akan tetapi bagi Prabowo politik adalah dalam
rangka bernegara dan perbaikan bangsa.
Jika Prabowo hanya memikirkan kesejahteraan pribadi,
maka tidak perlu lagi untuk terjun ke politik sebab ia sudah selesai
dengan dirinya sendiri. Seperti yang pernah dinyatakan Prabowo
bahwa terjun ke politik jangan di salah artikan, lebih-lebih hanya
bertujuan untuk memperkaya diri. Terjun ke politik praktis
menurutnya harus dimaknai sebagai perjuangan membangun
Indonesia.
“Kita berjuang hanya untuk Indonesia yang kita cintai.
Kalau untuk kekayaan pribadi untuk apa masuk
politik? Pikir ulang sebelum terjun ke politik,” tegas
Prabowo.1
Alasan yang sering disampaikan Prabowo mengapa ia
terjung ke politik praktis, tidak terlepas dari keprihatinannya
MEMENUHI JANJI REFORMASI
106 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
atas bangsa yang kaya ini. Indonesia sudah lama merdeka,
sering gonta-ganti pemimpin namun masih saja banyak rakyat
yang kehidupannya jauh dari layak. Prabowo juga menegaskan
bahwa salah satu penyebab terbesar banyaknya rakyat Indonesia
hidup di bawah kemiskinan disebabkan kekayaan negara yang
mengalir bukan pada rakyat itu sendiri, melainkan dinikmati oleh
asing.
“Ini adalah kunci saya terjun ke politik,. Demikian Prabowo
di depan Ketua Umum Pepabri di kantor organisasi itu di Jakarta,
Selasa, 22 April 2014.2
Bagi Prabowo, terjun ke politik praktis bukan untuk
memuaskan dahaga kekuasaan, melainkan untuk menuntaskan
janji dan cita-cita kemerdekaan. Merebut kekuasaan sehingga
mampu membuat kebijakan pro-rakyat untuk mengatur
kehidupan kolektif yang baik dengan mendistribusikan
kesejahteraan secara merata. Dengan demikian untuk
memperjuangkan apa yang menjadi cita -cita pendiri bangsa
harus dengan cara terjun ke politik.
Prabowo mengajak mereka yang mempunyai nurani dan
nilai-nilai kebajikan untuk tidak berdiam diri, sebab sikap yang
demikian tidak akan memberikan dampak besar terhadap
orang lain. Prabowo menyerukan kepada individu-individu yang
memiliki niat baik membangun negara untuk terjun dan terlibat
dalam dunia politik,
MEMENUHI JANJI REFORMASI
107P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
“Karena kalau orang – orang baik diam, bangsa Indonesia akan
selalu ditindas oleh bangsa lain”, tegas Prabowo.3
Bergabung Dengan Golkar
Kiprah Prabowo dalam dunia politik dimulai saat ia
menjatuhkan pilihan untuk masuk pada Partai Golkar. Partai
tersebut diyakini Prabowo memiliki banyak pengalaman dalam
perpolitikan nasional. Golkar dalam pandangan Prabowo ikut
andil dalam membangun bangsa dan berkontribusi untuk
membenahi keruwetan negara dengan ikut serta dalam
pemerintahan. Sehingga dengan tanpa ragu dan penuh rasa
percaya diri, Prabowo memberanikan untuk bergabung dengan
Golkar pada 2003. Walaupun pada kenyataannya Golkar tidak
sulit mencari kader yang mempunyai komitmen ikut membenahi
bangsa.
Keputusan yang diambil untuk bergabung dengan partai
Golkar bukan juga semata-mata karena partai ini sudah banyak
pengalaman, lebih disebabkan pada banyaknya kader Golkar
yang menjadi tokoh nasional yang menjadi pertimbangan
tersendiri bagi Prabowo. Sehingga ia merasa harus banyak
belajar dari partai Golkar ini, dengan harapan bisa menyalurkan
semangatnya untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
Keyakinan Prabowo bahwa Indonesia bisa bangkit dan bisa
sejajar dengan negara maju lainnya tidak pernah padam. Alasan
tersebut juga ikut mendasari alasan Prabowo untuk bisa terjun ke
dunia politik praktis. Sebagaimana yang ia nyatakan,
MEMENUHI JANJI REFORMASI
108 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
“Jadi kalau kita ingin merubah ke hidupan ke arah yang lebih baik
maka harus berani dan tidak alergi dengan politik, karena politik
tidak sekejam seperti yang kita bayangkan”.4
Kalah di Konvensi Capres Golkar
Prabowo menapaki karir politiknya dengan bergabung
dengan Golkar. Saat jelang Pemilu 2004 nama Prabowo muncul
ke permukaan. Kader yang mulai dipertimbangkan oleh petinggi
Golkar saat itu untuk kemudian maju menjadi Capres 2004 dari
partai Golkar.
Konvensi Golkar saat itu diadakan untuk mencari siapa
sosok yang diinginkan rakyat sebagai Capres. Arah dari konvensi
tersebut adalah untuk mencari sosok alternatif dengan kharisma
individu yang kuat sebagai salah satu modal sebagai Capres,
di samping untuk mendulang suara lebih banyak. Upaya
untuk melihat siapa yang dinilai memiliki elektabilitas yang
tinggi disiasati dengan mengadakan Konvensi Golkar. Seperti
yang disampaikan oleh Akbar Tanjung ketika membuka Rapat
Koordinasi Nasional Bidang Pemenangan Pemilu (Rakornas)
PP DPP Partai Golkar pada 27 februari 2003, bahwa partainya
bertekad pada pemilu 2004 untuk melahirkan presiden pilihan
rakyat, bukan milik partai semata.5
Daftar nama-nama yang cukup populer dalam konvensi
Partai Golkar pada 2003, antara lain: Nurcholis Majid, Jusuf Kalla,
Aburizal Bakrie, Sultan Hamengku Buwono ke X, Surya Paloh,
Wiranto dan sang ketua Umum Akbar Tanjung.
MEMENUHI JANJI REFORMASI
109P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Dari beberapa nama peserta konvensi di atas, Prabowo
menjadi salah satu kandidat yang akan maju sebagai Capres
Partai golkar di Pemilu 2004. Titik tolak perjalanan poltik Prabowo
adalah sejak ia mendaftarkan diri sebagai peserta konvensi
tersebut.
Potensi Prabowo untuk memenangkan Konvensi Golkar
saat itu belum kelihatan, sebab ia masih pendatang baru. Faktor
lain adalah nama – nama seperti Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie,
Surya Paloh, Wiranto dan sang ketua Umum Partai Golkar Akbar
Tanjung, sudah sejak lama popular dibandingkan dengan
Prabowo. Sehingga jika dibandingkan dengan mereka, Prabowo
mustahil akan menang dalam konvensi Partai Golkar 2003
tersebut, bahkan dapat dipastikan akan gugur pada putaran
pertama.
Sepak terjang Prabowo Subianto pada Konvensi Partai
Golkar di 2003 dinilai cukup sukses. Terlihat dari kuatnya figur
Prabowo sampai pada konvensi putaran terakhir. Putaran pertama
yang diikuti 19 peserta, menyisakan 7 kandidat. Kemudian
putaran ke dua menyisakan 5 peserta setelah Jusuf Kalla dan
Sultan Hamengku Buwono ke X mengundurkan diri. Konvensi
Partai dijadwalkan akan berlangsung dua putaran. Pada putaran
pertama Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tanjung unggul dari
beberapa nama yang memiliki dukungan cukup signifikan. Salah
satu kandidat yang memang kurang diunggulkan, yaitu Prabowo
Subianto yang mendapat 30 suara, Surya Paloh 77 suara, Aburizal
Bakrie 118 suara, Wiranto 130 suara dan sang pemenang putaran
pertama adalah Akbar Tanjung memperoleh 147 suara.
MEMENUHI JANJI REFORMASI
110 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Perolehan 30 suara Prabowo pada Konvensi tersebut
menjadi modal utama masuk pada putaran ke dua. Dengan
menorehkan namanya pada peserta konvensi putaran ke dua
saat itu, menunjukkan bahwa karisma Prabowo juga harus
diperhitungkan oleh para kandidat lain. Karena tidak menutup
kemungkinan Prabowo dapat mengungguli suara dari ketua
umum Partai Golkar pada putaran kedua yang hanya menyisakan
5 orang peserta Konvensi, secara otomatis pertarungan waktu itu
semakin sengit dan menegangkan.
Pada putaran kedua Wiranto membuat kejutan. Jika pada
putaran pertama Akbar Tanjung mengungguli empat kandidat
yang lainnya. Namun pada putaran kedua Wiranto keluar
sebagai peserta yang mendapatkan suara terbanyak dengan
mengantongi 315 suara. Mengalahkan sang ketua umum Partai
Golkar Akbar Tanjung yang memperoleh 227 suara.
Konvensi Golkar 2003 waktu itu adalah ruang bagi
Prabowo untuk menimba pengalaman politik sekaligus
mengukur kharisma dirinya sebagai pembelajaran ke depan.
Walaupun hanya menorehkan namanya pada putaran kedua
Konvensi Partai Golkar pada 2003, namun niat dan semangatnya
untuk berkontribusi terhadap bangsa patut dihargai. Konvensi
Partai Golkar 2003 semakin meyakinkan langkahnya untuk
meneguhkan komitmennya memperjuangkan cita–cita para
pendiri bangsa yang harus ditempuh dengan cara merebut
kekuasaan.
MEMENUHI JANJI REFORMASI
111P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Keluar dari Golkar
Pada tanggal 12 Juli 2008, Prabowo memberanikan diri
menghadap ke salah satu anggota penasehat Partai Golkar,
Ketua umum Partai Golkar dan sekaligus Wakil Presiden Republik
Indonesia Jusuf Kalla untuk menyampaikan niatnya keluar dari
partai berlambang beringin tersebut.
“Pada tanggal 12 Juli, saya menghadap Bapak Jusuf Kalla sebagai
Ketua Umum Partai Golkar. Saya sampaikan kepada beliau
bahwa saya mengundurkan diri dari Golkar, baik sebagai anggota
penasehat dan sebagai anggota Partai Golkar,” kata Prabowo
dalam jumpa pers yang digelar di Jakarta, Senin 14 Juli 2008.6
Pernyataan ini tentu membuat Jusuf Kalla selaku Ketua
Umum Partai Golkar waktu itu terkejut, sebab posisi Prabowo
saat itu adalah sebagai salah satu Anggota Penasehat Partai
Golkar. Prabowo keluar dari Partai Golkar baik sebagai Anggota
Penasehat maupun Sebagai Anggota Partai Golkar. Sehingga
hal ini menimbulkan pertanyaan bagi seorang Wakil Presiden RI
2004-2009 Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla bersikap demokratis dalam menyikapi
keputusan anggota partainya waktu itu. Kalla sebagai Ketua
Umum partai Golkar memberikan keleluasaan bagi seluruh
kader partai untuk berkiprah di mana saja. Tidak terkecuali
pada Prabowo waktu itu. Kalla sempat bertanya terkait alasan
MEMENUHI JANJI REFORMASI
112 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
mengapa Prabowo mengambil keputusan tersebut, “kecewakah
dengan Golkar?” Tanya Jusuf Kalla.
Alasan Prabowo memutuskan keluar dari Golkar adalah
sebab ketidak leluasaannya menyampaikan ide dan gagasannya.
“Ini pilihan politik saya…saya kurang maksimal berkiprah
menyumbangkan pikiran dan tenaga jika saya tetap berada di
Golkar.” tegasnya.7
Prabowo tidak menjawab langsung pertanyaan Jusuf
Kalla. Melainkan hanya menjelaskan bahwa dirinya masih merasa
sangat kurang maksimal jika masih berkiprah di dalam partai
Golkar. Prabowo ingin melanjutkan visinya untuk mewujudkan
cita-cita bangkitnya ekonomi kerakyatan sebagai salah satu visi
besar sebagai ketua HKTI waktu itu. Pilihan Prabowo untuk keluar
dari Golkar agar lebih fokus pada pemberdayaan pertanian.
“Saya katakan. Saya merasa tidak maksimal berkiprah di Golkar….,
perasaan saya, sebagai ketua umum HKTI saya harus membawa
pesan dan memperjuangkan pesan kaum tani. Dan sebagai
anggota penasehat Golkar, saya kurang maksimal berjuang untuk
itu,” kata Prabowo.8
Prabowo telah menimba banyak pengalaman saat
bergabung dengan Golkar. Namun Ia adalah sosok selalu gelisah
terutama jika gagasan dan fikirannya merasa tersumbat. Ia
kemudian berjuang bersama para petani Indonesia di HKTI demi
MEMENUHI JANJI REFORMASI
113P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
cita-cita kebangkitan petani dan pangan. Tentu saat bergelut
di HKTI Prabowo juga banyak memahami persoalan pertanian
termasuk bagaimana cara mengatasi cara tersebut. Akhirnya
Prabowo semakin yakin untuk mendirikan partai baru sebagai
wadah perjuangan. dan partai baru itulah diberi nama Gerakan
Indonesia Raya yang disingkat Gerindra.
MEMENUHI JANJI REFORMASI
114 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
GERINDRA atau Partai Gerakan Indonesia Raya adalah partai
yang bercita-cita ingin meneruskan filosofi perjuangan Partai
Persatuan Indonesia Raya yang didirikan 10 Desember 1948.
Partai ini bercita-cita ingin mengangkat martabat kehidupan
segenap rakyat Indonesia di dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.1
Aktivis mahasiswa dekade 1990-an, Fadli Zon dan
pengusaha Hasim Djojohadikusumo adalah dua orang yang
mencetuskan gagasan untuk mendirikan partai ini, yang akhirnya
diberi nama Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Berdiri pada Februari 2008, Gerindra yang berasas
nasionalisme kebangsaan religius itu berkeinginan memformat
kepemimpinan nasional yang lebih kuat dan menghentikan
dominasi asing yang menyengsarakan rakyat.2
Fadli, dan Hashim, yang juga adik mantan Danjen Kopassus
Letjen (Purn) Prabowo Subianto, melihat situasi politik nasional
pada sembilan tahun setelah reformasi, dimana menurut mereka,
sistem demokrasi dalam pelaksanannya telah diselewengkan
GERINDRA, JIWA DAN RAGA RAKYAT
MEMENUHI JANJI REFORMASI
115P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
oleh para elit politik dan penguasa untuk kepentingan golongan
dan individu tertentu.
Akibatnya rakyat tidak menikmati manfaat penuh
dari sistem demokrasi dan justru menjauhkan rakyat dari
kesejahteraan. Demokrasi dianggap terus berjalan, namun tidak
mengacu pada landasan upaya untuk menyejahterakan rakyat.
Gagasan pendirian partai ini akhirnya diteruskan saat
beberapa pertemuan dengan Prabowo Subianto, yang saat itu
masih menjabat anggota Dewan Penasihat Partai Golkar.
Posisi Prabowo di Golkar itu pula yang sempat menghambat
proses untuk pendirian Partai Gerindra. Namun, kebutuhan untuk
mendirikan partai baru dianggap begitu mendesak. Akhirnya
disepakati perlu ada partai baru yang benar-benar memiliki
manifesto perjuangan demi kesejahteraan rakyat.
Pada Desember 2007, di Kantor lembaga kajian milik Fadli
Zon, Institute for Policy Studies (IPS), berkumpullah nama-nama
politisi seperti Ahmad Muzani, M. Asrian Mirza, Amran Nasution,
Halida Hatta, Tanya Alwi dan Haris Bobihoe untuk menggodok
konsep partai ini. Berhari-hari mereka mencoba mematangkan
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai
hingga saat itu Fadli jatuh sakit.3
Pada saat itu, Hashim muncul dengan optimismenya
dan memberikan nama parpol itu Gerindra. Munculnya nama
Gerindra juga bermula pada keinginan memunculkan karakter
dan ideologi yang nasionalis dan kerakyatan.
MEMENUHI JANJI REFORMASI
116 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Kemudian, Prabowo memunculkan gagasan lambang
kepala burung Garuda untuk lambang parpol, meskipun
sebelumnya survei yang dilakukan Fadli Zon menghasilkan
keinginan untuk menggunakan lambang seekor harimau.
Akhirnya, sejarah mencatat, pada 6 Februari 2008, Partai
Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dideklarasikan dengan garis
besar visi, misi dan manifestonya untuk mewujudkan tatanan
masyarakat dan pemerintahan yang demokratis, kerakyatan dan
sejahtera.
Setelah mempelajari naskah Deklarasi Partai, AD/ART
Partai Gerakan Indonesia Raya (Partai Gerindra) maka dengan
mengucapkan “Bismillahirrahmaanirrahim’ Prabowo Subianto
bergabung dengan Partai Gerindra pada 28 Juli 2008.4
Thamrin Dahlan, salah seorang penulis buku Prabowo,
memberi komentar khusus dengan kehadiran partai berlambang
kepala Burung Garuda ini. Dari aspek nama yang dihadirkan, ada
nuansa berbeda ketimbang partai-partai yang lain. Partai-partai
yang lain, dilihat dari nama-nama partainya, cenderung abstrak
dan melangit. Sementara itu, Gerindra yang berarti “Gerakan
Indonesia Raya” menyiratkan nuansa yang lebih membumi.
Menurutnya, kata “Gerakan” melambangkan kegiatan dan gerak
maju dalam memakmurkan dan menyejahterakan rakyat.26
Kedua, kata Indonesia Raya. Menurutnya, frasa Indonesia
Raya adalah frasa yang jarang ditemui belakangan ini. Dengan
memakai frasa itu, Prabowo mempunyai visi yang luar biasa
mengenai kebangsaan seperti Mahapatih Gajahmada. Dengan
MEMENUHI JANJI REFORMASI
117P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Indonesia Raya, dia menegaskan bahwa “Indonesia bukanlah
sekadar kota Jakarta atau pulau Jawa melainkan seluruh wilayah
yang dibungkus dengan sebutan Indonesia Raya”.27
Ketiga, perihal lambang kepala Garuda. Dari tulisan Iman
Firdaus, Kisah Gerindra dan Kepala Garuda, awal mula partai
ini bernama “Partai Indonesia Raya”, namun urung ditetapkan
sebagai nama partainya mengingat nama itu pernah digunakan
di masa lalu yakni PIR (Partai Indonesia Raya) dan Parindra. Alhasil
diputuskan agar dilengkapi dengan kata “Gerakan” menjadi
“Gerakan Indonesia Raya” atau lebih dikenal dengan singkatan
“Gerindra”. Pada kepala burung Garuda juga terdapat simbol: sisik
di leher berjumlah 17, jengger dan jambul 8 buah, bulu telinga
4 buah dan bingkai segi lima. Simbol itu mengandung arti hari
kemerdekaan Indonesia: 17-8-1945.28
Partai Gerindra diharapkan menjadi partai yang ikut andil
dalam pemecahan masalah, terutama bagi masyarakat lemah,
baik yang lemah secara ekonomi maupun sosial. Partai Gerindra
akan mengusung program dari masyarakat dan melaksanakan
program tersebut.
Menurut Prabowo, ide mengenai ekonomi kerakyatan
untuk mewujudkan kemandirian sangat sesuai dengan idealisme
dan ideologinya. Bahwa bangsa yang dilipahkan oleh Allah di atas
kepulauan Nusantara ini akan mampu mandiri dengan segala
potensi yang dimilikinya asal dapat dikelola dengan baik oleh
orang-orang yang berprinsip untuk meletakkan kepentingan
bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan.
MEMENUHI JANJI REFORMASI
118 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Jiwa merah putih Prabowo tercermin dalam Gerindra
di tengah politisi-politisi yang telah membuat bangsa ini carut
marut, politisi yang mengaku nasionalis tetapi gemar mengobral
kekayaan negara.
Prabowo Subianto, yang merupakan pensiunan jenderal,
ia memiliki rumah politik yang baru. Rumah politik itu bernama
Gerindra, gerakan Indonesia Raya. Inilah partai politik yang
lolos verivikasi Komisi Pemillihan Umum. Partai tersebut saat ini
mengusung Prabowo, putra begawan ekonomi (almarhum) Prof.
Soemitro Djojohadikoesoemo, sebagai Capres.
Di era multi partai, banyak sekali politisi yang mengabaikan
etika berpolitik. Mereka berpindah-pindah partai tanpa pamit.
Bahkan banyak yang berpindah partai dan mencaci maki partai
asalnya, seakan akan tidak pernah memperoleh menfaat apa-apa
dari partai lama.
Prabowo ternyata tidak seperti para politisi kutu loncat
itu. Dia pindah dengan baik-baik. Dia permisi kepada ketua
umum Golkar Jusuf Kalla yang merelakan perpindahan Prabowo
dengan lapang dada. Prabowo waktu itu duduk sebagai anggota
Dewan Penasehat Partai Golkar. Karena itu adalah etika baginya
ketika memilih berpartai sendiri, tidak lagi menyandang predikat
sebagai anggota Dewan Penasehat. Dan juga adalah etika bila
dia harus melepaskan keanggotaannya di partai berlambang
pohon beringin itu.
Golkar adalah rumah besar yang penuh sesak. Rumah
besar itu begitu sumpek, sehingga tidak lagi menyisakan
MEMENUHI JANJI REFORMASI
119P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
ruang bernafas bagi anggotanya. Sehingga bagi mereka yang
menginginkan ruang lebih lega dan leluasa untuk menghirup
udara segar, memang harus keluar dari rumah itu.
Partai-partai ke depan harus mulai menerima kenyataan
bahwa antara kehebatan individu dan kehebatan partai harus
memperolah porsi yang proporsional. Tidak bisa lagi partai
dianggap yang terpenting dari individu. Karena partai tanpa
tokoh bisa mati.
Terbukti, orang-orang yang merasa telah menjadi tokoh
tidak ingin lagi dibelenggu oleh oligarki partai yang berlebihan.
Itulah semangat Prabowo. Tetapi yang harus diberi acungan
jempol adalah ketika Prabowo yang pergi dari Golkar dengan
permisi.
Saat ini, Prabowo Subiato, melalui jaringan sosial
Gerindra yang melibatkan elemen nasionalis dan Islam dengan
kombinasi tokoh senior, para reformis dan agamawan, mantan
aktivis mahasiswa dan LSM, menjadikan Gerindra kini terus
mendapatkan dukungan luas, khususnya di berbagai daerah.5
Dukungan masyarakat terhadap Prabowo Subianto
sebagai Capres Partai Gerindra terus mengalir. Hal tersebut
ditandai dengan berdirinya Sekretariat Bersama Prabowo
Presiden. Sekber ini merupakan wadah para Relawan Prabowo,
yang berjuang untuk menjadikan Prabowo Presiden.
Melalui lembaga ini, diharapkan semua elemen masyarakat,
baik perorangan, maupun yang tergabung dalam organisasi
MEMENUHI JANJI REFORMASI
120 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
masyarakat, bisa bergabung. Sekber ini terbentuk di Jakarta, dan
juga sudah terbentuk di 20 provinsi dan 200 kabupaten kota yang
siap terus bergerak secara militan, untuk menggalang dukungan
kepada Prabowo menuju Istana Presiden.
Sekber Prabowo Presiden ini merupakan wadah atau
tempat menyampaikan aspirasi dukungan secara personal bagi
masyarakat. Indonesia menginginkan sosok Prabowo Subianto
untuk memimpin Indonesia menuju ke Indonesia bangkit. Bagi
masyarakat yang tidak masuk dalam kepengurusan organisasi
parpol, maupun ormas, bisa menyalurkan aspirasi keinginannya
di Sekber ini.
Sekber tersebut dibentuk atas perintah langsung dari
Bapak Prabowo secara pribadi, bukan secara kepartaian. Artinya
ini tidak ada intervensi Partai Gerindra, tapi ini murni aspirasi
masyarakat. Karena pengurus Sekber ini bukan dari Partai
Gerindra
Ketua Umum Partai Gerindra, Suhardi, mengatakan partai
berlambang kepala burung Garuda itu mendapat dukungan
besar dari masyarakat sehingga kini berada pada posisi yang
cukup meyakinkan.
“Kami melihat di daerah, di lapangan, bahwa dukungan kepada
partai ini semakin hari semakin berkembang,” kata Suhardi di
kantor Dewan Pimpinan Pusat Gerindra, Ragunan, Jakarta,
Kamis, 6 Februari 2014.
MEMENUHI JANJI REFORMASI
121P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Menurut Suhardi, dukungan rakyat yang semakin besar itu
disebabkan oleh sejumlah sikap dan inisiatif partai atas masalah
sosial politik. Misalnya, inisiatif pengalokasian dana untuk desa
sebesar Rp 1 miliar, penolakan atas studi banding ke luar negeri,
dan ketidaksetujuan atas pembangunan gedung baru Dewan
Perwakilan Rakyat.
Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon, menyatakan
partainya siap menghadapi Pemilu 2014. Dia optimistis partainya
bisa mendapat banyak dukungan dari masyarakat. Karena itu,
dalam jangka waktu kurang lebih tinggal dua bulan, tentu
seluruh calon legislatif DPR RI sampai ke DPRD kabupaten/
kota akan berjuang untuk merebut dukungan masyarakat. Dan
Gerindra selalu merencanakan bentuk bantuan-bantuan kepada
masyarkat yang membutuhkannya.
Misalnya, menurut Suhardi, Program bantuan pada
peringatan enam tahun berdirinya partai Gerindra di kantor
Dewan Pimpinan Pusat Gerindra, Ragunan, Jakarta, rencananya
akan melakukan penyerahan bantuan untuk korban bencana
alam di beberapa wilayah Indonesia sebesar 1,3 miliar.
Bantuan senilai Rp 1,3 miliar rencananya akan diserahkan
Suhardi kepada perwakilan Dewan Pimpinan Daerah Gerindra
yang wilayahnya dilanda bencana, seperti Sumatera Utara,
Sulawesi Utara, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta,
dan Banten.6
MEMENUHI JANJI REFORMASI
122 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
PERSOALAN PROSES kaderisasi partai politik di Indonesia selalu
mendapat sorotan masyarakat. Sosok kader partai tertentu bisa
dengan mudah meloncat ke partai lain ataupun tidak dengan
melalui proses perekrutan yang jelas, yang pada akhirnya
memunculkan tokoh-tokoh sama dan menyumbat kader lain
yang memiliki potensi.
Prabowo, selalu menekankan kadernya untuk selalu yakin
pada proses kaderisasi di tubuh Partai Gerindra. Ia menegaskan
bahwa, alam akan menyisihkan oknum-oknum yang infiltrasi ke
tubuh partai yang akan menyelewengkan partai tersebut. Karena
partai Gerindra diharapkan oleh rakyat untuk tidak berkhianat
kepada mereka.
Prabowo menginginkan seluruh kader partai Gerindra
untuk membuka diri dan memimpin menuju perubahan
Indonesia yang bersih.
“Kader yang memungut sini, memungut di sana kita pantau.
Hidung, telinga, dan mata Prabowo masih tajam, masih mencium
ke pulau-pulau yang terjauh, kata Prabowo.”1
GERINDRA SEBAGAI PARTAI MODERN
MEMENUHI JANJI REFORMASI
123P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Prabowo Subianto juga menginginkan supaya partainya
kelak menjadi partai yang modern, yang mampu memikat
hati rakyat melalui program-program inovatif yang langsung
menjawab kebutuhan rakyat Indonesia.
Partai Gerindra juga mendapat sorotan beberapa media
online Amerika Serikat utamanya pencapresan Ketua Dewan
Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto di pemilihan
presiden 2014. Menurut media online Scoops San Diego, Prabowo
adalah Capres yang paling mungkin memenangkan Pilpres
2014. Media tersebut juga menyebutkan bahwa Partai Gerindra
dinilai sebagai partai modern yang memikat hati rakyat melalui
program-program inovatif yang langsung menjawab kebutuhan
rakyat Indonesia.
Menurutnya, penilaian-penilaian yang terbit dari
media Scoops San Diego sangat menarik untuk disimak. Media kita
sendiri jarang yang membedah program yang ditawarkan oleh
para capres dan parpol menuju pemilu mendatang, tetapi justru
ada media Amerika yang mengangkat fakta bahwa Prabowo dan
Gerindra memiliki 6 Program Aksi.
Media Scoops San Diego menuliskan, Prabowo dan Partai
Gerindra-nya telah merilis sebuah “Rencana Aksi 6 point untuk
Mengubah Bangsa” yang dipercaya dapat mencerminkan
komitmen mereka untuk menyatakan prinsip-prinsip inti partai,
pluralisme, persamaan hak bagi semua dan mengangkat negara
miskin.
MEMENUHI JANJI REFORMASI
124 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Media tersebut juga menyebutkan rencana 6 program aksi
nyata adalah salah satu langkah yang agresif yang fokus pada
investasi di bidang infrastruktur ekonomi, khususnya di daerah
pedesaan yang miskin, energi dan ketahanan pangan, kesehatan
berkualitas tinggi dan pendidikan, perlindungan lingkungan,
dan pemberantasan korupsi dalam pemerintahan.
Bahkan, program yang digadang-gadang Partai Gerindra
itu juga dinilai mengedepankan pendekatan akal sehat untuk
mengatur kesetaraan dan transparansi di negara yang sangat
membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan tegas. Para analis
juga percaya bahwa langkah Prabowo menuju kursi kepresidenan
tidak bisa dihindari.
Selain membahas program yang ditawarkan oleh Prabowo
dan Gerindra, media Scoops San Diego juga mengatakan bahwa
jika Prabowo terpilih menjadi Presiden maka Indonesia akan
menjadi negara yang kuat.
Dalam pertemuan dengan awak redaksi, mantan Danjen
Kopassus ini akan mencari, menyeleksi dan nantinya akan
menempatkan anak bangsa yang terbaik di dalam kabinetnya
kelak. Walaupun itu dari partai yang menjadi lawan politiknya.
“Kami akan mencari kader terbaik dari manapun. Tentunya parpol
bagian seleksi dan kaderisasi untuk mencari pemimpin yang
tangguh. Namun, kami tidak menutup kemungkinan, meski dari
PDIP, Nasdem, dan PKB, kalu mereka hebat, kami tidak segan-
segan meminta mereka bergabung,” kata Prabowo Subianto.2
MEMENUHI JANJI REFORMASI
125P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Dalam hal ini, Gerindra bertekad menempatkan para kader
terbaiknya di parlemen untuk mendukung pencalonan Prabowo
kelak. Dan itu sudah terbukti bahwa, Gerindra bertekad tidak
memungut biaya serupiah pun bagi kadernya yang maju sebagai
calon legislatif dalam pemilu 2009.
Kemandirian politik dimulai dari sini, di mana kami
tidak memungut biaya bagi calon anggota legislatif Gerindra,
kata Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani.3 Prabowo Subianto
menjadi figur sentral Partai Gerindra. Dia perlu menjadikan
Gerindra sebagai partai kader yang tangguh dan visioner.
Mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad itu menjadikan
ikon tak terbantahkan untuk menjadikan Gerindra sebagai partai
kader. Pengalaman di Cina, Vietam, dan Kuba, hanya partai yang
demikian yang mampu melahirkan sistem dan kepemimpinan
nasional yang berhasil.
Suko Sudarso, mantan anggota tim khusus Susilo
Bambang Yudhoyono pada Pilpres 2004, mellihat Prabowo
memiliki kemauan dan tekad menjadi pemimpin bangsa.
Tapi, dia berpesan agar putra begawan ekonomi Soemitro
Djojohadikusumo itu untuk tidak lupa agar partainya memiliki
sistem pengkaderan yang tangguh dan berkelanjutan.
Kemauan politik Prabowo itu harus diwujudkan. Tidak
hanya untuk 2014, namun juga harus ke depan dan jangka
panjang. Gerindra harus diarahkan sebagai partai kader untuk
MEMENUHI JANJI REFORMASI
126 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
bergerak ke masa depan. Jika tidak, Prabowo mungkin kesulitan
untuk mewujudkan visi-misinya.
Dalam memperkuat basis dukungan, Prabowo juga
diharapkan bersikap ramah, terbuka dan mengayomi masyarakat
lemah, terutama terhadap para aktivis muda, kaum Marhaen
dan kalangan minoritas. Prabowo harus berlapang jiwa untuk
menyantuni pluralitas dan kebhinnekaan di Indonesia. Gerindra
sebagai partai kader harus ke arah sana. Para analis politik
menyatakan, Prabowo perlu dukungan kaum intelijensia dari
kalangan nasionalis dan agamis yang moderat.4
Capres dari koalisi Merah Putih Prabowo Subianto
memberikan sanjungan untuk kader dan simpatisan Partai
Keadilan Sejahtera (PKS). Ia terpikat dengan militansi kader
partai yang dipimpin Anis Matta itu. Prabowo sempat tak percaya
suatu ketika jajaran Partai Gerindra di daerah melaporkan akan
berkoalisi dengan PKS.
“Yang benar. Serius anda? Siap, Pak. Bagaimana? Mereka
baik-baik, kader militan, disiplin,” ujar Prabowo, menirukan
perbincangan dengan kader Gerindra, saat memberiksan
sambutan dalam acara konsolidasi nasional PKS di Hotel
Kartika Chandra, Jakarta, Selasa (27/5).
Pada akhirnya Prabowo menyaksikan sendiri militansi
kader dan simpatisan PKS. Ia pernah berkampanye dengan Anis
di Jawa Tengah.
MEMENUHI JANJI REFORMASI
127P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
“Kader PKS rajin, disiplin, tidak berpindah tempat selama
presiden PKS ada di panggung……Gerindra partai
kebangsaan. Nih repotnya partai kebangsaan ini, orangnya santai.
Kalau lapar dia ke warung,” ujar Prabowo berkelakar.
Prabowo juga memuji semangat dan sikap disiplin kader
perempuan PKS. Ia pun sudah melihatnya sendiri di lapangan.
“Ibu-ibunya ini di tempat panas tidak berpindah tempat.
Bagaimana caranya kader Gerindra bisa dilatih seperti itu. Saya
mau nyontek,” ujar mantan Danjen Kopassus itu.5
Anggota Dewan Penasihat Partai Gerindra, Martin
Hutabarat mengatakan pentingnya untuk menindak kader yang
menyimpang agar tidak melakukan tindakan yang tercela. Hal
tersebut, menurut dia, untuk menjaga popularitas ketua dewan
pembina Prabowo Subianto sehingga tetap stabil di papan atas
capres terpopular. Jangan sampai popularitas Pak Prabowo
sampai tercela karena perbuatan kadernya. Misalnya, tertangkap
oleh KPK, kepolisian atau kejaksaan karena korupsi.
Tentu kita masih ingat iklan Partai Gerindra yang kerap
ditayangkan di berbagai stasiun televisi saat menjelang pemilu
2009 silam. Kala itu usia Partai Gerindra belum menginjak
dua tahun dihitung sejak didirikan pada 6 Februari 2008.
Namun, Partai ini telah memikat rakyat lewat visi dan misi
yang disampaikan iklan partai: ekonomi kerakyatan, membuka
lapangan pekerjaan, dan lain-lain. Berkat iklan yang merakyat
dan spesifik itu, popularitas Partai Gerindra meningkat.
MEMENUHI JANJI REFORMASI
128 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Dengan kampanye tersebut Partai Gerindra telah membuat
sebuah gebrakan baru. Partai yang mendudukkan Prabowo
Subianto, ketua umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia
(HKTI), sebagai ketua dewan pembina berupaya merangkul petani
dan nelayan. Seperti terlihat dalam iklannya, Partai Gerindra
mencoba mengembalikan dan menyadarkan kembali akar ke-
Indonesiaan yang berawal dari masyarakat pedesaan sebagai
petani dan nelayan. Alhasil, sebagai sebuah pemain baru yang
mengikuti pemilu untuk pertama kalinya, Partai Gerindra mampu
meraih 4.646.406 juta suara atau 4,46%. Dengan persiapan hanya
dua sampai tiga bulan, Partai Gerindra bisa melejit ke posisi Partai
papan tengah. Berada di urutan delapan.
Partai Gerindra mengungguli Partai yang sebelumnya
telah mengikuti pemilu 2004 seperti Partai Bulan Bintang (PBB),
Partai Damai Sejahtera (PDS), Partai Bintang Reformasi (PBR).
Dengan hasil itu, Partai Gerindra memperoleh sebanyak 26 kursi
di DPR. Tidak hanya itu, dalam Pemilu Presiden, Partai Gerindra
berkoalisi dengan PDIP. Koalisi menghasilkan pasangan Capres
dan wakil Presiden, yaitu Megawati Soekarno Putri (Capres dari
PDIP) dan Prabowo Subianto (Cawapres dari Partai Gerindra).
Pasangan capres dan cawapres lainnya dalam pilpres adalah
Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono, Jusuf Kalla dan
Wiranto
Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono akhirnya
menjadi pemenang dalam pilpres itu. Meski belum genap
berusia dua tahun pada waktu itu, sukses Partai Gerindra cukup
MEMENUHI JANJI REFORMASI
129P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
membanggakan. Kini, Partai Gerindra memasuki usia empat
tahun. Waktu empat tahun memang terlalu singkat.
“Kami mendirikan Partai tiga tahun lalu rasanya seperti baru
kemarin. Waktu habis untuk verifikasi Partai, kampanye, dan
melakukan program. Sebagian besar waktu yang ada justru habis
untuk proses administrasi,” kata ketua umum Partai Gerindra,
Prof. Dr. Ir. Suhardi, Msc.
Sejauh ini, Partai Gerindra selalu mengedepankan 8
program aksi, yaitu menjadwalkan kembali pembayaran utang,
menyelamatkan kekayaan negara untuk menghilangkan
kemiskinan, melaksanakan ekonomi kerakyatan, delapan
program desa, memperkuat sektor usaha kecil, kemandirian
energi, pendidikan dan kesehatan, menjaga kelestarian alam dan
lingkungan hidup.
Menurut Suhardi, delapan program aksi tersebut
merupakan program konkret untuk mensejahterakan rakyat.
Seluruh delapan progam aksi itu memiliki parameter, ukuran,
dan target yang jelas.
“Salah satu target yang berhasil kita meminta penghapusan
BHP (Badan Hukum Pendidikan). Ternyata kita berhasil di tingkat
Mahkamah Konstitusi (MK),” jelas Suhardi.
Gerindra bergerilia dengan organisasi sayapnya yang
hadir di berbagai kelompok masyarakat, seperti organisasi untuk
kepemudaan Tunas Indonesia Raya (Tidar), dan juga Perempuan
Indonesia Raya (Pira)
MEMENUHI JANJI REFORMASI
130 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Yang menarik perhatian, Prabowo mampu menembus
cepat, menyalip calon-calon baru. Mantan Danjen Kopassus itu
bahkan diprediksi sejumlah pengamat bisa menjadi alternatif
terhadap Mega dan Susilo Bambang Yudhoyono yang sudah dan
(pernah/sedang) menduduki jabatan presiden.
‘Dia seperti the rising star. Iklannya bagus dan bisa jadi
contoh bagi para kandidat lainnya” ujar Yudi Latif.6 Sedangkan
menurut Glenny Kairupan, seorang Ketua DPC Gerindra
menegaskan bahwa semangat Gerindra adalah mengangkat
harkat martabat petani, pedagang tradisional dan kaum
marginal. Gerindra sendiri sudah bertekad, mewujudkan
tatanan masyarakat Indonesi yang merdeka, berdaulat, bersatu,
demokratis, adil dan makmur serta beradab dan berketuhan
yang berlandaskan Pancasila, sebagaimana termaktub di dalam
pembukaan UUD 1945, merupakan cita-cita bersama dari seluruh
rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, hanyan
dapat dicapai dengan mempertahankan persatuan dan kesatuan
bangsa, dengan landasan Pancasila.
Dalam pandangan Ketua Umum DPP Gerindra, Prof Suhardi,
kultur bangsa dan wawasan kebangsaan harus menjadi modal
utama untuk mengeratkan persatuan dan kesatuan. Sehingga
perbedaan di antara kita justru menjadi rahmat dan menjadi
kekuatan bangsa Indonesia. Partai Gerakan Indonesia Raya, kata
Suhardi, adalah partai rakyat yang mendambakan Indonesia
yang bangun jiwanya, dan bangun badannya. Partai Gerakan
Indonesia Raya adalah partai yang bertekad memperjuangkan
kemakmuran dan keadilan di segala bidang.
MEMENUHI JANJI REFORMASI
131P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Namun demikian, Gerindra melihat, mayoritas rakyat
masih berkubang dalam penderitaan, sistem politik kita tak
kunjung mampu merumuskan dan melaksanakan perekonomian
nasional untuk mengangkat harkat dan martabat mayoritas
rakyat Indonesia dari kemelaratan.
Bahkan dalam upaya membangun bangsa, kata Prabowo,
dalam perjalanannya kita telah terjebak dalam sistem ekonomi
pasar. Sistem ekonomi pasar telah memporakporandakan
perekonomian bangsa, yang menyebabkan situasi yang sulit bagi
kehidupan rakyat dan bangsa. Hal itu berakibat makin meluasnya
jumlah rakyat yang miskin dan menganggur. Pada situasi
demikian, tidak ada pilihan lain bagi bangsa ini kecuali harus
menciptakan suasana kemandirian bangsa dengan membangun
sistem ekonomi kerakyatan.7
Prabowo Subianto dan Gerindra makin ekspansif ke
daerah-daerah. Bagi mereka, Pemilu 2014 ibarat memenangkan
sebuah perang.
“Kalau perlu, ketuk langsung rumah rakyat dan adakan dialog,”
katanya.
Prabowo sadar betapa pentingnya rekam jejak prestasi
dan kepedulian para kader Partai Gerindra dan jaringan sosialnya
untuk bisa memenangkan pemilu 2014. Untuk itu dia menyerukan
seluruh kader turun gunung, tanggap atas keprihatinan
masyarakat, gigih memperjuangkan kaum yang termarjinalkan,
membela hak-hak perempuan, buruh, dan mengayomi budaya
multikultural.
MEMENUHI JANJI REFORMASI
132 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Menghadapi pemilu 2014, Gerindra harus mampu
mengidentifikasi situasi dan kondisi sosial yang akan dihadapi,”
kata Prabowo.
Lolosnya Partai Gerindra sebagai peserta pemilu 2014,
Partai Gerindra telah melewati satu tahap maraton untuk meraih
cita-cita besar, yakni melakukan perubahan. Partai Gerindra
mempunyai visi mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Menurut Prabowo, Partai Gerindra tidak berniat mencari
kekuasaan semata. Ikut pemilu, menjadi menteri, dan politik
dagang sapi, bukanlah keinginan dan cita-cita Gerindra. Gerindra
berasal dari rakyat, berjuang untuk rakyat dan berkorban untuk
rakyat. Partai Gerindra tidak bekerja demi kerabat, kelompok,
atau uang, kalau ada kader seperti ini, silahkan cari partai yang
lain saja.
Partai Gerindra menginginkan perubahan, keadilan,
kebenaran, dan kejujuran.
“Dari daerah yang saya kunjungi, rakyat mengaku sudah capek
dengan kebohongan elit-elit dan korupsi. Mereka membutuhkan
pemimpin yang bersih, kata Prabowo.”9
MEMENUHI JANJI REFORMASI
133P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
DALAM KONTEKS KEKINIAN, Indonesia dengan
kompleksitas permasalahan dan krisis di berbagai sektor,
membutuhkan pemimpin dengan ‘modal’ yang luar biasa.
Tidak sekadar bermodalkan pengalaman memimpin dalam
lingkup lokal yang penuh kesederhanaan. Indonesia kini bukan
yang dulu. Rakyat kini bukan rakyat biasa. Tidak butuh yang
sederhana, apalagi sifatnya hanya dalam kemasan dan penuh
pencitraan. Indonesia kini membutuhkan pemimpin tegas
dan visioner dengan segala terobosannya untuk ‘mengobati’
penyakit epidemik bangsa, untuk memecah segala kebuntuan
dan pesimisme rakyat. Tentunya, hal ini meniscayakan pemimpin
‘kaya’ pengalaman dalam bingkai kepemimpinan nasional
dengan ‘segudang’ wawasan komprehensif tentang landscape
ke-Indonesiaan.
Banyak yang merasa layak memimpin Indonesia kini
dan ke depan, namun minim gagasan dan ‘kendaraan’ (baca:
partai politik). Namun (satu) yang konsisten dan konsekuen
dengan gagasan transformatif-solutif. Bukan popularitas yang
ia kejar, bukan prestis yang ia cari—apalagi menjadi boneka,
tidak! Bukan pula kuasa untuk mengkorupsi kebutuhan rakyat
SANG CALON PRESIDEN
MEMENUHI JANJI REFORMASI
134 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
sebagai tujuannya. Hanya atas dasar panggilan hati nurani untuk
mengabdikan diri dan gagasannya yang menjadi motivasinya,
yaitu Prabowo Subianto orangnya.
Kondisi ini disadari betul oleh Gerindra untuk mewakafkan
Prabowo sebagai Capres 2014. Diakui ataupun tidak, karakter
pemimpin yang diperlihatkan Prabowo bisa dijadikan jawaban
atas kegelisahan dan kebutuhan rakyat akan perbaikan-perbaikan
kondisi Indonesia saat ini. Prabowo memiliki keberanian untuk
menjawab keraguan rakyat dengan gagasan dan pandangannya
yang kritis dan penuh terobosan.
Tidak salah jika dari awal sudah ada upaya untuk menjadikan
Prabowo sebagai capres pada pilpres 2014.Ini seperti apa yang
diungkapkan oleh wakil ketua umum partai Gerindra, Fadli Zon:
“Masyarakat menginginkan seseorang yang bisa mengatasi
persoalan bangsa. Gerindra akan berupaya keras untuk
mengusung Pak Prabowo,”1
Bahkan, Partai Gerindra berulangkali menegaskan bahwa
tidak ada pilihan lain kecuali menjadikan Prabowo sebagai Capres
nomor satu. Seperti Martin Hutabarat, politisi Partai Gerindra,
mengatakan:
“Prabowo akan dicalonkan Gerindra menjadi Capres 2014
melihat tingginya elektabilitas Prabowo di mata masyarakat.
Kebetulan karakter pemimpin seperti itulah yang dirindukan rakyat
menjadi pemimpin nasional untuk membawa bangsa ini dalam
menghadapi globalisasi berkompetisi dengan negara-negara
lain,”2
MEMENUHI JANJI REFORMASI
135P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Upaya ini pun disambut dengan dukungan resmi Partai
Gerindra—melalui Kongres Luar Biasa—kepada Prabowo
untuk maju pada pemilihan presiden 2014.3 Memang sejak
awal, Prabowo sudah menyatakan kesiapannya untuk menjadi
Capres jika rakyat menghendaki dan merestui.4 Artinya, Prabowo
bukan seorang Capres yang disuruh ataupun diminta untuk
jadi presiden. Melainkan maju atas panggilan hati nurani untuk
mengabdikan dirinya lewat gagasan dan terobosannya sebagai
Capres 2014.
Munculnya Prabowo sebagai Capres, berdasarkan hasil
dari lembaga penelitian atau survei, mendapat respons yang
mengesankan dan dipandang rakyat sebagai satu-satunya
Capres yang lebih siap memimpin Indonesia kedepan dengan
visi dan gagasannya.
Seperti yang diungkap Saiful Mujani dalam hasil penelitian
Lembaga Survei Indonesia (LSI):
“Prabowo dianggap punya kemampuan menarik pemilih
dibanding calon lain. Prabowo memiliki kualitas personal.
Misalnya dianggap lebih taat beragama, bisa dipercaya, tegas,
perhatian pada rakyat dan pintar. Ini dasar psikologis massa untuk
cenderung memilih Prabowo.”5
Danny Indrianto, Direktur Eksekutif Lembaga Survei dan
Polling Indonesia (SPIN) menegaskan pula bahwa:
“Prabowo sebagai Capres 2014 yang memiliki kompetensi paling
tinggi. Prabowo mendapat apresiasi yang paling baik karena
MEMENUHI JANJI REFORMASI
136 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
dipandang lebih punya ketegasan, keberanian dan visi misi yang
unggul. Sedangkan faktor yang paling dipertimbangkan publik
untuk memilih capres 2014, adalah programnya yang pro rakyat,
kompetensinya sebagai problem solver bangsa, dan ketegasannya
dalam pengambilan keputusan.”6
Andrinof Chaniago, Direktur Eksekutif Center for
Indonesian Regional and Urban Studies (CIRUS), dengan tegas
menyampaikan:
“Tingkat popularitas dan elektabilitas Prabowo cukup tinggi dengan
basis dukungan yang juga cukup luas. Apalagi di tengah kondisi
bangsa saat ini banyak kalangan yang merindukan ‘pemimpin gila’
seperti Prabowo. Publik akan membandingkan pemimpin saat ini
yang ragu dan bimbang dengan sosok Prabowo yang berani dan
tegas.”7
Hendrykus Sihaloho, Direktur Eksekutif Vox Populi Survey,
dengan bijak mengemukan bahwasanya:
“Dalam hasil survey mendapat temuan bahwa rakyat
menginginkan suatu perubahan besar terhadap pengelolaan
pemerintahan yang selama ini sangat korup, lemah serta tidak
punya rasa percaya diri dan selalu dilecehkan oleh negara
tetangga sehingga rakyat memilih Prabowo karena dianggap
memiliki Strong Leaderships. Lebih dari itu, jika ingin sukses pada
Pemilu 2014, mereka harus mengutamakan platform program
sebagai bagian penting dalam memberikan edukasi politik kepada
masyarakat dan mengangkat martabat bangsa.”8
MEMENUHI JANJI REFORMASI
137P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Dengan demikian, Prabowo merupakan aktor transformatif
dari Gerindra untuk rakyat sebagai Capres yang tidak berangkat
dari popularitas semata, namun atas dasar konsep atau
gagasannya yang merakyat. Prabowo sebagai Capres semakin
kuat citranya sebagai sosok yang transformatif ketika Prabowo
mampu membawa Gerindra—dari partai kelas bawah—menjadi
partai yang menyodok ke papan atas dan menempati posisi ke-3
dalam Pileg 9 April kemarin.9
Tak bisa disangkal, bahwa ini terjadi karena faktor seorang
Prabowo. Mungkin tidak jamak disadari, namun harus dikatakan,
bahwa naiknya posisi Partai Gerindra—dalam pemilu 2014—
menuju partai papas atas akibat adanya ‘Prabowo Effect’. Efek
Prabowo tidak begitu saja terbentuk, ini memperlihatkan
komitmen akan konsep yang digagas oleh Prabowo dapat
langsung menyentuh hati nurani rakyat. Artinya, Prabowo
dapat menghipnotis rakyat dengan memposisikan dirinya
sebagai sosok transformatif yang dapat membawa nurani rakyat
pada sebuah suasana kehidupan yang penuh harapan. Spirit
perubahan yang transformatif benar-benar dapat diolah oleh
Prabowo sebagai kekuatan dirinya dengan melahirkan visi-
misi yang senafas dengan cita-cita rakyat. Wajar jika kemudian
memperoleh apresiasi dan respon yang baik dari rakyat melalui
terdongkraknya suara Partai Gerindra.
Prabowo sebagai Capres, memperlihatkan ‘kelasnya’
sebagai pemimpin yang harus menyapa rakyat, mengajarkan
tentang arti menjadi pemimpin dengan sebuah keniscayaan
MEMENUHI JANJI REFORMASI
138 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
akan adanya gagasan besar yang ditopang dengan tindakannya
yang merakyat dan berkomitmen membela kebutuhan rakyat.
Prabowo mengajarkan tentang arti ‘blusukan’ yang sebenarnya.
Bisa dibilang, Prabowo adalah bapak ‘blusukan’ Indonesia yang
harus dicontoh.10
Hal ini menegaskan rasa baktinya pada rakyat ‘merah-putih’
dengan penuh komitmen atas apa yang telah menjadi pandangan
dan pemikirannya. Prabowo ingin mewujudkan dirinya menjadi
problem solver bagi permasalahan akut bangsa ini. Dengan
demikian, menjadi pemimpin harus dapat bertanggung jawab
atas ragam persoalan bangsa yang menindih rakyat sehinga bisa
bangkit dari pesimisme dan ketidakberdayaan.
Indonesia dalam kondisi kekinian, bagi Prabowo, adalah
Indonesia yang paradoks. Indonesia kaya akan sumber daya
alamnya, tapi rakyat dibiarkan miskin. Indonesia terdiri dari
lautan, tapi masih mengimpor ikan dan garam. Indonesia berada
di garis tropis dan agraris, namun selalu mengimpor padi,
daging, kedelai serta kebutuhan pokok lainnya. Hal ini menjadi
bukti nyata akan ketergantungan Indonesia pada bangsa lain.
Indonesia tidak bisa berdiri atas kaki sendiri sehingga kalah
bersaing dan tidak memiliki posisi tawar sehingga menyebabkan
bangsa ini menyerah sebelum berjuang.11
Salah seorang penulis buku Prabowo, Entang Sastraatmadja
mengungkapkan, bahwa Prabowo dalam berbagai kesempatan
selalu menegaskan adanya hal krusial yang menjadi tantangan
Indonesia ke depan. Semisal persoalan terkait menipisnya sumber
MEMENUHI JANJI REFORMASI
139P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
energi; terjadinya ledakan penduduk; sistem pemerintahan yang
lemah, tidak efesien, dan korup; dan struktur ekonomi yang tidak
berimbang (tidak berkeadilan).12 Persoalan ini dianggap sebagai
penyakit sekaligus penyebab—layaknya benang kusut—kenapa
bangsa ini sulit bangkit dari kubangan kemiskinan, pengangguran
yang membanjiri tiap pelosok negeri ini, serta kemandirian yang
masih sebatas mimpi dan gelap untuk diteropong.
Rakyat akhirnya, mengenal Prabowo sebagai Capres
karena ketegasan dan konsistensinya dalam menanamkan
gagasan dan terobosannya. Prabowo senantiasa menegaskan
dirinya untuk mengabdi pada rakyat dengan mengajak rakyat
untuk memahami dan peduli akan kondisi ke-Indonesiaan kini:
“Kita ingin membangun bangsa Indonesia yang terhormat, adil,
sejahtera, berdiri di atas kaki sendiri. Ideologi, landasan, orientasi,
dan keberpihakan kita adalah Pancasila dan UUD 1945, khususnya
pasal-pasal ekonomi yang terdapat dalam Pasal 33. Tanyakan
pada mereka; apakah kita mau terus dibodohi? Apakah kita mau
terus menjadi bangsa yang lemah, bangsa tempe? Bangsa yang
memiliki kekayaan alam yang begitu berlimpah tetapi kalah
melawan komprador dan koruptor sehingga terus impor sapi,
cabai, bawang, singkong, kedelai, garam, bahkan ikan saja kita
impor?......Apakah kita mau terus tinggal diam melihat hasil-hasil
alam kita diangkut oleh kapal-kapal ke luar negeri? Apakah kita
mau bangunkan macan asia dan jalan sistem ekonomi yang
sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa Indonesia, cita-cita
Bung Karno dan Bung Hatta? Kalau bukan kita yang mewujudkan
MEMENUHI JANJI REFORMASI
140 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
perubahan dengan berpihak di pemilu yang akan datang siapa
lagi? Kalau bukan sekarang siapa lagi? Jika semua orang baik
diam, maka yang berkuasa adalah orang-orang yang tidak baik.”13
Dengan gagasannya tersebut, Prabowo giat bergerak ke
sudut-sudut terluar negeri menjawab rindu rakyat akan pemimpin
solutif, membangkitkan optimisme yang memudar dalam ruang
terdalam jiwa ke-Indonesiaan. Rakyat, mengibarkan semangat
‘merah-putih’ dalam bingkai nasionalisme luas dan merajut
asa bangsa dalam manifesto perjuangannya bersama Gerindra
dengan terus berupaya keras menjawab segala persoalan bangsa
melalui gerakan transformatif bangsa.14
J.B. Soedarmanta menggambarkan seorang Prabowo
sebagai sosok politikus yang tegas memihak rakyat. Bukan tipe
pemimpin partai politik yang mengambil jalan pintas. Sejak
awal terbentuknya Gerindra Prabowo telah menunjukkan
keberpihakannya terhadap masyarakat kecil, miskin dan
terpinggirkan.15
Hans Afnan mengungkap sebuah gambaran menarik dari
sekian banyak ‘percikan’ pemikiran Prabowo yang kritis,
“Dari sekian banyak pikiran-pikiran yang sering dilontarkan
Prabowo, ternyata yang paling mendapat banyak sorotan adalah
soal kerisauan akan masa depan bangsa dan negara, dikarenakan
adanya pengelolaan negara dan bangsa yang salah urus. Prabowo
sangat meyakini jika kita mampu mengelola pembangunan
dengan baik, mestinya bangsa ini tidak harus terjebak dalam
lingkaran setan kemiskinan yang tak berujung pangkal.”16
MEMENUHI JANJI REFORMASI
141P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Dengan demikian, kondisi Indonesia ke depan harus dapat
disadari oleh rakyat dengan seksama. Indonesia yang katanya
merdeka, tapi buktinya rakyat tertindas. Indonesia yang katanya
kaya raya, namun rakyatnya miskin tak terbantahkan. Indonesia
yang katanya berdaulat, namun kenyataannya harkat dan
martabat rakyat diinjak-injak. Indonesia yang katanya bersatu
dalam keragaman, seringkali mudah diadu-domba. Indonesia
yang katanya damai dan rukun, sesekali penuh dengan konflik
dan anarkisme. Kenyataan inilah yang selalu diupayakan oleh
Prabowo untuk disadari secara kritis dan ditemukan solusinya
secara bersama-sama.
Entang Sastraatmadja dalam sekapur sirihnya menegaskan:
“Berkarakter; bertindak tegas; dan memiliki wawasan kebangsaan,
kenegaraan, dan kemasyarakatan yang luas adalah perilaku
yang melekat erat pada sosok Prabowo Subianto. Tokoh nasional
sekaliber Prabowo Subianto memang jarang kita temukan dalam
kehidupan politik di negeri ini.”17
Berangkat dari kegelisahan seorang Prabowo dengan
segala pengalamannya yang sangat luas, baik ketika aktif di
militer, menjadi pengusaha, bahkan sebagai politisi transformatif,
Prabowo ingin mewujudkan spirit perubahan menuju Indonesia
sejahtera dengan memunculkan dirinya sebagai Capres 2014
sebagaimana yang telah diungkapnya;
“Kalau rakyat membutuhkan pelayan dan bangsa ini
menginginkan pemimpin untuk mensejahterakan rakyat, saya siap
mengabdi kepada rakyat dan negara. Tapi bukan sekadar menjadi
MEMENUHI JANJI REFORMASI
142 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
presiden. Untuk apa saya menjadi presiden kalau tidak membawa
kemaslahatan dan kesejahteraan bagi rakyat.”18
Dari awal Prabowo sudah menyadari betul tugas dan
kewajibannya untuk mengabdi kepada rakyat. Dengan demikian,
menjadi (calon) presiden, bagi Prabowo bukan jabatan dan
kekuasaan yang ia kejar, melainkan amanah rakyat. Amanah
itu sendiri merupakan ‘bonus’ yang diberikan rakyat terhadap
sebuah perjuangan akan kepemimpinan yang benar dan baik.
Kepemimpinan yang baik tentunya lahir dan hadir dalam diri
pemimpin yang bisa menghadirkan sebuah perubahan menuju
keserjahteraan rakyat.
Karena itu, Prabowo adalah Capres dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat Indonesia yang diniatkan tulus untuk
memperbaiki negeri ini dan membela masyarakat. Ia pun siap
dan berjanji akan membuat perubahan yang terbaik untuk
bangsa dan negara Indonesia yang kuat dan sejahtera sesuai
amanah UUD 1945 dan Pancasila dengan perlunya menerapkan
perekonomian kerakyatan yang mencerminkan adanya
perubahan sebagaimana dambaan masyarakat.
Namun, gagasan dan perubahan yang diusung Prabowo
itu hanya bisa efektif dilakukan jika melalui sebuah proses
politik yang demokratis. Artinya, visi dan misi perubahan yang
dicanangkan oleh Prabowo hanya bisa direalisasikan apabila Ia
menjadi presiden RI yang ke-7. Kalau bukan Prabowo, siapa lagi
yang dapat membuat perubahan menuju Indonesia sejahtera,
mandiri, kuat dan bermartabat. Kalau bukan sekarang kapan lagi
Indonesia punya kesempatan dipimpin oleh seorang tokoh yang
transformatif-solutif seperti Prabowo.
G E R A K A N INDONESIA RAYA
“Kita ingin rakyat cukup pangan, sandang, dan papan. Kita ingin rakyat menjadi cerdas dan mampu bersaing dalam
percaturan global. Kita ingin manusia Indonesia mencicipi kemakmuran yang diolah dari kekayaan alam, pertanian dan
industri, serta dari inisiatif dan kreativitas.”
GERAKAN INDONESIA RAYA
145P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
CITA-CITA LUHUR Partai Gerindra tentunya sejalan dengan cita-
cita bangsa dan tujuan konstitusi negara, yaitu untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Melindungi
segenap bangsa tentu bukan sekadar perlindungan fisik dari
agresi militer atau penjajahan konvensional. Perlindungan yang
lebih substansial adalah proteksi seutuhnya, yaitu bebas dari
kemiskinan, kebodohan, dan ketidakpastian.
“Kita ingin rakyat cukup pangan, sandang, dan papan. Kita ingin
rakyat menjadi cerdas dan mampu bersaing dalam percaturan
global. Kita ingin manusia Indonesia mencicipi kemakmuran yang
diolah dari kekayaan alam, pertanian dan industri, serta dari
inisiatif dan kreativitas.”1
Untuk mewujudkan Negara Indonesia Raya hanya bisa
dicapai dengan komitmen yang kuat, gerakan nyata, dan kerja
keras. Untuk itu diperlukan visi dan misi yang jelas dan terukur,
yang berfungsi sebagai jembatan untuk menghubungkan
kondisi saat ini dengan kondisi di masa depan yang lebih baik.
NEGARA KERAKYATAN
GERAKAN INDONESIA RAYA
146 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Visi dan Misi Partai Gerindra
Di dalam Anggaran Dasar (AD) Bab 3 Pasal 8 disebutkan
bahwa Partai Gerindra memiliki visi untuk menjadi partai politik
yang mampu menciptakan kesejahteraan rakyat, keadilan sosial,
dan tatanan politik negara yang melandaskan diri pada nilai-nilai
nasionalisme dan religiusitas dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Partai Gerindra berpegang
teguh pada prinsip bangsa Indonesia yang senantiasa berdaulat
di bidang politik, berkepribadian di bidang budaya, dan berdiri di
atas kaki sendiri dalam bidang ekonomi.
Partai Gerindra hadir di tengah-tengah masyarakat
Indonesia untuk menuntaskan janji kemerdekaan. Oleh karena
itu Partai Gerindra memiliki misi dan tujuan yang sangat jelas,
terukur, dan terarah. Sesuai dengan Anggaran Dasar yang
dimilikinya, Partai Gerindra memiliki tujuan pokok sebagai
berikut:
1. Untuk mempertahankan kedaulatan dan tegaknya
NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
yang ditetapkan pada 18 Agustus 1945.
2. Untuk mendorong pembangunan nasional yang
menitikberatkan pada aspek pembangunan
ekonomi kerakyatan, pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan, dan pemerataan hasil-hasil
pembangunan bagi seluruh warga bangsa dengan
GERAKAN INDONESIA RAYA
147P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
senantiasa berpegang teguh pada kemampuan
sendiri.
3. Untuk membentuk tatanan sosial dan politik
masyarakat yang kondusif dan demokratis demi
mewujudkan kedaulatan dan kesejahteraan rakyat.
4. Untuk menegakkan supremasi hukum dengan
mengedepankan azas praduga tak bersalah dan
persamaan hak di depan hukum. Partai Gerindra
menyadari bahwa hukum ada dengan tujuan untuk
melindungi seluruh warga negara Indonesia secara
berkeadilan tanpa memandang suku, agama, ras,
dan/atau latar belakang golongan.
Partai Gerindra dan Negara Kerakyatan
Dalam tradisi liberal, demokrasi berarti hak dan kebebasan
individu dalam mengekspresikan dirinya secara bertanggung
jawab. Dalam kehidupan bernegara, demokrasi berarti
membatasi kekuasaan pemerintahan demi melindungi hak dan
kepentingan rakyat. Pengertian ini berasal dari pandangan liberal
yang senantiasa penuh prasangka terhadap kekuasaan negara
yang cenderung disalahgunakan.2
Tidak bisa dipungkiri bahwa sistem yang ada di Indonesia
sekarang ini cenderung kepada sistem demokrasi liberal.
Demokrasi liberal telah menyebabkan terjadinya instabilitas
politik nasional yang kontraproduktif bagi pembangunan bangsa
Indonesia. Demokrasi liberal tidak sesuai dengan karakter bangsa
GERAKAN INDONESIA RAYA
148 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Indonesia karena telah menjauhkan cita-cita kesejahteraan bagi
rakyat.
Melihat kondisi yang demikian, Partai Gerindra berusaha
untuk memperjuangkan reformasi sistem politik Indonesia yang
sesuai dengan UUD 1945 dan jati diri bangsa. Sistem politik
yang mengarah pada demokrasi liberal sejak era Reformasi
perlu dikoreksi. Demokrasi yang sesuai dengan budaya bangsa
Indonesia adalah demokrasi yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Partai Gerindra
menilai bahwa Indonesia Raya adalah negara yang berazaskan
kerakyatan dalam arti menyeluruh, yaitu kebersamaan di semua
aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, maupun sosial.
Ada empat jati diri yang membentuk kepribadian Partai
Gerindra , yaitu kerakyatan, kebangsaan, religius, dan keadilan
sosial. Dalam konteks kerakyatan, secara mendasar Partai Gerindra
adalah partai rakyat yang memiliki dua azas, yaitu Pancasila
dan UUD 1945. Pancasila sebagai ideologi merupakan racikan
formulasi kebangsaan yang dapat menekan aspek persatuan dan
kesatuan dari realitas masyarakat yang beragam dan majemuk.
Sedangkan UUD 1945 merupakan landasan konstitusional
yang menjadi petunjuk arah dari serangkaian perjalanan dan
perjuangan bangsa unuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Partai Gerindra adalah partai rakyat yang mendambakan
Indonesia yang berdaulat, adil, makmur, dan sejahtera secara
menyeluruh. Oleh karena itu Partai Gerindra mengusung konsep
GERAKAN INDONESIA RAYA
149P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
“Negara Kerakyatan”. Kerakyatan adalah jati diri partai ini. Karena
memiliki jati diri kerakyatan, kehadiran Partai Gerindra bertekad
untuk memperjuangkan kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Negara yang berazaskan kerakyatan sama dengan negara
demokrasi. Negara Kerakyatan merupakan negara yang dibentuk
dari, oleh, dan untuk rakyat sebagai pemilik kedaulatan yang
penuh dan sah atas Republik Indonesia. Keberpihakan pada
kepentingan rakyat merupakan sebuah keniscayaan. Dengan
kata lain, Negara Kerakyatan adalah suatu kondisi dimana
negara selalu berpihak kepada kepentingan masyarakat secara
keseluruhan tanpa terkecuali.
Negara Kerakyatan berarti kedaulatan ada di tangan rakyat
atau rakyat yang berdaulat. Artinya, segala hukum haruslah
bersandar pada perasaan keadilan dan kebenaran yang hidup
dalam hati rakyat yang banyak dan aturan penghidupan haruslah
sempurna dan berbahagia bagi rakyat. Azas kerakyatan menjadi
sendi pengakuan oleh segala jenis manusia yang beradab bahwa
tiap-tiap bangsa punya hak untuk menentukan nasibnya sendiri.3
Jati diri yang kedua adalah kebangsaan atau nasionalisme.
Partai Gerindra adalah partai yang berwawasan kebangsaan
yang berpegang teguh pada karakter nasionalisme yang kuat,
tangguh, dan mandiri. Wawasan kebangsaan ini menjadi jiwa
dalam segala aspek kehidupan berbangsa, baik kehidupan
politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun keagamaan.
GERAKAN INDONESIA RAYA
150 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Jati diri yang ketiga adalah religius. Partai Gerindra adalah
partai yang memegang teguh nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha
Esa dengan kebebasan menjalankan agama dan kepercayaan
masing-masing. Nilai-nilai religius senantiasa menjadi landasan
bagi setiap jajaran pengurus, anggota, dan kader Partai Gerindra
dalam bersikap dan bertindak.
Yang keempat, jati diri Partai Gerindra adalah keadilan
sosial. Partai Gerindra adalah partai yang mencita-citakan suatu
tatanan masyarakat yang berkeadilan sosial, yakni masyarakat
yang adil secara ekonomi, politik, hukum, pendidikan, dan
kesetaraan gender. Keadilan sosial harus didasari atas persamaan
hak, pemerataan, dan penghargaan terhadap hak asasi manusia
(HAM).
Enam Program Kerakyatan
Partai Gerindra jauh-jauh hari telah menyampaikan kepada
seluruh rakyat Indonesia mengenai “Enam Program Transformasi
Pembangunan Indonesia Baru”. Konsep tersebut tentunya tidak
hadir dari ruang kosong, akan tetapi kehadirannya menjadi
jawaban atas semua kegelisahan dan penderitaan masyarakat
melalui berbagai upaya pengamatan terhadap realitas akhir-
akhir ini. Berikut ini adalah enam program tersebut.4
1. Membangun Ekonomi yang Kuat, Berdaulat, Adil, dan
Makmur
Umumnya masyarakat Indonesia masih dalam kondisi
miskin dan pengangguran masih banyak. Indonesia juga
GERAKAN INDONESIA RAYA
151P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
masih menjadi pasar empuk bagi negara-negara kapitalis
yang mengimpor produk-produknya, termasuk dalam
wilayah pertanian. Inilah ironi keberuntungan kemerdekaan
yang tidak diikuti oleh kemandirian dan kedaulatan di bidang
ekonomi.
Di sisi lain, Indonesia merupakan salah satu produsen
terbesar di dunia untuk berbagai komoditas, antara lain
kelapa sawit, kakao, timah, nikel, dan bauksit serta komoditas
unggulan lainnya seperti besi, baja, tembaga, karet, dan
perikanan. Indonesia juga memiliki cadangan energi yang
sangat besar seperti batu bara, panas bumi, gas alam, dan
air yang sebagian besar dimanfaatkan untuk mendukung
industri andalan, seperti tekstil, perkapalan, peralatan
transportasi, dan pangan.
Untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber daya
alam Indonesia tersebut, Partai Gerindra bersama Prabowo
Subianto bertekad untuk mewujudkan percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang kuat,
berdaulat, adil, dan makmur. Di antara program kerja nyata
yang diusulkan adalah:
a. Meningkatkan pendapatan per kapita penduduk dari Rp
35 juta (3.500 dollar AS) menjadi Rp 60 juta (6.000 dollar
AS) dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen
per tahun menuju pertumbuhan di atas 10 persen.
b. Meningkatkan pemerataan dan kualitas pertumbuhan
ekonomi dengan mengurangi jurang antara si miskin
GERAKAN INDONESIA RAYA
152 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
dan si kaya (menurunkan Indeks Gini dari 0,41 menjadi
mencapai 0,31) dan meningkatkan Indeks Pembangunan
Manusia dari sekitar 75 mencapai sekitar 85.
c. Meningkatkan penerimaan negara dari pajak, dari sekitar
12 persen hingga mencapai ratio minimal 16 persen
dari Produk Domestik Bruto dengan melaksanakan
intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan pajak dan
perbaikan sistem perpajakan yang lebih adil, menekan
pemborosan dan inefisiensi pengeluaran anggaran, dan
mengelola utang pemerintah dengan cermat dan bijak
serta memanfaatkannya dengan efisien dan efektif.
d. Mendorong peran swasta dalam perekenomian nasional
untuk menciptakan lapangan pekerjaan, nilai tambah,
industrialisasi, dan industri pengolahan.
e. Menjadikan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang
memiliki nilai strategis bagi perekonomian bangsa
sebagai lokomotif dan ujung tombak kebangkitan dan
kedaulatan ekonomi.
f. Membangun industri pengolahan untuk menguasai nilai
tambah bagi perekonomian nasional.
g. Membangun dan mengembangkan industri nasional,
yaitu:
- Sarana transportasi darat (kereta api,mobil,
dan sepeda motor).
GERAKAN INDONESIA RAYA
153P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
- Laut (angkutan kapal laut dan angkutan
sungai).
- Udara (pesawat terbang).
- Alat berat dan alat mesin pertanian.
2. Melaksanakan Ekonomi Kerakyatan
Dalam Manifesto perjuangan Partai Gerindra
dinyatakan bahwa kebijakan perekonomian nasional harus
mendukung cita-cita welfare state atau negara kesejahteraan
yang berkeadilan. Untuk itu diperlukan langkah yang tepat
untuk menormalisasi kehidupan ekonomi rakyat dengan
kembali memperjuangkan paham ekonomi kerakyatan.
Partai Gerindra yakin bahwa keadaan akan menjadi
lebih baik jika sekiranya ekonomi kerakyatan menjadi pilihan
negara Indonesia. Karena sistem ekonomi kerakyatan sesuai
dengan konstitusi negara, yaitu Pasal 33 UUD 1945, bahwa
negara bertanggung jawab atas kesejahteraan sosial.
Peran negara harus ada dalam ekonomi yang pro terhadap
kepentingan rakyat.
Ekonomi kerakyatan sangat berbeda dengan sistem
ekonomi neoliberalisme. Sistem ekonomi neoliberalisme
adalah sistem perekonomian yang dibangun di atas tiga
prinsip, yaitu tujuan utama ekonomi neoliberal adalah
pengembangan kebebasan individu untuk bersaing secara
bebas-sempurna di pasar, kepemilikan pribadi terhadap
GERAKAN INDONESIA RAYA
154 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
faktor-faktor produksi diakui, dan pembentukan harga pasar
bukanlah sesuatu yang alami melainkan hasil dari penertiban
pasar yang dilakukan oleh para pemodal. Sedangkan sistem
ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam
Pasal 33 UUD 1945, adalah sistem perekonomian yang
ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam
bidang ekonomi.
Sistem ekonomi kerakyatan berdasarkan tiga prinsip
utama, yaitu perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas azas kekeluargaan, cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara, dan potensi sumber daya
alam seperti bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan ketiga
prinsip ini, sistem ekonomi kerakyatan beorientasi untuk
mengembangkan koperasi, mengembangkan BUMN,
memastikan pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaan
yang terkandung di dalamnya bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, memenuhi hak setiap warga negara
untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak,
dan memelihara fakir miskin dan anak terlantar.
Beberapa program yang diusung Partai Gerindra dalam
aspek ekonomi kerakyatan adalah:
a. Memprioritaskan peningkatan alokasi anggaran untuk
program pembangunan pertanian, kehutanan, perikanan
GERAKAN INDONESIA RAYA
155P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
dan kelautan, dan koperasi dan UMKM, dan industri kecil
dan menengah.
b. Mendorong perbankan nasional dan lembaga keuangan
lainnya untuk memprioritaskan penyaluran kredit bagi
petani, nelayan, buruh, pegawai, industri kecil menengah,
pedagang tradisional dan pedagang kecil lainnya.
c. Mendirikan Bank Tani dan Nelayan yang secara khusus
menyalurkan kredit untuk pertanian, perikanan, dan
kelautan serta memperbesar permodalan lembaga
keuangan mikro untuk menyalurkan kredit bagi rakyat
kecil, petani, nelayan, buruh, pedagang tradisional, dan
pedagang kecil.
d. Melindungi dan memodernisasi pasar tradisional.
e. Melindungi dan memperjuangkan hak-hak buruh
termasuk buruh migran (TKI/TKW).
f. Membangun infrastruktur untuk rakyat melalui Delapan
Program Desa, yaitu:
- Jalan, jembatan, dan irigasi desa dan pesisir.
- Listrik dan air bersih desa.
- Koperasi desa, BUMDES, BUMP dan lembaga keuangan mikro.
- Lumbung desa.
- Pasar desa.
GERAKAN INDONESIA RAYA
156 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
- Klinik dan Rumah Sehat Desa.
- Pendidikan dan Wirausaha Muda Desa.
- Sistem Informasi Desa.
- Mendirikan Lembaga Tabung Haji.
- Mempercepat implementasi reformasi agraria untuk meningkatkan akses dan penguasaan lahan yang lebih adil dan berkerakyatan, menyediakan rumah
murah sederhana bagi rakyat.
3. Membangun Kedaulatan Pangan dan Energi serta
Pengamanan Sumber Daya Air
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang
paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari
hak asasi manusia yang dijamin oleh UUD 1945 sebagai
komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012
menyebutkan bahwa kedaulatan pangan adalah hak negara
dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan
pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan
yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan
sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya
lokal.
Kedaulatan pangan menuntut hak rakyat atas pangan
yang merupakan hak untuk memiliki pangan secara teratur,
permanen, dan bisa mendapatkannya secara bebas, baik
secara cuma-cuma maupun membeli dengan jumlah dan
GERAKAN INDONESIA RAYA
157P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
mutu yang mencukupi, serta cocok dengan tradisi-tadisi
kebudayaan rakyat yang mengkonsumsinya. Maka dari itu,
Partai Gerindra berupaya untuk mewujudkan ketersediaan,
keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang
cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik di tingkat
nasional maupun daerah hingga perseorangan secara
merata di seluruh wilayah Indonesia.
Beberapa program yang diusung Partai Gerindra
dalam aspek kedaulatan pangan, energi, dan sumber daya
air adalah:
a. Mencetak 2 juta hektar lahan baru untuk meningkatkan produksi pangan, antara lain beras, jagung, kedelai, tebu, dan lain-lain yang dapat mempekerjakan lebih dari 12 juta orang.
b. Mendorong peningkatan produksi dan konsumsi protein yang berasal dari susu, telur, ikan, dan daging.
c. Mencetak 2 juta hektar lahan untuk aren, ubi kayu, ubi jalar, kelapa, kemiri serta bahan baku bioetanol lainnya dengan sistem tumpang sari yang dapat mempekerjakan lebih dari 12 juta orang.
d. Membangun pabrik pupuk Urea dan NPK baru milik petani dengan total kapasitas 4 juta ton.
e. Membangun pembangkit listrik tenaga panas bumi dan air dengan kapasitas total 10.000 MW.
GERAKAN INDONESIA RAYA
158 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
f. Mendirikan kilang-kilang minyak bumi, pabrik etanol, dan pabrik DME (pengganti LPG).
g. Mengamankan dan merehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan sumber air.
h. Menjamin harga pangan yang menguntungkan
petani dan nelayan, serta melindungi konsumen.
4. Meningkatkan Kualitas Pembangunan Manusia
Indonesia Melalui Program Pendidikan, Kesehatan,
Sosial, dan Budaya serta Olahraga
Partai Gerindra berkeyakinan bahwa pembangunan
kesejahteraan masyarakat dapat diukur melalui aspek
pendidikan yang berkualitas, berkebudayaan dan
berkeadaban, kesehatan yang merata dan tidak diskriminatif.
Di bidang kebudayaan, Partai Gerindra menilai bahwa dalam
menghadapi globalisasi budaya yang ditandai arus masuknya
budaya bangsa lain, maka kita harus memperkokoh budaya
bangsa. Warisan budaya (cultural heritage) bangsa Indonesia
perlu dilestarikan, dikembangkan, dan diperbaharui agar
dapat menjadi penuntun menuju masa depan.
Partai Gerindra memandang bahwa kebudayaan
Indonesia adalah bagian dari kebudayaan dunia. Kebudayaan
Indonesia adalah hasil perjalanan bangsa Indonesia yang
telah membentuk identitas dan jati diri bangsa. Maka dari
itu, kekuatan budaya mempunyai peran yang penting dalam
mengatasi masalah-masalah kebangsaan.
GERAKAN INDONESIA RAYA
159P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Di bidang pendidikan, Partai Gerindra mendukung
peningkatan anggaran pendidikan nasional hingga 20
persen. Peningkatan anggaran merupakan konsekuensi logis
dalam menciptakan kesempatan memperoleh pendidikan
bagi seluruh lapisan masyarakat sekaligus sebagai sebuah
bentuk realisasi dari tanggung jawab konstitusi. Peningkatan
anggaran harus ditujukan untuk meningkatkan kualitas
Pendidikan Nasional.
Beberapa program yang diusung Partai Gerindra
dalam aspek pembangunan kualitas manusia Indonesia
adalah:
a. Memperkuat karakter bangsa yang berkepribadian
Pancasila, menjunjung tinggi sifat jujur, disiplin,
patuh terhadap hukum, toleransi terhadap
perbedaan suku agama dan ras, hormat kepada
budaya bangsa melalui pendidikan Pancasila,
kebangsaan, dan budi pekerti.
b. Melaksanakan wajib belajar 12 tahun dengan
biaya negara, menghapus pajak buku pelajaran,
menghentikan model penggantian buku pelajaran
setiap tahun, dan mengembangkan pendidikan jarak
jauh terutama untuk daerah yang sulit terjangkau
dan miskin.
c. Merevisi kurikulum nasional yang berorientasi pada
upaya memantapkan pengembangan budaya
GERAKAN INDONESIA RAYA
160 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
bangsa yang berlandaskan Pancasila dan UUD
1945, memajukan karsa dan karya bangsa yang
memiliki daya saing yang tinggi, memanfaatkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dengan menghargai kearifan lokal.
d. Mengembangkan sekolah-sekolah kejuruan
pertanian, kehutanan, maritim, dan industri,
termasuk balai-balai latihan kerja.
e. Meningkatkan martabat dan kesejahteraan guru,
dosen, dan penyuluh.
f. Memberantas perdagangan manusia dan membasmi
peredaran dan penyalahgunaan narkoba dengan
hukuman berat.
g. Menyediakan komputer di sekolah dasar,
menengah, dan lanjutan serta sekolah kejuruan
lainnya, memberikan beasiswa bagi mahasiswa
kurang mampu, menyediakan fasilitas kredit bank
untuk mahasiswa berprestasi dan mampu, serta
membangun jaringan internet gratis.
h. Menjamin pelayanan kesehatan gratis bagi rakyat
miskin. Mengembangkan rumah sakit modern
di setiap kabupaten dan kota serta memberikan
jaminan sosial untuk fakir miskin, penyandang cacat,
dan rakyat terlantar.
GERAKAN INDONESIA RAYA
161P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
i. Meningkatkan peran PKK, Posyandu, dan Puskesmas.
j. Menggerakkan revolusi putih mandiri dengan
menyediakan susu untuk anak-anak miskin di
sekolah dengan mendirikan proyek-proyek sapi
perah dan kambing.
k. Mewajibkan sarjana dan dokter yang baru lulus
untuk mengabdi di kantong kemiskinan dan daerah
tertinggal.
l. Melestarikan peninggalan dan warisan budaya
bangsa sebagai kekuatan dan pemersatu bangsa.
m. Pembinaan dan pelatihan khusus untuk
meningkatkan prestasi Tim Nasional Sepakbola
Indonesia
5. Membangun Infrastruktur dan Menjaga Kelestarian
Alam serta Lingkungan Hidup
Amanah UUD 1945 menyebutkan bahwa lingkungan
hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga
negara Indonesia. Dalam mewujudkan pembangunan
nasional, prinsip dasar yang harus diperhatikan adalah
bahwa pembangunan tersebut harus berkelanjutan
dan ramah terhadap lingkungan sekitar. Artinya, tidak
dibenarkan adanya pembangunan nasional yang berdampak
buruk bagi kelangsungan hidup masyarakat luas, karena
kualitas lingkungan hidup yang buruk dapat mengancam
GERAKAN INDONESIA RAYA
162 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
harus dilakukan secara sistematis dan terpadu. Hal itu
dimaksudkan dengan tujuan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran
dan kerusakan lingkungan hidup. Oleh karena itu,
pembangunan nasional yang berkelanjutan harus
memikirkan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi
ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan
lingkungan hidup serta keselamatan, kesejahteraan, dan
mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.5
Di dalam manifesto perjuangannya, Partai Gerindra
menilai bahwa kurangnya infrastruktur serta lemahnya
kesadaran atas kelestarian alam, telah menjadikan Indonesia
sebagai negara penyumbang kerusakan hutan tercepat
di dunia. Untuk itu, pengelolaan hutan, laut, dan seisinya
harus dengan tata rencana yang baik dan berkelanjutan
untuk menghindari unsur-unsur eksploitatif yang memicu
kerusakan alam.
Partai Gerindra mendukung segala upaya pelestarian
dan perlindungan hutan alam serta satwa liar yang
merupakan kekayaan bangsa. Hukum dan peraturan-
peraturan yang berlaku akan ditegakkan secara tegas dan
tuntas. Korupsi yang mengakibatkan kerusakan lingkungan
hidup akan diberantas secara menyeluruh. Penyelundupan
GERAKAN INDONESIA RAYA
163P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
satwa liar ke luar negeri akan dihentikan. Pencemaran udara,
laut, dan darat, akan dipantau dan dihentikan.
Beberapa program yang diusung Partai Gerindra
dalam aspek pembangunan infrastruktur dan menjaga
kelestarian alam serta lingkungan hidup adalah:
- Membangun prasarana di seluruh wilayah Indonesia,
yaitu jalan dan jembatan termasuk 3.000 km jalan
raya nasional baru yang modern dan 3.000 km rel
kereta api, pelabuhan laut (samudera dan nusantara)
dan pelabuhan udara, listrik, dan telekomunikasi.
- Mempercepat pembangunan infrastruktur strategis
irigasi di pedesaan dan pelabuhan perikanan di
pesisir.
- Membangun infrastruktur, fasilitas pendukung, dan
kawasan industri nasional termasuk industri maritim
dan pariwisata.
- Melakukan rehabilitasi 77 juta hektar hutan yang
rusak dengan sistem tumpang sari dan konservasi
aneka ragam hayati, hutan lindung, taman nasional,
dan suaka alam.
- Mencegah dan menindak tegas pelaku pencemaran
lingkungan dan melindungi flora-fauna sebagai
bagian dari aset bangsa.
GERAKAN INDONESIA RAYA
164 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
- Mengembangkan infrastruktur pendukung pulau-
pulau terluar.
6. Membangun Pemerintahan yang Bebas Korupsi, Kuat,
Tegas dan Efektif
Musuh utama demokrasi adalah korupsi. Ditinjau
dari norma apapun, korupsi merupakan tindakan yang
tidak dapat dibenarkan. Korupsi adalah tindakan tercela.
Korupsi dikategorikan sebagai tindak pelanggaran pidana.
Tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan dan
perekonomian negara. Korupsi dapat menghambat
pembangunan nasional sehingga harus diberantas.
Pemberantasan korupsi harus dilakukan dalam rangka
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Partai Gerindra telah terbukti sebagai partai yang
berkomitmen dalam pemberantasan tindak pidana
korupsi. Hal itu dapat dibuktikan melalui hasil survei yang
dilakukan oleh Transparency International Indonesia (TII)
terkait transparansi pendanaan partai politik. Hasil survei
menunjukan bahwa Partai Gerindra adalah partai yang
paling transparan dalam melaporkan keuangannya dengan
nilai indeks transparansi total 3,74.6
Hingga saat ini persoalan transparansi dan
akuntabilitas dana politik masih menjadi tantangan sistem
demokrasi di Indonesia. Salah satu cara yang bisa ditempuh
GERAKAN INDONESIA RAYA
165P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
adalah dengan menjalankan prinsip-prinsip transparansi
dan akuntabilitas keuangan partai. Sistem pendanaan
politik yang transparan dan akuntabel pada hakikatnya
adalah nilai tukar dari kepercayaan publik terhadap partai
politik. Berikut ini adalah Indeks Transparansi Keuangan
Partai Politik menurut hasil penelitian TII.7
Partai
Overall Score
Informasi Wajib
Tersedia
Informasi yang Wajib
Dipublikasikan
Informasi yang Wajib Dilaporkan Pemerintah
Partai Gerindra 3,74 3,50 3,88 4,00
PAN 3,64 3,47 3,50 4,00
PDI 3,10 3,67 1,00 4,00
Hanura 2,41 2,14 1,00 4,00
PKB 2,31 2,13 1,00 3,67
Komitmen Partai Gerindra untuk memberantas
korupsi diawali dengan reformasi internal partainya.
Hal itu dilakukan untuk mendorong agar supaya partai
dapat berfungsi dengan baik dan efektif dalam komitmen
pemberantasan korupsi. Oleh karena itu Partai Gerindra
dalam pemberantasan korupsi dimulai dari tubuh partai
sendiri sehingga pada saat terpilih untuk berkuasa dapat
memenuhi aspirasi masyarakat dalam pemberantasan
korupsi secara total tanpa beban.
Beberapa program yang diusung Partai Gerindra
dalam aspek membangun pemerintahan yang bebas
korupsi, kuat, tegas dan efektif adalah:
GERAKAN INDONESIA RAYA
166 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
- Mempercepat peningkatan kesejahteraan aparatur
negara dan mengakselerasi reformasi birokrasi untuk
mencapai sistem birokrasi yang efisien dan melayani
dengan menerapkan sistem insentif dan hukuman
yang efektif.
- Menciptakan kepastian dan menegakkan hukum
tanpa pandang bulu dan seadil-adilnya.
- Mencegah dan memberantas korupsi, kolusi, dan
nepotisme dengan menerapkan teknik-teknik
manajemen yang terbuka dan akuntabel.
- Meningkatkan kesejahteraan prajurit TNI/Polri,
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan keluarganya termasuk
para veteran dan pensiunan.
- Menempatkan 30 persen perempuan dalam posisi
menteri dan/atau pejabat setingkat menteri dan
mendorong kedudukan strategis lainnya bagi
perempuan pada pemerintahan provinsi dan
kabupaten/kota.
GERAKAN INDONESIA RAYA
167P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
SEBAGAI NEGARA yang memiliki lebih dari 210 juta penduduk,
Indonesia berada pada tingkat partisipasi pendidikan tinggi
hanya 14 persen dari jumlah penduduk usia 19-24 tahun. Secara
umum mutu pendidikan nasional kita, mulai dari sekolah dasar
sampai pendidikan tinggi, jauh tertinggal dari standar mutu
internasional. Hal itu disebabkan karena perhatian pemerintah
terhadap bidang pendidikan masih rendah.
Amanah Undang-Undang menyebutkan bahwa setiap
warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu. Pendidikan Nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia,
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sistem
Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan
yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
Pendidikan Nasional.
Ada beberapa kendala dan penghambat untuk menuju
kualitas pendidikan nasional yang berkualitas, yaitu fasilitas dan
sarana pendidikan yang tidak memadai. Fakta di lapangan banyak
kita temukan ribuan bangunan sekolah rusak parah sehingga
GERINDRA DAN REFORMASI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
GERAKAN INDONESIA RAYA
168 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
dapat mengganggu aktivitas belajar-mengajar. Di samping itu
masih banyak pula tenaga pengajar seperti guru dan dosen yang
belum mendapatkan kepastian dalam kesejahteraan hidupnya,
sehingga berpengaruh pada idealisme dan profesionalitas ketika
mereka mengajar. Terakhir, kurikulum nasional yang masih
cenderung liberal.2
Di dalam Manifesto Perjuangan Partai Gerindra, secara
sistemik partai ini akan memperjuangkan pembangunan
sistem pendidikan yang humanis dan bukan sistem pendidikan
yang liberal-kapitalistik. Partai Gerindra menolak liberalisasi
pendidikan yang dapat menjadikan pendidikan sebagai awal
dari menghilangnya karakter budaya bangsa.
Pendidikan merupakan hak dasar masyarakat. Pendidikan
bukanlah komoditas perdagangan yang diperjualbelikan, namun
merupakan tanggung jawab negara untuk mencerdaskan
rakyatnya. Dengan demikian, Partai Gerindra akan meletakkan
kembali posisi pengelolaan pendidikan di Indonesia sebagaimana
yang telah diamanatkan UUD 1945. Partai Gerindra bertekad
untuk mengembalikan Sistem Pendidikan Nasional kepada azas
yang sebenarnya, yaitu Pendidikan Nasional harus berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Partai Gerindra berkomitmen untuk mewujudkan
keterjangkauan dan pemerataan yang berkeadilan dalam
memperoleh pendidikan yang bermutu dan relevan dengan
kepentingan masyarakat. Tentunya, untuk mewujudkan sistem
pendidikan seperti itu harus memiliki konsep dan gagasan yang
GERAKAN INDONESIA RAYA
169P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
terencana, terarah, dan berkelanjutan dengan memperhatikan
aspek demografis dan geografis di masing-masing daerah yang
tersebar di seluruh Indonesia tanpa terkecuali.
Partai Gerindra melalui Prabowo Subianto menggagas
suatu terobosan baru dalam memperbaiki Sistem Pendidikan
Nasional, yaitu dengan mereformasinya. Reformasi sistem
pendidikan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang berkebudayaan dan berkeadaban melalui
beberapa program aksi nyata sebagai berikut:
1. Pendidikan berkepribadian Pancasila.
Pendidikan nasional harus berdasarkan pada prinsip
Pancasila dan UUD 1945. Partai Gerindra berupaya untuk
menerapkan pendidikan yang berbasis pada Pancasila
yang bertujuan untuk memperkuat karakter bangsa yang
berkepribadian Pancasila. Melalui Pendidikan Pancasila
diharapkan masyarakat mampu untuk menjunjung tinggi
sifat jujur, disiplin, patuh terhadap hukum, toleransi terhadap
perbedaan suku agama dan ras, hormat kepada budaya bangsa,
kebangsaan, dan budi pekerti.
Pendidikan nasional yang berbasis pada Pancasila
merupakan usaha nyata dalam rangka pembangunan bangsa
(nation building) sebagai penguatan prinsip ideologis dalam
penguatan karakter dan identitas bangsa. Bagi bangsa Indonesia,
hanya dengan Pancasila gerak sejarah bangsa ini akan terarah
untuk mencapai orientasi dan tujuan kemerdekaan. Pancasila
GERAKAN INDONESIA RAYA
170 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
dengan norma-norma moral di dalamnya merupakan esensi dari
kebudayaan nasional yang dirangkum menjadi sebuah ideologi
negara.3
2. Partai Gerindra mencanangkan program pendidikan nasional
yang berdasarkan Kurikulum Berbasis Kebudayaan.
Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor
pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa, mempunyai visi untuk mewujudkan sistem pendidikan
sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa dalam
rangka memberdayakan semua warga negara Indonesia
untuk berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah. Dari sekian banyak unsur sumber daya
pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang bisa
memberikan kontribusi signifikan untuk mewujudkan proses
berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi kurikulum
yang dikembangkan dengan berbasis pada kebudayaan lokal
bangsa tidak dapat disangkal lagi. Pendidikan Nasional Berbasis
Kurikulum Kebudayaan berfungsi untuk mengembangkan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu sesuai
dengan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
3. Efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran pendidikan.
Partai Gerindra akan berupaya melakukan realokasi dan
GERAKAN INDONESIA RAYA
171P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
peningkatan efisiensi terhadap pos-pos belanja pendidikan
dalam APBN yang dipandang tidak efektif dan/atau terlalu boros.
Di dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2013 disebutkan
bahwa persentase anggaran pendidikan adalah sebesar 20
persen yang merupakan perbandingan alokasi anggaran
pendidikan terhadap total anggaran belanja negara yang
sebesar Rp 1.726.191.299.253.000 (satu kuadriliun tujuh ratus
dua puluh enam triliun seratus sembilan puluh satu miliar dua
ratus sembilan puluh sembilan juta dua ratus lima puluh tiga ribu
rupiah). Jadi, anggaran Pendidikan Nasional untuk tahun 2013
dari pemerintah diperkirakan sebesar Rp 345.335.080.865.000
(tiga ratus empat puluh lima triliun tiga ratus tiga puluh lima
miliar delapan puluh juta delapan ratus enam puluh lima ribu
rupiah).
Maka dari itu, Prabowo akan mencanangkan perbaikan
secara masif kualitas fasilitas pendidikan di seluruh SD, SMP, dan
SMA serta pesantren/sekolah agama yang sederajat, melalui
pengalokasian Dana Perbaikan Kualitas Fasilitas Pendidikan
(DPKFP) yang rata-rata sebesar Rp 150 juta per sekolah dan
meningkatkan kualitas fasilitas pendidikan di universitas, baik
negeri maupun swasta, dengan alokasi dana APBN Rp 20 triliun
selama 2015-2019.
4. Program Partai Gerindra dalam bidang pendidikan adalah
melaksanakan wajib belajar 12 tahun tanpa biaya.
Partai Gerindra akan mewujudkan kewajiban belajar
selama 12 tahun dengan gratis dan menghapus pajak buku
GERAKAN INDONESIA RAYA
172 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
pelajaran, menghentikan penggantian buku pelajaran setiap
tahun, serta mengembangkan pendidikan jarak jauh terutama
untuk daerah yang sulit terjangkau dan miskin. Wajib belajar
merupakan program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh
warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah pusat
dan daerah. Wajib belajar 12 tahun artinya, setiap anak bangsa
memiliki hak yang sama untuk mengenyam pendidikan secara
gratis di tiga tingkatan, yaitu SD selama 6 tahun, SMP selama 3
tahun, dan SMA selama 3 tahun.
Wajib belajar 12 tahun bertujuan untuk memberikan
pendidikan minimal bagi warga negara Indonesia untuk dapat
mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri di
dalam masyarakat atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Partai Gerindra akan memperjuangkan wajib belajar
12 tahun sebagai kelanjutan wajib belajar 9 tahun. Persaingan
global yang terjadi menuntut tumbuhnya sumber daya manusia
handal, tidak hanya secara kuantitas, tapi juga kualitas. Maka wajib
belajar 12 tahun hingga jenjang pendidikan tingkat atas akan
menjadi prioritas program Partai Gerindra dalam meningkatkan
kecerdasan bangsa.
Partai Gerindra juga akan memberikan beasiswa bagi
mahasiswa kurang mampu dan lulusan baru serta pencari kerja
yang mengikuti pelatihan pada bidang dan lembaga tertentu
yang direkomendasikan oleh negara, dan menyediakan fasilitas
kredit bank untuk mahasiswa berprestasi.
GERAKAN INDONESIA RAYA
173P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
5. Partai Gerindra bertekad untuk mengembangkan sekolah
kejuruan dalam berbagai bidang.
Sekolah kejuruan adalah sekolah yang memiliki kejuruan
khusus di bidang-bidang tertentu, misalnya pertanian, kehutanan,
maritim, dan industri. Tujuan dari dikembangkannya sekolah
kejuruan adalah dalam rangka memenuhi tuntutan manusia
Indonesia terhadap adanya pekerjaan sebagai kebutuhan
(need) aktivitas, kebebasan, kekuasaan, dan pengakuan sosial.
Mendesaknya manusia Indonesia terhadap perlunya pekerjaan
dapat diartikan juga dengan sedemikian mendesaknya manusia
Indonesia terhadap perlunya keberadaan pendidikan kejuruan
untuk persiapan bekerja.
Pendidikan kejuruan juga memiliki multifungsi yang kalau
dilaksanakan dengan baik akan berkontribusi besar terhadap
pencapaian tujuan Pembangunan Nasional. Pendidikan kejuruan
tidak sekadar mendidik dan melatih keterampilan yang ada,
tetapi juga harus berfungsi sebagai pendorong perubahan.
Pendidikan kejuruan berfungsi sebagai proses akulturasi atau
penyesuaian diri dengan perubahan bagi masyarakat ke arah
yang lebih baik dan sejahtera. Pendidikan kejuruan setidaknya
memiliki beberapa manfaat utama, yaitu:
a. Sebagai peningkatan kualitas diri, peningkatan
peluang mendapatkan pekerjaan, peningkatan
peluang berwirausaha, peningkatan penghasilan,
GERAKAN INDONESIA RAYA
174 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
penyiapan bekal pendidikan lebih lanjut, penyiapan diri
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, penyesuaian diri
terhadap perubahan dan lingkungan.
b. Dunia kerja akan memperoleh tenaga kerja dengan
kualitas yang tinggi, meringankan biaya usaha,
membantu memajukan dan mengembangkan usaha.
c. Bagi masyarakat, pendidikan kejuruan dapat
meningkatkan kesejahteraan, meningkatkan
produktivitas nasional, meningkatkan penghasilan
negara, dan mengurangi pengangguran.
6. Partai Gerindra akan meningkatkan kesejahteraan tenaga
pengajar, yaitu guru, dosen dan penyuluh.
Program ini akan diaktualisasikan melalui pengiriman
tunjangan profesi guru bersertifikat langsung ke rekening guru
yang bersangkutan. Merekrut 800 ribu guru selama 5 tahun, dan
menaikkan tunjangan profesi guru menjadi rata-rata Rp 4 juta per
bulan. Partai Gerindra akan membangun kesadaran dan budaya
bahwa guru, dosen, dan tenaga pengajar lainnya adalah ujung
tombak dan kunci keberhasilan pendidikan nasional. Mereka
memiliki peran yang besar dan merupakan faktor penting
dan strategis dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan.
Oleh karena itu mereka juga harus didukung dengan tingkat
kesejahteraan yang layak dan memadai.
Partai Gerindra akan memperjuangkan peningkatan
kesejahteraan tenaga pendidik untuk memajukan kualitas
GERAKAN INDONESIA RAYA
175P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
pembangunan pendidikan di Indonesia. Rendahnya insentif
menjadi tenaga pendidik telah menyebabkan minat generasi
muda untuk meneruskan cita-cita mencerdaskan bangsa sebagai
tenaga pendidik semakin menurun.
7. Partai Gerindra dan Prabowo Subianto akan menyediakan
sarana teknologi di lingkungan sekolah.
Program ini akan diterapkan dengan cara mengembangkan
fasilitas dan keadilan penyelenggaraan pendidikan melalui
program menyediakan komputer di sekolah dasar dan
menengah, sekolah kejuruan, sekolah agama dan pesantren,
serta membangun jaringan internet gratis.
GERAKAN INDONESIA RAYA
176 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Potret Kesehatan Nasional
REALITAS KESEHATAN NASIONAL menunjukkan bahwa upaya
pemberdayaan kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola
hidup sehat mengalami penurunan yang sangat signifikan. Pada
tahun 2011 Pusat Penelitian dan Pengembangan Kementerian
Kesehatan melakukan riset mengenai kondisi kesehatan dari
aspek fasilitas kesehatan di seluruh pelosok negeri. Hasilnya
menunjukan bahwa dari 9.005 Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) di Indonesia, tidak semuanya melakukan upaya
kesehatan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas yang berupaya mensosialisasikan arti pentingnya
kesehatan bagi masyarakat rupanya hanya mencapai angka 34
persen, upaya kesehatan lingkungan 18,2 persen, kesehatan ibu
58,7 persen, kesehatan anak 60 persen, Keluarga Berencana 32,2
persen, dan perbaikan gizi sebanyak 45,8 persen.2
Fakta tersebut mengandung arti bahwa upaya penerapan
kesehatan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat tidak
berjalan secara maksimal. Oleh karena itu perlu kiranya dilakukan
upaya reformasi dan transformasi dunia kesehatan di Indonesia
demi terwujudnya masyarakat yang sehat secara keseluruhan.
GERINDRA DAN TRANSFORMASI KESEHATAN NASIONAL
GERAKAN INDONESIA RAYA
177P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Gerindra dan Transformasi Kesehatan Nasional
Misi utama Prabowo Subianto bersama Partai Gerindra
adalah untuk mewujudkan Indonesia yang berkeadilan sosial,
yaitu dengan menciptakan sumber daya manusia berkualitas
tinggi dalam aspek kesehatan. Dalam upaya mentrasformasikan
dunia kesehatan nasional ke arah yang lebih baik, Partai Gerindra
telah mencanangkan beberapa program yang merupakan
perwujudan nyata dari visi dan misi yang diusung oleh pasangan
Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, yaitu:
1. Partai Gerindra berkomitmen untuk menjamin pelayanan
kesehatan gratis bagi seluruh rakyat Indonesia melalui me-
kanisme percepatan pelaksanaan Badan Penyelenggara Jam-
inan Sosial (BPJS) Kesehatan.
BPJS Kesehatan adalah lembaga hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh
rakyat Indonesia.3 Partai Gerindra akan mengimplementasikan
secara cepat dan tepat atas amanat Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Di
dalam UU tersebut telah ditetapkan aturan mengenai Jaminan
Sosial Nasional yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) oleh BPJS Kesehatan, implementasinya dimulai dari 1
Januari 2014.
2. Partai Gerindra berkomitmen untuk mengembangkan Pusk-
esmas, rumah sakit modern, dan fasiitas ambulans gratis di
setiap kabupaten dan kota yang tersebar di bumi nusantara.
GERAKAN INDONESIA RAYA
178 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Hal ini mengingat bahwa Puskesmas dan rumah sakit
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang sangat penting
dalam menopang derajat kesehatan masyarakat secara umum.
Jika ternyata kemudian fasilitas pelayanan primer di tingkat
Puskesmas tidak memiliki kelengkapan peralatan diagnosis dan
intervensi yang mumpuni terkait kondisi medis tertentu, maka
individu tersebut harus dirujuk ke fasilitas pelayanan kesahatan
yang lebih tinggi, yaitu rumah sakit. Jika seseorang berada dalam
kondisi sakit yang mengharuskan untuk dirawat, maka kualitas
prima dari fasilitas pelayanan kesehatan rumah sakit modern
akan sangat dibutuhkan.
Salah satu realisasi dari konsep ini adalah layanan ambulans
gratis Partai Gerindra yang sudah berjalan sejak tahun 2010. Saat
ini armada ambulans gratis Partai Gerindra terdiri dari 400 mobil
dan 400 tim relawan kesehatan yang siap memastikan setiap
warga tidak mampu dapat memperoleh bantuan kesehatan
secara gratis. Mobil Ambulans dan Mobil Jenasah Gratis Partai
Gerindra sudah hadir di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan,
DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI
Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Utara,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua.
3. Partai Gerindra berkomitmen untuk mewujudkan peningka-
tan pelayanan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Posyandu merupakan saah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
GERAKAN INDONESIA RAYA
179P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
diselenggarakan secara demokratis, yaitu dari, oleh, dan untuk
masyarakat. Posyandu bertujuan untuk membangun kesehatan
masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar untuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak.4
4. Partai Gerindra akan mencanangkan program peningkatan
pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Keluarga Berencana adalah upaya untuk mengatur
kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, dan mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai
dengan hak reproduksi dalam rangka untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas. Partai Gerindra memandang bahwa
keluarga berkualitas merupakan realitas dalam skala kecil
untuk menuju Indonesia yang berkualitas. Keluarga berkualitas
adalah suatu keluarga yang dibentuk berdasarkan kondisi
sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang
ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan
tentunya keuarga yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Program KB menjadi salah satu solusi untuk menekan angka
pertumbuhan penduduk yang berlebihan. Hal tersebut bertujuan
untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
antara kuantitas, kualitas, dan persebaran penduduk dengan
lingkungan hidup.
GERAKAN INDONESIA RAYA
180 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
PKK adalah gerakan nasional yang tumbuh dari, oleh,
dan untuk masyarakat dengan perempuan sebagai motor
penggeraknya demi menuju terwujudnya keluarga bahagia,
sejahtera, maju, dan mandiri. Program PKK bertujuan untuk
mewujudkan kesejahteraan keluarga, yaitu kondisi terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia dari setiap anggota keluarga secara
material, sosial, mental, dan spiritual sehingga dapat hidup layak
sebagai manusia yang bermartabat.
5. Partai Gerindra akan menempatkan para sarjana lulusan aka-
demi kesehatan dan dokter di pelosok-pelosok negeri yang
minim akses transformasi.
Demi terlaksananya pemerataan dalam pelayanan publik
serta pembangunan, Prabowo Subianto mewajibkan para
mahasiswa yang baru lulus untuk dikirim ke daerah tertinggal,
termasuk dokter yang baru lulus, untuk memberikan pelayanan
kesehatan di daerah miskin. Program ini merupakan wujud dari
kesadaran Partai Gerindra bahwa kesehatan merupakan hak
asasi manusia yang harus diwujudkan dalam bentuk pemberian
berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan
terjangkau oleh masyarakat termasuk di dalamnya pengiriman
dokter dan lulusan akademi kesehatan ke daerah-daerah
terpencil.
6. Partai Gerindra akan mewujudkan Revolusi Putih
Revolusi Putih adalah menyediakan susu untuk anak-anak
GERAKAN INDONESIA RAYA
181P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
miskin di sekolah melalui peternakan sapi dan kambing perah. Ini
merupakan wujud dari keprihatinan Prabowo Subianto terhadap
kondisi gizi anak-anak Indonesia. Prabowo melihat tingkat
konsumsi susu yang merupakan sumber gizi hanya 1,5 liter per
tahun. Ini masih jauh di bawah India yang mencapai di atas 4 liter
per tahun.
Status kesehatan adalah kondisi kesehatan rakyat yang
tidak bisa dibina secara instan. Status kesehatan berlanjut
sepanjang perjalanan hidup diawali dari pemberian imunisasi,
pemberian makanan tambahan atau susu di usia dini, dan
kesehatan tubuh terus dirawat sampai mencapai usia produktif.
Oleh karena itulah Partai Gerindra bersama Prabowo Subianto
menjadikan Revolusi Putih sebagai salah satu program unggulan.
Revolusi Putih bertujuan untuk menjadikan gizi anak Indonesia
terpenuhi, otaknya sehat, dan fisiknya kuat.
Revolusi Putih Prabowo Subianto dilaksanakaan secara
intens oleh sayap Partai Gerindra Kesira. Pemberian susu untuk
anak anak dari komunitas yang kurang mampu telah dilaksanakan
secara rutin. Prabowo mengatakan bahwa kebijakan ini
merupakan investasi berharga yang hasilnya akan dirasakan 10
sampai 15 tahun kemudian.5
Prabowo sendiri sebenarnya sudah memulai gerakan
Revolusi Putih di sekitar tempat tinggalnya, yaitu di Bukit
Hambalang, Kampung Gombong, Desa Bojongkoneng,
GERAKAN INDONESIA RAYA
182 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Di daerah ini ia
tidak saja memberikan secara gratis kambing kepada masyarakat
sekitar untuk diternakkan beserta susunya kepada anak-anak
sekolah, namun juga biaya pendidikan.6
“...Indonesia adalah negara kaya dengan sumber daya alam yang melimpah tapi penduduknya miskin. Indonesia adalah
negara agraris tapi pangannya harus diimpor. Indonesia adalah negara kepulauan dan merupakan salah satu negara dengan pantai terpanjang di dunia, tapi nyatanya Indonesia
mengimpor ikan dan garam”.
INDONESIA SEBAGAI MACAN ASIA
185P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
CITA-CITA Indonesia Raya tentunya mensyaratkan “gerak”
sebagaimana yang tercermin dalam nama Gerindra yaitu
“Gerakan” Indonesia Raya. Harus ada gerak dan langkah-langkah
nyata untuk mewujudkan dan melanjutkan cita-cita para pendiri
bangsa tersebut. Melalui Gerindra, Prabowo mengajak rakyat
Indonesia untuk kembali memperjuangkan kemerdekaan
seutuhnya dengan berlandaskan pada UUD 45 Pasal 33 sebagai
ruh partai, dengan mengembalikan apa yang terkandung di
perut bumi Indonesia kepada Rakyat Indonesia.
Dalam berbagai kesempatan, Prabowo Subianto
terus mengingatkan bahwa makna kemerdekaan saat ini
telah mengalami pergeseran. Kemerdekaan hanya diartikan
dengan berlomba-lomba mengundang investor asing dengan
kepentingannya masing-masing untuk mendulang untung
sebanyak-banyaknya, dengan cara mengeruk kekayaan yang
terkandung di perut bumi Nusantara.
Kekayaan yang melimpah di dalam perut bumi
Indonesia, menurut Prabowo, bukan ladang amal bagi mereka
yang menanamkan modalnya di Indonesia. Tanpa memperbaiki
system investasi yang adil bagi kedua belah pihak, antara investor
INDONESIA SEBAGAI MACAN ASIA
INDONESIA SEBAGAI MACAN ASIA
186 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
dan rakyat Indonesia, maka cita-cita Indonesia menjadi “Macan
Asia” hanya isapan jempol belaka. Tanpa perbaikan dari dalam,
seperti usaha pemberdayaan petani dan para pelaku ekonomi
mikro cita-cita Indonesia Raya hanya menjadi impian.
Prabowo ingin melanjutkan cita-cita “Trisakti” Bung
Karno yang berisi himbauan tentang pentingnya berdaulat
di dalam politik, berdikari di dalam ekonomi, dan berwibawa
di dalam kebudayaan. Ketiga-tiganya adalah satu paket yang
tak terpisahkan dan saling mendukung. Ketiga-tiganya harus
diperjuangkan, sebab ketiga-tiganya adalah penentu kebesaran
bangsa Indonesia.
Apakah gagasan besar ini adalah sesuatu yang lahir begitu
saja? Tentu saja tidak! Di balik apa yang Bung Karno ucapkan
sesungguhnya terdapat muatan sejarah masa lalu yang berhasil
dia gali dan dijadikan filosofi untuk menggugat imperialisme.
Dengan kata lain, dia memperoleh gagasan itu dari hasil
menggali dan mempelajari sejarah masa lalu tentang kejayaan
jagad Nusantara ini. Apa yang bisa dipetik dari kejayaan masa
lalu?
1. Secara politik leluhur kita pernah mengalami satu
momentum sejarah kekuasan politik yang gemilang. Sebut
saja kerajaan Majapahit yang puncak kejayaannya terjadi
di masa Raja Hayam Wuruk yang bergelar Sri Rajasanegara
(1350-1389). Wilayah kekuasaannya meliputi hampir
seluruh wilayah nusantara dan sampai ke semenanjung
Malaya. Bahkan jangkauan ekspedisi armada laut
INDONESIA SEBAGAI MACAN ASIA
187P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Majapahit mencapai Laut Cina Selatan.2 Mahapatih Gajah
Mada adalah sosok di balik kesuksesan Majapahit. Ia
berhasil melunasi Sumpah Amukti Palapa-nya dengan
mempersatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit.
2. Negara besar dengan kekayaan alam yang melimpah
dengan ditopang oleh kedaulatan secara politik, dapat
membuat negeri (masa lalu) ini menjadi negeri yang
makmur dan rakyat pun sejahtera. Keperkasaannya sebagai
negara besar yang berdaulat memberikan kemandirian
untuk mengatur sendiri urusan kesejahteraan negeri
dan seisinya tanpa harus bergantung dan atas tekanan
kekuasaan politik negara lain. Bukankah di situ signifikansi
kedaulatan politik sebuah negeri?.
3. Alhasil Majapahit, selain berdaulat secara politik dan
ekonomi, kerajaan ini juga memiliki peradaban besar.
Dengan kata lain, kerajaan ini berwibawa secara budaya.
Ahmad Rifai, dalam esainya, Masyarakat Nusantara
(dulu), Masyarakat Indonesia (kini), mendeskripsikan bukti
adanya peradaban besar di bawah kekuasaan Majapahit.
Menurutnya, teknologi maritim berkembang dengan
pesatnya, dibuktikan dengan ukuran kapal-kapal dari
Jawa yang jauh lebih besar daripada kapal-kapal armada
Cina bahkan bila dibandingkan dengan ukuran kapal-
kapal Eropa, termasuk yang dipakai oleh Vasco de Gama
ketika sampai di India. Teknologi peralatan militer pun
berkembang dengan pesat dibuktikan adanya peninggalan
INDONESIA SEBAGAI MACAN ASIA
188 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
meriam yang bertarikh 1389 Masehi dan berstempel
lambang Majapahit. Artinya, teknologi meriam sudah ada
sejak sebelum Portugis datang ke Nusantara, demikian
juga teori dan strategi perang.3
Kedaulatan secara politik (dalam arti yang sesungguhnya)
dan kemandirian secara ekonomi (berdikari) telah memberikan
landasan yang kuat untuk terciptanya kondisi yang nyaman bagi
rakyat dalam belajar, bekerja, dan berkarya yang puncaknya
menciptakan peradaban besar. Soekarno mengungkapkan
gagasan itu dengan harapan agar penerus bangsa ini tidak lupa
dengan sejarah kejayaan masa lalu para leluhurnya. Bukankah
Soekarno terkenal dengan semboyannya “Jas Merah”, yakni
jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Dengan mengingat sejarah kejayaan masa lalu, penerus
bangsa ini hendaknya dapat mengambil pelajaran. Yang
terpenting, sejarah tersebut dapat menjadi asupan semangat
dan dorongan besar untuk kembali maju. Oleh karena itu Trisakti
hendaknya dilihat sebagai kekuatan moral dan semangat agar
bangsa ini benar-benar dapat kembali bangkit. Pertanyaannya,
adakah di antara generasi pewaris negeri ini yang menangkap
pesan luhur salah satu pendiri bangsa ini dan berani maju untuk
dapat mengembalikan keperkasaan negeri ini?
Apa yang disampaikan oleh Soekarno tentang kejayaan
masa lalu, terlepas apakah itu fakta sejarah atau penafsiran
yang bersifat politis, adalah agar kita merebut kembali masa
kejayaan itu. Sebagai pewaris sah negeri yang kaya, luas, dan
INDONESIA SEBAGAI MACAN ASIA
189P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
subur alamnya, kita seyogyanya bersyukur dan berbangga
kepada leluhur-leluhur kita dan para pendiri bangsa ini. Sampai
titik darah penghabisan dalam Perang Kemerdekaan, mereka
telah menunjukkan perjuangan luhur dengan mempertahankan
wilayah ini sehingga tak sejengkal tanah pun dapat dikuasai
oleh segerombolan penjajah rakus. Tiada rasa takut bagi mereka
untuk gugur di medan perang asalkan tanah pertiwi ini merdeka
sepenuhnya dari kuasa segerombolan kolonial asing.
Puncaknya adalah 17 Agustus 1945, meskipun pasca
itu masih terjadi perlawanan dari rakyat pribumi untuk
mempertahankan bumi pertiwi ini. Harus kita akui, pasca
kemerdekaan rakyat pribumi dan anak cucu generasinya kembali
dapat mereguk dan menikmati kekayaan bumi pertiwi meskipun
tak berlangsung lama, baik dikarenakan oleh bermunculannya
persoalan-persoalan internal, kerakusan sekelompok ekonomi
tertentu, masuknya pemodal-pemodal asing, maupun yang
lainnya.
Pemerintah yang berkuasa seolah gagap menerjemahkan
cita-cita luhur para pendiri bangsa ini untuk menolong rakyatnya.
Dalam esainya yang berjudul “Pemimpin dengan Mandat Rakyat”,
Prabowo Subianto mencatat bahwa sejak di penghujung Orde
Baru hingga tiga pemerintahan berikutnya di era Reformasi,
pemerintah tidak cukup berhasil mengantisipasi, memilih, dan
melakukan langkah-langkah yang tepat untuk menanggulangi
berbagai krisis beserta dampak-dampaknya. Pemerintah juga
tidak cukup berhasil menggalang potensi masyarakat dan
INDONESIA SEBAGAI MACAN ASIA
190 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
melibatkannya secara efektif dalam upaya penanggulangan
krisis.4 Menurutnya ketidakberhasilan tersebut lahir bukan karena
pemerintah tidak mampu merumuskan program yang tepat dan
melaksanakannya secara konsisten, melainkan pemerintah tidak
memiliki kemauan atau keberanian untuk mengambil langkah-
langkah yang seharusnya dilakukan karena dapat merugikan
kepentingan sebagian penyelenggara pemerintahan atau
kelompok kepentingan tertentu.1
Alih-alih menolong atau berpihak kepada rakyat (kecil),
kebijakan-kebijakan pemerintah justru banyak menguntungkan
pelaku ekonomi asing atau kelompok ekonomi tertentu
ketimbang kepentingan rakyat banyak. Prabowo Subianto
mengambil satu contoh soal kebijakan pangan yang menurutnya
kurang berpihak kepada rakyat, yaitu keputusan pemerintah
yang menetapkan bea masuk impor beras hanya sekitar 30
persen. Bandingkan dengan negara Jepang yang melindungi
(rakyat) petaninya dengan bea masuk impor beras mencapai 160
persen. Sementara itu World Trade Organization (WTO) sendiri
memberikan batas maksimum hingga 180 persen. Kondisi ini
berlangsung sampai kini dan menyisakan kenyataan pahit.
“Indonesia adalah sebuah paradoks”, tegas Prabowo Subianto
melihat kenyataan ini.2
Melihat kondisi ini, Prabowo Subianto yang sejatinya
adalah keturunan para pejuang dan pengabdi bangsa dan
Tanah Air ini, tak mampu berdiam diri seolah tak terjadi apa-apa.
Pada tahun 2004 Prabowo Subianto akhirnya menulis sebuah
INDONESIA SEBAGAI MACAN ASIA
191P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
buku berjudul “Kembalikan Indonesia”. Apa yang hendak dia
sampaikan? Saat itu Prabowo Subianto memang tengah sibuk
dengan kegiatan yang baru digelutinya, yaitu bisnis. Tapi rupanya
hal itu tak membuatnya memalingkan diri untuk mengikuti dan
mencermati detail-detail keadaan negaranya yang—meminjam
istilah Amran Nasution—tengah “belepotan”3
Dia melihat persoalan pelik tengah menggurita di Tanah
Airnya. Dalam pandangan kritisnya, kenyataan paradoks sedang
terjadi di negeri ini, yakni
“...Indonesia adalah negara kaya dengan sumber daya alam yang
melimpah tapi penduduknya miskin. Indonesia adalah negara
agraris tapi pangannya harus diimpor. Indonesia adalah negara
kepulauan dan merupakan salah satu negara dengan pantai
terpanjang di dunia, tapi nyatanya Indonesia mengimpor ikan dan
garam”.4
Karena itu, Prabowo Subianto menawarkan jalan keluar
dari kemelut tersebut dengan keberanian untuk mandiri, yakni
tidak bergantung kepada bantuan asing tapi harus menuju ke
arah kemandirian ekonomi nasional. Kemandirian ekonomi
adalah kata kunci yang diajukan Prabowo Subianto untuk keluar
dari persoalan pelik yang dialami negeri ini. Sampai di sini kita
dapat melihat bahwa gagasan Prabowo Subianto kurang lebih
serupa dengan gagasan ekonomi berdikari (berdiri di atas kaki
sendiri)-nya Soekarno. Boleh jadi, gagasan itu terinspirasi dari
gagasan Bapak Proklamator. Apa pun alasannya, dia telah berani
untuk mewarisi amanah luhur para pendiri bangsa ini.
INDONESIA SEBAGAI MACAN ASIA
192 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Bagaimana jelasnya gagasan kemandirian ekonomi
Prabowo Subianto itu dibahas secara lebih gamblang dan detail
dalam buku berikutnya yang terbit pada tahun 2009 dengan
judul “Membangun Kembali Indonesia Raya”. Dalam buku itu
Prabowo Subianto memperjelas dan menerjemahkan gagasan
besarnya ke dalam beberapa butir program prioritas. Secara
umum butir-butir program prioritas yang dimaksud meliputi
keberanian membangun kedaulatan pangan, kedaulatan energi,
dan menciptakan industri unggul.5
Terlepas dari catatan buruk, pemerintahan Orde Baru
sebenarnya pernah mencatat sejarah gemilang tentang
keberhasilannya di bidang pangan. Saat itu pemerintah
memberikan perhatian lebih terhadap pengelolaan pertanian.
Dulu terkenal dengan Revolusi Hijau dan jargon Panca Usaha Tani
yang merupakan lima pokok cara bertani untuk mendapatkan
hasil yang bisa mendekati sempurna. Hasilnya cukup
mengagumkan. Indonesia berhasil menjadi negara swasembada
pangan dari yang sebelumnya sebagai negara pengimpor beras
nomor satu di dunia. Saat itu pula Indonesia pernah dijuluki
sebagai “Macan Asia”.
Kini setelah runtuhnya Orde Baru dan beberapa
kepemimpinan berikutnya di era reformasi tidak memberikan
harapan itu, muncullah sosok calon pemimpin nasional yang
kerap mengusung kedaulatan pangan. Bukan sekadar jargon
dan janji perubahan, sosok ini memang telah membuktikan diri
dengan bekerja dan saling bahu-membahu dengan para petani
INDONESIA SEBAGAI MACAN ASIA
193P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
untuk mengembangkan sektor pertanian melalui HKTI. Angin
segar itu adalah Prabowo Subianto. Setidaknya ada beberapa
alasan kenapa Prabowo Subianto memilih membangun
kedaulatan pangan sebagai satu dari tiga program prioritasnya,
yaitu10:
1. Gagasan membangun kedaulatan pangan sebagai
program prioritasnya tak lain bersandar pada kenyataan
bahwa Indonesia adalah negera pertanian (agraris).
Sebagai negara pertanian, terdapat 65 persen penduduk
Indonesia yang hidup di sektor pertanian. Menurutnya,
dengan kenyataan ini sudah sewajarnya apabila negeri
ini mampu berswasembada pangan. Ditambah lagi
dengan adanya kenyataan bahwa Indonesia juga berada
di daerah tropis sehingga memungkinkan panen (seperti
padi, jagung, dan lainnya) dua sampai tiga kali dalam
setahun.6
2. Prabowo juga mencermati bahwa ada sekitar 77 juta
hektar hutan yang rusak di Indonesia. Hal itu bisa
menjadi peluang bila diolah dan dimanfaatkan secara
tepat sebagai ladang pertanian pangan dan tanaman
yang menghasilkan biofuel. Secara lebih detail dia
menegaskan bahwa jika satu hektar mempekerjakan
enam orang, maka akan terbuka kesempatan kerja bagi
jutaan penduduk. Dengan jalan ini dia punya keyakinan
besar bahwa bangsa ini akan mampu menjadi penyuplai
pangan dunia.’
INDONESIA SEBAGAI MACAN ASIA
194 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Selain itu, menurut J.B. Soedarmanta dalam bukunya
yang berjudul “Prabowo Tegas Memihak Rakyat”, terdapat 57,8
persen jumlah kaum miskin yang rupanya bekerja di sektor
pertanian. Menurutnya, terdapat empat permasalahan yang
dapat menjelaskan fenomena kemiskinan masyarakat tani, yaitu:
1. Sektor pertanian ternyata masih menampung tenaga
kerja yang sebagian besar produktifitasnya masih rendah.
2. Pada umumnya kemiskinan di pertanian karena akibat
rendahnya sumber daya manusia (SDM).
3. Kepemilikan lahan petani rata-rata kurang dari 0,5 hektar
atau didominasi petani gurem.
4. Terbatasnya peluang petani dapat bekerja di off-farm.
Karena lahan pertanian yang sempit, pekerjaan on-
farm jadi tidak menjanjikan. Namun permasalahannya,
pekerjaan off-farm pun terbatas.7
“Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi
tanaman.”
Itulah sepenggal syair lirik lagu Koes Plus yang tentunya
kita semua sudah akrab. Koes Plus merupakan penyanyi yang
cukup tenar di tahun 60-70an. Indonesia adalah surga, memang
demikian faktanya. Sumber daya alamnya memang besar dan
melimpah. Di perut-perut buminya tersimpan kekayaan yang
cukup besar. Semua itu dapat menghidupi dan memakmurkan
seluruh rakyat negeri ini. Salah satu kekayaan yang terkandung
INDONESIA SEBAGAI MACAN ASIA
195P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
di perut bumi dan potensial adalah energi. Seperti kata Amran,
perut bumi dan lautan Indonesia sangat berpotensi sebagai
penghasil minyak bumi.8
Sebagai putra begawan ekonomi, Prabowo menyadari
betul kenyataan tersebut. Selain kedaulatan pangan yang
merupakan agenda strategis untuk meningkatkan kemakmuran
rakyat, pemanfaatan dan pengelolaan secara mandiri energi-
energi yang terkandung di perut bumi Indonesia merupakan
langkah besar yang akan memungkinkan Indonesia keluar dari
krisis negeri ini. Oleh sebab itu program prioritas kedua Prabowo
Subianto adalah bagaimana mengembalikan Indonesia dengan
membangun kedaulatan energi.
Bagi Prabowo dan seluruh rakyat Indonesia, ini adalah
tantangan besar. Kenyataan hari ini sumber-sumber energi di
Indonesia lebih banyak dikelola oleh asing. Misalnya, data SKK
Migas tahun 2012 menunjukkan bahwa 88 persen ladang migas
dikuasai oleh perusahaan asing, 8 persen oleh BUMS Nasional
dan BUMN, dan 4 persen oleh konsorsium yang melibatkan
perusahaan asing.15 Itu adalah implikasi dari kebijakan
deliberalisasi tata kelola migas. Akibat dominasi asing yang
terlampau besar ini, negara telah kehilangan kontrol dalam
pengelolaan migas.
Oleh karena itu Indonesia harus mampu keluar dari
kemelut ini. Pemerintah harus berani mandiri dan mengelola
sendiri sumber daya energi yang terkandung di perut bumi
Indonesia. Hanya dengan membangun kedaulatan energilah
INDONESIA SEBAGAI MACAN ASIA
196 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
rakyat dapat menikmati buah kemakmuran dan kesejahteraan
dari kekayaan alam negeri ini. Bukankah menjaga kedaulatan
energi termasuk salah satu amanah para pendiri bangsa ini
yang sudah ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (3) yang
berbunyi, “Kekayaan negara yang menguasai hajat hidup orang
banyak harus dikuasai negara dan diberikan seluas-luasnya
kepada rakyat”.
Menciptakan kedaulatan pangan bukan saja agenda
strategis melainkan adalah tuntutan luhur para pendiri
bangsa ini. Prabowo, sebagai mantan prajurit TNI yang telah
mengabdikan dirinya dan bersumpah setia selamanya untuk
membela Tanah Air ini, tentu dapat mengerti dan merasakan
betapa besar tanggung jawabnya. Baginya, membela kedaulatan
energi adalah perjuangan membela kedaulatan Tanah Air.
Sebagai tanggung jawab moral, bagaimana langkah-
langkah Prabowo dalam membangun kemandirian energi?
Rupanya Prabowo telah menyiapkan rancangan detail mengenai
hal ini. Di dalam delapan program aksi untuk kemakmuran rakyat
partai Gerindra, butir-butir kemandirian energi disebutkan di
bagian keenam. Bagian itu dijabarkan lagi ke dalam tiga butir
penjabaran, yaitu16:
1. Membangun pembangkit listrik tenaga panas bumi dan air (10.000 MW).
2. Menyediakan sumber energi dengan mendirikan kilang-kilang minyak, pabrik bio etanol dan pabrik DME
(pengganti LPG).
INDONESIA SEBAGAI MACAN ASIA
197P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
3. Membuka 2 juta hingga 4 juta hektar hutan aren dengan
sistem tanaman tumpang sari untuk produksi bahan
bakar etanol sebagai pengganti BBM impor. Pembukaan
lahan ini akan menjadikan Indonesia sebagai pengekspor
bahan bakar nabati setelah 7 tahun masa tanam (4
juta hektar hutan aren menghasilkan sekitar 56 juta mt
etanol/tahun).
Dua program prioritas Prabowo di atas—membangun
kedaulatan pangan dan kedaulatan energi—beserta
keyakinannya bahwa Indonesia akan mampu keluar dari krisis
adalah satu bukti bahwa Indonesia memang berpotensi untuk
bangkit dan mengembalikan kejayaan negeri leluhurnya. Melalui
“Kembalikan Indonesia” dan “Membangun Kembali Indonesia
Raya”, Prabowo Subianto telah memulai satu ikhtiar dan langkah
besar dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab moral
untuk menerjemahkan pesan luhur para pendiri bangsa ini.
Setelah butir-butir program prioritas sebagaimana
diajukan di atas, apakah itu sudah cukup mungkin untuk
mengembalikan kejayaan dan kebesaran negeri surga ini? Tidak!
Persoalan besarnya tidak terletak di sana. Prabowo Subianto
melihat bahwa program-program strategis itu berkaitan erat
dengan kepemimpinan nasional. Menurutnya, kepemimpinan
nasional adalah kunci utama yang memungkinkan agenda
strategis ini dapat terlaksana dengan baik.
Dalam keadaan seperti ini, menurut Prabowo Subianto,
dibutuhkan pemimpin nasional yang kuat dan berwibawa,
INDONESIA SEBAGAI MACAN ASIA
198 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
mampu mengkonsolidasikan seluruh potensi bangsa untuk
bersama-sama berupaya keluar dari krisis. Thailand, Malaysia, dan
Korea Selatan adalah beberapa contoh negara yang telah mampu
membuktikan keberhasilan keluar dari krisis. Amerika Serikat di
bawah Presiden Franklin Delano Roosevelt, presiden ke-32 yang
berkuasa selama 12 tahun (1933-1945), juga telah membuktikan
betapa pentingnya faktor kepemimpinan nasional untuk keluar
dari kondisi yang saat ini tengah dialami oleh Indonesia.17
Sebagai gambaran, menarik cerita tentang Roosevelt yang
berusaha mengatasi kondisi saat itu. Lengkapnya gambaran
tentang kondisi saat itu yang disebut dengan “the great
depression” Amerika adalah meliputi kenyataan yang ditandai
dengan (i) hancurnya perekonomian, (ii) keruntuhan perbankan,
(iii) stagnasi bisnis, (iv) kepanikan masyarakat, (v) kelumpuhan
legislatif, (vi) pengangguran sangat tinggi, (vii) inflasi yang sangat
besar, dan (viii) meluasnya ketidakpastian di negeri tersebut.18
Semua kondisi itu adalah tantangan besar bagi sang presiden
terpilih saat itu, Roosevelt.
Sang presiden optimis dapat keluar dari kondisi petaka
tersebut. Dia juga yakin mampu meyakinkan masyarakat. Dengan
mantap dia lalu merumuskan butir-butir program yang riil,
rasional, dan mudah diikuti oleh rakyatnya. Pada saat yang sama,
dia juga mampu mengkonsolidasikan kekuatan dan potensi-
potensi lain, yakni pemerintahan yang solid dan dukungan
dari orang-orang yang memiliki kemampuan, kemauan, dan
semangat untuk bahu-membahu berjuang menanggulangi
INDONESIA SEBAGAI MACAN ASIA
199P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
krisis saat itu serta juga dukungan dari berbagai komponen
masyarakat.19 Benar! Kerja keras Roosevelt berbuah keberhasilan.
Terobosan yang dilakukan oleh mantan presiden Amerika
tersebut telah memberi pelajaran yang berharga bagi Prabowo
Subianto. Pertama, mantan presiden Amerika itu berhasil
merumuskan program riil dan mudah diikuti oleh rakyat. Serupa
dengan itu, Prabowo Subianto juga telah merumuskan dan
menggali program-program riil dan konkrit yang kemudian dia
tuangkan dalam “Delapan Program Aksi untuk Kemakmuran
Rakyat” sebagaimana telah disebutkan di atas.
Kedua, Presiden Amerika saat itu berhasil
mengkonsolidasikan seluruh potensi dan dukungan elit serta
seluruh komponen masyarakat. Apakah Prabowo Subianto
punya peluang keberhasilan untuk mengkonsolidasikan dan
menarik dukungan elit dan seluruh komponen masyarakat?
Tentunya kita belum tahu pasti. Tapi dengan melihat kiprahnya
sejauh ini, Prabowo Subianto berpeluang dalam hal itu. Di tingkat
masyarakat akar rumput (grassroot), Prabowo Subianto adalah
sosok yang sangat dekat dengan rakyat kecil dan sosok yang
dicintai oleh masyarakat. Dia bersungguh-sungguh membela
para petani, membimbing mereka dalam mengembangkan
pertanian dan semacamnya melalui HKTI.
Hal serupa juga dilakukannya kepada para pedagang.
Dia tulus membela dan turut andil memberi berbagai solusi
atas persoalan yang dihadapi para pedagang kecil. Dia berani
mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah yang kurang peduli
INDONESIA SEBAGAI MACAN ASIA
200 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
terhadap keadaan pasar tradisional yang mulai tergerus akibat
kehadiran pasar-pasar modern. Dia memperjuangkan itu semua
melalui Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI).
Di tingkatan elit, Prabowo Subianto berhasil meyakinkan
beberapa kalangan politisi dan mengajak beberapa partai
besar yang turut andil dalam pemilu 2014 ini untuk berkoalisi
dengannya. Tercatat ada enam partai yang mendukung visi dan
program-program strategisnya dalam menanggulangi masalah
Tanah Air. Koalisi enam partai pendukungnya (Gerindra, PKS, PPP,
Golkar, PAN, dan PBB) dikenal dengan sebutan koalisi “Merah
Putih” yang belakangan Partai Demokrat juga turut bergabung di
dalamnya.
Selain kalangan politisi dan partai, Prabowo Subianto
juga berhasil meyakinkan dan menggalang dukungan besar dari
sejumlah ulama, tokoh masyarakat, kalangan akademisi, kalangan
aktivis, dan sejumlah selebritis. Seluruh elemen masyarakat
yang mendukungnya, baik elit maupun grassroot, adalah modal
penting yang akan memungkinkan Prabowo Subianto berhasil
mewujudkan agenda nasionalnya.
Kita berdoa semoga Tuhan merestui dan memberikan
pertolongan kepada sang Capres yang beriktikad baik untuk
memberi perubahan penting bagi Tanah Air yang dicintainya.
Sebagai rakyat Indonesia, kita sangat berharap Prabowo
Subianto mendapatkan kepercayaan untuk memimpin negeri
ini. Selanjutnya kita berharap dia berhasil mengimplementasikan
program-program prioritasnya yang telah disebutkan di atas.
INDONESIA SEBAGAI MACAN ASIA
201P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Oleh karena itu apabila sang mantan Panglima KOSTRAD
ini berhasil merealisasikan program-program prioritasnya
untuk membangun kedaulatan pangan, kedaulatan energi,
dan menciptakan industri yang unggul, maka Indonesia bukan
saja dapat keluar dari kondisi krisis, tetapi negeri surga ini akan
kembali menjadi Macan Asia. Bahkan bisa lebih nyaring aumannya
dari macan yang pernah ada dan dipimpin oleh pemerintahan
Soekarno dan Soeharto.
Siapa pun yang menghendaki negeri ini kembali menjadi
Macan Asia, gagasan Prabowo Subianto telah memberi jalan
keluar yang riil untuk menuju ke arah sana.
“Kalau bangsa ini ingin perubahan, maka kata kuncinya adalah
bumikan pemikiran-pemikiran cerdas dan strategis Prabowo
Subianto ke dalam program-program nyata di masyarakat”,
demikian tulis Entang Sastraatmadja dalam Prabowo Subianto
Mari Membangun Bangsa.20
Mengawal Prabowo Subianto menuju kursi kepemimpinan
RI 1 sama artinya kita mengatakan bahwa “INDONESIA ADALAH
MACAN ASIA”.
***
202 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Prolog: Prabowo; Sebuah Nama Untuk Indonesia
1. Nurlaely, “William Shakespear dan Saya; Tentang Sebuah Nama”, artikel diakses pada 4 Mei 2014 dari http://m.kompasiana.com/post/read/504697/3/william-shakespeare-dan-saya-tentang-sebuah-nama.html/.
2. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013. h. 44.
3. Herdi Sahrasad, Prabowo Subianto: Dari Gerakan Indonesia Raya ke Negara Sejahtera. Jakarta: PSIK Paramadina, 2009, h. 31.
4. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, h. 46.
5. Kedua istilah itu saya dapatkan di Hans Afnan, Episode Perang Jenderal 2014 Menuju RI-1. Yogyakarta: Araska, 2013. h. 36.
6. Hans Afnan, Episode Perang Jenderal 2014 Menuju RI-1, h. 28.
7. J.B. Soedarmanta, Prabowo Subianto Tegas Memihak Rakyat. Depok: Literatur Media Sukses, 2013. h. 57-58.
8. J.B. Soedarmanta, Prabowo Subianto Tegas Memihak Rakyat, h. 60.
9. Femi Adi Soempeno, Prabowo: Dari Cijantung Bergerak ke Istana. Yogyakarta: GalangPress, 2009, h. 166.
10. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Seorang Jenderal, h. 156-157.
11. Hendro Subroto, Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando. Jakarta: Kompas, 2009, h. 11.
CATATAN-CATATAN
203P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
12. Femi Adi Soempeno, Prabowo: Dari Cijantung Bergerak Ke Istana, h. 165.
13. Femi Adi Soempeno, Prabowo: Dari Cijantung Bergerak Ke Istana, h. 165.
14. Femi Adi Soempeno, Prabowo: Dari Cijantung Bergerak Ke Istana, h. 178.
15. Femi Adi Soempeno, Prabowo: Dari Cijantung Bergerak ke Istana, h. 181-182.
16. J.B. Soedarmanta, Prabowo Subianto Tegas Memihak Rakyat, h. 109.
17. J.B. Soedarmanta, Prabowo Subianto Tegas Memihak Rakyat, h. 111-112.
18. Hans Afnan, Episode Perang Jenderal 2014 Menuju RI-1, h. 28.
19. Herdi Sahrasad, Prabowo Subianto: Dari Gerakan Indonesia Raya ke Negara Sejahtera, h. 41.
20. Herdi Sahrasad, Prabowo Subianto, The Rising Star “Insya’ Allah, Saya Maju, h. 96.
21. Herdi Sahrasad, Prabowo Subianto: Dari Gerakan Indonesia Raya ke Negara Sejahtera, h. 41.
22. J.B. Soedarmanta, Prabowo Subianto Tegas Memihak Rakyat, h. 144-145.
23. Entang Sastraatmadja, Prabowo, Mari Membangun Bangsa, Jakarta Timur: PT. Cemerlang Panca Aksara, 2014, h. 69.
24. J.B. Soedarmanta, Prabowo Subianto Tegas Memihak Rakyat, h. 168-169.
25. J.B. Soedarmanta, “Letnan jenderal (Purn) Prabowo Subianto Djojohadikoesoemo” artikel diakses pada 31 Mei 2014 dari http://m.detik.com/news/tokoh/321/0/letnan-jenderal-purn-prabowo-subianto-djojohadikusumo-lumban-tobing.
204 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
26. Thamrin Dahlan, Prabowo Presidenku. Sleman: Aryuning Sejahtera, 2014, h. 15.
27. Thamrin Dahlan, Prabowo Presidenku. Sleman: Aryuning Sejahtera, 2014, h. 15.
28. Iman Firdaus, “Kisah Gerindra dan Kepala Garuda”, edisi 01/Tahun I/April 2011, h. 4.
29. Hans Afnan, Episode Perang Jenderal 2014 Menuju RI-1, h. 65.
30. Hans Afnan, Episode Perang Jenderal 2014 Menuju RI-1, h. 65.
31. Hans Afnan, Episode Perang Jenderal 2014 Menuju RI-1, h. 65.
32. Hans Afnan, Episode Perang Jenderal 2014 Menuju RI-1, h. 65.
33. Herdi Sahrasad, Prabowo Subianto: Dari Gerakan Indonesia Raya ke Negara Sejahtera, h. 8.
Bagian I
1. Tumbuh dan Berkembang Sebagai Anak Bangsa
1. Herdi Sahrasad, Dari Gerakan Indonesia Raya Ke Negara Sejahtera, Jakarta : Freedom Foundation, 2009, h. 29.
2. Entang Sastraatmadja, Prabowo Mari Membangun Bangsa, Jakarta: PT. Cemerlang Panca Aksara, 2014, h.136.
3. Herdi Sahrasad, Dari Gerakan Indonesia Raya Ke Negara Sejahtera, h. 30.
4. Herdi Sahrasad, Dari Gerakan Indonesia Raya Ke Negara Sejahtera, h. 30.
5. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, h. 23.
6. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, h. 27.
205P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
7. Herdi Sahrasad, Dari Gerakan Indonesia Raya Ke Negara Sejahtera, h. 30.
8. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, h. 28.
9. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, h. 28.
10. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, h. 30.
11. “Jejak Prabowo Di Eropa”, Diakses Pada 3 Juni 2014 dari http://soedoetpandang.wordpress.com/2013/10/03/jejak-Prabowo-di-eropa/.
12. Herdi Sahrasad, Dari Gerakan Indonesia Raya Ke Negara Sejahtera, h 31.
13. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, h. 38.
14. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, h. 39.
15. “Prabowo Subianto dan Catatan Soe Hoek Gie”, Artikel diakses pada 5 Juni 2014 dari http://sinarharapan. co/index.php/news/read/22879/Prabowo-subianto-dan-catatan-soe-hok-gie.html.
16. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, h. 40.
17. Thamrin Dahlan, “Ketika Prabowo Subianto (17 tahun) Menolak Tawaran Kuliah di George Washington University”. Artikel diakses pada tanggal 3 juni 2014 dari http://sosok.kompasiana.com/2013/11/22/Prabowo-subianto-nasionalis-sejati-612046.html.
18. Thamrin Dahlan, “Ketika Prabowo Subianto (17 tahun) Menolak Tawaran Kuliah di George Washington University”.
206 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Artikel diakses pada tanggal 3 juni 2014 dari http://sosok.kompasiana.com/2013/11/22/Prabowo-subianto-nasionalis-sejati-612046.html.
19. Audrey G.D. Tangkudun, Kenapa Prabowo Subianto? 7 Alasan Dia Cocok Jadi Presiden, Jakarta: PT. Era Media Global, 2013, h. 93.
20. J. B. Soedarmanta, Prabowo Subianto Tegas Memihak Pada Rakyat, Depok : Literartur Media Sukses, 2013, h. 45.
21. J. B. Soedarmanta, Prabowo Subianto Tegas Memihak Pada Rakyat, h. 55.
22. Herdi Sahrasad, Prabowo Subianto, The Rising Star “Insya’ Allah, Saya Maju”, Jakarta : Probowo Center, 2012, h. 98.
23. Herdi Sahrasad, Dari Gerakan Indonesia Raya Ke Negara Sejahtera, h. 34.
2. Prabowo, Antara Pluralisme dan Kebhinnekaan
1. “Adik Prabowo: Keluarga Kami Mewakili Kemajemukan Indonesia” berita diakses pada tanggal 9 Juni 2014 dari http://www.beritasatu.com/nasional/187635-adik-prabowo-keluarga-kami-mewakili-kemajemukan-indonesia.html.
2. William J.Goode, Sosiologi Keluarga, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1985, h. 8.
3. “Yulianti Muthmainah, “Keluarga Fondasi Membangun Pluralisme”, Diakses pada tanggal 7 Juni 2014 dari http://budisansblog.blogspot.com/2012/06/keluarga-fondasi-membangun-pluralisme.html.
3. Timor-Timur Saksi Bisu Pengabdian Prabowo
1. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, h.58.
207P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
2. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, h. 80.
3. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, h. 58.
4. Hendro Subroto, Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2009, h. 446.
5. J.B Soedarmanta, Prabowo Subianto: Tegas Memihak Rakyat, Depok: Literatur Media Sukses, 2013, h. 71.
Bagian II
1. Meluruskan Jalan Sejarah
1. S. Sinansari Ecip, Kronologi Situasi Penggulingan Soeharto, Mizan: Bandung, Cet. III, 2001, h. 33-37.
2. Arwan Tuti Artha, Kudeta Mei ’98, Perseteruan Habibie-Prabowo, Yogyakarta: Galang Press, Cet. IV 2007, h. 70.
3. S. Sinansari Ecip, Kronologi Situasi Penggulingan Soeharto, Mizan: Bandung, 2001, Cet. III, h.57-59.
4. A. Pambudi, Sintong dan Prabowo; Dari Kudeta L.B. Moerdani Sampai Kudeta Prabowo, Yogyakarta, Medpress 2009, cet.III, h. 20.
5. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, Cet. 1, h. 149-171.
6. Jose Manuel Teroso, Majalah Asiaweek Vo. 26/No. 8, 3 Maret 2000, yang juga dilansir oleh http://soedoetpandang.wordpress.com/2014/03/27/prabowo-kambing-hitam-1998/
7. A. Pambudi, Sintong dan Prabowo; Dari Kudeta L.B. Moerdani Sampai Kudeta Prabowo, Yogyakarta, Medpress 2009, cet.III, h. 98-99.
208 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
8. http://www.merdek a.com/perist iwa/k ata-jenderal-kepercayaan-prabowo-soal-kerusuhan-dan-kudeta-98-isu-kudeta-prabowo -7.html.
9. Hans Afnan, Episode Perang Jenderal 2014 Menuju RI-1, Yogyakarta, Araska, Cet. ke 1, 2013, h. 53.
10. Jose Manuel Teroso, Majalah Asiaweek Vo. 26/No. 8, 3 Maret 2000.
11. A. Pambudi, Sintong dan Prabowo; Dari Kudeta L.B. Moerdani Sampai Kudeta Prabowo, h. 101-102.
12. Hans Afnan, Episode Perang Jenderal 2014 Menuju RI-1, h. 53-54.
13. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, h. 158.
14. A. Pambudi, Sintong dan Prabowo; Dari Kudeta L.B. Moerdani Sampai Kudeta Prabowo, h.103.
15. A. Pambudi, Sintong dan Prabowo; Dari Kudeta L.B. Moerdani Sampai Kudeta Prabowo, h. 108.
16. James Luhulima, Hari-Hari Terpanjang Menjelang Mundurnya Presiden Soeharto, 2001, hlm. 135.
17. Prabowo: l Never Betrayed My Country, AsisWeek, 3 Maret 2000.
18. Hendro Subroto, Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2009, h. 5-6.
2. Prabowo, Penculikan Atau Tumbal Elite Militer
1. Wawancara dimuat dalam Tabloid DETAK No. 2/I, 21-27 Juli 1998.
2. Hans Afnan, Episode Perang Jenderal 2014 Menuju RI 1, Yogyakarta: Araska, 2013, h. 48.
209P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
3. Jose Manuel Teroso, Majalah Asiaweek Vo. 26/No. 8, 3 Maret 2000.
4. Kivlan Zen, di acara Debat TVOne pada Senin 28/4/2014.
5. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, h. 167.
6. Femi Adi Soempeno, Prabowo: Dari Cijantung Bergerak Ke Istana, Yogyakarta: Galang Press, 2009, h.128.
7. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, h. 169-171.
8. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, h.173.
9. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, h. 177.
10. Tulisan tersebut merupakan terjemahan dari laporan investigasi yang ditulis Majalah Asiaweek No. 8/Vol. 26, 3 Maret 2000.
11. Kivlan Zen dan Fadli Zon, di acara Debat TVOne pada Senin 28/4/2014.
3. Prabowo Lakukan Kudeta?
1. Arwan Tuti Artha, Kudeta Mei ’98, Perseteruan Habibie-Prabowo, Yogyakarta: Galang Press, Cet. IV, 2007, h. 70,. 2. Pernyataan Muchdi Purwoprandjono Mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus 1998.
2. Hans Afnan, Episode Perang Jenderal 2014 Menuju RI 1, Yogyakarta: Araska, Cet. Ke 1, 2013, h. 53.
3. Arwan Tuti Artha, Kudeta Mei ’98, Perseteruan Habibie-Prabowo, h. 81.
4. Arwan Tuti Artha, Kudeta Mei ’98, Perseteruan Habibie-Prabowo, h. 41.
210 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
5. Jose Manuel Teroso, Majalah Asiaweek Vo. 26/No. 8, 3 Maret 2000.
6. Arwan Tuti Artha, Kudeta Mei ’98, Perseteruan Habibie-Prabowo, h. 36.
7. Arwan Tuti Artha, Kudeta Mei ’98, Perseteruan Habibie-Prabowo, h. 37.
8. Jose Manuel Teroso, Majalah Asiaweek Vo. 26/No. 8, 3 Maret 2000.
9. Tepatnya Pada tanggal 10 Februari 1999, sebagaimana ditulis dalam buku James Luhulima, Hari-hari Terpanjang Menjelang Mundurnya Presiden Soeharto (2005:102). Penjelasan tertulis itu dimuat dalam buku yang ditulis Fadli Zon, Politik Huru-Hara Mei 1998 (2004). Bisa pula kita baca kutipannya sebagaimana dimuat dalam buku James Luhulima (2005:103-106), lihat juga Arwan Tuti Artha, Kudeta Mei ’98, Perseteruan Habibie-Prabowo, h. 29-34.
Bagian III
1. Melanjutkan Cita-Cita Pendiri Bangsa
1. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, Cet. 1, h. 118.
2. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal, h. 124.
3. Ade Ma’ruf, Prabowo Subianto, Jalan Terjal, h.124.
4. Forum Kompas, “Profil Prabowo Subianto”, artikel diakses pada 31 Mei 2014 dari http://forum.kompas.com/nasional/19972-profil-prabowo-subianto.html.
5. Herdi Saharsad, Prabowo Subianto: Dari Gerakan Indonesia Raya ke Negara Sejahtera. Jakarta: PSIK Paramadina, 2009, h. 40.
6. Yudi Latif, Mata Air Keteladanan Pancasila Dalam Perbuatan, Jakarta: Mizan, 2014, h. 490.
211P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
7. Tabloid GEMA Indonesia Raya Edisi 20/tahun II/Desember 2012.
8. Entang Sastraatmaja, Prabowo Mari Membangun Bangsa, Jakarta: Cemerlang Panca Aksara, h. 69.
2. Politik Sebagai Wadah Melanjutkan Cita-Cita Bangsa
1. “Hidup Prabowo”, Kompas.com, diakses pada tanggal 02 Juni 2014 dari http://nasional.kompas.com/ read/2014/05/29/0634308/Prabowo.Sekarang.Hidup.Prabowo.Hidup.Prabowo.
2. “Prabowo Beberkan Alasan Keluar dari Golkar”, Tempo, diakses pada tanggal 2 Juni 2014 http://pemilu.tempo. co/read/news/2014/04/23/269572570/Prabowo-Beberkan-Alasannya-Keluar-dari-Golkar.
3. Thamrin Dahlan, Prabowo Presidenku, Jakarta: Aryuning Sejahtera, 2014, h. 92.
4. Herdi Sahrasad, Prabowo Subianto: Dari Gerakan Indonesia Raya ke Negara Sejahtera. Jakarta: PSIK Paramadina, 2009, h. 91.
5. “Konvensi Partai Golkar”, www. Indosiar.com, diakses pada tanggal 5 Juni 2014 http://www.indosiar.com/fokus/ konvensi-partai-golkar_27398.html.
6. A. Pambudi, Kalau Prabowo Jadi Presiden (Jakarta: Narasi, 2009), h. 17.
7. A. Pambudi, Kalau Prabowo Jadi, h. 18.
8. A. Pambudi, Kalau Prabowo Jadi, h. 18.
3. Gerindra, Jiwa dan Raga Rakyat
1. Herdi Sahrasad, Prabowo Subianto, The Rising Star “Insya Allah, Saya Maju”, (Jakarta : RIMA, PC, Freedom Foundation, 2012), h.109.
212 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
2. Herdi Sahrasad, Prabowo Subianto, Dari Gerakan Indonesia Raya Ke Negara Sejahtera, (Jakarta : PSIK Paramadina, 2009), h.63.
3. Website: Partai Gerindra, “Sejarah Partai Gerindra”, artikel diakses pada 7 Juni 2014 dari file:///G:/Sejarah%20Partai%20Gerindra%20%20%20Partai%20Gerindra.htm
4. Herdi Sahrasad, Prabowo Subianto, Dari Gerakan Indonesia Raya Ke Negara Sejahtera, (Jakarta : PSIK Paramadina, 2009), h.87.
5. Herdi Sahrasad, Prabowo Subianto, The Rising Star “Insya Allah, Saya Maju”, (Jakarta : RIMA, PC, Freedom Foundation, 2012), h.79.
6. http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/02/06/269551659/Gerindra-Klaim-Dapat-Dukungan-Rakyat. Artikel diakses 7 Juni 2014
4. Gerindra Sebagai Partai Modern
1. Budi Sucahyo, Kader Korupsi Kader Ditendang,” (Jakarta : GEMA Indonesia Raya, 2012), h.1.
2. http://surabayanews.co.id/2014/05/30/2647/prabowo-janji-akan-cari-anak-bangsa-terbaik-untuk-kabinetnya-kelak.html. Artikel diakses pada tanggal 6 Juni 2014
3. Herdi Sahrasad, Prabowo Subianto, Dari Gerakan Indonesia Raya Ke Negara Sejahtera, (Jakarta : PSIK Paramadina, 2009), h.49.
4. Herdi Sahrasad, Prabowo Subianto, The Rising Star “Insya Allah, Saya Maju”, (Jakarta : RIMA, PC, Freedom Foundation, 2012), h.119.
213P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
5. http://www.republika.co. id/berita/pemilu/menuju-ri-1/14/05/28/n6975p-prabowo-ingin-kader-gerindra-bisa-seperti-pks. Artikel diakses pada 6 Juni 2014.
6. Herdi Sahrasad, Prabowo Subianto, The Rising Star “Insya Allah, Saya Maju”, h.111.
7. Budi Sucahyo, “Gerindra Berjuang Untuk Masa Depan Indonesia”, (Jakarta : GEMA Indonesia Raya, 2012), h.1.
8. Herdi Sahrasad, Prabowo Subianto, Dari Gerakan Indonesia Raya Ke Negara Sejahtera, h.24.
9. Budi Sucahyo, Saya Siap Menjadi Pelayan Rakyat, (Jakarta : GEMA Indonesia Raya, 2012), h.1.
5. Sang Calon Presiden
1. Arfi Bambani Amri, Anggi Kusumadewi, Suryanta Bakti Susila, “Gerindra Pastikan Prabowo Maju 2014”, 11 Januari 2011. Diakses pada 31 Mei 2014 dari http://us.politik.news.viva.co.id
2. Firardy Rozy, ”Tidak Ada yang Lebih Tangguh dari Prabowo”, (2 November 2011)”. Diakses pada 31 Mei 2014 dari http://www.rakyatmerdekaonline.com
3. Mansyur Faqih, “Prabowo Resmi Jadi Capres Partai Gerindra”, 09 Mei 2012. Diakses pada 31 Mei 2014 dari http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/12/05/09/m3qzzg-prabowo-resmi-jadi-capres-partai-gerindra.
4. Liputan6News, 08 Januari 2012. Diakses pada 1 Juni 2014 dari http://news.liputan6.com/read/371202/prabowo-insya-allah-saya-siap.
5. Ira Guslina, “Prabowo Dianggap Lebih Unggul dari 10 Calon Lain”, 08 Maret 2012. Diakses pada 30 Mei 2014 dari http://www.tempo.co/read/news/2012/03/08/
214 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
6. M. Zulfikar, “Tiga Keunggulan Prabowo Subianto Sebagai Calon Presiden Menurut Survey ini”, (19 Januari 2014). Diakses pada 1 Juni 2014 dari http://www.tribunnews.com/nasional/2014/01/19/tiga-keunggulan-prabowo-subianto-sebagai-calon-presiden-menurut-survei-ini
7. Herdi Sahrasad, “Prabowo Subianto, The Rising Star” (Jakarta: PC, Rima Cop dan FF, 2012), Cet. Ke-3, h. 25.
8. Bahri Kurniawan, “Prabowo Kalahkan Elektabilitas Jokowi di Riset Vox Populi Survey”, 12 Januari 2014. Diakses pada 2 Juni 2014 dari http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/01/12/prabowo-kalahkan-elektabilitas-jokowi-di-riset-vox-populi-survey.
9. Andi M Ikhbal dan Ira Sasmita, “Ini Hasil Lengkap Rekapitulasi Perolehan Suara Pileg 2014”, 10 Mei 2014. Diakses pada 30 Mei 2014 dari http://www.republika.co.id
10. Entang Sastraatmadja, Prabowo Mari Membangun Bangsa, h. 53.
11. Budi Sucahyo, “Mari Kita Wujudkan Transformasi Bangsa,” GEMA Indonesia Raya, edisi 28, tahun ke-3 (agustus 2013), h. 1.
12. Entang Sastraatmadja, Prabowo Mari Membangun Bangsa, Jakarta: PT. Cemerlang Panca Aksara, 2014, h. 19-21.
13. Budi Sucahyo, “Mari Kita Wujudkan Transformasi Bangsa”, h. 1
14. Enam program aksi social affirmative bangsa sebagai lokomotif perubahan:1. Membangun ekonomi yang kuat, berdaulat, adil dan makmur; 2. Melaksanakan ekonomi kerakyatan; 3. Membangun kedaulatan pangan dan ocial serta pengamatan sumberdaya air; 4. Meningkatkan kualitas pembangunan manusia Indonesia melalui program pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya; 5. Membangun infrastruktur dan menjaga kelestarian alam serta lingkungan hidup; 6. Membangun pemerintahan yang bebas korupsi, kuat, tegas dan efektif.
215P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Adi Wijaya (15 Juli 2013). “Prabowo Hadirkan 6 Program Aksi Transformasi Bangsa 2014-2019”. Diakses pada 30 Mei 2014 dari http://www.gatra.com
15. J.B. Soedarmanta, Prabowo Subianto Tegas Memihak Rakyat, Depok: Penerbit Literatur Media Sukses, 2013, cet. Ke-1, h. 225.
16. Hans Afnan, Episode Perang Jenderal 2014 Menuju RI-1, Yogyakarta: Araska, 2013, Cet. Ke- 1, h. 60.
17. Entang Sastraatmadja, Prabowo Mari Membangun Bangsa, h. 3
18. Agustaman dan Budi Sucahyo, “Saya Siap Menjadi Pelayan Rakyat,” GEMA Indonesia Raya, edisi 28, tahun ke-3 (agustus 2013): h. 1.
Bagian IV
1. Negara Kerakyatan
1. Fadli Zon, “Tiga Tahun Partai Gerindra ”, Majalah Gerakan Indonesia Raya, Edisi I, April 2011.
2. Zulfikri Suleman, Demokrasi untuk Indonesia: Pemikiran Politik Bung Hatta, Jakarta: Kompas, 2010, h. 116.
3. Zulfikri Suleman, Demokrasi untuk Indonesia: Pemikiran Politik Bung Hatta, h. 198.
4. Dimuat di website resmi Partai Gerindra , http://partaiPartai Gerindra .or.id/6-program-aksi-partai-Partai Gerindra , diakses pada 2 Juni 2014.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 Ayat (2) dan (3).
6. Inggried Dwi Wedhaswary (ed.), “Partai Gerindra Paling Transparan soal Keuangan Partai”, http://nasional.kompas.com, diakses pada 8 Juni 2014.
216 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
7. Laporan hasil pengukuran tingkat transparansi pendanaan partai politik di tingkat dewan pimpinan pusat, http://www.ti.or.id/media/documents/2013/04/16/f/u/full_report.pdf, diakses pada 8 Juni 2014.
2. Gerindra dan Reformasi Sistem Pendidikan Nasional
1. Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993, h. 2.
2. Tabloit Institut UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, “Menengok Kembali Dunia Pendidikan Kita”, h. 8.
3. Sartono Kartodirdjo, Sejak Indische Sampai Indonesia, Jakarta: Kompas, 2005, h. 78.
3. Gerindra dan Transformasi Kesehatan Nasional
1. Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia Diterima dan diu-mumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desem-ber 1948 melalui Resolusi 217 A (III).
2. Fikri Suadu, Sehat Tanpa Sekat: Coretan Pikran atas Realitas Sehat Indonesia, h. 94.
3. Kemenkes RI, Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional, h. 40.
4. Departemen Kesehatan, Pedoman Umum Pengelolaan Posy-andu, h. 11.
5. Revolusi Putih Prabowo dimuat dalam situs http://kesehat-an.kompasiana.com, diakses pada 8 Juni 2014.
6. Partai Gerindra mencanangkan Revolusi Putih dimuat pada situs resmi Partai Gerindra, http://partaigerindra.or.id.
Epilog: Dari Gerakan Indonesia Raya Menuju Macan Asia
1. Hardi Rangga S.H., “Indonesia Menggugat: Ajaran dan Teori Perjuangan Bung Karno”, http://jayaposindonesia. wordpress.com/2012/07/29/indonesia-menggugat-ajaran-dan-teori-perjuangan-bung-karno/, diakses pada 8 Juni 2014.
217P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
2. Hardi Rangga S.H., “Puncak Kejayaan Majapahit”, http://forum.viva.co.id/sejarah/1302651-puncak-kejayaan-majapahit.html, diakses pada 9 Mei 2014.
3. Ahmad Rifai, “Masyarakat Nusantara (dulu), Masyarakat Indonesia (sekarang)”, http://www.caknun.com /2014/masyarakat-nusantara-dulu-masyarakat-indonesia-kini/, diakses pada 9 Juni 2014 .
4. Herdi Sahrasad, Prabowo Subianto: Dari Gerakan Indonesia Raya ke Negara Sejahtera, (Jakarta: PSIK Paramadina, 2009), h. 122.
5. Herdi Sahrasad, Prabowo Subianto: Dari Gerakan Indonesia Raya ke Negara Sejahtera, h. 122.
6. Budi Sucahyo, “Prabowo Subianto: Indonesia Adalah Sebuah Paradoks”, Gema Indonesia Raya, Edisi 20, Tahun II, Desember 2012, h. 1.
7. Amran Nasution, “Kalau Prabowo Jadi Presiden”, Gema Indonesia Raya, Edisi 22, Tahun III, Februari 2013, h. 3.
8. Amran Nasution, “Kalau Prabowo Jadi Presiden”, h. 3.
9. Amran Nasution, “Kalau Prabowo Jadi Presiden”, h. 3.
10. Budi Sucahyo, “Prabowo Subianto: Indonesia Adalah Sebuah Paradoks”, h. 6.
11. Amran Nasution, h. 3.
12. Budi Sucahyo, “Public Lecture Prabowo Subianto: Komit Pada Proses yang Demokratis”, Gema Indonesia Raya, Edisi 21, Tahun II, Januari 2013, h. 6.
13. J.B. Soedarmanta, Prabowo Subianto Tegas Memihak Rakyat, Depok: Penerbit Literatur Media Sukses, 2013, h. 117-118.
14. Amran Nasution, h. 3.
218 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
15. Fahmy Radhi, “Deliberalisasi Tata Kelola Migas”, http://gagasanhukum.wordpress.com/2014/03/13/deliberalisasi-tata-kelola-migas-2/, diakses pada 8 Juni 2014.
16. Fahmy Radhi, “Membangun Kembali Indonesia Raya: 8 Program Aksi Untuk Kemakmuran Rakyat”, Gema Indonesia Raya, Edisi 03, Tahun I, Juni 2011, h. 2.
17. Herdi Sahrasad, h. 123.
18. Herdi Sahrasad, h. 124.
19. Herdi Sahrasad, h. 124.
20. Entang Sastraatmadja, Prabowo Mari Membangun Bangsa, Jakarta Timur: PT. Cemerlang Panca Aksara, 2014, h. 42.
219P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Buku
Afnan, Hans, Episode Perang Jenderal 2014 Menuju RI 1, Yogyakarta, Araska, Cet. ke 1, 2013.
Artha, Arwan Tuti, Kudeta Mei ’98, Perseteruan Habibie-Prabowo, Yogyakarta: Galang Press, Cet. IV 2007.
Dahlan, Thamrin, Prabowo Presidenku, Jakarta: Aryuning Sejahtera, 2014.
Ecip, S. Sinansari, Kronologi Situasi Penggulingan Soeharto, Mizan: Bandung, Cet. III, 2001.
Goode, William J, Sosiologi Keluarga, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1985.
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993.
Latif, Yudi, Mata Air Keteladanan Pancasila Dalam Perbuatan, Jakarta: Mizan, 2014.
Ma’ruf, Ade, Prabowo Subianto, Jalan Terjal Seorang Jenderal, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Pambudi, A., Sintong dan Prabowo; Dari Kudeta L.B. Moerdani Sampai Kudeta Prabowo, Yogyakarta, Medpress 2009.
Sahrasad, Herdi, Prabowo Subianto, Dari Gerakan Indonesia Raya ke Negara Sejahtera. Jakarta: PSIK Paramadina, 2009.
Sahrasad, Herdi, Prabowo Subianto, The Rising Star “Insya’ Allah, Saya Maju”, Jakarta : Probowo Center, 2012.
DAFTAR RUJUKAN
220 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Sartono Kartodirdjo, Sejak Indische Sampai Indonesia, Jakarta: Kompas, 2005.
Sastraatmadja, Entang, Prabowo, Mari Membangun Bangsa, Jakarta Timur: PT. Cemerlang Panca Aksara, 2014.
Soedarmanta, J.B., Prabowo Subianto Tegas Memihak Rakyat. Depok: Literatur Media Sukses, 2013.
Soempeno, Femi Adi, Prabowo: Dari Cijantung Bergerak ke Istana. Yogyakarta: GalangPress, 2009.
Subroto, Hendro, Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando. Jakarta: Kompas, 2009.
Suleman, Zulfikri, Demokrasi untuk Indonesia: Pemikiran Politik Bung Hatta, Jakarta: Kompas, 2010.
Tangkudun, Audrey G.D., Kenapa Prabowo Subianto? 7 Alasan Dia Cocok Jadi Presiden, Jakarta: PT. Era Media Global, 2013.
Jurnal, Majalah, dan Website
Amri, Arfi Bambani, Anggi Kusumadewi, Suryanta Bakti Susila, “Gerindra Pastikan Prabowo Maju 2014” (11 Januari 2011). http://us.politik.news. viva.co.id.
Dahlan, Thamrin, “Ketika Prabowo Subianto (17 tahun) Menolak Tawaran Kuliah di George Washington University”. http://sosok.kompasiana.com/2013/11/22/ Prabowo-subianto-nasionalis-sejati-612046.html.
Faqih, Mansyur, “Prabowo Resmi Jadi Capres Partai Gerindra”, 09 Mei 2012. http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/12/05/09/m3qzzg-prabowo-resmi-jadi-capres-partai-gerindra.
221P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Firdaus, Iman, “Kisah Gerindra dan Kepala Garuda”, edisi 01/Tahun I/April 2011.
Guslina, Ira, “Prabowo Dianggap Lebih Unggul dari 10 Calon Lain” (08 Maret 2012). Diakses pada 30 Mei 2014 dari http://www.tempo.co/read/news/ 2012/03/08/.
http://m.detik.com/news/tokoh/321/0/letnan-jenderal-purn-prabowo-subianto-djojohadi-koesoemo-lumban-tobing. Artikel diakses pada 31Mei 2014
http://partaiPartai Gerindra .or.id/6-program-aksi-partai-Partai Gerindra, diakses pada 2 Juni 2014.
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/02/06/269551659/Gerindra-Klaim-Dapat-Dukung-an-Rakyat. Artikel diakses 7 Juni 2014.
h t t p : / / w w w. r e p u b l i k a . c o. i d / b e r i t a / p e m i l u / m e n u j u -ri-1/14/05/28/n6975p-prabowo-ingin-kader-gerindra-bisa-seperti-pks. Artikel diakses pada 6 Juni 2014.
http://surabayanews.co.id/2014/05/30/2647/prabowo-janji-akan-cari-anak-bangsa-terbaik-untuk-kabinetnya-kelak.html. Artikel diakses pada 6 Juni 2014.
http://www.ti.or.id/media/documents/2013/04/16/f/u/full_report.pdf, diakses pada 8 Juni 2014.
Ikhbal, Andi M, dan Ira Sasmita, “Ini Hasil Lengkap Rekapitulasi Perolehan Suara Pileg 2014” (10 Mei 2014). Diakses pada 30 Mei 2014 dari http://www.republika.co.id
“Jejak Prabowo di Eropa”, Diakses Pada 3 Juni 2014 dari http://soedoetpandang.wordpress.com/2013/10/03/jejak-Prabowo-di-eropa/.
222 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Kompas.com. “Hidup Prabowo”. Diakses pada tanggal 02 Juni 2014 dari http://nasional.kompas.com/read/2014/05/29/0634308/Prabowo.Sekarang.Hidup.Prabowo.Hidup.Prabowo.
Kurniawan, Bahri, “Prabowo Kalahkan Elektabilitas Jokowi di Riset Vox Populi Survey” (12 Januari 2014). Diakses pada 2 Juni 2014 dari http://www.tribunnews.com/ pemilu-2014/2014/01/12/prabowo-kalahkan-elektabilitas-jokowi-di-riset-vox-populi-survey.
Muthmainah, Yulianti, “Keluarga Fondasi Membangun Pluralisme”, Diakses pada tanggal 7 Juni 2014 dari http://budisansblog.blogspot.com/2012/06/keluarga-fondasi-membangun-pluralisme.html.
“Prabowo Subianto dan Catatan Soe Hoek Gie”, Artikel diakses pada 5 Juni 2014 dari http://sinarharapan.co/index.php/news/read/22879/Prabowo-subianto-dan-catatan-soe-hok-gie.html.
Prabowo: l Never Betrayed My Country, Majalah Asiaweek, 3 Maret 2000.
Radhi, Fahmy, “Deliberalisasi Tata Kelola Migas”, http://gagasanhukum.wordpress.com /2014 /03/13/deliberalisasi-tata-kelola-migas-2/, diakses pada 8 Juni 2014.
Radhi, Fahmy, “Membangun Kembali Indonesia Raya: 8 Program Aksi Untuk Kemakmuran Rakyat”, Gema Indonesia Raya, Edisi 03, Tahun I, Juni 2011.
Rangga, Hardi, S.H., “Indonesia Menggugat: Ajaran dan Teori Perjuangan Bung Karno”, http://jayaposindonesia.wordpress.com/2012/07/29/indonesia-menggugat-ajaran-dan-teori-perjuangan-bung-karno/, diakses pada 8 Juni 2014.
223P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Rangga, Hardi, S.H., “Puncak Kejayaan Majapahit”, http://forum.viva.co.id/sejarah/ 1302651-puncak-kejayaan-majapahit.html, diakses pada 9 Mei 2014.
Rifai, Ahmad, “Masyarakat Nusantara (dulu), Masyarakat Indonesia (sekarang)”, http://www.caknun.com/2014/masyarakat-nusantara-dulu-masyarakat-indonesia-kini/, diakses pada 9 Juni 2014.
Rozy, Firardy, (2 November 2011).”Tidak Ada yang Lebih Tangguh dari Prabowo” (2 November 2011).” Diakses pada 31 Mei 2014 dari http://www.rakyatmerdekaonline.com.
Sucahyo, Budi, “Gerindra Berjuang Untuk Masa Depan Indonesia”, Jakarta: GEMA Indonesia Raya, 2012.
-------, Saya Siap Menjadi Pelayan Rakyat, Jakarta: GEMA Indonesia Raya, 2012.
-------, “Mari Kita Wujudkan Transformasi Bangsa,” GEMA Indonesia Raya, edisi 28, tahun ke-3 (agustus 2013).
-------, “Public Lecture Prabowo Subianto: Komit Pada Proses yang Demokratis”, Gema Indonesia Raya, Edisi 21, Tahun II, Januari 2013.
-------, “Prabowo Subianto: Indonesia Adalah Sebuah Paradoks”, Gema Indonesia Raya, Edisi 20, Tahun II, Desember 2012.
Tabloid GEMA Inonesia Raya, Edisi 20/tahun II/Desember 2012.
Tempo, “Prabowo beberkan alasan keluar dari Golkar” diakses pada 2 Juni 2014 http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/04/23/269572570/Prabowo -Beberk an-Alasannya-Keluar-dari-Golkar.
Teroso, Jose Manuel, Majalah Asiaweek No. 8/Vol. 26, 3 Maret 2000.
224 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Website; Forum Kompas, “Profil Prabowo Subianto”, artikel diakses pada 31 Mei 2014 dari http://forum.kompas.com/nasional/19972-profil-prabowo-subianto.html.
Website: Indosiar.com “ konvensi partai golkar”. Diakses pada 5 Juni 2014 http://www.indosiar.com/fokus/konvensi-partai-golkar_27398.html.
Website: Partai Gerindra, “Sejarah Partai Gerindra”, artikel diakses pada 7 Juni 2014 dari file:///G:/Sejarah%20Partai%20Gerindra%20%20%20Partai%20Gerindra.htm
Zen, Kivlan, di acara Debat TVOne pada Senin 28/4/2014.
Zon, Fadli, “Tiga Tahun Partai Gerindra ”, Majalah Gerakan Indonesia Raya, Edisi I, April 2011.
Zulfikar, M., “Tiga Keunggulan Prabowo Subianto Sebagai Calon Presiden Menurut Survey ini” (19 Januari 2014) Dalam http://www.tribunnews.com/ nasional/2014/01/19/tiga-keunggulan-prabowo-subianto-sebagai-calon-presi-den-menurut-survei-ini.
225P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
A
ABRI, 3, 8, 43, 45, 53, 56, 58, 59,
60, 61, 63, 65, 68, 75, 80, 85,
93, 95, 96, 97, 98, 99, 104,
105
Amerika Serikat, 10, 43, 44,
133, 215
Amien Rais, 55, 64, 66, 86
APBN, 185, 186
APPSI, 14, 15, 217
B
B.J. Habibie, 8, 90
Bangsa, 111, 133, 151, 218
Bhinneka, 22, 35
BPJS, 192, 193
BPUPKI, 13
Brigade, 44
Budaya, 171
BUMN, 165, 167, 212
BUMS, 212
C
Cendana, 5, 6, 7, 8, 9, 64, 65,
66, 82, 83, 93, 97
CEO, 108
F
Franklin Delano Roosevelt,
215
GGerindra, 17, 18, 64, 71, 72,
84, 85, 113, 122, 123, 124, 125, 126, 127, 129, 130, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 139, 140, 141, 142, 143, 145, 146, 148, 149, 151, 152, 157, 158, 159, 160, 161, 162, 163, 164, 165, 166, 167, 170, 171, 172, 175, 176, 178, 179, 182, 183, 184, 185, 186, 187, 189, 192, 193, 194, 195, 196, 197, 201, 213, 217
INDEKS
226 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Golkar, 16, 18, 116, 117, 118,
119, 120, 121, 122, 124,
128, 129, 217
grassroot, 216, 217
H
HAM, 9, 83, 84, 85, 86, 105,
162
HKTI, 14, 15, 122, 138, 209,
216
I
Ideology, 26, 125, 161, 184
Infanteri, 44
Inggris, 1, 24, 29, 45, 107
J
JKN, 193
K
Kesehatan, 171, 191, 192, 193,
194
Komando, 5, 8, 44, 62, 74, 91,
93, 95, 96
Kongres, 146
Konvensi, 117, 118, 119, 120
Kopassus, 5, 9, 19, 40, 43, 44, 45,
46, 63, 72, 74, 76, 77, 79, 83,
90, 92, 96, 123, 134, 135, 137,
140
Korea Selatan, 215
Kostrad, 8, 44, 57, 58, 59, 60, 61,
64, 89, 90, 91, 92, 93, 95, 96
Kudeta, 88, 89, 100
L
Lengkong Wetan, 1
M
Macan Asia, 202, 209, 218
Majapahit, 18, 19, 202, 203, 204
Malaysia, 13, 24, 25, 26, 27, 30,
46, 215
Manifesto, 165, 182
Megawati, 17, 55, 84, 85, 86, 139
227P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
Militer, 31, 34, 37, 74, 75, 84, 88,
104, 105
MPR, 53, 67, 72, 74, 78
N
Nasionalisme, 18
NKRI, 35, 40, 43, 51, 52, 107,
158
Nusantara, 11, 12, 18, 47, 108,
109, 127, 201, 202, 203, 204
O
OPM, 45, 46
P
PAN, 18, 178, 217
Pancasila, 97, 114, 141, 151,
154, 158, 160, 172, 173, 177,
181, 182, 183, 184
Pangkostrad, 4, 16, 17, 57, 60,
62, 63, 64, 72, 73, 78, 89, 91,
93, 104, 108, 135
Partai Demokrat, 217
PBB, 18, 139, 217
Pendidikan, 13, 24, 44, 140,
168, 171, 172, 181, 182, 183,
184, 185, 186, 188
PKS, 18, 136, 137, 217
Politik, 16, 83, 114, 178
PPP, 18, 217
Prabowo Subianto, 1, 4, 16,
18, 23, 35, 36, 38, 46, 47,
52, 64, 69, 70, 72, 73, 84, 89,
104, 105, 112, 114, 118, 119,
123, 124, 125, 127, 129, 130,
133, 135, 136, 138, 139, 142,
145, 153, 164, 183, 189, 192,
195, 196, 197, 201, 206, 207,
208, 209, 212, 214, 216, 217,
218,219
Presiden, 11, 17, 18, 26, 43, 56,
65, 66, 67, 68, 76, 80, 82, 84,
90, 91, 92, 93, 96, 97, 98, 99,
100, 104, 108, 120, 121, 129,
134, 139, 215, 216
PRRI, 23
PSI, 23, 37
228 P R A B O W O UNTUK INDONESIA RAYA
R
Revolusi Putih, 196, 197
S
Sapta Marga, 97, 98
Soe Hoek Gie, 33
Soeharto, 6, 7, 8, 11, 56, 60, 62,
64, 65, 66, 67, 79, 81, 82, 83,
90, 91, 93, 94, 97, 99, 100, 104,
218
Soemitro Djojohadikoesoemo,
1, 78, 127
T
Tailand, 24, 88, 89, 100, 214
TGPF, 65, 80, 106
Trisakti, 54, 55, 56, 60, 61, 62, 66,
84, 110, 202, 204
U
UKBM, 194
UNESCO, 45
UUD, 67, 90, 103, 111, 113,
141, 151, 154, 158, 160,
161, 166, 169, 173, 174, 177,
181, 182, 183, 201, 212
W
Wiranto, 7, 8, 17, 55, 56, 57, 58,
59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66,
67, 68, 71, 74, 75, 78, 79, 80,
83, 91, 92, 93, 95, 97, 105, 106,
118, 119, 139
Y
Yordania, 9, 10, 11, 19, 107, 108
HERMAN HIDAYAT, lulus dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1976. Melanjutkan studinya ke the University of Southern California di Los Angeles, Amerika Serikat dan mendapat gelar MBA tahun 1987.
Herman adalah penggemar Social Sciences, meski dalam kariernya, ia banyak mengerjakan pekerjaan enjinering untuk irigasi persawahan, bendungan, pelabuhan udara, pemukiman transmigrasi, kehutanan, perkebunan, pertambangan, dan lain-lain. Saat ini Herman bergerak di bidang usaha pertambangan.
PROFIL SINGKAT CHIEF EDITOR